askep kardiovaskuler presntsi.docx
-
Upload
july-miss-goodbye -
Category
Documents
-
view
39 -
download
0
Transcript of askep kardiovaskuler presntsi.docx
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER
Asuhan Keperawatan ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak
Yang di ampu oleh Ika Purnamasari,S.Kep.Ns
Disusun oleh :
Fika Damayanti
Huda Kurnia Putri
Imam Aji Nurrodin
Irwan Setyadi
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS SAINS AL – QURAN (UNSIQ)
DI WONOSOBO JAWA TENGAH
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani,
sehingga kita dapat menyelesaiakan tugas makalah keperawatan Anak tentang “ ASUHAN
KEPERAWATAN BAYI DAN ANAK Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler” beserta salam
kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan ke alam
yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Pada kesempatan ini kami juga menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena masih
banyak kesalahan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca. Semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan kita.
Amin.
Wonosobo, 29 Maret 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar 1% bayi baru lahir menderita kelainan jantung bawaan atau penyakit jantung
kongenital. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak-kanak.
Sebagian lagi tanpa gejala sama sekali.ada pula gejala langsung terlihat begitu bayi lahir dan
memerlukan tindakan medis secepatnya. Kelainan Jantung Bawaan adalah kelainan atau
ketidaksempurnaan struktur jantung dan perangkatnya yang dibawa sejak lahir.
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah besar
yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit jantung bawaan
tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang penyakit jantung bawaaan baru
bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan
beberapa tahun.
Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan
operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung
bawaan pada anak dan pada orang dewasa.
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam
mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah.
Jantung merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis,
pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan
menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini
mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan
pada kinerja jantung.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama yang dialami
masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem pembentukan
rangsang tersendiri. Pada zaman modern ini. Angka kejadian penyakit jantung semakin
meningkat. Baik di Negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah
gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga,
kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food
yang notabene banyak mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung.
Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan
istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan sistem kardiovaskuler.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui anatomi fisiologi dari sistem kardiovaskuler.
b. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari gangguan sistem kardiovaskuler.
c. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari gangguan sistem kardiovaskuler.
d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari gangguan sistem kardiovaskuler.
e. Untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan anak tentang “ Asuhan Keperawatan
Pada Bayi Dan Anak Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler”
C. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan seputar asuhan keperawatan
klien dengan Gagal jantung.
BAB II
KONSEP DASAR
A. Anatomi Fisiologi
Secara fisiologi, jantung adalah salah satu organ tubuh yang paling vital fungsinya
dibandingkan dengan organ tubuh vital lainnya. Dengan kata lain, apabila fungsi jantung
mengalami gangguan maka besar pengaruhnya terhadap organ-organ tubuh lainya terutama ginjal
dan otak. Karena fungsi utama jantung adalah sebagai single pompa yang memompakan darah ke
seluruh tubuh untuk kepentingan metabolisme sel-sel demi kelangsungan hidup.
Secara anatomi ukuran jantung sangatlah variatif. Ukuran jantung manusia mendekati
ukuran kepalan tangannya atau dengan ukuran panjang kira-kira 5″ (12cm) dan lebar sekitar 3,5″
(9cm). Jantung terletak di belakang tulang sternum, tepatnya di ruang mediastinum diantara kedua
paru-paru dan bersentuhan dengan diafragma. Bagian atas jantung terletak dibagian bawah sternal
notch, 1/3 dari jantung berada disebelah kanan dari midline sternum , 2/3 nya disebelah kiri dari
midline sternum. Sedangkan bagian apek jantung di interkostal ke-5 atau tepatnya di bawah puting
susu sebelah kiri.
Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium
dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan
sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar.
Katup atrioventrikuler terdiri dari katup trikuspid yaitu katup yang menghubungkan antara
atrium kanan dengan ventrikel kanan, katup atrioventrikuler yang lain adalah katup yang
menghubungkan antara atrium kiri dengan ventrikel kiri yang dinamakan dengan katup mitral atau
bicuspid.
Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara
ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup semilunar yang lain adalah katup yang
menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta.
Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah
kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung
diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk
keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot
yang disebut muskulus papilaris.
B. GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
1. Penyakit Jantung Kongenital
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan
malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit
jantung bawaan yang kompleks terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak
dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan
ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda (IPD FKUI,1996)
2. CHF (Congestive Heart Failure)
Congestive Heart Failure atau Gagal Jantung Kongestif adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan
oksigen dan nutrisi. (Brunner & Suddarth, hal. 805).
Congestive Heart Failure adalah kondisi kardiovaskuler dimana jantung tidak mampu
memompa adekuat sejumlah darah untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan tubuh
(Lewis, 2000).
Gagal jantung kongestif adalah sindrom yang karena kegagalan pompa atau kontraktil
jantung sehingga tidak dapat memasok aliran darah yang cukup ke jaringan atau tidak dapat
mempertahankan curah normal hanya dengan mekanisme kompensasi sehingga menimbulkan
kesukaran ( Rudolph, 2006).
C. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan pola mungkin
terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu
atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katub atau penurunan kontraktilitas ventricular.
3. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
4. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan dan sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi. Juga mengkaji potensi
arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan
ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.
5. Rontgen dada
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan dilatasi
atau hipertropi bilik, atau perubahan dalam pembuluh darah abnormal.
6. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika gagal jantung kongestif akut
menjadi kronis.
7. Analisa gas darah (AGD)
Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkaliosis respiratori ringan (dini) atau
hipoksemia dengan peningkatan PCO2 (akhir).
8. Blood ureum nitrogen (BUN) dan kreatinin
Peningkatan BUN menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Kenaikan baik BUN
dan kreatinin merupakan indikasi gagal ginjal.
9. Pemeriksaan tiroid
Peningkatan aktifitas tiroid menunjukkan hiperaktifitas tiroid sebagai pre
pencetus gagal jantung kongesti
D. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
1. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
2. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat
farmakologi
3. Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi
antidiuretik, diit dan istirahat.
Terapi Farmakologis :
1. Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi
jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan
volume darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema
2. Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan harus hati – hati
karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.
3. Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan
kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat diturunkan.
4. Penatalaksanaan Konservatif : Restriksi cairan & bemberian obat-obatan Furosemid (lasix)
diberikan bersama restriksi cairan buat meningkatkan diuresis & mengurangi efek
kelebihan beban kardiovaskular, Pemberian indomethacin (inhibitor prostaglandin) buat
mempermudah penutupan duktus, pemberian antibiotik profilaktik buat mencegah
endokarditis bakterial.
5. Pembedahan : Pemotongan atau pengikatan duktus.
6. Non pembedahan : Penutupan dgn alat penutup dilakukan pada waktu kateterisasi jantung
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG
EKG menunjukkan gambaran normal sampai ada kalainan;
a. Hipertrofi ventrikel kiri dan Abnormalitas atrium kiri didapatkan pada penderita
dengan defek sedang.
b. .Pada VSD dengan defek besar didapatkan adanya hipertofi ventrikel kiri maupun
kanan dengan atau tanpa abnormalitas atrium kiri
c. Pada sindroma Eisenmenger didapatkan gambaran hipertropfi ventnikel kanan dengan
atau tanpa hipertrofi ventrikel kiri.
2. Foto Thoraks
Kardiomegali dengan gambaran adanya pembesaran Atrium kiri, venrikel kiri, kadang-
kadang ventrikel kanan, arteri pulmonalis yang prominen serta peningkatan vaskularisasi paru
berkorelasi langsung dengan besarnya pirau3.
3. Ekhokadiografi
Pemeriksaan two -dimeflsiOflal dan doppler echocardlogrphy dapat mengidentifikasi
besar dan lokasi defek, meinperkirakan besarnya tekanan arteri pulmonalis, juga
mengidentifikasi kelainafl lain yang rnenyertai serta mengestifliasi besarnya pirau.
