Askep Katarak (Final Editing)
Click here to load reader
-
Upload
agus-triantoo -
Category
Documents
-
view
43 -
download
2
Transcript of Askep Katarak (Final Editing)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Katarak merupakan penyakit yg sudah dikenal sejak zaman dahulu kala
dengan begitu ditakuti. Penyakit ini susah disembuhkan karena dapat
menyebabkan kebutaan. Penyakit ini terjadi akibat fenuan yang terjadi pada
semua orang yang berusia ± 65 tahun ke atas, dengan bertambahnya usia nucleus
pada sentra lensa mengalami perubahan warna mata dari jernih menjadi coklat.
Penyakit ini sangat berbahaya bagi kalangan usia lanjut (± 65 tahun ke atas) akan
tetapi penyakit katarak dapat disembuhkan secara cepat dan teratur.
Hal yang penting adalah penemuan kasus dalam penanggulangan katarak
dengan mengenali sumber resiko tinggi infeksi dalam masyarakat. Dalam hal ini,
perawat sebagai tenaga kesehatan yang merupakan bagian pelayanan kesehatan
memberikan Asuhan Keperawatan kepada individu biopsikosocal, cultural, dan
spiritual.
B. Tujuan Penulisan
1 Tujuan Umum
Untuk memenuhi persyaratan mata kuliah KMB I dan II
2 Tujuan Khusus
Mengetahui konsep dasar medik dan konsep dasar keperawatan tentang
katarak.
C. Metode Penulisan
Studi kepustakaan menggunakan berbagai literatur mengenai medis dan
keperawatan untuk membandingkan antara teori yang didapat dalam penulisan
dengan kenyataan yang ada di lapangan.
1
D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini terbagi dalam beberapa Bab antara lain yaitu:
a. BAB I Pendahuluan, yang merupakan awal dari penulisan meliputi: latar
belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan.
b. BAB II merupakan landasan teori yang terdiri dari konsep dasar medis
(Definisi, Anatomi Fisiologi, Etiologi Patofisiologi, Tanda dan Gejala,
Penatalaksanaan, Komplikasi) dan konsep dasar keperawatan (Pengkajian,
Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, dan Implementasi serta Evaluasi).
c. BAB III Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran yang diakhiri Daftar
Pustaka.
2
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Katarak adalah keseluruhan pada lensa yang dapat terjadi pada hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-
duanya (Ilyas, Sidarta, 2002)
Katarak adalah mengaburnya lensa, dapat menyerang sebagian ataupun
keseluruhan lensa tersebut (Pearce Evelyn, 2002)
Katarak adalah suatu istilah yang menunjukkan adanya kekeruhan lensa
dari yang hanya berbentuk titik sampai kekeruhan lensa yang menyeluruh.
(Pearce Evelyn, 2002)
2. Anatomi Fisiologi
Gambar 2.1
Anatomi Mata
3
Umumnya bola mata dilukiskan sebagai bolam tetapi sebetulnya lonjong
bukan bulat seperti bola. Bola mata mempunyai garis tengah kira-kira 2½ cm,
bagian depan bening terdiri dari tiga lapisan, yaitu : lapisan luar (fibrus yang
merupakan lapisan penyangga) lapisan tengah (vaskuler), lapisan dalam
(lapisan saraf).
a. Sklera
Sklera adalah pembungkus luar dari fubrus. Sklera membentuk putih mata
dan bersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela membran yang
bening, yaitu kornea. Sclera melindungi strktur mata yang sangat halus,
serta membantu mempertahankan bentuk biji mata.
b. Khoroid
Khoroid atau lapisan tengah berisi pembuluh, yang merupakan ranting-
ranting arteri oftalmika, cabang dari arteri karotis interna.
c. Retina
Retina adalah lapisan saraf pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan
serabut, yaitu sel-sel saraf, batang-batang dan kerucut.
d. Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sclera
yang putih dan tidak tembus cahaya.
e. Bilik Anterior (Kamera Okuli Anterior)
Terletak antara kornea dan iris
f. Iris
Tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid.
Berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos yaitu kelompok
yang mengecilkan ukuran pupil dan kelompok yang melebarkan ukuran
pupil.
g. Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris,
tempat lewatnya cahaya yang masuk guna mencapai retina.
4
h. Bilik Posterior (Kamera Okuli Posterior)
Terletak antara iris dan lensa
i. Lensa
Lensa adalah sebuah benda transparan biconvex (cembung depan-
belakang) yang terdiri dari beberapa lapisan.
