Artikel protozoa
-
Upload
yuga-rahmat-s -
Category
Documents
-
view
1.555 -
download
2
Transcript of Artikel protozoa
Plasmodium sp
Plasmodium merupakan genus protozoa
parasit. Penyakit yang disebabkan oleh
genus ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini
senantiasa mempunyai dua inang dalam
siklus hidupnya: vektor nyamuk dan inang
vertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies menjangkiti
manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung,
reptilia dan hewan pengerat.
Genus Plasmodium dinamakan pada tahun 1885 oleh Marchiafava
dan Celli dan terdapat lebih dari 175 spesies yang diketahui
berada dalam genus ini.
Siklus hidup Plasmodium amat rumit. Sporozoit dari liur
nyamuk betina yang mengigit disebarkan ke darah atau sistem
limfa penerima. Sporozoit berpindah ke hati dan menembus
hepatosit. Tahap dorman bagi sporozoit Plasmodium dalam hati
dikenal sebagai hipnozoit. Dari hepatosit, parasit berkembang
biak menjadi ribuan merozoit, yang kemudian menyerang sel
darah merah. Di sini parasit membesar dari bentuk cincin ke
bentuk trofozoit dewasa. Pada tahap skizon, parasit membelah
beberapa kali untuk membentuk merozoit baru, yang
meninggalkan sel darah merah dan bergerak melalui saluran
darah untuk menembus sel darah merah baru. Kebanyakan
merozoit mengulangi siklus ini secara terus-menerus, tetapi
sebagian merozoit berubah menjadi bentuk jantan atau betina
(gametosit) (juga dalam darah), yang kemudiannya diambil oleh
nyamuk betina. Dalam perut tengah nyamuk, gametosit
membentuk gamet dan menyuburkan satu sama lain,
membentuk zigot motil yang dikenal sebagai ookinet. Ookinet
menembus dan lepas dari perut tengah, kemudian
membenamkan diri pada membran perut luar. Di sini mereka
terbelah berkali-kali untuk menghasilkan sejumlah besar
sporozoit halus memanjang. Sporozoit ini berpindah ke kelenjar
liur nyamuk, di mana ia dicucuk masuk ke dalam darah inang
kedua yang digigit nyamuk. Sporozoit bergerak ke hati di mana
mereka mengulangi siklus ini.
Spesies Plasmodium yang menyerang manusia termasuk:
Plasmodium falciparum (sumber malaria tersiana maligna)
Plasmodium vivax (sumber yang biasa menyebabkan
malaria tersiana benigna)
Plasmodium ovale (lain-lain, jarang, sumber malaria
tersiana benigna)
Plasmodium malariae (sumber malaria kuartana benigna)
Plasmodium knowlesi
Plasmodium brasilianum
Plasmodium cynomolgi
Plasmodium inui
Plasmodium rhodiani
Plasmodium schweitzi
Plasmodium semiovale
Plasmodium simium
PENYEBAB WABAH E.COLI DI EROPAPada tahun 2011, di Eropa telah terjadi
wabah Entero Hemoragic E.Coli (EHEC)
yang telah menimbulkan infeksi
terhadap ratusan orang dan menelan
puluhan korban jiwa. Jerman
menemukan 520 kasus "Haemolytic
Uraemic Syndrome" atau HUS dengan
11 kematian dan
1.213 kasus "Enterohaemorrhagic Escherichia coli" atau EHEC
yang mengakibatkkan enam orang di antaranya meninggal dunia.
Selain Jerman, ada 11 negara lain yang menemukan dua kasus
penyakit itu yakni Austria (2 kasus EHEC), Republik Czech (1
kasus EHEC), Denmark (7 kasus HUS dan 10 kasus EHEC)),
Prancis (6 kasus EHEC), Belanda (4 kasus HUS dan 4 kasus EHEC),
Norwegia (1 kasus EHEC), Spanyol (1 kasus HUS), Swedia (15
kasus HUS dan 28 kasus EHEC), Swiss ( 2 kasus EHEC), Inggris (3
kasus HUS dan 4 kasus EHEC) dan Amerika Serikat (2 kasus HUS).
