apd2

download apd2

of 140

description

dfdfdf

Transcript of apd2

GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011

LAPORAN MAGANG

OLEH :

Yuni Ristiani

NIM : 107101001473

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2011 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Magang, April 2011

Yuni Ristiani, NIM : 107101001473

GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011

xii + 126 halaman, 7 tabel, 9 gambar, 3 bagan, 5 lampiran

ABSTRAK

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan perusahaan produksi tepung terigu, pasta, dan hasil produksi lainnya seperti bran pollard dan makanan ternak. Pest control merupakan suatu subdepartemen dari production facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain adalah pengasapan (fogging), penyemprotan (spraying), dan penggasan (fumigasi).

Kegiatan magang ini dilakukan di department security dan safety PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dan dilakukan selama 26 hari kerja dimulai pada tanggal 1 Februari28 Februari 2011. Penulis melakukan pengamatan di bagian pest control dengan cara pengumpulan data sekunder, wawancara, dan observasi lapangan.

Kegiatan yang dilakukan adalah pelaksanaan fogging dan spraying serta fumigasi. Potensi bahaya yang ada adalah bahaya kebakaran atau ledakan, terpapar bahan kimia, menghirup bahan kimia saat pencampuran, terpapar asap fogging dan cairan spraying, kebisingan, terjatuh di lantai yang sama, terjatuh dari tempat tinggi, tertimpa benda jatuh, terpapar gas fumigan, terjebak, mata terkena cairan spraying, badan terpapar asap fogging dan cairan spraying dan terhirup debu dengan pengendalian secara engineering yaitu pelaksanaan sistem Log Out-Tag Out, sistem izin kerja ruang terbatas, pembersihan area, dan pemasangan pagar pembatas. Secara administratif dengan penerapan shift kerja, rotasi kerja, training dan safety induction. Dan pengendalian dengan pemakaian APD. Jenis APD yang disediakan antara lain half-face respirator, full-face respirator, baju pelindung, sarung tangan karet, earplug, safety shoes, safety belt/body harness,dan topi pelindung dimana jenis APD tersebut sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada kecuali untuk topi pelindung dan earplug. Penyimpanan dan pemeliharaan APD dibagi menjadi dua, yaitu oleh

pekerja (kacamata keselamatan (goggles), safety shoes, baju pelindung, earplug, sarung tangan karet, dan topi pelindung) dan oleh perusahaan (half-face respirator dan full-face respirator dan safety belt/body harness). Pelatihan pemakaian APD telah dilakukan tetapi belum secara rutin. Pengawasan pemakaian APD dilakukan dengan cara observasi.

Adapun saran yang diberikan adalah pengawasan terhadap pemakaian APD terus dilakukan, melakukan pengawasan terhadap kelengkapan APD, mempertimbangkan kualitas APD dalam penyediaannya, memberikan sanksi dan reward bagi pekerja, melakukan pembinaan dan pelatihan secara berkala, dan melakukan pengawasan terhadap proses pekerjaan dan pekerja.

Daftar bacaan : 20 (1970-2010)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Magang

GAMBARAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) BERDASARKAN HASIL IDENTIFIKASI BAHAYA DI BAGIAN PEST CONTROL DIVISI BOGASARI FLOUR MILLS PT.INDOFOOD SUKSES MAKMUR, TBK TAHUN 2011

Telah disetujui, diperiksa, dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Magang Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 10 Mei 2011

Mengetahui

Iting Shofwati, ST, MKKKDiharto, SH

Pembimbing FakultasManager

Security & Safety Dept.

PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, Mei 2011

Penguji I,

Raihana Nadra Alkaff, M, MA

Penguji II,

Teten Abdullah, SE

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA DIRI

Nama: Yuni Ristiani

Tempat, Tanggal Lahir: Jakarta, 09 Juni 1989

Alamat: Jl. Sukarela Rt. 002 Rw. 03 No. 28

Peninggilan Ciledug Tangerang

Agama: Islam

Status: Belum Menikah

Telepon/Handphone: 08561967787

Email: [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

1995 1998SD Negeri 01 Kebon Jeruk

1998 2001SD Negeri 04 Peninggilan

2001 2004MTs. Jamiyyah Islamiyyah

2004 2007SMA Yadika 5 Joglo

2007 sekarangS1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, puji dan syukur saya ucapkan kepada Illahi Rabbi yang selalu memberikan kenikmatan yang tak terhingga kepada kita semua. Dengan memanjat rasa syukur atas segala nikmat dan rahmat-Nya hingga laporan magang yang berjudul

Gambaran Alat Pelindung Diri (APD) Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya di Bagian Pest Control Divisi Bogasari Flour Mills PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011 ini dapat tersusun dengan baik. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada baginda besar Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini.

Penulis laporan magang ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa doa, semangat, motivasi, bimbingan, dan petunjuk yang akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan magan ini. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Terima Kasih kepada My Lovely Family, kedua orang tua yang telah meberikan perhatian dan kasih sayangnya serta doa yang sangat luar biasa kepada saya, dan adik-adikku tersayang.

2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku kepala program studi kesehatan masyarakat yang mana senantasa berusaha agar prodi kesmasselalu menjadi yang terbaik.

3. Iting Shofwati, ST,MKKK selaku dosen pembimbing yang senantiasa membimbing meskipun disaat cuti melahirkan. Terima kasih atas kesabaran dan waktu yang telah diberikan.

4. Bapak Ghozali yang selalu bersedia mengantar hasil revisi laporan ke rumah Bu Iting.

5. Bapak Diharto, SH selaku manager security and safety department yang selalu membimbing pada saat melakukan magang selama satu bulan.

6. Bapak Muslich Riza, SKM yang juga membimbing penulis selama sebulan di Bogasari.

7. Untuk Pak Wasiran, Pak Tonny, Pak Pemilianto, Pak Agus, Pak Nurrahmat, Pak Eko yang bersedia didampingi oleh penulis setiap hari saat melakukan inspeksi.

8. Pak Teten Abdullah, SE an Ibu Raihana Nadra Alkaff M, MA yang telah bersedia datang menguji saat ujian magang.

9. Pak Joko dan seluruh pekerja di bagian Pest Control yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

10. Siska Yuniati dan Septi Harvita yang selama satu bulan tinggal bersama di kos bersama penulis.

11. Sahabat saya M. Arbi Ramadhan, Tamalia Rahmi F, Siska Yuniati, Pipit Bhayangkari, dan Septi Harvita atas dukungannya dan mudah-mudahankita lulus bareng-bareng dan sukses ya teman-teman, Amin.

12. Untuk Muhammad Iqbal yang selalu memberi dukungan setiap saat.

13. Untuk teman-teman K3 2007 semoga kita bisa wisuda tahun ini ya teman-teman.

Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin. Semoga laporan magang ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, Mei 2011

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK..........................................................................................i

PERNYATAAN PERSETUJUAN.................................................................................iii

PERNYATAAN PENGUJI................................................................................iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................................v

KATA PENGANTAR. ...............................................................................vi

DAFTAR ISI...................................................................................... viii

DAFTAR TABEL..............................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR. ...........................................................................................xiv

DAFTAR BAGAN..............................................................................................xv

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................1

1.1Latar Belakang..........................................................................1

1.2Tujuan .................................................................................5

1.2.1Tujuan Umum.................................................................................5

1.2.2Tujuan Khusus............................................................5

1.3Manfaat Magang....................................................................6

1.4Ruang Lingkup Magang................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ...........................................................................8

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja kerja................................................8

2.1.1 Definisi...............................................8

2.1.2 Kecelakaan Kerja.................................................................8

2.1.3Klasifikasi Kecelakaan Kerja...............................................9

2.2Pestisida....................................................................................10

2.2.1 Definisi ........................................................10

2.3 Pest control...........................................................................11

2.3.1 Definisi Pest control.............................................11

2.3.2 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pest control12

2.4 Bahaya..............................................................12

2.4.1 Definisi Bahaya............................................................12

2.4.2 Jenis-jenis Bahaya........................................................13

2.4.3 Sumber Bahaya.........................................................15

2.4.4Pengendalian Bahaya.................................. .........16

2.5 Risiko....................................................................................17

2.5.1 Definisi Risiko....17

2.5.2 Metode Identifikasi Risiko18

2.6 Alat Pelindung Diri (APD) ......................................20

2.6.1 Definisi APD.....................................................20

2.6.2Dasar Hukum Tentang APD............................................ 21

2.6.3Pertimbangan Pemilihan APD.................................23

2.6.4Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi. 23

2.6.5Jenis-jenis APD............................................................24

2.6.6 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya.33

2.7 Pemeliharaan APD...............................................38

2.8 Penyimpanan APD.......................................................38

2.9 Pengawasan APD.....................................................38

2.10 Training atau pelatihan APD...............................................................39

BAB III ALUR DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG....................................36

3.1 Alur Kegiatan Magang.....................................................41

3.2 Jadwal Kegiatan Magang.............................................................43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................42

4.1 Gambaran PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills........................47

4.1.1 Sejarah PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills47

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan50

4.1.3 Fasilitas Pabrik............................51

4.1.4 Kepegawaian dan Sistem Shift............................52

4.1.5 Gambaran Unit Security and Safety Department.... .53

4.1.6 Sistem Manajemen K3 PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills56

4.1.7 Gambaran Subdepartment Pest control ....57

4.1.8 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Subdepartment Pest control .58

4.1.9 Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pest control65

4.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya di Pest control67

4.3 Gambaran penerapan pengendalian yang dilakukan pada bagian pest control

....67

4.4 Potensi Bahaya pada Bagian Pest control69

4.4.1 Fogging dan spraying69

4.4.2 Fumigasi..........................................................81

4.5 Jenis-Jenis APD Yang Digunakan di Bagian Pest Control....91

4.5.1Topi Pelindung....................................................................91

4.5.2Kacamata (Safety Goggles) ...................................93

4.5.3Pelindung Telinga (earplug) .................................................95

4.5.4 Pelindung Tangan.......................................................96

4.5.5 Pelindung Pernapasan.............................................98

4.5.6Sepatu Safety.............................................................100

