Askep Trauma Mata Tumpul

14
ASKEP TRAUMA MATA TUMPUL BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata (Sidarta, 2005) 2.2 Klasifikasi trauma 1. Trauma Mekanik a. Trauma Tumpul : Trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar, tumpul, keras maupun tidak keras. Taruma tumpul dapat menyebabkan cedera perforasi dan non perforasi. Trauma tumpul pada mata dapat mengenai organ eksterna (orbita dan palpebra) atau interna (konjungtiva, kornea, iris atau badan silier, lensa, korpus vitreus, retina dan nervus optikus (N.II)). b. Trauma Tajam : Trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang masuk ke mata. 2. Trauma Kimia a. Trauma Kimia Asam: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam. b. Trauma Kimia Basa: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa. 3. Trauma Fisis a. Trauma termal: misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari. b. Trauma bahan radioaktif: misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.

description

askep trauma mata tumpul

Transcript of Askep Trauma Mata Tumpul

Page 1: Askep Trauma Mata Tumpul

ASKEP TRAUMA MATA TUMPUL

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Trauma mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan

mata. Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat

ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata. Alat rumah tangga

sering menimbulkan perlukaan atau trauma mata (Sidarta, 2005)

2.2  Klasifikasi trauma

1. Trauma Mekanik

a.         Trauma Tumpul : Trauma pada mata akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar,

tumpul, keras maupun tidak keras. Taruma tumpul dapat menyebabkan cedera perforasi dan

non perforasi. Trauma tumpul pada mata dapat mengenai organ eksterna (orbita dan

palpebra) atau interna (konjungtiva, kornea, iris atau badan silier, lensa, korpus vitreus, retina

dan nervus optikus (N.II)).

b.         Trauma Tajam : Trauma pada mata akibat benda tajam atau benda asing yang masuk ke

mata.

2. Trauma Kimia

a.         Trauma Kimia Asam: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat asam.

b.         Trauma Kimia Basa: trauma pada mata akibat substansi yang bersifat basa.

3. Trauma Fisis

a.       Trauma termal: misalnya panas api, listrik, sinar las, sinar matahari.

b.      Trauma bahan radioaktif: misalnya sinar radiasi bagi pekerja radiologi.

2.3 Etiologi

            Trauma mata dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya :

1. Trauma tumpul disebabkan akibat benturan mata dengan benda yang relatif besar,

tumpul, keras maupun tidak keras misalnya terpukul, kena bola tenis, atau shutlecock,

membuka tutup botol tidak dengan alat, ketapel.

Page 2: Askep Trauma Mata Tumpul

2. Trauma tajam (penetrating injuries) disebabkan benda tajam atau benda asing yang

masuk ke mata seperti kaca, logam, atau partikel kayu berkecepatan tinggi, percikan proses

pengelasan, dan peluru.

3. Trauma Khemis  disebabkan akibat substansi yang bersifat asam dan alkali yang

masuk ke mata.

                Trauma kimia asam, misalnya cuka, bahan asam dilaboratorium (asam sulfat, asam

hidroklorida, asam nitrat, asam asetat, asam kromat, asam hidroflorida).

                Trauma kimia basa, misalnya sabun cuci, shampo, bahan pembersih lantai, kapur, lem

perekat.

2.4 Tanda dan Gejala

Adapun manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut:

A.    Trauma Tumpul

a.       Rongga Orbita : suatu rongga yang terdiri dari bola mata dan 7 ruas tulang yang membentuk

dinding orbita (lakrimal, ethmoid, sfenoid, frontal, maksila, platinum dan zigomatikus.

Jika pada trauma mengenai rongga orbita maka akan terjadi fraktur orbita, kebutaan (jika

mengenai saraf), perdarahan didalam rongga orbita, gangguan gerakan bola mata.

b.      Palpebra : Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,

serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea.

Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap

trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis

pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut

konjungtiva tarsal.Gangguan penutupan kelopak (lagoftalmos) akan mengakibatkan

keringnya permukaan mata sehingga terjadi keratitis.

Jika pada palpebra terjadi trauma tumpul maka akan terjadi hematom, edema palpebra yang

dapat menyebabkan kelopak mata tidak dapat membuka dengan sempurna (ptosis),

kelumpuhan kelopak mata (lagoftalmos/tidak dapat menutup secara sempurna).

c.       Konjungtiva : Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian

belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet. Musin

bersifat membasahi bola mata terutama kornea.

edema, robekan pembuluh darah konjungtiva (perdarahan subkonjungtiva) adalah tanda dan

gejala yang dapat terjadi jika konjungtiva terkena trauma.

d.      Kornea : Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput

mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah

depan dan terdiri dari beberapa lapisan. Dipersarafi oleh banyak saraf.