Menurut sebagian pengamat, awalnya, bakteri E. coli diduga
berasal dari tanaman ketimun yang ditanam di wilayah Spanyol.
Namun, pada hari Senin (6/6) kemarin diduga bakteri E. coli yang
mewabah berasal dari tanaman tauge yang berasal dari
perkebunan organik di Jerman. Kemudian didapat dari Press
Association, dikabarkan bahwa tanaman tauge dari perkebunan
organik di Jerman bukanlah penyebab wabah E. coli di Eropa. Dari
sample yang ada, 23 dari 40 sample yang ada menunjukan hasil
yang negatif. dan yang masih hangat adalah tudingan Uni Eropa
yang menyatakan bahwa bakteri akibat biji fenugreek yang
diimpor dari Mesir. Jadi mana yang benar?Mari kita simak
penjelasan berikut:
Bakteri E.coli dapat ditemukan pada usus manusia dan binatang
berdarah panas. Serangan bakteri Escherichia coli atau E.coli
diwaspadai sebagai strain terbaru E.coli, karena efek penyakit
yang disertai perdarahan serius dan dapat menyebabkan
kematian penderita. Demikian pula, bakteri ini kebal terhadap
antibiotik. Penyebaran, penyakit ini diketahui, merupakan akibat
kontaminasi makanan, air minum, susu, sayuran, serta
pencemaran lingkungan, yang berasal dari kotoran, liur, atau
tinja penderita penyakit diare ini, baik langsung dari penderita
atau merupakan vektor dari binatang mengerat misalnya tikus.
Beberapa, seperti E. Coli tipe O157:H7, dapat mengakibatkan
keracunan makanan yang serius pada manusia.
Domai
n:Bacteria
Phylu
m:Proteobacteria
Class:Gammaproteobac
teria
Ordo: Enterobacteriales
Family:Enterobacteriacea
e
Genus: Escherichia
Specie
s:E. coli
Menurut sejarahnya, infeksi E.Coli telah menyerang dunia
dan mewabah sejak tahun 1882 yang menelan ribuan korban jiwa
di Amerika, kemudian menyebar ke Jepang dan Eropa.
Selanjutnya 100 tahun kemudian, tepatnya tahun 1975
ditemukan strain baru yang berdasarkan uji isolasi antigen,
dimana E.Coli ini kebal terhadap antibiotik, dan tahun 2011 ini
berawal dari Eropa, penyakit ini kembali mewabah. Selama
wabah yang mulai minggu kedua bulan Mei di utara Jerman, lebih
dari 2300 orang telah terinfeksi pada 7 Juni, dan lebih dari 600
jiwa mengalami Haemolytic Uraemic Syndrome, yaitu suatu
perdarahan yang menimbulakan kelebihan urea didalam darah,
dan tentunya bisa menyebabkan penurunan kesadaran, serta 123
jiwa diantaranya telah meninggal dunia.
Gejala klinis penderita Haemolytic Uraemic Syndrome
Gejala infeksi bakteri E.Coli antara lain berupa sakit perut
seperti kram disertai diarrhea, yang pada sebagian kasus dapat
mengeluarkan darah (haemorrhagic colitis). Gejala lain yang
sering menyertainya adalah demam serta mual-muntah,
kemudian infeksi bisa berlanjut sebagai suatu perdarahan atau
Haemolytic Uraemic Syndrome (HUS). Jika telah terjadi
perdarahan, akan memperlihatkan gejala yang serius, berupa
gagal ginjal akut yang disertai kerusakan pada sel-sel darah
merah, gangguan saraf, stroke dan koma. Diperkirakan sekitar 10
persen dari pasien yang terinfeksi EHEC akan berlanjut ke
keracunan uraemic didalam darahnya (HUS), dengan tingkat
kematian sebesar 3-5 persen.Diagnosa pasti penyakit ini
didasarkan pada pemeriksaan kultur tinja. Pada pemeriksaan
tersebut ditemukan bakteri dengan strain terbaru berupa E. Coli,
dan pemeriksaan lanjut untuk memperkuat diagnosa dapat
digunakan PCR untuk analisa DNA, serta dapat menggunakan
teknik fluoresensi untuk mendeteksi perkembangan antigen dari
bakteri tersebut.