4.5.7 Pelindung Tubuh...................................................102

4.5.8 Sabuk Keselamatan (Safety Belt) ......103

4.6 Kesesuaian Jenis APD Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya....104

4.7 Pemeliharaan APD di subdepartment pest control...110

4.8 Penyimpanan APD di subdepartment pest control ....115

4.9 Pengawasan APD di subdepartment pest control .........118 4.10 Pelatihan pemakaian APD di subdepartment pest control......119

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......121

5.1 Simpulan .....121

5.2 Saran ......................125

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Nomor TabelHalaman

2.1 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya34

3.1 Jadwal Kegiatan Magang di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk43

Divisi Bogasari Flour Mills

4.1Jumlah Karyawan Berdasarkan Jenis Kelamin52

4.2Shift Kerja53

4.3Bahan-bahan pestisidayang digunakan pada pekerjaan Pest66

Control

4.4Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fogging dan Spraying PT.70

Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Tahun 2011

4.5Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fumigasi PT. Indofood Sukses83

Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011

DAFTAR GAMBAR

No.GambarHalaman

4.1Topi Pelindung93

4.2Goggles94

4.3Earplug96

4.4Sarung Tangan Berbahan Karet98

4.5Half-face respirator, Full-face Respirator, dan catridge100

4.6Safety Shoes102

4.7Baju dan Celana103

4.8Safety Belt104

4.9Safety helmet106

DAFTAR BAGAN

3.1Alur Kegiatan Magang41

4.1Struktur Organisasi Safety & Security Department PT. Indofood56

Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

4.2Struktur Organisasi Subdepartment Pest Control PT. Indofood58

Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1Surat Permohonan Praktek Kerja Lapangan

Lampiran 2Surat Pernyataan Penerimaan Magang

Lampiran 3Sertifikat Hasil Magang

Lampiran 4Material Safety Data Sheet

Lampiran 5Daftar Pertanyaan Mengenai APD

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu disiplin ilmu yang luas dengan banyak spesialisasi yang diterapkan, sebagai upaya pemeliharaan dan peningkatan derajat fisik, mental, dan sosial pekerja pada setiap jenis pekerjaan, mencegah munculnya dampak buruk terhadap kesehatan pekerja yang disebabkan kondisi kerja terhadap pekerja (ILO, 1996).

Indonesia hingga saat ini masih memiliki tingkat keselamatan kerja yang rendah jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang telah sadar betapa penting regulasi dan peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja ini untuk diterapkan. Kesadaran akan hal ini masih sangat rendah baik itu mulai dari pekerja hingga perusahaan atau pemilik usaha. Regulasi ini sangat penting untuk dilaksanakan dan dipatuhi dalam dunia kerja karena dapat mendatangkan manfaat yang positif untuk meningkatkan produktivitas pekerja dan mampu meningkatkan probabilitas usia kerja karyawan dari suatu perusahaan menjadi lebih panjang.

Menurut Estimasi International Labour Organization (ILO), sebanyak 2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan kerja tiap tahunnya. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Disamping itu, setiap tahunnya ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta terkena penyakit akibat kerja (PAK). Biaya yang harus dikeluarkan untuk bahaya-bahaya akibat kecelakaan kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian

yang dialami sebagai akibat kecelakaan-keselakaan kerja setiap tahunnya mencapai lebih dari US$ 1.25 triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto.

Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara global dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan perubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang teknologi maupun industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka konsekuensinya terjadi perubahan pola penyakit/kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan pekerjaan. Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan), faktor fisik (panas, bising, radiasi) dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang sangat penting yang perlu diperhatikan, stress, penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan lain-lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan pemecahan masalahnya hanya dari segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa memperhatikan akan pentingnya promosi dan pencegahan.

Penggunaan pestisida dalam pembangunan di berbagai sektor seperti pertanian, kesehatan masyarakat, perdagangan dan industri semakin meningkat. Pestisida terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Pada bidang pertanian termasuk pertanian rakyat maupun perkebunan yang dikelola secara profesional dalam skala besar menggunakan pestisida yang sebagian besar adalah golongan organofosfat. Demikian pula pada bidang kesehatan masyarakat pestisida yang digunakan sebagian besar adalah golongan organofosfat. Karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. Penggunaan pestisida di bidang pertanian saat ini memegang peranan penting.

Sebagian besar masih menggunakan pestisida karena kemampuannya untuk memberantas hama sangat efektif. Pestisida adalah bahan yang beracun dan berbahaya, yang bila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan. Dampak negatif tesebut akan menimbulkan berbagai masalah baik secara langsung ataupun tidak, akan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia seperti keracunan. Dampak negatif yang terjadi dari penggunaan pestisida pada pengendalian hama adalah keracunan, khususnya para pekerja yang sering/intensif menggunakan pestisida yang selama pekerjaannya terpapar dengan bahan pestisida.

Untuk mencegah maupun mengurangi terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada sektor pest control, maka perlu diutamakan adanya perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan tempat, peralatan dan lingkungan kerja. Namun kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya, sehingga digunakan Alat Pelindung Diri (APD).

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, Personal Protective Equipment atau Alat Pelindung Diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Dalam hirarki hazard control atau pengendalian bahaya, penggunaan alat pelindung diri merupakan metode pengendali bahaya paling akhir. Artinya, sebelum memutuskan untuk menggunakan APD, metode-metode lain harus dilalui terlebih dahulu, dengan melakukan upaya optimal agar bahaya atau

hazard bisa dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Sehingga angka kecelakaan kerja di tempat kerja berkurang.

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan perusahaan industri yang bergerak di bidang produksi gandum (wheat). Ada tiga jenis gandum yang diproduksi di Bogasari, yaitu Hard Wheat, Soft Wheat, dan

Durum Wheat yang mana kemudian gandum-gandum tersebut diproduksi menjadi tepung terigu, pasta, dan bahan pakan terneak (pellet).

Untuk menjaga kualitas hasil produksi yang baik dan layak untuk dijual ke pasaran, maka Bogasari juga memiliki bagian pest control yang bekerja untuk mencegah serta membasmi hama-hama yang dapat merusak hasil-hasil produksi tersebut. Pekerjaan yang dilakukan pada subdepartment tersebut antara lain yaitu pengasapan (fogging), penyemprotan (spraying), dan fumigasi yang mana dalam proses pekerjaannya menggunakan bahan kimia sebagai bahan dasarnya yang dapat menimbulkan bahaya bagi para pekerjanya. Dalam proses pelaksanaan pest control terdapat pekerjaan yang memiliki beberapa risiko untuk terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, diantaranya bahaya terpapar bahan kimia, bahaya kejatuhan benda, bahaya terjatuh dari tempat tinggi, kebakaran atau ledakan, area berdebu, dan kebisingan. Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui bagaimana gambaran Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan hasil identifikasi risiko bagian pest control divisi bogasari flour mills PT.Indofood Sukses Makmur, Tbk tahun 2011.

1.2 Tujuan

1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah untuk mengetahui gambaran Alat Pelindung Diri (APD) berdasarkan hasil identifikasi bahaya bagian pest control divisi bogasari flour mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.

1.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya Gambaran Umum Perusahaan, Unit K3, pest control, dan kegiatannya pada Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.

2. Diketahuinya potensi bahaya serta pengendaliannya pada bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.

3. Diketahuinya jenis-jenis alat pelindung diri yang digunakan pada bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.

4. Diketahuinya kesesuaian jenis alat pelindung diri berdasarkan hasil identifikasi bahaya bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.

5. Diketahuinya pemeliharaan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.

6. Diketahuinya penyimpanan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.

7. Diketahuinya pengawasan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.

8. Diketahuinya pelatihan alat pelindung diri pada pekerja bagian pest control Divisi Bogasari Flour Mills PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011.

1.3 Manfaat Magang

1.3.1 Bagi Mahasiswa

Dapat memperoleh pengetahuan tentang bagaimana gambaran alat pelindung diri di suatu perusahaan

1.3.2 Bagi Fakultas

Dapat memberikan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja dengan mengetahui bagaimana gambaran alat pelindung diri di suatu perusahaan

1.3.3 Bagi Institusi Magang

Dapat menjadi bahan masukan dan informasi dalam hal pemakaian APD demi meningkatkan kualitas dan kinerja serta mengurangi risiko terjadinya bahaya.

1.4 Ruang Lingkup Magang

Kegiatan magang dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan ini dilakukan di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Cilincing, Tanjung Priuk yang dilaksanakan pada tanggal 1-28 Februari 2011. Kegiatan magang ini sebagai salah satu mata kuliah wajib Program Studi Kesehatan Masyarakat dengan bobot 3 (tiga) SKS tujuannya agar mahasiswa dapat belajar secara langsung dengan mempelajari dan mengamati bagaimana gambaran pemakaian alat pelindung diri (APD) pada pekerja dengan cara pengumpulan data secara primer dan sekunder. Pengumpulan data secara primer dilakukan dengan metode wawancara, dan observasi lapangan. Penulis melakukan pengamatan di subdepartment pest control untuk melihat bagaimana gambaran pemakaian APD pada pekerja.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

2.1.1 Definisi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sarana utama untuk mencegah kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang mengakibatkan kerugian yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Adapun kecelakaan yang bersifat langsung dapat berupa luka ringan (memar, lecet, pendarahan ringan dan lain-lain) ataupun luka berat (luka tebuka, putus jari, pendarahan berat dan lain-lain) dan kematian sedangkan kerugian yang bersifat tidak langsung dapat berupa kerusakan mesin, proses produksi terhenti, kerusakan pada lingkungan dan biaya yang cukup besar yang harus dikeluarkan perusahaan akibat dari kecelakaan kerja. (Sumamur,1981).

