ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI … · petani lebih menyukai benih padi Ciherang dan...
-
Upload
truongtram -
Category
Documents
-
view
249 -
download
5
Transcript of ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI … · petani lebih menyukai benih padi Ciherang dan...
ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI
TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA DI KECAMATAN
CIBEBER KABUPATEN CIANJUR
SAOR PARULIAN NAIBAHO
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sikap,
Kepuasan, dan Loyalitas Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan
Cibeber Kabupaten Cianjur adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Saor Parulian Naibaho
H34100026
ABSTRAK
SAOR PARULIAN NAIBAHO. Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas
Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Cibeber. Dibimbing oleh RITA
NURMALINA
Padi hibrida adalah turunan pertama (F1) dari persilangan antara dua varietas yang
berbeda. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis karakteristik, proses
pengambilan keputusan, sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap
penggunaan benih padi hibrida WM 04 SHS di Kecamatan Cibeber. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, Multiatribut Fishbein,
Customer Satisfaction Index (CSI), Importance Performance Analysis (IPA),
piramida loyalitas. Hasil analisis Multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa
petani lebih menyukai benih padi Ciherang dan IR64 dibandingkan hibrida WM
04 SHS. Hasil Customer Satisfaction Index(CSI) menunjukkan bahwa petani
hibrida WM 04 SHS cukup puas sebesar 57 persen sedangkan petani inbrida
Ciherang dan IR64 sebesar 70 persen dan 66 persen adalah puas. Hasil analisis
piramida loyalitas menunjukkan bahwa petani yang menggunakan hibrida WM 04
SHS dan inbrida IR64 tidak loyal sedangkan petani yang menggunakan Inbrida
Ciherang termasuk kategori loyal.
Kata kunci : Sikap, Perilaku, Kepuasan, Loyalitas, benih padi hibrida WM 04
SHS
ABSTRACT
SAOR PARULIAN NAIBAHO. Attitude analysis, Satisfaction, and Loyalty
Farmers to Hybrid Rice Seed in Cibeber Subdistrict. Supervised by RITA
NURMALINA.
Hybrid rice is the first derivative (F1) that was crossed between two different
varieties. The purpose of this research is to analyze the characteristic, decision-
making process, attitude, satisfaction, and loyalty of farmers to used hybrid seed
(WM 04 SHS) in Cibeber Subdistrict. The method of data analysis was
descriptive analysis, Fishbein Multiatribut, Customer Satisfaction Index (CSI),
Importance Performance Analysis (IPA), pyramid loyalty. The result of Fishbein
Multiatribut analysis indicated that farmers prefer Ciherang and IR64 seed than
WM 04 SHS. The result of Customer Satisfaction Index (CSI) showed that hybrid
farmers WM 04 SHS were quite satisfied by 57 percent while the farmers that
used Ciherang and IR64 by 70 percent and 66 percent were satisfied. The results
of loyalty pyramid analysis indicate that the farmers who used hybrid (WM
04SHS) and inbreed (IR64) were disloyal whereas the farmers that used Inbreed
(Ciherang) were in loyal category.
Keywords: Attitude, Behavior, Satisfaction, Loyalty, hybrid seed rice WM 04
SHS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Agribisnis
ANALISIS SIKAP, KEPUASAN, DAN LOYALITAS PETANI
TERHADAP BENIH PADI HIBRIDA DI KECAMATAN
CIBEBER KABUPATEN CIANJUR
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
SAOR PARULIAN NAIBAHO
Judul Skripsi : Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani Terhadap Benih
Padi Hibrida di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur
Nama : Saor Parulian Naibaho
NIM : H34100026
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Dwi Rachmina, M.Si
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di
Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis karakteristik, proses keputusan petani padi serta menganalisis Sikap,
Kepuasan dan Loyalitas Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan
Cibeber Kabupaten Cianjur
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Irwan selaku
pembimbing lapang penulis yang telah banyak memberikan saran, petunjuk, dan
bantuan tenaga serta Bapak Abdul Mutaqin, Bapak Bani yang telah banyak
membantu dan memberi informasi selama proses penelitian. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada orang tua penulis Martahan Naibaho dan Dameria
Sitohang serta sudara - saudari penulis Patar Naibaho, Lina Naibaho, Roma Uli
Naibaho, Pilippus Neri Naibaho atas segala doa dan kasih sayangnya kepada
penulis. Penulis juga tidak lupa dengan teman teman seperjuangan penulis,
mahasiswa agribisnis angkatan 47 serta seluruh pihak yang telah memberikan
dukungan dan segala bantuan kepada penulis selama perkuliahan penulis di IPB.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Saor Parulian Naibaho
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 6
TINJAUAN PUSTAKA 6 Deskripsi Padi 6 Padi Hibrida 6 Varietas Unggul 8 Benih Padi 9 Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) 10 Penelitian Terdahulu 10
KERANGKA PEMIKIRAN 13 Kerangka Pemikiran Teoritis 13 Kerangka Pemikiran Operasional 21
METODE PENELITIAN 23 Lokasi dan Waktu Penelitian 23 Jenis dan Sumber Data 23 Metode Pengambilan sampel 23
Atribut Benih Padi 24 Metode Analisis Data 24 Defenisi Operasional 32
GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 33 Letak Geografis 33 Penduduk 33 Pertanian 34
HASIL DAN PEMBAHASAN 35
Karakteristik Responden 35 Tahapan Proses Keputusan Pembelian Benih Padi Varietas Unggul 38 Analisis Sikap Petani Terhadap Benih Padi Hibrida Varietas WM 04 SHS,
Inbrida Varietas Ciherang, dan IR64. 48 Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida Varietas WM 04 SHS, Inbrida
Ciherang, dan Inbrida IR64 49 Perbaikan atribut benih padi hibrida varietas WM 04 SHS, inbrida Ciherang,
dan inbrida IR64 menggunakan metode Importance Performance Analysis 52 Analisis Loyalitas Konsumen 56
SIMPULAN DAN SARAN 60 Simpulan 60 Saran 61
DAFTAR PUSTAKA 61 LAMPIRAN 64
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Beras Nasional Tahun 2004-
2012 2 2 Realisasi SLPTT-P2BN padi hibrida Kabupaten Cianjur di 32
Kecamatan 3 3 Perbedaan antara varietas inbrida dengan hibrida 8 4 Daftar atribut produk yang diuji dalam penelitian 24 5 Kriteria indeks kepuasan konsumen 28
6 Skor penilaian tingkat kepentingan dan kinerja 29 7 Kependudukan Kecamatan Cibeber Tahun 2011 34 8 Perbandingan produksi dan produktivitas padi anatar Kecamatan 35 9 Sebaran responden berdasarkan usia 35 10 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga 36 11 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan 36 12 Sebaran responden berdasarkan pendapatan diluar usahatani 36 13 Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan 37 14 Sebaran responden berdasarkan lama berusahatani padi 37 15 Sebaran responden berdasarkan status lahan 38 16 Sebaran responden berdasarkan luas lahan 38 17 Sebaran responden berdasarkan budidaya padi dalam satu tahun 38 18 Sebaran responden berdasarkan tahapan pengenalan kebutuhan 39 19 Sebaran petani responden berdasarkan tahapan pencarian informasi 40
20 Sebaran petani responden berdasarkan evaluasi alternatif 40 21 Sebaran petani responden berdasarkan keputusan pembelian 41 22 Sebaran petani responden berdasarkan perilaku setelah pembelian 42 23 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat kepentingan
(ei) terhadap atribut benih padi (n=36) 43
24 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat kepercayaan (bi) terhadap atribut benih padi hibrida WM 04 SHS (n=36) 46
25 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat kepercayaan
(bi) terhadap atribut benih padi inbrida Ciherang (n=36) 47 26 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat
kepercayaan (bi) terhadap atribut benih padi inbrida IR64 (n=36) 48 27 Hasil analisis sikap multiatribut Fishbein untuk padi benih hibrida
WM 04 SHS, inbrida Ciherang, dan inbrida IR64 (n=36) 49
28 Hasil Analisis Customer Satisfaction Index padi hibrida WM 04 SHS 50
29 Hasil analisis Customer Satisfaction Index padi inbrida Ciherang 50 30 Hasil analisis Customer Satisfaction Index padi inbrida IR64 51
DAFTAR GAMBAR
1 Hubungan antara 3 Komponen Sikap 16 2 Piramida loyalitas merek 20 3 Kerangka pemikiran operasional 22 4 Diagram Kartesius 30 5 Diagram kartesius IPA padi hibrida varietas WM 04 SHS 52 6 Diagram kartesius IPA padi inbrida varietas Ciherang 53 7 Diagram kartesiuS IPA padi inbrida IR64 54 8 Piramida loyalitas padi hibrida varietas WM 04 SHS 56 9 Piramida loyalitas padi inbrida varietas Ciherang 57 10 Piramida loyalitas padi inbrida IR64 57
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi Varietas Padi Hibrida WM 04 SHS 64
2 Deskripsi Varietas Padi Ciherang 65 3 Deskripsi Varietas Padi IR64 66
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor pertanian tetap memegang peran penting sebagai penggerak
perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan oleh
besarnya konstribusi PDB pertanian terhadap PDB Nasional, penyedia bahan baku
industri kecil dan menengah, sumber utama pendapatan rumah tangga pedesaan,
sebagai tumpuan lapangan kerja, penghasil devisa yang paling penting dan
penyedia pangan bagi 259 juta penduduk Indonesia.
Berdasarkan Kementerian Pertanian (2013) sektor pertanian masih
merupakan sektor dengan pangsa penyerapan tenaga kerja terbesar dengan
persentase 39,9 persen dari total penduduk yang bekerja. Selain peran dibidang
penyediaan lapangan kerja, pada periode yang sama tahun 2004-2012 sektor
pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan cukup berkonstribusi terhadap
Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, rata–rata berkonstribusi sebesar 14
persen per tahun terhadap PDB total. Berdasarkan hal tersebut peran sektor
pertanian sangat berperan dalam membangun perekonomian nasional dan menjadi
andalan pemerintah untuk sektor penyerapan tenaga kerja nasional.
Sektor pertanian yang sangat penting sebagai penggerak perekonomian
nasional dan juga berperan sebagai penyedia makanan pokok terutama beras
untuk lebih 95 persen rakyat Indonesia yang menjadikan beras sebagai makanan
pokok. Berdasarkan Bappenas (2014) jumlah penduduk Indonesia diperkirakan
akan terus tumbuh dari 237,6 juta jiwa tahun 2010 menjadi 271,1 juta jiwa pada
tahun 2020, dan 305,6 juta jiwa pada tahun 2035, dengan pertumbuhan penduduk
yang semakin tinggi tentu akan meningkatkan tingkat konsumsi atau permintaan
pasar khususnya terkait dengan kebutuhan beras sebagai makanan pokok
masyarakat Indonesia. Instrumen yang dapat digunakan untuk mengimbangi
pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi terhadap permintaan beras adalah :
1) perluasan areal tanam 2) peningkatan produktifitas dan 3) rekayasa teknologi
dan sosial. Perluasan areal dilakukan melalui percetakan sawah baru, optimalisasi
lahan dan peningkatan indeks pertanaman. Produktivitas dilakukan melalui
varietas unggul, pemupukan. Rekayasa teknologi dan sosial dilakukan melalui
Sekolah Lapang Pengelolaan Tanam Terpadu (SL-PTT) (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 2013).
Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan meningkatkan kebutuhan
pangan yang semakin tinggi maka diperlukan teknologi yang berperan penting
dalam peningkatan kuantitas dan kualitas beras nasional. Salah satu upaya yang
dilakukan pemerintah saat ini untuk meningkatkan produksi beras adalah program
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) serta pencapaian target 10 juta ton
surplus produksi beras nasional tahun 2014 untuk mencapai swasembada beras
nasional (Kementan 2012). Untuk mencapai surplus 10 juta ton beras pada tahun
2014 maka produksi beras nasional diharapkan mencapai 43 juta ton beras
dengan konsumsi 33 juta ton artinya tambahan panen 4,1 juta ton beras atau
setara dengan 6,68 juta ton GKG dari tahun sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut
maka pemerintah melalui program P2BN serta pencapain target 10 juta ton
2
surplus beras nasional melaksanakan program pemberian bantuan benih varietas
unggul hibrida serta sosialisasi penggunaan benih padi hibrida dengan sekolah
lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT). (Dinas Pertanian Tanaman
Pangan Provinsi Jawa Barat 2012).
Sampai dengan tahun 2013, menteri pertanian telah melepas 87 varietas padi
hibrida banyaknya vaietas hibrida yang dilepas guna untuk meningkatakan
produksi beras nasional mengingat kebutuhan pangan khususnya beras sebagai
pangan pokok yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. hibrida secara defenitif berarti turunan pertama (F1) dari persilangan
dua variertas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi lebih tinggi
dibandingkan varietas Inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu suatu
kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul dibandingklan tetuannya. Heterosis
tersebut dapat muncul pada semua sifat tanaman dan untuk padi hibrida
diharapkan dapat muncul terutama pada sifat potensi hasil (Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian 2007).
Berdasarkan Kementerian Pertanian (2013) Perkembangan produksi padi
selama periode tahun 2004-2012 menunjukkkan trend pertumbuhan yang positif,
meningkat lebih dari 15 juta ton GKG dari 54, 088 juta ton GKG pada tahun 2004
menjadi 69,045 juta ton GKG pada tahun 2012 atau tumbuh rata- rata 3,20%
setiap tahun. Perkembangan produksi padi tersebut disebabkan meningkatnya
produktivitas padi dari 45,36 ku/ha tahun 2004 menjadi 51,36 ku/ha pada tahun
2012. Hasil ini merupakan upaya dari pemerintah untuk meningkatkan produksi
padi salah satunya dengan peningkatan produktivitasnya melalui penggunaan
benih padi varietas unggul maupun hibrida dengan sekolah lapang pengelolaan
tanaman terpadu (SL-PTT).
Tabel 1 Perkembangan Produksi dan Kebutuhan Beras Nasional Tahun 2004-
2012
Uraian Tahun
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Produksi Padi
(000 Ton
GKG)
54.08 54.11 54.45 57.17 60.36 64.39 66.49 65.77 69.05
Produktivitas
(Ku/Ha)
45,36 45,74 46,20 47,05 48,94 49,99 50,15 49,80 51,36
Luas Panen
(Ha)
11.923 11.839 11.786 12.148 12.327 12.884 13.253 13.204 13.443
Produksi Beras
(000 Ton)
30.636 30.671 30.843 32.371 34.166 36.207 37.371 36.962 38.817
Konsumsi
Beras (000
Ton)
30.109 30.592 30.898 31.296 31.799 32.195 33.056 33.045 33.035
Surplus/Defisit
(000 Ton)
527 79 -55 1.075 2.367 4.012 4.315 3.917 5.782
Sumber : Kementerian Pertanian 2013
Produksi padi tahun 2004-2011 = ATAP, tahun 2012 =ASEM ; Jumlah penduduk tahun 2011 =
241.095.593, tahun 2012 = 244.688.283 ; Konsumsi beras perkapita tahun 2004-2010 = 139,15 kg,
tahun 2011 = 137,06 kg, tahun 2012 135,01 kg
3
Seiring dengan program pemerintah untuk pencapaian swasembada beras
melalui program Pengembangan Produksi Beras Nasional (P2BN) serta
pencapaian target 10 juta ton surplus beras tahun 2014 maka Provinsi Jawa Barat
merupakan salah satu target pemerintah untuk meningkatkan produksi beras
nasional telah melakukan program penggunaan padi hibrida dan sosialisasi
penggunaan padi hibrida. Provinsi Jawa Barat dibebani target 20-30 % atau 2-3
juta ton beras. Dimana target produksi padi Jawa Barat tahun 2012 sebesar
12.5000.000 ton GKG, khususnya Kabupaten Cianjur mempunyai target produksi
sebesar 2.466.594 ton GKG (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat 2012).
Melalui program P2BN dengan sosialisasi Sekolah Lapang Pengelolaan
Tanaman Terpadu (SL-PTT) Kabupaten Cianjur telah melakukan budidaya padi
hibrida, pada tahun 2012 dengan luas areal 1.200 Ha, realisasi tanam 1.200 Ha
mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2011 dengan luas areal 500 Ha
dan realisasi tanam 500 Ha. SL-PTT atau Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman
Terpadu merupakan pelaksanaan pembelajaran bagi petani melalui proses
pengamatan, penghayatan, mengungkapkan, menganalisa, mendiskusikan dan
menyimpulkan apa yang mereka alami dilapangan. Mengenai teknik dan cara
mengelola tanaman khususnya padi sawahdengan cara mengintegrasikan beberapa
aspek diantaranya pertimbangan budidaya, teknologi anjuran, ekosistem
lingkungan, pembiyaan, serta prediksi hasil yang diinginkan.
Tabel 2 Realisasi SLPTT-P2BN padi hibrida Kabupaten Cianjur di 32 Kecamatan
2009 2010 2011 2012
Luas Areal (Ha) 250 1.000 500 1.200
Realisasi Tanam (Ha) 250 1.000 500 1.200
Realisasi Panen (Ha) 250 1.000 500 1.200
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur Tahun 2012
Untuk mencapai program tersebut perlu diketahui sikap, kepuasan, dan
loyalitas petani, apakah petani memberi respon positif atau negatif, sehingga
pemerintah didalam melaksanakan program dan target 10 juta ton surplus beras
2014 dapat terwujud, sehingga kedepannya akan menjadi solusi yang tepat untuk
mencapai swasembada beras nasional yang berkelanjutan secara kuantitas dan
kualitas.
Perilaku petani terhadap penggunaan benih padi hibrida tidak terlepas dari
kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, psikologi, dan faktor faktor
lainnya. Sikap petani terhadap penggunaan padi hibrida tergantung dari atribut-
atribut yang dimiliki produk. Dengan mengetahui kondisi tersebut akan
membentuk sikap, kepuasan, dan loyalitas petani dalam penggunaan benih padi
hibrida sehingga pada akhirnya petani dapat mengevaluasi benih tertentu dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga diperlukan analisis sikap dan kepuasan
petani terhadap penggunaan padi hibrida.
4
Perumusan Masalah
Dalam rangka pencapaian swasembada beras nasional, pemerintah
menetapkan program Peningkatan Produksi Beras Nasional atau disingkat dengan
P2BN serta pencapaian target 10 juta ton surplus beras nasional tahun 2014.
Untuk mendukung pelaksanaan program Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN) serta pencapaian surplus beras nasional 10 juta ton tahun 2014, Provinsi
Jawa Barat dibebani target 20-30 % atau 2-3 juta ton beras. Dimana target
produksi padi Jawa Barat tahun 2012 sebesar 12.5000.000 ton GKG. Khusus
untuk tanaman padi di Kabupaten Cianjur mempunyai target produksi sebesar
2.466.594 ton GKG (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat 2012).
Salah satu agenda dari program ini adalah sosialisasi penggunaan benih padi
hibrida. Padi hibrida memiliki potensi hasil lebih tinggi dari varietas-varietas padi
inbrida, potensi padi inbrida sekitar 5-8 ton/ha sedangkan potensi produksi benih
padi hibrida mencapai 9-11 ton/ha. Karena itu penggunaan padi hibrida dapat
memberi lonjakan peningkatan produksi yang sangat signifikan (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Jawa Barat 2013).
Dalam program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) serta
pencapaian target surplus 10 juta ton produksi beras 2014 dan peranan Kabupaten
Cianjur dalam penyediaan produksi padi di Jawa Barat, Pemerintah melakukan
berbagai program salah satu program yang dilakukan SL-PTT Padi hibrida.
Pemerintah Kabupaten Cianjur sebagai salah satu target P2BN dan pencapain
target surplus10 juta ton beras nasional tahun 2014 mendapat program ini, tahun
2012 telah melakukan realisasi tanam padi hibrida 1200 Ha serta realisasi panen
hibrida 1200 Ha (Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat
2012).
Kecamatan Cibeber khususnya Desa Cihaur dan Desa Mayak merupakan
desa yang menjadi target pengembangan benih padi hibrida melalui program
pemerintah P2BN. Pengembangan benih padi hibrida di desa ini didasarkan
daerah ini memiliki pengairan irigasi teknis yang baik, bebas banjir pada musim
hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Pada tahun 2009 terdapat 1 desa yang
menjadi target pengembangan benih padi hibrida dan mengalami peningkatan
pada tahun 2010 menjadi 5 desa dan pada tahun 2011 mengalami penurunan
menjadi 3 desa. Benih yang disalurkan pemerintah salah satunya adalah padi
Wilmar 04 Sang Hyang Seri atau disingkat WM 04 SHS yang disosialisasikan
melalui kegiatan Sekolah Lapang Tanaman Terpadu (SL-PTT) (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura Jawa Barat 2012).
Hasil dari program ini menunjukkan jumlah produksi yang lebih tinggi
terlihat dari penggunaan padi hibrida walaupun tidak jauh signifikan dibanding
penggunaan benih inbrida seperti Ciherang dan IR64 yang umum digunakan
petani.Keberhasilan produksi padi hibrida ini tidak membuat petani menggunakan
benih padi hibrida secara berkesinambung, justru sebagian besar petani hanya
menanam benih padi hibrida ketika terdapat program dari pemerintah yang
membagikan benih untuk dibudidayakan petani Desa Cihaur dan Desa Mayak.
Setelah program pemerintah selesai, petani kembali menggunakan benih varietas
unggul seperti Ciherang, IR64, Meokongga, Sintanur. Fenomena ini menjadi
sebuah permasalahan yang perlu dilihat sejauh mana petani merasakan hadirnya
benih padi hibrida WM 04 SHS sejalan dengan program pemerintah Kabupaten
5
Cianjur yang ingin menyukseskan Program P2BN serta pencapaian target 10 juta
ton surplus beras nasional tahun 2014.
Perbedaan perilaku petani dalam memilih benih unggul sangat berpengaruh
dengan kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, psikologis wilayah.
Hadirnya varietas-varietas unggul padi di Kabupaten Cianjur seperti varietas
unggul benih padi hibrida WM 04 SHS yang bersaing dengan padi inbrida
menyebabkan perlu dilakukan penelitian terhadap perilaku petani padi terutama
sikap dan tingkat kepuasan petani dalam menggunakan benih varietas unggul di
Kecamatan Cibeber, sehingga pemerintah juga dapat mengetahui sejauh mana
program Peningkatan Produksi Beras Nasional melalui Sekolah Lapang
Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) ini dapat berhasil dan diterima petani
untuk mendukung swasembada beras nasional dan pencapaian target 10 juta ton
beras nasional. Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk menganalisis
perilaku petani dan masalah yang perlu dikaji adalah antara lain :
1. Bagaimana karakteristik petani dan proses pengambilan keputusan petani
terhadap penggunaan benih padi hibrida di Kecamatan Cibeber.
2. Bagaimana sikap petani terhadap penggunaan padi hibrida di Kecamatan
Cibeber.
3. Bagaimana kepuasan dan loyalitas petani terhadap penggunaan benih padi
hibrida di Kecamatan Cibeber.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan diatas maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik dan proses pengambilan keputusan petani
dalam penggunaan benih padi hibrida di Kecamatan Cibeber.
2. Menganalis sikap petani terhadap penggunaan benih padi hibrida di
Kecamatan Cibeber.
