Asuhan Keperawatan Komunitas Doc
-
Upload
amar-akper-ii -
Category
Documents
-
view
336 -
download
21
description
Transcript of Asuhan Keperawatan Komunitas Doc
BAB 1
I. 1. Latar Belakang
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, perumusan diagnosa,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Pengkajian merupakan langkah awal yang
bertujuan mengumpulkan data tentang status kesehatan klien. Data yang telah
terkumpul kemudian dianalisa sehingga dapat dirumuskan masalah kesehatan yang
ada pada keluarga.
Jadi berdasarkan hal tersebut, sebelum membuat perencanaan untuk mengatasi
masalah yang dihadapi klien harus dilakukan pengkajian baik melalui anamnesa,
pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan penunjang lainnya.
Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.
Adapun tujuan umum penulisan makalah ini diharapkan penulis mendapatkan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga yang mengalami
Rematik dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan penulisan
Sedangkan tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan makalah
ini adalah diharapkan penulis mampu :
Melakukan pengkajian pada keluarga dengan masalah Scabies
Menganalisa data yang ditemukan pada keluarga dengan masalah
Scabies untuk merumuskan diagnosa keperawatan
Menyusun rencana keperawatan keluarga dengan masalah scabies
Menerapkan rencana keperawatan kesehatan keluarga dalam bentuk
tindakan keperawatan
Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada
keluarga dengan masalah scabies
Mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan pada keluarga
dengan masalah scabies
Mengidentifikasi adanya kesenjangan antara teori dengan kasus nyata
Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat dalam
memberikan asuhan keperawatan keluarga.
1
3. Data yang perlu dikaji
a. Data Umum
b. Lingkungan
c. Fungsi keluarga
d. Pemeriksaan fisik khususnya bagi anggota keluarga yang beresiko tinggi
e. Struktur keluarga
f. Harapan keluarga
4. Masalah Keperawatan
Belum ada karena pengkajian belum dilakukan.
II. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa
Belum dapat dirumuskan karena pengkajian belum dilakukan
2. Tujuan Umum
3. Dalam waktu 60 menit terkumpul data yang dapat menunjang timbulnya masalah
kesehatan pada keluarga.
4. Tujuan Khusus
- Terkumpul data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan fisik, struktur
keluarga, dan harapan keluarga.
- Terindentifikasi masalah kesehatan
III. Rencana Kegiatan
1. Topik : pengkajian data umum, lingkungan fungsi keluarga, pemeriksaan fisik,
struktur keluarga, dan harapan keluarga.
2. Metode : Wawancara, observasi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
3. Media : Format pengkajian, alat tulis, alat pemeriksaan Fisik.
4. Waktu : Hari jumat, 13 januari 2012, pukul 11.00 – 12.00 WIB.
5. Tempat : Rumah Keluarga Bp.M, Rt.04 Rw.05 karang jambu, tunjungseto,
kebumen
6. Strategi Pelaksanaan :
a. Orientasi :
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
2
Menjelaskan tujuan kunjungan
Memvalidasi keadaan keluarga
b. Kerja :
Melakukan pengkajian
Melakukan pemeriksaan fisik (khususnya untuk anggota keluarga yang
beresiko)
Mengidentifikasi masalah kesehatan.
Memberikan reinforcement positif pada hal – hal positif yang
dilakukan keluarga.
c. Terminasi
Membuat kontrak untuk pertemuan selanjutnya
Mengucapkan salam.
7. Kriteria Evaluasi :
a. Struktur
LP disiapkan
Alat bantu/media disiapkan
Kontrak dengan keluarga tepat dan sesuai dengan rencana
b. Proses
Pelaksanaan sesuai dengan waktu dan strategi pelaksanaan.
Keluarga aktif dalam kegiatan.
c. Hasil
Didapatkan : data umum, lingkungan, fungsi keluarga, pemeriksaan
fisik pada anggota keluarga yang beresiko, struktur keluarga dan
harapan keluarga.
Teridentifikasi masalah kesehatan.
BAB II
3
1. Epidemiologi Penyakit Menular: Definisi, Faktor & Mekanisme
Definisi epidemiologi penyakit menular adalah epidemiologi penyakit terfokus
dalam mempelajari distribusi dan determinan penyakit (menular dan tidak menular)
dalam populasi.
