ASPEK BUDIDAYA

11
2. ASPEK-ASPEK USAHA BUDIDAYA UDANG 2.1. Aspek Produksi Bisnis perikanan, seperti juga bisnis lainnya perlu menerapan menejemen produksi. Tujuannya agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Aspek produksi ini mencakup hal-hal mengenai persiapan, proses produksi, panen dan pasca panen 2.1.1. Persiapan Tambak Persiapan tambak merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya udang, terutama penerapan teknologi intensif dan semi intensif yang banyak memberikan input khususnya pakan buatan kedalam petakan tambak, sisa pakan dan kotoran udang menyebabkan tanah dasar petakan menjadi rusak dan perlu perbaikan sebelum periode pemeliharaan selanjutnya (Departemen Pertanian, 1990). 1. Pengeringan, Penjemuran, dan Pengolahan Tanah

description

Bisnis perikanan, seperti juga bisnis lainnya perlu menerapan menejemen produksi. Tujuannya agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Aspek produksi ini mencakup hal-hal mengenai persiapan, proses produksi, panen dan pasca panen

Transcript of ASPEK BUDIDAYA

4

PAGE 9

2. ASPEK-ASPEK USAHA BUDIDAYA UDANG

2.1. Aspek Produksi

Bisnis perikanan, seperti juga bisnis lainnya perlu menerapan menejemen produksi. Tujuannya agar dapat mengarahkan usaha produksi sehingga memperoleh hasil yang terbaik. Aspek produksi ini mencakup hal-hal mengenai persiapan, proses produksi, panen dan pasca panen

2.1.1. Persiapan Tambak

Persiapan tambak merupakan salah satu penentu keberhasilan budidaya udang, terutama penerapan teknologi intensif dan semi intensif yang banyak memberikan input khususnya pakan buatan kedalam petakan tambak, sisa pakan dan kotoran udang menyebabkan tanah dasar petakan menjadi rusak dan perlu perbaikan sebelum periode pemeliharaan selanjutnya (Departemen Pertanian, 1990).

1. Pengeringan, Penjemuran, dan Pengolahan Tanah

Pengeringan dilakukan selama 10 - 14 hari atau sampai tanah retak-retak sedalam 2 - 3 cm, namun dijaga tidak sampai lapisan permukaan tanah berdebu. Kemudian lapisan atas tanah dibalik setebal 20 cm dan dijemur kembali. Jika terdapat endapan lumpur hitam sisa pakan pada pemeliharaan sebelumnya diangkat dan dibuang keluar petakan. Tujuan pengeringan dan pengolahan tanah dasar ini adalah untuk mempercepat dekomposisi bahan organisasi dan membunuh hama/penyakit (Departemen Pertanian, 1990).

2. Pengapuran

Pengapuran dilakukan untuk meningkatkan pH tanah dasar yang pada umumnya menurut akibat dekomposisi bahan organik yang berakumulasi. Pengapuran juga dapat membrantas hara dan bibit penyakit yang terdapat dalam tanah dasar. Kapur yang digunakan dapat berupa kapur pertanian (kaptan), kapur tohor ataupun jenis yang lain dosis antara 1000 - 2000 kg per hektar (Sunaryanto, 1990).

3. Pengendalian Hama

Dalam kegiatan pengendalian hama ini, tanah dasar direndam air sedalam 10 cm. kemudian disebarkan saponin (bungkil biji teh) 10 15 kg (Direktorat Jendral Perikanan, 1991).2.1.2. Proses Produksi

Proses produksi/pemeliharaan udang di tambak dilakukan selama ( 4 bulan masa pemeliharaan. Adapun proses produksi udang di tambak, sebagai berikut :

1. Penebaran Benur

Penebaran benur harus dilakukan dengan hati-hati, dan perlakuan ini diterapkan pada semua tingkat teknologi pemeliharaan. Aklimatisasi suhu dilakukan dengan mengapungkan kantong-kantong benur pada petakan tambak sampai dengan suhu air dalam kantong sama dengan suhu air dalam petakan tambak. Sambil menunggu suhu air beraklimasi secara perlahan, dapat dilakukan penghitungan benur pada salah satu kantong yang diambil sebagai sampel. Tutup kantong kemudian dibuka dan air dari petakan dimasukan sedikit demi sedikit ke dalam kantong untuk aklimasi salinitas. Setelah kantong penuh, kemudian dimiringkan, ditunggu sampai benur keluar sendiri dari dalam kantong yang menandakan bahwa aklimasi telah sempurna. Seluruh benur dituangkan ke dalam tambak (Departemen Pertanian, 1990).

2. Pengelolaan Air

Agar pelaksanaan budidaya udang windu dengan sistem semi intensif dan intensif bisa berhasil dengan baik, maka salah satu faktor yang dipandang perlu untuk dilaksanakan adalah melalui pengelolaan kualitas air secara baik. Pemantauan kualitas air dilakukan setiap hari, agar jika terjadi sesuatu dapat segera ditangani. Jika terjadi bloming planton misalnya, yaitu yang terpantau dari tingkat kecerahan kurang dari 25 cm, segera dilakukan penggantian air dan penghidupan kincir. Sebaliknya jika plankton tidak tambah dengan baik atau kecerahan air lebih dari 40 cm, dilakukan pemupukan susulan Urea dan TSP sebanyak 10 - 15 % pemupukan awal (Sunaryanto, 1990).

3. Pengelolaan Pakan

Budidaya udang intensif, memberikan seluruh makanan udangnya dalam bentuk makanan buatan (pellet). Makanan buatan pabrik didapatkan secara impor (terutama Taiwan), dibuat didalam negeri dengan lisensi ataupun memamng merupakan produksi dalam negeri. Dosis dan frekuensi pemberiannya umumnya sudah tertera dalam kemasan pakan (Departemen Pertanian, 1990).

