Karakteristik Penderita Skabies Yang Berobat Di Poliklinik Kulit
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Tn. K” …repository.poltekkes-kdi.ac.id/666/1/KTI LENGKAP.pdfUntuk...
Transcript of ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Tn. K” …repository.poltekkes-kdi.ac.id/666/1/KTI LENGKAP.pdfUntuk...
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Tn. K” DENGAN
SALAH SATUANGGOTA KELUARGA “Ny. S” MENDERITA
HIPERTENSI DENGAN GANGGUAN NYERI DI DESA
WAPAE KECAMATAN TIWORO TENGAH
KABUPATEN MUNA BARAT
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
ZAKARUDIN
NIM. 14401 2017 000 913
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2018
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA “Tn. K” DENGAN
SALAH SATU ANGGOTA KELUARGA “Ny. S” MENDERITA
HIPERTENSI DENGAN GANGGUAN NYERI DI DESA
MEKAR JAYA KECAMATAN TIWORO TENGAH
KABUPATEN MUNA BARAT
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikan program
Diploma III Keperawatan
Oleh:
LA HASINI
NIM. 14401 2017 000 396
Oleh:
ZAKARUDIN
NIM. 14401 2017 000 913
POLTEKKES KEMENKES KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
KENDARI
2018
RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
a. Nama : Zakarudin
b. NIM : 14401 2017 0091 3
c. Tempat/Tanggal Lahir : Lohia, 31 Desember 1962
d. Jenis Kelamin : Laki-Laki
e. Suku/Bangsa : Muna/Indonesia
f. Agama : Islam
g. Alamat : Kelurahan Waumere, Kabupaten Muna Barat
II. JENJANG PENDIDIKAN
a. SD : SD Lohia
b. SMP : SMP 1 Kendari
c. SMA : SMA 1 Kendari
d. SPPM : Kendari
e. DIII Keperawatan : Poltekkes Kemenkes Kendari
MOTTO
“Hiduplah seperti pohon yang lebat buahnya,
Hidup di tepi jalan dan dilempari orang denga batu
Tetapi dibalas dengan buah”
“Jangan engkau merasa paling bisa
karena itu merupakan ciri – ciri orang sombong
tapi engkau merasa harus bisa
karena itu adalah motivasi dan dorongan menjadi orang sukses
tapi tidak sombong”
ABSTRAK
ZAKARUDIN. NIM. 14401 2017 000 913 “Asuhan Keperawatan Hipertensi
Pada Ny. S Dengan Nyeri Akut Di Desa Wapae Kab. Muna Barat Tahun
2018”. Dibimbing Oleh Muslimin L.,A.,Kep.,S.Pd.,M.Si.
Hipertensi dapat di artikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di ≥ 140 mmHg dan tekanan diastoliknya ≥ 90 mmHg (Padila,2013).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di Negara-
negara berkembang mayoritas karena mengkonsumsi makanan yang
mengandung kadar garam tinggi, obesitas serta kebiasaan mengkonsumsi
minuman beralkohol(Sri Rahayu : 2013). Pada pengkajian keluarga Ny. S,
didapatkan data tentang penyakit yang diderita oleh Ny. S dan kondisi keluarga
yang tidak tahu cara mengenal anggota yang hipertensi di tandai dengan keluarga
tidak tahu tanda dan gejala dan gejala hipertensi Tujuan penulisan adalah untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam
asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif, metode penulisan yang
digunakan dengan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus melalui pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Selama penulis melakukan asuhan
keperawatan keluarga pada Ny. S yang dimulai dari tanggal 14 Mei 2018, penulis
menemukan diagnosa keperawatan diantaranya : gangguan leher (nyeri)
berhubungan dengan ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
dengan masalah hipertensi , kurangnya pengetahuan tentang Penyakit hipertensi
pada keluarga Tn. K berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi berulang
dengan ketidak mampuan keluarga mengambil keputusan.
Setalah penulis melakukan tahap pengkajian hingaa evaluasi, maka didapatkan
bahwa keluarga telah mampu mengerti tentang hipertensi, tanda, gejala serta
tindakan yang dapat diambil sehingga Nyeri Akut yang diderita oleh Ny. S. dapat
teratasi. Untuk itu disarankan pada pasien agar lebih rajin berobat dan memeriksa
kesehatan di puskesmas.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Konsep Keluarga, Hipertensi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyusun
dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini sebagai salahsatu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan D III Keperawatan Poltekes Kendari.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa dalam pelaksanaan, penyusunan
dan penyelesaian karya tulis ilmiah ini banyak memperoleh bantuan, motivasi,
bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada B a p a k Muslimin
L.,A.,Kep.,S.Pd.,M.Si sselaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan karya tulis ilmiah
ini sehingga dapat terselesaikan. Tak lupa pula dengan segala kerendahan hati
penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Askrening, SKM.,M.Kes. selaku Direktur Poltekes Kemenkes Kendari.
2. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Muna Barat yang telah
memberikan Izin Penelitian.
3. Kepala Puskesmas Tiworo Tengah yang telah memberikan izin penelitian dan
membantu penulis dalam melakukan penelitian.
4. Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kendari Bapak Indriono
Hadi,S.Kep,Ns,M.Kes.
5. Bapak H. Taamu A.Kep.,S.Pd.,M.Kes selaku dosen penguji I yang banyak
memberikan saran dan masukan
6. Ibu Hj. Sitti Rachmi Misbah, S.Kep.,M.Kes selaku dosen penguji II yang
banyak memberikan saran dan masukan
7. Ibu Asminarsih Z.P, M.Kep, Sp.Kom selaku dosen penguji III yang banyak
memberikan saran dan masukan
8. Bapak dan ibu dosen di lingkungan Poltekkes Kemenkes Kendari yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama duduk di bangku
perkuliahan, serta seluruh staf tata usaha yang telah memberikan bantuan
pelayanan kepada penulis dalam segala hal hingga Karya Tulis Ilmiah ini
selesai
9. Terkhusus buat keluarga, Istri dan anak-anakku yang telah memberikan
dorongan moril, material dan spiritual.
10. Teman-teman angkatan yang tidak bisa saya sebut satu-persatu yang telah
banyak membantu dan menemani penulis dalam suka dan duka.
Tidak ada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT. Semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
Muna Barat, Juni 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................. ........ ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... ....... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................. ..... iv
MOTTO................................................................................................ .......... v
ABSTRAK............................................................................................ .......... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan....................................................................................... 4
D. Manfaat..................................................................................... 5
E. Metode Penelitian ..................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Konsep Teori Hipertensi......................................................... 8
A. Definisi Hipertensi ................................................................... 8
B. Etologi ...................................................................................... 9
C. Patofisiologi............................................................................. 10
D. Tanda dan Gejaala .................................................................... 11
E. Komplikasi ............................................................................... 12
F. Pentatalaksanaan ...................................................................... 12
G. Pencegahan ............................................................................... 12
2. Konsep Teori Keluarga........................................................... 15
A. Defenisi Keluarga.................................................................... . 15
B. Ciri – ciri Keluarga.................................................................. . 15
C. Tipe Keluarga.......................................................................... . 16
D. Struktur Keluarga..................................................................... 18
E. Fungsi Keluarga....................................................................... 20
F. Peran Keluarga......................................................................... 22
3. Konsep Asuhan Keperawatan............................................... 23
3.1. Asuhan Keparawatan Keluarga............................................ 23
a. Pengkajian........................................................................... 23
b. Analisa Data........................................................................ 24
c. Diagnosa Keperawatan........................................................ 28
d. Perencanaan......................................................................... 29
e. Pelaksanaan.......................................................................... 31
f. Evaluasi................................................................................ 31
3.2. Asuhan Kepearawatan Hipertensi......................................... 32
a. Pengkajian........................................................................... 34
b. Diagnosa Keperawatan....................................................... 31
c. Intervensi............................................................................ 36
d. Implementasi...................................................................... 41
e. Evaluasi.............................................................................. 42
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Identitas Klien .......................................................................... 43
B. Pengkajian ................................................................................ 43
C. Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan............................... 51
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................ 54
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................. 58
C. Intervensi .................................................................................. 60
D. Implementasi ............................................................................ 62
E. Evaluasi .................................................................................... 64
BAB V PENUTUP
A. Simpulan................................................................................... 67
B. Saran.......................................................................................... 68
DAFTAR TABEL
2.1 Kriteria Hipertensi ................................................................................. 9
4.1 Komposisi Keluarga .............................................................................. 13
4.2 Pengkajian Fisik Pasien......................................................................... 16
4.3 Analisis Data ......................................................................................... 17
4.4 Penentuan Skorsing Diagnosa ............................................................... 18
4.5 Diagnosa Keperawatan.......................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran telah
banyak mengalami perkembangan, penyakit-penyakit yang selama ini tidak
terdiagnosis dan terobati sekarang sudah bisa teratasi. Seperti halnya pada
penyakit hipertensi yang kebanyakan penderitanya tidak mengalami keluhan
yang begitu terasa, seorang yang mengalami hipertensi sendiri juga tidak
memperhatikan keluhannya tersebut, keluhan hipertensi biasanya hanya
pusing. Tetapi sekarang dengan adanya perkembangan ilmu dan teknologi
penyakit hipertensi bisa terdeteksi secara dini.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ- organ target yang umum
ditemui pada pasien Hipertensi adalah : penyakit jantung, penyakit menyerang
otak, penyakit ginjal, penyakit arteri perifer, dan retinopati (Yogiantoro, 2010).
Penyakit hipertensi menurut William (2007) berkembang secara perlahan tetapi
secara potensial sangat membahayakann kadang - kadang seseorang tidak
mengetahui setelah hipertensi dideritanya menyebabkan komplikasi. Gejala
hipertensi yang sering muncul adalah : Sakit kepala, secara akan pingsan,
penglihatan menjadi kabur, rasa sakit pada tengkuk.