Page 3: Askep Trauma Mata Tumpul

Edema kornea, penglihatan kabur, kornea keruh, erosi/abrasi, laserasi kornea tanpa disertai

tembusnya kornea dengan keluhan nyeri yang sangat, mata berair, fotofobi adalah tanda dan

gejala yang dapat muncul akibat trauma pada kornea.

e.       Iris atau badan silier : merupakan bagian dari uvea. Pendarahan uvea dibedakan antara

bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang masuk

menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri

siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus

lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri

sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan dari 15 - 20 buah

arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik.

hifema (perdarahan bilik mata depan), iridodialisis (iris terlepas dari insersinya) merupakan

tanda patologik jika trauma mengenai iris.

f.       Lensa : Lensa merupakan badan yang bening. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat

tertentu, yaitu : Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi

untuk menjadi cembung, jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media

penglihatan, terletak di tempatnya.

Secara patologik jika lensa terkena trauma akan terjadi subluksasi lensa mata (perpindahan

tempat).

g.      Korpus vitreus : perdarahan korpus vitreus.

h.      Retina : Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada

serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kacadan koroid. Letaknya antara badan

kaca dan koroid.1,2 Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya

sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter

1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah makula lutea terdapat

bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea.

Secara patologik jika retina terkena trauma akan terjadi edema makula retina, ablasio retina,

fotopsia, lapang pandang terganggu dan penurunan tekanan bola mata.

i.        Nervus optikus : N.II terlepas atau putus (avulsio) sehingga menimbulkan kebutaan

B.     Trauma Tajam

a.       Orbita : kebutaan, proptosis (akibat perdarahan intraorbital), perubahan posisi bola mata.

b.      Palpebra : ptosis yang permanen (jika mengenai levator apoeurosis)

c.       Saluran lakrimal : gangguan sistem eksresi air mata.

d.      Konjungtiva : robekan konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva.

e.       Sklera : pada luka yang agak besar akan terlihat jaringan uvea (iris, badan silier dan koroid

yang berwarna gelap).

Page 4: Askep Trauma Mata Tumpul

f.       Kornea, iris, badan silier, lensa, korpus vitreus : laserasi kornea yan g disertai penetrasi

kornea, prolaps jaringan iris, penurunan TIO, adanya luka pada kornea, edema.

g.      Koroid dan kornea : luka perforasi cukup luas pada sklera, perdarahan korpus vitreus dan

ablasi retina.

C.     Trauma Kimia

Asam

         Kekeruhan pada kornea akibat terjadi koagulasi protein epitel kornea

Basa/Alkali         Kebutaan         Penggumpalan sel kornea atau keratosis         Edema kornea         Ulkus kornea         Tekanan intra ocular akan meninggi

         Hipotoni akan terjadi bila terjadi kerusakan pada badan siliar

         Membentuk jaringan parut pada kelopak

         Mata menjadi kering karena terjadinya pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesoris air

mata

         Pergerakan mata menjadi terbatas akibat terjadi simblefaron pada konjungtiva bulbi yang

akan menarik bola mata

         Lensa keruh diakibatkan kerusakan kapsul lensa

2.5 Pemeriksaan Penunjang

a.     Pemeriksaan Fisik : dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman penglihatan.

b.     Slit lamp : untuk melihat kedalaman cedera di segmen anterior bola mata.

c.     Tes fluoresin : digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan jelas.

d.     Tonometri : untuk mengetahui tekakan bola mata.

e.     Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek : untuk mengetahui

adanya benda asing intraokuler.

f.      Tes Seidel : untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari mata. Tes ini dilakukan

dengan cara memberi anastesi pada mata yaang akan diperiksa, kemudian diuji pada strip

fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan

terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata.

g.     Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan : digunakan untuk mengetahui posisi benda asing.

h.     Electroretinography (ERG) : untuk mengetahui ada tidaknya degenerasi pada retina.

