ASKEB KELUARGA RAHMA.docx
-
Upload
rahma-enhahaha -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
Transcript of ASKEB KELUARGA RAHMA.docx
ASUHAN KEBIDANAN
Pada Keluarga Tn. “S” Dengan Rendahnya Kesadaran Pemberian ASI Ekslusif
Pada Bayi Usia <6 Bulan Dan Rendahnya Kesadaran Tentang Bahaya Merokok
di Desa Sumberjo Kec. Merakurak Kab. Tuban
Tanggal 09-22 Februari 2015
OLEH :
YULIA RAHMA NURHIDAYAH12.10.1.149.0729
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN
PRODI DIII KEBIDANAN
JL.Diponegoro No.17 Telp.(0356) 321287 TUBAN
2015-2016
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktek Kebidanan Komunitas yang berjudul “Asuhan Kebidanan
pada Keluarga Tn. “S” dengan Rendahnya Kesadaran Pemberian ASI Ekslusif pada
Bayi Usia <6 Bulan dan Rendahnya Kesadaran tentang Bahaya Merokok di Desa
Sumberjo Kec. Merakurak Kab. Tuban” ini telah disetujui sebagai laporan Praktik
Kerja Lapangan, yang dilaksanakan pada tanggal 09-22 Februari 2015 di Ds.
Sumberjo Kecamatan Merakurak Kabupaten Tuban.
Mengetahui
Pembimbing Akademik Pembimbing STIKES NU Tuban Prodi DIII Kebidanan Praktek Komunitas Terpadu
Lilia Faridatul F., Amd.Keb Wiwik S., Amd.Keb NIP.16807221991022001
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan ini adalah agar
mahasiswa mampu memahami dan melakukan tindakan sesuai dengan asuhan
kebidanan. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari arahan dan bimbingan
serta bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. H. Miftahul Munir, SKM,M.Kes. selaku direktur STIKES NU Tuban.
2. H. Amri Ma’ruf, selaku Kepala Desa Sumberjo Kec. Merakurak Kab.Tuban.
3. Wiwik S., Amd.Keb. selaku bidan pembimbing Praktek Kerja Lapangan di
Desa Sumberjo Kec. Merakurak Kab.Tuban.
4. Eva Silviana R., SST,M.Kes. selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan
STIKES NU Tuban.
5. Nurus Syafaah., SST,M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Akademik Praktek
Kerja Lapangan di Desa Sumberjo Kec. Merakurak Kab.Tuban.
6. Lilia faridatul Amd.Keb selaku Dosen Pembimbing Akademik Praktek Kerja
Lapangan di Desa Sumberjo Kec. Merakurak Kab.Tuban.
7. Na’im Kamali., S.Kep,Ners selaku Dosen Pembimbing Akademik Praktek
Kerja Lapangan di Desa Sumberjo Kec. Merakurak Kab.Tuban.
8. Seluruh warga Desa Sumberjo Kec. Merakurak Kab.Tuban. yang telah
bepartisipasi dalam pelaksanaan kegiatan.
9. Teman-teman yang senantiasa memberi kritik dan saran yang sangat
membantu.
Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk memperbaiki dalam menyusun laporan berikutnya. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Sekian dan terimakasih.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Tuban, 13-02-2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ iLEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... iiKATA PENGANTAR .............................................................................................. iiiDAFTAR ISI ............................................................................................................. ivBAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1.2 Tujuan ...............................................................................................1.3 Batasan Masalah................................................................................1.4 Metode Penulisan...............................................................................1.5 Studi Pustaka...................................................................................... 1.6 Studi Documenter..............................................................................1.7 Praktek Langsung...............................................................................1.8 Bimbingan dan Konsultasi.................................................................1.9 Sistematika Penulisan........................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Konsep Dasar Keluarga.....................................................................2.2 Konsep Dasar ASI Ekslusif...............................................................2.3 Konsep Dasar Merokok.....................................................................2.4 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan menurut Hellen Varney ..............
BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Pengkajian .........................................................................................3.2 Interpretasi Data ................................................................................3.3 Diagnosa / Masalah Potensial ...........................................................3.4 Tindakan Segera / Kolaborasi ...........................................................3.5 Perencanaan / Intervensi ...................................................................3.6 Implementasi / Pelaksanaan ..............................................................3.7 Evaluasi .............................................................................................
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan .......................................................................................4.2 Saran .................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Depkes RI Tahun 1988, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
disuatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).
Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang atau
lebih yang mempunyai peran social yang berbeda dengan ciri saling berhubungan
dan ketergantungan antar individu (Suprayitno, 2004).
Berdasarkan kemapuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar, kebutuhan
psikososial, kebutuhan memenuhi ekonomi dan aktualisasi keluarga di masyarakat
serta memperhatikan perkembangan di Indonesia menuju Negara industri, maka
Indonesia menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera (Suprayitno, 2004).
Peningkatan status kesehatan keluarga merupakan tujuan yang ingin dicapai
dalam memberikan asuhan kebidanan kesehatan keluarga, agar keluarga trsebut dapat
meningkatkan produktifitas dan diharapkan kesehatan akan meningkat (Nasrul
effendi, 1998).