Meskipun E. coli merupakan bagian alami dari flora usus
manusia dan biasanya tidak pathogen (tidak menimbulkan
penyakit), namun strain terbaru dari E. Coli ini digolongkan
bersama sebagai EHEC (Entero Hemoragic E.Coli) yang
menghasilkan racun atau toksin Shiga. Toksin Shiga ini
berbahaya karena dapat memasuki sel-sel lapisan usus dan
menghambat sintesis atau produksi protein. Selanjutnya,
penghancuran sel-sel usus oleh bakteri ini akan menyebabkan
kram perut dan diare yang disertai perdarahan. Dalam beberapa
kasus, racun juga dapat menyebabkan kerusakan ginjal, dan
memicu sindrom keracunan asam uremik dan akhirnya bisa
berakibat kematian pada penderita. Sehingga bakteri E.Coli
menjadi berbahaya bagi manusia ketika bakteri ini
terkontaminasi oleh racun Shiga-toksin yang memproduksi
bakteriofag. Infeksi bakteri sering berasal dari makanan yang
terkontaminasi. Bakteriofag itu pula yang menyebabkan bakteri
ini kebal terhadap antibotik.
Bagi masyarakat umum, tindakan pencegahan adalah
pilihan terbaik, sebelum penyakit ini mewabah dibumi Indonesia.
Berdasarkan rekomendasi World Health Organization (WHO)
sebagai langkah pencegahan Entero Hemoragic E.Coli (EHEC) dan
Haemolytic Uraemic Syndrome (HUS), adalah sebagai berikut:
Melaksanakan pola hidup bersih sehat, dengan selalu mencuci
tangan setelah menggunakan toilet dan sebelum memegang
makanan. Pengamatan terhadap kasus diare berdarah yang
disertai sakit perut, yang kasus itu ada riwayat perjalanan/atau
kontak dengan orang penderita penyakit ini. Jika ditemukan kasus
seperti ini harus segera berobat kesarana kesehatan terdekat.
Mencermati setiap kasus dengan gejala diarrhea terutama yang
disertai dengan gejala perdarahan untuk segera dilakukan
tindakan pengobatan dan perawatan.
Selanjutnya WHO merekomendasikan “WHO 5 key to safer food” -
lima kunci untuk penanganan makanan yang aman sebagai cara
mengelola makanan dengan baik untuk menghindari infeksi
saluran cerna termasuk EHEC ini, yaitu sebagai berikut:
a). Menjaga kebersihan bahan makanan,
b). Memisahkan makanan mentah dengan makanan matang,
c). Memasak hingga benar-benar matang,
d). Menyimpan makanan pada suhu yang aman,
e). Mencuci bahan baku makanan dengan air bersih.
f).Saran pada pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian
Kesehatan bekerjasama dengan bagian Imigrasi di bandara atau
pelabuhan, untuk melakukan deteksi dini terhadap semua
penumpang yang masuk ke daerah Indonesia agar di check
kesehatannya, sehingga penyebaran penyakit ini tidak sampai
mewabah di bumi Indonesia.
g). Jika ada diantara keluarga yang menderita penyakit dengan
gejala yang mirip penyakit diatas, segera dibawa ke Rumah Sakit
terdekat, untuk dilakukan tindakan medis, berupa pemberian
cairan intravenous (Infus), serta pemberian spesifik antibiotik
oleh dokter, dilanjutkan dengan pencegahan perdarahan, dan
berbagai tindakan darurat lainnya.
Sejarah Toxoplasma
Toxoplasma gondii merupakan salah satu parasit yang paling
banyak dipelajari, karena pentingnya dari segi kesehatan
manusia dan hewan. Ada ribuan referensi yang memuat berbagai
hal mengenai toxoplasma. Artikel sejarah toxoplasma ini
bertujuan memberikan pengenalan dan gambaran perkembangan
toxoplasma selama 100 tahun terakhir.
