ASKEP HEMODIALISIS
-
Upload
sinar-rembulan -
Category
Documents
-
view
29 -
download
2
description
Transcript of ASKEP HEMODIALISIS
1
HEMODIALISIS
PENDAHULUAN
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan
produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses
tersebut.
Tujuan dialisis adalah untuk mempertahakan kehidupan dan kesejahteraan pasien
sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode terapi mencakup hemodialisis,
hemofiltrasi, dan peritonial dialisis.
Pada dialisis, molekul solut berdifusi lewat membran semipermiabel dengan cara
mengalir dari sisi cairan yang lebih pekat (konsentrasi solut lebih tinggi) kecairan
lebih encer (konsentrasi solut lebih rendah). Cairan mengalir melalui membran
semipermiabel dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi tekanan eksternal pada
membran).
Pada hemodialisis membran merupakan bagian dari dialiser atau “ginjal artifisial”.
Sedangkan pada peritonial dialisis, permukaan peritonium atau lapisan dinding
abdomen berfungsi sebagai membran semipermiabel.
PENGERTIAN
Hemodialisis merupakan sutu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan
sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari hingga
beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal (ERSD; and-
stage renal desease) yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen.
Sehelai membran sisntetik yang semipermiabel menggantikan glumerulus serta
tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya.
(Susanne C. smeltzer dkk;Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddaart;
hal 1398)
Bagi penderita gagal ginjal kronik, hemodialisis akan mencegah kematian. Namun
demikian hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan
tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yan
2
dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas
hidup pasien. Pasien-pasien ini harus menjalani dilisis sepanjang hidupnya (biasanya
tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi) atau sampai
mendapat ginjal baru melalui operaso pencangkokan yang berhasil. Pasien
memerlukan terpai dialisis yang kronis kalau terapi ini diperlukan untuk
mempertahankan kelansungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia. (Susanne
C. smeltzer dkk;Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddaart; hal 1398)
KEGUNAAN HEMODIALISIS
Hemodialisis dapat dilakukan pada saat toksin atau zat racun harus segera
dikeluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau menyebabkan kematian.
(Susanne C. smeltzer dkk;Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunnner
Suddaart; hal 1397)
PRINSIP-PRINSIP HEMODIALISA
Tujuan hemodialisis adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Pada hemodialisis, aliran darah yang
penuh dengan toksin dan limbah nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke dialiser
tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan kembali ketubuh
pasien.
Sebagian besar dialiser merupakan lempengan rata atau ginjal serat artifisial beringga
yang berisi ribuan tubulus selofan yang halus yang bekerja sebagai membran
semipermiabel. Aliran darah akan melewati tubulus tersebut sementara cairan dialisat
bersirkulasi disekelilingnya. Pertukaran cairan dari darah ke dalam cairan dialisat
akan terjadi kedalam membran semua permiabel tubulus.
Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi, osmosis dan
ultraviltrasi. Toksi dan cairan dalam darah dikeluarkan melalui proses difusi dengan
cara bergerak dari darah, yang memiki konsentrasi tinggi ke cairan dialisat dengan
konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun dari semua efek elektrolit
yang penting dengan konsentrasi ekstrasel yang ideal. Kadar elektrolit darah dapat
3
dikendalikan dengan mengatur rendaman dialisat (dialysate bath) secara tepat. (pori-
pori dalam membran semipermiable tidak memungkinkan lolosnya sel darah merah
dan protein).
Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis.
Pengeluaran air dapat dikendalikan dengan menciptakan gradien tekanan; dengan
kata lain, air bergerak dari daerah dengan tekana yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke
tekananan yang lebih rendah (cairan dialisat). Gradien dapat ditingkatkan melalui
penambahan takanan negaif yang dikenak dengan ultrafiltrasi pada mesin dialisis.
Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai kekuatan pengisap pada membran
dan memfasilitasi pengeliaran air. Karena pasien tidak dapat mengekskresikan air,
kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga tercapai isovolemia
(keseimbangan cairan).
Sistem dafar (duffer sistem) tubuh dipertahankan dengan penambahan asetat yang
akan berdifusi dari cairan dialisat kedalam darah pasien dan mengalami metabolisme
untuk membentuk bikarbonat. Darah yang sudah dibersihkan kemudian dikembalikan
kedalam tubuh melalui pembuluh vena pasien.
