Aspek Legal Dalam Keperawatan Professional
-
Upload
devieputryy -
Category
Documents
-
view
86 -
download
0
description
Transcript of Aspek Legal Dalam Keperawatan Professional
1.KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Keperawatan medikal bedah merupakan pelayanan profesional yang didasarkan Ilmu dan teknik
Keperawatan Medikal Bedah berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprehensif
ditujukan pada orang dewasa dgn atau yg cenderung mengalami gangguan fisiologi dgn atau
tanpa gangguan struktur akibat trauma. Keperawatan medical bedah merupakan bagian dari
keperawatan, dimana keperawatan itu sendiri adalah : Bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-
spiritual yang komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun
sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa
bantuan yang diberikan dengan alasan : kelemahan fisik, mental, masalah psikososial,
keterbatasan pengetahuan, dan ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari secara
mandiri akibat gangguan patofisiologis, (CHS,1992).
Pengertian keperawatan medikal bedah mengandung empat hal seperti di bawah ini:
Pelayanan ProfesionalSeorang perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien, selalu memandang pasien
secara holistic/menyeluruh baik Bio-Psiko-sosial-kultural-Spiritual. Dalam setiap tindakan, perawat
dituntut untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional sesuai dengan standarisasi profesi
keperawatan. Pelayanan ini diberikan oleh seorang perawat yang berkompetensi dan telah
menyelesaikan pendidikan profesi keperawatan pada jenjang yang lebih tinggi.
Berdasarkan Ilmu PengetahuanPerawat dalam melaksanakan tugasnya sudah melalui jenjang Pendidikan Formal yang sudah ditetapkan
oleh Pemerintah. Ilmu pengetahuan terus berubah dari waktu ke waktu (dinamis), sehingga dalam
memberikan Asuhan keperawatan pada Klien berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan terbaru
Menggunakan scientific MetodeDalam melaksanakan asuhan keperawatan melaui tahap-tahap dalam proses keperawatan berdasarkan
pendekatan ilmiah. Dengan menggunakan standarisasi asuhan keperawatan yang ada (NANDA, NIC,
NOC).
Berlandaskan Etika Keperawatan Perawat dalam melaksanakan tugasnya, dituntut untuk dapat menerapkan asas etika keperawatan yang
ada, meliputi asas Autonomy (menghargai hak pasien/ kebebasan pasien), Beneficience
(menguntungkan bagi pasien), Veracity (kejujuran), Justice (keadilan)
FUNGSI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
Fungsi Keperawatan Medikal Bedah Di Lakukan Untuk Memberikan Pelayanan Keperawatan
Berupa Bantuan Yang Diberikan Dgn Alasan Untuk Mengatasi Berbagai Gangguan kesehatan,
Antara Lain :
1. Kelemahan fisik
2. Kelemahan mental
3. Masalah psikososial
4. Keterbatasan pengetahuan
5. Ketidakmampuan dan ketidakmauan melakukan kegiatan sehari-hari sec mandiri akibat
gangguan patofisiologis(CHS, 1992)
KESIMPULAN
Fokus praktek keperawatan medikal bedah adalah mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam
telaah klinis dengan mengintegrasikan pemahaman berbagai konsep dasar asuhan keperawatan
orang dewasa yang mengalami gangguan berbagai sistem tubuh.Gangguan sistem tersebut
meliputi gangguan pernafasan, kardiovaskuler, persarafan, endokrin, pencernaan,
muskuloskeletal, integumen dan sistem immun, perkemihan dan pengindraan karena
berbagai sebab.
Diposkan 23rd May 2013 oleh Sulfa Oktafiani
Aspek Legal dalam Keperawatan professional dalam keperawatan menurut
tenaga keperawatan tidak saja menerapkan standar keperawatan, namun juga
dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien, perawat perlu
mengikuti ketentuan – ketentuan/aturan – aturan yang ada. KEPMENKES
RI No. 1239/Menkes/SK/IX/2001 tentang registrasi dan praktik keperawatan
menyatakan bahwa : asuhan keperawatan harus dilaksanakan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi. Di
samping itu menghargai hak pasien, merujuk kasus yang tidak dapat
ditangani, confidentiality, memberikan informasi, informed concent dan
melakukan pencatatan asuhan keperawatan dengan baik, merupakan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perawat dalam melaksanakan
praktek keperawatan. Selain hal tersebut di atas ada beberapa legal issue
yang harus dipahami oleh tenaga keperawatan, diantaranya adalah sebagai
berikut :
Personaliability (Kewajiban Personal)
Perawat professional (secara legal) selalu bertanggung jawab terhadap
semua tindakan yang dilakukannya.
