Analisis Well Logging

download Analisis Well Logging

of 25

Transcript of Analisis Well Logging

ANALISIS WELL LOGGING PADA BERTEK 4 SUMATERA SELATAN LAPORAN TEKNIK RESERVOIR

Disusun Oleh :

Florentinus Yuda Hendri Susanto Dominggus Mangalik Rantelembang Yohanis Jeans Kameubun Selma Ona Morin

PROGRAM STUDI D3 PERMINYAKAN DAN GAS BUMI JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN DAN GAS BUMI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2011

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL NAMA: NIM: JURUSAN : PRODI :

:

Disetujui ,

Asisten I

Asisten II

Jani Y Marisa NIM:

Mercy V M Lalenoh NIM:

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini. Untuk menyusun laporan ini kami mengumpulkan teori-teori tentang pengetahuan tentang analisis well logging dari berbagai sumber, serta menyusunnya secara sistematis dan menyajikannya dalam sebuah kerangka pembelajaran yang disertai dengan data dan gambar yang relevan agar memudahkan pembaca dalam memahami materi-materi yang terkandung dalam laporan ini. Dalam laporan ini terkandung berbagai materi tentang analisis well logging baik teori dasar maupun pengembangannya. Lapora ini menyajikan informasi tentang analisis well logging pada lapangan bertak empat Sumatera Selatan. Penulis sadar bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan keterbatasan, untuk itu saran dan kritikan yang membangun sanggat kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Manokwari,November 2010

Penulis,

DAFTAR ISI Halaman Judul..i Lembar Pengesahan.ii Kata Pengantariii Daftar Isi.iv Daftar Gambar.v Daftar Tabelvi Daftar Singkatan dan Simbol.vii I Pendahuluan 1.1 LatarBelakang 1.2 Maksud dan Tujuan prakikum 1.3 Tempat dan Waktu Praktikum 1.4 Ruang Lingkup .. 1.5 Metode Penulisan laporan praktikum. 1.6 Sistematika laporan. II Tinjauan Pustaka. 2.1 Log Listrik 2.1.1 Log SP.. 2.1.2 Log Resistivitas 2.2 Log Radioaktif 2.2.1 Log Gamma Ray. 2.3 Log Porositas 2.3.1 Log Densitas (RHOB). 2.3.2 Log Neutron (NPHI).. 2.3.3 Log Akustik / Log Sonic........................................ 2.4 Log Caliper III Materi Praktikum IV Hasil Interprestasi dan Pembahasan V Penutup 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran.. Daftar Pustaka. Lampiran.

Daftar Gambar Halaman1.2 Metode log SP (modified from Bassiouni, 1994).. 1.3 Pembacaan kurva log SP (Bassiouni, 1994).. 1.4 Defleksi log resistivitas (Rider, 1996).. 1.5 Zona-Zona Infiltrasi (Asquith 1982 fade Link, 2001).. 1.6 Defleksi log gamma ray (Dewan, 1983).. 1.7 Defleksi log densitas (Doveton, 1986). 1.8 Defleksi log caliper (Rider, 1996) 1.9 Bentuk Kurva Log GR / SP dengan indikasi beberapafasies pengendapan (Walker, 1992). DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kecepatan sonik pada material tertentu (Schlumberger, 1958)..................................................... DAFTAR LAMPIRAN

Tinjauan Pustaka Log adalah suatu grafik kedalaman (atau waktu) dari satu set yang menunjukkan parameter fisik, yang diukur secara berkesinambungan dalam sebuah sumur (Harsono, 1997). Logging adalah pengukuran atau pencatatan sifat-sifat fisika batuan di sekitar lubang bor secara tepat dan kontinyu pada interval kedalaman tertentu (Schlumberger, 1986). Maksud dari logging

