Artikel
-
Upload
nisa-khairati-syukri -
Category
Documents
-
view
250 -
download
5
Transcript of Artikel
1
ISOLASI, IDENTIFIKASI DAN UJI SENSITIVITAS ANTIBIOTIK
BAKTERI DARI SEKRET VAGINA IBU HAMIL DENGAN
KOMPLIKASI OBSTETRI
Nisa Khairati Syukri1, Zinatul Hayati
2
1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,
2. Bagian Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
ABSTRAK
Komplikasi kehamilan sangat erat kaitannya dengan infeksi diantaranya persalinan
prematur, ketuban pecah dini, solusio plasenta, demam maternal dan partus lama. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengisolasi, mengidentifikasi dan mengetahui sensitivitas
antibiotik bakteri dari sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi obstetri di RSUDZA dan
RSIA. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian observasi laboratorium.
Sampel diambil dari sekret vagina ibu hamil dengan komplikasi obstetri. Pengambilan sampel
yang dilakukan selama 8 bulan mulai dari bulan Juli 2012 sampai Februari 2013 didapatkan
sebanyak 18 sampel. Ibu hamil dengan KPD sebanyak 16 sampel dengan pola bakteri
Klebsiella pneumoniae 31%, Pseudomonas aeruginosa 13%, Staphylococcus sp. 19%,
Staphylococcus aureus 6% dan Streptokokus grup B sebanyak 6%. Komplikasi lain yaitu
persalinan prematur sebanyak 1 sampel dengan isolat bakteri Klebsiella pneumoniae dan
perdarahan pervaginam sebanyak 1 sampel yang dilaporkan tidak adanya pertumbuhan
bakteri. Hasil uji sensitivitas bakteri Klebsiella pneumoniae ditemukan cukup sensitif (≥75%)
terhadap antibiotik meropenem, levofloxacin, fosfomycin, cephalotin dan ciprofloxacin.
Bakteri Pseudomonas aeruginosa masih sensitif terhadap amikacin, ceftriaxone dan
ceftazidime sebesar masing-masing 100%, 100% dan 50%. Untuk bakteri Staphylococcus sp.
memiliki sensitivitas yang cukup tinggi (≥60%) terhadap amoxicillin, fosfomycin, sulbactam
ampicillin, meropenem, tetracycline, doxycycline, cephalotin, vancomycin, linezolid,
ciprofloxacin dan levofloxacin. Sedangkan bakteri Staphylococcus aureus sensitif terhadap
antibiotik linezolid, trimethoprim-sulfamethoxazole dan doxycillin sebesar 100%. Bakteri
Streptokokus grup B pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa bakteri tersebut 100% masih
sensitif terhadap semua antibiotik yang diuji yaitu fosfomycin, ceftriaxone, eritromycin,
tetracycline, trimethoprim-sulfamethoxazole, linezolid, sulbactam ampicillin, vancomycin
dan clindamycin.
Kata kunci: komplikasi obstetri, infeksi maternal, uji sensitivitas.
2
ABSTRACT
Complications of pregnancy is closely associated with infections such as preterm labor,
premature rupture of membranes, solutio placenta, maternal fever and prolonged labor. The
purpose of this study was to isolate, identify and determine antibiotic sensitivity of bacteria
from the vaginal secretions of pregnant women with obstetric complications in RSUDZA and
RSIA. This research is a descriptive study design laboratory observations. Samples were
taken from the vaginal secretions of pregnant women with obstetric complications. Sampling
was carried out for 8 months starting from July 2012 to February 2013 found a total of 18
samples. Pregnant women with the PROM as many as 16 samples with the pattern of the
bacteria Klebsiella pneumoniae 31%, 13% Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus sp.
19%, 6% Staphylococcus aureus and group B streptococcus as much as 6%. Another
complication is preterm labor by 1 samples with isolates of Klebsiella pneumoniae bacteria
and vaginal bleeding as much as 1 sample reported no bacterial growth. Bacterial sensitivity
test results found to be quite sensitive Klebsiella pneumoniae (≥ 75%) to the antibiotic
meropenem, levofloxacin, fosfomycin, cephalotin and ciprofloxacin. Pseudomonas
aeruginosa was sensitive to amikacin, ceftriaxone and ceftazidime for each 100%, 100% and
50%. For Staphylococcus sp. has a high sensitivity (≥ 60%) to amoxicillin, fosfomycin,
ampicillin sulbactam, meropenem, tetracycline, doxycycline, cephalotin, vancomycin,
linezolid, ciprofloxacin and levofloxacin. While the bacterium Staphylococcus aureus
sensitive to the antibiotic linezolid, trimethoprim-sulfamethoxazole and doxycillin at 100%.
Group B streptococcus bacteria in this study obtained results that are 100% of bacteria are
sensitive to all antibiotics tested, namely fosfomycin, ceftriaxone, eritromycin, tetracycline,
trimethoprim-sulfamethoxazole, linezolid, ampicillin sulbactam, vancomycin and
clindamycin.
Keywords: obstetric complications, maternal infections, test sensitivity.
3
PENDAHULUAN
Kehamilan dan persalinan
merupakan keadaan yang fisiologis pada
wanita yang sudah menikah, namun
komplikasi yang tidak terduga pada saat
hamil dan bersalin masih mungkin terjadi
yang dapat menyebabkan kematian (Djaja
dan Afifah, 2011). Hogan et al. (2010)
memperkirakan terdapat 342.900 ibu di
dunia yang meninggal selama kehamilan
pada tahun 2008. Di asia tenggara sekitar
18.000 kematian maternal pada tahun yang
sama (Acuin et al., 2011). Angka kematian
ibu di Indonesia pada tahun 2011 yaitu 240
per 100.000 kelahiran hidup (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Ibu
hamil yang meninggal karena komplikasi
dalam kehamilan dan persalinan terjadi
sekitar 0,68% di Indonesia (Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia, 2012).
Kejadian komplikasi pada ibu hamil
diperkirakan terjadi sebesar 15-20% dari
semua ibu hamil (Sihombing, 2004;
Suprihatiningsih, 2009). Beberapa
komplikasi kehamilan sangat erat
kaitannya dengan kejadian infeksi seperti
persalinan prematur, ketuban pecah dini,
solusio plasenta, demam maternal dan
partus lama (Lams and Romero, 2007;
Gibbs, 2008; Kay, 2008; Effendi dan
Pribadi, 2011; Mose dan Alamsyah, 2011).
Acuin et al. (2011) menganalisa
beberapa penyebab kematian maternal di
Asia Tenggara. Penyebab yang paling
besar yaitu perdarahan (32%), hipertensi
(17%), aborsi (9%), infeksi (8%), emboli
(2%) dan penyebab lainnya baik secara
langsung (10%) maupun secara tidak
langsung (22%).
Secara umum pada liang vagina
wanita hamil dapat ditemukan beberapa
mikroorganisme, diantaranya yaitu
Streptococcus non hemolitikus (25%),
Escherichia coli (25%), Lactobacillus
(35%), Staphylococcus aureus (10%) dan
Staphylococcus koagulase negatif (5%)
(Herawati et al., 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Choi
et al. (2011) pada vagina wanita hamil
dengan persalinan prematur didapatkan
mikroorganisme yaitu Ureaplasma
urealyticum (62,7%), Mycoplasma hominis
(12,7%), Group B Streptococcus (7,9%),
Chlamydia trachomatis (2,4%) dan Herpes
Simplex Virus tipe II (0,8%).
Kanalis servikalis pasien ketuban
pecah dini dapat ditemukan bakteri
Staphylococcus epidermidis (31,43%),
Pseudomonas aeruginosa (25,71%),
Group B Streptococcus (22,86%),
Staphylococcus aureus (20,00%),
Eschericia coli (14,29%), Enterobacter
aeruginosa (5,71%), Klebsiella pneumonia
(2,86%) dan Providencia rittgeri (2,86%)
(Mulyantoro, 2002). Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh Sidabutar (2008)
menyatakan bahwa bakteri terbanyak yang
ditemukan pada wanita dengan ketuban
pecah dini adalah Klebsiella (36,8%),
Staphylococcus (23,3%), Escherichia coli
(23,3%), Proteus (10%), Pseudomonas
(3,3%) dan Providencia (3,3%).
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui jenis dan sensitivitas antibiotik
bakteri yang dapat diisolasi dari ibu hamil
komplikasi di RSUD Dr. Zainoel Abidin
dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Banda
Aceh.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan desain penelitian
observasi laboratorium.
Tempat dan Waktu Penelitian
Pengambilan sampel penelitian
dilakukan di kamar bersalin RSUDZA dan
RSIA Banda Aceh. Kultur kuman dan uji
sensitivitas dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Klinik Instalasi Patologi
Klinik RSUDZA. Penelitian ini dilakukan
selama 8 bulan, mulai dari bulan Juli 2012
sampai Februari 2013.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua
ibu hamil dengan komplikasi obstetri yang
4
dirawat di kamar bersalin RSUDZA dan
RSIA Banda Aceh.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sekret
vagina ibu hamil dengan komplikasi
obstetri. Pengambilan sampel dilakukan
menggunakan metode accidental sampling
yang diperoleh selama periode penelitian
dengan kriteria sampel sebagai berikut:
a. Ibu hamil dengan komplikasi
(Ketuban pecah dini, demam
maternal karena infeksi saluran
kemih, partus lama, perdarahan
antepartum dan persalinan prematur)
b. Ibu hamil komplikasi dengan usia
kehamilan trimester ketiga
Alat dan Bahan Penelitian
Alat
Alat-alat yang digunakan adalah
handscoon, masker, swab kapas steril,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, inkubator,
freezer, cawan petri, ose, pinset, rak untuk
pewarnaan slide, kaca objek, gelas ukur,
mikroskop, autoklaf, timbangan digital,
pengukur waktu (timer), pipet tetes, korek
api, lampu bunsen, serta alat-alat lainnya
yang biasa digunakan di Lab.
Mikrobiologi.
Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan adalah
media transport Stuart, biakan murni
bakteri, media BA dengan darah 5%,
media MAC, media Mueller-Hinton Agar
(MHA), NaCl 0,9%, etanol 96% dan 70%,
kristal violet, lugol, safranin, H2O2 3%
(asam peroksida), Serobact Staph Latex
reagent, akuades, standar McFarland0,5,
cakram antibiotik, aluminium foil, kertas
saring, kapas, kertas label, dan kertas tisu
serta bahan-bahan lainnya yang biasa
digunakan di Lab. Mikrobiologi.
Persiapan Penelitian
Sterilisasi Alat dan Bahan
Pembuatan media
Ethical Clearance
Cara Penelitian
Pengambilan sampel
Sebelum pengambilan sampel, ibu
hamil diberi penjelasan mengenai tujuan
dan manfaat penelitian dan diminta untuk
mengisi form informed consent. Sampel
penelitian diambil dari sekret vagina ibu
hamil dengan komplikasi obstetri dengan
cara memutar kapas lidi steril 3600
pada
liang vagina 1/3 atas, kemudian kapas lidi
dimasukkan dalam media transport stuart
lalu dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi
untuk dilakukan identifikasi bakteri dan uji
sensitivitas.
Isolasi bakteri
Usap sekret vagina dari kapas lidi
dalam media transport digores pada
permukaan media BA dan MAC lalu
diinkubasi dalam inkubator selama 18-24
jam pada suhu 37oC. Media inokulasi
pertumbuhan bakteri dibagi menjadi 4
kuadran, jika pertumbuhan koloni bakteri
terdapat pada setengah media inokulasi
maka dilaporkan sebagai +1 atau +2
(jarang). Pertumbuhan bakteri yang
mencapai 3 kuadran maka dilaporkan
sebagai +3 (menengah) dan jika koloni
bakteri mencapai 4 kuadran dilaporkan
sebagai +4 (berat). Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan mikroskopis untuk penentuan
bakteri Gram positif dan Gram negatif
(Baron et al., 1994; Kayser, 2005). Bakteri
yang menunjukkan keadaan patogen
dilakukan identifikasi secara makroskopis,
mikroskopis dan pewarnaan Gram
kemudian dilakukan uji sensitivitas
antibiotik terhadap bakteri tersebut
Identifikasi Bakteri
Bakteri yang terisolasi dilakukan
beberapa uji untuk mengidentifikasi
spesies bakteri. Uji dilakukan secara
makroskopis dan mikroskopis. Uji lainnya
yang dilakukan untuk mengidentifikasi
antara lain uji katalase, uji koagulase, uji
oksidase, uji biokimia API 20 NE dan 20
E serta uji aglutinasi menggunakan
Streptoccocus Grouping Kit (Gambar 3.1).
5
Gambar 3.1 Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Antibiotik
Uji Sensitivitas Antibiotik
Turbidity Standard Mcfarland 0,5
disiapkan terlebih dahulu. Dengan
menggunakan swab steril ambil 1
koloni yang sama dan disuspensikan
kedalam tabung NaCl 0,9% steril 5 ml
kemudian suspensi kuman
dibandingkan dengan Turbidity
Standard Mcfarland 0,5. Ambil kapas
swab steril, celupkan dalam suspensi
kuman dan diputar beberapa kali,
kemudian ditekan pada dinding tabung
untuk menghilangkan kelebihan
inokolum. Swab dihapuskan merata
pada permukaan Muller Hinton Agar
dan diulang 3 kali, setiap kali medium
diputar 60° baru terakhir dioleskan
melingkari tepi dalam plate agar. Tutup
cawan petri, diamkan selama 3-5 menit.
Letakkan cakram/disk obat pada
permukaan biakan dan ditekan dengan
pinset agar melekat sempurna. Jarak
antara pusat ke pusat cakram tidak
boleh kurang dari 24 mm kemudian
biakan didiamkan 15 menit, lalu
Inkubasi selama 16-18 jam pada suhu
35°C dalam posisi cawan terbalik.
Amati zona hambatan yang terbentuk
dengan mengukur lebar/ diameter zona
menggunakan penggaris
kemudian hasilnya dibandingkan
dengan tabel Clinical and Laboratory
Standards Institute (CLSI) 2012 dan
dicatat hasilnya sebagai sensitive,
intermediate, dan resistant.
Analisa Data
Data yang diperoleh dianalisis
secara deskriptif dan ditampilkan dalam
bentuk tabel dan gambar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengumpulan Sampel
Hasil pengumpulan sampel dari
sekret vagina ibu hamil dengan
komplikasi obstetri di RSUDZA dan
RSIA dalam periode Juli 2012 –
Februari 2013 diperoleh 18 sampel.
Sampel yang paling banyak didapatkan
adalah sampel dari ibu hamil dengan
komplikasi ketuban pecah dini (KPD)
yaitu sebanyak 16 sampel (88,9%),
6
sedangkan untuk komplikasi demam
maternal dan partus lama pada
penelitian tidak didapatkan sampelnya
(Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Persentase ibu hamil komplikasi
berdasarkan diagnosa klinis
Diagnosa Jumlah %
Ketuban Pecah Dini 16 88,9
Persalinan Prematur 1 5,6
Perdarahan Antepartum 1 5,6
Demam Maternal 0 0
Partus Lama 0 0
Total 18 100
Keadaan komplikasi pada
kehamilan dapat disebabkan karena
adanya infeksi bakteri yang merupakan
flora normal pada genetalia wanita.
Pada persalinan prematur secara
spontan dan membran yang dalam
keadaan utuh dapat ditemukan kultur
positif bakteri sekitar 20-60% dari
membran janin dan cairan amnion.
Cairan ketuban ibu pada komplikasi
ketuban pecah dini juga dapat
ditemukan kultur positif sekitar 30%
(Lams and Romero, 2007; Gibbs, 2008).
Komplikasi obstetri ini juga merupakan
faktor resiko penting terjadinya infeksi
neonatal early-onset (Tumbaga and
Philip, 2003).
Karakteristik sampel pada
penelitian ini dibagi menjadi usia ibu
dan usia kehamilan yang dihitung dari
hari pertama haid terakhir (HPHT)
ataupun melalui ultrasonografi (USG).
Sampel terbanyak yang didapatkan
dalam penelitian ini merupakan
kelompok usia produktif yaitu 20 – 35
tahun (77,8%). Untuk usia kehamilan
ibu terbanyak didapatkan pada usia
kehamilan 37 – 40 minggu (66,7%)
(Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Karakteristik sampel berdasarkan
usia ibu dan usia kehamilan
Karakteristik Jumlah %
Usia Ibu (tahun)
< 20 1 5,6
20 – 35 14 77,8
> 35 3 16,7
Usia Kehamilan
(minggu)
< 37 1 5,6
37 – 40 12 66,7
> 40 5 27,8
Total 18 100
Secara biologis dan secara psikis,
usia yang produktif untuk hamil dan
melahirkan adalah pada rentag usia 20-
35 tahun. Wanita yang berusia kuang
dari 20 tahun, organ-organ reproduksi
belum berfungsi dengan sempurna,
sehingga jika terjadi kehamilan dan
persalinan akan lebih mudah mengalami
komplikasi. Selain itu kekuatan otot-
otot perimeum dan otot-otot perut
belum bekerja secara optimal sehingga
lebih sering terjadi persalinan lama.
Sedangkan ibu yang hamil pada usia
diatas 35 tahun, kemungkinan akan
mengalami kesulitan dalam melahirkan,
hipertensi dan gangguan kesehatan
selama kehamilan, hal ini dikarenakan
seiring pertambahan usia maka kondisi
fisik dan ketahanan tubuh akan
berkurang. Faktor resiko untuk
persalinan sulit pada ibu yang belum
pernah melahirkan pada kelompok usia
dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
adalah 3 kali lebih tinggi dari kelompok
usia reproduksi sehat (20-35 tahun)
(Kusumawati, 2006; Devy et al., 2011).
Hasil Isolasi Bakteri
Hasil isolasi bakteri dari 18
sampel sekret vagina ibu hamil dengan
komplikasi obstetri didapatkan 13
sampel yang memiliki pertumbuhan
bakteri pada medium. Sedangkan 5
sampel lainnya tidak didapatkan adanya
7
pertumbuhan bakteri. Penilaian bakteri
ini dilihat berdasarkan bentuk
pertumbuhan koloni pada nutrient broth
dan nutrient agar. Kepadatan koloni
bakteri yang tidak terlalu besar maka
bakteri tersebut tergolong pada koloni
murni dan merupakan bakteri yang non
patogen (Kayser, 2005).
Hasil Identifikasi Bakteri
Hasil identifikasi bakteri dari 13
isolat sekret vagina ibu hamil dengan
komplikasi obstetri didapatkan bakteri
terbanyak yaitu bakteri Klebsiella
pneumoniae sebanyak 6 isolat (46,2%),
sedangkan bakteri yang paling sedikit
terisolasi adalah bakteri Staphylococcus
aureus dan Streptokokus Grup B (SGB)
masing-masing sebanyak 1 isolat
(7,7%) (Tabel 4.3).
Tabel 4.3 Bakteri yang diisolasi dari ibu
hamil komplikasi obstetri
Jenis Bakteri Jumlah
Isolat %
Klebsiella pneumoniae 6 46,2
Pseudomonas aeruginosa 2 15,4
Staphylococcus sp. 3 23,1
Staphylococcus aureus 1 7,7
Streptokokus Grup B 1 7,7
Total 13 100
Secara umum bakteri diatas
merupakan flora normal yang mendiami
vagina wanita tanpa menimbulkan
gejala klinis yang jelas. Bakteri ini
berpotensi menjadi patogen dikarenakan
beberapa hal diantaranya perubahan
keseimbangan flora normal vagina
dapat menyebabkan pertumbuhan
mikroorganisme yang berlebihan
sehingga menjadi patogen (Gant dan
Cunningham, 2010). Bakteri ini dapat
menyebabkan berbagai infeksi pada
wanita seperti infeksi saluran kemih
yang dapat disebabkan oleh bakteri
Klebsiella pneumoniae dan
Staphylococcus saprophyticus,
pielonefritis kronis yang disebabkan
oleh Pseudomonas aeruginosa dan
bakterimia yang dapat disebabkan oleh
Staphylococcus sp (Kayser et al., 2005;
Brooks et al., 2007). Selain itu bakteri
ini juga dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi pada kehamilan. Seperti
Streptokokus Grup B yang dapat
menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini pada ibu hamil (Liu dan Nizet,
2004). Infeksi genital asimtomatik juga
berhubungan dengan terjadinya
kelahiran prematur yang dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas
neonatus. Beberapa bakteri yang
bertanggung jawab dalam infeksi
genital antara lain Klebsiella,
Pseudomonas, Staphylococci,
Streptococci, Escherichia coli, Proteus,
Providencia, Aerobacter dan Facultatie
anaerob (Akerele et al., 2002).
Bakteri yang terisolasi dari
sampel ibu hamil dengan komplikasi
ketuban pecah dini pada penelitian ini
paling banyak ditemukan adalah bakteri
Klebsiella pneumoniae sebanyak 5
isolat (31%). Untuk ibu dengan
komplikasi persalinan prematur
ditemukan bakteri Klebsiella
pneumoniae sebanyak 1 isolat (100%)
dan ibu hamil dengan komplikasi
perdarahan antepartum pada penelitian
ini tidak ditemukan adanya pertubuhan
bakteri (Tabel 4.4).
8
Tabel 4.4 Hasil isolasi bakteri berdasarkan diagnosa klinis ibu hamil
Jenis Bakteri KPD Prematur
Perdarahan
Antepartum
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Klebsiella pneumoniae 5 31 1 100 - -
Pseudomonas aeruginosa 2 13 - - - -
Staphylococcus sp. 3 19 - - - -
Staphylococcus aureus 1 6 - - - -
Streptokokus Grup B 1 6 - - - -
Tidak ada pertumbuhan 4 25 - - 1 100
Total 16 100 1 100 1 100
Hasil penelitian ini tidak jauh
berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sidabutar (2008) di RSUP H. Adam
Malik – RSUD Pirngadi – RSU Sundari,
Medan. Hasil penelitian Sidabutar
menyatakan bahwa bakteri yang
ditemukan pada vagina wanita KPD
adalah Klebsiella (36,8%),
Staphylococcus (23,3%), Escherichia coli
(23,3%), Proteus (10%), Pseudomonas
(3,3%) dan Providencia (3,3%).
Sementara penelitian Mulyantoro (2002)
di RSUP Dr. Kariadi menemukan bakteri
Staphylococcus epidermidis (31,43%),
Pseudomonas aeruginosa (25,71%),
Streptokokus Grup B (22,86%),
Staphylococcus aureus (20,00%),
Eschericia coli (14,29%), Enterobacter
aeruginosa (5,71%), Klebsiella
pneumonia (2,86%) dan Providencia
rittgeri (2,86%) pada kanalis servikalis
pasien KPD.
Bakteri yang ditemukan pada ibu
dengan komplikasi persalinan prematur
pada penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Choi et al.
(2011) di Seoul, Korea dimana pada
vagina wanita hamil dengan persalinan
prematur didapatkan mikroorganisme
yaitu Ureaplasma urealyticum (62,7%),
Mycoplasma hominis (12,7%),
Streptokokus Grup B (7,9%), Chlamydia
trachomatis (2,4%) dan Herpes Simplex
Virus tipe II (0,8%). Adanya Bacterial
vaginosis pada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko terjadinya persalinan
prematur, resiko paling tinggi yaitu
dengan terdapatnya bakteri Mycoplasma
hominis dan Bacteroides pada vagina ibu
hamil (Hillier et al., 1995). Perbedaan
pola kuman yang terjadi pada penelitian
ini dapat disebabkan karena tingginya
insidensi kolonisasi bakteri pada ibu,
adanya perbedaan pola kuman di
lingkungan ibu, perbedaan respon imun
dan faktor genetik dari populasi,
perbedaan analisis mikrobiologi,
perbedaan pendidikan dan pelayanan
kesehatan serta perbedaan pola perubahan
antibiotik dan gaya hidup (Ayoniyi et al.,
2009).
Hasil Uji Sensitivitas Antibiotik
Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri
Klebsiella pneumoniae
Hasil uji sensitivitas antibiotik
Klebsiella pneumoniae yang diisolasi dari
sekret vagina ibu hamil dengan
komplikasi diperoleh hasil bahwa bakteri
tersebut semuanya telah resisten (100%)
terhadap beberapa antibiotik. Bakteri
Klebsiella pneumoniae memiliki
sensitivitas yang cukup rendah (≤50%)
terhadap antibiotik sulbactam ampicillin,
amoxycillin dan sefalosporin golongan 3
seperti ceftriaxone dan ceftazidime, tetapi
pada penelitian ini menunjukkan bahwa
Klebsiella pneumoniae yang ditemukan
masih sensitif terhadap meropenem
(100%) (Tabel 4.5).
9
Tabel 4.5 Hasil uji sensitivitas antibiotik
bakteri Klebsiella pneumoniae
Antibiotik Jumlah
isolat
S R
% %
Cefoxitin 1 0 100
Gentamycin 1 0 100
Linezolid 4 0 100
Ticarcillin-Clavulanic
acid 4 0 100
Aztreonam 1 0 100
Amikacin 1 0 100
Levofloxacin 6 100 0
Meropenem 6 100 0
Fosfomycin 5 100 0
Cephalotin 1 100 0
Ciprofloxacin 6 83 17
Tobramycin 2 50 50
Trimethoprim-
sulfamethoxazole 2 50 50
Cefuroxime 5 40 60
Ceftazidime 5 40 60
Ceftriaxone 3 33 67
Sulbactam Ampicillin 4 25 75
Amoxycilin 5 20 80
Keterangan: S = Sensitif
R = Resisten
Hasil penelitian ini tidak jauh
berbeda dengan penelitian yang dilakukan
Sidabutar (2008) yang menguji
sensitivitas bakteri Klebsiella dari sekret
vagina ibu hamil dengan KPD dan non
KPD. Hasil yang didapatkan bahwa
sensitivitas Klebsiella cukup tinggi
terhadap meropenem (100%), cefepime
(94%), cefoperazone (88%), cefotaxime
(12%) dan ceftazidime (72%). Penelitian
ini juga melaporkan rendahnya
sensitivitas Klebsiella terhadap antibiotik
ceftriaxone (39%).
Klebsiella pneumoniae yang telah
resisten terhadap cefalosporin generasi 3
digolongkan sebagai bakteri extended
strain β-lactamase (ESBL). Pilihan
antibiotik lini pertama untuk infeksi
bakteri ESBL adalah karbapenem,
diantaranya meropenem dan imipenem
(Pitout et al., 2008). Bakteri ESBL yang
telah resisten terhadap karbapenem
disebut carbapenem-resistant extended-
spectrum β-lactamase Klebsiella
pneumoniae (ESBL-CRKP). ESBL-
CRKP di beberapa negara dilaporkan
telah meningkat, dimana strain bakteri ini
sulit dikontrol karena penyebarannya
sangat mudah baik didalam maupun
antara rumah sakit. Pilihan pengobatan
untuk infeksi yang disebabkan oleh
CRKP ini sendiri masih terbatas
(Kritsotakis et al., 2011). Kebanyakan
isolat resisten terhadap fluorokuinolon,
aminoglikosid dan kotrimoksazol.
Beberapa isolat masih sensitif terhadap
amikasin atau gentamisin dan paling
banyak isolat sensitif terhadap colistin
dan tigecycline (Nordmann et al., 2009).
Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri
Pseudomonas aeruginosa
Beberapa isolat bakteri
Pseudomonas aeruginosa yang diperoleh
dari penelitian ini telah resisten terhadap
meropenem dan amoxycilin yang
mencapai 100%, masih sensitif terhadap
amikacin dan ceftriaxone sebesar 100%
serta terhadap antibiotik ceftazidime
sebesar 50% (Tabel 4.6).
Tabel 4.6 Hasil uji sensitivitas antibotik
bakteri Pseudomonas aeruginosa
Antibiotik Jumlah
isolat
S R
% %
Ticarcillin 2 0 100
Meropenem 2 0 100
Levofloxacin 2 0 100
Tobramycin 2 0 100
Gentamycin 1 0 100
Ciprofloxacin 1 0 100
Amoxicillin 1 0 100
Amikacin 1 100 0
Ceftriaxone 1 100 0
Ceftazidime 2 50 50
Hasil penelitian ini sedikit berbeda
dengan penelitian Mulyantoro (2002)
yang melaporkan bahwa bakteri
Pseudomonas aeruginosa dari isolat
vagina ibu KPD sensitif (≥75%) terhadap
antibiotik amikacin, cefipime, dibekacin,
gentamycin dan meropenem. Resistensi
antibiotik Pseudomonas aeruginosa
cukup tinggi (≥75%) terhadap ampicillin,
10
chloramphenicol, tetracycline dan
cotrimoxazole. Sedangkan pada penelitian
Sidabutar (2008) mendapatkan bahwa
Pseudomonas sensitif terhadap antibiotik
meropenem, cefepime dan cefoperazone.
Bakteri ini resisten terhadap antibiotik
amoxicillin dan ampicillin. Resistensi
Pseudomonas aeruginosa terhadap
flourokuinolon ditemukan 4,35 kali lebih
tinggi pada pasien dengan riwayat
pemakaian flourokuinolon atau
betalaktam sebelumnya untuk infeksi lain
terutama pada usia lanjut (Firdous et al.,
2011).
Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri
Staphylococcus sp
Bakteri Staphylococcus sp. yang
diisolasi dari ibu hamil dengan
komplikasi obstetri pada penelitian ini
adalah bakteri Staphylococcus yang
menunjukkan hasil koagulase negatif.
Bakteri ini memiliki sensitivitas yang
cukup tinggi (100%) terhadap
amoxicillin, sulbactam ampicillin dan
linezolide. Sedangkan untuk antibiotik
ceftazidime oxacillin bakteri ini memiliki
resistensi ≥ 50% (Tabel 4.7).
Tabel 4.7 Hasil uji sensitivitas antibotik
bakteri Staphylococcus sp
Antibiotik Jumlah
isolat
S R
% %
Ceftazidime 3 0 100
Cotrimoxazole 1 0 100
Trimethoprim-
sulfamethoxazole 1 0 100
Amoxicillin 2 100 0
Fosfomycin 2 100 0
Sulbactam Ampicillin 2 100 0
Meropenem 2 100 0
Tetracycline 1 100 0
Doxycycline 1 100 0
Cephalotin 1 100 0
Linezolide 3 100 0
Vancomycin 3 67 33
Ciprofloxacin 3 67 33
Levofloxacin 3 67 33
Clindamycin 2 50 50
Oxacillin 3 33 67
Penelitian Sidabutar (2008)
mendapatkan hasil uji sensitivitas
antibiotik pada bakteri Staphylococcus sp
yaitu sensitif terhadap antibiotik
ceftazidime, gentamycin, cefotaxime,
meropenem, cefepime, ceftriaxone dan
cefoperazone. Bakteri ini resisten
terhadap antibiotik amoxicilin dan
ampicillin. Pada penelitian Mulyantoro
(2002) didapatkan bakteri Staphylococcus
epidermidis yang cukup sensitif (≥50%)
terhadap antibiotik amikacin, cefepime,
chloramphenicol, dibekacin,
erythromycin, fosfomisin, gentamycin,
meropenem, tetrasiklin, cotrimoxazole
dan vankomycin. Sedangkan untuk
ampicillin, bakteri ini resisten sebesar
100%.
Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri
Staphylococcus aureus
Hasil uji sensitivitas antibiotik
bakteri Staphylococcus aureus pada
penelitian ini didapatkan semua isolat
resisten (100%) terhadap antibiotik
vancomycin sehingga bakteri ini
tergolong ke dalam Vancomycin Resistant
Staphylococcus aureus (VRSA). Pilihan
terapi obat pada VRSA adalah antibiotik
linezolid, dalam penelitian ini didapatkan
bakteri ini masih sensitif terhadap
linezolid (Tabel 4.8).
Tabel 4.8 Hasil uji sensitivitas antibiotik
bakteri Staphylococcus aureus
Antibiotik Jumlah
isolat
S R
% %
Oxacillin 1 0 100
Clindamycin 1 0 100
Ceftazidime 1 0 100
Tetracycline 1 0 100
Vankomisin 1 0 100
Ciprofloxacin 1 0 100
Levofloxacin 1 0 100
Chloramphenicol 1 0 100
Linezolid 1 100 0
Trimethoprim-
sulfamethoxazole 1 100 0
Doxycillin 1 100 0
11
Hasil penelitian ini sedikit berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mulyantoro (2002) mengenai pola kuman
pada kanalis servikalis ibu KPD
mendapatkan bakteri Staphylococcus
aureus memiliki sensitivitas yang cukup
tinggi (≥75%) terhadap antibiotik
amikacin, cefipime, chloramphenicol,
dibekasin, fosfomycin, meropenem dan
vankomisin. Bakteri ini memiliki
resistensi 100% terhadap antibiotik
ampisilin. Staphyloccus aureus yang
resisten terhadap antibiotik metisilin dan
antibiotik lain dalam kelas yang sama
seperti amoksisilin, oksasilin dan
penisilin tergolong ke dalam Methicillin-
Resistant Staphylococcus aureus
(MRSA). Pilihan antibiotik untuk MRSA
adalah antibiotik glikopeptida seperti
vancomycin dan teicoplanin (Cui and
Hiramatsu, 2003). Pada penelitian ini
didapatkan isolat Staphylococcus aureus
sudah resisten terhadap vancomycin dan
dinamakan Vancomycin-Resistant
Staphylococcus aureus (VRSA). Terapi
pilihan untuk VRSA adalah linezolid,
antimikroba pertama dari golongan
oxazolidinone. Kasus pertama
stafilokokus resisten linezolid dilaporkan
pada 1 tahun setelah linezolid disetujui
sebagai terapi. Khan et al. (2012) telah
melakukan pengujian antibiotik terhadap
MRSA resisten linezolid didapatkan hasil
bahwa strain bakteri tersebut resisten
terhadap antibiotik eritromisin,
klindamisin dan gentamisin. Bakteri ini
sensitif terhadap antibiotik kotrimoksazol,
ciprofloksasin, tetrasiklin dan
vankomisin.
Hasil uji sensitivitas antibiotik bakteri
Streptokokus Grup B
Hasil uji sensitifitas antibiotik
bakteri Streptokokus Grup B pada
penelitian ini diperoleh hasil bahwa
bakteri tersebut 100% masih sensitif
terhadap semua antibiotik yang diuji yaitu
fosfomycin, ceftriaxone, eritromycin,
tetracycline, trimethoprim-
sulfamethoxazole, linezolid, sulbactam
ampicillin, vancomycin dan clindamycin
(Tabel 4.9).
Tabel 4.9 Hasil uji sensitifitas antibotik
bakteri Streptokokus Grup B
Antibiotik Jumlah
isolat
S R
% %
Fosfomycin 1 100 0
Ceftriaxone 1 100 0
Erythromycin 1 100 0
Tetracycline 1 100 0
Chloramphenicol 1 100 0
Linezolid 1 100 0
Sulbactam Ampicillin 1 100 0
Vancomycin 1 100 0
Clindamycin 1 100 0
Hasil penelitian ini sedikit berbeda
dengan penelitian Hayati (2005) yang
melaporkan bahwa bakteri SGB sensitif
100% terhadap antibiotik ampicillin dan
penicillin. Sedangkan terhadap antibiotik
vancomycin, erythromycin,
chloramphenicol dan tetracycline
didapatkan telah resisten masing-masing
sebesar 40%, 60%, 60% dan 90%.
Perbedaan sensitivitas ini terjadi
kemungkinan karena perbedaan strain
serotip bakteri SGB antara penelitian ini
dengan penelitian Hayati. Choi et al.
(2011) melaporkan 100% isolat SGB dari
ibu hamil dengan persalinan prematur
sensitif terhadap penicillin, ceftriaxone
dan vancomycin. SGB resisten terhadap
antibiotik clindamycin, erythromycin,
chloramphenicol dan levofloxacin
masing-masing sebanyak 11,5%, 11,5%,
3,8% dan 7,7%. SGB juga menunjukkan
sensitivitas yang cukup tinggi (≥75%)
terhadap amikacin, cefepime,
chloramphenicol, fosfomycin,
gentamycin, meropenem, cotrimoxazole
dan vankomycin. Sedangkan untuk
antibiotik ampicillin bakteri SGB
menunjukkan resisten sebanyak 100%
(Muyantoro, 2002).
Hasil uji sensitivitas antibiotik dari
semua bakteri yang didapatkan dari sekret
vagina ibu hamil dengan komplikasi
obstetri ditemukan telah banyak bakteri
12
yang resisten terhadap antibiotik. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu pemakaian antibiotik
yang tidak tepat (tanpa indikasi, dosis
terlalu rendah, jangka waktu yang terlalu
singkat atau terlalu lama dan pemakaian
sendiri tanpa resep dokter), kualitas
antibiotik yang jelek (penggunaan
antibiotik yang sudah kadaluarsa), adanya
residu antibiotik dalam lingkungan,
kontak antara pembawa kuman multi
resisten seperti tenaga medis dan pasien
paska rawat inap di rumah sakit (Farida,
2005).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Hasil isolasi dan identifikasi bakteri
dari 18 sampel penderita komplikasi
obstetri ketuban pecah dini, persalinan
prematur, dan perdarahan antepartum
didapatkan bakteri Klebsiella
pneumoniae sebanyak 6 isolat (33%),
Pseudomonas aeruginosa 2 isolat
(11%), Staphylococcus sp. 3 isolat
(17%), Staphylococcus aureus 1 isolat
(6%), Streptokokus Grup B (SGB) 1
isolat (6%) dan sisanya 5 isolat (28%)
dilaporkan tidak adanya pertumbuhan
bakteri.
2. Uji sensitivitas antibiotik dari bakteri
yang diidentifikasi didapatkan hasil
sebagai berikut:
a. Tingkat sensitivitas bakteri Klebsiella
pneumoniae didapatkan ≥75% terhadap
antibiotik meropenem, levofloxacin,
fosfomycin, cephalotin dan
ciprofloxacin.
b. Bakteri Pseudomonas aeruginosa
masih sensitif terhadap amikacin dan
ceftriaxone sebesar 100%, namun
sebanyak 50% isolat tetap resisten
terhadap ceftazidime.
c. Bakteri Staphylococcus sp. memiliki
sensitivitas yang cukup tinggi (≥60%)
terhadap amoxicillin, fosfomycin,
sulbactam ampicillin, meropenem,
tetracycline, doxycycline, cephalotin,
vancomycin, linezolid, ciprofloxacin
dan levofloxacin.
d. Bakteri Streptokokus Grup B pada
penelitian ini diperoleh hasil bahwa
bakteri tersebut 100% masih sensitif
terhadap semua antibiotik yang diuji
yaitu fosfomycin, ceftriaxone,
eritromycin, tetracycline, trimethoprim-
sulfamethoxazole, linezolid, sulbactam
ampicillin, vancomycin dan
clindamycin
e. Dari hasil penelitian ini didapatkan 4
isolat bakteri ESBL yang terdiri dari 1
isolat bakteri Pseudomonas aeruginosa
dan 3 isolat lainnya bakteri Klebsiella
pneumoniae. Penelitian ini juga
mendapatkan bakteri VRSA sebanyak
1 isolat
Saran
Diperlukan penelitian lebih lanjut
tentang pola bakteri pada neonatus yang
dilahirkan oleh ibu hamil dengan
komplikasi obstetri untuk menilai
kesamaan bakteri pada sekret vagina ibu
dengan bakteri pada neonatus yang
dilahirkan oleh ibu hamil komplikasi guna
pembuktian transmisi bakteri dari vagina
ibu kepada neonatus.
DAFTAR PUSTAKA
Acuin, CS; Khor, GL; Liabsuetrakul, T;
Achadi, EL; Htay, TT; Firestone, R
and Bhutta, Z. 2011. Maternal,
Neonatal, and Child Health in
Southeast Asia: Towards Greater
Regional Collaboration. The Lancet.
377: 516-525.
Akerele, J; Abhulimen, P and Okonofua
F. 2002. Prevalence of
Asymptomatic Genital Infection
among Pregnant Women in Benin
City, Nigeria. African Journal of
Reproductive Health. 6(3): 93-97.
Ayoniyi, DO; Udo, SJ; Oguntibeju, OO.
2009. An Epidemiological Survey of
Neonatal Sepsis in A Hospital in
Western Nigeria. African Journal of
Microbiology Research. 3(1): 385-
389.
13
Baron, EJ; Peterson, LR and Finegold,
SM. 1994. Bailey & Scott’s
Diagnostic Microbiology. 9th
Edition. USA, Mosby. p: 92.
Brooks, GF; Butel JS dan Morse, SA.
2007. Mikrobiologi Kedokteran
Jawetz, Melnick dan Adelberg. Edisi
23. Jakarta: EGC. h: 198-266.
Choi, SJ; Park, SD; Jang, IH; Uh, Y and
Lee, A. 2011. The Prevalence of
Vaginal Microorganisms in
Pregnant Women with Preterm
Labor and Preterm Birth. Annals of
Laboratory Medicine. (32): 194-
200.
Cui, L and Hiramatsu, K. 2003.
Vancomycin-Resistant
Staphylococcus aureus. In: Fluit and
Schmitz (eds) MRSA Current
Perspectives. England, Caister
Academic Press. p: 187-190.
Devy, SR; Haryanto, S; Hakimi, M;
Prabandari, YS dan Mardikanto, T.
2011. Perawatan Kehamilan dalam
Perspektif Budaya Madura di Desa
Tambak dan Desa Rapalaok
Kecamatan Omben Kabupaten
Sampang. Jurnal Promosi
Kesehatan. 1(1): 50-62.
Djaja, S dan Afifah, T. 2011. Pencapaian
dan Tantangan Status Kesehatan
Maternal di Indonesia. Jurnal
Ekologi Kesehatan. 10 (1): 10-20.
Effendi, JS dan Pribadi, A. 2011. Demam
Dalam Kehamilan dan Persalinan.
In: Prawirohardjo (eds) Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.
Edisi 4. Jakarta, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. h: 629-642.
Farida, H. 2005. Kualitas Penggunaan
Antiobiotik pada Penderita Demam
di Bagian Kesehatan Anak Sebelum
dan Sesudah Pelatihan Dokter
Mengenai Penggunaan Antibiotik
yang Tepat Tahun 2004. Tesis.
Universitas Diponegoro.
Firdous, R; Ahmed, S; Chaudhary, SA;
Ahmad, A and Akhtar, N. 2011.
Flouroquinolone Resistance in
Clinical Isolates of Pseudomonas
aeruginosa. Journal of Rawalpindi
Medical College. 15(2): 99-101.
Gant, NF dan Cunningham, FG. 2010.
Dasar-Dasar Ginekologi dan
Obstetri. Jakarta, EGC. h: 162-163.
Gibbs, RS. 2008. Premature Rupture of
The Membranes. In: Gibbs et al.
(eds) Danforth’s Obstetrics and
Gynecology. 10th edition. Lippincott
Williams & Wilkins. p. 187-197.
Hayati, Z. 2005. Karakterisasi
Streptokokus Grup B (SGB) yang
Diisolasi dari Penderita Komplikasi
Obstetri sebagai Landasan
Pemberian Terapi dan
Imunoprofilaksis terhadap Infeksi
Neonatal. Disertasi. Institut
Pertanian Bogor.
Herawati, S; Prihatini dan Probohoesodo,
MY. 2006. Pola Mikroorganisme
pada Liang Vagina Wanita Hamil di
RSU Dr. Soetomo Surabaya.
Indonesian Journal of Clinical
Pathology and Medical Laboratory.
12(2): 65-67.
Hillier, SL; Nugent, RP; Eschenbach, DA;
Krohn, MA; Gibbs, RS; Martin,
DH; Cotch, MF; Edelman, R;
Pastorek, JG; Rao, V; McNellis, D;
Regan, JA; Carey, JC and
Klebanoff, MA. 1995. Association
Between Bacterial Vaginosis and
Preterm Delivery of A Low-Birth-
Weight Infant. The New England
Journal of Medicine. 333(26): 1737-
1742.
14
Hogan, MC; Foreman, KJ; Naghavi, M;
Ahn, SY; Wang, M; Makela, SM;
Lopez, AD; Lozano, R and Murray,
CJL. 2010. Maternal Mortality for
181 Countries, 1980-2008: A
Systematic Analysis of Progress
Towards Millennium Development
Goal 5. The Lancet. 375: 1609-
1623.
Kay, HH. Placenta Previa and Abruption.
2008. In: Gibbs et al. (eds)
Danforth’s Obstetrics and
Gynecology. 10th edition. Lippincott
Williams & Wilkins. p: 385-399.
Kayser, FH. 2005. General Bacteriology.
In: Kayser et al. (eds) Medical
Microbiology. 10th Edition. New
York, Thieme Stuttgart. p: 212-214.
__________. 2005. Bacteria as Human
Pathogens. In: Kayser et al. (eds)
Medical Microbiology. 10th Edition.
New York, Thieme Stuttgart. p:
231-310.
Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. 2012. Profil Data
Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Jakarta, KEMENKES RI.
Khan, MF; Neral, A; Yadav, VC; Khan,
FA and Ahmed, S. 2012. Emergence
of Linezolid Resistant
Staphylococcus aureus in Bastar
Tribal Region, India. Journal of
Microbiology and Infectious
Diseases. 2(3): 127-128.
Kritsotakis, EI; Tsioutis, C; Roumbelaki,
M; Christidou, A and Gikas, A.
2011. Antibiotic Use and The Risk
of Carbapenem-Resistant Extended-
Spectrum-β-Lactamase-Producing
Klebsiella pneumoniae Infection in
Hospitalized Patients: Results of A
Double Case-Control Study. Journal
of Antimicrobial Chemotherapy. 66:
1383-1391.
Kusumawati, Y. 2006. Faktor-Faktor
Risiko yang Berpengaruh terhadap
Persalinan dengan Tindakan (Studi
Kasus di RS dr. Moewardi
Surakarta). Tesis. Universitas
Diponegoro.
Lams, JD and Romero, R. 2007. Preterm
Birth. In: Gabbe (eds) Obstetric:
Normal and Problem Pregnancies.
5th edition. Philadelphia, Churchill
Livingstone Elsevier. p: 673-674.
Liu, GYH and Nizet, V. 2004.
Extracellular Virulence Factors of
Group B Streptococci. Frontiers in
Bioscienc. 9: 1794-1802.
Mose, JC dan Alamsyah, M. 2011.
Persalinan Lama. In: Prawirohardjo
(eds) Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Edisi 4. Jakarta, PT
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. h: 562-580.
Mulyantoro, I. 2002. Pola Kuman Aerob
di Kanalis Serikalis pada Ketuban
Pecah Dini. Tesis. Universitas
Diponegoro.
Nordmann, P; Cuzon, G and Naas, T.
2009. The Real Threat of Klebsiella
pneumoniae Carbapenemase-
Producing Bacteria. The Lancet
Infectious Diseases. 9: 228-236.
Pitout, JDD and Laupland, KB. 2008.
Extended-Spectrum β-Lactamase-
Producing Enterobacteriaceae: An
Emerging Public-Health Concern.
The Lancet Infectious Diseases.
8(3): 159-166.
Sidabutar, G. 2008. Pola Pertumbuhan
Bakteri dan Uji Kepekaan
Antibiotik dari Isolat Usap Vagina
pada Ketuban Pecah Dini dan Non
Ketuban Pecah Dini di RSUP H.
Adam Malik – RSUD Pirngadi –
15
RSU Sundari, Medan. Tesis.
Universitas Sumatera Utara.
Sihombing, Sinurtina. 2004. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan
Komplikasi Persalinan di Indonesia
Tahun 1998-2000. Tesis. Universitas
Indonesia.
Suprihatiningsih. 2009. Faktor-Faktor
yang Berhubungan dengan
Komplikasi Kehamilan pada Ibu
Hamil di Kota Metro Tahun 2009.
Jurnal Kesehatan “Metro Sai
Wawai”. 11(1): 1-10.
Tumbaga, PF and Philip AGS. 2003.
Perinatal Group B Streptococcal
Infection: Past, Present and Future.
American Academy of Pediatrics
NeoReviews. 4 (3): e65-e72.