Pada akhir terapi dialisis, banyak zat limbah telah dikeluarkan, keseimbangan
elektrolit sudah dipulihkan dan sistem dapar juga telah diperbaharui. (Susanne C.
smeltzer dkk;Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunnner Suddaart; hal 1398)
PENATALAKSANAAN PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISIS
JANGKA PANJANG
Diet dan masalah cairan. Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani
hemodialisa mengingant adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu
mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan
menunmpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksin. Gejala yang
terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala uremik
dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk,
lebih berat gejala yang timbul. Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan
limbah nitrogen dan dengan demikian akan meminimalkan gejala. Penumpukan
4
cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung kongesti serta edema
paru. Dengan demikian pembatasan cairan juga merupakan bagian dari resep diet
untuk pasien.
Dengan penggunaan hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat
diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyasuaian atau pembatasan
pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan. Berkiatn dengan pembatasan
protein, maka protein dari makanan harus memiliki nilai biologis yang tinggi yang
terdiri dari asam-asam essensial untuk mencegah penggunaan protein yang buruk
serta mempertahankan keseimbangan nitrogen yang positif. Contoh protein yang
bernilai protein tinggi adalah telur, daging, susu dan ikan.
Pertimbangan medikasi. Banyak obat yang yang diekskresikan seluruhnya atau
sebagian melalui ginjal. Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida
jantung, antibiotika, antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau denan ketat untuk
memastikan agar kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan
tanpa menimbulkan akumulasi toksik.
Apabila seorang pasien menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus
dievaluasi dengan cermat. Terpi anti hipertensi, yang sering merupakan bagian dari
susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh dimana komunikasi, pendidikan
dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus mengetahui kapan
kapan minum obat dan kapan menundanya.
KOMPLIKASI
Meskipun hemodialisis dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas, tindakan
ini akan mengubah perjalanan alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak
akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal. Salah satu penyebab kematian diantara
pasien-pasien yang menjalani homodialisa kronis adalah penyakit kardiovaskuler
arterioskelorotik. Gangguan metobolisme lipid (hepertrigliseridemia) tampaknya
semakin diperberat dengan tindakan hemodilaisis. Gagal jantung kongestif, panykit
jantung koroner serta nyeri angina vektoris, stroke dan insufisiensi perifer vaskuler
juga dapat terjadi serta membuat pasien tidak berdaya. Anemian dan rasa letih dapat
5
menyebabkan penurunan kesehatan fisik dan mental, berkurangnya tenaga serta
kemauan dan kehilangan perhatian. Ulkus lambung dan masalah gastroinstestinal
lainnya akan terjadi akibat stress fisiologik yang disebabkan oleh sakit yang kronis,
obat-obatan dan berbagai masalah yang berhubungan. Gangguan metaolisme kalsium
akan menimbulkan osteodistropi renal yang menyebabkan nyri tulang dan fraktur.
Masalah lain mencakup kelebihan muatan cairan yang berhubungan dengan gagal
jantung kongestif, malnutrisi, infeksi, neuropati dan pruritus.komplikasi terapi dialisis
sendiri dapat mencakup hal-hal berikut:
Hipotensi dapat terjadi selama terapi selama terapi dialisis ketika cairan
dikeluarkan.
Emboli udara merupakan keomplikasi yang jarang tetapi dapat saja terjadi jika
udara memasuki sistem vaskuler pasien.
Nyeri dada dapat terjadi karena karena pCO2 menurun bersamaan dengan
terjadinya sirkulasi darah diluar tubuh.
Pruritus dapat terjadi selama terapi dialisis ketika p roduk akhir metabolisme
meninggalkan kulit.
Gangguan keseimbangan dialisis terjadi karena perpindahan cairan cerebral dan
muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini kemungkinan terjadinya lebih
besar jika terdapat uremia yang berat.
Kram otot yang nyeri terjadi ketika cairan dan elektrilit dengan cepat
meninggalkan ruang ekstra sel.
Mual dan muntah merupakan peristiwa yang sering terjadi.