2.1.3. Panen dan Pasca PanenPanen udang dilakukan, bila calon pembeli sudah sepakat untuk mengangkut udang pada hari yang disetujui bersama. Pembeli biasanya minta diperlihatkan dulu bagaimana keadaan udang dalam tambak dengan cara dijala dulu. Setelah harga disepakati baru beberapa hari kemudian sesuai dengan kesepakatan udang segera dipanen. Pemanen udang biasanya dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Udang harus ditangkap dengan cepat dan efisien, agar tidak banyak yang rusak karena terlalu lama digiring dengan lumpur dan terlalu lama pula dibiarkan menunggu pengangkutan (Soeseno, 1988).

2.2. Aspek Keuangan

A.Biaya Investasi

1.Sewa Tanah Tambak (2 musim)3Ha Rp 2.500.000 Rp 7.500.000

2.Peralatan

a.Pompa air tawar1unit Rp 300.000 Rp 300.000

b.Genset Changfa 12 HP 5000 watt1unit Rp 5.250.000 Rp 5.250.000

c.Mesin diesel 12 HP/Dongfeng7unit Rp 1.500.000 Rp 10.500.000

d.Peralatan dapur1unit Rp 750.000 Rp 750.000

e.Jaringan listrik5set Rp 1.500.000 Rp 7.500.000

f.Peralatan tambak3set Rp 2.500.000 Rp 7.500.000

g.Lampu sorot4buah Rp 250.000 Rp 1.000.000

Jumlah Rp 32.800.000

3.Bangunan

a.Rumah jaga3unit Rp 1.500.000 Rp 4.500.000

b.Kantor dan ruang pertemuan1unit Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

c.Rumah generator3unit Rp 1.000.000 Rp 3.000.000

d.Rumah pompa air3unit Rp 1.000.000 Rp 3.000.000

Jumlah Rp 12.500.000

Jumlah Total Rp 52.800.000

B.Biaya Tetap

1.Penyusutan

a.Tambak Rp 7.500.000

b.Peralatan Rp 3.280.000

c.Bangunan Rp 5.280.000

Jumlah Rp 16.060.000

2.Cicilan modal investasi

10 % x Rp. 52.800.000,- Rp 5.280.000

3.Bunga modal usaha

14,4 % x Rp. 140.600.000,- Rp 20.246.400

Jumlah Rp 41.586.400

C.Biaya Tidak Tetap/Musim

1.Benur = 2 x 261.000 ekor261.000ekor Rp 50 Rp 13.050.000

2.Pakan5.000kg Rp 8.700 Rp 43.500.000

3.Pestisida

-Probiotik (Super NB)12Ltr Rp 50.000 Rp 600.000

-Feed Aditive15kg Rp 100.000 Rp 1.500.000

-Pupuk An-organik750kg Rp 6.500 Rp 4.875.000

-Pembelian Dyvon25kg Rp 130.000 Rp 3.250.000

-Samponin100kg Rp 3.500 Rp 350.000

-Kapur pertanian2.500kg Rp 350 Rp 875.000

4.Eksploitasi

-Solar500Ltr Rp 1.400 Rp 700.000

-Oli200Ltr Rp 14.000 Rp 2.800.000

-Perawatan mesin Rp 2.000.000

5.Tenaga Kerja

-Tenaga ahli1org Rp 2.000.000 Rp 2.000.000

-Tenaga teknis2org Rp 1.000.000 Rp 2.000.000

-Tenaga kasar5org Rp 400.000 Rp 2.000.000

-Tenaga Keamanan2org Rp 400.000 Rp 800.000

6.Persiapan tambak Rp 2.500.000

7.Rehabilitasi lahan Rp 5.000.000

Jumlah Rp 87.800.000

D.Biaya Tidak Tetap/Musim

2 x Rp. 87.800.000,- Rp 175.600.000

E.Modal Usaha

1.Biaya Investasi Rp 52.800.000

2.Biaya Tidak Tetap Rp 87.800.000

Jumlah Rp 140.600.000

F.Total Pembiayaan/Tahun

1.Biaya Tetap Rp 41.586.400

2.Biaya Tidak Tetap Rp 175.600.000

Jumlah Rp 217.186.400

G.Hasil Penjualan/musim

SR= 65 %169.650ekor

FCR= 1,7 : 18.738kg

Berat=5.140kg

Harga/kg Rp 61.000

Perkiraan hasil = 5.140 kg x Rp. 61.000,- Rp 313.540.000

H.Hasil Penjualan/Tahun

Rp. 313.540.000,- x 2 Siklus Rp 627.080.000

I.Kuntungan/musim

1.Hasil Produksi Rp 313.540.000

2.Total Pembiayaan Rp 175.600.000

Jumlah Rp 137.940.000

1. Break Event Point (BEP)

BEP=

=

=Rp. 57.761.140,50

Hal ini dapat diartikan bahwa dengan pendapatan dari penjualan sebesar Rp. 57.761.140,50 maka petani tambak tidak akan mendapatkan laba atau penderita kerugian (titik impas). Pada usaha tambak mendapat keuntungan sebesar Rp. 137.940.000,- per musim, sehingga petani tambak tidak mendapatkan kerugian. Dengan kata lain usaha tambak merupakan usaha yang menguntungkan.

2. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio)

B/C Ratio:

:

:2,23

Hal ini berarti bahwa dari modal usaha yang ditanamkan sebesar Rp. 140.600.000,- akan memperoleh hasil penjualan sebesar 2,23 kali._1085373221.unknown

_1085634134.unknown

_1085634282.unknown

_1085372713.unknown