ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS
Transcript of ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS
ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS”
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
DAHLIANA SYAHRI
NIM. 207051000611
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H./2011 M.
ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS“
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
DAHLIANA SYAHRI
NIM. 207051000611
Pembimbing:
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H / 2011 M.
EMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar starta satu (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 10 Juni 2011
Dahliana Syahri
i
ABSTRAK
Nama : Dahliana Syahri
NIM : 207051000611
ANALISIS SEMIOTIK FILM “FREEDOM WRITERS”
Film merupakan komunikasi massa yang menggunakan audio visual,
dalam pembuatan film tidak semudah yang kita bayangkan dan sesingkat saat kita
melihat di televisi atau XXI. Membutuhkan waktu yang sangat panjang dari masa
pra produksi, produksi dan paska produksi, biaya banyak, SDM yang memadai.
Para ahli tersebut terbentuk dalam satu tim kerja atau tim work semuanya
mempunyai peran masing-masing, dan saling mengisi satu sama lain.
Film freedom Writers, sebuah film drama kriminal yang diangkat
berdasarkan kisah nyata, kehidupan seorang guru bernama Erin Gruwell. Ia
terjebak dalam kehidupan anak-anak muridnya yang terlibat konflik antar ras,
mereka sama sekali tidak menghargai Erin sebagai guru bahasa Inggris, karena
dalam kehidupan mereka hanya terbersit bagaimana mempertahankan hidup dan
terhindar dari kematian. Film yang disutradarai Richard LaGravenese ini benar-
benar mampu menghanyutkan penonton dalam setiap adegannya. Alur maju
mundur dan adegan-adegan perkelahian serta dramatis mampu membawa
penonton terlarut di dalamnya.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan deskriptis analisis, serta
teori semiotika Roland Barthes. Melalui teori semiotika Roland Barthes dengan
denotasi, konotasi dan mitos, peneliti dapat memahami pesan atau simbol-simbol
yang tersurat maupun tersirat melalui dialog, pengambilan gambar dan gerak para
pemain Freedom Writers. Sehingga penyampaian pesan yang disampaikan
Richard LaGravenese selaku penulis skenario sekaligus sutradara mampu
tersampaikan secara cermat kepada penonton. Berdasarkan salah satu analisis, ada
pesan tersirat mengenai layaknya seorang guru bukan hanya sebagai pengajar tapi
hendaknya juga sebagai pendidik dan mampu menggunakan metode pengajaran
yang tepat berdasarkan latar belakang muridnya.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat, HidayahNya, kepada kita, serta memberikan kesehatan lahir
dan batin, segala puji kepadanya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
yang tak pernah henti-hentinya menghujamkan Kasih Sayangnya kepada seluruh
umat di muka bumi ini.
Dan tidak lupa pula, sholawat serta salam untuk baginda kita Muhammad
SAW. Yang telah memberikan pencerahan kepada kita semua. Serta untuk
kelurga dan sahabat-sahabat beliau, semoga Allah memuliakan mereka. Amin
Adapun dalam pembuatan skripsi ini banyak sekali rintangan dan kesulitan
yang penulis telah lewati, sehingga terkadang rasa putus asa, malas, jenuh, bosan,
tawaran pekerjaan yang menggiurkan dan ketidak tahuan peneliti selalu
membayangi. Namun berkat doa, motivasi, bantuan, bimbingan dan pengarahan
dari berbagai pihak akhirnya dengan susah payah skripsi ini dapat terselesaikan.
Begitu banyak ucapan terima kasih yang ingin penulis sampaikan, penulis
sadar betul tanpa ada bantuan dari berbagai pihak, mungkin skripsi ini masih
belum selesai. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan, perkenankan penulis
untuk menyampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada yang
terhormat:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan MA, dan Pembantu Dekan I
iii
Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.Ag, Pembantu Dekan II Bapak Drs.
H.Mahmud Jalal, M.A, Pembantu Dekan III Bapak Study Rizal LK, M.A.
Bapak Drs. Jumroni, M.Si selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, dan Ibu Umi Musyarofah , MA selaku Sekretaris Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam.
2. Ibu Dra. Hj. Asriati Jamil, M,Hum dan Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A,
selaku Kordinator dan Sekretaris Program Non Regular Komunikasi
Penyiaran Islam , dan seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Karena telah banyak memberikan Ilmu Pengetahuan baik
pada saat penulis kuliah maupun saat menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen pembimbing Ibu Umi Musyarrofah, MA, yang telah membimbing
dan memberiakan arahan kepada penulis dalam tahapan pembuatan skripsi
sampai selesai skripsi ini dengan baik.
4. Segenap karyawan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi serta Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan referensi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Kedua orang tua penulis, Ny. Zahriah dan Bapak. Syahri. Ucapan
terimakasih yang begitu dalam untuk ibunda tercinta yang sangat penulis
sayangi, yang mana telah memberikan doa dan kasih sayang yang begitu
besar, mengasuh penulis dari kecil sampai detik ini, memberikan motivasi
dan semangat yang membuat penulis begitu optimis dalam menyelesaikan
skripsi. Beliau adalah my hero, sumber inspirasi, sumber kekuatan, bagi
iv
penulis. Ibunda adalah segala-galanya buat penulis karena dari kecil
beliaulah yang mendidik dan membesarkan penulis. “ Ibu jasamu takkan
pernah terlupakan, dan ini aku persembahkan untukmu, semoga kelak aku
bisa memberikan kebahagiaan dan kebanggaan, amin. Pelukan hangat dan
ciuman kasih sayang untuk dirimu Ibunda”. Teruntuk ayahanda tercinta
Alm. Syahri, semoga Allah melapangkan kubur, dan membukakan pintu
SurgaNya untuk beliau, amin. Walaupun raganya tidak bisa hadir
menyaksikan penulis memakai toga namun penulis yakin dengan izin
Allah beliau bisa melihat dan menyaksikan penulis wisuda.
6. Adikku tercinta Arie Hidayat Syahri, dan adik-adik sepupu penulis yakni:
Suhendra, Zulrian Syah, Rozi Irawan, Fahrur Rozi, Yesi Selviana Fitri,
Ernando, Nurul Anisa Zahra, Alba Fatan, dan Fajar, yang tanpa kalian
sadari telah memberikan motivasi yang begitu besar kepada penulis,
karena kalian semua penulis ingin kuliah dan sukses. Sebagai cucu
pertama penulis ingin menjadi contoh yang baik untuk kalian semua,
semoga saja kalian bisa lebih baik dan lebih sukses dari kakak.
7. Untuk keluarga besar di Lampung yakni : tamong (nenek) yang telah andil
mengasuh dan membesarkan penulis, Minan Suryanah, Khotimah, Mat
Sobri, Herman, dan seluruh keluarga besar Sulaiman Alm, serta tak lupa
pula keluarga besar Abdurrahman Alm.
8. Sahabat-sahabat perjuangan penulis, Juliani, Nurrina Desiani, sahabat
yang senantiasa menjalani suka dan duka bersama. Serta buat kelurga
besar pak Yanto dan pak Karel, yang sudah penulis anggap sebagai
v
keluarga sendiri. Serta buat Amin Rois, sahabat sekalian rekan penulis
dalam menuntuk ilmu dan pengalaman, sukses buat kalian semua.
9. Sahabat-sahabat IKJ, Denadon Caniago yang telah membantu dan
memotivasi penulis dalam menyelesaian skripsi ini, serta mengajari
penulis dalam dunia perfilman. Fhilip Tobing (om Boy) yang telah
meminjamkan buku dan mengajari memberikan pelajaran dan pengalaman
bagi penulis. Serta buat keluarga besar Teater Café (TIM).
10. Sahabat-sahabat PMII Cabang Ciputat khususnya KOMFAKDA, mas
Didi, Firman, Sofian, Abel, Samlawi dan untuk semuanya, yang telah
mengajarkan penulis dalam berorganisasi, Berani memimpin dan siap
dipimpin.
11. Sahabat-sahabat Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2007 Non
Regular. Zaarasy , Nila, Rizka, Lulu, Icha, Indah, Neneng, Cahaya,
Mutiara, mba Puji, Farida, Ayni, Ajriny, Aldy, Nanto, Ongko, Ferdom,
Aan, Pa haji Sulaiman, Bima, Doni, Zeptri, Rio, Syarif, Samlawi dan
Teman-teman KKN 2010 Kelompok 88 Pameungpek Garut. Yang telah
memberikan nuansa persahabatan, kekeluargaan, dan pengalaman selama
lebih dari tiga tahun menuntut Ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sukses buat sahabat-sahabatku, semangat terus demi meraih masa depan
sukses buat kita semua.
12. Buat adek-adek kelas Non Regular angkatan 2008 terima kasih banyak
buat doanya dan dukungannya.
vi
13. Semua pihak yang telah memberi bantuan baik moril maupun materil
kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT
akan membalas semua kebaikan para pendidik, keluarga dan sahabat-sahabatku
tercinta Amin ya Rabbal Alamin.
Ciputat, 10 Juni 2011
Dahliana Syahri
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................. 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 6
D. Metodologi Penelitian ............................................................................ 6
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ............................................................................ 11
viii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Analisis ................................................................................................... 12
B. Pengertian Semiotik ............................................................................... 12
C. Teori Semiotik Roland Bartes ............................................................... 16
D. Definisi Film .......................................................................................... 22
E Sejarah Perkembangan Film Dunia ......................................................... 24
F. Sejarah Perkembangan Film Indonesia .................................................. 25
G. Jenis-Jenis Film ...................................................................................... 27
H. Teknik Pengambilan Gambar ................................................................. 29
BAB III GAMBARAN UMUM FILM “FREEDOM WRITERS”
A. Gambaran Umum ................................................................................... 33
B. Profile Sutradara Film Freedom Writers ................................................ 33
C. Profile Pemain ........................................................................................ 36
1. Pemeran Utama Hilary Swank ................................................. 36
2. Pemeran Pembantu Utama Lee Hernandez ............................... 39
3. Jason Finn ................................................................................. 40
ix
4. Patrick Galen Dempsey ............................................................. 41
5. Imelda Mary Philomena Bernadette Staunton .......................... 43
6. Scott Glenn ............................................................................... 44
D. Sinopsis Film Freedom Writers .............................................................. 46
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA LAPANGAN
A Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos .................................................... 49
1. Sikap Optimism dan Pantang Menyerah ............................................. 50
2. Kekerasan Antar Ras .......................................................................... 54
3. Toleransi Antar Ras ........................................................................... 57
4. Semangat Belajar ................................................................................ 61
5. Sikap Jujur .......................................................................................... 65
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 70
B. Saran .................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................... 77
x
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1: Peta Tanda Rolan Barthes ....................................................... 19
2. Tabel 2: Peta Tanda Rolan Barthes ....................................................... 20
3. Tabel 3: Sikap optimism dan pantang menyerah .................................. 51
4. Tabel 4: kekerasan antar ras .................................................................. 55
5. Tabel 5: Toleransi antar ras ................................................................... 59
6. Tabel 6: Semangat belajar ..................................................................... 62
7. Tabel 7: Sikap jujur ............................................................................... 67
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Film dalam arti sempit adalah penyajian gambar lewat layar lebar, tetapi
dalam pengertian yang lebih luas bisa juga termasuk yang disiarkan di TV.1 Film
merupakan salah satu media massa yang berbentuk audio visual dan sifatnya
sangat rumit. Film menjadi sebuah karya estetika sekaligus sebagai alat informasi
yang bisa menjadi alat penghibur, alat propaganda, juga alat politik. Ia juga dapat
menjadi sarana rekreasi dan edukasi, di sisi lain dapat pula berperan sebagai
penyebarluasan nilai-nilai budaya baru.2 Film bisa disebut sebagai sinema atau
gambar hidup yang mana diartikan sebagai karya seni, bentuk populer dari
hiburan, juga produksi industri atau barang bisnis. Film sebagai karya seni lahir
dari proses kreativitas yang menuntut kebebasan berkreativitas.3
Dalam pembuatan film tidak mudah dan tidak sesingkat yang kita tonton,
membutuhkan waktu dan proses yang sangat panjang diperlukan proses pemikiran
dan proses teknik. Proses pemikiran berupa pencarian ide, gagasan, dan cerita
yang akan digarap, sedangkan proses teknik berupa keterampilan artistik untuk
mewujudkan ide, gagasan menjadi sebuah film yang siap ditonton. Pencarian ide
atau gagasan ini dapat berasal dari mana saja, seperti novel, cerpen, puisi,
1. Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008)
hal. 136.
2 Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, ( Jakarta: Panitia hari
Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal.26.
