ANEMIA SICKLE CELL (ANEMIA SEL SABIT)
description
Transcript of ANEMIA SICKLE CELL (ANEMIA SEL SABIT)
ANEMIA SICKLE CELL
(ANEMIA SEL SABIT)
Kelompok :1. Agus Prasetyo
2. Fatimah Nurul Istiqomah3.Muhammad adafi
4.Andri danang 5.Findy ambar s.
LATAR BELAKANG
Penyakit sel sabit merupakan hemoglobinopati herediter dimana sel-sel
darah merah (SDM) mengandung hemoglobin abnormal. Sel sabit menghalangi aliran darah yang
menyebabkan hipoksia lanjut, yang sebaliknya menyebabkan pembentukan sabit lanjut.Prevalensi gen sel sabit yang
tinggi terdapat di bagian tropik yang dapat mencapai hingga 40% di daerah
tertentu.
1.PENGERTIAN
Anemia sel sabit adalah sejenis anemia kongenital dimana sel darah merah berbentuk menyerupai sabit, karena adanya hemoglobin abnormal.(Noer Sjaifullah,1999)
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat akibat adanya defek
pada molekul hemoglobin dan disertai dengan serangan nyeri.(Suzanne C.
Smeltzer, 2002).
Anemia Sel Sabit (Sickle cell anemia) disebut juga anemia drepanositik,
meniskositosis, penyakit hemoglobin S.
2. ETIOLOGIPenyakit sel sabit adalah hemoglobinopati yang
disebabkan oleh kelainan struktur hemoglobin. Kelainan struktur terjadi pada fraksi globin di dalam molekul hemoglobin. Globin tersusun dari dua pasang rantai polipeptida. Misalnya, Hb S berbeda dari Hb A normal karena valin menggantikan asam glutamat pada salah satu pasang rantainya.
3.PATOFISIOLOGI
Trait sel sabit mendapat satu gen normal, sehingga SDM mampu
mensintesa kedua rantai β dan βs, jadi mereka mempunyai hemoglobin A dan
S sehingga mereka tidak menderita anemia dan tampak sehat.
4.PATHWAY Eritrosit mengandung Hb S
Sirkulasi mikro lambat
Deoksigenasi lama
Memperlambat aliran darah
SDM di bawah titik kritis Elongasi
SDM kaku
Membentuk sabit
5.MANIFESTASI KLINIS
No. Sistem Komplikasi Tanda dan Gejala
1. Jantung Gagal jantung
kongestif
Kardiomegali, takikardi, napas
pendek, dispnea sewaktu kerja fisik,
gelisah
2. Pernapasan Infark paru,
pneumonia
Nyeri dada, batuk, sesak napas,
demam, gelisah
3. Saraf Pusat Trombosis serebral Afasia, pusing, kejang, sakit kepala,
disfungsi usus dan kandung kemih
4. Genitourinaria Disfungsi ginjal Nyeri pinggang,
hematuria
5. Gastrointestinal Kolesistitis,fibrosishati,
abses hati
Nyeri perut,
hepatomegali, demam
6. Okular Ablasio retina,penyakit
pembuluh darah perifer ,
perdarahan
Nyeri, perubahan
penglihatan, buta
7. Skeletal Nekrosis aseptik kaput
femoris dan kaput humeri
Nyeri, mobilitas berkurang,
nyeri dan bengkak pada
lengan dan kaki
8. Kulit Ulkus tungkai kronis Nyeri, ulkus terbuka dan
mengering
6.PENATALAKSANAAN
Tiap infeksi harus diobati dengan antibiotik yang sesuai. Transfusi SDM hanya diberikan bila terjadi anemia
berat atau krisis aplastik. Pada kehamilan usahakan agar Hb 10-12
g/dl pada trimester ketiga. Kadar Hb perlu dinaikkan hingga 12-14 g/dl
sebelum operasi.
ASUHAN KEPERAWATA
N
Pengkajian Keperawatan
Identifikasi Pasien Keluhan utama dan riwayat kesehatan
masa laluIdentitas penanggungRiwayat kesehatan keluargaPemeriksaan fisikRiwayat kesehatan sekarang
Pemeriksaan Penunjang
Jumlah Darah Lengkap ( JDL)RetikulositPewarnaan SDMLEDEritrositGDABillirubin serumLDHIVPRadiografik tulangRontgen
DIAGNOSA &
INTERVENSI
1. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan penurunan kapasitas pembawa oksigen darah, yang ditandai oleh: dispnea, gelisah, takikardia, dan sianosis (hipoksia).
INTERVENSIAwasi frekuensi/ kedalaman pernapasan, area
sianosis.Auskultasi bunyi napas Kaji laporan nyeri dada dan peningkatan kelemahan.Bantu dalam mengubah posisi, batuk dan napas
dalam.Kaji tingkat kesadaran.
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan fungsi/ kerusakan miokardial akibat infark kecil, deposit besi, dan fibrosis, yang ditandai oleh: penurunan tanda vital, pucat, gelisah, nyeri tulang, angina, dan gangguan penglihatan.
INTERVENSIAwasi tanda vital dengan cermat. Kaji nadi
untuk frekuensi dan iramaKaji kulit untuk rasa dingin, pucat, sianosis,
diaforesis, pelambatan pengisian kapiler.Catat perubahan dalam tingkat kesadaran.Pertahankan pemasukkan cairan adekuat.
3.Nyeri berhubungan dengan aglutinasi sel sabit dalam pembuluh darah, yang ditandai oleh: nyeri lokal, menyebar, berdenyut, perih, sakit kepala.
INTERVENSIKaji berat dan lokasi nyeri. Tempat nyeri yang
sering adalah sendi dan ekstremitas, dada, dan abdomen.
Berikan analgetik sesuai resep. Perhitungkan pemakaian anagelsik yang dikontrol pasien.
Dukung asupan cairan peroral dan berikan cairan IV sesuai resep, memantau asupan dan haluaran cairan.
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebutuhan cairan, yang ditandai oleh: anoreksia, dehidrasi (muntah, diare, demam).
INTERVENSIPertahankan pemasukan dan pengeluaran akurat.
Timbang tiap hari.Perhatikan karakteristik urine dan berat jenis.Awasi tanda vital.Observasi demam, perubahan tingkat kesadaran,
turgor kulit buruk, nyeri.Awasi tanda vital dengan ketat selama transfusi darah
dan catat adanya dispnea, ronki, mengi, batuk, dan sianosis.
Berikan cairan sesuai indikasi.