adalah untuk mengukur parameter fisika sehingga dapat diinterpretasi litologi penampang sumur, karakteristik reservoir antara lain porositas, permeabilitas dan kejenuhan minyak. Ada 4 jenis log yang sering digunakan dalam interpretasi yaitu : 1. Log listrik, terdiri dari log resistivitas dan log SP (Spontaneous Potential). 2. Log radioaktif, terdiri dari log GR (Gamma Ray), log porositas yaitu terdiri dari log densitas (RHOB) dan log neutron (NPHI). 3. Log akustik berupa log sonic. 4. Log Caliper. 2.1 Log Listrik (Electrical Log) Log listrik merupakan suatu jenis log yang digunakan untuk mengukur sifat kelistrikan batuan, yaitu untuk mengukur resistivitas atau tahanan jenis batuan dan juga potensial diri dari batuan. Log jenis ini terdiri dari : 2.1.1 Log Spontaneus Potensial (SP) Log SP mengukur perbedaan potensial dari suatu elektroda yang berjalan (dalam lubang bor) dengan elektroda yang tetap di permukaan, keterangan elektroda melewati berbagai jenis batuan yang berbeda sifat serta isi Komposisinya (Dewan, 1983). Potensial ini ada karena perbedaan elektrokimia antara air di dalam formasi dan lumpur pemboran, akibat adanya perbedaan salinitas antara lumpur dan Komposisi dalam batuan maka akan menimbulkan defleksi positif atau atau negatif dari kurva ini (Bassiouni, 1994).

Gambar 1.2 Metode log SP (modified from Bassiouni, 1994).

Potensial ini diukur dalam milivolts (mV) dalam skala yang relatif yang disebabkan nilai mutlaknya (absolute value) bergantung pada sifat-sifat dari lumpur pemboran. Dibagian yang shaly, defleksi SP maksimum ke arah kanan yang dapat menentukan suatu garis dasar shale. Defleksi dari bentuk log shale baseline menunjukan zona batuan permeabel yang mengandung fluida dengan salinitas yang berbeda dari lumpur pemboran (Russell, 1951). Log SP hanya dapat menunjukkan lapisan permeabel, namun tidak dapat mengukur harga absolut dari permeabilitas maupun porositas dari suatu formasi. Log SP sangat dipengaruhi oleh beberapa parameter seperti resistivitas formasi, air lumpur pemboran, ketebalan formasi dan parameter lain. Jadi pada dasarnya jika salinitas Komposisi dalam lapisan lebih besar dari salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang negatif dan jika salinitas Komposisi dalam lapisan lebih kecil dari salinitas lumpur maka kurva SP akan berkembang positif. Dan bilamana salinitas Komposisi dalam lapisan sama dengan salinitas lumpur maka defleksi kurva SP akan merupakan garis lurus sebagaimana pada shale (Doveton, 1986).

Kurva log SP tidak mampu secara tepat mengukur ketebalan lapisan karena sifatnya yang lentur. Perubahan dari posisi garis dasar serpih (Shale Base Line) ke garis permeabel tidak tajam melainkan halus sehingga garis batas antara lapisan tidak mudah ditentukan. Kegunaan Log SP adalah untuk (Exploration Logging, 1979) : 1. Identifikasi lapisan-lapisan permeabel. 2. Mencari batas-batas lapisan permeabel dan korelasi antar sumur berdasarkan batasan lapisan tersebut. 3. Menentukan nilai resistivitas air-formasi (Rw). 4. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih.

Gambar 1.3 Pembacaan kurva log SP (Bassiouni, 1994).

Dari berbagai kondisi batuan dan Komposisi yang ada di dalamnya, bentuk-bentuk kurva SP adalah sebagai berikut : Pada lapisan shale, kurva SP berbentuk garis lurus.

Pada lapisan permeabel mengandung air asin, defleksi kurvanya akan berkembang negatif (ke arah kiri dari garis shale). Pada lapisan permeabel mengandung hidrokarbon, defleksi SP akan berkembang negatif. Pada lapisan permeabel mengandung air tawar, defleksi SP akan berkembang positif.