Penemuan Mengenai Agen Toxoplasma gondii
1908 Protozoa ditemukan dalam hewan pengerat,
Ctenodactylus gundi di Tunisia. Protozoa ditemukan pada
seekor kelinci di Brasil
1909 Nama Toxoplasma gondii diusulkan
1937 Untuk pertama kali Toxoplasma gondii bisa diisolasi
dari binatang.
1939 Pertama kali Toxoplasma gondii bisa diisolasi dari
manusia.
1941 Toxoplasma gondii yang menginfeksi manusia dan
hewan terbukti sama
1951 Perkembangan penyakit dan cara toxo menyerang dan
akibatnya seperti hidrocephalus mulai diketahui
Morfologi dan Siklus Hidup Toxoplasma gondii,
Tachyzoit (Tropozhoite, Bentuk Proliferatif)
1973 Istilah tachyzoit diusulkan.
1954 Struktur internal toxoplasma mulai diketahui
1958 Endodyogeny mulai diketahui dan dideskripsikan.
Endodyogeny adalah salah satu cara protozoa
memperbanyak diri dengan cara aseksual
Kista Jaringan, Bradyzoit,Cystozoit
1928 Kista toxoplasma mulai diketahui
1951 Struktur kista dideskripsikan
1962 Struktur internal kista dideskripsikan
1973 Istilah bradyzoit mulai diperkenalkan
1988 Istilah kista jaringan mulai diperkenalkan
1960 Bradyzoite diketahui tahan terhadap enzim
pencernaan
1976 Perkembangan kista jaringan dan bradyzoit mulai
diketahui
1998 Biologi bradyzoites dan kista jaringan diketahui secara
lengkap
Fase Entroepithelial ([ada Usus Kucing )
1970 Fase Coccidian didokumentasi, morfologi ookista dan
ultrastruktur ookista mulai dideskripsikan
1972 Lima bentuk aseksual T. gondii (tipe A-E) dietahui
Cara Penyebaran Toxoplasma
Kongenital (Sejak/melalui Kandungan)
1939 Penularan Saat Masih Dala Kandungan Diketahui
1959 Transmisi melalui kandungan bisa berulang pad anak
berikutnya
2008 Penularan melali kandungan juga diketahui pada
hewan besar seperti rusa ekor putih
Melalui Daging (Carnivorism) Inang Antara (Intermediate
host)
1954 Muncul ada dugaan penularan Toxoplasma melalui
daging
1965 Kasus penularan Toxoplasma melalui daging
ditemukan pada manusia
Melalui Bahan yang Tercemar Feces Kucing yang
Mengandung Ookista(Rute Fecal-Oral)
1965 Penularan melalui tinja bisa dibuktikan sekaligus
menujukkan adanya fase coccidian (enteroepitel)
Toxoplasma
1970 Fase Coccidian terbukti
1970 Inang definitif dan inang antara penyebaran
toxoplasma diketahui, termasuk penyebaran ookista oleh
kucing
1979 Wabah Toxoplasma akibat ookista yang tertelan
melalui mulut dan terhisap bisa dijelaskan
Genetika dan Perbedaan Genetik Strain Toxoplasma
gondii
1980 Persilangan genetik dan rekombinan bisa dihasilkan
1991 Perbedaan isoenzyme digunakan untuk membedakan
strain Toxoplasma gondii.
