Asuhan Keperawatan ( askep ) Pada Klien Dengan Gangguan Volume Cairan
ASKEP KEPERAWATAN
-
Upload
husnuzhan-amirul-muminin -
Category
Documents
-
view
26 -
download
2
description
Transcript of ASKEP KEPERAWATAN
ASKEP KEPERAWATAN
ASKEP TBC
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D.M
DENGAN TUBERKOLOSIS PARU
UNIVERSITAS ABULYATAMA
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
2016
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN “TB”
A. Konsep dasar penyakit1. Pengertian
Tuberkolosis adalah infeksi penyakit menular yan disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara (airborne). Pada
hampir semua kasus infeksi tuberculosis didapatkan melalui inhalasi partikel kuman yang kecil
(sekitar 1-5 mm).
2. Etiologi
Penyakit TB Paru disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Kuman ini
berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, Oleh
karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar
matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.
Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk Droplet (percikan Dahak). Droplet yang
mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat
terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk
kedalam tubuh manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran napas, atau
penyebaran langsung kebagian-bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang penderita
ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif
hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak
negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis :
Herediter: resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkansecara genetik.
Jenis kelamin: pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan
lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
Pada masa puber dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat, kemungkinan infeksi
cukup tinggi.
Keadaan stress: situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress
emosional, kelelahan yang kronik).
Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan
untuk penyebarluasan infeksi.
Anak yang mendapat terapi kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
Nutrisi ; status nutrisi kurang.
Infeksi berulang : HIV, Measles, pertusis.
Tidak mematuhi aturan pengobatan.
3. Patofisiologi
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah
droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau
suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara
dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan air-
borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan
dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi di mana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan
menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan fokus ini disebut fokus primer atau
lesi primer (fokus Ghon). Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan
fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru
terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai
jalan, yaitu:
Percabangan bronchus
Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi
laring), maupun ke saluran pencernaan.
Sistem saluran limfe
Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung
mengakibatkan penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis
milier.
Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau mengangkut material
yang mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui
aliran darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan
bakteri tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur.
Ketika suatu saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang
melemahkan daya tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif
kembali. Inilah yang disebut reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini dapat
terjadi bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca-primer juga dapat
diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri
dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama
berada di daerah apeks paru.
Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi
spesifik terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap
disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB
ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi
dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai
kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu
mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan
menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang
buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan
sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap
menular (WHO 1996).
Pengaruh Infeksi HIV
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular
Immunity), sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang
bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah horang
terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian
penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
4. Manifestasi Klinik
Gejala klinik tuberculosis dapat dibagi dalam dua golongan yaitu gejala respiratorik dan
gejala sistemik.
a. Gejala respiratorik
1. Batuk lebih dari 3 minggu
2. Batuk darah
3. Nyeri dada
b. Gejala sistemik
1. Demam
2. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.
5. Pemeriksaan diagnostic
a. Kultur sputum : positif untuk mycrobacterium tuberculosis
b. Ziehl-Neelsen : positif untuk basil-basil asam cepat
c. Teskulit (PPD, Mantoux, Potongan volumer) menunjukkan : infeksi masa lalu dan adanya anti
bodi, tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
d. Foto thorax : menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas.
e. Histologi atau kulutr jaringan: positif untuk mycobacterium tuberculosis.
f. Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio
udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan satuarasi desigen sekunder terhadap
infiltrasi perenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.
6. Penatalaksanaan / Pengobatan
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan bakteriologi dan
klinis. Kesembuhan tuberculosis paru yang baik akan memperhatikan sputum BTA(-), adanya
perbaikan radiology dan menghilangkan gejalah.
7. Komplikasi
a. Batuk darah
b. Pneumothorax
c. Luluh paru
d. Gagal nafas
e. Gagal jantung
f. Efusi pleura
8. Pencegahan
Dapat dilakukan dengan cara;
a. Vaksinasi BCG pada bayi dan anak.
b. Terapi pencegahan
c. Diagnosis dan pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk mencegah penularan.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3 minggu.
b. Riwayat keluhan utama
Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu
makan dan kelemahan tubuh.
B. Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon)
a. Resepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan
Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani penyakitnya.
b. Aktifitas dan latihan
Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang
dialami.
c. Istirahat dan tidur
Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena batuk yang dialami pada malam hari
d. Nutrisi metabolic
Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan dmengalami penurunan akibat nafsu makan
yang kurang / malaise.
e. Eliminasi
Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB dan BAK.
f. Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien TB Paru kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.
g. Konsep Diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak mengalami
gangguan konsep diri.
h. Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta
pertolongan orang lain.
i. Pola seksual reproduksi
Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kemalin. Kebanyakan pasien
tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan tubuh
j. Pola peran Hubungan
Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melakukan peran.
k. Nilai dan kepercayaan
Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam melaksanakan ajaran agama biasanya
pasien tidak mengalami gangguan dalam sisitem nilai dan kepercayaan.