2. Klasifikasi Penyakit Berdasarkan etiologi (kausa)
Penyakit infeksi
Penyakit non infeksi
3. Berdasarkan Durasi :
Penyakit akut : < 2 minggu
Sub akut/Sub kronik
Penyakit kronik: > 3 bulan
4. Communicable Diseases-biological agents
Biological agents = microorganism
Virus
Bacteria
Protozoa
Fungus
Helminthes
Others form of microorganism
5. Non Communicable Diseases-Non biological Agents
Physics
Nutrition
Chemical
etc
6. Spektrum Penyakit Menular
Endemik
Epidemik
Pandemik
7. Importansi Penyakit Menular :
4
Frekuensi morbiditas dan mortalitasnya masih tinggi di negara
berkembang
New emergent diseases : HIV/AIDS, Ebola, dsb
Reemergent diseases : MDR-TBC, Gonorhea (STDs)
Memiliki dampak yang besar
8. Penyebaran Karakteristik Manifestasi Klinik Penyakit Menular
1. Lebih banyak tanpa gejala klinik yang jelas contohnya : tuberculosis
dan poliomyelitis
2. Lebih banyak dengan gejala klinik jelas contohnya: measles dan
varicella
3. Penyakit menular yang bersifat fatal yang umumnya berakhir dengan
kematian contohnya : rabies dan tetanus neonatorum
9. Komponen Proses Kejadian Penyakit Menular
Periode Pre-Patogenesis
Faktor Penyebab Penyakit Menular (AGENT)
Unsur biologis, dari partikel virus sampai organisme multiseluler yang kompleks.
Arthropoda (serangga)
Helminthes ( Cacing)
Protozoa
Fungi (jamur)
Bakteri
Spirochaeta
Rickettsia
Virus
1. Sifat alami dan karakteristik agent
a. Karakteristik biologik dan kimiawi
Morfologi, motilitas, fisiologi, reproduksi, metabolisme, nutrisi,
suhu dan kemampuan hidup pada suhu, kelembaban, dan kadar
oksigen tertentu, tipe dan jumlah toksin yang dihasilkan, jumlah
antigen, dan siklus hidup.
b. Resistance fisik dan kimiawi serta viabilitas
5
Terhadap cahaya matahari, ultraviolet, listrik, sinar x, radium,
gelombang sonik dan supersonik, desikasi, dry heat, moist heat, dingin,
pembekuan (freezing), daya tahan thd air, asam, basa, garam, alkohol,
fenol dll.
2. Karakteristik Agent berkaitan dengan Host
a. Infektifitas
Kemampuan unsur penyebab masuk dan berkembang biak.
dapat dianggap bahwa jumlah minimal dari unsur penyebab
untuk menimbulkan infeksi terhadap 50% pejamu spesies sama.
Dipengaruhi oleh sifat penyebab, cara penularan, sumber
penularan, serta faktor pejamu seperti umur, sex dll.
Infektifitas tinggi : campak. Infektifitas rendah : lepra
b. Patogenesitas
Kemampuan agent untuk menghasilkan penyakit dgn gejala
klinik yang jelas.
Dipengaruhi oleh adanya infektivitas
Staphillococcus tidak patogen bila di rektum. Tapi bila di
rongga peritoneum atau selaput otak, akan serius.
c. Virulensi
Nilai proporsi penderita dgn gejala klinis yang berat thd seluruh
penderita dgn gejala klinis yang jelas.
Dipengaruhi dosis, cara masuk/penularan, faktor pejamu.
Poliomyelitis lebih berbahaya bila mengenai org dewasa
daripada anak-anak.
d. Antigenesitas/ Imunogenisitas
Kemampuan AGENT menstimulasi HOST untuk menghasilkan
kekebalan/imunitas.
Dapat berupa kekebalan humoral primer, kekebalan seluler atau
campuran keduanya.
Dipengaruhi oleh faktor pejamu, dosis dan virulensi infeksi.
6
Campak dapat menghasilkan kekebalan seumur hidup.
Gonococcus tidak demikian, orang dapat terkena gonore
beberapa kali.
3. Karakteristik Agent berkaitan dengan Environment
A. Sumber Penularan (reservoir)
Unsur penyebab penyakit adl unsur biologis. Butuh tempat
ideal berkembang biak dan bertahan.
Reservoir adl organisme hidup/mati, dimana penyebab penyakit hidup
normal dan berkembang biak. Reservoir dapat berupa manusia,
binatang, tumbuhan serta lingkungan lainnya.
