Assalamu’alaikum Wa “Penyebarluasan IPAL nsif di …. Selain itu, masyarakat menginginkan sistim...
-
Upload
duongthien -
Category
Documents
-
view
219 -
download
1
Transcript of Assalamu’alaikum Wa “Penyebarluasan IPAL nsif di …. Selain itu, masyarakat menginginkan sistim...
i
Jl.Kaliurang Km.7 Gg. Jurugsari IV, No. 19, Sleman Yogyakarta
Tel : 0274 – 885247 Fax. 0274 – 885423
www.pustekli.org
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Salam Sejahtera,
Pada kesempatan penerbitan buletin proyek PUSTEKLIM fase IV edisi 002 ini, kami menyampaikan perkembangan dan kemajuan proyek PUSTEKLIM “Penyebarluasan IPAL Komunal Berbasis Masyarakat yang Ditingkatkan Secara Intensif di Indonesia” tahun pertama dari tiga tahun durasi proyek. Di tahun pertama ini (2017), tampak jelas sekali bahwa masyarakat Indonesia antusias dalam menyambut “cakrawala baru” dalam penyebarluasan IPAL komunal yang ditingkatkan. Yakni, minat masyarakat terhadap peningkatan kualitas IPAL komunal untuk menghasilkan air olahan yang berkualitas sangat tinggi. Selain itu, masyarakat menginginkan sistim pengolahan air limbah domestik ini harus pula berkelanjutan, dan dapat terus memberikan manfaat bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan di masa mendatang.
PUSTEKLIM sebagai lembaga swadaya masyarakat berusaha mendukung masyarakat supaya keinginan mereka dapat diwujudkan dengan cara memperkenalkan dan membantu pembangunan sistim IPAL Komunal berkualitas seperti kombinasi proses anaerobik dan aerobik yang menggunakan RBC Lattice Tiga Dimensi, sebagai salah satu pilihan. Kita pasti setuju bahwa pihak yang paling berperan besar dalam usaha pencapaian kemajuan sanitasi di Indonesia tentu saja adalah masyarakat Indonesia sendiri yang difasilitasi oleh pemerintah melalui kementrian pekerjaan umum, maupun pemerintah daerah dan perangkat daerah terkait, mulai dari RT, RW, Kelurahan, Desa dan seterusnya. Dengan melihat antusiasme yang begitu baik di tahun pertama ini, diharapkan proyek ini terus berkembang dan berlanjut di tahun – tahun berikutnya, sehingga terus membawa perubahan yang positif terhadap kemajuan kondisi sanitasi dan lingkungan hidup di negara kita.
Semoga dengan berlanjutnya proyek ini di tahun 2018 dan 2019, secara bersama – sama akan membawa kondisi sanitasi di negara kita semakin baik dan semakin mencapai target yang sudah dicanangkan sebelumnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yogyakarta, 12 Pebruari 2018 (Redaksi:Juni Rachmadansyah)
Pelatihan Bulan Juli 2017
elatihan perancangan sistem IPAL Komunal berbasis masyarakat untuk program PUSTEKLIM
fase IV tahun pertama (2017) dilaksanakan dua kali di Yogyakarta, yang pertama pada
tanggal 25 dan 26 Juli sedangkan pelatihan kedua tanggal 17 dan 18 Oktober. Pelatihan ini
mengundang peserta dari kalangan pemerintah daerah terutama Dinas Pekerjaan Umum
dan Dinas Lingkungan Hidup, Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) serta dari kalangan masyarakat
umum, perangkat desa, maupun kelompok swadaya masyarakat.
Dalam kegiatan pelatihan ini, disampaikan berbagai materi yang berkaitan dengan
perancangan dan pembangunan IPAL komunal berbasis masyarakat yang ditingkatkan dengan tujuan
mengejar pemenuhan baku mutu air limbah yang dikeluarkan kementrian lingkungan hidup dan
kehutanan pada 2016. Adapun materi – materi yang disampaikan yaitu prosedur perancangan IPAL
komunal, prosedur perancangan sistim perpipaan, dan pengenalan karakteristik dan parameter –
parameter kualitas air limbah domestik.
