Askep Teori Obstruksi Usus Halus
-
Upload
nhovi-kristina -
Category
Documents
-
view
222 -
download
4
Transcript of Askep Teori Obstruksi Usus Halus
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
1/18
23
2.3 Asuhan Keperawatan Teori Dengan Klien Obstruksi Usus Halus
1. PengkajianPengkajian obstruksi usus halus terdiri atas pengkajian anamnesia,
pemeriksaan fisik, dan evaluasi diagnostik. Pada anamnesis, keluhan utama yang
didapatkan sesuai dengan kondisi klinik area obstruksi. Apabila terjadi obstruksi
pada bagian proksimal, maka keluhan muntah menjadi keluhan utama, sedangkan
apabila obstruksi pada bagian distal maka keluhan utama yang lazim adalah nyeri
kolik abdomen. Keluhan nyari pada obstruksi usus dapat lebih komprehensif
dengan pengkajian pendekatan PQRST.
Pengkajian obstruksi usus halus terdiri atas pengkajian anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan evaluasi diagnostik. Pada anamnesis, keluhan utama yang
didapatkan sesuai dengan kondisi klinik area obstruksi. Apabila terjadi obstruksi
pada bagian proksimal, maka keluha muntah menjadi keluhan utama, sedangkan
apabila obstruksi pada bagian distal maka keluhan utama yang lazim adalah nyeri
kolik abdomen. Keluhan nyeri pada obstruksi usus dapat lebih komprehensif
dengan pengkajian pendekatan PQRST.
Variabel Deskripsi dan Pertanyaan Hasil Pengkajian
Provoking
Incident
Pengkajian untuk mengidentifikasi faktor yang
menjadi predisposisi nyeri.
1. Bagaimana peristiwa sehingga terjadinyeri?
2. Faktor apa saja yang bisa menurunkannyeri?
Respons nyeri lebih sering
berhubungan dengan adanya
distensi abdominal atau setelah
muntah-muntah.
Nyeri kolik tidak bisa menurun
dengan istirahat.
Qality ofPain
Pengkajian untuk menilai bagaimana rasa nyeridi rasakan secara subjektif. Inga, kebanyakan
deskripsi sifatdari nyeri sulit ditafsirkan.
1. Seperti apa rasa nyeri yang dirasakanpasien?
2. Bagaimana sifat nyeri yang digambarkanpasien?
Keluhan nyeri kram padaabdomen, atau perasaan nyeri
seperti perut di pulas-pulas.
Perubahan dalam karakter nyeri
dapat menunjukkan
perkembagan komplikasi yang
lebih serius (misalnya sakit
yang terus-menerus.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
2/18
24
Region:
radiation,
relief
Pengkajian untuk mengidentifikasi letak nyeri
secara tepat, adanya radiasi dan penyebaran
nyeri.
1. Di mana (dan tunjukkan dengan satu jari)rasa nyeri paling hebat mulai dirasakan?
2. Apakah rasa nyeri menyebar pada areasekitar nyeri?
Sering kali, pasien melaporkan
petunjuk perkiraan lokasi dan
sifat dari obstruksi.
Pasien biasanya hanya
menunjuk pada bagian abdomen
area rasa nyerinya.
Penyebaran nyeri dilaporkan
dari pusat abdomen yang
meradiasi seluruh abdominal.
Severity
(scale) of
Pain
Pengkajian untuk menentukan seberapa jauh rasa
rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa
berdasarkan skala nyeri/gradasi dan pasien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit
memengaruhi kemampuan fungsinya. Berat
ringannya suatu keluhan nyeri bersifat subjektif.
1. Seberapa berat keluhan nyeri yangdirasakan.
2. Dengan menggunakan rentang 0-4biarkan pasienakan menilai seberapa jauh
rasa nyeri yang dirasakan.
Keterangan:
0 = Tidak ada nyeri.
1 = Nyeri ringan.
2 = Nyri sedang.
