pengaruh kandungan lem kanji terhadap sifat tarik dan densitas ...
ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA … · meningkatkan densitas mineral ... Pangan sumber...
Transcript of ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA … · meningkatkan densitas mineral ... Pangan sumber...
vi
ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA
KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN
KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM
DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB
RANGGA NUANSA PUTRA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Asupan Energi-Protein
dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan
Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2014
Rangga Nuansa Putra
NIM I14114004
__________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait
vi
ABSTRAK
RANGGA NUANSA PUTRA. Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga
Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa
Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB. Dibimbing oleh LEILY
AMALIA FURKON.
Kebiasaan olahraga bermanfaat untuk kesehatan di masa sekarang dan
akan datang. Manfaat dari kebiasaan olahraga adalah menjaga berat badan ideal,
meningkatkan densitas mineral tulang, dan meningkatkan daya tahan
kardiorespirasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan supan
energi-protein dan kebiasaan olahraga terhadap massa otot dan daya tahan
kardiorespirasi. Desain penelititan adalah cross sectional. Hasil menunjukkan
bahwa rata-rata status gizi subjek adalah normal. Asupan energi, protein, lemak,
karbohdirat, dan mineral subjek pada kelompok UKM lebih tinggi dibanding
kelompok non-UKM. kebiasaan olahraga pada kelompok UKM lebih sering
dibandingkan dengan kelompok non-UKM. Daya tahan kardiorespirasi kelompok
UKM lebih tinggi dibanding dengan kelompok non-UKM. Terdapat hubungan
yang signifikan antara asupan energi (p=0.003, r=0.415) dan protein (p=0.009,
r=0.365) dengan daya tahan kardiorespirasi. Terdapat hubungan yang signifikan
antara frekuensi olahraga (p=0.004 r=0.395) dan durasi olahraga (p=0.010,
r=0.361) dengan daya tahan kardiorespirasi.
Kata kunci: asupan energi, daya tahan kardiorespirasi, massa otot tubuh.
ABSTRACT
RANGGA NUANSA PUTRA. Relationship of Energy-Protein Intake and
Exercise Habits with Body Muscle Mass and Cardiorespiratory Endurance in
UKM and non-UKM Football Student Group of IPB. Supervised by LEILY
AMALIA FURKON.
Exercise habit is useful for health of the present and future, namely to
maintain ideal body weight, to increase bone mineral density and to improve
cardiorespiratory endurance. The objective of this study was analyze the
relationship between energy-protein intake and exercise habit to muscle mass and
cardiorespiratory endurance. The study design was cross sectional. Nutritional
status subjects was normal in average. Intakes of energy, protein, fat,
carbohydrate, and mineral subject in UKM group was higher than intakes in non-
UKM group. Exercise habit in UKM group was more frequent than that in non-
UKM group. Cardiorespiratory endurance in UKM group better than non-UKM
group. There was a significant relationship between intake of energy (p=0.003,
r=0.415) and protein (p=0.009, r=0.365) with cardiorespiratory endurance.
Similiarly, there was a significant relationship between exercise frequency
(p=0.004 r=0.395) and exercise duration (p=0.010, r=0.361) with
cardiorespiratory endurance.
Key word : body muscle mass, intake energy, cardiorespiratory endurance
ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN OLAHRAGA
KAITANNYA DENGAN MASSA OTOT DAN DAYA TAHAN
KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA UKM
DAN NON-UKM SEPAKBOLA IPB
RANGGA NUANSA PUTRA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
vi
Judul : Asupan Energi-Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan
Massa Otot dan Daya Tahan Kardiorespirasi pada Mahasiswa
Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB
Nama : Rangga Nuansa Putra
NIM : I14114004
Disetujui oleh
Leily Amalia Furkon STP MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Rimbawan
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam karya ilmiah ini adalah gizi kebugaran, dengan judul Asupan Energi-
Protein dan Kebiasaan Olahraga Kaitannya dengan Massa Otot dan Daya Tahan
Kardiorespirasi pada Mahasiswa Kelompok UKM dan Non-UKM Sepakbola IPB.
Karya ilmiah ini diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana di Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi
Manusia Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Leily Amalia Furkon, STP, MSi
selaku pembimbing atas waktu, bimbingan dan masukannya dalam penyusunan
skripsi ini, serta kepada bapak Dr Hadi Riyadi, MS selaku penguji atas saran dan
masukannya sehingga menjadikan ilmiah ini lebih baik. Terima kasih juga penulis
ucapkan kepada mahasiswa UKM sepak bola dan mahasiswa lain yang telah
bersedia menjadi responden dalam skripsi ini.
Terima kasih yang tulus penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan
seluruh keluarga penulis atas segala doa, dukungan dan semangat yang selalu
diberikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman alih jenis
angkatan lima, kosan gizi abadi, dan teman-teman lainnya atas doa, semangat dan
bantuannya selama penelitian sampai terselesainya skripsi ini.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas,
walaupun masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan oleh penulis.
.
Bogor, Februari 2014
Rangga Nuansa Putra
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka pemikiran 3
METODE PENELITIAN 5
Desain, Waktu dan Tempat 5
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek 5
Jenis dan Cara Pengambilan data 5
Pengolahan dan Analisis Data 6
Definisi Operasional 10
HASIL PEMBAHASAN 10
Karakteristik Subjek 10
Asupan energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupan 12
Aktivitas Fisik 13
Kebiasaan Olahraga 13
Massa Otot 15
Daya Tahan Kardiorespirasi 15
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan
Kardiorespirasi 16
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 17
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi 18
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Massa Otot 19
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 22
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 30
1
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan cara pengumpulan data 5
2 Jenis Variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian 7
3 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik 9
4 Sebaran karakteristik subjek berdasarkan kelompok 11
5 Asupan energi dan zat gizi pada kelompok UKM dan non-UKM 12
6 Rata-rata PAL (Physical Activity Level) kelompok UKM dan non-UKM 13
7 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan olahraga 14
8 Massa otot kelompok UKM dan non-UKM 15
9 Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dan non-UKM 16
10 Hubungan tingkat kecukupan dengan daya tahan kardiorespirasi 17
11 Hubungan tingkat kecukupan protein dengan daya tahan kardiorespirasi 17
12 Hubungan antara aktivitas dengan daya tahan kardiorespirasi 18
13 Hubungan kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan daya tahan kardiorespirasi 19
14 Hubungan kebiasaan olahraga (durasi) dengan daya tahan kardiorespirasi 19
15 Hubungan tingkat kecukupan energi dengan massa otot 20
15 Hubungan antara kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan massa otot 20
DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka asupan energi-protein dan kebiasaan olahraga kaitannya dengan
massa otot dan daya tahan kardiorespirasi 4
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil uji korelasi beberapa variabel dengan daya tahan kardiorespirasi 24
2. Hasil uji korelasi kebiasaan olahraga dengan massa otot 24
3. Kuesioner penelitian 25
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aktivitas mahasiswa di suatu perguruan tinggi selain kuliah adalah
melakukan pengembangan diri dalam suatu organisasi, salah satu contohnya yaitu
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). UKM adalah suatu wadah atau organisasi
pengembangan diri, minat dan bakat bagi mahasiswa dalam berbagai bidang salah
satunya olahraga sepakbola. UKM sepakbola mempunyai latihan rutin sehingga
membiasakan anggotanya mempunyai kebiasaan olahraga yang baik.
Kebiasaan olahraga yang baik bermanfaat untuk masa sekarang dan akan
datang. Manfaat dari kebiasaan olahraga adalah menjaga berat badan ideal
(Aggel-Leijssen et al. 2001), meningkatkan densitas mineral tulang (Stear et al.
2003), mencegah penyakit kardiovaskuler (Hamer and Chida 2008) dan
meningkatkan daya tahan kardiorespirasi (Gutin et al. 2002) yang menjadi
indikator kebugaran (Stevanie 2011). Kebiasaan olahraga yang rutin pada
mahasiswa UKM sepakbola menuntut asupan gizi yang lebih besar untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan menyeimbangkan dengan aktivitas fisik.
Sepakbola adalah olahraga ketahanan karena berlangsung selama 90
menit, sehingga perlu diperhatikan kebutuhan gizi para pemainnya. Kebutuhan
gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, serat, cairan dan asupan gizi mikro
penting untuk menjaga kesehatan, adaptasi latihan dan stamina pemain (Penggalih
dan Huriyati 2007). Stamina pemain dapat ditentukan dengan tingkat
kebugarannya.
Seseorang dikategorikan memiliki derajat kebugaran yang baik apabila
memiliki kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan sehari-hari secara efisien
tanpa kelelahan yang berlebihan Derajat kesehatan dan kebugaran seseorang
dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni pengaturan makanan, istirahat dan
olahraga. Penataan pola makan yang baik merupakan bagian dari gaya dan
perilaku hidup sehat untuk memperoleh derajat sehat dan bugar. Salah satu
komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan adalah daya tahan
kardiorespirasi (Irianto 2007).
Pangan sumber protein bermanfaat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan sehingga mempengaruhi organ dan fungsi organ seperti jantung dan paru-
paru untuk bekerja secara optimal. Protein juga berperan untuk transportasi
oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot
oleh mioglobin. Menurut Almatsier (2006), hemoglobin yang merupakan pigmen
darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan
karbondioksida adalah ikatan protein. Hal ini membuktikan begitu pentingnya
peran protein dalam pola makan kaitannnya dengan fungsi kerja organ seperti
paru-paru dan jantung sebagai otot yang memompa darah ke seluruh tubuh. Kerja
kedua organ penting ini akan mempengaruhi status kebugaran seseorang.