Sesuai dengan tujuan tersebut maka mahasiswa STIKES NU tuban prodi DIII
kebidanan melaksanakan PKL yang merupakan proses pembelajaran dilapangan serta
bentuk partisispasi langsung dalam masyarat.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan dalam menyelesaikan
masalah keluarga dengan menggunakan proses asuhan kebidanan.
1.2.2 Tujuan khusus
Diharapkan mahasiswa mampu untuk :
1. Melakukan pengkajian pada keluarga Tn. S
2. Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial pada keluarga Tn. S
3. Merumuskan masalah yang terjadi pada keluarga Tn. S
4. Menyusun proritas masalah yang ada pada keluarga Tn. S
5. Menyusun suatu proses manajemen kebidanan pada keluarga Tn. S
6. Membuat suatu catatan perkembangan pada Tn. S
1.3 Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu, kemampuan, dan kesempatan maka
asuhan kebidanan ini dibatasi pada keluarga Tn.“S” di Ds.Sumberjo Kec.
Merakurak Kab. Tuban.
1.4 Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan Asuhan Kebidanan pada
Keluarga Tn. “S” dengan Rendahnya Kesadaran Pemberian ASI Ekslusif
pada Bayi Usia <6 Bulan dan Rendahnya Kesadaran tentang Bahaya
Merokok di Desa Sumberjo Kec. Merakurak Kab. Tuban, yaitu :
Metode pendekatan pada keluarga.
Metode kepustakaan/literatur.
1.4.1 Studi pustaka
Penyusun membekali diri dengan menggunakan literatur yang ada
hubunganya dengan keadaan masyarakat dan cara penanggulangan masalah
yang dihadapi oleh masyarakat.
1.4.2 Studi dokumenter
Untuk memperoleh data yang akurat, pengambilan data dapat
diperoleh dari balai desa, dokumen dari wilayah kerja setempat dan
pendekatan pada TOMA.
1.4.3 Praktek langsung
Suatu metode yang langsung kepada masyarakat untuk menerapkan
teori yang ada yang khususnya kebidanan komunitas, dengan cara
wawancara, pengamatan, pemfis, dan penyuluhan.
1.4.4 Bimbingan dan konsultasi
Bimbingan yang didapatkan dari berbagai pihak dan melakukan
konsultasi baik dengan pembimbing atau konsultan polindes maupun yang
ada di akademik.
1.5 Sistematika penulisan
BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan, batasan masalah,
metode penulisan, dan sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan pustaka yang berisi konsep keluarga, konsep asuhan
kebidanan
BAB III : Tinjaun kasus yang terdiri dari pengumpulan data dan analisa data
BAB IV : Penutup yang berisi penutup dan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KONSEP DASAR KELUARGA
2.1.1 Definisi Keluarga
Menurut Depkes RI Th. 1988, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal
disuatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena darah,
hubungan perkawinan, dan pengangkatan, dan mereka hidup dalam satu rumah
tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Effendy, 1998).
Keluarga didefinisikan dengan beberapa cara pandang. Keluarga dapat
dipandang sebagai tempat pemenuhan kebutuhan biologis bagi para anggotanya.
Cara pandang dari sudut psikologiskeluarga adalah tempat berinteraksi dan
berkembangnya kepribadian anggota keluarga. Secara ekonomi keluarga dianggap
sebagai unit yang berinteraksi terhadap lingkungan lebih luas (Supartini, 2004).
2.1.2 Tipe Keluarga
Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan
anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya
2. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih memiliki hubungan darah (paman-bibi, nenek-kakek)
Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme, pengelompokkan tipe keluarga selain kedua di atas berkembang
menjadi :
1. Keluarga bentukan kembali (dyadic family), adalah keluarga baru yang
terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau kehilangan pasangannya
2. Orang tua tunggal (single parent family), adalah keluarga yang terdiri dari
salah satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal
pasangannya
3. Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage mother)
4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (the single adult living alone)
5. Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the non marital
heterosexual cohabiting family)
6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang bejenis kelamin sama (gay and
lesbian family) (Suprajitno, 2004).
2.1.3 Karakteristik Keluarga
Merupakan kumpulan individu yang mempunyai ikatan perkawinan,
keturunan/hubungan darah atau adopsi
Tinggal dalam satu rumah bersama
Mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran sosial yang
dijalankannya
Mempertahankan budaya
2.1.4 Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Chaplan (1965) yang diadopsi
oleh Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur keluarga yaitu :
1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau
peran formal dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai-nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini oleh keluaraga, khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi
ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, dan anggota keluarga lainnya
(pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambrkan kemampuan anggota keluarga
untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku
keluarga yang mendukung kesehatan.
Berdasarkan kemampuan keluarga untuk pemenuhan kebutuhan dasar,
kebutuhan psikososial, kemampuan memenuhi ekonominya, dan aktualisasi keluarga
di masyarakat, serta memperhatikan perkembangan Negara Indonesia menuju Negara
industri, Indonesia menginginkan terwujudnya keluarga sejahtera. Di Indonesia
keluarga dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu :
1. Keluarga Prasejahtera, adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan
dasar secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan, sandang,
papan, dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu
atau lebih indicator Keluarga Sejahtera Tahap I.