2.1.2 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Tidak diharapkan oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan yang paling ringan sampai kepada yang paling berat. Sedangkan kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang terjadi dalam hubungan kerja atau sedang melakukan pekerjaan

di suatu tempat kerja. Kadang-kadang kecelakan akibat kerja diperluas ruang lingkupnya, sehingga meliputi juga kecelakaan-kecelakaan tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan atau transport ke dan dari tempat kerja. (Sumamur, 1994)

2.1.3Klasifikasi Kecelakaan kerja

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut jenis kecelakaan adalah sebagai berikut:

a. Terjatuh

b. Tertimpa benda jatuh

c. Tertumbuk atau terkena benda-benda, terkecuali benda jatuh

d. Terjepit oleh benda

e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

f. Pengaruh suhu tinggi

g. Terkena arus listrik

h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain yang belum masuk klasifikasi tersebut (Organisasi Perburuhan Internasional, 1962).

2.2 Pestisida

2.2.1 Definisi

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 yang dimaksud dengan Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk:

a. Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian

b. Memberantas hama air

c. Memberantas atau mencegah binatang-binatang atau jasad renik dalam rumah , bangunan dan alat-alat pengangkutan.

d. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan menggunakan pada tanah, air dan tanaman.

Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act, pestisida adalah:

a. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah, atau menangkis gangguan serangga, binatang mengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik lainnya yang terdapat pada manusia dan binatang.

b. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.

2.3 Pest Control

2.3.1 Definisi Pest Control

Pest control merupakan suatu pekerjaan jasa dalam pengendalian serangga yang keberadaannya tidak kita kehendaki. Adapun serangga yang dikendalikan terdiri dari 2 macam yaitu:

a. Serangga bersayap (flying insect) seperti nyamuk, lalat kecoa, ngengat dan lain-lain.

b. Serangga merayap (crawling insect) seperti semut, kutu, laba-laba, kelabang dan lain-lain.

Serangga-serangga di atas selain dapat mengganggu kenyamanan juga dapat menjadi penular penyakit dan membuat hasil pertanian menjadi rusak. Oleh karena itu perlu dilakukan pekerjaan pest control untuk memberantas dan menanggulangi gangguan hama/serangga tersebut.

Dalam pest control serangga dikendalikan sejak di tempat pembiakan (perindukan), tempat transit atau istirahat, dan di tempat mencari makanannya. Kebersihan dan sanitasi yang yang baik, diperlukan untuk menekan perkembangbiakan. Sedangkan pengendaliannya dilakukan dengan menggunakan insektisida untuk

mematikan serangga sasaran. Dosis yang tepat dan rotasi penggunaan insektisida menjamin keberhasilan yang baik dan mencegah terjadinya resistensi atau kekebalan pada serangga

2.3.2 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Pest Control

Tindakan pengendalian yang biasanya dilakukan oleh pest control adalah penyemprotan (spraying), pengembunan (misting), pengasapan (fogging), pengumpanan (baiting), pemberian bubuk (dusting), serta penggasan (fumigation). Tindakan pengendalian juga melibatkan penggunaan bahan kimia beracun (pestisida) sehingga hal ini menyebabkan tidak sembarang orang dapat melakukan kegiatan pest control . Hanya orang terlatih dan terdaftar yang dapat mengaplikasikan pestisida dengan cara dan dosis yang benar pada waktu yang tepat.

2.4 Bahaya

2.4.1 Definisi Bahaya

Menurut Sumamur (1981) bahaya adalah jenis sumber atau situasi yang mempunyai daya potensial yang dapat menyebabkan untuk mengakibatkan cidera atau gangguan kesehatan, kerusakan alat, kerusakan lingkungan ditempat kerja atau kontribusi dari hal-hal tersebut.

2.4.2 Jenis-jenis bahaya

Menurut Supriyadi (2005), berdasarkan kelompoknya, bahaya dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Health Hazard (Bahaya Kesehatan)

Health hazard merupakan suatu bahaya yang terdapat di lingkungan kerja yang mempunyai potensi untuk menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan, kesakitan, dan penyakit akibat kerja. Ciri-ciri health hazard antara lain:

a. Mempunyai potensi untuk menimbulkan kesakitan, gangguan kesehatan, dan penyakit akibat kerja.

b. Berada di lingkungan kerja dan memajan pekerja selama bekerja.

c. Umumnya dalam konsentrasi rendah.

d. Bersifat kronik.

e. Mempertimbangkan aspek besaran, konsentrasi, dan dosis.

Kelompok health hazard antara lain:

a. Physical hazard, yaitu bahaya yang berupa energi seperti kebisingan, radiasi, temperatur ekstrim, pencahayaan, getaran, tekanan udara, dan sebagainya.

b. Chemical hazard, yaitu bahaya yang berupa bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, maupun padat yang mempunyai sifat toksik, beracun iritan, asphxian, dan patologik.

c. Biological hazard, yaitu bahaya yang berasal dari mikroorganisme khususnya yang patogen (dapat menimbulkan kesehatan).

d. Ergonomi, yaitu bahaya yaang dapat menimbulkan gangguan kesehatan sebagai akibat dari ketidaksesuaian antara desain kerja dengan pekerja.

2. Safety Hazard ( Bahaya Keselamatan)

Bahaya keselamatan atau safety hazard merupakan bahaya yang terdapat di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan insiden, injury, baik pada manusia maupun pada proses kerja.

Ciri-ciri safety hazard antara lain:

a. Berpotensi untuk menimbulkan injury, cacat, gangguan pada proses, dan kerusakan alat.

b. Memajan bahaya hanya pada saat terjadinya kontak.

c. Dampak yang ditimbulkan langsung terlihat. Kelompok safety hazard antara lain:

a. Mechanical hazard, yaitu bahaya yang terdapat pada benda-benda atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan dampak seperti tertusuk, tergores, tersayat, dan terbentur.

b. Chemical hazard, yaitu bahaya dari bahan kimia dalam bentuk gas, cair, maupun padat yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.

c. Electrical hazard, yaitu bahaya yang berasal dari arus listrik.

2.4.3 Sumber Bahaya

Sumber bahaya khususnya terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja di perusahaan akan selalu dijumpai, antara lain berupa (Supriyadi,

2005):

1. Bahaya fisik: bising, cahaya, suhu, getaran, dan debu.

2. Bahaya kimia: pelarut, asam, basa, logam berat, dan gas.

3. Bahaya biologi: hewan, tumbuhan, bakteri, jamur, dan virus.

4. Bahaya ergonomi: desain, sikap, cara, dan sistem kerja.

5. Stessor: kejemuan, monoton, dan beban kerja.

6. Peralatan dan mesin produksi.

7. Listrik, kebakaran, dan peledakan.

8. House keeping.

9. Sistem manajemen perusahaan.

10. Manusia: interaksi, perilaku, dan kondisi fisik.

2.4.4 Pengendalian Bahaya

Pengendalian bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan

dengan berbagai macam metode, yaitu salah satunya dikendalikan dengan

hirarki pengendalian:

1. Eliminasi

Menghilangkan bahaya dari tempat kerja seperti mengilangkan peralatan kerja atau prasarana yang dapat menimbulkan bahaya

2. Substitusi

Bila bahaya tidak dapat dihilangkan sama sekali, maka dapat dilakukan metode pengendalian bahaya yang lainnya yaitu substitusi, yaitu mengganti sumber yang berbahaya dengan sumber lain yang bahayanya lebih rendah.

3. Engineering control

Melakukan isolasi terhadap sumber yang berbahaya tidak kontak dengan pekerja

4. Adminstratif control

Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada interaksi pekerja dengan lingkungan kerja, seperti rotasi kerja, pelatihan, pengembangan standar kerja (SOP), shift kerja, dan housekeeping.

5. Alat Pelindung Diri

Merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh pekerja yang melekat pada tubuh pekerja dengan tujuan untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuh pekerja pada saat melaksanakan pekerjaan dari kemungkinan terpajan oleh bahaya yang melebihi batas yang diperbolehkan. Penggunaan APD ini merupakan tahap akhir pengendalian untuk mengurangi bahaya atau risiko pada pekerja.

2.5 Risiko

2.5.1 Definisi Risiko

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, risiko adalah kemungkinan terjadinya peristiwa yang dapat merugikan perusahaan. Sedangkan menurut Budiono,dkk (2003) risiko didefinisikan sebagai manifestasi atau perwujudan potensi bahaya (hazard event) yang mengakibatkan kemungkinan kerugian menjadi lebih besar.

Menurut Australian Standard/New Zealand Standard atau AS/ANZ (1999) risiko adalah kemungkinan/peluang terjadinya sesuatu yang dapat menimbulkan suatu dampak pada suatu sasaran, risiko diukur berdasarkan adanya kemungkinan terjadinya suatu kasus dan konsekuensi yang dapat ditimbulkan.