Pola makan dan olahraga merupakan hal penting dilakukan berkaitan
dengan tingkat kebugaran khususnya daya tahan kardiorespirasi bagi mahasiswa
pada tahap dewasa awal. Pengaturan pola makan yang baik tidak hanya bagian
dari perilaku hidup sehat tetapi untuk memperoleh derajat kebugaran. Kebiasaan
olahraga berpengaruh positif terhadap kebugaran. Oleh karena itu, perlu diketahui
3
bagaimana hubungan pola makan dan kebiasaan olahraga terhadap daya tahan
kardiorespirasi yang merupakan salah satu indikator kebugaran pada mahasiswa
yang biasa melakukan olahraga dalam kelompok UKM sepakbola dibandingkan
dengan mahasiswa yang bukan merupakan kelompok UKM Sepakbola Institut
Pertanian Bogor (IPB).
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Menganalisis hubungan asupan energi-protein dan kebiasaan olahraga
dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi mahasiswa kelompok UKM dan
non-UKM Sepakbola IPB.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini, antara lain:
1. Mengidentifikasi karakteristik subjek, meliputi umur, besar uang saku,
status gizi, serta pengeluaran pangan dan non pangan.
2. Mengidentifikasi asupan energi dan protein subjek.
3. Menganalisis aktivitas fisik subjek.
4. Menganalisis kebiasaan olahraga (jenis olahraga, frekuensi dan durasi
olahraga) subjek.
5. Mengukur massa otot dan daya tahan kardiorespirasi subjek.
6. Menganalisis hubungan antara asupan energi dan protein dengan massa
otot dan daya tahan kardiorespirasi.
7. Menganalisis hubungan antara aktifitas fisik dengan daya tahan
kardiorespirasi.
8. Menganalisis hubungan antara kebiasaan olahraga dengan massa otot dan
daya tahan kardiorespirasi.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa untuk
memahami pentingnya asupan gizi dan kebiasaan olahraga terhadap status
kesehatan dan kebugaran. Kesehatan dan kebugaran dapat mengoptimalkan
mahasiswa untuk melakukan aktivitas akademik guna mencapai prestasi akademik
dan non-akademik.
4
Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan fisik dan proses pematangan fungsi-fungsi tubuh terjadi pada
usia remaja dan dewasa awal. Maka dibutuhkan asupan zat gizi yang sesuai agar
proses pertumbuhan berjalan dengan optimal. Setiap remaja akhir atau dewasa
awal memiliki perbedaan pola konsumsi yang dipengaruhi karakteristik individu
(usia, jenis kelamin, besar uang saku).
Pangan sumber protein bermanfaat untuk pertumbuhan dan pemeliharaan
jaringan sehingga mempengaruhi organ dan fungsi organ seperti jantung dan paru-
paru untuk bekerja secara optimal. Protein juga berperan untuk transportasi
oksigen di dalam eritrosit oleh hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot
oleh mioglobin (Almatsier 2006). Pola konsumsi pangan sumber protein secara
tidak langsung berpengaruh terhadap pembentukan massa otot dan optimalnya
kerja sistem kardiorespirasi.
Karakteristik seseorang juga mempengaruhi pola aktivitasnya sehari-hari.
Aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur, yang melibatkan gerakan tubuh
berulang-ulang dan ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani atau
kebugaran fisik disebut dengan olahraga. Olahraga dengan intensitas teratur
berpengaruh terhadap peningkatan daya tahan kardiorespirasi (Gutin et al. 2002)
yang merupakan komponen penting kebugaran. Daya tahan otot akan bertambah
pada orang yang melakukan olahraga, karena terjadi perbaikan sistem transportasi
ke dan dari otot (Moeloek 1984).
Oleh karena itu, kebiasaan olahraga dan pola konsumsi pangan secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap tingkat kebugaran seseorang (Irianto
2007). Penelitian ini bertujuan mengamati hubungan antara variabel pola
konsumsi pangan dan kebiasaan olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi
kelompok UKM dan non-UKM sepakbola IPB. Gambar 1 menggambarkan
kerangka pemikiran aupan energi dan zat gizi dan kebiasaan olahraga kaitannya
dengan massa otot dan daya kardiorespirasi pada mahasiswa.
5
Gambar 1 Kerangka pemikiran asupan energi dan kebiasaan olahraga kaitannya
dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi pada mahasiswa.
Keterangan:
= variabel yang diteliti = hubungan yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti = hubungan yang tidak diteliti
Karakteristik contoh:
BB dan TB
Usia
Status gizi
Uang saku
Pengeluaran pangan
Pengeluaran non-pangan
Konsumsi pangan
Asupan protein
Asupan zat gizi lain
Kebiasaan Olahraga
Jenis olahraga
Frekuensi olahraga
Durasi olahraga
Daya tahan kardiorespirasi
Kebugaran
Pola aktivitas
Massa otot tubuh
6
METODE
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian adalah cross sectional. Penelitian
dilaksanakan di IPB. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai
November 2013.
Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa laki-laki yang
mengikuti UKM sepakbola IPB dan mahasiswa bukan kelompok UKM sepakbola.
Cara pengambilan subjek dilakukan dengan purposive, berdasarkan kriteria subjek
dalam keadaan sehat, bersedia menjadi subjek penelitian dapat memahami dan
mengisi kuesioner dengan baik, dan tidak memiliki riwayat penyakit kronik atau
turunan (penyakit jantung, asma dll).
Jumlah seluruh anggota UKM sepakbola yaitu 30 orang. Subjek yang
bersedia mengikuti penelitian dari kelompok UKM berjumlah 25 orang. Jumlah
subjek kelompok non-UKM menyesuaikan dengan jumlah subjek kelompok
UKM yaitu 25 orang. Jumlah seluruh subjek adalah 50 orang.
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data dalam penelitian adalah data primer. Data primer meliputi
karakteristik subjek, konsumsi pangan, massa otot, status gizi, kebiasaan olahraga
aktivitas fisik, dan daya tahan kardiorespirasi. Jenis dan cara pengumpulan data
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jenis dan cara pengumpulan data
No Variabel Jenis data Cara pengumpulan data
1 Karakteristik subjek 1. Usia dan jenis kelamin
2. Besar uang saku
3. Pengeluaran pangan dan non
pangan
Wawancara terbuka
menggunakan kuesioner
2 Konsumsi pangan 1. Jumlah dan jenis pangan yang
dikonsumsi sehari
2. Asupan energi dan protein
Wawancara menggunakan
kuesioner metode Recall 2 x 24
jam dipandu oleh peneliti.
3 Kebiasaan olahraga 1. Jenis olahraga
2. Frekuensi olahraga
3. Durasi atau lama olahraga
Wawancara menggunakan
kuesioner
4 Massa otot tubuh 1. Lingkar lengan atas (LILA)
2. Tebal lipatan kulit tricep
Pengukuran dengan alat pita
LILA dan skinfold caliper
5 Status gizi
antropometrik
Berat Badan
Tinggi Badan
Pengukuran dengan alat
timbangan dan mikrotois
6 Aktivitas fisik Aktivitas fisik hari kerja dan libur Wawancara menggunakan
kuesioner
7 Daya tahan
kardiorespirasi
Jarak tempuh lari dan VO2 max Diukur dengan tes Balke
7
Data karakteristik subjek diperoleh melalui wawancara langsung dengan
menggunakan kuesioner. Konsumsi pangan subjek diperoleh melalui wawancara
menggunakan kuesioner metode recall 2x24 jam dipandu oleh peneliti. Konsumsi
pangan yang diambil adalah pada hari kerja dan hari libur. Kebiasaan olahraga
subjek diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner meliputi jenis,
frekuensi, dan durasi olahraga. Massa otot tubuh subjek diukur dengan
mengkonversi panjang lingkar lengan atas dan tebal lipatan trisep. Lingkar lengan
atas diukur menggunakan pita LILA, dan tebal lipatan kulit trisep menggunakan
skinfold caliper. Aktivitas fisik subjek dimabil dua hari aktivitas yaitu pada hari
kerja dan hari libur. Aktivitas fisik diperoleh melalui wawancara dengan
menggunakan kuesioner. Kuesioner penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.
Daya tahan kardiorespirasi diukur dengan menggunakan metode tes Balke.
Subjek yang akan dites diminta untuk menempuh jarak sejauh mungkin dalam
waktu 15 menit, dengan cara berlari atau jalan, subjek tidak boleh berhenti diam
atau istirahat di lintasan. Persiapan sebelum tes atau sehari sebelum tes yaitu
subjek tidak boleh melakukan aktivitas fisik yang melelahkan, harus cukup tidur,
makan teratur, tidak boleh minum kopi, coklat, minuman bersoda, makanan atau
minuman yang mengandung antihistamin, diazepam seperti obat flu atau obat
sakit badan (Budiman 2007).
Pada hari akan tes, persiapan yang dilakukan adalah tes dilakukan minimal
dua jam setelah makan ringan atau empat jam setelah makan banyak, tidak boleh
merokok, pakaian tidak ketat, cukup longgar, nyaman dipakai dan tidak
mengganggu gerakan tubuh, untuk laki-laki memakai celana pendek (Budiman
2007). Prosedur tes Balke yaitu:
1. Subjek berlari mengelilingi lintasan selama 15 menit, secepat mungkin.
2. Subjek selama 15 menit itu tidak boleh berhenti, tetapi harus berlari atau jalan.
3. Ukur jarak yang ditempuh oleh subjek selama 15 menit itu, dari jarak itu dapat
dihitung berapa VO2 max nya dalam ml O2/kg BB/menit (Budiman 2007).