2. Keluarga Sejahtera Tahap I (KS I) adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan
kebutuhan sosial psikologinya, yaitu kebutuhan pendidikan, Keluarga
Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat
tinggal, dan transportasi.
3. Keluarga Sejahtera Tahap II (KS II) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi kebutuhan dasar secara minimal serta telah memenuhi seluruh
kebutuhan social psikologinya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan untuk
menabung dan memperoleh informasi.
4. Keluarga Sehjahtera Tahap III (KS III) adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan social psikologis, dan
kebutuhan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan
(kontribusi) yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu
tertentu) dalam bentuk material dan keuangan untuk social kemasyarakatan,
juga berperan serta aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan.
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus (KS III Plus) adalah keluarga yang telah
dapat memenuhi seluruh kebutuhannya, baik yang bersifat dasar, social
psikologis, maupun pengembangan, serta serta telah mampu memberikan
sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.
2.1.5 Fungsi
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, yaitu :
Fungsi biologis
- Untuk meneruskan keturunan
- Memelihara dan membesarkan anak
- Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
- Memelihara dan merawat anggota keluarga
Fungsi psikologis
- Memberikan kasih sayang dan rasa aman
- Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
- Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
- Memberikan identitas keluarga
Fungsi sosialisasi
- Membina sosialaisasi pada anak
- Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak
- Meneruskan nilai-nilai budaya kelurga
Fungsi Ekonomi
- Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga
- Pengaturan penggunakan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
- Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang
akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dan
sebagainya
Fungsi pendidikan
- Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan, dan
membentuk prilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimilikinya
- Mempersiapkan anak untuk hidup dewasa yang akan datang dalam
memenuhi perananya sebagai orang dewasa
- Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
2.1.6 Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di
bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga. Kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu
tidak akan berarti dank arena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber
daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenla keadaan kesehatan
dan perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarga. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi
perhatian orang tua atau keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan
keluarga perlu dicatat kapan terajdinya, perubahan apa yang terjadi, dan
seberapa besar perubahannya.
2. Memutuskan tindakan kesehatanyang tepa bagi keluarga. Tugas ini merupakan
tugas keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan
keadaan keluraga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang memiliki
kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah
keluarga dapt dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga memilki
keterbatasan, dapat meminta bantuan kepada orang di lingkungan tinggal
keluarga agar memndapatkan bantuan.
3. Merawat keluarga yang mangalami gangguan kesehatan. Seringkali keluarga
telah mendapatkan tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memilki
keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian anggota
keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu mendapatkan tindakan
lanjutan atau perawatan sehingga masalah yang lebih parah tidak terjadi.
Perawatan dapat dilakuakan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah.
Apabila keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk
pertolongan pertama.
4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menajmin kesehatan keluarga.
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
2.2 KONSEP DASAR ASI EKSKLUSIF
2.2.1 Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun hanya air
putih, sampai bayi berurumur 6 bulan (Hubertin, 2004).
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan
padat seperti pisang, pepaya , bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim (Roesli U,
2005).
ASI Eksklusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan makanan dan
minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berumur 6 bulan, kecuali obat dan
vitamin (Dinkes RI, 2003).
2.2.2 Waktu Pemberian ASI Eksklusif
Pemberian ASI secara eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya
selama 4 bulan, tetapi bila mungkin sampai 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan, ia
harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli U, 2005).
2.2.3 Manfaat ASI Eksklusif
Manfaat ASI Ekslusif untuk Bayi
Menurut Roesli (2005) dan Alkatiri (1996), manfaat pemberian ASI yang
diperoleh bayi adalah :
ASI sebagai nutrisi
ASI meningkatkan daya tahan tubuh
ASI yang keluar saat kelahiran bayi sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum)
mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang
(mature). Zat ini akan melindungi bayi dari penyakit diare (mencret).
ASI meningkatkan kecerdasan
Nutrien pada ASI yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi adalah
taurin, laktosa, dan asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-
6).
ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Dengan menyusui, maka akan terjalin kasih sayang antara ibu dan bayinya, si
bayi juga merasa aman, tenteram, dan terjaga. Suhu ASI sama dengan suhu
tubuh. Kesesuaian suhu inilah yang menyebabkan kenyamanan tersendiri bagi
bayi.
ASI eksklusif mengurangi risiko terkena penyakit kencing manis, kanker
pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
ASI eksklusif menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional,
kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik.
Manfaat ASI Eksklusif untuk Ibu
Menurut Roesli U (2005) dan Alkatiri S (1996), manfaat ASI eksklusif untuk
ibu adalah :
Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
Mengurangi terjadinya anemia
Menjarangkan kehamilan
Mempercepat kembalinya rahim
Mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara dan kanker indung telur
Kebersihannya terjamin, karena ASI sangat higienis
Lebih ekonomis (murah), bahkan gratis
Hemat waktu, praktis dan tidak merepotkan
Memberi kepuasan psikologis dan kebahagiaan bagi ibu
2.2.4 Akibat bila ASI Eksklusif tidak diberikan
Menurut Dinkes RI (2003), akibat pemberian makanan-minuman selain ASI :
Akibat pada bayi
Bayi tidak memperoleh zat kekebalan tubuh, sehingga mudah mengalami
sakit. Misalnya : diare, demam, gangguan saluran pernafasan, dll.
