Bab 1-3 (4)
-
Upload
muhridhajihad -
Category
Documents
-
view
36 -
download
1
description
Transcript of Bab 1-3 (4)
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH PERATURAN BAPEPAM-LK G.VIII TERHADAP KUALITAS
LABA: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK
Proposal Skripsi
Muhammad Ridha Jihad (1206255532)
ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
“Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas
terlampir adalah hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang
kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa
kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan/atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
Judul :
Tanggal :
Dosen :
Nama : Muhammad Ridha Jihad
NPM : 1206255532
Tanda Tangan :
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai pasar modal di Indonesia merupakan tempat
bertemunya Investor sebagai pihak kelebihan modal (surplus) dan Emiten sebagai
pihak yang membutuhkan modal (defisit).Sebelum melakukan transaksi jual-beli
efek,investor tentu membutuhkan suatu informasi yang merepresentasikan kondisi
yang sebenarnya mengenai suatu perusahaan. Salah satu sumber informasi yang
relevan bersumber dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan
sebuah informasi dari posisi keuangan, kinerja entitas, dan arus kas entitas
perusahaan dapat yang memberikan informasi bernilai dan bermanfaat bagi semua
pihak dalam pengambilan keputusan ekonomi (Kerangka Dasar Penyajian dan
Pelaporan Keuangan Paragraf 7, PSAK 2009).Salah satu aspek yang terkandung
dalam laporan keuangan yakni laba (earnings).
Menurut Statement Financial Accounting Concept No.1 (SFAC No.1), bahwa laba
merupakan fokus utama (primary focus) dalam pelaporan keuangan, khususnya bagi
investor, perusahaan, dan analis dalam pengambilan keputusan (Chan et.al., 2006).
Menurut Dechow et.al. (2010), laba yang baik adalah apabila memuat informasi yang
relevan bagi stakeholder dalam rangka pengambilan keputusan yang obyektif (Yana,
2012) dan sifatnya berkelanjutan dan berulang (Dichev et.al., 2013).Kualitas laba
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mengevaluasi laba (Berenstein and
Siegel, 1979), dan melihat baik (good earnings) dan tidaknya (bad earnings) suatu
laba (Siegel, 1982).
Srivastava (2014) menemukan bahwa dalam 40 tahun terakhir terdapat penurunan
pada kualitas laba selama tahun 1970 hingga tahun 2009 yang dipengaruhi oleh factor
ekonomi dan penerapan standar di suatu negara. Penurunan kualitas laba ini
disebabkan karena semakin berfluktuasinya nilai pendapatan dan beban (earnings)
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
sehingga laba saat ini tidak dapat dijadikan patokan dalam memprediksi laba
selanjutnya yang secara esensi mengurangi manfaat laba tersebut bagi pengambil
keputusan (Ross, 2009).Kualitas laba juga menurun akibat adanya distorsi akuntansi
(penyimpangan informasi dan realita sebenarnya) yang bersumber dari manajemen
laba yang dilakukan oleh perusahaan dan prinsip akuntansi yang berlaku
(Subramanyam and Wild, 2014).Manajemen laba merupakankemampuan dalam
memaksimumkan atau meminimalkan nilai laba bersih sesuai dengan keinginan
manajemen (Copeland, 1968) untuk memperoleh beberapa manfaat (gain) (Hearly,
1985), menurut Subramanyam (2014) manfaat ini berupa insentif bonus, harga saham
yang meningkat, dan insentif lain (misalnya: biaya politik dan ketaatan undang-
undang). Adanya praktik manajemen laba ini mengurangi kualitas dari laba (Weil,
2009).
Menurut Subramanyam (2014) terdapat tiga faktor yang menyebabkan standar
akuntansi menyebabkan terjadinya distorsi keuangan dan kualitas laba.