3Ibid, hal. 40
2
dongeng, bahkan dari buku catatan ataupun diary. Salah satu film yang diangkat
dari buku catatan adalah The Freedom Writers. Film ini didasarkan kepada buku
The Freedom Writers Diary yang disusun oleh seorang guru bernama Erin
Gruwell. Film ini adalah kisah nyata yang dialami oleh sejumlah remaja
California yang hidup dalam ancaman kerusuhan rasial setelah terjadinya
kerusuhan di Los Angeles 1992
Film ini menceritakan perjuangan seorang guru bahasa Inggris bernama Erin
Gruwell, yang terjebak masalah sentimental ras murid-muridnya. Di ruang 203
tempat ia mengajar terdapat beragam gang ras yang selalu mengelompok, ras
Kamboja, ras Hispanic, kulit hitam dan seorang kulit putih di mana mereka saling
berselisih paham dan tidak sedikitpun tertarik dengan pelajaran. Keadaan ini
membuat ia semakin prihatin, Gruwell mencari cara metode pembelajaran apa
yang akan diterapkan. Pada suatu hari, ia menceritakan tentang Holocaust tragedi
pemusnahan ras Yahudi pada saat Hitler berkuasa, dan ia terkejut murid-muridnya
belum pernah mendengar Holocaust.
Gruwell kemudian membelikan mereka buku The Diary of a Young Girl
karangan Anne Frank, yang mengisahkan tentang korban Holocaust, Zlatá’s
Diary: A Child’s Life in Sarajevo untuk dijadikan bahan bacaan, ternyata metode
ini membuat murid-muridnya semakin tertarik akan bidang akademisi. Untuk
membeli lebih banyak buku Gruwell bekerja paruh waktu, karena pihak sekolah
tidak mau meminjamkan buku-buku yang terdapat di perpustakaan. Namun hal itu
menjadi masalah dalam kehidupannya, ia diceraikan sang suami karena suaminya
3
keberatan semenjak ia mengajar ia tidak punya waktu untuk sang suami dan
suaminyapun tidak bisa mengerti akan situasinya saat itu.4
Semula ayahnyapun tidak mendukung, namun karena kesungguhan dan
keseriusan ayahnya bersedia membantu dan mendukungnya. Mereka melakukan
perjalanan mengunjungi Museum of Tolerance di Los Angeles untuk memberi
gambaran tentang bagaimana peristiwa rasial yang paling mengerikan pernah
terjadi, yakni peristiwa Holocaust. Dia juga memberikan setiap siswa jurnal agar
mereka memiliki tempat untuk menuangkan perasaan mereka, ketakutan mereka,
dan pengalaman mereka. Serta mendatangkan beberapa korban Holocaust untuk
menceritakan pengalaman mereka kepada murid-murinya.
Pada akhirnya para siswa ingin mendatangkan Miep Gries, wanita yang
menyembunyikan keluarga Anne Frank dari Eropa kesekolah mereka, untuk
mewujudkan itu, mereka mengadakan penggalangan dana, pada akhirnya mereka
berhasil mengundang wanitia tua itu datang dan bercerita dihadapan mereka. Pada
akhir smester Gruwell menugaskan mereka untuk mengetik jurnal harian yang
masing-masing mereka buat, terkumpul menjadi satu dan diberi judul Freedom
Writers Diary.
4 “sinopsis-the-freedom-writers-diary “Artikel, diakses Senin, 17 Januari 2011 pukul
15.00 WIB dari http://orthevie.wordpress.com/2010/02/14/.
4
Mungkin ini merupakan puncak kesuksesan mereka. Siswa-siswi melakukan
perjalanan ke New York untuk menerima penghargaan. Pada tahun 1999, Siswa-
siswi ini juga pergi ke Eropa bersama-sama dimana mereka mengunjungi Anne
Frank House dan berbagai kamp konsentrasi. Ini bukanlah suatu mukjizat bahwa
semua 150 dari The Freedom Writers lulus dari SMA dan melanjutkan ke
perguruan tinggi. Suatu hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin, ini semua
berkat ketekunan dan tekad Gruwell’s.5
Film ini dikemas begitu menarik, alur cerita yang maju, mundur, serta
pengisahan konflik-konflik membuat andrenalin para penonton semakin
dipermainkan, membuat film ini semakin bagus dan berkualitas. Catatan-catatan
yang mereka buat selama sekolah itulah yang dijadikan buku catatan atau diary,
dan dari buku tersebut kemudian diadaptasi menjadi skenario film oleh Richard
LaGravenese yang ia sendiri yang melakoni sebagai sutradaranya. Namun sebuah
film yang bagus dan berkualitas bukan hanya dilihat dari alur ceritanya saja tetapi
harus mempunyai pesan moral yang ingin disampaikan kepada penonton. Melalui
tanda-tanda, simbol, dan ikon yang terdapat di dalamnya. Film ini layak untuk
ditonton, selain karena sinematografisnya bagus, penonton akan mendapat
pelajaran berharga dari film tersebut.
Kadang kala, pesan moral pada sebuah film kurang diperhatikan oleh
penonton. Banyak di antara mereka hanya menikmati alur cerita dan visualisasi
5 Ibid.
5
film tersebut. Jika diperhatikan secara seksama dalam suatu film dapat menjadi
inspirator bagi penontonnya. Mereka dapat mengambil hikmah, serta pelajaran
berharga dari film tersebut, yang dapat di realisasikan dalam kehidupan nyata.
Dalam film Freedom Writers banyak pesan moral yang ingin disampaikan kepada
penonton. Dengan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai makna simbolis mengenai pesan moral yang
ingin disampaikan pada film Freedom Writers.
Dari apa yang telah dipaparkan di atas, maka penulis ingin melakukan
penelitian sekaligus dijadikan sebagai judul skipsi yaitu: ANALISIS SEMIOTIK
FILM “FREEDOM WRITERS“
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Penulis sengaja membatasi pengambilan adegan-adegan dalam film Freedom
Writers yang memiliki pesan moral dan simbol untuk mewakili bagaimana
seorang pengajar mengatasi carut-marut yang terjadi dalam sebuah sekolah,
Seperti Sikap optimisme dan pantang menyerah. Ditunjukan oleh Gruwell dalam
mengajar murid-muridnya. Semangat belajar, konflik antar geng atau kekerasaan
antar gang, sikap toleransi antar ras, semangat belajar dan sikap jujur dalam
memperjuangkan keadilan.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana makna denotasi dalam film Freedom Writers?
2. Bagaimana makna konotasi dalam film Freedom Writers?
6
3. Bagaimana makna mitos dalam film Freedom Writers
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, secara spesifik penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui makna denotasi, konotasi, dan mitos yang terdapat
dalam film Freedom Writers. Serta mengetahui pesan yang terdapat dalam film
Freedom Writers.
a. Kegunaan Akademisi
Penelitian ini diharapkan bisa memperkaya khasanah ilmu
komunikasi massa melalui film untuk Fakultas Ilmu Komunikasi khusunya
Fakultas Ilmu Dakwah Dan Komunikasi jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam.
b. Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan konstribusi positif bagi
para tim produksi, sutradara, dan akademisi yang mengambil bidang
komunikasi khususnya yang berminat di dunia perfilman.
D. Metodelogi Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan
pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif analisis, yaitu penelitian yang
memberikan gambaran secara objektif, dengan menggambarkan pesan-pesan
secara simbolis dalam film Freedom Writers.
7
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif
yang kemudian menggunakan model Roland Barthes, yang berfokus pada
gagasan tentang signifikasi dua tahap (two order of signification). Yang
mana signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifer
(penanda) dan signinified (petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas
eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata
dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk
menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang
berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah
bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang
realitas atau gejala alam.6
2. Objek Penelitian dan Unit analisis
Adapun objek penelitian ini ialah film Freedom Writers. Sedangkan
unit analisnya adalah potongan gambar atau visual yang terdapat dalam film
Freedom Writers yang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
3. Sumber Data
Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Data primer yakni data yang diperoleh dari rekaman vidio film
6 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal.127-128.
8
Freedom Writers yang berupa DVD, kemudian dipilih gambar dari
adegan-adegan yang berkaitan dengan penelitian.
b. Data sekunder yakni data yang diperoleh dari literatur yang
mendukung data primer, seperti kamus, internet, artikel, koran, buku-
buku yang berhubungan dengan penelitian, catatan kuliah dan
sebagainya.
4. Teknik Penelitian
Teknik penelitian yang dipakai ada dua yaitu:
a. Observasi adalah sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa
mediator sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang
dilakukan objek tersebut7. Secara langsung peneliti menonton dan
mengamati dialog- dialog peradegan dalam film Freedom writers.
Kemudian mencatat, memilih serta menganalisis sesuai dengan model
penelitian yang digunakan.
b. Studi komunikasi atau dokument research, yakni penulis
mengumpulkan data-data melalui telaah dan mengkaji berbagai
literatur yang sesuai dengan materi penelitian untuk dijadikan bahan
argumentasi, seperti DVD film Freedom Writers, arsip, majalah,
surat kabar, buku, catatan perkulihan, internet dan lain sebaginya.
7 Irawan, Soehartono, Metode Penelitian Sosil, Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahtraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004),hal.106.
9
5. Waktu
Penelitian ini dilakukan dari Desember 2010 sampai Juni 2011. Peneliti
sengaja menggunakan pisau analisis semiotika, karena film merupakan objek yang
penuh dengan tanda-tanda atau simbol, baik dari segi gambar, suara, atau dialog
yang disampaikan. Sehingga penelitian ini lebih tepat menggunakan analisis
semiotika.
6. Teknik analisis Data
Setelah data primer dan sekunder terkumpul, kemudian diklarifikasikan
sesuai pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah. Kemudian, dilakukan
analisi data dengan menggunakan teknik analisis semiotik Roland Barthes. Yang
mana Roland mengembangkan semiotik menjadi dua, yakni denotasi dan konotasi
yang menghasilkan makna secara objektif untuk memahami makna tersirat dalam
film freedom writer yang menjadi objek dalam penelitian ini.
7. Teknik penulisan
Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulisan berpedoman pada buku “
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Desertasi) yang ditulis oleh:
Hamid Nasuhi, dkk. Yang ditrbitkan oleh CeQDA UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2007.
10
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka yang menginspirasi peneliti dari skripsi-skripsi terdahulu
di antaranya:
1. “Analisis semiotik film A Mighty Heart“, oleh Risky Akmalsyah, tahun
2010, jururan Jurnalistik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. “Analisis Semiotik Pesan Dakwah Dalam Poster Narkotika Badan
Narkotika Nasional (BBN)“, oleh Afaf Sholihin, 2010, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. “Analisis Semiotik Foto Daily Life Stories Pada World Press Photo
2009“, oleh Aida Islamie, 2010, Konsentrasi Jurnalistik, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ketiga skripsi di atas memiliki objek berbeda. kedua skripsi diposisi atas
menggunakan objek film, dan yang ketiga menggunakan objek poster, serta
terakhir menggunakan objek foto. Masing-masing menggunakan teknik analisis
Roland Barthes.
Walau dalam penelitian ini penulis merujuk pada skripsi di atas, namun
tetap ada perbedaan. Dari objek penelitian saja sudah berbeda walaupun sama-
sama meneliti film, gambar dan poster serta menggunakan teori Roland Barthes
tapi gambar-gambar yang dianalisis berbeda-beda.
Film ini sengaja dipilih penulis untuk diteliti karena menurut penulis
banyak pesan moral yang terdapat dalam film ini. Salah satunya membiasakan diri
11
untuk menulis hal apapun yang dialami setiap hari, karena itu bisa dijadikan hasil
karya yang menarik, contohnya novel, cerpen, bahkan film. Seperti halnya film
Freedom Writers yang diangkat dari kisah nyata, tepatnya dari dokumen catatan-
catatan jurnal harian yang diberi judul, Freedom Writers Diary. Harapan penulis
semoga penelitian ini bisa menambah referensi penelitian film, Khususnya film
Internasional.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian yang akan dibahas dalam skripsi ini terdiri dari lima Bab dan
masing-masing bab terdiri dari Sub Bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN: dalam bab ini membahas latar belakang masalah,
rumusan dan batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI: dalam bab ini ini membahas definisi film, sejarah
perkembangan film dunia, sejarah perkembangan film Indonesia, jenis-jenis film,
teknik pengambilan gambar, pengertian semiotika dan teori semiotika Rolan
Barthes.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM “FREEDOM WRITERS”: pada bab ini
profile sutradara, para pemain, sinopsis film Freedom writers.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA LAPANGAN: pada bab ini
Membahas makna denotasi, konotasi dan mitos dalam film Freedom Writers.
BAB V PENUTUP: penulis mengakhiri skripsi ini dengan kesimpulan dan Saran.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Analisis
Definisi analisis menurut kamus besar bahasa Indonesia “Analisis adalah
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagaian itu
sendiri serta hubungan anatar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan
pemahaman arti keseluruhan“. Sedangkan merurut rektor UIN Jakarta
Komaruddin Hidayat analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu
keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda komponen,
hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan
yang terpadu“1. Sedangkan menurut penulis analis adalah mengurai secara
mendalam dan menyeluruh tentang suatu objek.
B. Pengertian Semiotika
Secara etimologis istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion yang
berarti “tanda“. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar
konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu
yang lain. Istilah semeion tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau
aklepiadik denagn perhatiannya pada simtomatologi dan diagnostik inferensial.