Page 5: Askep Trauma Mata Tumpul

i.       Kartu snellen: pemeriksaan penglihatan dan penglihatan sentral mungkin mengalami

penurunan akibat dari kerusakan kornea, vitreous atau kerusakan pada sistem suplai untuk

retina.

j.      Pengukuran tekanan IOL dengan tonography: mengkaji nilai normal tekanan bola mata

(normal 12-25 mmHg).

k.     Pengkajian dengan menggunakan optalmoskop: mengkaji struktur internal dari okuler,

papiledema, retina hemoragi.

l.       Pemeriksaan Radiologi : pemeriksaan radiologi pada trauma mata sangat membantu dalam

menegakkan diagnosa, terutama bila ada benda asing.

m.   Kertas Lakmus : pada pemeriksaan ini sangat membantu dalam menegakkan diagnosa trauma

asam atau basa.

2.6 Penatalaksanaan

1.      Trauma tumpul

a.    Tirah baring sempurna dalam posisi fowler untuk menimbulkan gravitasi guna membantu

keluarnya hifema dari mata.

b.    Berikan kompres es.

c.    Pemnatauan tajam penglihatan.

d.   Batasi pergerakan mata selama 3-5 hari untuk menurunkan kemungkinan perdarahan ulang.

e.    Batasi membaca dan melihat TV.

f.     Pantau ketaatan pembatasan aktivitas, imobilisasi sempurna.

g.    Berikan stimulasi sensori bentuk lain seperti musik, perbincangan.

h.    Berikan diet lunak dan semua keperluan klien dibantu.

i.      Tetes mata siklopegik seperti atropin untuk mengistirahatkan mata.

j.      Mata dilindungi dengan kasa jika terdapat luka.

k.    Laporkan peningkatan nyeri mata secara mendadak, ini mungkin indikasi perdarahan ulang.

l.      Persiapan parasentesis (pengeluaran hifema).

           Indikasi Parasentesis

o    Hifema penuh (sampai pupil) dan berwarna hitam

o    Hifema yang tidak bisa sembuh/berkurang dengan perawatan konvensional selama 5 hari.

o    Hifema dengan peningkatan TIO (glaukoma sekunder) yang tidak dapat diatasi/diturunkan

dengan obat-obatan glaukoma

o    Terlihat tanda-tanda imbibisi kornea.

2.      Trauma tajam

Penatalaksanaan sebelum tiba di RS

Page 6: Askep Trauma Mata Tumpul

a.    Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.

b.    Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.

c.    Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.

d.   Sebaiknya pasien dipuasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.

Penatalaksanaan setelah tiba di RS

a.    Pemberian antibiotik spektrum luas.

b.    Pemberian obat sedasi, antimimetik dan analgetik sesuai indikasi.

c.    Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.

d.   Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata intak).

e.    Tindakan pembedahan/penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.

3.      Trauma kimia

a.         Irigasi (30 menit) dan periksa pH dengan kertas lakmus.

b.         Diberi pembilas : idealnya dengan larutan steril dengn osmolaritas tinggi seperti larutan

amphoter (Diphoterine) atau larutan buffer (BSS atau Ringer Laktat). Larutan garam isotonis.

c.         Irigasi sampai 30 menit atau pH normal. Bila bahan mengandung CaOH berikan EDTA.

d.        Pemeriksaan oftalmologi menyeluruh.

e.         Cedera ringan : Pasien dapat dipulangkan dengan diberikan antibiotik tetes mata, analgesic

oral dan perban mata.

f.          Luka sedang diberi siklopegi.

g.         Steroid topikal untuk mencegah infiltrasi sel radang.

h.         Vitamin C oral : untuk membentuk jaringan kolagen.

Catatan :

1.             6 tahapan penatalaksanaan trauma mata :

a.         Irigasi

b.        Reepitalisasi kornea

c.         Mengendalikan proses peradangan

d.        Mencegah terjadinya infeksi

e.         Mengendalikan TIO

f.         Menurunkan nyeri : sikloplegik

2.             Patofisiologi Trauma Kimia

 Trauma Asam :

Pada minggu pertama:

Page 7: Askep Trauma Mata Tumpul

           Terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea,

demikian pula terjadi koagulasi protein konjungtiva bulbi. Koagulasi protein ini terbatas pada

daerah kontak bahan asam dengan jaringan.

           Akibat koagulasi protein ini kadang-kadang seluruh kornea terkelupas.

           Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam seperti stroma kornea,

keratosit dan endotel kornea.

           Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edema kornea, iritis dan katarak.

           Bila trauma disebabkan karena asam lemah maka regenerasi epitel akan terjadi dalam

beberapa hari dan kemudian sembuh.

           Bila trauma disebabkan asam kuat maka stroma kornea akan berwarna kelabu infiltrasi sel

radang kedalamnya. Infiltrasi sel kedalam stroma oleh bahan asam terjadi dalam waktu 24

jam.