1. Adanya pemilihan metode akuntansi dan estimasi akuntansi yang
diperbolehkan oleh Accounting Standard. Pemilihan ini dapat menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas laba karena manajer cenderung untuk
meninggikan dan merendahkan nilai dari labanya (earnings management)
melalui pemilihan metode dan estimasi akuntansi
2. Standar akuntansi merupakan hasil dari proses politik untuk melindungi
kepentingan dari beberapa pihak yang menyebabkan standar akuntansi hanya
memberikan manfaat kepada beberapa pihak tertentu.
3. Adanya konservatisme. Seswanto (2012) menyatakan bahwa konservatisme
berpengaruh negatif terhadap kualitas laba suatu perusahaan karena prinsip
konservatisme dapat menyebabkan terhadinya penurunan pada daya prediksi,
persistensi, dan relevansi dari laba.
Di Indonesia penerapan standar (PSAK) merupakan hasil konvergensi IFRS yang
diinisiasi pada tahun 2008 oleh IAI serta diharapkan telah diadopsi secara
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
menyeluruh pada tahun 2012, meskipun hingga tahun 2015 PSAK belum Full-
Adopted berdasarkan IFRS.Dampak dari penerapan IFRS terhadap kualitas laba telah
diuji oleh beberapa peneliti.Cai et.al. (2008) mengatakan bahwa IFRS yang
dikeluarkan oleh IASB mampu menyederhanakan dan membatasi pilihan dari
manajemen (management’s discretion) untuk memilih berbagai alternatif metode dan
estimasi akunatansi. Penelitian mengenai dampak IFRS terhadap kualitas laba telah
diteliti sebelumnya di Indonesia denga hasil yang berbeda, Cahyati (2011)
mengatakan bahwa adopsi IFRS dapat merepresentasikan actual values dari suatu
perusahaan yang dapat meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan dan
mengurangi praktik manajemen laba, misalnya mengurangi income smoothing
(Rohaeni dan Aryati, 2012) sementar menurut Handoyo (2011) adanya adopsi
terhadap IFRS tidak mempengaruhi peningkatan kualitas laba secara signifikan.
PSAK adopsi IFRS yang digunakan di Indonesia masih bersifat prinsip (principal
bases), sehingga Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-
LK) yang kemudian berganti nama menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK)pada tahun
2012 membuat suatu peraturan yakni peraturan nomor VIII.G.7. tentang penyajian
dan pengungkapan laporan keuangan yang telah bersifat aturan (ruled bases).
Peraturan ini muncul untuk mengikuti proses konvergensi IFRS di Indonesia dan
diikuti oleh seluruh perusahaan yang ingin mengungkapkan laporan keuangannya di
Bursa Efek Indonesia. Peraturan ini mempermudah implementasi IFRS di Indonesia
khusunya bagi perusahaan yang go publicyang digunakan hingga saat ini.sehingga
patut untuk diuji tentang bagaiman pengaruh dari peraturan Bapepam-LK VII.G.7
terhadap kualitas laba perusahaan go public di Indonesia.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena penelitian di
Indonesia sebelumnya hanya mengacu pada adopsi IFRS terhadap komponen
akuntansi tertentu, misalnya Kristanto dan Barigan (2014) yang meneliti hasil adopsi
IFRS terhadap kualitas laba dan Rohaeni dan Aryati (2012) yang meneliti efek adopsi
IFRS terhadap income smoothing di Indonesia. Untuk penelitian yang bersinggungan
langsung terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK (sekarang OJK)
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
pernah dilakukan oleh Abdul Rohman (2009) yang meneliti pengaruh SE Baepapm
Nomor 02 tahun 2002 terhadap pengungkapan laporan keuangan. Penelitian yang
berfokus pada peraturan Bapepam-LK VIII.G.7. belum ada sebelumnya di Indonesia
sehingga peneliti tertarik untuk menguji dampak dari peraturan tersebut terhadap
kualitas laba perusahaan go public selama tahun 2010 dan 2014 baik sebelum dan
sesudah implementasi peraturan tersebut pada tahun 2012.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Apakah perubahan peraturan Bapepam-LK VIII.G.7. mempengaruhi
kualitas laba dari emiten atau perusahaan publik?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian pada penelitian ini
adalah sebagai berikut.
