Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

18
Aspek Fisiologis Manusia dan Penerapannya dalam Perbaikan Sistem Kerja Definisi Fisiologi Fisiologi adalah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang fungsi normal dari suatu organisme mulai dari tingkat sel, jaringan, organ, sistem organ hingga tingkat organisme itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan fisiologi adalah cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat hidup (organ, jaringan, atau sel). Menurut kedua definisi tersebut bias disimpulkan bahwa fisiologi adalah fungsi kerja yang meliputi fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk hidup (http://fkuii.org/tiki-index,php?page=ilmu+fisiologi). Fisiologi dapat digunakan dalam berbagai metode ilmiah untuk mempelajari sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseleruhan menjalankan fungsi fisik ddan kimiawinya untuk mendukung kehidupan. Menurut objek kajiannya dikenal fisiologi manusia, fisiologi hewan, dan fisiologi tumbuhan. Prinsip fisiologi bersifat universal yaitu tidak bergantung pada jenis organisme yang dipelajari. (http://id.wikipedia.org/wiki/fisiologi)

Transcript of Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

Page 1: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

Aspek Fisiologis Manusia dan Penerapannya dalam

Perbaikan Sistem Kerja

Definisi Fisiologi

            Fisiologi adalah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari tentang fungsi

normal dari suatu organisme mulai dari tingkat sel, jaringan, organ, sistem organ hingga

tingkat organisme itu sendiri. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mendefinisikan

fisiologi adalah cabang biologi yang berkaitan dengan fungsi dan kegiatan kehidupan

atau zat hidup (organ, jaringan, atau sel).

            Menurut kedua definisi tersebut bias disimpulkan bahwa fisiologi adalah fungsi

kerja yang meliputi fungsi mekanik, fisik, dan biokimia dari makhluk

hidup (http://fkuii.org/tiki-index,php?page=ilmu+fisiologi).

            Fisiologi dapat digunakan dalam berbagai metode ilmiah untuk mempelajari sel,

jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseleruhan menjalankan fungsi

fisik ddan kimiawinya untuk mendukung kehidupan. Menurut objek kajiannya dikenal

fisiologi manusia, fisiologi hewan, dan fisiologi tumbuhan. Prinsip fisiologi bersifat

universal yaitu tidak bergantung pada jenis organisme yang

dipelajari. (http://id.wikipedia.org/wiki/fisiologi)

Manusia dalam suatu sistem bekerja dan berinteraksi dalam suatu lingkungan,

dan dalam perspektif ergonomi keterkaitan dan interaksi antara manusia dan

lingkungannya dikenal dengan istilah Environmental Ergonomicsatau ergonomi

lingkungan. Wignjosoebroto (2008) menjelaskan bahwa manusia sebagai makhluk

sempurna tetap tidak luput dari kekurangan, dalam arti segala kemampuannya masih

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor faktor tersebut dapat berasal dari diri sendiri

(intern), dapat juga dari pengaruh luar (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar

adalah kondisi lingkungan kerja, yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat

kerja seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lainlain. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh

secara signifikan terhadap hasil kerja manusia. Parson (2000) mengemukakan bahwa

Page 2: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

pada prinsipnya ergonomi lingkungan mencakup kondisi sosial, kondisi psikologis,

budaya dan organisasi dari lingkungan. Kesemuanya ini akan membahas bagaimana

reaksi manusia terhadap kondisi lingkungan kerja yang akan memberikan respon

psikologis dan respon fisiologis sehingga dalam perancangan produk yang sering

digunakan di lingkungan kerja yang ekstrim, dapat memperhitungkan factor

lingkungannya, dan dalam kehidupan bahwa antara lingkungan fisik dan manusia saling

mempengaruhi. Furnace area atau tungku peleburan merupakan area kerja yang

memiliki risiko besar terjadinya heat stress karena lingkungan kerja yang penuh risiko

dengan temperatur yang tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi durasi kerja dan 2

beban kerja itu sendiri. Penggunaan pakaian pelindung diri dengan standar yang lebih

tinggi menjadi suatu keharusan untuk area kerja ini. Setelan pakaian pelindung diri

harus cocok dengan kondisi lingkungan, khususnya terhadap temperatur yang yang akan

mempengaruhi heat stress. Heat stress yang terusmenerus akan berpotensi menjadi

penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Pulat (1992) bahwa reaksi fisiologis

tubuh (heat strain) karena peningkatan temperatur udara di luar comfort zone adalah

vasodilatasi, denyut jantung meningkat, temperatur kulit meningkat, suhu inti tubuh

pada awalnya turun kemudian meningkat. Suhu lingkungan kerja yang tinggi

menyebabkan temperatur tubuh pekerja meningkat selanjutnya akan mengakibatkan

tekanan panas (heat stress) pada pekerja sehingga akan mempengaruhi produktivitas

pekerja.

