autoklaf

12
Prinsip, Cara Kerjam Dan Fungsi Tiap Bagian Autoklaf Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (121 0 C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. [1] [2] Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf [1] . Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme [1] . Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora , yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri , sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik [1] . Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut [1] . Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal [1] . Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C [1] . Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C [3] . Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit [1] . Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi [1] . Performa autoklaf diuji dengan indicator biologi, contohnya Bacillus stearothermophilus [4] [5] . Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak bila dibakar. Proses sterilisasi dibagi

description

autoklaf

Transcript of autoklaf

Prinsip, Cara Kerjam Dan Fungsi Tiap Bagian Autoklaf

Autoklafadalah alat pemanas tertutup yang digunakan untukmensterilisasisuatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit.[1][2]Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf[1]. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme[1]. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuhendospora, yaituselresisten yang diproduksi olehbakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik[1]. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut[1]. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal[1]. Pada suhu 121C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65C[1].Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121C[3]. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121C untuk waktu 10-15 menit[1]. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi[1]. Performa autoklaf diuji dengan indicator biologi, contohnyaBacillus stearothermophilus[4][5].Yang dimaksud sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak bila dibakar. Proses sterilisasi dibagi menjadi dua yaitu sterilisasi basah dan kering. Sterilisasi basah yaitu sterilisasi yang menggunakan autoklaf dengan temperatur 121C atau 0,15 Mpa selama 15-20 menit. Serilisasi kering yaitu yaitu sterilisasi yang menggunakan oven dengan temperatur 160-170 derajat Celsius selama kurag lebih 2 jam. Sterilisasi ditujukan agar terjadi denaturasi protein dan terutama tidak aktifnya enzim yang digunakan untuk metabolisme bakteri dan perlakuan panas ditujukan untuk membunuh spora bakterinya. Sterlisasi pada medium dan alat-alat bertujuan untuk mencegah adanya bakteri yang tidak di inginkan dalam pembiakan.

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untukmensterilisasisuatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuhendospora, yaituselresisten yang diproduksi olehbakteri. Sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik.Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar diautoklaf sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi. Performa autoklaf diuji dengan indikator biologi, contohnyawww.sciencebiotech.com[diakses tanggal 3 Oktober 2011]Pelczar, Michael J. 1988.Dasar-Dasar Mikrobiologi, 954. Jakarta: UI press.

MAKALAH DESINFEKTAN