3. Menganalisis kepuasan dan loyalitas petani terhadap penggunaan benih
padi hibrida di Kecamatan Cibeber.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu :
1. Pemerintah dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan untuk
mengetahui sejauh mana sikap, kepuasan, dan loyalitas petani terhadap
penggunaan benih hibrida di Kecamatan Cibeber. Hal ini menjadi
masukan bagi pemerintah untuk menyukseskan program Pengembangan
Produksi Beras Nasional (P2BN) serta pencapain target 10 juta ton
surplus beras nasional dalam rangka pencapaian swasembada beras.
2. Produsen benih hibrida dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar
dalam penyusunan strategi pemasaran yang lebih baik.
3. Bahan masukan bagi pembaca untuk penelitian dan sumber informasi.
6
Ruang Lingkup Penelitian
1. Benih yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih padi hibrida
varietas WM 04 SHS, dengan pembanding benih Inbrida varietas
Ciherang, IR64 yang umumn ditanam di Kecamatan Cibeber.
2. Benih padi hibrida WM 04 SHS diproduksi oleh PT Shang Hyang Seri
(Produsen benih hibrida WM 04 SHS).
3. Petani yang menjadi objek penelitian adalah petani yang telah terdata di
Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kecamatan Cibeber sebagai pengguna benih padi hibrida WM 04 SHS
dan Inbrida varietas Ciherang, IR64.
Penelitian ini hanya dilakukan di Kabupaten Cianjur Kecamatan Cibeber
sehingga hasil penelitian ini tidak boleh dianggap sama dengan jika dilakukan di
daerah lain mengingat pola pikir, ekonomi, sosial, budaya, serta faktor faktor
lainnya di setiap daerah tidak sama.
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Padi
Padi merupakam tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
Pertanian padi pertama berasal dari dua benua, yaitu Asia dan Afrika Barat tropis
dan subtropis. Penanaman padi sudah dimulai pada 3.000 tahun SM di Zhejiang
(Cina).Berdasarkan sistem budidaya, tanaman padi di Indonesia dibedakan dalam
dua tipe, yaitu padi gogo (padi kering, padi ladang) dan padi sawah (Purwono dan
Purnamawati 2007).Padi gogo ditanam di lahan kering (tidak digenangi),
sedangkan padi sawah ditanam di sawah yang selalu tergenang air.
Padi Hibrida
Padi hibrida secara defenitif berarti turunan pertama (F1) dari persilangan
antara dua varietas yang berbeda. Varietas hibrida mampu berproduksi lebih
tinggi dibandingkan varietas inbrida karena adanya pengaruh heterosis yaitu suatu
kecenderungan F1 untuk tampil lebih unggul dibandingkan dua tetuannya.
Heterosis tersebut dapat muncul pada semua sifat tanaman dan untuk padi hibrida
diharapkan dapat muncul terutama pada sifat potensi hasil. Padi hibrida
dikembangkan atas azas pemanfaatan peristiwa heterosis atau hibrid vigor yang
timbul akibat heterosigositas. Hal ini dimungkinkan karena sifat dominan atau
over dominan yang timbul bila dua atau lebih galur murni disilangkan (Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2007).
Cina merupakan negara pertama mengembangkan padi hibrida.
Keberhasilan Cina dalam memproduksi benih hibrida secara massal ditunjang
oleh kemampuan menghasilkan tetua mandul jantan sitoplasmik genetik. Bagi
tanaman menyerbuk sendiri seperti padi, pengembangan hibrida dengan
menggunakan tanaman mandul jantan sitoplasmik genetik merupakan cara yang
plaing mudah dilakukan dibandingkan dengan cara-cara lain. Di Indonesia
7
penelitian tentang padi hibrida telah dilakukan sejak tahun 1983. Penelitian pada
saat itu terbatas pada pengujian galur mandul jantan dan hibrida introduksi. Dalam
kurun waktu 10 tahun, sejak penelitian pertama sampai tahun 1992,
perkembangan padi hibrida tidak menunjukkan kemajuan yang berarti. Baru pada
tahun 1993, penelitian diintensifkan dan mendapat dukungan serius dari IRRI,
sehingga evaluasi keunggulan hibrida introduksi IRRI dilakukan melalui
pengujianmulti lokasi.
Perakitan padi hibrida di Indonesia dilakukan dengan menggunakan tiga
galur, dalam arti membentuk padi hibrida diperlukan tiga galur tetua, yaitu : 1)
galur mandul jantan (GMJ atau CMS atau A), 2) galur pelestari atau maintainer
(B), 3) galur pemulih kesuburan atau restorer (R). Galur pelestari (B) dan galur
pemulih kesuburan (R) memiliki tepungsari yang normal (fertil) sehingga mampu
menghasilkan benihnya sendiri. GMJ bersifat mandul jantan mampu
menghasilkan benih bila diserbuki oleh tepungsari dari tanaman lain. GMJ bila
diserbuki oleh galur B pasangannya menghasilkan benih GMJ lagi. Sedangkan
bila diserbuki oleh galur R akan menghasilkan benih F1 hibrida yang dikenal
dengan nama benih hibrida. Dengan demikian, produksi beniih hibrida mencakup
dua tahap : 1) produksi benih galur tetua 2) produksi benih hibrida. Produksi
benih galur A harus dilakukan dengan menanam tetua mandul jantan bersama
dengan galur B (pelestari), sedangkan produksi galur B dan R dilakukan seperti
produksi benih inbrida. Produksi benih hibrida dilakukan dengan menanam secara
bersamaan galur ( A) dengan galur (R) (Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian 2007).
Keunggulan padi hibrida yaitu hasil lebih tinggi dari hasil padi unggul biasa,
vigor lebih baik sehingga lebih kompetitif terhadap gulma, keunggulan dari aspek
fisiologi seperti aktivitas perakaranyang lebih luas, area fotosintesis yang lebih
luas, intensitas respirasi yang lebih rendah dan translokasi asimilat yang lebih
tinggi, keunggulan pada beberapa karakteristik morfologi seperti sistem perakaran
yang lebih kuat, anakan lebih banyak,jumlah gabah per malai lebih banyak, dan
bobot 1000 butir isi lebih tinggi. Kekurangan padi hibrida yaitu harga benih yang
sangat mahal, petani harus beli benih baru setiap kali tanam karena benih hasil
panen sebelumnya tidak dapat dipakai untuk pertanaman berikutnya, tidak semua
galur yang dapat dijadikan sebagai tetua padi hibrida, produksi benih rumit,
memerlukan areal penanaman dengan syarat tumbuh tertentu (Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian 2007).
Perbedaan benih padi hibrida dan inbrida yaitu, benih padi inbrida
merupakan tanaman yang menyerbuk sendiri sehingga secara alami kondisinya
adalah homozygot-homogen dan cara perbanyakannya dengan benih keturunan.
Sedangkan kondisi benih hibrida adalah heterozygot-homogen atau dalam
individu tanaman yang sama konstruksi gen bersifat heterozygot, namun antara
individu tanaman dalam populasi yang sama bersifat homogen dan cara
perbanyakannya melalui silangan baru. Perbedaan antara varietas inbrida dengan
hibrida dapat dilihat pada tabel dibawah.
8
Tabel 3 Perbedaan antara varietas inbrida dengan hibrida
No Varietas Hibrida Varietas Inbrida
1 Komposisi genetik heterozigot homogen Komposisi genetik homozigot homogen
2 Produksi benih dihasilkan dari
persilangan tiga galur yang berbeda
Produksi benih dihasilkan dari penyerbukan
sendiri
3 Benih yang digunakan untuk pertanaman
konsumsi berupa F1
Benih yang digunakan berupa benih turunan
generasi selanjutnya (>F12)
4 Ada keunggulan fenomena heterosis Tidak ada terdapat fenomena heterosis
5 Tanaman lebih seragam (Homogeneus) Ketidakseragaman lebih mungkin terjadi
(akibat produksi benih yang kurang baik)
Satoto et al. (2009) dalam Abdurachman (2011)
Varietas Unggul
Menurut Siregar (1981) Varietas unggul adalah varietas yang memiliki sifat
sifat lebih daripada varietas lainnya. Sifat-sifat unggul itu bisa merupakan daya
hasil yang lebih tinggi, umur yang lebih pendek, ketahanan terhadap gangguan
serangga atau serangan cendawan, lebih tahan terhadap tumbangnya pertanaman,
mutu beras, rasa nasi yang lebih tinggi atau lebih enak.
Varietas unggul pada padi ada jenis Varietas Unggul Baru (VUB) dan
Varietas Unggul Tipe Baru (VUTB) atau padi hibrida (Las et al. 2004). Perbedaan
antara VUB masa VUTB terletak pada kapasitas sink yang cukup tinggi sehingga
mampu mendukung pencapaian daya hasil yang tinggi pula. Untuk memanfaatkan
potensi sink yang tinggi tersebut dibutuhkan source yang cukup memadai.
Potensi sink diperbaiki melalui peningkatan jumlah gabah per malai, sedangkan
kebutuhan source dirancang melalui pembentukan arsitektur tanaman , terutama
bentuk daun, jumlah anakan, perakaran, dan batang. Kebutuhan source yang
cukup selain harus dirancang secara cermat melalui pembentukan arsitektur
tanamn juga dapat melalui manipulasi teknologi budidaya tanaman dengan
pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu. (Las et al. 2004).
Varietas Unggul Baru merupakan verietas hasil dari persilangan biasa antara
padi jenis indica (cere) Sedangkan VUTB dihasilkan melalui persilangan antara
padi jensi indica dengan japonica (Las et al. 2004). Contoh jenis padi VUB
adalah varietas IR64, Ciherang, Inpari 13. Padi hibrida yang dikembangkan di
Indonesia bertumpu pada sistem tiga galur tetua yaitu galur mandul jantan atau
CMS atau A(Cytoplasmic-genetic Male Sterility), galur pelestari atau mandul
jantan atau maintainer (B), dan galur pemulih kesuburan atau restorer (R) (Las et
al. 2004). Contoh varietas padi hibrida atau VUTB adalah WM 04 SHS, intani 1,
Intani 2, Rokan, Maro, Miki 1, Miki 2, Miki (Deptan 2008).
Pengembangan teknologi padi hibrida dari upaya pemanfaatan gejala
heterosis dari polpulasi F1 atas tetua-tetua persilangannya cenderung memberikan
produktivitas yang lebih besar daripada varietas-varietas tetuanya. Adapun
kelemahan padi hibrida ialah harga benih yang mahal, petani harus membeli benih
padi setiap kali akan tanam, tidak setiap galur atau varietas dapat dijadikan tetua
hibrida. Galur pelestari dan galur pemulih kesuburan memiliki tepung sari yang
normal (fertil) sehingga mampu menghasiilkan benih sendiri. Galur CMS bersifat
mandul jantan sehingga hanya mampu menghasilkan benih bila diserbukitepung
sari dari tanaman lain. Galur CMS bila diserbuki oleh galur pelestari
9
menghasilkan benih CMS, sedangkan bila diserbuki oleh galur pemulih kesuburan
menghasilkan benih F1 hibrida (Las et al. 2004).
Benih Padi
Benih yang baik berperan sebagai sarana produksi yang mampu mengemban
misi agronomi, bahkan sebagai sarana pembawa teknologi baru yang harus jelas
identitas genetiknya. Penyediaan benih padi bermutu tinggi menjadi salah satu
faktor yang memberi jaminan pertanaman yang bagus dan hasil panen yang tinggi,
hal ini dapat dilihat dari proses produksi yang dihasilkan secara kualitas. Benih
unggul adalah benih yang murni, bernas, sehat dan kering, bebas dari penularan
penyakit cendawan, bebasa dari penularan penyakit cendawan, bebas dari biji-
bijian rerumputan (Siregar 1981). Menurut Badan Standardisasi Nasional (2003)
Benih Padi adalah bahan tanaman (Planting material) hasil perkembangbiakan
tanaman padi secara generatif yang digunakan untuk produksi benih atau produksi
tanaman. Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (1999)
syarat benih bermutu diantaranya :
1. Murni dan diketahui nama varietasnya.
2. Daya tumbuhnya tinggi (minimal 80%), serta virgonya baik.
3. Biji sehat, bernas, mengkilat, tidak keriput dan dipanen dari tanaman
telah matang.
4. Dipanen dari tanaman yang sehat, tidak terkena penyakit virus.
5. Tidak terinfeksi cendawan, bakteri atau virus.
6. Bersih, tidak tercampur biji tanaman lain atau biji rerumputan.
Menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (1999) faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu benih diantaranya :
1. Faktor bawaan (kemurniaan varietas)
2. Faktor fisiologi dan fisik benih : tingkat kematangan benih, tingkat
kerusakan mekanis benih, tingkat keusangan benih, ukuran dan berat
jenis benih, komposisi kimia benih , pathogen pada benih terutama
bakteri layu dan virus.
3. Faktor lingkungan : musim tanam, kultur teknik, waktu panen, cara
panen.
4. Faktor perlakuan pascapanen : cara penimbunan hasil sebelum disimpan,
cara pengeringan, keseragaman dan kesehatan benih sebelum disimpan,
cara pengepakan dan kelembaban tempat penyimpanan, cara dan proses
pengangkutan benih
Menurut Nugraha dan Sayaka (2004) benih padi yang digunakan petani
bersumber dari dua sektor yaitu sektor formal dan informal. Benih yang
bersumber dari sektor formal dibagi menjadi dua kategori, yaitu sektor publik
(BUMN) dan swasta, sedangkan Sektor informal dikelompokkan menjadi dua,
yaitu petani yang menggunakan benih dari hasil panennya sendiri dan hasil panen
petani lain. Setiap benih yang diperoleh dari sektor formal memiliki ciri ciri
memiliki ciri-ciri yang membedakannya dari sektor informal, yaitu produkisi
terencana, menerapkan tingkat mekanisasi tertentu dalam pengolahan benih,
menggunakan nama varietas yang jelas, memasarkan benih dalam kemasan
beridentitas (berlabel), dan menerapkan sistem jaminan mutu. Berbagai contoh
10
benih yang bersumber dari sektor formal, yaitu varietas benih IR64, Memberamo,
Way Apoburu, Ciherang, dan padi Hibrida, dengan tujuan memberikan kepuasan
pada konsumen. Berbeda dengan benih sektor informal yang pada umumnya
hanya menyisihkan sebagaian dari hasil panenya untuk dijadikan sebagai benih
musim tanam berikutnya yang kelihatan bagus secara visual.
Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) merupakan program
pemerintah pada tahun 2007 untuk meningkatkan produksi beras nasional yang
belum mencukupi dibandingkan dengan kebutuhan beras itu sendiri sehingga
Indonesia masih tergantung pada Impor beras. Tujuan dari gerakan P2BN ini
adalah menambahkan produksi beras hingga 2 juta ton sampai akhir 2007 dan
setiap tahunnya produksi akan naik 5 persen sampai tahun 2009. Strategi untuk
meningkatkan program ini adalah dengan melakukan peningkatan produktivitas,
perluasan areal tanam, pengamanan produksi dan pemberdayaan kelembagaan
pertanian dan dukungan pembiyaan usaha tani. Untuk peningkatan produktivitas
pemerintah melalui tenaga penyuluh yang direkrut Departemen Pertanian bersama
petani melaukan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di 33 provinsi pada areal
lahan pertanian seluas 2,08 juta hektar. Di lahan tersebut pemerintah memberikan
benih unggul yang disebut hibrida dan padi inbrida kepada 9 provinsi dengan luas
lahan 135 ribu hektar. Selain bantuan benih pemerintah juga memberikan bantuan
pupuk secara subsidi. Petani membeli dengan harga murah karena disubsidi.
Sementara perluasan areal tanam dilakukan tidak dengan memperluas lahan tetapi
dengan memperbaiki infrastruktur seperti perbaikan jaringan irigasi Tata Usaha
Tani, perbaikan jaringan irigasi desa, pengembangan tata air mikro, pencetakan
sawah baru, optimasi lahan, pemanfaatan air permukaan dan pemanfaatan air
dangkal.
Penelitian Terdahulu
Fahmi (2008) melakukan penelitian tentang sikap dan kepuasan petani padi
terhadap benih padi varietas unggul di Kabupaten Kediri.Tujuan penelitian ini
adalah untuk menganalisis sikap dan kepuasan petani padi terhadap benih padi
varietas unggul di kabupaten Kediri. Alat analisis yang digunakan untuk
menjawab tujuan tersebut adalah Fishbein, Important Performance Analysis(IPA)
dan Costumers Satisfaction Index (CSI).Fishbein digunakan untuk mengukur
sikap sedangkan IPA dan CSI digunakan untuk mengukur kepuasan.Penelitian
dilakukan terhadap tiga varietas benih yaitu, IR 64, Ciherang dan Membramo.
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian Fahmi (2008)
adalah metodeconvenience sampling yang berarti sampel responden adalah
responden yang bersedia untuk diwawacarai dan mengisi kuisioner.
Berdasarkan hasil model multiatribut Fishbein, petani lebih menyukai varietas
Memberamo. Varietas IR 64 memiliki kelebihan pada umur tanaman yang lebih
pendek, lebih tahan rebah dan lebih tahan hama penyakit namun produktivitas dan
pemasaran hasil panen lebih trendah dari varietas Ciherangdan memberamo.
Varietas Memberamo memiliki kelebihan pada hasil panen yang lebih tinggi, rasa
11
nasi yang lebih enak dan pemasaran hasil panen yang lebih mudah dijual namun
tidak tahan hama penyakit, tahan rebah dan memiliki umur tanaman yang lebih
panjang. Kinerja varietas Ciherang berada diantara kedua varietas tersebut namun
memiliki kelemahan pada rasa nasi dan pemasaran hasil panen yang lebih
rendah.Hasil dari CSImenunjukkan bahwa petani puas terhadap kinerja atrubut-
atribut varietas unggul dengan nilai CSI sebesar 73,32 persen.
Irawati (2009) melakukan penelitian dengan judul Analisis Sikap dan
Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi (Oriza sativa) Varietas Unggul di
Kota Solok, Sumatera Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi
karakteristik petani dan proses keputusan pembelian serta menganalisis sikap dan
kepuasan konsumen terhadap penggunaan padi varietas unggul di kota Solok.
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis Deskriptif,
Importance Performance Analysis dan Costomer Satisfaction Index. Berdasarkan
uraian tentang karakteristik responden diketahui bahwa petani responden lebih
banyak perempuan berusia antara 41-50 tahun dengan tingkat pendidikan terakhir
adalah SD dan telah melakukan budidaya padi sawah selama lebih dari 21 tahun.
Berdasarkan hasil proses keputusan pembelian, petani di Kota Solok memiliki
motivasi bertani padi untuk memperoleh keuntungan. Oleh sebab itu mereka
menganggap penggunaan benih varietas unggul sangat penting. Saat ini petani
mengetahui tentang benih padi varietas unggul dari PPL. Mereka berharap dengan
menggunakan benih varietas unggul bisa meningkatkan hasil panen dengan
pertimbangan utama adalah rasa nasi. Berdasarkan analisis sikap, diantara empat
varietas unggul yang dibandingkan, petani lebih menyukai varietas Cisokan dan
Anak Daro dibanding varietas Batang Piaman dan Batang Lembang. Hasil analisis
Importance Performance Analysis (IPA), diketahui bahwa atrbut-atribut yang
memiliki tingkat kinerja tinggi dan kepentingan tinggi lebih banyak terdapat pada
varietas Anak Daro dan Cisokan. Berdasarkan Costumer Satification Index (CSI),
tingkat kepuasan konsumen terhadap keempat benih varietas unggul berada pada
kategori puas.
Manalu (2010) melakukan penelitian tentang sikap dan kepuasan petani padi
terhadap penggunaan benih padi varietas unggul Kecamatan Baros, Kota
sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah : Mengidentifikasi karakteristik petani dan
proses pengambilan keputusan petani dalam penggunaan benih padi hibrida
Bernas Prima, Menganalisis sikap petani terhadap benih padi hibrida Bernas
Prima, Menganalisis kepuasan petani terhadap benih padi hibrida Bernas Prima.
Metode penelitian yang digunakan adalah melalui pendekatan
surveymenggunakan sampel acak sederhana (snowball sampling).Dalam
menjawab perumusan masalah penelitian dipergunakan analisis deskriptif, analisis
Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, Perceptual Mapping, analisis Biplot dan
Consumers Satisfaction Index (CSI).
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang karakteristik responden, paling
banyak petani pada kelompok usia 41 hingga 50 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
menikah dan rata-rata berjumlakan anggota keluarga sebanyak lima orang, tingkat
pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar. Usahatani ini merupakan pekerjaan
utama, pendapatan diluar usahatani kurang dari Rp 500.000, dengan lama
berusahatani padi lebih dari 30 tahun, lahan yang mereka gunakan sebagian besar
milik sendiri dengan rata-rata luas lahan 3.000-5.000 m2. Budidaya yang
dilakukan sebanyak tiga kali dalam setahun, sedangkan varietas yang paling
12
banyak digunakan adalah Ciherang dan Sintanur.Hasil analisis multiatribut
Fishbein menunjukkan total nilai sikap yang diperoleh benih padi hibrida Bernas
Prima, Ciherang, dan Sintanur secara berturut-turut adalah 152.18, 174.03 dan
149.79. Semakin besar skor sikap total maka produk terkait semakin dapat
memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden. Dengan demikian
berdasarkan hasil total penilaian sikap petani terhadap benih padi menunjukkan
bahwa benih padi varietas Ciherang lebih disukai oleh petani dan dianggap lebih
mampu memenuhi harapan dan kebutuhan petani responden. Tingkat kepuasan
petani terhadap padi hibrida Bernas Prima berada pada indeks puas dengan skor
0.66 atau 66 persen. Dari pendekatan angka tersebut berarti masih ada nilai
ketidakpuasan sebesar 34 persen yang perlu diperbaiki.
Abdurachman (2011) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Sikap
dan Kepuasn Petani Terhadap Benih Padi Hibrida di Kecamatan Cigombong
Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis karakteristik
petani di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor, (2) Menganalisis motivasi
dan sikap petani terhadap benih padi hibrida varietas Intani 2 di Kecamatan
Cigombong Kabupaten Bogor, dan (3) Menganalisis kepuasan petani terhadap
benih padi hibrida varietas Intani 2 di Kecamatan Cigombong Kabupaten
Bogor.Pemilihan responden dilakukan dengan metode Sensus sebanyak 43 petani
responden. Dalam menjawab perumusan masalah penelitian digunakan analisis
deskriptif, analisis Cochran, analisis Multiatribut Fishbein, dan Costumers
Satisfaction Index.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif tentang karakteristik responden, paling
banyak petani berada pada kelompok usia ≥42 tahun, berjenis kelamin laki-laki,
menikah, tingkat pendidikan terbanyak adalah sekolah dasar. Usahatani ini
merupakan pekerjaan utama, rata-rata pendapatan antara Rp 500.000 hingga Rp
999.999, dengan lama berusahatani padi dari 11 hingga 20 tahun, lahan yang
digunakan sebagian besar menyewa dengan rata-rata luas lahan kurang dari 0,5
ha. Budidaya yang dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun dengan pola tanam
menggunakan padi secara terus menerus, rata-rata hasil Gabah Kering Panen
(GKP) dari benih padi inbrida atau benih padi konvensional yang umumnya
ditanam oleh para petani ialah sebesar 5,29 ton/ha, rata-rata harga gabah kering
panen (GKP) adalah Rp 2.400/kg, dan varietas yang paling sering digunakan ialah
Ciherang.Berdasarkan hasil penelitian pada motivasi petani terhadap benih padi
hibrida varietas Intani 2 sebagian besar petani responden tidak termotivasi untuk
menanam kembali benih padi hibrida varietas Intani 2 sebesar 50,90 persen. Hasil
analisis multiatribut Fishbein menunjukkan total nilai sikap yang diperoleh benih
padi hibrida varietas Intani 2 dan benih padi inbrida varietas Ciherang ialah
sebesar -7,59 dan 9,88. Semakin besar total skor sikap maka benih tersebut
semakin dapat memenuhi harapan dan keinginan petani. Sehingga berdasarkan
hasil analisis menunjukkan bahwa petani lebih menyukai benih padi inbrida
varietas Ciherang dari pada benih padi hibrida varietas Intani 2. Hasil analisis
Costumers Satisfaction Index (CSI) menunjukkan bahwa benih padi hibrida
varietas Intani 2 memperoleh skor sebesar 49,59 persen yang dianggap termasuk
dalam kategori biasa atau netral. Sedangkan CSI pada benih padi inbrida varietas
Ciherang ialah 75,87 persen atau termasuk kedalam kategori puas.