Reservoir merupakan pusat penyakit menular, karena merupakan
komponen utama dari lingkaran penularan dan sekaligus sebagai
sumber penularan.
1. Manusia sebagai reservoir
Lingkaran penularan penyakit yang sangat sederhana,
reservoir manusia serta penularan dari manusia ke
manusia.
Misalnya ISP oleh virus/bakteri, difteri, pertussis, TBC,
influensa, GO, sipilis, lepra.
Penularan penyakit ke pejamu potensial :proses kolonisasi,
proses infeksi
terselubung (covert), proses menderita penyakit (overt)
Manusia sbg reservoir dapat sebagai penderita, juga sbg
carrier.
a. Manusia sbg carrier dibagi :
Healthy carrier : poliomyelitis, hepatitis B,dll.
Incubatory carrier : chicken pox, measles, dll.
Convalescent carrier : klpk salmonella, difteri,
dll.
Chronic carrier : tifus abdominalis, hepatitis B,
dll.
7
b. Manusia sbg reservoir dibagi :
Reservoir yang selalu sbg penderita : cacar, TBC,
campak, lepra, dll.
Reservoir sbg penderita dan carrier : difteri,
kolera, tifus abdominalis, dll.
Reservoir sbg penderita, tdk dpt menularkan
tanpa vektor/pejamu lain : malaria, filaria, dll.
2. Reservoir binatang atau benda lain
Penyakit yang secara alamiah dijumpai di hewan
vertebrata,juga menularkan ke manusia (reservoir utama adlh
binatang)
Penyakit → Reservoir
1. Rabies → Anjing
2. Bovine TBC → Sapi
3. Typhus , Scrub & Murine → Tikus
4. Leptospirosis → Tikus
5. Trichinosis → Babi
6. Hidatosis → Anjing
7. Brucellosis → Sapi, Kambing
8. Pes → Tikus
Sumber penularan
1. Penderita
2. Pembawa kuman
3. Binatang sakit
4. Tumbuhan /benda
Cara penularan
1. Kontak langsung
2. Melalui udara
3. Melalui makanan/minuman
4. Melalui vector
8
B. Faktor Pejamu (HOST)
1. Umur, jenis kelamin, ras
2. Hereditas, perkembangan individu
3. Tingkah laku dan kebiasaan
4. Mekanisme pertahanan tubuh umum maupun spesifik
5. Status gizi
C. Faktor Lingkungan (ENVIRONMENT)
1. Lingkungan fisik
2. Lingkungan sosial-ekonomi
3. Lingkungan biologic
Periode Patogenesis
Mekanisme Patogenesis adalah efek patogen yang dihasilkan oleh unsur
penyebab infeksi dapat terjadi karena mekanisme:
Invasi langsung ke jaringan : Penyakit parasit seperti amubiasis,
giardiasis.Beberapa jenis cacing nematoda, cestoda. Infeksi bakteri
(meningitis), ISK, faringitis, virus, dsb.
Produksi toksin oleh unsur penyebab :Seperti tetanus, difteri,
enterotoksin dari E. Coli .
Rangsang imunologis atau reaksi alergi: Termasuk tuberculosis,
DBD, dll.
Infeksi yang menetap (infeksi laten): Bakteri mungkin tetap berada
di pejamu dengan keadaan tanpa gejala setelah mengalami infeksi.
Seperti hemophillus influenzae, neisseria meningitidis,
streptococcus, dll. Jenis infeksi virus mis. Herpes zoster, herpes
simplex, varicella zoster, encephlitis, dsb.
Peningkatan kepekaan pejamu melawan obat yang tidak toksis:
Rey’s syndrom, dimana infeksi virus dpt menyebabkan
encephalopathy bila diobati salisilat.
Ketidakmampuan membentuk imunitas: AIDS, CFR 70%.
9
Mekanisme Penularan Penyakit
1. Cara unsur penyebab keluar dari pejamu
Melalui konjungtiva ; penyakit mata.
Melalui saluran napas (droplet) ; karena batuk, bersin, bicara atau
udara pernapasan. Seperti TBC, influensa, difteri, campak, dll.
Melalui pencernaan ; lewat ludah, muntah atau tinja. Umpamanya
kolera, tifus abdominalis, kecacingan, dll.
Melalui saluran urogenitalia ; hepatitis.
Melalui luka ; paa kulit atau mukosa, seperti sifilis, frambusia, dll.