No.
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret purulen pada jalan nafas.
Bersihan jalan nafas kembali efektif
1. kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan dan irama.
2. berikan pasien posisi semi fowler atau fowler tinggi bantu pasien untuk batuk efektif dan latihan nafas dalam.
3. pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari, kecuali kontra indikasi
4. kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi, obat mukolitik
Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan akumulasi sekret ketidak mampuan membersihkan jalan nafas.
Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan.
Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.
Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.
2. Perubahan nutrisi kurangn dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan produksi sputum, anoreksia
Menunjukkan berat badan meningkat.
1. catat status nutrisi pasien, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, kemampuan / ketidak mampuan menelan, riwayat mual-muntal.
2. awasi masukan atau pengeluaran dan berat badan secara periodic
3. berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernapasan.
4. dorong makan sedikit dan sering dengan makanan TKTP
Berguna dalam mendefinisikan derajat / masalah dalam menentukan pilihan interfensi yang tepat.
Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum atau sisa obat.
Memaksimalkan masukan nutrisi sebagai kebutuhan energi dan
5. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan komposisi diet.
menurunkan iritasi gaster.
Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic dan diet.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan perpindahan.
Menyatakan pemahaman proses penyakit / prognosis dan kebutuhan pengobatan.
1. Kaji kemampuan pasien untuk belajar. Contoh : masalah kelemahan, tingkat partisipasi dan lingkungan yang terbaik.
2. tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diit karbohidrat dan masukan cairan adekuat.
3. Jelaskan dosis obat, frekwensi, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan lama
4. Tekankan untuk tidak minum alkohol dan tidak merokok
Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik ditingkatkan pada tahapan individu.
Memenuhi kebutuhan metabolic, membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan.
Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat.
Kombinasi INH dan Alkohol telah menunjukkan peningkatan insiden hepatitis.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D.M
DENGAN TUBERKOLOSIS PARU
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. D.M
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD (tamat)
Pekerjaan : Tani
Status : Kawin
Suku/ bangsa : Aceh/ Indonesia
Tgl. MRS : 15 - 03- 2016
Tgl. Pengkajian : 10 - 08-2016, jam 08.00 wita
Diagnosa medis : TB Paru
No. Med. Reg : 19 09 69
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Batuk berlendir.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Batuk dialami sejak + 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk disertai sesak nafas,
keringat dingin pada malam hari dan kelemahan tubuh. Saat dikaji klien mengeluh batuk
berlendir, lendir kental dan berwarna putih, disertai sesak nafas dan aktivitas dibantu orang lain.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien belum pernah dirawat di rumah sakit dan baru pertama kali dirawat di rumah sakit.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Hanya pasien yang menderita penyakit seperti ini di dalam keluarga. Klien memiliki satu orang
istri dan satu orang anak, tinggal di dalam satu rumah, jenis rumah permanen memiliki kamar
tidur 2, dapur 1 dan ruang tamu 1, ventilasi cukup, pencahayaan cukup.
3. Pengkajian Kasus Kelolaan
a. Persepsi Kesehatan/ Manajemen Kesehatan
Klien menganggap batuk yang dialami selama kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit
hanya batuk biasa dan menanggulanginya dengan membeli obat di warung. Klien mempunyai
riwayat merokok dan berhenti setelah sakit.
b. Pola Nutrisi Metabolik
Klien makan 3x sehari, diit TRTB, pagi makan bubur, siang dan malam makan nasi, ikan, sayur.
Klien minum air putih kurang lebih 2000 ml/ hari. BB sebelum masuk rumah sakit 46 kg, BB
setelah sakit 40 kg. Mengalami penurunan BB, nafsu makan menurun, IVFD dextrose 5% 20 gtt/
mnt, HB 5,7 g/ dl, albumin 2,2 mg/dl, protein total 7,6 mg/ dl, GDS 67 mg/ dl.
c. Eliminasi
Perkemihan : klien BAK 5-6x sehari, tidak ada kesulitan BAK, konsistensi urine
warna kuning pekat dan bau khas, BAK menggunakan urinal dan dilakukan di tempat tidur.
Pencernaan : klien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek warna kuning, tidak
ada kesulitan BAB, BAB menggunakan alat bantu dan dilakukan di tempat tidur.