Koes (2013) melakukan penelitian dengan judul Analisis Sikap, Kepuasan
dan Loyalitas Petani terhadap Penggunaan Benih Unggul Jagung Komposit di
13
Sulawesi Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi karakteristik
dan menganalisis sikap serta perilaku petani terhadap penggunaan benih jagung
komposit di Sulawesi Selatan; 2) menganalisis faktor dominan (variabel laten dan
variabel indikator) pembentuk kepuasan dan loyalitas petani terhadap penggunaan
benih unggul jagung komposit di Sulawesi Selatan; dan 3) menganalisis hubungan
antara kepuasan dan loyalitas petani terhadap penggunaan benih unggul jagung
komposit di Sulawesi Selatan. Berdasarkan analisis sikap diantara tiga jenis
jagung yang dibandingkan, sikap petani responden terhadap benih jagung
komposit cenderung lebih baik dibandingkan dengan benih jagung hibrida dan
benih jagung lokal. Faktor dominan dari variabel laten bauran pemasaran yang
berpengaruh terhadap kepuasan petani dalam menggunakan benih jagung
komposit adalah variabel laten produk dan tempat, sementara variabel laten dari
bauran pemasaran lainnya yaitu harga dan promosi tidak berpengaruh terhadap
kepuasan. Berdasarkan hasil analisis SEM dengan model kepuasan dan loyalitas
petani dalam menggunakan benih unggul jagung komposit menunjukkan bahwa
variabel kepuasan memiliki hubungan terhadap loyalitasnya yaitu: melakukan
pembelian berulang dan bersedia merekomendasikan kepada pihak lain untuk
menggunakan benih jagung komposit.
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Konsumen dan Perilaku Konsumen
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen, konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik dari segi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Menurut Kotler
(2005) konsumen didefenisikan sebagai individu atau kelompok yang berusaha
untuk memenuhi atau mendapatkan barang atau jasa yang dipengaruhi untuk
kehidupan pribadi atau kelompoknya.
Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut
(Engel et al. 1994). Untuk memahami seorang konsumen dan mengembangkan
suatu strategi, pemasar harus memahami apa yang konsumen pikirkan (kognisi)
dan rasakan (pengaruh) serta perilaku konsumen itu sendiri. Dalam mempelajari
perilaku konsumen berarti mempelajari bagaimana konsumen membuat keputusan
untuk menggunakan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh dari apa
yang mereka inginkan tentang produk maupun jasa. Para pemasar wajib
memahami keragaman dan kesamaan konsumen atau perilaku konsumen agar
mereka mampu memasarkan produk dengan baik. Para pemasar harus memahami
mengapa dan bagaimana konsumen mengambil keputusan konsumsi, sehingga
pemasar dapat merangsang strategi pemasaran dengan baik. Pemasar yang
mengerti perilaku konsumen akan mampu memprediksikan bagaimana
kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi yang diterimanya,
sehingga pemasar dapat menyusun strategi pemasaran yang sesuai (Sumarwan
14
2004). Adanya rasa kebutuhan seorang konsumen terhadap suatu produk menjadi
awal dalam proses pengambilan keputusan pembelian. kebutuhan tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu dapat berasal dari individunya sendiri
ataupun dari pihak luar yang diperoleh dari berbagai informasi yang terkandung di
dalam promosi.
Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Konsumen selalu dihadapkan pada berbagai keputusan mengenai segala
hal yang menyangkut aktivitas kehidupannya. Semua itu menyebabkan adanya
disiplin perilaku konsumen yang berusaha mempelajari bagaimana konsumen
mengambil keputusan dan juga memahami faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi dan yang terlibat dalam pengambilan keputusan tersebut.
Keputusan konsumen dalam bentuk tindakan membeli suatu barang atau jasa
muncul melalui tahapan-tahapan tertentu. Menurut Engel et al (1994) proses
keputusan konsumen meliputi lima tahap yaitu tahap pengenalan kebutuhan, tahap
pencarian informasi, tahap evaluasi alternatif, tahap pembelian, dan tahap perilaku
setelah pembelian
Pengenalan Kebutuhan
Pengenalan kebutuhan didefenisikan sebagai perbedaan atau ketidaksesuain
antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya, yang akan
membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Kebutuhan dikenali ketika
ketidaksesuaian melebihi tingkat atau ambang tertentu (Engel et al. 1994). Ketika
ketidaksesuaian melebihi tingkat ambang tertentu maka kebutuhanpun dikenali.
Sebagai contoh seorang konsumen sekarang ini merasa lapar (keadaan aktual) dan
ingin meghilanngkan perasaan ini (keadaan yang diinginkan ) akan mengenali
pengenalan kebutuhan seaandainya ketidaksesuaian diantara kedua keadaan cukup
besar. Sebaliknya ketidaksesuaian itu beradaa dibawah ambang maka pengenalan
kebutuhan pun tidak terjadi.
Kebutuhan dapat muncul disebabkan rangsangan internal dan eksternal.
Stimulus internal adalah kebutuhan dasar yang timbul dari dalam diri sendiri
seperti lapar, haus, dan sebagainya sedangkan untuk stimulus eksternal adalah
kebutuhan yang ditimbulkan oleh dorongan eksternal seperti seseorang yang
melewati toko roti dan melihat roti yang baru selesai dibakar dapat merangsang
rasa laparnya.
Pencarian Informasi Konsumen mencari informasi yang disimpan didalam ingatan (pencarian internal)
atau mendapatkan informasi yang relevan dari lingkungan (pencarian eksternal)
(Engel et al. 1994). Setelah kebutuhan dikenali, selanjutnya konsumen dapat
melakukan pencarian informasi secara internal (ingatan/memori) atau dilanjutkan
dengan eksternal.
Pencarian internal didapat dari pengetahuan yang tersimpan di dalam
ingatan para konsumen atas berbagai produk. Apabila pencarian internal tidak
mencukupi, konsumen memutuskan untuk mencari informasi tambahan melalui
pencarian eksternal dari lingkungan. Pencarian eksternal didapat dari
pengumpulan informasi dimana konsumen mendapatkan informasi yang mereka
15
butuhkan melalui iklan, teman, atau orang-orang disekitarnya. Sumber-sumber
informasi konsumen terdiri dari empat kelompok (Kotler 2005), yaitu:
a) Sumber pribadi: terdiri dari keluarga, teman, tetangga, dan kenalan.
b) Sumber komersial: terdiri dari iklan, tenaga penjual, dan pedagang perantara.
c) Sumber umum : terdiri dari media massa dan organisasi rating konsumen.
d) Sumber pengalaman: penanganan, pemeriksaan, dan penggunaan produk.
Evaluasi alternatif.
Evaluasi alternatif adalah proses dimana suatu alternatif pilihan dievaluasi
dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Setelah konsumen
mengumpulkan informasi tentang jawaban alternatif terhadap suatu kebutuhan
yang dikenali, maka konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan manfaat
yang diharapakan dan menyempitkan pilihan pada alternatif yang dipilih. Tahap
ini menggambarkan tahap pengambilan keputusan dimana konsumen
mengevaluasi berbagai alternatif dan membuat pertimbangan nilai yang terbaik
untuk membuat pilihannya. Pada tahap ini konsumen harus : 1) menentukan
kriteria evaluasi berbagai alternatif yang akan digunakan untuk menilai alternatif,
2) memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan, 3) menilai kinerja
dari alternatif yang dipertimbangkan dan 4) memilih dan menerapkan kaidah
keputusan untuk membuat pilihan akhir (Engel et al. 1994).
Penentuan kriteria evaluasi akan bergantung pada beberapa faktor,
diantarannya adalah pengaruh situasi, kesamaan alternatife pilihan, motivasi,
keterlibatan, dan pengetahuan. Penentuan kriteria evaluasi dilanjutkan dengan
menentukan alternatif mana yang akan dipilih. Tahap ini terdiri dari menentukan
alternatif mana yang akan dipilih, menilai alternatif-alternatif pilihan, dan terkahir
menyeleksi kaidah keputusan (Engel et al. 1994).
Keputusan Pembelian Pada tahap keputusan pembelian, konsumen harus memutuskan apakah
membeli suatu produk atau tidak. Pada tahap pembelian, konsumen harus
mengambil keputusan kapan membeli, dimana membeli dan bagaimana
membayarnya. Pembelian merupakan fungsi dari dua determinan, yaitu niat
pembelian dan pengaruh : lingkungan atau perbedaan individu (Engel et al. 1994).
Niat pembelian digolongkan menjadi dua kategori, yaitu : 1) pembelian yang
terencana penuh, 2) pembelian yang tidak terencana (mendadak).
Perilaku Setelah Pembelian
Konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih sesuai kebutuhan
dan harapan setelah menggunakan produk atau merek tertentu. Setelah konsumen
melakukan pembelian terhadap suatu produk konsumen akan membentuk sikap
dan keyakinan terhadap produk tersebut. Sikap dan keyakinan ini akan terbentuk
dari tingkat kepuasan dan ketidakpuasan yang diterima konsumen. Apabila
konsumen puas, maka akan terbentuk sikap dan keyakinan yang positif atas
pembelian selanjutnya, dan sebaliknya. kepuasan dari konsumen terlihat dari
harapan konsumen atas kulitas dari produk yang mereka gunakan. Jika harapan
mereka terpenuhi dari penggunaan produk, maka penilaian positif akan diberikan
konsumen terhadap produk tersebut, sebaliknya jika produk gagal memenuhi
harapan konsumen maka penilaian negatif akan diberikan konsumen terhadap
16
produk. Kepuasan yang diterima konsumen terhadap kinerja yang diberikan
produk akan menetukan tindakan selanjutnya dari seseorang pada proses
keputusan pembelian selanjutnya.
Sikap
Sikap sangat berperan untuk menentukan pengambilan keputusan
pembelian. Setelah konsumen melakukan pencarian informasi dan memproses
informasi, langkah berikutnya adalah menyikapi informasi yang diterimanya.
Menurut Rangkuti (2008) sikap merupakan hasil evaluasi yang mencerminkan
rasa suka atau tidak suka terhadap suatu objek, sehingga dengan mengetahui hasil
evaaluasi tersebut, dapat diduga seberapa besar potensi pembeliannya.
Berdasarkan potensi tersebut, tenaga pemasar dapat menyususn strategi yang lebih
efektif. Menurut (Engel et al. 1994) Sikap adalah suatu evaluasi menyeluruh
berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan yang memungkinkan orang
berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan. Menurut
Setiadi (2008) Keyakinan-keyakinan dan pilihan konsumen atas suatu merek
adalah merupakan sikap konsumen, dimana merek akan mempengaruhi apakah
konsumen jadi membeli atau tidak.
Kepercayaan yang tinggi terhadap suatu produk perlu dibangun sehingga
timbul evaluasi yang positif terhadap produk tersebut sedangkan kepercayaan
yang rendah menimbulkan evaluasi yang negatif terhadap produk tersebut. Sikap
positif terhadap merek tertentu akan memungkinkan konsumen melakukan
pembelian, tetapi sebaliknya sikap negatif akan menghalangi konsumen untuk
melakukan pembelian. Sikap menggambarkan perasaan positif atau negatif yang
dievaluasi dari merek bersama dengan kriteria atau atribut evaluatif yang penting.
Sikap yang dimiliki seseorang sangat bergantung pada pengalaman yang dimiliki
konsumen terhadap penggunaan suatu barang atau jasa. Pembentukan sikap
konsumen yang loyal terhadap suatu produk atau jasa sangat diperlukan
mengingat sikap konsumen memiliki sifat dinamis yang artinya berubah-ubah
seiring berjalannya waktu.
Terdapat tiga komponen sikap atau sikap konsumen terdiri dari tiga faktor
penting yaitu komponen kognitif, komponen afektif, komponen konatif.
Kepercayaan merek adalah komponen kogniti dari sikap, evaluasi merek adalah
komponen afektif atau perasaan, dan maksud untuk membeli adalah komponen
konatif atau tindakan.
Gambar 1 Hubungan antara 3 Komponen Sikap Sumber : Setiadi (2008)
Komponen Kognitif
Kepercayaan terhadap merek
Komponen Afektif
Evaluasi merek
Komponen Konatif
Maksud untuk membeli
17
Menurut Setiadi (2008) dan Rangkuti (2008), mengklasifikasikan sikap
menjadi empat fugsi yaitu fungsi utilitarian, fungsi ekspresi nilai, fungsi
mempertahankan ego, fungsi pengetahuan.
1. Fungsi Utilitarian
Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan
dan hukuman.Seseorang menyukai suatu produk karena ingin memperoleh
manfaat dari produk tersebut, Contoh : sesorang menyukai buah-buahan karena
mengandung serat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran
konsumen.
2. Fungsi Ekspresi Nilai
Merupakan kemampuan merek produk tertentu mengekspresikan nilai-nilai
yang ada pada dirinya, Contoh : Sikap seseorang yang lebih senang belanja
pakaian dibutik yang menggambarkan kelas sosial seseorang. Butik selalu
diasosiasikan dengan tempat penjualan pakaian baik dan mewah.
3. Fungsi Mempertahankan Ego
Sikap yang dikembangkan konsumen cenderung untuk melindunginya dari
tantangan eksternal maupun perasaan internal atau sikap untuk melindungi citra
diri seseorang, Contoh : Seseorang selalu menggunakan sepatu bertumit tinggi
agar mengurangi rasa minder dan meningkatkan kepercayaan diri.
4. Fungsi Pengetahuan
Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu
banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya,contoh : Poster suatu produk
sayuran tertentu berusaha mengubah sikap konsumen dengan meningkatkan
pengetahun mengenai manfaat konsumsi sayur berwarna. Peningkatan
pengetahuan konsumen diharapkan dapat membantu mengurangi ketidakpastian
dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang diperolehnya.
Kepuasan Konsumen
Pada proses keputusan pembelian, konsumen yang mengkonsumsi suatu
produk tentu tidakakan berhenti pada proses konsumsi saja. Konsumen akan
melakukan evalusi pasca konsumsi. Hasil dari evaluasi tersebut konsumen merasa
puas atau tidak terhadap konsumsi produk atau merek tertentu. Kepuasan
konsumen didefenisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi konsumen terhadap
suatu alternatif yang dipilih apakah melebihi atau tidak melebihi harapannya
sedangkan ketidakpuasan adalah hasil dari harapan yang diteguhkan secara
negatif. (Engel et al. 1994). Kotler (2005) dalam Setiawan (2011)
mengemukakan kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa yang
muncul dari pelanggan setelah membandingkan kinerja produk dengan hasil yang
diharapkan konsumen. Jika kinerja dibawah harapan, maka pelanggan merasa
tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan maka pelanggan akan puas. Kepuasan
dan ketidakpuasan dibagi dalam tiga bentuk (Engel et al. 1995) yaitu :
1. Diskonfirmasi positif adalah kinerja (hasil) yang diperoleh lebih baik
daripada yang diharapkan
2. Konfirmasi sederhana adalah hasil sama dengan apa yang diharapkan
3. Diskonfirmasi negatif adalah hasil yang diperoleh lebih buruk dari apa yang
diharapkan.
Diskonfirmasi positif menghasilkan respon kepuasan karena hasil yang
diperoleh lebih baik daripada yang diharapkan sedangkan konfirmasi sedrhana
18
menyiratkan respon yang lebih netral yang tidak positif atau negatif secara
ekstrrem. Semakin baik kinerja suatu produk tertentu akan lebih mempengaruhi
niat pembelian ulang dan kepuasan pelanggan.
Menurut Rangkuti (2008) kepuasan pelanggan dapat diukur dengan cara
sebagai berikut :
1. Tradisional Approach
Konsumen diminta memberikan penilaian pada masing masing indikator
produk yang mereka amati umumnya menggunakan skala likert, yaitu
memberikan peringakat dari satu (sangat tidak puas) sampai lima (sangat puas)
selanjutnya konsumen juga diminta memberikan penilaian atas produk atau jasa
tersebut secara keseluruhan. Skala likert adalah skala yang digunakan mengukur
variabel penelitian untuk fenomena sosial spesifik, seperti sikap, pendapat, dan
persepsi sesorang atau sekelompok orang
2. Analisis Secara Deskriptif
Analisis deskriptif umumnya digunakan untuk memberikan informasi
mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi
responden. Mengukur kepuasan pelannggan secara deskriptif misalnya
membandingkan hasil kepuasaan tahun lalu dengan tahun ini, maka diperlukan
analisis statistik secara deskriptif diantarannya dengan perhitungan nilai rata-rata,
nilai distribusi, standar deviasi, serta koefisien korelasi antar variabel penelitian.
3. Pendekatan Terstruktur
Pendekatan ini paling sering digunakan untuk mengukur kepuasan
pelanggan. Caranya responden diminta untuk memberikan penilaian terhadap
sebuah produk. Metode yang digunakan yaitu Costumers Satisfaction Index (CSI)
digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh
dengan melihat tingkat kepentingan dari atribut-atribut produk jasa. Cara untuk
mengukur Consumen Satisfaction Index dilakukan melalui empat tahap, yaitu :
1. Means Importan Factor (MIS) dan Means SatisfactionScore (MSS)
2. Membuat Weight Factor (WF)
3. Membuat Weight Score (WS)
4. Menentukan nilai CSI
Atribut Suatu produk pada dasarnya adalah kumpulan atribut-atribut, dan setiap
produk, baik barang atau jasa dideskripsikan dengan menyebutkan atribut-
atributnya. Atribut didefenisikan sebagai karakteristik yang membedakan dengan
merek atau produk lain atau faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian suatu merek ataupun kategori produk yang
melekat pada produk (simamora 2004). Atribut suatu produk dibedakan kedalam
dua jenis atribut fisik dan abstrak. Atribut fisik menggambarkan ciri-ciri fisik
produk, misalnya ukuran warna dan bentuk. Atribut abstrak menggambarkan
karakteristik subjektif dari suatu produk berdasarkan persepsi konsumen.
Atribut produk menjadi unsur yang dipandang penting oleh konsumen dan
dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan. Atribut produk bisa berupa
merek, kemasan, label, garansi. Atribut-atribut produk menurut Engel et al.
(1994) terdiri dari tiga macam yaitu :
1. Features (ciri-ciri) yang merupakan ukuran, tampilan, harga, servis,
komposisi, nilai estetika, warna dan lain-lain.
19
2. Benefit (manfaat) yang merupakan kegunaaan atau kesenangan yang
berhubungan dengan panca indera atau dapat juga berupa manfaat yang
tak berwujud.
3. Function (fungsi) yang berupa ciri-ciri atau manfaat.
Konsep Loyalitas Konsumen
Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu
loyalitas merek (brand loyality) dan loyalitas toko (store loyality). Menurut
Setiadi (2008) loyalitas merek didefenisikan sebagai sikap menyenangi terhadap
suatu merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap
merek tertentu sepanjang waktu, sama halnya dengan loyalitas toko juga
ditunjukkan oleh perilaku konsisten, tetapi store loyailty perilaku konsistennya
adalah dalam mengunjungi toko dimana disitu konsumen bisa membeli merek
produk yang diinginkan. Menurut Setiadi (2008) konsumen yang loyal terhadap
suatu merek tertentu disebabkan oleh kulitas produk yang memuaskan, sedangkan
store loyality penyebabnya adalah kualitas pelayanan yang diberikan oleh
pengelola dan karyawan toko. Menurut Aaker (1997) loyalitas merek adalah
suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu
memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke
produk merek lain, terutama jika didapati adanya perubahan pada merek tersebut,
baik menyangkut harga maupun atribut lain.
Pada konsep loyalitas berbeda dengan konsep kepuasan walaupun kepuasan
dan loyalitas adalah tahap akhir dari proses keputusan pembelian. kepuasan adalah
salah satu indikator dari terbentuknya loyalitas. Walaupun tidak selalu kepuasan
akan berlanjut pada pembelian ulang. Namun, ketika seseorang merasa puas
setelah mengkonsumsi suatu produk atau jasa akan ada kecenderungan untuk
melakukan pembelian ulang tau mengkonsumsi dengan berkelanjutan. Menurut
Setiawan (2011) Pelanggan yang loyal adalah orang yang :
1. Melakukan pembelian berulang secara teratur
2. Membeli antarlini produk dan jasa
3. Mereferensikan kepada orang lain
4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing-pesaing.
Pengkuran Loyalitas Konsumen
Pengukuran loyalitas konsumen dilakukan dengan membagi konsumen
kedalam beberapa tingkatan loyalitas yang dapat memperlihatkan posisi
konsumen dalam loyalitasnya terhadap suatu merek. Menurut Aaker (1997),
loyalitas konsumen diukur berdasarkan tingkatan sebagai berikut :
1. Switcher buyer
Pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas yang paling dasar. Konsumen
yang semakin sering berpindah dari satu merek ke merek lain,
mengindikasikan bahwa konsumen sama sekali tidak loyal pada merek
tersebut. Dalam hal ini konsumen menganggap merek memegang peranan
yang kecil dalam keputusan pembelian. Konsumen yang masuk dalam
tingkatan ini adalah konsumen yang sensitif terhadap perubahan harga produk
dan ciri paling jelas pada tingktan ini adalah konsumen membeli suatu merek
karena harganya yang murah sehingga banyak konsumen lain yang membeli
merek tersebut.
20
2. Habitual buyer
Konsumen habitual buyer adalah konsumen yang mengkonsumsi suatu produk
hanya berdasarkan kebiasaan selama ini, sehingga tidak ada alasan yang kuat
baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek,terlebih jika
peralihan tersebut membutuhkan pengorbanan seperti usaha, biaya, atau
pengorbanan lain. Konsumen pada kategori ini adalah konsumen yang tidak
mempertimbangkan switching cost yang harus ditanggunya sebagai akabat
dari perubahan merek produk yang dibelinya. Konsumen pada tingkatan ini
termasuk konsumen yang puas dalam mengkonsumsi suatu merek produk atau
setidaknya tidak mengalami ketidakpuasan dalam mengkonsumsi suatu
produk.
3. Satisfied Buyer
Konsumen pada tingkatan ini, adalah konsumen dalam kategori yang puas
dengan merek yang mereka konsumsi. Walaupun demikian pelanggan dapat
saja berpindah menggunakan merek lain dengan mempertimbangkanSwitching
cost (biaya peralihan), seperti waktu, biaya, atau risiko yang timbul akibat
tindakan peralihan merek tersebut.
