Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2...

19
2 1. Pendahuluan Pada beberapa tahun belakangan ini teknologi wireless menjelma menjadi sesuatu yang sangat populer di dunia karena perkembangannya dalam jaringan komputer lokal (LAN). Permintaan layanan teknologi komunikasi dalam jaringan hotspot yang mempunyai sistem instalasi jaringan yang mudah dan fleksibel serta memiliki mobilitas dan reliabilitas tinggi menjadi pilihan sekarang ini. Namun dalam dunia wireless, salah satu kelemahannya adalah semakin jauh dari access point, sinyal akan semakin lemah. Saat berada dalam beberapa jaringan hotspot yang luas kadang client harus memilih untuk masuk ke sinyal yang lebih kuat. Wireless LAN juga sering terjadi segmentasi IP di beberapa jaringan wireless serta tidak adanya fasilitas IP otomatis menjadi kendala dalam hal konektifitas dalam antar jaringan hotspot. Untuk mengatasi masalah ini maka dalam dunia jaringan komputer menawarkan suatu alternatif yaitu sistem yang lebih fleksibel yang disebut sistem Wireless Roaming. Oleh karena itu sistem ini dapat dijadikan salah satu solusi dalam menjawab permasalahan yang ada, serta sistem wireless roaming didesain dengan modular dan fleksibel. Sistem wireless roaming memiliki reliabilitas yang lebih baik dan sistem wireless roaming tidak mengurangi throughput yang dihasilkan. SMA Negeri 2 Salatiga adalah salah satu sekolah unggulan di kota Salatiga yang telah terakreditasi A. Pendidikan dalam bidang Teknologi Informasi yang akhir-akhir ini sedang marak mengharuskan siswa-siswi untuk belajar sistem komputerisasi dalam mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi Komputer). Perkembangan SMA Negeri 2 Salatiga tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi yang dipakai dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Perkembangan Teknologi Informasi sangat berpengaruh, karena teknologi dapat meningkatkan kualitas kinerja sekolah, untuk mempertahankan sekaligus mengembangkan image sekolah di mata masyarakat, serta menciptakan proses pendidikan yang berjalan lebih efisien dan efektif. Saat ini jaringan hotspot di SMA Negeri 2 Salatiga belum menerapkan sistem Wireless Roaming, sehingga menyebabkan client kurang efektif saat menggunakan fasilitas hotspot saat berpindah-pindah lokasi. Selain itu SSID (Service Set Identifier) dan DHCP (Dynamic Host Control Protocol) yang berbeda-beda di setiap access point menyebabkan mobilitas serta reliabilitas kerja dari jaringan hotspot tersebut berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut maka harus diterapkan sistem Wireless Roaming agar jangkauan sinyal luas, tetap kuat saat client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi serta dapat mengintegrasikan semua access point menjadi satu kesatuan jaringan wireless. Sistem wireless roaming juga meningkatkan mobilitas dan reliabilitas kinerja dari jaringan hotspot tersebut. Untuk membangun sebuah jaringan wireless yang menggunakan sistem Wireless Roaming diperlukan pemberian nama SSID yang sama pada tiap-tiap access point dan untuk mendukung fasilitas IP otomatis agar menghindari terjadinya segmentasi IP dan memudahkan dalam pendistribusian IP, dilakukan pembuatan DHCP server pada server hotspot. Pada access point diatur menjadi DHCP forwarder yang berfungsi dimana access point tidak membagi IP secara

Transcript of Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2...

Page 1: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

2

1. Pendahuluan

Pada beberapa tahun belakangan ini teknologi wireless menjelma menjadi sesuatu yang sangat populer di dunia karena perkembangannya dalam jaringan komputer lokal (LAN). Permintaan layanan teknologi komunikasi dalam jaringan hotspot yang mempunyai sistem instalasi jaringan yang mudah dan fleksibel serta memiliki mobilitas dan reliabilitas tinggi menjadi pilihan sekarang ini. Namun dalam dunia wireless, salah satu kelemahannya adalah semakin jauh dari access point, sinyal akan semakin lemah. Saat berada dalam beberapa jaringan hotspot yang luas kadang client harus memilih untuk masuk ke sinyal yang lebih kuat. Wireless LAN juga sering terjadi segmentasi IP di beberapa jaringan wireless serta tidak adanya fasilitas IP otomatis menjadi kendala dalam hal konektifitas dalam antar jaringan hotspot. Untuk mengatasi masalah ini maka dalam dunia jaringan komputer menawarkan suatu alternatif yaitu sistem yang lebih fleksibel yang disebut sistem Wireless Roaming. Oleh karena itu sistem ini dapat dijadikan salah satu solusi dalam menjawab permasalahan yang ada, serta sistem wireless roaming didesain dengan modular dan fleksibel. Sistem wireless roaming memiliki reliabilitas yang lebih baik dan sistem wireless roaming tidak mengurangi throughput yang dihasilkan.