4. Kateterisasi Jantung
a. Terdapat peningkatan saturasi oksigen di ventrikel kanan serta peningkatan tekanan di
atrim kin, ventrikel kin maupun arteri pulmonalis pada VSD yang sedang dan berat.
b. menentukan rasio aliran darab ke paru dan sistemik (Qp/Qs ) seda menentukan raslo
tahanan paru dan sistemik (RpiRs) ,nilai tensebijt kemudian dipakal sebagal pedoman
indikasi dan kontraindikasi penutupan defek.
c. Jika tekanan di arteri pulmonalis sangat meningkat, tes dengan pembenian oksigen
100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.
F. Komplikasi
Komplikasi dapat berupa :
1. Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung dapat
membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
2. Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi kerusakan pada
katup jantung.
3. Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan terlalu
banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang
mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.
4. Serangan jantung dan stroke.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada di
jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan mengembangkan
pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung atau stroke.
G. Macam – macam penyakit kardiovaskuler
1. Gagal Jantung Kongestif.
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara efektif
ke seluruh tubuh. Jantung dikatakan gagal bukan karena berhenti bekerja, namun karena
tidak memompa sekuat yang seharusnya. Sebagai dampaknya, darah bisa berbalik ke paru-
paru dan bagian tubuh lainnya.
2. Inflamasi Jantung
Inflamasi jantung dapat terjadi pada dinding jantung (miokarditis), selaput yang
menyelimuti jantung (perikarditis), atau bagian dalam (endokarditis). Inflamasi jantung
dapat disebabkan oleh racun maupun infeksi.
3. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik adalah kerusakan pada katup jantung karena demam rematik,
yang disebabkan oleh bakteri streptokokus.
4. Kelainan Katup Jantung
Katup jantung berfungsi mengendalikan arah aliran darah dalam jantung. Kelainan
katup jantung yang dapat mengganggu aliran tersebut, antara lain karena pengecilan
(stenosis), kebocoran (regurgiasi), atau tidak menutup sempurna (prolapsis). Kelainan
katup dapat terjadi sebagai bawaan lahir maupun karena infeksi dan efek samping
pengobatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Wawancara
a. Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah
rubella, influenza atau chicken pox.
b. Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan
pada insulin.
c. Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak
kecanduan obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
d. Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses
persalinan, penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus
dilakukan SC.
e. Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga
mengalami kelainan jantung
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan
terhadap pasien yang menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang
dapat ditemukan dari hasil pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:
a. Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak
keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
b. Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri. .
c. Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan
region epigastrium.
d. Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
e. Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.
f. Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan
retraksi.
g. Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2
tidak terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri
sternum,
Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki.
Denyut nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial, frekuensi,
irama.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolus yang
diakibatkan oleh tekanan kapiler paru.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya curah jantung/meningkatnya
produksi ADH dan retensi natrium/air.
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai okigen, kelemahan umum,
dan immobilisasi.
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi berhubungan dengan kurang pemahaman tentang
kondisi gagal jantung
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Penurunan
curah jantung
berhubungan
dengan
perubahan
kontraktilitas
miokardial,
frekuensi,
irama dan
konduksi listrik
-Curah jantung
mencukupi
kebutuhan
individual
-komplikasi
teratasi
-tingkat
aktivitas
optimal
-proses
penyakit
dimengerti
menunjukkan
tanda vital dalam
batas yan bisa
diterima
-melaporkan
penurunan
dispnea
-ikut serta dalam
aktivitas yang
mengurangi
beban kerja
jantung
1. Auskultasi nadi
apikal dan
mengkaji
frekuensi, irama
jantung .
2. Catat bunyi
jantung
3. Mengkaji kulit
terhadap adanya
1. Mengetahui terjadinya
takikardi (meskipun pada
saat istirahat) untuk
mengkompensasi
penurunan kontraktilitas
ventrikel.
2. Pada auskultasi, S1 dan
S2 mungkin terdengar
lemah karena
menurunnya kerja pompa.
Irama Gallop umum (S3
dan S4) dihasilkan
sebagai aliran darah ke
serambi yang disteni.