Untuk menguji secara empiris mengenai dampak dari adanya peraturan
Bapepam-LK VIII.G.7. terhadap kualitas laba dari emiten atau perusahaan
publik.
1.4. Manfaat dan Kontribusi Penelitian
Penelitian ini akan memberikan beberapa manfaat dan kontribusi kepada beberapa
pihak sebagai berikut.
1. Regulator
Secara umum, penelitian ini berkontribusi terhadap efek adopsi IFRS di
Indonesia, yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai saran kepada dewan
standard dan OJK mengenai efektifitas dari peraturan nomor
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
VIII.G.7.terhadap kualitas laba perusahaan berdasarkan standar PSAK
berbasis IFRS.
2. Perusahaan
Untuk melakukan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
perusahaan di pasar modal Indonesia didasarkan dengan beberapa
pertimbangan yang mengacu pada tujuan manajemen.Penelitian ini
memberikan beberapa saran kepada perusahaan mengenai dampak dari
pelaporan keuangan perusahaan berdasarkan peraturan nomor
VIII.G.7.terhadap kualitas labanya.
3. Investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan kepada
investor dalam menentukan perspektif dan tindakannya dalam menilai
kualitas laba berdasarkan peraturan nomor VIII.G.7.terhadap kualitas
labanya.
4. Peneliti lainnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian di area
penerapan standar setting, khususnya aturan-aturan khusus yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan dampaknya.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Bagian pendahuluan akan membahas tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penelitian
Bab 2 : Telaah Literatur (Tinjauan Pustaka)
Bagian tinjauan pustaka akan memaparkan kerangka teoritis yang
merupakan fondasi dasar penelitian ini. Kerangka teoritis tersebut
dikembangkan dari berbagai studi literatur yang berhubungan dengan topi
penelitian yang diangkat peneliti.
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
Bab 3 : Metode Penelitian
Bagian metode penelitian akan membahas mengenai pengumpulan data,
uraian mengenai variable penelitian dan pengukuran variable, estimasi
model yang digunakan, dan dilanjutkan dengan metode analisis data.
Bab 4 : Hasil Penelitian dan Analisis
Bagian ini menjelaskan hasil dari penelitian ini, yang terdiri dari analisa
statistic deksriptif dan output dari analisis regresi
Bab 5 : Kesimpulan
Bagian ini merangkum dan menyimpulkan hasil dari penelitian ini,
keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Peraturan Bapepam VIII.G.7.
Berdasarkan dengan adopsi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
dalam rangka program konvergensi menjadi PSAK yang berbasis IFRS, serta guna
memberikan suatu pernyataan aturan dan kepastian hukum bagi Emiten dan
Perusahaan Publik dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan maka
Pemerintah dalam hal ini Bapepam-LK mengeluarkan peraturan nomor nomor
VIII.G.7. mengani penyajian dan pengungkapan laporan keuangan emiten atau
perusahaan publik. Dengan adanya peraturan ini maka secara otomatis menggugurkan
peraturan ketua Bapepam dan LK nomor: KEP-554/BL/2010 tanggal 30 Desember
2010 tentang perubahan keputusan ketuan badan pengawas pasar modal nomor:
KEP-06/PM/2000 yang mulai efektif tidak berlaku sejak tanggal 31 Desember 2012.
Dalam perubahan peraturan nomor VIII.G.7. terdapat beberapa perubahan
penting yang berbeda dengan keputusan ketua Bapepam dan LK nomor:
KEP/554/BL/2010. Adapun beberapa perbedaan antar kedua aturan tersebut.
1. Dalam bab ketentuan umum terdapat penambahan beberapa definisi
mengenai aset, aset tetap, aset tak berwujud, emiten atau perusahaan
public, materialitas, dan nilai wajar.