           Beberapa menit atau beberapa jam sesudah trauma asam konjungtiva bulbi menjadi hiperemi

dan kemotik. Kadang-kadang terdapat perdarahan pada konjungtiva bulbi.

           Tekanan bola mata akan meninggi pada hari pertama, yang kemudian akan menjadi normal

atau merendah.

Trauma Asam pada minggu 1-3:

           Umumnya trauma asam mulai sembuh pada minggu ke 1-3 ini.

           Pada trauma asam yang berat akan terbentuk tukak kornea dengan vaskularisasi yang bersifat

progresif.

           Keadaan terburuk pada trauma asam pada saat ini ialah berupa vaskularisasi berat pada

kornea.

Trauma Asam sesudah 3 minggu:

           Trauma asam yang tidak sangat berat akan sembuh sesudah 3 minggu

           Pada endotel dapat terbentuk membran fibrosa yang merupakan bentuk penyembuhan

kerusakan endotel.

Akibat trauma asam diketahui bahwa perubahan reaksi biokimia ditentukan oleh

jenis anion asam yang menyebabkan trauma. Asam merusak dan memutus ikatan

intramolekul protein, dan protein yang berkoagulasi merupakan barier terhadap penetrasi

lanjut daripada asam kedalam jaringan. Diketahui asam sulfur mengakibatkan kadar

mukopolisakarida jaringan menurun. Bila trauma disebabkan oleh HCl, maka pH cairan mata

turun sesudah trauma berlangsung 30 menit. Pada trauma asam tidak terdapat gangguan

pembentukan jaringan kolagen. Padda trauma asam berat yang merusak badan silier akan

terjadi penurunan kadar askorbat dalam cairan mata dan kornea.

 Trauma Basa :

Page 8: Askep Trauma Mata Tumpul

Keadaan akut yang terjadi pada minggu pertama :

           Sel membran rusak.

           Bergantung pada kuatnya alkali dapat mengakibatkan hilangnya epitel, keratosit, saraf

kornea dan pembuluh darah.

           Terajdi kerusakan komponen vaskuler iris, badan silier dan epitel lensa.

           Trauma berat akan merusak sel goblet konjungtiva bulbi

           TIO akan meninggi.

           Hipotoni akan terjadi, bila terjadi kerusakan pada badan silier.

           Kornea keruh dalam beberapa menit.

           Terjadi infiltrasi segera sel polimorfonuklear, monosit dan fibroblas.

Keadaaan pada minggu kedua dan ketiga :

           Mulai terjadi regenerasi epitel konjungtiva dan kornea.

           Masuknya neovaskularisasi ke dalam kornea disertai dengan sel radang.

           Kekeruhan pada kornea akan mulai menjernih kembali

           Sel penyembuhan berbentuk invasi fibroblas memasuki kornea dengan terbentuknya kolagen

           Trauma alkali berat akan membentuk jaringan granulasi pada iris dan badan siliar sehingga

terjadi fibrosis.

Keadaan pada minggu ke-3 dan selanjutnya:

           Terjadi vaskularisasi aktif sehingga seluruh kornea tertutup oleh pembuluh darah.

           Jaringan pembuluh darah membawa bahan nutrisi dan bahan penyembuhan jaringan seperti

protein dan fibroblas

           Akibat daripada terdapatnya jaringan dengan vaskularisasi ini, tidak akan terjadi perforasi

kornea.

           Mulai terjadi pembentukan pannus pada kornea.

           Endotel yang tetap sakit akan mengakibatkan edema kornea.

           Terdapat membran retrokornea, iritis dan membran siklitik

           Dapat terjadi kerusakan permanen saraf kornea dengan gejala-gejalanya.

           Tekanan bola mata dapat rendah atau tinggi.

3. Prognosis trauma kimia

Trauma kimia pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka

panjang dan rasa tidak enak pada mata. Prognosisnya ditentukan oleh bahan alkali penyebab

trauma tersebut. Terdapat 2 klasifikasi trauma basa pada mata untuk menganalisis kerusakan

dan beratnya kerusakan.

Klasifikasi Huges

Ringan Sedang Berat

Page 9: Askep Trauma Mata Tumpul

      Prognosis baik.      Terdapat erosi epitel

kornea.      Pada kornea terdapat

kekeruhan yang ringan.      Tidak terdapat iskemia

dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva.