1992 Toxoplasma terbagi menjadi 3 tipe
2006 Strain Toxoplasma nasional, benua, antar benua dan
pandemi bisa dibedakan
2005 Genome Toxoplasma gondii didokumentasikan
Kekebalan dan Perlindungan terhadap Toxoplasma
1942 Antibodi penetralisir T. gondii ditemukan
1948 Antibodi diketahui bisa membunuh Toxoplasma yang
hidup diluar sel, tetapi tidak bisa membunuh Toxoplasma
yang berada di dalam sel
1967 Kekebalan bisa ditransfer melalui sel limfoid bukan
melalui antibodi
1988 Gama Interferon merupakan sitokin utama yang
berperan dalam kekebalan terhadap Toxoplasma
1991 Peran CD4+ dan CD8+ dalam perlindungan bisa
didefinisikan
Toxoplasmosis pada manusia
Kongenital (sejak kandungan)
1939 Kasus toksoplasmosis bawaan Pertama terbukti.
1942 Empat tanda-tanda klinis khas dijelaskan (hidrosefalus
atau microcephalus, chorioretinitis, kalsifikasi intraserebral)
Dapatan
1940 Toksoplasmosis fatal pada orang dewasa ditemukan
1941 Kasus pertama toxoplasma pada anak-anak
1956 Limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening )
diakui sebagai gejala toxoplasmosis yang paling sering
1983 Penderita AIDS rentan terhadap toksoplasmosis.
Infeksi kronis
1946 Kista yang ditemukan pada otopsi, menunjukkan
infeksi kronis
Toksoplasmosis pada hewan lain
1910 Toxoplasmosis ditemukan di hewan domestik, anjing
1955 Imunosupresif pada anjing yg terserang Canine
Distemper Virus dipengaruhi klinis toksoplasmosis
1957 Epidemi toksoplasmosis aborsi pada domba ditemukan
1988 Toksoplasmosis pada hewan ditinjau secara kritis
2000 Toksoplasmosis ditemukan dalam spesies mamalia
laut seperti berang-berang laut
Diagnosa Toxoplasma
1948 Tes dengan Pewarnaan Novel Sabin-Feldman dye test
1968 Tes dikembangkan untuk mendeteksi antibodi IgM
dalam darah tali pusar
1980 Uji aglutinasi langsung, dikembangkan (DAT, MAT)
1995 Validasi tes serologi menggunakan isolasi parasit
sebagai standar
1989 Tes PCR dikembangkan untuk mendeteksi DNA T.
gondii
Pengobatan
1942 Sulfonamides ditemukan efektif terhadap T. gondii
1953 Ditemukan sinergi Pirimetamin dengan sulfonamides
terhadap pembelahan takizoit
1957 Asam folat dan ragi dapat meningkatkan kegiatan
sulfadiazin dan pirimetamin
1957 Spiramisin ditemukan memiliki efek anti-toxoplasmic
1973 Klindamisin juga diketahui mmpunyai efek anti-
toxoplasmic
Pencegahan dan kontrol
1973 Pengobatan profilaksis, dan tes laboratorium wanita
hamil dimulai di Austria dan Prancis untuk mengurangi
kejadian toksoplasmosis kongenital
1972 Menjaga kebersihan & higiene merupakan langkah-
langkah yang dianjurkan untuk mencegah infeksi
Toxoplasma melalui ookista
1986 Kurva Thermal untuk membunuh T. gondii dalam
daging oleh memasak, pembekuan, dan iradiasi dibangun
1995 Cara-cara produksi hewan ternak yang baik
dikembangkan untuk mengurangi infeksi T. gondii pada
hewan ternak
Vaksinasi
1983 Vaksin untuk mengurangi kerugian janin pada domba
dikomersialisasikan Wilkins dan O'Connell
1984 Ts-4 vaksin untuk inang antara
1991 T-263 vaksin untuk mencegah penyebaran ookista dari
usus kucing
3 Bentuk Toxoplasma yang Penting
dalam Penyebaran
Tiga bentuk Toxo yang terdapat dalam siklus hidup
toxoplasma, memegang peranan sangat penting dalam proses
infeksi dan penyebaran Toxoplasma. Yaitu Ookista (Oocyst),
Bradizoit (Bradyzoite) dan Takizoit (Tachyzoite). Sebagian
besar Toxoplasma berada dalam ketiga bentuk ini. Ookista telah
teradaptasi untuk penyebaran toxoplasma di Usus kucing dan
lingkungan, sementara bradizoit dan takizoit adalah bentuk
toxoplasma yang terdapat dalam tubuh sebagian besar hewan
dan manusia. Untuk lebih jelas perhatikan gambar berikut.