3 = Nyeri Berat.4 = Nyeri berat sekali/tidak tertahankan
Skala nyeri pada pasien ulkus
peptikum bervariasi pada
rentang 3-4 (nyeri berat sampai
nyeri tak tertahankan).
Perbedaan skala nyeri ini di
pengaruhi oleh berbagai faktor,
meliputi: tingkat kerusakan
mukosa akibat respons
obstruksi usus halus dan
bagaimana pola pasien dalam
menurunkan respons nyeri.
Time Pengkajian untuk mnedeteksi berapa lama nyeri
berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk
pada malam hari atau siang hari.
1. Kapan nyeri muncul (onset)?2. Tanyakan apakah gejala timbul
mendadak, perlahan-lahan atau seketika
Keluhan nyeri terjadi pada
beberapa pasien bervariasi.
Onset nyeri bersifat mendadak
dan kemudian nyeri secara
terus-menerus tidak berkurang.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
3/18
25
itu juga?
3. Tanyakan apakah gejala-gejala timbulsecara terus-menerus hilang tiimbul
(intermiten).
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan status kesehatan klien.
(Nursalam,2001).
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara anamnesa yang
diperoleh dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, serta mempelajari status klien. Adapun data pengkajian pencernaan (
Dx. Obstruksi usus) meliputi :
1. Anamnesa1) Identitas klien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal lahir,
nama orang tua, pekerjaan dan pendidikan.
2) Riwayat kesehatan yana lalu.Penyakit yang dahulu pernah diderita oleh klien, apakah ada
hubungannya dengan penyakit yang sekarang. Apakah sebelumnya
pernah menderita penyakit seperti ini. Tanyakan apakah klien ada
riwayat alergi terhadap obat ataupun makanan. Dan apakah klien
pernah mendapatkan imunisasi, lengkap atau tidak.
3) Riwayat kesehatan saat sakit.Tanyakan keluhan yang klien rasakan saat ini dan observasi adanya
manifestasi disfungsi obstruksi usus, seperti :1) Nyeri abdomen; terjadi karena peristaltik berusaha mengatasi
obstruksi.
2) Distensi abdomen; terjadi karena akumulasi gas dan cairan diatas daerah obstruksi.
3) Muntah; sering kali ini menjadi tanda awal adanya obstruksi.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
4/18
26
4) Konstipasi terjadi karena adanya sumbatan atau obstruksi yangmengganggu proses defekasi, dan ini adalah tanda awaldari
obstruksi bawah.
5) Dehidrasi terjadi karena kehilangan cairan dan elektrolit dalamjumlah besar ke dalam usus.
6) Abdomen kaku atau seperti papan; karena adanya peningkatandistensi.
7) Bising usus secara bertahap bekurang dan berhenti.4) Riwayat kesehatan keluarga.
Apakah di dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti
yang klien derita
saat ini ( Obstruksi usus).
5) Riwayat kehamilan dan persalinan ibu.Kehamilan dengan gawat janin, diabetes melitus, malnutrisi,
infeksi intra natal, persalinan dengan ada komplikasi.
6) Pengkajian fisik.
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan hal-hal berikut ini :
a. Inspeksi : tanda khas didapatkan adanya distensi abdominalb. Palpasi : teraba massa pada abdominal, lebih sering didapatkan
pada kuadran kanan bawah.
c. Perkusi : timpani akibat abdominal mengalami kembung.d. Auskultasi : pada fase awal didapatkan peningkatan bising usus
sebagai usaha untuk mengatasi obstruksi dan bila tidak
didapatkan bising usus dicurigai adanya kondisi perforasi.
a) Tanda-Tanda Vital.Kaji penurunan dan peningkatan tekanan darah, denyut nadi, nafas,
dan suhu.
b) Keadaan umum klien.Observasi keadaan klien, apakah ada kelamahan fisik, nyeri,
demam, tanda-tanda dehidrasi, dan keadaan umum lainnya.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
5/18
27
c) Sistem pernafasan.Ada atau tidaknya gangguan respiratori.
