Asfiksia Ringan
-
Upload
dian-budi-handoko -
Category
Documents
-
view
261 -
download
8
Transcript of Asfiksia Ringan
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BY NY “W” BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA SEDANG
DI BPS Ny. “ Wahyuningsih Amd.Keb
OLEH
SRI WULAN
PROGRAM STUDI D – IV KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2007
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut survei demografi dan kesehatan Indonesia 2002 – 2003, angka
kematian neonatal sebesar 20 per 100 kelahiran hidup. Dalam satu tahun sekitar
89.000 bayi berumur dibawah 1 bulan meninggal. Artinya setiap 6 menit ada 1
bayi meninggal. Asfiksia merupakan salah satu penyebab utama kematian
neonatal (27%) setelah BBLR (29%).
Secara umum penyebab asfiksia dibagi dalam 3 faktor: faktor ibu, faktor
tali pusat dan faktor bayi itu sendiri seperti: bayi prematur(<37 minggu),
persalinan dengan tindakan (rangsang, bayi kembar, distonsia bahu, ekstrasi
vakum, forcep), kelahiran bawaan dan air ketuban bercampur mekonium.
Pertolongan persalinan dengan tenaga kesehatan telah mencapai 73,14%
(profil kesehatan Indonesia, 2003) dan sebagian besar persalinan tersebut dilakukan
oleh Bidan. Bidan sebagai penolong persalinan, sering kali dihadapkan dengan
keadaan bayi lahir mengalami asfiksia. Dimana asfiksia dapat menyebabkan cacat
mental, pneumonia, dan kematian. Dalam keadaan demikian Bidan harus melakukan
tindakan tertentu agar BBL dapat bernafas spontan segera mungkin. Untuk dapat
melakukan tindakan tersebut , Bidan harus trampil dan kompentensi dalam manajen
asfiksia BBL dan juga diperlukan perawatan yang intensif.
Maka pada kesempatan ini penulis tertarik untuk memberikan asuhan
dengan asfiksia sedang.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi
dengan asfiksia sedang secara komprehensif
1.2.2. Tujuan Khusus
Setelah menyusun asuhan kebidanan ini diharapkan mahasiswa dapat:
1.2.2.1. Mengkaji data bayi dengan asfiksia sedang.
1.2.2.2. Mengidentifikasi diagnosa/masalah bayi dengan asfiksia sedang.
1.2.2.3. Mengantisipasi diagnosa/maasalah potensial bayi dengan asfiksia sedang.
1.2.2.4. Mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi dengan asfiksia sedang
1.2.2.5. Membuat rencana asuhan kebidanan pada bayi dengan asfiksia sedang.
1.2.2..6. Melaksanakan rencana asuhan pada bayi dengan asfiksia sedang.
1.2.2.7. Mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan.
1.3. Teknik Pengumpulan Data
Asuhan kebidanan disusun dengan cara:
1.3.1. Wawancara
Mengadakan tanya jawab langsung dengan klien untuk mengetahui ada
keluhan/tidak.
1.3.2. Studi Dokumentasi
Semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumen
baik resmi maupun tidak resmi.
1.3.3. Praktek Langsung
Dengan melakukan asuhan kebidanan secara langsung pada klien.
1.3.4. Studi Pustaka
Penulis mempelajari literatur yang ada guna mendukung terlaksananya
asuhan dan membandingkan antara teori dan praktek.
1.4. Sistematika Penulisan
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan (umum dan khusus)
1.3. Teknik Pengumpulan Data
1.4. Sistematika Penulisan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Teori Asfiksia
2.2. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Asfiksia
BAB 3. TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.2. Identifikasi Diagnosa/Masalah
3.3. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
3.4. Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5. Intervensi
3.6. Implementasi
3.7. Evaluasi
BAB 4. PEMBAHASAN
BAB 5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB. 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Teori Asfiksia
2.1.1. Pengertian
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
teratur, sehingga dapat menurunkan O2 dan makin meningkatkan Co2 yang
menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 1998 : 319)
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam
uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam
kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. (Sarwono, 2002: 709).
