Atl laporan i
-
Upload
hasrah-haris -
Category
Documents
-
view
226 -
download
7
Transcript of Atl laporan i
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Larutan adalah sesuatu yang penting bagi manusia Dan makhluk hidup
pada umumnya. Reaksi-reaksikimia biasanya berlangsung antara dua
campuran zat, bukannya antara zat murni. Banyak reaksi kimia yang dikenal ,
baik di dalam laboratorium atau di industri terjadi di dalam larutan. Larutan
pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih dari satu
komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah besar disebut pelarut
atau solvent. Sedangkan komponen dalam jumlah sedikit disebut zat terlarut
atau solute. Konsentrasi dalam suatu larutan didefinisikan sebagai jumlah
solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat
dinyatakan dalam beberapa cara. Antara lain molaritas, molalitas, normalitas
dan sebagainya.
Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam larutan.
Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat
atau lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan
banyaknya zat terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan.
Larutan yang mengandung sebagian besar solut relatif terhadap pelarut,
berarti larutan tersebut konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila
mengandung sejumlah kecil solut, maka konsentrasinya rendah atau encer.
Pada umumnya larutan mempunyai beberapa sifat. Diantaranya sifat larutan
non elektrolit dan larutan elektrolit.
Pengenceran pada prinsipnya hanya menambahkan pelarut saja,
sehingga jumlah mol zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah
mol zat terlarut sesudah pengenceran. Dengan kata lain jumlah mol zat
terlarut sebelum pengenceran sama dengan jumlah mol zat terlarut sesudah
pengenceran atau jumlah gr zat terlarut sebelum pengenceran sama dengan
jumlah gr zat terlarut sesudah pengenceran.
Dalam program studi ilmu dan teknologi pangan, tidak terlepas dari
pembelajaran mengenai kimia, seperti pembuatan larutan dan pengenceran
dengan konsentrasi yang berbeda. Untuk itu penting bagi seorang praktikum
dalam mengetahui bagaimana cara pembuatan larutan dan pengenceran,
maka dari itu dilakukanlah praktikum ini.
B. Tujuan dan Kegunaan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pembuatan larutan dengan berbagai konsentrasi
2. Untuk mengetahui cara pengenceran larutan
Kegunaan dari praktikum ini adalah agar kita dapat mengetahui cara
menghitung jumlah bahan kimia yang dibutuhkan untuk membuat suatu
larutan dan agar kita mampu mengetahui cara pembuatan larutan dengan
konsentrasi tertentu agar penerapannya dalam penelitian ataupun praktikum
lainnya dalam laboratorium sudah bisa dilakukan sendiri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. NaOH (Natrium Hidroksida)
Natrium hidroksida (NaOH) dikenal sebagai soda kaustik, soda api,
atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air.
Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke
dalam air. NaOH digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan
digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas,
tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida murni berbentuk
putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun
larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan Sorensen. (Anonim, 2014).
NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan, karena pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara
eksotermis, yaitu pelepasan kalor dari system ke lingkungan karena titik
didih NaOH lebih besar dibandingakan titik didih air. Semakin banyak massa
NaOH maka larutan akan semakin panas dan kalor yang dilepas juga
semakin besar.Selain itu ketika NaOH dilarutkan dalam air, NaOH akan
terurai secara sempurna menjadi ion Na (Na+) dan ion OH-, dimana ion Na
oleh keaktifan lagam Na itu sendiri, sehingga dapat menimbulkan panas
serta untuk memutuskan ikatan hidrogen jaga saat penguraian NaOH maka
dilepaskan kalor yang besar oleh NaOH kedalam larutan sehingga terjadilah
reaksi eksoterm (Anonim, 2013).
2. Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih
zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat berpariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan, atau
padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sebagian
kecil solute, relative terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat
adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat
terlarut. Sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute
terlarut (Baroroh, 2004).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O),
selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform,
benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya
tidak disebutkan (Gunawan, 2004).
Larutan dapat dibedakan menjadi (Keenan, 1986) :
Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil zat
terlarut relatif terhadap jumlah zat pelarut.
Larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar jumlah
zat terlarut.