2.5.2 Metode Identifikasi Risiko

a. Preliminary Hazard Analaysis (PHA)

Preliminary hazard analysis (PHA) adalah suatu metode yang dilakukan dalam mengetahui bahaya-bahaya awal pada suatu sistem baru. PHA dilakukan jika tidak ada suatu informasi mengenai sistem tersebut. (Cooling, 1990)

b. Hazard and Operability Analysis ( HAZOP)

Hazard and Operability Analysis atau yang dikenal sebagai HAZOP adalah standar teknik analisis bahaya yang digunakan dalam persiapan penetapan keamanan dalam sistem baru atau modifikasi untuk suatu keberadaan potensi bahaya atau masalah operabilitasnya khususnya pada industri kimia. Tujuan penggunaan HAZOP adalah untuk meninjau suatu proses atau operasi pada suatu sistem secara sistematis, untuk menentukan apakah proses penyimpangan dapat mendorong ke arah kejadian atau kecelakaan yang tidak diinginkan.

c. Failure Modes and Effect Analysis (FMEA)

Menurut Cooling (1990) FMEA adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisis sistem yang berhubungan dengan engineering yang mungkin mengalami kegagalan dan efek yang ditimbulkan dari kegagalan. FMEA secara sistematis menilai komponen dari suatu sistem tentang bagaimana sistem dapat

gagal, lalu mengevaluasi efek dari kegagalan tersebut, tingkat bahaya yang dihasilkan dari kegagalan, dan bagaimana kegagalan tersebut dicegah atau dikurangi.

d. Fault Tree Analysis (FTA)

Fault Tree Analysis merupakan metode deduktif untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya bahaya dengan pendekatan bersifat top-down, dengan memulai analisis dari kejadian yang tidak diinginkan atau kerugian yang terjadi kemudian menganalisa penyebab dari kejadian tersebut yang dideskripsikan dalam bentuk sebuah pohon kesalahan (fault tree).

e. Check List

Check list merupakan metode paling dasar dan sederhana yang berisikan daftar pertanyaan atau hal-hal yang berkaitan dengan kondisi tertentu di tempat kerja. Check list dapat digunakan sejak tahap preliminary design, hasilnya bersifat kualitatif dan dapat digunakan sebagai acuan dasar dalam melaksanakan identifikasi risiko yang lebih dalam dan spesifik.

f. Job Safety Analysis

Job Safety Analysis merupakan metode identifikasi yang sederhana dan relatif mudah dilakukan untuk menidentifikasi risiko, khususnya risiko keselamatan kerja yang dihubungkan dengan pekerjaan individual (individual job tasks) serta

menentukan tindakan pengendalian yang sesuai untuk meminimalisasi risiko tersebut. JSA biasanya digunakan untuk pekerjaan yang telah terdeskripsikan dengan jelas atau untuk pekerjaan yang telah memiliki prosedur kerja namun membutuhkan pengkajian ulang atau annual update dengan hasil yang bersifat kualitatif, yaitu daftar tahapan pekerjaan beserta risiko dan tindakan pengendalian yang dibutuhkan.

2.6 Alat Pelindung Diri (APD)

2.6.1 Definisi APD

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaannya yang mengisolasi tenaga kerja dari bahaya tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa dan cara kerja yang aman APD yang dipakai memenuhi syarat enak dipakai,tidak mengganggu kerja memberikan perlindungan efektif terhadap bahaya (Sartika,2005).

Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya (hazards) di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

2.6.2 Dasar Hukum tentang APD

1. Undang-undang No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.

a. Pasal 3 ayat (1) butir f: Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat untuk memberikan APD

b. Pasal 9 ayat (1) butir c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang APD.

c. Pasal 12 butir b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai APD.

d. Pasal 14 butir c: Pengurus diwajibkan menyediakan APD secara cuma-cuma.

2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.01/MEN/1981 Tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja

Pasal 4 ayat (3) menyebutkan kewajiban pengurus menyediakan alat pelindung diri dan wajib bagi tenaga kerja untuk menggunakannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja

3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.03/MEN/1982 Tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja

Pasal2 butir I menyebutkan memberikan nasehat

mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan

alatpelindung diri yang diperlukan dan gizi serta

penyelenggaraan makanan ditempat kerja

4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.03/Men/1986 tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Tempat Kerja Yang Mengelola Pestisida

Pasal 2 ayat (2) menyebutkan tenaga kerja yang mengelola Pestisida harus memakai alat-alat pelindung diri yang berupa pakaian kerja, sepatu lars tinggi, sarung tangan, kacamata pelindung atau pelindung muka dan pelindung pernafasan

APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat.

2.6.3 Pertimbangan pemilihan APD

Faktor-faktor pertimbangan pemakaian APD:

1. Enak dan nyaman dipakai

2. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja

3. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi bahaya

4. Memenuhi syarat estetika

5. Memperhatikan efek samping penggunaan APD.

6. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga terjangkau. (Anizar, 2009).

2.6.4 Penggolongan APD berdasarkan bagian tubuh yang dilindungi

Alat-alat proteksi diri beraneka ragam macamnya. Jika digolong-golongkan menurut bagian-bagian tubuh yang dilindunginya, maka jenis alat-alat proteksi diri dapat dilihat pada daftar sebagai berikut (Sumamur, 1976):

1.Kepala:pengikat rambut,penutup

rambut,

topi dari berbagai bahan.

2.Mata:kaca-mata dari berbagai gelas.

3.Muka:perisai muka.

4.Tangan dan jari-jari: sarung tangan.

5.Kaki: sepatu.

6.Alat pernapasan: respirator/masker khusus.

7.Telinga: sumbat telinga, tutup telinga.

8.Tubuh:pakaian kerja danberbagai

bahan.

2.6.5 Jenis-jenis APD

1. Alat pelindung kepala

Alat pelindung kepala adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, terantuk, kejatuhan atau terpukul benda tajam atau benda keras yang melayang atau meluncur di udara, terpapar oleh radiasi panas, api, percikan bahan-bahan kimia, jasad renik (mikro organisme) dan suhu yang ekstrim. Jenis alat pelindung kepala terdiri dari helm pengaman (safety helmet), topi atau tudung kepala, penutup atau pengaman rambut, dan lain-lain (Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri). Macam-macam alat pelindung kepala diantaranya adalah:

a. Topi Pelindung/Pengaman (Safety Helmet)

Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.

b. Tutup Kepala

Melindungi kepala dari kebakaran, korosif, uap-uap, panas/dingin

c. Hats/cap

Melindungi kepala dari kotoran debu atau tangkapan mesin-mesin berputar

d. Topi Pengaman

Untuk penggunaan yang bersifat umum dan pengaman dari tegangan listrik yang terbatas. Tahan terhadap tegangan listrik tinggi. Tanpa perlindungan terhadap tenaga listrik,biasanya terbuat dari logam

2. Alat pelindung pernapasan

Berfungsi untuk melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, partikel yang berupa debu, kabut (aerosol), uap, asap, gas/fume, dan sebagainya. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran dapat menggunakan masker. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu:

a. Bagaimana menggunakan masker secara benar.

b. Macam dari kotoran debu yang perlu dihindari.

c. Lamanya menggunakan alat tersebut.

Alat Pelindung Pernafasan terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu:

1. Masker untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang masuk kedalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.

2. Respirator berguna untuk melindungi pernafasan dari debu, kabut, uap logam, asap, dan gas.Alat ini dapat dibedakan atas. alat ini dapat dibedakan atas:

a. Respirator pemurni udara

Membersihkan udara dengan cara menyaring atau menyerap kontaminan dengan toksinitas rendah sebelum memasuki sistem pernafasan, alat ini pembersihnya terdiri dari filter untuk menangkap debu diudara atau tabung kimia yang dapat menyerap gas, uap, dan kabut.

b. Respirator penyalur udara

Membersihkan aliran udara yang tidak terkontaminasi secara terus menerus udara dapat dipompkana dari sumber yang jauh (dihubungkan dengan selang tahan tekanantau dari persediaan yang potabel (seperti tabung yang berisi udara bersih atau oksigen). Jenis ini biasa dikenal SCBA (Self contained breating appatus) atau alat pernafasan mandiri digunakan untuk tempat kerja yang terdapat gas beracun.

3. Alat pelindung telinga

a. Sumbat telinga (ear plug)

Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap individu berbeda-beda dan bahkan antar kedua telinga dari individu yang sama berlainan. Oleh karena itu, sumbat telinga

harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran telinga pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-14 mm, tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun sebagian kecil ada yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai dengan 30 dB.

Sumbat telinga dapat terbuat dari kapas, plastik karet alami dan sintetik, menurut cara penggunannya, dibedakan menjadi earplug sekali pakai (disposable earplug) yaitu sumbat telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara penggunan yang lain yaitu earplug yang dapat digunakan kembali (non disposable earplug) yang digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau plastik cetak. Dalam pemakaiannya sumbat telinga mempunyai kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan:

1. Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil.

2. Relatif lebih nyaman dipakai ditempat kerja yang panas.

3. Tidak membatasi gerak kepala.

4. Harga relative murah daripada tutup telinga (earmuff).

5. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kelapa, anting-anting dan rambut.

Kekurangan:

1. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telingan untuk pemasangan yang tepat.

2. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga.

3. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai APT karena sukar dilihat oleh pengawas.

4. Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat.

5. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor, maka saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi.

b. Tutup telinga (ear muff)

Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian yang lama, sering ditemukan efektifitas telinga menurun yang disebabkan oleh bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Tutup telinga digunakan untuk mengurangi bising sampai dengan 40-50 dB

dengan frekuensi 100-8000Hz. Kelebihan dan kekurangan dari tutup telinga (earmuff) adalah:

Kelebihan:

1. Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan ukuran telinga yang berbeda.

2. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas.

3. Dapat dipakai yang terkena infeksi (ringan).

4. Tidak mudah hilang.

Kekurangan:

1. Tidak nyaman dipakai ditempat kerja yang panas

2. Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya, dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting, rambut yang menutupi telinga

3. Tidak mudah dibawa atau disimpan

4. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit.

5. Harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga

4. Alat pelindung mata dan muka

Fungsi dari pelindung mata dan muka adalah melindungi mata dan muka dari paparan bahan kimia berbahaya, paparan partikelpartikel yang melayang di udara dan di badan air, percikan

benda- benda kecil, panas, atau uap panas, radiasi gelombang elektromagnetik yang mengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya, benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam. Diantaranya adalah:

a. Goggles

Goggles memberikan perlindungan lebih baik dari pada safety glasses karena goggles terpasang dekat wajah. Karena goggles mengitari area mata, maka goggles melindungi lebih baik pada situasi yang mungkin terjadi percikan cairan, uap logam, uap, serbuk, debu, dan kabut.

b. Face shield

Face shield memberikan perlindungan wajah menyeluruh dan sering digunakan pada operasi peleburan logam, percikan bahan kimia, atau partikel yang melayang. Banyak face shield yang dapat digunakan bersamaan dengan pemakaian hard hat. Walaupun face shield melindungi wajah, tetapi face shield bukan pelindung mata yang memadai, sehingga pemakaian safety glasses harus dilakukan dengan pemakaian face shield.

c. Masker wajah

Masker berfungsi untuk melindungi hidung dari zat-zat berbau menyengat dan dari debu yang merugikan.

5. Alat pelindung kaki

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri, alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan kimia berbahaya dan jasad renik, dan tergelincir.