SMA Negeri 2 Salatiga adalah salah satu sekolah unggulan di kota Salatiga yang telah terakreditasi A. Pendidikan dalam bidang Teknologi Informasi yang akhir-akhir ini sedang marak mengharuskan siswa-siswi untuk belajar sistem komputerisasi dalam mata pelajaran TIK (Teknologi Informasi Komputer). Perkembangan SMA Negeri 2 Salatiga tidak dapat terlepas dari perkembangan teknologi yang dipakai dalam proses pendidikan dan pembelajarannya. Perkembangan Teknologi Informasi sangat berpengaruh, karena teknologi dapat meningkatkan kualitas kinerja sekolah, untuk mempertahankan sekaligus mengembangkan image sekolah di mata masyarakat, serta menciptakan proses pendidikan yang berjalan lebih efisien dan efektif.

Saat ini jaringan hotspot di SMA Negeri 2 Salatiga belum menerapkan sistem Wireless Roaming, sehingga menyebabkan client kurang efektif saat menggunakan fasilitas hotspot saat berpindah-pindah lokasi. Selain itu SSID (Service Set Identifier) dan DHCP (Dynamic Host Control Protocol) yang berbeda-beda di setiap access point menyebabkan mobilitas serta reliabilitas kerja dari jaringan hotspot tersebut berkurang. Untuk mengatasi hal tersebut maka harus diterapkan sistem Wireless Roaming agar jangkauan sinyal luas, tetap kuat saat client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi serta dapat mengintegrasikan semua access point menjadi satu kesatuan jaringan wireless. Sistem wireless roaming juga meningkatkan mobilitas dan reliabilitas kinerja dari jaringan hotspot tersebut.

Untuk membangun sebuah jaringan wireless yang menggunakan sistem Wireless Roaming diperlukan pemberian nama SSID yang sama pada tiap-tiap access point dan untuk mendukung fasilitas IP otomatis agar menghindari terjadinya segmentasi IP dan memudahkan dalam pendistribusian IP, dilakukan pembuatan DHCP server pada server hotspot. Pada access point diatur menjadi DHCP forwarder yang berfungsi dimana access point tidak membagi IP secara

Page 2: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

3

DHCP tapi access point hanya bekerja meneruskan DHCP yang dibagikan dari server hotspot. Sekarang ini tidak semua access point mempunyai fitur DHCP forwarder, karena masing-masing vendor hanya menjejalkan firmware standar sebagai sistem operasi yang berfungsi untuk mengendalikan access point tersebut. Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah mengimplementasikan firmware DD-WRT ke dalam access point yang digunakan.

2. Landasan Teori

Dalam mengembangkan sistem wireless roaming ini, banyak sumber acuan yang digunakan untuk mendukung penelitian. Sumber acuan ini dapat berupa buku-buku penunjang dan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh pihak lain. Dalam penelitian sebelumnya disebutkan bahwa Wireless Distribution system (WDS) memungkinkan untuk membuat jaringan wireless tanpa menggunakan backbone jaringan kabel. Jaringan wireless yang menggunakan teknologi WDS dihubungkan dengan cara membuat link pada beberapa wireless access point yang disebut dengan WDS links yang terdiri dari satu access point (AP) induk dan beberapa AP anak. Keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan teknologi WDS adalah dapat mengintegrasikan semua AP dalam satu kesatuan jaringan wireless. Jaringan wireless yang menggunakan teknologi WDS mempunyai mobilitas dan reliabilitas tinggi [1].

Wireless Local Area Network (WLAN) adalah sebuah jaringan komputer yang pentransmisian datanya menggunakan media gelombang radio. WLAN menggunakan spesifikasi versi 802.11 yang merupakan standarsisasi ditetapkan oleh IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers). Penggunaan versi 802.11 memberikan kecepatan transfer data 1 Mbps dan 2Mbps yang berfokus pada OSI model level physical dan datalink layer. WLAN memberikan keuntungan jika dibandingkan dengan Local Area Network (LAN). Keuntungan yang diberikan oleh WLAN adalah sebagai berikut: Meningkatkan mobilitas komputer, biaya instalasi yang lebih murah, efektif diterapkan pada lingkungan yang dinamis [2].

Implementasi Tomato Firmware pada Linksys Wireless Router dengan proses AAA menggunakan RADIUS server memberikan level keamanan lebih pada jaringan wireless. Penerapan sistem ini juga memudahkan pengguna jaringan wireless, khususnya wireless network administrator dalam pemilihan jenis firmware yang digunakan setelah mengetahui bagaimana kinerja dari Tomato firmware setelah diterapkan pada Linksys WRT 54 [3].

Dalam penelitian sebelumnya hanya dilakukan proses upgrade firmware dan perluasan coverage area jaringan wireless dengan menambahkan beberapa access point yang saling terhubung menggunakan WDS link. Dalam WDS, salah satu dari access point (AP) merupakan AP induk atau pusat yang terkoneksi langsung ke server hotspot. Jika AP induk tersebut mati atau mengalami error maka jaringan WDS akan tidak berfungsi, karena AP anak tidak mendapat koneksi dari AP induk. Untuk melengkapi penelitian sebelumnya, maka dalam penelitian ini akan diterapkan sistem wireless roaming pada jaringan hotspot untuk perluasan

Page 3: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

4

coverage area dan mengatasi kehilangan koneksi saat salah satu access point mati serta overlaping antar access point.