Bayi tidak mendapat makanan yang bergizi dan berkualitas tinggi,
sehingga akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan
kecerdasanya.
Hubungan kasih sayang ibu dan janin tidak terjalin secara dini.
Akibat pada ibu
Perdarahan setelah persalinan menjadi lama.
Cepat terjadinya kehamilan kembali.
Beresiko terkena kanker payudara dan kanker rahim.
Waktu ibu banyak tersita Karena harus menyiapkan susu botol dan
merawat bayi yang sakit.
Pengeluaran keluarga bertambah.
2.3 KONSEP DASAR MEROKOK
2.3.1 Definisi
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa
lebih jantan. Dibalik kegunaan/manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya
yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang yang ada disekitar
perokok yang bukan perokok.
Yang dimaksud dengan merokok adalah menghantarkan nikotin melalui
saluran pernafasan untuk mendapatkan efek psikoaktif.
2.3.2 Zat - zat Beracun dalam Rokok
Ada 3 zat yang paling berbahaya yang terkandung di dalam sebatang rokok
antara lain :
Tar
Zat berbahaya ini berupa kotoran pekat yang dapat menyumbat dan mengiritasi
paru-paru dan sistem pernafasan, sehingga menyebabkan penyakit bronchitis
kronis, emphysema dan dalam beberapa kasus menyebabkan kanker paru-paru.
Racun kimia dalam TAR juga dapat meresap dalam aliran darah dan
mengurangi kemampuan sel-sel darah merah untuk membawa Oksigen ke
seluruh tubuh, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap sistem peredaran
darah.
Nikotin
Zat yang dapat membuat kecanduan dan mempengaruhi sistem syaraf,
mempercepat detak jantung, sehingga menambah resiko terkena penyakit
jantung, dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah,
menimbulkan penyempitan pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan pada pemakainya.
Karbon Monoksida (CO)
Zat ini dapat meresap dalam aliran darah dan mengurangi kemampuan sel-sel
darah merah untuk membawa Oksigen ke seluruh tubuh, memudahkan
penumpukan zat-zat penyumbat pembuluh nadi yang dapat menyebabkan
serangan jantung yang fatal, menimbulkan gangguan sirkulasi darah di kaki.
2.3.3 Bahaya Perokok Pasif
Tidak hanya perokok aktif saja yang memiliki resiko terkena penyakit, perokok
pasif pun juga demikian. Berikut adalah penyakit yang sangat mungkin menyerang
perokok pasif.
Meningkatnya resiko kanker paru-paru dan serangan jantung
Meningkatnya resiko penyakit saluran pernafasan seperti radang paru-paru
dan bronchitis
Iritasi pada mata yang menyebabkan rasa sakit dan pedih
Bersin dan batuk-batuk karena alergi
Sakit pada tekak, esofagus, kerongkongan dan tenggorokan
Sakit kepala sebagai reaksi penolakan nikotin
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perokok yang merokok di tempat
umum atau tidak memperdulikan orang lain yang tidak merokok adalah orang yang
egois. Nikmatnya diambil sendiri, sakitnya dibagi-bagi. Selain itu, asap rokok yang
dikeluarkan lebih berbahaya daripada yang masuk ke dalam tubuh perokok pasif. Hal
ini dikarenakan asap rokok mengandung zat-zat sebagai berikut :
Mengandung nikotin dua kali lebih banyak
Mengandung karbon monoksida lima kali lebih banyak
Mengandung tar lima kali lebih banyak
Meningkatnya zat kimia berbahaya bagi kesehatan hingga berkali lipat
Selain bagi perokok pasif yang dalam keadaan normal, asap rokok lebih
berbahaya bagi ibu hamil dan janin yang dikandungnya tersebut, antara lain :
Keguguran pada janin yang dikandung
Kematian janin di dalam kandungan
Pendarahan pada plasenta dan terjadi pembesaran lebih dari 30%
Berat badan janin berkurang sekitar 20-30% dari normal
Bayi yang lahir prematur dalam keadaan kesehatan yang tidak stabil
Asap rokok lebih berbahaya lagi jika dihisap oleh bayi, akibatnya adalah :
Mengalami gangguan dan penyakit pernafasan
Terganggunya perkembangan kecerdasan anak, baik motorik maupun
kognitif
Terjangkitnya penyakit telinga
Bisa meningkatkan resiko penyakit leukimia sebanyak dua kali lipat
Meningkatkan resiko kanker otak hingga 22%
Bayi akan lebih mudah lelah karena oksigen yang tidak terserap sempurna
Sindrom kematian secara mendadak
2.3.4 Hambatan
Dalam prakteknya di lapangan, tidak mudah untuk menerapkan peraturan
yang melarang tentang merokok. Karena hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
Masih minimnya kesadaran masyarakat akan bahaya rokok bagi kesehatan tubuh mereka, sehingga sulit diadakannya pembinaan untuk mereka.