2.1.2. Etiologi
2.1.2.1. Faktor Ibu
Pre - eklamasi dan eklampsia
Pendarahan abnormal (plasenta previa & soksio plasenta)
Partus lama dan partus macet
Demam selama persalinan
Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC & HIV)
Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu kehamilan)
2.1.2.2. Faktor Tali Pusat
Lilitan tali pusat
Tali pusat pendek
Simpul tali pusat
Prolaps tali pusat
2.1.2.3. Faktor Bayi
Bayi prematur (< 37 minggu)
Persalinan dengan tindakan (rangsang, bayi kembar,
distonsia bayi, ekstrasi vakum, forsep)
Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
(Depkes, 2007: 108)
2.1.3. Diagnosa
2.1.3.1. DJJ
Meningkat 160 X/menit _ tingkat permulaan
Jumlah sama dengan normal tetapi tidak teratur
Jumlah penurunan dibawah 100 X/menit dan disertai tidak teratur
2.1.3.2. Mekonium Dalam Air Ketuban
Pengeluaran mekonium dalam letak kepala menunjukan gawat janin.
Karena terjadi perangsangan nervus X, sehingga peristaltik usus
meningkat dan spinter ani terbuka.
2.1.4. Klasifikasi
2.1.4.1 Asfiksia berat (nilai apgar 0 – 3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, pembarian O2 terkendali.
Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan Natrikus
Biokarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan dan cairan
glukosa 40% 1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
2.1.4.2. Asfiksia ringan sedang (nilai apgar 4 - 6).
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai dapat bernapas
normal kembali.
2.1.4.3. Bayi normal atau sedikit asfiksia (nilai apgar 7 - 9).
2.1.4.4. Bayi normal dengan nilai apgar 10.
(Mochtar, Rustam, 1998: 428).
2.1.5. Patogenesi
2.1.5.1. Bila janin kekurangan O2 dan kadar Co2 bertamba, timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga bunyi jantung janin
menjadi lambat. Bila kekurangan O2 ini terus berlangsung maka nervus
vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari N.
simpatikus. DJJ menjadi lebih cepat akhirnya irreguler dan
menghilang.
2.1.5.2. KekuranganO2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar
sebagai tanda janin dalam asfiksia.
2.1.5.3. Janin akan mengadakan pernapasan intra uteri, dan bila kita periksa
kemudian, terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru
bronkus tersumbat dan terjadi atelektaksis, bila janin lahir alveoli tidak
berkembang.
(Sarwono, 2002: 320).
2.1.6. Penanganan
2.1.6.1. Penanganan Umum
a. Jangan biarkan bayi kedinginan, bersihkan mulut dan jalan napas.
b. Lakukan resusitusi BBL.
c. Gejalah pendarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post
partum, jadi kepala dapat direndahkan, supaya lendir yang menyumbat
pernafasan dapat keluar.
d. Kalau diduga pendarahan otak berikan vit. K 1 – 2 hari.
e. Berikan tranfusi dara via tali pusat atau glukosa.
(Mochtar, Rustam, 1999: 428)
2.1.6.2. Penanganan Awal
a. Jaga Bayi Tetap Hangat
Letakan bayi di atas kain yang ada di atas perut ibu atau dekat
perineum.
Selimuti bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat.
Pindahkan bayi keatas kain ketempat resusitasi.
b. Atur Posisi Bayi
Baringakan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong.
Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
c. Isap Lendir
Gunakan alat pengisap lendir De lee atau bola karet
Pertama, isap lendir didalam mulut, kemudian baru isap lendir di
hidung
Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat
memasukkan).
Bila menggunakan pengisap lendir De lee, jangan memasukkan
ujung pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm kedalam mulut
atau lebih dari 3 cm kedalam hidung) karena dapat menyebabkan
denyut jantung bayi melambat atau bayi berhenti bernapas.
d. Keringkan dan Rangsang Bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainya
dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulia
pernapasan bayi atau bernapas lebih baik.
Lakukan rangsangan taktis dengan beberapa cara dibawah ini:
Menepuk atau menyentil telapak kaki.
Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi
dengan telapak tangan.
e. Atur Kembali Posisi dan Selimuti Bayi
Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang
baru (disiapkan)
Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka
dan dada agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan.
Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (ekstensi)
f. Lakukan Penilaian Bayi
Lakukan penilaian apakah bayi bermapas normal, megap-megap
atau tidak bernapas.
(Depkes, 2007: 113)
2.1.6.3. Penanganan Lanjut Yaitu Vertilasi
a. Pasang sungkup, perhatikan lekatan
b. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati besaran dada bayi.
c. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan
20 cm air dalam 30 detik
d. Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur?