Wireless LAN adalah suatu jaringan area lokal nirkabel yang menggunakan gelombang radio sebagai media tranmisinya. Spesifikasi 802.11 adalah standar komunikasi untuk WLAN yang disahkan oleh Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) pada tahun 1997. Versi 802.11 ini menyediakan kecepatan transfer data 1 Mbps dan 2 Mbps. Versi ini juga menyediakan dasar-dasar metode persinyalan dan layanan lainnya. Seperti semua standar 802 IEEE, standar 802.11 berfokus pada 2 level model Open System Interconnection (OSI) yang paling bawah, yaitu physical layer dan link layer. Aplikasi-aplikasi LAN, sistem operasi jaringan, dan protocol TCP/IP dapat berjalan pada 802.11-compliant WLAN seperti halnya pada ethernet [4].

Dalam perancangan sebuah jaringan WLAN dibutuhkan sebuah arsitektur yang tepat supaya memperoleh stabilitas dan kinerja yang terbaik dari jaringan WLAN tersebut. Untuk membangun sistem wireless, salah satu hal yang penting adalah topologi jaringan wireless yang optimal.

Gambar 1 Extended Service Set

Pada topologi ini, beberapa access point dapat digunakan untuk meng-

cover range area yang lebih luas, sehingga membentuk extended service set (ESS). Metode ini terdiri dari dua atau lebih basic service set (BSS) yang terkoneksi pada satu jaringan kabel. Setiap access point diatur dalam channel yang berlainan untuk menghindari terjadinya interferensi. Metode ini akan membentuk sel-sel seperti pada jaringan seluler. User dapat melakukan roaming ke sel yang lain dengan cukup mudah tanpa kehilangan sinyal [5].

Pada ESS, jaringan-jaringan BSS tidak harus menggunakan SSID yang sama namun tanpa SSID yang sama, Anda tidak bisa memanfaatkan fungsi roaming. Roaming adalah feature yang memungkinkan client berpindah dari sebuah jaringan BSS ke jaringan BSS yang lain secara otomatis tanpa terputus koneksinya [6].

Jika ada beberapa area dalam sebuah ruangan dicakupi oleh lebih dari satu access point, maka cakupan sel telah melakukan overlap. Setiap wireless station secara otomatis akan menentukan koneksi terbaik yang akan ditangkapnya dari sebuah access point. Area cakupan yang overlapping merupakan attribut penting dalam melakukan setting wireless LAN karena hal inilah yang menyebabkan terjadinya roaming antar overlapping cells.

Page 4: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

5

Gambar 2 Roaming melalui Overlapping Sel

Roaming memungkinkan para pengguna mobile dengan portable station

untuk bergerak dengan mudah pada overlapping cells. Roaming merupakan work session yang terjadi ketika bergerak dari satu cell ke cell yang lainnya. Sebuah gedung dapat dicakupi oleh beberapa access point. Ketika areal cakupan dari dua atau lebih access point mengalami overlap maka station yang berada dalam areal overlapping tersebut bisa menentukan koneksi terbaik yang dapat dilakukan, dan seterusnya mencari access point yang terbaik untuk melakukan koneksi. Untuk meminimalisasi packet loss selama perpindahan, AP yang lama dan AP yang baru saling berkomunikasi untuk mengkoordinasikan proses [7].

Seamless roaming dapat diartikan kemampuan berpindah antar jaringan nirkabel saat selama komunikasi berlangsung secara tidak terganggu atau tanpa autentikasi ulang. Proses dalam seamless roaming mencakup layanan paling mulus bekerja dengan menggunakan Internet Protocol (IP) yang dirancang untuk menyediakan mobilitas pada tingkat jaringan koneksi. Dengan kata lain, jaringan itu sendiri terus memegang alamat IP pengguna, dan lolos dari sambungan ke jenis sambungan lain, bertukar begitu mulusnya sehingga tidak ada efek yang nyata pada sisi pengguna [8].

Access point tidak dapat terlepas dari sebuah firmware. Firmware juga bisa disebut sebagai sistem operasi, karena firmware merupakan jembatan agar hardware bisa menjalankan suatu software. Akan tetapi firmware ini berbeda dengan sistem operasi yang tertanam dalam komputer seperti Windows, Linux yang memerlukan media penyimpanan besar. Jadi firmware bisa dikatakan sebagai suatu software atau piranti perangkat lunak yang tertanam didalam flash memory (Flash ROM) seperti contoh di motherboard adalah BIOS (Basic Input Output System).

