Bab 1 Leininger
-
Upload
indra-hizkia-perangin-angin -
Category
Documents
-
view
93 -
download
6
Transcript of Bab 1 Leininger
BAB I
PENDAHULUAN
Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang
kuat, yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek
keperawatan. Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level
perkembangan yaitu metha theory, grand theory, midle range theory dan practice
theory. Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalah
Transcultural Nursing Theory.
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP TEORI
Maddeleine Leininger adalah seorang perawat professional pertama yang
menyandang gelar Ph.D dibidang cultural dan social antrophology. Lahir di
Sutton, Nebraska ia memulai karir sebagai perawat setelah menyelesaikan
program diplomanya di sekolah keperawatan St ‘Anthony di Denver. Dia
menyandang gelar di B.S. di bidang Biological Sience di kampus Benedictine
tahun 1950, Atrhison Kansas. Setelah tamat ia bertugas sebagai instruktur
perawat dan kepala perawatan di unit medical surgical dan membuka unit
psikiatri yang baru dimana ia bertindak sebagai kepala pelayanan di rumah
sakit St. Santa Joseph. Pada tahun 1954 Leineinger menyandang gelar M.S.N,
di Universitas Khatolik di Amerika, Washington. Kemudian ia pindah ke
Universitas Cincinnatih, disini ia memulai karirnya sebagainya perawat
spesialis di klinik anak. Disinilah ia menemukan adanya kesulitan pada waktu
memberikan asuhan keperawatan pada anak-anak dari berbagai macam
budaya yang berbeda. Kemudian ia mulai meneliti suatu teori yang bisa
membantu memecahkan masalah ini.
1.Konsep Utama Teori M. Leininger
Pada akhir 1970-an M. Leininger membuat model konseptual tentang
pemberian traskultural. Konsepnya “sunrise model” di publikasikan di
berbagai buku dan artikel jurnal dan menarik banyak perhatian dari berbagai
penjuru dunia (Leninger, 1984). Yang kemudian diakui publik pada tahun
1998. Setelah menyelesaikan pendidikannya sebagai perawat psikiatrik,
Leninger melanjutkan studinya di bidang antropologi kultural. Sebagai ahli
antropologi ia melakukan banyak praktik kerja di berbagai kultur dan
subkultur. Bersama dengan sejumlah rekan kerja, ia melakukan penelitian
terhadap fenomena pemberian asuhan dan perilaku pemberian asuhan lebih
dari tiga puluh budaya yang berbeda diseluruh dunia. Hal ini menghasilkan di
kembangkannya konsep kerangka kerja pemberian asuhan transkultural, yang
2
mengakui adanya perbedaan (diversitas), dan persamaan (universalitas) dalam
pemberian asuhan di budaya yang berbeda. Hal ini mengarah pada di
kembangkannya teori-teori universalitas dan diversitas dalam asuhan kultural.
Beberapa inti dari model teorinya adalah
a. Asuhan
Asuhan berarti membantu, mendukung atau membuat seorang atau
kelompok yang memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan nyata agar
mampu memperbaiki jalan hidup dan kondisinya.
b. Budaya
Budaya dapat diekspresikan sebagai norma-norma dan nilai nilai kelompok
tertentu, berdasarkan cara hidup dan pemberian asuhan yang di putuskan,
dikembangkan , dan dipertahankan, oleh anggota kelompok tersebut.
c. Asuhan Transkultural
Dalam pemberian asuhan transkultural, perawat secara sadar mempelajari
norma-norma, nilai-nilai dan cara hidup budaya tertentu dalam rangka
memberikan bantuan dan dukungan dengan tujuan untuk membantu individu
mempertahankan tingkat kesejahteraanya, memperbaiki cara hidup atau
kondisinya, dan belajar menerima batasan-batasan.
d. Diversitas asuhan kultural
Keanekaragaman asuhan kultural mengakui adanya variasi dan rentang
kemungkinan tindakan dalam hal memberikan bantuan dan dukungan.