Sedangkan secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan
1 Artikel, diakses minggu, 24 Juli 2011 pukul 11.15 WIB dari
http://dspace.widyatama.ac.id/jspui/bitstream/10364/515/4/bab2.pdf
13
sebagai tanda2. Pengertian paling sederhanamengenai semiotika dapat diuraikan
sebagai studi mengenai tanda dan bagimana tanda-tanda itu bekerja.3
Sedangakan ahli sastra Teew (1984:6) mendefinisikan semiotik adalah tanda
sebagai tindak komunikasi dan kemudian disempurnakannya menjadi model
sastra yang mempertanggung jawabkan semua faktor dan aspek hakiki untuk
pemahaman gejala sastra sebagai alat komunikasi yang khas di dalam masyarakat
manapun. Semiotik merupakan cabang ilmu yang relatif masih baru. Penggunaan
tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya dipelajari secara lebih
sistematis pada abad kedua puluh.4
Awal mulanya konsep semiotik diperkenalkan oleh Ferdinand de Saussure
melalui dikotomi sistem tanda: signified dan signifier atau signifie dan significant
yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada
hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara „yang ditandai‟ (signified)
dan „yang menandai‟ (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda
(signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda
adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. “Penanda dan
petanda merupakan kesatuan seperti dua sisi dari sehelai kertas,” kata Saussure.5
2 Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis framing, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal.95.
3 Andry Masri, Stategi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hal. 166.
4 Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiotik.pdf
5 Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Semiotika
14
Berbeda dengan Saussure, Charles Sanders Peirce, seorang filsuf
berkebangsaan Amerika, mengembangkan filsafat pragmatisme melalui kajian
semiotik. Bagi Peirce, tanda “is something which stands to somebody for
something in some respect or capacity.” Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa
berfungsi disebut ground. Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu:
sintaksis semiotik, semantik semiotik, dan pragmatik semiotik. Sintaksis semiotik
mempelajari hubungan antar tanda, Semantik semiotik mempelajari hubungan
antara tanda, objek, dan interpretretasi, sedangkan Pragmatik semiotik
mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda.
Semiotik itu sendiri mengkaji tentang makna-makna atau simbol-simbol, baik
yang berupa bahasa (linguistik) dan tanda fisik. Istilah makna dan simbol itu
sendiri memiliki makna yang spesifik, seperti yang dikemukan oleh Raymond
Firth (1973), tanda merupakan bagian dari bahasa tersendiri yang, “...sangat
penting bagi pengoprasian yang efisien sehingga pembuat (fabrikator) dan
penafsir menggunakan kode yang sama.“6 Sedangkan bahasa menurut Ferdinand
de Saussure, menyatakan bahasa sebagai sistem tanda yang mengekspresikan
gagasan-gagasan: Language is a system of signs that express ideas, and is
therefore comparable to a system of writing, the alphabet of deaf – mutes,
symbolic rites, polite formulas, military signals, etc. but is the most important of
6 Susann Vihma & Seppo Vakena, Semiotika Visual dan Semantika Produk, (Yogyakarta:
Jalasutra: 2009), hal.14.
15
all these systems.7 Artinya bahasa adalah sistem tanda yang mengekpresikan ide-
ide yang sebanding dengan penulisan, seperti bahasa orang-orang bisu, tuli, ritus
simbolik kode-kode militir dan lain-lain, tetapi yang paling penting dari semua
sistem adalah bahasa.
Pusat perhatian semiotika dalam kajian komunikasi itu sendiri menggali apa
yang tersembunyi dibalik bahasa, karena bahasa beroprasi sebagai simbol yang
mengartikan atau merepresentasikan makna yang ingin dikomunikasikan oleh
pelakunya, atau dalam istilah yang dipakai Stuart Hall untuk menyatakan hal ini,
…”fungsi bahasa adalah sebagai tanda. Tanda mengartikan atau
merepresentasikan (menggambarkan) konsep-konsep, gagasan atau perasaan
sedemikian rupa yang memungkinkan seseorang „membaca‟, men-decode atau
menginterpretasikan maknanya.” Kalau dalam film yakni bagaimana sang
Sutradara menyampaikan maksud atau pesan yang akan disampaikan pada
penonton, melalui gambar atau bahasa ilmiahnya melalui media audio visual,
sehingga khalayak mengerti maksud dari film yang ditontonnya tersebut.
Kemudian dalam pengertian umum, baik dalam sebuah karya seni atau dalam
hubungan sehari-hari yang paling biasa, sebuah lambang adalah sesuatu yang
mewakili sesuatu yang lain dan yang mengkomunikasikan “sesuatu yang lain“ itu
dengan jalan merangsang, mencetuskan atau menghidupkan ide-ide yang
berpadanan dalam fikiran orang yang menerima lambang tersebut.
7Artikel, di akses Senin, 21 Februari 2011 pukul 11.45 WIB dari
http://abunavis.wordpress.com/2007/12/31/mitos-dan-bahasa-media-mengenal-semiotika-roland-
barthes/
16
Macam-macam Semiotik Sampai saat ini, sekurang-kurangnya terdapat
sembilan macam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004).
Jenis -jenis semiotik ini antara lain:
1. Semiotik analitik adalah merupakan semiotik yang menganalisis sistem
tanda. Peirce mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan
menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat dikatakan
sebagai lambangsedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam
lambang yang mengacu pada obyek tertentu.
2. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda
yang dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu
tetap seperti yang disaksikan sekarang.
3. Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memper
hatikan sistem tanda yangdihasilkan oleh hewan.
4. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang ada dalam kebudayaan masyarakat.
5. Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam
narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (folklore).
6. Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam.
7. Semiotik normatif merupakan semiotik yang khusus membahas sistem
tanda yang dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.
17
8. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata
maupun lambang rangkaian kata berupa kalimat.
9. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.8
C. Teori Semiotik Roland Barthes
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada
cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan
makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja
menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland
Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks
dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi
dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.
Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi
(makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari
pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan
Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang
diusung Saussure.
8 Artikel, di akses Rabu 7 Januari 2011 pukul 13.30 WIB dari
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiotik.pdf
18
Teori Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya Barthes
mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi
dan konotasi. Kata konotasi berasal dari bahasa latin connotare, „„ menjadi
makna“ dan mengarah pada tanda-tanda kultural yang terpisah atau bebeda
dengan kata (dan bentuk-bentuk lain dari komunikasi). Kata melibatkan simbol-
simbol, historis dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Roland Barthes,
semiotikus terkemuka dari Prancis dalam bukunya Mythologies (1972)
memaparkan konotasi kultural dari berbagai aspek kehidupan keseharian orang
Prancis, seperti steak dan frites, deterjen, mobil ciotron dan gulat. Menurutnya,
tujuannya untuk membawakan dunia tentang “apa-yang terjadi-tanpa-
mengatakan“ dan menunjukan konotasi dunia tersebut dan secara lebih luas basis
idiologinya.
Sedangkan denotasi, di pihak lain, menunjukan arti literatur atau yang
eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Sebagai contoh Boneka Barbie
menunjukan boneka mainan, yang dipasarkan pertama kali pada tahun 1959,
dengan tinggi 11,5 inci, dengan ukuran dada 5,25 inci, tinggi pinggang 3 inci dan
pinggul 4,25 inci. Sementara konotasi dari barbie, secara kontras penuh
kontroversi. 9 Karna menurut sebagian orang bahwa boneka Barbie tersebut
adalah lambang atau simbol dari emansipasi wanita. Di bawah ini bisa kita lihat
ada gambar mengenai teori Roland Barthes.
9 Arthur Asa Berger, Media Analysis Techniques, (Yogyakarta: Penerbitan Universitas
Atma Jaya Yogyakarta, 1999), hal.15.
19
Gambar 1. Peta Tanda Roland Barthes
Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai
suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan,
jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi
penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru.
Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang
menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos.
Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi
keramat karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi keramat
ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol
pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi
sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua.
20
Pada tahap ini, “pohon beringin yang keramat” akhirnya dianggap sebagai sebuah
Mitos.10
Salah satu wilayah penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang
tanda adalah peran pembaca (the reader). Konotasi, walaupun merupakan sifat
asli tanda, membutuhkan keaktivan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara
lugas mengulas apa yang sering disebutnya sebagai sistem pemaknaan tataran ke-
dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. sistem ke-dua
ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam buku Mythologies-nya
secara tegas ia bedakan dari denotative atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Gambar 2. Peta Tanda Roland Barthes
1. Signifier
(penanda)
2. signified
(petanda)
3. denotative sign (tanda denotatif)
4. CONNOTATIVE SIGNIFER
(PENANDA KONOTATIF)
5. CONNOTATIVE SIGNIFED
(PETANDA KONOTATIF)
1. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)
10
“Teori semiotik“ diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/teori-semiotik.html
21
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif (4). Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif
tidak sekadar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian
tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Pada dasarnya, ada perbedaan
antara denotasi dan konotasi dalam pengertian secara umum serta denotasi dan
konotasi yang dipahami oleh Barthes.
Di dalam semiologi Barthes dan para pengikutnya, denotasi merupakan
sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua.
Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna.
Sebagai reaksi untuk melawan keharfiahan denotasi yang bersifat opresif ini,
Barthes mencoba menyingkirkan dan menolaknya. Baginya yang ada hanyalah
konotasi. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa makna “harfiah” merupakan sesuatu
yang bersifat alamiah (Budiman, 1999:22). Dalam kerangka Barthes, konotasi
identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai „mitos‟ dan berfungsi
untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan
yang berlaku dalam suatu periode tertentu. Di dalam mitos juga terdapat pola tiga
dimensi penanda, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik,
mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau
dengan kata lain, mitos adalah juga suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua. Di
dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.11
22
D. Definisi Film
Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan salah-satu media
komunikasi massa audio visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi yang
direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan hasil penemuan
teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi,
proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat
dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan
sistem lainnya. Film berupa media sejenis plastik yang dilapisi emulsi dan sangat
peka terhadap cahaya yang telah diproses sehingga menimbulkan atau
menghasilkan gambar ( bergerak ) pada layar yang dibuat dengan tujuan tertentu
untuk ditonton.12
Proses pembuatan film sendiri membutuhkan waktu yang sangat panjang
yakni masa pra produksi, produksi sampai paska produksi. Pada masa pra
produksi yang dilakukan biasanya Hunting lokasi, pengambilan shot-shot lokasi
yang akan dipakai, break down scenario, Reading, serta menyiapkan equipment
yang akan dipakai saat shoting. Kemudian pada saat produksi waktunya untuk
eksekusi, yakni merealisasikan jadwal yang sudah dibuat oleh menejer produksi
agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan literature yang sudah disepakati,
sebab kalau shoting tidak sesuai jadwal maka resikonya berkaitan dengan dana.
11
Artikel, di akses Rabu 7 Januari 2011 pukul 13.30 WIB dari
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%20tentang%20Semiotik.pdf
12Artikel, diakses Rabu, 15 Desember 2010 pukul 23.00 WIB dari
http://www.scribd.com/doc/32637180/Definisi-Film
23
Sedangkan paska produksi biasanya insan perfilman menyebutnya post, berkaitan
dengan proses editing yang dilakukan oleh editor. Barulah kemudian film tersebut
bisa dipasarkan, mau ketelevisikah atau bioskop-bioskop atau yang sekarang lebih
dikenal dengan 21/ XXI.
Dalam membuat film setidaknya melibatkan tujuh departement di bawah ini
yang masing-masing mempunyai andil dan peran tersendiri, namun perlu dicatat
bahwa dalam pembuatan film merupakan kerja kolektif, saling melengkapi satu
sama lainnya. Tujuh departemen itu ialah:
1. Departemen Produksi
2. Penyutradaraan
3. Penulis skenario
4. Penata Kamera ( Director of Photography/ DOP)
5. Penata Artistik ( Art Director)
6. Penata suara ( Sound designer)
7. Penyunting gambar (Editor)13
Fungsi dari film itu sendiri sebagai media hiburan, namun bukan hanya media
hiburan saja tetapi dapat terkandung fungsi informatif maupun edukatif bahkan
13
Prima, Rusdi, Bikin Film Kata 40 Pekerja Film, ( Jakarta: PT. Penerbit Majalah BoBo,
2007 ) hal.vi-vii.
24
persuasif. Ini sesuai dengan misi perfilman nasional, bahwa selain sebagai media
hiburan tetapi bisa dijadikan sebagai media pembelajaran dan sarana informasi.
Film mempunyai karakteristik tersendiri yakni menggunakan layar lebar,
pengambilan gambar karena menggunakan layar lebar maka memungkinkan
pengambilan gambar jarak jauh atau long shot bahkan extrem long shot,
konsentrasi penuh dan identifikasi psikologi yang mana saat kita menonton
pikiran dan perasaan kita larut dalam alur cerita yang disuguhkan.14
E. Sejarah Perkembangan Film Dunia
Dilihat dari sejarah, penemuan film sebenarnya berlangsung cukup panjang.
Ini disebabkan karena film melibatkan masalah-masalah teknis yang cukup rumit,
seperti masalah optik, lensa, kimia, proyektor, kamera, roll film bahkan sampai
pada masalah psikologi. Usaha untuk mempelajari bagaimana gambar dipantulkan
lewat cahaya, konon telah dilakukan sekitar 600 tahun sebelum masehi.