DD WRT merupakan sebuah firmware alternatif yang populer bagi perangkat keras access point. Firmware ini memasukkan beberapa fitur berguna, termasuk radio klien mode, pengaturan daya pancar, berbagai captive portal, VPN, WDS, dukungan QoS, dan lebih banyak lagi. Firmware ini memakai konfigurasi berbasis web yang tidak terenkrip atau via HTTPS, dan juga menyediakan akses SSH dan Telnet [9].

Page 5: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

6

3. Perancangan Sistem

Gambar 3 Life Cycle

Membangun sebuah jaringan wireless LAN membutuhkan pendekatan NDLC (Network Development Life Cycle) yang di dalamnya terdapat beberapa tahap yaitu analysis, design, simulation prototyping, implementation, monitoring dan management [10]. Pada tahap awal dilakukan analisis terhadap topologi/jaringan yang sudah ada saat ini dan analisis kelemahan dari jaringan yang sudah ada. Metode yang biasa digunakan pada tahap ini di antaranya : wawancara, survey langsung ke lapangan, membaca manual atau blue print dokumentasi, kemudian menelaah setiap data yang didapat dari data sebelumnya maka perlu dilakukan analisis terhadap data tersebut untuk masuk tahap selanjutnya.

Gambar 4 Topologi Fisik Jaringan Lama di SMA Negeri 2 Salatiga

Gambar 4 merupakan gambaran seutuhnya dari jaringan yang lama.

Terdapat satu router, satu switch dan dua access point. Semua access point terhubung dengan kabel dan terpusat didalam satu switch. Dari topologi jaringan yang sudah ada didapatkan data sebagai berikut, pada ruang baca dan taman baca masing-masing terdapat satu buah access point. Tiap-tiap access point dihubungkan menggunakan media kabel (Wired LAN) dalam satu switch. Access point pada ruang baca dan taman baca mempunyai SSID yang berbeda-beda dan penyebaran DHCP yang berbeda-beda. Daftar SSID dan DHCP yang terdapat dalam topologi jaringan yang lama.

a. SSID Ruang Baca “R. Baca” dengan range IP 192.168.1.100-192.168.1.149

b. SSID Taman Baca “T. Baca” dengan range IP 192.168.1.150-192.168.1.199

Page 6: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

7

Sebelum melakukan perancangan jaringan, harus dilakukan analisis terhadap pemasalahan-permasalahan yang ada saat ini. Permasalahan yang muncul mencakup kelemahan-kelemahan dari sistem jaringan yang ada saat ini. Hal tersebut dilakukan untuk menentukan langkah selanjutnya terhadap perencanaan topologi dan teknologi apa yang harus diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang muncul. Adapun masalah-masalah yang muncul saat ini adalah tidak adanya integrasi antar access point karena masing-masing access point mempunyai SSID dan range IP DHCP yang berbeda-beda yang menyebabkan client kurang efektif saat menggunakan fasilitas hotspot saat berpindah-pindah lokasi dan ini juga menyebabkan mobilitas dan reliabilitas kerja dari jaringan hotspot tersebut berkurang.

Setelah melakukan analisis, didapatkan data-data yang sangat diperlukan dalam melakukan perancangan dari sistem yang akan dibangun. Dari data-data yang didapatkan sebelumnya, tahap design ini akan membuat gambar design topologi jaringan interkoneksi yang akan dibangun, diharapkan dengan seperti yang digambarkan pada Gambar 5 akan memberikan gambaran seutuhnya dari kebutuhan yang ada.

Gambar 5 Topologi Fisik Jaringan Baru di SMA Negeri 2 Salatiga

Gambar 5 memberikan penjelasan secara detail pada sistem jaringan yang

akan dibangun. Dalam sistem yang akan dibangun terdapat 2 buah access point yang terdapat pada ruang baca dan taman baca yang memiliki SSID yang sama yaitu “HOTSPOT-SMANDA”dan mempunyai satu profil server hotspot dengan range IP 192.168.1.100-192.168.1.196. Dalam sistem jaringan yang akan dibangun DHCP yang disebar untuk klien jadi satu langsung dari server hotspot/mikrotik.

Dalam perancangan sebuah jaringan, dibutuhkan tools khusus di bidang jaringan seperti Packet tracer untuk membuat simulasi dari topologi jaringan yang akan dibangun. Hal ini digunakan untuk melihat kinerja awal dari jaringan yang akan dibangun dan sebagai bahan presentasi serta sharing dengan teamwork lainnya. Gambar 6 merupakan gambaran simulation prototype dari topologi jaringan yang akan dibangun.

Page 7: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

8

Gambar 6 Simulation Prototype

Selanjutnya tahap implementasi akan diterapkan semua yang telah

direncanakan dan didesain sebelumnya. Implementasi merupakan tahapan yang sangat menentukan dari berhasil atau gagalnya project yang akan dibangun. Tahap implementasi ini akan dijelaskan pada Gambar 7.

Gambar 7 Tahapan Implementasi

Page 8: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

9

Pada tahap implementasi terdapat langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian, yaitu :

Konfigurasi Mikrotik OS sebagai Server Hotspot Melakukan perancangan Mikrotik OS sebagai gateway, DHCP server.