Secara mekanik ; seperti suntikan atau gigitan, antara lain malaria,
hepatitis, AIDS, dll.
2. Cara penularan (mode of transmission)
a. Direct transmission
Perpindahan sejumlah unsur penyebab dari reservoir langsung
ke pejamu potensial melalui portal of entry.
1. Penularan langsung orang ke orang: sifilis, GO,
lymphogranuloma venerum, chlamydia trachomatis, hepatitis
B, AIDS, dll.
2. Penularan langsung dari hewan ke orang:kelompok zoonosis.
3. Penularan langsung dari tumbuhan ke orang: penyakit jamur.
4. Penularan dari orang ke orang melalui kontak benda lain;
kontak dgn benda terkontaminasi. Melalui tanah :
ancylostomiasis, trichuris, dll. Melalui air : schistomiasis.
b. Air borne disease
1. Penularan sebagian besar melalui udara, atau kontak langsung.
2. Terdapat dua bentuk ; droplet nucklei dan dust (debu).
3. Misalnya : TBC, virus smallpox, streptococcus hemoliticus,
difteri, dsb.
c. Vehicle borne disease
Melalui benda mati spt makanan, minuman, susu, alat dapur,
alat bedah, mainan, dsb.
10
1. Water borne disease ; cholera, tifus, hepatitis, dll
2. Food borne disease ; salmonellosis, disentri, dll
3. Milk borne disease ; TBC, enteric fever, infant diare, dll
3. Penularan melalui vektor (vektor borne disease)
Vektor : si pembawa (latin), gol arthropoda (avertebrata) yang dpt
memindahkan penyakit dari reservoir ke pejamu potensial.
1. Mosquito borne disease ; malaria, DBD, yellow fever, virus
encephalitis, dll.
2. Louse borne disease ; epidemic tifus fever.
3. Flea borne dosease ; pes, tifus murin.
4. Mite borne disease ; tsutsugamushi, dll.
5. Tick borne disease ; spotted fever, epidemic relapsing fever.
6. Oleh serangga lain ; sunfly fever, lesmaniasis, barthonellosis (lalat
phlebotobus), trypanosomiasis (lalat tsetse di Afrika)
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
(kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. huminis dan produknya (Adhi Djuanda.
2007: 119-120).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi, Soedjajadi K, Hari B N,
2005, ¶ 1, http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua
ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite)
Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997: Rosendal, 1997, ¶ 1, http: //journal.unair.ac.id,
diakses tanggal 30 September 2008).
2. Epidemiologi
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic scabies. Banyak
factor yang menunjang perkembangan penyakit ini antara lain social ekonomi yang
rendah, hygiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas (ganti-
ganti pasangan),
kesalahan diagnosis dan perkembangan demografi serta ekologi. Selain itu
faktor penularannya bias melalui tidur bersama dalam satu tempat tidur, lewat
pakaian, perlengkapan tidur atau benda-benda lainnya.
Cara penularan (tranmisi):
a. Kontak langsung misal berjabat tangan, tidur bersama dan kontak seksual.
b. Kontak tak langsung misalnya melalui pakaian, handuk, sprei, bantal dan
lain-lainnya.
c. Penularannya biasanya melalui sarcoptes scabiei betina yang sudah
dibuahi atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes
12
scabiei var. animalis yang kadang-kadang menulari manusia, terutama
pada mereka yang banyak memelihara binatang peliharaannya misalnya
anjing. (Adhi Djuanda. 2007: 120)
3. Etiologi
Sarcoptes scabiei temasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima,
superfamily Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. huminis. Selain
itu terdapat Sarcoptes scabiei lain, misalnya kambing dan babi. Secara morfologi
merupakan tungau kecil, berbentuk ovale, punggungnya cembung dan bagian
perutnya rata, berwarna putih kotor dan tidak bermata. Ukurannya yang betina antara
330-450 mikron X 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil yakni 200-240
mikron X 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang di
depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kwdua pada betina berakhir
dengan rambut sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (pembuahan) yang
terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang
telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3
mili meter per hari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai
mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan tetapi dapat juga
keluar. Setelah 2-3 hari larva akan keluar menjadi nimfa yang mempunyai dua bentuk,
jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai telur sampai
bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. (Adhi Djuanda. 2007: 120).
4. Patofisiologi
Kelaianan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau scabies saja tapi juga oleh
penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi
terhadap sekreta dan ekskreta tungau yang kira-kira memerlukan waktu sebulan
setelah infestasi. Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis demngan
ditemukannya papula, vesikel, urtika dan lain-lainnya.dengan garukan dapat timbul
13
erosi, ekskoriasi (lecet sampai epidermis dan berdarah), krusta (cairan tubuh yang
mengering pada permukaan kulit) dan infeksi sekunder (Adhi Djuanda. 2007: 120).
5. Gejala klinis
Diagnosa dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda di
bawah ini:
a. Pruritus noktural yaitu gatal pada malam hari karena aktifitas tungau yang
lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, misalnya dalam
keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula
dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian tetangga
yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan
hiposensitisasi yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun
mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini
bersifat sebagai pembawa (carrier).
c. Adanya kunikulus (terowongan) pada tempat-tempat yang dicurigai
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata 1 centi meter, pada ujung terowongan ditemukan papula (tonjolan
padat) atau vesikel (kantung cairan). Jika ada infeksi sekunder, timbul poli
morf (gelembung leukosit). Biasanya terjadi pada kulit yang tipis misal
sela-sela jari, sikut luar, lipatan aksila depan, areola mame, umbilicus,
bokong, genetalia eksterna (pria) dan perut bawah. Pada bayi dapat
mengenai tangan dan telapak kaki.
d. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostic. Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
6. Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal adalah
a. Harus efektif terhadap semua stadium tungau
b. Harus tidak menimbulkan iritasi ataupun toksik.
c. Tidak berbau, kotor dan merusak warna pakaian.
d. Mudah diperoleh dan murah harganya.
14
Cara pengobatannya adalah seluruh anggota keluarganya harus diobati
(termasuk penderita yang hiposensitisasi)
Jenis obat topical:
a. Belerang endap (sulfur presipitalum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk
salep atau krim. Preparat ini berbau, mengotori baju, dapat iritasi dan tak
dapat digunakan pada stadium telur sehingga pemakaian harus lebih dari 3
hari. Dapat dipakai pada anak kurang dari 2 tahun
b. Emulsi benzyl-benzoat (20-25%), efektife pada semua stadium, diberikan
tiap malam selama 3 hari. Dapat menyebabkan iritasi, jarang dipasaran dan
kadang-kadang makin gatal setelah pemakaian.
c. Gama benzene heksa klorida (gameksan = gammexane) kadar 1% dalam
krim atau losio,termasuk obat pilihan karena efektif pada semua stadium,
dan jarang iritasi. Tidak dianjurkan pada anak kung dari 6 tahun dan pada
bumil karena toksik terhadap susunan syaraf pusat. Pemberian dapat sekali
dan dapat diulangi seminggu kemudian.
d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio, merupakan obat pilihan karena
berfungsi sebagai anti scabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari mulut,
mata dan uretra.
e. Permatrin 5% dalam krim, kurang toksik disbanding gameksan, aktifitas
sama, pemakaian sekali dan dihapus setelah 10 jam, dapat diulang setelah
seminggu dan tidak dianjurkan pada anak kurang dari 2 bulan
7. Asuhan keperawatan Scabies
1. Data yang dikaji
2. Riwayat kesehatan
Keluhan utama : nyeri karena adanya pembentukan bula danerosi
Riwayat penyakit dahulu : -
3. Pola kesehatan fungsional Gordon yang terkait
a. Pola Nutrisi dan Metabolik
Kehilangan cairan dan elektrolit akibat kehilangan cairan dan protein
ketika bula mengalami rupture
b. Pola persepsi sensori dan kognitif
Nyeri akibat pembentukan bula dan erosi
15
c. Pola hubungan dengan orang lain
Terjadinya perubahan dalam berhubungan dengan orang lain karena
adanya bula atau bekas pecahan bula yang meninggalkan erosi yang lebar
d. Pola persepsi dan konsep diri
Terjadinya gangguan body image karena adanya bula/ bula pecah
meninggalkan erosi yang lebar serta bau yang menusuk