Pengolahan dan Analisis Data
Proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, cleaning dan
analisis. Proses editing adalah pemeriksaan seluruh kuesioner setelah data
terkumpul. Coding adalah pemberian angka atau kode tertentu yang telah
disepakati terhadap jawaban-jawaban pertanyaan. Entry adalah memasukkan data
jawaban kuesioner sesuai kode. Cleaning yaitu melakukan pengecekan terhadap
isian data yang diluar jawaban. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam
bentuk tabel dan gambar serta dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia
menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16 for Windows.
Data tinggi badan dan berat badan digunakan untuk mengetahui status gizi
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT). Status gizi yang diperoleh dari
perbandingan tinggi badan dan berat badan merupakan pengukuran secara
antropometrik. Hasil yang diperoleh kemudian dikategorikan berdasarkan Depkes
(2004) menjadi underweight (IMT≤18,5), normal (IMT: 18.5-24.9), overweight
(IMT: 25-29.9), obes (IMT>30). Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan
data status gizi dan data lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.
8
Data konsumsi pangan berupa jenis dan jumlah makanan dalam
gram/URT diolah dengan menggunakan analisis konsumsi pangan. Angka
kecukupan zat gizi yang digunakan mengacu pada angka kecukupan gizi yang
dianjurkan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII tahun 2004.
Adapun rumus umum yang digunakan untuk mengetahui kandungan zat gizi
makanan yang dikonsumsi adalah:
KGij = (Bj) x Gij x (BDD/100) Keterangan:
KGij = penjumlahan zat gizi dari setiap bahan makanan/golongan yang
dikonsumsi
Bj = berat bahan makanan j (gram)
Gij = kandungan zat gizi i dari bahan makanan j
BDDj = % bahan makanan j yang dapat digunakan
(Sumber: Hardinsyah & Briawan 1994)
Pengukuran tingkat kecukupan energi dan protein merupakan tahap
lanjutan dari perhitungan konsumsi pangan. Tingkat kecukupan merupakan
persentase konsumsi aktual subjek dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang
dianjurkan berdasarkan WNPG tahun 2004. Secara umum tingkat kecukupan zat
gizi dapat dirumuskan sebagai berikut:
TKGi = (Ki/AKGi) x 100% Keterangan:
TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi i
Ki = Konsumsi zat gizi i
AKG = Kecukupan zat gizi iyang dianjurkan
(sumber: Hardinsyah & Briawan 1994)
Tabel 2 Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian
No Variabel Kategori Acuan
1. Status gizi (IMT)
1. Kurus (IMT ≤ 18,50)
2. Normal (IMT: 18.5-24.9) 3. Gemuk (IMT: 25-29.9) 4. Obes (IMT >30)
Depkes 2004
2. Uang saku (Rupiah/bulan)
1. Rendah : < Rp 555.146 2. Sedang : Rp 555.146– Rp 1.650.854 3. Tinggi : > Rp 1.650.854
Berdasarkan
± rata-rata
dan standar
deviasi
3. Pengeluaran pangan
(Rupiah/bulan)
1. Rendah : < Rp 413.347,47 2. Sedang : Rp 413.347,47– Rp 913.052,52 3. Tinggi : > Rp 913.052,52
Berdasarkan
± rata-rata
dan standar
deviasi
4. Pengeluaran non
pangan (Rupiah/bulan)
1. Rendah : < Rp 67.652,98 2. Sedang : Rp 67.652,98– Rp 474.387,01 3. Tinggi : > Rp 474.387,01
Berdasarkan
± rata-rata
dan standar
deviasi
5. Tingkat Kecukupan
Energi
1. Defisit tingkat berat : <70% AKE 2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKE 3. Kurang : 80-89%AKE 4. Cukup : 90-119% AKE
5. Lebih : ≥120% AKE
Depkes 2004
9
Tabel 2 (lanjutan) Jenis variabel, kategori dan sumber pengolahan data penelitian
6. Tingkat Kecukupan
Protein
1. Defisit tingkat berat : <70% AKP 2. Defisit tingkat sedang : 70-79% AKP 3. Kurang : 80-89%AKP 4. Cukup : 90-119% AKP 5. Lebih : ≥120% AKP
Depkes 2004
7. Kontribusi Lemak
terhadap AKE
1. Kurang (<25%)
2. Normal (25-35%)
3. Lebih (>35%)
IOM 2005
8.
Kontribusi
Karbohidrat
terhadap AKE
1. Kurang (<45%)
2. Normal (45-65%)
3. Lebih (>65%)
IOM 2005
9. Tingkat Kecukupan
vitamin dan mineral
1. Kurang : <77
2. Cukup : >77 Depkes 2004
10. Aktivitas fisik
(Nilai PAL)
1. Ringan : 1.40-1.69
2. Sedang : 1.70-1.99
3. Berat : 2.00-2.40
FAO 2001
11. Massa otot
1. Rendah : <19.9
2. Sedang : 19.9-27.7
3. Tinggi : >27.7
Berdasarkan
± rata-rata
dan standar
deviasi
12
Daya tahan
kardiorespirasi
(nilai VO2 max)
1. Kurang : 24-30
2. Cukup : 31-37
3. Baik : 38-48
Depkes 2005
Data pengukuran massa otot tubuh diperoleh dari konversi Lingkar
Lengan Atas (LILA) dan tebal lipatan kulit trisep dengan mengacu pada penelitian
Gibson (2005), yaitu menggunakan rumus persamaan sebagai berikut:
cAMA =
massa otot = Tinggi Badan (cm) x [0,0264 + (0,029 x cAMA)]
ket: cAMA = luas otot lengan atas terkoreksi
C1 = lingkar lengan atas, LILA (cm)
TSK = tebal lipatan kulit trisep (cm)
π = 3,1416
Massa otot dikategorikan berdasarkan rata-rata dan standar deviasinya. Kategori
massa otot dapat dilihat pada Tabel 2.
Nilai Physical Activity Ratio (PAR) untuk setiap kegiatan ditunjukkan
dalam Tabel 3. Nilai PAR diperlukan untuk menentukan tingkat aktivitas fisik.
Tingkat aktivitas fisik (Physical Activity Level) diperoleh dengan mengalikan
PAR dengan waktu (dalam jam) melakukan sebuah aktivitas (FAO/WHO/UNU
2001). Nilai PAL dilihat dari dua hari yaitu hari kerja dan hari libur. Secara
sederhana, rumus untuk menghitung nilai PAL:
Physical Activity Level (PAL) = ∑ (Lama melakukan aktivitas x PAR) : 24 Jam
10
Tabel 3 Physical Activity Ratio (PAR) berbagai aktivitas fisik
Aktivitas PAR
Tidur (tidur siang dan malam) 1
Tidur-tiduran (tidak tidur), duduk diam, dan membaca 1.2
Duduk sambil menonton TV 1.72
Berdiri diam, beribadah, menunggu (berdiri), berhias 1.5
Makan dan minum 1.6
Jalan santai 2.5
Berbelanja (membawa beban) 5
Mengendarai kendaraan 2.4
Menjaga anak 2,5
Melakukan pekerjaan rumah (bersih-bersih) 2.75
Setrika pakaian (duduk) 1.7
Kegiatan berkebun 2.7
Office worker (duduk di depan meja, menulis, dan mengetik) 1.3
Office worker (berjalan-jalan mondar-mandir membawa arsip) 1.6
Olahraga (badminton) 4.85
Olahraga (jogging, lari jarak jauh) 6.5
Olahraga (bersepeda) 3.6
Olahraga (aerobic, berenang, sepakbola, dan lain-lain) 7.5 Sumber : FAO/WHO/UNU 2001 Keterangan: PAR = Physical Activity Ratio (faktor aktifitas)
Data tingkat kebugaran diperoleh dari pengukuran nilai VO2 max yang
diperoleh dari tes lari selama 15 menit kemudian dihitung seberapa jauh jarak
tempuh subjek. Hasil perhitungan jarak tersebut kemudian dihitung dengan
menggunakan software perhitungan Tes Balke (Balke VO2 max calculator). Hasil
perhitungan jarak yang telah ditempuh subjek dapat dilakukan dengan
menggunakan perhitungan sebagai berikut.
Data yang terkumpul kemudian diananlisis secara deskriptif, uji beda dan
uji korelasi. Data yang diolah secara deskriptif terdiri dari karakteristik subjek
(usia, jenis kelamin, besar uang saku, berat badan, tinggi badan, dan status gizi),
asupan zat gizi, kebiasaan olahraga, massa otot dan daya tahan kardiorespirasi.
Uji beda yang digunakan adalah uji beda Mann-Whitney. Uji beda
dilakukan untuk menganalisis perbedaan variabel pada subjek kelompok UKM
dan non-UKM. Uji korelasi yang dilakukan menggunakan uji korelasi Spearman.
Uji korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara asupan energi-protein
dengan daya tahan kardiorespirasi serta untuk menganalisis hubungan antara
kebiasaan olahraga dengan massa otot dan daya tahan kardiorespirasi. Hasil uji
korelasi dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.
%VO2 max = [((Jarak total yang ditempuh/15) –133) x 0.172] + 33.3
11
Definisi Operasional
Subjek adalah mahasiswa IPB kelompok UKM dan non kelompok UKM
sepakbola IPB.
UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) adalah suatu wadah atau organisasi
pengembangan diri, minat dan bakat bagi mahasiswa dalam berbagai
bidang.
