ARTIKEL ILMIAH oleh: NPM : 4009131 Prodi : Pendidikan...
Transcript of ARTIKEL ILMIAH oleh: NPM : 4009131 Prodi : Pendidikan...
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI
SUMBER REJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL ILMIAH
oleh: Nama : Arbi Ismanto NPM : 4009131 Prodi : Pendidikan Matematika Dosen Pembimbing : 1. Fadli, M.Pd. 2. Dona Ningrum, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP-PGRI) LUBUK LINGGAU 2016
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI)
PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SUMBER REJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Oleh
ArbiIsmanto , Dr. Fadli , DonaNingrum .
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Sumber Rejo setelah penerapan model kooperatif tipe Group Investigation (GI). Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding. Sebagai populasi adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri Sumber Rejo tahun pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari 104 siswa dan sebagai sampel adalah kelas VIII.1 yang diambil secara acak berjumlah 28 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes. Berdasarkan hasil tes siswa diperoleh nilai rata-rata pre-test siswa adalah dan hasil post-test siswa dengan nilai rata-rata sebesar 89,08. Setelah data terkumpul, dianalisis menggunakan uji-t pada taraf signifikan α = 0,05 diperoleh 푡 (5,93) > 푡 (1,71), sehingga dapat disimpulkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Sumber Rejo setelah penerapan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) secara signifikan tuntas. Dengan rata-rata siswa yang tuntas 83,33%.
Kata kunci: GI, Hasil belajar, Matematika.
Penulis Pembimbing Utama Pembimbing Pembantu
A. Pendahuluan
Matematika merupakan ilmu yang mempelajari tentang logika berfikir
bernalar (Farida, 2008:3). Dengan mempelajari matematika akan dapat
menumbuhkembangkan kemempuan-kemampuan siswa untuk berfikir dan
bersifat logis, kritis, cermat, dan bertanggung jawab, serta dapat membentuk
pola berfikir siswa.
Namun demikian, fakta menunjukkan bahwa hingga saat ini hasil
belajar matematika belum menujukkan hasil yang memuaskan. Hal itu
disebabkan karena dalam setiap jenjang pendidikan, matematika dianggap
salah satu mata pelajaran yang sulit dipelajari dan membuat banyak siswa tidak
tertarik untuk mempelajarinya, keadaan siswa tentunya menjadi hal yang
sangat berpengaruh didalam pembelajaran. Salah satu faktor penyebabnya
adalah siswa kurang bersemangat mengikuti pembelajaran yang bersifat pasif.
Salah satu kecenderungan yang sering dilupakan adalah melupakan bahwa
hakikat pembelajaran adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru.
Hasil observasi awal peneliti dengan melihat rekap nilai ulangan harian
siswa menunjukkan bahwa hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP
Negeri Sumber Rejo masih tergolong rendah. Dari 104 siswa, terdapat
41(39,05%) orang yang mencapai KKM (80). Sedangkan jumlah siswa yang
memperoleh nilai dibawah KKM ada 64 orang (60,95%). Berdasarkan data di
atas terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa masih tergolong rendah.
Adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Dalyono (2009:59)
kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan
anak, keadaan fasilitas/perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah
murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini
turut mempengaruhi keberhasilan anak. Dari beberapa faktor yang
mempengaruhi hasil belajar di atas salah satunya metode mengajar.
Mengatasi permasalahan tersebut, seorang guru harus mampu
menggunakan model pembelajaran yang menarik dan tepat yang dapat
melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
siswa dapat menganggap belajar matematika itu menyenangkan serta mampu
memahami materi pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah
satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk menciptakan suasana
belajar yang aktif dan kreatif dalam pembelajaran matematika adalah model
kooperatif tipe Group Investigation (GI).
Menurut Trianto (2013:79) model kooperatif tipe Group Investigation
(GI) merupakan model kooperatif yang membagi kelas menjadi kelompok-
kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Kelompok dibentuk
dengan mempertimbangkan keakraban, persahabatan atau minat yang sama
dalam topik tertentu. Siswa memilih topik untuk di selidiki, dan melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih. Selanjutnya siswa
menyiapkan dan mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.