Kurangnya sosialisasi dari instansi terkait mengenai bahaya merokok, sehingga masyarakat tidak tahu seberapa besar bahaya rokok bagi kesehatan mereka.
Kurang ketatnya pengawasan terhadap peredaran rokok di negara kita, sehingga jumlah produsen rokok meningkat.
2.3.5 Cara Mengatasi
Beberapa cara yang dapat kita lakukan supaya kita dapat terhindar dari bahaya asap rokok adalah sebagai berikut :
Pedidikan keimanan yang sungguh-sungguh untuk setiap individu masyarakat agar mereka sadar betapa bahaynya menghisap rokok.
Adanya teladan yang baik bagi sang anak baik di rumah, di sekolah, maupun di sekitar lingkungannya.
Melarang Oknum guru untuk merokok di depan siswa saat mengajar. Penyuluhan yang gencar dan intensif dari Instansi terkait. Dengan jalan ini
diharapkan jumlah perokok akan berkurang, karena mereka memperoleh pengetahuan langsung tentang bahaya rokok bagi kesehatan mereka.
2.4 KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan adalah metode kerja profesi dengan menggunakan
langkah-langkah pemecahan sehingga merupakan alur dan pengorganisasian,
pemikiran dan langkah dalam suatu urutan yang logis yang menguntungkan baik
pasien ataupun bidan, langkah-langkah menejemen kebidanan sebagai berikut :
2.4.1 Pengumpulan Data
Suatu tahap ketika seorang bidan mengumpulkan informasi secara terus
menerus tentang keluarga yang dibinanya, kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Membina hubungan yang baik.
b. Pengkajian awal terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan.
c. Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang
diperoleh lebih lengkap sesuai masalah kesehatan keluarga yang berorientasi
pada pengkajian awal.
2.4.2 Interpretasi Data Dasar
Kegiatan ini tidak berbeda dengan analisis dan sitesi pada asuhan keperawatan
klinik, bidan mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subyektif dan
obyektif setiap kelompok didiagnosa keperawatan.
2.4.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga
komponen diagnosis melalui masalah (problem), penyebab (etiologi) atau tanda
(sign).
2.4.4 Susunan Prioritas Masalah
Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor
terendah, namun bidan memperhatikan juga persepsi keluarga terhadap masalah
keperawatan mana yang perlu diatasi segera.
2.4.5 Proses Menejemen Kebidanan
Terdiri dari 4 langkah, yaitu :
Diagnosa : Berasal dari data dasar interpretasi data dan data tersebut menjadi
masalah ataupun diagnosa yang di Identifikasi secara spesifik.
a. Intervensi : Mencakup tujuan umum dan khusus yang didasarkan
dengan standart yang mengacu kepada penyebab selanjutnya,
merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan
standart.
b. Implementasi : Pada kegiatan ini bidan perlu melakukan kontak
sebelumnnya untuk pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan,
berapa lama waktu yang dibutuhkan, materi/ topik apa yang didiskusikan,
siapa yang melaksanakan dan siapa anggota keluarga yang perlu
mendapat informasi, peralatan apa yanga perlu disiapkan keluarga dan
implementasikan sesuai dengan rencana.
c. Evaluasi : Merupakan kegiatan yang membadingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standart yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak berhasil, sebagian perlu
disusun rencana keperawatan yang baru, evaluasi disusun menggunakan
SOAP.
2.4.6 Catatan Perkembangan
Berisi diagnosa baru dan catatan perkembangan disusun menggunakan SOAP
yang operasional dengan pengertian sebagai berikut:
S (subyektif) : Adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan
oleh keluarga.
O (obyektif) : Adalah keadaan obyektif dapat diidentifikasi dengan
menggunakan pengamatan.
A (assesment) : Adalah analisis bidan membandingkan dengan kriteriaa
dan standart yang mengacu pada tujuan rencana.
P (planning) : Adalah perencanaan selanjutnya setelah dilakukan
analisis.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal : 12-02-2015 Jam: 12.00 WIB Oleh : Yulia Rahma Nurhidayah
A. Data Subyektif
1. Data Umum
Kecamatan : Merakurak Pekerjaan : Petani
Kelurahan : Sumberjo Penghasilan : Rp 2000.000/bulan
RT : 01 Keadaan : Sehat
RW : 04 No. Induk : -
Nama : Tn. Suiran Umur : 37 th
Agama : Islam Pendidikan : SMA
Susunan anggota keluarga
Nama L/P Umur Hub dg
Keluarga
Pekerjaan/
Sekolah
Kead.
Kesh.
No.