Karakteristik subjek adalah kondisi subjek yang dapat mempengaruhi konsumsi
pangan sumber protein, meliputi umur, jenis kelamin, dan besar uang saku
Status gizi adalah keadaan tubuh subjek yang ditentukan berdasarkan perhitungan
berat badan dalam satuan kilogram per tinggi badan dalam satuan meter
(kg/m2) atau biasa disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan mengacu
pada WHO (2007).
Penilaian konsumsi pangan adalah menilai kualitas konsumsi makanan serta
kandungan zat gizi yang terkandung dalam makanan yang dikonsumsi oleh
subjek dengan menggunakan metode food recall.
Kebutuhan zat gizi adalah kebutuhan zat gizi yang dianjurkan untuk dipenuhi
oleh subjek berdasarkan Angka kecukupan Gizi dalam Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi tahun 2004
Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana dan terstruktur,
yang melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dan ditujukan untuk
meningkatkan kebugaran jasmani atau kebugaran fisik.
Kebiasaan olahraga adalah olahraga rutin yang dilakukan subjek yang dinilai
dari jenis, frekuensi, dan durasi olahraga dalam satuan waktu tertentu.
Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan tubuh subjek memakai oksigen
untuk memproduksi energi selama melakukan aktivitas tanpa
menimbulkan rasa lelah.
Tes Balke adalah tes kebugaran untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi
dengan cara subjek berlari atau berjalan tanpa berhenti atau beristirahat di
tempat selama 15 menit mengelilingi lintasan.
VO2 max adalah volume maksimal oksigen yang diproses oleh tubuh manusia
pada saat melakukan kegiatan yang intensif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek dibedakan berdasarkan kelompok UKM dan non-
UKM sepakbola. Subjek non-UKM diambil dari mahasiswa yang bukan anggota
dari UKM sepakbola. Karakteristik subjek meliputi umur, status gizi berdasarkan
indeks massa tubuh, b esar uang saku, pengeluaran pangan dan non pangan per
bulan.
12
Subjek berjumlah 50 mahasiswa IPB yang terdiri dari 25 orang kelompok
UKM sepakbola dan 25 orang kelompok non-UKM. Umur minimum subjek
adalah 17 tahun dan maksimumnya yaitu 24 tahun. Subjek di dua kelompok
dominan pada rentang usia 18 sampai 22 tahun. Kelompok UKM (19.9 tahun)
mempunyai umur rata-rata lebih muda dibanding kelompok non-UKM (21.6
tahun). Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan signifikan
antara umur kelompok UKM dan non-UKM (p<0.05). sebaran karakteristik
subjek dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Sebaran karakteristik subjek berdasarkan kelompok
Variabel UKM Non-UKM
n % n %
Usia
< 18 5 20 0 0
18-22 17 67 19 78
>22 3 12 6 24
Total 25 100 25 100
Rata-rata±SD (tahun) 19.9 ± 1.9 21.6 ± 1.2
Status gizi
Kurus (IMT ≤ 18,50) 0 0 3 12
Normal (IMT: 18.5-24.9) 25 100 18 78
Gemuk (IMT: 25-29.9) 0 0 4 16
Total 25 100 25 100
Rata-rata±SD (kg/m2) 20.4 ± 2.8 21.7 ± 3.0
Besar Uang saku/bulan
Rendah (<Rp 555.146,11) 2 8 3 12
Sedang (Rp 555.146,11- Rp 1.650.853,88) 20 80 21 84
Tinggi (>Rp 1.650.853,88) 3 12 1 4
Total 25 100 25 100
Rata-rata±SD (Rp) 1.132.000 ± 689.637 1.074.000 ± 368.024
Pengeluaran Pangan/bulan
Rendah (<Rp 413.347,47) 2 8 1 4
Sedang (Rp 413.347,47 - Rp 913.052,52) 21 84 24 96
Tinggi (>Rp 913.052,52) 2 8 0 0
Rata-rata±SD (Rp) 25 100 25 100
Rata-rata ± Standar deviasi 740.400 ± 297.930 686.000 ± 193.928
Pengeluaran Non Pangan/bulan
Rendah (< Rp 67.652,98) 0 0 0 0
Sedang (Rp 67.652,98 - Rp 474.387,01) 21 84 25 100
Tinggi (> Rp 474.387,01) 4 16 0 0
Total 25 100 25 100
Rata-rata±SD (Rp) 301.600 ± 251.788 240.440 ± 138.181
13
Status gizi subjek dominan pada status gizi normal, baik pada kelompok
UKM (100%) dan non-UKM (78%). Hasil uji beda status gizi antara dua
kelompok menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0.05).
Besar uang saku subjek perbulan paling kecil adalah Rp 400.000,- dan
yang paling besar adalah Rp 3.500.000,-. Besar uang saku dikategorikan
berdasarkan rata-rata dan standar deviasinya. Uang saku dari subjek dominan
bersumber dari orang tua dan sebagian dari beasiswa.
Uang saku yang digunakan subjek dibagi menjadi dua jenis pengeluaran
yaitu pengeluaran pangan dan pengeluaran non pangan. Uang saku lebih banyak
dikeluarkan untuk pangan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata jumlah pengeluaran
pangan yang lebih besar dibanding pengeluaran non pangan. Hasil uji Mann-
Whitney menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua
kelompok baik pada variabel uang saku, pengeluaran pangan dan pengeluaran
non-pangan (p>0.05) yang ketiganya masuk pada kategori sedang.
Asupan Energi dan Zat Gizi serta Tingkat Kecukupan
Bahan pangan yang telah dikonsumsi dan diserap dalam tubuh akan
dicerna menjadi berbagai zat makanan atau zat gizi. Fungsi zat gizi tersebut antara
lain yaitu sebagai sumber energi, pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan,
mengatur metabolisme dan keseimbangan tubuh, serta berperan dalam sistem
imun (Sediaoetama 2008). Kebutuhan energi dan zat gizi dipengaruhi oleh faktor,
seperti umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktivitas fisik. Angka Kecukupan
Gizi (AKG) yang dianjurkan adalah taraf konsumsi zat gizi esensial, yang
berdasarkan pengetahuan ilmiah dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir
semua orang sehat. Asupan energi dan zat gizi pada kelompok UKM dan non-
UKM dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Asupan energi dan zat gizi pada kelompok UKM dan non-UKM
Asupan Zat Gizi UKM Non-UKM
Rata-rata±SD % TKG Rata-rata±SD % TKG
Energi (kkal) 2340.7± 209.3 90.4 2002.3±236.6 86.7
Protein (g) 61.1± 16.0 95.9 50.6± 10.3 79.2
Lemak (g) 68.2±17.6 90.9 42.1± 13.4 68.3
Karbohidrat (g) 331.1±23.0 103.9 245.3± 54.5 75.4
Kalsium (mg) 888.6 ±724.1 96.9 564.3± 1299.8 43.3
Zat besi (mg) 10.3± 2.4 72.2 11.1± 4.1 65.0
Vitamin A (RE) 817.8± 429.5 136.3 947.2±2083.5 101.3
Vitamin B1 (mg) 1.2± 0.5 94.3 1.2± 0.5 68.3
Vitamin C (mg) 33.0± 16.8 36.6 37.2± 45.3 41.6
Asupan energi didapat dari data recall selama dua hari yaitu, pada hari
kerja dan hari libur. Rata-rata asupan energi dari kedua kelompok berbeda,
kelompok UKM memiliki asupan energi lebih tinggi dibanding kelompok non-
UKM. Tingkat kecukupan energinya juga lebih tinggi kelompok UKM dibanding
14
non-UKM. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan signifikan pada dua
kelompok terkait asupan energinya (p<0.05). Hal ini terjadi karena kelompok
UKM lebih banyak mengkonsumsi jenis pangan salah satunya yaitu susu. Jenis
pangan yang dikonsumsi juga terkait dengan uang saku yang dimilki subjek. Rata-
rata uang saku dan pengeluaran pangan kelompok UKM lebih besar daripada
kelompok non-UKM.
Rata-rata asupan zat gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, dan kalsium
pada kelompok UKM lebih tinggi dibanding kelompok non-UKM. Uji beda pun
menunjukkan bahwa asupan zat gizi kedua kelompok berbeda nyata (p<0.05). Hal
ini terjadi diduga karena tingkat aktivitas UKM lebih tinggi sehingga konsumsi
pangan pun menjadi tinggi. Menurut Irawan (2007) pada olahraga dengan
intensitas moderat-tinggi seperti sepakbola, fungsi karbohidrat dan lemak sangat
dibutuhkan sebagai sumber energi utama tubuh selama pertandingan. Proses
pembakaran satu gram karbohidrat akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal
sedangkan satu gram lemak menghasilkan energi sebesar 9 kkal.
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan
oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. FAO (2001) menyatakan bahwa
aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam
penghitungan pengeluaran energi. Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan
seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau
tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan per
kilogram berat badan dalam 24 jam. Rata-rata tingkat aktifitas fisik subjek
kelompok UKM dan non-UKM dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Rata-rata PAL (Physical Activity Level) kelompok UKM dan non-UKM
Kategori PAL UKM Non-UKM
n % N %
Ringan 4 16 22 88
Sedang 21 84 3 12
Berat 0 0 0 0
Total 25 100 25 100
Rata-rata±SD 1.74 ± 0.13 1.50 ± 0.13
Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui rata-rata aktivitas fisik pada subjek
kelompok UKM dan non-UKM. Kelompok UKM lebih dominan memiliki
aktivitas fisik kategori sedang sebanyak 21 orang dengan persentase 84%.