Peneliti memilih model kooperatif tipe Group Investigation (GI)
sebagai model dalam mengajar matematika dikarenakan model ini menekankan
pada ketrampilan proses belajar. Siswa diberi kesempatan untuk berfikir sesuai
dengan kemampuannya kemudian mendiskusikan jawaban yang paling efektif
dan efisien dengan kelompoknya. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik
dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui
investigasi.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Kooperatif Tipe
Group Investigation (GI) pada Pembelajaran Matematika Siswa Kelas VIII
SMP Negeri Sumber Rejo”.
B. Landasan Teori
1. Model Kooperatif
Model kooperatif adalah model pembelajaran dengan cara
membagi siswa dalam kelomok-kelompok kecil, yang masing-masing
anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama.
Merutut Slavin (2013:9) model-model pembelajaran kooperatif
terbagi menjadi beberapa model diantaranya:
a. Student Team-Achievement Division (STAD).
b. Team Games-Tournamen (TGT).
c. Team Accelerated Instruction (TAI).
d. Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC).
e. Group Investigation (Kelompok Investigasi).
f. Co-op Co-op
g. Jigsaw
Dari beberapa model pembelajaran kooperatif diatas maka
dipilihlah model pembelajaran Group Investigation (Kelompok Investigasi)
karena memiliki beberapa kelebihan dan lebih mudah diterima oleh siswa.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Langkah-langkah Model Group Investigation (GI) sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok.
b. Secara bersama-sama, siswa merencanakan tugas yang akan dipelajari.
c. Melaksanakan investigasi (setiap anggota kelompok harus
berkontribusi dalam mencari informasi, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan).
d. Menyiapkan laporan akhir.
e. Mempresentasikan laporan akhir (kelompok lain sebagai pendengar
dan bertugas mengevaluasi kejelasan presentasi).
f. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran.
Menurut Lela Anggraini dkk., (2010) Model Group
Investigation (GI) memiliki beberapa kelebihan yaitu:
a. Siswa bebas mengeluarkan pendapatnya.
b. Tugas guru menjadi lebih ringan.
c. Siswa berlomba-lomba mendapatkan nilai terbaik saat tes.
d. Mengajarkan siswa untuk berani tampil dan berbicara di depan kelas.
C. Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka jeneis penelitian
ini adalah Quasy Experimental Design atau lebih dikenal sebagai eksperimen
semu. Metode eksperimen semu adalah eksperimen yang ditujukan untuk
memperoleh informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen sebenarnya
dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan
memanipulasisemua variabel yang relevan.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu One Group
Pretest-Posttest Design. Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak 2
kali yaitu sebelunm eksperimen dan sesudah eksperimen dengan pola
menurut Arikunto (2010:124) sebagai berikut:
ퟎퟏ푿ퟎퟐ Keterangan:
0 : Tes yang dilakukan sebelum eksperimen (Pre-test).
X : Treatmen atau perlakuan.
0 : Tes yang dilakukan sesudah eksperimen (Post-test).
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
a. Data Kemampuan Awal Siswa (Pre-test)
Kemampuan awal siswa yang dimaksut dalam penelitian ini adalah
kemampuan awal (Pre-test) yang dimiliki siswa sebelum diberi perlakuan.
Pelaksanaan pre-test dilakukan pada pertemuan pertama pada tanggal 3
Maret 2016 dan diikuti oleh selurh siswa kelas VIII.b. Soal yang diberikan
dalam bentuk uraian sebanyak enam soal, dimana soal tersebut sudah
diketahui validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukarannya.
Berdasarkan pengolahan data hasil belajar pre-test siswa diperoleh
nilai rata-rata (x) sebesar 26,04. Dengan nilai tertinggi 62 dan nilai
terendah adalah 0. Tidak ada siswa yang mendapat nilai lebih dari 80
(KKM), sedangkan siswa yang mendapat nilai kurang dari 80 adalah 24
orang. Jadi secara deskriptif dapat disimpulkan bahwa hasil pre-test siswa
sebelum diterapkan model kooperatif tipe Group investigation (GI)
termasuk dalam kategori belum tuntas, karena nilai rata-ratanya kurang
dari KKM yang ditetapkan yaitu sebesar 80 (x < 80).
Rekapitulasi pre-test dapat dilihat pada table 4.1 berikut.