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah seseorang yang berada dalam
tingkatan diatas normal. Secara umum seorang dianggap mengalami hipertensi
apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Elizabeth J Corwin,
2009 (dikutip dari Medikal Bedah, 2012). Hipertensi juga sering diartikan sebagai
suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan
diastolik lebih dari 80 mmHg. Arif Muttaqin, 2009 (dikutip dari Medikal Bedah,
2012).
Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensinya yang terus
meningkat dan kian hari semakin mengkawatirkan, diperkirakan pada tahun 2025
sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia akan menderita hipertensi (Depkes RI,
2006). Berdasarkan data dari AHA (American Heart Asosiation) tahun 2011, di
Amerika dari 59% penderita hipertensi hanya 34% yang terkendali, disebutkan
bahwa 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi (Heidenreich PA, et al, 2011).
(NHANES, 2010 Dalam Artiyaningrum, 2015).
Di Indonesia hipertensi merupakan penyebab kematian ketiga untuk semua
umur setelah stroke (15,4%) dan tuberculosis (7,5%), dengan jumlah mencapai
6,8% (Riskesdas, 2007). Banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta
orang, tetapi hanya 4% yang memiliki tekanan darah terkendali sedangkan 50%
penderita memiliki tekanan darah tidak terkendali (Bustan, 2007). Data Riskesdas
tahun 2013 melaporkan prevalensi hipertensi penduduk umur 18 tahun ke atas
sebesar 25,8%. Dari 15 juta penderita hipertensi, 50% hipertensinya belum
terkendali (Riskesdas, 2013).
Profil Dinas Kesehatan Provinsi, penyakit hipertensi merupakan penyakit
yang paling sering berada dalam daftar 10 penyakit terbanyak di Sulawesi
Tenggara. Pada tahun 2012 kejadian hipertensi jumlah penderita sebanyak 37.036
kasus dengan prevalensi 1,57%. Kemudian pada tahun 2013 kejadian hipertensi
menurun menjadi 24.419 kasus dengan prevalensi 1,03% .dan pada tahun 2014
angka kejadian hipertensi tidak berubah yaitu 24.419 kasus dengan prevalensi 1%
(Dinkes Provinsi Sultra, 2014).
Dari hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Muna Barat penyakit
Hipertensi merupakan penyakit yang berada dalam daftar 10 penyakit terbanyak
di Kabupaten Muna Barat. Ditemukan penderita hipertensi sebanyak 860 orang
penderita hipetensi pada tahun 2015 dengan prevalensi 1,59%. Informasi dari
dinas kesehatan Kabupaten Muna Barat data tersebut belum terkumpul semua dari
puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Muna Barat. Hal tersebut
dikarenakan sebagian puskesmas tidak mengumpul data di dinas kesehatan.
Profil Puskesmas Tiworo Tengah menyebutkan bahwa penyakit hipertensi
merupakan penyakit yang menempati urutan ke 3 (tiga) setelah mialgia dan ispa
pad tahun 2017 dengn jumlah penderita Hipertensi yaitu sebanyak 200 kasus.
(Profil Puskesmas Tiworo Tengah, 2017).
Pada pengkajian keluarga Ny. S, didapatkan data tentang penyakit yang
diderita oleh Ny. S dan kondisi keluarga yang tidak tahu cara mengenal anggota
yang hipertensi di tandai dengan keluarga tidak tahu tanda dan gejala dan gejala
hipertensi, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Asuhan Keperawatan
Keluarga “Tn. K” dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. S” Menderita
Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Wapae Kecamatan Tiworo Tengah
Kabupaten Muna Barat”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga “Tn. K” dengan Salah Satu
Anggota Keluarga “Ny. S” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di
Desa Wapae Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Memberikan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. S. Dengan
Hipertensi di Desa Wapae, Kecamatan Tiworo Tengah, Kabupaten
Muna Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian Asuhan Keperawatan Keluarga
“Tn. K” dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. S” Menderita
Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Wapae Kecamatan
Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa Keperawatan Keluarga “Tn. K”
dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. S” Menderita Hipertensi
Dengan Gangguan Nyeri di Desa Wapae Kecamatan Tiworo Tengah
Kabupaten Muna Barat
c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
“Tn. K” dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. S” Menderita
Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Wapae Kecamatan
Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat
d. Penulis mampu melakukan Implementasi Keperawatan Keluarga “Tn.
K” dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. S” Menderita
Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Wapae Kecamatan
Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Keluarga “Tn. K” dengan
Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. S” Menderita Hipertensi Dengan
Gangguan Nyeri di Desa Wapae Kecamatan Tiworo Tengah
Kabupaten Muna Barat
D. Manfaat Penulisan
a. Manfaat bagi penulis
a) Mendapatkan pengalaman dan dapat menerapkan Asuhan
Keperawatan Keluarga “Tn. K” dengan Salah Satu Anggota Keluarga
“Ny. S” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa
Wapae Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat
b) Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman dalam penerapan
asuhan keperawatan dengan hipertensi.
b. Manfaat Bagi Institusi
a) Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan. Dapat sebagai
acuan ataupun refrensi dalam pembelajaran di kampus.
c. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan
a) Agar dapat diterapkan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
Keluarga “Tn. K” dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. S”
Menderita Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Wapae
Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna Barat
E. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu
metode yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau keadaan yang
sedang berlangsung melalui proses keperawatan. Adapun metode penelitian yang
digunakan oleh penulis yaitu :
a. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya jawab yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, bisa juga disebut
dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan
suatu komunikasi yang direncanakan.
b. Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
diperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra
lainnya, melalui perabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi
klien melalui kepekaan alat panca indra. Mengobservasi tanda dan
gejala yang dialami klien dan observasi keberhasilan standar asuhan
keperawatan yang diberikan.
c. Studi kasus
Melaukukan Asuhan Keperawatan Keluarga “Tn. K” dengan Salah Satu
Anggota Keluarga “Ny. S” Menderita Hipertensi Dengan Gangguan
Nyeri di Desa Wapae Kecamatan Tiworo Tengah Kabupaten Muna
Barat
F. Sistematika Penelitian
Pada bagian ini diuraikan sistematika penulisan yang terdidiri dari bab I
sampai dengan bab 5 dengan susunan sebagai berikut :
Bab I : Pada Bab ini berisi pendahuluan, latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Pada Bab ini berisi tinjauan pustaka, konsep keluarga, konsep
keperawatan, konsep penyakit hipertensi, konsep asuhan
keperawatan Hipertensi dan Asuhan Keperawatan Keluarga
Bab III : Pada Bab ini berisi tentang pengkajian data anggota keluarga
sampai dengan evaaluasi asuhan keperawatan keluarga.
Bab IV : Pada Bab ini membahas tentang kesenjangan antara teori yang
didapat dan fakta yang ada dalam praktik
Bab V : Pada Bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dari hasil
pelaksanaan studi kasus yang telah dilakukan oleh penulis serta
berisi saran-saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur
paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Secara umum, sesorang
dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih dari
140/90 mmHg. Elizabeth j. Corwin, 2009 (dikutip dari Medikal Bedah).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan
abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-
menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-
arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir
dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti WJ, 2011).
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih
dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering
menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan
semakin tingginya tekanan darah (Muttaqin A, 2009).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dalam pembuluh darah
arteri secara terus menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi
bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah
sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.
Peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90
mmHg.
2. Etiologi
Sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui
pasti disebut dengan hipertensi primer atau esensial, sedangkan 7%
disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis, dan 3%
disebabkan oleh kelainan hormonal atau hipertensi hormonal dan
penyebab lain (Muttaqin A, 2009). Sebagai faktor predisposisi dari
hipertensi esensial adalah penuaan, riwayat keluarga, asupan lemak
jenuh atau natrium yang tinggi, obesitas, ras, gaya hidup yang
menuntut sering duduk dan tidak bergerak, stress, merokok (Kowalak
JP, Welsh W, Mayer B, 2011).
a. Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90%
tidak diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
1) Genetik
2) Jenis kelamin dan Usia
3) Diet
4) Obesitas
5) Gaya Hidup
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya
diketahui. Beberapa gejala atau penyakit yang menyebabkan hipertensi jenis
ini anatara lain:
1) Coarctationaorta
2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal
3) Penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen)
4) Gangguan endokrin
5) Obesitas
6) Stress
7) Kehamilan
8) Luka bakar
9) Peningkatan volume intravaskuler
10) Merokok
3. Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer
(periphral resistance). Tekanan darah membutuhkan aliran darah melalui
pembuluh darah yang ditentukan oleh kekuatan pompa jantung (cardiac
output) dan tahanan perifer. Sedangkan cardiac output dan tahanan perifer
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi yaitu natrium,
sttress, obesitas, genetik, dan faktor risiko hipertensi lainnya.
Menurut Anies 2006 (dikutip dari trend desease) peningkatan tekanan
darah melalui mekanisme :
a. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan darah lebih banyak
cairan setiap detiknya.
b. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak
dapat mengembang saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut.
c. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi dapat meningkatkan tekanan
darah.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Ardiansyah Medikal Bedah, 2012. Sebagian manifestasi
klinis timbul setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun.
Gejalanya berupa:
a. Nyeri kepala saat terjaga, terkadang disertai mual dan muntah akibat
peningkatan tekanan darah interaknium.
b. Penglihatan kabur karena terjadi kerusakan pada retina sebagai dampak
dari hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena terjadi kerusakan susunan
saraf pusat.
d. Nokturia (sering berkemih dimalam hari) karena adanya peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomelurus.
e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan
kapiler.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Ardiansyah Medikal Bedah, 2012. Terapi
obat pada penderita hipertensi dimulai dengan salah satu obat berkut :
a. Terapi Farmakologi
1) Hidroklorotiazid (HCT) 12,5 -25 mg per hari dengan dosis tunggal
pada pagi hari (pada hipertensi dalam kehamilan, hanya digunakan
bila disertai hemokonsentrasi /udem paru).