2. Adanya perubahan nama dari komponen laporan keuangan menjadi
Laporan posisi keuangan pada akhir tahun, laporan laba rugi
komprehensif selama periode, laporan perubahan ekuitas selama periode,
laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan keuangan, dan
adaya lapora posisi keuangan pada periode komparatif jika seandainya
emiten atau perusahaan public menerapkan sautu kebijakan akuntansi.
3. Menambahkan suatu ketentuan baru tentang: (a) penjabaran laporan
keuangan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
penjabaran, dalam hal mata uang penyajian yang digunakan adalah mata
uang rupiah, mata uang selain rupiah dapat digunakan apabila memenuhi
kriteria khusus (b) adanya penyajian laporan keuangan tersendiri apabila
laporan keuangan tersebut merupakan informasi tambahan atas laporan
keuangan konsolidasian dan disajikan sebagai lampiran (c) Entitas
berelasi dalam hal ini dengan pemerintah apabila emiten atau perusahaan
publik dikendalikan, dikendalikan bersama, atau dipengaruhi secara
signifikan oleh pemerintah. Pemerintah dalam hal ini adalah menteri
keuangan dan pemerintah daerah yang berperan sebagai pemegang saham
entitas, (d) Penambahan ketentuan mengenai instrument keuangan, (e)
Investasi pada asosiasi dan bagian partisipasi dalam ventura bersama, (f)
penurunan nilai asset non keuangan dan revaluasi asset, (g) Pendapatan
komprhensif Lain (OCI), yang merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari laporan laba rugi komprehensif.
4. Penambahan aturan yang memberikan batasan alternative yang diatur
dalam PSAK, antara lain: (a) penentuan mata uang penyajian, (b)
penyajian laporan laba rugi komprehensif dalam format satu laporan, (c)
beban disajikan berdasarkan klasifikasi fungsi.
2.2. Earning Quality
Laba (earnings) merupakan salah satu alat pertimbangan peramalan
(forecasting), baik untuk meramalkan cash flow masa depan, laba, atau operating
income yang mana dibutuhkan pemahaman tentang kekuatan dari laba untuk
menjelaskan komponen tersebut,akan tetapi pertanyaan fundamental yang harus
dijawab adalah bagaimana laba dapat meningkat pada waktu tertentu dan kenapa
bisa? (Cornell and Landsman, 2013). Untuk menjelaskan pertanyaan tadi tentu akan
berkaitan dengan kualitas laba dari perusahaan. Dechow et.al. (2010) mendefinisikan
kualitas laba yang baik adalah laba yang menyediakan suatu informasi mengenai
performa keuangan suatu perusahaan yang relevan dalam pengambilan keputusan.
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
Isu mengenai kualitas laba menjadi isu yang hangat diperbincangkan, karena
banyaknya alat ukur (proxy) yang membedakan antara laba yang memiliki kualitas
yang bagus dan jelek. Siegel (1982) mengatakan Kualitas laba merupakan suatu hal
yang sukar dipahami karena mengandung banyak faktor subjektifitas dalam
memahaminya sehingga kualitas laba dinilai berdasarkan atau tergantung dari sang
pengamat yang kemudian membedakan antara good earnings dan bad earnings
berdasarkan pandangan beberapa profesi sebagai berikut:
Tabel. Perbedaan Good Earnings and Bad Earning Quality
Selisih laba bersih dan
arus kas masuk
Analis sekuritas dan mahasiswa Harvard meyakini
bahwa semakin besarnya porsi laba yang diperoleh
dari sumber non kas maka mengindikasikan kualitas
laba yang buruk sementara para akuntan percaya
bahwa rendahnya cahs earnings tidak
mengindikasikan laba dengan kualitas yang jelek.
Pelaporan Stockholder
Earnings dan kerugian
IRS
Analis sekuritasn dan mahasiswa Harvard meyakini
bahwa apabila perusahaan melaporkan stockholder
earnings yang tinggi dan disaat bersamaan melaporkan
kerugian IRS memiliki kualitas laba yang jelek
sementara para manager dan akuntan meyakini bahwa
situasi tersebut tidak merepresentasikan kualitas laba.
