Artikel Semirata Bks Barat 1

13
Bentuk Usahatani Konservasi di Lahan Marjinal untuk Meningkatkan Penerimaan Keluarga Tani di Nagari Aripan Daerah Tangkapan Air Singkarak)* Aprisal, Bujang Rusman dan Refdinal)** ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk; 1). Mempelajari pengaruh restorasi ekologi tanah terhadap sifat tanah, 2). Mempelajari pengaruh restorasi ekologi tanah terhadap produksi tanaman, 3). Mempelajari pengaruh restorasi ekologi tanah terhadap penerimaan petani, 4). Mempelajari pengaruh usahatani konservasi terintegrasi terhadap penerimaan petani. Penelitian ini adalah merupakan penelitian usahatani konsevarsi di lahan marjinal dengan beberapa komoditi seperti; usaha penggemukan sapi 3 ekor, tanam strip rumput raja, tanaman semusim (kedelai, jagung, dan semangka) dan tanaman tahunan karet. Usaha tanaman semusim ini adalah pada tanah marjinal dengan usaha restorasi ekologi tanah, dengan biomasa in situ dijadikan kompos+pupuk kandang dari sapi yang dipelihara (empat taraf) yakni Ro = tanpa restorasi, R1 = retorasi dengan biomaai in situ yang sudah di haluskan, R2 = restorasi kompos dan pupuk kandang, dan R3 = restorsai tanah Roun up alang-alang. Penelitian ini dirancang dengan split plot sebagai petak utmanya adalah restorasi ekologi tanah, dan anak petak adalah tiga jenis komoditi tanaman semusil. Data dari penelitian dianalisis dengan statitik 8 untuk melihat sidik ragam dan perbedaan antara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa restorasi ekologi tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan juga dapat meningkatkan produktivitas tanah. Dari beberapa cara restorasi ekologi tanah, maka cara pembukaan lahan dengan menambah pupuk kandang dan kompos dari alang-alang (Ro) dan menjadikan alang-alang sebagai mulsa (R1) mempunyai tingkat produktivitas lahan yang lebih tinggi daripada cara pembukaan lahan dengan cara membakar lahan (Ro) dan menyemprot alang-alang dengan round up (R3). Lahan yang direstorasi dengan memberikan pupuk kandang dan kompos kemudian ditanami dengan semangka dan kedelai mempunyai potensi yang paling tinggi meningkatkan produktivitas lahan. Produktivitas lahan yang ditanami semangka dan kedelai berturut adalah Rp 137.917 per petak atau Rp 114.930.833. per hektar; dan Rp 56.163 per petak atau Rp 56.163.333.- per hektar. Indikator tersebut menyatakan bahwa lahan ini dapat dikembangkan untuk usahatani konservasi Key word: konservasi, lahan marjinal, penerimaan petani.. PENDAHULUAN Latar Belakang

description

hbjhsbcjnxx

Transcript of Artikel Semirata Bks Barat 1

Bentuk Usahatani Konservasi di Lahan Marjinal untuk Meningkatkan Penerimaan Keluarga Tani di Nagari Aripan Daerah Tangkapan Air Singkarak)*