Upgrade firmware DD-WRT Proses upgrade firmware DD-WRT diperlukan karena firmware standar bawaan dari access point TL-WR740N belum mempunyai fitur DHCP forwarder.

Konfigurasi wireless roaming Melakukan konfigurasi pada masing-masing access point supaya membentuk jaringan yang menggunakan sistem wireless roaming meliputi pemberian nama SSID, pengaturan channel, dan pengaturan DHCP forwarder.

Instalasi Net Stumbler Digunakan untuk mengukur signal strength pada masing-masing access point

Instalasi BW monitor & Iperf Pada tahap ini dilakukan instalasi beberapa software untuk tahap analisis

Instalasi Wireshark Instalasi wireshark digunakan melakukan capture terhadap paket data yang lewat pada jaringan hotspot tersebut. Setelah melakukan implementasi tahapan monitoring merupakan tahapan

yang penting, agar jaringan komputer dan komunikasi dapat berjalan sesuai dengan keinginan dan tujuan awal dari user pada tahap awal analisis, maka perlu dilakukan kegiatan monitoring. Dalam hal ini hanya dilakukan monitoring dan analisis pada beberapa parameter saja, seperti reliabilitas kinerja jaringan dan throughput yang dihasilkan.

Pada tahapan manajemen atau pengaturan, salah satu yang menjadi perhatian khusus adalah masalah policy. Kebijakan perlu dibuat untuk membuat/mengatur agar sistem yang telah dibangun dan berjalan dengan baik dapat berlangsung lama dan unsur reliabilitas terjaga. Policy akan sangat tergantung dengan kebijakan level management dan strategi bisnis perusahaan tersebut. Pekerja IT sebisa mungkin harus dapat mendukung atau alignment dengan strategi bisnis perusahaan. Akan tetapi pada penelitian ini tahapan management tidak dilakukan karena adanya keterbatasan.

4. Hasil dan Pembahasan

Pada tahap pertama akan dilakukan beberapa konfigurasi, yang dibutuhkan untuk membangun sebuah jaringan hotspot yang menggunakan sistem wireless roaming. Dimulai dari membuat server hotspot pada Mikrotik OS. Konfigurasi Mikrotik OS akan ditunjukkan oleh Kode Program 1.

Page 9: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

10

Kode Program 1 Konfigurasi Mikrotik OS

Selanjutnya dilakukan upgrade firmware DD-WRT pada access point TL-WR740N. Hal ini dikarenakan firmware standar dari TL-WR740N belum mempunyai fitur DHCP forwarder dan juga dirasa fitur-fiturnya juga masih sangat kurang dibanding firmware DD-WRT. DHCP forwarder merupakan fitur yang berfungsi meneruskan DHCP dari server untuk memudahkan konfigurasi dalam pembuatan sistem wireless roaming. Setelah melakukan upgrade firmware dilanjutkan tahap konfigurasi pada access point yang merupakan tahapan yang paling penting. Beberapa konfigurasi harus diterapkan pada semua access point. Seperti yang terlihat pada Gambar 8 dan Gambar 9, tampak konfigurasi yang dilakukan pada masing-masing access point.

Gambar 8 Konfigurasi Access Point 1

admin@Mikrotik>system identity set name=ServerHotspot admin@ServerHotspot> admin@ServerHotspot> interface ethernet set ether1 name=internet admin@ServerHotspot> interface ethernet set ether2 name=hotspot admin@ServerHotspot> ip address add interface=internet address=192.168.20.2/24 admin@ServerHotspot> ip address add interface=hotspot address=192.168.1.1/24 admin@ServerHotspot> ip route add gateway=192.168.20.1 admin@ServerHotspot> ip dns set primary-dns=192.168.20.1 allow-remote-request=yes admin@ServerHotspot> ip firewall nat add chain=srcnat src-address=192.168.20.2/24 action=masquerade admin@ServerHotspot>ip hotspot setup hotspot interface: hotspot local address of network: 192.168.1.1/24 masquerade network: yes address pool of network: 192.168.1.100-192.168.1.196 select sertificate: none ip address of smtp server: 0.0.0.0 dns server: 192.168.20.1 dns name: name of local hotspot user: smanda password for the user: smanda admin@ServerHotspot>ip hotspot profile edit hsprof1 login by admin@ServerHotspot>ip hotspot user profile edit default shared-users

Page 10: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

11

Gambar 9 Konfigurasi Access Point 2

Gambar 10 terlihat semua access point DHCP type di-set menjadi DHCP forwarder, karena semua access point tidak berfungsi sebagai DHCP server. Access point hanya berfungsi meneruskan DHCP dari mikrotik yang berfungsi sebagai DHCP server. Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam pendistribusian IP.