Larutan lewat jenuh adalah larutan yang tidak dapat melarutkan zat
terlarut atau sudah terjadi pengendapan.
Larutan belum jenuh adalah larutan yang masih bisa untuk melarutkan
zat terlarut atau belum terjadi atau terbentuk endapan.
Larutan tepat jenuh adalah larutan yang menimbulkan endapan.
3. Konsentrasi
Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan
konsentrasi. Konsentrasi didefinisikan sebagai jumlah zat terlarut dalam tiap
satuan larutan atau pelarut, dinyatakan dalam satuan volume zat terlarut
dalam sejumlah volume (berat, mol) tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini
muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu (Baroroh, 2004):
1. Fraksi Mol
Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen
dengan jumlah mol seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.
2. Persen Berat
Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram
larutan.
3. Molalitas (m)
Molalitas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1000 gram
pelarut.
4. Molaritas (M)
Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.
5. Normalitas (N)
Normalitas menyatakan jumlah ekivalen zat terlarut dalam setiap liter
larutan.
6. Persen massa (%(b/b))
Berat bahan yang terkandung dalam 100g larutan
7. Persen volume (%(v/v))
Volume bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan
8. Persen berat per volume %(b/v))
Berat bahan yang terkandung di dalam 100 ml larutan
9. Parts Per Million (ppm)
Untuk larutan antara dua zat penyusunnya. Menyatakan kandungan
suatu senyawa dalam larutan.
4. Pengenceran
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-
kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan
aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang
dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak
mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di
dekatnya, percikan asam sulfat ini bisa merusak kulit (Khopkar, 1990).
Dalam kimia, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat
homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya
lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut
pelarut atau solven (Gunawan, 2004).
Rumus sederhana yang digunakan pada pengenceran adalah sebagai
berikut (John, 2011):
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan
III. METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium mengenai Pembuatan Larutan
yang dikasanakn pada hari rabu, 24 september 2014, pukul 08.00-11.00
WITA di Laboratorium Kimia Analisa dan Pengawasan Mutu Pangan,
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Labu takar
2. Pipet volume
3. Erlenmeyer
4. Gelas kimia
5. Batang pengaduk
6. Botol kaca
7. Timbangan analitik
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. NaOH
2. HCL
3. CH3COOH
4. CH3COONa
5. Aquades
C. Prosedur Kerja
1. Menghitung jumlah bahan kimia yang dibutuhkan untuk membuat
larutan
- NaOH 0,35 N sebanyak 50 ml
- NaOH 6 M sebanyak 50 ml
- NaOH 2,5 M sebanyak 50 ml
- NaOH 0,1 M sebanyak 100 ml
- HCL 0,2 M sebanyak 50 ml
- HCL 3% sebanyak 50 ml
- HCL 0,1 M Sebanyak 50 ml
- HCL 0,35 M sebanyak 50 ml
- CH3COOH 0,2 M sebanyak 50 ml
2. Bahan ditimbang dengan menggunakan gelas kimia pada timbangan
digital sesuai dengan jumlah bahan kimia yang telah dihitung sesuai
dengan prosedur no.1.
3. Bahan yang sudah ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu
takar dan ditambahkan dengan aquadest hingga tanda tera.
4. Kocok hingga homogen lalu dimasukkan kedalam botol kaca yang
telah disediakan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini, adalah sebagai berikut :
Table 1. Hasil perhitungan
No. Bahan
(larutan) Konsentrasi Massa V akhir
V zat terlarut
1 NaOH - 0,7 gr - 50 mL HCl 0,2 - 50 mL -
2 NaOH - 12 gr - 50 mL HCl 3% - 50 mL -
3 NaOH - 5 gr - 50 mL HCl 0,1 M - 50 mL -
4 NaOH - 2,8 gr - 100 mL HCl 0,35 M - 100 mL -
5 CH3COONa - 0,82 gr - 50 mL CH3COOH 0,2 M - 100 mL -
Sumber : Data perimer hasil praktikum Aplikasi Teknik Laboratorium,2014
B. Pembahasan
Pada praktikum ini, bahan yang digunakan oleh kelompok satu untuk
pemuatan larutan adalah NaOH 0,35 N. Sebelum membuat larutan NaOH,
terlebih dahulu, dihitung gram bahan yang akan digunakan untuk membuat
larutan NaOH yang akan dilarutkan dengan aquadest. Dari hasil perhitungan,
didapatkan hasil bahwa untuk membuat larutan ini, dibutuhkan 0,7 gr NaOH.