Aprisal, Bujang Rusman dan Refdinal)**

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk; 1). Mempelajari pengaruh restorasi ekologi tanah terhadap sifat tanah, 2). Mempelajari pengaruh restorasi ekologi tanah terhadap produksi tanaman, 3). Mempelajari pengaruh restorasi ekologi tanah terhadap penerimaan petani, 4). Mempelajari pengaruh usahatani konservasi terintegrasi terhadap penerimaan petani. Penelitian ini adalah merupakan penelitian usahatani konsevarsi di lahan marjinal dengan beberapa komoditi seperti; usaha penggemukan sapi 3 ekor, tanam strip rumput raja, tanaman semusim (kedelai, jagung, dan semangka) dan tanaman tahunan karet. Usaha tanaman semusim ini adalah pada tanah marjinal dengan usaha restorasi ekologi tanah, dengan biomasa in situ dijadikan kompos+pupuk kandang dari sapi yang dipelihara (empat taraf) yakni Ro = tanpa restorasi, R1 = retorasi dengan biomaai in situ yang sudah di haluskan, R2 = restorasi kompos dan pupuk kandang, dan R3 = restorsai tanah Roun up alang-alang. Penelitian ini dirancang dengan split plot sebagai petak utmanya adalah restorasi ekologi tanah, dan anak petak adalah tiga jenis komoditi tanaman semusil. Data dari penelitian dianalisis dengan statitik 8 untuk melihat sidik ragam dan perbedaan antara perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa restorasi ekologi tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah dan juga dapat meningkatkan produktivitas tanah. Dari beberapa cara restorasi ekologi tanah, maka cara pembukaan lahan dengan menambah pupuk kandang dan kompos dari alang-alang (Ro) dan menjadikan alang-alang sebagai mulsa (R1) mempunyai tingkat produktivitas lahan yang lebih tinggi daripada cara pembukaan lahan dengan cara membakar lahan (Ro) dan menyemprot alang-alang dengan round up (R3). Lahan yang direstorasi dengan memberikan pupuk kandang dan kompos kemudian ditanami dengan semangka dan kedelai mempunyai potensi yang paling tinggi meningkatkan produktivitas lahan. Produktivitas lahan yang ditanami semangka dan kedelai berturut adalah Rp 137.917 per petak atau Rp 114.930.833. per hektar; dan Rp 56.163 per petak atau Rp 56.163.333.- per hektar. Indikator tersebut menyatakan bahwa lahan ini dapat dikembangkan untuk usahatani konservasiKey word: konservasi, lahan marjinal, penerimaan petani.. PENDAHULUANLatar BelakangPetani merupakan suatu simbol bagi negara Indonesia sebagai negara agraris di daerah tropis. Namun petani miskin sangat mendominasi negara ini, yang sebagian besar kehidupan mereka sangat memprihatikan sekali disegala hal, terutama masalah pangan. Sebagian besar dari mereka tinggal didaerah marjinal yang miskin, sehingga kehidupannya masih berada dibawah garis kemiskinan. Faktor lahan sebagai modal utama untuk berusahatani sudah tidak subur lagi karena mengalami degradasi dan hanya alang-alang yangdapat tumbuh, ini sebagai petanda dari lahan marjinal. Dengan demikian petani miskin yang tinggal dilahan miskin akibatnya akan saling memiskinkan sehingga kehidupan mereka tetap

)* Makalah seminar Nasional BKS Barat 24-27 Mai 2011 Palembang)** Dosen Fakultas Pertanian Univ.Andalassusah.Usaha meningkatkan pendapatan petani miskin ini telah banyak juga dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian dan instansi terkait dengan hasil baik. Namun bentuk kajian mereka masih berbentuk spasial sehingga apa bila panduan ini yang dilakukan petani juga menemuai permasalahan yakni kegagalan dalam melakukannya menyebabkan petani terus miskin sampai sekarang. Untuk itu perlu ada terobosan yang mengintegrasikan berbagai komoditi sehingga terbentuk model usahatani konservasi yang terintegrasi yang memberi harapan petani dalam meningkatkan penerimaan mereka dari berbagi sumber komoditi. Memperbanyak sumber penerimaan petani dari berbagai komoditi (tanaman semusim, tanaman tahunan, ternak, dan rumput pakan) akan memperbesar peluang bagi petani untuk meningkatkan taraf hidup memperoleh hidup layak.Penelitian ini bertujuan untuk; 1). Mempelajari pengaruh restorasi ekologi tanah terhadap sifat tanah, 2). Mempelajari pengaruh restorasi ekologi tanah terhadap produksi tanaman, 3). Mempelajari pengaruh restorasi ekologi tanah terhadap penerimaan petani, 4). Mempelajari pengaruh usahatani konservasi terintegrasi terhadap penerimaan petani.METODE PENELITIANPenelitian dilakukan di lapangan dengan menggunakan rancangan petak terbagi (RPT), dimana cara restorasi ekologi tanah (R) sebagai petak utama dan tanam (T) anak petak dengan perlakuan-perlakuan sebagai berikut: Tanaman pangan alternatif ini, menggunakan tanaman yang cocok dengan kondisi biofisik daerah setempat dan mempunyai harga yang tinggi di pasaran. Untuk menunjang dan menambah pendapatan petani, maka disamping tanaman pangan petani menanam juga tanaman karet sebanyak 200 batang, dan rumput raja. Sapi lokal dipelihara tiga ekor untuk digemukan; pakan sapi diambil dari strip rumput raja dan sebagian dari sisa tanaman dari petak R2; kotoran sapi dikembalikan ke petak R2.Petak utama (R): 3 cara restorasi ekologi tanah yaitu:Ro