Para peserta pelatihan mengikuti dengan sangat antusias kegiatan ini dan dapat menyerap
materi dengan sangat baik dan menggunakan materi tersebut untuk memecahkan persoalan ujian
yaitu mendesain sendiri sistem IPAL komunal domestik, dan selanjutnya hasil kegiatan tersebut
dipresentasikan di hari kedua pelatihan. Jumlah peserta pelatihan bulan Juli mencapai 25 peserta .
Dalam kegiatan pelatihan ini, disampaikan beberapa hal yang harus dibenahi atau diperbaiki
dari segi teknis maupun non-teknis dalam usaha penyediaan fasilitas IPAL komunal bagi masyarakat.
Dalam salah satu kesempatan diskusi, beberapa peserta berdebat mengenai bagaimana supaya
aliran air limbah di dalam pipa dapat berjalan lancar, salah satu peserta bercerita bahwa untuk
melancarkan aliran air limbah di dalam pipa di IPAL komunal di salah satu komunitas, masyarakat
disana diminta mengguyur air buangan dari air bekas wudhu di Masjid secara bersama – sama setiap
hari jumat bulan tertentu. Tentu saja jika dipandang dari sisi teknis hal ini cukup menggelikan,
namun, ide dan kesediaan masyarakat untuk bersama – sama mengguyurkan air buangan
untuk membantu melancarkan jaringan perpipaan IPAL itu adalah bukti nyata semangat
masyarakat untuk menjaga dan merawat IPAL komunal yang mereka miliki.
P
PUSTEKLIM kemudian memberikan penjelasan teknis bagaimana caranya agar aliran air
dalam pipa lancar, maka perancangannya harus memenuhi beberapa kriteria, salah satunya
kemiringan perpipaan tersebut minimal 1%.
Dalam paparan yang disampaikan para pemateri, disampaikan pula kaidah – kaidah
perancangan IPAL komunal domestik. Misalnya perhitungan ukuran atau dimensi bak IPAL proses
anaerobik yang berkaitan langsung dengan lamanya waktu reaksi biokimia yang terjadi di dalam IPAL
(HRT, Hydrolic Rettention Time), sehingga terjadi penguraian zat pencemar. Peserta pelatihan
diberikan pula pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya pengolahan aerobik dalam
memenuhi baku mutu air limbah tahun 2016, dan bagaimana pengolahan aerobik tersebut
dapat mengurangi resiko penyebaran penyakit oleh mikroba patogen.
Pipa Air Limbah Dirancang Dengan Kondisi Lurus dengan Kemiringan 1/100
Pelatihan Bulan Oktober 2017
asih di Yogyakarta, pelatihan teknologi tepat guna IPAL Komunal (domestik)
yang kedua tahun 2017, diadakan bulan Oktober. Dihadiri sebanyak 32 peserta.
Sama seperti pada bulan Juli, dalam pelatihan ini juga disampaikan materi –
materi perancangan sistem IPAL, baik bak atau reaktor IPAL, maupun jaringan
perpipaannya.
Menjadi kebiasaan, jika mengadakan pelatihan di Yogyakarta, PUSTEKLIM mengadakan
kunjungan lapangan ke IPAL komunal yang dekat dengan lokasi diadakannya pelatihan, yaitu
kampung Karangwaru di mana pengoperasian IPAL Komunal dimulai pada Pebruari 2013. Kondisi
IPAL karangwaru memang layak dijadikan contoh pengelolaan sarana IPAL komunal, karena
teknologi yang digunakan menerapkan sistem yang direkomendasikan PUSTEKLIM, yaitu anaerobik-
aerobik yang menggunakan RBC Lattice Tiga-Dimensi sebagai proses aerobik. Para peserta sama-
sama menyaksikan kinerja sistem ini yang menghasilkan efluen (air olahan) yang berkualitas.