4. Liking the brand
Konsumen pada tingkatan ini adalah pembeli yang sungguh sungguh
menyukai merek tersebut. Rasa sukadidasari oleh asosiasi yang berkaitan
dengan simbol, rangkaian pengalaman menggunakan merek itu sebelumnya,
atau persepsi kualitas yang tinggi. Pada tingkatan ini didapatkan rasa
emosianal terkait pada merek tertentu.
5. Committed buyer
Konsumen pada tingkatan ini merupakan pembeli yang setia. Konsumen
memiliki kebangaan mengkonsumsi merek tersebut. Bahkan penggunaan
merek tersebut menjadi sangat penting baik dari segi fungsi maupun sebagai
ekspresi mengenai siapa sebenarnya penggunanya. Ciri konsumen committed
buyer adalah tindakan pembeli untuk merekomendasikan atau
mempromosikan merek yang digunakan kepada orang lain.
Gambar 2 Piramida loyalitas merek Sumber : Aaker (1997)
21
Gambar 2 merupakan gambar piramida terbalik. Dari piramida loyalitas
tersebut terlihat bahwa porsi terbesar konsumen berada pada tingkatan committed
buyer. Selanjutnya porsi terbesar kedua adalah liking thebrand, ketiga satisfied
buyer, selanjutnya hingga porsi terkecil ditempati oleh switcher buyer. Aaker
(1997) menyatakan bahwa semua elemen brand loyalty yang telah dihitung dapat
dirangkum dalam satu kesatuan yang berbentuk piramida. Tiap tingkatan brand
loyalty mewakili tantangan pemasar yang berbeda dan mewakili tiap aset yang
berbeda. Merek brand loyalty yang baik adalah yang membentuk piramida
terbalik, yang menggambarkan semakin tinggi kualitas brand loyalty, luas piramid
semakin besar, yang artinya kuantitas konsumennya juga semakin besar.
Kerangka Pemikiran Operasional
Sektor pertanian masih merupakan sektor dengan pangsa penyerapan tenaga
kerja terbesar dengan persentase 39,9 persen dari total penduduk yang bekerja.
Pada periode yang sama tahun 2004-2012 sektor pertanian, peternakan, kehutanan
dan perikanan cukup berkonstribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
Nasional, rata–rata berkonstribusi sebesar 14 persen per tahun terhadap PDB total.
(Berdasarkan Kementerian Pertanian 2013). Berdasarkan hal tersebut peran sektor
pertanian sangat berperan dalam membangun perekonomian nasional dan menjadi
andalan pemerintah untuk sektor penyerapan tenaga kerja nasional.
Sektor pertanian yang sangat penting sebagai penggerak perekonomian
nasional dan juga berperan sebagaipenyedia makanan pokok terutama beras untuk
lebih 95 persen rakyat Indonesia yang menjadikan beras sebagai makanan pokok.
Berdasarkan hal tersebut dibubutuhkan upaya dari pemerintah dalam pemenuhan
kebutuhan pangan secara kuantitas dan kualitas. Berdasarkan Bappenas (2014)
jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan terus tumbuh dari 237,6 juta jiwa
tahun 2010 menjadi 271,1 juta jiwa pada tahun 2020, dan 305,6 juta jiwa pada
tahun 2035 dengan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggiakan
meningkatkan tingkat konsumsi dan permintaan pasar khususnya terkait dengan
kebutuhan beras sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah saat ini untuk meningkatkan
produksi beras adalah program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
serta pencapaian target 10 juta ton surplus produksi beras nasional tahun 2014
untuk mencapai swasembada beras nasional. Salah satu dari program P2BN dan
pencapain target 10 juta ton surplus beras nasional tahun 2014 adalah pemberian
bantuan benih varietas unggul hibrida serta sosialisasi penggunaan benih padi
hibrida dengan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) . Untuk
mencapai program tersebut perlu diketahui tingkat kepuasan dan sikap petani,
apakah petani memberi respon positif atau negatif, sehingga pemerintah didalam
melaksanakan program upaya peningkatan produksi beras dan target surplus 10
juta ton beras dalam mewujudkan swasembada pangan dapat terwujud.
Diharapkan akan menjadi solusi yang tepat untuk mencapai swsembada beras
nasional yang berkelanjutansecara kuantitas dan kualitas.
Akan tetapi perilaku petani terhadap penggunaan benih padi hibrida tidak
terlepas dari kondisi demografi, ekonomi, budaya, keluarga, psikologi, dan faktor
faktor lainnya.Kepuasan petani terhadap penggunaan padi hibrida tergantung dari
22
atribut-atribut yang dimiliki produk. Dengan mengetahui kondisi kepuasan
tentunya akan membentuk sikap petani dalam penggunaan benih padi hibrida
sehingga pada akhirnya petani dapat mengevaluasi benih tertentu dalam
memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga diperlukan analisis sikap dan kepuasan
petani terhadap penggunaan padi hibrida.
Dalam penelitian ini saya akan menggunakan model sikap multiatribut
Fishbein untuk mengukur sikap petani terhadap atribut-atribut benih padi. Untuk
mengidentifikasi proses keputusan pembeliaan dan loyalitas petani benih padi
hibrida saya menggunakan analisis Deskriptif sedangkan Untuk mengukur tingkat
kepuasan petani secara menyeluruh terhadap varietas unggul digunakan Costumer
Satification Index (CSI) yang akan mengukur tingkat kepuasan dengan mengukur
tingkat kepentingan dan kinerja.
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional
Analisi
Loyalitas
-Analisis
Deskriptif
Proses keputusan
pembelian benih
padi hibrida
- Analisis
Deskriptif
Analisi
Kepuasan
-CSI(Costumer
Satisfaction
index)
Analisi sikap
- Model sikap
Multiatribut
Fishbein
Respon petani terhadap hadirnya hibrida WM 04
SHS dan pembandingnya inbrida Ciherang, IR64
Krakteristik, Proses Keputusan, Sikap, kepuasan, dan loyalitas petani
padi terhadap hibrida WM 04 SHS
Rekomendasi Strategi Kebijakan
Upaya peningkatan produksi beras dilakukan pemerintah melalui
program P2BN serta pencapaian target 10 juta ton surplus beras
nasional tahun 2014, dengan menggunakan benih padi
hibrida WM 04 SHS
Kebutuhan beras akan meningkat seiring dengan laju pertumbuhan
penduduk yang semakin tinggi
23
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa
Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan
pertimbangan Kabupaten Cianjur dan Kecamatan Cibeber merupakan salah satu
sentra produksi padi di Jawa Barat bahkan di Indonesia dan merupakan salah satu
target program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) serta pencapaian
target 10 juta ton surplus beras nasional tahun 2014. Setiap tahun Kecamatan
Cibeber telah mendapatkan bantuan benih hibrida salah satunya adalah benih padi
hibrida WM 04 SHS yang tersebar di beberapa desa. Desa Cihaur dan Desa
Mayak adalah desa yang menjadi target pengembangan padi hibrida varietas WM
04 SHS melalui program P2BN. Sehingga penelitian ini dilakukan di dua desa
tersebut yaitu pada bulan Januari-Maret 2014.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam peneltian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara langsung terhadap
responden dengan pengisian kuisioner yang telah disediakan, serta wawancara
dengan pihak pihak dinas pertanian setempat yang berhubungan dengan tujuan
penelitian. Data sekunder diperoleh melalui instansi-instansi terkait seperti
Badan Pusat Statistik, Situs resmi kementrian pertanian, Dinas Pertanian Jawa
Barat.
Metode Pengambilan sampel
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah petani yang
menggunakan benih padi hibrida WM 04 SHS serta benih padi Ciherang dan IR64
yang umumnya digunakan petani. Hibrida WM 04 SHS merupakan subsidi benih
bantuan dari pemerintah untuk menyukseskan program Peningkatan Produksi
Beras Nasional (P2BN) dan pencapaian target 10 juta ton surplus beras nasional
tahun 2014. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling
dengan kriteria petani pernah menggunakan tiga varietas padi yang diteliti yaitu
hibrida WM 04 SHS, Ciherang, dan IR64. Jumlah sampel 36 orang diperoleh dari
3 kelompok tani yaitu mekarsari, babakan I, dan babakan II.
Beberapa acuan yang digunakan menyangkut ukuran pengambilan sampel
berkaitan dengan ragam populasi, yaitu (1) jika populasi besar, sampel dapat
diambil dengan persentase kecil dan jika populasi kecil dapat diambil persentase
besar, (2) ukuran sampel sebaiknya tidak kurang dari 30 satuan, (3) jumlah sampel
disesuaikan dengan kemampuan biaya, (4) jumlah responden tersebut ditentukan
berdasarkan 10 persen dari total populasi responden (Arikunto 2002).
24
Atribut Benih Padi
Atribut benih padi yang dianalisis dalam penelitian ini meliputi 13 atibut
yaitu produktivitas, tahan rebah, tahan hama penyakit, pemasaran hasil panen,
umur tanaman, rasa nasi, daya tumbuh, harga beli benih, harga jual gabah (GKP),
ketersediaan benih, promosi toko, demplot, pedoman umum/petunjuk
teknis/brosur. Atribut ditentukan berdasarkan bauran pemasaran 4P yaitu produk,
price, place, promotion serta diskusi dengan pakar/ahli, penelitian terakhir dan
terdahulu, eksplorasi langsung dengan petani.
Tabel 4 Daftar atribut produk yang diuji dalam penelitian
No Atribut produk yang akan diuji dalam Penelitian
1 Produk
Prroduktivitas
Tahan rebah tanaman
Tahan hama penyakit
Umur tanaman padi (Panen)
Pemasaran hasil panen
Rasa nasi
Daya tumbuh
2 Price
Harga beli benih
Harga jual gabah (GKP)
3 Place
Ketersediaan benih/mudah diperoleh
4 Promosi
Promosi toko
Demplot
Pedoman umum/petunjuk teknis/Brosur
Semua atribut diukur menggunakan skala likert. Skala likert merupakan skala
yang dikembangkan melalui metode likert, dimana subjek harus diindikasikan
berdasarkan tingkatannya dan berdasarkan berbagai pernyataan yang berkaitan
denngan perilaku suatu objek. Skala ini dapat digunakan untuk mengukur variabel
penelitian untuk fenomena sosial spesifik seperti sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok orang (Setiawan 2011). Skala ini memberi peluang
kepada responden dalam bentuk persetujuan terhadap suatu pernyataan.
pernyataan diberi berjenjang dari tingkatan terendah sampai tertinnggi, karena
pilihan jawaaban berjenjang maka setiap jawaban diberi skor (Sumarwan et al.
2011).
Metode Analisis Data
Metode analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif yaitu mengetahui karakteristik
petani, proses pengambilan keputusan, dan loyalitas petani terhadap penggunaan
benih padi varietas WM 04 SHS. Secara kuantitatif dilakukan dengan alat analisis
25
Multiatribut Fishbein, Importanceand Performance Analysis (IPA) dan Customer
Satisfaction Index (CSI). Multiatribut Fishbein digunakan untuk memahami sikap
konsumen terhadap benih padi varietas unggul, metode IPA digunakan untuk
mengukur sejauh mana tingkat kinerja atribut benih padi varietas unggul
sedangkan metode CSI digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan petani
terhadap penggunaan benih padi varietas unggul. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2007.
Analisi Deskriptif Menurut Nazir (2005) analisis deskriptif adalah metode penelitian membuat
gambaran mengenai situasi atau kejadian, meneliti status suatu kelompok
manusia, suatu objek, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Analisis deskriptif pada peneltian ini digunakan untuk
menganalisis karakteristik, proses pengambilan keputusan, loyalitas petani dalam
pembelian benih padi varietas unggul. Analisis deskriptif ini sifatnya adalah
menjelaskan dan mendeskripsikan informasi dan data yang diperoleh dari
kuisioner. Informasi yang diperoleh biasanya disajikan dalam bentuk tabel-tabel
sederhana dan kemudian dipresentasikan berdasarkan jumlah responden.
Analisis Multiatribut Fishbein
Untuk Mengetahui sikap konsumen terhadap suatu produk atau merek
sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi.
Model multiatribut Fishbein digunakan untuk mengetahui sikap terhadap suatu
objek tertentu. Konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap
penggunaan suatu produk, ada yang menyukai dan ada juga yang tidak menyukai.
Bagi produsen dengan mempengaruhi sikap konsumen ada harapan bagi produsen
untuk mempengaruhi perilaku pembelian terhadap produknya. Formulasi model
fishbein (Engel et al. 1994) :
Keterangan
Ao = sikap terhadap suatu objek (benih varietas unggul)
bi = tingkat kepercayaan bahwa benih varietas unggul memiliki atributke-i
ei = evaluasi kepentingan terhadap atribut i
n = jumlah atribut yang menonjol yang dimiliki objek
Model Fishbein menjelasakan bahwa sikap konsumen terhadap objek
tertentu (misalnya merek) didasarkan pada perangkat kepercayaan yang diringkas
mengenai atribut objek bersangkutan yang diberi bobot oleh evaluasi terhadap
atribut (Engel et al. 1994). Model ini menjelaskan komponen kepercayaan (bi)
dan evaluasi kepentingan atribut suatu produk tertentu adalah komponen yang
akan menentukan sikap seorang konsumen (petani) terhadap benih yang akan
dibelinya. Pada penelitian ini digunakan skala lima angka yaitu (-2, -1, 0 , +1, +2)
skala ini dianggap telah dianggap mewakili pilihan petani . Penggunaan tanda
26
positif dan negatif pada skala ini bertujuan untuk melihat respon positif dan
negatif (Sumarwan 2000).
Tingkat Kepercayaan (bi) adalah tingkat kepercayaan atau keyakinaan
bahwa suatu objek (benih varietas unggul) tersebut memiliki atribut yang
diberikan. Kepercayaan diukur menggunakan skala likert, hasil pelaksanaan
atribut dari “sangat tidak percaya” hingga “sangat percaya”. Skala pengukuraan bi
menggunakan skala lima angka yaitu 2 = sangat percaya, 1= percaya, 0 = cukup
percaya, -1 = tidak percaya, -3= sangat tidak percaya.
Evaluasi kepentingan (ei) pada penelitian ini meminta konsumen (petani)
untuk menilai tingkat kepentingan atribut-atribut yang diberikan kepada mereka.
Hasil evaluasi konsumen diukur menggunakan skala lima angka yang berjejer dari
“sangat tidak penting” hingga “sangat penting’ yaitu 2 = sangat penting, 1 =
penting, 0 = cukup penting, -1 = tidak penting, -2 = sangat tidak penting.
Contoh pengukuran tingkat evaluasi (ei) atribut harga :
“Harga benih varietas A”
Sangat tidak penting --- : --- : --- : --- : --- : Sangat penting
-2 -1 0 1 2
Contoh pengukuran tingkat kepercayaan (bi) atribut harga :
“Harga benih varietas A”
Sangat mahal : --- : --- : --- : --- : --- : Sangat murah
-2 -1 0 1 2
Pengukuran tingkat evaluasi (ei) dan tingkat kepercayaan (bi) harus
menggunakan komponen atribut yang sama, seperti contoh yang dijelaskan atribut
yang digunakan adalah harga. Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap
masing masing varietas (merek), maka skor kepercayaan terlebih dahulu dikalikan
dengan skor evaluasi yang sesuai. Hasil akhir akan menunjukkan sikap konsumen
atau responden terhadap produk apakah konsumen suka atau tidak, enak atau tidak
enak, baik atau buruk, dan lainnya. Penilaian akan lebih baik apabila terdapat
produk sejenis yang dapat dibandingkan sehingga konsumen dapat memberi
penilaian yang objektif.
Customers Satisfaction Index (CSI) Customer satisfaction Index (CSI) atau Indeks Kepuasan Konsumen (IKK)
adalah merupakan metode yang menggunakan indeks untuk mengukur tingkat
kepuasan konsumen secara menyeluruh berdasarkan tingkat kepentingan dan
kinerja atribut-atribut suatu produk tertentu. Langkah perhitungan Custumers
Satisfaction Index yaitu :
1. Menentukan Means Important Score (MIS) dan Means Satisfaction Score
(MSS). Nilai ini didapat dari nilai rata-rata tingkat kepentingan dan nilai
rata-rata kinerja tiap responden.
27
Keterangan
n = jumlah responden
Yi = nilai kepentingan atribut ke i
Xi = nilai kinerja atribut ke i
2. Membuat Weight Factors (WF) merupakan presentase nilai MIS per-
atribut terhadap total MIS seluruh atribut.
Keterangan
P = jumlah atribut kepentingan
I = atribut ke i
3. Membuat Weight Score (WS) merupakan perkalian antara Weight Factor
(WF) dengan Means Satisfaction Score (MMS)
WSi=WFi .MSSi
4. Weight Avarage Total (WAT) ialah fungsi dari total Wight Score (WS) dari
semua atribut
WAT = WS1 + WS2 + …..+ WS ke-i
5. Menentukan nilai CSI
Keterangan
WAT = Weight Avarage Total
HS = skala maksimum yang digunakan
Pada pengukuran kepuasan ini, konsumen diminta memberikan penilaian
atas masing-masing indikator produk atau jasa yang mereka nikmati
menggunakan skala likert yaitu dengan memberikan rating dari 1 = sangat tidak
puas 2= tidak puas 3 = cukup puas 4 = puas sampai 5 = sangat puas kemudian
konsumen juga diminta memberikan penilaian atas produk atau jasa tersebut
secara keseluruhan menggunakan skal likert yaitu 1 = sangat tidak penting 2 =
tidak penting 3 = cukup penting 4 = penting 5 = sangat penting ( Rangkuti 2008 ).
Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen dilihat dari kriteria indeks
kepuasan konsumen dengan rentang skala 0 hingga 100% (sangat tidak puas
hingga sangat puas). Tahap awal yang dilakukan adalah menentukan rentang skala
indeks kepuasan. Berdasarkan Simamora (2002) menentukan skala linear numerik
dilakukan dengan mencari rentang skala (RS) berdasarkan rumus sebagai berikut :
28
Keterangan
Rs = rentang skala
m = skor tertinggi
n = skor terendah
b = jumlah kelas yang akan dibuat
Rentang skala yang digunakan adalah :
Berdasarkan rentang skala yang diperoleh maka kriteria indeks kepuasannya
sebagai berikut :
Tabel 5 Kriteria indeks kepuasan konsumen
Nilai CSI Kriteria CSI
0% <CSI ≤ 20% Sangat tidak Puas
20% <CSI ≤ 40% Kurang Puas
40% <CSI ≤ 60% Cukup Puas
60% <CSI ≤ 80% Puas
80% <CSI ≤ 100% Sangat Puas
Important Performance Analysis
Important Performance Analysis metode yang digunakan untuk
menunjukkan tingkat kepentingan dengan tingkat pelaksanaan kinerja atribut
produk. Pada penelitian ini tingkat kepuasan petani padi dapat diukur melalui tingkat
kepentingan yang dapat mewakili harapan dari petani dan tingkat kinerja dari atribut
benih padi yang dinilai. Tingkat kepentingan tersebut akan diukur menggunkan
skala Likert lima tingkat, yaitu : Sangat penting, penting, cukup penting, tidak
penting, sangat tidak penting. Skala likert merupakan skala yang dikembangkan
melalui metode likert, dimana subjek harus diindikasikan berdasarkan
tingkatannya dan berdasarkan berbagai pernyataan yang berkaitan dengan
perilaku suatu objek. Skala ini dapat digunakan untuk mengukur variabel
penelitian untuk fenomena sosial spesifik seperti sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau kelompok orang (Setiawan 2011)
Pilihan tingkat kepentingan dibuat berjenjang mulai dari intensitas paling
rendah (diberi angka 1 = sangat tidak penting) sampai yang paling tinggi (diberi
angka 5 = sangat penting). Sedangkan tingkat kinerja juga dibuat berjenjang mulai
dari intensitas paling rendah (diberi angka 1 = sangat tidak puas ) sampai yang
paling tinggi (diberi angka 5 = sangat puas).
29
Tabel 6 Skor penilaian tingkat kepentingan dan kinerja
Skor Tingkat Kepentingan Tingkat kinerja
5 sangat penting Sangat baik
4 penting Baik
3 cukup penting Cukup baik
2 tidak penting Tidak baik
1 sangat tidak penting Sangat tidak baik
Penilaian tingkat kinerja dan kepentingan dari tiap atribut kemudian
dijumlahkan atau di total untuk dicari rata-ratanya berdasarkan skor penilaian yang
diberikan petani. Kemudian setiap atribut diposisikan dalam diagram berdasarkan
nilai skor rata-rata, dimana skor rata-rata penilaian kinerja (X) menunjukkan posisi
suatu atribut pada sumbu X, sedangkan posisi atribut Y ditunjukkan oleh skor rata-
rata tingkat kepentingan (Y).Perhitungan dapat dijabarkan dengan rumus sebagai
berikut :
Keterangan
= skor rata-rata tingkat kinerja atribut ke i
= skor rata-rata tingkat kepentingan atribut ke i
€Xi = total skor tingkat kinerja atribut ke i
€Yi = total skor tingkat kepentingan atribut ke i
n = jumlah responden
Diagram kartesius merupakan suatu bagan yang dibagi menjadi empat
bagian kuadran, dibentuk dari dua sumbu X dan Y dan dibatasi oleh dua batas
garis yang berpotongan tegak lurus pada titik dan ). Nilai dan digunakan
sebagai pasangan kordinat titik atribut yang memposisikan suatu atribut terletak
pada diagram kartesius, titik tersebut diperoleh dari rumus :
Keterangan
= rata-rata dari skor rata-rata skor tingkat kinerja produk
= rata-rata dari skor rata-rata skor tingkat kepentingan responden
= skor rata-rata tingkat kinerja produk
= skor rata-rata tinggkat kepentingan responden
n = jumlah responden
K = banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan responden
Diagram kartesius diperlukan dalam menjelaskan hubungan antara tingkat
kinerja dari produk dengan tingkat kepentingan responden. Empat kuadran
diagram kartesius adalah kuadran I (prioritas utama), kuadran II (pertahankan
prestasi), kuadran III (prioritas rendah) dan kuadran IV (berlebihan).
30
Kuadran I Kuadran II
(prioritas utama) (pertahankan prestasi)
Kuadran III Kuadran IV
(Prioritas rendah) (Berlebihan)
Gambar 4 Diagram Kartesius Sumber : Rangkuti (2008)
Keterangan
Kuadran I (prioritas utama) = Atribut-atrribut yang terapat dalam kuadran
ini dianggap sangat penting oleh konsumen (petani), namun Kinerja suatu
faktor/atribut benih varietas unggul lebih rendah dari harapan konsumen. Oleh
karena itu kinerja atribut yang terdapat dalam kuadran ini perlu ditingkatkan
karena pada keadaan ini tingkat kepuasan konsumen masih rendah atau belum
sesuai seperti yang diharapkan.
Kuadran II (pertahankan prestasi) = Kinerja suatu faktor/atribut benih
varietas unggul yang dianggap penting oleh konsumen telah sesuai dengan apa
yang konsumen harapkan. Pada keadaan ini tingkat kepuasanya relatif lebih
tinggi, oleh karena itu seluruh atribut yang berada pada kuadran II ini harus tetap
dipertahankan.
Kuadran III (prioritas randah) = Kuadran ini menjelaskan bahwa
faktor/atribut benih varietas unggul yang kurang penting bagi konsumen dan
kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Pada keadaan ini tingkat
kepuasan konsumen relatif rendah, sehingga produsen belum terlalu penting
meningkatkan perbaikan kinerja atribut.
