Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Vulkanik ...
Transcript of Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Vulkanik ...
57
Pengembangan Teknik Analisis Pola Difraksi Multifasa dengan Metode Rietveld Refinement: Studi
Kasus Lapis Tipis PZT
Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor
Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur Pada Letusan Tahun
2016
Meidi Arisalwadi1)*, Sukir Maryanto2), Hetty Triastuty3)
1) Program Studi Magister Ilmu Fisika, Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya
2) Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya 3) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Bandung
Diterima 23 Januari 2017, direvisi 30 April 2017
ABSTRAK
Gunungapi Bromo merupakan salah satu dari serangkaian gunungapi aktif di Indonesia yang
terletak di dalam kaldera Tengger, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Gunungapi Bromo mengalami
peningkatan aktivitas vulkanik pada akhir tahun 2015 sampai awal tahun 2016. Penelitian dilakukan untuk
menentukan karakteristik tremor vulkanik. Metode yang digunakan untuk menentukan karakteristik dari
tremor vulkanik adalah analisis spektral dan analisis waveform cross correlation. Analisis spektrogram
didapatkan nilai frekuensi 1-8 Hz untuk tremor vulkanik Gunungapi Bromo. Hasil analisis spektral tremor
vulkanik Gunungapi Bromo dapat dilihat berdasarkan nilai puncak-puncak frekuensi yang tidak
beraturan yang berarti tremornya tipe spasmodik. Berdasarkan Pola puncak-puncak dari analisis spektral
tremor yang menggunakan 3 stasiun memiliki pola yang sama dan analisis waveform cross correlation
tremor vulkanik Gunungapi Bromo diindikasikan berasal dari sumber mekanisme yang sama karena
didapatkan nilai koefiesien cross correlaton cukup baik yang berkisar diantara 0,6-0,8.
Kata Kunci: seismik, tremor, spektral, spektrogram, waveform cross correlation
ABSTRACT
Bromo volcano is one of a series of active volcanoes in Indonesia, located on the Tengger caldera,
Probolinggo, East Java. Bromo volcano has increased volcanic activity in the end 2015 until early 2016. The
research was conducted to determine the characteristics of volcanic tremors. The methods used to
determine the characteristics of volcanic tremors are spectral analysis and cross-correlation waveform
analysis. Spectrogram analysis obtained frequency value 1-8 Hz for volcanic tremor of Bromo Volcano.
From the results of spectral analysis volcanic tremor, it’s can be seen the value of the frequency peaks
irregular means the type of spasmodic tremor. Based on the pattern of the peaks of the tremor spectral
analysis using 3 stations having the same pattern and the analysis of cross-correlation waveform volcanic
tremor of Bromo volcano was indicated from the same source mechanism because the correlation coefficient
value is good that ranged about 0.6 – 0.8.
Keywords: seismic, tremor, spectral, spectrogram, waveform cross correlation
PENDAHULUAN
Gunungapi Bromo terletak pada 7°55’30”
LS dan 112°37’00” BT dengan tinggi
puncaknya 2329 m dari permukaan laut (dpl).
Posisinya berada di wilayah Kabupaten
Probolinggo, Provinsi Jawa Timur. Gunungapi
Bromo mengalami peningkatan aktivitas
vulkanik, seperti yang diketahui pada akhir
tahun 2015 sampai awal tahun 2016.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Pos
PGA Bromo, tremor vulkanik Gunungapi
Bromo secara perlahan energinya mulai
meningkat ditandai dengan membesarnya
amplitudo tremor vulkanik, sehingga pada 4
Desember 2015 statusnya dinaikkan dari Level
II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) [1].