d) Sistem gastrointestinal.Nyeri atau kram abdomen, dehidrasi abdomen, peristaltic usus.
e) Pola eliminasi.Kaji kebiasaan BAB dan BAK klien apakah teratur atau tidak,
frekuensinya, dan bagaimana sifatnya. Observasi kemampuan BAB
dan BAK klien.
f) Sistem integument.Kaji turgor kulit, baik atau tidak. Karena dehidrasi berat dapat
menyebabkan turgor kulit buruk.
g) Pola fungsi kesehatan.Pola fungsi kesehatan dapat dikaji dengan pola gondon dimana
pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumplkan data
secara sistematis, dengan cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan
dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus.
h) Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan.Kaji persepsi keluarga terhadap kesehatan dan upaya-upaya
keluarga untuk mempertahankan kesehatan termasuk juga penyakit
anak saat inidan upaya yang diharapkan.
i) Pola nutrisi metabolic.Kaji pola nutrisi anak, jenis, frekuensi, dan jumlah makanan dan
minuman yang dikonsumsi dalam sehari. Klien mengalami
gangguan nafsu makan, mual, muntah dan diare.
j)
Pola istirahat dan tidur.Kaji pola tidur klien, berapa lama dalam sehari, adakah gangguan
tidur yang biasanya disebabkan oleh nyeri dan demam .
k) Pola peran hubungan.Kaji siapa yang mengasuh bayi, klien sering di gendong karena
rewel, peran klien dalam keluarganya, apakah klien dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
l) Pola aktivitas dan latihan.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
6/18
28
Kaji tingkat perkembangan atau tumbuh kembang sesuai dengan
usia, aktivitas klien sehari-hari di rumah, dan observasi tingkat
kemampuan klien dlam beraktivitas.
m)Pola reproduksi.Dapat dilihat dari bagaimana orang tua memperlakukan anaknya
sesuai dengan jenis kelaminnya (pakaian, alat permainan).
n) Pola keyakinan.Kaji pola keyakinan klien dan orang tua klien, tanyakan klien
agama apa, sering ke Gereja atau tidak.
Keluhan lainya yang dilaporkan adalah gangguan gastrointestinal, sepeti
mual, muntah , diare, ( pada fase awal obtruksi), dan kontipasi disertai keluhan
tidak bias flatus. Riwayat penyakit yang perl dikaji tentang adanya riwayat
pembedahan abdominal, trouma abdomen, infeksi abdominal khususnya peritonis,
riwayat tumor, dan keganasan terutama pada ovarium dan kolom.
Pengkajian piskologis akan dapatkan peningkatan kecemasan, serta
perlunya pemenuhan informasi intervensi keperawatan dan pengobatan.
Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manfestasi klinik. Pada
surve umum, terlihat lemah atau gelisah. TTV bias didapatkan hipertemia dan
takikardia menandakan terjadinya iskemia usus. Tanda dehitrasi dan demam bias
didapatkan pada kondisi syok atau sepsis. Pada pemerisksaan fisik fokus akan
didapatkan hal-hal berikut.
1. Inspeksi: Tanda khas didapatkan adanya distensi abdominal.2. Auskultasi: Pada fase awal didapatkan peningkatan bisikan usus sebagai
usaha untuk mengatasi obstruksi dan bila tidak didapatkan bising ususdicurigai adanya kondisi perforasi.
3. Perkusi: Timpani akibat abdominal mengalami kembang kembung.4. Palpasi: Teraba massa pada abdominal, lebih sering didapatkan pada
kuadran kanan bawah.
Pengkajian diagnostik yang dapat membantu, meliputi pemeriksaan
laboratorium untuk mendeteksi adanya gangguan elektrolit atau metabolic, foto
polos dengan abdomen dengan dua posisi, yaitu posisi tegak dan posisi berbaring
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
7/18
29
untuk mendeteksi obstruksi intestinal pola gas usus, serta USG untuk mendeteksi
kelainan intraabdominal. Pemeriksaan kontraksi dengan tidak dilakukan apabila
nkondisi klinis sudah mengarah pada peritonitis.
Pengkajian Penatalaksanaan Medis
1. Intervensi agresif pada fase awal terdiri atas resusitasi cairan, dekompresiusus, abministrasi analgesia dan antimuntah sesuai klinis, antibiotic, dan
konsultasi bedah awal.
2. Intervensi bedah dengan laparoskopi atau laparatomi terbuka untukmengurangi waktu rawat di rumah sakit, kecepatan pemulihan, dan
mengurangi morbiditias.
2. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen, iritasi intestinal, respons
pembedahan.
2. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan keluar cairan tubuh darimuntah, ketidakmampuan absorbsi air oleh intestinal.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan absorbs nutrisi.4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.
3. Intervensi KeperawatanRencana keperawatan disusun sesuai dengan tingkat toleransi individu.
Pada pasien obstruksi usus halus, intervensi pada masalah keperawatan
aktual/risiko tinggi syok hipovolemik dapat disesuaikan dengan masalah yang
sama pada asuhan keperawatan pasien gastroenteristis. Untuk intervensi masalah
kecemasan, dan pemenuhan informasi dapat disesuaikan pada intervensi masalah
pasien diverticulitis. Untuk intervensi masalah keperawatan konstipasi dan
ketidakseimbangan nutrisi dapat disesuaikan pada intervensi ileus. Untuk
intervensi risiko tinggi infeksi dapat disesuaikan pada pasien apendisitis. Untuk
intervensi risiko injuri, dan resiko ganguan tumbuh kembang disesuaikan pada
pasien intususepsi.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
8/18
30
1. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen, iritasi intestinal,respons pembedahan.
Dalam waktu 1x24 jam nyeri berkurang/hilang atau teradaptasi
Evaluasi
Subjektif melaporkan nyeri berkurangatau dapat diadaptasi, dan Intensitas
kolik abdominal.
Mengidentifikasiaktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
Anak gelisah atau pada anak tidak rewel.
Intervensi Rasional
Kaji respon nyeri dengan pendekatan
PQRST:
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan.
a) Istirahatkan pasien pada saatnyeri muncul
b) Atur posisi fisiologi
c) Bero oksigen nasal
d)
Lakukan pemasangan selang
Istirahatkan secara fisiologis akan
menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
tubuh metabolism nasal.
Posisi semifowler dengan fleksi pada
ekstremitas bawah dapat mengurangi
tegangan otot abdomen dan juga pada
kondisi pascabedah dengan adanya
insisi sehingga dapat menurunkan
nyeri.
Pada fase nyeri hebat skala nyeri 3 (0-
4), pemberian oksigen nasal 3
litre/menit dapat meningkatkan intake
oksigen sehingga akan menurukan
nyeri skunder dari iskemia pada
intestinal.
Tujuan pemasangan selang nasogastrik
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
9/18
31
nasogastrik
e) Lakukan teknik distraksi padasaat nyeri.
f) Hadirkan orang terdekat
g)
Dorong ambulasi dini
h) Anjurkan mengunakan metoderelaksasi napas daalam pada
pada obstruksi usus halus adalah
intervensi dekompresi akibat respons
peningkatan sekresi saluran
gastrointestinal. Apabila tindakan
dekompresi ini optimal maka akan
menurunkan distensi abdominal yang
menjadi penyebab utama nyeri kolik
abdominal pada pasien obstruksi usus
halus.
Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
menurunkan stimulus internal pada
anak-anak mungkin memerlukan
media alat permainan atau yang sering
disenangi atau yang bisa digunakan
untuk bermain.
Pada pasien anak, orang terdekat dapat
mempengaruhi penurunan respons
nyeri. orang terdekat seperti orangtua
kandung, babysister, atau neneknya.