KIA/
KB
Ny. Rumiati
By. Dani
Tn.Wirowidji
Ny. Suryati
P
L
L
P
28 thn
1,5 bln
57 thn
51 thn
Istri
Anak
Mertua
Mertua
IRT
-
Petani
IRT
Sehat
Sehat
Sehat
Sehat
-
-
-
-
Genogram keluarga
Keterangan
28 37
1,5 bln
5157
: Laki-laki: Anak Kandung
: Perempuan : Tinggal dalam Satu
Rumah
: Menikah
2. Data Khusus
a. Imunisasi:
Nama
Anak
BCG Status Imunisasi Ket
Polio DPT HB Campak
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
By.
Dani - - - - - - - - -
b. Bila ada anggota keluarga yang sakit berobat ke :
Tn. Suiran mengatakan bahwa jika salah satu keluarga ada yang sakit
akan membawanya ke tempat pelayanan kesehatan, yaitu ke tempat
bidan terdekat atau polindes.
c. Jenis penyakit yang sering diderita :
Tn. Suiran mengatakan keluarganya tidak memiliki penyakit menahun,
menular atau menurun. Penyakit yang sering diderita adalah penyakit
ringan, seperti pegal linu, batuk, pilek, kepala pusing.
d. Riwayat antenatal dan natal :
No Suami UK Jns.
Pers.
Penol Penyul JK BB/
PB
H/M Meneteki
1. 1 9
bln
Normal Bidan - ♂ 2700
gram/
48 cm
H Ya
e. Pemeriksaan kehamilan ke :
Ny. Rumiyati mengatakan selama hamil memeriksakan kehamilannya
di bidan sebanyak 7 kali.
f. Kebiasaan menyapih umur :
Ny. Rumiyati mengatakan dalam keluarga tidak ada batasan menyapih.
g. Pemberian makanan tambahan sejak usia :
Ny. Rumiyati mengatakan bahwa tidak memberikan Makanan
Pendamping ASI (PASI) pada bayinya, akan tetapi Ny. Rumiyati
memberikan susu formula 4-5x60 cc per hari pada bayinya.
h. Tanggapan terhadap KB :
Ny. Rumiyati tidak ikutserta dalam program KB namun berencana
mengikuti KB suntik 3 bulan.
i. Pola hidup
Makan : Ny. Rumiati mengatakan dalam keluarga makan 3x
sehari dengan menu nasi, lauk, sayur dan air putih 7-8
gelas perhari.
Aktivitas : Sehari-hari Tn. Suiran dan Bapak Mertuanya bekerja
sebagai petani, mulai bekerja sejak pagi sekitar pukul
07.00 pagi sampai sore pukul 16.00-17.00 WIB,
sedangkan Istri dan Ibu Mertuanya menghabiskan
waktu atau beraktivitas di rumah sebagai ibu rumah
tangga, mengurus rumah dan bayinya.
Eliminasi : Tn. Suiran mengatakan kebiasaan buang hajat seluruh
keluarga di WC.
Kebiasaan lain: Tn. Suiran mengatakan bahwa ia merokok di dalam
rumah.
j. Adat kebiasaan :
Tn. Suiran mengatakan dalam keluarganya memiliki kebudayaan
selametan, begitu juga dengan masyarakat sekitar, seperti tingkepan,
tahlilan, dll.
k. Penggunaan waktu senggang :
Tn. Suiran mengatakan memilki waktu senggang, seperti malam hari
atau ketika tidak sedang bekerja, waktu tersebut ia habiskan untuk
berkumpul bersama keluarga, mengobrol dengan tetangga sekitar
rumah, atau menonton televisi.
l. Situasi sosial budaya dan ekonomi :
Tn. Suiran mengatakan selama ini hubungannya dengan keluarga dan
tetangganya sangat baik. Bapak Suiran memilki penghasilan ±
Rp.2.000.000/bulan.
B. Data Obyektif
a. Rumah
Luas : ± 180 m2 (P: 18 m, L: 10 m)
Jenis rumah : Berdekatan
Letak : Jauh dengan sarang vector
Dinding : Bata
Lantai : Semen
Cahaya : Terang
Jalan angina : Kurang
Jendela : Ada
Jumlah ruangan : 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1dapur, 1 ruang makan
b. Air Minum
Asal : Sumur
Nilai air : Bersih
c. Pembuangan sampah :
Tn. Suiran mengatakan bahwa mereka biasanya mengolah sampah dengan
cara dibakar.
d. Jamban dan kamar mandi :
Tn. Suiran mengatakan keluarga memiliki kamar mandi dan jamban.
e. Pekarangan dan selokan
Pengaturan : Teratur
Kebersihan : Bersih
Air limbah : Kotor
Peralatan pekarangan : Ada
f. Kandang ternak :
Tn. Suiran mengatakan terdapat kandang kambing dibelakang rumah.
g. Denah rumah dan keterangan :
7 6
5
2 4 3
1
Keterangan :
8
1. Ruang Tamu
2. Kamar tidur
3. Kamar tidur
4. Ruang Tengah
5. Ruang Makan
6. Kamar Mandi
7. Dapur
8. Kandang Kambing
3.2 INTERPRETASI DATA DASAR
3.2.1 Diagnosa
3.2.1.1 Diagnosa I
Rendahnya kesadaran orang tua tentang pentingnya ASI eksklusif.
Data Dasar :
- Ibu mengatakan memberikan susu formula pada bayinya mulai
diberikan sejak lahir.