Jenis pelindung kaki berupa sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam, industri, kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan, bahaya listrik, tempat kerja yang basah atau licin, bahan kimia dan jasad renik, dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.

6. Alat pelindung tangan

Kontak dengan bahan kimia kaustik atau beracun, bahan-bahan biologis, sumber listrik, atau benda dengan suhu yang sangat dingin atau sangat panas dapat menyebabkan iritasi atau membakar tangan. Bahan beracun dapat terabsorbsi melalui kulit dan masuk ke badan.

Pelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu panas, suhu dingin, radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus, bakteri) dan jasad renik.

7. Alat pelindung tubuh

Pakaian kerja harus dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya-bahaya kecelakaan. Pakaian tenaga kerja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak berdasi dan tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. Wanita sebaiknya memakai celana panjang, jala rambut, baju yang pas dan tidak memakai perhiasan-perhiasan. Pakaian kerja sintetis hanya baik terhadap bahan-bahan kimia korosif, tetapi justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan-bahan dapat meledak oleh aliran statik listrik (Sumamur, 1986).

Pakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau seluruh bagian badan dari bahaya temperatur panas atau dingin yang ekstrim, pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairan dan logam panas, uap panas, benturan (impact) dengan mesin, peralatan dan bahan, tergores, radiasi, binatang, mikroorganisme patogen dari manusia, binatang, tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur.

Jenis pakaian pelindung terdiri dari rompi (vests), celemek (Apron/Coveralls), jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian badan.

2.6.6 Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya

Untuk melihat alat-alat plindung diri menurut keperluannya

(Sumamur, 1996) dapat dilihat pada table 2.1

Tabel 2.1

Alat-Alat Pelindung Diri Menurut Keperluannya

Faktor BahayaBagian Tubuh yang Perlu Dilindungi

Topi logam ata

Benda berat atau kekerasanKepala, betis, tungkai(deckker) dari

sebagainya.

Benda sedang tidak terlaluKepalaTopi aluminiu

berat

Benda-benda besarKepalaTopi plastik at

berterbangan

MataGoggles (kaca

samping mata)

sampingnya te

MukaTameng plasti

Jari, tangan, lengan,Sarung tangan

TubuhJaket atau jas k

Betis, tungkai, mata kakiPelindung dari

tahan api

Benda-benda kecilKepalaTopi, kap khus

berterbangan

MataKacamat

TubuhJaket kulit atau

Lengan, tangan, jariSarung tangan,

Tungkai, kakiPelindung-peli

mata-kaki

DebuMataGoggles, kaca

MukaPenutup muka

Alat pernapasanRespirator/ma

Percikan api atau logamKepalaTopi plastik be

MataGoggles, kaca

MukaPenutup muka

Jari, tangan, lenganSarung tangan

Betis, tungkaiPelindung dari

Mata kaki, kakiSepatu kulit

tubuhJaket asbes/kul

Gas, asap, fumesMataGoggles

MukaPenutup muka

Alat pernapasanMembahayaka

masker khusus

Tidak membah

langsung: gas

TubuhPakaian karet,

tahan kimiawi

Jari, tangan, lenganSarung plastik,

dan anggota-a

barier cream

Betis, tungkaiPelindung dari

Mata-kaki, kakiSepatu yang lo

aliran listrik) k

dan sebagainya

Cairan da bahan-bahanKepalaTopi plastik/ka

kimiawi

MataGoggles

MukaPenutup dari p

Alat pernapasanRespirator kus

Jari, tangan, lenganSarung plastik/

TubuhPakaian plastik

Betis, tungkaiPelindung khu

Mata-kaki, kakiSepatu karet, p

PanasKepalaTopi asbes

Lain-lain logamSarung, pakaia

bahan lain yan

KakiSepatu dengan

tahan panas

MataGoggles denga

Faktor BahayaBagian Tubuh yang Perlu Dilindungi

Basah dan airKepalaTopi plastik

Tangan, lengan, jariSarung tangan

panjang

TubuhPakaian khusu

Tungkai, kakiSepatu bot kar

Terpeleset, jatuhKakiSepatu antislip

Terpotong, tergosokKepalaTopi plastik, lo

Jari, tangan, lenganSarung tangan

berlengan panj

TubuhJaket kulit

Betis, tungkaiCelana kulit de

dekker

Mata-kaki, kakiSepatu dilapisi

Dermatitis atau ardang kulitKepalaTopi plastik , k

wol

MukaBarrier cream,

Jari, tangan, lenganBarrier cream,

TubuhPenutup karet,

Betis, tungkai, mata-kaki, kakiSepatu karet, z

(bakiak)

KepalaTopi plastik, k

ListrikJari, tangan, lenganSarung tangan

volt selama 3

Tubuh, betis, tungkai, mata-kaki, kakiPelindung yan

Bahan peledakKakiSepatu kayu, p

Mesin-mesinKepalaPici, terutama

Jari, tangan, lenganSarung tangan

TubuhJaket dari kare

Sinar silauMataGoggles, kaca

atau lensa Pola

Percikan api dan sinar silauMataGoggles, penut

pada pengelasanfilter khusus

MukaPenutup muka

khusus

TubuhJaket tahan api

KakiSepatu dilapisi

Penyinaran sedangKepalaTopi khusus

MataGoggles, kaca

MukaPelindung muk

Penyinaran kuatKepalaTopi khusus

Mata, mukaGoggles denga

atau plastik

Penyinaram radioaktifJari, tangan, lenganSarung tangan

TubuhJaket karet ata

Gas atau aerosol radioaktifAlat pernapasanRespirator khu

Seluruh badanPakaian khusu

Gaduh suaratelingaPelindung khu

telinga atau pe

2.7 Pemeliharaan APD

Menurut Budiono, dkk (2003) secara umum pemeliharaan APD dapat

dilakukan antara lain dengan:

a. Mencuci dengan air sabun, kemudian dibilas dengan air secukupnya. Terutama untuk helm, kacamat, earplug, dan sarung tangan kain/kulit/karet.

b. Menjemur dipanas matahari untuk menghilangkan bau, terutama pada helm.

c. Mengganti filter atau catridge-nya untuk respirator.

2.8 Penyimpanan APD

Menurut Budiono, dkk (2003) untuk menjaga daya guna dari APD, hendaknya disimpan ditempat khusus sehingga terbebas dari debu, kotoran, gas beracun, dan gigitan serangga/binatang. Hendaknya tempat tersebut kering dan mudah dalam pengambilannya.

2.9 Pengawasan APD

Menurut Notoadmojo (1993) pengawasan adalah salah satu faktor pemantauan yang dilakukan oleh pengawas terhadap pelaksanaan kerja seluruh pekerja bawahannya. Pengawasan dibutuhkan untuk meningkatkan disiplin kerja pekerja meskipun nampaknya adalah memantau bawahannya didalam menyelesaikan tugas-tugas secara bertanggung jawab.

47

48

Dan menurut Budiono, dkk (2003) untuk menerapkan kedisiplinan pekerja dalam penggunaan APD hendaknya didorong oleh berbagai pihak, misalnya dengan memberikan sangsi bagi yang tidak mematuhi dan memberikan pula penilaian yang baik atau penghargaan bagi tenaga kerja yang disiplin dalam menggunakan APD.

2.10 Training atau pelatihan APD

Kesadaran akan manfaat penggunaan APD perlu ditanamkan pada setiap tenaga kerja. Pembinaan yang terus menerus dapat meningkatkan kesadaran dan wawasan tenaga kerja. Salah satu cara yang efektif adalah melalui pelatihan. Peningkatan wawasan dan pengetahuan akan menyadarkan tentang pentingnya penggunaan APD, sehingga efektif dan benar dalam penggunaan, serta tepat dalam pemeliharaan dan penyimpanannya. Memakai APD yang rusak akan memberikan pengaruh buruk seperti halnya tidak menggunakan APD atau bahkan lebih berbahaya. Tenaga kerja akan berpikir telah terlindungi, padahal sesungguhnya tidak. Kebiasaan memakai dengan benar harus senantiasa ditanamkan agar menjadi suatu kegiatan otomatis atau tanpa paksaan (Budiono, dkk, 2003)

Training atau pelatihan meliputi bentuk dan ditujukan pada siapa (Santoso, 2004), yaitu:

1. Masalah personil dengan APD, pengenalan APD, penggunaan yang benar dan batasan seleksi bentuk: IN-HOUSE TRAINING.

2. Tanggung jawab pemeliharaan APD, pemakaian, pemeliharaan, kebersihan.

49

3. Pekerja yang melaksanakan pekerjaan khusus dan harus selalu memakai APD.

4. Anggota safety comitte (P2K3), supervisor.

Operator-operator yang menggunakan APD harus memperoleh (Ridley, 2008):

1. Informasi tentang bahaya yang dihadapi.

2. Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil.

3. Pelatihan tentang penggunaan peralatan yang benar.

4. Konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada kecocokan.

50

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Gambaran PT. Indofood Sukses Makmur (ISM) Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

4.1.1 Sejarah PT. ISM Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Bogasari adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun, terbesar di dunia dalam satu lokasi. Sejarah awal Bogasari bermula pada tanggal 19

Mei 1969, saat Empat Sekawan yaitu Soedono Salim, Djuhar

Sutanto, Sudwikatmono, dan Ibrahim Rasjid, mendirikan Bogasari di tengah kesulitan perekonomian Indonesia saat itu. Keempat pengusaha tersebut terpanggil untuk menjawab permasalahan pangan yang muncul di Indonesia.

Secara noktarial, PT. Bogasari Flour Mills dibentuk pada 7 Agustus 1970. Sejarah Bogasari dimulai pada tanggal 29 November 1971 dengan peresmian pabrik yang pertama di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Setahun kemudian, seiring meningkatnya permintaan tepung terigu dalam negeri, PT. Bogasari Flour Mills mendirikan pabrik tepung terigu kedua di kawasan Tanjung Perak, Surabaya pada tgl 10 Juli 1972.