Pemantuan dan monitoring gunungapi
NATURAL B, Vol. 4, No. 1, April 2017
---------------------
*Corresponding author:
E-mail: [email protected]
58
Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur
Pada Letusan Tahun 2016
dapat menggunakan metode geofisika. Metode
seismik saat ini merupakan metode geofisika
utama dalam pemantauan dan monitoring
gunungapi, dimana pengamatan yang dapat
dilakukan secara kontinyu. Dalam pengamatan
gunungapi hal yang perlu diketahui adalah
karakteriktik gempa vulkanik. Gempa vulkanik
merupakan gempa yang dihasilkan dari
aktivitas gunungapi yang tercatat oleh
seismogram. Gempa vulkanik terbagi menjadi 4
tipe, yaitu gempa vulkanik A, gempa vulkanik
B, gempa tremor, dan gempa letusan [2,3]. Pada
Gunungapi Bromo aktivitas vulkanik di
dominasi oleh gempa tremor vulkanik.
Penelitian ini dilakukan untuk menentukan
karakteristik dari tremor vulkanik Gunungapi
Bromo. Tremor vulkanik merupakan aktivitas
vulkanik yang menandakan awal dari
pergerakan magma dan menjadi salah satu
penanda akan terjadinya letusan [2].
Metode yang digunakan untuk menentukan
karakteristik dari tremor vulkanik dengan
menganalisis waveform dan spektralnya seperti
yang pernah dilakukan di Gunungapi Semeru
dengan menganalisis spektral tremor harmonik
dan menentukan frekuensi tremor Gunungapi
Semeru [4,5]. Metode untuk mengetahui sinyal
tremor berasal dari sumber yang sama bisa
dilakukan dengan menganalisis waveform cross
correlation. Metode ini pernah dilakukan di
Gunungapi Augustine dan Redoubt untuk
mengetahui perulangan sinyal seismik
berdasarkan kemiripan dari bentuk gelombang,
dan untuk mengetahui bentuk gelombang tremor
maupun swarm setiap fase aktivitas gunung-
gunung tersebut memiliki kemiripan [6,7].
Kemiripan antara suatu sinyal dengan sinyal
lainnya dapat mengindikasikan bahwa sinyal
tersebut berasal dari lokasi sumber dan
mekanisme yang sama.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, analisis tremor vulkanik di
Gunungapi Bromo perlu dilakukan untuk
mengetahui karakteristik dan mekanisme
sumbernya. Karakterisasi tremor vulkanik
dilakukan berdasarkan frekuensinya dan
kemiripan sinyal berdasarkan waveform dari ada
tremor yang terekam pada seismometer. Sehingga
dalam penelitian ini akan dilakukan analisis
spektral dan analisis waveform cross correlation.
METODE PENELITIAN
Seleksi Data. Data penelitian yang
digunakan adalah data sekunder rekaman
seismik Gunungapi Bromo pada bulan Februari
2017. Data rekaman seismik tersebut
didapatkan dari 3 (tiga) buah stasiun temporer
Broadband yaitu stasiun Batok (BTK), stasiun
Kursi (KUR) dan stasiun Pos (POS). Seperti
dapat dilihat Gambar 1 kontur posisi stasiun.
Gambar 1. Posisi stasiun seismometer Gunungapi Bromo
59
Pengembangan Teknik Analisis Pola Difraksi Multifasa dengan Metode Rietveld Refinement: Studi
Kasus Lapis Tipis PZT
Gambar 2. Contoh data seismogram Gunungapi Bromo pada stasiun BTK yang terekam di 3 komponen.
Data hasil rekaman seismik pada setiap
stasiun berupa rekaman digital yang dilakukan
secara terus menerus selama 24 jam (Gambar
2). Data ini kemudian dibagi menjadi 48 bagian,
setiap bagian merupakan data yang direkam
selama 30 menit. Seismometer yang digunakan
untuk merekam data adalah seismometer tipe
GURALPH CMG-40T dengan sensitivitas 2 x
400 V/m/s. Dilakukan pemelihan data (event
tremor), pada proses ini pemilihan event tremor
dilakukan dengan menggunakan software
Geopsy 2.10. Software ini dapat memotong
event tremor sesuai dengan waktu kejadiannya
[8].