2.1.2 Log Resistivitas Resistivitas atau tahanan jenis suatu batuan adalah suatu kemampuan batuan untuk menghambat jalannya arus listrik yang mengalir melalui batuan tersebut (Thomeer, 1948). Resistivitas rendah apabila batuan mudah untuk mengalirkan arus listrik dan resistivitas tinggi apabila batuan sulit untuk mengalirkan arus listrik. Resistivitas kebalikan dari konduktivitas, satuan dari resisitivitas adalah ohmmeter (meter). Besarnya harga resisitivitas (tinggi atau rendah) suatu batuan tergantung pada sifat karakter dari batuan tersebut. Nilai resistivitas pada suatu formasi bergantung dari (Chapman, 1976) : Salinitas air formasi yang dikandungnya. Jumlah air formasi yang ada. Struktur geometri pori-pori. Sifat atau karakter batuan diantaranya adalah porositas, salinitas dan jenis batuan, hal ini dapat dianalisis sebagai berikut: Pada lapisan permeabel yang mengandung air tawar, harga resistivitasnya tinggi, karena air tawar mempunyai salinitas rendah bahkan lebih rendah dari air filtrasi sehingga konduktivitasnya rendah. Pada lapisan permeabel yang mengandung air asin, harga resistivitasnya rendah karena air asin mempunyai salinitas yang tinggi sehingga konduktivitasnya tinggi. Pada lapisan yang mengandung hidrokarbon resistivitasnya tinggi. Pada lapisan yang mengandung sisipan shale, harga resistivitasnya menunjukkan penurunan yang selaras dengan persentase sisipan tersebut. Pada lapisan kompak harga resistivitas tinggi, karena lapisan kompak mempunyai porositas mendekati nol sehingga celah antar butir yang menjadi media penghantar arus listrik relatif kecil

Gambar 1.4 Defleksi log resistivitas (Rider, 1996).

Ketika suatu formasi di bor, air lumpur pemboran akan masuk ke dalam formasi sehingga membentuk 3 zona yang terinvasi, yaitu : a. Flushed Zone Merupakan zona infiltrasi yang terletak paling dekat dengan lubang bor serta terisi oleh air filtrat lumpur yang mendesak Komposisi semula (gas, minyak ataupun air tawar). Meskipun demikian mungkin saja tidak seluruh Komposisi semula terdesak ke dalam zona yang lebih dalam. b. Transition Zone Merupakan zona infiltrasi yang lebih dalam keterangan zona ini ditempati oleh campuran dari air filtrat lumpur dengan Komposisi semula. c. Uninvaded Zone

Merupakan zona yang tidak mengalami infiltrasi dan terletak paling jauh dari lubang bor, serta seluruh pori-pori batuan terisi oleh Komposisi semula.

Gambar 1.5 Zona-Zona Infiltrasi (Asquith 1982 fade Link, 2001). 2.2 Log Radioaktif Log ini menyelidiki intensitas radioaktif mineral yang mengandung radioaktif dalam suatu lapisan batuan dengan menggunakan suatu radioaktif tertentu. 2.2.1 Log Gamma Ray Menurut Bassiouni (1994), log ini digunakan untuk mengukur intensitas radioaktif yang dipancarkan dari batuan yang didasarkan bahwa setiap batuan memiliki komposisi komponen radioaktif yang berbeda-beda. Unsurunsur radioaktif itu adalah Uranium (U), Thorium (Th), dan Pottasium (K). Log sinar gamma mengukur intensitas sinar gamma alami yang dipancarkan oleh formasi. Sinar gamma ini berasal dari peluruhan unsur-unsur radioaktif yang berada dalam batuan.

