Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

14
Askep pada pasien dengan Fraktur (general) FRAKTUR A. PENGERTIAN Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan luasnya yang terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar seperti trauma atau tenaga fisik (Brunner & Suddarth, 2001). KLASIFIKASI FRAKTUR Jenis-jenis fraktur ada 4, yaitu: 1. Fraktur komplet, yaitu: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran (bergeser dari posisi yang normal) 2. Fraktur tidak komplet, yaitu: patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang 3. Fraktur tertutup (fraktur simple), yaitu fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit 4. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/ komplit), yaitu fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu: a. Grade 1, dengan luka bersih yang kurang dari 1 cm.

description

word bedah

Transcript of Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

Page 1: Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

Askep pada pasien dengan Fraktur (general)

FRAKTUR

A.      PENGERTIAN

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan di tentukan sesuai jenis dan luasnya yang

terjadi jika tulang di kenai stress yang lebih besar seperti trauma atau tenaga fisik (Brunner &

Suddarth, 2001).

KLASIFIKASI FRAKTUR

Jenis-jenis fraktur ada 4, yaitu:

1.      Fraktur komplet, yaitu: patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran (bergeser dari posisi yang normal)

2.      Fraktur tidak komplet, yaitu: patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang

3.      Fraktur tertutup (fraktur simple), yaitu fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit

4.      Fraktur terbuka (fraktur komplikata/ komplit), yaitu fraktur dengan luka pada kulit atau

membran mukosa sampai ke patahan tulang.

Fraktur terbuka dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:

a.       Grade 1, dengan luka bersih yang kurang dari 1 cm.

b.      Grade II, luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif

c.       Grade III, mengalami kerusakan jaringan lunak yang lebih berat

(Brunner & Suddarth, 2001)

Fraktur juga digolongkan sesuai dengan pergeseran anatomis fragmen tulang, yaitu:

  Greenstick : Fraktur yang tidak sempurna dan sering terjadi pada anak-anak. Dimana salah satu

sisi tulang patah sedang sisi yang lain membengkok dan kortek tulang dan periosteum masih

utuh. Biasanya akan segera sembuh dan mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi yang

normal.

Page 2: Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

  Transversal : Fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang (sepanjang

garis tengah tulang)

  Oblik : Fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang

  Spiral : Fraktur memuntir seputar batang tulang

  Kominutif : serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat lebih dari dua

fragmen tulang

  Depresi : Fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering terjadi pada tulang

tengkorak dan tulang wajah)

  Kompressi/ impaksi : Fraktur ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada diantaranya

seperti satu vertebra dengan vertebra yang lain

  Patologik : Fraktur yang terjadi pada tulang yang berpenyakit (kista tulang, penyakit piaget,

metastasis tulang, tumor)

  Avulsi : Tertariknya fragmen tulang oleh ligament atau tendo pada perlekatannya (Price & Wilson,

1995).

B.     PENYEBAB

1.      Trauma langsung: benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat tersebut

2.      Trauma tidak langsung: dimana jarak antara titik tumpul benturan dengan terjadinya fraktur

berjauhan

3.      Proses penyakit: kanker dan riketsia

4.      Compresion force: klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat mengakibatkan fraktur

kompresi tulang belakang

5.      Muscle (otot): akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat menyebabkan

fraktur (misal: elektrik shock dan tetani)

C.  PATOFISIOLOGI

Etiologi : trauma, kelemahan/

Page 3: Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

tekanan, patologi

Fraktur

Periosteum, cortex, pembuluh darah

Sum-sum tulang dan jaringan lunak terputus

Perdarahan jaringan skeletal

Hematoma canal medularis

Sebagian jaringan nekrosis

Stimulasi respon radang (vasodilatasi, eksudasi plasma,

migrasi leukosit dan infiltrasi sel darah putih)

D.      MANIFESTASI KLINIK

1.      Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi. spasme otot

akibat reflek involunter pada otot, trauma langsung pada jaringan, peningkatan tekanan pada

saraf sensori, pergerakan pada daerah fraktur dan dapat diminimalkan dengan bidai alamiah

2.      Deformitas, akibat dari pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai (perbedaan fungsi

normal otot pada integritas tulang)

3.      Pemendekan tulang yang terjadi karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat

fraktur

4.      Krepitus, bunyi derik tulang yang dapat diperiksa dengan tangan. Hal ini terjadi karena gesekan

antara fragmen satu dengan yang lain. Uji krepitus ini dapat berdampak kurang baik, terjadinya

kerusakan jaringan lunak yang lebih berat

Page 4: Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

5.      Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit, terjadi akibat trauma dan perdarahan yang

mengikuti fraktur yang timbul beberapa jam setelah kejadian.