Kuadran IV (berlebihan) = Kuadran ini menjelaskan bahwa faktor/atribut
yang dianggap kurang penting oleh konsumen namun dirasakan terlalu berlebih
dalam kinerjanya. Pada keadaan ini kinerja atribut benih varietas unggul lebih
tinggi dari harapan konsumen, sehingga produsen dapat menurunkan kinerja
produk agar lebih mengefisiensikan sumberdaya.
Analisis Tingkat Loyalitas
Tingkatan loyalitas konsumen pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan piramida loyalitas dengan beberapa tingkatan kategori yaitu
switcher buyer, habitual bayer, satisfied buyer, liking the brand buyer and
committed buyer. Pada setiap tingkatan loyalitas konsumen dilakukan penyusunan
pertanyaan dan pemberian skor merupakan modifikasi berdasarkan penjabaran
mengenai tingkatan loyalitas yang dikemukakan Aaker (1997). Ketentuan dan
31
tahapan pemetaan loyalitas konsumen yang dilakukan dengan screening sebagai
berikut :
1. Penyusunan masing-masing butir pertanyaan untuk setiap tingkatan loyalitas,
setiap butir pertanyaan diberikan tiga alternatif jawaban memiliki skor 1, 2, 3.
Dari skor yang diberikan merupakan indikator yang menggambarkan perilaku
dari konsumen tersebut.
2. Menghitung nilai tengah suatu tingkatan loyalitas dengan rumus :
Skor = 2 × jumlah pertanyaan dalam suatu tingkatan. Skor 2 merupakan nilai
tengah yang menjadi patokan konsumen.
Contoh : Suatu tingkatan loyalitas terdiri dari 3 pertanyaan, nilai tengah dari
suatu tingkatan loyalitas tersebut adalah : Skor = 2 × 3 (jumlah pertanyaan) =
6. Artinya apabila total skor konsumen ternyata lebih kecil atau sama dengan 6
menunjukkan bahwa konsumen tersebut tergolong dalam suatu tingkatan
loyalitas yang dimaksud atau responden tidak perlu melanjutkan ke tingkatan
loyalitas yang lebih tinggi. Sebaliknya apabila total skor konsumen lebih besar
dari 6 makan responden dapat melanjutkan tingkatan loyalitas yang lebih
tinggi.
3. Konsumen akan disaring mulai dari tingkatan loyalitas yang paling dasar,
yaitu switcher buyer, dimana terdapat dua pertanyaan dalam tingkatan ini .
Maka nilai tengahnya adalah : Skor = 2 × 2 = 4. Artinya jika total skor
konsumen kurang dari atau sama dengan nilai tengahnya (≤4), maka
konsumen tergolong switcher buyer dan penyaringannya dapat dihentikan.
Namun, jika skor total konsumen lebih dari nilai tengahnya (>4), maka dapat
melanjutkan pertanyaan ke tingkat loyalitas habitual buyer dan satisfied buyer
karena ada kemungkinan konsumen tergolong ke dalam tingkatan loyalitas
paling tinggi.
4. Tingkatan selanjutnya penyaringan konsumen yang termasuk kategori
habitual buyer dan satisfied buyer. Pada dasarnya kedua tingkatan loyalitas
hampir sama, namun yang membedakannya adalah biaya peralihan (Switching
cost) yang ditanggung konsumen. Maka pertanyaan pada tingkatan ini
disatukan. Terdapat dua pertanyaan, sehingga nilai tengahnya adalah : Skor =
2 × 2 = 4. Respondenyang termasuk habitual buyer adalah responden yang
lulus pada kategori switcher buyer dan memiliki skor dua sampai empat pada
kategori habitual buyer sedangkan Satisfied buyer artinya responden tersebut
merupakan pembeli yang rela menanggung biaya peralihan (switching cost)
berupa waktu, biaya dan risiko apabila benih padi mengalami perubahan
merek. Responden yang termasuk satisfied buyer merupakan responden yang
lulus pada kategori switcher buyer, serta memiliki skor lebih dari empat pada
kategori habitual buyerdan satisfied buyertetapi tidak lulus kategori liking the
brand.
5. Responden yang termasuk Linking the brand adalah responden yang telah
lulus pada kategori switcher buyer, habitual buyer dan satisfied buyer serta
memiliki skor lebih dari empat pada kategori linking the brand, tetapi tidak
lulus pada kategori committed buyer. Responden kategori ini telah menyukai
merek tetapi belum sampai kepada tahap merekomendasikan dan mengajak
konsumen lain untuk menggunakan produk tersebut.
6. Responden yang termasuk committed buyer adalah responden yang telah pada
kategori swither buyer, habitual buyer, satisfied buyer dan committed buyer.
32
Pada tahap ini konsumen memiliki kesetiaan kepada suatu merek, ditunjukkan
oleh tindakan merekomendasikan dan mempromosikan merek tersebut kepada
orang lain. Setelah melakukan pemetaan loyalitas kedalam tingkatannya,
selanjutnya adalah menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari apa yang
dipetakan. Interpretasi di analisi dengan analisis deskriptif.
Defenisi Operasional
1. Produktivitas : Kemampuan tanaman padi untuk menghasilkan gabah per
satuan luas tertentu. Contoh Padi hibrida WM 04 SHS potensi hasilnya
10,7 ton/ha GKG, Ciherang 8,5 ton/ha, dan IR64 ton/ha.
2. Tahan rebah tanaman : Kemampuan tanaman untuk tetap berdiri kokoh
dan tidak rebah. Contoh tanaman padi tahan rebah saat musim hujan,
angin kencang.
3. Tahan hama penyakit : Kemampuan tanaman padi untuk bertahan dari
berbagai gangguan hama dan penyakit yang menyerang. Hama seperti
wereng coklat biotipe 1, 2, dan 3, penyakit seperti hawar daun bakteri.
4. Umur tanaman padi : Berapa lama waktu atau berapa hari yang dibutuhkan
tanaman padi untuk dapat dipanen setelah ditanam.
5. Pemasaran hasil panen : Tempat hasil panen padi dijual atau dipasarkan ke
konsumen Contohnya Pemasaran hasil panen kepasar tradisional, pabrik,
tengkulak.
6. Rasa nasi : Rasa nasi biasanya tergantung selera konsumen yang sudah
pernah mengkonsumsi beras hibrida WM 04 SHS, Ciherang, dan IR64.
7. Daya tumbuh : Daya tumbuh yang baik akan menghasilkan bulir padi yang
baik dan tinggi tanaman padi yang sesuai standarnya.
8. Harga beli benih : Harga atau biaya tunai yang dikeluarkan petani saat
membeli benih padi yang akan ditanam. Contoh harga benih padi hibrida
varietas X di toko pertanian adalah Rp 50.000/kg
9. Harga jual gabah (GKP) : Harga yang diterima petani dari penjualan hasil
panen padi. Umumnya petani menjual dalam bentuk Gabah Kering Panen
(GKP). Contoh harga yang diterima petani dari penjualan gabah ke
tengkulak adalah Rp 3.800/kg
10. Ketersediaan benih/mudah diperoleh : Ketersediaan tempat berupa toko
pertanian, kios sarana produksi pertanian (saprodi) atau sejenisnya yang
menyediakan benih padi.
11. Promosi toko : Promosi yang dilakukan toko pertanian yang dapat menarik
perhatian para petani sehingga petani tertarik untuk membeli benih padi.
12. Demplot : Petak percontohan yang ditanami jenis padi tertentu. Misalnya
demplot tanaman padi unggul varietas tertentu.
13. Pedoman umum/ Petunjuk teknis/ Brosur : Pedoman umum, petunjuk
teknis, brosur pertanian yang berhubungan dengan dunia pertanian yang
membantu petani melakukan budidaya padi. Misalnya penggunaan pupuk
per hakter.
33
GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Letak Geografis
Kecamatan Cibeber secara geografis dilihat dari lintangnya terletak di
antara 6o52
'- 7
o00
' Lintang Selatan dan 107
o02
'- 107
o13
' Bujur Timur, dengan
batas-batas wilayahnya:
Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Warungkondang, Kecamatan
Cilaku, Kecamatan Sukaluyu, dan Kecamatan Bojongpicung
Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Sukabumi
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Campaka
Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Bandung
Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur memiliki luas wilayah sebesar 108,3
km² dengan 18 desa ( desa Cibokor, Kanoman, Cipetir, Cikondang, Cihaur,
Sukamanah, Salagedang, Cibadak, Girimulya, Cimanggu, Cisalak, Mayak,
Peuteuycondong, Sukamaju, Cibaregbeg, Karangnunggal, Salamnunggal) dan 164
RW, 548 RT dan 35.148 jumlah rumah tangga. Secara geografis wilayah
Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur posisinya terletak pada lembah dan
hamparan, kecamatan Cibeber yang berada dihamparan sebanyak 13 desa dan 5
desa berada di lembah.
1. Desa yang berada dilembah:Desa Cibokor, Desa Kanoman, Desa Sukamanah,
Desa Salagedang dan Desa Girimulya.
2. Desa yang berada dihamparan: Desa Cipetir, Desa Cikondang, Desa Cihaur,
Desa Cibadak, Desa Cimanggu, Desa Cisalak, Desa Mayak, Desa
Peuteuycondong, Desa Sukaraharja, Desa Sukamaju, Desa Cibaregbeg, Desa
Karangnuggal dan Desa Salamnunggal.
Adapun kemiringan wilayahnya yaitu sebanyak 11 desa landai (< 15o), dan
7 desa kemiringan sedang (15o-25
o). Apabila ditinjau dari ketinggian, rata-ratanya
adalah diketinggian 490 m. Letak desa yang tertinggi dari permukaan air laut yaitu
desa Karangnunggal dengan ketinggian 714 m, sedangkan terendah berada di desa
Girimulya yaitu dengan ketinggian 400 m.
Penduduk
Berdasarkan statistik daerah Kecamatan Cibeber tahun 2012, penduduk
Kecamatan Cibeber sebanyak 116.812 orang dengan laju pertumbuhan sebesar
0,88 persen. 892 per km² dengan rata-rata ART sebanyak 3,28 orang. Dari jumlah
penduduk tersebut, komposisi penduduk Kecamatan Cibeber didominasi oleh
kaum dewasa/muda, dilihat dari adanya perubahan penduduk kecamatan cibeber
khususnya dewasa muda antara 0-4 tahun yang jumlahnya lebih besar dari
kelompok penduduk usia yang lebih tua yaitu 5-9 tahun.
34
Tabel 7 Kependudukan Kecamatan Cibeber Tahun 2011
Uraian 2011
Jumlah Penduduk 116.812
Pertumbuhan Penduduk 0,88
Kepadatan Penduduk 892
Sex Ratio (L/P) 107.97
Jumlah Rumah Tangga 35.148
Rata-rata ART 3,28
Desa Cibadak merupakan desa dengan kepadatan penduduk tertinggi di
Kecamatan Cianjur yaitu 2.729 jiwa per km². Adapun desa yang paling jarang
penduduknya adalah Desa Karangnunggal yaitu sebanyak 355 jiwa per km², dan
secara umum kepadatan di Kecamatan Cibeber adalah 892 jiwa per km
Sex rasio Kecamatan Cibeber yaitu sebesar 107,97 artinya penduduk laki
laki di Kecamatan Cibeber lebih tinggi dibandingkan penduduk perempuan. Sex
ratio menggambarkan perbandingan penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan jika sex ratio diatas 100, hal ini menunjukkan penduduk laki-laki lebih
banyak dibandingkan penduduk perempuan. Desa dengan sex rasio paling tinggi
terdapat di Desa Sukaraharja yaitu sebesar 113,82 dan terendah Desa Cihaur yaitu
sebesar 100,11.
Pertanian
Penduduk Kabupaten Cianjur sebagian besar mata pencahariannya adalah
bertani. Demikian pula di Kecamatan Cibeber, Berdasarkan Statistik Daerah
Kecamatan Cibeber tahun 2012 terdapat sebanyak 41 persen keluarga yang
berusaha di sektor pertanian Sedangkan sebanyak 59 persen tersebar di berbagai
sektor non pertanian. Untuk sektor pertanian penduduk Kecamatan Cibeber sangat
bergantung pada komoditas padi dan palawija. Selain produksi padi, Kecamatan
Cibeber merupakan salah satu Kecamatan yang memproduksi sayuran di
Kabupaten Cianjur. Produktivitas sayuran terbesar di Kecamatan Cibeber adalah
Tomat, Ketimun, Buncis, kacang panjang dan Cabe besar. pada tahun 2011
terdapat produksiTomat yaitu sebanyak 9.497 ton. Disamping itu juga
menghasilkan Ketimun yaitu sebanyak 8.378 ton dan Buncis sebanyak 5.800 ton
Untuk produksi padi Kecamatan Cibeber memiliki tingkat produksi padi
lebih tinggi apabila diperbandingkan dengan kecamatan sekitar. Berdasarkan
statistik daerah Kecamatan Cibeber tahun 2012 untuk Produksi padi di Kecamatan
Cibeber sebanyak 44.915 ton. Namun dari produktivitasnya, Kecamatan Cibeber
masih dibawah Kecamatan Warungkondang. Produktivitas padi di Cibeber
sebesar 61,28 Kw/ha sedangkan di kecamatan Warungkondang sebanyak 63,12
Kw/ha.
35
Tabel 8 Perbandingan produksi dan produktivitas padi anatar Kecamatan
Kecamatan Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/ha)
Cibeber 44.915,0 61,28
Warungkondang 20.465,0 63,12
Cilaku 30.847,0 62,14
Sukaluyu 30.875,0 60,13
Bojongpicung 35.051,0 61,03
Campaka 19.578,0 55,24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini diidentifikasi melalui beberapa
variabel, diantaranya adalah jenis kelamin, umur, status pernikahan, jumlah
anggota keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, lama menanam padi,
status lahan, luas lahan, budidaya dan panen dalam satu tahun.
Usia dan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa petani yang paling
banyak melakukan budidaya padi adalah kelompok usia lebih besar 50 sampai 60
tahun sebesar 38,89 persen, lalu usia kurang atau sama dengan 40 tahun sebesar
27,78 persen, dan usia lebih besar 40 sampai 50 tahun sebesar 19,44 persen.
Meskipun usia petani usiannya sudah relatif tua, Para petani tersebut memiliki
pengalaman yang cukup banyak tentang bagaimana cara menanam padi. Akan tetapi
teknik budidaya yang digunakan masih bersifat tradisional.
Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan usia
Usia (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
X ≤ 40 10 27,78
40 < X ≤ 50 7 19,44
50 < X ≤ 60 14 38,89
60 < X ≤ 70 4 11,11
X ≥ 70 1 2,78
Total 36 100
Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa 100 persen. Hal ini berkaitan
dengan posisi laki-laki yang masih memiliki tanggungjawab besar dalam mencari
nafkah dalam keluarga.
Status Pernikahan dan Jumlah Anggota Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa semua petani responden
sudah menikah. Petani yang paling banyak jumlah anggota keluarga termasuk
suami, istri dan anak dengan jumlah lima orang sebanyak 38,89 persen.
Sedangkan petani yang jumlah anggota keluarga kurang atau sama dengan empat
36
orang 27,78 persen , jumlah anggota keluarga enam orang 13,89 persen, dan
persentase keluarga lebih atau sama dengan tujuh orang 19,44 persen.
Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga
Jumlah anggota keluarga (orang) Jumlah (orang) Persentase (%)
X ≤ 4 10 27,78
5 14 38,89
6 5 13,89
≥ 7 7 19,44
Total 36 100
Tingkat Pendidikan
Pada penelitian ini tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan
terakhir petani. Berdasarkan tingkat pendidikan, petani responden lebih banyak
berpendidikan rendah karena didominasi tingkat pendidikan SD sebesar 86,11
persen, sedangkan petani dengan tingkat pendidikan SMP, SMU sangat sedikit
dengan persentase 8,33 persen dan 5,56 persen. Tingkat pendidikan petani yang
rendah biasanya sangat berpengaruh terhadap penerimaan petani terhadap terkait
dengan inovasi suatu teknologi pertanian sehingga petani memiliki pemahaman
teknis budidaya padi yang susah untuk diubah.
Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan Jumlah responden Persentase (%)
Tidak Sekolah - -
SD/Sederajat 31 86,11
SMP/Sederajat 3 8,33
SMU/Sederajat 2 5,56
Perguruan Tinggi - -
Total 36 100
Pendapatan diuar Usahatani
Pendapatan petani responden dalam penelitian ini merupakan pendapatan
per bulan diluar usaha tani. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
pendapatan diluar usahatani sebagian besar kurang dari Rp 500.000 dengan
persentase 77,78 persen, dan sisanya yang memiliki pendapatan antara Rp
500.000 sampai dengan Rp 999.000 dengan persentase 22,22 persen. Pendapatan
petani ini pada umumnya diperoleh dari berdagang, berternak, jual minyak wangi,
kuli bangunan.
Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan pendapatan diluar usahatani
Pendapatan (Rp/bulan) Jumlah (orang) Persentase (%)
Kurang 500.000 28 77,78
500.000-999.000 8 22,22
1.000.0000-1.999.999 - -
Lebih 2.000.000 - -
Total 36 100
37
Status Pekerjaan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, semua petani responden
menjadikan bertani padi sebagai pekerjaan utamanya. Beberapa petani yang
menjadikan usahatani sebagai pekerjaan utama memiliki pekerjaan sampingan
sebagai pedagang, peternak, dan lain-lain.
Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan
Pekerjaan Bertani Padi Jumlah (orang) Persentase (%)
Utama 36 100
Sampingan -
Total 36 100
Lama Berusahatani Padi
Mayoritas petani sudah berpengalaman dibidang usahatani padi. Jika
dilihat dari sebaran responden, lama berusahatani berada diantara lebih besar10
tahun hingga 20 tahun dengan persentase 36,11 persen, kurang dari atau sama
dengan 5 tahun sebesar 8,33 persen, lebih besar lima sampai 10 tahun dan lebih
besar 20 tahun sampai 30 tahun dengan persentase 22,22 persen. Sedangkan untuk
persentase terkecil adalah lebih besar dari 30 tahun sebagai petani. Pada umumnya
petani yang berpengalaman dalam berusahatani dilihat dari lama berusahatani
lebih berhati-hati dalam mengambil sebuah keputusan seperti penggunaan benih
padi varietas unggul yang akan ditanam.
Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan lama berusahatani padi
Lama Usahatani Padi (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%)
X ≤ 5 3 8,33
5 < X ≤ 10 8 22,22
10 < X ≤ 20 13 36,11
20 < X ≤ 30 8 22,22
X > 30 4 11,11
Total 36 100
Status dan Luas Lahan
Status kepemilikan lahan dengan luas tertentu menjadi penting karena
berpengaruh erat terhadap keputusan yang diambil pemilik usahatani termasuk
keputusan pembelian benih padi yang akan digunakan. Sebagian besar status
kepemilikan lahan petani sebagai penggarap atau menyewa sebanyak 75 persen,
sedangkan status kepemilikan lahan petani sebagai milik sendiri sebanyak 25
persen. Petani responden menyewa lahan dari pemilik lahan yang memiliki lahan
yang lebih luas dengan sistem bagi hasil maupun tunai.
38
Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan status lahan
Status Lahan Jumlah (orang) Persentase (%)
Milik Sendiri 9 25
Sewa 27 75
Total 36 100
Luas lahan yang diusahakan oleh petani rata –rata berkisar lebih besar
1500 m² hingga 3000 m² yaitu sebanyak 20 petani atau sebesar 55,56 persen,
untuk luas lahan kurang atau sama dengan 1500 m² sebanyak 6 petani atau
sebanyak 16,67 persen, untuk luas lahan lebih 3000 m² hingga 5000 m² sebanyak
7 petani atau sebanyak 19,44 persen, dan sisanya lebih dari 0,5 ha sebanyak 3
petani sebesar 8,33 persen.
Tabel 16 Sebaran responden berdasarkan luas lahan
Luas lahan ( m² ) Jumlah (orang) Persentase (%)
X ≤ 1500 6 16,67
1500 < X ≤ 3000 20 55,56
3000 < X ≤ 5000 7 19,44
X > 5000 3 8,33
Total 36 100
Budidaya Padi dalam Setahun
Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa petani lebih banyak
menggunakan budidaya padi tiga kali dalam satu tahun sebesar 52,78 persen
menggunakan budidaya padi tiga kali dalam satu tahun sedangkan sisanya 47,22
persen hanya dua kali dalam satu tahun.
Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan budidaya padi dalam satu tahun
Budidaya Padi dalam Satu Tahun Jumlah (orang) Persentase (%)
Satu kali - -
Dua kali 17 47,22
Tiga Kali 19 52,78
Total 36 100
Tahapan Proses Keputusan Pembelian Benih Padi Varietas Unggul
Proses pengambilan keputusan pembelian menurut Engel et al. (1994)
meliputi lima tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi
alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi pasca pembelian. Berikut
merupakan proses keputusan pembelian benih padi varietas unggul di Kecamatan
Cibeber Kabupaten Cianjur melalui tahap model Engel et al. (1994).
39
Tahap Pengenalan Kebutuhan
Pengenalan kebutuhan terjadi ketika konsumen menghadapi suatu masalah
yaitu keadaan dimana terdapat perbedaan yang diinginkan dengan keadaan yang
sebenarnya terjadi. Begitu juga dengan proses pengenalan kebutuhan petani padi
di Kecamatan Cibeber dalam hal keputusan pembelian benih padi varietas unggul.
Pengenalan kebutuhan petani dilihat dari dengan mengajukan pertanyaan yaitu
apa motivasi petani bertani padi, dan apa yang diharapkan dari penggunaan
varietas unggul tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, motivasi petani responden untuk
bertani padi yaitu untuk memperoleh keuntungan 69,44 persen karena seluruh
petani menjadikan bertani padi sebagai pekerjaan utama. Sedangkan petani
bertani padi untuk memenuhi kebutuhan sendiri sebesar 30,56 persen.
Harapan petani terhadap penggunaan benih padi varietas unggul dengan
hasil panen yang lebih banyak diperoleh sebesar 72,22 persen. Selain hasil panen
yang yang lebih banyak, petani juga menilai dengan penggunaan benih padi
varietas unggul petani berharap waktu panen yang lebih cepat, dan kualitas padi
yang lebih baik sebesar 2,78 persen dan 25 persen.
Tabel 18 Sebaran responden berdasarkan tahapan pengenalan kebutuhan
Tahap Pencarian Informasi
Setelah konsumen mengenali kebutuhannya untuk bertani padi
menggunakan benih padi varietas unggul, maka tahap selanjutnya ialah pencarian
informasi untuk memberikan arah tindakan petani padi. Informasi yang diperoleh
petani padi sangat menentukan proses keputusan pembelian benih padi varietas
unggul yang akan digunakan. Pencarian informasi dapat dilakukan secara internal
(ingatan/memori) atau dilanjutkan dengan pengumpulan informasi (pencarian
eksternal). Pencarian informasi dalam penelitian ini dianalisis dengan mengajukan
pertanyaan kepada petani responden yaitu darimana responden mengetahui
informasi tentang benih padi varietas unggul.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, sumber informasi yang paling
digunakan petani berasal dari Penyuluh Pertanian Lapangan yaitu sebesar 72,22
persen dan sisa 27,78 persen. Peran penyuluh pertanian lapangan menjadi sumber
informasi dikarenakan benih padi yang digunakan petani berasal dari bantuan
Keterangan Kategori Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Motivasi
Bertanam Padi
Memperoleh Keuntungan 25 69,44
Turun – temurun - -
Memenuhi Kebutuhan Sendiri 36 30,56
Total 36 100
Harapan
Penggunaan
Benih Padi
Varietas Unggul
Hasil Panen yang Banyak 26 72,22
Waktu Panen yang Cepat 1 2,78
Kualitas Padi yang Lebih Baik 9 25
Total 36 100
40
pemerintah yang disalurkan melalui penyuluh ke anggota-anggota kelompok tani
sehingga disini peran penyuluh sangatlah penting.