Setelah didapatkan jumlah NaOH yang akan digunakan, NaOH dimasukkan
kedalam labu takar kemudian dilarutkan dengan akuades hingga batas
tera (volume larutan menjadi 50 ml) kemudian dikocok hingga homogen
antara zat terlarut dan pelarut tidak dapat dibedakan lagi. Hal ini sesuai
dengan Baroroh (2004) yang menyatakan bahwa larutan adalah campuran
homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul,
atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Saat NaOH dilarutkan
dengan aquadest, labu takar yang menjadi wadah pembuatan larutan terasa
panas. Hal ini disebabkan karena NaOH melepaskan panas. Hal ini sesuai
dengan Anonim (2013) yang menyatakan bahwa NaOH sangat larut dalam
air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses
pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis, yaitu pelepasan kalor
dari system ke lingkungan karena titik didih NaOH lebih besar dibandingakan
titik didih air.
Pada praktikum ini, bahan yang digunakan untuk pengenceran
adalah HCL 0,2 M. Sebelum melakukan pengenceran, terlebih dahulu
dihitung volume awal HCL dengan menggunakan rumus pengenceran, yaitu
molaritas akhir dikali volume akhir kemudian dibagi dengan nilai molaritas
awal. Dari hasil perhitungan, jumlah HCL yang akan di gunakan adalah 3,45
ml. Setelah didapatkan ml HCL yang akan encerkan, HCL dimasukkan
kedalam labu takar kemudian dilarutkan dengan akuades hingga batas
tera (volume larutan menjadi 50 ml) kemudian dikocok hingga homogen.
Sesuai dengan pernyataan Khopkar (1990), bahwa pengenceran adalah
mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan
pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa :
1. Untuk membuat larutan NaOH 0,35 N, diperlukan 0,7 gr NaOH
kemudian ditambahkan dengan aquadest 50 ml, dan diaduk hingga
homogen.
2. Untuk melakukan pengenceran HCL 0,2 M terlebih dulu, dihitung
jumlah bahan yang akan diencerkan kemudian dilarutkan dengan
akuades dan dikocok hingga homogen yang menandakan bahwa
kedua zat telah larut.
B. Saran
Dalam melakukan praktikum pembuatan larutan harus dilakukan
dengan teliti, misalnya pada penghitungan jumlah bahan yang akan
dilarutkan ataupun diencerkan. Karena, apabila praktikan tidak teliti atau
salah dalam menghitug massa tiap sampel maka akan mempengaruhi
pada proses pembuatan larutan dan pengenceran. Maka dari itu, dalam
praktikum harus hati-hati dan teliti.
Daftar pustaka
Anonim, 2013. MSDS Natrium Hidroksida. http://khoirulazam89.blogspot.com/2012/03/msds-natrium-hidroksida.html. Diakses pada tanggal 25 September 2014:Makassar
Anonim, 2014. Natrium Hidroksida (NaOH). http://id.wikipedia.org/wiki/Natrium_hidroksida. Diakses pada tanggal 25 september 2014:Makassar.
Baroroh, Umi L.U. 2004. Diktat Kimia Dasar 1. Universitas Lambung Mangkurat:
Banjar Baru John dan Rachmawati. 2011. Chemistry 3A. Erlangga: Jakarta
Keenan., 1986, Kimia Untuk Universitas, Erlangga: Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia: Jakarta
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika: Surabaya.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB: Bandung
LAPORAN PRAKTIKUM APLIKASI TEKNIK LABORATORIUM
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN
NAMA : H A S R A H
N I M : G31113005
KELOMPOK : 1 (SATU)
ASISTEN : DEWI SARTIKA MANOARFA
LABORATORIUM APLIKASI TEKNIK LABORATORIUM PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2014