(Depkes, 2007: 117)
2.1.7. Asuhan Pascaresusitasi
Asuhan pasca resusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah
menerima tindakan resusitasi. Asuhan pasca resusitasi dilakukan paa
keadaan:
2.1.7.1. Resusiasi berhasil.
Bayi menangis dan bernapas normal sesudah langkah awal atau
sesudah ventilasi.Perlu pemantauan dan dukungan.
2.1.7.2. Resusitasi tida /kurang berhasil.
Bayi perlu rujukan yaitu sesudah ventilasi 2 menit belum bernapasatau
bayi sudah bernapas tetapi masih megap-megap atau pada pemantauan
ternyata kondisinyamakin memburuk.
2.1.7.3. Resusitasi gagal.
Setelah 20 menit diventilasi, bayi gagal bernapas.
(Depkes, 2007: 118)
2.1.8. Prognosis
Asfiksia livida lebih baik dari palida. Prognosis tergantung pada
kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan
asfiksia dan pulih kembali harus dipikirkan kemungkinanya menderita cacat
mental seperti epilepsi dan bodoh pada masa mendatang.
(Mochtar, Rustam, 1998: 429)
2.1.9. Gejala dan Tanda Asfiksia.
2.1.9.1 Tidak bernapas atau bernapas megap-megap.
2.1.9.2. Warna kulit kebiruan.
2.1.9.3. Kejang.
2.1.9.4. Penurunan kesadaran.
(Depkes, 2007: 109)
2.1.10. Komplikasi.
2.1.10.1. Cacat mental
2.1.10.2. Pneumonia dan mugkin kematian.
2.2. Konsep Manajemen Asfiksia
2.2.1. Pengkajian (tanggal….jam….)
2.2.1.1. Data Subyektif
1. Biodata
Pada bayi baru lahir.
2. Keluhan Utama
Tidak bernapas/bernapas megap-megap.
Warna kulit biru.
Kejang.
Penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Malaria
Sifilis
TBC
HIV
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Usia kehamilan > 37 minggu.
Kehamilan lewat waktu (> 42 minggu kehamilan).
Persalinan dengan tindakan.
Partus lama/partus macet.
Demam selama persalinan.
Lilitan tali pusat, tali pusat pendek, prolapsus tali pusat.
Pre – eklamsi dan eklamsia.
Bayi premature, kelainan bawaan
Pendarahan abnormal.
Air ketuban bercampur mekonium.
2.2.1.2. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
KU : Lemah
AS : 4 – 6
Suhu : < 36 Oc
Pernapasan : > 60 X/menit
Nadi : < 100 X/menit
Keaktifan : lemah
2. Pemeriksaan Khusus
Terdiri dari apgar score dan fisik
No Score Menit ke-1 Menit ke-5
1
2
3
4
5
Appearance
Pulse
Grimace
Activity
Respiration
1
1
-
1
1
2
2
2
Jumlah 4 6
Pemeriksaan fisik untuk bayi asfiksia sedang:
Bibir : Cyanosis : Frekuansi jantung >100 X/menit
Gerakan cuping hidung : Ada : tonus otot kurang baik
Kulit : Warna kebiruan : refleks iritabilas tidak ada
Ektremitas : Lemah, warna kebiruan
Reflek untuk bayi asfiksia sedanga:
Moro reflek : Belum ada
Tonik neek reflek : Belum ada
Palinos gepe reflek : Belum ada
Rooting reflek : Belum ada
Swallowing reflek : Belum ada
2.2.2. Idntifikasi Diagnosa/Masalah
2.2.2.1. Dx : BBL dengan asfiksia sedang
Ds : - Bayi tidak bernafas/bernapas megap/megap
- Warna kulit kebiruan
- Kejang
- Penurunan kesadaran
Do: KU : Lemah
AS : 4 – 6
S : < 36 Oc
Rr : > 60 X/menit
N : > 60 X/menit
Keaktifan : Lemah
2.2.3. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
Cacat mental
Pneumonia
Kematian
2.2.4. Idebtifikasi kebutuhan segera
Lakukan penanganan 6 langkah awal
Resusitasi
Vertilasi
2.2.5. Intervensi
Dx : BBL dengan asfiksia sedang
Tujuan : - Asfiksia dapat teratasi
- Tidak terjadi komplikasi
K. H : KU : baik
AS : 7 -10
S : 36,5 – 37,5 Oc
RR : 30 – 60 X/menit
N : 120 – 160 X/menit
Appearance : Tubuh dan ekstremitas kemerahan
Pulse : lebih dari 100 X/menit
Grimase : Menangis
Activity : Gerakan aktif
Respiration : Menangis kecil
Rencana:
1) Jaga bayi tetap hangat/tempatkan bayi dalam runganan yang hangat.