Analisis Waveform dan Spektral. Analisis
waveform merupakan analisis yang dilakukan
dengan melihat pola sinyal gelombang yang
terbentuk. Analisis ini dapat membedakan jenis
event gempa yang terjadi secara visual. Analisis
spektral merupakan analisis yang dilakukan
untuk mengetahui frekuensi dominan suatu
event gempa. Dalam analisis ini diterapkan
transformasi Fourier untuk mengubah dari
domain waktu ke domain frekuensi.
Transformasi Fourier merupakan metode untuk
menentukan kandungan frekuensi dari sebuah
sinyal. Hasil dari transformasi Fourier adalah
distribusi densitas spektral yang mencirikan
amplitudo dan fase dari beragam frekuensi yang
menyusun sinyal. Transformasi Fourier dapat
dituliskan oleh persamaan (1) dan (2)[9]
dtethfH ftj 2 (1)
dfefHth ftj 2
(2)
dimana,
H(f) = fungsi dalam kawasan frekuensi
h(t) = fungsi dalam kawasan waktu
t = waktu (detik)
f = frekeunsi (Hz)
Pada analisis spektral ini menggunakan
seluruh bentuk sinyal sehingga jika terjadi
kesalahan informasi akan mudah dihindari
dengan pengukuran titik- titik dalam domain
waktu. Terdapat dua cara dalam estimasi
spektral dapat dilakukan yaitu estimasi secara
langsung dan tidak langsung. Estimasi secara
langsung diterapkan dengan transformasi secara
langsung pada data mentah untuk mendapatkan
estimasi spektralnya dengan mengaplikasikan
FFT (Fast Fourier Transfrom). Sedangkan cara
tidak langsung dapat dilakukan dengan cara
periodogram rata-rata [10].
Analisis spektral diterapkan pada data di
domain waktu yang dipilih. Dari analisis
spektral ini dapat ditentukan kandungan
frekuensi tremor beserta estimasi besarnya daya
dari setiap frekuensi yang bersangkutan. Nilai
frekuensi dominan yang diperoleh dari analisis
spektrum, digunakan untuk menentukan sumber
tremor serta frekuensi dominan dari sumber itu
terhadap data tremor yang dihasilkan relatif
sama antara satu dengan lainnya. Untuk
memastikan apakah data yang terekam berasal
dari sumber atau mekanisme sumber yang
sama, maka pola spektrum dibandingkan
dengan pola spektrum data dari stasiun lain.
60
Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur
Pada Letusan Tahun 2016
Pada penelitian ini analisis spektral digunakan
program Matlab GUI Seismo_Volcanalysis
yang dibuat oleh Philippe Lesage dan
dikembangkan oleh PVMBG. Dengan program
ini dapat dilakukan penentuan spektrogram dan
spektrum frekuensi dari event yang sudah
diseleksi [8]. Diagram alir dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Diagram untuk analisis spektral
Analisis waveform cross correlation tremor
Gunungapi Bromo. Data yang digunakan
dipilih berdasarkan analisis spektral dan bentuk
gelombang (waveform) selanjutnya dilakukan
waveform cross correlation dari masing-masing
data tersebut. Tahap waveform cross
correlation ini dilakukan menggunakan
Toolbox “GISMO” (toolbox correlation
waveform for MATLAB) [11]. Pada penelitian
ini, sinyal tremor yang dianalisis dipotong
terlebih dahulu dengan sekitar 30 sekon untuk
mendapatkan event tremornya. Kemudian
ditentukan tingkat kemiripan antar sinyal dan
diplot dalam bentuk matriks yang menampilkan
koefisien korelasi antar setiap event yang
dianalisis. Waveform cross corroletaion
menerapkan metode pengukuran secara statistik
yang membandingkan bentuk gelombang dari
dua sinyal sebagai fungsi dari pergeseran
waktu. Adapun persamaan waveform cross
corroletaion dari 2 fungsi kontinyu f dan g [12].