Pada suatau studi mengenai penurunan
respons nyeri dengan kehadiran orang
terdekat menghasilkan hubungan yang
relative positif menurunkan sekala
nyeri.
Pada kondisi fase awal pascabedahkhususnyalaparatomi intervensi ini
dapat meningkatkan normalisasi fungsi
organ merangsang penstaltik dan
flatus, menurunkan ketidaknyamanan
abdomen.
Metode relaksasi napas dalam selain
untuk meningkatkan oksigenasi yang
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
10/18
32
saat nyeri
i) Manajemen lingkungantenang,batasi pengunjung dan
istirahatkan pasien.
j) Lakukan Menajemen sentuhan
diperlukan dalam memenuhi
kebutuhan yang tinggi pada saat nyeri
tetapi juga akan memberikan relaksasi
pada otot-otot abdominal sehingga
dapat menurunkan distensi oto-otot
abdominal yang akan merangsang
terjadinya nyeri kolik abdomen.
Lingkungan tenang akan menurunkan
stimulus nyeri eksternal dan
pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi
oksigen ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang
berada diruangan istirahat akan
menurunkan kebutuhan oksigen
jaringan perifer.
Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat menurunkan nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang :
sebab-sebab nyeri dan
menghubungkan berapa lama nyeri
akan berlangsung.
Pengetahuan yang akan dirasakan
akan membantu mengurangi nyeri dan
dapat membantu mengembangkan
kepatuhan pasien terhadap rencana
terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis
pemberian analgetik
Analgetik memblok lintasan nyeri
sehingga nyeri akan berkurang.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
11/18
33
2. Ketidakseimbangan cairan tubuh berhubungan dengan keluar cairantubuh dari muntah,ketidakmampuan absorpsi oleh intestinal.
Dalam waktu 1x24 jam tidak terjadi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit.
Evaluasi :
Tidak mengeluh pusing TTV dalam batas normal, kesadaran optimal.
Membrane mukosa lembab, turgor kulit normal, CTR
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
12/18
34
e) Dokumentasi dengan akurattentang asupan dan haluaran
cairan.
f) Bantu pasien apabila muntah.
Pemberian cairan intravena
disesuaikan dengan derajat dehidrasi.
Pemberian cairan 1-2 L cairan RL
secara tetesan cepat sebagai
kompensasi awal hidrasi cairan
diberikan untuk mencegah syok
hipovolemik.
Sebagai evaluasi penting dari
intervensi hidrasi dan mencegah
terjadinya overhidrasi.
Aspirasi muntah dapat terjadi
terutama pada usia lanjut dengan
perubahan kesadaran perawat
mendekatkan tempat muntah dan
memberikan masase ringan pada
pundak untuk membantu menurunkan
respons nyeri dan muntah.
Intervensi pada penurunan kadar
elektrolit
a) Evaluasi kadar elektrolit serum.
b) Dokementasikan perubahanklinik danlaporkan dengan tim medis.
c) Monitor khususketidakseimbangan elektrolit
Untuk mendeteksi adanya kondisi
hiponatremi dan hipokalemi sekunder
dan hilangnya elektrolit dari plasma.
Perubahan klinik seperti penurunan
saluran urine secara akut perludiberitahu kepada tim medis untuk
mendapatkan intervensi selanjutnya
dan menurunkan risiko terjadinya
asidosis metabolik.
Individu lansia dapat dengan cepat
mengalami dehidrasi dan menderita
kadar kalium rendah (hipokalemmia.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
13/18
35
pada klien. Sebagai akibat diare klien yang
menggunakkan digitalis harus
waspada terhadap cepatnya dehidrasi
dan hipoglikemia pada diare. Individu
juga diinstruksikan untuk mengenali
tanda-tanda hipokalemia karena kadar
kalium rendah memperberat kerja
digitalis, yang dapat menimbulkan
toksisitas digitalis.