Tabel 19 Sebaran petani responden berdasarkan tahapan pencarian informasi
Keterangan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)
Sumber
Informasi
Diri Sendiri - -
Keluarga /teman - -
Toko Pertanian - -
Media Massa/Elektronik - -
Kelompok Tani 10 27,78
Penyuluh Lapang Pertanian 26 72,22
Demplot/petak percontohan - -
Lain – Lain - -
Total 36 100
Tahap Evaluasi Alternatif
Setelah melalui tahap pencarian informasi maka tahapan selanjutnya
adalah evaluasi alternatif. Pada tahap ini petani mengevaluasi berbagai alternatif
serta membuat pertimbangan nilai yang terbaik untuk memenuhi kebutuhannya.
Dalam menentukan evaluasi petani menentukan kriteria, kriteria evaluasi
merupakan dimensi atau atribut yang dipergunakan dalam menilai alternatif-
alternatif pilihan akhir. Dalam penelitian ini, atribut-atribut yang diajukan kepada
petani.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, atribut yang paling dipertimbangkan
petani untuk menentukan pilihan akhir atau pembelian adalah produktivitas
dengan persentase sebesar 75 persen dengan alasan petani berharap dengan
produktivitas yang tinggi akan menghasilkan pendapatan atau profit yang tinggi
juga. Selanjutnya atribut yang dipertimbangkan adalah tahan hama penyakit 13,89
persen, umur tanaman padi dan daya tumbuh dengan persentase terkecil sebesar
5,56 persen Untuk persentase atribut-atribut yang dipergunakan dalam menilai
menilai alternatif-alternatif pilihan akhir dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 20 Sebaran petani responden berdasarkan evaluasi alternatif
Keterangan Kategori Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Atribut yang
dipertimbangkan menilai
alternatif-alternatif pilihan
akhir
Produktivitas 27 75
Tahan hama penyakit 5 13,89
Umur tanaman padi 2 5,56
Daya tumbuh 2 5,56
Total 36 100
Tahap Keputusan Pembelian
Tahapan keempat dari proses keputusan pembelian adalah tahap
keputusan pembelian. Pada tahap ini petani padi memutuskan untuk memilih
alternatif yang telah diperoleh untuk dapat diterima atau dibeli.
41
Berdasarkan hasil penelitian, petani padi memutuskan untuk menggunakan
benih padi yang digunakan secara terencana dengan persentase 5,56 persen dan
tidak terencana dengan persentase 94,44 persen. Sebagian besar petani melakukan
pembelian benih padi secara tidak terencana karena petani melakukan budidaya
padi hibrida WM 04 SHS disaat pemerintah memberikan bantuan benih hibrida
dan setelah itu petani beralih ke benih yang sering digunakan seperti ciherang
karena faktor harga, ketersediaan benih di pasaran sangat sulit dan rentan terhadap
hama penyakit.
Benih hibrida yang digunakan petani berasal dari bantuan pemerintah dan
petani mendapatkan benih tersebut karena merupakan anggota kelompok tani
diwilayah Kecamatan Cibeber. Pada umumnya petani menggunakan benih padi 1
kali dan 2 kali dalam satu tahun yaitu dengan persentase sebesar 69,44 persen dan
30,56 persen. Banyak benih yang dibeli petani padi setiap mau melakukan
penanaman sebanyak 5 kg dengan persentase 58,33 persen dan kurang 5 kg
dengan persentase 27,78 persen dan 10 kg dengan persentase 13,89 persen.
Berdasarkan hasil penelitian benih padi hibrida WM 04 SHS yang dibeli petani
berada pada harga sekitar Rp1000/kg. Harga ini cukup relatif murah jika
dibandingkan dengan harga pasaran sekitar Rp 50.000/kg. Perbandingan harga ini
dikarenakan pemerintah memberikan bantuan subsidi kepada petani demi
mendukung tercapainya progam pemerintah dalam meningkatkan produksi beras
nasional dan swasembada beras yang berkelanjutan
Tabel 21 Sebaran petani responden berdasarkan keputusan pembelian
Keterangan Kategori Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Cara memutuskan
Penggunaan benih
Terencana 2 5,56
Tidak terencana 34 94,44
Total 36 100
Tempat mendapatkan benih Bantuan pemerintah 36 100
Produsen benih - -
Penangkar benih - -
Kios saprotan - -
Total 36 100
Alasan memilih tempat
membeli benih
Dekat rumah - -
Anggota kelompok tani 36 100
Kualitas benih terjamin - -
Total 36 100
Berapa kali membeli benih
dalam satu tahun
1 kali 25 69,44
2 kali 11 30,56
3 kali - -
Total 36 100
Kebutuhan benih setiap
kali membeli
Kurang 5 kg 10 27,78
5 kg 21 58,33
10 kg 5 13,89
15 kg - -
20 kg - -
Lebih 20 kg - -
Total 36 100
42
Perilaku Setelah Pembelian
Tahap terakhir dari proses pengambilan keputusan pembelian adalah
evaluasi perilaku setelah pembelian. Evaluasi penting dilakukan untuk
mengetahui apakah petani padi merasa puas dengan benih padi yang mereka
gunakan atau sebaliknya. Jika petani padi merasa puas dengan apa yang mereka
gunakan akan terbentuk respon positif untuk melakukan pembelian atau
pemakaian benih padi yang sama untuk budidaya padi selanjutnya. Sebaliknya
jika petani padi tidak puas akan menyebabkan petani kecewa dan menghentikan
pembelian atau pemakaian benih padi selanjutnya.
Berdasarkan hasil penelitian, respon petani menggunakn benih padi hibrida
WM 04 SHS merasa puas dengan persentase 22,22 persen ,dan tidak puas dengan
persentase 77,78 persen. Alasan petani merasa puas dengan penggunaan benih
padi hibrida yang digunakan adalah peningkatan produksi dibandingkan dengan
padi inbirda Ciherang atau IR64 walaupun tidak jauh signifikan dan tidak puas
dikarenakan padi hibrida WM 04 SHS sangat rentan hama penyakit.
Tabel 22 Sebaran petani responden berdasarkan perilaku setelah pembelian
Keterangan Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)
Puas terhadap benih yang
padi hibrida yang
digunakan
Ya, Puas 8 22,22
Tidak puas 28 77,78
Total 36 100
Analisis Tingkat Kepentingan Atribut Benih Padi
Tingkat kepentingan atribut digunakan melihat sejauh mana suatu atribut
dianggap penting oleh petani. Tingkat kepentingan atribut yang diperoleh dapat
dijadikan suatu sumber informasi untuk menetapkan strategi atau memperbaiki
kinerja atribut produk tertentu. Pada penelitian ini terdapat tiga belas atribut yang
akan dianalisis kemudian konsumen akan diminta menilai kepentingan atribut-
atribut atau karakteristik yang melekat pada suatu produk tersebut berdasarkan
skala likert mulai dari skala -2 = sangat tidak penting, -1 = tidak penting, 0 =
cukup penting, 1 = penting, 2 = sangat penting. Kemudian hasil analisis rata-rata
(mean score ) setiap atribut yang dinilai petani responden dipetakan pada rentang
skala interval yang sudah ditentukan. Penentuan nilai rentang skala diperoleh
dengan cara nilai tertinggi (5) dikurangi nilai terendah (1) dibagi banyaknya skala
yang dibuat (5) atau (2-(-2))/5 = 0,8. Rentang skala tersebut adalah :
(-2,00) ≤ x ≤ (-1,20) = sangat tidak penting
(-1,20) < x ≤ (-0,40) = tidak penting
(-0,40) < x ≤ (0,40) = cukup penting
(0,40) < x ≤ (1,20) = penting
(1,20) < x ≤ (2,00) = sangat penting
43
Tabel 23 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat kepentingan
(ei) terhadap atribut benih padi (n=36)
Atribut
Skor Evaluasi Tingkat
Kepentingan Atribut
Nilai
Total
Mean
Score
(ei)
Kategori
-2 -1 0 1 2
Produktifitas - - - 4 32 68 1,89 Sangat Penting
Tahan hama penyakit - - - 6 30 66 1,83 Sangat Penting
Daya tumbuh - - - 15 21 57 1,58 Sangat Penting
Umur tanaman padi - - 3 13 20 53 1,47 Sangat Penting
Tahan rebah tanman - - 4 15 17 49 1,36 Sangat Penting
Harga jual gabah (GKP) - - 6 12 18 48 1,33 Sangat Penting
Harga beli benih - - 4 19 13 45 1,25 Sangat penting
Ketersediaan benih - - 5 19 12 43 1,19 Penting
Pemasaran hasil panen - - 6 19 11 41 1,14 Penting
Rasa nasi - - 8 16 12 40 1,11 Penting
Demplot - 2 9 12 13 36 1,00 Penting
Promosi toko - 4 14 15 3 17 0,47 Penting
Pedum/juknis/brosur - 5 15 14 2 13 0,36 Cukup penting
Produktivitas (asumsi sangat penting)
Atribut produktifitas memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 1,89.
Persepsi petani responden terhadap atribut produktifitas adalah sangat penting.
Skor evaluasi rata-rata produktivitas lebih tinggi dibandingkan dengan atribut-
atribut yang lain hal ini karena petani berpersepsi dengan produktivitas yang
tinggi berbanding lurus dengan pendapatan yang diperoleh petani atau keuntungan
yang akan diperoleh petani.
Tahan hama dan penyakit (asumsi sangat penting)
Atribut tahan hama dan penyakit tanaman memiliki skor evaluasi rata-rata
sebesar 1,83. Persepsi petani responden terhadap atribut tahan hama dan penyakit
adalah sangat penting. Tahan hama dan penyakit menjadi sangat penting bagi
petani karena menurut petani benih yang tahan terhadap hama dan penyakit maka
proses tumbuhnya akan lebih baik dan memberikan dampak positif terhadap
produksi padi. Selain produksi yang lebih baik, petani tidak lebih banyak
mengeluarkan biaya pembelian obat-obatan atau pestisida untuk menekan hama
dan penyakit yang menyerang tanaman padi sehingga akhirnya penerimaan petani
akan lebih optimal.
Daya tumbuh (asumsi sangat penting)
Atribut daya tumbuh memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 1,58.
Persepsi petani responden terhadap atribut daya tumbuh adalah sangat penting.
Daya tumbuh yang baik akan menghasilkan bulir padi yang baik dan tinggi
tanaman padi yang sesuai standarnya. Salah satu indikasi daya tumbuh padi yang
baik adalah menghasilkan benih padi yang bagus.
Umur tanaman padi/panen
Atribut umur tanaman padi memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 1,47
Persepsi petani responden terhadap atribut umur tanamn padi adalah sangat
penting. Petani menganggap atribut ini sangat penting karena semakin pendeknya
umur tanaman padi akan mempercepat panen. Hasil panen biasanya dijual petani
dan sebagian dikonsumsi ada juga dijadikan untuk benih proses tanam selanjutnya
kecuali hibrida WM 04 SHS yang hanya sekali tanam saja. Umur panen padi
44
ciherang dan IR64 berkisar 116-125 hari dan 110-120 hari, sedangkan hibrida
WM 04 SHS berkisar 112 hari
Tahan rebah tanaman
Atribut tahan rebah tanaman memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 1,36.
Persepsi petani responden terhadap atribut tahan rebah tanaman adalah sangat
penting. Tahan rebah tanaman menjadi sangat penting bagi petani karena jika
tanaman padi berbulir banyak, diperlukan batang tanaman yang kuat untuk
menyangga padi yang sedang berbulir sehingga tanaman padi tidak mudah roboh.
Selain itu, kondisi tahan rebah tanaman menjadi sangat penting menurut petani
mengingat kondisi alam yang tidak menentu seperti hujan lebat dan angin
kencang.
Harga jual gabah (GKP)
Atribut harga jual gabah memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 1,33.
Persepsi petani responden terhadap atribut harga jual gabah adalah sangat penting.
Menurut petani atribut ini menjadi sangat penting karena akan mempengaruhi
penerimaan petani dan harga gabah yang sesuai juga membantu dalam menutupi
biaya usahatani. Harga jual gabah tergantung kualitas gabah tersebut, karena
bentuk gabah yang panjang memiliki harga relatif cukup tinggi dibanding gabah
yang bulat.
Harga beli benih
Atribut harga benih memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 1,25. Persepsi
petani responden terhadap atribut harga beli benih adalah sangat penting. Menurut
petani atribut ini memiliki peranan sangat penting karena dengan harga benih
yang rendah petani dapat menekan biaya usahatani.
Ketersediaan benih
Atribut ketersediaan benih memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 1,19.
Persepsi petani responden terhadap atribut ketersediaan benih adalah penting.
Distribusi yang baik sangat penting demi menjaga ketersediaan stok benih
sehingga petani tidak kesulitan jika membeli benih, para petani menginginkan
suatu varietas benih tertentu mudah diperoleh di setiap kios-kios pertanian. Selain
membeli petani juga cenderung memakai benih sendiri yang diperoleh dari hasil
panen.
Pemasaran hasil panen
Atribut pemasaran hasil panen memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar
1,14. Persepsi petani responden terhadap atribut pemasaran hasil panen adalah
penting. Atribut ini penting karena menurut petani dengan semakin sulitnya
memasarkan hasil panen akan mempengaruhi penerimaan petani secara langsung
dan akan menganggu proses budidaya selanjutnya. Petani juga memilih benih
beras untuk ditanam dengan melihat selera konsumen seperti bentuk beras yang
panjang, banyaknya patahan beras yang tidak disukai konsumen sehingga
akhirnya hasil panen mudah dipasarkan dan diterima konsumen. Selain
mengkonsumsi hasil panen, petani memasarkan hasil panen ke pasar atau
pengumpul/agen beras.
Rasa nasi
Atribut rasa nasi memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 1,11. Persepsi
petani responden terhadap atribut rasa nasi adalah penting. Atribut ini penting
karena menurut petani konsumen sangat menyukai rasa nasi yang enak sebagai
pertimbangan mereka dalam membeli beras yang dikonsumsi. Rasa nasi padi
45
hibrida WM 04 SHS, Ciherang dan IR64 sama sama pulen tetapi petani dan
pembeli lebih menyukai rasa nasi Ciherang karena menurut mereka rasa nasinya
lebih enak di lidah dibandingkan yang lain.
Demplot (petak percontohan)
Atribut demplot memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 1,00. Persepsi
petani responden terhadap atribut ketersediaan demplot adalah penting.
Ketersediaan demplot dilapangan penting selain sebagai sarana promosi produsen
benih, ketersediaan demplot juga membantu petani yang sedang membudidayakan
hibrida WM 04 SHS, hal ini dikarenakan benih padi hibrida masih tergolong baru
dikalangan petani sehingga dengan ketersediaan demplot dapat meyakinkan petani
untuk menggunakan hibrida WM 04 SHS.
Promosi toko
Atribut promosi toko memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 0,47.
Persepsi petani responden terhadap atribut promosi toko adalah penting. Menurut
petani dengan adanya promosi dari toko akan membantu mereka untuk lebih
mengenal berbagai varietas benih padi yang akan mereka gunakan. Promosi toko
yang jarang atau bahkan tidak pernah perlu ditingkatkan untuk memenuhi harapan
petani yang menilai atribut ini penting.
Pedum/Juknis/Brosur
Atribut pedum/juknis/brosur memiliki skor evaluasi rata-rata sebesar 0,36.
Persepsi petani responden terhadap atribut pedum/juknis/brosur adalah penting.
Menurut petani dengan adanya pedum/juknis/brosur akan membantu mereka
untuk memahami lebih dalam mengenai prosedur dan petunjuk teknis
membudidayakan benih padi terkhusus hibrida WM 04 SHS yang membutuhkan
perlakuan lebih seperti penggunaan pupuk yang baik. Sebenarnya tanpa adanya
pedum/juknis/brosur, petani sudah lebih dibantu oleh penyuluh lapang, penangkar
dalam memberikan penjelasan cara budidaya yang baik dan benar secara
langsung.
Analisis Tingkat Kinerja terhadap Atribut Benih Padi
Benih Padi Hibrida WM 04 SHS
Secara keseluruhan kinerja benih padi hibrida WM 04 SHS cukup
memuaskan petani. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diketahui bahwa
atribut umur tanaman hibrida WM 04 SHS memiliki nilai rata-rata tertinggi
sebesar 0,92 dengan kategori sangat pendek. Disamping umur yang pendek sekitar
112 hari. Atribut padi hibrida WM 04 SHS yang memiliki keunggulan lain adalah
pemasaran hasil panen sebesar 0,83. Sedangkan daya tumbuh padi hibrida
menurut petani baik sebesar 0,72 dan untuk produktivitas padi hibrida sebesar
0,69. Atribut produktivitas menurut petani masih kurang berjalan maksimal jika
dilihat dari potensi hasilnya yang bisa mencapai 11 ton/ha bila dibandingkan
dengan inbrida ciherang dan IR64 berada pada kisaran 5-7 ton/ha. Sedangkan
kinerja demplot dan tahan rebah tanaman berada pada kinerja yang baik sebesar
0,5 dan 0,42.
Atribut harga memiliki tingkat kinerja paling rendah sebesar -1,81 dengan
kategori sangat mahal. Dari semua atribut kinerja yang paling rendah berada pada
atribut harga. Menurut petani atrbut harga benih padi dipasaran yang berada pada
kisaran harga Rp. 50.0000/kg sangat mahal dan diluar kemampuan petani. Harga
yang sangat mahal membuat petani lebih berharap terhadap subsidi bantuan benih
46
hibrida yang diselenggarakan pemerintah. Kelemahan lainnya yang dimiliki oleh
padi hibrida WM 04 SHS adalah tidak tahan hama penyakit. Jenis hama yang
sering menyerang padi ini adalah wereng coklat , hawar daun bakteri dan penyakit
tungro. Pada tabel 24 dapat dilihat kinerja padi hibrida WM 04 SHS dilihat dari
atribut-atributnya.
Tabel 24 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat kepercayaan
(bi) terhadap atribut benih padi hibrida WM 04 SHS (n=36)
Atribut
Skor Evaluasi Tingkat
Kepercayaan Atribut
Nilai
Total
Mean
Score
(bi)
Kategori
-2 -1 0 1 2
Umur tanaman padi - 6 10 1 19 33 0,92 Sangat pendek
Pemasaran hasil panen - 2 8 20 6 30 0,83 Mudah
Daya tumbuh - 1 8 27 - 26 0,72 Baik
Produktivitas (panen) 2 - 7 25 2 25 0,69 Tinggi
Demplot - - 18 18 - 18 0,5 Tersedia
Tahan rebah tanaman - 2 18 15 1 15 0,42 Tahan
Harga jual gabah (GKP) - 8 20 6 2 2 0,06 Cukup tinggi
Rasa nasi - 7 24 5 - -2 -0,06 Cukup enak
Pedum/Juknis/Brosur - 3 33 - - -3 -0.08 Cukup tersedia
Tahan hama penyakit 15 13 8 - - -43 -1,19 Tidak tahan
Ketersediaan benih 27 8 1 - - -62 -1,72 Sangat sulit
Promosi toko 26 10 - - - -62 -1,72 Sangat tidak tersedia
Harga beli benih 30 5 1 - - -65 -1,81 Sangat mahal
Benih Padi Inbrida Ciherang
Berdasarkan tabel 25 skor evaluasi tingkat kepercayaan/kinerja padi
Ciherang menunjukkan bahwa atribut pemasaran hasil panen dan ketersediaan
benih menempati skor evaluasi kepercayaan tertinggi sebesar 1,75 dan 1,31
dengan kategori sangat mudah. Pemasaran hasil panen biasanya dilakukan ke
pasar atau tengkulak. Menurut petani memasarkan hasil panen tidaklah hal yang
sulit bagi petani karena konsumen menyukai benih padi ciherang dipasaran sejak
dulu. Untuk memperoleh benih Ciherang sangat mudah karena kios kios pertanian
menyediakan benih Ciherang dan bahkan petani kadang-kadang menggunakan
hasil panennya sebagai benih untuk proses budidaya selanjutnya.
Atribut lainnya adalah produktivitas dan rasa nasi dengan rata-rata skor
evaluasi kepercayann 1,08 dan 1. Produktivitas padi Ciherang berada pada kisaran
5-7 ton dan rasa nasinya pulen. Atribut selanjutnya adalah tahan rebah, daya
tumbuh yang baik, tahan hama penyakit dan demplot yang tersedia memiliki rata-
rata skor evaluasi yang tidak jauh berbeda yaitu (0,86), (0,75), (0,67), (0,31).
Benih padi Ciherang memiliki harga jual gabah yang cukup tinggi dengan harga
Rp 3.800/kg. Harga jual gabah memilik skor rata-rata 0,19. Atribut selanjutnya
adalah umur tanamn padi dan harga beli benih memiliki rata-rata skor evaluasi
yang sama yaitu 0. Menurut petani dengan harga beli benih Rp 10.000/kg dan
umur 116-125 hari sudah cukup murah dan cukup pendek dibandingkan dengan
harga hibrida yang sangat mahal. Sedangkan untuk atribut pedoman
umum/petunjuk teknis/brosur dan promosi toko tidak tersedia sehingga petani
berharap perlu ditingkatkan atribut ini karena menurut mereka atribut ini cukup
penting dan penting.
47
Tabel 25 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat kepercayaan
(bi) terhadap atribut benih padi inbrida Ciherang (n=36)
Atribut
Skor Evaluasi Tingkat
Kepercayaan Atribut
Nilai
Total
Mean
Score
(bi)
Kategori
-2 -1 0 1 2
Pemasaran hasil panen - - 2 5 29 63 1,75 Sangat mudah
Ketersediaan benih - - 8 9 19 47 1,31 Sangat mudah
Produktivitas - - 4 25 7 39 1,08 Tinggi
Rasa nasi - - 6 24 6 36 1 Enak
Tahan rebah tanaman - - 6 29 1 31 0,86 Tahan
Daya tumbuh - - 10 25 1 27 0,75 Baik
Tahan hama penyakit - - 14 20 2 24 0,67 Tahan
Demplot - 2 22 11 1 11 0,31 Tersedia
Harga jual gabah (GKP) - 2 29 1 4 7 0,19 Cukup tinggi
Umur tanaman padi - 2 32 2 - 0 0 Cukup pendek
Harga beli benih - 5 26 5 - 0 0 Cukup murah
Pedum/Juknis/Brosur - 31 5 - - -31 -0,86 Tidak tersedia
Promosi toko 5 27 4 - - -37 -1,03 Tidak tersedia
Benih Padi Inbrida IR64
Benih padi varietas IR64 merupakan salah satu varietas padi inbrida. IR64
sama seperti benih padi Ciherang, namun padi IR64 memiliki peran penting ketika
Indonesia mencapai swasembada beras tahun 1986. benih padi IR64 dilepas
pemerintah tahun 1986. Berdasarkan tabel 26 skor evaluasi tingkat
kepercayaan/kinerja padi IR64 menunjukkan bahwa atribut pemasaran hasil panen
dan ketersediaan benih menempati skor evaluasi tertinggi sebesar 1,39 dan 1,22
dengan interpretasi sangat mudah dan mudah. Atribut ini menempati posisi
tertinggi sama halnya dengan padi Ciherang karena ketersediaan pasar dan
tengkulak untuk menampung beras tersebut dan konsumen sudah menyukai beras
IR64 dari dulu sama seperti Ciherang. Sehingga tidak terlalu sulit bagi petani
untuk memasarkannya dan memperoleh benihnya dipasaran atau toko pertanian.