R1

R2

R3

Alang-alang dibakar dan tanah diolah secara konvensional (tanah dicangkul dan dicincang satu kali) teknik yang biasa dilakukan petani.Alang-alang dibabat, dipotong kira-kira 20 cm dijadikan mulsa 10 ton ha-1+ sisa tanaman dijadikan mulsa dan tanah diolah konvensional. Alang-alang dibabat kemudian daun dan rimpang alang-alang dikomposkan dan tanah diolah konvensional+kapur CaCO3 1 ton ha-1+pupuk kandang 10 ton ha-1 tahun-1 atau 7,6 ton BKM ha-1 yang diberikan 2,53 ton BKM ha-1 tahun-1 setiap musim tanam dan ditambah kompos alang-alang (7 ton ha-1) pada MT2 dan sisa tanaman dijadikan mulsa dan campuran pakan sapi, kemudian kotoran sapi dikembalikan pada petak R2.Alang-alang disemprot dengan herbisida sistemik Round up kemudian alang-alang direbah-kan+ sisa panen tanaman dijadikan mulsa, tanah diolah minimum menurut barisan tanaman

AnakT1T2T3

Petak (T) : 3 tanaman semusim yaitu:Pola tanam yang biasa dilakukan petani setempat sebagai pembanding ( Jagung)Pola tanam alternatif (I) KedelaiPola tanam alternatif (II) Semangka (water melon).

Persiapan lahanLahan alang-alang yang pilih dibatasi (diplot) dengan tali plastik sesuai dengan ukuran dan banyaknya petak percobaan. Peletakan setiap cara restorasi ekologi tanah (R) dilakukan secara acak. Setelah diplot kemudian lahan dibuka sesuai dengan perlakuan restorasi ekologi tanah (R) yang sudah ditentukan dan dijadikan sebagai petak utama (masing-masing ukuran petak utama); jarak antara petak utama adalah 1 m. Setelah pembukaan lahan selesai dilakukan penanaman sesuai dengan pola tanam (P) yang telah dirancang dan dijadikan sebagai anak petak dengan ukuran 2,5 m x 6 m; jarak atara setiap anak petak adalah 0,5 m. Peletakan setiap anak petak di setiap petak utama dilakukan secara acak.PenanamanTanaman yang digunakan adalah: (1) tanaman pangan; kacang kedelai, jagung manis dan semangka (varietas Diana). Penanaman umumnya dilakukan dengan tugal, namun untuk semangka dibuatkan dahulu lobangnya kemudian diberi pupuk awal setelah satu minggu baru benih ditanam, (2) rumput raja (50cm x 50cm) sebagai tanaman strip pada teras antara petak utama tanaman pangan, (3) tanaman karet ditanam dua barisan (3mx6m) mengelilingi lahan tanaman pangan.Pengambilan Contoh Tanah.Contoh tanah diambil sebelum percobaan dimulai, dan tiga bulan setelah perlakuan pada MT1; contoh tanah diambil dari masing-masing petak percobaan. Untuk keperluan analisis sifat fisika tanah diambil 36 contoh tanah tidak terganggu dengan ring sampler dan untuk analisis sifat kimia dan biologi tanah diambil 36 contoh tanah komposit. Analisis contoh tanah dilakukan di laboratorium Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Pengamatan aliran permukaan dan erosi di amati dengan cara menampung air aliran permukaan masing-masing petak. Untuk melihat pengaruh antara perlakuan terhadap sifat-sifat tanah dilakukan analisis sidik ragam dan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dilakukan uji jarak ganda Duncan (DNMRT).