2) Reserpin 0,1-0,25 mg sehari sebagai dosis tunggal.
3) Propanolol mulai dari 10 mg dua kali sehari yang dapat dinaikkan
20 mg dua kali sehari (kontraindikasi untuk penderita asma).
4) Kaptopril 12,5-25 mg sebanyak dua sampai tiga kali sehari
(kontraindikasi pada kehamilan selama janin hidup dan untuk
penderita asma)
5) Nifedipin mulai dari 5 mg dua kali sehari, bisa dinaikkan 10 mg
dua kali sehari.
b. Terapi Non Farmakologi
Langkah awal biasanya adalah dengan mengubah pola hidup
penderita, yakni dengan cara :
1) Menurunkan berat badan sampai batas ideal.
2) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan, atau
kadar kolesterol darah tinggi.
3) Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram
natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan
asuhan kalsium, magnesium, dan kalsium yang cukup).
4) Mengurangi mengkonsumsi alkohol.
5) Berhenti merokok
6) Olahraga aerobik yang tidak terlalu berat (penderita hipertensi
esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya
terkendali).
6. Klasifikasi
Kriteria klasifikasi hipertensi yang baru saat ini tidak lagi menggunakan
istilah hipertensi ringan, sedang, dan berat (WHO tahun 1991-1999),
karena baik hipertensi ringan, sedang, dan berat memiliki risiko yang sama
besarnya untuk terjadi komplikasi. Sekali lagi ditekankan pada pasien,
keluarga pasien maupun dokternya untuk tidak menganggap ringan tekanan
darah yang tidak terlalu tinggi. Lebih awal Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment on High Blood Pressure
6 (JNC 6) membagi kriteria hipertensi berdasarkan tiga derajat,
tetapi dengan banyaknya komplikasi yang timbul, batasan kriteria tersebut
dipersempit (Aziza L, 2007).
Tabel 2.1. Kriteria Hiertensi
Kategori TD (mmHg)
Optimal < 120/80 Normal 120-129/80-84
Borderline 130-139/85-89
Hipertensi ≥ 140/90
Stadium 1 140-159/90-99
Stadium 2 160-179/100-109
Stadium 3 ≥ 180/110
7. Komplikasi
Komplikasi hipertensi diantaranya adalah hypertension heart
disease (HHD), CVD, gagal ginjal, CHF, retinopati hipertensi (gangguan
pembuluh darah mata, dapat menyebabkan kebutaan), kerusakan organ
akan terjadi setelah 10-15 tahun.
a. Stroke
Peningkatan tekanan darah 20/10 mmHg meningkatkan risiko CVD
sebanya dua kali. CVD yang dimaksud adalah penyakit jantung iskemi dan
stroke. Angka kematian akibat stroke parallel dengan prevalensi hipertensi.
Diantara individu usia pertengahan, nilai TD diastolik 5 mmHg lebih
rendah, menurunkan risiko stroke sebanyak 35-40%.
b. Penyakit Jantung Koroner dan Gagal Jantung
Keterlibatan jantung pada hipertensi bermanifestasi sebagai LVH,
aritmia, penyakit jantung iskemi. Tahanan arteriolar koroner yang meningkat
akibat hipertensi dapat menurunkan aliran darah ke otot jantung yang
hipertrofi, mengakibatkan terjadinya angina. Hipertensi diikuti dengan
penurunan suplai oksigen dan faktor risiko lain mempercepat proses
aterogenesis sehingga semakin mengurangi oksigen yang sampai ke otot
jantung. Pasien yang dengan riwayat hipertensi memiliki risiko 6 kali
mengalami gagal jantung dibandingkan tanpa riwayat hipertensi.
c. Penyakit Ginjal
Penurunan aliran darah ke ginjal karena hipertensi dapat menyebabkan
hiperfiltrasi yang nantinya akan berkembang menjadi glomerulosklerosis dan
selanjutnya gangguan fungsi ginjal. Setiap penurunan 5 mmHg TD diastolic
menurunkan risiko penyakit ginjal stadium akhir minimal 4 kali (Aziza L,
2007).
B. Konsep Teori Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut Setiadi, (2008: 3), Keluarga adalah dua atau lebih
individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan
adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam
peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Sedang
Andarmoyo, (2012: 3), Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri
dari dua orang atau lebih yang masing–masing mempunyai hubungan
kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak dan nenek.
Padila (2012: 19), mengemukakan keluarga sebagai dua atau lebih
yang disatukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta
mengidentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
2. Ciri-ciri Keluarga
Ciri-ciri keluarga menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton dan
Ali, (2010: 5), adalah:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.
b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau
dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu sistem tatanama (Nomen Clautur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh
anggota– anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk
mempunyai keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah, atau rumah
tangga.
Ciri keluarga Indonesia, menurut Setiadi, ( 2008) adalah:
a) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat
gotong royong.
b) Dijiwai oleh kebudayaan ketimuran.
c) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan
dilakukan secara musyawarah.
3. Tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko, (2012: 22), tergantung pada konteks
keilmuan dan orang yang mengelompokkan:
a. Secara Tradisional
1) Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya
terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau adopsi keduanya.
2) Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga yang lain yang masih mempunyi hubungan
darah (kakek – nenek, paman, bibi).
b. Secara Modern
1) Tradisional nuclear, merupakan keluarga inti ayah, ibu, dan anak
tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal
dalam suatu suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
2) Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti
melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu dari
bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan
baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Middle Age/Aging Couple, suami sebagai pencari uang, istri di
rumah/kedua-duanya bekerja di rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
4) Dyadic Nuclear, suami istri yang sudah berumur dan tidak
mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar
rumah.
5) Single Parent, satu orang tua sebagai akibat perceraian atau
kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah
atau di luar rumah.
6) Dual Carrier, suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa
anak.
7) Commuter Married, suami istri atau keduanya orang karier dan
tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling mencari
pada waktu-waktu tertentu.
8) Single Adult, wanita atau pria dewasa tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
9) Three Generation, tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu
rumah.
10) Institusional, anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam
suatu panti.
11) Comunal, satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogamy dengan ank-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
12) Group marriage, suatu perumahan terdiri dari orang tua dan
keturunannya didalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu
adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari
anak-anak.
13) Unmaried Parent and Child, ibu dan anak dimana perkawinan
tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.
14) Cohibing Coiple, dua orang atau satu pasangan yang tinggal
bersama tanpa kawin.
15) Gay and lesbian family, keluarga yang dibentuk oleh pasangan
yang berjenis kelamin sama.
4. Struktur keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Menurut Padila (2012: 24), ada beberapa
struktur keluarga yang ada di Indonesia yang terdiri dari bermacam-
macam diantaranya adalah:
a. Patrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ayah.
b. Matrilineal adalah keluarga yang sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ayah.
e. Keluarga kawin adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
Ciri struktur keluarga menurut Setiadi (2008: 6) adalah:
a. Terorganisasi
Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
b. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing.
c. Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing-masing.
6. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Setiadi (2008: 7), secara umum fungsi
keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi afektif, adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
b. Fungsi sosialisasi, adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
c. Fungsi reproduksi, adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
d. Fungsi ekonomi, adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk meningkatkan
kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
e. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
Menurut Setiadi, (2008: 11), ada tiga fungsi pokok keluarga
terhadap anggota keluarganya, adalah:
a. Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan, kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan
anak agar kesehatan selalu terpelihara, sehingga diharapakan
menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial,
dan spiritual.
c. Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap
menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa
depannya.
Namun dengan berubahnya pola hidup agraris menjadi industrialisasi,
fungsi keluarga dalam Setiadi (2008), dikembangkan menjadi:
a. Fungsi biologis
Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak,
memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat
anggota keluarga.
b. Fungsi psikologis
Memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian
diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian
anggota keluarga, memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi sosialisasi
Membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah
laku sesuai tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai
budaya keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga, pengaturan pengguanaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan
anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan, dan membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat
dan minat yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk kehidupan
dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang
dewasa, mendidik anak sesuai tingkat-tingkat perkembangannya.
7. Peran Keluarga
Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang
dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan.
Peran keluarga adalah tingakah laku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga
menggambarkan seperangkap perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang
berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
dalam individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
dari keluarga, kelompok, dan masyarakat. Menurut Setiadi (2008: 14),
setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing antara lain
adalah:
a. Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung/pengayong, pemberi rasa aman bagi setiap
anggota keluarga, dan juga sebagai anggota masyarakat, kelompok
sosial tertentu
b. Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak,
pelindung keluarga dan juga sebagai pencari nafka tambahan keluarga
dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu
Anak berperan sebagai spisikososial sesuai dengan perkembangan fisik,
mental, sosial, dan spiritual
C. Konsep Asuhan Keperawatan
A. Asuhan Keperawatan Keluarga
Proses keperawatan merupakan intisari dari keperawatan yang
menjadi pusat semua tindakan keperawatan. Langkah-langkah proses
keperawatan keluarga, (Ali, 2010: 57). adalah:
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya,
(Harmoko, 2012: 70). Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah:
a. Pengumpulan Data
1) Data umum terdiri dari: identitas kepala keluarga, tipe
keluarga, suku bangsa, agama, status sosial ekonomi keluarga,
aktivitas rekreasi
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga terdiri dari: tahap
perkembangan keluarga saat ini, tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi, riwayat kesehatan keluarga inti, riwayat
kesehatan keluarga sebelumnya
3) Data lingkungan terdiri dari: karakteristik dan denah rumah,
karakteristik tetangga dan komunitasnya, mobilitas keluarga,
perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, sistem
pendukung keluarga.