Kelompok non-UKM lebih dominan memiliki aktivitas fisik kategori ringan
sebanyak 22 orang dengan persentase 88%. Hal ini diperkuat dengan hasil uji
beda Mann-Whitney yang menunjukkan perbedaan nyata aktivitas fisik antara dua
kelompok (p<0.05).
Kelompok UKM mempunyai aktivitas yang lebih aktif karena mereka
melakukan olahraga rutin setiap minggu lebih banyak dibanding kelompok non-
UKM. Rata-rata tingkat aktifitas fisik mahasiswa ringan sampai sedang karena
saat hari kerja mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk kuliah dan
mengerjakan tugas.
15
Kebiasaan Olahraga
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk
memelihara gerak (mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak
(meningkatkan kualitas hidup) (Watson 1992). Pola olahraga terdiri dari tiga hal
yaitu frekuensi, intensitas, dan tempo. Frekuensi adalah berapa kali dalam
seminggu kegiatan olahraga dilakukan agar memberi efek latihan bagi kesehatan.
Intensitas menunjukkan berat beban latihan yang diberikan agar memberikan efek
latihan tanpa membahayakan, sedangkan tempo mengandung arti jangka waktu
atau lamanya latihan yang dilakukan agar memberikan manfaat (Kusmana 1997).
Kebiasaan olahraga dapat dilihat dari seberapa sering seseorang
melakukan olahraga dalam periode waktu tertentu. Frekuensi olahraga pada
penelitian ini diamati dalam periode waktu seminggu. Kelompok non-UKM
sebanyak sembilan orang (36%) tidak melakukan olahraga dan hanya satu orang
(4%) yang melakukan olahraga dalam kategori sering. Semua subjek pada
kelompok UKM melakukan rutinitas olahraga minimal dua kali dalam setiap
minggu yaitu pada hari Rabu dan Jumat. Hal ini terjadi karena anggota kelompok
UKM melakukan latihan sepakbola rutin dua kali setiap minggu. Uji beda Mann-
Whitney kebiasaan olahraga menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara dua
kelompok (p<0.05).
Tabel 7 Sebaran subjek berdasarkan kebiasaan olahraga
Variabel UKM Non-UKM
n % n %
Jenis Olahraga
Tidak olahraga 0 0 9 36
Badminton 0 0 5 20
Berenang 0 0 2 8
Jogging 0 0 6 24
Futsal 0 0 1 4
Sepeda 0 0 1 4
Basket 0 0 1 4
Sepakbola 4 16 0 0
Sepakbola dan Futsal 16 64 0 0
Sepakbola dan Basket 2 8 0 0
Sepakbola dan Badminton 3 12 0 0
Total 25 100 25 100
Frekuensi olahraga (per minggu)
Jarang (<1 kali) 0 0 9 36
Sedang (1-3 kali) 10 40 15 60
Sering (>3 kali) 15 60 1 4
Total 25 100 25 100
Rata-rata±SD 4.04 ± 1.34 1.24 ± 1.23
Durasi Olahraga (jam per minggu)
<0.7 0 0 9 36
0.7-8.3 19 76 15 60
>8.3 6 24 1 4
Total 25 100 25 100
Rata-rata±SD 7.2 ± 2.95 1.87 ± 2.61
16
Sebaran kebiasaan olahraga subjek dapat dilihat pada Tabel 7. Jenis
olahraga yang dilakukan kedua kelompok bervariasi. Jenis olahraga kelompok
non-UKM yang paling banyak dilakukan adalah joging (24%). Olahraga jogging
atau lari banyak digemari karena olahraga ini mudah dilakukan dan lebih murah.
Subjek umumnya melakukan jogging di lingkungan kampus IPB pada hari libur.
Manfaat olahraga jogging juga banyak untuk kesehatan seperti menjaga berat
badan ideal (Aggel-Leijssen et al. 2001), meningkatkan densitas mineral tulang
(Stear et al. 2003), dan mencegah penyakit kardiovaskuler (Hamer and Chida
2008).
Jenis olahraga kelompok UKM yang paling banyak dilakukan selain
sepakbola yaitu futsal, basket dan badminton. Jenis olahraga yang paling banyak
dilakukan adalah sepakbola dan futsal (64%). Hal inilah yang mendasari
penentuan sepakbola sebagai kelompok subjek yang dipilih karena sepakbola
merupakan salah satu olahraga paling digemari di masyarakat.
Durasi olahraga mengukur seberapa lama seseorang melakukan olahraga
dalam satu waktu. Hasil uji beda Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan
nyata durasi olahraga pada kedua kelompok (p<0.05). Hal ini dapat dilihat dari
data diatas bahwa sebanyak 9 orang (36%) dari kelompok non-UKM durasi
olahraganya <0.7 jam perminggu karena mereka tidak melakukan olahraga,
sedangkan semua subjek dari kelompok UKM melakukan olahraga dengan durasi
0.7-8.3 jam perminggu (76%) dan >8.3 jam perminggu (24%).
Frekuensi olahraga yang baik adalah 3 sampai 4 kali perminggu dengan
durasi 20-30 menit. Olahraga sebaiknya dimulai dengan pemanasan selama 3-5
menit dengan tujuan membantu melonggarkan kekakuan dengan meningkatkan
aliran darah ke otot, meningkatkan denyut jantung secara bertahap sampai pada
tahap inti. olahraga pun dianjurkan diakhiri dengan pendinginan dengan tujuan
membantu darah agar tidak berkumpul di kaki dan dapat menghindari pusing dan
kaku pada otot (Hasibuan 2010).
Massa Otot
Otot rangka dapat mengalami perubahan adaptif jangka panjang sesuai
dengan aktivitasnya. Ada dua jenis perubahan yang bisa diinduksi di serat otot,
yaitu perubahan dalam kapasitas sintesis ATP dan perubahan diameter otot.
Latihan ketahanan akan meningkatkan potensi oksidatif otot, sedangkan latihan
kekuatan meningkatkan diameter miofibrilar otot. Ukuran otot dapat diperbesar
dengan latihan anaerob, durasi pendek, serta latihan kekuatan dengan intensitas
tinggi seperti angkat beban. Ukuran otot yang besar dapat meningkatkan kekuatan
yang besar untuk jangka pendek, tapi ketahanan tidak begitu meningkat (Wiarto
2013).
Tabel 8 Massa otot kelompok UKM dan non-UKM
Kategori UKM Non-UKM
n % n %
Rendah 7 28 1 4
Sedang 15 60 20 80
Tinggi 3 12 4 16
Total 25 100 25 100
Rata-rata±SD 28.3±3.1 28.4±3.1
17
Berdasarkan Tabel 8, massa otot kelompok UKM dan non-UKM dominan
pada kategori sedang. Kelompok UKM sebanyak 60% masuk kategori sedang
sedangkan non-UKM sebanyak 80% masuk kategori sedang. Rata-rata massa otot
kedua kelompok hampir sama sekitar 28±3 kg.
Daya Tahan Kardiorespirasi
Daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan fungsional organ paru dan
jantung dalam mensuplai oksigen untuk kerja otot dalam waktu yang lama.
Seseorang yang memiliki daya tahan kardiorespirasi yang baik tidak akan cepat
lelah setelah melakukan serangkaian kegiatan. Kualitas daya tahan kardiorespirasi
dinyatakan dengan VO2 max (Irianto 2001). VO2 max adalah volume maksimal
oksigen yang diproses oleh tubuh manusia pada saat melakukan kegiatan yang
intensif (Wiarto 2013).
Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dominan pada kategori cukup
(80%) sedangkan pada kelompok non-UKM kategori kurang (44%) dan cukup
(48%) hampir sama jumlahnya. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan
nyata daya tahan kardiorespirasi antara kelompok UKM dan non-UKM (p<0.05).
Penelitian ini sejalan deangan penelitian yang dilakukan Adawiyah (2011) pada
mahasiswa TPB IPB yang menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa
memiliki nilai VO2 max dalam kategori cukup (52.4%) dan hanya sebagian kecil
(4.8%) dalam kategoti baik. Sebaran data daya tahan kardiorespirasi kelompok
UKM dan non-UKM dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Daya tahan kardiorespirasi kelompok UKM dan non-UKM
Kategori UKM Non-UKM
n % n %
Kurang 3 12 11 44
Cukup 20 80 12 48
Baik 2 8 2 8
Total 14 100 20 100
Rata-rata±SD 40.1±3.8 36.2±4.0
Rata-rata nilai VO2 max pada kelompok UKM 40,1 ml O2/kg BB/menit
dengan standar deviasi 3,8. Hasil ini masih jauh dibawah atlet sepakbola
profesional seperti pada penelitian McMillan et al. (2005) yaitu 63,4 ml O2/kg
BB/menit. Nilai VO2 max yang masih belum memenuhi standar atlet pada
kelompok UKM diduga karena belum adanya latihan fisik pada menu latihan
rutin. Latihan rutin kelompok UKM pun hanya dilaksanakan dua kali setiap
minggu. Menurut Kuntaraf dan Kuntaraf (2006), terdapat lima faktor yang
menentukan VO2 max seseorang yaitu jenis kelamin, usia, keturunan, komposisi
tubuh, dan latihan.
Penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) pada atlet sepakbola
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi kapasitas VO2 max adalah
asupan makanan, kebiasaan hidup, aktivitas fisik, dan komposisi tubuh. Minuman
olahraga (sport drink) sebelum pertandingan dapat meningkatkan daya tahan
kardiorespirasi sekitar 15.5% (Byars et al. 2006).