Atribut selanjutnya adalah daya tumbuh yang baik, Rasa nasi yang enak
yaitu pulen, produktivitas yang tinggi, dan tahan rebah tanaman dengan rata-rata
skor evaluasi (0,92), (0,86), (0,47), (0,47). Berdasarkan wawancara dengan petani,
Daya tumbuh Padi IR64 sudah baik dengan produktivitas bisa mencapai 6 ton/ha
namum masalahnya adalah benih padi IR64 sudah mulai rentan terhadap hama
seperti hama wereng coklat. Atribut selanjutnya adalah demplot yang sudah cukup
tersedia, harga beli benih cukup murah yaitu Rp 10.000/kg, umur benih yang
cukup pendek diantara 110-120 untuk masa panen, dan harga jual gabah cukup
tinggi di harga kisaran Rp3.700/kg, Sedangkan untuk atribut pedoman
umum/petunjuk teknis/brosur dan promosi toko tidak tersedia sehingga petani
berharap perlu ditingkatkan atribut ini karena menurut petani atribut ini cukup
penting dan penting.
48
Tabel 26 Sebaran petani responden menurut skor evaluasi tingkat
kepercayaan (bi) terhadap atribut benih padi inbrida IR64 (n=36)
Atribut
Skor Evaluasi Tingkat
Kepercayaan Atribut
Nilai
Total
Mean
Score
(bi)
Kategori
-2 -1 0 1 2
Pemasaran hasil panen - - 1 20 15 50 1,39 Sangat mudah
Ketersediaan benih - 1 4 20 11 41 1,14 Mudah
Daya tumbuh - - 5 29 2 33 0,92 Baik
Rasa nasi - - 7 27 2 31 0,86 Enak
Produktivitas - - 19 17 - 17 0,47 Tinggi
Tahan rebah tanaman - 4 11 21 - 17 0,47 Tahan
Tahan hama penyakit - 6 15 15 - 9 0,25 Cukup tahan
Demplot - 1 27 8 - 7 0,19 Cukup tersedia
Harga beli benih - 4 25 7 - 3 0,08 Cukup murah
Umur tanaman padi - - 34 2 - 2 0,06 Cukup pendek
Harga jual gabah - 4 31 1 - -3 -0,08 Cukup tinggi
Pedum/Juknis/Brosur 2 29 5 - - -33 -0,92 Tidak tersedia
Promosi 7 27 2 - - -41 -1,14 Tidak tersedia
Analisis Sikap Petani Terhadap Benih Padi Hibrida Varietas WM 04 SHS,
Inbrida Varietas Ciherang, dan IR64.
Analisis sikap yang digunakan terhadap ketiga varietas padi diatas
menggunakan model sikap multiatribut Fishbein. Model Fishbein menunjukkan
bahawa sikap terhadap objek tertentu (misalnya merek) dievaluasi berdasarkan
atribut-atribut yang dimiliki oleh produk. Model ini menggambarkan produk
tertentu dinilai baik atau buruk oleh konsumen berdasarkan atribut-atribut yang
dievaluasi terlebih dahulu. Analisis sikap petani terhadap benih padi didapatkan
dengan mengalikan skor kepercayaan atribut (bi) terhadap skor evaluasi
kepentingan (ei) masing-masing atribut. Kemudian menjumlahkan hasil dari
setiap perkalian masing-masing atribut, Semakin besar total skor sikap maka
produk tersebut lebih disukai dan semakin dapat memenuhi harapan dan
kebutuhan petani.
Tabel 27 menunjukkan hasil perhitungan yang diperoleh dari model sikap
multiatribut Fishbein diketahui total skor sikap petani terhadap benih hibrida WM
04 SHS (-1,50), Ciherang (10,05), dan IR64 (6,83). Hasil sikap multiatribut
Fishbein menunjukkan bahwa sikap petani responden berbeda-beda terhadap
ketiga varietas padi. Sehingga berdasarkan hasil total skor dari model sikap
multiatribut Fishbein menunjukkan bahwa benih padi Ciherang cenderung lebih
disukai oleh petani pada dua desa di Kecamatan Cibeber (Desa Cihaur dan Desa
Mayak) dan dianggap lebih mampu memenuhi harapan dan kebutuhan petani
dibandingkan hibrida WM 04 SHS dan IR64. Benih padi varietas IR64 yang
memiliki skor sikap total (6,83) cenderung lebih disukai dan memenuhi harapan
serta kebutuhan petani jika dibandingkan dengan benih padi hibrida WM 04 SHS
yang memiliki skor sikap total lebih rendah. Benih padi Hibrida WM 04 SHS
dengan skor sikap total sebesar (-1,50) dianggap kurang disukai petani responden
dibandingkan benih padi varietas Ciherang dan IR64 yang memiliki skor sikap
total lebih tinggi, dan belum mampu memenuhi harapan dan kebutuhan petani
49
Tabel 27 Hasil analisis sikap multiatribut Fishbein untuk padi benih hibrida WM
04 SHS, inbrida Ciherang, dan inbrida IR64 (n=36)
Atribut
Skor Evaluasi
Tingkat
Kepentingan
Skor Evaluasi Tingkat Kepercayaan
WM 04 SHS
Ciherang
IR64
ei bi bi.ei bi bi.ei bi bi.ei
Produktivitas 1,89 0,69 1,30 1,08 2,04 0,47 0,89
Tahana rebah tanaman 1,36 0,42 0,57 0,86 1,17 0,47 0,64
Tahan hama penyakit 1,83 -1,19 -2,18 0,67 1,23 0,25 0,46
Umur tanaman padi 1,47 0,92 1,35 0,00 0,00 0,06 0,09
Pemasaran hasil panen 1,14 0,83 0,95 1,75 2,00 1,39 1,58
Rasa nasi 1,11 -0,06 -0,07 1,00 1,11 0,86 0,95
Daya tumbuh 1,58 0,72 1,14 0,75 1,19 0,92 1,45
Harga beli benih 1,25 -1,81 -2,26 0,00 0,00 0,08 0,10
Harga jual gabah 1,33 0,06 0,08 0,19 0,25 -0,08 -0,11
Ketersediaan benih 1,19 -1,72 -2,05 1,31 1,56 1,22 1,45
Promosi toko 0,47 -1,72 -0,81 -1,03 -0,48 -1,14 -0,54
Demplot 1,00 0,50 0,50 0,31 0,31 0,19 0,19
Pedum/Juknis/Promosi 0,36 -0,08 -0,03 -0,86 -0,31 -0,92 -0,33
Total Skor (bi.ei) -1,50 10,05 6,83
Kepuasan Petani terhadap Benih Padi Hibrida Varietas WM 04 SHS,
Inbrida Ciherang, dan Inbrida IR64
Analisis Kepuasan petani terhadap benih padi hibrida WM 04 SHS dan
pembandingnya inbrida Ciherang, IR64 menggunakan analisis Customer
Satisfaction Index (CSI). Customer satisfaction Index (CSI) atau Indeks Kepuasan
Konsumen (IKK) merupakan metode yang menggunakan indeks untuk mengukur
tingkat kepuasan konsumen secara menyeluruh berdasarkan tingkat kepentingan
dan kinerja atribut-atribut suatu produk tertentu. Perhitungan dalam Customer
Satisfaction Index memperhitungkan nilai rata-rata kepentingan suatu atribut dan
kinerja atribut tersebut yang nantinya akan memberikan pengaruh terhadap tingkat
kepuasan total konsumen. Hasil analisis CSI ini akan menggambarkan tingkat
kepuasan petani pada tahap sangat tidak puas, tidak puas,cukup puas atau netral,
puas, dan sangat puas.
Perhitungan nilai Customer Satisfaction Index pada benih padi hibrida
WM 04 SHS dengan pembandingnya inbrida Ciherang, IR64 dimulai dengan cara
menentukan weight factor yang telah diperoleh dari nilai rata-rata kepentingan
setiap atribut dibagi dengan total keseluruhan tingkat kepentingan atribut. Nilai
weight factor digunakan untuk menghitung nilai weight score. Nilai weight score
diperoleh dari hasil perkalian antara weight factor dengan nilai rata-rata kinerja
tiap atribut atau disebut mean satisfaction score (MSS). Nilai indeks kepuasan
konsumen diperoleh dari total weight score atau disebut weight average total
(WAT) dibagi skala maksimum yang digunakan yaitu 5 dan dikalikan dengan 100
persen. Untuk lebih jelasnya hasil analisis dan perhitungan Customer Satisfaction
Index dapat dilihat pada tabel dibawah.
50
Tabel 28 Hasil Analisis Customer Satisfaction Index padi hibrida WM 04 SHS
Atribut Mean
Important
Score
(MIS)
Mean
Satisfaction
Score
(MSS)
Weight Factors
(WF)
Weight
Score
(WS)
MIS/Total MIS WF.MSS
Produktivitas 4,89 3,69 0.09 0,33
Tahan rebah tanaman 4,36 3,42 0,08 0,27
Tahan hamja penyakit 4,83 1,81 0,09 0,16
Umur tanaman padi (panen) 4,47 4,25 0,08 0,35
Pemasaran hasil panen 4,14 3,83 0,08 0,29
Rasa nasi 4,11 2,94 0,07 0,22
Daya tumbuh 4,58 3,72 0,08 0,31
Harga beli beih 4,25 1,19 0,08 0,09
Harga jual gabah (GKP) 4,33 3,06 0,08 0,24
Ketersediaan benih 4,19 1,28 0,08 0,10
Promosi toko 3,47 1,28 0,06 0,08
Demplot 4 3,5 0,07 0,25
Pedum/Juknis/Brosur 3,36 2,92 0,06 0,18
Total 54,98 Weight Average Total 2,87
CSI 57 %
Tabel 28 menunjukkan hasil perhitungan analisis Customer Satisfaction Index
(CSI) pada benih padi hibrida WM 04 SHS memperoleh skor sebesar 57 persen.
Hasil perhitungan tersebut termasuk dalam rentang skala 40% <CSI ≤ 60% yang
berarti bahwa tingkat kepuasan petani responden terhadap penggunaan benih padi
hibrida WM 04 SHS termasuk dalam kategori cukup puas. Tingkat kepuasan
petani ini dipengaruhi kinerja dari atribut-atribut benih padi hibrida yang kurang
berjalan maksimal sesuai harapan petani sehingga menjadikan tingkat kepuasan
masih rendah. Hasil cukup puas tentu harus lebih ditingkatkan sehingga petani
bisa mencapai rasa puas atau bahkan hingga sangat puas. Perbaikan atribut-atribut
yang masih kurang bekerja maksimal perlu ditingkatkan produsen benih sebagai
penyedia benih hibrida WM 04 SHS. Atribut yang kurang bekerja maksimal
seperti ketahanan terhadap hama penyakit, ketersediaan benih, promosi toko, dan
harga benih yang sangat mahal.
Tabel 29 Hasil analisis Customer Satisfaction Index padi inbrida Ciherang
Atribut Mean
Important
Score
(MIS)
Mean
Satisfaction
Score
(MSS)
Weight Factors
(WF)
Weight
Score (WS)
MIS/Total MIS WF.MSS
Produktivitas 4,89 4,08 0,09 0,36
Tahan rebah tanaman 4,36 3,86 0,08 0,31
Tahan hamja penyakit 4,83 3,67 0,09 0,32
Umur tanaman padi (panen) 4,47 3,00 0,08 0,24
Pemasaran hasil panen 4,14 4,75 0,08 0,36
Rasa nasi 4,11 4,00 0,07 0,30
Daya tumbuh 4,58 3,75 0,08 0,31
Harga beli beih 4,25 3,00 0,08 0,23
Harga jual gabah (GKP) 4,33 3,19 0,08 0,25
Ketersediaan benih 4,19 4,31 0,08 0,33
Promosi toko 3,47 1,97 0,06 0,12
Demplot 4,00 3,42 0,07 0,25
Pedum/Juknis/Brosur 3,36 2,14 0,06 0,13
Total 54,98 Weight Average Total 3,52
CSI 70%
51
Tabel 29 menunjukkan hasil perhitungan analisis Customer Satisfaction
Index (CSI) benih padi inbrida Ciherang. Berdasarkan hasil analisis Customer
Satisfaction Index benih padi inbrida Ciherang memperoleh skor sebesar 70
persen. Hasil perhitungan tersebut termasuk dalam rentang skala 60% <CSI ≤
80% yang berarti bahwa tingkat kepuasan petani responden terhadap penggunaan
benih padi inbrida Ciherang dan IR64 termasuk dalam kategori puas.
Tabel 30 Hasil analisis Customer Satisfaction Index padi inbrida IR64
Atribut Mean
Important
Score
(MIS)
Mean
Satisfaction
Score
(MSS)
Weight Factors
(WF)
Weight
Score
(WS)
MIS/Total MIS WF.MSS
Produktivitas 4,89 3,47 0,09 0,31
Tahan rebah tanaman 4,36 3,47 0,08 0,28
Tahan hamja penyakit 4,83 3,25 0,09 0,29
Umur tanaman padi (panen) 4,47 3,06 0,08 0,25
Pemasaran hasil panen 4,14 4,39 0,08 0,33
Rasa nasi 4,11 3,81 0,07 0,28
Daya tumbuh 4,58 3,92 0,08 0,33
Harga beli beih 4,25 3,08 0,08 0,24
Harga jual gabah (GKP) 4,33 2,92 0,08 0,23
Ketersediaan benih 4,19 4,14 0,08 0,32
Promosi toko 3,47 1,86 0,06 0,12
Demplot 4 3,19 0,07 0,23
Pedum/Juknis/Brosur 3,36 2,08 0,06 0,13
Total 54,98 Weight Average Total 3,32
CSI 66%
Tabel 30 menunjukkan hasil perhitungan analisis Customer Satisfaction Index
(CSI) benih padi inbrida IR64. Berdasarkan hasil analisis Customer Satisfaction
Index benih padi inbrida IR64 memperoleh skor sebesar 66 persen. Hasil
perhitungan tersebut termasuk dalam rentang skala 60% <CSI ≤ 80% yang berarti
bahwa tingkat kepuasan petani responden terhadap penggunaan benih padi inbrida
IR64 termasuk dalam kategori puas.
Tingkat kepuasan petani responden dari benih padi Ciherang dan IR64
memang tidak jauh berbeda kerena kinerja kedua atribut-atribut yang dimiliki
kedua varietas cukup bisa memenuhi harapan petani sehingga petani merasa puas
menggunakan benih padi tersebut. Tingkat kepuasan petani ini dipengaruhi
kinerja dari atribut-atribut benih padi yang kurang maksimal sehingga perlu
meningkatkan atribut-atribut yang dianggap penting petani tetapi masih kurang
berjalan sesuai harapannya seperti umur panen Ciheranng dan IR64 yang masih
relatif lama menurut petani, harga jual gabah dan harga beli benih yang perlu
ditingkatkan kinerjaanya, dan IR64 yang masih rentan hama penyakit. Sedangkan
untuk atribut pedoman umum/petunjuk teknis/brosur, promosi toko dan demplot
masih perlu ditingkatkan kinerjanya karena menurut petani menurut petani kedua
atribut tersebut dinilai cukup penting. Sehingga diharapkan perusahaan penghasil
benih Ciherang dan IR64 dapat memperbaiki kekurangan tersebut untuk
meningkatkan tingkat kepuasan petani.
52
Perbaikan atribut benih padi hibrida varietas WM 04 SHS, inbrida
Ciherang, dan inbrida IR64 menggunakan metode Importance Performance
Analysis (IPA)
Perbaikan atribut metode Importance Performance Analysis (IPA)
dilakukan untuk mengetahui atribut-atribut mana saja yang memiliki nilai tingkat
kepentingan dan kinerja yang telah sesuai dengan harapan dari petani padi hibrida
WM 04 SHS serta petani padi inbrida Ciherang,dan IR64. Indeks kepuasan petani
padi hibrida maupun inbrida yang berada dibawah 100 persen mengindikasikan
bahwa memang perlu dilakukan upaya peningkatan kepuasan konsumen terutama
pada benih padi hibrida WM 04 SHS yang hanya masuk kategori cukup puas (57
persen) dengan berbagai kelemahan di atributnya. Oleh sebab itu, usaha yang
dapat dilakukan perusahaan dalam meningkatkan kepuasan petani padi
menggunakan benih hibrida dan inbrida adalah dengan pendekatan peningkatan
kinerja.
Gambar 5 Diagram kartesius IPA padi hibrida varietas WM 04 SHS
Keterangan : Kuadran 1 3 = Tahan hama penyakit
8 = Harga beli benih
Kuadran II 1 = Produktivitas
2 = Tahan rebah tanaman
4 = Umur tanaman padi
7 = Daya tumbuh
9 = Harga jual gabah (GKP)
Kuadran III 10 = Ketersediaan benih/mudah diperoleh
11= Promosi toko
53
Kuadran IV 5 = Pemasaran hasil panen
6 = Rasa nasi
12 = Demplot
13 = Pedum/juknis/Brosur
Gambar 6 Diagram kartesius IPA padi inbrida varietas Ciherang
Keterangan : Kuadran 1 4 = Umur tanaman padi
8 = Harga beli benih 9 = Harga jual gabah (GKP)
Kuadran II 1 = Produktivitas
2 = Tahan rebah tanaman
3 = Tahan hama penyakit
7 = Daya tumbuh
Kuadran III 11 = Promosi toko
12 = Demplot
13 = Pedum/Juknis/brosur
Kuadran IV 5 = Pemasaran hasil panen
6 = Rasa nasi
10 = Ketersediaan benih/mudah diperoleh
54
Gambar 7 Diagram kartesiuS IPA padi inbrida IR64
Keterangan : Kuadran I 3 = Tahan hama penyakit
4 =Umur tanaman padi (panen)
8 = Harga beli benih
9 = Harga jual gabah (GKP)
Kuadran II 1 = Produktivitas
2 = Tahan rebah tanaman
7 = Daya tumbuh
Kuadran III 11= Promosi toko
12 = Demplot
13 = Pedum/juknis/brosur
Kuadaran IV 5 = Pemasaran hasil panen
6 = Rasa nasi
10 = Ketersediaan benih/mudah diperoleh
Kuadran pertama (prioritas utama) padi hibrida WM 04 SHS, inbrida
Ciherang, dan IR64
Kuadran pertama merupakan area ketidakpuasan pelanggan (petani padi).
Atribut atribut yang terdapat dalam kuadran ini dianggap penting oleh petani,
namun kinerjanya masih rendah. Gambar diatas menujunjukkan bahwa semua
atribut padi hibrida WM 04 SHS serta inbrida Ciherang dan IR64 dibagi kedalam
empat diagram kartesius. Atribut-atribut benih padi WM 04 SHS yang masuk
kuadran ini adalah tahan hama penyakit dan harga beli benih. Atribut-atribut yang
terdapat dalam kuadran pertama ini dianggap sangat penting oleh konsumen
(petani), namun kinerja atribut benih varietas unggul lebih rendah dari harapan
konsumen. Atribut-atribut benih padi inbrida Ciherang yang masuk kedalam
kuadran pertama adalah atribut umur tanaman padi, harga beli benih, dan harga
jual gabaah (GKP). Sedangkan untuk atribut benih padi IR64 adalah tahan hama
55
penyakit, umur tanaman padi, harga beli benih, dan harga jual gabah (GKP).
Implikasinya, semua atribut tersebut .harus diprioritaskan untuk diperbaiki
perusahaan sehingga performance dalam atribut ini meningkat dan memenuhi
harapan petani.
Kuadran kedua (pertahankan prestasi) padi hibrida WM 04 SHS, inbrida
Ciherang,dan IR64
Kuadran kedua menunjukkan area kepuasan petani padi hibrida dan
inbrida. Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini menunjukkan kinerja
atribut benih padi varietas WM 04 SHS, Ciherang, dan IR64 yang dianggap
penting oleh konsumen telah sesuai dengan apa yang konsumen harapkan.
Atribut-atribut benih padi WM 04 SHS yang masuk Kuadran pertama adalah
produktivitas, tahan rebah tanaman, mur tanaman padi, dya tumbuh, harga jual
gabah. Atribut –atribut benih padi inbrida Ciherang yang masuk kudran kedua
adalah produktiitas, tahan rebah tanaman, tahan hama penyakit, dan daya tumbuh
sedangkan untuk atribut benih IR64 adalah produktivitas, tahan rebah tanaman,
daya tumbuh.. Setiap atribut yang terdapat dalam kuadran ini merupakan kekuatan
atau keunggulan perusahaan, sehingga perlu dipertahankan kinerja dan
kualitasnya
Kuadran ketiga (prioritas rendah) padi hibrida WM 04 SHS, inbrida
Ciherang,dan IR64
Kuadran ketiga merupakan area yang menunjukkan persepsi dan harapan
sama-sama rendah. Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini dianggap
kurang penting bagi petani dan kinerjanya juga kurang baik. Atribut-atribut benih
padi hibrida WM 04 SHS yang masuk kuadran ini adalah ketersediaan benih dan
promosi toko. Atribut-atribut benih padi inbrida Ciherang yang masuk kuadran ini
adalah promosi toko,demplot, pedum/juknis/brosur sedangkan untuk atribut benih
padi inbrida IR64 adalah promosi toko, demplot, pedum/juknis/brosur. .Perbaikan
kinerja terhadap atribut-atribut tersebut perlu dipertimbangkan karena manfaat
yang dirasakan petani sangat kecil.
Kuadran keempat (berlebihan) hibrida WM 04 SHS, inbrida Ciherang,dan
IR64
Area yang menunjukkan bahwa pelanggan sangat puas, namun sebenarnya
harapan pelanggan lebih rendah dari itu. Atribut-atribut yang terdapat dalam
kuadran ini dianggap kurang penting oleh petani namun dirasakn terlalu berlebih
dalam kinerjanya, sehingga meski kinerja benih padi atas atribut-atribut dalam
kuadran ini baik, malah dianggap sesuatu yang berlebihan. Atribut-atribut benih
padi hibrida WM 04 SHS yang masuk kuadran ini adalah pemasaran hasil panen,
rasa nasi, demplot, pedum/juknis/brosur. Atribut-atribut benih padi inbrida
Ciherang yang masuk kuadran ini adalah pemasaran hasil panen, rasa nasi,
ketersediaan benih/mudah diperoleh sedangkan untuk atribut benih padi inbrida
IR64 adalah pemasaran hasil panen, rasa nasi, ketersediaan benih/mudah
diperoleh. Perusahaan penghasil benih dapat menghemat biaya dengan
mengurangi atribut dalam kuadran ini.
56
Analisis Loyalitas Konsumen
Analisis loyalitas yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan analisis
lanjutan dari tahap akhir proses keputusan pembelian benih padi. Kepuasan dan
loyalitas adalah tahap akhir dari proses keputusan pembelian. kepuasan adalah
salah satu indikator terbentuknya loyalitas. Konsumen yang merasa puas akan
lebih cenderung untuk melakukan pembelian ulang atau mengkonsumsi secara
berkelanjutan, walaupun tidak selalu kepuasan akan berlanjut pada pembelian
ulang.