Gambar 2.2
Proses melihat normal
Mata dibentuk untuk menerima rangsangan berkas cahaya pada retina,
lantas dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan
rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Proses
penglihatan normal terjadi melalui lima tahap, yaitu :
1. refraksi berkas cahaya yang memasuki mata
2. memfokuskan bayangan pada retina melalui akomodasi.
3. mengubah gelombang cahaya menjadi impuls saraf.
4. mengelola aktivitas saraf dalam retina yang diteruskan melalui nervus
optikus.
5. mengelola impuls saraf ke otak. Berkas cahaya yang memasuki mata harus
melalui beberapa media refraksi, yaitu kornea, humour aqueos, lensa mata
dan korpus vitrous.
5
3. Etiologi
Akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang berumur ≥ 65
tahun.
Kongenital akibat infeksi virus di masa pertumbuhan janin.
Trauma.
Radang.
Diabetes
4. Patofisiologi
Pada katarak senilis merupakan proses degenerasi (kemunduran).
Penyebabya tidak diketahui secara pasti. Serat lensa menjadi lebih
irregular. Sinar ultraviolet lama kelamaan merubah protein nucleus lensa.
Dengan bertambahnya usia maka nucleus mengalami perubahan warna
dari jernih menjadi coklat. Kekeruhan ini akan mengganggu pembiasan
cahaya. Mulai timbulnya katarak adalah pelan-pelan. Dengan gangguan
ringan pada penglihatan yang kemudian memburuk secara progresif.
Katarak congenital dapat terjadi pada bayi apabila ibunya menderita
rubella pada delapan minggu pertama kehamilan. Katarak karena rubella
ini biasanya disebabkan oleh toksis yang terjadi selama waktu
perkembangan mata pada embrio. Mekanisme terjadinya tidak jelas, akan
tetapi diketahui bahwa rubella dapat dengan mudah melalui barier
placenta. Virus ini dapat masuk atau terjepit di dalam vesikel lensa dan
bertahan di dalam lensa sampai tiga tahun.
Pada katarak trauma, setiap robekan pada kapsul akibat dari trauma,
misalnya trauma tembus pada mata yang disebabkan oleh benda tajam,
akan menyebabkan katarak. Apabila terjadi lubang yang besar pada kapsul
lensa, maka humour aquosus akan memasuki lensa dan akan
menyebabkan penyerapan lensa.
6
Pada katarak diabetes, pasien dengan dehidrasi berat, asidosis, dan
hiperglikemia nyata pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat
kapsul lensa berkerut. Pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan
sorbitol dan fruktosa di dalam lensa. Sehingga meningkatkan insiden
maturasi (kematangan) katarak yang lebih pada pasien diabetes.
5. Tanda dan Gejala
a. Inspeksi Visual : katarak tampak abu-abu/putih susu.
b. Perubahan bentuk lensa : Katarak yang sudah masak, warnanya terlihat
coklat atau putih jika disinari dengan lampu senter.
c. Penurunan ketajaman penglihatan : derajat kekaburan mata tergantung
pada keadaan katarak dan uji tajam penglihatan.
6. Penatalaksanaan
a. Ektraksi Katarak
Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengangkat lensa yang
katarak. Dapat dilakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa
bersama dengan kapsul lensa atau ekstrazkapsular yaitu mengeluarkan isi
lensa (korteks dan nucleus) melalui kapsul anterior yang dirobek dengan
meningkatkan kapsul posterior.
b. Lensa Tanam Intraokular (IOL= Intra Oculer Lens)
Lensa ocular memiliki keuntungan optis untuk ditempatkan di dalam mata
karena mempunyai lensa alami, sehingga bisa mengatasi problema yang
ditimbulkan oleh kacamata atau lensa kontak. Lensa ini ditanam di dalam
bilik mata depan, dijepit pada tepi pupil, atau ditanam di dalam bilik mata
belakang. Kontraindikasi pemasangan lensa ini adalah pada radang
intraocular atau retinopati diabetes lanjut.
B. Konsep Dasar keperawatan
7
1. Dasar data pengkajian menurut pola Gordon
a. Kajian pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Apakah pernah masuk ke rumah sakit sebelumnya
- Apakah ada riwayat penyakit DM, trauma.