4) Struktur keluarga terdiri dari: pola komunikasi keluarga,
struktur kekuatan keluarga, struktur dan peran keluarga, nilai
dan norma keluarga.
5) Fungsi Keluarga terdiri dari Fungsi Afektif, Fungsi Sosial,
Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan,
Fungsi reproduksi, Fungsi ekonomi
6) Stres dan koping keluarga terdiri dari stresor jangka pendek
dan panjang, kemampuan keluarrga berespon terhadap
situasi/streaos, strategi koping yang digunakan, strategi
adaptasi disfungsional
7) Pemeriksaan Fisik
8) Harapan Keluarga
b. Analisa Data
Setelah data terkumpul (dalam format pengkajian) maka
selanjutnya dilakukan analisa data yaitu mengkaitkan data dan
menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan
untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
kesehatan dan keperawatan keluarga.
Cara analisa data adalah :
1) Validasi data, yaitu meneliti kembali data yang terkumpul
dalam format pengkajian
2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan biopsiko –
social dan spiritual
3) Membandingkan dengan standart
4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan,
(Setiadi, 2008: 48).
2. Perumusan Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari
data yang dikumpulkan tentang pasien. Diagnosa keperawatan
berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan masalah pasien
yang dapat ditangani oleh perawat, (Andarmoyo, 2012: 95).
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data
yang didapatkan pada pengkajian, komponen diagnose
keperawatan meliputi :
a. Masalah (Problem)
Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah
(tidak terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga atau anggota
keluarga) yang diidentifikasi oleh perawat melalui pengkajian.
Tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan secara jelas dan sesingkat mungkin. Daftar diagnosa
keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan
berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosis
Association) dalam Setiadi (2008:50) adalah sebagai berikut:
1) Koping keluarga tidak efektif, ketidakmampuan
2) Perubahan pemeliharaan kesehatan
3) Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan
4) Perilaku mencari pertolongan kesehatan
5) Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik keluarga
6) Resiko terhadap penularan penyakit
b. Penyebab (etiologi)
Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah
dengan mengacu kepada lima tugas keluarga yaitu sebagai
berikut:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4) Mempertahankan suasana rumah yang sehat
5) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.
Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari
diagnosis keperawatan keluarga menurut Mubarak (2011:105)
adalah :
1) Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan
kesalahan persepsi).
2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).
3) Ketidakmampuan (kurangnya keterampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga,
baik financial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik,
dan psikologis).
c. Tanda (sign)
Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak yang
mendukung masalah dan penyebab, (Suprajitno, 2004: 43).
Tipologi diagnosa keperawatan keluarga menurut Suprajitno
(2004: 43) dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang
dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat
dengan cepat.
2) Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan
yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah
keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak
segera mendapat bantuan perawat.
3) Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari
keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat tingkatkan.
d. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosis
keperawatan lebih dari satu masalah. Prioritas masalah
kesehatan keluarga dengan menggunakan proses skoring sebagai
berikut.
Tabel 2.1: Skala Bailon dan Maglaya (1978)
No Kriteria Skor Bobot
1
2
3
4
Sifat Masalah
- Tidak/kurang sehat
- Ancaman kesehatan
- Krisis
Kemungkinan masalah dapat diubah
- Dengan mudah
- Hanya sebagian
- Tidak dapat
Potensial masalah untuk dicegah
- Tinggi
- Cukup
- Rendah
Menonjolnya masalah
- Masalah berat dan harus segera
diatasi
- Masalah dirasakan tetapi tidak perlu
segera diatasi
- Masalah tidak dirasakan
3
2
1
2
1
0
3
2
1
2
1
0
1
2
1
1
Sumber : (Wahit Iqbal Mubarak, 2011 : 105).
Skoring:
1) Tentukan skor untuk setiap kriteria
2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan
bobot
3) Jumlahkan skor untuk semua criteria, (Andarmoyo, 2012:100).
2. Perencanaan Keperawatan Keluarga
Rencana keperawatan keluarga adalah kumpulan tindakan yang
direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan
atau mengatasi masalah kesehatan / masalah keperawatan yang telah
diidentifikasi, (Mubarak, 2011: 106). Langkah-langkah dalam
mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga menurut
Wahit Iqbal Mubarak (2011: 106) adalah:
a. Menentukan sasaran atau goal
Sasaran merupakan tujuan akhir yang akan dicapai melalui segala
upaya.
b. Menentukan tujuan atau objektif
Objektif merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih
terperinci tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan
yang akan dilakukan.
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan
Tindakan keperawatan yang dipilih sangat bergantung pada sifat
masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk memecahkan
masalah.
d. Menentukan kriteria dan standart kriteria
Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk
mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan
tingkat penampilan yang diinginkan untuk membandingkan
bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah
tercapai.
Klasifikasi intervensi menurut Wright dan Leahay dalam Sulistyo
Andarmoyo (2012: 104).
a. Kognitif
Intervensi diarahkan pada aspek kognitif pada fungsi keluarga,
yang meliputi pemberian informasi, gagasan baru tentang suatu
keadaan dan mengemukakan pengalaman.
b. Afektif
Intervensi diarahkan pada aspek afektif fungsi keluarga,
dirancang untuk mengubah emosi keluarga agar dapat
memecahkan masalah secara afektif.
c. Psikomotor
Intervensi diarahkan untuk membantu keluarga berinteraksi /
bertingkah laku, berkomunikasi secara afektif dengan anggota
keluarga lainnya yang sifatnya berbeda – beda.
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan
untuk membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan
kea rah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan
keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun,
(Harmoko 2012: 97).
4. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan
untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil
sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru.
Metode evaluasi
a Evaluasi formatif (proses)
Adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan dan bertujuan untuk menilai hasil implementasi
secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, sistem
penulisan evaluasi formatif inii biasanya ditulis dalam catatan
kemajuan atau menggunakan sistem SOAP.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Adalah evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara
keseluruhan, sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk
catatan naratif atau laporan ringkasan
B. Asuhan Keperawatan Hipertensi
Asuhan keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan
dalam praktek keperawatan. Hal ini biasanya disebut sebagai suatu pendekatan
problem solving yang memerlukan ilmu teknik dan keterampilan interversional
dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan klien (Doengoes ; 2001)
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah pertama dari proses keperawatan melalui
kegiatan pengumpulan data atau perolehan data yang akurat dari pasien guna
mengetahui berbagai permasalahan yang ada. (Doengoes ; 2001)
Adapun pengkajian pada pasien hipertensi menurut (Doengoes ; 2001)
adalah:
Data dasar pengkajian pasien ( Doengoes, Marilynn E : 2000 ) adalah
sebagai berikut:
1. Aktivitas/ Istirahat
a. Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
b. Tanda : Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi,
perspirasi.
b. Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/ bertunda.
3. Integritas Ego
a. Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple (hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
b. Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
a. Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
a. Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun) Riwayat penggunaan diuretik
b. Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya edema,
glikosuria.
6. Neurosensori
a. Genjala : Keluhan pening/pusing, sakit kepala, subojksipital
(terjadi saat bangun dan menghilangkan secara spontan setelah
beberapa jam) Gangguan penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,
epistakis).
b. Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara, efek, proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
a. Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung), sakit
kepala.
8. Pernafasan
a. Gejala : Dispnea yang berkaitan dari aktivitas/kerja takipnea,
ortopnea, dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum,
riwayat merokok.
b. Tanda : Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyi nafas tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan
a. Gejala : Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis mengenai
seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan
atau proses kehidupan yang aktual atau potensial. (Aziz Alimul; 2009)
Nanda menyatakan bahwa diagnosa keperawatan adalah keputusan
klinik tentang respon individu, Keluarga dan masyarakat tentang masalah
kesehatan aktual atau potensial. Sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan
perawat. Semua diagnosa keperawatan harus didukung oleh data. Dimana
menurut Nanda diartikan sebagai defensial karakteristik definisi karakteristik
tersebut dinamakan tanda dan gejala suatu yang dapat diobservasi dan gejala
sesuai yang dirasakan oleh klien.
Menurut (Doengoes ; 2001), diagnosa keperawatan yang mungkin
ditemukan pada pasien dengan hipertensi adalah :
a. Resiko Tinggi Penurunan Curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokontriksi, iskemia miokardia, hipertrofi
ditandai dengan tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala
yang menetapkan diagnosis actual
b. Nyeri sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
selebral ditandai dengan melaporkan tentang nyeri berdenyut yang
terletak pada regiu suboksipital. Terjadi pada saat bangun dan hilang
secara spontan setelah beberapa waktu
c. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum ditandai
dengan laporan verbal tentang kelebihan atau kelemahan
d. Nutrisi, perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
masukan berlebihan dengan kebutuhan metabolik ditandai dengan
berat badan 10% - 20% lebih dari ideal untuk tinggi dan bentuk tubuh
e. Koping, individual, infektif berhubungan dengan krisis
situasional/maturasional, perubahan hidup beragam ditandai dengan
menyatakan ketidak mampuan untuk mengatasi atau meminta bantuan
f. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi rencana
pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan / daya ingat
ditandai dengan menyatakan masalah, meminta informasi.
3. Intervensi
Intervensi keperawatan merupakan tindakan yang dirancang untuk
membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang
diinginkan dalam hasil yang sudah diharapkan (Dongoes ; 2000). Perencanaan
keperawatan pada pasien dengan hipertensi adalah :
RENCANA KEPERAWATAN
NO
DX
DIANGOSA
KEPERAWATAN
DAN
KOLABORASI
TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
1 Resiko tinggi
terhadap penurunan
curah jantung
berhubungan dengan
peningkatan
afterload,
vasokonstriksi,
hipertrofi/rigiditas
ventrikuler, iskemia
miokard
NOC :
Cardiac Pump
effectiveness
Circulation Status
Vital Sign Status
Kriteria Hasil:
• Tanda Vital dalam
rentang normal
(Tekanan darah, Nadi,
respirasi)
• Dapat mentoleransi
aktivitas, tidak ada
kelelahan
• Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
asites
• Tidak ada penurunan
kesadaran
NIC :
Cardiac Care
• Evaluasi adanya nyeri dada (
intensitas,lokasi, durasi)
• Catat adanya disritmia jantung
• Catat adanya tanda dan gejala
penurunan cardiac putput
• Monitor status kardiovaskuler
• Monitor status pernafasan yang
menandakan gagal jantung
• Monitor abdomen sebagai indicator
penurunan perfusi
• Monitor balance cairan
• Monitor adanya perubahan tekanan
darah
• Monitor respon pasien terhadap efek
pengobatan antiaritmia
• Atur periode latihan dan istirahat
untuk menghindari kelelahan
• Monitor toleransi aktivitas pasien
• Monitor adanya dyspneu, fatigue,
tekipneu dan ortopneu
• Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
• Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
• Catat adanya fluktuasi tekanan darah
• Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
• Auskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan
• Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
selama, dan setelah aktivitas
• Monitor kualitas dari nadi
• Monitor adanya pulsus paradoksus
• Monitor adanya pulsus alterans
• Monitor jumlah dan irama jantung
• Monitor bunyi jantung
• Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
• Monitor suara paru
• Monitor pola pernapasan abnormal
• Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
• Monitor sianosis perifer
• Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
• Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign
2 Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan
kelemahan,
ketidakseimbangan
suplai dan kebutuhan
oksigen.
NOC :
Energy conservation
Self Care : ADLs
Kriteria Hasil :
• Berpartisipasi
dalam aktivitas fisik
tanpa disertai
peningkatan tekanan
darah, nadi dan RR
• Mampu
melakukan aktivitas
sehari hari (ADLs)
secara mandiri
NIC :
Energy Management
• Observasi adanya pembatasan klien
dalam melakukan aktivitas
• Dorong anal untuk mengungkapkan
perasaan terhadap keterbatasan
• Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
• Monitor nutrisi dan sumber energi
tangadekuat
• Monitor pasien akan adanya
kelelahan fisik dan emosi secara
berlebihan
• Monitor respon kardivaskuler
terhadap aktivitas
• Monitor pola tidur dan lamanya
tidur/istirahat pasien
Activity Therapy
• Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik
dalammerencanakan progran terapi
yang tepat.
• Bantu klien untuk mengidentifikasi
aktivitas yang mampu dilakukan
• Bantu untuk memilih aktivitas
konsisten yangsesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi dan
social
• Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan
untuk aktivitas yang diinginkan
• Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi roda,
krek
• Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
• Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
• Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
• Sediakan penguatan positif bagi
yang aktif beraktivitas
• Bantu pasien untuk mengembangkan
motivasi diri dan penguatan
• Monitor respon fisik, emoi, social
dan spiritual
3 Nyeri akut
berhubungan dengan
peningkatan tekanan
vaskuler serebral
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
• Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
• Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
• Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda
nyeri)
• Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
NIC :
Pain Management
• Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi
• Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
• Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
• Kaji kultur yang mempengaruhi
respon nyeri
• Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
• Evaluasi bersama pasien dan tim
kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa
lampau
• Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
• Kontrol lingkungan yang dapat
• Tanda vital dalam
rentang normal
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
• Kurangi faktor presipitasi nyeri
• Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
• Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
• Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
• Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri
• Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
• Tingkatkan istirahat
• Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil
• Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
• Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
• Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
• Cek riwayat alergi
• Pilih analgesik yang diperlukan atau
kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
• Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
• Tentukan analgesik pilihan, rute
pemberian, dan dosis optimal
• Pilih rute pemberian secara IV, IM
untuk pengobatan nyeri secara teratur
• Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik pertama
kali
• Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
• Evaluasi efektivitas analgesik, tanda
dan gejala (efek samping)
4 Cemas berhubungan
dengan krisis
situasional sekunder
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam,
Anxiety Reduction
• Gunakan pendekatan yang
menenangkan
adanya hipertensi
yang diderita klien
cemas pasien berkurang
dengan kriteria hasil:
Anxiety Control
Coping
Vital Sign Status
• Menunjukan teknik
untuk mengontrol
cemas è teknik nafas
dalam
• Postur tubuh pasien
rileks dan ekspresi
wajah tidak tegang
• Mengungkapkan
cemas berkurang
• TTV dbn
TD = 110-130/ 70-80
mmHg
RR = 14 – 24 x/ menit
N = 60 -100 x/ menit
S = 365 – 375 0C
• Nyatakan dengan jelas harapan
terhadap pelaku pasien
• Jelaskan semua prosedur dan apa yang
dirasakan selama prosedur
• Temani pasien untuk memberikan
keamanan dan mengurangi takut
• Berikan informasi faktual mengenai
diagnosis, tindakan prognosis
• Dorong keluarga untuk menemani
anak
• Lakukan back / neck rub
• Dengarkan dengan penuh perhatian
• Identifikasi tingkat kecemasan
• Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
• Dorong pasien untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan, persepsi
• Instruksikan pasien menggunakan
teknik relaksasi
• Barikan obat untuk mengurangi
kecemasan
5 Kurang pengetahuan
berhubungan dengan
kurangnya informasi
tentang proses
penyakit
NOC :
Kowlwdge : disease
process
Kowledge : health
Behavior
Kriteria Hasil :
• Pasien dan keluarga
menyatakan
pemahaman tentang
penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
• Pasien dan keluarga
mampu melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
• Pasien dan keluarga
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.
NIC :
Teaching : disease Process
• Berikan penilaian tentang tingkat
pengetahuan pasien tentang proses
penyakit yang spesifik
• Jelaskan patofisiologi dari penyakit
dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi dan fisiologi, dengan
cara yang tepat.
• Gambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
• Gambarkan proses penyakit, dengan
cara yang tepat
• Identifikasi kemungkinan penyebab,
dengna cara yang tepat
• Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang
tepat
• Hindari harapan yang kosong
• Sediakan bagi keluarga atau SO
informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
4. Implementasi
Implementasi adalah proses keperawatan dengan melaksanakan berbagai
strategis keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan.
(Doengoes ; 2001). Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan
pencegahan penyakit. Pemulihan kesehatan dan mempasilitas koping perencanaan
tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik. Jika klien
mempunyai keinginan untuk berpatisipasi dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan selama tahap pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan
data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien
tindakan.
• Diskusikan perubahan gaya hidup
yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang
akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
• Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
• Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau mendapatkan
second opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
• Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat
• Rujuk pasien pada grup atau agensi
di komunitas lokal, dengan cara yang
tepat
• Instruksikan pasien mengenai tanda
dan gejala untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir proses keperawatan dengan cara menilai
sejauh mana tujuan diri rencana keperawatan tercapai atau tidak. (Doengoes ;
2001). Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai
tujuan. Sehingga dari SOAP yang telah di dapat maka dari Nursing Outcome
Clasification dapat disimpulakn evaluasi nya sebagai berikut:
1. Curah jantung tetap terkontrol, status kardiovaskular baik dan ritme jantung
stabil
2. Klien dapat beraktivitas seperti biasa
3. Nyeri terkontrol; hilang
4. Cemas teratasi; hilang
Klien mengerti dan tidak sering bertanya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pasien merupakan seorang Perempuan berusia 51 tahun dengan inisial Ny. S
bertempat tinggal di Desa Wapae, Kecamatan Tiworo Tengah Kab. Muna Barat dengan
diagnosa medis Hipertensi, pasien datang ke Puskesmas tanggal 14 Mei 2018, selama di
puskesmas yang bertanggung jawab atas Ny. S adalah Tn. K berusia 56 tahun pekerjaan
Petani dan hubungan dengan pasien adalah suami.
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas kepala keluarga
Nama KK : Tn. K, umur 56 tahun, pendidikan Terakhir
SLTA sederajat, pekerjaan Petani
2. Komposisi Keluarga
Tabel 3.1 komposisi keluarga
No Nama Sex Hub. Dgn Klien Umur Pend Pekerjaan
Status
Kes-an
1 Ny. S P Istri 51 - IRT Sakit
2 An. H L Anak 21 - wiraswasta Sehat
3 An. A P Anak 14 SMP Siswa Sehat
Ht
Genogram
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
Ht : Riwayat Hipertensi tinggal dalam satu rumah
Generasi pertama dari garis keturunan ayah (kakek-nenek) meninggal dunia
akibat Stroke, sedang dari ibu meninggal akibat tekanan darah tinggi.
Tipe keluarga
Keluarga Tn. K merupakan tipe keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak yang tinggal serumah.
a. Kewarganegaraan/suku
Keluarga Tn. K adalah Indonesia/suku bugis
b. Agama
Keluarga Tn. K menganut agama Islam dan menjalankan kewajiban
sholat lima waktu.
c. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga < Rp. 1.000.000
d. Aktivitas rekreasi keluarga
Kelurga Tn. K.mempunyai kebiasaan rutin untuk berkumpul nonton
TV.
3. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga saat ini berada pada perkembangan
keluarga dengan anak usia Remaja. Tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi adalah kebutuhan kesehatan fisik bagi anak-
anak dan anggota keluarga.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ny. S Merupakan Istri Tn. K dan menderita Hipertensi dan sedang
menjalani pengobatan rutin sejak tanggal 14 Mei 2018 di Puskesmas
Tiworo Tengah
c. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Keluarga Ny. S semua memiliki riwayat penyakit yang sama dan
sudah pernah dirawat di RS.