MAKALAH DESINFEKTAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi. Bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas dan fungsi serta target mikroorganime yang akan dimatikan. Dalam proses desinfeksi sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik (pemanasan) dan cara kimia (penambahan bahan kimia). Dalam tulisan ini hanya difokuskan kepada cara kimia, khususnya jenis-jenis bahan kimia yang digunakan serta aplikasinya. Banyak bahan kimia yang dapat berfungsi sebagai desinfektan, tetapi umumnya dikelompokkan ke dalam golongan aldehid atau golongan pereduksi, yaitu bahan kimia yang mengandung gugus -COH; golongan alkohol, yaitu senyawa kimia yang mengandung gugus -OH; golongan halogen atau senyawa terhalogenasi, yaitu senyawa kimia golongan halogen atau yang mengandung gugus -X; golongan fenol dan fenol terhalogenasi, golongan garam amonium kuarterner, golongan pengoksidasi, dan golongan biguanida. Telah dilakukan perbandingan koefisien fenol turunan aldehid (formalin dan glutaraldehid) danhalogen (iodium dan hipoklorit) terhadap mikroorganisme Staphylococcus aureusdan Salmonella typhi yang resisten terhadap ampisilin dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan dari disinfektan turunan aldehid dan halogen yang dibandingkan dengan fenol dengan metode uji koefisien fenol . B. Rumusan Masalah Dalam pembahasan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang ada pada latar belakang yang akan di bahas pada makalah ini yaitu sebagai berikut: 1. Pengertian Desinfektan? 2. Aspek-aspek desiinfektan? 3. Macam-macam antiseptic dan desinfektan? C. Tujuan Dalam makalah ini bertujuan agar lebih mengetahui pengertian daridesinfektan dan antiseptic, dan mengetahui macam-macam dari desinfektan dan antiseptic. BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Desinfektan Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati. Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut. 10 kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu : a. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar b. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan c. kelembaban d. Tidak toksik pada hewan dan manusia e. Tidak bersifat korosif f. Tidak berwarna dan meninggalkan noda g. Tidak berbau/ baunya disenangi h. Bersifat biodegradable/ mudah diurai i. Larutan stabil j. Mudah digunakan dan ekonomis k. Aktivitas berspektrum luas B. Aspek-aspek Desi infeksi. Kecepatan atau keampuhan desi infektan tergantung dari beberapa factor yaitu: a) Keadaan mikro organism. b) Waktu kontak. c) Faktor lingkungan. d) Desinfektan. a.Keadaan mikro organism. 1. jenis Jenis ikro organism, yaitu bakteri virus, atau parasit, mempunyai kepekaan tertentu terhadap desi infektan yang berlainan misalnya resistensi cyfte protozoa > enterrovirus > enteric bacteria. 2. jumlah Jumlah mikro organism yang terutama yang pathogen, akan memerkukan dosis desiinfektan yang lebih besar pula. 3. umur Umur mikro organism akan mempengaruhi pula efektivitas desiinfektan 4. penyebaran Mikro organism yang menyebar akan mudah ditembus desiinfektan. Sebaliknya kumpulan bakteri akan lebih sulit di tembus oleh desiinfektan. Bakteri cenderung membentuk clam dengan suspenden solic yang ada didalam air, sehingga air yang keruh harus dicurigai sebagai air yang mempunyai bakteri pantogen yang lebih banyak. b. Waktu kontak. Untuk dapat berfungasi dengan optimal, desiinfektan harus mempunyai waktu kontan yang cukup denagan air yang diproses. Efektivitas desiinfektan dapat ditunjukan dengan suhu atau konstanta yang merupakan hasil kosentari dengan waktu kontan. c. Factor lingkungan 1. Suhu Makin tinggi suhu air, makin tinggi pula efektifita desinfektan. 2. PH Setiap desinfektan akan berfungsi dengan optimal pada Ph tertentu, 3. Kualitas air Air yang mengandung zat organic dan unsure lainnya, akan mempengaruhi besarnya choline demend, sehingga di perlukan kosentrasi clorine yang makin tinggi. 