Perkembangan film baru keliatan setelah abad ke-18 melalui percobaan kombinasi
cahaya lampu dengan kaca lensa padat, tetapi belum berupa gambar hidup yang
bisa bergerak. Setelah Louis Dagurre bekerjasama dengan Joseph Niepce maka
perkembangan kearah seni fotografi terus dilanjutkan. Setelah Niepce meninggal
dunia, kemudian dilanjutkan oleh Dagurre dan George Easman dalam bentuk
celluloid. Uji coba untuk menggerakan gambar berhasil dilakukan dengan
memakai selinder yang nantinya berkembang menjadi proyektor.
14 Elvinaro, Ardianto, Dkk, Komunikasi Massa, Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
2007, h. 145-147.
25
Joseph Plateau adalah seorang ilmuan yang telah banyak memberikan
perhatian untuk mempelajari rahasia gambar hidup dengan seksama, terutama
dalam hal kecepatan, waktu dan pewarna. Penyempurnaan baru dicapai lewat
kamera oleh asisten ahli listrik terkenal Thomas Alva Edison yang bernam
William Dickson pada tahun 1895. Setelah itu barulah orang Amerika berhasil
membuat film bisu yang berdurasi 25 menit, diantaranya film A Trip to the Moon
(1902), Life of an America Fireman (1903) dan The Great Train Robbery (1903).
Kemudian perusahaan film Warner Brothers dengan bekerjasama dengan Amerika
telephon dan telegraf berusaha mempelajari bagaimana cara memindahkan suara
yang ada dalam telepon ke dalam film. Usaha ini berhasil pada tahun 1928
melalui film The Jazz Singer. Masa keemasan film berlangsung cukup lama,
barulah televisi muncul sebagai media hiburan.15
F. Sejarah Perkembangan Film Indonesia
Hari film Nasional yang telah disepakati oleh bangsa Indonesia adalah
tanggal 30 Maret 1950, sebagaimana yang telah menjadi aspirasi masyarakat
perfilman dan telah menjadi Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 1999, semasa pemerintah BJ Habibie yang berbunyi: butir a. Bahwa
tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari bersejarah bagi perfilman Indonesia
15 Hafied Cangara, M.Sc, Pengantar Ilmu Komunikasi, (PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta:2008) hal.137-138.
26
karena pada tanggal tersebut pertama kalinya film cerita dibuat oleh orang dan
perusahaan Indonesia.16
Dalam beberapa buku dan artikel ada yang menyatakan di Indonesia, sejarah
„gambar idoep‟ muncul tahun 1900, dilihat dari sejumlah iklan di surat kabar
masa itu. De Nederlandshe Bioscope Maatschappij memasang iklan di surat
kabar Bintang Betawi mengabarkan dalam beberapa hari lagi akan diadakan
pertunjukan gambar idoep . Di surat kabar terbitan yang sama pada Selasa 4
Desember 1900 itu, ada iklan berbunyi ”… besok Rebo 5 Desember Pertunjukan
Besar yang Pertama di dalam satu rumah di Tanah Abang Kebondjae moelain
pukul 7 malam …”
Tahun 1926 merupakan tonggak bersejarah bagi perfilman Indonesia.
Dengan dibuatnya film cerita pertama dongeng Sunda Loetoeng Kasaroeng,
kemudian (1927) Java Film menggarap film kedua Eulis Atjih. Sebuah drama
rumah tangga modern, bukan lagi cerita dongeng,17
kemudian Gadis Desa (1949),
film berjudul Harta Karoen (1949) dan film yang berjudul Tjitra (1949). Namun
semua film tersebut tidak diakuialasanya, film-film tersebut bukan oleh orang dan
perusahaan pribumi melainkan oleh perusahaan asing meskipun sutradaranya
orang Indonesia.
16
Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, ( Jakarta: Panitia hari
Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal.5-7.
17 Artikel, di akses Senin, 21 Februari 2011 pukul 11.40 WIB dari, Sejarah Film 1900-
1950: Bikin Film di Jawa, http://indonesiabuku.com/?p=2537
27
Sejarah mencatat bawasannya film Indonesia yang dibuat oleh orang
pribumi dan perusahaan Indonesia adalah film yang berjudul The Long March
atau Darah dan Doa, diproduksi oleh perusahaan bernama PERFINI (Perusahaan
Film Nasional Indonesia) yang merupakan perusahaan film nasional pertama,
dengan produser Djamaluddin Malik dan Sutradara Usmar Ismail. Sedangkan
tanggal 30 Maret 1950 merupakan hari pertama pengambilan gambar atau syuting
film Darah dan Doa. Usmar Ismail adalah tokoh yang paling bersemangat untuk
mewujudkan adanya film nasional.18
Untuk itu ia dinobatkan sebagai bapak
perfilman Indonesia.
G. Jenis-Jenis Film
1. Film cerita (Story film)
Film cerita jelas film yang mengandung suatu cerita, yaitu yang lazim
dipertunjukan di gedung-gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar.
Film jenis ini didistribusikan sebagai barang dagangan dan diperuntukan semua
publik di mana saja. Film cerita terbagi menjadi dua bagian yakni film panjang
dan film pendek, tidak ada perbedaan yang signifikan hanya durasi, buget, dan
tingkat kesulitan dalam penyampaian pesan kepada khalayak dikarnakan dalam
waktu sesingkat itu sutradara harus bisa memberikan pemahaman arti akan film
yang dibuatnya kepada publik.
18
Akhlis Suryapati, Hari Film Nasional tinjauan dan Restrospeksi, ( Jakarta: Panitia hari
Film Nasional ke-60 Direktorat perfilman tahun 2010, 2010) hal 7-9.
28
2. Film Berita (newsreel)
Film berita atau newsreel adalah film mengeanai fakta, peristiwa yang
benar-benar terjadi. Karena sifatnya berita maka film yang disajikan kepada
publik harus mengandung nilai berita (newsvalue).
3. Film Dokumenter (Dokumentary Film)
Menurut Grierson definisi film dokumnter adalah “ karya ciptaan
mengenai kenyataan (creative treatment of actuality“). Berbeda dengan film
berita yang merupakan rekaman-rekaman kenyataan, maka film dokumenter
menurut Flaherty merupakan interpretasi yang puitis yang bersifat pribadi
dari kenyataan-kenyataan.
4. Film Kartun (Cartoon Film)
Film kartun atau biasa kita sebut sebagai film anak-anak ini, seperti
yang kebanyakan kita lihat di layar televisi banyak film-film kartun yang
dibuat oleh Production Hause (PH) Walt Disney dari Amerika, yang diantara
karyanya Mickey Mause ,Donal Duck dan Snow White. Gagasan awal
pembuatan film kartun ini bermula dari para seniman pelukis. Ditemukannya
cinematopografy telah menimbulkan gagasan untuk menghidupkan gambar-
gambar yang mereka lukis.19
19
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi (Bandung: PT Citra
aditya Bakti, 1993), hal.210-216.
29
H. Teknik Pengambilan Gambar
Ada lima hal yang perlu diperlukan dalam pengambilan gambar untuk
jurnalistik Televisi, yaitu:
2. Camera angle (sudut pengambilan gambar), yakni posisi kamera pada
saat pengambilan gambar. Masing-masing angle punya makna
tertentu. Camera angle Dalam sudut pengengambilan gambar ada
lima bagian:
a. Bird eye view teknik pengambilan gambar yang dilakukan
kameramen dengan posisi kamera di atas ketinggian objek yang
direkam. Tujuan sudut pengmbilan gambar ini untuk
memperliahtkan objek-objek yang lemah dan tak berdaya.
b. High angle pengambilan gambar dari atas objek. Kesan yang
ditampilkan dari pengambilan gambar ini kesan lemah, tak
berdaya, kesendirian, dan kesan lain yang mengandung konotasi
dilemahkan atau dikerdilkan.
c. Low angle mengambarkan seseorang yang berwibawa atau
berpengaruh, memberikan kesan berkuasa.
d. Eye level teknik pengambilan gambar yang sejajar dengan objek,
tidak ada kesan dramastis tertentu, yang ada memperlihatkan
pandangan mata seseorang yang berdiri.
30
e. Frog eye teknik pengambilan gambar yang dilakukan kameramen
dengan ketinggian kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan
objek dengan ketinggian yang lebihrendah dari dasar (alas)
kedudukan objek.
3. Frame size (ukuran gambar),20
yakni ukuran shot untuk
memperlihatkan situasi objek bersangkutan. Frame size yang
menjadi kekuatan gambar baik dalam film maupun acara audio visual
lainnya. Ada dua belas bagian dalam freme size yaitu:
a. ECU ( extreme clouse-up) pengambilan gambar menunjukan
detail suatu objek seperti hidung, mata, telinga, bibir pemain.
b. BCU (big clouse-up) Menonjolkan objek untuk menimbulkan
ekpresi tertentu, seperti pengambilan gambar dari batas kepal
hingga bahu objek.
c. CU (clouse-up) memberi gambaran objek secara jelas, seperti dari
batas kepala sampai leher bagian bawah.
d. MCU (medium clouse-up) menegaskan profile seseorang dari
batas kepala hingga dada atas.
e. MS (mid shot) memperlihatkan seseorang dengan sososknya
yakni pengambilan gambar dari atas kepala sampai pinggang.
20
“Teknik Pengambilan Gambar” diakses pada tanggal kamis 9 Juni 2011 pukul 10 30
WIB dari http://www.thinktep.wordpress.com
31
f. KS (knee shot) memperlihatkan sososk objek yakni dari batas
kepal hingga lutut.
g. FS (full shot) memperlihatkan objek secara penuh dari batas
kepala hingga kaki.
h. LS (long shot) memperlihatkan objek deangan latar
bealakangnya.
i. Medium Long Shot (MLS) yakni gambar objek diambil dari jarak
yang wajar, misalnya terdapat tiga objek maka semuanya akan
terlihat sedangkan jika objeknya hanya satu orang maka tampak
dari kepala sampai lutut.
j. Extreme Long shot (XLS) gambar diambil dari jarak yang sangat
jauh, sehingga latar belakang terlihat nampak jelas. Dengan
demikian terlihat posisi objek dengan lingkungan sekitarnya.
k. One Shot (1S) pengambilan gambar dengan satu objek..
l. Two Shot (2S) pengambilan gambar dengan dua objek.
m. Three Shot (3S) pengambilan gambar dengan tiga objek.
n. Group Shot (GS) pengambilan gambar dengan sekelompok orang.
4. Gerakan kamera, yakni posisi kamera bergerak, sementara objek
bidikan diam. Gerakan kamera ada tiga yaitu:
a. Zoom in/zoom out (mendekat dan menjauh)
32
b. Tilting (dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah)
c. Panning ( gerakan kamera dari kiri ke kanan dan dari kanan ke
kiri).
5. Gerakan objek, yakni posisi kamera diam, sementara objek bidikan
bergerak. Gerakan Objek
a. Objek sejajr dengan kamera
b. Walk-in/walk-away (menjauh atau mendekat dengan kamera)
c. Freming
6. Komposisi, yakni seni menempatkan gambar pada posisi yang baik
dan enak dilihat. Komposisi ada tiga yakni:
a. Headroom (H), yakni mengatur frem di atas kepal objek
b. Noseroom (N), jarak pandang seseorang terhadap objek lainnya,
baik ke kiri maupun ke kanan.
c. Looking space (L), yakni ruangan depan maupun belakang
objek.21
21
. Askurifai, Baksin, Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), hal.120-137.
33
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM “FREEDOM WRITERS”
A. Gambararan Umum
Dalam bab ini peneliti membahas tentang gambaran umum mengenai
beberapa profile orang-orang yang terlibat di dalam pembuatan film tersebut dan
sinopsis dari film Freedom Writers. Diawali dari Sutradara dan dilanjutkan profile
beberapa pemain, kenapa sutradara yang peneliti bahas pertama kali? Karena
menurut peneliti peran sutradara disini adalah motor penggerak produksi ini
berlangsung, Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di
lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus
inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemain, bagaimana dan akan seperti
apa film itu akan dibuat sutradaralah yang mempunyai andil besar dalam
menentukannya, namun tidak mengindahkan departement lainnya, ini adalah
pekerjaan kolektif dan saling bergantung satu sama lain. Masing-masing
mempunyai peranan dalam pembuatan film, mempunyai jobdes masing-masing
dalam perannya.
B. Profile Sutradara Film Freedom Writers
34
Richard LaGravenese, seorang anak yang terlahir dari Ras kulit putih. Ia
lahir di Brooklyn pada 30 Oktober 1959. Ia berkebangsaan Amerika Serikat,
memiliki satu putri dari istrinya yang bernama Ann Weiss. Pertama kali ia
menulis dan dihargai yakni menulis untuk pertunjukan tari-tarian Off Broadway
musik, Richard LaGravenesa memulai karirnya di dunia entertainment sebagai
penulis skenario, ia menulis skenario film The King Fisher yang disutradarai oleh
Terry Gilliam. Film ini berhasil mendapatkan lima nominasi Academy Award,
Termasuk best scenario, pemenang Aktris Pendukung Terbaik untuk Mercedes
Ruehl. Kemudian skenario berikutnya meliputi: A Little Princess (disutradarai
oleh Alfonso Cuaron), The Horse Whisperer (disutradarai oleh Robert Redford),
dan Beloved (disutradarai oleh Jonathan Demme). Richard juga meraih nominasi
Emmy film dokumenter terbaik , dalam National Board of Review Award.1 Serta
masih banyak hasil karya-karya lainya.