Integumen : klien mengatakan sering berkeringat dingin pada malam hari.
d. Aktivitas dan Latihan
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian
Eliminasi
Mobiliasasi
Pindah
Ambulasi
Naik tangga
Ket : 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 :
tidak mampu. Klien mengalami sesak nafas, frekuensi pernafasan 24x/ mnt. Jenis pernafasan
torakul abdominal.
e. Kognitif Perseptual
Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, kesadaran compos mentis, merespon
terhadap rangsangan nyeri, pendengaran baik, penglihatan baik, pembicaraan terarah dapat
berinteraksi dengan orang lain.
f. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit : klien beristirahat dengan baik, tidur siang 15.00-7.00 wita, tidur
malam 20.00-06.00 wita, tidak pernah menggunakan obat tidur
Saat dikaji : klien tidur siang pukul 13.00-16.00 wita, tidur malam 20.00-05.00
wita, klien sering terbangun sekali-kali jika batuk.
g. Konsep Diri
Identitas : klien berjenis kelamin laki-laki dan senang dengan identitasnya
sebagai laki-laki.
Harga diri : klien merasa bahwa ia berharga bagi anggota keluarga yang lain dan
ingin segera cepat sembuh.
Ideal diri : klien tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai petani karena sakit.
Gambaran diri : klien merasa ia adalah seorang anggota masyarakat yang baik dan
kepala keluarga yang baik.
Peran : klien bekerja sebagai petani yang rajin dan sebagai kepala keluarga
yang baik bagi anggota keluarganya.
h. Pola Koping – Intoleransi Stres
Klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan tim medis tentang kondisi
penyakitnya, tingkat kecemasan ringan dengan tanda-tanda klien menyerahkan kesembuhannya
pada Tuhan Yang Maha Esa dan tim medis, N : 80x/ mnt, R : 22x/ mnt, ekspresi wajah tampak
tenang karena klien percaya ia bisa disembuhkan. Dalam mengatasi masalah klien sering
meminta bantuan orang lain.
i. Pola Peran – Hubungan
Hubungan klien dengan anggota keluarga berjalan dengan baik. Klien bekerja sebagai seorang
petani, sudah menikah. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain baik.
j. Pola Seksual – Reproduksi
Klien sudah menikah, mempunyai 1 orang anak, istri masih hidup. Klien tidak lagi melakukan
hubungan seksual karena keadaan yang sedang sakit.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien beragama Kristen Protestan, klien percaya dan yakit pada TYME.
4. Pemeriksaan Fisik
TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,5oC
BB : 40 kg
Head to Toe
- Kepala
Inspeksi : warna rambut hitam, kebersihan terjaga, bentuk kepala bulat
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
- Mata
Inspeksi : sclera tidak ikterus, konjungtiva anemis, pupil bulat
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
- Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, sekret tidak ada
Palpasi : nyeri tekan tidak ada
- Mulut
Inspeksi : bibir tampak kering, gigi berlubang, mukosa lembab, bau mulut tidak ada
- Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
- Thorax/ dada
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Palpasi : stem fremitus kiri dan kanan
Perkusi : sonur kiri dan kanan
Auskultasi : ronchi +/ +, wheezing +/ +a
- Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa
Perkusi : tidak kembung
Auskultasi : bising usus normal
- Ekstremitas
Atas : akral hangat, tidak ada oedem, tangan kanan terpasang infuse dextrose 5%
20 gtt/ mnt
Bawah : akral hangat, tidak ada odem
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium tgl. 08-03-2016
Jenis Hasil Normal
HB
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
GDS
Ureum
Creatinin
Asam urat
Protein total
Albumin
5,7 g/ dL
2,03 uL
7400 uL
230.000 uL
67 mg/ dL
31 mg/ dL
1,1 mg/ dL
8,5 mg/ dL
7,6 mg/ dL
2,2 mg/ Dl
13-17 g/ dL
4,20-5,40 uL
5.000-10.000 uL
150.000-450.000 uL
110-160 mg/ dL
10-50 mg/ dL
0,6-1,1 mg/ dL
2,4-7,0 mg/ dL
6,6-8,3 mg/ dL
3,7-5,3 mg/ dL
b. Foto thorax
Hasil : tampak TB Paru
c. Sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA 3x positif Mycobakterium Tuberkolosis
6. Terapi
Tgl : 11-03-2016
IVFD Dextrose : 5% 20 gtt/ mnt
Cefixime : 2 x 100 mg tab
Ranitidine : 2 x 1 amp inj
Codein : 3 x 20 gr tab
Rifampisin : 150 mg 1 x 3 tab
INH : 750 mg 1 x 3 tab
PZA : 400 mg 1 x 3 tab
Etambutol : 275 mg 1 x 3 tab
B6 : 1 x 1 tab
Alupurinol : 100 mg tab 1-0-0
7. Klasifikasi Data
DS : - klien mengeluh batuk berlendir
- klien mengeluh sesak nafas
- klien mengeluh aktivitasnya perlu bantuan orang lain
- klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan
- klien mengeluh mengalami penurunan berat badan
- klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya
DO : - TTV
TD : 130/80 mmHg N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt SB : 36,5oC
- auskultasi paru ronchi +/ +, wheezing +/ +
- aktivitas dibantu orang lain
- BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur
- terpasang infuse di lengan kanan dextrose 5%
- BB sebelum sakit : 46 kg, BB sesudah sakit : 40 kg
- pendidikan klien tamat SD
ANALISA DATA
N
o
Data Dampak Masalah Masalah
1 : - klien mengeluh batuk
berlendir
- klien mengeluh sesak
nafas
: - TTV
TD : 130/80 mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,5oC
- auskultasi paru ronchi +/
+
- sputum kental
Peradangan parenkim
paru
Keluarnya eksudut
dalam alveoli
Peningkatan produksi
sputum
Kemampuan batuk
menurun
Tertahannya sekresi
Jalan nafas terganggu
Bersihan jalan
nafas tidak efektif
2 : - klien mengatakan
aktivitasnya dibantu
: - BAB dan BAK
dilakukan di tempat tidur
- terpasang IVFD dextrose
5% di lengan kanan
Proses penyakit
Kelemahan tubuh
Terpasang infuse di
lengan kanan
Aktivitas terbatas
Intoleransi aktivitas
3 : - klien mengeluh
mengalami penurunan nafsu
makan
- klien mengeluh
mengalami penurunan berat
badan
Adanya sputum pada
saluran pernafasan dan
di bagian mulut
Batuk produktif
Peningkatan frekuensi
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
N
o
Data Dampak Masalah Masalah
: - BB sebelum sakit : 46
kg, BB sesudah sakit : 40 kg
pernafasan
Nafsu makan menurun
4 : - klien mengatakan tidak
mengerti tentang penyakitnya
: - pendidikan klien tamat
SD
Tingkat pendidikan
tamat SD
Kurang informasi
tentang penyakitnya
Kurang pengetahuan
Kurang
pengetahuan
Prioritas Masalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sputum yang kental
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh dan proses pengobatan
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d produksi sputum yang kental
4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurangnya informasi
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Bersihan jalan nafas
tidak efektif b/d
produksi sputum
ditandai dengan :
klien mengeluh
batuk berlendir
klien mengeluh
sesak nafas
TTV
TD : 130/80mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,5oC
auskultasi paru
ronchi +/ +
sputum kental
Bersihan jalan
nafas kembali
efektif setelah
diberikan tindakan
keperawatan
selama 3 hari
dengan kriteria
hasil:
- batuk berlendir
berkurang atau
hilang
- sekret encer
- tanda-tanda vital
dalam putus
normal
- ronchi -/-
1. Kaji fungsi pernafasan
seperti bunyi,
kecepatan dan irama
setiap jam 06.00,
12.00, 18.00 setiap
hari
2. Observasi tanda-tanda
vital setiap jam 06.00,
12.00, 18.00 setiap
hari
3. Atur posisi klien
dengan posisi semi
fowler setiap kali klien
merasa sesak nafa
1. Penurunan fungsi
nafas dapat
menunjukkan
ketidakmampuan
untuk membersihkan
jalan nafas.
2. Penyimpangan
normal TTV
menunjukkan
perubahan status
pasien.
3. Posisi membantu
ekspansi paru dan
menurunkan upaya
pernafasan.
11-3-16, jm.08.00
1. Melakukan pengkajian
frekuensi pernafasan
24x/ mnt, iramanya
teratur, terdengar
ronchi dan jenis
pernafasan torakal
abdominal
11--16, jm.12.00
2. Mengukur TTV
TD : 130/80mmHg
N : 84 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,2oC
- Mengawasi klien
minum obat codein 1
tablet dan cefixime 1
tablet
11-3-16, jm.12.15
3. Merubah posisi tidur
klien dari tidur satu
bantal menjadi posisi
semi fowler
11-3-16, jm.13.15
4. Mengajarkan teknik
: - klien mengatakan
sesak berkurang
setelah diatur pada
posisi semi fowler
- klien mengatakan
sputum yang keluar
banyak
: - TTV
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,2oC
A : masalah belum
teratasi
: - kaji fungsi
pernafasan setiap jam
06.00, 12.00, 18.00
- observasi TTV
setiap 8 jam
- pertahankan posisi
tidur semi fowler
- anjurkan klien
untuk minum air putih
yang banyak
- anjurkan klien
untuk tetap
menggunakan teknik
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
4. Ajarkan teknik nafas
dalam dan batuk
efektif pada pertemuan
pertama
5. Anjurkan pasien untuk
gunakan teknik batuk
efektif setiap ingin
batuk
6. Anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan
cairan sedikitnya
2.500 ml/ hari
7. Kolaborasi beri obat
sesuai instruksi dokter
Ranitidine inj 2x1 amp
(06.00 & 18.00)
Cefixime 2x1 tab
(06.00, 12.00, 18.00)
Codein 3x1 tab (06.00,
12.00, 18.00)
4. Memaksimalkan
ventilasi dan
meningkatkan gerakan
sekret ke dalam jalan
nafas besar sebagai
mudah dikeluarkan
5. Melatih pasien untuk
dapat belajar
mengatasi batuk yang
dialaminya.
