B Indonesia

21
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Bahasa Indonesia”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibu Alfa Mitri Suhara, M.Pd. selaku dosen yang telah memberikan bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik itu pengetahuan, pengalaman maupun kemampuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran maupun kritik membangun yang bertujuan agar hasil makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua khalayak. Akhir kata kami berharap, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Semoga Allah SWT akan senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta taufik-Nya kepada kita semua. Amin. Bandung, September 2015 i

description

makalah bab 1

Transcript of B Indonesia

Page 1: B Indonesia

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perkembangan Bahasa

Indonesia”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Bahasa Indonesia.

Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada Ibu

Alfa Mitri Suhara, M.Pd. selaku dosen yang telah memberikan bimbingan sehingga makalah

ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik itu pengetahuan,

pengalaman maupun kemampuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran maupun kritik

membangun yang bertujuan agar hasil makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua

khalayak.

Akhir kata kami berharap, semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi

pembaca. Semoga Allah SWT akan senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta taufik-

Nya kepada kita semua. Amin.

Bandung, September 2015

Penulis

i

Page 2: B Indonesia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................5

2.1 Tujuan Mempelajari Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi.................5

2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia................................................................................5

2.3 Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia...................................................................8

2.4 Ragam Bahasa...........................................................................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan................................................................................................................11

3.2 Saran..........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii

Page 3: B Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua jenjang

pendidikan di Indonesia. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh

karena itu pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan

berbahasa, yaitu mendengarkan atau menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Secara

prinsip pengajaran bahasa bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam

berbahasa, yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan

membaca, dan keterampilan menulis. Empat keterampilan bahasa tersebut merupakan satu

kesatuan yang merupakan catur tunggal.

Berbicara adalah bercakap atau berbahasa yang memerlukan bahasa untuk menyampaikan

maksud dan tujuan pada lawan bicaranya. Berbicara merupakan salah satu keterampilan

berbahasa yang rentan terhadap ketidaksantunan berbahasa. Seseorang yang terampil

berbicara pasti mempertimbangkan apa yang akan diakatakan sebelum dia mengatakan

sesuatu. Pertimbangan itu berupa konteks yang diwujudkan oleh Dell Hymes kedalam

delapan komponen, beberapa diantaranya adalah pihak-pihak yang terlibat dalam

pembicaraan, kapan perbicaraan berlangsung, dan mengacu pada norma atau aturan yang

berlaku dalam berinteraksi.

Keterampilan berbicara memerlukan bahasa sebagai alat komunikasi dan berinteraksi

antara penutur dan mitra tutur. Untuk dapat berbahasa dengan santun dan dengan perilaku

yang sesuai dengan etika berbahasa, tentunya harus dipenuhi dulu persyaratan bahwa kita

telah dapat menguasai bahasa dengan baik. Bahasa itulah yang nantinya yang akan digunakan

oleh para penuturnya untuk berkomunikasi atau berinteraksi dalam suatu tuturan.

Tuturan yang bisa dikatakan santun adalah apabila seseorang tersebut tidak terdengar

memaksa atau angkuh, tuturan itu memberi pilihan tindakan kepada lawan tutur, dan lawan

tutur itu menjadi senang. Jadi dapat dikatakan bahwa kesantunan adalah sebuah

penghormatan atau penempatan seseorang pada tempat terhormat, atau sekurang-kurangnya

menempatkan seseorang pada tempat yang diinginkannya. Namun kenyataan di lapangan

sangatlah berbeda. Belakangan ini konsep dasar kesantunan berbahasa sulit ditemukan dalam

1

Page 4: B Indonesia

bahasa seseorang yang diwujudkan dalam tuturannya. Hal ini bisa dipengaruhi karena

kemajuan teknologi yang menyebabkan memudarnya kebudayaan timur dan lunturnya

norma-norma kesantunan dalam segala hal, sehingga memberi pengaruh buruk bagi

masyarakat, khususnya kaum terpelajar, yaitu siswa.

Selain itu, kemajuan teknologi juga menyebabkan rendahnya etika dan moral masyarakat,

khususnya terjadi di lingkungan sekolah sehingga sering ditemukan ragam bahasa yang tidak

seharusnya diucapkan oleh seorang terpelajar justru akrab sekali diucapkan mereka di

lingkungan sekolah dan tindakan yang buruk pun menjadi sesuatu kebiasaan siswa-siswa di

sekolah. Salah satunya adalah tawuran. Salah satu sebab terjadinya tawuran antarpelajar

adalah karena seorang pelajar bertemu dengan palajar lain, mereka tidak saling menyapa dan

memberi salam, melainkan saling melototkan mata. Sehingga bukan kesantunan berbahasa

yang terjalin melainkan kekerasan fisik, yaitu tawuran itu sendiri.

Perilaku bertutur yang dikatakan santun adalah apabila seseorang memperhatikan etika

berbahasanya terhadap lawan bicara. Etika berbahasa erat kaitannya dengan norma-norma

sosial yang berlaku dalam satu masyarakat. Oleh karena itu, etika bahasa ini antara lain akan

mengatur apa yang harus dikatakan pada waktu dan keadaan tertentu dan ragam bahasa, apa

yang wajar kita gunakan dalam situasi sosiolinguistik dan budaya tertentu.

Proses pendidikan merupakan salah satu wadah bagi berlangsungnya kebudayaan. Proses

pendidikan sebagai alat kebudayaan dimungkinkan karena fasilitas bahasa. Fasilitas yang

baik membantu pencapaian tujuan. Artinya tujuan pendidikan hanya akan tercapai apabila

bahasa sebagai fasilitasnya terpelihara dengan baik, difungsikan dengan tepat, dan

dikembangkan dengan cermat agar terjadi yang namanya kesantunan dalam interaksi. Bahasa

berbicara mengenai ragam bahasa yang digunakan dalam proses pendidikan. Ragam bahasa

yang digunakan haruslah menggunakan bahasa yang baik dan benar, bukan ragam bahasa

yang tak sepantasnya yaitu bahasa-bahasa kasar dan melanggar prinsip kesantunan yang

menyebabkan terjadinya ketidaksantunan dalam proses pendidikan. Selain itu, sikap saling

menghargai juga sangat diperlukan dalam berkomunikasi. Hal ini dapat dilihat pada cara

mengambil alih giliran berbicara dan penggunaan intonasi atau kualitas suara yang harus

disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat berkomunikasi agar terpelihara kesantunan.

Baik dalam pendidikan formal maupun nonformal, komunikasi dapat berlangsung dengan

menggunakan ragam santai dan ragam resmi. Ragam resmi merupakan variasi bahasa yang

digunakan dalam situasi resmi, misalnya dalam rapat dinas, ceramah keagamaan dan pidato

kenegaraan. Sedangkan ragam santai adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada situasi

non formal.

2

Page 5: B Indonesia

Peristiwa tutur yang di dalamnya menggunakan ragam resmi dapat dijumpai dalam

proses pembelajaran di sekolah. Dalam proses pembelajaran, siswa dituntut berkomunikasi,

mengeluarkan pikiran dan gagasannya dengan bahasa yang sesuai dengan standar yang

berlaku yaitu etika berbahasa dan disertai aturan-aturan yang berlaku di dalam budaya

tersebut. Serangkaian tata tertib atau aturan-aturan tentang bagaimana seharusnya seseorang

berbahasa inilah yang kemudian disebut kesantunan berbahasa.

Berbicara tentang kesantunan berbahasa berarti berbicara tentang pemilihan kode bahasa,

norma-norma sosial, dan sistem budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Greetz

kemudian merinci kesantunan berbahasa ke dalam lima poin sebagai berikut:

1. Apa yang harus dikatakan pada waktu tertentu kepada seorang partisipan tertentu

berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat.

2. Ragam bahasa yang paling wajar digunakan dalam peristiwa tutur dan budaya tertentu.

3. Kapan dan bagaimana giliran berbicara dan menyelah pembicaraan orang lain itu

digunakan.

4. Kapan harus diam.

5. Bagaimana kualitas suara dan sikap fisik di dalam berbicara itu.

Poin-poin di atas menjelaskan bahwa penggunaan bentuk-bentuk sapaan, penggunaan

intonasi, kapan giliran berbicara, serta bagaimana gerakan tubuh/mimik bukanlah sesuatu

yang dapat digunakan secara bebas. Kesantunan berbahasa jika dikuasai dengan baik

menjadikan manusia beradab, dihargai, dan hidup menjadi tentram. Banyak hal dalam

kehidupan manusia yang membuatnya dihargai dan disanjung hanya karena tindak tuturnya

yang santun.

Sebaliknya, seseorang akan tidak dihargai oleh masyarakat hanya karena tindak

tuturnya yang tidak santun, sekalipun ia seorang yang berkecukupan dan terpelajar. Masalah

yang besar lainnya yang dapat terjadi sebagai dampak dari ketidaksantunan adalah

perselisihan atau perpecahan yang dapat mengakibatkan jatuhnya korban materi dan jiwa.

Seperti yang diutarakan sebelumnya, seseorang baru dapat disebut pandai berbahasa jika dia

menguasai tatacara atau kesantunan berbahasa. Demikian halnya di dalam lingkungan

sekolah, siswa diajari dan dituntut mampu menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah atau

norma kebahasaan. Oleh karena itu, pendidikan menjadi salah satu wadah terbentuknya

kesantunan berbahasa.

3

Page 6: B Indonesia

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa tujuan mempelajari Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi?

2. Bagaimana perkembangan Bahasa Indonesia?

3. Apa fungsi dan kedudukan Bahasa Indonesia?

4. Apa yang dimaksud dengan ragam bahasa?

4

Page 7: B Indonesia

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Mempelajari Mata Kuliah Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi

2.1.1 Tujuan Umum: Mahasiswa memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

1. Kesetiaan bahasa: mendorong mahasiswa memelihara bahasa nasional dan

apabila pelu mencegah adanya pengaruh asing.

2. Kebanggaan bahasa: mendorong mahasiswa mengutamakan bahasanya dan

menggunakannya sebagai lambang identitas bangsanya.

3. Kesadaran akan adanya norma bahasa: mendorong mahasiswanya

menggunakan bahasanya sesuai dengan kaidah yang berlaku.

2.1.2 Tujuan Khusus: Mahasiswa, calon sarjana, terampil menggunakan bahasa

Indonesia dengan benar, baik secara tertulis maupun secara lisan.

1. Tujuan jangka pendek

a. Mahasiswa mampu menyusun sebuah karya ilmiah sederhana dalam

bentuk dan isi yang baik, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang

baik dan benar.

b. Mahasiswa dapat membuat tugas-tugas (karangan ilmiah sederhana) dari

dosen-dosen dengan menerapkan dasar-dasar yang diperoleh dari kuliah

bahasa Indonesia.

2. Tujuan jangka panjang

a. Mahasiswa mampu menyusun skripsi sebagai syarat ujian sarjana.

b. Mahasiswa lebih terampil menyusun kertas kerja, laporan penelitian, surat,

dan karya ilmiah lainnya setelah lulus.

2.2 Perkembangan Bahasa Indonesia

2.2.1 Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah

bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-Sulawesi, yang digunakan

sebagai lingua franca di Nusantara sejak abad-abad awalpenanggalan modern. Aksara

pertama dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir tenggara Pulau

Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini menyebar ke berbagai tempat di

5

Page 8: B Indonesia

Nusantara dari wilayah ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang

menguasai jalur perdagangan. Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai

Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang bertempat di Batang Hari, Jambi,

dimana diketahui bahasa Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o"

sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu berkembang secara luas dan

menjadi beragam. Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa

Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi

karena penguasaan bahasa Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Pada

awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat.

Pada tahun 1901, Indonesia sebagai Hindia-Belanda mengadopsi ejaan Van

Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian

dari Malaysia) di bawah Inggrismengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen

diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu(dimulai tahun 1896) van Ophuijsen,

dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan

Ibrahim. Kemudian pada tahun 1908 Pemerintah Hindia-Belanda (VOC) mendirikan

sebuah badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor de

Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat). Intervensi pemerintah semakin kuat dengan

dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada

tahun 1908, yang kemudian pada tahun 1917 ia diubah menjadi Balai Pustaka. Balai

itu menerbitkan buku-buku novel seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku

penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit

membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "Bahasa Persatuan Bangsa"

pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu

sebagai bahasa nasional atas usulanMuhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan,

dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin

mengatakan,

"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan

kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa

persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah

yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."

Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak

dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur

Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus,

6

Page 9: B Indonesia

dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah

perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.

Pada tahun 2008 direncanakan sebagai Tahun Bahasa 2008. Oleh karena itu,

sepanjang tahun 2008 telah diadakan kegiatan kebahasaan dan kesastraan. Sebagai

puncak dari seluruh kegiatan kebahasaan dan kesastraan serta peringatan 80 tahun

Sumpah Pemuda, diadakan Kongres IX Bahasa Indonesia pada tanggal 28 Oktober-1

November 2008 di Jakarta. Kongres tersebut akan membahas lima hal utama, yakni

bahasa Indonesia, bahasa daerah, penggunaan bahasa asing, pengajaran bahasa dan

sastra, serta bahasa media massa. Kongres bahasa ini berskala internasional dengan

menghadirkan para pembicara dari dalam dan luar negeri. Para pakar bahasa dan

sastra yang selama ini telah melakukan penelitian dan mengembangkan bahasa

Indonesia di luar negeri sudah sepantasnya diberi kesempatan untuk memaparkan

pandangannya dalam kongres  ini.

Untuk mengikuti pertumbuhan bahasa Indonesia dari awal, terdapat fakta-

fakta historis hingga sekarang sebagai berikut.

a. Sebelum Masa Kolonial

Bahasa Melayu dipakai oleh kerajaan Sriwijaya pada abad VII. Hal ini terbukti

dengan adanya empat buah batu bertulis peninggalan kerajaan Sriwijaya. Keempat

batu bersurat itu ditemukan di Kedukan Bukit (80), di Talang Tuwo (dekat

Palembang) (684), di Kota Kapur (Bangka Barat) (686), di Karang Berahi (Jambi)

(688). Bukti lain ditemukan di Pulau Jawa yaitu di Kedu. Di situ ditemukan sebuah

prasasti yang terkenal bernama inskripsi Gandasuli (832) Berdasarkan penyelidikan

Dr. J.G. De Casparis dinyatakan bahwa bahasanya adalah bahasa Melayu kuno

dengan adanya dialek Melayu Ambon, Timor, Manado, dsb.

b. Masa Kolonial

Ketika orang-orang barat sampai di Indonesia pada abad XVII, mereka

menghadapi suatu kenyataan bahwa bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa resmi

dalam pergaulan dan bahasa perantara dalam perdagangan.

Ketika bangsa Portugis maupun bangsa Belanda mendirikan sekolah-sekolah,

mereka terbentur dalam soal bahasa pengantar. Usaha menerapkan bahasa Portugis

dan Belanda sebagai bahasa pengantar mengalami kegagalan. Demikian pengakuan

Belanda Dancerta tahun 1631. Ia mengatakan bahwa kebanyakan sekolah di Maluku

memakai bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar.

7

Page 10: B Indonesia

c. Masa Pergerakan Kebangsaan

Pada waktu timbulnya pergerakan kebangsaan terasa perlu adanya suatu bahasa

nasional, untuk engikat bermacam-macam suku bangsa di Indoensia. Suatu

pergerakan yang besar dan hebat hanya dapat berhasil kalau semua rakyat

diikutsertakan. Untuk itu, mereka mencari bahasa yang dapat dipahami dan dipakai

oleh semua orang. Pada mulanya agak sulit untuk menentukan bahasa mana yang

akan menjadi bahasa persatuan, tetapi mengingat kesulitan-kesulitan untuk

mempersatukan berbagai suku bangsa akhirnya pada 1926 Yong Java mengakui dan

memilih bahasa Melayu sebagi bahasa pengantar.

Dengan adanya bermacam-macam faktor seperti tersebut di atas, akhirnya pada

tanggal 28 Oktober 1928, yaitu saat berlangsungnya Kongres Pemuda Indonesia di

Jakarta dihasilkan ikrar bersama, “Ikrar Sumpah Pemuda”.

1. Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu Tanah air

Indonesia

2. Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia

3. Kami putra-putri Indonesia menjungjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

d. Masa Jepang dan Zaman Kemerdekaan

Setelah Perang Dunia II, ketika tentara Jepang memasuki Indonesia, bahasa

Indonesia telah menduduki tempat yang penting dalam perkembangan bahasa

Indonesia. Usaha jepang untuk menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa

Belanda tidak terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar di

lembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan

2.3 Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia

Bahasa indonesia mempunyai kedudukan yang sangat penting, antara lain, bersumber

pada ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami putra dan putri Indonesia

menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa bahasa Indonesia

sebagai bahasa nasional, kedudukannya berada di atas bahasa-bahasa daerah. Selain itu,

di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tercantum pasal khusus (Bab XV, Pasal 36)

mengenai kedudukan bahasa Indonesia yang menyatakan bahwa bahasa negara ialah

bahasa Indonesia. Dengan demikian ada dua macam kedudukan bahasa Indonesia.

Pertama, bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional, sesuai dengan

8

Page 11: B Indonesia

Sumpah Pemuda 1928, dan kedua bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa

negara, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945.

2.3.1 Fungsi Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

1. Lambang kebanggan kebangsaan

2. Lambang identitas nasional

3. Alat perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya.

4. Alat yang memungkinkan penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang

sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan

Indonesia.

Sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, bahasa Indonesia mencerminkan nilai-nilai

sosial budaya yang mendasari rasa kebangsaan kita. Sebagai lambang identitas nasional,

bahasa Indonesia kita junjung di samping bendera dan lambang negara kita. Sebagai alat

perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antar suku bangsa, bahasa Indonesia dipakai

untuk berhubungan antar suku bangsa di Indonesia sehingga ketidaksalahpaham sebagai

akibat perbedaan latar belakang sosial, budaya, dan bahasa tidak perlu terjadi.

Disamping ketiga dungsi di atas, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat yang

memungkinkan terlaksananya penyatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar

belakang sosial budaya dan bahasa yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan

kebangsaan yang bulat.

2.3.2 Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara

1. Bahasa resmi kenegaraan

2. Bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan

3. Alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan

4. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai antara lain: di dalam

segala upacara, peristiwa, dan kegiatan kenegaraan, dokumen-dokumen dan keputusan-

keputusan serta surat-surat yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai sebagai bahasa pengantar di

lembaga-lembaga pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi di

seluruh Indonesia.

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai alat perhubungan

pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

nasional untuk kepentingan pelaksanaan pemerintahan.

9

Page 12: B Indonesia

Sebagai alat pengembangan kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan

teknologi, bahasa Indonesia dipakai sebagai alat yang memungkinkan kita membina dan

mengembangkan kebudayaan nasional sehingga ia memiliki ciri-ciri dan identitasnya

sendiri, yang membedakannya dari kebudayaan daerah.

2.4 Ragam Bahasa

Berdasarkan pemakaiannya, bahasa memiliki bermacam-macam ragam sesuai

dengan fungsi, kedudukan, serta lingkungannya. Ragam bahasa pada pokoknya terdiri

atas raga, lisan dan ragam tulis. Ragam lisan terdiri atas ragam lisan baku dan ragam lisan

tak baku; ragam tulis terdiri atas ragam tulis baku dan ragam tulis tak baku.

Bahasa indonesia baku dipakai dalam:

1. Karang-mengarang

2. Pembicaraan pada situasi formal

3. Pembicaraan di depan umum

4. Pembicaraan di depan orang yang dihormati

Bahasa Indonesia tidak baku dipakai dalam situasi santai. Kedua ragam bahasa itu dapat

hidup berdampingan.

2.4.1 Sifat Ragam Bahasa Baku

Ragam bahasa baku memiliki dua sifat sebagai berikut.

1. Kemantapan dinamis: disamping memiliki kaidah dan aturan, relatif luwes atau

terbuka untuk perubahan sejalan perubahan masyarakat.

2. Kecendekiawan: sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit di

berbagai ilmu dan teknologi.

3. Seragam: pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman

bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik

keseragaman.

10

Page 13: B Indonesia

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan dari pembahasan diatas bahwa sumber dari bahasa Indonesia

adalah bahasa Melayu, bahasa Indonesia secara sosiologis resmi digunakan sebagai

bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928. Namun secara Yuridis bahasa

Indonesia di akui setelah kemerdekaan Indonesia yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945,

bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia karena bahasa Melayu telah

digunakan sebagai bahasa pergaulan (lingua franca) di nusantara dan bahasa Melayu

sangat sederhana dan mudah dipelajari serta tidak memiliki tingkatan bahasa, bahasa

Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, seiring

dengan perkembangannya bahasa Indonesia memiliki banyak ragam dan variasi

namun semua menambah kekayaan bahasa Indonesia sendiri.

3.2 SaranSebagaimana yang kita ketahui bahasa Indonesia sumbernya adalah bahasa

Melayu. Sebagai bangsa yang besar selayaknyalah kita menghargai nilai-nilai sejarah

tersebut dengan tetap menghormati bahasa Melayu. Disamping itu alangkah baiknya

apabila kita menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

11

Page 14: B Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Wachit. 2013. Sejarah, Fungsi dan Kedudukan Bahasa Indonesia. [Online].

Tersedia: http://coretanwnh.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-

bahasa.html

Sofyan, Agus Nero, H. Wahya, Eni Karlieni, dkk. 2014. Bahasa Indonesia dalam

Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Widyatama.

12