Anastesi Blok Mandibula

7
REFRAT Disusun oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J 530 145 007 Dosen Pembimbing : drg. Juwita Raditya N. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

description

tentang anastesi blok mandibula

Transcript of Anastesi Blok Mandibula

Page 1: Anastesi Blok Mandibula

REFRAT

Disusun oleh :

Ichda Nabiela Amiria Asykarie

J 530 145 007

Dosen Pembimbing : drg. Juwita Raditya N.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: Anastesi Blok Mandibula

ANASTESI BLOK MANDIBULA

Anastesi blok mandibula dilakukan apabila kita memerlukan daerah pencabutan

yang teranastesi luas, seperti pencabutan gigi posterior bawah atau beberapa gigi dalam

satu kuadran. Anastesi blok mandibula dapat dilakukan dengan teknik gow gates, akinosi

maupun fisher. Tujuan dari ketiganya sama, yaitu menganastesi setengah mandibula pada

sisi yang di anastesi, tetapi terdapat perbedaan prinsip, langkah anastesi dan saraf yang

teranastesi. Saraf yang teranastesi blok mandibula antara lain adalah Nervus alveolaris

inferior, Nervus mentalis, Nervus lingualis, dan Nervus Incisivus.

Indikasi Anastesi Blok Mandibula :

1. Diperlukannya daerah anestesi yang luas, misalnya pencabutan gigi

posterior rahang bawah atau pencabutan beberapa gigi pada satu kuadran.

2. Pada saat diperlukannya anestesi pada jaringan lunak bagian bukal dan juga

lingual.

Kontraindikasi Anastesi Blok Mandibula :

Adanya inflamasi pada daerah suntikan dan pada pasien yang tidak kooperatif.

Daerah yang teranastesi :

1. Gigi mandibula setengah kuadran

2. Badan mandibula dan ramus bagian bawah

3. Mukoperiosteum bukal dan membran mukosa di depan foramen mentalis

4. Dasar mulut dan dua pertiga anterior lidah

5. Jaringan lunak lingual dan periosteum

Anastesi blok mandibula dinyatakan berhasil apabila bibir (N. alveolaris inferior) dan

lidah (N. lingualis) pada sisi yang disuntik terasa kebas. Bila nervus alveolaris inferior dan

nervus lingualis pada sisi tersebut telah teranastesi, maka pencabutan gigi pada setengah

rahang bawah dapat dilakukan tanpa rasa sakit. Tetapi, apabila gingiva regio molar masih

terasa sakit, cukup dengan tambahan infiltrasi anastesi pada mukosa bagian gigi yang akan

dicabut.

Prosedur anastesi blok mandibula :

1. Posisi pasien duduk dengan setengah terlentang.

2. Aplikasikan antiseptic didaerah trigonum retromolar.

3. Jari telunjuk diletakkan dibelakang gigi terakhir mandibula, geser kelateral untuk

meraba linea oblique eksterna. Kemudian telunjuk digeser kemedian untuk

Page 3: Anastesi Blok Mandibula

mencari linea oblique interna, ujung lengkung kuku berada di linea oblique

interna dan permukaan samping jari berada dibidang oklusal gigi rahang bawah.

4. Posisi I : Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku , dari sisi rahang yang

tidak dianestesi yaitu regio premolar.

5. Posisi II : Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal

dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan

anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis.

6. Posisi III : Spuit digeser kearah posisi I tapi tidak penuh lalu jarum ditusukkan

sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negative

keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris inferior.

Setelah selesai spuit ditarik kembali.

Page 4: Anastesi Blok Mandibula

TEKNIK PENCABUTAN GIGI

Ada 2 tahap, yaitu pertama gigi harus dipisahkan terlebih dahulu dari jaringan lunak dengan

menggunakan elevator. Kedua, gigi diangkat dengan menggunakan tang atau elevator.

A. Posisi pasien saat ekstraksi gigi maksila :

1. Mulut pasien harus sejajar dengan tinggi bahu operator

2. Sudut antara dental unit dan lantai kurang lebih 120°

3. Permukaan oklusal rahang atas harus 45° dibandingkan dengan lantai saat

pasien membuka mulut.

B. Posisi pasien saat ekstraksi gigi mandibula :

1. Posisi kursi lebih rendah, sudut antara kursi dan lantai sekitar 110°

2. Permukaan oklusal mandibula harus sejajar dengan lantaisaat pasien

membuka mulut.

C. Posisi operator saat ekstraksi gigi maksila :

1. Operator berada di depan kanan pasien sedangkan apabila operator kidal

atau terbiasa menggunakan tangan kiri posisi operator berada di depan kiri

pasien.

D. Posisi operator saat ekstraksi gigi mandibula :

1. Posisi operator berada di depan pasien atau disamping kanan pasien atau

arah jam 8. Untuk operator yang dominan kiri, posisinya didepan atau

disamping kiri pasien.

Cara memegang tang saat ekstraksi yaitu dengan memegang tang pada tangan yang

dominan, dimana ibu jari secara bersamaan diantara handle dan disamping hinge sehingga

tekanan dapat dikontrol. Tangan yang tidak memegang tang juga berperan dalam prosedur

ekstraksi yaitu merefleksi jaringan lunak (lidah, bibir, pipi), mendukung procesus alveolaris

dari maksila dan membantu menstabilkan posisi kepala pasien serta menstabilkan mandibula.

Tekanan yang berlebihan dan tidak terkontrol sebaiknya dihindari karena dapat

mengakibatkan fraktur gigi maupun rahang. Klasifikasi tekanan untuk pencabutan yaitu :

a. Tekanan penutupan memberikan adaptasi sedangkan tekanan apikal

mempertahankan.

b. Tekanan kesejajaran misalnya apikal dan oklusal adalah tekanan pencabutan

awal dan akhir. Tekanan apical yang sejajar merupakan kelanjutan dari tekanan

adaptasi. Tekanan kesejajaran akhir atau oklusal akan mengungkit gigi keluar.

c. Tekanan lateral, bucal, facial, lingual akan menyebabkan ekspansi alveolar.

Page 5: Anastesi Blok Mandibula

Tekanan bucal, facial biasanya mendominasi dan tekanan lingul hanya bekerja

resiprokal.

d. Tekanan rotasi yang searah dan berlawanan arah jarum jam unutk gigi dengan

akar tunggal atau gigi yang akarnya menyatu. Rotasi sangat efektif unutk

memisahkan ligament periodontal.

Page 6: Anastesi Blok Mandibula

TINJAUAN PUSTAKA

1. Fragiskos, D., 2007, Oral surgery, 2nd ed., Germany : Springer, p. 73.2. Gustainis, JF. and Peterson, 198, An Alternatif method of

mandibular nerve block, JADA, ( 103 ) : 33–363. Malamed, SF., 1997, Handbook of local anesthesia, 4th ed, St Louis : Mosby, p.161-

200.4.