6. Pemasukan cairan
yang banyak
membantu
mengencerkan sekret.
7. Beri obat dengan
teratur mempercepat
proses penyembuhan
nafas dalam dan batuk
efektif pada klien
11-3-16, jm.13.30
5. Menganjurkan pasien
untuk gunakan teknik
batuk efektif setiap
batuk
11-3-16, jm.13.45
6. Menganjurkan
keluarga dan klien
untuk memenuhi
asupan cairan yang
cukup bagi klien
dengan minum air
putih yang banyak +
2500 ml/ hari
11-3-16, jm.18.00
7. Memberikan obat
sesuai instruksi
ranitidine inj 1 ampul/
3 cc melalui IVFD
Menganjurkan klien
untuk minum obat
tablet secara teratur
dan tidak boleh
berhenti
batuk efektif setiap
batuk
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Rifampisin 1x3 tab
(06.00)
INH 1x3 tab (06.00)
PZA 1x3 tab (06.00)
Etambutol 1x3 tab
(06.00)
B6 1x1 tab (06.00)
Alupurinol 1-0-0
(06.00)
Intoleransi aktivitas b/d
kelemahan tubuh dan
proses penyakit ditandai
dengan :
klien mengatakan
aktivitasnya dibantu
BAB dan BAK
dilakukan di tempat
terpasang infus
dextrose 5% di lengan
Klien dapat
beraktivitas dengan
baik dengan
kriteria hasil :
- Klien dapat
beraktivitas secara
mandiri
- BAB dan BAK
dilakukan sendiri
di toilet
1. Monitor derajat
mobilitas dengan
menggunakan skala
ketergantungan
2. Bantu pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
berdasarkan tingkat
ketergantungannya
1. Untuk mengetahui
tingkat
ketergantungan
2. Memenuhi kebutuhan
sehari-hari klien
11-3-16, jm.08.00
1. Melakukan observasi
derajat ketergantungan
pada klien. mandi = 4,
berpakaian = 4,
eliminasi = 3,
mobilisasi = 2, pindah
= 4, ambulasi = 4, naik
tangga = 4. Hasil :
terjadi ketergantungan
11-3-16, jm.08.10
2. Membantu pasien
dalam eliminasi BAK
dengan menyediakan
urinal dan pispot pada
saat BAB
11-3-16, jm.08.15
3. Menganjurkan klien
: - klien mengeluh
belum bisa sepenuhnya
beraktivitas masih
terbatas pada
mobilisasi
- klien mengeluh
merasa lelah
: - klien belum bisa
melakukan seluruh
aktivitas
- BAB dan BAK di
tempat tidur
A : masalah belum
teratasi
: - bantu klien dalam
pemenuhan kebutuhan
- anjurkan klien
untuk beraktivitas
secara mandiri
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
3. Anjurkan klien untuk
beraktivitas secara
bertahap
4. Beri reinforcement
positif terhadap tingkat
keberhasilan klien
3. Melatih klien untuk
tidak tergantung dan
secara bertahap bisa
mandiri
4. Pujian
membangkitkan
semangat pasien
untuk bisa mandiri
untuk bisa melakukan
mobilisasi miring kiri,
miring kanan dan
duduk secara mandiri
tanpa bantuan orang
lain. Hasil : klien bisa
melakukan mobilisasi
miring kiri dan miring
kanan
11-3-16, jm.08.15
4. Memberikan pujian
pada klien karena
klien sudah bisa
mobilisasi secara
mandiri
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan b/d produksi
sputum dan anoreksia
ditandai dengan :
klien mengeluh
mengalami penurunan
nafsu makan
klien mengeluh
Menunjukkan
peningkatan nutrisi
dengan kriteria
hasil :
- Peningkatan BB
- Bebas tanda
malnutrisi
1. Catat nutrisi klien
pada penerimaan, BB,
turgor kulit, adanya
riwayat mual muntah
atau tidak
1. Berguna dalam
mendefinisikan
derajat masalah dan
pilihan intervensi
yang tepat
12-3-16, jm.08.00
1. Mencatat status nutrisi
klien, hasil nutrisi
pasien kurang dari
kebutuhan, BB saat
masuk : 40 kg, turgor
kulit baik, mual
muntah tidak ada,
nafsu makan menurun
: - klien mengatakan
sudah bisa makan
walaupun masih dalam
porsi
: - porsi makan
dihabiskan
- frekuensi makan
meningkat
- BB 40 kg
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
mengalami penurunan
berat badan
BB sebelum sakit :
46 kg, BB sesudah
sakit : 40 kg
2. Awasi masukan
makanan dan cairan.