tgf ≝ f g t d
(4)
Sedangkan untuk fungsi diskritnya,
Waveform cross corroletaion dapat dituliskan
seperti dibawah ini
ngf ≝ f m g n m
(5)
Berdasarkan hasil analisis dari metode ini,
metode waveform cross correlation digunakan
untuk mengukur kemiripan dua sinyal sebagai
fungsi dari time-lag dengan mengidentifikasi
nilai korelasi maksimum dan waktu relatif dari
setiap pasangan gelombang yang dianalisis
[13].
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Waveform dan Spektral. Analisis
waveform dilakukan dengan melihat bentuk
atau pola sinyal gelombang dari gempa
vulkanik secara visual. Hal ini berdasarkan
dengan karakteristik yang sudah di tentukan
atau berdasarkan karakteristik tremor vulkanik
dari Minakami (1974) [2,3]. Dalam penelitian
ini dilakukan pemilihan event tremor vulkanik
(Gambar 4a). Event tremor seperti yang tampak
pada Gambar 4a dipilih karena event tremor
yang berlangsung secara kontinyu. Sehingga
dari hasil pemilihan event tersebut tidak dapat
dihitung jumlah event yang terjadi tetapi dapat
dihitung kejadian berdasarkan perubahan
amplitudo secara tiba-tiba.
Analisis data dari waveform tremor tersebut
yang dilakukan yaitu mengubah domain waktu
ke domain frekuensi dengan proses FFT. Proses
ini digunakan untuk mengetahui informasi
mengenai frekuensi yang terkandung dalam
sebuah sinyal. Sebelum dilakukan FFT terhadap
sinyal tremor yang terpilih dilakukan filter
dengan bandpass 1-10 Hz. Frekuensi tremor
berada pada range frekuensi tersebut, hal ini
pernah dilakukannya pada analisis spektral pada
Gunungapi Bromo untuk melihat karakteristik
tremornya [14]. Tujuannya difilter dan
dilakukan FFT adalah untuk meminimalis atau
menghindari keikutsertaan derau (noise) dalam
analisis frekuensi. Sinyal-sinyal derau tersebut
antara lain sinyal gempa-gempa tektonik, sinyal-
sinyal volkano-tektonik, sinyal oleh gempa-
gempa letusan dan sinyal lain yang bukan tremor.
61
Pengembangan Teknik Analisis Pola Difraksi Multifasa dengan Metode Rietveld Refinement: Studi
Kasus Lapis Tipis PZT
Nilai frekuensi merupakan salah satu karakteristik
dari tremor vulkanik. Sinyal tremor yang terpilih
kemudian dianalisis untuk diperoleh kandungan
spektralnya menggunakan program Matlab GUI
Seismo_Volcanalysis. Program ini menganalisis
sinyal dengan metode periodogram dan STFT
(Short Time Fourier Transform) [8]. Berdasarkan
Gambar 4, tampak pada salah satu data tremor 09
Februari 2016 jam 20.00 dianalisis spektral. Hasil
dari analisis tersebut berupa spektrogram
(Gambar 4b) dan periodogram spektrum
frekuensinya (Gambar 4c).
Hasil analisis spektrogram ditentukan untuk
melihat power spectrum sinyal tremor dalam fungsi
waktu dan frekuensi. Sedangkan, Analisis
periodogram rata-rata dilakukan untuk mengamati
spektrum frekuensinya (Gambar 4c). Tampak pada
hasil spektrogram kandungan frekuensi sinyal
tremor tersebut berada range 1-8 Hz yang
ditunjukan dengan skala bernilai tinggi (warna
merah). Tampilan spektrogram dengan warna
merah diartikan sebagai frekuensi yang memiliki
amplitudo spektrum maksimum. Sementara,
spektrum frekuensinya (Gambar 4c) tampak
puncak frekuensinya sulit untuk ditentukan dan
tidak adanya perulangan puncak secara periodik
dan nilai frekuensi dominannya sekitar 5 Hz maka
tremor Gunungapi Bromo dapat dikategorikan
tremor non-harmonik (spasmodik) [8]. Tremor
spasmodik yaitu tremor yang tidak memiliki
keraturan puncak frekuensi dan tidak adanya
perulangan puncak secara periodik.