M
embangunan model sistem IPAL komunal PUSTEKLIM dengan teknologi kombinasi
anaerobik dan aerobik (RBC Lattice Tiga-Dimensi, untuk selanjutnya disebut sebagai
“RBC Lattice 3D”) dalam proyek fase IV telah sukses mencapai target pembangunan
13 unit di 12 titik. IPAL yang dibangun sebagian besar adalah renovasi IPAL komunal
yang sebelumnya sudah ada, dan bekerja dengan teknologi anaerobik saja. Pada awalnya, rencana
pembangunan adalah sebanyak 15 unit pemasangan sistem aerobik (RBC Latitice 3D), namun
dikurangi menjadi 13 karena adanya masukan dari masyarakat yang meinginkan agar mesin RBC
Lattice 3D tersebut sudah siap digunakan, artinya sudah termasuk dengan bak tempat RBC tersebut
dipasang dan bak sedimentasi akhir. Oleh sebab itu, PUSTEKLIM kemudian mengambil kebijakan
menggunakan alokasi dana untuk dua unit RBC digunakan sebagai dana untuk pembangunan bak-
bak tersebut bagi mesin RBC yang lainnya.
Dengan adanya bantuan dari PUSTEKLIM dalam merenovasi IPAL komunal yang sudah ada
sebelumnya tersebut, warga masyarakat yang selama ini telah berharap datangnya perbaikan
kondisi IPAL dengan teknologi aerobik menyambut gembira bantuan yang diberikan PUSTEKLIM.
Sebagaimana terungkap selama ini, kondisi IPAL komunal yang hanya bekerja secara anaerobik saja
masih kurang memuaskan masyarakat. Memang kita maklumi proses anaerobik biaya
pengoperasiannya rendah, namun kita harus ingat, masyarakat kita lebih mengutamakan kondisi
sanitasi dan lingkungan hidup yang baik walau dikenakan biaya pengoperasian dan perawatan
sebesar 200 – 600 Rp. Per KK per hari. Untuk tahun 2017 ini, IPAL Komunal yang telah dibangun atau
direnovasi dalam proyek PUSTEKLIM Fase IV adalah sebagai berikut:
1. Pondok (Padukuhan Pondok, Kecamatan Condong Catur, Kabupaten Sleman Yogyakarta)
Pada tahun 2012, masyarakat Pondok telah memulai mengoperasikan IPAL Komunal dengan
sistem konvensional, yaitu proses anaerobik saja. Namun, karena air olahannya bau dan kotor, maka
masyarakat setempat bersemangat untuk melakukan renovasi IPAL mereka dan mulai
mengumpulkan dana dari penduduk untuk renovasi. Waktu mereka berkunjung ke PUSTEKLIM dan
mengusulkan kerjasama untuk renovasi, PUSTEKLIM menyambut usulannya dengan baik. Sesudah
diadakan MoU, RBC disediakan oleh PUSTEKLIM, sedangkan bak RBC dan bak sedimentasi akhir
dibangun oleh masyarakat sendiri. IPAL yang telah direnovasikan mulai dijalankan pada 29
September 2017 dan terus dioperasikan oleh masyarakat sendiri secara swadaya dengan iuran
Rp.15.000 per KK per bulan. Selama ini sejumlah 70 KK dilayani dengan sistim ini.