Kemudian pada tahun 2007, Richard menulis skenario film Freedom
Writers, yang diangkat dan diadaptasi dari kisah nyata dari buku Freedom Writers
Diary, dalam pembuatan film freedom writers ini, ia sendiri yang bertindak
sebagai sutradara. Sebagai Sutradara Richard berhasil memberikan nuansa film
drama kriminal yang menarik dan menurut peneliti pesan yang disampaikan
melalui film Freedom Writers ini sangat inspiratif. Ia mampu menggambarkan
realitas social yang terjadi di Amerika pada masa itu, dimana status sosial
1 Artikel, di akses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://www.playscripts.com/author.php3?authorid=917
35
masyarakat Amerika masih kental, ras kulit putih merasa mendominasi Negara
tersebut, sehingga ras kulit hitam dan kelompok lainya dimarjinalkan atau
dipinggirkan.
Film freedom writers memiliki alur cerita maju-mundur, sangat ringan dan
mudah dicerna makna pesan yang terkandung di dalamnya. Richard begitu piawai
memvisualisasikan adegan demi adegan, dimulai dari konflik di mana seorang
anak kecil sedang duduk di depan pintu menunggu ayahnya yang akan
mengantarnya ke sekolah, di hadapannya terlihat kakanya sedang mencuci mobil,
tiba-tiba sebuah mobil melintas dan menembaknya. Kemudian ia melihat
kekerasan yang dilakukan polisi kulit putih terhadap sang ayah, ayahnyapun
diseret dan ditangkap sedangkan ia tidak bersalah.
Dari awal sutradara sudah memperlihatkan adegan kekerasan yang mana
konflik pada cerita tersebut dimulai dari awal. Dasar cerita ini yakni gambaran
latar belakang anak-anak didik Gruwell kelak, itu pula yang membuat anak-anak
menjadi ikut terlibat dalam konflik rasisme, karena semenjak kecil sudah
ditanamkan dalam benak mereka tentang kebencian, dan perlawanan, mereka
dituntut untuk ikut serta memperjuangkan kemerdekaan kaumnya, sehingga
tertanam di benak mereka mereka melakukan perlawanan itu demi membela
keluarga dan merasa rasnyalah yang paling benar.
36
C. Profile Pemain
Di sini peneliti tidak mencantumkan semua profile pemain freedom writers
hanya beberapa pemain yang dianggap pemain utama dan beberapa pemain
pendukung saja, di antarnya adalah:
1. Pemeran Utama Hilary Swank
Tokoh utama dalam film Freedom Writers adalah Erin Gruwell yang
diperankan oleh Hilary Swank, wanita kelahiran 30 Juli 1974 ini memulai
karirnya pada usia 16 tahun, ia bermain dalam film Harry And The Henderson.
Banyak serial TV yang dibintangi di antaranya: Evening Shade dan Growing
Pains (ABC) tahun 1991-1992, Sarah Michel Gellar, Buffythe Vampire slayers
(1992),Swank juga berhasil menyisihkan ribuan aktris dalam audisi untuk film
The Next Karate Kid (1994), Serta masih banyak yang lainya.
Akting Swank mendapatkan perhatian besar ketika bermain sebagai single
parent dalam serial terkenal Beverly Hills, (1997). Lewat serial itu, Namanya
yang tidak dikenal tiba-tiba menjadi pembicaraan ketika dirinya memerankan
Teena Brandon, perempuan Nebraska yang memilih untuk hidup sebagai laki-laki
dalam film Boys Don't Cry (1999). Film yang diangkat berdasarkan pada kisah
37
nyata ini, memberikan sejumlah tantangan bagi Swank. Berkat persiapannya yang
baik, akhirnya berhasil memerankan karakter tersebut dengan sempurna dan
meraih penghargaan, Academy Award untuk kategori aktris terbaik. Swank
kemudian berhasil meraih nominasi Golden Globe untuk kategori aktris terbaik
mini seri atau film televisi atas aktingnya dalam film produksi HBO, Iron Jawed
Angels (2004) dan untuk kedua kalinya ia memenangkan nominasi golden Globe
dalam film Million Dollar Baby (2004).2
Sebagai pemeran utama dalam film freedom writers ini Hilary Swank
memiliki karakter penyabar, gigih, pantang menyerah dan kuat melawan berbagai
rintangan. Swank cukup piawai memerankan tokoh Erin Gruwell, yakni seorang
guru bahasa Inggris yang mengajar di ruang 203, yang mana ruangan tersebut
dihuni oleh murid-murid kriminal. Ia pun terjebak pada situasi kerusuhan rasial
murid-muridnya, namun keadaan demikian membuat ia semakin simpati terhadap
anak asuhnya. Tidak seperti guru-guru lain yang tidak sanggup menghadapi
tingkah pola kelas tersebut bahkan mereka sama sekali tidak peduli dengan
keadaan tersebut. Gruwell menunjukan sikap sebaliknya, ia begitu simpati bahkan
disaat mereka tidak tertarik sedikitpun dengan pelajaran dan dirinya, ia pantang
menyerah, sabar, dan terus mencari cara untuk bisa masuk ke dalam kehidupan
mereka. Ia bahkan mau melakukan apapun demi murid-muridnya, agar mereka
2 Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://selebriti.kapanlagi.com/hollywood/h/hilary_swank/
38
bisa tertarik dalam dunia akademis, dan merubah pandangan hidup mereka yang
membenci ras lain.
Bahkan Gruwell rela mengorbankan kepentingan pribadinya, sehingga ia
kerap kali pulang terlambat dan tidak ada waktu untuk sang suami, sampai
akhirnya ia diceraikan oleh sang suami. Terbukti dalam alur cerita tersebut ia
bekerja separuh waktu untuk membeli buku-buku yang mengisahkan tentang
pengalaman orang-orang yang pernah terlibat dalam konflik rasisme, buku-buku
tersebut kemudian dibagikan kepada anak didiknya, bahkan ia membeli buku
jurnal yang kemudian wajib diisi setiap harinya, mereka boleh menuliskan
pengalaman mereka, perasaan, dan apa yang mereka alami saat ini. Ternyata
metode tersebut membuahkan hasil, anak asuhnya begitu antusias dalam
membaca, dan mulai membuka diri untuk bercerita kepadanya.
Kepiawaian Swank dalam peran menambah daya tarik tersendiri,
memberikan motivasi bagi setiap pengajar bahwa banyak cara dan metode yang
dapat digunakan dalam mengajar, seperti halnya Swank menggunakan
komunikasi antar pribadi dalam metode pengajarannya. Pada dasarnya, sebagai
seorang guru bukan hanya piawai dalam mengajar, tapi alangkah baiknya melihat
juga latar belakang anak didiknya dan mencari cara ikut serta mengikat psikologis
mereka agar bias tahu metode apa yang pantas digunakan dalam mengajar, seperti
yang ditunjukan Swank dalam film tersebut.
Ternyata bukan hanya sekedar pemain dalam film ini Swankpun bertindak
sebagi Eksekutif Produser (EP), yakni sepengetahuan peneliti EP adalah
39
seseorang yang mendanai produksi dalam sebuah film, dari awal pembuatan
sampai akhir jelasnya dari praproduksi, produksi dan paska produksi, pendanaan
tersebut datangnya dari Eksekutif Produser.
2. Pemeran Pembantu Utama Lee Hernandez
April Lee Hernenandes lahir di New York pada 31 Januari 1980. Lee
Hernandes adalah salah satu pemeran pendukung utama dalam dalam film
freedom Writers, ia berperan sebagai Eva. Karakter Eva disini seorang anak yang
dididik keras, dan penuh rasa benci serta dendam, keras kepala dan pemberani. Di
mana ia merupakan salah satu murid dari Erin Gruwell yang bersal dari gang kulit
hitam, ia anak dari salah satu ketua gang, dari kecil ia didik oleh ayahnya untuk
melawan dan memperjuangkan ras mereka. Sewaktu kecil ia melihat dengan mata
kepalanya sendiri saudara laki-lakinya ditembak oleh sebuah mobil yang melintas
disaat ia sedang mencuci mobil di luar rumah. Kemudian ia juga melihat ayahnya
ditangkap polisi kulit putih dengan paksa, sang ayah diseret dan dimasukan
penjara, sedangkan sang ayah tidak bersalah. Berawal dari itulah, ia begitu
membenci dan menaruh dendam kepada kawanan orang-orang kulit putih, dan
kelompok lainnya. Di saat ia dinobatkan sebagai anggota gang yang mana ia
40
merupakan generasi ke-3 dalam geng tersebut, ia dihajar, dipukul, ditendang oleh
senior-seniornya dengan alasan agar ia tahan banting.
Sampai akhirnya ia bersekolah di Long Beach dan mendapati teman-teman
kelas yang berbeda-beda rasnya, kulit putih, korea, kamboja, dan kulit hitam.
Mereka hidup berkelompok dan tidak saling bergaul satu sama lain, hanya
berkumpul dengan teman-teman rasnya saja. Eva bersekolah di Long Beach bukan
keinginanya melainkan karena terpaksa dari pada masuk penjara anak-
anak.3Sampai akhirnya guru bahasa Inggris yakni Gruwell merubah cara
pandangnya, ia bisa berbaur dengan kelompok lain, dan berani memperjuangkan
kebenaran walaupun menentang keluarganya sendiri.
3. Jason Finn
Jason Finn lahir di Los Angeles, California pada 16 Januari 1986. Selain
freedom Writers ia pernah main di film Mercy Street. Ia merupakan salah satu dari
pemain film Freedom Writers ini, yakni murid dari Erin Gruwell. Ia di sini
berperan sebagai Marcus, karakter yang dimilikinya, cenderung pendiam, dewasa,
dan brutal. Dikisahkan semenjak ia bergabung dalam kelompok gang ia diusir
orang tuanya, dan hidupnya semakin berantakan, ia pernah masuk penjara karena
pernah melakukan tindakan kriminal dengan kelompok gangnya.
Di dalam kelas ia cenderung pendiam dan dewasa tidak seperti murid
lainnya, ia begitu antusias terhadap guru bahasa Inggrisnya, baginya sang guru
3 Artikel, di akses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://translate.google.co.id/?client=firefox-a&rls=org.mozilla:en-
41
telah memberikan pemahaman dan pelajaran berharga kepada mereka khususnya
kepada dirinya sendiri. Diceritakan dalam penulisan jurnal harian ia kerap kali
mengungkapkan isi hatinya yang merindukan pulang kerumah dan bertemu
dengan sang ibu. Namun karena kesalahan yang pernah dibuat ia tidak berani
pulang, karena sering membaca buku-buku yang diberikan Gruwell dan apa yang
diciptakan Gruwell pada kelas yang menyatukan mereka dan mengikat mereka
dalam sebuah rumah dan keluarga, memberikan pemahaman untuknya akan
pentingnya arti keluarga. Akhirnya pada suatu malam ia memberanikan diri untuk
pulang dan menemui sang ibu, Ibunya terkejut saat itu dan ia kembali menerima
Marcus. Disaat mereka mengundang Miep Gies datang kesekolah, ia meminta
kepada Gruwell untuk menjemput dan menuntun wanita tua tersebut, ia begitu
mengidolakan Miep Gies baginya wanita tua tersebut adalah sumber inspirasi
dalam kehidupannya.
4. Patrick Galen Dempsey
Patrick Galen Dempsey lahir di Amerika Serikat pada 13 Januari 1966, ia
pindah ke Hollywood pada pertengahan 1980-an, namanya mencuat dan terkenal
saat ia berperan sebagai Dr. Derek Shepherd didrama kedokteran Grey's Anatomy,
42
dia berkarier di dunia film sejak tahun 1985. Sebagai seorang actor banyak film
yang pernah dibintanginya di antaranya: Sweet Home Alabama, The Emperor's
Club, Freedom Writers, Enchanted, Made of Honor, dan Valentine's Day.4
Dalam film freedom writers ia berperan sebagai Scott Casey yakni suami
dari Erin Gruwell. Karakter yang dilakoninya dalam film ini, seorang suami
penyabar, baik, cenderung pendiam, bahkan lebih tepatnya diam-diam
menghanyutkan. Pada mulanya sebagai seorang suami ia mendukung dengan
sepenuh hati keputusan istrinya untuk mengajar di sekolah Long Beach, tapi
entah mengapa setelah istrinya mengajar dan ia merasakan banyak perubahan
pada Gruwell, istrinya begitu sibuk memperhatikan kondisi anak didiknya,
sehingga sering pulang terlambat, dan waktu di rumahpun sang istri masih sibuk
membicarakan anak-anak didiknya, ia pun merasa sang istri tidak ada waktu
untuknya lagi seperti sebelum ia mengajar, perubahan ini membuat ia merasa
terganggu, menurutnya sang istri lebih mementingkan kondisi anak didiknya
dibandingkan kehidupan rumah tangganya sendiri, perhatian Gruwell sepenuhnya
ditujukan untuk murid-muridnya, tidak sedikitpun ia memperhatikan sang suami,
karena tidak merasa sanggup lalu ia memutuskan untuk berpisah dan
meninggalkan istrinya, walaupun terlihat jelas ia masih sangat mencintai Gruwell.