R/ : Mencegah kehilangan panas melalui konduksi
2) Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R/ : Memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apneu,
khusus adanya hipoksia
3) Isap lender
R/ : Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
4) Keringkan dan rangsang taktil
R/ : Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan
kembalinya pernapasan spontan
5) Atur kembali posisi kepala dan selimuti bayi
R/ : Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
6) Lakukan penilaian pada bayi
R/ : Mengetahui perkebangan dan komplikasi dini
7) Lakukan resusitasi bial belum berhenti
R/ : Mencegah terjadinya komplikasi
8) Lakukan vertilasi bila resusitasi belum berhenti
R/ : Untuk mencegah bayi mengalami pneumonia/ kematian.
2.2.6. Implementasi
Sesuai intervensi
2.2.7. Evaluasi
Mengacu pada K. H. dang menggunakan SOAP>
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian (tanggal 07 – 11 – 2007, jam 17.00 Wib)
3.1.1. Data Subyektif
3.1.1.1. Biodata
a. Bayi
Nama Bayi : Bayi. Ny “W”
Umur : 0 hari
Tgl/jam lahir : 07 – 11 – 2007 / jam 17.45 Wib
Jenis Kelamin : Laki-laki
b. Orang Tua
Nama Ibu : Ny ‘W’ Nama Ayah : Tn ‘S’
Umur : 30 tahun Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Tani
Alamat : Rt 29 Pandean
3.1.1.2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan bayinya lahir tidak bernapas
3.1.1.3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular seperti:; TBC, AIDS, Sifilis, penyakit menahun seperti; malaria,
penyakit menurun seperti; DM.
3.1.1.4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu mengatakan usia kehamilan 9 bulan, dan sering memeriksakan
kehamilan di Bidan. Keluhan selama hamil tidak ada, terapi didapat:
Tablet Fe, Kalk, Vit. C. Imunisasi Tt : 5 kali
Persalinan ditoling Bidan, lahir spontan, lama persalinan 9 jam (mulai
10.30 18.30), keadaan air ketuban warna hijau bercampur mekonium,
plasenta mengalami pengapuran, bayi lahir tidak menangis, BB : 3200 gr,
PB : 49 cm, Jk : Perempuan dan ada lilitan tali pusat.
3.1.2. Data Obyektif
3.1.2.1. Pemeriksaan Umum
KU : Lemah
AS : 4 – 6
Suhu : 36,3 0c
HR : 128X/menit
Pernapasan : 64X/menit
Keaktifan : Lemah
3.1.2.2. Pemeriksaan Khusus
a) Penilaian apgar score
No Kriteria Menit ke - 1 Menit ke - 5
1
2
3
4
5
Denyut Jantung
Usaha Bernapas
Tonus Otot
Reflek
Warna Kulit
2
1
-
-
1
2
-
1
1
2
Jumlah 4 6
b) Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
1. Rambut : Kotor, penuh lemak
dan darah
2. Bentuk : Norma
3. UUB : Belum
menutup
4. Caput Suksedaneum : Ada
5. Chepal Hematomo : Tidak ada
6. Perdarahan Intrakranial : Tidak ada
7. Lain-lain : Tidak ada
b. Mata
1. Bentuk : Simetris, normal
2. Kotoran : Tidak ada
3. Perdarahan : Tidak ada
4. Sklera : Tidak ikterus
5. Konjugtiva : Tidak anemis
c. Mulut
1. Bentuk : Normal
2. Palatum Mola : Ada, tidak terbelah
3. Palatum Durum : Ada, tidak terbelah
4. Saliva : Tidak hipersaliva
5. Gusi : Tidak berdarah
6. BIbir : Ada cyanosis
7. Lidah : Tidak ada bercak
putih
d. Hidung
1. Bentuk : Normal
2. Mukosa : Ada
3. Gerakan Cuping Hidung : Ada
4. Sekresi : Tidak terbelah
e. Muka
1. Bentuk : Normal
2. Paralis Syaraf Facial : Tidak ada
3. Down Syndrome : Tidak ada
f. Telinga
1. Bentuk : Simetris
2. Daun Telinga : Lunak mudah
membalik
3. Sekresi : Tidak ada