Supervisor Liability
Head nurse, supervisor menempati suatu posisi dimana dia berpotensi
untuk bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan oleh perawat
lain yang berada di bawah pengawasannya.
Duty to record or seek medical care for the patient
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien perawat
mempunyai kewajiban untuk menjamin agar pasien mendapatkan yang aman
dan kompeten. Kewajiban ini menuntut perawat menerapkan standard of
care dan memberikan pelaporan yang tepat dari konsisi pasien, pada saat
pasien membutuhkan pertolongan medis.
Malpractice (Malpraktek)
Malpraktek terjadi jika tenaga professional dalam melaksanakan tugasnya
gagal dalam melakukan kewajiban profesioanl (Brent NJ, 2001). Malpraktek
mempunyai 4 elemen esensial sebagai berikut :
Harm to an individual
Duty of a professional toward an individual
Breach of duty by professional
Breach of duty of the cause of harm …
(Beauchamp & Childress, 1995) Dalam praktek keperawatan
professional, malpraktek dapat terjadi jika perawat professional tidak
mengikuti standard of care yang telah ditetapkan dalam melaksanakan
praktek keperawatannya tersebut (Branf NJ, 2001). (akhir bagian 1)
http://uda.ac.id/jurnal/files/PROFESIONALISME%20KEPERAWATAN
%20DALAM%20LINGKUP%20RUMAH%20SAKIT_1_.pdf
Keperawatan•Profesi unik, profesi yang menangani responmanusia dalam menghadapi masalah kesehatan,dan secara esensial menyangkut kebutuhandasar manusia•Intervensi keperawatanotonom atau kolaboratif dengan lingkup intervensi :Promotif,Preventif,Kuratif
Rehabilitatif
Praktek keperawatanadalah perwujudan profesi, dalam hal iniadalah
hubungan professional antara perawat-klien yangdidasarkan padakebutuhan
dasar klien
Unsur-unsur penting dalam keperawatan:1.Respon manusia terhadap masalah kesehatanbaik actual maupun potensial2.Kebutuhan dasar manusia, penyimpangan danupaya pemenuhannya klien3.Ketidak mampuan kl ien untuk memenuhikebutuhan dasarnya sendiri (self-care deficit).4.Meningkatnya kemampuan kl ien untukpemenuhan kebutuhan dasarnya sepanjangrentang sehat-sakit serta sepanjang daur kehidupan
Lingkup praktek KMB:bentuk asuhan keperawatan pada klien DEWASA yang mengalami gangguan fisiologisbaik yang sudah nyata atau terprediksi mengalami gangguan baik karena adanyapenyakit, trauma atau kecacatan.
Asuhan keperawatan KMB MeliputiPerlakuan terhadap individu untuk memperoleh kenyamananMembantu individu dalam meningkatkan danmempertahankan kondisi sehatnyaMelakukan pencegahanDeteksi dan mengatasi kondisi berkaitandengan penyakitMengupayakan pemulihan sampai kliendapatmencapai kapasitas produktif Praktek keperawatan medikal bedah menggunakanlangkah-langkah ilmiah ;Pengkajian bio-psiko-sosial-spiritualDiagnosa KeperawatanPerencanaanImplementasiEvaluasiKomponen-komponen Askep KMB->kliendalam merespon gangguan fisiologis :
1. Lingkup KlienKlien yang ditangani dalam praktek KMB->orangdewasa, dengan pendekatan“one-to-one basis”.Kategori“dewasa” berimplikasi pada perkembanganyang dijalani sesuai tahapannya.2. Lingkup Garapan Keperawatana. Lingkup GarapanLingkup garapan keperawatan medikal bedah adalah segala hambatan pemenuhankebutuhan dasar yang terjadi karena perubahan fisiologis pada satu atau berbagai sistem tubuh; serta modalitas dan berbagai upaya untuk mengatasinya. b. Basis IntervensiKetidakmampuan klien (dewasa) untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sendiri
Aspek Legal Etik Perawat1. AccountabilityPerawat bertanggung jawab dan bertanggung gugatterhadap segala tindakan yang dilakukan.2. ConfidentialityPerawat selelu menjaga kerahasiaan info yangberkaitan dengankesehatan pasien termasukinfo yang tertulis, verbal dsb.