51

Selama hampir tiga dekade, Bogasari telah melayani kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dengan tiga merek tepung terigunya yang sudah dikenal luas yaitu Cakra Kembar, Kunci Biru dan Segitiga Biru. Ketiga jenis produk ini digunakan secara luas oleh industri mie, roti, biskuit, baik yang berskala besar dan kecil serta rumah tangga. Di samping itu, Bogasari juga menghasilkan produk sampingan (by product) berupa bran, pollard untuk koperasi dan industri makanan ternak, dan tepung industri untuk industri kayu lapis.

Selain dua pabrik tepung terigu, Bogasari juga memiliki tiga divisi lain: divisi Pasta, dan dua divisi penunjang, yaitu kemasan (dahulu disebut Divisi Tekstil) dan Maritime. Pabrik Pasta didirikan pada Desember 1991 dengan kapasitas produksi 60.000 mt per tahun.

Produk yang dihasilkan adalah Long Pasta dan Short Pasta, dan hampir 80% ditujukan untuk pasaran ekspor.

Divisi Kemasan Bogasari didirikan pada tanggal 10 Januari tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat yang memproduksi kebutuhan kantong terigu untuk kedua pabrik tepung terigu tersebut. Sedangkan untuk menjamin kelangsungan persediaan gandum, dibuatlah Divisi Maritim. Divisi Maritim berdiri pada tanggal 12 September 1977. Divisi Maritim Bogasari mengoperasikan tiga kapal angkut gandum dan tiga buah kapal tongkang untuk pelayaran antar pulau. Kapal-kapal ini telah memperoleh penghargaan internasional AMVER (Automated Mutual Assistance Vessel Rescue).

52

Selain divisi-divisi tersebut, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk divisi Bogasari Flour Mills juga mendirikan Milling Training Center dan Bogasari Baking Training Center. Milling Training Center merupakan pusat pelatihan bagi calon miller baik untuk internal maupun eksternal. Sedangkan Bogasari Baking Training Center didedikasikan untuk seluruh lapisan masyarakat yang ingin mempelajari cara pengolahan tepung terigu, seperti cara pembuatan roti, kue, biskuit dan mie. Selain di Jakarta (sejak tahun 1981), Baking Training Center juga didirikan di Surabaya pada tahun 1996 dan Bandung pada tahun 1999.

Dalam kurun waktu 1992-1995, Bogasari telah dua kali berpindah kepemilikan, pada Juli 1992 diakuisisi oleh PT. Indocement Tunggal Prakarsa, dan sejak tahun 1995 diakuisisi oleh PT. Indofood Sukses Makmur. Pada tahun 1993 pemerintah melakukan deregulasi investasi di bidang industri tepung terigu. Kebijakan ini membuat terbukanya peluang untuk mendirikan penggilingan-penggilingan baru di Indonesia. Sejak saat ini, Bogasari mulai bersaing dengan produsen tepung terigu domestik. Persaingan bebas dalam pemasaran tepung terigu dimulai pada tahun 1998 ketika pemerintah melakukan deregulasi tata niaga tepung terigu. Impor tepung terigu dibuka lebar dengan bea masuk 0%. Dengan demikian produk Bogasari mulai bersaing ketat tidak hanya dengan produsen di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.

53

Untuk pertama kalinya, pada tanggal 19 September 1999 Bogasari mengekspor tepung terigu sebanyak 860 karung tepung terigu pilihan (21,5 metrik ton) ke Singapura. Sejak ekspor perdana itu, Bogasari mulai aktif mengembangkan jaringan pemasaran ekspornya ke berbagai negara di kawasan Asia Tenggara.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi:

Menjadi industri pangan berbasis produk pertanian dan jasa terkait yang bertaraf dunia

Misi:

1. Memproduksi, mendistribusi dan menjual pangan, bahan pangan serta pakan yang bermutu dan bernilai tambah berbasis produk pertanian guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran pelanggan, mitra usaha, masyarakat, karyawan dan para pemegang saham.

2. Menyediakan atau menjual produk dan jasa terkait, antara lain kemasan, angkutan curah, serta penyimpanan dan pengemasan biji-bijian (grain terminal).

3. Memperkuat daya saing dengan cara menerapkan teknologi yang tepat, diversifikasi produk dan jasa, serta mengembangkan sumber daya manusia seutuhnya.

54

4.1.3 Fasilitas Pabrik

Fasilitas pabrik yang dimiliki oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk divisi Bogasari Flour Mills sangat lengkap. Fasilitas-fasilitas ini berguna untuk menunjang kegiatan proses produksi di perusahaan ini, mulai dari tahap awal hingga tahap akhir. Fasilitas-fasilitas pabrik yang dimiliki yaitu:

1. Dua Dermaga

a. Dermaga A (Jetty A)

b. Dermaga B (Jetty B)

2. Dua Wheat Silo

a. Wheat Silo A

b. Wheat Silo B

3. Milling

Milling merupakan tempat penggilingan biji-biji gandum dengan menggunakan mesin-mesin canggih dan memiliki sistem komputerisasi yang kemudian akan diproses menjadi tepung maupun produk dan produk sampingan lainnya. Total kapasitas penggilingan adalah 10.000 ton/hari. Milling terbagi menjadi 4 wilayah, yaitu:

a.Mill wilayah I: Mill MTC, AB, C

b.Mill wilayah II: Mill DE, KL

c.Mill wilayah III: Mill FG, HIJ

55

d. Mill wilayah IV: Mill MNO

4. Pellet Silo

a. Pellet Silo A

b. Pellet Silo B

5. Pelletizing

Pelletizing merupakan tempat pengepresan produk sampingan dari gandum untuk menjadi pellet. Pellet berasal dari hasil proses penggilingan gandum yang tidak terpakai.

6. Pengemasan Tepung

a. Pengemasan 25 Kg

b. Pengemasan 1 Kg

c. Pengemasan by product

7. Gudang Penyimpanan Produk

8. Listrik 30MVA

9. Generator Cadangan.

4.1.4 Kepegawaian dan Sistem Shift

PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills sebagai produsen tepung terigu terbesar di Indonesia memiliki jumlah karyawan sebanyak:

Tabel 4.1Jumlah Karyawan berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis KelaminJumlah

Laki-laki1.767

Perempuan141

56

Total1908

Sumber: HR Intranet Bogasari, Januari Tahun 2009

Tabel 4.2

Shift Kerja

ShiftJam KerjaWaktu Istirahat

IPukul 08.00-16.00 WIBPukul 12.00-13.00 WIB

IIPukul 16.00-24.00 WIBPukul 18.00-19.00 WIB

IIIPukul 24.00-08.00 WIBPukul 04.00-05.00 WIB

Sumber: PKB PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2005-2006.

4.1.5 Gambaran Unit Security and Safety Department PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills memandang bahwa keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah dan tanggung jawab bersama dari karyawan terendah sampai pimpinan tertinggi yang harus ditangani atas dasar semangat kerja kooperatif.

SHE adalah singkatan dari Safety, Health and Environment merupakan istilah yang dipakai oleh PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills dalam Sistem Manajemen K3 dan Lingkungan. Dalam melaksanakan K3, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills membentuk Security and Safety Department yang mempunyai sebuah struktur organisasi.

Security and Safety Department adalah departemen yang menangani tentang keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills. Departemen ini

57

bertugas untuk menjaga dan memelihara agar risiko bahaya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah atau dihindari sehingga keselamatan dan kesehatan kerja dapat terwujud. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka Security and Safety Department membuat suatu program-program. Dalam melaksanakan program-programnya, Security and Safety Department mengacu pada PerMenaker No. 05 tahun 1996, OHSAS 18001: 2007, dan ISO 14001:2004. Program-programnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu

Safety, Health dan Environment. Program-program tersebut, yaitu:

1. Safety

a. Pelatihan Safety

b. Promosi Safety

c. Tanda-tanda dan Rambu-rambu Safety

d. Sertifikat Peralatan dan Instansi

e. Safety Guide Book

f. Revisi Panduan SHE

g. Manajemen Bahaya

h. Analisis Kecelakaan

i. Peralatan Keselamatan

j. Safety Audit

k. Safety Committee

l. Inspeksi Safety Rutin

2. Health

a. Health Training

58

b. Buku Saku K3

c. Monitoring Alat Pelindung Diri

d. Pengukuran Pajanan Pekerja

3. Environment

a. Pelatihan Lingkungan

b. Promosi Lingkungan

c. Routine Inspection

d. Buku Saku K3

e. Pollution Measurement

f. Water Quality Monitoring

g. Audit Kantin

h. House Keeping

i. Environmental Management System (ISO 14001)

Implementation

59

DIHARTO

Manager security & safety

Departement

Umar FauziMuslich Riza

Asst. Manager (securityAsst. Manager (Safety)

& Fire Brigade)

Wasiran

Section Head

Security & Fire BrigadeSection Head

Inspector

Foreman

Bagan 4.1

Struktur Organisasi Safety & Security Departement PT. Indofood Sukses

Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills Tahun 2011

4.1.6 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Untuk standar Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills mendapatkan penghargaan OHSAS 18001: 2007 dari SGS pada November 2004, atas penerapan Manajemen Keselamatan Kerja. Standar mutu manajemen inilah yang menjadi acuan prosedur dalam pelaksanaan proses produksi di PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

60

Divisi Bogasari Flour Mills terhadap semua jenis kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan.

Dalam pengaturan dan wewenangnya, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini diserahkan ke bagian Security and Safety Department, yang selanjutnya bagian safety inilah yang mengeluarkan kebijakan-kebijakan tentang keselamatan prosedur kerja, yang sebelumnya telah disetujui dan disahkan isi dokumennya oleh pihak manajemen PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills, terutama yang terkait masalah K3 pada lini proses produksi.

