Apresiasi masyarakat terhadap kegiatan ecovillage di desa Majakerta Majalaya
-
Upload
journalist -
Category
News & Politics
-
view
242 -
download
6
description
Transcript of Apresiasi masyarakat terhadap kegiatan ecovillage di desa Majakerta Majalaya
Warta Eco Village
KEGIATAN TALKSHOW terakhir DI kECAMATAN MAJALAYA
(Apresiasi Masyarakat Terhadap Kegiatan Eco Village di Kecamatan
Majalaya)
Pada tanggal 7 Juni 2014 kemarin merupakan rangkaian terhakhir acara Talkshow Eco
Village yang bertempat di halaman GOR Koni Majalaya, Desa Majakerta, Kecamatan
Majalaya, Kabupaten Bandung. Talkshow tersebut bertemakan “Pengelolaan Sampah dan
Pelestarian Sungai Citarum”. Kecamatan Majalaya ini terdiri 11 desa, Yakni desa Neglasari,
Wangisagara, Padamulya, Sukamukti, Padaulun, Biru, Sukamaju, Majalaya, Majasetra,
Majakerta dan Bojong.
Kecamatan Majalaya memiliki berbagai masalah dalam menangani permasalahan
membangun kampung berbudaya lingkungan. Namun setelah adanya kegiatan riungan warga
bersama fasilitator yang sudah berjalan sebanyak 7 kali, Kini masyarakat Majalaya terbuka
akan pengetahuan mengenai bagaimana cara mengelola sampah organik, non organik dan lain
sebagainya. Bukti nyata dengan adanya kegiatan Eco Village di Kecamatan Majalaya seluruh
peserta Talkshow dari 11 desa ini membawa kreasi mereka masing-masing untuk
dipertontonkan ke masyarakat luas. Kreasi tersebut diantarnya: Tas, baju, mahkota, bunga-
bunga yang terbuat dari plastik daur ulang, dan masih banyak lagi.
Kegiatan yang diadakan di Kecamatan Majalaya diantaranya rampak sekar lagu
Citarum. Penampilan fashion show daur ulang sampah. Pembahasan hasil riungan kelompok
Eco Village di kecamatan Majalaya, dengan ini menghadirkan narusumber dari pihak
Kecamatan setempat, Fasilitator, BPLHD, dan lomba menyanyikan lagu sungai Citarum yang
diikuti oleh seluruh kader kelompok Eco Village . Acara tersebut berjalan tanpa ada aral
melintang.
1 | B P L H D J A B A R
Warta Eco Village
Yosep Nugraha selaku camat Majalaya merasa berbahagia dengan adanya
lagi melihat antusias masyarakat Majalaya
dalam memeriahkan acara Talkshow Eco
Village. Itu berarti masyarakat Majalaya
terbangkitkan kembali semangatnya untuk
peduli terhadap lingkungan. “Semangat
masyarakat dan apresiasi masyarakat
merupakan langkah awal dan kunci sukses
untuk kedepannya,” jelas Yosep.
Ada pun harapan yang disampaikan oleh Yosep Nugraha selaku Camat Majalaya
dengan adaya kegiatan Eco Village ini adalah diharapkan semua intansi terkait harus saling
mendukung. Supaya tidak adanya kata saling menyalahkan satau sama lain. Yaitu harus
adanya kekompakan, dalam mendukung kegiatan Eco Village ini harus adanya sebuah
Tindakan, setelah adanya Tindakan maka akan terpupuk sebuah Kebiasaan maka akan
lahirlah sebuah budaya peduli lingkungan. “Tindakan - Kebiasaan – Budaya, Maka kampung
berbudaya lingkungan pun akan tercipta,” itulah yang dipaparkan oleh camat Majalaya dalam
kesimpulan Talkshow kemarin. (pspbplhd).
Fashion Show dari Bahan Daur Ulang
Setiap desa mempunyai utusan masing-masing untuk memamerkan hasil karya dari
daur ulang sampah. Masyarakat Kecamatan Majalaya sadar bahwa sampah itu bukan lagi hal
2 | B P L H D J A B A R
Warta Eco Village
yang tidak ada manfaatnya lagi. Namun ternyata sampah yang dulu dianggap masalah kini
menjadi sahabat yang dapat menghasilkan uang dan mmberikan manfaat yang lebih. Dari 11
desa yang berada di kecamatan Majalaya ada beberapa peserta yang menarik perhatian. Hasil
karyanya patut kita acungkan jempol dalam berkarya membuat sesuatu yang beda dari
sampah daur ulang.