4 Artikel, di akses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Patrick_Dempsey
43
5. Imelda Mary Philomena Bernadette Staunton
Imelda Mary, lahir di Inggris 9 Januari 1956, ia mengawali keartisannya di
serial komedi yang berjudul Up the Garden Path. Kemudian beberapa film yang
telah dibintanginya Harry Potter, ia pernah masuk dalam nominasi aktris terbaik
dalam Best Actress Oscar nomination, dan pernah pula meraih aktris pendukung
wanita terbaik dalam Venice Film Festival.5
Di film freedom writers ini ia berperan sebagai Margaret Compbell, yakni
salah seorang guru di sekolah tempat Erin Gruwell mengajar. Ia berperan sebagai
guru antagonis, yang tidak memperdulikan ruang 203 karena kelas tersebut
merupakan kelas anak-anak terbuang, anak-anak tersebut mempunyai latar
belakang yang kurang baik, banyak di antaranya pernah masuk penjara anak-
anak dan pernah melakukan tindakan kriminal. Pada mulanya ia baik-baik saja
dengan Erin Gruwell yang waktu itu merupakan guru baru di sekolahan tersebut,
ia mengira Erin tidak akan bertahan lama seperti guru-guru sebelumnya. Namun
perkiraannya meleset Erin mampu bertahan dan berusaha memperjuangkan
5 Artikel, di akses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Imelda_Staunton
44
kelasnya agar disamakan dengan kelas lain, diperbolehkan menggunakan
pasilitas sebagaimana anak-anak lain, contohnya diperbolehkan untuk meminjam
buku-buku perpustakaan yang oleh Margaret dilarang anak-anak tersebut masuk
perpustakaan karena mereka dianggap tidak layak dan hanya mengacaukan
perpustakaan.
Namun Erin tidak gentar menghadapi tantangan tersebut lantas ia berusaha
bertemu dengan kepala sekolah bahkan dinas pendidikan setempat, sampai
akhirnya media mencium kegigihan Erin dalam memperjuangkan hak anak
didiknya, mediapun meliput beberapa kegiatan yang dilakukan Gruwell dan anak
muridnya. Sehingga tindakan dan pemberitaan itu mengancam kedudukan
Margaret.
6. Scott Glenn
Scott Glenn, lahir di Pennsylvania 26 Januari 1941, ia pada mulanya tidak
tertarik pada dunia akting, bahkan ia pernah mengambil jurusan bahasa inggris,
serta selama tiga tahun bergabung di marinir, ia pernah bekerja pula sebagai
reporter selama lima bulan. Sehingga pada tahun 1966 ia memutuskan untuk
belajar akting, semenjak itu sampai sekarang ini ia masih bergelut di dunia akting.
45
Film yang pernah dibintanginya di antaranya, dalam film Urban Cowboy (1980),
The Right Stuff (1983), The Hunt for Red October (1990), dan The Silence of the
Lambs (1991).6
Dalam film ini ia berperan sebagai Steve Gruwell yakni ayah dari Erin
Gruwell. Aktor senior ini pada mulanya sama sekali tidak mendukung keinginan
anaknya untuk mengajar di sekolah Long Beach tidak terlihat jelas penyebab
ketidak setujuannya mendukung sang anak untuk mengajar, yang jelas nampak ia
tidak suka apalagi setelah Erin Gruwell bercerai dengan suaminya karena alasan
tersebut. Namun setelah sang anak bercerai ia kerap kali mengunjungi Erin dan di
situlah Erin menjelaskan alasanya kenapa ia begitu simpati terhadap keadaan
murid-muridnya. Erinpun mengajak sang ayah bertemu mereka, pada akhirnya
setelah beberapa kali bertemu dan melihat sendiri kegigihan sang anak
memperjuangkan nasib murid-muridnya, iapun luluh dan berbalik mendukung
Gruwell, bahkan ia sendiri ikut serta membantu sang anak mengantar mereka
mengunjungi beberapa tempat, seperti halnya museum dan bertemu dengan orang-
orang yang pernah terlibat dalam komflik Holocaust yakni tragedi pemusanahan
ras yahudi pada kekuasaan Hitler.
Di sini terlihat sekali kepiawaiannya dalam melakoni peran seorang ayah,
karakter keras yang dimilikinya luluh setelah melihat kegigihan dan kondisi anak
didik putrinya.
6 Artikel, di akses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari
http://www.imdb.com/name/nm0001277/
46
D. Sinopsis Film Freedom Writers
Freedom Writers merupakan film yang didasarkan atas kisah nyata
kehidupan seorang guru di Long Beach, California, Erin Gruwell (diperankan oleh
Hillary Swank). Erin berprofesi sebagai guru bahasa Inggris ketika isu rasisme di
Amerika begitu mencuat. Ia memasuki dunia pendidikan yang rasis setelah dua
tahun keributan L.A menjadi pembicaraan hangat dimasyarakat. Dengan penuh
harapan, Erin mengajar bahasa Inggris di kelas 203, di mana terdapat beragam
gank ras yang selalu mengelompok, seperti ras Kamboja, kulit hitam, Hispanic,
dan seorang kulit putih.
Pada awal kedatangan Erin, para murid sama sekali tidak tertarik dengan
kehadirannya. Mereka sangat sentimen terhadap orang berkulit putih. Mereka
menganggap bahwa Erin tidak mengerti apapun tentang kehidupan mereka yang
keras, kehidupan yang selalu berada di bawah bayang-bayang perang dan
47
kekerasan. Bagi mereka, kehidupan adalah bagaimana caranya mereka selamat
dari kekerasan, hingga penembakan yang mengatasnamakan ras.
Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh Erin, baik dari pihak sekolah
yang rasis, hingga pihak suami dan ayahnya. Diskriminasi yang dilakukan oleh
pihak sekolah, seperti pemisahan kelas, serta perbedaan fasilitas yang begitu
terlihat antara ras kulit putih dan ras di luar itu membuat Erin miris. Agar diterima
oleh anak-anak didiknya, Erin mencari cara untuk melakukan pendekatan dan
metode pengajaran yang tepat. Namun, sejak Erin disibukkan dengan pendekatan
terhadap anak-anak didiknya dan bekerja paruh waktu, timbul masalah baru, ia
diceraikan oleh suaminya. Hingga pada akhirnya, ayahnya yang semula tidak
mendukung, berbalik mendukung pekerjaan Erin.
Erin paham dengan kondisi anak-anak didiknya yang selalu berkelompok
dengan ras mereka masing-masing. Akhirnya, ia menemukan cara untuk
“menjangkau” kehidupan mereka dengan memberikan mereka buku, dan meminta
mereka mengisinya dengan jurnal harian. Bahkan, ketika sekolah
mendiskriminasikan fasilitas buku, Erin memberikan buku baru tentang
kehidupan gank yang lekat dengan keseharian mereka. Buku-buku itu di
antaranya The Diary of a Young Girl karangan Anne Frank . Zlatá’s Diary: A
Child’s Life in Sarajevo,7 yang isi buku-buku tersebut cerita pengalaman orang-
orang yang terlibat konflik antar ras. Ia pun membagikan buku jurnal harian
7 Artikel, di akses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://hannanoeryanti.wordpress.com/2008/10/11/presentasi-konflik-di-labsos/
48
kesemua murid-muridnya, setiap hari mereka harus menuliskan kisah hidup
mereka masing-masing dalam buku tersebut. Sejak membaca jurnal harian yang
bercerita tentang kehidupan mereka yang keras, Erin semakin bersemangat untuk
mengubah kehidupan anak-anak didiknya, serta menghapus batas tak terlihat yang
secara kultur memisahkan mereka dengan cara-cara yang mengagumkan.
Dalam film ini juga kita bisa melihat bagaimana usaha Erin mengajak
anak muridnya mengunjungi musium dan mendatangi beberapa korban kekerasan
Holocaust, pada akhirnya Erin dan anak didiknya berinisiatif mengadakan
semacam bazar untuk mengumpulkan uang guna mendatangkan Miep Gies
seorang wanita penolong Anne Frank, anak Yahudi yang hidup pada zaman Hitler
dan holocaust-nya. Ia mendatangkan Miep Gies untuk berbagi cerita kepada anak-
anak didiknya tentang sebuah “bencana” yang terjadi karena rasisme, Mereka juga
dikunjungi oleh Zlatá Filipovic. Serta kegigihan Erin memperjuangkan keadilan di
sekolah yang mendapat tantangan dari pihak-pihak sekolah.
Akhirnya, keteguhan Erin dalam mendidik mereka berbuah hasil. Anak-
anak tersebut, yang semula benci satu sama lain Karena perbedaan ras, akhirnya
menjadi berteman dan mendobrak sekat-sekat ras di antara mereka. Bahkan,
ketika ada kasus penembakan yang menimpa seorang teman anak didiknya, yang
mana salah seorang muridnya sebagai saksi mata, disitu ia mengajarkan tentang
arti kejujuran dan keberanian mengungkap kebenaran.8
8 Artikel, di akses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://azzkee.multiply.com/journal/item/144
49
Siswa-siswi ini mendapatkan pengakuan yang luar biasa dari media dan
pemerintah, kisah mereka menarik perhatian dari banyak kalangan dan merekapun
mendapatkan penghargaan dari New York. Pada tahun 1999, mereka juga pergi ke
Eropa mengunjungi Anne Frank House dan berbagai kamp konsentrasi mungkin
semacam Lembaga Permasyarakatan (LP). Ini bukanlah suatu mukjizat bahwa
semua 150 dari The Freedom Writers lulus dari SMA dan melanjutkan ke
perguruan tinggi. Suatu hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin, ini semua
berkat ketekunan dan tekad Gruwell’s.9
9 Artikel, di akses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://orthevie.wordpress.com/2010/02/14/sinopsis-the-freedom-writers-diary/
49
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISA LAPANGAN
Film merupakan Salah satu hasil karya estetika yang dibuat oleh insan
perfilman, proses yang panjang serta banyaknya biaya yang dibutuhkan, dari ide
cerita sampai bagaimana menumpahkan ide tersebut dalam bentuk audio visual.
Seharusnya tidak asal-asalan dalam membuat film, hasil akhirnya harus sesuai
dengan proses yang dilewati. Sejatinya banyak pesan moral yang disampaikan
melalui film dan itu bisa menjadi pelajaran berharga bagi kahalayak pencinta film.
Namun, film yang berkualitas belum tertentu semua pesan moral bisa dipahami
penontonnya.
Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mencoba mengupas makna
denotasi, konotasi dan mitos dari sebuah film Freedom Writers dalam pandangan
Roland Barthes.
A. Makna Denotasi, Konotasi, dan Mitos
Barthes menyebut denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Konotasi
adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua.
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui
mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami
beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.
Dalam penelitian dengan menggunakan metode semiotik pada filam
Freedom Writers telah ditemukan beberapa bentuk pesan moral yang terdapat
50
dalam film tersebut. Adapun pesan moral yang disampaikan dalam film tersebut
adalah ajaran tentang sikap optimisme dan pantang menyerah, toleransi antar ras,
kekerasan antar geng, semangat belajar, sikap jujur dalam memperjuangkan
keadilan. Secara semiotik hasil penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Sikap Optimisme dan Pantang Menyerah
Potongan shot-shot adegan berikut ini gambar guru yang penuh dengan
kegigihan dan sikap optimis dalam mendidik anak muridnya, yakni pesan yang
terdapat pada film Freedom Writers terkait dengan sikap optimisme yang
ditunjukan Gruwell, dalam mengajar anak-anaknya yang tidak begitu simpati
terhadapnya serta upaya Gruwell dalam menyatukan murid-muridnya tanpa
melihat ras dan membangkitkan semangat belajar mereka. Dengan berbagai cara
dan metode, akhirnya kegigihan Gruwell membuahkan hasil, antusiasme murid-
muridnyapun begitu memukau, dengan pendekatan komunikasi antar pribadi
akhirnya mereka bisa simpati terhadap usaha Gruwell.
Disini penonton bisa mengambil pelajaran bahwa sebuah kegigihan dan
kesabaran serta sikap percaya diri akan mendapatkan hasil yang maksimal,
walaupun dalam proses pencapaiananya banyak sekali hambatan dan rintangan,
seperti halnya Gruweel tidak mulus dalam menjalankan misinya disaat ia sedang
berusaha sungguh-sungguh memperjuangkan anak didiknya, tiba-tiba sang suami
menceraikannya. Hambatan yang lain yakni datang dari ayahnya yang tidak
sedikitpun mendukung profesinya, pihak sekolahpun kurang menyukai sepak
51
terjang yang dilakukan Gruweel. Namun semua itu bisa dilalui Gruwell dan
usahanyapun tidak sia-sia, membuahkan hasil yang maksimal.