4. Pengelolaan air Proses yang d lakukan sebelum desinfektan, pengendap dan faksin akan mempengaruhi hasil yang di capai. d. Jenis Desinfektan 1. Chlorin Chlorin banyak di gunakan dalam pengelolaan air bersih dan air lmbah sebagai oksidator dan desinfektan. Sebgai oksidant. Chlorine di gunakan untuk mengunakan rasa dan warna pada pengelolaan air bersih. Macam-macam chlorine a. Anorganik cholaramine b. Organic cholaramine c. Cholorine di oksida 2. Ozone Ozone bersifat larut d dalam air dan mudah berkomposisi pada temperature dan PH tinggi. Karena sifat terakhir ini, maka harus di siapkan/di buat sesaat sebelum di gunakan. Ozone merupakan oksidator kuat dan bereaksi dengan cepat dengan hamper semua zat organic dan anorganik. Meskipun demikian, perkecualian terjadi bagi ion cholorida karena karena tidak bereaksi dengan ozone atau ammonia yang hanya sedikit bereaksi dengan ozone. Sifat ozone yang bereaksi dengan cepat menyebabkan persitensinya di dalam air hanya sebentar saja. Dengan demikian desinfektan ini kurang efekti bila di masudkan untuk menjaga kualtas air yang terkontaminasi di jaringan distribusi. Ozone sanagat tidak stabil di da;am air serta mempunyai waktu paru sebesar 40 menit ada PH 7,6 dan suhu 14,6 oC. pada suhu udara bebas, di perkirakan waktu luruhnya hanya sekitar 20 menit kemampuan ozone untuk membunuh mikrorganisme. 3. Yodine dan bromine Sudah sejak lama lodine di gunakan sebagai antiseptic pada luka yang kita derita. Meskipun pengunaannya sebagai desinfektan tidak/kurang popular saat ini. sperti hanya cholorine dan bromine, penggunaan lodine memerlukan memerlikan biaya yang lebih besar. Aktivitas lodine dan dalam membinaskan bakteri dan cyste sangat tergantu pada PH. Akan membinasakan virus dan lodine lebih efektif daripada chloride danbromine. 4. Bromine merupakan bakteri dan virusida yang efektif. Pada kehadiran ammonia di dalam air, bromine masih lebih efektif bila di bandingkan dengan chlorine. Sebagi cystesida, asam hypobromous masih tetap aktif pada PH > 9. C.Macam-Macam Desinfektan yang lain. 1.Garam Logam Berat Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat. 2.Zat Perwarna Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang. 3.Klor dan senyawa klor Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan dan minum. 4.Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis Larutan fenol 2 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan menjadi menarik. 5.Kresol Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan) pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir. 6.Alkohol Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai pengawet). 7.Formaldehida Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal sebgai formalin. 8.Etilen Oksida Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian besar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida. 9.Hidogen Peroksida Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi. Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob. 10.Betapropiolakton Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga setelah beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa. 11.Senyawa Amonium Kuaterner Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya mengandung karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa senyawa ini bakteriostatis atau bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif. 12.Sabun dan Detergen Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain, menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian. 13.Sulfonamida Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia. Terutama bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan, Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide. 14.Antibiotik Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain. Pembicaraan dalam hal ini akan difokuskan pada desinfektan tingkat rendah. Desinfektan Tingkat Rendah dapat dibagi