Ecep Juanda (40) berasal dari desa Padamulya menampilkan kreasinya dari sampah
tumbuhan. Encep memodifikasi motor bebek tua tahun 70-an dengan daur ulang sampah
tumbuhan. Semuanya berawal dari hobi dan tidak memerlukan biaya yang mahal. “Saya teh
ini semua berawal dari hobi memodifikasi motor. Konsep untuk motor ini adalah sampah
tumbuhan dan semua itu inspirasi sendiri bukan dari orang lain,” tutur Ecep.
Bahan-bahan yang digunakan
untuk mendapatkan hasil yang
diinginkan dan sesuai dengan
kebutuhan body motor itu sendiri.
Seperti kayu jati hasil memungut
digunakan untuk stang motor, selahan,
dan step motor. Cangkang salak, biji
padi, pete cina, hoe, batok kelapa,
bambu untuk membuat calung dan
bageudor pisang. Hasil modifikasi Ecep ini menarik perhatian dari berbagai kalangan
masyarakat. Pembuatan motor modifikasi dari sampah tumbuhan ini membutuhkan waktu
selama satu tahun lamanya. Dengan alasan bahwa Ecep harus mengumpulkan bahan-bahan
yang dibutuhkan sesuai dengan yang diinginkan. Namun alasan yang paling penting adalah
Ecep harus memiliki mood yang luar biasa. Karena untuk mendapatkan sebuah karya yang
bagus dan indah membutuhkan kesabaran ekstra dan mood yang besar pula. Motor unik karya
3 | B P L H D J A B A R
Warta Eco Village
Ecep itu dikerjakan secara manual dan sampah tumbuhan yang digunakan pun hasil dari
memungut dari kawasan sekitar.
Selain Ecep ada juga peserta
satu peserta yang menggunakan baju dari
koran bekas. Siswi kelas XI SMK LPPM 2
Majalaya. Proses pembuatan baju hasil dari
koran bekas itu tidak memerlukan waktu lama
hanya satu hari kurang. Meskipun karya
tersebut terlihat sederhana namun kita harus
lihat bahan dari yang digunakan yakni dari
koran bekas yang dianggap tidak ada nilai seni
dan daya jual. Anak remaja ini begitu lihai memamerkan baju karyanya, dia berlenggak
lenggok bak model dunia ternama. Setelah mendapatkan ilmu menangani daur ulang sampah
Risma semakin tertarik untuk menjaga lingkungan disekitar rumahnya. Apalagi di desa
Sukamaju sering mengalami banjir yang disebabkan oleh pendangkalan sungai, sampah yang
dibuang ke aliran sungai Citaum, dan limbah dari pabrik-pabrik dekat rumahnya.
Daur ulang plastik memang sudah tidak asing
lagi. Banyak yang bisa di lakukan dengan
sampah plastik. Namun pada saat acara fashion
show yaitu penampilan dari Lindayanti (34) dari
desa Sukamaju. Dia membuat gaun dari daur
ulang kantong plastik hitam. Dia menamai gaun
yang digunakannya adalah gaun barbie. Karena memang model gaun tersebut tidak jauh beda
dengan gaun-gaun yang digunakan oleh boneka barbie, yang membedakan hanya nya saja
bahannya itu sendiri dari sampah daur ulang.
4 | B P L H D J A B A R
Warta Eco Village
Ada pula penampilan yang sangat
mengemparkan dunia. Yakni mengalahkan
kecantikan para pencarian wanita-wanita
cantik nan cerdas seperti Putri Indonesia,
Miss Indonesia bahkan Miss Univers pun
kalah oleh kecantikan wanita yang satu ini.