Tanggung gugat professional memiliki tujuansebagai berikut:Untuk mengevaluasi praktisi professional barudan mengkaji ulang yang telah adaUntuk mempertahankan standar perawatankesehatanUntuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiranetis, dan pertumbuhan pribadipada pihak professional perawatan kesehatanUntuk memberikan dasar pengambilankeputusan etis3. Respect for autonomi (penentuan pilihan)Dengan menghargai hak autonomi berarti perawatmenyadari keunikaninduvidu secara holistik Setiapindividu harus memiliki kebebasan untuk memilihrencana mereka sendiri 4. Beneficience( do good)Beneficence berarti melakukan yang baik. Perawatmemiliki kewajiban untuk melakukan dengan baik,yaitu, mengimplemtasikan tindakan yangmengutungkan kliendan keluarga
5. Non-malefisience (tidak membahayakanklien)
Tugas yang dilakukan perawat tidakmenyebabkanbahaya bagi kliennya. Prinsip iniadalah prinsip dasar sebagaian besar kodeetik keperawatan 6. Justice (perlakuan adil)Prinsip keadilan menuntut perlakuan terhadaporang lain yang adil danmemberikan apa yangmenjadi kebutuhanan klien7. Fidelity (Setia)Prinsip kesetiaan menyatakan bahwa perawatharus memegang janji yang dibuatnya kepadaklien 8. Veracity (Kebenaran)Veracity mengacu pada mengatakan kebenaran. Prinsipmengatakan yangsebenarnya mengarahkan praktisiuntuk menghindari melakukan kebohongan padaklienatau menipu klien
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai
wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan
preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut
untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
Keperawatan medikal bedah sebagai cabang ilmu keperawatan juga tidak terlepas dari
adanya berbagai perubahan tersebut, seperti teknologi alat kesehatan, variasi jenis penyakit dan
teknik intervensi keperawatan. Adanya berbagai perubahan yang terjadi akan menimbulkan
berbagai trend dan isu yang menuntut peningkatan pelayanan asuhan keperawatan.
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membahas Trend dan Isu Keperawatan
Medikal Bedah serta Implikasinya terhadap Perawat di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
ISU LEGAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
A. Pengertian legal
Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
B. Dimensi legal
Perawat harus tahu tentang hukum yang mengatur praktiknya untuk memberikan kepastian bahwa keputusan & tindakan yang dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip hukum:
a) Kontrak dalam Praktek
Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara 2 atau lebih partai untuk mengerjakan atau tidak mengerjaka n.
b) Sebagai tenaga profesioanl yang mempunyai kemampuan memberi jasa keperawatan, askep tidak akan terwujud tanpa adanya pertemuan & kerja sama antara perawat, pihak yang mengerjakan perawat & pasien.
c) 2 jenis kontrak yang paling banyak dilakukan dalam keperawatan adalah kontrak antara perawat & institusi yang memperkerjakan perawat & kontrak antara perawat dengan klien.
d) UU yang mengatur hubungan kerja ini adl UU RI No 13 thn 2003.
e) Dalam konteks hukum kontrak sering disebut perikatan atau perjanjian.
Perikatan berarti mengikat orang yang satu terhadap orang yang lain.
Hal yang mengikat tersebut dapat berupa perbuatan, peristiwa & keadaan (Muhamad,1990).
Hukum perikatan diatur dalam Kitab UU perdata : pasal 1239 menyatakan bahwa perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena uu; pasal1234 bhw perikatan ditujukan untuk memberi sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu.
Kewajibanan yang harus dipenuhi dalam perikatan tersebut:
a) Perikatan dapat dikatakan sah bila memenuhi syarat (Muhammad,1990) :
(1) Ada persetujuan kehendak antara pihak2/ yg membuat perjanjian (consensus)
(2) Ada kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian (capacity).
(3) Ada suatu hal tertentu dan ada suatu sebab yang halal.
b) Kontrak kerja antara perawat & institusi kerja meliputi:
1) Gaji,
2) Jam kerja,
3) Asuransi kesehatan,
4) Ijin cuti dll.
c) Kontrak kerja antara perawat klien dilakukan sebelum pemberian asuhan keperawatan.
1) Kontrak pada dasarnya untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak yang bekerja sama.
2) Secara hukum kedua belah pihak dapat menggugat apabila rekanan kerjanya melanggar kontrak yang telah disepakati.