Murmur dapat
menunjukkan
Inkompetensi/stenosis
katup.
3. Pucat menunjukkan
pucat dan sianosis
4. Berikan
oksigen tambahan
dengan kanula
nasal/masker dan
obat sesuai
indikasi
(kolaborasi)
menurunnya perfusi
perifer ekunder terhadap
tidak adekutnya curah
jantung, vasokontriksi
dan anemia. Sianosis dapt
terjadi sebagai refrakstori
GJK. Area yang sakit
sering berwarna biru atu
belang karena
peningkatan kongesti
vena.
4. Meningkatkan sediaan
oksigen untuk kebutuhan
miokard untuk melawan
efek hipoksia/iskemia.
Banyak obat dapat
digunakan untuk
meningkatkan volume
sekuncup, memperbaiki
kontraktilitas dan
menurunkan kongesti
2. Pola nafas
tidak efektif
b.d kelemahan
spasme otot
Pola nafas
efektif setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selam di RS,
RR Normal ,
tak ada bunyii
nafas tambahan
dan
penggunaan
otot Bantu
pernafasan.
Dan GDA
1. Pola nafas
kembali
teratur
2. RR kembali
normal 16-24
x/menit
1. Monitor
kedalaman
pernafasan,
frekuensi, dan
ekspansi dada.
2. Catat upaya
pernafasan
termasuk
penggunaan
otot Bantu
nafas
3. Auskultasi
bunyi nafas dan
catat bila ada
1. Terapi oksigen membantu
pasien memenuhi
kebutuhan oksigen dan
mencegah terjadinya
hipoksia.
2. Memudahkan aliran
oksigen
Normal bunyi nafas
tambahan
4. Tinggikan
kepala
(posisikan
semifowler)
dan Bantu
untuk mencapai
posisi yang
senyaman
mungkin.
Kolaborasi
pemberian
Oksigen dan px
BGA
3 Gangguan
pertukaran gas
berhubungan
dengan
perubahan
membran
kapiler-
alveolus yang
diakibatkan
oleh tekanan
kapiler paru.
Gangguan
pertukaran gas
berkurang atau
hilang
Menunjukkan
status pernafasan
yang normal
berdasarkan :
PaO2 PaCO2,
pH arteri, dan
saturasi o2
dalam batas
normal
1. Pantau bunyi
nafas dan catat
adanya crackles
pada pasien.
2. Membantu
pasien untuk
melakukan
perubahan
posisi secara
berkala.
3. Pantau hasil
dari GDA dan
nadi oksimetri.
1. Menyatakan adanya
kongesti
paru/pengumpulan
secret menunjukkan
kebutuhan untuk
intervensi lebih
lanjut.
2. Membantu
mencegah terjadinya
atelektasis dan
pneumonia pada
pasien.
3. Hipoksemia dapat
memberat selama
edema paru.
4 Kelebihan
volume cairan
Keseimbangan
volume cairan
Mempertahanka
n keseimbangan
1. Pantau
pengeluaran
1. Pengeluaran urine
mungkin sedikit dan
berhubungan
dengan
menurunnya
curah
jantung/mening
katnya
produksi ADH
dan retensi
natrium/air
dapat
dipertahankan
selama
dilakukan
tindakan
keperawatan
cairan seperti
dibuktikan oleh
tekanan darah
dalam batas
normal, tak ada
distensi vena
perifer/ vena dan
edema
dependen, paru
bersih dan berat
badan ideal ( BB
ideal TB –100 ±
10 %)
urine, catat
jumlah dan
warna saat
dimana diuresis
terjadi.
2. Pantau/hitung
keseimbangan
pemasukan dan
pengeluaran
selama 24 jam.
dan terapkan
terapi diuretic.
3. Pertahankan
pasien duduk
atau tirah
baring dengan
posisi
semifowler
selama fase
akut.
4. Kaji bising
usus. Catat
keluhan
anoreksia,
mual, distensi
abdomen dan
konstipasi.
5. Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
pekat karena penurunan
perfusi ginjal. Posisi
terlentang membantu
diuresis sehingga
pengeluaran urine dapat
ditingkatkan selama tirah
baring.
2. Terapi diuretic yang
diberikan dapat
menyebabkan kehilangan
cairan
tiba-tiba/berlebihan
sehingga terjadi
hipovolemia.
3. Posisi tersebut
meningkatkan filtrasi
ginjal dan menurunkan
produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
4. Kongesti visceral (terjadi
pada GJK lanjut) dapat
mengganggu fungsi
gaster/intestinal.
5. Pasien perlu diberikan
diet yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan
kalori dalam pembatasan
diet yang akan
dilakukan oleh
pasien.
natrium.
5 Intoleransi
aktivitas
berhubungan
dengan
ketidakseimban
gan suplai
okigen,
kelemahan
umum, dan
immobilisasi
Terjadi
peningkatan
toleransi pada
klien setelah
dilaksanakan
tindakan
keperawatan
selama di
perawatan
-berpartisipasi
aktif pada
aktivitas yag
diinginkan,
memenuhi
kebutuhan
perawatan diri
sendiri.
-mencapai
peningkatan
toleransi
aktivitas yang
dapat diukur,
dibuktikan oleh
menurunnya
kelemahan dan
kelelahan dan
tanda vital DBN
selama aktivitas
1.Periksa tanda
vital sebelum dan
setelah aktivitas,
khususnya bila
klien
menggunakan
vasodilator dan
obat-obat diuretic.
2.Catat respons
kardiopulmonal
terhadap aktivitas,
catat adanya
takikardi, diritmia,
dispnea
berkeringat dan
pucat.
3.Evaluasi
peningkatan
intoleran aktivitas.
4.Implementasi
program
rehabilitasi
jantung.
1. Hipotensi ortostatik dapat
terjadi dengan aktivitas
karena efek obat
(vasodilasi), perpindahan
cairan (diuretic) atau
pengaruh fungsi jantung.
2. Penurunan/
ketidakmampuan
miokardium untuk
meningkatkan volume
sekuncup selama aktivitas
dpat menyebabkan
peningkatan segera
frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen juga
peningkatan kelelahan
dan kelemahan.
3. Dapat menunjukkan
peningkatan
dekompensasi jantung
daripada kelebihan
aktivitas.
4. Peningkatan bertahap
pada aktivitas
menghindari kerja
jantung/konsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan
dan perbaikan fungsi
jantung dibawah stress,
bila fungsi jantung tidak
dapat membaik kembali.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Penyakit jantung bawaan adalah penyakit struktural jantung dan pembuluh darah
besar yang sudah terdapat sejak lahir. Perlu diingatkan bahwa tidak semua penyakit jantung
bawaan tersebut dapat dideteksi segera setelah lahir, tidak jarang penyakit jantung bawaaan baru
bermanifestasi secara klinis setelah pasien berusia beberapa minggu, beberapa bulan, bahkan
beberapa tahun.
Oleh karena itu, penyakit jantung bawaan yang ditemukan pada orang dewasa
menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan
operasi dini pada usia muda. Hal ini pulalah yang menyebabkan perbedaan pola penyakit jantung
bawaan pada anak dan pada orang dewasa.
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam mediastinum
di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung
merupakan salah satu organ yang tidak pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis,
pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan
menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini
mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan
pada kinerja jantung.
B. SARAN.
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal jantung diperlukan
pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
Informasi atau pendidikan kesehatan berguna untuk keluarga klien yang mengalami
penyakit kardivaskuler maupun yang tidak mengalami, karena ini merupakan sebuah penyakit
bawaan dan kelainan, jadi perlu diberitahu mengenai pendidikan kesehatan.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih bahasa: Tim
PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.Arif Mansjoer,
Suprohaitan,
http://agustinus-profile.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-sistem-imunitas.htm
NANDA, 2001-2002, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA
Wahyu Ika W, Wiwiek S. Kapita Selekta Kedokteran. Penerbit Media Aesculapius. FKUI
Jakarta : 2000