Hasil dan PembahasanAliran PermukaanHasil pengukuran aliran permukaan terlihat pada Gambar 1. Dari gambar terlihat bahwa aliran permukaan besar pada semua perlakuan saat tanah belum tertutup oleh tanaman. Namun seiring dengan semakin besar tanaman dan semakin luasnya tajuk tanaman maka aliran permukaan juga semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh curah hujan dapat diintersep oleh tajuk tanaman dan laju infiltrasi juga lebih besar dengan semakin besarnya tanaman.

Gambar 1. Grafik rerata aliran permukaan pada setiap kejadian hujan pada berbagai teknik restorasi ekologi tanah di Lahan alang-alang Aripan Singkarak

Keterangan: Ro = Alang-alang dibuka dengan pembakaran dicangkul dan dicincang satu kali R1 = Alang-alang ditebas, dicangkul+dicincang satu kali+tepung posfat 1 ton/ha/tahun + mulsa alang-alang 10 ton/ha. R2 = Alang-alang ditebas+dicangkul dan cincang satu kali + pupuk kandang 10 ton/ha/tahun+kompos alang-alang R3 = Alang-alang disemprot dengan Roundup, tanah cangkul menurut baris tanaman . T1 = Pola tanam jagung. T2 = Pola tanam kedelai T3 = Pola rotasi tanam kacang tanah semangkaPengaruh Restorasi Ekologi Tanah terhadap Erosi TanahJumlah erosi tanah pada pengamatan saat penelitian, terlihat tidak adanya interaksi cara restorasi lahan dengan jenis tanam. Lahan yang dibuka dengan membakar (Ro) dan ditanami dengan semangka mempunyai erosi yang lebih besar (2.000 g/petak) dari perlakuan restorasi yang lainnya (Gambar 2). Hal dikarenakan oleh tanah yang sudah dibakar akan cepat mengalami dispersi dan memadat. Ini disebabkan pembakara dapat menyebabkan banyaknya bahan organik tanah yang habis terbakar akibat suhu yang tinggi. Laju aliran permukaannya juga lebih tinggi dari restorasi yang lain.Restorasi lahan dengan memberi mulsa alang-alang (R1); pupuk kandang (R2); Round up dan tanahnya diolah minimum (R3), erosi tanahnya lebih rendah. Hal ini disebabkan oleh mulsa alang-alang dapat menutupi permukaan tanah dari pukulan butiran curah hujan, sehingga struktur tanah tidak hancur dan hanyut dibawah oleh aliran permukaan. Sedangkan pupuk kandang dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang juga memantapkan struktur tanah, meningkatkan laju infiltrasi sehingga memperkecil aliran permukaan.Menurut hasil penelitian Cogo dan Moldenhauer (1983) menunjukkan bahwa pengo-lahan tanah yang tidak memakai mulsa dari sisa panen, erosi butir-butir agregat tanah yang berukuran 0,05 mm meningkat dari 18 % (tanah memakai mulsa sisa tanaman yang menutup permukaan tanah 58%) menjadi 70 % (tanpa mulsa). Selanjutnya Bonsu dan Obeng (1984) hasil penelitiannya di Kwadaso juga menujukkan bahwa pemberian mulsa organik sisa tanam-

Gambar 2 . Grafik rerata erosi tanah pada berbagai perlakuan didaerah penelitian Aripan Solok dari bulan Juni sampai September 2009. bulan Juni sampai bulan Agustus 2009

Curah hujan selama penelitian dilakukan adalah sekitar 110 - 205 mm (Gambar 3). Curah hujan ini sangat rendah karena selama penelitian berlangsung dari bulan Juni sampai dengan bulan September hanya ada 10 kali kejadian hujan seperti pada grafik dibawah ini. Hal ini juga karena daerah ini merupakan bayangan daerah hujan di Singkarak.

Gambar 3. Ggrafik curah hujan dilokasi penelitian Aripan Solok dari bulan Juni sampai dengan Agustus 2009

Pengaruh Restorasi Ekologi Tanah terhadap Sifat Kimia TanahPengaruh restorasi ekologi tanah ternyata dapat meningkat kandungan C-organik secara nyata pada perlakuan pemberian pupuk kandang dan kompos alang-alang 10 ton/ha dan demikian juga dengan kandungan nitrogen.Tabel 1. Pengaruh Cara Restorasi Lahan Marjinal Alang-Alang dan jenis terhadap sifat kimia Tanah

PelakuanRata-rata

C org N P K Ca Mg PH ........... %......... ppm ................. cmol kg-1 ...........