menjadi 2 golongan: Golongan 1. Desinfektan yang TIDAK membunuh virus HIV dan Hepatitis B o Klorhexidine (Hibitane, Savlon) o Cetrimide (Cetavlon. Savlon) o Fenol-fenol (Dettol) Desinfektan golongan ini TIDAK AMAN untuk digunakan: Membersihkan cairan tubuh (darah, feses, urin dan dahak) Membersihkan peralatan yang terkena cairan tubuh misalnya sarung tangan yang terkena darah Klorheksidine dan Cetrimide dapat digunakan sebagai desinfekan kulit Fenol-fenol dapat digunakan untuk membersihkan lantai dan perabot seperti meja dan almari namun penggunaan air dan sabun sudah dianggap memadai. Golongan 2. Desinfektan yang membunuh Virus HIV dan Hepatistis B o Desinfektan yang melepaskan klorin Contoh: Natrium hipoklorit (pemutih, eau de javel), Kloramin (Natrium tosilkloramid, Kloramin T) Natrium Dikloro isosianurat (NaDDC), Kalsium hipoklorit (soda terklorinasi, bubuk pemutih) o Desinfektan yang melepaskan Iodine misalnya : Povidone Iodine (Betadine, Iodine lemah) o Alkohol : Isopropil alkohol, spiritus termetilasi, Etanol o Aldehid : Formaldehid (formalin), Glutaraldehid (Cidex) o Golongan lain misalnya : Virkon dan H2O2 desinfektan yang melepaskan klorin Desinfektan jenis ini dapat digunakan untuk membersihkan cairan tubuh Mendesinfeksi sarung tangan yang terkena darah Golongan ini TIDAK digunakan untuk mendesinfeksi instrumen 5. JANGAN GUNAKAN DESINFEKTAN PEMBEBAS KLORIN UNTUK MENDESINFEKSI JARUM DAN SYRINGE (Tabung Suntik) Konsentrasi larutan klorin dapat ditulis dengan tiga cara Persentase (0,5 %) Gram per liter (5 g/l) Ppm (5000 ppm) Contoh : 1%=10g/l=10,000 ppm Konsentarsi yang diperluan untuk membunuh Virus HIV dan Hepatitis B Kondisi kotor, misalnya terdapat cairan darah dalam jumlah besar ----- 0,5 % larutan Kondisi bersih, misalnya terdapat cairan darah dalam jumlah kecil ----- 0,1 % larutan Bagaimana mendapatkan desinfektan pembebas klorin Di daerah terpencil dan kota-kota kecil, dapat digunakan pemutih rumah tangga dalam konsentrasi 3% s.d 15%. Jika mungkin ujilah beberapa sampel untuk menentukan berapa konsentrasi klorin sebenarnya. Jika hal itu tidak dapat anda lakukan gunakan selalu konsentrasi 5%. Usahakan mengunakan pemutih yang terbaru paling lama 3 bulan setelah diproduksi. Pemutih dapat dengan mudah kehilangan daya kerjanya terlebih dalam cuaca panas. Kloramid dan NaDDC tersedia di toko-toko obat dan apotik. WAKTU KADALUWARSA Larutan encer : 24 jam Larutan baru harus dibuat setiap hari Beberapa produk mempunyai waktu kadaluwarsa yang lebih panjang yang dapat dilihat dari label/informasi yang diberikan produsen WAKTU KONTAK Secara umum waktu kontak untuk desinfektan golongan ini adalah 10 - 15 menit Waktu kontak tidak boleh lebih dari 30 menit dimana ada kemungkinan merusak kulit. PERINGATAN ! Simpan larutan pemutih baik-baik Gunakan sarung tangan ketika membersihkan sisa-sisa cairan tubuh Jangan gunakan wadah logam atau kayu untuk menyimpan cairan klorin. Gunakan wadah plastik Jangan gunakan untuk peralatan logam khususnya instrumen yang digunakan untuk mata karena korosi dan berkarat. Larutan hanya akan bekerja jika konsentrasi yang digunakan tepat. Sangat mungkin untuk membuat cairan tidak di bangsal. PETUNJUK PRAKTIS Membersihkan tumpahan darah Untuk ceceran darah dalam jumlah kecil Bersihkan ceceran darah dengan menggunakan lap . Jika tersedia gunakan lap sekali pakai. Jika lap seperti ini tidak ada anda dapat melihat bagaimana cara membuat lap sendiri untuk membersihkan ceceran darah. Sapulah daerah tadi dengan larutan klorin 0,1% Untuk ceceran darah dalam jumlah besar Tutupi darah dengan lap. Tuangkan 0,5% larutan klorin sehingga cukup untuk menggenangi daerah dimana ada darah tersebut. Biarkan selama 10 menit. Sapulah lap, darah dan klorin