Analisis loyalitas konsumen dilakukan pada penelitian ini untuk
memetakan tingkat loyalitas konsumen terhadap penggunaan benih padi unggul
yaitu WM 04 SHS, Ciherang, dan IR64 berdasarkan bentuk piramida yang
dibentuknya. Setelah dilakukan analisis menggunakan metode piramida loyalitas
didapatkan kesimpulan bahwa loyalitas petani padi hibrida WM 04 SHS dan IR64
memiliki loyalitas yang berbeda-beda, tetapi dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa loyalitas petani padi hibrida WM 04 SHS dan IR64 masih rendah. Hal ini
terlihat dari piramida loyalitas yang tidak membentuk piramida terbalik . Berbeda
dengan loyalitas petani Ciherang yang termasuk kategori loyal. Hal ini
ditunjukkan dengan bentuk piramida yang dibentuknya terbalik terhadap
penggunaan benih padi Ciherang. Hasil analisis piramida loyalitas
menunjukkan petani padi hibrida WM 04 SHS dan IR64 tidak loyal. Berbeda
dengan tingkat loyalitas petani padi hibrida WM 04 SHS karena hasil akhirnya
tidak membentuk piramida terbalik.
Pada penelitian ini, analisis loyalitas konsumen petani padi benih unggul
diukur berdasarkan beberpa pertanyaan indikator yang ditujukan untuk masing-
masing kategori loyalitas, yaitu switcher buyer, habitual buyer, satisfied
buyer,liking the brand, dan committed buyer. Sebagai contoh untuk kategori
switcher buyer diberikan pertanyaan mengenai reaksi petani apakah petani tetap
membeli atau berpindah membeli benih lain jika terjadi kenaikan harga pada
benih padi yang dibudidayakan.
Gambar 8 Piramida loyalitas padi hibrida varietas WM 04 SHS
Keterangan :
: Switcher buyer = 100 persen
57
Gambar 9 Piramida loyalitas padi inbrida varietas Ciherang
Keterangan :
: Habitual buyer = 2,78 persen
: Satisfied buyer = 5,56 persen
: Liking the brand = 13,89 persen
: Committed buyer = 77,78 persen
Gambar 10 Piramida loyalitas padi inbrida IR64
Keterangan :
: Switcher buyer = 5,56 persen
: Habitual buyer = 47,22 persen
: Satisfied buyer = 11,11 persen
: Liking the brand= 8,33 persen
: Committed buyer = 27,78 persen
Analisis Switcher Buyer Hibrida WM 04 SHS, Ciherang dan IR64
Switcher buyer adalah pelanggan yang berada pada tingkat loyalitas yang
paling dasar. Konsumen yang masuk dalam tingkatan ini adalah konsumen yang
sensitif terhadap perubahan harga produk.dan ciri paling jelas pada tingktan ini
58
adalah konsumen membeli suatu merek karena harganya yang murah sehingga
banyak konsumen lain yang membeli merek tersebut
Berdasarkan hasil analisis piramida loyalitas kepuasan yang ditunjukkan
oleh gambar 8, 9, dan 10 diperoleh responden petani padi yang masuk kategori
switcher buyer untuk varietas hibrida WM 04 SHS adalah 100 persen (36 orang
dari 36 orang responden). Petani padi WM 04 SHS sangat sensitif terhadap
perubahan harga, ketika terjadi peningkatan harga maka petani lebih memilih
tidak akan membeli benih WM 04 SHS disamping harga pasar benih ini sangat-
sangat mahal. Sedangkan varietas pembandingya inbrida adalah Ciherang dan
IR64 adalah 0 persen dan 5,56 persen (2 orang dari 36 orang responden). Varietas
hibrida WM 04 SHS jika dibandingkan dengan varietas inbrida Ciherang dan
IR64 jauh lebih tinggi perbedaannya pada tingkat loyalitas switcher buyer
dikarenakan harga benih hibrida pada dasarnya sangat mahal jika dibeli dipasaran
yaitu sekitar Rp 50.000/kg jika dibandingkan dengan inbrida sekitar Rp
10.000/kg. Sehingga jika mengalami peningkatan harga petani langsung memilih
tidak menggunakan benih padi hibrida WM 04 SHS.
Analisis Habitual Buyer Hibrida WM 04 SHS, Inbrida Ciherang dan IR64
Konsumen habitual buyer adalah konsumen yang mengkonsumsi suatu
produk hanya berdasarkan kebiasaan selama ini, sehingga tidak ada alasan yang
kuat baginya untuk membeli merek produk lain atau berpindah merek, terlebih
jika peralihan tersebut membutuhkan pengorbanan seperti mengeluarkan biaya
(Switching cost) atau suatu usaha tertentu seperti waktu, biaya, tenaga. Konsumen
pada kategori ini adalah konsumen yang tidak mempertimbangkan switching cost
yang harus ditanggunya sebagai akabat dari perubahan merek yang dibelinya.
Berdasarkan hasil analisis piramida loyalitas kepuasan yang ditunjukkan
oleh gambar 8, 9, dan 10 diperoleh petani padi hibrida WM 04 SHS yang masuk
kategori habitual buyer tidak ada berbeda dengan petani padi inbrida Ciherang
dan IR64 sebanyak 1 orang (2,78 persen) dan 17 orang (47,22 persen). Petani padi
Ciherang dan IR64 pada kategori ini merasa puas namun tidak bersedia untuk
mengeluarkan biaya peralihan jika benih padi Ciherang dan IR64 mengalami
perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah petani tidak dapat menerima
perubahan pada varietas benih yang sering dibelinya misalnya mengalami
perubahan yaitu pindah lokasi dan penyediaan benih yang habis maka petani akan
langsung berpindah membeli benih lain tanpa mempertimbangkan switching cost
yang dikeluarkannya untuk tetap membeli benih tersebut.
Analisis Satisfied Buyer Hibrida WM 04 SHS, Ciherang dan IR64
Konsumen yang termasuk dalam kategori satisfied buyer adalah konsumen
yang puas terhadap merek yang dikonsumsinya dan mempertimbangkan switching
cost (biaya peralihan) yang akan dikeluarkannya jika terjadi perubahan pada
merek yang dikonsumsinya. Perubahan yang terjadi seperti tenaga, waktu, uang,
dan resiko kinerja jika petani berpindah membeli varietas benih lain. Pada tahap
ini petani akan tetap memilih benih yang mereka gunakan yaitu hibrida WM 04
SHS, Ciherang, IR64 jika biaya peralihan yang dikeluarkan lebih kecil dari
kepuasan yang akan diperoleh apabila dalam penyediaan benih padi mengalami
perubahan lokasi penjualan. Sebaliknya Petani akan memilih varietas benih lain
jika biaya peralihan yang akan dikeluarkan petani lebih besar dari kepuasan yang
59
diperoleh apanila dalam penyediaan benih padi mengalami perubahan lokasi
penjualan.
Berdasarkan hasil analisis piramida loyalitas kepuasan yang ditunjukkan
oleh gambar 8, 9, dan 10 diperoleh responden petani yang masuk kategori
satisfied buyer untuk petani padi hibrida WM 04 SHS tidak ada, berbeda dengan
petani padi inbrida Ciherang dan IR64 sebanyak 2 orang (5,56 persen) dan 4
orang (11,11 persen). Petani padi Ciherang dan IR64 pada kategori ini adalah
konsumen yang puas terhadap benih yang mereka gunakan. Petani pada kategori
ini rela membeli benih Ciherang dan IR64 kelokasi yang lebih jauh apabila kios
penjualan benih padi pindah lokasi ketempat yang lebih jauh. Petani juga tidak
langsung berpindah menggunakan benih padi lain jika stok benih padi Ciherang
disuatu kios saprotan habis, biasanya petani mencari alternatif seperti kios
saprotan lain yang menyediakan benih Ciherang atau IR64.
Analisis Liking The Brand Hibrida WM 04 SHS, Ciherang dan IR64
Konsumen yang termasuk dalam kategori konsumen liking the brand
adalah konsumen yang benar-benar menyukai suatu merek. Pada tingkatan ini
petani memiliki perasaan emosional yang tinggi terhadap penggunaan benih.
Petani padi yang termasuk kategori ini adalah mereka yang merasa puas ketika
memilih benih yang mereka gunakan selain mereka puas dengan menggunakan
varietas benih unggul mereka juga benar-benar menyukainya. Sehingga konsumen
atau dalam hal ini petani tidak akan berpindah menggunakan benih lain.
Dari hasil analisis piramida loyalitas kepuasan yang ditunjukkan gambar 8,
9, 10 diperoleh responden petani yang masuk dalam kategori liking the brand
untuk petani padi hibrida WM 04 SHS tidak ada, sedangkan petani padi inbrida
Ciherang dan IR64 sebanyak 5 orang (13,89 persen) dan 3 orang (8,33 persen).
Indikasi petani pada kategori ini adalah petani benar-benar menyukai benih
Ciherang dan IR64 dan petani merasa ada yang hal yang kurang jika tidak
menggunakan benih padi Ciherang dan IR64 dalam kurun waktu satu musim
tanam. Petani juga rela membayar lebih jika benih mengalami peningkatan mutu
yang lebih baik seperti daya tahan terhadap hama penyakit.
Analisis Committed Buyer Hibrida WM 04 SHS, Ciherang dan IR64
Committed buyer adalah konsumen yang setia terhadap suatu merek
produk. Committed buyer merupakan tingkatan teratas dalam tahap loyalitas
konsumen. Konsumen yang berada pada tingkatan ini memiliki suatu kebanggaan
sebagai pengguna suatu merek bahkan merek tersebut menjadi sangat penting bagi
mereka, baik dipandang dari segi fungsinya maupun sebagai suatu ekspresi
mengenai siapa sebenarnya mereka. Konsumen pada tingkatan ini ditunjukkan
oleh tindakan mereka dalam merekomendasikan dan mengajak pihak lain untuk
melakukan pembelian terhadap merek yang mereka promosikan atau gunakan.
Berdasarkanhasil analisis piramida loyalitas kepuasan yang ditunjukkan
gambar 8, 9, dan 10 diperoleh responden petani yang masuk dalam kategori
committed buyer untuk petani padi hibrida WM 04 SHS tidak ada, sedangkan
untuk petani padi inbrida Ciherang dan IR64 sebanyak 28 orang (77,78 persen)
dan 10 orang (27,78 persen). Indikasi petani yang masuk dalam kategori ini
adalah petani telah merekomendasikan bahkan mengajak petani lain untuk
menggunakan benih Ciherang atau IR64. Pengguna benih padi pada tingkatan ini
60
perlu dipertahankan dan ditingkatkan karena merekalah yang menjadi orang yang
melakukan promosi melalui mulut ke mulut.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan
yang dapat diperoleh adalah sebagai berikut :
1. Semua petani responden yang menggunakan padi hibrida adalah pria, usia 51
sampai 60 tahun, sudah menikah dengan 5 anggota keluarga, tingkat
pendidikan SD, pekerjaan utama petani dengan penghasilan sampingan
kurang Rp 500.000 , pengalaman sebagai petani sekitar 11-20 tahun,
menyewa lahan dengan luas kurang 0,5 Ha serta total budidaya 3 kali dalam
setahun.
2. Petani responden menggunakan padi hibrida WM 04 SHS karena ingin
memperoleh keuntungan dan berharap hasil panen yang banyak. Sumber
informasi yang digunakan petani adalah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
dan kelompok tani. Petani lebih mempertimbangkan atribut produktivitas,
tahan hama penyakit, dan umur tanaman padi. Sebagian besar petani
menggunakan padi hibrida hibrida tidak terencana dengan mengandalkan
subsidi benih pemerintah. Petani responden sebagian besar menggunakan
padi hibrida satu kali dalam setahun sekitar 5-10 kg. Harga benih tersebut
dipasaran berkisar Rp 50.000/kg.
3. Berdasarkan hasil analisis sikap diantara jenis padi yang dibandingkan,
menunjukkan sikap petani responden terhadap benih padi Ciherang dan IR64
cenderung lebih baik (lebih disukai) dan lebih mampu memenuhi harapan
dan kebutuhan petani dibandingkan dengan benih padi hibrida WM 04 SHS.
4. Hasil perhitungan dari Customer Satisfaction Index (CSI) atau indeks
kepuasan konsumen menunjukkan bahwa kepuasan terhadap penggunaan
benih padi Ciherang dan IR64 lebih tinggi dibandingkan hibrida WM 04
SHS. Hasil analisis piramida loyalitas untuk tiga varietas benih padi
menunjukkan bahwa loyalitas petani responden yang menggunakan benih
padi hibrida WM 04 SHS dan inbrida IR64 dikategorikan sebagai petani
yang tidak loyal. Hal ini dilihat dari hasil analisis piramida loyalitas hibrida
WM 04 SHS dan inbrida IR64 yang tidak membentuk piramida terbalik.
Berbeda dengan pembandingnya padi inbrida Ciherang yang dikategorikan
sebagai petani yang loyal. Hal ini karena piramida loyalitas yang dibentuk
petani padi Ciherang berbentuk piramida terbalik.
61
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka beberapa saran yang
dapat direkomendasikan adalah :
1. Produsen benih WM 04 SHS diharapkan meningkatkan kepuasan dan
loyalitas petani yang masih rendah dengan memperhatikan atribut-
atribut yang dianggap penting oleh petani, namun kinerjanya masih
rendah diantaranya ketahanan terhadap hama penyakit dan harga benih
yang sangat mahal. Produsen benih hendaknya meningkatkan
ketahanan tanaman padi terhadap hama dan penyakit, menurunkan
harga sehingga petani memiliki kemampuan untuk membeli benih padi
hibrida.
2. Selaku produsen benih hibrida WM 04 SHS diharapkan mampu
meningkatkan ketersediaan benih padi WM 04 SHS dengan
mendistribusikannya di kios-kios pertanian serta mampu meningkatkan
penyebaran informasi dan promosi melalui toko pertanian, pedoman
umum/petunjuk juknis/brosur pertanian atau majalah pertanian atau
sumber lain, karena masih banyak petani yang kurang paham
mengenai teknik budidaya padi hibrida WM 04 SHS. Contohnya
penggunaan hasil panen benih padi hibrida WM 04 SHS untuk proses
budidaya selanjutnya.
3. Penelitian selanjutnya sebaiknya atribut tahan terhadap hama dan
penyakit dibedakan antara hama dan penyakit.
4. Kajian hubungan antara Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker DA. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Ananda A, Penerjemah. Jakarta
(ID): Mitra Utama. Terjemahan dari: Managing Brand Equty: Capitalizing
Value of a Brand Name.
Adurachman GG. 2011. Analisis Sikap dan Kepuasan Konsumen Petani Terhadap
Benih Padi Hibrida di Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek.
Rineka Cipta Edisi Revisi. Jakarta.
[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Daerah
Pengembangan dan Anjuran Budidaya Padi Hibrida. Jakarta (ID):
Balitbangtan.
[Balitbangtan] Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2013.
Pengembangan Varietas Unggul Baru (VUB) Untuk Meningkatkan
Produktivitas Padi di Provinsi Jambi. Jakarta (ID): Balitbangtan.
[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2014. Proyeksi
Penduduk Indonesia Tahun 2010-2035. Jakarta (ID): Bappenas.
62
[BPBTPH] Balai Pengembangan Budidaya Tanaman Pangan dan Hortikultura
Kecamatan Cibeber. 2012. Daftar calon Petani dan Calon Lokasi SL-PTT
Padi Hibrida Tahun 2012 di Kecamatan Cibeber. Cianjur (ID): BPBTPH
[BPN] Badan Standarisasi Nasional. 2003. Benih Padi. Jakarta (ID): BPN
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Statistik Daerah Kabupaten Cianjur
[Internet].[diunduh 2014 April18].Tersedia pada:http://cianjurkab.bps.go.id/
[Deptan] Departemen Pertanian. 2008. Padi Hibrida. Jakarta (ID): Deptan
[Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.
2009. Laporan Bulanan Realisasi Lokasi SL-PTT Padi Hibrida. Cianjur
(ID): Disperta.
[Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.
2010. Laporan Bulanan Realisasi Lokasi SL-PTT Padi Hibrida. Cianjur
(ID): Disperta.
[Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.
2011. Laporan Bulanan Realisasi Lokasi SL-PTT Padi Hibrida. Cianjur
(ID): Disperta.
[Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Cianjur.
2012. Laporan Bulanan Realisasi Lokasi SL-PTT Padi Hibrida. Cianjur
(ID): Disperta.
[Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. 2012. Rapat
Kordinasi Program Peningkatan Produksi Beras Nasional di Cianjur Tahun
2012. [Internet] .[diunduh 2014 juli 10].Tersedia pada :
http://diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/informasi/berita/detailberi
ta/1301/
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi ke-6,
Jilid 1. FX Budiyanto, penerjemah. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.
Terjemahan dari: Consumer Behavior.
Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1995. Perilaku Konsumen. Edisi ke-6,
Jilid 2. FX Budijanto, penerjemah. Jakarta (ID): Binarupa Aksara.
Terjemahan dari: Consumer Behavior.
Fahmi D. 2008. Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi
Varietas Unggul di Kabupaten Kediri, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Irawati N. 2009. Analisis Sikap dan Kepuasan Petani Padi Terhadap Benih Padi
(Oryza sativa) Varietas Unggul di Kota Solok Sumatera Barat [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2012. Keputusan Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Nomor 30 Tahun 2012 tentang Tim Pemantau dan
Pembinaan Pelaksanaan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN)
Menuju Surplus Beras 10 Juta Ton 2014. Jakarta (ID): Kementan.
[Kementan] Kementerian Pertanian. 2013. Laporan Data Kinerja Kementerian
Pertanian Tahun 2004-2012. Jakarta (ID): Kementan.
Las I, Suprihatno B, Daradjat AA, Suwarno, Abdullah B dan Satoto. 2004.
Inovasi Teknologi Varietas Unggul Padi: Perkembangan, Arah, dan Strategi
ke Depan. Di dalam : Kasryono F, Pasandaran E, Fagi AM, editor. Ekonomi
Padi Dan Beras Indonesia. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. hlm 375-395.
63
Koes A. 2013. Analisis Sikap, Kepuasan, dan Loyalitas Petani Terhadap
Penggunaan Benih Unggul Jagung Komposit di Sulawesi Selatan [Tesis].
Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Kotler P. 2005. Manajemen Pemasaran. Edisi Milenium. Jilid 1. Benyamin
Molan, penerjemah; Jakarta (ID): Prenhallindo. Terjemahan dari Marketing
Management.
Manalu DM. 2010. Analisis sikap dan kepuasan petani terhadap atribut benih padi
hibrida (studi kasus di Kecamatan Baros Kota Sukabumi) [skripsi]. Bogor
(ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Nugraha US, Sayaka B. 2004. Industri dan Kelembagaan Perbenihan Padi. Di
dalam : Kasryno F, Pasandaran E, Fagi AM, editor. Ekonomi Padi Beras
Nasional. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. hlm
151-178.
[Puslittan] Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 1999. Teknik
Produksi Benih Kacang Tanah. Bogor (ID): Puslittan.
Purwono, Purnamawati H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Rangkuti F. 2008. Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan
Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan plus Analisis Kasus PLN-JP.
Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.
Setiadi NJ. 2008. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan
Penelitian Pemasaran. Jakarta (ID): Kencana.
Simamora B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Siregar. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Jakarta (ID): P.T. Sastra
Hudaya.
64
LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi Varietas Padi Hibrida WM 04 SHS
Golongan : Indica / Japonica
Umur Tanaman : ± 112 hari
Bentuk Tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : ± 103 cm
Anakan produktif : ± 14 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Warna Batang : Hijau
Kerebahan : Tahan
Kerontokan : Sedang
Bentuk gabah : Ramping
Warna gabah : Kuning jerami
Jumlah gabah per malai : ± 211 butir
Rata-rata hasil : 8,4 ton / ha GKG
Potensi hasil : 10,7 ton / ha GKG
Bobot 1000 butir gabah : ± 27,3 gram
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : ± 22,5 %
Ketahanan terhadap
hama : Agak tahan terhadap wereng coklat biotip
1, 2 serta biotipe 3.
penyakit : Tahan penyakit hawar daun bakteri strain
III. Namun agak peka strain IV
dan VIII serta peka tungro.
Keterangan : Baik dibudidayakan di lahan sawah irigasi
bebas endemik hama wereng coklat biotipe
3, penyakit hawar daun bakteri strain IV dan
VIII serta penyakit tungro
Sumber : PT Sang Hyang Seri (2014)
65
Lampiran 2 Deskripsi Varietas Padi Ciherang
Nomor seleksi : S3383-1D-PN-41-3-1
Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-13//4*IR64
Golongan : Cere
Umur tanaman : 116-125 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 107-115 cm
Anakan produktif : 14-17 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar pada sebelah bawah
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23%
Indeks Glikemik : 54
Bobot 1000 butir : 28 g
Rata-rata hasil : 6,0 t/ha
Potensi hasil : 8,5 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan
agak tahan biotipe 3.
Penyakit :Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan
rentan terhadapa strain IV dan VIII
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasidataran rendah
sampai 500 m dpl.
Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan
A. Daradjat
Dilepas tahun : 2000
Sumber : Balai Besar Penelitian Padi (2013) dalam Deskripsi Varietas Padi (2013)
66
Lampiran 3 Deskripsi Varietas Padi IR64
Nomor seleksi : IR18348-36-3-3
Asal persilangan : IR5657/IR2061
Golongan : Cere
Umur tanaman : 110 – 120 hari
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 115 – 126 cm
Anakan produktif : 20 – 35 batang
Warna kaki : Hijau
Warna batang : Hijau
Warna telinga daun : Tidak berwarna
Warna lidah daun : Tidak berwarna
Warna daun : Hijau
Muka daun : Kasar
Posisi daun : Tegak
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Ramping, panjang
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Tahan
Kerebahan : Tahan
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 23%
Indeks glikemik : 70
Bobot 1000 butir : 24,1 g
Rata-rata hasil : 5,0 t/ha
Potensi hasil : 6,0 t/ha
Ketahanan terhadap
Hama : Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan
wereng coklat biotipe 3
Penyakit : Agak tahan hawar daun bakteri strain IV Tahan
virus kerdil rumput
Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah
sampai sedang
Pemulia : Introduksi dari IRRI
Dilepas tahun : 1986
Sumber : Balai Besar Penelitian Padi (2010) dalam Deskripsi Varietas Padi (2013)
67
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pangururan, Sumatera Utara pada tanggal 6 September
1991. Penulis adalah anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak
Martahan Naibaho dan Ibunda Dameria Sitohang. Penulis menyelesaikan
pendidikan di SD Negeri Pardomuan 1 Pangururan pada tahun 2004 dan
pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Pangururan tahun 2007. Pendidikan
lanjutan menengah atas di SMAN 1 Pangururaan yang diselesikan pada tahun
2010.
Penulis diterima di Program Sarjana Departemen Agrribisnis, Institut
Pertanian Bogor pada tahun 2010 melalui jalur Undangan Selesi Masuk IPB
(USMI). Selama mengikuti pendidikan penulis merupakan anggota UKM
Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB di Komisi Pelayanan Anak Tahun 2010-
2014. Pada tahun 2011-2014 penulis aktif mengikuti kegiatan UKM COAST
olahraga Fakultas Ekonomi dan Manajemen.