Gambar 10 Disable DHCP Server

Selanjutnya dilakukan scanning sinyal untuk mengetahui kekuatan sinyal dari masing-masing access point. Dalam penelitian ini proses scanning dilakukan di lab komputer SMA 2 Salatiga sedangkan posisi access point ada di Ruang Baca dan Taman Baca. Seperti Gambar 11 dan Gambar 12, hasil scanning sinyal dari access point pertama berkisar antara 26 dB, access point kedua 32 dB dan proses scanning dilakukan selama kurang lebih 5 menit untuk mengetahui kualitas sinyal dari masing-masing access point tersebut. Pada grafik yang ditunjukkan oleh Netstumbler pada Gambar 11 dan 12, arah vertikal menunjukkan sinyal yang ditangkap dari access point dengan satuan decibel (dB) dan arah horisontal menunjukkan lama waktu scanning. Dari kedua gambar tersebut terlihat jelas bahwa sinyal yang dihasilkan oleh semua access point tampak bagus, karena gambar yang dihasilkan tidak terputus-putus.

Gambar 11 Scanning Sinyal Access Point 1

Page 11: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

12

Gambar 12 Scanning Sinyal Access Point 2

Dalam jaringan WLAN sinyal, Noise, SNR dan kualitas sinyal sangatlah berpengaruh terhadap kinerja jaringan tersebut. Setelah dilakukan proses scanning seperti pada Gambar 11 dan Gambar 12, dilakukan analisis terhadap sinyal, noise, SNR dan kualitas sinyal dari masing-masing access point yang menggunakan wireless roaming di lab komputer. Hasil analisis SNR akan dijelaskan pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Analisis SNR

MAC Address Signal Noise SNR Signal Quality (dBm) (dBm) (dB) (%) 00:27:19:DA:83:84 -69 -95 26 73 00:27:19:DA:8A:98 -63 -95 32 67 SNR 00:27:19:DA:83:84 = Signal – Noise = -69 – (-95) = 26 dB SNR 00:27:19:DA:8A:98 = Signal – Noise = -63 – (-95) = 32 dB Klasifikasi SNR : 29,0 dB ke atas = Outstanding (bagus sekali) 20,0 dB - 28,9 dB = Excellent (bagus) 11,0 dB - 19,9 dB = Good (baik) 07,0 dB - 10,9 dB = Fair (cukup) 00,0 dB - 06,9 dB = Bad (buruk) Dari hasil percobaan terlihat bahwa SNR yang terdapat dari semua access point mempunyai hasil yang bagus, karena access point pertama berada pada tingkat bagus dan access point kedua berada pada tingkat bagus sekali. Noise merupakan gangguan frekuensi, semakin tinggi nilai noise tersebut semakin bagus (semakin menjauhi angka positif, semakin bagus). Misal: -98 = bagus, -10 = jelek. noise yang dihasilkan semua access point menunjukkan hasil yang bagus karena mempunyai nilai -90 keatas seperti yang terlihat dalam Tabel 1 kualitas sinyal yang dihasilkan juga terlihat bagus.

Page 12: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

13

Dalam penelitian ini juga dilakukan percobaan terhadap sistem jaringan yang lama. Throughput WAN yang dihasilkan oleh sistem jaringan yang tanpa menggunakan sistem wireless roaming. Terlihat pada Gambar 13 throughput yang dihasilkan rata-rata 47 kBps.

Gambar 13 Throughput tanpa Wireless Roaming

Setelah dilakukan pengujian throughput WAN tanpa wireless roaming, selanjutnya dilakukan pengujian throughput WAN yang dihasilkan menggunakan wireless roaming. Diketahui throughput yang dihasilkan rata-rata 52 kBps. Dalam hal ini bandwidth yang digunakan adalah 384 kbps sehingga didapatkan throughput seperti yang sudah disebutkan yaitu rata-rata yang didapat 52 kBps seperti yang terlihat pada Gambar 14.

Gambar 14 Throughput Wireless Roaming

Pada proses download tersebut dianalisis dengan di-capture menggunakan perangkat lunak Wireshark dan didapatkan grafik. Pada grafik Wireshark arah vertikal menunjukkan jumlah byte (byte/sec) yang dihasilkan dan arah horisontal merupakan satuan waktu tiap detik (sec). Dari Gambar 15 terlihat bahwa throughput yang dihasilkan terletak di pertengahan antara 0 - 100000 byte. Jadi bisa disimpulkan throughput rata-rata sekitar 52000 byte.

Page 13: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

14

Gambar 15 Throughput dengan Wireshark

Seperti yang terlihat pada Gambar 15 throughput yang ditampilkan oleh grafik pada perangkat lunak Wireshark rata-rata 52000 B/s dengan perhitungan sebagai berikut.