18
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Daya Tahan
Kardiorespirasi
Tingkat kecukupan energi dan protein subjek diduga berhubungan dengan
daya tahan kardiorespirasi. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat kecukupan energi dengan daya tahan
kardiorespirasi (p<0.05). Hasil ini sejalan dengan penelitian Dewi (2013) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara kecukupan energi siswa
pusat pendidikan TNI terhadap daya tahan fisik yang diukur dengan nilai VO2
max. Penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) juga menunjukkan bahwa asupan
kalori rata-rata atlet sepakbola berhubungan positif dengan stamina atau daya
tahan atlet. Hubungan antara tingkat kecukupan energi dengan daya tahan
kardiorespirasi dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Hubungan antara tingkat kecukupan dengan daya tahan kardiorespirasi
Tingkat kecukupan
energi
Daya tahan kardiorespirasi (VO2Max)
Kurang Cukup Baik
n % n % n %
Defisit berat 5 38.4 0 0 0 0
Defisit sedang 4 30.8 11 33.3 0 0
Defisit ringan 4 30.8 7 21.3 1 25
Normal 0 0 15 45.4 3 75
Lebih 0 0 0 0 0 0
Total 13 100 33 100 4 100
Subjek dengan daya tahan kardiorespirasi kategori baik memiliki tingkat
kecukupan energi normal (75%). Sebagian besar dari semua subjek dengan
tingkat kecukupan energi normal memiliki daya tahan kardiorespirasi cukup
(45.4%), sedangkan pada tingkat kecukupan energi defisit berat memiliki daya
tahan kardiorespirasi yang kurang (38.4%). Sebaran tingkat kecukupan protein
subjek tidak jauh berbeda dengan tingkat kecukupan energi terhadap daya tahan
kardiorespirasi. Hasil ini dapat dilihat pada Tabel 11.
.
Tabel 11 Hubungan antara tingkat kecukupan protein dengan daya tahan
kardiorespirasi
Tingkat kecukupan
protein
Daya tahan kardiorespirasi (VO2Max)
Kurang Cukup Baik
n % n % n %
Defisit berat 5 38.4 1 3.0 0 0
Defisit sedang 1 7.7 10 30.3 1 25
Defisit ringan 3 23.1 11 33.3 1 25
Normal 1 7.7 7 21.3 2 50
Lebih 0 0 4 6.1 0 0
Total 13 100 33 100 4 100
19
Hasil uji hubungan Spearman menunjukkan hubungan positif yang
signifikan antara tingkat kecukupan protein dengan daya tahan kardiorespirasi
(p<0.05). Protein berperan untuk transportasi oksigen di dalam eritrosit oleh
hemoglobin dan transportasi oksigen di dalam otot oleh mioglobin. Menurut
Almatsier (2006), hemoglobin adalah ikatan protein yang merupakan pigmen
darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan
karbondioksida.
Hubungan Aktivitas Fisik dengan Daya Tahan Kardiorespirasi
Aktivitas fisik seseorang diduga berpengaruh positif terhadap daya tahan
kardiorespirasi. Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05). Hasil
ini sejalan dengan penelititan Gutin et al. (2005) yang menyatakan bahwa terdapat
pengaruh positif antara tingkat aktivitas fisik dengan daya tahan kardiorespirasi.
Hal ini berarti semakin aktif tingkat aktivitas seseorang semakin baik daya tahan
kardiorespirasimya.
Sebaran aktifitas fisik subjek kaitannya dengan kategori daya tahan
kardiorespirasi dapat dilihat pada Tabel 12. Subjek dominan memiliki aktifitas
fisik pada kategori sedang dengan daya tahan kardiorespirasinya pada kategori
cukup (60.6%). Menurut penelitian Penggalih dan Huriyati (2007) pada atlet
sepakbola yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi kapasitas VO2 max adalah
aktivitas fisik. Rendahnya tingkat aktifitas fisik dan daya tahan kardiorespirasi
merupakan salah satu penyebab terjadinya metabolik sindrom (Ekelund et al.
2009).
Tabel 12 Hubungan antara aktivitas dengan daya tahan kardiorespirasi
Aktivitas fisik
Daya tahan kardiorespirasi (VO2Max)
Kurang Cukup Baik
n % n % n %
Ringan 10 76.9 13 39.4 0 0
Sedang 3 23.1 20 60.6 4 100
Berat 0 0 0 0 0 0
Total 13 100 33 100 4 100
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Daya Tahan Kardiorespirasi
Kebiasaan olahraga diduga berpengaruh positif dengan daya tahan
kardiorespirasi. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan kebiasaan olahraga
yang dinilai dari frekuensi perminggu berhubungan nyata terhadap daya tahan
kardiorespirasi (p<0.05). Hasil ini sejalan dengan penilitian Cox et al. (2004) yang
menyatakan bahwa terjadi peningkatan daya tahan kardiorespirasi pada kelompok
laki-laki dewasa yang melakukan latihan rutin dengan kelompok kontrol. Hal ini
berarti semakin seseorang rutin berolahraga maka daya tahan kardiorespirasinya
akan semakin baik.
Tabel 13 menunjukkan sebaran subjek dengan kategori kebiasaan olahraga
terhadap daya tahan kardiorespirasi. Subjek yang memiliki daya tahan
20
kardiorespirasi yang baik memiliki kebiasaan olahraga dengan frekuensi minimal
satu sampai tiga kali dalam seminggu. Sebagian besar subjek memiliki daya tahan
kardiorespirasi kategori cukup dengan frekuensi olahraga 1-3 kali perminggu.
Tabel 13 Hubungan antara kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan daya tahan
kardiorespirasi
Kebiasaan olahraga
(frekuensi per minggu)
Daya tahan kardiorespirasi (VO2Max)
Kurang Cukup Baik
n % n % n %
Jarang (<1 kali) 4 30.8 6 18.2 0 0
Sedang (1-3 kali) 7 53.8 15 45.5 2 50
Sering (>3 kali) 2 15.4 12 36.3 2 50
Total 13 100 33 100 4 100
Kebiasaan olahraga selain dilihat dari frekuensinya, juga dapat dilihat dari
durasi atau seberapa lama waktu yang dibutuhkan dalam satu kali olahraga
(Kusmana 1997). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan
yang nyata antara durasi olahraga dengan daya tahan kardiorespirasi (p<0.05).
Sebaran subjek berdasarkan durasi olahraga terhadap daya tahan kardiorespirasi
dapat dilihat pada Tabel 14. Subjek dominan melakukan durasi olahraga selama
lebih dari 8,3 jam perminggu dan memiliki daya tahan kardiorespirasi kategori
cukup.
Menurut Guyton dan Hall (2008), aktifitas fisik yang berat seperti
olahraga akan meningkatkan aliran darah ke paru-paru dan ventilasi, kapasitas
difusi oksigen meningkat pada pria dewasa muda sampai maksimum.
Meningkatnya oksigen yang dihirup sebanding dengan latihan atau kerja yang
dilakukan secara maksimal. Menurut Wiarto (2013) aktifitas olahraga yang
dilakukan secara rutin dapat memanfaatkan oksigen yang berguna untuk
memperkuat otot jantung sehingga dapat memompa darah lebih banyak ke seluruh
tubuh, memperlebar pembuluh nadi sehingga kapasitas pengangkutan oksigen
darah menjadi meningkat, dan dapat meningkatkan jumlah sel darah merah
sehingga kapasitas pengangkutan oksigen darah untuk menghasilkan energi
menjadi meningkat.
Tabel 14 Hubungan antara kebiasaan olahraga (durasi) dengan daya tahan
kardiorespirasi
Durasi olahraga
(jam perminggu)
Daya tahan kardiorespirasi (VO2Max)
Kurang Cukup Baik
n % n % n %
<0.7 4 30.8 6 18.2 0 0
0.7-8.3 5 38.5 8 24.2 2 50
>8.3 4 30.8 19 57.6 2 50
Total 13 100 33 100 4 100
21
Hubungan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Massa Otot
Tingkat kecukupan energi dan protein subjek diduga berhubungan dengan
massa otot. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat hubungan yang
tidak signifikan antara tingkat kecukupan energi dengan massa otot (p>0.05).
Hasil ini tidak sejalan dengan penelititan Kerksick et al. (2006). Tingkat
kecukupan energi dan protein yang defisit akan menyebabkan penurunan massa
otot. Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi otot dan performa fisik
seseorang (Carbone et al. 2012). Namun suplementasi protein menunjukkan hasil
yang tidak signifikan peningkatan dengan massa otot seseorang (Bird et al. 2006).
Oleh karena itu untuk memenuhi kecukupan energi dan protein lebih baik dengan
makan makanan daripada dengan suplemen.
Sebaran subjek dengan tingkat kecukupan energi dan massa otot dapat
dilihat pada Tabel 15. Subjek dengan tingkat kecukupan defisit berat dominan
memiliki massa otot kategori rendah (37.5%). Sebagian besar subjek memiliki
massa otot kategori sedang dengan tingkat kecukupan energi normal (40.0%).
Tabel 15 Hubungan antara tingkat kecukupan energi dan massa otot
Tingkat kecukupan
energi
Massa otot
Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Defisit berat 3 37.5 1 2.8 1 14.3
Defisit sedang 3 37.5 10 28.6 2 28.6
Defisit ringan 1 12.5 10 28.6 1 14.3
Normal 1 12.5 14 40.0 3 42.8
Lebih 0 0 0 0 0 0
Total 8 100 35 100 7 100
Hubungan Kebiasaan Olahraga dengan Massa Otot
Kebiasaan olahraga diduga dapat mempengaruhi massa otot seseorang.