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Tingkat kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda vital :
TD : Bisa Meningkat/turun
N : Bisa Meningkat/turun
RR : Bisa Meningkat/turun
S : Bisa Meningkat/turun
Kepala : Kadang ditemukan bula
Dada : Kadang ditemukan bula
Punggung : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus
Ekstremitas : Kadang ditemukan bula dan luka dekubitus
5. Pemeriksaan penunjang
a. Klinis anamnesis dan pemeriksaan kulit : ditemukan bula
b. Laborat darah : hipoalbumin
c. Biopsi kulit : mengetahui kemungkinan maligna
d. Test imunofluorssen : didapat penurunan immunoglobulin
8. Diagnosa Keperawatan & Intervensi
1. Gangguan integritas kulit bd lesi dan respon peradangan
Kriteria hasil :
menunjukkan peningkatan integritas kulit
menghindari cidera kulit
16
Intervensi
a. kaji keadaaan kulit secara umum
b. anjurkan pasien untuk tidak mencubit atau menggaruk daerah kulit
c. pertahankan kelembaban kulit
d. kurangi pembentukan sisik dengan pemberian bath oil
e. motivasi pasien untuk memakan nutrisi TKTP
2. Gangguan rasa nyaman : gatal bd adanya bakteri / virus di kulit
Tujuan : setelah dilakuakn asuhan keperawatan diharapkan tidak
terjadi luka pada kulit karena gatal
Kriteria hasil :
tidak terjadi lecet di kulit
pasien berkurang gatalnya
Intervensi
a. beritahu pasien untuk tidak meggaruk saat gatal
b. mandikan seluruh badan pasien ddengan Nacl
c. oleskan badan pasien dengan minyak dan salep setelah pakai Nacl
d. jaga kebersihan kulit pasien
e. kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat pengurang rasa gatal
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hilangnya barier proteksi kulit dan
membran mukosa
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Intervensi
a. Implementasi teknik isolasi yang tepat sesuai indikasi
b. Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan yang baik untuk semua
individu yang kontak dengan pasien
c. Awasi atau batasi pengunjung bila perlu dan jelaskan prosedur isolasi
terhadap pengunjung bila perlu
d. Periksa luka setiap hari, perhatikan atau catat perubahan penampakan
bau atau kuntitas
e. Rawat luka dengan teknik aseptik
9. Evaluasi
1. menunjukkan peningkatan integritas kulit
17
2. tidak terjadi lecet di kulit
3. Tidak terjadi infeksi
18
BAB IV
PENERAPAN MANAGEMENT KEPERAWATAN KOMUNITAS
An. H usia 4 Tahun tinggal di desa balai dukuh jambu RT04/05 sudah.ibu
klien mengatakan dari 2 minggu yang lalu anaknya mengalami gatal-gatal sampai
mengganggu pola tidur klien, ibu klien mengatakan anaknya gatal-gatal semenjak
musim hujan belakangan ini. Setelah hari ke 3 ibu klien menemukan bintik-bintik
kecil yang berisi pus. Ibu klien merasa gundah karena penyakit yang di derita oleh
anaknya.
Kondisi rumahnya kurang bersih ,jarak kandang sapi yang dekat
dengan rumah dan kamar mandi. Kluarga An. H mempunyai kebiasaan mandi di
sungai, pada saat wawancara ibu klien mengatakan, setiap dia mandi air sungai dalam
keadaan agak keruh. Makanan sehari hari kluarga An.H adalah nasi dan sayur yang
ditanam sendiri oleh keluarga, Selama ini An.H belum pernah berobat secara intensif
ke dokter ataupun rumah sakit karena keadaan ekonomi ,dan jarak pusat kesehatan
desa dengan rumah cukup jauh karena letak rumah An.H yang berada di atas jauh dari
kaki gunung.
Keluarga An.H hanya tahu bahwa dia hanya gatal biasa saja tetapi
karena keaktifan anak normal, Dari hasil pengukuran TTV yang di dapat TD: 90/60,
S:37ᵒC, Rr: 24x/mnt, N:110X/mnt.Pasien tampak memegang dadanya, pasien terlihat
selalu menggaruk bagian yang terjangkit
17
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma'rufi,
Soedjajadi K, Hari B N, 2005, ¶ 1, http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal
30 September 2008).
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya,
dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan
oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997: Rosendal,
1997, ¶ 1, http: //journal.unair.ac.id, diakses tanggal 30 September 2008).
B. Saran Untuk Keluarga
Cuci tangan saat kontak langsung dengan klien
Cegah agar anak tidak menggaruk bagian yang terjangkit
Jaga kebersihan/keadaan umum klien
Usahakan lingkungan bersih untuk klien
Usahakan klien selalu di pantau dibalai kesehatan
18