yang ada dengan menggunakan lebih banyak lap lain. Sapulah lagi daerah tersebut dengan larutan klorin Membuat Lap Sendiri Potonglah lap kain menjadi potongan-potongan kecil yang berukuran kurang lebih 21 x 30 cm2. Gunakan potongan tersebut untuk menghapus ceceran darah. Sesudah digunakan masukkan lap tersebut ke dalam ember plastik . Rendam dengan larutan klorin 0,1% selama 10 menit sehingga aman untuk dipegang. Cuci dan keringkan lap tersebut. Sekarang lap tersebut aman untuk digunakan kembali TIPS Di kamar bersalin dan kamar bedah sering dijumpai banyak sisa-sisa darah tercecer di sarung tangan. Sebelum diambil bilaslah sarung tangan dengan larutan klorin 0,1% untuk menghilangkan darah. Kemudian masukkan sarung tangan tersebut ke dalam ember dan rendam dengan larutan klorin 0,1% selama 10 menit. Sekarang sarung tangan tersebut aman untuk diambil. Sarung tangan tersebut dapat dicuci dengan air dan dikeringkan dengan cara biasa. Tabel 1. Penggunaan desinfektan pembebas klorin Kandungan Bagaimana membuat 1 liter larutan Komentar Perkiraan beaya per liter dari larutan 0,5%**) Natrium hipoklorit (pemutih) 5% Larutan 0,5% 100 ml pemutih dalam 1 liter air Larutan 0,1% 20 ml pemutih dalam 1 liter air Simpan dalam botol dingin di tempat gelap. Jangan membeli terlalu banyak pemutih karena mudah mengalami penurunan potensi Rp. 450,- Kloramin Larutan 0,5% 20 g per liter Contoh : jika menggunakan tablet 500 mg, gunakan 40 tablet setiap liter Larutan 0,1%*) 20 g/liter Tersedia dalam bentuk serbuk atau tablet. Lebbih stabil daripada pemutih namun tetap memerlukan ruangan dingin dan gelap Rp. 3.600,- Tablet Natrium dikloro isosianurat (mengandung 1,5 g klorin setiap tablet) Larutan 0,5% 4 tablet setiap liter Larutan 0,1% 1 tablet setiap liter Tablet tersedia dengan beragam potesi. Ikuiti petunjuk pabrik. Jika membuat larutan 0,5% dari serbuk gunakan 8,5 g per liter Rp. 2.500,- Kalsium hipoklorit Larutan 0,5% 7 g setiap liter Larutan 0,1% 1,4 g setiap liter Dalam kondisi normal seringkali menunjukkan adanya endapan dalam larutan Rp. 360,- *) Untuk beberapa bahan diperlukan jumlah yang lebih banyak untuk membuat larutan 0,1%. Hal ini terkait dengan kemurnian kimia bahan tersebut. **) Asumsi : $1= Rp. 9.000,- Catatan : 0,5%=5 g per liter=5000 ppm KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PENGGUNAAN BAHAN YANG MELEPASKAN KLORIN KEUNTUNGAN KERUGIAN Mempunyai aktivitas yang baik dalam melawan HIV dan Hepatitis B Tersedia luas sebagai pemutih rumah tangga Relatif murah dibandingkan disinfektan lain Bersifat korosif, sehingga perlu kehati-hatian jika digunakan terhadap permukaan logam Natrium hipoklorit mudah rusak sesudah dilarutkan Kesalahan dapat terjadi pada saat mengencerkan larutan APAKAH PERBEDAAN STERILISASI DAN DESINFEKSI Sterilisasi : Semua mikroba termasuk spora bakteri akan terbunuh Dapat dilakukan dengan menggunakan pemanasan uap (autoklav) atau dengan panas kering Dapat juga dilakukan dnegan penjenuhan dengan glutaraldehid atau formaldehid selama 10 jam Desinfeksi Tingkat Tinggi : Semua mikroba, sebagian dari spora bakteri terbunuh Dapat dilakukan dengan pendidihan selama 20 menit atau dengan penjenuhan dengan jumlah besar disinfektan selama 30 menit misalnya dengan mengunakan glutaraldehid atau H2O2 Desinfeksi Tingkat Rendah: akan menghilangkan jumlah mikroba sehingga peralatan atau permukaan badan aman untuk dipegang. Desinfeksi ini dapat dilakukan dengan beberapa macam disinfektan D.MEMBUAT LARUTAN DESINFEKTAN 1. MEMBUAT LARUTAN DESINFEKTAN a) Pengertian Menyiapkan/membuat larutan desinfektan sesuai ketentuan . b) Tujuan Menyediakan larutan desinfektan yang dapat digunakan secara tetap guna dan aman serta dalam keadaan siap pakai. c) Jenis desinfektan