g. Leher
1. Ukuran : Normal
2. Gerakan : Baik
3. Pembesaran Kelenjar Tyroid : Tidak ada
h. Dada
1. Bentuk : Simetris
2. Pernapasan : Lemah
3. Bronchi : Tidak ada
4. Bunyi Jantung : Teratur
i. Perut
1. Kelainan : Tidak ada
2. Kembung & Muntah : Tidak ada
j. Tali Pusat
1. Kelainan : Tidak ada
2. Perdarahan : Tidak ad
k. Kulit
1. Warna : Biru
2. Lanuga : Tebal
3. Turgor : Baik, kembali dlm waktu < 2”
4. Verniks Kaseosa : Ada
5. Dedena : Tidak ada
6. Kelainan : Tidak ada
l. Punggung
Normal tidak ada kelainan
m. Ekstremitas
Ekstremitas Atas
Bentuk : Simetris ka/ki
Gerakan : Kurang aktif
Kelainan : Tidak ada kelainan
Jumlah Jari : 10
Warna : Kebiruan
Ekstrimitas Bawah
Bentuk : Simetris ka/ki
Gerakan : Kurang aktif
Kelainan : Tidak ada kelainan
Jumlah Jari : 10
Warna : Kebiruan
n. Genital
1. Skrotum : Ada
2. Testis : Belum turun
3. Penis : Ada
o. Anus : Berlubang
c). Antropometri
1.BB : 3200 gram
2.PB : 49 cm
3.LLA : 8 cm
4.LD : 30 cm
5.LIKA : 36 cm
d) Reflek
1.Moro Reflek : Belum ada
2.Tonik Neck Reflek : Belum ada
3.Palmos Gepe Reflek : Belum ada
4.Rooting Reflek : Belum ada
5.Sucking Reflek : Belum ada
6.Swallowing Reflek : Belum ada
3.2. Identifikasi Diagnosa/Masalah
Dx : BBL dengan asfiksia sedang
Ds : - Ibu menyatakan bayinya lahir tidak bernapas spontan
: - Dan tidak langsung menagis
Do : Ku : Lemah
As : 4 – 6
Suhu : 36,3 0c
HR : 128 X/menit
Pernapasan : 64 X/menit
Keaktifan : Lemah
Moro Reflek : Belum ada
Tonik Neck Reflek : Belum ada
Palmos Gepe Reflek : Belum ada
Rooting Reflek : Belum ada
Sucking Reflek : Belum ada
Swallowing Reflek : Belum ada
Riwayat Persalinan :
Air ketuban bercampur mekonium
Adanya lilitan tali pusat
Plasenta mengalami pengapuran
3.3. Antisipasi Diagnosa/Masalah Potensial
Potensial terjadi pneumonia dan mungkin kematian
Potensial cacat mental
3.4. Identifikasi Kebuthan segera
Melakukan HAIKAP dan Resusitasi
Melakukan ventilasi
3.5 Intervensi
Dx : By Ny “W” Baru lahir dengan asfiksia sedang
Tujuan : - Asfiksia teratasi
- Bayi dalam keadaan sehat dan tidak terjadi komplikasi
K.H : K.U : Baik
Kesadaran : Composmentis
As : 7 - 9
Suhu : 36.5 – 37 o c
HR : 150 – 160
Pernapasan : 30 – 60 x/ menit
Bayi dapat bernapas spontan warna kulit merah, menangis kuat
Intervens:
1. Jaga bayi tetap hangat/tempatkan bayi dalam ruangan yang
hangat
R/: Mencegah kehilangan panas melalui konduksi
2. Atur posisi kepala bayi sedikit ekstensi
R/: Memudahkan pernapasan dan menurunkan episode apnev
Khususnya adanya hipoksia
3. Isap lender
R/: Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
4. Keringkan dan rangsang taktil
R/: Merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan
kembalinya.
5. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
R/: Menurunkan kehilangan panas melalui evaporasi
6. Lakukan penilaian pada bayi
R/: Mengetahui perkembangan dan mencegah komplikasi dini
7. Lakukan resusitasi bila 6 langka awal belum berhasil
R/: Mencegah terjadinya komplikasi
8. Lakukan ventilasi bila tindakan resusitasi belum juga berhasil
R/: Mencegah bayi mengalami komplikasi lanjut sepert cacat
mental, pneumonia & kematian
3.6. Implementasi
Tanggal : 07 – 11 – 2007, Jam 17.45 wib
1. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara selimuti bayi dan
diletakan pada ruangan yang hangat.