Batupasir dan batugamping hampir tidak mengandung unsur-unsur radioaktif. Serpih mempunyai komposisi radioaktif yang tinggi yaitu rata-rata 6 ppm Uranium, 12 ppm Thorium dan 2% Potassium (Schlumberger, 1958). Berdasarkan hal ini maka log sinar gamma dapat digunakan untuk mengetahui komposisi serpih pada suatu formasi. Pada lapisan permeabel yang bersih (clean), kurva gamma ray menunjukkan intensitas radioaktif yang sangat rendah, terkecuali jika mempunyai komposisi mineral-mineral tertentu yang bersifat radioaktif. Sedangkan pada lapisan yang kotor (shally), kurva gamma ray akan menunjukkan intensitas radioaktif yang tinggi. Batubara oleh log sinar gamma ditunjukkan dengan nilai yang sangat rendah. Hal ini disebabkan batubara berasal dari material organik sehingga tidak mempunyai komposisi unsur radioaktif. Log ini umumnya berada disebelah kiri kolom kedalaman dengan satuan API unit (American Petroleum Institute). Log sinar gamma terutama digunakan untuk membedakan antara batuan reservoir dan non reservoir. Selain itu juga penting didalam pekerjaan korelasi dan evaluasi komposisi serpih di dalam suatu formasi.

Gambar 1.6 Defleksi log gamma ray (Dewan, 1983).

2.3 Log Porositas Log ini mengidentifikasikan besarnya tingkat porositas batuan 2.3.1 Log Densitas (RHOB) Log ini menunjukkan besarnya densitas dari batuan yang ditembus lubang bor. Dari besaran ini sangat berguna dalam penentuan besaran porositas. Selain itu juga dapat mendeteksi adanya indikasi hidrokarbon atau air bersama-sama dengan log neutron. Prinsip dasar dari log densitas ini adalah menggunakan energi yang berasal dari sinar gamma. Pada saat sinar gamma bertabrakan dengan elektron dalam batuan akan mengalami pengurangan energi. Energi yang kembali sesudah mengalami benturan akan diterima oleh detektor yang berjarak tertentu dengan sumbernya (makin lemah energi yang kembali menunjukkan makin banyaknya elektron-elektron dalam batuan, yang berarti makin padat butiran/mineral penyusun batuan persatuan volume (Dewan, 1983). Dalam log densitas besarnya nilai kurva dinyatakan dalam satuan gram/cc.

Gambar 1.7 Defleksi log densitas (Doveton, 1986).

Menurut Sonnenberg (1991), kegunaan log densitas adalah untuk : Mengukur nilai porositas Korelasi antar sumur pemboran Mengenali komposisi atau indikasi fluida dari formasi

2.3.2 Log Neutron (NPHI) Menurut Schlumberger (1958), log neutron berguna untuk penentuan besarnya porositas batuan. Prinsip dasar dari alat ini adalah memancarkan neutron secara terus menerus dan

konstan pada lapisan (keterangan massa neutron netral dan hampir sama dengan massa atom hidrogen). Partikel-partikel neutron memancar menembus formasi dan bertumbukan dengan material-material dari formasi tersebut. Akibatnya neutron mengalami sedikit hilang, besar

kecilnya energi yang hilang tergantung dari perbedaan massa neutron dengan massa material pembentuk batuan/formasi (Doveton, 1986). Hilangnya energi yang paling besar adalah bila neutron bertumbukan dengan suatu atom yang mempunyai massa yang sama atau hampir sama, seperti halnya atom hidrogen. Peristiwa ini dalam microsecond ditangkap oleh detektor alat pengukur. Bila konsentrasi hidrogen di dalam formasi besar, maka hampir semua neutron mengalami penurunan energi serta tidak tertangkap jauh dari sumber radioaktifnya. Sebaliknya bila konsentrasi hidrogen kecil, partikelpartikel neutron akan memancar lebih jauh menembus formasi sebelum tertangkap (Russell, 1951). Dengan demikian kecepatan menghitung detektor akan meningkat sesuai dengan konsentrasi hidrogen yang semakin menurun. Defleksi log neutron dapat dilihat pada Gambar 1.7. 2.3.3 Log Akustik/Log Sonic Log akustik ini yaitu log sonik dapat juga berfungsi dalam penentuan besarnya harga porositas dari batuan. Pada log ini terdapat transmitter yang mengirimkan gelombang suara ke dalam formasi yang diterima oleh penerima yang terdapat dalam log ini. Waktu yang diperlukan gelombang suara setelah mencapai formasi untuk kembali terdeteksi oleh penerima dinamakan transit time (t). makin lama waktu tempuhnya maka porositas batuannya tinggi (batuan tidak kompak) dan sebaliknya (Norman & Edward, 1990).