Tabel Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Awal (pre-test)
Data
Pre-test
Nilai
Rata-rata (x)
Simpangan
Baku (s)
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
26,04 15,06 62 0
b. Data Kemampuan Ahir Siswa (post-test)
Pelaksanaan post-test dialakukan diahir pembelajaran yaitu pada
tanggal 24 Maret 2016 dan diikuti oleh 24 siswa kelas VIII. . Pemberian
post-test berfungsi untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran dengan model kooperatif tipe Group Investigation
(GI). Jumlah soal yang diberikan sebagai soal post-test sebanyak enam
soal uraian.
Berdasarkan hasil belajar siswa setelah penerapan model kooperatif
tipe Group Investigation (GI), analisis data dapat dilihat pada tabel 4.2 di
bawah ini.
Tabel Rekapitulasi rata-rata nilai dan Simpangan baku hasil post-test
Data
Pre-test
Nilai
Rata-rata
(x)
Simpangan
Baku (s)
Tuntas
Tidak
Tuntas
Nilai
Tertinggi
Nilai
Terendah
89,08 7,66 20 4 97 71
Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa nilai rata-rata yang diperoleh
siswa adalah 89,08. Siswa yang mendapatkan nilai yang sudah mencapai
80 (KKM) sebanyak 20 siswa (83,33%). Sedangkan siswa yang
mendapatkan nilai di bawah nilai KKM sebanyak 4 orang (16,67%). Jadi,
dapat disimpulkan bahwa hasil post-test siswa setelah penerapan model
kooperatif tipe Group Investigation (GI) termasuk dalam kategori tuntas.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.
Dari tabel 4.1 dan tabel 4.2 bahwa terjadi peningkatan hasil belajar
siswa setelah penerapan model kooperatif tipe Group Investigation (GI).
Hal ini dapat terlihat dari rata-rata nilai tes awal (pre-test) sebelum
pembelajaran dilakukan diperoleh sebesar 26,04 sedangkan pada tes ahir
(post-test) diperoleh nilai rata-rata sebesar 89,08. Terjadi peningkatan rata-
rata nilai sebesar 63,04. Berdasarkan uraian diatas maka dapat dilihat
grafik data lebih jelas nilai rata-rata tes awal dan tes ahir sebagai berikut.
Gambar 4.1
Grafik Nilai Rata-rata Pre-test dan Post-test
Berdasrkan grafik 4.1 di atas terlihat bahwa selisih nilai rata-rata
pre-test dengan post-test adalah 63,04. Adapun ketuntasan hasil belajar
siswa baik pre-test maupun post-test dapat dilihat pada grafik 4.2 sebagai
berikut.
Gambar 4.1
Grafik Nilai Rata-rata Pre-test dan Post-test
0102030405060708090
Pre-test Post-test
26.04
89.08
Rata-rata
05
1015202530
Pre-test post-test
24
4
020
Tuntas
Tidak Tuntas
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa pada pre-test semua
siswa tidak ada yang tuntas. Hal ini disebabkan siswa belum pernah
mempelajari materi yang diberikan, dan pada hasil post-test siswa
mengalami peningkatan hasil belajar hal ini terlihat bahwa siswa yang
tuntas setelah penerapan model kooperatif tipe Group Investigation (GI)
sebanyak 20 siswa dan 4 siswa tidak tuntas.
2. Pembahasan
Dari hasil penelitian dan analisis uji-t menunjukkan bahwa Hasil
belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Sumber Rejo setelah
penerapan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) secara
signifikan tuntas. Hal ini ditunjukkan dari hasil uji-t sebesar
푡 (5,93) < 푡 (1,71) maka terima Ha dan tolak Ho. Sehingga
hipotsis diterima artinya pembelajaran materi lingkaran secara signifikan
tuntas. Begitu pula nilai tes awal dan ntes ahir mengalami peningkatan
setelah dilaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Group
Investigation (GI), untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.1 dan
tabel 4.2 di atas.
Model pembelajaran Group Investigation (GI) merupakan bagian
dari model pembelajaran kooperatif. Ide utama dari pembelajaran
kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab
pada kemajuan belajar temannya.