Visual Dialog/ Suara Type of Shot
Erin Gruwell, (memberikan
pelajaran kepada murid-
muridnya), Aku ingin kalian
dengar kalimat yang kutulis di
papan
Gruwell: mereka awalnya
miskin, marah dan semua orang
meremehkan mereka. (Gruwell
menceritakan tentang holoscust,
untuk menyemangati muridnya).
Gruwell: kita masing-masing
akan bersulang untuk perubahan.
(Gruwell menyambut muridnya
untuk memulai semester baru).
Medium Long Shot:
gambar diambil setengah
badan dari jarak jauh,
namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot:
gambar diambil setengah
badan dari jarak jauh,
namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Close up:
diambil dari jarak dekat
objek gambar diambil
separuh badan.
52
Gruwell: aku mau kalian
menulis surat untuk Miep Gies.
(Gruwell menyuruh muridnya
untuk menulis surat untuk Miep
Gies yang menyelamatkat
keluarga Anna Frenk).
(Tidak ada dialog)
Medium Long Shot:
gambar diambil setengah
badan dari jarak jauh,
namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Long shot: gambar
diambil dari jarak jauh,
sehingga objek dan latar
belakngnya nampak
jelas
Denotasi
Gambar pertama terlihat Erin Gruwell Memberikan
pelajaran di hadapan murid-muridnya.
Gambar kedua terlihat Gruwell sedang bercerita di hadapan
murid-muridnya.
Gambar ketiga Ia memberikan senyuman selamat datang
kepada anak didiknya.
Gambar keempat terlihat Gruwell berjalan diantara murid-
muridnya.
Gambar kelima Gruwel sedang berdiri di antara murid-
muridnya.
Erin Gruwell Memberikan pelajaran pada murid-muridnya,
53
Konotasi
walaupun murid-muridnya tak memperhatikan dan tidak
simpati terhadapnya, namun ia tetap mengajar dengan sikap
optimis, namun ia tetap semangat dalam menjelaskan
pelajaran.
Ia begitu antusias menceritakan kisah tentang holocaust
yakni pembantaian yang dilakukan Hitler pada kaum
Yahudi di zaman kekuasaannya.
Gruwell menyambut murid-muridnya dengan menyiapkan
minuman dan hadiah dalam rangka mengawali smester dua
dengan bersulang untuk perubahan.
Karena semangat, akhirnya murid-muridnyapun simpati dan
senang akan metode pelajaran yang diberikannya, ia
menyuruh murid-muridnya untuk menulis surat untuk Miep
Gies yang menyembunyikan keluarga Anna Frenk, tepatnya
wanita yang membantu keluarga Anna Frenk pada saat
konflik holocaust.
Gruweel sedang melakukan permainan kata, di mana murid
laki-laki dan perempuan diadu kemampuannya dan ia
menjadi intruktur dalam permainan tersebut.
Mitos
Dilihat dari penggambaran di atas bahwa adegan-adegan
tersebut memperlihatkan sikap optimis dan pantang
menyerah, dengan kegigihan dan kesabaran akan
membuahkan hasil yang memadai. Pengajar harus bisa
54
memberikan metode pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan latar belakang murid-muridnya.
2. Kekerasan Antar Ras
Adegan berikut ini adalah adegan kekerasan yang dilakukan sekelompok
gang dengan kelompok lainnya, Karena mereka mengganggap bawasannya hidup
mereka dalam peperangan, dan orang yang memperjuangkan kaumnya dianggap
sebagai pejuang. Pesan yang disampaikan pada publik bawasannya kriminalisasi
dan sentimental ras saat itu begitu kental, banyak di antara mereka menjadi
korban peperangan tersebut. Karena tidak adanya toleransi dan jalinan komunikasi
antar mereka, maka kebencian terhadap kelompok lain secara turun temurun
mereka rasakan, bahkan dalam suatu kelaspun mereka tidak saling mengenal,
bahkan saling membenci dan menantang.
Ternyata sentimental antar ras itu terjadi di mana-mana dan zaman yang
berbeda-beda bukan hanya di Indonesia, dengan alasan dan sebab yang berbeda-
beda pula. Entah apa penyebab dari semua itu, mungkin karena paham yang
berlebihan terhadap kelompok sendiri dan menganggap paham lain di luar itu
salah. Itu fakta, contohnya saja yang terjadi di masyarakat kita saat ini, banyak
kelompok agama yang berselisih dengan agama-agama lainnya dengan alasan
ajaran kelompok agama di luar mereka merupakan ajaran sesaat dan ajaran
merekalah yang paling benar. Peneliti menggap permasalahan tersebut bisa terjadi
karena tidak adanya komunikasi, dan pendidikan yang memadai, sehingga
55
wawasan mereka begitu sempit. Seandainya saja pendidikan dan wawasan mereka
terbuka luas maka mereka akan saling menghormati dan toleransi antar agama,
budaya dan ras akan tercipta.
Visual Dialog/ Suara Type of Shot
(Tidak ada dialog)
Pria botak: Karena yang kau
lakukan hari ini kau pantas mati.
(mengancam Eva)
Salah seoarang berkata: Perang
telah dinyatakan. (menendang dan
memukuli Eva)
(Tidak ada dialog)
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas beserta
latar belakangnya.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas beserta
latar belakangnya.
Long Shot: Gambar diambil
dari jarak jauh, sehingga
objek dan latar belakangnya
nampak jelas.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas beserta
56
Denotasi
Gambar pertama terlihat seorang pria sedang menodongkan
senjata kepada seseorang di hadapanya.
Gambar kedua Eva diancam oleh ketiga pria yang ada di
hadapanya.
Gambar ketiga sekelompok orang sedang memukuli Eva.
Gambar keempat terlihat dua orang saling menyerang, dengan
pistol ditangan keduanya.
Gambar kelima telihat dua orang siswa sedang berkelahi dan
yang lain menonton keduanya.
Konotasi
Seorang pria sedang menodongkan sebuah pistol kepada seorang
anak kulit hitam, disebabkan karena anak tersebut mengikuti gaya
gang mereka, namun tembakan itu meleset dan mengenai anak
lain yang berasal dari ras kamboja saat ia sedang belanja di toko
tersebut.
Eva diancam oleh ketiga pria yang merupakan kelompok gangnya
sendiri, karena Eva dianggap mengkhianati kaumnya. Disaat
(Tidak ada dialog)
latar belakangnya.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek
tetap terlihat jelas beserta
latar belakangnya.
57
persidangan ia menjadi saksi mata penembakan yang dilakukan
teman-temannya terhadap ras kamboja, saat itu ia telah
menyadadari arti kejujuran berkat pengajarnya Gruwell, ia
memberi tahu kepada hakim siapa pelaku sebenarnya, walaupun
pelakunya adalah temannya sendiri.
Sekelompok gang terlihat memukuli Eva karena ia berasal dari
gang yang berbeda mereka menyatakan peperangan antar geng.
Saat Eva dan kawannya sedang berjalan menuju sekolah, tiba-tiba
sekelompok orang menyerang mereka, Eva lari dan temannyapun
melawan kawanan tersebut.
Dua orang murid terlihat sedang bertengkar di halaman sekolah,
dan murid-murid yang lain hanya bisa menyaksikan. Kejadian
tersebut terjadi saat jam pelajaran sedang berlangsung, sehingga
seisi sekolah keluar
Mitos
Bahwa mereka hidup dalam peperangan antar gang untuk
memperebutkan kekusaan. Serta rela mati demi memperjuangkan
kaumnya walaupun gangnya salah, dengan begitu mereka
dianggap pejuang bagi kaumnya.
3. Toleransi Antar Ras
Adegan berikutnya adalah toleransi antar ras, yang mana murid-murid
telah menyadari apa yang mereka jalani saat ini sentimental antar ras banyak sisi
negatifnya. Dengan kegigihan Gruwell, akhirnya mereka bisa saling menyatu dan
58
menghormati satu sama lainnya, mereka saling toleren dan saling membantu
bahkan Gruwell telah menyatukan mereka dalam suatu keluarga yang saling
menghormati.
Pesan yang kita bisa petik dalam adegan-adegan berikut adalah indahnya
rasa toleransi, kita harus sadar bahwa kita tercipta di dunia ini terdiri dari berbagai
suku, bangsa, dan bahasa yang berbeda-beda. Nah bagaimana perbedaan itu
jangan sampai menjadi penghalang untuk kita bergaul dan mengenal satu sama
lainnya, semua itu bisa diatasi dengan pendidikan, dan komunikasi, dengan
pendidikan kita akan mendapatkan wawasan luas yang mana bisa merubah cara
pandang seseorang yang telah tertanam dalam benaknya semenjak kecil,
kemudian setelah memiliki pandangan luas lakukan dengan komunikasi yang
baik, dengan berkomunikasi kita akan saling mengerti dan memahami satu sama
lain, setelah itu pasti akan saling menghormati serta akan tercipta rasa toleransi.
Adapun ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang toleransi antar manusia adalah:
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan),
karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang
diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka
59
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.“
Visual Dialog/Suara Type of Shot
(Tidak ada dialog)
(Tidak ada dialog)
(Tidak ada dialog)
(Tidak ada dialog)
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek tetap
60
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Denotasi
Gambar pertama terlihat Marcus dan seorang anak kulit putih
sedang berpelukan.
Gambar kedua Eva sedang menari di kelilingi oleh kawan-kawan
kulit hitam, ras kamboja dan kulit putih.
Gambar ketiga murid-murid sedang menari bersama dengan guru
merka tanpa melihat ras dan status sosialnya.
Gambar keempat seorang anak terlihat sedang bercerita di
samping Gruwell dan murid lain mendengarkan.
Konotasi
Marcus memeluk seorang murid keturunan kulit putih saat
pertama kali masuk sehabis liburan smester, sesuatu yang
sebelumnya tidak pernah mereka lakukan karena sentimental ras.
Eva menari di antara murid-murid yang lain yang berasal dari ras
yang berbeda.
Murid-murid menari bersama dengan Gruwell selaku guru
mereka yang berasal dari ras kulit putih, untuk mengdakan acara
dance guna mengumpulkan dana untuk mengundang Miep Gies.
Salah satu murid sedang menceritakan kisah hidupnya yang
penuh dengan kekerasan, sedangkan kawan-kawan yang lain
mendengarkan dan menunggu giliran setelah itu mereka saling
berpelukan.
61
4. Semangat Belajar
Adegan berikut ini adalah tentang semangat belajar yang dilakukan oleh
anak didik Gruwell. Mereka begitu antusias membaca buku-buku yang dibelikan
Gruwell terhadap mereka, buku-buku tersebut kebanyakan kisah-kisah orang-
orang yang pernah mengalami konflik rasisme. Sehingga pengalaman tersebut
mampu merubah cara pandang mereka yang selama ini begitu sempit. Dengan
cara dan metode seperti itu ternya Gruwell berhasil menumbuhkan minat murid-
muridnya membaca, mengisi jurnal harian, bahkan giat dalam semua pelajaran.
Sehingga nilai mereka membaik dan kelas tersebut mengalami perkembangan
dalam ilmu akademis, ini membuat guru-guru lain tercengan dan tidak percaya
akan realitas yang mereka saksikan. Kelas yang slama ini mereka anggap kelas
anak-anak buangan bisa menstarakan kelas tersebut dengan yang lainnya.
Dan semangat belajar itupun tertuang dalam ayat Al-Quran At-Taubah
ayat 122.
Mitos
Dilihat dari adegan di atas bahwa toleransi antar suku dan budaya
itu terlihat indah dan penuh dengan kedamaian, tujuan yang sama
akan menciptakan rasa toleransi antar suku dan budaya, terbukti
mereka bahu membahu dalam mengumpulkan dana untuk
mengundang Miep Gies. Pendidikan dan komunikasi yang baik
akan membuat semua orang saling mengerti, dan menghargai satu
sama lain.
62
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu
dapat menjaga dirinya.“
Visual Dialog/Suara Type of Shot
Di antara anak-anak itu adalah
Lilian Barenstein berumur 11 tahu
Orang Yahudi dilarang kunjungi
teater, bioskop dan tempat hiburan
lainnya
Tidak ada yang bisa menghindari
konflik. Seluruh dunia dalam
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
63
perang
Aku juga takut kami ketahuan dan
ditembak.
(Tidak ada dialog)
Kami adalah penulis dengan suara
dan kisah send
...untuk melakukan pekerjaan
jarak jauh, namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Long shot: gambar diambil
dari jarak jauh, sehingga
objek dan latar belakngnya
nampak jelas.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
64
budak, tak seperti yan
jarak jauh, namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Denotasi
Gambar pertama anak-anak dididk Gruwell sedang menyaksikan
film dokumenter di musium.
Gambar kedua seorang murid sedang membaca buku
Gambar ketiga Eva sedang membaca buku di kamrnya.