Melindungi perawat dari liabilitas.
a. Area Liabilitas
(1) Malpraktik
Malpraktik mengacu pada tindakan kelalaian yang dilakukan oleh seseorg yang terlibat dalam profesi atau pekerjaan yang sangat membutuhkan keterampilan teknis profesional
Unsur bukti malpraktik keperawatan :
(a) Tugas perawat terhadap klien untuk memberikan perawatan & mengikuti standar yang dapat diterima.
(b) Pelanggaran tugas yang dilakukan oleh perawat.
(c) Cedera yang terjadi pada klien.
(d) Hubungan kausal antara pelanggaran tugas & cedera yang disebabkan oleh pelanggaran tersebut.
Menurut IOM 44.000s/d98.000 kematian terjadi karena kesalahan medis setiap tahunnya(Kohn,2000). Berdasarkan laporan tersebut dibentuk sistem pelaporan kesalahan medis yang dimandatkan, termasuk pusat keamanan pasien nasional.
Sistem pelaporan & pasti keamanan bekerja sama untuk mengurangi kesalahan sistem.
Kesalahan adalah kegagalan menyelesaikan tindakan terencana sesuai dengan yang diharapkan atau penggunaan rencana yang salah untuk mencapai suatu tujuan (Kohn,2000).
Perawat bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, baik sebagai praktisi independen atau pegawai dari suatu institusi kesehatan.
(2) Dokumentasi
Menurut hukum, jika suatu tindakan tidak didokumentasikan, berarti pihak yang bertanggung jawab tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan.
Jika perawat tidak melaksanakan atau menyelesaikan suatu aktivitas atau mendokumentasikan secara tidak benar dapat dituntut melakukan kelalaian atau malpraktik. Dokumentasi keperawatan harus dapat dipercaya secara legal.
Dokumentasi dapat dipercaya bila memenuhi hal-hal sebagai berikut (Tappen, Weiss & Whitehead,2001) :
(a) Dilakukan pada periode waktu yang sama
(b) Akurat
(c) Jujur
(d) Tepat
Catatan medis klien adalah sebuah dokumentasi legal & dapat diperlihatkan di pengadilan sebagai bukti.
(3) Pendelegasian.
American Nurses Association Code for Nurses (1985) menyatakan perawat melatih penilaian berbasis informasi & menggunakan kompetensi & kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mendapatkan konsultasi, tanggung jawab & mendelegasikan aktivitas keperawatan kepada orang lain.
Perawat bertanggung gugat terhadap perawatan yang diberikan kepada klien meskipun perawatan tersebut telah didelegasikan ke bawahannya.
Pendelegasian adalah pemindahan wewenang ke individu yang kompeten untuk melaksanakan suatu tugas keperawatn tertentu dalam situasi tertentu (NCSBN, 1990)
Untuk mendelegasikan tugas secara aman perawat harus mendelegasikan dengan tepat & melakukan supervisi secara adekuat (Barter & Furmidge, 1994).
Komponen jaringan pengambilan keputusan untuk pendelegasian (NCSBN,1997) :
(a) Tingkat keparahan klien
(b) Tingkat kemampuan personel pembantu tak berlisensi
(c) Tingkat kemampuan perawat yang berlisensi
(d) Kemungkinan terjadi cedera
(e) Berapa kali keterampilan tersebut dilakukan oleh UAP
(f) Tingkat pengambilan keputsan yang dibutuhkan untuk aktivitas tersebut
(g) Kemampuan klien untuk perawatan diri
AACN (1990) merekomendasikan untuk mempertimbangkan 5 faktor yang mempengaruhi pendelegasian :
(a) Potensi terjadi bahaya
(b) Kerumitan tugas
(c) Pemecahan masalah dan inovasi yang diperlukan
(d) Hasil akhir yang tidak dapat diperkirakan
(e) Tingkat interaksi dengang klien yang dibutuhkan
(4) Persetujuan Tindakan (Informed Consent)
Persetujuan tindakan adalah kesepakatan yang dibuat oleh klien untuk menerima rangkaian terapi atau prosedur setelah informasi yang lengkap, termasuk resiko terapi dan fakta yang berkaitan dengan terapi tersebut telah diberikan oleh dokter.
Tanggung jawab perawat adalah menyaksikan pemberian persetujuan tindakan, yang meliputi hal-hal :
(a) Menyaksikan pertukaran antara klien dan dokter
(b) Memastikan bahwa klien benar-benar paham
(c) Menyaksikan klien menandatangani formulir persetujuan tindakan
(d) Jika perawat hanya menyaksikan tanda tangan klien dan tidak pertukaran informasi, perawat harus menulis “hanya menyaksikan tanda tangan” pada formulir.
3 unsur utama persetujuan tindakan :
(a) Persetujuan harus diberikan secara sukarela
(b) Persetujuan harus diberitahukan oleh individu yang memiliki kapasitas dan kompetensi untuk memahami
(c) Klien harus diberi cukup informasi agar dapat menjadi pengambil keputusan utama
(5) Insiden dan Manajemen Resiko
Laporan insiden adalah catatan institusi yang diwajibkan oleh jCAHO yang berisi insiden atau kejadian tidak biasa
Laporan insiden ditulis dengan tujuan :
(a) Memberikan data statistik tentang insiden
(b) Membantu personel kesehatan mencegah insiden di masa datang
Laporan insiden ditinjau oleh departemen manajemen resiko. Manajemen resiko bertugas untuk mengidentifikasi resiko, mengendalikan kejadian, mencegah dan mengendalikan liabilitas (Huber,2000)
(6) Surat Wasiat
Surat Wasiat adalah deklarasi seseorang tentang bagaimana properti orang tersebut dibagikan setelah kematiannya. Perawat dapat diminta menjadi saksi pembuatan surat wasiat. Jika perawat menyaksikan penandatanganan surat wasiat, perawat harus menulis catatan di catatan klien bahwa surat wasiat telah dibuat dan persepsi perawat mengenai kondisi fisik dan mental klien.
(1) Perintah Tidak Meresusitasi (DNR)
Dokter dapat membuat perintah tidak meresusitasi pada klien yang berada dalam tahap penyakit terminal atau mengharapkan kematian
ANA membuat rekomendasi mengenai program DNR sebagai berikut:
(a) Nilai dan pilihan klien yang kompeten harus selalu diberikan prioritas tertinggi
(b) Ketika klien tidak kompeten, surat pelimpahan kekuasaan atau wakil pembuat keputusan yang bertindak atas nama klien harus membuat keputusan tentang terapi perawatan kesehatan klien
Keputusan DNR harus selalu menjadi subjek pembahasan yang eksplisit antara klien, keluarga, setiap wakil pengambil keputusan yang ditunjuk yang bertindak atas nama klien & tim perawatan kesehatan klien. Perintah DNR harus secara jelas didokumentasikan. Jika bertentangan dengan keyakinan personal perawat untuk melakukan perintah DNR, perawat sebaiknya berkonsultasi dengan manajer perawat untik perubahan penugasan.
(2) Eutanasia
Eutanasia adalah tindakan tanpa rasa sakit yang menyebabkan kematian seseorang yang menderita penyakit yang tidak dapat disembuhkan
Eutanasia disebut pembunuhan dengan belas kasih (mercy killing)
Eutanasia ditinjau secara hukum adl perbuatan yang salah.
(3) Kematian dan Isu terkait
Isu legal di sekitar kematian mencakup pengeluaran sertifikat kematian, pelabelan jenazah, otopsi, donasi organ dan pemeriksaan penyebab kematian
Perawat memiliki tugas untuk menangani jenazah dengan penuh martabat dan memberi label jenazah dengan tepat.
(4) Tawar Menawar Kolektif
Tawar menawar kolektif adalah suatu proses pengambilan keputusan formal antara perwakilan manajemen dan perwakilan tenaga kerja untuk menegosiasikan gaji dan kondisi pekerjaan, termasuk jam kerja, lingkungan kerja dan keuntungan tambahan dari pekerjaan.
Pada tahun 1999 ANA mendirikan UAN sebagai serikat pekerja untuk perawat terdaftar di Amerikat Serikat.
Tawar menawar kolektif lebih dari sekedar negosiasi gaji dan jam kerja, tetapi ini adalah suatu proses kontinu yang dapat menangani masalah pekerjaan dan hubungan dari hari ke hari dengan cara demokrasi dan teratur.
Keluhan atau kesulitan sehari-hari ditangani melalui prosedur keluhan, suatu rencana formal yang di buat dalam kontrak.
B. KONSEP TELENURSING
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan pasien
sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara bagian di
Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang
menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara
bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing
masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan
umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek
keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan
keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam
merawat pasien adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan keuntungannya3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam berbagai
bidang yang meliputi:
a. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya
penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian
pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau
antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan,
jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat,
meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan
berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999).