P
Bpk. Eko, Pengurus IPAL Pondok
Condong Catur DIY
Bpk. Tanaka Bersama Ketua Pengurus IPAL Pondok
Bpk. Puput
2. Jongkang (Padukuhan Jongkang, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman Yogyakarta)
Pemasangan sistem aerobik pada IPAL yang sudah ada di daerah Jongkang (renovasi IPAL
Existing) agak berbeda dari yang lainnya, hal ini karena untuk Jongkang, IPAL tersebut dirancang
untuk melayani 400 KK, sehingga untuk kapasitas yang cukup besar tersebut, dibutuhkan alat RBC
pada sistem pengolahan aerobik-nya sebanyak dua unit. Saat ini, IPAL Jongkang siap beroperasi,
hanya saja masih menunggu petugas PLN melakukan pemasangan listrik.
3. Wonosobo
Di daerah Wonosobo terdapat dua tempat yang membangun IPAL baru dan berkeinginan
memasang sistem tambahan (sistem aerobik) RBC Lattice 3D dari PUSTEKLIM yaitu Padukuhan
Sitiung RT 07/RW 02, dan Desa Sambek RT 01/RW03. Dinas PUPR kota Wonosobo bidang cipta karya
seksi air bersih dan penyehatan lingkungan, bekerja sama dengan PUSTEKLIM akhirnya berhasil
IPAL Komunal Padukuhan Jongkang, setelah ditambah
RBC (yang ada atapnya)
RBC IPAL Jongkang dua unit
memfasilitasi dan mewujudkan keinginan masyarakat tersebut. Kedua IPAL ini sudah beroperasi dan
telah melayani masyarakat di sana.
Di daerah Sitiung, titik lokasi IPAL cukup menantang, karena berada di lereng yang cukup
curam. Mendatangkan alat berat dapat mengganggu jalan yang merupakan satu – satu nya akses
masyarakat dari dan ke perkampungan tempat mereka tinggal. Alat RBC sendiri bukan benda yang
relatif ringan dan bisa dibawa dengan mudah, sehingga proses pemasangan cukup berat dan
mengharuskan para teknisi PUSTEKLIM dibantu TFL dan masyarakat, serta tidak ketinggalan staf dari
kantor DPU – pun ikut turun tangan mengerahkan tenaga untuk mengangkut dan memasang alat
tersebut secara manual.
Lain lagi lokasi Sambek, posisi IPAL berada di belakang pondok pesantren, dan lokasinya
cukup mudah. Namun, terjadi kekeliruan dalam pemahaman mengenai proses aerobik
menggunakan RBC. Alat RBC tersebut harus mulai berputar jika air limbah sudah masuk ke bak RBC
tersebut. Dengan berputarnya mesin RBC, maka mikroba aerob bermunculan dan menempel pada
media RBC, dan mikroba tersebut akan menyerap, meguraikan dan menhilangkan senyewa-senyewa
polutan yang berada dalam air limbah.
Kabid Cipta Karya DPUPR, Bpk. Wahyudi (Paling Kiri),
Kasi Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan, Ibu VH
(kedua dari kiri), dan staf Pusteklim
Foto bersama di atas IPAL Sitiung
Selain itu, karena RBC bekerja membutuhkan udara, maka udara yang ada di dalam bak
harus bisa bergerak, bukan udara yang stagnan atau diam dan tidak dapat bertukar. Oleh karenanya,
penutup bak harus ada jendela agar udara lebih leluasa keluar dan masuk, bukan tutup yang rapat
dengan hanya akses udara yang kecil, apalagi jika bak RBC tersebut freeboard-nya dalam (di dalam
tanah). Hal yang lain yang harus diingat adalah karena RBC tersebut memiliki bagian mekanis yang
harus dirawat misalnya motor dan gearbox yang harus dilumasi dan rantai serta bearing (lagher)
yang harus diberi vaselin setiap beberapa bulan sekali, maka tutup RBC harus dibuat sedemikian
supaya dapat mengakses bagian – bagian mekanis tersebut untuk perawatan.
Mas Bowo TFL bidang Sosial
Keluraha Sitiung
Mas Eki TFL Bidang Teknis
Kelurahan Sitiung
4. Pekalongan
Daerah pekalongan, berada di desa Kalijambe, kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan.
Proyek renovasi IPAL ini juga cukup menantang, karena lokasi IPAL berada di lahan yang datar.
Pembuangan air olahan cukup sulit, harus menggunakan pompa. Air olahan yang dihasilkan IPAL
dibuang dengan pompa ke sawah. Namun demikian, karena permukaan tanah relatif datar, maka
kadangkala jika sedang turun hujan deras, maka air olahan yang dipompa ke sawah, kembali lagi ke
poisi IPAL, dan menggenangi atau masuk ke IPAL. Oleh sebab itu, pada kasus IPAL Kalijambe ini,
kondisinya cukup sulit. Namun demikian, mesin RBC sebagai bagian aerobik dari sistem pengolahan
sudah dipasang, dan sudah beroperasi. Saat ini untuk membantu mengatasi masalah pembuangan
efluen, disiapkan pompa cadangan yang relatif besar yang mampu membuang air olahan cukup jauh
dengan debit yang besar. Kepala Desa, Bapak Nurbagyo mengatakan ada bedanya kualitas air olahan
yang singnifikan sebelum dan sesudah tambahan RBC.
5. Semarang
Di Semarang, yaitu di daerah Ngijo, Gunung Pati, PUSTEKLIM juga melakukan Renovai IPAL
Komunal yang existing di sana. Karena IPAL yang melayani 40 KK itu berbau, sehingga datanglah
permohonan dari masyarakat kepada PUSTEKLIM supaya melakukan renovasi. Pada saat ini proses
renovasi telah selesai, hanya saja masih belum beroperasi karena menunggu pemasangan litrik dari
PLN yang cukup memakan waktu.
6. Pati
Di kabupaten Pati, terdapat dua titik renovasi IPAL. Yaitu Mojomulyo, kecamatan Tambak
Romo dan desa Sumur di kecamatan Cluwak, kabupaten Pati. Mesin RBC semuanya sudah dipasang
di sana, lagi lagi tinggal menunggu PLN pasang listriknya.
7. Kebumen
IPAL Kebumen berada di Kelurahan Panjer, tepatnya di belakang SDN. 06 Panjer, jalan
Cendrawasih Kebumen. Sistem IPAL ini awalnya dirancang untuk melayani 80 KK. Masyarakat di
Kelurahan Panjer siap menerima dan mengelola tambahan sistem aerobik untuk IPAL ini, sehingga
ikut dalam program fase IV pusteklim tahun pertama ini.
Bak RBC (Aerobik) pada IPAL Panjer
Kebumen Jawa Tengah
Dr. Tanaka dari PUSTEKLIM (kiri) bersama
Ketua KSM Panjer Bpk. Sukirno
8. Pasuruan
Di daerah Jawa Timur, tepatnya di Kabupaten Pasuruan IPAL baru sedang dibagun dengan
menambahkan sistem pengolahan aerobik (RBC Lattice 3D) dilakukan di dua titik, yaitu di desa
Sumber Dawesari, dan desa Ngerong. Pemasangan mesin RBC dijadwalkan selesai pertengahan
bulan Februari 2018.
(Juni Rachmadansyah)
ebagai acara puncak dari kegiatan tahun pertama proyek, PUSTEKLIM telah
menyelenggarakan seminar internasional Indonesia dan Jepang pada tgl 16-17 Januari
2018. Seminar tersebut mengambil tema “Cakrawala Baru IPAL Komunal - menuju sarana S
yang lebih berkualitas dan berkelanjutan-“. Dalam seminar ini dibahas gambaran umum dan
kemajuan perbaikan kondisi sanitasi dan pencegahan pencemaran air di Indonesia, serta berbagai
opsi teknologi yang berkualitas, selanjutnya didiskusikan arah dan tindakan berikutnya.