Gambar keempat seorang murid sedang membaca buku di bawah
jembatan di pinggir sungai.
Gambar kelima Marco sedang menulis di dalam kelas.
Gambar keenam murid-murid sedang mengetik jurnal harian.
Gambar ketujuh muurid-murid sedang mendengarkan seseorang
bercerita.
Konotasi
Terlihat anak-anak dididik Gruwell sedang menonton film
dokumenter tentang kisah anak-anak korban perangan, di sebuah
musium.
Seorang anak didik Gruwell sedang membaca buku di sebuah
plataran gedung, ia membaca buku yang diberikan Gruwell
Eva sedang membaca kisah peperangan di kamarnya, ia begitu
tertarik dengan buku tersebut.
Salah seorang murid sedang membaca buku di bawah jembatan dan
65
5. Sikap Jujur
Adegan berikut ini adalah adegan-adegan dimana keberanian dalam
menggungkapkan kejujuran, diceritakan bahwa Eva menjadi saksi mata
di pinggir sungai, seolah ia sedang bersembunyi, dan kata-kata
yang dibacanya yaitu: Aku juga takut kami ketahuan dan ditembak.
Marco sedang mengerjakan PR di kelasnya ia datang lebih awal di
situ hanya ada Gruwell, kemudian datang Eva.
Gruwell mengajak anak didiknya untuk menuliskan catatan-catatan
yang selama ini mereka tulis, Ia bermaksud menyatukan tulisan
tersebut dalam sebuah buku.
Gruweel mengajak mereka menemui saksi mata kekerasan
holoscaust pada zaman Hitler, dengan tujuan agar anak didiknya
bisa mengambil pelajaran dari pengalaman orang-orang tersebut.
Mitos
Faktanya setelah Gruwell memberikan buku-buku yang berkisah
tentang konflik rasisme yang terjadi pada zaman Hitler, mereka
begitu antusias dan mulai membuka pandangan mereka tentang
sentimental antar ras yang mereka jalani saat ini. Itu semua
merubah sudut pandang mereka saat ini, mereka tahu bahwa
perlakuan mereka tersebut banyak sisi negatif. Sejatinya dengan
banyak membaca membuka wawasan dan sudut pandang kita.
66
pembunuhan yang dilakukan teman gangnya di sebuah toko. Temannya
menembak pria kulit hitam namun naas peluru tersebut salah sasaran dan
mengenai korban lain yang berasal dari ras kamboja, yang saat itu sedang
berbelanja di toko tersebut. Tapi yang ditangkap polisi pria kulit hitam merupakan
teman kelas Eva yang saat itu menjadi sasaran utama, di sini Eva di panggil
pengadilan untuk menjadi saksi.
Kita bisa membayangkan bagaiman perasaan Eva saat itu, pasti penuh
dengan kebimbangan, laksana dihadapkan pada kedua pilihan yang berat, jujur
berarti mengkhianati ras dan kelurganya, bohong berarti menjerumuskan teman
kelasnya sendiri. Sedangkan Gruwell telah menciptakan toleransi di antara teman-
teman kelasnya, Gruwell menciptakan kelas sebuah rumah dan penghuninya
adalah keluarga. Bak makan buah si mala kama itu mungkin yang dirasakan Eva,
tapi ia berani mengatakan kejujuran dan menegakkan keadilan tapi semua itu
mengancam kehidupannya, ia dibenci kaumnya sendiri bahkan mau dibunuh oleh
kelompoknya.
Di sini penonton bisa mengambil pesan yang disampaikan bahwa
keberanian menggungkapkan kejujuran penuh dengan resiko tapi akan berbuah
baik. Dalam sebuah kata-kata bijak dalam islam menyatakan katakan kejujran
walaupun itu pahit. Jujur merupakan sifat yang terpuji. Allah dan Rasul-Nya
memuji orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang
berlimpah untuk mereka.
67
Adapun ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang kejujuran adalah surat
Al-Maidah ayat :199.
Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang
benar kebenaran mereka. bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-
sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadapNya.
Itulah keberuntungan yang paling besar".
Visual Dialog/Suara Type of Shot
Paco yang melakukannya
Paco membunuh orang itu
Ayahku tak mau lagi bicara
padaku.
Medium Close UP: gambar
diambil dari jarak yang dekat,
objek diambil hanya separuh
badan.
Medium Close UP: gambar
diambil dari jarak yang dekat,
objek diambil hanya separuh
badan.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek tetap
68
Dan aku harus bersembunyi
sementara sebab ada kabar
aku mau dibunuh.
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Medium Long Shot: gambar
diambil setengah badan dari
jarak jauh, namun objek tetap
terlihat jelas beserta latar
belakangnya.
Denotasi
Gambar pertama dan kedua Eva sedang menjadi saksi di
pengadilan.
Gambar ketiga dan keempat Eva sedang curhat kepada gurunya
di kelas.
Konotasi
Eva sedang menjadi saksi pembunuhan di toko saat mereka
sedang belanja yang pelakunya adalah teman gangnya sendiri,
di sini terlihat ia begitu bimbang yang mana harus ia bela
apakah kaumnya ataukah kebenaran. Kalau ia jujur berarti dia
mengkhianati kaumnya dan kalau ia bohong bertentangan
dengan hati nuraninya yang sudah sadar akan arti keadilan.
Eva curhat dengan Gruwell tentang apa yang dialaminya setelah
69
ia jujur di pengadilan, ia di buru-buru gangnya sendiri, karena
ia dituduh mengkhianati ras dan keluarganya sendiri dan
parahnya lagi Ayahnyapun tidak mau lagi berbicara kepadanya.
Mitos
Sejatinya Eva menemukan keberanian untuk mengungkapkan
kebenaran karena Gruwell berhasil menanamkan itu terhadap
anak didiknya, kelas bagi mereka adalah rumah dan teman-
teman mereka merupakan keluarga.
Kejujuran bagi sebagian orang dianggap kesalahan, ini terbukti
disaat Eva mengatakan bawasannya yang membunuh adalah
Paco yang merupakan teman gangnya, dan itu membuat
kelompok gangnya marah terhadap Eva. Ia diburu, di hajar
bahkan ingin dibunuh karena ia dianggap mengkhianati
kaumnya sendiri.
70
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari temuan dan hasil analisis data pada film
Freedom Writers karya Richard LaGravenese, selaku sutradara sekaligus penulis
skenario adalah sebagai berikut:
Makna denotasi dari film yang diangkat dari kisah nyata ini berawal dari
kisah seorang guru bahasa Inggris Erin Gruwell yang terjerumus dalam kehidupan
anak-anak muridnya. Kemudian, tindakan dan empati Gruwell terhadap mereka
menumbuhkan kesadaran akan arti dari saling menghormati dan menghargai.
Makna konotasi dari film Freedom Writers ini yakni sang sutradara sengaja
mengangkat kisah peperangan antar ras yang mana banyak sisi negatif, tidak
berguna dan tidak layak. Metode pembelajaran dari seorang guru mampu
meningkatkan dan merangsang para muridnya untuk giat belajar.
Sedangkan pada tahap ini, makna mitos dari film ini didedikasikan kepada
remaja-remaja California yang terlibat dalam kerusuhan rasial setelah terjadinya
kerusuhan di Los Angeles 1992. Yang mana Erin Gruwell mampu mengajarkan
kepada mereka arti toleransi antar ras dan menumbuhkan minat belajar mereka
sehingga mereka bisa lulus dari sekolahan tersebut.
71
B. Saran
Saran-saran yang bisa diberikan peneliti yang bisa dijadikan bahan masukan
dan evaluasi terhadap film Freedom Writers. Saran-saran ini ditujukan oleh
penulis kepada:
1. Sutradara
Seharusnya Sutradara dalam mengemas film ini, lebih banyak memberikan
efek dramatis sehingga emosional penonton terbawa dalam keharuan. Contohnya
pada adegan Marcus menemui ibunya dan ingin pulang kerumah setelah sekian
lama tidak bertemu, harusnya diberiakn adegan yang dramatis sampai sang ibu
menangis karena kepulangan anaknya. Namun disitu hanya adegan biasa yang
tidak menunjukan rasa rindu setelah sekian lama berpisah.
2. Penonton
Untuk khalayak pecinta film harus lebih teliti melihat kualitas film yang
ditonton. Serta harus cermat dalam memaknai pesan yang disampaikan sebuah
film, karena sejatinya banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari pesan yang
disampaikan film yang ditonton.
3. Universitas
Diharapkan universitas menyediakan sarana yang memadai untuk
mendukung, perkuliahan khususnya dalam bidang broadcast dan perfilman. Agar
mahasiswa bisa mempraktekkan teori-teori yang sudah didapatkannya, serta
mempunyai skill yang memadai untuk terjun dalam dunia broadcast dan
72
perfilman. Serta memberikan dosen yang mumpuni dibidangnya, memang
berkompenten dibidang Broadcast dan perfilman.
73
DAPTAR PUSTAKA
A. Buku
Ardianto, Elvinaro. Dkk. Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media. 2007.
Asa Berger, Arthur. Media Analysis Techniques. Yogyakarta: Penerbitan
Universitas Atma Jaya Yogyakarta 1999.
Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi Teori dan praktik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. 2006.
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo.
2008.
Onong Uchjana, Efefendy. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi . Bandung:
PT Citra aditya Bakti. 1993.
Hartono, Agustinis. Imaji Musik Teks, Terjemahan Esai-esai terpilih
Roland Barthes. Yogyakarta: Jalasutra Anggota Ikapi. 1990.
Masri, Andry. Stategi Visual. Yogyakarta: Jalasutra. 2010.
Suryapati, Akhlis. Hari Film Nasional Tinjauan dan Restrospeksi. Jakarta:
Panitia Hari Film Nasional ke-60 Direktorat Perfilman 2010.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisa Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis framing. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2006.
74
Soehartono, Irawan. Metode penelitian Sosil, Suatu teknik penelitian
bidang kesejahtraan sosial dan ilmu sosial lainnya. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya. 2004.
Rusdi, Prima. Bikin Film Kata 40 Pekerja Film. Jakarta: PT. Penerbit
Majalah Bobo. 2007.
Vihma, Susan & Seppo Vakena. Semiotika Visual dan Semantika Produk.
Yogyakarta: Jalasutra. 2009.
B. Media Online
Artikel diakses Senin 17 Januari 2011 pukul 15.00 WIB dari
http://orthevie.wordpress.com/2010/02/14/sinopsis-the-
freedom-writers-diary
Artikel diakses Rabu 15 Desember 2010 pukul 23.00 WIB dari
http://www.scribd.com/doc/32637180/Definisi-Film
Artikel diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%
20tentang%20Semiotik.pdf
“Teori semiotik“ diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://junaedi2008.blogspot.com/2009/01/teori-semiotik.html.
Artikel, diakses Rabu, 15 Desember 2010 pukul 23.00 WIB dari
http://www.scribd.com/doc/32637180/Definisi-Film
Artikel diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://www.playscripts.com/author.php3?authorid=917
75
Artike diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://selebriti.kapanlagi.com/hollywood/h/hilary_swank.
Artikel diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://translate.google.co.id/?client=firefox-
a&rls=org.mozilla:en-
Artikel diakses Rabu 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://orthevie.wordpress.com/2010/02/14/sinopsis-the-
freedom-writers-diary.
Artikel, diakses Senin, 21 Februari 2011 pukul 11.40 WIB dari, Sejarah
Film 1900- 1950: Bikin Film di Jawa,
http://indonesiabuku.com/?p=2537
Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%
20tentang%20Semiotik.pdf
Artikel, diakses Senin, 21 Februari 2011 pukul 11.45 WIB dari
http://abunavis.wordpress.com/2007/12/31/mitos-dan-bahasa-
media-mengenal-semiotika-roland-barthes/
Artikel, diakses Rabu 7 Januari 2011 pukul 13.30 WIB dari
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/Tinjauan%20Teoritik%
20tentang%20Semiotik.pdf
Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://www.playscripts.com/author.php3?authorid=917
Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://translate.google.co.id/?client=firefox-
a&rls=org.mozilla:en-
76
Artikel, diakses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Patrick_Dempsey
Artikel, diakses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Imelda_Staunton
Artikel, diakses Minggu, 22 Mei 2011 pukul 12.30 WIB dari
http://www.imdb.com/name/nm0001277/
Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://hannanoeryanti.wordpress.com/2008/10/11/presentasi-
konflik-di-labsos/
Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://azzkee.multiply.com/journal/item/144
Artikel, diakses Rabu, 19 Januari 2011 pukul 21.15 WIB dari
http://orthevie.wordpress.com/2010/02/14/sinopsis-the-
freedom-writers-diary/
Artikel “Teknik Pengambilan Gambar” diakses pada tanggal kamis 9 Juni
2011 pukul 10 30 WIB dari http://www.thinktep.wordpress.com
Artikel, diakses minggu, 24 Juli 2011 pukul 11.15 WIB dari
http://dspace.widyatama.ac.id/jspui/bitstream/10364/515/4/bab
2.
77
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Erin Gruwell
B. Erin Gruwel dan Beberapa Muridnya