(Susanne C. smeltzer dkk;Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunnner
Suddaart; hal 1401)
PENDIDIKAN BAGI PASIEN HEMODIALISIS
Hal-hal penting dalam program pengajaran mencakup:
Raisonal dan tujuan terapi dialsisis.
Hubunbgan antara obat-obat yang diresepkan dan dialisis.
6
Efek samping obat dan pedoman kapan dokter harus memberikan mengenai efek
samping tersebut.
Perawatan akses vaskuler; pencegahan; pendeteksian dan penata laksanaan
komplikasi yang berkaitan dengan akses vaskuler.
Dasar pemikiran untuk diet dan pembatasan cairan; konsekuensi akibat
kegagalan dalalm mematuhi pembatasan ini.
Pedoman pencegahan dan pendeteksian kelebihan muatan cairan.
Strategi untuk pendeteksian, penatalaksanaan dan pengurangan gejala pruritus,
neuropati serta gejala-gejalanya.
Penata laksanaan komplikasi dialisis yang lain dan efek samping terapi (dialisis,
diet yang membatasi, obat-obatan).
Strategi untuk menanganai atau mengurangi kecemasan seta ketergantungan
pasien sendiri dan anggota keluarga mereka.
Pilihan lain yang tersedia bagi pasien.
Pengaturan pinansial untuk dialisis; strategi untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber-sumber pinansial.
Strategi untuk mempertahankan kemandirian dan mengatasi kecemasan anggota
keluarga.
(Susanne C. smeltzer dkk;Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunnner
Suddaart; hal 1402)
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan:
Cedera, resiko tinggi terhadap, kehilangan akses vaskuler
Faktor resiko meliputi:
pembekuan, perdarahan karena lepas sambungan secara tidak sengaja.
Kemungkinan dibuktikan oleh:
(tidak dapat diterapkan; adanya tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa
aktual)
7
Hasil yang diharapkan/ kriteria evaluasi–pasien akan:
Mempetahankan jalan masuk vaskuler paten.
Tindakan intervensi:
Intervensi Rasional
Mandiri
Pembekuan:
Awasi patensi aliran AV internal pada
interval sering;
palpasi getaran distal; Getaran disebabkan oleh turbulen darah
arterial tekanan aliran yang masuk
kesistem tekanan vena yang lebih
rendah dan harus dipalpasi diatas sisi
keluarnya vena.
Auskutasi untuk desiran; Desiran adalah bunyi yang disebabkan
oleh turbulen aliran darah masuk
kesistem vena dan harus terdengar
dengan stetoskop, meskipun mungkin
sangat redup.
Perhatikan warna darah dan/atau
pemisahan sel dan serum
sebelumnya
Perubahn warna dari merah sedang
sampai merah gelap keunguan
menunjukan aliran darah
lembam/pembekuan dini. Pemisahan
dalam selang indikatif pembekuan.
Darah merah gelap kemuidian cairan
kuning jernih menunjukkan
pembentukan bekuan lengkap.
Palpasi kulit sekitar pirau untuk
kehangatan
Penurunan aliran darah akan
menyebabkakan “kedinginan” pada
pirau.
8
Beritahu dokter dan/atau lakukan
prosedur penghilangan pembekuan bila
terdapat bukti kehilangan patensi pirau.
Intervensi cepat dapat mengamankan
jalan masuk; namun penghilangan
pembekuan harus dilaksanakan oleh
petugas berpengalaman.
Evaluasi keluhan nyeri, bebas/
kesemutan; perhatikan pembekakan
ekstremitas distal pada jalan masuk.
Mengidentifikasikan ketidak adekuatan
suplai darah.
Hindari trauma pada pirau; contoh
menangani selang dengan perlajan,
mempertahankan posisi kanula. Batasi
aktivitas ekstremitas. Hindari
mengukur tekanan darah atau
mengambil darah dari ekstremitas yang
ada virau. Instrukan pasien tidak tidur
atau membawa beban, buku, dompet
pada ekstremitas yang sakit
Menurunkan risiko pembenkuan/
emutusan
Perdarahan:
Pasang dua klem kanula pada balutan
pirau. Sediakan torniket. Bila kanula
terpisah, klem pertama pada ar teri
kemudian kenula vena. Bila sedang
lepada dari vena, klem kanula yang
masih ditempatnya lakukan tekanan
lansung pada sisi perdarahan. Paang
torniket diatasnya atau kembangkan
balon pada tekanan diatas TD sitolik
pasien.