Gambar 4. (a) Waveform event tremor yang terekam di stasiun BTK pukul 20:00 dan hasil analisis spektral berupa (b)
spektrogram dan (c) periodogram spektrum frekuensi.
Penentuan untuk mengetahui event tremor
vulkanik yang berasal dari sumber yang sama
maka perlu dilakukan analisis spektral pada 3
stasiun. Pada Gambar 5 dapat dilihat grafik
spektral yang berasal dari 3 stasiun (POS, KUR,
dan BTK) pada komponen Z (vertikal). Garis
merah putus-putus yang tampak pada Gambar 5
memperlihatkan puncak-puncak frekuensi pada
3 stasiun memiliki pola yang sama, hal ini yang
menggambarkan bahwa event berasal dari
sumber yang sama. Namun frekuensi dominan
pada tiap stasiun tidak sama. Stasiun BTK dan
KUR mempunyai frekuensi lebih tinggi dari
pada POS berkisar antara 5-6 Hz. Hal tersebut
disebabkan oleh medium penjalarannya.
Analisis spektrum tremor adalah untuk
memprediksi pola dinamika sumber sinyal. Satu
nilai frekuensi yang dominan akan mewakili
satu sumber di dalam tubuh gunungapi. Sinyal
bisa berasal dari kantong magma, dapur magma
maupun sinyal yang berasal dari pergerakan
fluida di dalam pipa magma [8].
62
Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur
Pada Letusan Tahun 2016
Gambar 5. Puncak-puncak frekuensi dari salah satu
sinyal tremor vulkanik Gunungapi Bromo
yang terekam pada tanggal 11 Februari 2016
di 3 stasuan seismometer (BTK, KUR, dan
POS)
Analisis Waveform Cross Correlation
Tremor Gunungapi Bromo. Metode
waveform crosss correlation digunakan untuk
mengetahui korelasi antar sinyal tremor yang
terekam. Analisis ini dilakukan menggunakan
data dari stasiun Batok (BTK) dikarenakan
stasiun ini merupakan stasiun terdekat dari
kawah Gunungapi Bromo dimana sinyal yang
terekam lebih bagus. Hasil dari analisis dengan
metode waveform cross correlation ini yaitu
koefisien korelasi yang merepresentasikan
kemiripan antar sinyal gelombang yang
dianalisis dengan skala 0 hingga 1 seperti yang
ditunjukkan oleh Gambar 6 [11]. Sumbu x pada
grafik Gambar 6 merupakan nomor kejadian
(event number), sumbu y adalah waktu dan
indikator warna merupakan nilai korelasi
bentuk gelombang. Sumbu x dan sumbu y
sebenarnya mengindikasikan waktu terjadinya
tremor. Namun, untuk memudahkan
pembacaan, sumbu x diubah namanya menjadi
nomor kejadian dengan data yang di olah 200
sinyal. Berdasarkan Gambar 6 didapatkan nilai
koefisien korelasi cukup bagus berkisar 0,5-0,8
[7]. Jika dianalisis dari tampilan matriks
tersebut maka dapat dilihat bahwa ada beberapa
perbedaan tremor yang terjadi di Gunungapi
Bromo pada periode bulan Februari 2016 (data
yang dianalisis) yang ditunjukkan oleh garis
merah putus-putus.
Sinyal tremor peridoe 9 - 10 Februari 2016
berada di kelompok yang sama dengan nilai
koefisien korelasi berkisar 0,6-0,8 (Gambar 6).