Seperti juga sebagian besar protozoa, Toxoplasma bisa
berkembang biak melalui dua cara, yaitu cara seksual
(gametogoni) dan akseksual (endodyogeni). Aseksual artinya,
toxoplasma berkembang biak dengan cara membelah diri.
Sedangkan Fase berkembang biak secara seksual hanya terjadi di
usus kucing. Toxoplasma yang terdapat dalam usus kucing
berkembang dan menghasilkan dua sel kelamin berupa
makrogamet dan mikrogamet. Kedua sel gamet tersebut
melakukan penggabungan inti sel (pembuahan) dan
menghasilkan sporogoni yang kemudian di keluarkan melalui
feces kucing. Dalam waktu 24 jam Sporogoni yag berada di
lingkungan berkembang menjadi bentuk infektif Ookista.
Ookista bisa tahan hingga 6 - 12 bulan di tanah/lingkungan
yang lembab dan terlindung dari sinar matahari. Ookista yang
tertelan oleh inang antara (tikus, ayam,
kambing,domba,sapi,anjing,dll) kemudian berkembang menjadi
Takizoit atau bradizoit dalam sel/jaringan.
Pemakan daging seperti kucing, anjing, dan manusia bisa
tertular toxoplasma bila memakan daging yang mengandung
Takizoit atau bradizoit yang masih aktif/hidup. Ookista hanya
bisa dihasilkan di usus kucing. Ookista akan segera berkembang
18 hari setelah masuk ke dalam tubuh inang. Inang ini
merupakan semua mahluk/hewan berdarah panas termasuk
manusia dan kucing.
Bradizoit dan Takizoit hanya bisa dihasilkan oleh
toxoplasma yang hidup di jaringan/daging. Takizoit akan mulai
berkembang 19 hari setelah manusia/hewan memakan
jaringan/daging yang mengandung Takizoit. Sedangkan Bradizoit
lebih cepat.
Bradizoit mulai berkembang dalam waktu 3-10 hari sejak
manusia/hewan memakan jaringan/daging yang mengandung
bradizoit. Beberapa artikel Toxoplasma yang akan datang khusus
membahas mengenai ketiga bentuk toxoplasma di atas. Ketiga
bentuk toxoplasma tersebut sangat penting karena memang
ketiganya memegang kunci dalam penyebaran toxoplasma. (oleh
: drh. Neno Waluyo S)
Siklus Hidup Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondii adalah hewan bersel satu yang disebut
protozoa. protozoa ini merupakan parasit pada tubuh hewan dan
manusia. Toxoplasmosis dikategorikan sebagai penyakit zoonosis,
yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
Mirip dengan kupu-kupu, T. Gondii juga mempunyai daur
hidup dengan bentuk yang bermacam-macam. Penularan
terutama terjadi melalui bentuk ookista (semacam telur) dan
bentuk bradizoit yang biasanya terdapat pada daging yang tidak
dimasak dengan sempurna.
Tachyzoit, salah satu bentuk yang dapat menular. Dilihat dengan mikroskop elektron
Sebagian besar T. Gondii berada dalam tiga bentuk utama,
yaitu : ookista, tachyzoit dan bradizoit. Ookista hanya terbentuk
dalam usus inang definitif, yaitu bangsa kucing. Ookista
dikeluarkan melalui feces. Bila tertelan oleh manusia atau hewan
lain, berkembang menjadi tachyzoit (tropozoit). Bentuk ini
merupakan bentuk yang dapat memperbanyak diri dengan cepat.
Pada wanita hamil, tachyzoit bisa menginfeksi janin.
Tachyzoit menempati jaringan otot dan sistem syaraf seperti
otak, kemudian berubah menjadi bradizoit. Bradizoit dalam
daging yang tidak masak, bila termakan kembali berubah
menjadi tachyzoit dan memulai siklus memperbanyak diri lagi.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar siklus hidup
toxoplasma berikut.