Mencegah kehilangan darah masif bila
kanula terpisah atau pirau berubah
posisi sambil menunggu bantuan
medik.
Infeksi
Kaji kulit sekitar akses vaskuler,
perhatikan kemerahan, hangat lokal,
Tanda infeksi lokal dapat menjadi
9
eksudat, nyeri tekan. sepsis bila tidak ditangani
Hindari kontaminasi pada sisi akses.
Gunakan teknik aseptik dan masker
bila memberikan perawatab pirau.
Mengangganti balutan dan bila
melakukan posese dialisa.
Mencegah introduksi organisme
penyebeb infeksi
Awasi suhu perhatikan adanta demam,
menggigil , hipotensi.
Tanda infeksi/ sepsis yang memerlukan
intervensi medik yang cepat.
Kolaborasi
Conatoh kultur sisi/darah sampel sesuai
indikasi,
Menentukan adanya patogen,
Berikan obat sesuai indikasi contoh:
Heparin (dosis rendah) Infus pada sisi aarterial filter untuk
mencegah pembekuan pada filter tanpa
efek samping sistemik.
Anti biotik (sistemik dan/atau
topikal)
Penobatan cepat anti infeksi dapat
mengamankan jalan masuk. Mencegah
sepsis.
Digosa keperawatan:
Kekurangan volume cairan, risiko tinggi terhadap.
Faktor resiko meliputi:
ultra viltrasi. Pembatasan cairan; kehilangan darah aktual (heparinnisasi sistemik atau
pemutusan aliran)
Kemungkinan ditentukan oleh:
(tidak dapat diterapkan adanya tanda-tanda dan gejala-gejalamembuat diagnosa
aktual)
Hasil yang diharapkan/keriteria evaluasi pasien akan:
Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh berat badan dan tanda vital
stabil, turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tak ada perdarahan.
10
Tindakan intervensi:
Tindakan Rasional
Mandiri
Ukur semua pemasukan dan
pengeluaran. Lakukan ini setiap hari.
Membantu mengeva;uasi status cairan,
khususnya bila dibandingkan dengan
berat badan. Catatanl; haluaran urine
adalah evaluasi tidak akurat darifungsi
ginjal pada pasien dialisa. Beberapa
orang menunjukkan haluaran urine
dengan sedikit klirens toksin ginjal,
yang menunjukkan oliguria atau anuria.
Timbang setiap hari sebelum dan
sesudah dialisa dilakukan
Penurunan berat badan waktu
engukuran adalah penururnan
ultrafiltrasi dan pembuangan cairan.
Awasi tekanan darah, nadi dan
tekanana hemodinamik bila tersedia
selama dialisis
Hipotensi, takikardi, penurunan
tekanan hemodinamik menunjukkan
kekurangan cairan.
Pastikan kontiunitas kateter pirau/pirau Terputusnya pirau/akses terbuka akan
memugkinkan eksanguinasi.
Lakukan balutan eksternal pirau.
Jangan izinkan suntuikan pada pirau.
Meminimalkan stress pada pemasukan
kanula untuk menurunkan perubahan
posisi yang kurang hati-hati dan
perdarahan pada sisi tersebut.
Tempatakan pasien pada posisi
terlentang atau trendelemburg seseuai
kebutuhan.
Memaksimalkan aliran balik vena bila
terjadi hipotensi.
Kaji adanya perdarahan terus menerus
atau perdarahan besar pada sisi akses,
Heparinisasi sietemik selama dialisa
meningkatkan waktu penbekuan dan
menempatkan pasien pada risiko
11
membran mukosa, insisi/luka.
Hematemesis, guaiak feses, drainase
gaster.
perdarahan, khususnya selama 4 jam
pertama setelah prosedur.
Kolaborasi
Awasi pemerikasaan laboratorium
sesuai indikasi:
Hb/Ht Menurun kerena anemia, hemodilusi
atau kehilangan darah aktual.
Elektrolit serum dan PH Ketidak seimbangan dapat memrlukan
perubahan dalam cairan dialisa atau
tambahan pengganti untuk mencapai
keseimbangan.