Di lingkungan kerja yang ekstrim, pakaian pelindung diri atau personal

protective clothing (PPC) dijadikan sebagai salah satu faktor penting untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja. Performansi pekerja ketika menggunakan PPC menjadi hal

penting untuk dikaji McLellan (2006) melakukan sebuah penelitian terkait dengan

penurunan range of motion (ROM) pekerja ketika menggunakan pakaian pengaman

(safety wear) pada pemadam kebakaran, pekerja pengolahan limbah, tentara, dan untuk

pekerja yang penuh risiko lainnya dengan suhu ekstrim 40oC. Kemudian, banyak

penelitian yang terkait dengan evaluasi PPC terhadap lingkungan kerja. Adams et al,

(1994) mulai mencari keterkaitan antara efek pakaian kerja dengan performansi pekerja

itu sendiri, meskipun didapatkan kesimpulan bahwa masih cukup sulit untuk

memprediksikan keterkaitan antara efek dari pakaian kerja dengan performansi pekerja.

Namun penelitian tersebut memperkenalkan sebuah kerangka penelitian tentang

Page 3: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

hubungan antara lingkungan, pakaian kerja, dan performansi kerja. Kang et al, (2001)

membuat pemodelan lingkungan panas dan respon manusia pada daerah iklim tropis

yang berguna untuk desain dan evaluasi lingkungan bangunan non AC (non air

conditioned building environments). Penelitian tentang lingkungan panas juga dilakukan

Muflichatun (2006),dalam penelitiannya tersebut menyatakan bahwa ada hubungan

antara tekanan panas (heat stress) dengan produktifitas dan denyut nadi. Tekanan panas

pada pekerja dapat dikendalikan dengan memperbaiki lingkungan kerja 3 perusahaan

atau dengan melakukan perbaikan pada seragam pekerja. Holmer (2006) dalam

penelitiannya berpendapat bahwa PPC di lingkungan kerja yang panas sangat erat

kaitannya dengan heat stress serta berpengaruh pada performansi pekerja yang

diakibatkan oleh pengaruh lingkungan panas dan ketidaknyamanan dari PPC itu sendiri.

Lingkungan kerja yang ekstrim tidak hanya area peleburan pada pabrik tertentu, tapi

bagi mereka yang bekerja di sebagai petugas pemadam kebakaran juga erat dengan

terjadinya heat stress. Mclellan (2006) mengevaluasi pengaruh tekanan panas pada

pakaian pelindung selama operasi pemadam kebakaran. Gasperin (2008) merancang

sebuah model untuk mengevaluasi pakaian pelindung diri anti api yang melakukan

protocol test (simulation) dengan menggunakan manekin untuk menguji ketahanan

pakaian pelindung diri yang tahan api. Raimundo dan Figueiredo (2009) telah membuat

suatu pedoman yang berguna tentang penentuan pengaruh sifat-sifat pakaian pelindung

diri selama operasi pemadaman kebakaran. Dari beberapa penelitian ini, terdapat

beberapa kesimpulan yang sama yaitu tekanan panas pada pekerja akan mempengaruhi

performansi pekerja dan juga mempengaruhi kesehatan pekerja itu sendiri. Penelitian

terkait dengan lingkungan kerja juga diteliti oleh Furtado et al. (2007), penelitian

tersebut juga melakukan sebuah eksperimen dengan mengukur performansi pekerja

yang bekerja di lingkungan yang panas (trial outdoors) dan yang bekerja di dalam

ruangan. Dari kedua lingkungan yang berbeda ini, tolak ukur penelitian adalah

bagaimana performansi pekerja ketika menggunakan PPC dan tidak menggunakan PPC

pada dua lingkungan kerja yang berbeda. Penelitian ini melakukan pendekatan fisiologi

kerja yang menganalisa performansi pekerja dengan mengukur denyut jantung (HR).

Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Kim et al. (2007) dengan kondisi lingkungan

yang dingin. Penelitian Kim et al. (2007) focus pada analisis beban kerja dalam

pemindahan material dari satu tempat ke tempat yang lain sesuai dengan skenario

Page 4: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

eksperimen. Dari hasil eksperimen yang dilakukan didapatkan kesimpulan bahwa

performansi manusia akibat lingkungan yang dingin, akan mempengaruhi beban

kerjanya dan mempengaruhi respon fisiologis manusia. Di India, juga dilakukan

pengukuran beban kerja dengan mengambil sampel dari pekerja bangunan yang

berjenis4 kelamin perempuan. Penelitian Maiti (2008) ini melakukan pengukuran

langsungdimana yang menjadi pelaku eksperimen adalah para pekerja tersebut. Kondisi

kerja yang manual dan tanpa pakaian pelindung diri merupakan aspek utama dalam

penelitian Maiti (2008). Ketika beberapa peneliti sebelumnya melakukan penelitian

dengan melakukan studi eksperimen fisiologi kerja, lain halnya dengan Tian et al.

(2011). Pada penelitian Tian et al. (2011) mengkombinasikan aspek fisiologi kerja dan

psikologi kerja dari manusia. Untuk aspek fisiologis kerja, penelitian tersebut

melakukan eksperimen seperti penelitian lainnya, dan untuk aspek psikologis kerja akan

diberikan kuisioner kepada responden terkait respon mereka terhadap lingkungan panas.

Dari beberapa penelitian tersebut di atas sangat erat kaitannya dengan keselamatan dan

kesehatan kerja karyawan yang berada di lingkungan ekstrim tertentu. Outdoor

activities dan juga pemadaman kebakaran merupakan beberapa dari sekian banyak

contoh lingkungan kerja yang memiliki suhu di atas normal. Namun, dari pemaparan di

atas, belum ditemui adanya penelitian yang memfokuskan pada lingkungan pabrik,

khususnya di area peleburan. Mereka yang bekerja di area peleburan, akan berada di

area dengan suhu yang panas dalam waktu yang cukup lama sesuai dengan shift kerja

mereka. Sehingga, kondisi kesehatan pekerja akan erat kaitannya dengan keselamatan

pekerja, dengan mengidentifikasi potensi bahaya dalam satu lingkungan kerja maka

dapat mengurangi risiko penyakit hyperthermia. Sehingga, untuk mencapai tingkat

keselamatan kerja atau yang biasa dikenal dengan istilah zero accident diperlukan

kontribusi yang besar antara perusahaan dan karyawan. Beranjak dari ide penelitian

Furtado et al. (2007), Kim et al. (2007), Maiti (2008), dan Tian et al. (2011), tentang

analisis keterkaitan antara lingkungan kerja, beban kerja, fisiologis kerja, psikologis

kerja, pakaian pelindung, maka penelitian tesis ini akan merancang model penliaian

potensi personal protective clothing (PPC) dalam mempengaruhi kinerja karyawan pada

lingkungan kerja ekstrim.

Page 5: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

Jenis-jenis kerja

Terdapat macam-macam jenis kerja di dalam fisiologi, jenis-jenis kerja tersebut

ada terbagi dua yaitu kerja fisik (otot) dan kerja mental. Berikut penjelasan cirri-ciri

kedua jenis kerja:

1.  Kerja Fisik (otot)                       

  Kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber tenaganya.

Menurut Davis dan Miller kerja fisik ada tiga macam yaitu:

a.       Kerja total seluruh tubuh: melibatkan 2/3 atau ¾ otot tubuh.

b.      Kerja sebagian otot: otot digunakan lebih sedikit.              

c.       Kerja otot statis: menghasilkan gaya kontraksi otot.

Secara umum, kerja fisik dibagi menjadi dua bagian yaitu kerja statis dan kerja

dinamis. Berikut ini perbedaan antara kedua kerja tersebut:

a.       Kerja statis yaitu tidak menghasilkan gerak, kontraksi otot bersifat isometris,

kelelahan lebih cepat terjadi.

b.      Kerja dinamis yaitu menghasilkan gerak, kontraksi otot bersifat isotonos dan

ritmis, kelelahan relatif agak lama terjadi.

Metode pengukuran kerja fisik adalah:

a.       Konsep Horse Power oleh taylor.

b.      Tingkat konsumsi energi untuk mengukur pengeluaran energi.

c.       Perubahan tingkat kerja jantung dan konsumsi oksigen.

2.   Kerja Mental

Merupakan kerja yang melibatkan proses berfikir dari otak dan pengeluaran

energinya relatif lebih sedikit dari kerja fisik. Menurut Tiffin ada tiga criteria-kriteria

untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja,

yaitu:

a.       Kriteria Faali

Kriteria faali meliputi: kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan darah,

tingkat penguapan, temperatur tubuh, komposisi kimiawi dalam darah dan air seni.

Kriteria ini digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh.

Page 6: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

b.      Kriteria Kejiwaan

Kriteria kejiwaan meliputi; pengujian tingkat kejiwaan pekerja, seperti tingkat

kejenuhan, emosi, motivasi, sikap dan lain-lain. Kriteria kejiwaan ini digunakan

untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama bekerja.

c.       Kriteria Hasil Kerja

Kriteria hasil keja meliputi: hasil kerja yang diperoleh dari pekerja. Kriteria ini

digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh kondisi kerja dengan melihat hasil

keja yang diperoleh dari pekerja tersebut.

Fisiologi Kerja

Setiap kegiatan yang berlangsung pada diri manusia membutuhkan energy.

Kemampuan manusia untuk melakukan berbagai kegiatan tergantung pada struktur fisik

dari tubuhnya sendiri, struktur tulang, otot-otot rangka, system saraf dan proses

metabolism. Dua ratus enam tulang membentuk rangka manusia yang berfungsi

menopang dan melakukan kegiatan-kegiatan fisik. Tulang-tulang tersebut saling

berhubungan dengan sendi-sendi yang merupakan gumpalan-gumpalan serabut otot

yang dapat berkontraksi. Fungsi dari serabut otot adalah untuk mengubah energy kimia

menjadi energy mekanik. Kegiatan-kegiatan otot dikontrol oleh system saraf sedemikian

rupa sehingga kerja otot secara keseluruhan dapat berlangsung dengan baik.

Untuk melakukan semua kegiatan manusia diperlukan suplai energy. Energy

terbentuk karena adanya proses metabolism dalam otot, yaitu berupa serangkaian proses

kimia yang mengubah bahan makanan menjadi dua bentuk energy : energy mekanis dan

energy panas

Aktivitas otot akan mengubah fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh sebagai berikut :

Denyut jantung

Tekanan darah

Keluaran/output jantung (liter darah/menit

Komposisi kimia dalam darah dan tubuh

Temperature tubuh

Laju penguapan

Ventilasi paru-paru

Page 7: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

Konsumsi oksigen oleh otot

Proses Metabolisme

Proses metabolisme yang terjadi dalam tubuh manusia merupakan fase yang

penting sebagai penghasil energy yang diperlukan untuk kerja fisik.

Proses metabolisme ini bias dianalogikan dengan proses pembakaran yang kita

jumpai dalam mesin motor bakar (combustion engine). Lewat proses metabolis

akan dihasilkan pandas dan energy yang diperlukan untuk kerja mekanis lewat

system otot manusia. Disini zat-zat makanan akan bersenyawa dengan oksigen

(O2) yang dihirup, terbakar dan menimbulkan panas serta energy mekanik

Pengukuran konsumsi energy

Kerja fisik mengakibatkan pengeluaran energi yang berhubungan erat dengan

konsumsi energi. Konsumsi energi pada waktu kerja biasanya ditentukan dengan cara

tidak langsung, yaitu dengan pengukuran tekanan darah, aliran darah, komposisi kimia

dalam darah, temperatur tubuh, tingkat penguapan dan jumlah udara yang dikeluarkan

oleh paru-paru. Dalam penentuan konsumsi energi biasa digunakan parameter indeks

kenaikan bilangan kecepatan denyut jantung. Indeks ini merupakan perbedaan antara

kecepatan denyut jantung pada waktu kerja tertentu dengan kecepatan denyut jantung

pada saat istirahat.