Subjek dengan kebiasaan olahraga lebih dari tiga kali seminggu memiliki massa
otot paling banyak pada kategori sedang (33.3%). Subjek dominan memiliki
massa otot kategori sedang dengan frekuensi olahraga satu sampai tiga kali
perminggu (Tabel 16). Hasil uji korelasi Spearman antara massa otot tubuh
dengan kebiasaan olahraga menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0.05).
Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Krustrup et al. (2008).
Tabel 16 Hubungan antara kebiasaan olahraga (frekuensi) dengan massa otot
Kebiasaan olahraga
(frekuensi per minggu)
Massa otot
Rendah Sedang Tinggi
n % n % n %
Jarang (<1 kali) 1 14.3 6 16.7 2 28.6
Sedang (1-3 kali) 4 57.1 18 50 3 42.8
Sering (>3 kali) 2 28.6 12 33.3 2 28.6
Total 7 100 9 100 7 100
22
Hasil uji korelasi kebiasaan olahraga dengan massa otot tubuh tidak
signifikan diduga karena adaptasi otot pada subjek dengan frekuensi olahraga
lebih dari tiga kali perminggu adalah adaptasi latihan ketahanan. Menurut Wiarto
(2013) adaptasi otot ada dua sesuai dengan jenis latihan, latihan ketahanan akan
meningkatkan oksidatif otot, sedangkan latihan kekuatan meningkatkan diameter
otot. Hal ini menunjukkan bahwa massa otot tergantung dari jenis latihan atau
olahraga yang dilakukan.
Jenis olahraga yang sering dilakukan subjek dengan frekuensi lebih dari
tiga kali perminggu adalah sepakbola dan futsal yang merupakan jenis olahraga
atau latihan ketahanan. Menurut Wiarto (2013), jenis olahraga yang berpengaruh
terhadap massa otot adalah olahraga kekuatan, contohnya seperti angkat besi. Hal
ini sejalan seperti penelitian Hulmi et al. (2009) dimana subjek yang melakukan
latihan angkat beban dua kali seminggu selama 21 minggu mengalami
peningkatan massa otot.
Ukuran otot dapat diperbesar dengan latihan anaerob, durasi pendek serta
latihan kekuatan dengan intensitas tinggi. Pembesaran massa otot ini akibat
peningkatan jumlah filamen aktin dan filamen miosin dalam setiap serat otot. Hal
ini terjadi karena respon terhadap kontraksi otot yang berlangsung pada kekuatan
yang maksimal (Wiarto 2013).
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi kelompok UKM lebih
baik dibanding dengan kelompok non-UKM. Aktivitas fisik kelompok UKM
dominan masuk kategori sedang sedangkan kelompok non-UKM sebagian besar
masuk kategori ringan. Kelompok UKM lebih aktif karena lebih banyak
melakukan olahraga rutin setiap minggu.
Kebiasaan olahraga kelompok UKM sebagian besar (64%) melakukan
olahraga rutin 3-4 kali setiap minggu dengan durasi 1-2 jam. Jenis olahraga yang
sering dilakukan kelompok UKM selain sepakbola adalah futsal (64%). Kebiasaan
olahraga kelompok non-UKM bervariasi mulai dari yang tidak melakukan
olahraga (36%) sampai yang melakukan empat kali setiap minggu (4%) dengan
durasi 1-2 jam perkali latihan. Jenis olahraga yang sering dilakukan adalah
jogging (24%).
Lebih dari seperempat subjek pada kelompok UKM memiliki massa otot
yang kurang (28%) dan lebih dari setengahnya masuk dalam kategori sedang
(60%). Sebagian besar kelompok non-UKM memiliki massa otot sedang (80%)
dan hanya satu orang yang memiliki massa otot kurang (1%).
Kelompok UKM lebih baik daya tahan kardioresiprasinya karena lebih
sering melakukan olahraga dibanding kelompok non-UKM. Daya tahan
kardiorespirasi kelompok UKM sebagian besar masuk dalam kategori cukup
(80%) dan sebagian kecil masuk dalam kategori kurang (12%) dan baik (8%).
23
Daya tahan kardiorespirasi kelompok non-UKM sebagian besar masuk dalam
kategori kurang (44%) dan sedang (48%).
Hasil uji korelasi Spearman antara kebiasaan olahraga (frekuensi dan
durasi), aktivitas fisik, dan tingkat kecukupan energy protein dengan daya tahan
kardiorespirasi menunjukkan hubungan positif (r≥0.00). yang signifikan (p<0.05).
Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan olahraga dan tingkat
kecukupannya maka semaik baik pula daya tahan kardiorespirasinya.
Hasil uji korelasi Spearman antara asupan energi-protein kebiasaan
olahraga dengan massa otot tubuh menunjukkan tidak ada hubungan yang
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik kebiasaan olahraga belum
tentu massa ototnya lebih baik.
Saran
Perlunya diadakan latihan fisik pada menu latihan rutin kelompok UKM
dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan kardiorespirasi dan kebugaran
setiap anggotanya. Hal ini dapat menunjang performa saat pertandingan sehingga
dapat meningkatkan prestasi dalam bidang sepakbola.
Kebiasaan olahraga dan asupan energi dan zat gizi mahasiswa harus
diperhatikan supaya memiliki status gizi yang normal dan tingkat kebugaran yang
baik. Oleh karena itu, penelitian lain diperlukan terutama di bidang gizi olahraga
untuk mengetahui pengaruh kebugaran terhadap kesehatan dan prestasi akademik
mahasiswa.
Perlu adanya penelitian lain untuk menguatkan peneilitian ini, seperti
penelitian yang membedakan jenis olahraga pengaruhnya terhadap massa otot dan
daya tahan kardiorespirasi atau kebugaran. Jenis olahraga yang dapat dibedakan
pengaruhnya seperti lari sprint dengan lari jarak jauh atau marathon.
24
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Grasmedia Pustaka.
Aggel-Leijssen DPC, Saris WHM, Hul GB, Baak MA. 2001. Short-Term Effects
of Weight Loss With or Without Low-Intensity Exercise Training on Fat
Metabolism in Obese Men. Am J Clin Nutr 73: 523-531.
Bird SP, Tarpenning KM, Marino FE. 2006. Independent and combined effects of
liquid carbohydrate/essential amino acid ingestion on hormonal and
muscular adaptations following resistance training in untrained men. Eur J
Appl Physiol 2006; (97):225–38.
Budiman. 2007. Perbandingan Tes Lari 12 Menit Cooper dengan Tes Ergometer
Sepeda Astrand. Jurnal Kesehatan Masyarakat 7(1), 91-94.
Byars A, Greenwood M, Greenwood L, and Simpson WK. 2006. The
Effectiveness of a Pre-Exercise Performance Drink (PRX) on Indices of
Maximal Cardiorespiratory Fitness. Journal of the Society of Sport
Nutrition. 3(1): 56-59.
Carbone WJ. McClung JP, and Pasiakos SM. 2012. Skeletal Muscle Responses to
Negative Energy Balance: Effects of Dietary Protein. J Adv. Nutr. 3: 119–
126.
Cox KL, Burke V, Morton AR, Beilin LJ, dan Puddey IB. 2004. Independent and
Additive Effects of Energy Restriction and Exercise on Glucose and
Insulin Concentrations in Sedentary Overweight Men. Am J Clin Nutr 80:
308 –316.
[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman Praktis
Pemantauan Gizi Orang Dewasa. Jakarta (ID): Depkes RI.
[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Pedoman Pelatihan
Gizi Olahraga Untuk Prestasi.
[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Petunjuk Teknis
Pengukuran Kebugaran Jasmani.
Dewi K. 2013. Hubungan antara Konsumsi Air, Asupan Energi dan Protein
dengan Daya Tahan Fisik pada Siswa Pusat Pendidikan TNI [skripsi].
Bogor: Departemen Gizi Masyarakat, IPB.
Ekelund U, Anderssen S, Andersen LB, Riddoch CJ, Sardinha LB, Luan J,
Froberg K, and Brage S. 2009. Prevalence and correlates of the metabolic
syndrome in a population-based sample of European youth. Am J Clin
Nutr 2009 (89):90–96.
[FAO] Food And Nutrition Technical Report Series. 2001. Human Energy
Requirements. Rome: FAO/WHO/UNU.
Gibson. 2005. Principle of Nutrition Assesment. New York: Oxford University
Press.
25
Gutin B, Barbeau P, Owens S, Lemmon C, Bauman M, Allison J, Kang HS,
Litaker MS. 2002. Effects of Exercise Intensity on Cardiovascular Fitness,
Total Body Composition, and Visceral Adiposity of Obese Adolescents. Am
J Clin Nutr 75: 818-826.
Gutin B, Yin Z, Humphries MC, Barbeau P. 2005. Relations of moderate and
vigorous physical activity to fitness and fatness in adolescents. Am J Clin
Nutr 81: 746-750.
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hamer M, Chida Y. 2008. Walking and primary prevention: a meta-analysis of
prospective cohort studies. Br J Sports Med 2008; 42:238–243.
Hardinsyah, Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan
Serat Makanan. Jakarta: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII.
_______, Briawan D. 1994. Penilaian dan perencanaan asupan pangan.Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[IOM] Institute of Medicine. (2005). Dietary Reference Intake for Energy,
Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino
Acids. A Report of the Panel on Macronutrients, Subcommittees on Upper
Reference Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of Dietary
Reference Intakes, and the Standing Committee on the Scientific Evaluation
of Dietary Reference Intakes. National Academies Press, Washington, DC.