Awasi pengeluaran
urine, keringat
timbang BB setiap hari
3. Anjurkan klien makan
dalam porsi sedikit
tapi sering dengan
makanan TKTP
4. Kolaborasi ahli gizi
komposisi diit
Pagi : bubur dan telur,
Siang : nasi, telur/
ikan, sayur, sup, buah,
Sore : ekstra telur,
Malam : nasi, telur/
ikan, sayur
2. Berguna mengukur
keefektifan nutrisi dan
dukungan cairan
3. Memaksimalkan
masukan nutrisi
sebagai kebutuhan
energi
4. Memberikan bantuan
dalam perencanaan
diit dengan nutrisi
yang adekuat
12-3-16, jm.08.058
2. Mengganti cairan
infuse dari NaCl 0,9%
diganti dextrose 5% 20
gtt/ mnt, BB : 40 kg
12-3-16, jm.08.10
3. Menganjurkan klien
untuk makan sedikit
tapi sering
12-3-16, jm.12.00
4. Mengawasi pola
makan pasien, hasil
klien menghabiskan
makanannya, porsi
makan sedikit
A : masalah teratasi
sebagian
: - awasi masukan dan
pengeluaran
- timbang BB setiap
hari
- menganjurkan
klien untuk tetap
mempertahankan
masukan nutrisi
Kurang pengetahuan
tentang penyakitnya b/d
kurangnya informasi
ditandai dengan :
klien mengatakan
tidak mengerti tentang
Klien mengerti
tentang
penyakitnya
setelah diberikan
penyuluhan dengan
kriteria hasil :
1. Kaji pengetahuan
klien tentang penyakit
TBC yang dialaminya
1. Belajar tergantung
pada emosi dan
kesiapan fisik
13-3-16, jm.08.00
1. Mengukur
kemampuan klien
untuk belajar, hasil
klien mau diberikan
penyuluhan
: - klien dan keluarga
mengatakan mengerti
tentang penyakit yang
diderita
: - klien dapat
menjelaskan kembali
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
penyakitnya
tingkat pendidikan
klien tamat SD
- Klien
mengungkapkan
pemahaman
tentang penjelasan
yang diberikan
- Klien dapat
menjelaskan
kembali secara
umum penjelasan
yang diberikan
2. Jelaskan pada klien
pentingnya perawatan
dan pengobatan di
rumah sakit
3. Jelaskan pada klien
tentang proses
penyakit, pengobatan
dan pencegahan
4. Jelaskan pada klien
dan keluarga tentang
dosis obat, frekuensi,
alasan pengobatan
lama dan akibat putus
obat
2. Perawatan
pengobatan di rumah
sakit penting untuk
mengurangi
komplikasi
3. Memberikan
pengetahuan pada
klien tentang
penyakitnya
4. Mencegah pasien
putus obat, dan
meningkatkan kerja
sama dalam
pengobatan
13-3-16, jm.08.20
2. Memberikan
penyuluhan kepada
klien dan keluarga
tentang pentingnya
perawatan di rumah
sakit
13-3-16, jm.09.00
3. Memberikan
penyuluhan pada klien
dan keluarga tentang
penyakit yang diderita
klien
13-3-16, jm.09.30
4. Menjelaskan pada
klien dan keluarga
tentang pentingnya
pengobatan dan
dampak berhenti
minum obat yaitu
pengobatan dimulai
dari pertama dan
penyakit yang diderita
pentingnya putus obat
dan akibat putus obat
A : masalah teratasi
: - anjurkan klien dan
keluarga berobat
secara teratur dan tidak
boleh putus obat
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
bisa bertambah parah.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
Senin,
11-03-16
I
I, II
I
I
08.0
0
08.1
5
13.1
5
13.2
- Mengkaji fungsi
pernafasan klien
Hasil : pernafasan cepat,
frekuensi 24 x/ mnt,
irama teratur, jenis
pernafasan torakal/
abdominal
- Melakukan pengukuran
TTV :
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 24 x/ mnt
SB : 36,2oC
- Mengajarkan teknik
nafas dalam dan batuk
efektif
Hasil : klien dapat
melakukan dengan baik,
klien dapat
mengeluarkan sekret,
warna putih, encer
jumlah + ½ sendok
makan
- Merubah posisi tidur
klien dari tidur
terlentang menjadi semi
fowler
: - klien mengatakan
masih batuk berlendir
- klien mengeluh
masih sesak nafas
: - TTV
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,2oC
A : masalah belum
teratasi
: - kaji fungsi
pernafasan setiap jam
06.00, 12.00, 18.00
- observasi TTV
setiap pukul 06.00,
12.00, 18.00
- anjurkan klien untuk
menggunakan teknik
batuk efektif setiap ingin
batuk
- anjurkan klien untuk
tetap mengkonsumsi
cairan yang banyak
- pertahankan posisi
semi fowler
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
I
I
I, II, III
I, II
5
13.3
0
13.4
5
18.0
0
18.0
0
- Menganjurkan klien
untuk menggunakan
teknik batuk efektif
setiap kali ingin batuk
- Menganjurkan keluarga
dan klien untuk
memenuhi asupan cairan
yang cukup bagi klien
dengan minum air yang
banyak
- Memberikan obat sesuai
instruksi
Ranitidine 1 ampul dan
menganjurkan klien
untuk minum obat tablet
secara teratur dan tidak
boleh putus
- Mengkaji TTV dan
fungsi pernafasan
Hasil :
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,2oC
Fungsi pernafasan baik,
irama teratur, frekuensi
22 x/ mnt
Selasa,
12-3-16
II 08.0
0
- Melakukan observasi
derajat ketergantungan
Diagnosa I
: - klien mengatakan
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
III
I
III
II, III
08.0
0
08.0
0
08.0
5
pada klien
Hasil :
Mandi = 2, berpakaian =
2, eliminasi = 3,
mobilisasi = 2, pindah =
3, ambulasi = 2, naik
tangga = 3
- Mencatat status nutrisi
klien
Hasil : nutrisi kurang
dari kebutuhan, BB saat
masuk RS : 40 kg,
turgor kulit baik, mual
muntah tidak ada, nafsu
makan menurun
- Melakukan pengkajian
frekuensi pernafasan
22x/ mnt, irama teratur,
jenis pernafasan torakal
abdominal
- Mengganti cairan infuse
dari NaCl 0,9% diganti
dextrose 5% 20 gtt/ mnt,
menimbang BB hasil
BB : 40 kg
- Membantu pasien untuk
eliminasi BAK dan
mobilisasi
- Menganjurkan klien
untuk makan sedikit tapi
masih batuk berlendir
- klien mengatakan
sesak nafas berkurang
: - sputum putih kental
- R : 22 x/ mnt
A : masalah teratasi
sebagian
: - pertahankan posisi
semi fowler
- kaji frekuensi
pernafasan, jenis dan
irama setiap jam 06.00,
12.00, 18.00
Diagnosa II
: - klien mengatakan
aktivitasnya masih
dibantu
: - BAK dilakukan di
tempat tidur
A : masalah belum
teratasi
: - bantu klien dalam
pemenuhan kebutuhan
sehari
- anjurkan untuk
beraktivitas secara
mandiri dengan bertahap
Diagnosa III
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
II
I, III
I
I, II
08.1
0
08.1
5
12.0
0
sering
- Menganjurkan klien
untuk bisa melakukan
mobilisasi sendiri tanpa
bantuan orang lain
Hasil : klien mau
melakukan aktivitas
- Mengukur TTV
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,5oC
- Mengawasi pola makan
pasien
Hasil : klien
menghabiskan
makanannya porsi
makan sedikit
- Menganjurkan klien
untuk tetap
menggunakan teknik
batuk efektif setiap
ingin batuk
- Memberikan suntikan
ranitidine inj 1 ampul
via IVFD,
menganjurkan klien
untuk minum obat tablet
secara teratur
: - klien mengatakan
sudah bisa makan
walaupun dalam porsi
yang sedikit
: - porsi makan
dihabiskan
- frekuensi makan
meningkat
A : masalah teratasi
sebagian
: - awasi pemasukan
dan pengeluaran
- timbang BB tiap hari
- anjurkan klien untuk
tetap makan dalam porsi
sedikit tapi sering
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
13.1
5
18.0
0
Rabu,
13-8-08
I, II,
III, IV
III
08.0
0
08.2
0
- Melakukan pengkajian
frekuensi pernafasan 24
x/ mnt, irama teratur,
jenis pernafasan torakal
abdominal
- Observasi derajat