4.1.7 Gambaran Sub Department Pest control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Pest control merupakan suatu subdepartemen dari production facility yang bertugas dalam pengendalian dan pemberantasan hama. Sebelum adanya Pest control, pengendalian dan pemberantasan hama dilakukan oleh masing-masing departemen. Namun cara ini kurang efektif dan efisien ,untuk itu pada tanggal 1 juli 1993 dibentuk suatu subdepartemen yang secara khusus menangani masalah hama yang terdapat dalam pabrik bogasari yang saat ini dikenal dengan nama

Pest control. Kegiatan utama atau yang sering dilakukan oleh pest control adalah spraying, fogging dan fumigasi. Untuk memberantas hama tikus, lalat, kucing dan burung pest control dibantu dengan perusahaan RENTOKIL. Bahan kimia yang digunakan oleh pest

61

control semua berdasarkan food grade, dengan batas yang aman untuk makanan.

Bintang Tobing

Production Supportman

Arief Zakaria

Pest control Sub Departemen

Yuli AnantoJoko Suseno

Section HeadSection Head

SaefudinBurwantoroSuroto

ForemanForemanForeman

Operator

Bagan 4.2

Struktur Organisasi Subdepartment Pest control PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

4.1.8 Kegiatan-kegiatan yang dilakukan di subdepartment Pest control

A. Spraying

Spraying adalah teknik pengendalian hama yang dilakukan di tempat terbuka, dengan mencampur bahan pestisida/insektisida tertentu dengan air sesuai komposisi yang ditentukan. Pelaksanaan spraying dilakukan sesuai jadwal

62

spraying atau sesuai dengan work order (WO) dari seksi terkait paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan spraying. Alat yang digunakan untuk kegiatan spraying antara lain:

a) Hand spray

Alat ini terdiri dari tabung pencampur obat, pompa tekanan udara yang digerakkan oleh tangan manusia.

b) Power spray

Alat ini terdiri dari tabung pencampur obat, pompa tekanan udara, motor penggerak pompa,selang penghantar cairan, dan stick pengatur cairan yang digerakkan oleh mesin.

Sedangkan cara pencampuran untuk bahan spraying adalah:

1. Masukkan air bersih ke dalam tabung pencampur sesuai dengan kebutuhan.

2. Masukkan cairan racun ke dalam tabung pencampur sesuai dengan perbandingan dan kebutuhan.

3. Aduklah antara air dengan racun sampai rata sehingga siap untuk disemprotkan.

4. Hidupkan motor penggerak pompa dan atur kecepatan jalannya cairan dengan menyetel valve sirkulasi dan

63

sepuyer stick sehingga mendapatkan hasil yang diinginkan.

5. Spraying siap dioperasikan.

Prosedur pelaksanaan spraying:

1. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai. Pastikan hal tersebut melalui pengecekan pra operasi yang dilakukan oleh petugas pest control.

2. Melakukan pencampuran dengan aturan sebagai berikut:

a. Mencampur dengan perbandingan yang telah ditentukan oleh komisi pestisida/MSDS yang tersedia.

b. 2,5 5 L campuran disemprotkan pada areal dengan luas 100 m2.

3. Untuk mesin mesin dan hopper termasuk pipa menggunakan bahan pestisida mil spot (dikoloro dan trikloroetana) sebanyak 100ml untuk areal dengan luas 1 m2.

4. Memastikan areal bersih dari kotoran dan tertutup.

5. Melakukan spraying dengan tepat dan benar sesuai dengan standar pengoperasian peralatan semprot.

64

6. Setelah diadakan spraying selama kurang lebih 1-2 jam, karyawan boleh bekerja kembali

B. Fogging

Fogging adalah teknik pengendalian hama yang dilakukan pada tempat tertutup/kedap udara dengan mencanpur bahan pestisida/insektisida tertentu dengan minyak (solar, minyak tanah, white oil). Pelaksanaan fogging dilakukan sesuai jadwal fogging atau sesuai dengan work order (WO) dari seksi terkait paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan fogging. Alat yang dipakai untuk fogging terdiri dari:

a. Tangki pencampur

b. Tangki bahan bakar

c. Battery penggerak tekanan

d. Membran pengatur tekanan

e. Pompa penggerak

f. Knalpot pembakaran

g. Kran pembuka cairan

Sedangkan cara pencampuran bahan untuk fogging adalah:

1. Menuangkan minyak solar atau white oil ke dalam tangki, sesuai dengan kebutuhan.

2. Memasukkan cairan obat ke dalamnya sesuai dengan aturannya dan aduk hingga rata.

65

3. Memasukkan campuran obat dengan minyak ke dalam tabung, tutup dengan rapat.

4. Kemudian menghidupan,dan fogging siap untuk dioperasikan.

Prosedur pelaksanaan fogging:

1. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai. Pastikan hal tersebut melalui pengecekan pra operasi yang dilakukan oleh petugas pest control.

2. Melakukan pencampuran dengan aturan sebagai berikut:

a. Campur dengan perbandingan yang telah ditentukan oleh komisi pestisida/MSDS yang tersedia.

b. 5-10 mnl untuk disemprotkan 1 m3 .

3. Melakukan fogging dengan tepat dan benar sesuai dengan standar pengoperasian peralatan semprot.

4. Setelah diadakan fogging selama kurang lebih 1-2 jam, karyawan boleh bekerja kembali.

5. Operator harus membersihkan peralatan sebelum dan sesudah kegiatan spraying/fogging dilaksanakan.

C. Fumigasi

Tujuan dilakukannya fumigasi adalah untuk membunuh hama dengan cara memberikan gas fumigan pada bahan bahan hasil pertanian yang disimpaan dalam gudang, silo, kapal yang

66

akan diekspor, kapal kontainer, dengan syarat dalam pengoperasiannya ruangan harus tertutup dan tidak terdapat kebocoran.

Prosedur pelaksanaan fumigasi:

1. Melaksanakan pest control sesuai dengan jadwal fumigasi yang sudah ditetapkan atau sesuai dengan work order dari seksi terkait (paling lambat diinformasikan 1 hari sebelum pelaksanaan fumigasi).

2. Menyiapkan peralatan dan pelindung diri yang sesuai. Pastikan hal tersebut dipenuhi melalui pengecekan pra-operasi yang dilakukan oleh petugas pest control.

3. Melaksanakan fumigasi di lokasi/area yang telah ditentukan dengan cara:

a. Gudang

1. Mengelompokkan produk yang akan difumigasi pada area yang sama dan produk disusun di atas pellet dengan ketinggian yang sama jika memungkinkan.

2. Kemudian menutup dengan menggunakan plastik fumigasi. Pastikan tidak ada kebocoran dengan menggunakan PFM (Posphine Fumigan Monitor).

67

3. Melakukan fumigasi sesuai dengan standar pemberian bahan kimia (PH3).

4. Memberi tanda khusus bahwa daerah tersebut sedang di fumigasi.

5. Area dapat dibuka hanya oleh petugas pest control dalam waktu 3-7 hari setelah ditutup.

b. Silo

1. Menutup silo yang akan difumigasi pada lubang-lubang yang ada sehingga tidak terjadi kebocoran.

2. Menyiapkan alat dispenser di atas silo dan masukkan obat ke dalam tabung penuang dan tutuplah rapat-rapat.

3. Setelah alat di setting sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh kepala seksi, maka alat siap dioperasikan. Kemudian melakukan kegiatan no 2-5 pada fumigasi gudang.

c. Container

1. Memeriksa kondisi container, pastikan tidak ada yang bocor.

68

2. Memasukkan barang yang akan difumigasi ke dalamnya.

3. Memasukkan PH3 ke dalam container sesuai dengan ketentuan dengan terlebih dahulu dimasukkan ke dalam kantong khusus dari bahan kain agar residu yang tertinggal mudah dibersihkan.

4. Menutup dengan rapat, kemudian sambungkan selang tersebut pada tabung fumigasi, dan buka kran sesuai dengan kebutuhannya.

5. Memberi tanda khusus yang menyatakan sedang dilakukan fumigasi di area tersebut

6. Operator harus membersihkan peralatan sebelum dan sesudah kegiatan fumigasi dilaksanakan.

4.1.9 Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pada Pekerjaan Pest Control

Untuk penggunaan pestisida pada pekerjaan pest control,

bahan-bahan yang dipakai dapat dilihat pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Bahan-Bahan Pestisida Yang Digunakan Pada Pekerjaan Pe

Brand nameActiveGroupDosageusedArea

Ingridient

Biocholoromethyl 500ChlorpyrotosOrganophospate20 ml/L airSprayingOutside

EC ( Emulsifabel methyl 50060 ml/L white oilFoggingstorage

concentrate)gr/Lpasta

Bestacid 500 EC (Diklorvos 500Orghanophospate25 ml/L airSprayingOutside

Emulsifiable concentrateg/L60 ml/L white oilFoggingstorage

)pasta

Pesguard 50 SCEsfenvaleratPyrethroid10 ml/L airSprayingOutside

50 gr/Lstorage

pasta

STEALTH 240 SCChlorofenapyrPyrazole5-10 ml/LSprayingOutside

storage

pasta

Nevweb IGR 200 ( insectMethopreneGrowth regulator5 ml/LSprayingPelletiz

growth regulator )

Absorba- CIDE (AmorphousInorganik2 gr/m 2DustingSilo , S

Sorptive DustSilica

Insecticide)

ShenposAluminiumFumigan2-5 tablet/ m3FumigationSilo, co

Phospide 56%

Delicia gastoxinAluminiumFumigan1-4 tablet/ m3FumigationSilo, co

Phospide 56%

Degesch plateMagnesiumFumigan1-3 tablet/ m3FumigationSilo, co

Phospide 56%

Sumber:Data Subdepartment Pest Control Tahun 2010

70

4.2 Pelaksanaan Identifikasi Bahaya di Pest Control

Pelaksanaan identifikasi bahaya di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour Mills merupakan program dalam department Safety and Security. Pelaksanaan identifikasi dilakukan sebelum memulai pekerjaan dilakukan. Langkah awal yaitu menentukan pekerjaan yang akan dianalisis, kemudian membagi pekerjaan ke dalam beberapa urutan langkah kerja. Kemudian langkah kerja dianalisis agar dapat diketahui potensi bahaya-bahaya yang akan timbul serta pengendalian yang dilakukan untuk mencegah bahaya tersebut.