Hasibuan R. 2010. Terapi Sederhana Menekan Gejala Penyakit Degeneratif.
Jurnal Ilmu Keolahragaan. Vol. 8 (2): 78-93.
Hoeger WWK, Hoeger SA. 2005. Lifetime Physical Fitness and Wellness, a
Personalized Program. Ed ke-5. USA: Thomson Wadsworth.
Hulmi JJ, Kovanen V, Selänne H, Kraemer WJ, Häkkinen K, Mero AA. 2009.
Acute and long-term effects of resistance exercise with or without protein
ingestion on muscle hypertrophy and gene expression. Amino Acids 2009
Jul;37(2):297-308.
Irawan A. 2007. Nutrisi, Energi dan Performa Olahraga. Polton Sport Science dan
Perfomance Lab. Vol 01: 04 (1-12).
Irianto DP. 2001. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta:
Andi Yogyakarta.
Kerksick CM, Rasmussen CJ, Lancaster SL, Magu B, Smith P, Melton C,
Greenwood M, Almada AL, Earnest CP, Kreider RB. 2006. The effects of
protein and amino acid supplementation on performance and training
adaptations during ten weeks of resistance training. J Strength Cond Res
2006 (20):643–53.
Khomsan A. 2005. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor: Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Kuntaraf J, Kuntaraf KL. 2006. Olahraga Sumber Kesehatan. Indonesia
Publishing House.
26
Kusharisupeni. 2007. Konsumsi kalsium pada remaja. Di dalam: Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
Kusmana D. 1997. Olahraga bagi Kesehatan Jantung. Jakarta: Fakultas
Kedokteran, Universitas Indonesia.
Krustrup P, Nielsen JJ, Krustrup BR, Christensen JF, Pedersen H, Randers MB,
Aagaard P, Petersen AM, Nybo L, and Bangsbo J. 2009. Recreational
Soccer is an Effective Health-Promoting Activity for Untrained Men. Br J
Sports Med. 2009 11: 825-831.
[LIPI]. 1998. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta: LIPI.
McMillan K, Helgerud J, Macdonald R, and Hoff J. 2005. Physiological
Adaptations to Soccer Specific Endurance Training in Professional Youth
Soccer Players. Br J Sports Med. 2005 39: 273-277.
Mackenzie. 1997. The Balke VO2 max Tes. www.brianmac.co.uk [29 Agustus
2013]
Moeloek D, Tjokronegoro A. 1984. Kesehatan dan Olahraga. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Mutohir TC, Maksum A. 2007. Sport Development Index. Jakarta: Index.
Penggalih MH dan Huriyati E. 2007. Gaya Hidup, Status Gizi, dan Stamina Atlet
pada Klub Sepakbola. Berita Kedokteran Mayarakat. Vol. 23(4) hal 192-
199.
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar. 2010. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes
Republik Indonesia.
Sediaoetama. 2008. Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.
Stear JS, Prentice A, Jones SC, Cole TJ. 2003. Effect of a Calcium and Exercise
Intervention on The Bone Mineral Status of 16–18-y-old Adolescent Girls.
Am J Clin Nutr. 77: 985-992.
Stevanie N. 2011. Hubungan Kebiasaan Sarapan dan Olahraga terhadap Daya
Tahan Paru-Jantung pada Anak Sekolah Dasar Kebon Kopi 2 Bogor
[skripsi]. Bogor: Depatemen Gizi Masyarakat, IPB.
Wiarto G. 2013. Fisiologi dan Olahraga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
[WHO]. 2010. Physical Activity. Geneva.
Watson, A.S. 1992. Children In Sport, dalam Textbook Of Science And Medicine
In Sport Edited by J. Bloomfield, P.A Fricker and K.D. Fuch : Blackwell
Scientific Publication.
Wilmore, J.H. and Costill, D.L. 2005. Physiology of Sport and Exercise. 3rd ed.
Champaign, IL: Human Kinetics.
27
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil uji korelasi beberapa variabel dengan daya tahan kardiorespirasi
Variabel Keterangan Daya Tahan Kardiorespirasi
Asupan Energi Koefisien korelasi
Taraf nyata (0.05)
N
0.003
0.415
50
Asupan Protein
Koefisien korelasi
Taraf nyata (0.05)
N
0.009
0.365
50
Aktivitas fisik Koefisien korelasi
Taraf nyata (0.05)
N
0.004
0.403
50
Frekuensi Olahraga Koefisien korelasi
Taraf nyata (0.05)
N
0.004
0.395
50
Durasi Olahraga Koefisien korelasi
Taraf nyata (0.05)
N
0.010
0.361
50
Lampiran 2 Hasil uji korelasi antara kebiasaan olahraga dengan massa otot
Variabel Keterangan Massa otot
Kebiasaan olahraga Koefisien korelasi
Taraf nyata (0.05)
N
0.070
0.258
50
28
Lampiran 3 Kuesioner penelitian
ASUPAN ENERGI-PROTEIN DAN KEBIASAAN
OLAHRAGA KAITANNYA DENGAN MASSSA OTOT DAN
DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA
UKM DAN NON-UKM SEPAKBOLA
Kode responden :
A. Halaman Muka
1. Nama Lengkap :
2. Jenis kelamin :
3. Jurusan /NIM :
4. Umur :
5. No. Telp/HP :
6. Tempat tinggal :
7. Tempat, Tanggal Lahir :
8. Data Antropometri
a) BB :
b) TB :
9. Besarnya uang jajan/bulan :
10. Sumber pendapatan/bulan
a) Orang tua / keluarga, besarnya :
b) Beasiswa, besarnya :
c) Lainnya (sebutkan) :
11. Pendidikan orang tua :
12. Pengeluaran biaya pangan/bulan :
13. Pengeluaran biaya non pangan/bulan :
14. Pengukuran tes lari *
Jarak yang ditempuh selama 15 menit :
15. Pengukuran massa otot*
a) Lingkar Lengan Atas (LILA) :
b) Tebal lipatan kulit trisep :
*) : Diisi oleh petugas
29
B. Data Konsumsi Pangan
FOOD RECALL 2 x 24 JAM
Hari biasa
Waktu Nama
makanan
Jenis bahan
makanan
URT gram Keterangan
Makan Pagi
Selingan
Makan
siang
Selingan
Makan
malam
30
Hari libur
Waktu Nama
makanan
Jenis bahan
makanan
URT gram Keterangan
Makan pagi
Selingan
Makan
siang
Selingan
Makan
malam
31
C. Aktivitasfisik (Hari biasa)
Waktu Jenis Aktivitas Lama (menit)
04.00-04.30
04.30-05.00
05.00 – 05.30
05.30 – 06.00
06.00 – 06.30
06.30 – 07.00
07.00 – 07.30
07.30 – 08.00
08.00 – 08.30
08.30 – 09.00
09.00 – 09.30
09.30 – 10.00
10.00 – 10.30
10.30 – 11.00
11.00 – 11.30
11.30 – 12.00
12.00 – 12.30
12.30 – 13.00
13.00 – 13.30
13.30 – 14.00
14.00 – 14.30
14.30 – 15.00
15.00 – 15.30
15.30 – 16.00
16.00 – 16.30
16.30 – 17.00
17.00 – 17.30
17.30 – 18.00
18.00 – 18.30
18.30 – 19.00
19.00 – 19.30
19.30 –20.00
20.00 –20.30
20.30 – 21.00
21.00 –21.30
21.30 – 22.00
22.00 – 22.30
22.30 – 23.00
23.00 – 23.30
23.30 – 00.00
00.00 – 00.30
00.30 – 01.00
01.00 – 01.30
01.30 – 02.00
02.00 – 02.30
02.30 – 03.00
03.00 – 03.30
03.30 – 04.00
32
D. Aktivitasfisik (Hari libur)
Waktu Jenis Aktivitas Lama (menit)
04.00-04.30
04.30-05.00
05.00 – 05.30
05.30 – 06.00
06.00 – 06.30
06.30 – 07.00
07.00 – 07.30
07.30 – 08.00
08.00 – 08.30
08.30 – 09.00
09.00 – 09.30
09.30 – 10.00
10.00 – 10.30
10.30 – 11.00
11.00 – 11.30
11.30 – 12.00
12.00 – 12.30
12.30 – 13.00
13.00 – 13.30
13.30 – 14.00
14.00 – 14.30
14.30 – 15.00
15.00 – 15.30
15.30 – 16.00
16.00 – 16.30
16.30 – 17.00
17.00 – 17.30
17.30 – 18.00
18.00 – 18.30
18.30 – 19.00
19.00 – 19.30
19.30 –20.00
20.00 –20.30
20.30 – 21.00
21.00 –21.30
21.30 – 22.00
22.00 – 22.30
22.30 – 23.00
23.00 – 23.30
23.30 – 00.00
00.00 – 00.30
00.30 – 01.00
01.00 – 01.30
01.30 – 02.00
02.00 – 02.30
02.30 – 03.00
03.00 – 03.30
03.30 – 04.00
33
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 08 Januari 1990 dari Ayah
Abdullah Haling dan Ibu Rustinah. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara. Pendidikan menengah atas di tempuh selama tiga tahun di SMA
Negeri 10 Bekasi dan lulus pada tahun 2008, kemudian melanjutkan pendidikan di
Diploma Program Keahlian Manajemen Industri Jasa Makanan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor. Setelah lulus menempuh pendidikan diploma, penulis
melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi program alih
jenis di Departemen Gizi Fakultas Ekologi Manusia Masyarakat IPB.