Waktu pembekuan, contoh ACT,
PT/PTT dan jumlah trombosis.
Penggunaan heparin untuk mencegah
pembekuan pada aliran darah dan
hemofilter mengubah koagulasi dan
potensial perdarahan aktif.
Berikan cairan IV (contoh garam
faal)/volume ekspander (contoh
albumin) selama dialisa sesuai indikasi:
Cairan garam faal atau dekstrosa,
elektrolit dan NaHCO3 mungkin
diinfuskan dalam sisi vena hemofilter
CAV bila kecepatan ultrafiltrasi tinggi
digunakan untuk membuang cairan
ekstraseluler dan cairan toksik. Volume
ekspander mungkin dibutuhkan
selama/setelah hemodialisa bila terjadi
tiba-tiba/ nyata.
Darah/kemasan SDM bila
diperlukan
Desruksi destruksi SDM (hemolisis)
oleh dialisa mekanikal, kehilangan
perdarahan, penurunan produksi SDM
dapat mengakibatkan anemia
12
berat/progresis.
Penuruanan kecepatan ultrafiltrasi
selama dialisa sesuai indikasi.
Menurunkan jumlah selama dibuang
dan dapat memperbaiki
hipotensi/hipopolemia.
Berikan protamin sulfat bila
diindikasikan
Mungkin diperlukan untuk
mengembalikan waktu pembekuan
kenormal atau bila terjadi pelepaan
heparin (sampai 16 jam setelah
hemodialisa)
Diagnoosa keperawatan:
Volume cairan, kelebihan, risiko tinggi terhadap
Faktor risiko meliputi :
pemasukan cairan cepat/berlebih; IV, darah, plasma ekspander, garam fall digunakan
untuk mempertahankan tekanan darah selalma dialisa.
Kemungkinan disebabkan oleh:
(tidak dapt diterapkan, adanya tanda-tanda dan gejala membuat dignosa aktual)
hasil yang diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
mempertahankan “berat badan kering” dalam b atas normal pasien “bebas edema”.
Bunyi napas jelas dan kadar natrium dalam batas normal.
Tindakan intervensi:
13
Tindakan Rasional
mandiri
Ukur semua sumber pemasukan dan
pengeluaran. Timbang dengan rutin.
Membantu mengevaluasi status
cairan khususnya bila dibandingkan
dengan berat badan. Peningkaatan
berat badan antara pengobatan harus
tidak boleh lebih dari 0,5 kg/har.
Awasi tekanan darah, nadi. Hipertensi dan takikardia antara
hemidialisa dapat diakibatkan oleh
kelebihan cairan dan/ atau gagal
jantung
Perhatikan adanya edema perifer/akral,
pernapasan, dispnea, ortopnea, distensi
vena leher, perubahan EKG menunjukken
hipertropi ventrikel
Kelebihan cairan kerena tidak
efisiennya dialisa atau kerena
hipervolemia berulang antar
pengobatan dialisa dapat
menyebabkan/eksaserbasi gagal
jantung, seperti diindikasikan oleh
tanda dan gejala kongesti vena
sistemik/atau pernapasan.
Perhatikan perubahan mental Kelebihan cairan/hipervolemia,
berpotensi untuk edema serebral.
(sindrom disekulibrium)
Kolaborasi
Awasi kadar natrium serum. Batasi
pemasukan natrium sesuai indikasi
Kadar natrium tinggi dihubungkan
dengan kelebihan cairan; edema,
hipertensi, dan komolikasi jantung.
Batasi pemasukan peroralcairan IV sesuai
indikasi, pemberian jangka waktu
memungkinkan cairan sepanjang periode
24 jam.
Hemodialisa intermitten
mengakibatkan retensi/kelebihan
antara prosedur dan dapat
memerlukan pembatasan cairan. Jarak
14
cairan membantu mengurangi haus.
(Mariliyn E. Doenges, dkk, Rencana asuhan keperawatan, EGC, hal 655-658)
DAFTAR PUSTAKA
15
Susanne C. smeltzer, dkk;Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddaart;
EGC; Jakarta, 2001.
Mariliyn E. Doenges, dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta, 1999.