Ro 2,245a 0,11a 15,99 0,71a 10,85 a 1,08 5,75 a

R1 2,423a 0,11a 17,38 0,86a 10,85 a 1,12 5,58 a

R2 3,048b 0.05b 16,21 0,01a 9,33 a 1,48 5,61 a

R3 3,289b 0,85c 18,54 0,98a 9,06 a 1,66 5,76 a

T1 2,76a 0,01a 15,65 0,78a 11,32 1,318 5,89

T2 2,86a 0,11b 18,91 0,97a 7,71 1,340 5,64

T3 2,65a 0,77c 16,53 0,92a 9,99 1,331 5,54

Angka dalam kolam yang sama yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji DMRT

Keterangan: Ro = Alang-alang dibuka dengan pembakaran dicangkul dan dicincang satu kali R1 = Alang-alang ditebas, dicangkul+dicincang satu kali+tepung posfat 1 ton/ha/tahun + mulsa alang-alang 10 ton/ha. R2 = Alang-alang ditebas+dicangkul dan cincang satu kali + pupuk kandang 10 ton/ha/tahun+kompos alang-alang. R3 = Alang-alang disemprot dengan Roundup, tanah cangkul menurut baris tanaman . T1 = Pola tanam kacang tanah kacang tanah - kacang tanah - kacang tanah. T2 = Pola rotasi tanam kacang tanah - kedelai - semangka T3 = Pola rotasi tanam kacang tanah + Jagung - Kedelai semangka

Kandanung N total tanah yang direstorasi belum nyata bedanya dengan lahan yang dibuka dengan cara membakar (Ro) (Tabel 1). Hal ini diduga karena belum nyatanya konstrbusi nitrogen dari pelapukan mulsa alang-alang (R1) dan penambahan pupuk kandang, kompos (R2) serta dengan cara me Round up (R3) alang-alang. Hal ini diduga karena waktunya masih relatif singkat. Menurut Anderson dan Ingram, (1993) yang dimaksud bahan organik tanah adalah fraksi bahan organik yang berukuran kecil dari 2 mm dan kandungan bahan tergantung pada komposisi dan umurnya. Dengan arti kata, penambahan bahan organik ke dalam tanah pengaruhnya akan terlihat setelah mempunyai waktu yang cukup dalam proses pelapukannyaKandungan unsur kalium, fosfor, calium, dan magnesium serta pH tanah juga belum meningkat nyata seperti Tabel 1. Hal ini juga disebabkan karena masih relatif singkatnya waktu penelitian sehinga konstribusi dari bahan-bahan organik yang ditambahkan belum nyata menaikan unsur hara dalam tanah.Pengaruh Restorasi Ekologi Lahan Alang-Alang terhadap Produktivitas TanahDari hasil panen tanaman pada penelitian ternyata restorasi lahan dapat meningkatkan produktivitas tanah. Hal ini terbukti dengan lebih tingginnya hasil tanaman pada lahan yang direstorasi daripada yang tidak direstorasi atau yang dibuka dengan cara membakar. Pada tahun pertama hasil tanaman terdiri dari jagung, kedelai dan semangka.

Gambar 4. Grafik produktivitas tanah akibat perlakuan restorasi tanah di lahan marjinal Aripan Singkarak

Gambar 4 . Grafik rerata produktivitas tanah pada berbagai perlakuan didaerah Penelitian Aripan Singkarak Solok dari bulan Juni sampai September 2009. Keterangan: Ro = 1= Alang-alang dibuka dengan pembakaran dicangkul dan dicincang satu kali R1 = 2 = Alang-alang ditebas, dicangkul+dicincang satu kali mulsa alang-alang. R2 = 3 = Alang-alang ditebas+dicangkul dan cincang satu kali + pupuk kandang 10 ton/ha/tahun+kompos alang-alang. R3 = 4 = Alang-alang disemprot dengan Roundup, tanah cangkul menurut baris tanaman . T1 = jagung. T2 = kedelai T3 = semangka