6.      Echimosis, ekstravasasi darah dalam jaringan subkutan (Brunner & Suddarth, 2001)

E.     KOMPLIKASI

1.      Komplikasi awal

  Syok hipovolemik/ traumatik, ketika terjadi fraktur (extremitas, vertebra, pelvis, femur) yang

mengakibatkan perdarahan dan kehilangan cairan extrasel kemudian aliran darah berkurang di

jaringan yang rusak dan mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik

  Sindrom emboli lemak

  Sindrom kompartemen

  Trombo emboli vena, berhubungan dengan penurunan aktivitas/ kontraksi otot/dan terapi

antibiotik

  Infeksi, biasanya pada fraktur terbuka, terjadi kontaminasi infeksi sehingga perlu monitor tanda-tanda infeksi dan terapi antibiotik

2.      Komplikasi lambat

Delayed union, proses penyembuhan fraktur sangat lambat dari yang diharapkan, biasanya lebih

dari 4 bulan. Proses ini berhubungan dengan proses infeksi

Non union, proses penyembuhan gagal meskipun sudah diberi pengobatan. Hal ini di sebabkan

oleh fobrous union atau pseudoarthrosis

Mal union, proses penyembuhan terjadi tetapi tidak memuaskan (ada perubahan bentuk)

Nekrosis avaskuler di tulang, karena suplai darah menurun sehingga menurunkan fungsi tulang

F.     PRINSIP PENANGANAN FRAKTUR

Prinsip penanganan fraktur ada 4, yaitu: rekognisi, reduksi, retensi dan rehabilitasi.

Page 5: Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

1.      Rekognisi, mengenal jenis fraktur, lokasi dan keadaan secara umu; riwayat kecelakaan, parah

tidaknya luka, diskripsi kejadian oleh pasien, menentukan kemungkinan tulang yang patah dan

adanya krepitus.

2.      Reduksi, mengembalikan fragmen tulang ke posisi anatomis normal untuk mencegah jarinagn

lunak kehilangan elastisitasnya akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Reduksi ada 3

(tiga), yaitu:

  Reduksi tertutup (close reduction), dengan cara manual/ manipulasi, dengan tarikan untuk

menggerakan fragmen tulang/ mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujungnya

saling berhubungan)

  Traksi, digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi, dimana beratnya traksi di

sesuaikan dengan spasme otot. Sinar X digunakan untuk memantau reduksi fraktur dan

aproksimasi fragmen tulang

  Reduksi terbuka, dengan memasang alat untuk mempertahankan pergerakan, yaitu fiksasi internal

(kawat, sekrup, plat, nail dan batang dan implant logam) dan fiksasi ekterna (pembalutan, gips,

bidai, traksi kontinue, pin dan tehnik gips

3.      Reposisi, setelah fraktur di reduksi, fragmen tulang harus di imobilisasi atau dipertahankan

dalam posisi penyatuan yang tepat. Imobilisasi dapat dilakukan dengan cara fiksasi internal dan

eksternal.

4.      Rehabilitasi, mempertahankan dan mengembalikan fungsi, dengan cara:

  Mempertahankan reduksi dan imobilisasi

  Meninggikan ekstremitas untuk meminimalkan pembengkakan

  Memantau status neorovaskular

  Mengontrol kecemasan dan nyeri

  Latihan isometrik dan setting otot

  Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari

  Kembali keaktivitas secara bertahap

G.    TAHAP PENYEMBUHAN TULANG

Page 6: Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

1.      Tahap pembentukan hematum

Dalam 24 jam pertama mulai terbentuk bekuan darah dan fibri yang masuk kearea fraktur , suplai

darah meningkat, terbentuklah hematum yang berkembang menjadi jaringan granulasi samapi

hari kelima

2.      Tahap proliferasi

Dalam waktu 5 hari hematum akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin

dalam gumpalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, invasi fibroblast dan

osteoblast yang akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matrik kolagen pada

patahan tulang sehingga terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan

3.      Tahap pembentukan kallus

Pertumbuhan jaringan berlanjut sampai celah terhubungkan. Memerlukan waktu 3-4 minggu

agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus

4.      Osifikasi

Pembentukan kallus mulai mengalami penulangan endokondrial. Mineral terus di timbun hingga

tulang benar-benar bersatu (3-4 bulan)

5.      Konsolidasi (6-8 bulan) dan remodeling (6-12 bulan)

Tahap akhir dari perbaikan patah tulang dan kallus mengalami pembentukan tulang sesuai

aslinya.