- Apakah usia ≥ 65 tahun
- Apakah ada kelainan pada mata sejak lahir
b. Kajian pola nutrisi metabolic
- Bagaimana kebiasaan makan apakah ada mual atau muntah
- Adakah alergi terhadap makanan
c. Kajian pola eliminasi
- Dikaji masalah dalam buang air besar atau buang air kecil
d. Kajian pola aktivitas dan latihan
- Apakah klien mengalami pembengkakan mata
- Susah beraktivitas karena penurunan penglihatan
e. Kajian pola tidur dan istirahat
- Apakah klien sering terganggu pada waktu tidur akibat nyeri
f. Kajian pola persepsi-kognitif
- Apakah klien mengalami nyeri
- Adakah penurunan fungsi penglihatan
g. Kajian pola persepsi dan konsep diri
- Bagaimana pandangan klien terhadap penyakitnya
h. Kajian pola peran dan hubungan dengan sesama
- Apakah peran klien dalam masyarakat dan lingkungan kerjanya
i. Kajian pola reproduksi-seksualitas
- Dikaji secara umum
j. Kajian pola sistem kepercayaan
- Kepercayaan yang dianut
8
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1. Gangguan sensori perseptual yang berhubungan dengan gangguan
pada penglihatan.
2. Ansietas yang berhubungan dengan ketidakakraban dengan
lingkungan, perubahan pada status kesehatan : ditandai oleh
peningkatan ketegangan, dan penurunan kepercayaan diri.
b. Post Operasi
3. Resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan peningkatan TIO,
pendarahan intaokuler, kehilangan vitreous.
4. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan prosedur invasive
(bedah pengangkatan katarak).
5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis,
pengobatan tidak mengenal suber informasi.
3. erencanaan Keperawatan
a. Pre Operasi
Diagnosa Keperawatan I : Gangguan sensori perseptual yang berhubungan
dengan gangguan pada penglihatan ditandai oleh ungkapan pasien,
pandangan mata kabur dan lapang pandang menjadi sempit.
Tujuan : Gangguan sensori perseptual penglihatan dapat teratasi.
Hasil Yang Diharapkan :
1. Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan.
2. Pasien mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa
kehilangan lebih lanjut.
3. Pandangan mata normal.
Rencana Tindakan :
1. Kaji derajat / tipe penglihatan.
9
R/: Mempengaruhi harapan masa depan pasien dan pilihan intervensi.
2. Tunjukkan kepada pasien cara pemberian tetes mata seperti
menghitung tetes mata, mengikuti jadwal dan dosis yang tepat.
R/ :Mengontrol TIO dan mencegah kehilangan penglihatan lebih
lanjut..
3. Bantu pasien dalam melakukan tindakan untuk membantu pasien
dalam mengatasi keterbatasan melihat, contoh : kurangi kekacauan,
atur perabot.
R/: Menurunkan bahaya keamanan sehubungan dengan perubahan.
4. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat sesuai program medik
dan bedah.
R/: Untuk mengurangi keterbatasan atau kehilangan penglihatan lebih
lanjut.
Diagnosa Keperawatan II : Ansietas yang berhubungan dengan
ketidakakraban dengan lingkungan, perubahan pada status kesehatan :
ditandai oleh peningkatan ketegangan, dan penurunan kepercayaan diri.
Tujuan : Ansietas dapat diminimalkan sampai batas toleransi
Hasil Yang Diharapkan :
1. Pasien tampil santai, dapat beristirahat/ tidur cukup
2. Pasien melaporkan penurunan rasa takut dan cemas yang berkurang ke
tingkat yang dapat diatasi.
Rencana Tindakan :
1. Identifikasi rasa takut yang mengharuskan dilakukannya penundaan
prosedur pembedahan.
R/: Rasa takut yang berlebihan akan mengakibatkan reaksi stress yang
berlebihan.
10
2. Catat ekpresi yang berbahaya/ perasaan tidak tertolong
R/: Pasien mungkin telah berduka terhadap kehilangan yang
ditunjukkan dengan antisipasi prosedur pembedahan atau diagnosa
atau prognosa penyakit.
3. Berikan petunjuk atau penjelasan sederhana pada pasien yang tenang
R/: Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien
menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang
panjang dan berbelit-belit
4. Kolaborasi dan rujuk dengan rohaniawan atau spiritual jika diperlukan
R/: Konseling professional mungkin dibutuhkan pasien untuk
mengatasi rasa takut.
b. Post Operasi
Diagnosa Keperawatan III :Resiko tinggi cedera yang berhubungan
dengan peningkatan TIO, pendarahan intaokuler, kehilangan vitreous.
Tujuan : Tidak terjadi cidera
Hasil Yang Diharapkan :
1. Menyatakan pemahaman factor yang terlibat dalam kemungkinan
cidera
2. Menunjukkan perubahan perilaku, pola hidup untuk menurunkan
factor resiko dan untuk melindungi diri pada cidera.
Rencana Tindakan :
1. Diskusikan apa yang terjadi pada pascaoperasi tentang nyeri,
pembatasan aktivitas, penampilan, bulatan mata.
R/: Membantu mengurangi rasa takut dan meningkatkan kerja sama
dalam pembatasan yang diperlukan.