Hasil tanaman secara berurutan mempunyai potensi adalah semangka, kedelai dan jagung (Gambar 4). setelah dikonversi ke nilai rupiah maka didapatkan nilai productivitas lahan adalah Rp 55.500 sampai dengan Rp 138.000 per petak. Namur demikian pada tahun pertama ini karena pengaruh restoasi ekologi lahan yang belum nyata juga terlihat dari productivitas lahan. Dari beberapa tiga komoditi yang ditanam potencial hasil yang paling tinggi adalah tanaman semangka yakni Rp 137.917 per petak atau Rp 114,930,833 ; kedelai Rp 56,163,333 dan jagung Rp 47,360,833. Dan bila dikonversi ke dalam hektar maka potensi lahan tersebut adalah 114,930,833 bila ditanami dengan semangka; Rp 56,163,333 bila lahan ditanami dengan kedelai dengan varietas lokal; Rp 47,360,833 bila lahan ditanami dengan jagung manis.Untuk menambah penerimaan petani ada penambahan bobot badan sapi yang dipelihara sekitar 4-5 kg/ekor selama 3 bulan. Sedangkan tanaman karet yang ditanam dapat tumbuh sekitar 75 persen.Kesimpulan1. Peningkatan produktivitas lahan marjinal dapat dilakukan dengan cara merestorasi ekologi tanah.2. Pemberian pupuk kandang dan kompos alang-alang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. 3. Komoditi tanaman pangan yang lebih berpotensi meningkatkan produktivitas lahan adalah semangka, kedelai dan jagung. Dan bila dikonversi ke dalam hektar maka potensi lahan tersebut adalah 114,930,833 bila ditanami dengan semangka; Rp 56,163,333 bila lahan ditanami dengan kedelai dengan varietas lokal; Rp 47,360,833 bila lahan ditanami dengan jagung manis.4. Komoditi ternak dan tanaman tahunan berpotensi menambah pendapatan masyarakat di lahan marjinal di Aripan Singkarak.DAFTAR PUSTAKA

Anderson, J.M and J.S.Ingram. 1993. Tropical soil biology and fertility. A. Handbook of methods. CAB International, Wallingford.

Aprisal. 2000. Reklamasi lahan marjinal alang-alang dan model system usahatani terpadu untuk membangun pertanian lestari di daerah Transmigrasi Pandan Wangi Peranap Riau. Disertasi. IPB. Bogor.

Bonsu, M. and H.B. Obeng. 1984. Effects of cultural practices on soil erosion and maize production in the semidecidous rainforest and forest savana transitional zones of Ghana. In Lal, R. and D.J. Greenland (eds). Soil physical properties and crop production in the tropics. John Wiley and Sons. Brisbane.

Bruce, R.R., G.W. Langdale, L.T. West and W.P. Miller. 1992. Soil surface modification by biomass input. Affecting rainfall infiltration. Soil. Sci. Soc. Am. J. 56:1614-1619

Gomez, K.A. And A.A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian. Terjemahan oleh Endang Syamsudin dan J.S. Baharsyah. UI Press. Jakarta.

Lal, R. 1994. Methode and guideline for assessing sustainable use of soil and water resources in the tropics. Soil managemen support service USDA. The Ohio State University Departmen of Agronomy.

Lynam, J.F. and R.W. Herdt. 1989. Sense and sustainability. Sustainbility as an objective in international agriculture research. Proc. 14 IBSRAM.

Obatolu, C.R. and A. A. Agboola. 1993. The potential of siam weed (Chromolaena odorata) as a source of organic matter for soil in the humid tropics. In: Mulongoy, K., and R. Merekx. (Eds). Soil Organic Mater Dynamic and Sustainablility of Tropical Agriculture. John Wiley and Sons. New York

Pusat Penelitian Tanah. 1989. Peta satuan lahan dan tanah. Dokumentasi PPT. Bogor.

Sinukaban, N. 1994. Membangun pertanian menjadi industri yang lestari dengan pertanian konservasi. Orasi Ilmiah. IPB. Bogor.

Chart1120210200158

EastWaktu PengamatanCurah Hujan (mm)

Sheet1JuniJuliAgustusSeptemberEast120210200158