Seminar dihadiri oleh sekitar 100 orang peserta dari seluruh Indonesia dengan latar belakang
beragam: Pemerintah, praktisi, akademisi dan umum. Narasumber seminar berasal kementerian
PUPR, KLHK, universitas dan LSM.
Sederet nama besar yang kompeten di bidang pengolahan air limbah hadir sebagai
narasumber dari Indonesia maupun Jepang. Berikut nara sumber dan materi yang dipresentasikan:
Seminar dibuka oleh Ibu Karyanti Pratiwi, ST., MT. Mewakili Kepala Dinas Pekerjaan Umum
Cipta Karya Propinsi DIY.
Peserta seminar datang dari berbagai ragam bidang yang semuanya concern pada masalah
sanitasi dan lingkungan, lebih spesifik lagi pada IPAL komunal domestik. Dari kalangan Pemerintah
hadir instansi PUPR dan Badan Lingkungan Hidup, Satker PLPBM dari berbagai kota kabupaten di
Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi.
Dari kalangan akademik ada perwakilan universitas-universitas yang mempunyai program
studi terkait lingkungan dan teknologi untuk sanitasi. Beberapa di antaranya : UGM (Departemen
Geografi Lingkungan, Magister Pengelolaan Air dan Air Limbah), ITS (Teknik Lingkungan, Biologi), UII
(Teknik Lingkungan), Universitas Proklamasi (Teknik Lingkungan), STTL Yogyakarta (Teknik
Lingkungan), Institut Sains & Teknologi ‘AKPRIND’ Yogyakarta (Teknik Kimia dan Teknik Lingkungan).
Dengan adanya narasumber yang kompeten dan partisipan yang relevan dan concern,
diharapkan ajang seminar ini menjadi ajang pertukaran informasi yang bisa diimplementasikan
secara nyata.
Tidak hanya paparan materi di ruang kelas, seminar ini juga mengajak peserta berkunjung ke
ipal komunal Karangwaru untuk melihat contoh nyata ipal komunal tepat guna yang efisien dan
efluennya memenuhi standar baku mutu.
Berbagi ilmu, berbagi solusi. Paparan pertama dari Ir. Noor Rachmaniah (Kasubdit
Pengendalian Pencemaran Limbah Domestik KLHK) menjelaskan tentang kebijakan-kebijakan
Pemerintah dan upaya pengendalian pencemaran air limbah domestic, dasar hukum, instrument dan
strateginya. Salah satunya adalah regulasi Permen LHK tahun 2016 tentang standar baku mutu air
limbah.
Paparan kedua dari Ir.Suharsono Adi Broto, ST.MM (Kasubdit Pengelolaan Air Limbah,
Direktorat PPLP, Ditjen Cipta Karya, Kementerian PUPR) berisi poin-poin antara lain sbb: Rencana
Pembangunan Jangka Menengan Nasional 2016 -2019 untuk mendukung target Universal
Akses, Pembagian tugas antar Pusat dan Daerah, pendanaan untuk pembangunan sanitasi,
dan tantangan ke depan.
Paparan selanjutnya disampaikan oleh DR. Nao Tanaka (Direktur Eksekutif APEX) tentang
IPAL Komunal yang ditingkatkan dengan Kombinasi Proses Anaerobik dan Aerobik (RBC –LTD)
Dari paparan yang disampaikan oleh pemateri dan dari hasil diskusi selama seminar, kami
merangkum catatan singkat yang intinya ada kebutuhan akan IPAL komunal yang efisien terutama
untuk lahan sempit di daerah padat, memenuhi standar baku mutu, perawatan mudah dan
terjangkau oleh masyarakat. Hal ini sejalan dengan IPAL komunal yang dikembangkan oleh
Pusteklim.