Keanekaragaman ini terjadi berdasarkan nilai-nilai, norma-norma, dan cara
hidup kultur atau subkultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan
ritual dapat muncul dari nilai- nilai, norma-norma, dan cara hidup kultur atau
sumber kultur tertentu. Dalam hal ini berbagai kebiasaan dan ritual dapat
muncul dari nilai-nilai dan norma-norma budaya tertentu tentang kematian,
kesehatan, seksualitas, dan lain sebagainya
e. Universalitas asuhan kultural
Bertentangan dengan konsep sebelumnya, universalitas asuhan kultural
merujuk pada persamaan atau karakteristik universal, dalam hal memberikan
bantuan dan dukungan. Menurut Leininger, karakteristik universal ini dapat
3
berupa tindakan-tindakan seperti tersenyum, dan memberikan bantuan
berkaitan dengan kebutuhan prime
Kontribusi Leininger merupakan hal yang signifikan, karena :
Pertama
Leininger membahas tentang pengaruh budaya dan kebutuhan untuk
memenuhi hal tersebut dalam rangka memberikan asuhan. Topik ini semakin
bermakna dalam masyarakat multi-kultural yang modern, perawat perlu
mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi pasien, atau klien dari berbagai
kelompok etnik yang berbeda. Hal tersebut oleh Leininger disebut asuhan
budaya atau etnonursing
Kedua
Leininger menarik terhadap peran sentral dari asuhan di dalam
keperawatan. Ia masuk kedalam kelompok keperawatan termasuk banner dan
Watson yang menekankan pentingnya asuhan sebagai tujuan kemanusiaan dari
keperawatan. Hal ini terlihat jelas dalam definisinya tentang keperawatan,
yang antara lain sebagai berikut : “keperawatan adalah : seni humanistik yang
dapat dipelajari dan ilmu yang berfokus pada personalisasi perilaku asuhan
(individu dan kelompok), fungsi, dan proses yang diarahkan pada
peningkatan,dan pemeliharaan perilaku sehat atau pemulihan dari penyakit
yang memiliki signifikansi fisik, psiko kultural dan social atau makna dari
mereka mendapatkan bantuan dari perawat professional atau dari orang yang
memiliki kompetensi peran serupa” (Leininger,1984, hal 4-5).
1. Transcultural Nursing
a. Pengertian
Adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses belajar dan
praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan pada
nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan
budaya kepada manusia (Leininger, 2002
4
b. Konsep Transcultural
Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yang
optimal dari pemberian asuhan keperawatan hal ini mengacu pada
kemungkinan variasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk
memberikan asuhan budaya yang menghargai nilai budaya individu,
kepercayaan dan tindakan termasuk kepekaan terhadap lingkungan dari
individu yang datang dan individu yang mungkin kembali lagi (Leininger,
1985).
Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,
mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atauk elompok pada
keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan manusia. Cultural care berkenaan dengan kemampuan kognitif
untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk
mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau
kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan
hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.
Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan
untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain
karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada
kelompok lain
c. Paradigma Transcultural Nursing
Leininger (1985) mengartikan: paradigma keperawatan transcultural
sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam
terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya
terhadap; 4 konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan
keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).
1. Manusia
Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilai
dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan
melakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memiliki
5
kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapun
dia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).
2. Lingkungan
Menurut Leininger, lingkungan di tentukan oleh cara orang-orang atau
kelompok atau masyarakat tertentu memberi bentuk pada unsur lingkungan
sosial mayoritas, ekonomi, budaya dan fisik. Menurut pendapatnya, sistem
layanan budaya juga merupakan faktor lingkungan spesifik yang terdiri dari
dua sub sistem:
Layanan kesehatan formal (Profesional) : semua layanan yang menjadi
bagian dari sistem layanan kesehatan regular, termasuk layanan medis,
layanan keperawatan, dan fisioterapi.
Layanan kesehatan informal, mencakup semua konsep dan ritual yang
terlibat dalam bantuan sukarela, pengobatan tradisional, ritual dan
kebiasaan etnik, pengobatan alternative.
3. Sehat dan Sakit
Menurut Leininger, ia menggambarkan sehat dan sakit sebagai konsep yang di
tentukan dan bergantung pada budaya. Apresiasi sehat dan sakit berbeda-beda
antar-budaya, oleh sebab itu pengetahuan tentang budaya di perlukan agar
mampu memahami makna yang diberikan oleh kelompok budaya tertentu
terhadap sehat dan sakit.
4. Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan kepada klg sesuai dengan latar belakang
budayanya ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klg.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah
perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasi budaya
dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991
Transkultural atau keperawatan etnik, Leininger menekankan aspek-aspek
sebagai berikut :
1. Keperawatan sebagai seni keterampilan dan humanistik
2. Keperawatan berpusat pada individu
6
3. Tujuan dari keperawatan adalah untuk mempertahankan kesejahteraan, dan
memberikan bantuan terhadap proses pemulihan dari suatu penyakit, sambil
mempertimbangkan perbedaan budaya.
Menurut Leininger, perbedaan budaya dapat dipertimbangkan dengan cara :
1. Preservasi Asuhan Kultural
Preservasi asuhan kultural berarti bahwa keperawatan melibatkan penghargaan
yang penuh terhadap pandangan budaya dan ritual pasien serta kerabatnya.
2. Adaptasi Asuhan Kultural
Bertentangan dengan preservasi asuhan kultural, adaptasi asuhan kultural
melibatkan negosiasi dengan pasien dan kerabatnya dalam rangka
menyesuaikan pandangan dan ritual tertentu yang berkaitan dengan sehat,
sakit, dan asuhan.
3. Rekonstruksi Asuhan Kultural
Rekonstruksi asuhan kultural melibatkan kerjasama dengan pasien dan
kerabatnya dalam rangka membawa perubahan terhadap perilaku mereka yang
berkaitan dengan sehat, sakit, dan asuhan dengan cara yang bermakna bagi
mereka. Dalam model sunrice-nya, Leininger menampilkan visualisasi hubungan
antara berbagai konsep yang signifikan ide pelayanan dan perawatan (yang dilihat
dari Leininger sebagai bentuk dari asuhan) merupakan inti dari idenya tentang
keperawatan. Memberikan asuhan merupakan jantung dari keperawatan dan
merupakan karakteristik dasar dari keperawatan. Tindakan membantu
diidentifikasi sebagai perilaku yang mendukung. Menurut Leininger, bantuan
tersebut baru benar – benar efektif jika latarbelakang budaya pasien
dipertimbangkan, dan bahwa perencanaan pemberian asuhan selalu dikaitkan
dengan budaya.
1. Proses keperawatan Transcultural Nursing
a. Pengkajian Transkultural dalam Keluarga mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger and
Davidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang
ada pada "Sunrise Model" yaitu; Faktor teknologi (tecnological factors),
7
Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors),
Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors), Nilai-
nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways), Faktor
kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors), Faktor
ekonomi (economical factors), Faktor pendidikan (educational factors)
Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau
mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan
kesehatan.
Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat
atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan
kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk
mengatasi permasalahan kesehatan saat ini.
Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical
factors)
• Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan
yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan
kebenaran di atas segalanya.
• Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
adalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang
klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan
kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan
Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap,
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan
kepala keluarga
8
Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau
buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya
terkait.
Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah : posisi dan jabatan
yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan,
kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi
sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan
kebiasaan membersihkan diri.
Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal
factors)
Kebijakan dan peraturan yang berlaku adalah segala sesuatu
yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995).
Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan
kebijakan yang berkaitan dengan kebijakan KB,
JAMKESMAS, ASKESKIN
Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-
sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh.
Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya :
pekerjaan, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga,
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya
dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien dalam keluarga adalah
pengalaman klien dalam menempuh jalur pendidikan formal
9
tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh bukti bukti ilmiah
yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya.
Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan
anggota kelg, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sakitnya
sehingga tidak terulang kembali.
10
a. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon keluarga sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui
intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995)
b. Perencanaan
11
Peran perawat pada transkultural nursing teory ini adalah
menjembatani antara system perawatan yang dilakukan masyarakat
awam dengan system perawatan professional melalui asuhan
keperawatan. Eksistensi peran perawat digambarkan oleh Leininger
seperti dibawah ini:
- Sistem Generik atau Tradisional
- Asuhan Keperawatan
- Sistem Profesional Sumber : Tomey & Alligood, 1998
Oleh karena itu perawat harus mampu membuat keputusan dan
rencana tindakan keperawatan yang akan diberikan pada klien
(individu, kelompok, keluarga, komunitas, lembaga) dengan
mempertimbangkan generic carring dan professional carring. Ada
tiga pedoman yang ditawarkan dalam
keperawatan transkultural asuhan keperawatan keluaraga (Andrew
and Boyle, 1995) yaitu : Mempertahankan budaya yang dimiliki
keluarga bila budaya keluarga tidak bertentangan dengan kesehatan,
- Mengakomodasi budaya klg bila budaya klg kurang
menguntungkan kesehatan dan,
- Merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klg
bertentangan dengan kesehatan
e. Pelaksanaan
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya guna
membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang di
inginkan.
a) Culture care preservation/ maintenance
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan
fenomena budaya guna membantu individu menentukan tingkat
kesehatan dan gaya hidup yang di inginkan.
b) Culture care accommodation/ negotiation
Prinsip membantu, memfasilitasi atau memperhatikan budaya
yang ada, yang merefleksikan cara-cara untuk beradaptasi,
12
bernegosiasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan
gaya hidup klien.
c) Culture care repatterning/ restructuring
Prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu
memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien kearah
yang lebih baik.
f. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klg
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi
budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan
budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki
klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai
dengan latar belakang budaya keluarga.
BAB III
TINJAUAN KASUS
13
Seorang wanita bersuku batak, bernama Ny R berumur 59 tahun, pendidikan
terakhir S1 dengan gelar Spd, masuk rumah sakit 4 hari yang lalu karena stroke
dan sedang dalam masa pemulihan. Sekarang dia menderita kelemahan pada
tubuh bagian kiri. Dia dirawat di RS X dikelas 1 dengan 1 orang pasien
lainnya.
Sebelum dia masuk rumah sakit karena stroke Ny M memelihara rumahnya
sendiri dan cukup mandiri. Dia merupakan wanita yang ulet dan mandiri serta
percaya dengan kemampuannya sendiri. Dia mengatakan bahwa dia juga aktif
dalam berorganisasi. Rumahnya berada di lingkungan tempat tinggal yang
masih memegang kepercayaan tradisional yaitu tidak boleh merubah bentuk
rumah sehingga daerah itu mempunyai nilai historis.
BAB IV
PEMBAHASAN
14
PENGKAJIAN
Dikaji berdasar aspek-aspek yang biasanya melekat dalam budaya antara
lain:
Kinship dan struktur sosial: janda dengan dua anak, aktif dalam kelompok
lansia dan menjadi tenaga sukarela bagian administrasi ditempatnya
bekerja 1x seminggu
Professional: dokter merupakan kepala tim dan profesi lainnya juga
merupakan bagian dari tim.
Keperawatan: juga bagian dari tim, mengidentifikasi kebutuhan perawatan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan dari area Diversity dan Universality yang belum terpenuhi,
termasuk kebutuhan akan kemandirian akan mobilitas, makan, BAB, BAK
dan kebutuhan interaksi dengan orang lain dalam kelompok lansia
PERENCANAAN
Pemberian perawatan berdasarkan kebudayaan (cultural care preservation),
pengakomodasian perawatan berdasarkan kebudayaan, restrukturisasi
perawatan berdasarkan kebudayaan (cultural care repatterning)
IMPLEMENTASI
1. Pemeliharaan (preservation): membantu Ny M melakukan hubungan
dengan anggota kelompok lansia yang lain.
2. Akomodasi: membantunya dalam belajar menggunakan alat bantu jalan.
3. Repatterning: menemaninya makan dengan menggunakan tangan k
EVALUASI
Apakah sudah terpenuhi cultural diversity dan universality?
Apakah Ny M bisa memandang dirinya untuk melanjutkan kemandirian?
BAB V
PENUTUP
15
KESIMPULAN
Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan
keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk
mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang
budaya
Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan
untuk menjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat
dengan klien
Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasi
tindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai
dengan kesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan
atau bahkan mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan
budaya baru.
Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat
begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar
belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai
dengan budaya klien.
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan
dan pelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.
16