Other Income Kebanyakan respoden penilitian meyakini bahwa
besaran porsi other income terhadap laba bersih
berkolasi negative dengan kualitas laba
Depreciation Perusahaan yang menggunakan metode garis lurus
dalam mencatat depresiasi untuk asset yang using
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
(old) maka memiliki kualitas laba yang jelek
Operating leverage Perusahaan yang memiliki tingkat operating leverage
yang tinggi untuk barang dengan permintaan yang
sangat elastis menunjukkan indikasi kualitas laba yang
jelek
Inventory Profits Semakin tinggi pelaporan profit yang diperoleh dari
inventory mengindikasikan rendahnya kualitas laba
P/E ratio Perusahaan yang mengalami penurunan P/E ratio
setelah melakukan pergantian nilai akuntansi
mengindikasikan rendahnya kualitas laba
Massive Research dan
program iklan
Perusahaan yang melakukan penelitian dan proyek
perikalanan yang tinggi mengindikasikan kualitas laba
yang bagus karena kedua program tersebut dapat
meningkatkan laba potensial perusahaan.
Dalam penelitian terbaru, Dechow et.al. (2010) kemudian mengelompokkan
tiga kategori pengukuran kualitas laba yakni properties of earnings, respons investor
atas nilai laba (Earnings Response Coeffecients), dan faktor eksternal yang
menyebabkan terjadinya misstatement. Properties of income diukur oleh earnings
persistence, abnormal accruals,earning smoothness,asymmetric timeliness and timely
loss recognition, dan target beating. Respons investor biasanya diukur dengan
menggunakan Earnings Response Coeffiient (ERC). Faktor eksternal yang
menyebabkan terjadinya misstatement diukur dengan tingkat penyajian kembali
(restatement) dan kelemahan dari kontrol internal perusahaan. Selain dari
pengelompokkan yang dilakukan oleh Dechow et.al. (2010), Francis et.al. (2004)
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
mengklasifikasikan pengukuran kualitas laba berdasarkan basis akuntansi dan basis
pasar, yang kemudian ecker et.al. (2006) melanjutkan bahwa pengukuran dengan
berbasis pasar memiliki keunggulan dibandingkan dengan basis akuntansi,
keunggulan tersebut yakni kebutuhan sampel dan periode waktu pengukuran yang
semakin sedikit.
Francis et.al. (2008) mengukur kualitas laba dengan pendekatan pasar dan
akuntansi. Dari pendekatan pasar laba dikatakan berkualitas apabila persisten
(berkelanjutan), prediktabilitas tinggi, akrual, dan smoothness, sedangkan dari
pendekatan pasar maka laba yang berkualitas jika relevan bagi pengambilan
keputusan investor (earning response coefficient), tepat waktu (timeliness) dan
relevan. Telah banyak penelitian yang menguji kualitas laba berdasarkan kedua
pendekatan tersebut misalnya, volatilitas laba yang turun (Dichev and Tang, 2008)
sehingga mengurangi daya prediksi dari laba tersebut (Ross, 2009).