4. Keadaan Lingkungan
a. Karakteristik rumah dan denah rumah
Rumah yang ditempati keluarga Ny. S adalah milik sendiri dengan
ukuran 8 x15 m2, terdiri dari 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 ruang
keluarga, 1 dapur dan 1 WC. Berdinding tembok dan berlatai semen
kasar yang dilapisi plastik dan tampak bersih. Ventilasi dan
pencahayaan rumah baik.
Denah Rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitas
Lingkungan tempat tinggal Tn. K penduduknya mayoritas suku Bugis
dan bekerja sebagai petani, Pedagang dan Nelayan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Rumah yang ditinggali Tn. K adalah rumah sendiri dan berdampingan
dengan tetangga yang masih ada hubungan keluarga.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Tn. K sekeluarga aktif dalam kegiatan sosial masyarakat dan saling
berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
e. Sistem pendukung keluarga
Keluarga Tn. K terdiri dari suami isteri dengan 2 orang anak 1 anak
sudah tidak sekolah dan yang 1 masih bersekolah. Fasilitas penunjang
kesehatan dari Puskesmas Tiworo Tengah.
5. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi keluarga dilakukan secara terbuka, apabila ada
masalah didiskusikan bersama seluruh anggota keluarga.
Dapur
Kamar Mandi/WC
Kamar Tidur
Kamar Keluarga
Kamar Tidur
Kamar Tamu
Kamar Tidur
b. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga Tn. K merupakan keluarga inti
c. Struktur peran keluarga
Tn K adalah kepala keluarga dan bertanggung jawab dalam mengatur
rumah tangganya yang sekaligus bertugas mencari nafkah. Ny S
sebagai ibu rumah tangga. An H dan A sebagai anak.
d. Nilai dan norma keluarga
Nilai dan norma keluarga yang berlaku pada Ny. S sesuai dengan
ajaran agama Islam dan mengharapkan anaknya yang sakit cepat
sembuh
Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Semua anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan perilaku yang baik pada anak anak dan
berpartisipasi jika ada kegiatan kemasyarakatan.
c. Fungsi perawatan kesehatan keluarga
Keluarga kurang mampu mengenal masalah kesehatan terutama
tentang Hipertensi
Keluarga juga tidak mengetahui bahwa Hipertensi merupakan
penyakit tidak menular tetapi tergolong penyakit yang serius., cara
perawatannya. Keluarga tidak tahu cara pola hidup sehat dengan
penyakit hipertensi.
d. Fungsi reproduksi
Tn K dengan usia 56 tahun dan Ny S usia 51 tahun sudah dalam
kategori non produktif.
e. Fungsi ekonomi
Tn K bekerja sebagai Petani
6. Stres dan Koping Keluarga
a. Stressor yang dimiliki keluarga
Stresor yang dirasakan oleh keluarga Tn. K adalah istrinya yang
menderita penyakit hipertensi.
b. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga Tn. K mampu beradaptasi dengan masalah yang dihadapi,
hal ini dapat dilihat dengan Pengobatan rutin Ny. S dalam menjalani
pengobatan di Puskesmas Tiworo Tengah.
c. Strategi koping yang digunakan
Keluarga mengatakan jika ada masalah selalu mendiskusikan dalam
keluarga
d. Strategi adaptasi disfungsional
Ny. S setelah di diagnosa oleh dokter bahwa dirinya menderita
hipertensi keluarga mengikutsertakan Ny. S dalam menjalani
pengobatan rutin di Puskesmas Tiworo Tengah.
7. Pemeriksaan fisik
a. Tn. K
Tn. K merupakan Suami dari klien. Pemeriksaan fisik umum; keadaan
umum tampak kuat, TD 130/80 mmHg, N 76 x/menit, P 20 x/menit
dan S 36,5 ‘
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata
konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada
gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada
kelainan. Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada
pembesaran hati. Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan
b. Ny. S
Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak Lemah, TD 170/90
mmHg, N 92 x/menit, P 22 x/menit dan S 37 ‘C, BB : 58 Kg.
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata
konjungtiva tidak tampak anemis, tidak ada katarak dan tidak ada
gangguan penglihatan, hanya sedikit kabur kalau untuk membaca
buku, telinga, hidung dan tenggorokan tidak ada kelainan. Pergerakan
dada simetris dan abdomen tidak ada pembesaran hati. Ektremitas
dalam keadaan normal. Tn. K mengatakatan bahwa istrinya Ny. S
sering mengeluh sakit kepala seperti ditususk – tusuk dan Sulit Tidur
sebelum berobat di Puskesmas. Saat sekarang hal itu sudah mulai
berkurang sejak tanggal 14 Mei 2018 menjalani pengobatan di
Puskesmas. Alasan suami membawa istrinya berobat di Puskesmas
karena sakit kepala sudah 2 hari tidak kunjung hilang.
c. An. H
Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kuat, TD 120/80
mmHg, N 76 x/menit, P 20 x/menit dan S 36 ‘.
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata
konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada
gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada
kelainan. Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada
pembesaran hati. Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan.
d. An A
Pemeriksaan fisik umum; keadaan umum tampak kuat, TD 110/70
mmHg, N 80 x/menit, P 22 x/menit dan S 36,5 ‘
Pemeriksaan fisik khusus; kepala dan leher tidak ada kelainan, mata
konjungtiva tidak tampak ademis, tidak ada katarak dan tidak ada
gangguan penglihatan, telinga, hidung dan teggorokan tidak ada
kelainan. Pergerakan dada simetris dan abdomen tidak ada
pembesaran hati. Ektremitas atas dan bawah tidak kelainan.
8. Harapan Keluarga
Keluarga menyatakan sangat senang dengan kehadiran perawat dan
berharap dapat membantu keluarga mengatasi masalah yang dihadapi.
9. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :
a. Kebiasaan :
Sosialisasi antar tetangga Cukup baik, pasien jarang berkumpul
dengan tetangganya kerena keadaannya yang sedang sakit dan
Kesibukkan di dalam rumah
b. Aturan / kesepakatan :
Aturan / kesepakatan yang dianut adalah aturan/ kesepakatan
yang berlaku di masyarakat dan di lingkungan sekitar.
10. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat :
Ny. S mengatakan jarang mengikuti kegiatan seperti arisan,
pengajian dan senam lansia karena keadaannya yang kurang sehat serta
banyaknya kesibukkan.
B. Analisa Data
Tabel 3.2 Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1
Data Subjektif : Tn. K mengatakan
bahwa istrinya sudah 2 hari ini
merasakan pusing dan sakit
kepalaseperti ditusuk - tusuk serta
lehernya terasa tegang
Data objektif :Keadaan umum Ny. S
lemah dan sesekali memegang
kepalanya, TD : 170/90 MmHg
Ketidakmampuan /
Kurangnya
pengetahuan keluarga
tentang cara
penatalaksanaan dan
penanganan nyeri d
rumah
Gangguan rasa
nyaman ; Nyeri
2
Data Subjektif : Tn. K mengatakan
bahwa istrinys Sulit tidur
Data objektif : tampak lemah, porsi
tidur hanya 4 – 5 jam/hari
Ketidakmampuan /
kurangnya
keterampilan terhadap
suatu prosedur dan
psikologis bagaimana
cara mengatasi sulit
tidur
Gangguan pola
istirahat ; tidur
C. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah.
2. Gangguan pola istirahat ; tidur berhubungan dengan kurangnya terhadap
suatu prosedur dan psikologis bagaimana cara mengatasi sulit tidur.
Skoring Prioritas Masalah
1. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah
Tabel 3.2: Skoring Prioritas Masalah
No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran
1 Sifat masalah :
Aktual
2 1 3/3x1=1 masalah bersifat aktual karena Ny. S
dalam keadaan kurang sehat dan
memerlukan pengobatan
2 Kemungkinan
masalah dapat
diubah: Mudah
1 2 2/2x2=2 Masalah kesehatan yang di alami Ny. S
mudah untuk di lakukan pengobatan
3 Potensi masalah
untuk dicegah :
Tinggi
3 1 3/3x1=1 Keluarga Ny. S tidak mengerti banyak
tentang masalah kesehatan, hal tersebut di
karenakan kurang pengetahuan yang di
miliki keluarga.
4 Masalah yang
menonjol :
Segera ditangani
2 1 2/2x1=1 Penyakit Ny. S harus segera di tangani
karena dapat mengakibatkan kematian.
Total 5
Skoring Prioritas Masalah
2. Gangguan pola istirahat ; tidur berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan terhadap suatu prosedur dan psikologis bagaimana cara
mengatasi sulit tidur.
Tabel 3.3: Skoring Prioritas Masalah
No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran
1 Sifat masalah :
Ancaman
kesehatan
2 1 2/3x1=1 Keluarga tidak tau penyakit ayahnya bisa
diturunkan ke anaknya
2 Kemungkinan
masalah dapat
diubah: Mudah
1 2 1/2x2=1 Klien masuk kedalam tahap lansia
sehingga mempengaruhi penyampaian
informasi.