Miss yang satu ini begitu lihai berlenggak-
lenggok memamerkan busana khas sunda,
tidak jauh beda dengan super model dunia
Nadiya Hutagalung . Hanya saja selendang dan mahkota yang membedakan dari Miss
Kecamatan Majalaya ini. Model tersebut bernama Amin (55) tanpa ada rasa canggung atau
pun malu, dia berpenampilan seperti nini-nini yang sudah berumur dan menggunakan kebaya
transparan dan samping jaman dulu. Dengan pita yang terbuat dari daur ulang sampah gelas
minuman plastik, serta selendang yang terbuat dari plastik-plastik kopi yang dikumpulkan.
Selendang tersebut bertuliskan “MISSKIN”. Itu semua dia lakukan untuk memeriahkan acara
Talkshow Eco Village di Kecamatan Majalaya. “Nini mah pede we ngange ieu teh, da gening
kanngo ngaramekeun acara Eco Village,” jelas Amin. (pspbplhd).
LOMBA MENYANYIKAN LAGU SUNGAI cITARUM
Perlu di ketahui mengenai lirik lagu sunda Sungai Citarum. Penulis lirik lagu sungai
Citarum ini merupakan salah satu fasilitator DARI BPLHD yakni Deni Riswandani (43).
Lagu mengenai sungai Citarum ini merupakan lagu wajib dalam lomba nyanyi sungai
5 | B P L H D J A B A R
Warta Eco Village
Citarum yang diadakan oleh fasilitator selaku panitia penyelenggara Talkshow Eco Vilage.
Setiap kelompok peserta menyaikan lagu Citarum ini dengan berbagai genre musik yang lagi
trend saat ini. Sehingga para pendengar dan penikmat lagu bisa mengikuti lirik lagu yang
dinyanyikan. Meskipun baru pertama kali mendengar lagu tersebut.
Lirik lagu sungai Citarum ini sebagai berikut:
Citarum
Citarum yang dulu harum
Peradaban budaya yang luhur
Citarum yang dulu subur
Kemakmuran cekungan Bandung
Citarum kini semakin strategis
Sumber listrik bagi Jawa dan Bali
Citarum sekarang sangat Terkenal
Tujuan wisata di Jawa Barat
Hulunya di gunung Wayang
Hilirnya kembong Bekasi
Dulu indah menawan
Kini elok lestari
6 | B P L H D J A B A R
Warta Eco Village
Perlu di garis bawahi penulis lirik lagu Citarum ini sama sekali tidak menjelaskan
keadaan sungai Citarum saat ini. Bukan berarti tanpa tujuan, semua itu ada tujuannya
tersendiri yaitu untuk mengenang bahwa jaman dulu sungai Citarum begitu makmur dan
subur. Penulis bertujuan untuk mengenang kembali kejayaan-kejayaan sungai Citarum.
Bukan hanya mengingat kondisi Citarum saat ini yang merupakan sungai terkotor sedunia.
“Kenapa saya hanya terpaku mengenai Citarum yang dulu dalam lirik lagu saya, tiada lain
kapan lagi kita akan merasa bangga dengan Citarum yang dulu, kini Citarum yang diingat
hanya kejelekan-kejelekannya. Saya sangat prihatin melihat kondisi Citarum saat ini,”. Jelas
Deni.
Sebenarnya lagu sungai Citarum ini sudah dibuat semenjak tahun 2005 lalu. Namun
keberadaan lagu ini tidak booming di masyarakat bantaran sungai Citarum hanya segelintir
orang yang tahu saja. Kini lagu sungai Citarum ini merupakan lagu milik masyarakat yang
berada di bantaran sungai Citarum. Berbagai masalah yang menimpa sungai Citarum saat ini
merupakan fakta adanya. Namun dengan adanya lagu sungai Citarum tempo dulu, sebagai
manusia ciptaan tuhan kita harus bisa menjaga alam ini dari berbagai kerusakan dan
kejahatan manusia yang tak pernah merasa puas.
Deni Riswandani selaku Fasilitator Kecamatan Majalaya merasa bahagia dan
berbangga diri karena masyarakat Majalaya begitu antusias dalam menghadiri acara
Talkshow Eco Village. Setiap desa membawa kreasinya masing-masing dan itu merupakan
bukti nyata bahwa masyarakat kini peduli lingkungan. Selain itu juga kini masyarakat
mengerti apa itu Eco Village. Bahkan manfaat dari kegiatan Eco Village pun sudah dirasakan
oleh masyarakat. (pspbplhd)
7 | B P L H D J A B A R