Sinyal tremor yang terekam di BTK cukup
tinggi berdasarkan pengamatan data digital atau
waveformnya. Frekuensi dominan sinyal tremor
yang terjadi pada tanggal periode 9 Februari
2016 dan 10 Februari 2016 berada pada kisaran
5,5 Hz. Sinyal tremor pada tanggal 11 Februari
2016 berdasarkan Gambar 6 di atas berada
dalam satu kelompok tersendiri dengan nilai
koefisien korelasi berkisar 0,5-0,7. Pada tanggal
ini, sinyal tremor berubah ubah tidak menerus
dengan frekuensi dominan sekitar 6 Hz.
Gambar 6. Matriks koefisien korelasi data tremor Gunungapi periode 09 - 10 Februari 2016
63
Pengembangan Teknik Analisis Pola Difraksi Multifasa dengan Metode Rietveld Refinement: Studi
Kasus Lapis Tipis PZT
Berdasarkan bentuk gelombang dan bentuk
spektrum tremor vulkanik Gunungapi Bromo
termasuk tremor non harmonik (spasmodik)
seperti yang telah diklasifikan oleh Minakami
[2,3], karena tidak adannya perulangan puncak
secara periodik. Secara keseluruhan tremor
Gunungapi Bromo merupakan gabungan tremor
non-harmonik (awal) dan harmonik (akhir) atau
sebaliknya. Beberapa peneliti menyebut tremor
tersebut dengan istilah quasi-harmonic tremor.
Dalam penelitian yang dilakukan tremor
harmonik mempunyai ciri adanya perulangan
puncak secara periodik pada puncak
spektrumnya [15]. Pada penelitian ini tremor
Gunungapi Bromo dikarakterisasi menjadi dua
tipe tremor yaitu tremor yang terjadi terus
menurus dengan amplitudo yang tinggi
mempunyai frekuensi dominan sekitar 5 Hz dan
tremor yang berasosiasi dengan letusan atau
letupan mempunyai frekuensi dominan sekitar
4,5 Hz. Perubahan secara temporal dari
frekuensi tremor vulkanik berkaitan dengan
perubahan parameter fisis yang mengontrol
sumber tremor vulkanik, dalam beberapa
penelitian nilai frekuensi berkaitan dengan
geometri saluran conduit [16]. Berdasarkan
hasil waveform cross correlation dapat
diketahui bahwa perbedaan kelompok tremor
yang terjadi di Gunungapi Bromo ini
dipengaruhi oleh bentuk sinyal yang terekam
pada stasiun dan frekuensi dari tremor tersebut.
Dari nilai koefisien korelasi yang diperoleh
menunjukkan bahwa secara keseluruhan setiap
tremor yang terjadi di Gunungapi Bromo
memiliki korelasi satu sama lain dengan nilai
lebih dari 0,5 yang berarti bahwa tremor yang
terjadi merupakan rentetan tremor yang berasal
dari sumber yang sama [5].
KESIMPULAN
Berdasarkan yang telah dilakukan dengan
menggunakan data pada bulan Februari 2016
maka didapatkan beberapa kesimpulan antara
lain karakteristik tremor Gunungapi Bromo
mempunyai kandungan frekuensi dominan
berkisar 5 Hz dan kandungan frekuensi
berdasarkan spectrogram berada pada range 1-
8 Hz. Tremor dianalisis menggunakan metode
waveform cross correlation didapatkan hasil
korelasi yang cukup baik dengan nilai korelasi
0,6-0,8. Dengan nilai koefisien korelasi paling
tinggi 0,8 pada hari 9 dan 10 Februari 2016.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis sangat berterimakasih pada seluruh
pihak yang terlibat dalam penelitian ini,
khususnya Laboratorium Geofisika, Jurusan
Fisika Universitas Brawijaya, rekan-rekan
kelompok riset BRAVO ENERGEOBHAS dan
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Triastuty, H., Mulyana, I., Kuswandarto,
H., F., A.S.N., Andrian, W. and Prasodjo,
E. (2016) Erupsi Bromo Desember 2015 –
Februari 2016. GEOMAGZ (Majalah
Geologi Populer), Bandung.