3.2.1.2 Diagnosa II
Rendahnya kesadaran tentang bahaya merokok.
Data Dasar :
- Bapak mengatakan bahwa dirinya merokok di dalam rumah.
- Merokok sudah menjadi kebiasaan dalam keluarga.
- Kurangnya pengetahuan tentang bahaya merokok.
3.3 PERUMUSAN MASALAH
3.3.1 Diagnosa I
Potensial terjadi GE (diare) dikarenakan pemberian PASI sejak lahir
3.3.2 DiagnosaII
Potensial terjadi resiko penyakit saluran pernafasan pada keluarga terutama
pada bayi
3.4 SUSUNAN PRIORITAS MASALAH
3.4.1 Susunan Prioritas Masalah
No Kriteria Rendahnya kesadaran
pemberian ASI Ekslusif
pada bayi usia <6 bulan
Ketidaksadaran
keluarga tentang
bahaya merokok
1.
2.
3.
4.
Sifat Masalah
Kemungkinan
Masalah untuk
Diubah
Potensi Masalah
untuk Dicegah
Menonjolnya
Masalah
3
2
3
3
5
4
3
4
TOTAL 11 16
Keterangan Nilai :
1 = Sangat Rendah
2 = Rendah
3 = Cukup
4 = Tinggi
5 = Sangat Tinggi
3.4.2 Prioritas Masalah
Berdasarkan analisa prioritas masalah diatas, maka dapat disimpulkan urutan
prioritas masalah sebagai berikut :
1. Rendahnya kesadaran tentang bahaya merokok
2. Rendahnya kesadaran pemberian ASI Ekslusif pada bayi usia <6 bulan
3.5 PROSES MANAJEMEN KEBIDANAN
3.5.1 Intervensi
Tanggal : 12 Februari 2015 Jam : 12.30 WIB
Dx :
- Rendahnya kesadaran tentang bahaya merokok.
- Rendahnya kesadaran orang tua tentang pentingnya ASI eksklusif.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan keluarga dapat
mengerti dan menerapkan tentang penjelasan yang diberikan.
Jangka Pendek : Keluarga dapat mengerti tentang bahaya merokok dan
pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi sebelum usia 6 bulan.
Jangka Panjang : Keluarga dapat mengurangi kebiasaan merokok terutama
dalam rumah dan sedikit demi sedikit mengikisi kebiasaan
atau kebudayaan memberikan PASI sebelum usia 6 bulan
pada bayi, dan dapat memulai ASI Eksklusif pada bayi
berikutnya serta juga.
Intervensi Rasional
1. Lakukan pendekatan dengan keluarga
2. Kaji penyebab ibu memberikan PASI
sebelum bayi berusia <6 bulan
3. Berikan penyuluhan tentang :
Bahaya merokok bagi perokok
dan orang-orang disekitarnya
terutama bagi bayi
4. Berikan penyuluhan tentang :
Pengertian ASI Eksklusif
Kandungan ASI Eksklusif yang
penting bagi bayi <6 bulan
Manfaat ASI Eksklusif pada bayi
<6 bulan
Pola makan bayi
5. Kerjasama dengan kader dan bidan
6. Lakukan kunjungan ulang
1. Keluarga dapat kooperatif
2. Menentukan tindakan selanjutnya
3. Menambah wawasan dan dapat
merubah pola hidup atau kebiasaan
sehari-hari untuk tidak merokok
4. Menambah wawasan pada ibu tentang
pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi
5. Meningkatkan peran aktif masyarakat
dan mempermudah pemantauan
6. Untuk mengetahui perkembangan
dalam keluarga
3.5.2 Implementasi
Jam Implementasi TTD
12.35
12.40
1. Melakukan pendekatan dengan keluarga dengan memperkenalkan
diri dan bersikap ramah
2. Memberikan HE kepada keluarga tentang bahaya merokok, yaitu :
Meningkatnya resiko kanker paru-paru dan serangan jantung
Meningkatnya resiko penyakit saluran pernafasan seperti
radang paru-paru dan bronchitis
Iritasi pada mata yang menyebabkan rasa sakit dan pedih
13.10
13.15
13.45
13.55
Bersin dan batuk-batuk karena alergi
Sakit pada tekak, esofagus, kerongkongan dan tenggorokan
Sakit kepala sebagai reaksi penolakan nikotin
Asap rokok lebih berbahaya lagi jika dihisap oleh bayi, akibatnya
adalah :
Mengalami gangguan dan penyakit pernafasan
Terganggunya perkembangan kecerdasan anak, baik motorik
maupun
Kognitif
Terjangkitnya penyakit telinga
Bisa meningkatkan resiko penyakit leukimia sebanyak dua kali
lipat
Meningkatkan resiko kanker otak hingga 22%
Bayi akan lebih mudah lelah karena oksigen yang tidak terserap
sempurna
Sindrom kematian secara mendadak
3. Mengkaji penyebab anak tidak diberikan ASI Ekslusif, yaitu ibu
mengatakan anaknya masih menangis jika hanya diberikan ASI saja.