3 Potensi masalah
untuk dicegah :
Tinggi
3 1 3/3x1=1 Keluarga kooperatif
4 Masalah yang
menonjol :
Segera ditangani
2 1 2/2x1=1 Bila tidak ditangani kemungkinan yang
akan terjadi klien akan betambah parah
dan bisa berakibat strok, dll
Total 4
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini merupakan pembahasan kasus yaitu membahas mengenai
kesenjangan yang terjadi pada teori dan studi kasus Asuhan Keperawatan
Keluarga “Tn. K” Dengan Salah Satu Anggota Keluarga “Ny. S” Menderita
Hipertensi Dengan Gangguan Nyeri di Desa Wapae Kecamatan Tiworo Tengah
Kabupaten Muna Barat
1. Pengkajian
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal
tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus lebih dari suatu
periode. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencentusnya antara lain faktor
keturunan, jenis kelamin dan usia (laki laki yang berumur 35-50 tahun dan wanita
pasca menopouse beresiko tinggi mengalami hipertensi), diet (mengkonsumsi
tinggi garam dan lemak secara langsung berhubungan dengan perkembangan
hipertensi), berat badan, gaya hidup (merokok dan mengkonsumsi alkohol dapat
meningkatkan tekanan darah bila gaya hidup menetap). Hipertensi biasanya tanpa
gejala dan sering disebut silent killer (Widharto, 2007).
Setelah peneliti melakukan pengkajian pada keluarga Tn. K khususnya
Ny. S yang menderita penyakit Hipertensi dan melakukan analisa maka peneliti
menemukan masih adanya beberapa kesenjangan sebagai berikut:
1. Nyeri yang dialami pasien berdasarkan teori disebabakan oleh karena
adanya sensitisasi yang terdapat di nosiseptor maningeal dan neuron
trigeminial sentral (Widjaja, 2011). Pada hipertensi sendiri nyeri kepala
disebabkan oleh proses kontraksi otot sefalik secara involunter,
berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory activity, dan
hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan
terhadap timbulnya nyeri. Semua nilai ambang pressure pain detection,
thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun
ekstrasefalik (Widjaja, 2011)
Sedangkan berdasarkan data pengkajian pada pasien, pasien mengeluh
nyeri dibagian belakang kepala seperti di tusuk –tusuk dan ditekan.
2. Skala nyeri pada Ny. S berdasarkan penentuan skala nyeri VAS (visual
analog scale) skala berupa garis lurus yang panjangnya 10 cm, dengan
penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya yang terdiri dari
angka 0 sampai 10. Angka 0 menggambarkan tidak adanya nyeri, 1-3
menggambarkan nyeri ringan, 4 - 6 menggambarkan nyeri sedang, 7 - 9
menggambarkan nyeri berat yang masih bisa terkontrol dan 10
menggambarkan nyeri yang sangat berat serta tidak bisa dikontrol (Iqbal,
2005).
Berdasarkan pengkajian Skala nyeri Ny. S, (5) termasuk dalam skala
yang sedang karena pasien masih bisa mengontrol nyerinya dan masih
bisa berkomunikasi dengan baik . Ny. S hanya meringis kesakitan dan
mengeluh nyeri.
3. Batasan karakteristik nyeri yang dirasakan pasien memiliki ciri khas
tersendiri terkait dengan penyakit yang dialami, yaitu hipertensi adalah
penyakit yang dapat mengakibatkan transudasi, mikoinfark dan oedema
otak, petekhie, hemorhages, fibrinoid dari arteriole. Hal ini disebabkan
oleh aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak
mengalami perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg –
160 mmHg, sedangkan pada penderita hipertensi baru dengan MAP
diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan hiper kapnia, autoregulasi
menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg, sehingga
perubahan yang sedikit saja dari tekanan darah menyebabkan asidosis
otak akan mempercepat timbulnya oedema otak (Majid, 2004). Nilai
ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli
akan menurun di sefalik maupun ekstrasefalik sehingga menyebabkan
nyeri pada kepala (Widjaja, 2011).
Hipertensi sering dimanifestasikan sebagai nyeri pada kepala, kelelahan,
ansietas, keringat berlebihan, tremor otot, nyeri dada, epistaksis,
pandangan kabur atau ganda, sulit tidur. Nyeri kepala pada pasien
hipertensi tentu menimbulkan perasaan yang tidak nyaman dan hal ini
dapat berpengaruh pada aktifitasnya, bersifat tajam dan berlangsung lebih
dari dari 5 menit (Tarwoto, 2011).
Karakteristik tersebut tidak semuanya muncul pada Ny. S. Hal ini
disebabkan oleh karena masing- masing orang memiliki respon yang
berbeda terhadap nyeri sebab nyeri merupakan suatu hal yang bersifat
subjektif (Potter, 2005).
Dapat dimungkinkan sebagai alasan yaitu karena Ny. S sudah 1 minggu
di lakukan perawatan, sehingga nyeri berkurang dengan seiring
pengobatan yang diterima.
Ny. S dalam keluarganya memiliki riwayat keturunan hipertensi yaitu
diturunkan oleh ayahnya. Menurut Widharto (2007) hipertensi termasuk
penyakit keturunan, apabila orang tua mempunyai riwayat hipertensi
maka garis keturunan berikutnya mempunyai riwayat menderita
hipertensi.
4. Pola istirahat ; tidur , pasien ketika sakit mengatakan pasien
mengatakansulit tidur dan sering bangun di malam hari karen perasaan
yang tidak nyaman diakibatkan nyeri kepala yang sering timbul..
Menurut Tarwoto (2011) nyeri kepala pada pasien tentu menimbulkan
perasaan yang tidak nyaman dan hal ini dapat berpengaruh pada aktifitas
dan istirahat tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya, bahkan dapat
berdampak pada kebutuhan psikologis seperti; menarik diri, menghindari
percakapan, dan menghindari kontak dari orang lain.
5. Pola kognitif perceptual sebelum sakit pasien mengatakan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan maupun pendengaran, selama sakit
pasien mengatakan badan terasa lemas, kepala pusing seperti ditusuk -
tusuk. Karakteristik nyeri yang dirasakan adalah sebagai berikut,
provocate/faktor pencetusnya ialah karena aktifitas, quality/kualitas nyeri
rasanya seperti ditusuk - tusuk, region/daerah yang terasa nyeri adalah di
daerah belakang kepala, severe/skala nyeri 5, time/waktu hilang timbul, 1
- 2 menit. Menurut Nanda (2010) nyeri adalah pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa.
6. Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sedang.
Kesadaran composmentis dengan nilai glasglow coma scale (GCS) 15,
eye 4, verbal 5, motoric 6. Hasil pemeriksaan tanda tanda vital sebagai
berikut, tekanan darah pasien 170/90 mmHg, frekuensi nadi 92 kali per
menit, suhu 36,8 c, frekuensi pernafasan 22 kali per menit. Teori
menyatakan pasien hipertensi akan mengalami peningkatan yang
abnormal pada tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus
menerus lebih dari suatu periode. Menurut WHO batasan tekanan darah
yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan
darah lebih dari 160/95 mmHg dinyatakan dalam hipertensi (Udjianti,
2010).
2. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa Menurut Mubarak (20012: 102), diagnosa keperawatan keluarga
dirumuskan berdasarkan data yang didapat pada pengkajian. Komponen
diagnosa keperawatan meliputi; problem (P), etiologi (E), dan sign (S).
Setelah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn. K khususnya Ny. S maka,
ditemukan masalah keperawatan keluarga yaitu:
1. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah
2. Gangguan pola istirahat ; tidur berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan terhadap suatu prosedur dan psikologis bagaimana cara
mengatasi sulit tidur.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga
kelompok, yaitu :
1. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2. Diagnosis risiko/risiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum
terjadi, tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat
terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
3. Diagnosis potensial adalah suatu kedaan sejahtera dari keluarga ketika
keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mempunyai sumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat
tingkatkan.
Menentukan penyebab atau etiologi dalam perumusan diagnosa
keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari 5 (lima) tugas
keluarga antara lain:
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan.
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga.
4. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.
5. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Dalam penetapan diagnosa keperawatan keluarga pada klien Ny. S
dengan Hipertensi terdapat kesenjangan antara teori dan hasil pengkajian kasus
Ny. S dimana diagonasa keperawatan keluarga yang ditemukan Kurangnya
pengetahuan dan ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan. Hal
ini dapat terjadi karena terdapat data yang menunjukan munculnya masalah
keperawatan Gangguan nyaman ; nyeri dan Gangguan pola istirahat ; tidur,
sedangkan masalah keperawatan potensial tidak didukung oleh data yang
memadai. Selanjutnya dalam menentukan penyebab atau etiologi dalam
perumusan diagnosa keperawatan dengan model single diagnosis diangkat dari
5 (lima) tugas keluarga yang antara lain; ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan, ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan,
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga, ketidakmampuan
keluarga memodifikasi lingkungan dan ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan
3. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga
Intervensi keperawatan keluarga sebagai tindakan perawatan untuk
kepentingan pasien, untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik,
emosional, psikososial, spiritual, budaya dan lingkungan tempat mereka
mencari bantuan. Hal penting dalam penyusunan rencana asuhan keperawatan :
1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah, dan mempunyai jangka waktu
yang sesuai dengan kondisi klien.
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi
dengan panca indera perawat yang objektif.
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki
oleh keluarga dan mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat
ketergantungan dapat diminimalkan.
Dalam menetapkan intervensi harus :
1. Rencana tindakan harus berorientasi pada pemecahan masalah.
2. Rencana tindakan yang dibuat dapat dilakukan mandiri oleh keluarga.
3. Rencana tindakan yang dibuat berdasarkan masalah kesehatan.
4. Rencana tindakan sederhana dan mudah dilakukan.
5. Rencana tindakan perawatan dapat dilakukan secara terus-menerus oleh
keluarga.
Dalam mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada keluarga Tn. K
khususnya Ny. S, perawat melakukan intervensi sesuai diagnosa keperawatan
yaitu:
1. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah
Intervensi :
a) Kaji pengetahuan keluarga
b) Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada keluarga Ny.