[2] Zobin, V.M. (2012) Summary for
Policymakers. In: Intergovernmental
Panel on Climate Change, editor. Climate
Change 2013 - The Physical Science
Basis, second edi. Cambridge University
Press, Cambridge. p. 1–30.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415
324.004
[3] Minakami, T. (1974) Seismology of
volcanoes in Japan. Dev Solid Earth
Geophys, 6, 1–27.
[4] Schlindwein, V., Wassermann, J. and
Scherbaum, F. (1995) Spectral analysis of
harmonic tremor signals at Mt. Semeru
Volcano, Indonesia. Geophysical
Research Letters, 22, 1685–8.
https://doi.org/10.1029/95GL01433
[5] Konstantinou, K.I. and Schlindwein, V.
(2003) Nature, wavefield properties and
source mechanism of volcanic tremor: a
review. Journal of Volcanology and
Geothermal Research, 119, 161–87.
https://doi.org/10.1016/S0377-
0273(02)00311-6
[6] Buurman, H. and West, M.E. (2010) Seismic
precursors to volcanic explosions during the
2006 eruption of Augustine Volcano
[Internet]. Power, J.A., Coombs., M.L.,
Freymueller, J.T.,eds., 2006 Erupt. Augustine
Volcano, Alaska U.S.G.S Prof. Pap. 1769.
[7] Buurman, H., West, M.E. and Thompson, G.
(2013) The seismicity of the 2009 Redoubt
64
Analisis Spektral dan Waveform Cross Correlation Tremor Vulkanik Gunungapi Bromo Jawa Timur
Pada Letusan Tahun 2016
eruption. Journal of Volcanology and
Geothermal Research, Elsevier B.V. 259,
16–30.
https://doi.org/10.1016/j.jvolgeores.2012.04.
024
[8] Lumbanraja, W. and Brotopuspito, K.S.
(2015) Identifikasi Dinamika Magma
Berdasarkan Analisis Tremor Vulkanik di
Gunungapi Slamet Jawa Tengah. Jurnal
Fisika Indonesia, 19.
[9] Brigham, E.O. (1988) The fast Fourier
transform and its applications. Prentice-
Hall. Inc, New Jersey, USA.
[10] Triastuty, H. (1996) Analisis Fisis Tingkat
Kegiatan Gunung Bromo Berdasarkan
Spektral Tremor dan Hiposenter Gempa
Gunungapi. Instut Teknologi Bandung.
[11] West, M.E. (2008) Tools and topics in
seismic waveform cross‐correlation
[Internet]. GI Seismology Lab., University
of Alaska Fairbanks, Alaska.
[12] Weisstein, E.W. (2017) Cross-Correlation
[Internet]. Wolfram MathWorld.
[13] Triastuty, H. (2014) Penentuan Lokasi
sumber tremor vulkanik Gunung Api
Raung pada erupsi di bulan Oktober-
November 2012. Jurnal Gunungapi Dan
Mitigasi Bencana Geologi, 6.
[14] Gottschämmer, E. (1999) Volcanic tremor
associated with eruptive activity at Bromo
volcano. Annali Di Geofisica, 42.
https://doi.org/10.4401/ag-3731
[15] Maryanto, S., Iguchi, M. and Tameguri, T.
(2008) Constraints on the source
mechanism of harmonic tremors based on
seismological, ground deformation, and
visual observations at Sakurajima volcano,
Japan. Journal of Volcanology and
Geothermal Research, 170, 198–217.
https://doi.org/10.1016/j.jvolgeores.2007.
10.004
[16] Wildani, A. (2013) Analisis Tremor
Gunungapi Raung, Jawa Timur -
Indinesia. Universitas Brawijaya.