H.    TINDAKAN PEMBEDAHAN

1. ORIF (OPEN REDUCTION INTERNAL FIXATION)

Melakukan insisi dan menyusun kembali bagian fraktur dengan visual secara langsung. Reduksi

terbuka merupakan pilihan pengobatan untuk fraktur campuran yang di sertai dengan injury

neurovaskuler yang berat atau jika jaringan lunak berada di permukaan antara dua tulang.

Internal fixation membuat tulang menjadi imobil dan dapat mencegah deformitas pada tulang

tetapi bukan sebagai pengganti untuk penyembuhan tulang.

Metode pelaksanaan ORIF:

Page 7: Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cidera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik

menuju tempat yang mengalami fraktur

Fraktur diperiksa dan diteliti

Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka

Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang normal kembali

Sesudah reduksi fragmen-fragmen tulang dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin,

sekrup, plate, dan paku

Keuntungan:

Reduksi akurat

Stabilitas reduksi tinggi

Pemeriksaan struktur neurovaskuler

Berkurangnya kebutuhan alat imobilisasi eksternal

Penyatuan sendi yang berdekatan dengan tulang yang patah menjadi lebih cepat

Rawat inap lebih singkat

Dapat lebih cepat kembali ke pola kehidupan normal

Kerugian: Kemungkinan terjadi infeksi dan Osteomielitis

2. EKSTERNAL FIKSASI

Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak

(fraktur komplet pada humerus, lengan bawah, femur, tibia dan pelvis

  Metode alternatif manajemen fraktur dengan fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan tidak

untuk fraktur lama

  Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan gips.

  Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk implantasi pen ke tulang

  Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati tulang dan dikuatkan pennya.

  Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara lain:

-       Observasi letak pen dan area

-       Observasi kemerahan, basah dan rembes

-       Observasi status neurovaskuler distal fraktur

Page 8: Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

I.       PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1.      Pemeriksaan rontgen : menentukan lokasi/ luas fraktur dan trauma

2.      Scan tulang, tomogram, scan CT/MRI : memperlihatkan fraktur, juga untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak

3.      Arteriogram : dilakukan jika di curigai adanya kerusakan vaskuler

4.      Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi), atau menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple). SDP meningkat yang merupakan respon stres normal setelah trauma

5.      Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal

6.      Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi darah, tranfusi

multipel atau cedera hati

J.      ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

Aktivitas / istirahat

Tanda : Keterbatasan/ kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin

segera, fraktur itu sendiri, atau terjadi secara skunder, dari

pembengkakan jaringan, nyeri)

Sirkulasi

Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon terhadap nyeri,

anxietas, atau hipotensi

Tachikardi (respon stres, hipovolemi)

Penurunan/ tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian

Kapiler lambat, pucat pada bagian yang terkena.

Pembengkakan jaringan atau masa hematoma pada sisi cedera

Neurosensori

Gejala : Hilang gerakan/ sensasi, spasme otot

Kebas/ kesemutan (parastesis)

Tanda : Deformitas lokal: angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi,

Page 9: Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

spasme otot, terlihat kelemahan/ hilang fungsi

Agitasi, berhubungan dengan nyeri, anxietas atau trauma lain

Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (terlokalisasi pada area jaringan,

kerusakan tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tidak ada nyeri

akibat kerusakan saraf

Spasme/ kram otot (setelah imobilisasi)

Keamanan

Tanda : Laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna

Pembengkakan lokal (dapat meningkat secara bertahap/ hati-hati)

Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Lingkungan cedera

Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat: Femur 7,8 hari;

rencana pemulangan panggul/ pelvis 6,7 hari; lain-lain 4,4 hari (bila

memerlukan perawatan dirumah sakit

memerlukan bantuan dengan transportasi, aktivitas

perawatan diri dan pemeliharaan rumah

2.      Diagnosa keperawatan

a.         Risiko tinggi terjadi trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang

b.        Nyeri berhubungan dengan spasme otot; gerakan fragmen tulang; edema dan cedera pada

jaringan lunak; alat traksi/ mobilisasi; stress, anxietas

c.         Risiko tinggi disfungsi neurovaskuler perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah;

edema; pembentukan thrombus; hipovolemia

d.        Risiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubngan dengan perubahan aliran darah; emboli

lemak; perubahan membrane alveolar/ kapiler; interstitial; edema paru; kongesti

Page 10: Askep Pada Pasien Dengan Fraktur

e.         Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuscular; nyeri;

ketidaknyamanan; terapi

f.          Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer;

kerusakan kulit; trauma jaringan; prosedur invasive; traksi tulang

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M. E. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan

pendokumentasian pasien. Ed. 3. Jakarta: EGC

Price, S. A. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Ed. 4. Jakarta: EGC

Smeltzer, S. C. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner & Suddart. Ed. 8. Jakarta:

EGC