Sabun yang mempunyai daya antiseptic, misalnya Asepso, sopoderm Risol Kreolin Salvon PK (Permanganas Kalikus) Betadin d) Cara pembuatan Cara membuat larutan sabun e) Kegunaan Mencuci tangan dan peralatan, seperti alat tenun, logam, kaca, karet/plastic, kayu bercat dan yang berlapis formika. f) Persiapan alat Sabun padat, sabun krim, atau sabun cair Gelas ukur/spuit Timbangan (jika ada) Pisau atau sendok makan Alat pengaduk Air panas/hangat dalam tempatnya Ember/baskom Prosedur pelaksanaan 1. Membuat larutan dari sabun padat/krim Masukkan sabun padat sekurang-kurangnya 4 gram ke dalam ember berisi 1 liter air panas/hangat lalu aduk sampai larut. 2. Membuat larutan dari sabun cair Campurkan 3 cc sabun cair ke dalam eber berisi 1 liter air hangat, kemudian aduk sampai rata. 2) Cara membuat larutan lisol dan kreolin Kegunaan Lisol 0,5% : Memcuci tangan. Lisol 1% : Disinfeksi peralatan perawatan/ kedokteran. Lisol 2-3% : Merendam peralatan yang digunakan pasien pengidap penyakit menular, selama 24 jam. Kreolin 0,5% : Mendesinfeksi lantai. Kreolin 2% : Mendesinfeksi lantai kamar mandi/ WC/spulhok. Persiapan alat Larutan lisol Gelas ukur Ember berisi air Ember/baskom Kreolin Prosedur pelaksanaan 1. Membuat larutan lisol/kreolin 0.5% Campurkan 5 cc lisol/kreolin ke dalam 1 liter air. 2. Membuat larutan lisol/kreolin 2% sampai 3% Campurkan 20 cc sampai 30 cc lisol/kreolin ke dalam 1 liter air. 3) Cara membuat larutan savlon Kegunaan Savlon 0,5% : Mencuci tangan. Savlon 1% : Merendam peralatan perawatan/kedokteran. Persiapan alat Gelas ukur Ember atau baskom Ember berisi air secukupnya Prosedur pelaksanaan 1. Membuat larutan savlon 0,5% Campurkan 5 cc savlon ke dalam 1 liter air. 2. Membuat larutan savlon 1% Campurkan 10 cc savlon ke dalam 1 liter air. 4) Cara membuat larutan PK Rumus: Keterangan: V1 : Jumlah pelarut (air) yang sudah diketahui V2 : Jumlah pelarut (air) yang dicari K1 : Kosentrasi PK yang tersedia K2 : Kosentrasi PK yang dibutuhkan (1/4000) BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Sedangkan antiseptik didefinisikan sebagai bahan kimia yang dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup. Bahan desinfektan dapat digunakan untuk proses desinfeksi tangan, lantai, ruangan, peralatan dan pakaian. Pada dasarnya ada persamaan jenis bahan kimia yang digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan. Tetapi tidak semua bahan desinfektan adalah bahan antiseptik karena adanya batasan dalam penggunaan antiseptik. Antiseptik tersebut harus memiliki sifat tidak merusak jaringan tubuh atau tidak bersifat keras. Terkadang penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi, yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi. Referensi 1. ^ (Inggris)Departemen Pendidikan Nasional Indonesia. 2008.

MEMBUAT LARUTAN DESINFEKTANMEMBUAT LARUTAN DESINFEKTANPengertian Menyiapkan/membuat larutan desinfektan sesuai ketentuan .Tujuan Menyediakan larutan desinfektan yang dapat digunakan secara tetap guna dan aman serta dalam keadaan siap pakai.Jenis desinfektanSabun yang mempunyai daya antiseptic, misalnya Asepso, sopodermRisolKreolinSalvonPK (Permanganas Kalikus)BetadinCara pembuatan1)Cara membuat larutan sabunKegunaan Mencuci tangan dan peralatan, seperti alat tenun, logam, kaca, karet/plastic, kayu bercat dan yang berlapis formika.Persiapan alatSabun padat, sabun krim, atau sabun cairGelas ukur/spuitTimbangan (jika ada)Pisau atau sendok makanAlat pengadukAir panas/hangat dalam tempatnyaEmber/baskomProsedur pelaksanaan1.Membuat larutan dari sabun padat/krimMasukkan sabun padat sekurang-kurangnya 4 gram ke dalam ember berisi 1 liter air panas/hangat lalu aduk sampai larut.2.Membuat larutan dari sabun cairCampurkan 3 cc sabun cair ke dalam