Pelaksanaan di kelas, pada pertemuan pertama pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran Group Investigation (GI), siswa
mengalami kesulitan dan beberapa hambatan. Adanya perubahan cara
mengajar guru dirasakan siswa sebagai hal yang baru dan memerlukan
penyesuaian terhadap model pembelajaran baru tersebut. Salah satu
hambatannya adalah siswa masih merasa sukar dalam proses penemuan
konsep terhadap pengetahuan yang disajikan oleh guru dalam bentuk soal
lingkaran. Hambatan itu terjadi karena siswa belum terbiasa dengan teknik
penyajian materi yang dilakukan oleh guru.
Hambatan yang lain adalah timbulnya keributan saat pembentukan
kelompok kecil sehingga menyita banyak waktu untuk mengkondisikan
kelas. Siswa yang sebelumnya diajarkan dengan pembelajaran
konvensional mengalami kesulitan saat diterapkan pembelajaran Group
Investigation (GI). Ketika guru melakukan Tanya jawab dalam rangka
untuk menggali seberapa jauh kemampuan siswa menguasai meteri
lingkaran, siswa kurang percaya diri menjawab dan mengeluarkan
pendapatnya.namun, hambatan-hambatan yang terjadi pada pertemuan
pertama berlahan-lahan mulai berkurang pada pertemuan selanjutnya,
siswa sudah menyesuaikan diri dengan penerapan model pembelajaran
Group Investigation (GI). Siswa juga mulai tertarik pada penerapan model
pembelajaran Group Investigation (GI).
Pada pertemuan pertama pelaksanaan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Group Investigation (GI), siswa tampak bingung dan
sedikit diam, dalam kegiatan kerja sama kelompok pun, belum tampak
adanya kelompok yang aktif. Dari lima kelompok, terdapat tiga kelompok
yang mampu melaksanakan Group Investigation (GI). Namun setelah
dilaksanakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Group
Investigation (GI) pada pertemuan kedua, siswa tampak bersemangat dan
mulai tertarik mengukuti pembelajaran, siswa sudah terbiasa belajar dalam
kelompok dan kelompok-kelompok siswa sudah mulai berani bertanya,
mengutarakan pendapat dan mencoba menjawab pertanyaan dari guru
ataupun dari teman mereka. Dari lima kelompok, terdapat empat kelompok
yang mampu melaksanakan Group Investigation (GI). Pad apertemuan
selanjutnya siswa sudah bersemangat mengikuti pembelajaran bahkan
tampak antusias, dan telah tercipta kerja sama dalam kelompok sesuai
dengan yang diharapkan dan kelima kelompok mampu melaksanakan
Group Investigation (GI),
Dengan diterapkannya model pembelajaran Group Investigation
(GI), siswa mulai merasa senang dengan kegiatan penemuan konsep baru
dalam mengerjakan soal himpunan dan siswa mulai aktif bertanya ataupun
menjawab pertanyaan untuk mengembangkan pengetahuaannya. Siswa
juga merasa besemangat saat belajar dalam kelompok-kelompok, mereka
saling berdiskusi, saling menjelaskan dan saling membantu dalam
memecahkan maslah yang disajikan oleh guru.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, diperoleh bahwa
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran karena membuat
siswa lebih percaya diri dalam bertanya dan menjawab pertanyaan juga
mampu bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan
belajar dirinya sendiri juga temannya., siswa juga lebih aktif menggali
informasi dari berbagai sumber yang memungkinkan siswa dapat
menemukan dan memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru.
Sedangkan guru lebih berperan sebagai fasilitator, memonitor, dan
memotivasi tentang apa yang mereka ketahui dan apa yang siswa perlukan
untuk mengerjakan dan bagaimana melakukan. Suyatno (2009:56)
menyatakan bahwa “penggunaan model Group Investigation dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan
karena melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan
inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok, dan
kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas”.
E. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa: Hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri Sumber Rejo
Penerapan Model Kooperatif Tipe Group investigation (GI) secara siqnifikan
tuntas. Rata-rata nilai tes ahir sebesar 89,08 dan jumlah siswa yang tuntas
mencapai 83,33%.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.@ Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.@ Farida, Tatik. 2008. Rahasia Pintar Matematika. Solo: Delima.@ Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning; Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Trianto. 2013. Mendesain Model Pembelajaran Inovattif-Progresif. Jakarta:
Kencana.@