Tetapi sistem ini justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam
menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit
tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di
Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik
informasi oleh tenaga keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.
b.Definisi :
Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan
sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan
atau komputer )
Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan tehnologi
informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan
dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa
perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang
medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan
pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit untuk
menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai peralatan
video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth)
B.Bagaimana aplikasi dan keuntungan telenursing
Aplikasi telenursing tersedia di rumah, rumah sakit, melalui telenursingcentre dan melalui
unit mobile. Telepon triage dan home care saat ini merupakan aplikasi yang tumbuh yang paling
cepat. Perawat home care menggunakan sistem yang memberikan ijin untuk melakukan
monitoring parameter fisiologi di rumah, seperti tekanan darah, glukosa darah, pernapasan, dan
menimbang berat badan, via internet. Melalui sistem video interaktif, pasien menghubungi
perawat bertugas dan menyusun suatu konsultasi melalui video untuk menunjukkan
permasalahan yang dihadapi; sebagai contoh, bagaimana cara mengganti balutan luka, memberi
suntikan hormon insulin atau mendiskusikan peningkatan nafas pendek (sesak nafas). Hal ini
sangat membantu orang dewasa dan anak-anak dengan kondisi-kondisi kronis dan macam-
macam penyakit yang melemahkan, terutama sekali mereka yang mempunyai cardiopulmonary
diseases.
Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam perawatan,
terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu memungkinkan perawat
untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat waktu dan memberikan dukungan secara
langsung (online). Kesinambungan pelayanan ditingkatkan dengan memberi kesempatan kontak
yang sering antara penyedia pelayanan kesehatan dan pasien dan keluarga-keluarga merek
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait dengan beberapa
faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia,
sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerah yang
penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapat
menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak
tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah hari
rawat dan jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.
Sama seperti telemedicine yang saat ini berkembang sangat luas yang telah diaplikasikan di
Amerika, Yunani, Israel, Jepang, Italia, Denmark , Belanda, Norwegia, Jordania dan India bahkan
Malaysia. Telenursing telah lama diaplikasikan di Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Inggris.
Di Amerika Serikat sendiri ANA (American Nurses Association) dalam dialog nasional
telemedicine/telehealth Agustus 1999, telah menganjurkan pengembangan analisa
komprehensif penggunaaan telehealth/telemedicine termasuk didalamnya telenursing.
Di Amerika Serikat 36% peningkatan kebutuhan perawat home care dalam 7 tahun
mendatang, dapat ditanggulangi oleh telenursing. Sedangkan di Inggris sendiri 15% pasien yang
dirawat di rumah (home care) dilaporkan memerlukan tehnologi telekomunikasi, dan sejumlah
studi di Eropa memperlihatkan sejumlah besar pasien mendapatkan pelayanan telekomunikasi
di rumah dengan telenursing Pasien tirah baring, pasien dengan penyakit kronik seperti
COPD/PPOM, DM, gagal jantung kongestif, cacat bawaan, penyakit degeneratif persyarafan
(Parkinson, Alzheimer, Amyothropic lateral sclerosis) dll, yang dirawat di rumah dapat
berkunjung dan dirawat secara rutin oleh perawat melalui videoconference, internet,
videophone, dsb. Atau pasien post op yang memerlukan perawatan luka, ostomi, dan pasien
keterbelakangan mental. Yang dalam keadaan normal seorang perawat home care hanya dapat
berkunjung maksimal 5 – 7 pasien perhari, maka dengan menggunakan telenursing dapat
ditingkatkan menjadi 12 – 16 pasien seharinya
Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS, peningkatan
jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata, dan
meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care). Aplikasi telenursing di
Denmark pada perawat yang bekerja di poliklinik (OPD – outpatient) yang mempertahankan
kontak dengan pasien melalui telepon, maka jumlah kunjungan ke RS, dan hari rawat berkurang
setengahnya. Di Islandia, dengan penduduk yang terpencar, pelayanan asuhan keperawatan
berbasis telepon dapat mensuport ibu yang kelelahan dan stress merawat bayinya. Dan
beberapa program telenursing dapat membantu mengurangi hipertensi pada ibu bersalin
dengan eklamsia. Bahkan di Irlandia utara telenursing untuk perawatan luka diabetik telah
menjadi alternatif pelayanan keperawatan untuk pasien penderita diabetik ulcer.
Aplikasi telenursing juga dapat diterapkan dalam model hotline/call centre yang dikelola
organisasi keperawatan, untuk melakukan triage pasien, dengan memberikan informasi dan
konseling dalam mengatur kunjungan RS dan mengurangi kedatangan pasien di ruang gawat
darurat. Telenursing juga dapat digunakan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan, telekonsultasi
keperawatan, pemeriksaan hasil lab dan uji diagnostik, dan membantu dokter dalam
mengimplementasikan protokol penanganan medis.
Telenursing saat ini semakin berkembang pesat di banyak negara, terkait denganbeberapa
faktor seperti mahalnya biaya pelayanan kesehatan, banyak kasus penyakit kronik dan lansia,
sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan di daerah terpencil, rural, dan daerahyang
penyebaran pelayanan kesehatan belum merata. Dan keuntungannya, telenursing dapatmenjadi
jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju), mengurangi jarak tempuh,
menghemat waktu tempuh menuju pelayanan kesehatan, mengurangi jumlah harirawat dan
jumlah pasien di RS, serta menghambat infeksi nosokomial.Telemedicine yang saat ini
berkembang sangat luas yang telah diaplikasikan di Amerika,Yunani, Israel, Jepang, Italia,
Denmark , Belanda, Norwegia, Jordania dan India bahkan Malaysia.
Telenursing telah lama diaplikasikan di Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan
diInggris.Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di
RS,peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas
danmerata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
Aplikasitelenursing di Denmark pada perawat yang bekerja di poliklinik (OPD)
outpatient) yangmempertahankan kontak dengan pasien melalui telepon, maka jumlah
kunjungan ke RS, danhari rawat berkurang setengahnya. Di Islandia, dengan penduduk yang
terpencar, pelayananasuhan keperawatan berbasis telepon dapat mensuport ibu yang kelelahan
dan stress merawatbayinya. Dan beberapa program telenursing dapat membantu mengurangi
hipertensi pada ibubersalin dengan eklamsia. Bahkan di Irlandia utara telenursing untuk
perawatan luka diabetik telah menjadi alternatif pelayanan keperawatan untuk pasien penderita
diabetik ulcer.
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan, etik dan kerahasiaan
pasiensama seperti telehealth secara keseluruhan. Dibanyak negara, dan di beberapa negara
bagiandi Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online
sebagaikoordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien
yangmenerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar
negarabagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan
telenursingmasih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya
Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang
berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor
tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak flow pernapasan
pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference, pasien dapat berkonsultasi dalam
perawatan luka,injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas.
Pada akhirnya telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga, terutama
dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat, cepat dan
dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan pasien yang
tidak terbatas.
Untuk dapat diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1. Faktor legalitas
Dapat didefinisikan sebagai otononi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang
mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan telenursing.
2. Faktor financial
Pelaksanaan telenursing membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya
sangat banyak. Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek
financial dalam pelaksanaan telenursing
3. Faktor Skill
Ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing. Perawat
dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing. Terlaksananya telenursing
sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill antara pasien dan perawat. Pengetahuan
tentang telenursing harus didasari oleh pengetahuan tehnologi informasi.
4. Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa ada
motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan
kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan dalam
merawat pasien adalah :
1. Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus tetap terjaga2. Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau telepon) dan keuntungannya3. Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email4. Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
Pelaksanaan telenursing di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh karena
keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya dukungan
pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa
dimulai dengan peralatan yang sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki oleh
masyarakat tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan atau
pelayanan keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat diaplikasikan di unit gawat darurat
dan home care. Di indonesia sendiri telenursing baru diterapkan disalah satu universitas negeri
terkemuka di Indonesia yakni Universitas Gajah Mada.