Tabel 1.1 Kecepatan sonik pada material tertentu (Schlumberger, 1958) 2.4 Log Caliper

Log ini merupakan log penunjang keterangan log ini digunakan untuk mengetahui perubahan diameter dari lubang bor yang bervariasi akibat adanya berbagai jenis batuan yang ditembus mata bor. Pada lapisan shale atau clay yang permeabilitasnya hampir mendekati nol, tidak terjadi kerak lumpur sehingga terjadi keruntuhan dinding sumur bor (washed out) sehingga dinding sumur bor mengalami perbesaran diameter. Sedangkan pada lapisan permeabel terjadi pengecilan lubang sumur bor karena terjadi endapan lumpur pada dindingnya yang disebut kerak lumpur (mud cake). Pada dinding sumur yang tidak mengalami proses penebalan dinding sumur, diameter lubang bor akan tetap. Log ini berguna untuk mencari ada atau tidaknya lapisan permeabel (Rider, 2002).

Gambar 1.8 Defleksi log caliper (Rider, 1996).

Log SP a. Penentuan formasi shale dan non shale No Shale Non Shale Interval (m) 1 S1 150 - 157

Ketebalan (m) 7

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46

PP1 P1 S2 PP2 P2 S3 PP3 P3 S4 PP4 P4 S5 PP5 P5 S6 PP6 P6 S7 PP7 P7 S8 PP8 P8 S9 PP9 P9 S10 PP10 P10 S11 PP11 S12 PP12 S13 PP13 S14 PP14 S15 PP15 S16 PP16 S17 S18 S19 S20

50 81 123 133 172 179 80 105 143 150 205 241 109 114 242 249 249 259 133 140 291 303 262 273 133 140 291 303 273 285 182 185 351 364 285 291 190 204 394 404 303 315 367 390 990 997 315 335 437 443 1089 1095 344 351 443 458 1179 1197 390 394 465 473 404 412 477 487 420 425 645 677 427 432 1220 1233 462 465 1279 1298 473 477 1367 1377 494 517 526 551 551 575 577 605

31 10 7 23 7 36 5 7 10 7 12 11 7 12 12 3 13 6 14 10 12 23 7 20 6 9 7 15 18 4 8 8 10 5 32 5 13 3 19 4 10 23 25 25 28

47 48 49 50 51 52 53 54 55

S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29

620 635 677 989 997 1089 1099 1179 1209 1220 1233 1257 1303 1323 1329 1336 1373 1415

15 312 92 80 11 24 20 7 42

b. Penentuan Formasi Porus & Permeable No Porus & Permeable Interval (m) 1 PP1 50 81 2 PP2 82 105 3 PP3 109 114 4 PP4 133 140 5 PP5 162 172 6 PP6 182 185 7 PP7 190 204 8 PP8 367 390 9 PP9 437 443 10 PP10 443 458 11 PP11 465 473 12 PP12 477 487 13 PP13 645 677 14 PP14 1220 1233 15 PP 15 1279 1298 16 PP16 1367 1377 c. Temperature Formasi Diketahui : BHT Ts :200oF :78oF

Ketebalan (m) 31 23 5 7 10 3 14 23 6 15 8 10 32 13 19 10

Depth :1410 m

Shale

Porous o

F F Fo

o

o

F F F F F o

o

o

o

o

F F

o

Porous dan Permeabel o

F F F F F F Fo

o

o

o

o

o

o

F F F F F o

o

o

o

o

Fo

F o

F F

o