ketergantungan, mandi
= 2, berpakaian = 2,
eliminasi = 2, mobilisasi
= 0, pindah = 3,
ambulasi = 2, naik
tangga = 3
- Mengukur kemampuan
klien untuk belajar
Hasil : klien mau
diberikan penyuluhan
- Memberikan
penyuluhan kepada
klien tentang pentingnya
perawatan di rumah
sakit, proses penyakit,
alasan pengobatan lama
Diagnosa I
: - klien mengeluh
batuk berlendir
: - sputum kental
- TTV
TD : 130/80mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,5oC
A : masalah belum
teratasi
: - pertahankan posisi
semi fowler
- anjurkan klien untuk
meningkatkan asupan
cairan
- anjurkan untuk tetap
gunakan teknik batuk
efektif
Diagnosa II
: - klien mengatakan
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
08.3
0
09.0
0
10.0
0
10.1
0
12.0
0
dan akibat putus obat
- Mengatur posisi pasien
semi fowler
- Mengganti cairan dari
dextrose 5% dengan
dextrose 5%
- Menganjurkan klien
untuk menggunakan
teknik batuk efektif
setiap ingin batuk
- Menganjurkan klien
untuk terus
meningkatkan aktivitas
secara mandiri
- Mengobservasi TTV
TD : 130/80mmHg
N : 80 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,5oC
- Mengawasi pola makan
klien, klien makan
dengan porsi sedikit
makanan dihabiskan
- Menimbang BB pasien
Hasil : BB = 40 kg
- Memberikan suntikan
via IVFD ranitidine 1
ampul
- Menganjurkan untuk
minum obat secara
belum bisa beraktivitas
sepenuhnya masih
terbatas pada mobilisasi
: - BAB dan BAK di
tempat tidur
- berpakaian dibantu
oleh keluarga
A : masalah belum
teratasi
: - anjurkan klien
beraktivitas mandiri
secara bertahap
Diagnosa III
: - klien mengatakan
sudah bisa dalam porsi
sedikit
- klien mengatakan
sering makan
: - porsi makan sedikit,
makanan dihabiskan
- BB : 40 kg
A : masalah teratasi
sebagian
: - anjurkan klien tetap
mempertahankan asupan
nutrisi yang
- timbang BB setiap
hari
Hari/ Tgl. Dx Jam Implementasi Evaluasi
13.0
0
18.0
0
teratur jangan sampai
putus obat dan akibat
putus obat
- Menjelaskan bahwa
tugas di ruangan telah
selesai
Diagnosa IV
: - klien
mengungkapkan
mengerti tentang cara
pencegahan penularan
penyakit dan akibat
putus obat
: - klien dapat
menjelaskan kembali
cara pencegahan dan
akibat putus obat
- klien dapat minum
obat sendiri
A : masalah teratasi
: -
RENCANA PENDIDIKAN KESEHATANTopik : Tuberkolosis Paru, Pencegahan dan Akibat Putus ObatTujuan : Meningkatkan Pengetahuan dan Mencegah Klien Putus ObatSasaran : Klien dan KeluargaTempat : Irina C2 Kamar 212 RSU ZAINAL ABIDIN Tanggal : 13 Maret 2016 jam 08.20 wita
No Tujuan Khusus Materi Metode Media
Aktivitas KMBPetugas
Kesehatan Klien Proses
1 Klien dan keluarga memahami penyakit tuberkulosis paru
Konsep TB Paru
1. Pengertian2. Penyebab3. Gejala4. Cara
penularan
- Ceramah Tanya
jawab
- Flip chart- Leaflet
Menjelaskan kepada klien dan keluarga konsep tuberkolosis paru
Memperhatikan penjelasan petugas dan bertanya jika tidak mengerti
- Apa itu penyakit tuberkolosis?
- Penyebabnya?- Gejalanya?- Cara
penularan?2 Klien dan
keluarga mengerti tentang alasan dirawat di RS, pentingnya pengobatan dan akibat dari putus obat
- Alasan dirawat di RS
- Pentingnya pengobatan dan akibat putus obat
- Ceramah- Tanya
jawab
- Flip chart- Leaflet
Menjelaskan :- Alasan dirawat
di RS- Pentingnya
pengobatan dan akibat putus obat
Memperhatikan penjelasan petugas dan bertanya jika putus obat satu hari saja
- Mengapa dirawat di RS?
- Kenapa pentingnya pengobatan?
- Akibat dari putus obat