Identifikasi bahaya yang dilakukan berisi mengenai jenis kegiatan, potensi bahaya, penilaian bahaya, pengendalian yang dilakukan, penilaian akhir setelah dilakukan pengendalian, dan referensi peraturan pemerintah. Akan tetapi, berdasarkan JSA yang telah dibuat oleh perusahaan, identifikasi bahaya belum mencantumkan risiko-risiko dari suatu bahaya yang mungkin terjadi. Sebaiknya penilaian dan identifikasi bahaya selalu diperbarui agar lebih baik dalam pengendaliannya.

4.3 Gambaran penerapan pengendalian yang dilakukan pada Bagian Pest Control PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Setelah identifikasi bahaya dilakukan, maka perlu dilaksanakannya pengendalian untuk mencegah terjadinya bahaya atau paling tidak untuk mengurangi tingkat risiko terjadinya bahaya tersebut. Pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan untuk pekerjaan pest control yaitu:

71

a. Pengendalian Teknis (Engineering Control)

1. Pemasangan fire protection system.

2. Menyediakan ventilasi pada ruang penyimpanan dan memastikan tempat tidak bocor.

3. Penggunaan alat bantu saat bekerja.

b. Pengendalian administratif (administrative control)

1. Pemasangan tanda peringatan

2. Pelaksanaan pekerjaan sesuai prosedur

3. Pelaksanaan permit (izin) kerja dan LO-TO (Log Out-Tag Out)

4. Pemeriksaan cholinesterase untuk mengecek kadar cholinesterase dalam tubuh pekerja yang terpapar bahan kimia 3 bulan sekali.

c. APD

Pengendalian terakhir yang dilakukan adalah penggunaan APD. APD yang digunakan antara lain yaitu respirator, baju pelindung, sarung tangan, kacamata, earplug, safety shoes, safety belt/body harness, dan topi pelindung.

72

4.4Potensi Bahaya Pada Bagian Pest Control PT. Indofood Sukses Makmur

Tbk Divisi Bogasari Flour Mills

Pada setiap kegiatan terdapat potensi bahaya dan upaya pengendalian yang telah dilakukan. Potensi bahaya yang ada pada subdepartment pest control dilihat dari langkah urutan pekerjaan berdasarkan hasil Job Safety Analysis yang dibuat yang merupakan hasil analisis penulis dengan pekerja pest control. Penulis melakukan identifikasi pekerjaan yang dilakukan di pest control

4.4.1 Fogging dan spraying

Tujuan dilakukannya fogging adalah untuk memberantas hama-hama yang dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu proses produksi dengan metode pengasapan. Sedangkan tujuan dilakukannya spraying adalah untuk memberantas hama-hama yang dapat merusak hasil produksi maupun mengganggu proses produksi dengan metode penyemprotan. Pada pekerjaan fogging dan spraying telah dilakukan identifikasi bahaya, risiko, dan pengendalian yang telah dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi. Urutan langkah kerja pada pekerjaan ini meliputi pengukuran dosis dan pelaksanaan fogging dan spraying. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Potensi Bahaya Pada Pekerjaan Fogging dan Spraying di Subdepartement Pest Control PT. Indofo Bogasari Flour Mills Tahun 2011

PUrutan Langkah KerjaBahayaRisikoPerusahaan

Persiapan pekerjaanKebakaran/ledakanLuka bakar pada tubuh

pekerja, Terbakarnya

mesin

Fire Protection System

Pelaksanaan pekerjaan sesuai SOP

Membersihkan knalpo dari kerak, menyalaka dan mematikan mesin lokasi yang aman

Memastikan tutup lub bahan bakar dan mesin sudah dalam kondisi b

Safety induction

Tidak disediakan APD

P

Urutan Langkah KerjaBahayaRisiko

Perusahaan

Terpapar bahan kimiaKeracunan akibatShift kerja/rotasi jenis

paparan bahan kimiapekerjaan

Safety induction

Pemeriksaan

cholinesterase

Sarung tangan

Pencampuran bahanMenghirup bahan kimiaGangguan pernapasanShift kerja/ rotasi jenis

saat pencampuranakibat bahan kimiapekerjaan

Safety induction

Half-face respirator

Tangan terpapar bahanIritasi kulit tanganShift kerja/ rotasi jenis

kimiapekerjaan

Safety induction

Sarung tangan

P

Urutan Langkah KerjaBahayaRisiko

Perusahaan

Pelaksanaan pekerjaanTerpapar asap foggingGangguan pernapasanShift kerja/rotasi jenis

dan cairan sprayingkarena asap fogging danpekerjaan

cairan mist sprayingSafety induction

Training

Half-face respirator

Mata terkena cairanIritasi mataShift kerja/rotasi jenis

sprayingpekerjaan

Safety induction

Kacamata

Badan terpapar asapBagian tubuh terpaparShift kerja/rotasi jenis

fogging dan cairanpekerjaan

sprayingSafety induction

Mandi setelah bekerja

Baju Pelindung

Sarung tangan

P

Urutan Langkah KerjaBahayaRisiko

Perusahaan

KebisinganGangguan pendengaranShift kerja/rotasi jenis

dan tinnituspekerjaan

Safety induction

Earplug

Terjatuh di lantai yangKaki keseleo, patah

samatulang kaki atau anggota

tubuh lainnya

Pembersihan area

Safety induction

Safety shoes

Terjatuh dari tempatPatah tulang pada kaki

tinggiatau anggota tubuh

lainnya, luka pada

bagian tubuh

Pemasangan pagar pembatas

Safety induction

Izin kerja tempat ketinggian

Safety belt/body harn

Tertimpa benda jatuhGegar pada kepalaSafety induction

Memar dan luka dalamTopi pelindung

pada kepala dan kakiSafety shoes

Terhirup debuGangguan pernapasanShift kerja

akibat debuSafety induction

Half-face respirator

Sumber: Modifikasi Hasil Identifikasi Bahaya Subdepartment Pest Control Tahun 2010

78

a. Identifikasi bahaya pada langkah kerja persiapan pekerjaan fogging dan spraying bahaya yang mungkin timbul adalah kebakaran/ledakan dan

tepapar bahan kimia

1. Bahaya kebakaran/ledakan

Bahaya terbakarnya mesin fogging saat proses persiapan kegiatan tersebut sangat mungkin terjadi. Akibat yang akan timbul dari bahaya tersebut adalah luka bakar yang dapat berakibat fatal pada pekerja dan terbakarnya mesin peralatan fogging dan spraying. Untuk itu pihak perusahaan telah melakukan pengendalian, diantaranya adalah pemasangan fire protection system termasuk APAR dan smoke detector, safety induction yaitu sosialisasi kepada pekerja saat pertama kali menjadi pekerja dibagian pest control dengan menjelaskan bagaimana proses kerja yang akan dilakukan, kemungkinan bahaya yang akan terjadi, serta bagaimana cara pengendalian dan penanggulangannya. Pengendalian yang lainnya adalah pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan SOP yang ditetapkan. Serta melakukan pembersihan knalpot dari kerak secara rutin dan penyalaan dan mematikan mesin pada lokasi yang aman. Pengendalian dengan pemakaian APD tidak diterapkan pada potensi bahaya kebakaran ini.

Sebaiknya perusahaan melakukan pelaksanaan maintanance mesin secara rutin dan training secara rutin juga diperlukan untuk mencegah bahaya tersebut terjadi. Serta pengendalian administratif untuk

79

para pekerja meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan. Dan untuk pengendalian yang terakhir sebaiknya perusahaan menyediakan baju pelindung tahan panas untuk mengurangi risiko bahaya kebakaran tersebut.

2. Bahaya terpapar bahan kimia

Bahaya terpapar bahan kimia mungkin terjadi pada saat persiapan yaitu pengambilan bahan-bahan di tempat penyimpanan yang akan dicampur untuk pelaksanaan fogging dan spraying. Risiko yang dapat ditimbulkan akibat bahaya ini adalah keracunan yang diakibatkan paparan bahan kimia. Pengendalian yang sudah dilakukan adalah shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penggunaan APD berupa sarung tangan. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan memberikan pengawasan yang lebih pada pekerja dan proses pekerjaan. Dengan demikian bahaya dapat diminimalisir.

b. Identifikasi bahaya pada langkah kerja pencampuran bahan fogging dan spraying bahaya yang mungkin timbul adalah

1. Bahaya menghirup bahan kimia saat pencampuran

Bahaya terpapar atau menghirup bahan kimia pada saat pencampuran bahan akan mungkin terjadi karena pada saat proses pencampuran bahan kimia pekerja secara langsung berhadapan dengan bahan kimia. Bahaya tersebut dapat mengakibatkan gangguan pernapasan, keracunan, serta iritasi pada kulit tangan. Gangguan

80

pernapasan dapat diakibatkan oleh paparan bahan kimia untuk pencampuran bahan yang akan digunakan pada saat proses pekerjaan. Pengendalian yang telah dilakukan perusahaan adalah pelaksanaan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah half-face respirator. Sebaiknya perusahaan melakukan pengwasan yang lebih pada proses pekerjaan dan para pekerja juga sebaiknya meningkatkan kewaspadaan atau kehati-hatian pada saat melakukan pekerjaan agar bahaya dapat diminimalisir.

2. Bahaya tangan terpapar bahan kimia

Bahaya jika tangan terpapar bahan kimia akan menimbulkan risiko iritasi pada kulit tangan yang dapat terjadi pada saat proses pencampuran dengan menggunakan tangan. Pengendalian yang telah dilakukan adalah pelaksanaan sistem shift kerja atau rotasi jenis pekerjaan, safety induction, dan penyediaan APD. APD yang disediakan adalah sarung tangan berbahan karet. Akan tetapi, sebaiknya perusahaan juga melakukan pengawasan yang lebih terhadap pekerja dan proses pekerjaan.

c. Identifikasi bahaya pada langkah kerja pelaksanaan pekerjaan fogging bahaya yang mungkin timbul adalah:

1. Bahaya terpapar asap fogging dan cairan spraying

81

Bahaya terpapar