(Yuni Supriyati)
ada tgl.11-13 Desember 2017, telah diselenggarakan tiga conferensi secara berturut –
turut di Yangon, Myanmer, yang berkaitan masalah air dan sanitasi: (1) The 3rd Asia-
Pacific Water Summit pada tgl.11-12 Desember, (2)5th International Workshop on
Decentralized Domestic Wastewater Treatment in Asia pada tgl.12 Desember (3)
Preparation workshops on the Asia Wastewater Management Partneship (AWaP) pada 13
Desember.
PUSTEKLIM diundang untuk hadir dan melakukan presentasi pada (1) dan (2) di atas, maka
co-direktur PUSTEKLIM (Nao Tanaka) melakukan presentasi dengan judul “Development and
Diffusion of Enhanced Communal Waste Water Treatment System with Innovative Appropriate
Technologies – Based on Practice in Indonesia –“. Dalam presentasi tersebut, diperkenalkan sistem
IPAL komunal PUSTEKLIM: kombinasi proses anaerobik dan proses aerobik, di mana dipakai RBC
Lattice Tiga-Dimensi sebagai proses aerobik.
Untuk (2) 5th International Workshop on Decentralized Domestic Wastewater Treatment in
Asia yang diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup Jepang dan Yangon City Development
Committee, dihadiri 60-70 peserta dari berbagai sektor, terutama sektor pemerintahan dari negara-
negara Asia (Majoritas: Myanmar dan Jepang). Nara-sumber dari berbagai negara – Myanmar,
Vietnam, Malaysia, Thailand, Indonesia, India dan Jepang - memaparkan kondisi sanitasi dan
pengolahan air limbah domestik, kebijakan, peraturan, teknologi yang diterapkan di masing-masing
negara.
Secara umum, kondisi sanitasi dan pengolahan air limbah di negara-negara Asia masih dalam
kondisi sangat memprihatinkan. Karena sudah dicanangkan dalam SDGs (Sustainable Development
Goals) bahwa “by 2030, halving the proportion of untreated water”, pemerintah negara-negara Asia
menjadi antusias untuk mengembangkan dan menyebarluaskan instalasi pengolahan air limbah, di
mana sistem desentralisasi seperti IPAL komunal diharapkan memagang peranan yang sangat
penting dan signifikan. Akan tetapi, saya merasa: jika tidak dipilih teknologi tepat guna, IPAL tersebut
tidak akan berfungsi dengan baik dan tidak berkelanjutan.
Ada berbagai jenis teknologi yang dipresentasikan dalam seminar baik proses anaerobik
maupun aerobik. Untuk proses aerobik, karena lumpur aktif membutuhkan energi besar dan
pengoperasiannya tidak begitu mudah, dianggap tidak sesuai untuk IPAL komunal skala kecil. Kontak
aerasi membutuhkan energi lebih besar lagi dari lumpur aktif walaupun pengoperasianya lebih
P
gampang. Constructed wet land tidak membutuhkan energi tetapi butuh lahan luas. Maka, impresi
saya dari konferensi tersebut: RBC terutama yang efisien seperti Lattice Tiga-Dimensi adalah salah
satu opsi proses aerobik yang kuat dan berpotensial.
Ada presentasi juga dari beberapa perusahaan Jepang yang merekomendasikan Johkaso,
tetapi impresi saya: dari segi biaya investasi awal, biaya listrik dan juga dari segi perawatan, masih
ada tantangan yang harus diatasi untuk teknologi tersebut supaya diterima masyarakat di Asia.
Salah satu faktor yang penting supaya teknologi IPAL komunal menjadi tepat guna adalah
“local production”. Jika sarana IPAL komunal bisa difabrikasikan/disediakan secara lokal, akan
menghemat biaya, menambah kesempatan kerja, meningkatkan HRD setempat, juga jika rusak pun
bisa diperbaiki secara lokal, maka meningkatkan sustainability – nya.
(Dr.Nao Tanaka. Direktur Eksektif APEX/Co-Direktur PUSTEKLI
5th International Workshop on Decentralized Domestic Wastewater Treatment