2. Mengatur posisi kepala bayi sedikit ekstensi dengan menganjal
bahu menggunakan kain setingi 5 cm.
3. Mengisap lendir menggunakan De Lee.
4. Mengeringkan dan merangsang taktil menggunakan selimut
dengan sedikit tekanan.
5. Mengatur kembali posisi kepala dan selimuti bayi dengan
selimut yang bersih dan kering.
6. Melakukan penilaian pada bayi yaitu :
Warna kulit merah.
Denyut nadi teratur yaitu lebih dari 100 x/ menit.
Reflek ada yaitu menangis kuat.
Tonus otot gerakan aktif.
Pernapasan normal: 30 – 60 x/ menit.
3.7. Evaluasi
Tanggal; 07 – 11 – 2007, Jam 18.00 Wib.
Dx : BBL dengan asfiksia sedang.
S : Ibu mengatakan bayinya sudah bisa menangis kuat dan
dapat bernapas spontan.
O : Ku : baik
As : 7
Kesadaran : Composmentis.
A : BBL Normal
P : - Lanjutkan perawatan tali pusat.
- Anjurkan ibu untuk memberikan Asi Eksklusif
sampai bayi usia 6 bulan.
- Anjurkan ibu untuk menteki bayinya sehari minimal
8 kali.
- Anjurkan ibu untuk perawatan payudara dan senam
nifas
- Anjurkan ibu untuk makan makanan yang
mengandung gizi seimbang
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada teori kasus bayi dengan asfiksia sedang, diperoleh tanda-tanda
seperti: Tidak bernapas atau bernapas megap-megap, warna kulit kemerahan,
kejang, dan penurunan kesadaran. Dengan nilai apgar score 4 – 6. Penyebab
terjadinya asfiksia dipengaruhi 3 faktor yaitu: Faktor Ibu, Faktor Tali Pusat, dan
Faktor Bayi. Penanganan yang dilakukan adalah HAIKAP dan RESUSITASI.
Setelah dilakukan pengkajian dan pemeriksaan pada bayi Ny “R” dengan
asfiksia sedang ditemukan bahwa penyebab terjadinya asfiksia dipengaruhi
adanya ketuban bercampur mekonium dan lilitan tali pusat. Pada intervensi dan
implementasi dilakukan HAIKAP. Pada evaluasi, setelah dilakukan implementasi
berupa Haikap, bayi dapat menangis kuat, warna kulit merah dan adanya
peningkatan kesadaran dan tidak tampak terjadi komplikasi.
Maka dapat disimpulkan bahwa antara tinjauan teori dan kasus nyata pada
bayi Ny “R” baru lahir dengan asfiksia sedang ditemukan adanya kesenjangan
yaitu pada intervensi, dijelaskan penanganan asfiksia dengan 6 langka awal dan
dilanjutkan dengan resusitusi dan ventilasi. Namun pada kasus ini hanya
dilaksanakan penanganan HAIKAP karena bayi sudah bisa bernapas spontan dan
menangis kuat.
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada kasus bayi Ny “W” dengan asfiksia sedang, setelah dilakukan
pengkajian dan pemeriksaan diketahui penyebab utama terjadinya asfiksia adalah
cairan ketuban bercampur mekonium dan adanya lilitan tali pusat. Sehingga pada
intervensi dan implementasi dilakukan tindakan HAIKAP dengan segera untuk
mencegah terjadinya komplikasi. Setelah HAIKAP dilakukan bayi dapat
menangis kuat, warna kulit merah dan kesadaran meningkat.
5.2. Saran
5.2.1. Petugas
Diharapkan selalu siap melakukan resusitusi bayi pada setiap
pertolongan persalinan
5.2.2. Orang Tua
Mampu menjaga kehangatan tubuh bayi dengan dekapan
Segera memberikan Asi kepada bayinya
5.2.3. Institusi
Mampu memberikan ketrampilan pentatalaksanaan BBL dengan
asfiksia sesuai dengan mutu standar pelayanan kesehatan
5.2.4. Mahasiswa
Diharapkan mampu menerapkan ilmu dan ketrampilan penanganan
bayi dengan asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2007. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Revisi 2007. Jakarta.
JNPK – KR.
Depkes. 2005. Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir. Jakarta.
Mansjoer, Arief. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jilid I. FKUI:
Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Wiknojasastro, Hanifa dkk. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBPSP.