ARTIKEL · 2017. 5. 3. · Sistem sosial dan budaya . 4. ... pendapat ahli di atas, dapat...
Transcript of ARTIKEL · 2017. 5. 3. · Sistem sosial dan budaya . 4. ... pendapat ahli di atas, dapat...
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN
PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA
KELAS 4 SDN KUTOWINANGUN 12 SALATIGA
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Universitas Kristen Satya Wacana
oleh
Fransiska Yuni
292012532
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
1
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN
PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA
KELAS 4 SDN KUTOWINANGUN 12 SALATIGA
SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Fransiska Yuni
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP
Universitas Kristen Satya Wacana
Email: [email protected]
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah hasil belajar IPS dapat diupayakan
melalui model pembelajaran TGT dan Pendekatan PBL siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12
Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action
Research) yang menggunakan model spiral dari C. Kemmis dan Mc Taggart. Prosedur
penelitian terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, serta tahap refleksi. Subyek penelitian adalah siswa
kelas 4 SDN Kutowinangun 12 yang berjumlah 19 siswa. Teknik pengumpulan data berupa
teknik tes dan teknik nontes. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif
komparatif dengan persentase yaitu teknik yang membandingkan hasil belajar IPS antara
siklus I dan siklus II berdasarkan ketuntasan hasil belajar dan skor minimum, skor maksimum
dan skor rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan
melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12
Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016 terbukti.Hal ini ditunjukkan pada
perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan belajar melalui model pembelajaran
TGT dan pendekatan PBL antara siklus I dan siklus II adalah 10; 16. Skor minimum adalah
67; 87. Skor maksimum adalah 97;100. Skor rata-rata adalah 87; 94,21. Penelitian ini
dinyatakan berhasil, yang ditunjukkan oleh jumlah siswa yang tuntas 84% ≥ 80% dari seluruh
siswa yang ditetapkan dalam indikator kinerja.
Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) dan Pendekatan Problem Based Learning (PBL),
Hasil Belajar IPS.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
2
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Salah satu
kompetensi profesional guru yaitu mensyaratkan guru untuk mendesain pembelajaran inovatif
dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, dan teknik mengajar yang kreatif.
Namun, untuk menyiapkan pembelajaran dengan menggunakan model maupun pendekatan
yang kreatif, guru tentu memerlukan waktu yang cukup untuk mempersiapkan media, materi,
dan alat peraga lainnya untuk menunjang pembelajaran sesuai dengan model atau pendekatan
yang digunakan. Sedangkan, guru kelas di sekolah dasar umumnya mengajarkan semua mata
pelajaran, tentu guru akan mengalami kesulitan untuk membagi waktu mengajar, terutama
untuk mempersiapkan pembelajaran dengan model tertentu.
Pembelajaran yang terjadi di kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga saat mempelajari
KD 2.2, guru menggunakan metode ceramah dengan kurangnya pemberian motivasi kepada
siswa untuk aktif bertanya, dan mengemukakan pendapat ketika kegiatan pembelajaran
berlangsung. Hal tersebut terjadi, dikarenakan guru belum mendesain pembelajaran yang
membuat siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal lain ditunjukkan dengan
hasil belajar siswa yang rendah. Hasil belajar siswa yang rendah dapat dilihat dari nilai
ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPS tentang materi koperasi yang menunjukkan
nilai rata-rata kelas 30,13 dengan nilai tertinggi 35 dan nilai terendah 22,5, sehingga hasil
belajar IPS siswa 100% tidak tuntas.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penilitian yang dilakukan oleh Astutik, Tri dan
Abdullah, M.Husni (2013) yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa Sekolah Dasar
Negeri Klantingsari I Tarik-Sidoarjo kelas IV”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data
hasil belajar siswa pada siklus I: 47,61%, siklus II: 76,19% dan siklus III: 90,47%. Pada siklus
III telah mengalami peningkatan rata rata nilai yang telah dicapai adalah 82,57 dan ketuntasan
klasikal 90,47%. Dengan demikian target peneliti telah terpenuhi yaitu 80% dan pembelajaran
dinyatakan tuntas sehingga penelitian dihentikan sampai siklus III.
Mengacu pada penelitian sebelumnya, maka dilakukan penelitian dengan
menggunakan pendekatan juga ditambah model dan variabel terikat yang sama. Adapun
indikator yang dinilai yaitu menerima 1 jenis permasalahan sosial didaerahnya, diskusi
pemecahan masalah, bermain game tanya jawab dimeja turnamen, terampil membuat laporan,
menerima penghargaan, dan terampil merefleksi.
Tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran TGT dan
3
pendekatan PBL siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun pelajaran
2015/2016.
Manfaat penelitian ini diharapkan untuk mengembangkan pembelajaran IPS melalui
model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL serta hasil belajar IPS. Bagi siswa, terlibat
dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL, serta
meningkatkan hasil belajar IPS. Bagi guru, meningkatkan keterampilan mendesain
pembelajaran IPS melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL, dan melakukan
pengukuran hasil belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 4. Bagi
sekolah, mendorong dan memfasilitasi guru menggunakan model pembelajaran TGT dan
pendekatan PBL dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dan meningkatkan hasil
belajar IPS. Bagi pemerintah, menyediakan guru-guru khusus mata pelajaran di sekolah dasar,
sehingga guru kelas maupun guru yang bersangkutan dibidangnya memiliki waktu yang
cukup untuk mendesain dan mempersiapkan pembelajaran yang kreatif dengan menggunakan
model maupun pendekatan tertentu untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB
sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan
generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS
memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Mata pelajaran IPS dirancang untuk
mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis.
Mata Pelajaran IPS dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi di
SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri,
memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat
yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS yang termuat dalam Permendiknas No. 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi, meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Manusia, tempat, dan lingkungan
2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
4
3. Sistem sosial dan budaya
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran IPS kelas 4 semester
II sebagai berikut:
Tabel 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Pembelajaran IPS Kelas 4 Semester II
Sumber: Permendiknas No.22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Menurut Slavin, Robert E (2005:163), menyatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe TGT menggunakan permainan akademik. Para ahli Frank Lyman dan Spencer
Kagan (Anita Lie, 2002:56), menyatakan bahwa “Model TGT (Teams Games Tournament)
mengandung kegiatan-kegiatan bersifat permainan”. Sedangkan menurut Nugroho, Dian
Rizki dan Rachman, A (2013:2), menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa sebagai tutor sebaya,
mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung
reinforcement.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas mengenai pengertian TGT, dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model
pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur permainan akademik yang mengandung
reinforcement dan melibatkan siswa sebagai turor sebaya.
Langkah-langkah Model Pembelajaran TGT
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT seperti yang diakses pada
alamat berikut ini: (http://sakinahninaarz009.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-jenis-dan-
langkah-langkah.html), menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran TGT sebagai
berikut:
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2.Mengenal sumber daya alam,
kegiatan ekonomi, dan kemajuan
teknologi dilingkungan
kabupaten/kota dan provinsi
2.1. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan
dengan sumber daya alam dan potensi lain
didaerahnya
2.2. Mengenal pentingnya koperasi dalam
meningkatkan kesejahteran masyarakat
2.3. Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi, dan transportasi serta pengalaman
menggunakannya
2.4. Mengenal permasalahan sosial didaerahnya
5
1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,
menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang
LKS yang dibagikan kepada kelompok.
2. Belajar dalam kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria
kemampuan (prestasi) peserta didik. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6
orang peserta didik.
3. Permainan
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan
materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari
penyajian kelas dan belajar kelompok.
4. Pertandingan atau Lomba (Tournament)
Tournament atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan
terjadi.
5. Penghargaan kelompok
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru mengumumkan kelompok yang
menang dan masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-
rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Slavin, Robert E (2005:166-170), yang
menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut:
1. Presentasi Kelas
Presentasi kelas merupakan penyampaian materi yang dilakukan guru kepada
siswa. Dalam tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan
memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep yang dipelajari.
2. Tim
Tim terdiri dari 4 atau 5 orang siswa heterogen.Dalam kegiatan kelompok ini para
siswa bersama-sama mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan
saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
3. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi dikelas dan
pelaksanaan kerja tim.
4. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Para siswa
memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja
turnamen tiga peserta.
5. Rekognisi Kelompok
Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan
direkognisi apabila mereka berhasil melampau kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dari beberapa
pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam penerapan model
pembelajaran TGT sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
3. Guru menyampaikan pokok materi
6
4. Guru menjelaskan tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok
5. Guru membagi kelompok-kelompok masing-masing 5 sampai 6 orang
6. Siswa berdiskusi dalam kelompok
7. Siswa bermain game pertanyaan yang diberikan dari penyajian kelas dan belajar
kelompok
8. Siswa bertanding dengan menggunakan meja turnamen
9. Siswa menentukan skor tim
10. Guru memberi penghargaan
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja (2011:72)
adalah sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran TGT, siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan
menggunakan pendapatnya.
2. Rasa percaya diri yang dimiliki siswa menjadi lebih tinggi
3. Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil
4. Motivasi belajar siswa bertambah
5. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi baik antar siswa maupun
antar siswa dengan guru
7. Siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya, selain itu
dengan adanya kerja sama akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi
hidup dan tidak membosankan
Kelemahan model pembelajaran tipe TGT menurut Taniredja (2011:72) adalah
sebagai berikut: 1. Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta
menyumbangkan pendapatnya
2. Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran karena pembelajaran dengan
model TGT membutuhkan waktu yang lama, kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau
guru tidak dapat mengelola kelas
Pendekatan Pembelajaran PBL
Menurut Sanjaya (2006: 212), PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pengertian
PBL yang lain yaitu “Problem-based learning (PBL) is a method of learning in which
learners first encounter a problem followed by a systematic,learner-centered inquiry and
reflection process” (Teacher & Educational Development, 2002:2). Artinya: problem-based
learning (PBL) adalah suatu metode pembelajaran dimana pembelajar bertemu dengan suatu
masalah yang tersusun sistematis; penemuan terpusat pada pembelajar dan proses refleksi
(Teacher & Educational Development, 2002:2). Menurut Slameto (2015:430), mengatakan
bahwa Problem Based Learning adalah pembelajaran yang melatih dan mengembangkan
kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari
kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.
7
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian PBL di atas, dapat
disimpulkan bahwa PBL adalah pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan
untuk proses penyelesaian suatu masalah otentik kehidupan aktual siswa secara ilmiah, yang
tersusun sistematis dan penemuan terpusat pada pembelajar, dan proses refleksi yang
merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Langkah-langkah pendekatan pembelajaran PBL
Langkah-langkah pembelajaran PBL menurut Rusmono (2012:81) sebagai berikut:
1. Mengorganisasikan siswa kepada masalah
Pada tahap ini, guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran,
mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa
agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada tahap ini, guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan dan solusi.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya
Pada tahap ini, guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan
hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video dan model, serta
membantu mereka berbagi karya mereka.
5. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyidikan dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Pendapat serupa juga disampaikan Arends (Mahardika, 2011), menyebutkan langkah-
langkah penerapan PBL adalah sebagai berikut:
1. Orientasi siswa terhadap masalah autentik
Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.
2. Mengorganisasi peserta didik
Pada tahap ini guru membagi peserta didik kedalam kelompok, membantu peserta
didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah.
3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya/diskusi
Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas
dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Hal serupa juga disampaikan Arends. Richard I (2008:57), menyebutkan langkah-
langkah penerapan pendekatan pembelajaran PBL sebagai berikut:
8
1. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa
Pada tahap ini guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai
kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam
kegiatan mengatasi masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-
tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.
3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat,
melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak
yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model, dan membantu
mereka untuk menyampaikannya kepada oranglain.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan
proses-proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan ketiga pendapat tentang langkah-langkah pendekatan PBL diatas, dapat
urutkan langkah-langkah pendekatan PBL berikut ini:
1. Siswa menyimak tujuan pembelajaran
2. Siswa menerima masalah
3. Siswa melaksanakan investigasi
4. Siswa menganalisis data
5. Siswa membuat laporan
6. Siswa melakukan refleksi atas penyelidikan
Kelebihan Problem Based Learning (PBL) menurut Endriani (2011), yaitu solving realistik
dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inquiri siswa, retensi
konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan problem solving. Sedangkan kekurangan Problem Based
Learning (PBL) adalah persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, sulitnya
mencari problem yang relevan, sering terjadi mis konsepsi, dan memerlukan waktu yang cukup
panjang.
Langkah-langkah pada model TGT dan pada pendekatan PBL adalah sebagai berikut:
1. Siswa menyimak tujuan dan tugas pembelajaran
2. Siswa menyimak materi
3. Siswa menerima masalah
4. Siswa membentuk kelompok masing-masing 5-6 orang
5. Siswa mengumpulkan informasi
6. Siswa berdiskusi memecahkan masalah berdasarkan analisis data
9
7. Siswa bermain game berupa tanya jawab dengan menggunakan meja
turnamen
8. Siswa menentukan skor tim
9. Siswa membuat laporan
10. Siswa menerima penghargaan
11. Siswa melakukan refleksi pelaksanaan pembelajaran
Hasil Belajar
Menurut Widiyoko, Eko Putro (2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait
dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik
menggunakan tes maupun non-tes. Sedangkan, menurut Arikunto (2003:114-115), hasil
belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berpikir) terutama
dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal serupa juga dikemukakan Bloom (Suprijono,
2012:6), mengatakan bahwa: hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Domain kognitif meliputi: knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman,
menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk, bangunan baru), dan
evaluation (menilai). Domain afektif meliputi: receiving (sikap menerima), responding (memberikan
respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Sedangkan domain
psikomotor meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai definisi hasil belajar di atas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segala upaya yang menyangkut aktivitas proses
berpikir yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diukur dengan teknik
tes dan non-tes.
Kerangka Berpikir
Model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL merupakan salah satu cara belajar
yang membuat siswa aktif dan melibatkan siswa berpikir tingkat tinggi dalam menyelidiki
masalah dan terampil untuk memecahkan masalah dalam materi pembelajaran. Dalam
pelaksanaan pembelajaran melalui model TGT dan pendekatan PBL dikelas, mula-mula siswa
menyimak tujuan dan tugas pembelajaran yang disampaikan oleh guru, kemudian siswa
menyimak materi dari KD 2.4, siswa menerima 1 masalah sosial dari materi yang dijelaskan
oleh guru, siswa membentuk kelompok masing-masing 5, pembentukan kelompok secara
heterogen baik dari gender,maupun tingkat kemampuan siswa; siswa mengumpulkan
informasi dari tugas yang diterima; siswa berdiskusi memecahkan masalah dengan
menganalisis data, kegiatan diskusi bersama teman; siswa bermain game dengan tanya jawab
10
dimeja turnamen, guru membagi siswa ke dalam 4 tim turnamen yang dibagi berdasarkan
tingkat kemampuan siswa; siswa menentukan skor tim, skor yang diperoleh tim ditentukan
berdasarkan jumlah kartu yang diperoleh atau yang terjawab ketika bermain game; siswa
membuat laporan dari hasil bermain game; langkah selanjutnya adalah siswa menerima
penghargaan dari guru berdasarkan skor yang diperoleh kelompok; dan siswa melakukan
refleksi pelaksanaan pembelajaran. Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model
Pembelajaran TGT dan Pendekatan PBL sebagai berikut.
Gambar 1
Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model
Pembelajaran TGT dan Pendekatan PBL
Skor
Hasil
belajar
Skor
Tes
Butir Skor
Kognitif
KD IPS: 2.4. Mengenal Permasalahan Sosial
didaerahnya
1. Menyimak tujuan dan tugas pembelajaran
2. Menyimak materi tentang permasalahan
sosial
3. Menerima satu jenis permasalahan sosial
didaerah
4. Membentuk kelompok @ 5 orang
5. Mengumpulkan data permasalahan sosial
6. Berdiskusi memecahkan masalah sosial
berdasarkan analisis data
7. Bermain game berupa tanya jawab dimeja
turnamen
8. Menentukan skor tim
11. Refleksi pelaksanaan pembelajaran
PENGUKURAN
10. Menerima penghargaan
9. Membuat laporan
TES
Menerima
Diskusi
Pemecahan
Masalah
Bermain dan
Turnamen
Menerima
penghargaan
Terampil
merefleksi
Rubrik
Afektif
Skor
Nontes
Rubrik Psikomotor
Model Pembelajaran TGT dan Pendekatan
PBL
Terampil
membuat laporan
11
Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL siswa kelas 4
SDN Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Kecamatan Tingkir Kota
Salatiga pada semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga sebanyak
19 siswa terdiri dari 11 laki-laki, dan 8 perempuan. Variabel penelitian terdiri dari variabel
bebas yakni model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL, sedangkan variabel terikat yakni
hasil belajar IPS.
Model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL adalah pembelajaran IPS dengan KD
2.4 Mengenal Permasalahan Sosial didaerahnya melalui langkah-langkah yakni menerima
masalah, berdiskusi memecahkan masalah, bermain game dimeja turnamen, membuat
laporan, menerima penghargaan, refleksi pelaksanaan pembelajaran.
Hasil belajar adalah besarnya skor dari hasil pengukuran afektif, kognitif dan
psikomotor melalui teknik tes dan non-tes.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action
Research). PTK ini menggunakan model spiral dari C. Kemmis dan Mc. Taggart dengan
prosedur penelitian menggunakan 2 siklus, dalam setiap siklus terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, serta tahap refleksi. Prosedur
penelitian dengan PTK model spiral dari C.Kemmis dan Mc. Taggart dalam Arikunto
(2010:132) dapat digambarkan melalui sebagai berikut.
Gambar 2
PTK Model Spiral dari C. Kemmis dan Mc. Taggart
12
Adapun penjabaran 3 tahap dalam siklus pelaksanaan penelitian menurut model spiral
dari C. Kemmis dan Mc. Taggart sebagai berikut.
Siklus I
Siklus I terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan observasi,
serta tahap refleksi. Adapun penjelasan ketiga tahap berikut ini.
Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah menemukan permasalahan
pembelajaran. Berdasarkan permasalahan pembelajaran yang ditemukan, dilakukan analisis
masalah dan dari analisis masalah disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta
perangkat pembelajaran IPS yang disajikan pada lampiran 1 dengan KD 2.4 Mengenal
Permasalahan Sosial didaerahnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam siklus I
disiapkan untuk dua kali pertemuan. Selain membuat RPP, juga menyiapkan media yang
akan digunakan dalam pembelajaran ini berupa gambar jenis masalah sosial dalam
powerpoint yang disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I_2, kartu
masalah yang disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I_3, serta
kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang digunakan dalam game turnamen disajikan pada
lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I_5, membuat sertifikat penghargaan untuk
siswa pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II_6, membuat perangkat
penilaian yang berupa kisi-kisi penilaian siklus I, membuat instrumen berupa butir soal siklus
I disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I_7, membuat rubrik
pengamatan sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa siklus I; membuat lembar
observasi aktivitas tindakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL untuk guru kelas
4 siklus I yang disajikan pada lampiran 3, membuat lembar observasi aktivitas tindakan model
pembelajaran TGT dan pendekatan PBL untuk siswa kelas 4 siklus I yang disajikan pada
lampiran 5.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menerapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh
peneliti langsung. Selain itu, dalam tahap ini juga dilakukan kegiatan observasi sebagai sarana
pengumpulan data tindakan penelitian.
Refleksi
Tahap refleksi dilakukan setelah pelaksanaan tindakan dan observasi pada siklus 1. Refleksi
13
ini dilakukan untuk menganalisis hasil observasi serta pencapaian hasil belajar siswa,
mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan.
Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan perbaikan dalam penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun alat evaluasi yang akan digunakan dalam Siklus II.
Siklus II
Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah menemukan permasalahan
pembelajaran. Berdasarkan permasalahan pembelajaran yang ditemukan, dilakukan analisis
masalah dan dari analisis masalah disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta
perangkat pembelajaran IPS yang disajikan pada lampiran 2 dengan KD 2.4 Mengenal
Permasalahan Sosial didaerahnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam siklus II
disiapkan untuk dua kali pertemuan. Selain membuat RPP, juga menyiapkan media yang
digunakan dalam pembelajaran seperti; gambar contoh perusakan hutan dan pencemaran
lingkungan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II_2, video pencemaran
lingkungan yang terdiri dari video penebangan hutan, video polusi udara, air dan tanah yang
disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II_3, kartu soal dan kartu
jawaban dalam game disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II_4,
membuat sertifikat penghargaan untuk siswa pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran
siklus II_5, membuat perangkat penilaian yang berupa kisi-kisi penilaian siklus II, membuat
instrumen berupa butir soal sikus II disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran
siklus II_6, serta membuat rubrik pengamatan sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil
belajar siswa siklus II, membuat lembar observasi aktivitas tindakan model pembelajaran
TGT dan pendekatan PBL untuk guru kelas 4 siklus II yang disajikan pada lampiran 4;
membuat lembar observasi aktivitas tindakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL
untuk siswa kelas 4 siklus II yang disajikan pada lampiran 6.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tahap-tahap dalam kegiatan ini adalah mengimplementasikan RPP yang telah disusun dalam
pembelajaran dikelas. Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan
penelitian. Kegiatan ini dilakukan oleh guru kelas yang berkolaborasi dan dibantu rekan
sejawat disekolah sebagai observer dan waktunya bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Refleksi
Refleksi dalam siklus II ini dilakukan sama seperti refleksi pada siklus II. Refleksi ini
dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan pembelajaran yang
14
telah ditentukan, hasil tindakan serta hambatan-hambatan yang dihadapinya. Hasil refleksi ini
berguna untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila jumlah siswa yang
mencapai KKM ≥ 90 tuntas sebanyak ≥ 80 % dari seluruh siswa kelas 4 untuk mata pelajaran
IPS.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif komparatif
yang membandingkan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan, skor minimum, skor
maksimum, dan skor rata-rata siklus I dan siklus II.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian observasi aktivitas tindakan menggunakan model pembelajaran TGT
dan pendekatan PBL yang dilakukan oleh guru untuk siklus I dan siklus II, nampak bahwa
adanya peningkatan aktivitas yang signifikan disetiap pertemuan siklus I maupun siklus II
yang dilakukan oleh guru kelas 4. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase aktivitas yang
dilakukan oleh guru pada siklus I pertemuan 1 mencapai 91,7% atau dapat dikatakan dari 12
indikator keseluruhan, 11 indikator sudah dilakukan dengan baik oleh guru kelas 4. Namun,
guru kurang maksimal membimbing siswa diskusi pemecahan masalah. Tetapi, pada
pertemuan ke 2 semua indikator / 12 indikator sudah dilakukan dengan baik dengan
persentase 100%. Hal serupa juga dilakukan oleh guru pada siklus II, dan menunjukkan
bahwa setiap indikator sudah dilakukan dengan baik pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2.
Aktivitas tindakan menggunakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL juga
dilakukan oleh siswa kelas 4. Hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa siswa belum
maksimal melakukan diskusi pemecahan masalah dan belum lengkap menjelaskan definisi
masalah sosial. Dari 12 indikator aktivitas yang dinilai, terdapat 10 indikator yang dilakukan
oleh siswa saat kegiatan pembelajaran dengan persentase 83% pada pertemuan 1 meningkat
pada pertemuan 2 sebesar 100 %. Namun, pada siklus II, semua indikator tindakan sudah
dilakukan siswa dengan baik dengan persentase 100%. Maka, dapat dikatakan bahwa aktivitas
tindakan guru dan siswa dengan menggunakan model pembelajaran TGT dan pendekatan
PBL mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Berikut disajikan perbandingan distribusi frekuensi hasil belajar IPS berdasarkan
ketuntasan siswa siklus I dan siklus II melalui tabel 2.
15
Tabel 2
Perbandingan Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Berdasarkan
Ketuntasan Siswa Kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus I dan Siklus II
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPS
siswa dari siklus I ke siklus II dengan ditunjukkan bahwa pada siklus I jumlah siswa yang
tuntas sebanyak 10 siswa (38,47%), sedangkan pada siklus II jumlah siswa tuntas sebanyak
16 (61,53%). Berikut ini disajikan secara rinci skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-
rata siswa melalui tabel 3.
Tabel 3
Perbandingan Deskripsi Hasil Belajar IPS Berdasarkan Skor Minimum,
Maksimum dan Skor Rata-Rata Siswa Kelas 4 SDN Kutowinangun 12
Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016
Siklus I dan Siklus II
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa skor minimum pada siklus 1 sebesar
67 dan pada siklus 2 sebesar 87. Adapun perolehan skor maksimum pada siklus I 97 dan
siklus II sebesar 100. Sedangkan skor rata-rata pada siklus 1 sebesar 87 dan pada siklus 2
sebesar 94,21. Dapat dikatakan bahwa skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-rata dari
siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan siswa disajikan melalui gambar
3 Diagram batang peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12
Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus I dan Siklus II berikut ini.