S untuk mengetehui dan menganalisa intensitas nyeri
c) Diskusikan dengan keluarga tentang penanganan nyeri di rumah
d) Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa
nyeri
e) Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan keluarga
f) Berikan pujian terhadap ungkapan keluarga yang mendukung
2. Gangguan istirahat ; tidur berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
terhadap suatu prosedur dan psikologis bagaimana cara mengatasi sulit
tidur.
Intervensi:
a. Kaji pengetahuan keluarga
b. Kaji kemampuan keluarga yang telah dilakukan pada keluarga Ny. S
untuk tekhnik Posisi Rileks dan Nyaman
c. Diskusikan dengan keluarga tentang akibat tidur yang tidak teratur
dan efektif
d. Diskusikan alternatif yang dapat dilakukan untuk memudahkan
untuk tidur
e. Evaluasi secara singkat terhadap topik yang didiskusikan keluarga
f. Berikan pujian terhadap ungkapan keluarga yang mendukung
3. Implementasi
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis secara umum merupakan
implementasi dari rencana keperawatan yang telah disusun, namun ada
beberapa perbedaan tindakan yang dilakukan disetiap harinya, misalnya
tindakan keperawatan pada hari pertama tidak sepenuhnya sesuai dengan
rencana tindakan yang telah ditentukan. Implementasi merupakan kemampuan
dari proses keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan
dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi adalah
bersinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari proses keperawatan
(Potter, 2005).
Dalam tahapan implementasi penulis tidak menemukan kesenjangan
antara teori dan tindakan keperawatan yang telah dilakukan, penulis
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang
dibuat dengan mengacu pada teori yang ada serta tindakan-tindakan yang
dapat memecahkan atau meringankan masalah yang sedang dihadapi.
Untuk diagnosa keperawatan keluarga.1
1. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah
Adapun tindakan yang dilakukan antara lain :
1) Senin, 14 Mei 2018 Jam. 16.00 WITA
Memberi penyuluhan tentang hipertensi dan mengajarkan cara melakukan
teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri.
2) Selasa, 15 Mei 2018 Jam. 17.00 WITA
Memberi penyuluhan tentang hipertensi dan memberikan konseling dalam
memberikan diet rendah garam
3) Rabu, 16 Mei 2018 jam 16 : 30 WITA
Memberi konseling kesehatan tentang cara mengidentifikasi intesitas nyeri
Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 2
2. Gangguan pola istirahat ; tidur berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan terhadap suatu prosedur dan psikologis bagaimana cara
mengatasi sulit tidur.
Adapun tindakan yang dilakukan antara lain :
1. Senin, 14 Mei 2018 Jam. 16.00 WITA
Memberi penyuluhan tentang posisi yang nyaman dalam keadaan istirahat
2. Selasa, 15 Mei 2018 Jam. 17.00 WITA
Konseling tentang cara mengatasi sulit tidur
3. Rabu, 16 Mei 2018 jam 16 : 30 WITA
Konseling keluarga untuk mengurangi tingkat masalah keluarga sehingga
klien tidak terfokus pada masalah dan memperberat penyakit
3. Evaluasi
Tahap selanjutnya adalah melakukan evaluasi, berdasarkan tujuan yang
hendak dicapai sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan
sebelumnya. Saat evaluasi perawat hendaknya selalu memberi kesempatan
keluarga untuk menilai keberhasilannya, kemudian diarahkan sesuai dengan
tugas keluarga di bidang kesehatan, (Suprajitno, 2012: 77).
Evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga Tn. K
khususnya Ny. S akan diuraikan berdasarkan diagnosa keperawatan keluarga
dibuat yaitu:
Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 1
I. Gangguan rasa nyaman ; Nyeri berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga tentang cara penatalaksanaan nyeri d rumah
Evaluasi yang dilakukan berupa:
1. Struktur
a. Keluarga Tn. K bekerjasama dengan mahasiswa
b. Keluarga Tn. K khususnya klien (Ny. S) mengerti kunjungan yang
dilakukan
2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi
b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan
keperawatan yang dilakukan
c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik
d. Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung
e. Keluarga bersedia membawa klien check up setiap keluhan timbul
3. Hasil
a. Keluarga Tn. K dapat menjelaskan upaya dalam penanganan nyeri
secara mandiri
b. Keluarga Tn. K dapat melakukan tekhnik relaksasi dengan menarik
nafas dalam
Untuk diagnosa keperawatan keluarga. 2
II. Gangguan pola istirahat ; tidur berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan terhadap suatu prosedur dan psikologis bagaimana cara
mengatasi sulit tidur.
Evaluasi yang dilakukan berupa:
1. Struktur
a. Keluarga Tn. K bekerjasama dengan mahasiswa
b. Keluarga Tn. K khususnya klien (Ny. F) mengerti kunjungan yang
dilakukan
2. Proses
a. Keluarga dapat terlihat aktif dalam diskusi
b. Keluarga menunjukkan minat terhadap kegiatan atau tindakan
keperawatan yang dilakukan
c. Keluarga dapat memberikan respon verbal dan non verbal yang baik
d. Keluarga kooperatif selama kegiatan berlangsung
e. Keluarga bersedia menyedia menyiapkan segala sesuatu yang
dibutuhkan klien sehingga klien mudah untuk tidur
3. Hasil
a. Keluarga dapat menjelaskan akibat kurang istiraht ; tidur
b. Menjelaskan bagaimana cara mengatasi sulit tidur
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penulis mampu melakukan pengkajian dan didapat data hasil pengkajian pada
Ny. S dengan hipertensi pada keluarga Tn. K ditemukan diagnosa “Nyeri akut
pada keluarga Tn. K. khususnya Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal anggota keluarga yang mengalami sakit hipertensi. Di
tandai dengan keluarga tidak mengetahui pengertian hiprtensi, keluarga tidak
mengerti tanda dan gejala hipertensi.
2. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan yaitu “Nyeri akut pada
keluarga Tn. K. khususnya Ny. S berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami sakit hipertensi”.
3. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. S dengan
hipertensi. Dengan di dapatkan data tujuan umum setelah dilakukan 2 kali
kunjungan, nyeri pasien berkurang dari skala 4 menjadi skala 2, pasien sudah
tampak meringis kesakitan. Dan tujuan khusus setelah dilakukan tindakan
3x45 menit keluarga mampu mengenal pengertian hipertensi dan tanda dan
gejala hipertensi.
4. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan hipertensi pada
keluarga Tn. K.. Di dapatkan data keluarga mampu mengerti pengertian
hipertensi, tanda dan gejala hipertensi.
5. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan hipertensi pada
keluarga Tn. K. Di dapatkan data keluarga mampu mengerti pengertian
hipertensi, tanda dan gejala hipertensi.
B. Saran
Setelah penulis melakukan studi kasus, penulis mengalami beberapa
hambatan dalam penulisan ini. Namun, dengan bantuan dari berbagai pihak
penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya.
Demi kemajuan selanjutnya maka penulis menyarankan kepada:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
hipertensi hendaknya mahasiswa mempertahan konsep dan teori yang ada.
2. Bagi Penulis
Dalam memberikan pendidikan terutama asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama hipertensi hendaknya berpedoman pada standar
asuhan keperawatan yang sudah ada.
3. Bagi Pasien
a. Pasien lebih kooperatif, selalu memperhatikan serta tidak melakukan
hal- hal yang menyimpang dari petunjuk dokter/perawat. Bila di rumah
harus dapat menjaga diri agar tidak terjadi penyakit yang lebih parah.
b. Untuk perawatan pasien dengan hipertensi, harus ada kerjasama
antara dokter dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang
perkembangan kesehatan pasien dan memberi pendidikan kesehatan pada
keluarga yang paling sederhana dan senantiasa memotivasi pasien dan
keluarga untuk selalu menjaga pola makan dan kesehatan pasien.
4. Bagi Institusi Pendidikan terutama Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan
Masalah Utama Hipertensi hendaknya Institusi tidak hanya terfokus pada
teorinya saja tetapi perlu dengan studi kasus.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. (2006). Trend desease. Jakarta: Elex Media Computindo.
Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press Dinkes .
Artiyaningrum, B. 2015. faktor-faktor yang berhubungan dengan Kejadian
hipertensi tidak terkendali Pada penderita yang melakukanPemeriksaan rutin
di puskesmas Kedungmundu kota semarang tahun 2014. Skripsi: FKM UNS.
Aziza L. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Ikatan Dokter
Indonesia. Brunner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Volume 2. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Carpenito-M, dkk. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, Maryllin E. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Alih
Bahasa: Yasmin Asih. Jakarta: EGC.
Dinas Kesehatan Sulawesi Tenggara. 2015. Data dekunder penyakit
hipertensi. Dinkes Sultra.
Dinkes kab. Muna Barat. 2015. Data Sekunder Penyakit Hipertensi. Dinkes
Muna Barat.
Kowalak JP, Welsh W, Mayer B. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:
EGC. McPhee SJ, Ganong WF. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar
Menuju Kedokteran Klinis. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Mubarrak, dkk. (2011). Ilmu Keperawatan Komunitas 2 ; konsep dan
aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin. (2009). Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.
NANDA. 2011. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarif & Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.
Riset Kesehatan Dasar, 2013. Jumlah kejadian hipertensi.
Suprajitno, (2004), Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi Dalam Praktik,
Jakarta : EGC.
Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga; edisi pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudoyo, dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakut Dalam. Fakultas
KedokteranUniversitas Indonesia: Jakarta.
Udjianti WJ. 2011. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.
Widyanto, Triwibowo. (2013).Trend Disease.CV.Trans Info Media: Jakarta.
Wilkinson, Judith. M. (2012). Diagnosis keperawatan NANDA NIC-NOC
edisi 9. Jakarta : EGC