4. Memberikan HE kepada ibu tentang ASI Eksklusif, yaitu :
ASI Ekslusif adalah pemberian ASI saja sampai usia bayi 6
bulan.
Kandungan ASI Eksklusif adalah sudah sesuai dengan
kebutuhan bayi, jadi tidak perlu makanan tambahan apapun,
karena ASI saja sudah cukup.
Manfaat ASI eksklusif yaitu memberikan kekebalan pada bayi,
sehingga bayi tidak mudah terjangkit penyakit, mudah dicerna
oleh saluran makanan bayi, bersih, ekonomis dan praktis.
Pola makan bayi : 0-6 bulan ASI saja, 6-12 bulan ASI + MP-
ASI berupa makanan lembek, 1-2 tahun ASI + Makanan
keluarga, >2 tahun dapat diberikan makanan keluarga ditambah
susu sesuai usia balita.
5. Melakukan kerja sama dengan kader dan bidan dalam pemberian
Health Education kepada keluarga.
6. Melakukan kunjungan ulang.
3.5.3 Evaluasi
Tanggal : 12 Februari 2015 Jam : 14.15 WIB
S : Keluarga mengatakan bahwa ia telah paham dengan penjelasan yang
disampaikan oleh petugas kesehatan.
O : Keluarga dapat mengulang apa yang telah disampaikan oleh petugas
dan dapat menjawab pertanyaan dari petugas.
A :
- Rendahnya kesadaran tentang bahaya merokok.
- Rendahnya kesadaran orang tua tentang pentingnya ASI eksklusif.
P : Kerjasama dengan kader dan bidan untuk memberikan HE
3.6 Catatan Perkembangan
Kegiatan TTD
Tanggal : 13 Februari 2015 Jam : 10.00 WIB
- S : Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang pentingnya ASI
eksklusif dan bahaya merokok bagi kesehatan.
- O : Keluarga dapat menjawab pertayaan yang diajukan oleh petugas
yang berhubungan dengan ASI eksklusif dan bahaya merokok.
- A :
Rendahnya kesadaran tentang bahaya merokok.
Rendahnya kesadaran orang tua tentang pentingnya ASI
eksklusif.
- P :
Lakukan kunjungan lagi untuk memantau perkembangan
keluarga.
Kerjasama dengan kader dan bidan desa untuk memotivasi
keluarga untuk menerapkan ASI Ekslusif dan tidak merokok
dalam rumah.
Tanggal : 14 Februari 2015 Jam : 11.00 WIB
- S : Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang pentingnya ASI
eksklusif dan bahaya merokok bagi kesehatan.
- O : Keluarga dapat menjawab pertayaan yang diajukan oleh petugas
yang berhubungan dengan ASI eksklusif dan bahaya merokok.
- A :
Rendahnya kesadaran tentang bahaya merokok.
Rendahnya kesadaran orang tua tentang pentingnya ASI
eksklusif.
- P : Kerjasama dengan toma, bidan dan kader desa agar keluarga
memiliki menerapkan ASI Ekslusif pada bagi <6 bulan dan tidak
merokok dalam rumah
Tanggal : 15 Februari 2015 Jam : 11.00 WIB
- S : Keluarga mengatakan sudah mengerti tentang pentingnya ASI
eksklusif dan bahaya merokok bagi kesehatan.
- O : Keluarga dapat menjawab pertayaan yang diajukan oleh petugas
yang berhubungan dengan ASI eksklusif dan bahaya merokok.
- A :
Rendahnya kesadaran tentang bahaya merokok.
Rendahnya kesadaran orang tua tentang pentingnya ASI
eksklusif.
- P : Kerjasama dengan toma, bidan dan kader untuk mengawasi
kebiasaan keluarga merokok dan terus memberikan motivasi dalam
memberikan ASI Ekslusif.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga merupakan sistem social karena terdiri dari kumpulan dua orang
atau lebih yang mempunyai peran social yang berbeda dengan cirri saling
berhubungan dan ketergantungan antar individu (suprayitno, 2004)
Dilihat dari segi kesehatan, masalah merokok di dalam rumah memang sudah
menjadi kebiasaan masyarakat tanpa menghiraukan akibat dari bahaya merokok
bagi diri sendiri (perokok aktif) maupun bagi orang lain di sekitar (perokok
pasif).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin setelah
persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain, walaupun
hanya air putih, sampai bayi berurumur 6 bulan. ASI merupakan nutrisi yang
dapat mencukupi bayi dan mempunyai banyak manfaat.
4.2 Saran
- Mahasiswa
Dapat menerapkan antara teori dengan praktek dan dapat melaksanakan
sesuai dengan asuhan kebidanan.
- Pendidikan
Memperbanyak sumber pustaka agar lebih mudah dalam penyusunan laporan
dan menambah pengetahuan.
- Lahan praktik
Dapat meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan
meningkatkan profesionalisme kerja.
- Masyarakat
Dapat memahami semua apa yang telah disampaikan oleh mahasiswa PKL
dan menerapkan apa yang telah dipahami, meningkatkatkan kesadaran hidup
sehat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat sekitar.