Jumlah Frame = 1454 bytes Ethernet = 14 bytes IP = 20 bytes TCP = 20 bytes Bytes = Jumlah Frame – Ethernet – IP – TCP = 1454 – 14 – 20 – 20 = 1400 Throughput = ukuran paket * jumlah paket tiap detik

= 1400 byte/paket * 38,61 paket/detik = 54054 byte/detik = 54054 byte/detik * 8 bit/byte = 432432 byte/detik / 1024 = 422,29688 kbps / 8 = 52,787 kBps

Hasil analisis yang diperoleh dari pengujian throughput sistem wireless roaming adalah throughput yang dihasilkan perbedaanya tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukkan sistem wireless roaming tidak mengurangi throughput yang dihasilkan dibandingkan dengan jaringan yang tidak menggunakan sistem wireless roaming. Dalam pengujian reliabilitas kinerja jaringan dilakukan berulang-ulang untuk memastikan apakah sistem yang sudah dibangun dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Dalam hal ini reliabilitas jaringan yang dimaksud adalah dimana ada salah satu klien sukses terkoneksi di access point kedua kemudian klien tersebut melakukan download. Kemudian klien tersebut melakukan perpindahan ke access point pertama. Dalam jaringan wireless, device akan menangkap sinyal yang paling baik yang dipancarkan oleh access point. Pengujian dilakukan pada jaringan hotspot tanpa menggunakan sistem wireless roaming dan pada jaringan hotspot yang menggunakan sistem wireless roaming. Pengujian pertama dilakukan pada jaringan hotspot yang lama tanpa menggunakan sistem wireless roaming. Pada Gambar 16 menjelaskan klien terkoneksi dan melakukan download pada access point yang mempunyai SSID T. Baca yang menggunakan channel 6. Pada saat klien berjalan menjauhi access

Page 14: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

15

Gambar 16 Klien terkoneksi pada Access Point di Taman Baca

point kedua, access point dari ruang baca yang mempunyai SSID R. BACA menggunakan channel 1 terdeteksi menggunakan Netstumbler dan mempunyai sinyal yang lebih baik daripada access point dari taman baca seperti yang terlihat pada Gambar 17.

Gambar 17 Access point di Ruang Baca terdeteksi oleh Netstumbler

Gambar 18 Penurunan Transfer Rate pada Internet Download Manager

Page 15: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

16

Selanjutnya pada Gambar 18 menjelaskan sinyal dari access point yang mempunyai SSID T. Baca melemah dengan ditunjukkan notification sinyal yang berwarna kuning dan sinyal dari ruang baca yang mempunyai SSID R. BACA memberikan notification berwarna hijau yang menunjukkan bahwa sinyal yang kuat. Terlihat pada Internet Download Manager, transfer rate turun sampai 0 bytes/sec. Dalam jaringan wireless, device akan mencari sinyal yang lebih kuat yang dipancarkan oleh access point kemudian berpindah ke access point yang mempunyai sinyal yang lebih kuat. Seperti yang terlihat pada Gambar 19 , klien tersebut kemudian berpindah ke access point yang mempunyai SSID R. BACA yang terdapat di ruang baca. Dibutuhkan waktu 32 detik untuk dapat berpindah ke access point yang terdapat di ruang baca.

Gambar 19 Klien berpindah ke Access Point yang terdapat di Ruang Baca

Dilakukan juga pengujian terhadap jaringan hotspot yang menggunakan sistem wireless roaming. Pada Gambar 20 menjelaskan klien terkoneksi dan melakukan download pada access point yang terdapat di taman baca yang mempunyai SSID HOTSPOT-SMANDA yang menggunakan channel 6. Pada saat

Gambar 20 Klien melakukan Download di Access Point yang terdapat di Taman Baca

klien berjalan menjauhi access point yang terdapat di taman baca, access point dari ruang baca yang mempunyai SSID HOTSPOT-SMANDA menggunakan channel 1 terdeteksi menggunakan Netstumbler seperti yang terlihat pada Gambar 21.

Page 16: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

17

Gambar 21 Access point di Ruang Baca terdeteksi oleh NetStumbler

Saat klien berjalan semakin menjauh dari access point yang terdapat di taman baca dan mendekati access point yang terdapat di ruang baca, sinyal dari access point yang terdapat di ruang baca semakin kuat dan ditunjukkan oleh Netstumbler dengan memberikan notification berwarna hijau seperti yang terlihat pada Gambar 22. Dengan menggunakan SSID yang sama pada tiap-tiap access

Gambar 22 Access point di Ruang Baca memberikan Notification berwarna Hijau

point, saat klien mendeteksi sinyal yang lebih kuat, maka klien tersebut otomatis akan berpindah ke access point yang mempunyai sinyal yang lebih kuat tanpa putus koneksinya. Seperti yang terlihat pada Gambar 23, klien otomatis berpindah tanpa putus koneksi ke access point yang terdapat di ruang baca yang menggunakan channel 1 yang mempunyai sinyal yang lebih kuat. Terlihat pada Internet Download Manager, tidak terjadi penurunan transfer rate saat download.