Untuk merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan heart

rate (denyut jantung), dilakukan pendekatan kuantitatif hubungan antara energy

expediture dengan kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisa regresi.

Bentuk regresi hubungan energi dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah

regresi kuadratis dengan persamaan sebagai berikut :

Y=1 ,80411−0 , 0229038 X+4 , 71733.10−4 X2

Dimana:

Y : Energi (kilokalori per menit)

X : Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Setelah besaran kecepatan denyut jantung disetarakan dalam bentuk energi,

maka konsumsi energi untuk kegiatan kerja tertentu bisa dituliskan dalam bentuk

matematis sebagai berikut :

Page 8: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

KE = Et – Ei

Dimana :

KE : Konsumsi energi untuk suatu kegiatan kerja tertentu (kilokalori/menit)

Et : Pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (kilokalori/menit)

Ei : Pengeluaran energi pada saat istirahat (kilokalori/menit)

Terdapat tiga tingkat energi fisiologi yang umum : Istirahat, limit kerja aerobik,

dan kerja anaerobik. Pada tahap istirahat pengeluaran energi diperlukan untuk

mempertahankan kehidupan tubuh yang disebut tingkat metabolisis basah. Hal tersebut

mengukur perbandingan oksigen yang masuk dalam paru-paru dengan karbondioksida

yang keluar. Berat tubuh dan luas permukaan adalah faktor penentu yang dinyatakan

dalam kilokalori/area permukaan/jam. Rata-rata manusia mempuanyai berat 65 kg dan

mempunyai area permukaan 1,77 meter persegi memerlukan energi sebesar 1

kilokalori/menit.

Kerja disebut aerobik bila suply oksigen pada otot sempurna, sistem akan

kekurangan oksigen dan kerja menjadi anaerobik. Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas

fisiologi yang dapat ditingkatkan melalui latihan. Aktivitas dan tingkat energi dan

Klasifikasi beban kerja dan reaksi fisiologis terlihat pada tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Aktivitas Dan Tingkat Energi

ENERGI

(Kkal/menit)1 2.5 5 7.5 10

DETAK

JANTUNG

(per menit)

60 75 100 125 150

OKSIGEN

(liter/menit)0.2 0.5 1 1.5 2

Metabolis

me basahKerja ringan

Jalan

(6.5kph)Kerja berat Naik Pohon

Istirahat DudukAngkat roda

100 kg

Membuat

tungku

TidurMengendarai

Mobil

Bekerja

ditambang

Jalan di

Bulan

Page 9: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

Tabel 2. Klasifikasi Beban Kerja Dan Reaksi Fisiologis

Tingkat

Pekerjaan

Energy Expenditure Detak JantungKonsumsi

Energi

Kkal / menit Kkal / 8jam Detak / menit Liter / menit

Undully Heavy >12.5 >6000 >175 >2.5

Very Heavy 10.0 – 12.5 4800 – 6000 150 – 175 2.0 – 2.5

Heavy 7.5 – 10.0 3600 – 4800 125 – 150 1.5 –2.0

Moderate 5.0 – 7.5 2400 – 3600 100 – 125 1.0 – 1.5

Light 2.5 – 5.0 1200 – 2400 60 – 100 0.5 – 1.0

Very Light < 2.5 < 1200 < 60 < 0.5

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

Konsumsi energi dapat diukur secara tidak langsung dengan mengukur konsumsi

oksigen. Jika satu liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan mendapatkan

4,8 kcal energi.

T(B – S)

Dimana :

R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)

T : Total waktu kerja dalam menit

B : Kapasitas oksigen pada saat kerja (liter/menit)

S : Kapasitas oksigen pada saat diam (liter/menit)

Konsumsi energi berdasarkan denyut jantung (heart rate)

Jika denyut nadi dipantau selama istirahat, kerja dan pemulihan, maka recovery

(waktu pemulihan) untuk beristirahat meningkat sejalan dengan beban kerja. Dalam

keadaan yang ekstrim, pekerja tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup sehingga

mengalami kelelahan yang kronis. Murrel membuat metode untuk menentukan waktu

istirahat sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik :

R=

T (W −S )W−1,5

Dimana :

R : Istirahat yang dibutuhkan dalam menit (Recoveery)