Siklus Ketuntasan
Frekuensi Persentase (%)
Siklus 1 10 38,47
Siklus 2 16 61,53
Jumlah 26 100
Deskripsi Siklus I Siklus II
Skor Minimum 67 87
Skor Maksimum 97 100
Skor Rata-rata 87 94,21
16
Sumber: Data Primer
Gambar 3
Diagram Batang Hasil Belajar IPS Berdasarkan Ketuntasan Siswa
Kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga Semester II
Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan diagram batang hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan Siswa
kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga pada gambar 3, menunjukkan bahwa adanya
peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I ke siklus II, hal ini terlihat dari persentase
ketuntasan hasil belajar siklus I yang semula 10 siswa tuntas meningkat sebesar 31 %
disiklus II mencapai 16 siswa tuntas. Peningkatan presentase ketuntasan hasil belajar
IPS siswa, karena dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
TGT dan pendekatan PBL.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran TGT dan
pendekatan PBL siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun
pelajaran 2015/2016 terbukti. Hal ini ditunjukkan oleh perbandingan hasil belajar IPS
berdasarkan ketuntasan belajar melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL
antara siklus I dan siklus II adalah 10; 16. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan
skor minimum antara siklus I dan siklus II adalah 67; 87. Perbandingan hasil belajar
IPS berdasarkan skor maksimum antara siklus I dan siklus II adalah 97;100.
Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan skor rata-rata antara siklus I dan siklus II
adalah 87; 94,21. Penelitian ini dinyatakan berhasil, yang ditunjukkan oleh jumlah
10
16
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
Siklus I Siklus II
Fre
kue
nsi
17
siswa yang tuntas sebesar 84% ≥ 80% dari seluruh siswa seperti yang ditetapkan
dalam indikator kinerja.
Saran
Berdasarkan hasil penelitiaan PTK di kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga
semester II tahun pelajaran 2015/2016. Maka saran yang diberikan sebagai berikut:
Siswa hendaknya terlibat dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran TGT dan pendekatan PBL untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Guru
hendaknya dapat mendesain pembelajaran IPS melalui model pembelajaran TGT dan
pendekatan PBL serta melakukan pengukuran hasil belajar. Sekolah sebaiknya
memotivasi dan memfasilitasi guru agar dapat memberikan pembelajaran kepada
siswa dengan menggunakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL, sehingga
dapat meingkatkan hasil belajar IPS siswa. Pemerintah hendaknya menyediakan guru-
guru bidang studi di sekolah dasar, sehingga guru dapat memiliki waktu yang cukup
untuk mendesain dan mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan model dan
pendekatan tertentu untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi
ketujuh.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Astutik, Tri. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa
Sekolah Dasar. Skripsi. Dipublikasi. Surabaya: FKIP FIP Universitas Negeri
Surabaya.
Fitriananingsih, Mei Erayanti.2013.Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui
Pendekatan Berbasis Masalah Siswa Kelas V SD Negeri Ngepungrejo 02
Pati Semester 1 Tahun 2013/2014. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen
Satya Wacana.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis
dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman: 197-199 Cetakan
keempat.
18
Indriana, Yunita. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team-Game-Turnament (TGT) Dalam Pembelajaran PKn
Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 2 Tegowanu Kulon Kec. Tegowanu
Kab. Grobogan Tahun Pelajaran 2012/2013.Skripsi.
Nugroho, Dian Riski dan Rachman, A. 2013. Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe (Teams Games Tournament) TGT terhadap Motivasi Siswa
Mengikuti Pembelajaran Bolavoli di kelas X SMAN 1 Panggul Kabupaten
Trenggalek. Skripsi. Dipublikasi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Jakarta: Badan Nasional Pendidikan.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat 1. Jakarta:
Badan Nasional Pendidikan,
Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Badan Nasional
Pendidikan.
Slameto. 2015. Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana
University Press.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:
Nusa Media.
Suryanto, Adi. Dan Tedjo Djatmiko.2009. Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Taniredja, Tukiran, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep, Landasan,
dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Halaman 83-87
Wahyudi.2011. Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Melalui
Penerapan Problem- Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika.
Salatiga: SCHOLARIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Ke-SD-an (2011) Vol.1,
No.1, Mei.
Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar.
Salatiga: Widya Sari Press.
(http://sakinahninaarz009.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-jenis-dan-langkah-
langkah.html) langkah-langkah TGT diakses 27 februari 2016