11
2. Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi, atau miring ke sisi yang tak
sakit sesuai keinginan.
R/: Istirahat hanya beberapa menit sampai beberapa jam pada bedah
rawat jalan atau meningat semalam bila terjadi komplikasi.
Menurunkan tekanan pada mata yang sakit, meminimalkan resiko
perdarahan atau stress pada jahitan/jahitan terbuka.
3. Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk
mata, membongkok.
R/: Menurunkan stress pada area operasi / menurunkan TIO.
4. Dorong napas dalam, batuk untuk bersihan paru
R/: Batuk meningkatkan TIO
5. Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi.
R/: Digunakan untuk melindungi dari cidera kecelakaan dan
menurunkan gerakan mata.
Diagnosa Keperawatan IV : Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dgan
prosedur invasive (bedah pengangkatan katarak).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
12
Hasil Yang Diharapkan :
1. Meningkatkan penyembuhan luka tepat waktu, bebas drainase,
purulen, eritema dan demam
2. Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
infeksi
Rencana Tindakan :
1. Diskusikan pentingnya mencuci tangan sebelum
menyentuh/mengobati mata.
R/: Menurunkan jumlah bakteri pada tangan, mencegah kontaminasi
area operasi.
2. Tekankan pentingnya tidak menyentuh/ menggaruk mata yang
dioperasi.
R/: Mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi operasi
3. Observasi / diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh kemerahanm
kelopak bengkak, drainase purulen.
R/: Infeksi mata terjadi 2-3 hari setelah prosedur dan memerlukan
upaya intervensi.
Diagnosa keperawatan V : Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)
tentang kondisi, prognosis, pengobatan tidak mengenal suber informasi.
Tujuan : Kondisi, pengobatan dipahami
Hasil Yang Diharapkan :
1. Menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit dan pengobatan.
2. Melakukan dengan prosedur benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Rencana Tindakan :
1. Kaji informasi tentang individu, tipe prosedur/ lensa.
R/: Meningkatkan pemahaman dan meningkatkan kerjasama dengan
program pascaoperasi.
2. Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang dijual bebas.
13
R/: Dapat bereaksi silang/ campur dengan obat yang diberikan
3. Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung selama hari
pembedahan/ penutup pada malam
R/: Mencegah cedera kecelakaan pada mata dan menurunkan resiko
peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi kepala.
4. Anjurkan pasien tidur terlentang, mengatur intensitas lampu dan
menggunakan kacamata gelap bila keluar/ dalam ruangan terang,
keramas dengan kepala ke belakang (buka ke depan), batuk dengan
mulut/ mata terbuka.
R/: Mencegah cidera kecelakaan pada mata.
4. Implementasi
Implementasi ialah tindakan keperawatan nyata yang merupakan kegiatan
yang sistematis sesuai dengan perencanaan yang telah disusun guna mencapai
hasil yang optimal. Dalam melakukan setiap tindakan keperwatan maupun
tindakan medis perawat hendaknya menjelaskan tujuan dari setiap tindakan
tersebut. Adapun pelaksanaan tindakan yang dapat dilakukan pada pasien
dengan Katarak Dextra telah dibahas sebelumnya dalam bab ini.
5. Evaluasi
Evaluasi ialah tahap akhir dari proses keperawatan yang digunakan sebagai
alat ukur keberhasilan suatu rencana tindakan. Evaluasi menunjukkan
masalah-masalah yang telah dipecahkan ataupun masalah-masalah yang perlu
dikaji ulang, direncanakan dan dievaluasi kembali.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian dilakukan secara menyeluruh meliputi aspek biopsikososial, cultural
dan spiritual dengan mencari data dari berbagai sumber.
2. Perencanaan Asuhan Keperawatan ditentukan berdasarkan rencana keperawatan
dan implementasi yang prioritas sesuai dengan tingkat kebutuhan klien.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mencoba mengemukakan saran
yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan serta untuk meningkatkan kualitas
Asuhan Keperawatan. Adapun saran tersebut adalah :
1. Pemberian infomasi yang akurat pada pasien dengan katarak sangat diperlukan
untuk membantu berbagai kerjasama dalam pemberian Asuhan Keperawatan.
2. Bagi institusi pendidikan, diharapkan adanya peningkatan jumlah dan jenis
literatur di perspustakaan mengenai Asuhan Keperawatan khususnya pada pasien
dengan katarak.
3. Bagi para mahasiswa perawat, diharapkan agar lebih memperdalam pengetahuan
mengenai proses keperawatan, serta meningkatkan ketrampilan dalam
memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta. 2002. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI.
_______. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI.
Pearce, Evelyn C. 1999. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
16