       Prognosis baik       Terdapat kekeruhan

kornea sehingga sulit melihat iris dan pupil secara terperinci

       Terdapat iskemia dan nekrosis enteng pada kornea dan konjungtiva

       Prognosis buruk       Akibat kekeruhan kornea

upil tidak dapat dilihat       Konjungtiva dan sklera

pucat

Klasifikasi Thoft

Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4

       terjadi hiperemi

konjungtiva

disertai dengan

keratitis pungtata

        terjadi hiperemi

konjungtiva

disertai

hilangnya epitel

kornea

       terjadi hiperemi

disertai dengan

nekrosis

konjungtiva dan

lepasnya epitel

kornea

        konjungtiva

perilimal nekrosis

sebanyak 50%

Luka bakar alkali derajat 1 dan 2 akan sembuh dengan jaringan arut tanpa terdapatnya

neovaskularisasi kedalam kornea. Luka bakar alkali derajat 3 dan 4 membutuhkan waktu

sembuh berbulan bulan bahkan bertahun-tahun.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian

Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :

1.      Identitas pasien meliputi nama, usia (dpt terjadi pada semua usia), pekerjaan (tukang

las,pegawai pabrik obat,dll),jenis kelamin (kejadian banyak pada laki-laki).

2.      Keluhan utama

Klien dapat mengeluh adanya penurunan penglihatan, nyeri pada mata, keterbatasan gerak

mata.

3.      Riwayat penyakit sebelumnya

Page 10: Askep Trauma Mata Tumpul

Riwayat penyakit  yang mungkin diderita klien seperti DM dapat menyebabkan infeksi yang

terjadi pada mata sulit sembuh, riwayat hipertensi.

4.      Riwayat penyakit sekarang

Yang perlu dikaji adalah trauma disebabkan karena truma tumpul,tajam,atau mekanik,

tindakan apa yang sudah dilakukan pada saat trauma terjadi.

5.      Riwayat psikososial

Pada umumnya klien mengalami berbagai derajat ansietas, gangguan konsep diri dan

ketakutan akan terjadinya kecacatan mata, gangguan penglihatan yang menetap atau mungkin

kebutaan. Klien juga dapat mengalami gangguan interaksi sosial.

6.      Pemeriksaan fisik

a. B1(Breath)

Pada sistem ini tidak didapatkan kelainan (tdk ada gangguan pada sistem pernafasan.

b.B2 (Blood)

Tidak ada gangguan perfusi, adanya peningkatan nadi/tekanan darah dikarenakan pasien

takut dan cemas.

c.B3 (Brain)

Pasien merasa pusing atau nyeri karena adanya peningkatan TIO.

d.B4 (Bladder)

Kebutuhan eliminasi dalam batas normal.

e.B5 (Bowel)

Tidak ditemukan perubahan dalam sistem gastrointestinal.

f.B6 (Bone)

Ekstremitas atas dan bawah tidak ditemukan adanya kelainan.

g. Pemeriksaan khusus pada mata :

a)      visus (menurun atau tidak ada),

b)      gerakan bola mata ( terjadi pembatasan atau hilangnya sebagian pergerakan bolam mata)

c)      konjungtiva bulbi (adanya hiperemi atau adanya nekrosis)            

d)     kornea ( adanya erosi,keratitis sampai dengan nekrosis pada kornea)

3.2  Diagnosis Keperawatan

Trauma Tumpul

1.    Nyeri berhubungan dengan terpajannya reseptor nyeri sekunder terhadap trauma tumpul

2.    Resiko terjadi komplikasi dan perdarahan ulang berhubungan dengan patologi vaskuler

okuler

3.    Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan kerusakan penglihatan

Page 11: Askep Trauma Mata Tumpul

4.    Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan diri dan

proses penyakit

Trauma Tajam

1.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan penurunan ketajaman

penglihatan

2.    Gangguan Sensori Perseptual : Penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori / status organ

indera.

3.    Resiko tinggi terhadap infeksi b/d Prosedur invasif

Trauma Kimia

1.    Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada kornea atau peningkatan tekanan

intraokular

2.    Gangguan persepsi-Sensori Penglihatan b /d kerusakan pada kornea

3.    Kurangnya pengetahuan (perawatan) berhubungan dengan keterbatasan informasi.  

DAFTAR PUSTAKA1.             Carpenito, L.J. (2007). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Ed. 10. Jakarta :

EGC

2.             Doengoes, Marylin E., 1989, Nursing Care Plans, USA Philadelphia: F.A Davis Company.

3.             Darling, V.H. & Thorpe, M.R. (1996). Perawatan Mata. Yogyakarta : Yayasan Essentia Media.

4.             Ilyas, Sidarta. (2005). Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta.

5.             Wijana, Nana. (1983). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI Jakarta

6.             http:///www.rusdi .blogspot.com