2.3. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Di beberapa negara, terdapat beberapa bukti empiris yang menjelaskan bahwa
adanya suatu aturan (standar setting)yangtelah ditetapkan atau diadopsi oleh
Pemerintah dalam mengatur pengungkapan dan penyajian laporan keuangan akan
berdampak positif pada meningkatnya kualitas laba. Li et.al. (2013) dalam studinya
terhadap perusahaan yang listed di China menemukan bahwa selama tahun 2004
hingga tahun 2019 terdapat perbaikan dalam sistem akuntansi yag sifatnya wajib
(mandatory) dan berdampak pada meningkatnya kualitas laba di China, meskipun
dalam beberapa situasi tidak terjadi beberapa peningkatan apabila perbaikan dalam
sistem akuntansi tidak signifikan. Cheebane and Othman (2014) menemukan hal yang
serupa berdasarkan sampelnya di beberapa negara emerging market di Africa dan
Asia bahwa adanya penerapan dari adanya adopsi IFRS secara signifikan
menigkatkan value relevance dari laba, hasil serupa dapat ditemukan di Rumania
(Brad et.al., 2014, di Amerika terdapat penurunan discretionary earningssehingga
meningkatkan kualitas dari laba baik di untuk perusahaan lokal dan perusahaan luar
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
negeri akibat adanya Sarbanex Oxley-Act (SOX) Section 404 Compliance (Iliev,
2010) Anglo Saxon Model untuk komite audit (Chen et.al., 2014)
Di Indonesia beberapa peraturan telah dikeluarkan untuk meningkatkan
kualitas laba perusahaan, diantaranya peraturan Bapepam-LK nomor IX.I.5 mengenai
pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit. Widjaya dan Maghviroh
(2011) membandingkan antara sebelum dan sesudah adanya komite audit dan
menemukan adanya perubahan nilai dari kualitas laba meskipun perubahannya kecil.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu diatas, maka hipotesis pada
penelitian ini adalah sebagai berikut.
H1: Peraturan Bapeppam-LK VIII.G.7. Berpengaruh positif terhadap kualitas laba
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pada gambar di bawah digambarkan mengenai kerangka pemikiran pada
penelitian ini. Pada penelitian ini yang menjadi variable independen adalah Peraturan
Bapepam-LK nomor VIII.G.7 mengenai penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan yang diukur dari dua tahun sebelum dan sesudah implementasi peraturan
tersebut. Variabel Dependen pada penelitian ini adalah kualitas laba yang diukur
berdasarkan pendekatan akuntansi (kualitas akrual, persistensi, dan prediktabilitas)
dan pendekatan pasar (relevansi dan timeliness)
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran
3.2.Metode Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data
Unit analisa pada penelitian ini adalah perusahaan. Populasi pada penelitian
ini yakni perusahaan yang terdaftar di bursa efek selama tahun 2010 hingga tahun
2014. Penelitian ini mengambil tahun 2010-2012 sebagai tahun sebelum
implementasi dan tahun 2013-2014 sebagai tahun sesudah implementasi peraturan
Bapepam-LK VII.G.7. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling
yang akan disesuaikan dengan tujuan penelitian tanpa minimal sampel yang
ditentukan. Adapun syarat bagi perusahaan yang akan dijadikan sampel sebagai
berikut.
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
- Relevansi- Timeliness
- Kualitas Akrual- Persistensi- Prediktabilitas
Pendekatan Pasar Pendekatan Akuntansi
Kualitas Laba
Sesudah Implementasi Peraturan Bapepam-LK
nomor VIII.G.7.
Sebelum Implementasi Peraturan Bapepam-LK
nomor VIII.G.7.
a. Terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum periode 2010 hingga tahun
2014
b. Mempublikasikan laporan keuangannya yang diaudit pada tahun 2010
hingga 2014
c. Memiliki data yang lengkap dan dapat digunakan sebagai sampel
penelitian.
Adapun data yang diperoleh pada penelitian ini diambil dari Pusat Data
Ekonomi Bisnis FEB UI (PDEB FE UI) dan laporan keuangan yang dipublikasikan
oleh Burs Efek Indonesia.
3.2. Operasionalisasi Variabel
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diukur menggunakan beberapa
model dibawah ini.
3.3.1. Variabel Independen : Peraturan Bapepam-LK VIII.G.7.
Variabel independen penelitian ini adalah Peraturan Bapepam-LK VIII.G.7.
Variabel ini akan diuji sebelum dan sesudah implementasi peraturan tersebut.
Sebelum implementasi diukur pada tahun 2011 dan 2012 sementara sesudah
implementasi diukur pada tahun 2013 dan 2014.
3.3.2. Variabel Dependen: Kualitas laba
Kualitas laba pada penelitian ini diukur menggunakan model yang
dikembangkan oleh Dechow et.al. (2010) untuk pengukuran persistensi laba,
relevansi laba, dan timeliness. Untuk pengukuran prediktabilitas laba menggunakan
model yang dikembangkan oleh Ross (2009). Kualitas akrual akan diukur
menggunakan model yang dikembangkan oleh Kothari et.al. (2005)
1. Persistensi laba
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
Perusahaan yang memiliki laba yang persisten maka akan memiliki laba yang
berkelanjutan (sustainable) sehingga nilainya akan terus berulang. Pengukuran
persistensi laba akan diukur dari slope beta (β) (Dechow et.al., 2010).
Earningst+1=a+bEarningst+et
Dimana:
Earningst + 1 = Laba setelah satu tahun berjalan
Earningst = Laba tahun berjalan
2. Prediktabilitas laba
Untuk pengukuran prediktabilitas laba, maka model dibawah akan digunakan
dalam penelitian ini. Daya prediksi akan dilihat dari nilai R2.
1−Var (ε )/Var (E)=β 2
Dimana:
Var (ε) = Prediksi Absolut
Var (E) = Prediksi Relatif (natural scalar)
3. Kualitas akrual
Kualitas akrual diukur dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Dechow et.al. (2010). Semakin tinggi kualitas akrual maka mengindikasikan adanya kualitas laba yang rendah, begitupun sebaliknya.
TAit=α+α 1 ( ΔREVit−ΔARit )+α 2 PPEit+αROAit +eit (1)
Pada model diatas tiap variabel dibagi dengan rata-rata total asset.
TAit=NIBEit−CFOit (2)
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
Dimana:
TA = Total akrual perusahaan
ΔREV = Selisih pendapatan dengan pendapatan t-1
ΔAR = Selisih piutang dengan piutang t-1
PPE = Gross Property, plant, and Equipment
ROA = Laba bersih dibagi dengan Total Asset
e = akrual diskresioner
4. Relevansi
Semakin baik informasi dari laba maka semakin relevan laba tersebut dalam
pengambilan keputusan investor sehingga ERC akan dijadikan proxy dalam
menilai relevansi laba. Melalui model ini maka semakin tinggi nilai (β) maka
mengindikasikan semakin tingginya informasi dari laba
Rett=a+b(EarningsSurpriset )+et
Dimana:
Earning Surprise = Informasi yang terkandung dalam laba
Ret = Respons Investor
5. Timeliness
Pengukuran timeliness berdasarkan model Timely loss recognition yang
dikembangkan oleh Dechow et.al. (2010). Pada model ini semakin besar nilai
beta (β) maka semakin tinggi kualitas laba
Earningst+1=a 0+a 1 Dt+b0 Rett+b 1 Dt+Rett+et (1)
Dt=1 jika Ret<0 (2)
Dimana:
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
Earnings = Laba tahun berjalan
Ret =
3.4. Pengujian Hipotesis
3.4.1. Uji Asumsi Klasik
Model hipotesis yang baik apabila suatu model telah sesuai dengan kriteria blue
linear unbiased estimator (BLUE). Dalam pengujian kriteria BLUE tersebut maka
diperlukan lima uji asumsi klasik yakni uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, uji
multikolinearitas, uji linearitas, dan uji normalitas. Namun dalam penelitian ini
menggunakan uji beda maka hanya uji normalitas yang diperlukan Widyasaputra
(dalam Dasmanto, 2012)
3.4.1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel
terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Ada
dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak, yaitu
dengan analisi grafik dan uji statistik. Deteksi adanya masalah normalitas data dengan
analisis grafik adalah dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal
dari grafik.
Dasar pengambilan keputusan:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan /atau tidak mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Sedangkan uji normalitas dengan uji statistik sederhana adalah dengan melihat
kurtosis dan skewness dari residual dan uji statistik non parametrik Kolmogorov-
Smirnov (K-S). Menurut Imam (2006), Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) juga
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
digunakan untuk menguji normalitas data. Caranya adalah dengan menentukan
terlebih dahulu hipotesis pengujian, yaitu:
Hipotesis Nol (Ho) : data terdistribusi secara normal
Hipotesis alternatif (Ha) : data tidak terdistribusi secara normal
Untuk menolak atau menerima hipotesis digunakan:
Jika Sig > 5% maka : Ho diterima
Jika Sig < 5% maka : Ho ditolak
3.4.2. Uji Peringkat Tanda Wilcoxon (Wilcoxon Signed Rank Test)
Data yang digunakan dalam penelitian ini yakni bersumber dari Bursa Efek Indonesia
yang nilainya tidak terdistribusi normal. Suatu metode non parametrik akan lebih
sesuai dalam melakukan pengujian apabila suatu data yang diperoleh tidak
terdistribusi secara normal. Penggunaan Wilcoxon signed rank test untuk mengetahui
signifikansi perubahan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah implementasi
peraturan Bapepam LK VIII.G.7. dengan membandingkan perbedaan masing-masing
indikator (pengukuran). Terdapat lima pengukuran kualitas laba pada penelitian ini;
Kualitas akrual, Persistensi Laba, Prediktabilitas Laba, Relevansi Laba, dan
Timeliness.
3.4.3. Paired Sample t-Test (Uji t Sampel Berpasangan)
Paired Sample t-test atau uji t sampel berpasangan merupakan uji parametrik yang
digunakan untuk menguji hipotesis yang sama atau berbeda diantara dua variabel
(Amelia, 2012). Nilai kualitas laba berdasarkan lima kategori pengukuran akan
dibandingkan dan diuji perbedaannya dengan menggunakan uji t dua sampel.
Uji t adalah salah satu teknik analisis untuk menguji signifikansi dari sebuah
hipotesis secara parsial. Dalam menguji signifikansi tersebut maka akan
dibandingkan menggunakan signifikan t hitung dengan level of confidence sebesar
95% (a=5%) dan 90% (a=10%).
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Srivastava, Anup, 2014, Why have measures of earnings quality changed over
time?, Journal of Accounting and Economics
Dechow P., Ge W., Schrand C., Understanding earning quality: a review of
the proxies, their determinants and their consequences, Journal of Accounting and
Economics
Li Jun, Mei Bin, Li Sufang, The empirical research about the impact on the
accounting system changes to earning quality – taking manufacturing of a-shares as
an example, Applied Mechanics and Materials
Chebaane S., Othman B., 2014, The impact of adoption IFRS adoption on
value relevance of earnings and book value equity: the case of emerging markets in
Arican and Asian regions, Procedia Social and Behavioral Sciences
Brad L., Dobre F., Turlea C., Brasoveanu I.V., The impact of IIDRS adoption
in Romania upon the earnings management of the Bucharest stock exchange entities,
Procedia Social and Behavioral Sciences
Widjaja F.P., Maghviroh R.E., Analisis perbedaan kualitas laba dan nilai
perusahaan sebelum dan sesudah adanya komite pada bank-bank go public di
Indonesia, The Indonesian Accounting Review
Iliev Peter, The effect of SOX section 404: cost, earnings quality, and stock
prices, The Journal of Finance
Cornell B., Landsman W.R., 2003, Accounting Valuation: Is Earnings Quality
an Issue?, Financial Analysts Journal.
Chen Jengfang, Duh R.R., Hsu Audrey W.H., 2014, Can anglo-saxon audit
comitte scheme improve earnings quality in non-anglo-saxon environments?, Journal
of Accounting and Economics
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA
Francis, J., R. LaFond, P. Olsson, and K. Schipper, 2004 ,Cost of equit and
earnings attributes, The Accounting Review.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Anlisis Multivariate dengan Program SPSS,
Edisi Keempat, Cetakan Keempat, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
UNIVERSITAS INDONESIAUNIVERSITAS INDONESIA