Kolaborasi dengan tim medis terapi
farmakologis :
a) antiemetik Agen ini ndiberikan untukmengontrol respons muntah. Agen ini
berhubungan dengan ekstrapiramidal
dan memengaruhi, serta menekan
respons muntah (King, 2003).
Contoh antimietik seperti
metiklorpamide dan prochlorperazine
yang bersifat antikolinergik.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan absorbsi nutrisi.
Dalam waktu 1x24 jam pasien menunjukkan peningkatan masukan
makanan, dan berat badan pasien meningkat.
Evaluasi :
1. Pasien tidak mengalami mual muntah.2. Berat badan pasien mengalami peningkatan.
Intervensi Rasional
1. Anjurkan pembatasanaktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolic
untuk mencegah penurunan kalori dan
simpanan energy.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
14/18
36
2. Anjurkan klien istirahatsebelum makan.
3. Berikan perawatan oral.
4. Batasi makanan yang dapatmenyebabkan kram abdomen.
5. Kolaborasi pemberian obatsesuai indikasi misalnya
antikolonergik 15-30 menit
sebelum makan.
Menenangkan peristaltic dan
meningkatkan energy untuk makan.
Rasa tak enak, bau dan penampilan
dapat menurunkan nafsu makan dan
merangsang mual muntah.
Mencegah serangan akut.
Menghilangkan kram, dan menurukan
motilitas gaster dan meningkatkan
waktu untuk absorbs nutrisi.
4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan statuskesehatan.
Dalam waktu 1x24 jam pasien sudah tidak mengalami ansietas karena status
kesehatannya.
Criteria hasil :
1. Pasien mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya saat ini danmendemonstrasikan keterampilan koping positif dalam menghadapi
ansietas.
Intervensi Rasional
1. Kaji perilaku koping baru dananjurkan penggunaan
ketrampilan yang berhasil
pada waktu lalu.
2. Dorong dan sediakan waktuuntuk mengungkapkan
ansietas.
3. Jelaskan prosedur tindakan
Mengetahui apakah pasien sudah
dapat menerima keadaan yang terjadi
pada dirinya.
Dengan cara mengungkapkan
ansietasnya pasien merasa lebih lebih
baik, karena ada seseorang yang
mendengarkan apa yang dia rasakan.
Dengan memberikan penjelasan
tentang penyakit obstruksi usus,
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
15/18
37
dan beri penjelasan mengenai
penyakit obstruksi usus halus.
4. Pertahankan lingkungan yangtenang dan nyaman.
5. Dorong dukungan keluargadan orang terdekat.
pasien dapat mengerti tentang
penyakit.
Memberikan lingkungan yang nyaman
dan tenang dapat meningkatkan waktu
istirahat pasien dan mengurangi
ansietas.
Dukungan dari orangtua atau orang
terdekat dapat meningkatkan
semangat klien itu sendiri.
4. Implementasi Keperawatan.
Diagnose 1 : Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen, iritasi intestinal,
respons pembedahan.
Implementasi
1. Mengkaji respons nyeri dengan pendekatan PQRST.2. Mengistirahatkan klien saat nyeri muncul3. Mengatur posisi yang nyaman untuk mengatasi nyeri.4. Memberi oksigen nasal.5. Melakukan pemasangan selang nasogastrik.6. Mengajarkan teknik distraksi pada saat nyeri.7. Menghadirkan orang terdekat.8. Mendorong ambulasi dini.9. Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam pada saat nyeri.10.Menciptakan lingkungan tenang,batasi pengunjung dan istirahatkan pasien.11.Melakukan manajemen sentuhan.12.Pemberian informasi tentang penyebab nyeri dan cara-cara mengatasi selama
nyeri berlangsung.
13.Pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
16/18
38
Diagnose 2 : Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan keluar cairan
tubuh dari muntah, ketidakmampuan absrbsi air oleh intestinal.
Implementasi1. Mengkaji faktor-faktor penyebab, awitan onset, spesifikasi usia dan adanya
riwayat penyakit lain yang dapat menyebabkan kekurangan cairan.
2. Mengkaji skor dehidrasi.3. Menghindari intake intake cairan melalui oral.4. Melakukan pemasangan IVFD.5. Mendokumentasikan dengan akurat tentang asupa dan haluaran cairan.6. Membantu pasien apa bila pasien ingin muntah.7. Mengevaluasi kadar elektrolit serum.8. Mendokementasikan perubahan klinik dan laporkan dengan tim medis.9. Memonitor ketidakseimbangan elektrolit.10.Kolaborasi dengan tim medis terapi farmakologis seperti antiemetic.
Diagnosa 3 : Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan absorbs nutrisi.
Implementasi
1. Menganjurkan pasien untuk membatasi aktivitas dan meningkatkan waktuistirahat.
2. Mengajurkan pasien untuk beristirahat sebelum makan.3. Memberikan pasien perawatan oral.4. Membatasi semua makanan yang dapat menyebabkan kram abdomen.5. Memberikan obat antikolinergik 15-30menit sebelum makan.
Diagnosa 4 : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan
status kesehatan
Implementasi
1. Mengkaji perilaku koping baru dan menganjurkan penggunaan ketrampilanyang berhasil pada waktu lalu.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
17/18
39
2. Mendorong dan menyediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas.3. Menjelaskan prosedur tindakan dan beri penjelasan mengenai penyakit
obstruksi usus halus.
4. Mempertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman.5. Mendorong keluarga atau orang terdekat untuk memberikan dukungan.
6. Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut.
1.
Nyeri terkontrol atau teradaptasi2. Kondisi cairan tubuh optimal3. Pasien tidak mengalami injuri pascaprosedur bedah, pascareduksi enema
barium dan terjadi penurunan resiko perforasi atau peritonitis
4. Tidak terjadi syok hipovolemik selama asuhan keperawatan5. Asupan nutrisi optimal6. Tidak mengalami infeksi luka pasca bedah7. Orangtua memahami dan termotivasi untuk ikut serta dalam mencegah
ganguan tumbuh kembang anak.
8. Tingkat kecemasan pasien atau orangtua menurun.
-
7/30/2019 Askep Teori Obstruksi Usus Halus
18/18
40
BAB 3
PENUTUP
3.1 SimpulanObstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus istestinal. Ileus obstruksi adalah sumbatan yang mencegah aliran normal
dari isi usus melalui saluran usus (Deder Durmawan dan Tutik Rahayuningsih
2010:72).
Obstruksi adalah sumbatan bagi jalan distal isi usus, sumbatan fisik
terletak melewati usus atau bila karena suatu ileus, yang berarti ketidakmampuan
isi usus menuju ke distal sekunder terhadap kelalaian sementara dalam motilitas
(Deder Durmawan dan Tutik Rahayuningsih 2010:72).
Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang
traktus intestinal (Nettina, 2001).
Menurut Deder Durmawan dan Tutik Rahayuningsih 2010:77 komplikasi
dari obstruksi usus: Nekrosis usus, perorasi usus, sepsis, syok-dehidrasi, abeses
sindrom usus pendek dengan malbsorpsi dan malnutrisi, pneumonia aspirasi dari
proses muntah, gangguan elektrolit, meninggal.
3.2 Saran
Mengingat banyaknya jenis obstruksi usus yang tidak diketahui oleh
masyarakat, sehingga kami berminat unuk membahas tentang obstruksi usus dan
asuhan keperawatan obstruksi usus halus. Yang bertujuan agar masyarakat dan
pembaca lebih mengetahui obstruksi usus ini. Diharapkan supaya masyarakat
yang sudah memahami tentang teori ini dapat menginformasikan kepada orang
lain. Dan jika terjadi tanda dan gejala seperti yang disebutkan, agar masyarakat
cepat mengkonsultasikannya kepada dokter, perawat, dan petugas kesehatan
lainnya.