Page 17: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

18

Gambar 23 Klien Pindah Otomatis ke Access Point yang terdapat di Ruang Baca

Hasil yang diperoleh dari percobaan reliabilitas menggunakan download adalah dengan menggunakan sistem wireless roaming, klien dapat berpindah-pindah dari access point kedua yang terdapat di taman baca ke access point pertama yang terdapat di ruang baca ataupun sebaliknya secara otomatis tanpa putus koneksi. Berbeda dengan jaringan hotspot yang lama tanpa menggunakan sistem wireless roaming dimana pada saat perpindahan antar access point membutuhkan waktu yang cukup lama dan terjadi putus koneksi. Selanjutnya dilakukan pengujian terhadap lama waktu browsing saat memuat sebuah halaman web pada jaringan hotspot tanpa sistem wireless roaming dan menggunakan sistem wireless roaming, web yang digunakan untuk uji coba adalah www.ganool.com. Hal ini bertujuan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan oleh klien untuk memuat sebuah halaman web tersebut saat klien terhubung dengan AP 1, di area roaming antara AP 1 dan AP 2, dan terhubung dengan AP 2. Proses pengujian dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan tools video capture. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil seperti pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2 Hasil Pengujian pada Jaringan tanpa Sistem Wireless Roaming Access Point 1 Area Roaming Access Point 2

Uji pertama Lama Waktu/Sec 70 120 90

Uji Kedua Lama Waktu/Sec 44 80 44

Uji Ketiga Lama Waktu/Sec 25 90 33

Tabel 3 Hasil Pengujian pada Jaringan dengan Sistem Wireless Roaming

Access Point 1 Area Roaming Access Point 2 Uji pertama Lama

Waktu/Sec 40 47 37

Uji Kedua Lama Waktu/Sec 25 34 19

Uji Ketiga Lama Waktu/Sec 21 32 26

Page 18: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

19

Pada Tabel 2 dan Tabel 3 terlihat bahwa jaringan hotspot yang menggunakan sistem wireless roaming memiliki reliabilitas yang lebih baik dibanding jaringan hotspot tanpa menggunakan sistem wireless roaming. Dengan menggunakan sistem wireless roaming, saat klien melakukan browsing di area roaming terdapat tambahan selisih waktu beberapa detik dibandingkan saat klien terhubung dengan access point dan proses ini pun tidak begitu berpengaruh dari sisi klien karena selisih waktu tergolong kecil. Hal ini menunjukkan sistem wireless roaming menawarkan kemudahan dibanding dengan sistem yang lama yang dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk melakukan perpindahan antar access point. 5. Simpulan

Dengan penerapan sistem wireless roaming pada jaringan hotspot di SMA Negeri 2 Salatiga, sistem jaringan hotspot dapat terintergrasi menjadi kesatuan jaringan wireless dan memiliki sinyal yang kuat, serta server yang mempunyai fasilitas DHCP sehingga pendistribusian IP langsung dari server hotspot. Jaringan hotspot yang menggunakan sistem wireless roaming juga meningkatkan reliabilitas dari jaringan hotspot yang lama. 6. Daftar Pustaka

[1] Sathibi, 2011, Implementasi dan Analisis Wireless Distribution System pada Jaringan Hotspot di Laboratorium FTI-UKSW.

[2] Setiawan, M.A, Febyatmoko, G.S.,”Authentication, Authorization, and User Connection Report System on Wireless LAN with Chillispot and Radius Server”, National Seminar on IT Application, UII, Yogyakarta. Indonesia. June. 2006. Indonesia.

[3] Hidayat, Nurul, Implementasi Tomato Frimware Pada Linksys Wireless Router Dengan Proses Authentification, Authorization, Accounting Menggunakan Radius Server. http://journal.uii.ac.id/index.php/Snati/article/viewFile/1969/1743. (diakses tanggal 10 Desember 2011)

[4] Hutapea, 2011, Analisa dan Implementasi Sistem Otentikasi pada Sistem Jaringan Wireless LAN menggunakan EasyHotspot. http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/2s1teknikinformasi/205511064/bab2.pdf. (diakses pada tanggal 19 Agustus 2011).

[5] Mulyanta , Edi, 2005, Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer, Yogyakarta : Andi.

[6] Jasakom.2007.Wireless Kungfu : Networking dan Hacking. http://www.scribd.com/document_downloads/direct/extension_pdf. (diakses pada tanggal 19 Agustus 2011).

[7] Charter, 2003, Konsep Dasar Wireless LAN. http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2008/02/charter-konsepwlan.pdf. (diakses pada tanggal 19 Agustus 2011).

Page 19: Analisis Reliabilitas Jaringan Nirkabel di SMA Negeri 2 ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/1752/2/T1_672007324_Full... · client berpindah lokasi dan mudah dalam proses instalasi

20

[8] Lacoma, Tyler.2009. What Is Seamless Roaming?. http://www.ehow.com/about_6324648_seamless-roaming_.html. eHow Contributor (diakses tanggal 18 oktober 2011)

[9] Onno W. Purbo. 2007. Jaringan Wireless DiDunia Berkembang, Edisi Kedua.

[10] Stiawan, 2009. Fundamental Internetworking Development & Design Life Cycle. http://deris.unsri.ac.id/materi/jarkom/network_development_cycles.pdf. (diakses tanggal 10 September 2011).