B – 0,3R =

Page 10: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

T : Total waktu kerja dalam menit

W : Konsumsi energi rata-rata untuk bekerja dalam kkal/menit

S : Pengeluaran energi rata-rata yang direkomendasikan dalam kkal/menit

(biasanya 4 atau 5 Kkal/menit)

Menentukan Waktu Standar Dengan Metode Fisiologis

Pengukuran fisiologi dapat dipergunakan untuk membandingkan cost energy

pada suatu pekerjaan yang memenuhi waktu standar, dengan pekerjaan serupa yang

tidak standard, tetapi perbandingan harus dibuat untuk orang yang sama. hasilnya

mungkin beberapa orang yang memiliki performansi 150% hingga 160% menggunakan

energi expenditure sama dengan orang yang performansinya hanya 110% sampai 115%.

Waktu standar ditentukan untuk tugas, pekerjaan yang spesifik dan jelas definisinya. Dr.

Lucien Brouha telah membuat tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi fisiologi, untuk

menentukan berat ringannya suatu pekerjaan, seperti terlihat pada tabel 3..

Tabel 3. Jenis Pekerjaan Dengan Konsumsi Oksigen

WORK LOAD

OXYGEN

CONSUMPTION

(Liter/Minute)

ENERGY

EXPENDITURE

(Calories/minute)

HEART RATE

DURING WORK

(Beats per minute)

Light 0.5 – 1.0 2.5 – 5.0 60 – 100

Moderate 1.0 – 1.5 5.0 – 7.5 100 – 125

Heavy 1.5 – 2.0 7.5 – 10.0 125 – 150

Very Heavy 2.0 – 2.5 10.0 – 12.5 150 - 175

Fatique

Fatique adalah suatu kelelahan yang terjadi pada syaraf dan otot-otot manusia

sehingga tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut

industri adalah pengaruh dari kerja pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung

untuk mengurangi kecepatan kerja mereka atau menurunkan kualitas produksi, atau

kedua-duanya dari performansi optimum seorang operator. Cakupan dari kelelahan,

yaitu :

1. Penurunan dalam performansi kerja

Pengurangan dalam kecepatan dan kualitas output yang terjadi bila melewati suatu

periode tertentu, disebut industry fatique.

Page 11: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

2. Pengurangan dalam kapasitas kerja

perusakan otot atau ketidakseimbangan susunan saraf untuk memberikan stimulus,

disebut Psikologis fatique

3. Laporan-laporan subyektif dari pekerja

Berhubungan dengan perasaan gelisah dan bosan, disebut fungsional fatique.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fatique adalah besarnya tenaga yang

dikeluarkan, kecepatan, cara dan sikap melakukan aktivitas, jenis kelamin dan umur.

Fatique dapat diukur dengan :

a. Mengukur kecepatan denyut jantung dan pernapasan

b. Mengukur tekanan darah, peredaran udara dalam paru-paru, jumlah oksigen yang

dipakai, jumlah CO2 yang dihasilkan, temperatur badan, komposisis kimia dalam

urin dan darah

c. Menggunakan alat uji kelelahan Riken Fatique.

d. Kelelahan otot adalah kelelahan yang terjadi karena kerja otot dengan adanya

aktivitas kontraksi dan relaksasi. Tipe aktivitas otot oleh Ryan dalam Work &

Effort adalah:

1.   Pengeluaran sejumlah energi secara cepat.

2.   Pekerjaan yang dilakukan secara teru-menerus.

3.   Pekerjaan setempat atau lokal yang terus-menerus berulang dengan pengeluaran

energi setempat yang besar.

4.   Sikap yang dibatasi (kerja statis).

e. Kelelahan secara umum juga sering dirasakan pada setiap aktivitas yang dilakukan.

Kelelahan umum ditandai dengan berbagai kondisi antara lain:

1.   Kelelahan visual (indera penglihatan) disebabkan oleh illuminasi, luminasi,

seringnya akomodasi mata.

2.   Kelelahan seluruh tubuh.

3.   Kelelahan mental.

4.   Kelelahan urat saraf.

5.   Stress (pikiran tegang).

6.   Rasa malas bekerja.

Page 12: Aspek Fisiologis Manusia Dan Penerapannya Dalam Perbaikan Sistem Kerja

Untuk lebih jelas mengenai fatique dapat dibaca pada buku Motion & Time Study:

Design & measurement of Work, Barnes Ralph, 1980