eber berisi 1 liter air hangat, kemudian aduk sampai rata.2)Cara membuat larutan lisol dan kreolinKegunaanLisol 0,5% : Memcuci tangan.Lisol 1% : Disinfeksi peralatan perawatan/ kedokteran.Lisol 2-3% : Merendam peralatan yang digunakan pasien pengidap penyakit menular, selama 24 jam.Kreolin 0,5% : Mendesinfeksi lantai.Kreolin 2% : Mendesinfeksi lantai kamar mandi/ WC/spulhok.Persiapan alatLarutan lisolGelas ukurEmber berisi airEmber/baskomKreolinProsedur pelaksanaan1.Membuat larutan lisol/kreolin 0.5%Campurkan 5 cc lisol/kreolin ke dalam 1 liter air.2.Membuat larutan lisol/kreolin 2% sampai 3%Campurkan 20 cc sampai 30 cc lisol/kreolin ke dalam 1 liter air.3)Cara membuat larutan savlonKegunaanSavlon 0,5% : Mencuci tangan.Savlon 1% : Merendam peralatan perawatan/kedokteran.Persiapan alatSavlonGelas ukurEmber atau baskomEmber berisi air secukupnyaProsedur pelaksanaan1.Membuat larutan savlon 0,5%Campurkan 5 cc savlon ke dalam 1 liter air.2.Membuat larutan savlon 1%Campurkan 10 cc savlon ke dalam 1 liter air.4)Cara membuat larutan PKRumus:Keterangan:V1 : Jumlah pelarut (air) yang sudah diketahuiV2: Jumlah pelarut (air) yang dicariK1 : Kosentrasi PK yang tersediaK2: Kosentrasi PK yang dibutuhkan (1/4000)

PERTIMBANGAN KHUSUS PEMBERIAN OBAT PADA KELOMPOK USIA TERTENTU (BAYI, ANAK-ANAK DAN LANSIA)BAYI DAN ANAKDosis untuk anak lebih rendah dari pada dosis pada dewasa, sehingga perhatian khusus perlu di berikan dalam menyiapkan obat untuk anak. Obat biasanya tidak disiapkan dan di kemas dalam rentang dosis yang di standarisasi untuk anak. Orang tua adalah sumber yang berharga dalam mempelajari cara terbaik pemberian obat pada anak. Kadang kala troma pada anak berkurang, jika orang tua yang memberikan obat dan perawat mengawasinya. Supaya anak kooperatif, perawatan diperlukan yang suportif. Perawat menjelaskan prosedur kepada anak, menggunakan kata-kata yang pendek dan sederhana, yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Jika anak dan orang tuanya dapat dilibatkan, perawat kemungkinan akan lebih berhasil dalam memberikan obat. Misalnya, katakan sekarang waktunya minum pil mu. Kamu ingin air atau jus? Izinkan anak menetapkan pilihan. Setelah obat diberikan, perawat dapat member pujian kepada anak atau menawarkan hadiah kecil, misalnya lambang bintang atau mata uang.LANSIAIndividu berusia lebih dari 65 tahun merupakan pengguna obat terbanyak (Ebersole, Hess, 1994). Perawat yang member obat kepada lansia harus mencermati 5 pola penggunaan obat oleh klien lansia sebagaimana yang diidentifikasi Ebersole, Hess, (1994).1.Polifarmasi. Artinya klien menggunakan banyak obat, yang diprogramkan atau tidak, sebagai upaya mengatasi beberapa gangga secara bersamaan. Apabila ini terjadi, ada risiko interaksi obat dengan obat lain dan makanan. Klien juga memiliki risiko lebih besar untuk mengalami reaksi yangmerugikan terhadap pengobatan.2.Meresepkan obat sendiri (self-prescribing of medication). Berbagai gejala dapat di alami oleh klien lansia, misalnya nyeri, konstipasi, insomnia dan ketidak mampuan mencerna.3.Obat yang dijual bebas. Obat yang di jual bebas di gunakan oleh 75% lansia untuk meredakan gejala.4.Pengguna obat yang salah (misuse). Bentuk-bentuk penggunaan obat-obat yang salah oleh lansia antara lain: penggunaan berlebihan (overuse), penggunaan yang kurang (underuse), penggunaan yang teratur (eratic use), dan penggunaan yang kontraindikasikan.5.Ketidakpatuhan (noncomplianse). Ketikpatuhan didefinisikan sebagai penggunaan obat yang salah secara disengaja. Dari semua populasi lansia 75% diantaranya tidak mematuhi program pengobatan secara sengaja dengan mengubah dosis obat karena obat dirasa tidak efektif atau efek samping obat tersebut membuat lansia tidak nyaman.