Menurut Britton, Keehner, Still & Walden 1999 ada beberapa keuntungan telenursing
adalah yaitu :
1. Efektif dan efisiensi dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi
kunjungan ke pelayanan kesehatan (dokter praktek, ruang gawat darurat, RS dan nursing home)
2. Dengan sumber daya minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis
3. Telenursing dapat mengurangi jumlah kunjungan dan masa hari rawat di RS
4. Dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis, tanpa memerlukan biaya dan
meningkatkan pemanfaatan tehnologi
5. Dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan
perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan. Telenursing dapat pula
digunakan dalam pembelajaran di kampus, video conference, pembelajaran online dan
multimedia distance learning. Ketrampilan klinik keperawatan dapat dipelajari dan dipraktekkan
melalui model simulasi lewat secara interaktif.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Telenursing adalah bagian integral dari telehealth2. Telenursing dapat digunakan untuk memberikan pelayanan keperawatan professional3. Telenursing dapat meningkatkan kemandirian dan kepuasan pasien serta partisipasi aktif keluarga4. Telenursing efektif digunakan dalam seting perawatan pasien yang mengalami penyakit kronis dan penyakit yang menyebabkan ketergantungan
DAFTAR PUSTAKA
http://nenesekaandriyana.blogspot.com/2011/10/isu-legal-dalam-praktek-keperawatan.html
http://google.com
http://findarticles. com/ p/ articles/mi_m0FSW/is_4_18/ai_n18610226
http://www.icn.ch/matters_telenursing.htm
http://www.inna-ppni.or.id/ index.php?name =News &file=article&sid=71
http://ara05.wordpress.com/2009/05/08/telenursing/
PERAN DAN FUNGSI PERAWATPeran Perawat :1. Peran sebagai pemberi Asuhan Keperawatan.Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan memeprhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bias direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.10 Faktor Asuhan dalam Keperawatan :1. Menunjukkan system nilai kemanusian dan altruisme.2. Memberi harapan dengan :- mengembangkan sikap dalam membina hubungan dengan klien- memfalitasi untuk optimis- percaya dan penuh harapan3. Menunjukkan sensivitas antara satu dengan yang lain.4. Mengembangkan hubungan saling percaya : komunikasi efektif, empati, dan hangat.5. Ekspresi perasaan positif dan negative melalui tukar pendapat tentang perasaan.6. Menggunakan proses pemecahan mesalah yang kreatif7. Meningkatkan hubungan interpersonal dan proses belajar mengajar8. Memeberi support, perlindungan, koreksi mental, sosiokultural dan lingkungan spiritual9. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia10. Melibatkan eksistensi fenomena aspek spiritual.
Kekuatan dalam Asuhan :1. Aspek TransformasiPerawat membantu klien untuk mengontrol perasaannya dan berpartisipasi aktif dalam asuhan.2. Integrasi asuhanEngintegrasikan individu ke dalam sosialnya.3. Aspek Pembelaan
4. Aspek penyembuhan Membatu klien memilih support social, emosional, spiritual.5. Aspek Partisipasi.6. Pemecahan masalah dengan metoda ilmiah.
1. Peran Sebagai Advokat ( Pembela) KlienPeran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam meninterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
2. Peran Sebagai EdukatorPeran ini dilakukan untuk :1. Meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan dan kemampuan klien mengatasi kesehatanya.2. Perawat memberi informasi dan meningkatkan perubahan perilaku klien3. Peran Sebagai KoordinatorPeran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.Tujuan Perawat sebagi coordinator adalah :a. Untuk memenuhi asuhan kesehatan secara efektif, efisien dan menguntungkan klien.b. Pengaturan waktu dan seluruh aktifitas atau penanganan pada klien.c. Menggunakan keterampilan perawat untuk :- merencanakan- mengorganisasikan- mengarahkan- mengontrol3. Peran Sebagai KolaboratorPerawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.4. Peran Sebagai KonsultanPeran disini adlah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.5. Peran Sebagai PembeharuPeran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.Peran perawat sebagai pembeharu dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya :- Kemajuan teknologi- Perubahan Lisensi-regulasi- Meningkatnya peluang pendidikan lanjutan- Meningkatnya berbagai tipe petugas asuhan kesehatan.
Selain peran perawat menurut konsorsium ilmu kesehatan, terdapat pembagian peran perawat menurut hasil lokakarya keperawatan tahun 1983 yang membagi menjadi 4 peran diantaranya peran perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, peran perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan, peran perawat sebagai pendidik dalam keperawatan serta peran perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan.--> Fungsi Perawat :1. Fungsi IndependenMerupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan tindakan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti pemenuhan kebutuhan fisiologis (pemenuhan kebutuhan oksigenasi, pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit, pemenhuan kebutuhan nutrisi, pemenuhan kebutuhan aktivitas, dan lain-lain), pemenuhan kebutuhan keamanan dan kenyamanan, pemenuhan kebutuhan cinta mencintai, pemenuhan kebutuhan harga diri dan aktualisasi diri.2. Fungsi DependenMerupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain. Sehingga sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat primer ke perawat pelaksana.3. Fungsi InterdependenFungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang ber sifat saling ketergantungan di antara tam satu dengan lainya fungsa ini dapat terjadi apa bila bentuk pelayanan membutuhkan kerjasama tim dalam pemberian pelayanan seperti dalam memberikan asuhan keperawatan pada penderaita yang mempunyai penyskit kompleks keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan juga dari dokter ataupun lainya, seperti dokter dalam memberikan tanda pengobatan bekerjasama dengan perawat dalam pemantauan reaksi obat yang telah di berikan.KeperawatanBentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yg komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yg menncakup seluruh proses kehidupan manusia.Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook