ANALISIS PROGRAM TABIR SUNNAH DI TRANS...
Transcript of ANALISIS PROGRAM TABIR SUNNAH DI TRANS...
ANALISIS PROGRAM TABIR SUNNAH DI TRANS 7
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Ais Ramadhan Rasyid 107051002838
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H / 2011 M
ANALISIS PROGRAM TABIR SUNNAH DI TRANS 7
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Ais Ramadhan Rasyid 107051002838
Pembimbing
Dr. Fatmawati. MA NIP: 19760917 200112 2 002
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1432 H / 2011 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini merupakan hasil plagiat
atau hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 6 Oktober 2011
Ais Ramadhan Rasyid
ii
ABSTRAK
AIS RAMADHAN RASYID
Analisis Program Acara “Tabir Sunnah” di Trans 7
Televisi sebagai salah satu bentuk media massa elektronik yang
keberadaannya sangat diperhitungkan dan mempunyai kedudukan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia sekarang ini karena bentuk audio ( suara ) dan
visual ( gambar ) sekaligus, memiliki nilai lebih dibandingkan media massa
lainnya. Sebagai media yang memiliki Fungsi sebagai pendidikan, televise dapat
dijadikan sebagai sarana dakwah yakni dengan menampilkan sajian yang berisi
ajakan berbuat kebaikan dan menjauhi kemungkaran. Dengan berbagai macam
format, televisi mampu menanpilkan berbagai sajian pendidikan, salah satunya
dengan format News religi yang berisi ajaran keagamaan, seperti Tabir Sunnah.
Namun dalam skripsi ini peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
bagaimanakah proses pra produksinya? Bagaimanakah proses produksinya? Dan
Bagaimanakah proses evaluasinya?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif,
yaitu menggambarkan keadaan yang sebenar – benarnya. Sebagai penelitian
lapangan, penelitian ini menggunakan tehnik berupa wawancara mendalam yang
dilakukan penulis dengan pihak yang terlibat langsung dengan penelitian yang
dimaksud. Selain itu, penulis juga melakukan observasi secara langsung untuk
mendapatkan data yang akurat seputar proses produksi program acara Tabir
Sunnah ini, serta dokumentasi yang terkait.
Teori yang peneliti gunakan yaitu teorinya Herbert Blumer dan Elihu Katz.
Teori mengatakan bahwa penggunaan media Televisi memainkan peran aktif
untuk memilih dan menggunakan media televisi tersebut. Dengan kata lain,
pengguna media televisi adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasinya.
Hubungan dengan skripsi yang peneliti teliti. Bagaimana peranan media televisi (
program acara Tabir Sunnah ) supaya pengguna media televisi dapat menikmati
dan mendapatkan pelajaran dari tayangan yg ditayangkan oleh program Tabir
Sunnah.
Dari penelitian ini peneliti menemukan bahwa program acara Tabir
Sunnah, terlebih dahulu melewati proses yang merupakan hal yang pokok pada
setiap program siaran televisi, yakni perencanaan, dan Produksi ( Pra Produksi,
Produksi, Pasca Produksi, dan Evaluasi ),yang dimana dari semua proses setiap
tahapan tersebut memiliki keterkaitan yang sangat kuat untuk menciptakan
tayangan yang bagus dan menarik yang layak untuk ditonton bagi para
pemirsanya. Pengembangan ide/materi cerita mendapat perhatian khusus demi
keberlangsungan tayangan program Tabir Sunnah yang dibuat oleh seluruh tim
produksi.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulliah puji dan syukur senantiasa terucap kepada Allah swt dari
lisan manusia yang taat kepada – Nya, yang masih memberikan kesempatan
kepada penulis untuk beribadah kepada – Nya dan untuk bersholawat kepada
kekasihnya, serta dengan izin pula penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini.
Sholawat serta salam senantiasa terucap kepada manusia yang agung, yang
bagus ucapannya, yang luhur budi pekertinya, yang tidak lelah untuk mengajak
umatnya kepada jalan yang benar serta yang akan menyelamatkan umatnya di
dunia dan di akhirat beliau adalah sayyidiina Muhammad bin Abdillah.
Alhamdulliah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Walaupun cukup banyak halangan dan rintangan yang penulis hadapi,
baik itu berupa sifat malas, lalai dan sombong yang masih melekat kuat di dalam
diri penulis. Sungguh sesuatu yang sangat anugerah yang terindah yang diberikan
oleh Allah swt kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Semua ini terwujud yang telah mendukung serta memberikan motivasi kepada
penulis.
Penulis persembahkan segalanya kepada orang tua dan keluarga besar
penulis yang telah mendoakan dan membantu penulis dalam segala hal terutama
dorongan semangat. Selanjutnya penulis juga mengucapkan rasa terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini, rasa terima kasih penulis ucapkan kepada :
iv
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syrif
Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Arief Subhan M.A, beserta Bapak Drs.
Wahidin Saputra, M.A selaku Pudek I, Bapak Drs. H. Mahmud Djalal,
M.A selaku Pudek II dan Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pudek
III.
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi. Bapak Drs. Jumroni. M.Si, dan Sekertaris Jurusan
Ibu Umi Musyrofah, MA yang penuh dengan kesabaran banyak
membantu, dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen Pembimbing ibu Dr. Fatmawati. MA yang telah bersedia
memberikan waktunya, dan tidak berhenti – hentinya memberikan
motivasi kepada penulis serta dengan kesabaran, dan bimbingan beliaulah
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
memberikan dedikasinya sebagai pengajar yang memberikan berbagai
pengarahan, pengalaman, serta bimbingan kepada peneliti selama dalam
masa perkuliahan.
5. Bapak/ibu pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas yang
telah membantu peneliti dengan penyediaan bahan – bahan dalam
mengerjakan skripsi ini.
6. Trans 7 khususnya semua tim program Tabir Sunnah yang telah
memberikan kemudahan bagi peneliti dalam melakukan penelitian,
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
7. Keluarga besar KPI angkatan 2007, khususnya KPI A angkatan 2007 (
Pepen, Ady, Prana, Suci, Mila, Nuri, Bongki, dll ) yang sudah memberikan
v
keceriaan dengan indahnya persahabatan yang telah kalian berikan, yang
menjadi keluarga serta inspirasi bagi penulis, I LOVE YOU GUYS.
8. Untuk keluarga tercinta Ayahku Zainal Arifin dan Mamaku Isbandiah
yang telah memberikan dukungan baik itu Doa dan financial untuk
menyelesaikan skripsi ini. Dan adikku Adis yang selalu memberikan
semangat dalam mengerjakan skripsi ini.
9. Keluarga besar O.K.H Abdul Aziz dan keluarga besar dari Semarang,
Medan, Jakarta. Atas doa dan kasih sayangnya yang besar untuk penulis
dan yang sangat penulis sayangi.
10. Semua teman – temanku alumni SDN 05 pagi Pet – sel, SMP N 245
Jakarta, dan juga SMA N 63 Jakarta terima kasih atas doa dan kalian.
11. Keluarga besar KKN SCC, 2007 Bubulak, Bogor. Atas doa dan kasih
sayangnya yang besar untuk penulis dan yang sangat penulis sayangi.
12. Semua pihak yang terlibat membantu dalam penulisan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih yang
sebesar – besarnya. Hanya ucapan inilah yang dapat penulis berikan,
semoga Allah yang akan membalas semua kebaikan keluarga, sahabat –
sahabat, dan pacarku Ina okdiana tercinta.
Amin ya Rabbal Alamin.
Jakarta, 6 Oktober 2011
Ais Ramadhan Rasyid
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Pembatasan Masalah ............................................................. 9
C. Perumusan Masalah .............................................................. 9
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 10
E. Manfaat Penelitian ................................................................ 10
F. Tinjauan / Kajian Pustaka ..................................................... 11
G. Metodelogi Penelitian ........................................................... 12
H. Sistematika Penulisan ........................................................... 15
BAB II LANDASAN TEORI
A. Program Televisi ................................................................... 17
1. Pengertian Televisi .......................................................... 17
2. Sejarah dan Perkembangan ............................................. 21
3. Pengertian Program ......................................................... 24
4. Program Siaran Televisi .................................................. 30
viii
B. Tahapan Produksi Program Televisi ..................................... 33
1. Pra Produksi .................................................................... 35
2. Produksi .......................................................................... 37
3. Pasca Produksi ................................................................ 40
4. Evaluasi Program Televisi .............................................. 43
BAB III PROFIL STASIUN TELEVISI TRANS 7
A. Sejarah dan Perkembangan Trans 7 ...................................... 46
1. Sejarah Trans 7 ................................................................ 46
2. Logo Trans 7 ................................................................... 46
B. Visi dan Misi Trans 7 ............................................................ 47
C. Program-Program Trans7 ...................................................... 47
D. Struktur Organisasi Trans 7 .................................................. 50
E. Deskripsi Program Tabir Sunnah di Trans 7 ......................... 54
1. Latar Belakang di Tayangkannya Tabir Sunnah di Trans7 54
2. Tujuan Program Tabir Sunnah di Trans 7 ....................... 55
3. Target Audiens / Pemirsa Trans 7 ................................... 56
BAB IV ANALISIS PROGRAM ACARA TABIR SUNNAH DI
TRANS 7
A. Analisis Proses Produksi Program Tabir Sunnah di Trans 7 58
1. Analisis Pra Produksi Program Tabir Sunnah ................. 58
a. Sasaran Program........................................................ 60
b. Tujuan Program ......................................................... 61
c. Garis – garis Besar Isi Program ................................ 61
ix
2. Analisis Produksi Program Tabir Sunnah ....................... 68
3. Analisis Pasca Produksi Program Tabir Sunnah ............. 70
4. Analisis Evaluasi Program Tabir Sunnah ....................... 72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 73
B. Saran ........................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 75
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tim Produksi yang terdapat dalam Rundown Acara 51
Tabel 2 Format Program Acara Tabir Sunnah di Trans 7 56
Tabel 3 Judul Pada Program Tabir Sunnah untuk 2 episode
pada 1 dan 8 mei 2011 57
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan media informasi dan komunikasi melahirkan
suatu peradaban baru yang mampu mengubah kehidupan yang sudah tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Keadaan media televisi di Indonesia saat ini
sudah sangat berkembang, bahkan media televisi kini benar-benar menunjukan
kemampuannya yang tak terkendali, bukan sekedar kelas pengatur tetapi
karena masyarakat kini hidupnya begitu bergantung dengan media.
Komunikasi dengan menggunakan media sekarang ini menurut para
ahli komunikasi cukup besar pengaruhnya dalam membentuk dan merubah
masyarakat. Keberadaan media massa seperti televisi, film, radio, surat kabar,
majalah atau internet sebagai komunikasi abad modern dapat berpengaruh luas
bila dibanding dengan komunikasi tatap muka. Dengan pesatnya
perkembangan tekhnologi dan informasi, perubahan yang dibawanya dapat
menyentuh segala aspek kehidupan masyarakat sehingga sangat luas
jangkauan perubahan dalam komunikasi.
Televisi pada saat ini telah menjadi media keluarga, telah menjadi
salah satu prasyarat yang harus berada di tengah-tengah mereka. Sebuah
rumah dikatakan lengkap jika ada pesawat televisi di dalamnya, hal ini tidak
hanya berlaku pada masyarakat kota yang relatif kaya, melainkan telah
2
merambah ke pelosok-pelosok desa, di rumah-rumah hunian liar, di pinggir-
pinggir sungai kota, ataupun di bawah jembatan layang.
Media yang paling diminati oleh publik dan paling memberikan
pengaruh besar kepada khalayak yaitu televisi, karena televisi memiliki
kekuatan yang sangat mempengaruhi khalayak. Televisi juga salah satu alat
dalam penyebaran informasi dan dengan menggunakan perangkat satelit. Kini
menjadi media informasi yang terus berkembang pesat. Sedangkan dalam
ilmunya perkembangan yang sangat pesat itu adalah komunikasi massa,
karena komunikasi telah menjadi ilmu yang sangat menarik. Hal ini
disebabkan oleh peranannya yang menyentuh aspek kemanusiaan. Televisi
adalah panduan radio (broadcast) dan film (movie picture). Penonton di rumah
tidak mungkin menangkan siaran televisi, jika tidak ada gambar.1 Televisi
terdiri dari istilah tele yang berarti jauh dan visi (vision) yang berarti. Segi
jauhnya didasari pola prinsip-prinsip radio dan segi penglihatannya gambar.2.
Akhir-akhir ini media televisi mempunyai kedudukan yang baik dan banyak di
minati masyarakat, bukan hanya di negara kita saja, tapi di negara-negara
maju, termasuk Amerika Serikat di dalamnya.3.
Di Indonesia kecenderungan televisi swasta sudah mulai mengarah
kepada sistem di Amerika. Munculnya televisi komersial swasta semakin
menyemarakkan dunia pertelevisian saat ini dan termasuk di dalamnya adalah
produk siaran luar negeri. Dimulai pada tahun 1989 dengan munculnya RCTI,
1 Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis
TPI, (Yogyakarta: Tesis, 1998), h. 3 2 Onong, U. Effendi, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: Penerbit Alumni
1981), h. 170 3 Jalaludin Rahmat, Islam Aktual, (Bandung: Mizan, 1992), Cet. Ke-4
3
TPI, SCTV, Indosiar, Anteve, Trans TV, Trans 7, TV One, Metro TV, JAK
TV, CTV Banten dan Global TV. Kesemuanya sekarang semakin populer
dimata masyarakat Indonesia, apa yang menarik kemudian adalah, bahwa
televisi swasta telah menjelma sebagai industri dengan beberapa karakteristik:
1. Memperlakukan tayangan sebagai komoditi.
2. Mengandalkan iklan sebagai sumber pamasukan dana terbesar.
3. Kompetisi semua televisi untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsa
dengan harapan meningkatkan volume iklan.
4. Mendorong tumbuhnya aktivitas ekonomi dalam sektor lain, yang
mendukung operasi lain.
5. Berkembangnya televisi sebagai stasiun distribusi informasi tanpa harus
memperbaiki materi tayangannya.
6. Mengorientasikan tayangan pada kepentingan dan minat masyarakat yang
dikaji berdasarkan penelitian kebutuhan khalayak sasaran sekalipun tidak
menutup kemungkinan ditayangkannya kepentingan pihak sensor.
7. Televisi berperan dominan sebagai lembaga komersial yang mendukung
ide pokok kapitalisme, yakni produksi dan reproduksi. Hal ini nampak
pada kecenderungan media televisi swasta untuk merima transaksi barang-
barang dan sekaligus iklannya.
8. Jaringan kerja televisi memiliki aset internasional dalam hubungannya
dengan penyebarluasan iklannya.4.
4 Arini Hidayat, Televisi dan Perkembangan Sosial Anak, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998), Cet. Ke-1, h. 75 – 76
4
Untuk mendapatkan perhatian dari masyarakat, maka setiap stasiun
televisi di Indonesia berlomba-lomba untuk membuat suatu program yang
semenarik mungkin sehingga hal ini menjadi salah satu persaingan industri
televisi pada saat ini. Setiap stasiun televisi lebih banyak menayangkan
program acara yang sifatnya menghibur dibandingkan tayangan yang bersifat
mendidik. Di tengah perkembangan yang pesat televisi swasta saat ini, televisi
telah menawarkan berbagai macam acaranya yang diformat sedemikian rupa,
tentunya disesuaikan dengan visi dan misi dari televisi itu sendiri. Diantara
keanekaragaman acara televisi, ada yang bersifat infotainment seperti program
acara agama, siaran berita dan sebaginya. Serta ada pula televisi acara yang
bersifat entertainment seperti musik, film, kuis, reality show dan sebaginya.
Linda Poernomo Puteh menggambarkan bahwa efek dari acara televisi
dapat menimbulkan tiga hal, yaitu:5
1. Acara televisi dapat mengancam nilai-nilai sosial yang ada dalam
masyarakat.
2. Acara televisi dapat menguatkan nilai-nilai sosial yang ada dalam
masyarakat.
3. Acara televisi akan membentuk nilai-nilai sosial baru dalam kehidupan
masyarakat.
Pada saat ini, persaingan televisi sangat mempengaruhi khalayak,
program-program yang ditawarkan oleh televisi swasta juga sudah diformat
sedemikian rupa. Setiap cara yang disuguhkan memiliki peran yang cukup
5 Linda Poernomo, Peranan Media Massa dalam Dakwah di Era Reformasi,
(Seminar tentang peranan Media Massa Dalam Dakwah di Era Reformasi Sehari, 1998)
Cat. Makalah, h. 4
5
besar dalam menyampaikan ide, visi, oleh misi para podusernya sehingga
televisi terbukti dapat mempengaruhi opini publik. Oleh karena itu, khalayak
penonton mempunyai berbagai pilihan untuk menonton program siaran
televisi. Khusus bagi mereka yang sudah berkecimpung di dunia media
penyiaran maka mereka butuh perhatian khusus agar program siarannya terus
menerus akan meningkat, jika mereka tidak meningkatkan program siarannya,
maka program siaran mereka akan ditinggalkan penontonnya.
Hadirnya kecanggihan tekhnologi komunikasi termasuk televisi juga
turut serta mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia, bahkan di
dalamnya terdapat kegiatan dakwah. Televisi merupakan salah satu alat yang
bersifat audio visual, sehingga dapat memudahkan acara program dakwah
untuk ditampilkan.
Televisi dapat juga digunakan sebagai media dakwah, sebab dakwah
melalui televisi sangat diharapan dapat berjalan dengan efektif dan efesien .
Televisi bermanfaat untuk kegiatan dakwah. Karena televisi lebih sesuai dan
televisi salah satu media elektronik yang dapat dijangkau seluruh pemirsa
secara merata dalam satu kegiatan yang dikemas secara rapi dan pemirsa juga
dapat mudah menerimanya. Dakwah sebagai salah satu kegiatan komunikasi
yang diharapkan pada perkembangan dan kemajua n tekhnologi yang
semakin canggih, memerlukan adaptasi terhadap kemajuan itu. Artinya
dakwah dituntut untuk dikemas dengan terapan media komunikasi sesuai
dengan media yang dihadapi.
6
Televisi memberikan filter bagi setiap tindakan manusia untuk berbuat
sesuai aturan agama serta hukum tertulis dan berlaku secara Universal.
Munculnya televisi swasta sangat memeriahkan acara keagamaan (Islam) dan
menjadi tontonan menarik bagi pemirsa. Dari semua stasiun, baik stasiun
pemerintah maupun swasta. Trans 7 salah satu televisi yang ada di Indonesia.
Yang acara keagamaannya mendapat sambutan yang positif dan sekaligus
mempunyai daya tarik sendiri bagi pemirsa dirumah. Mempunyai tempat
tersendiri dihati pemirsanya setelah menonton tayangan agama Islam.
Namun dakwah melalui media komunikasi massa haruslah tetap
berada dalam komunikasi massa Islam, yaitu menggunakan Al-Qur’an dan
hadist nabi sebagai landasan teori dan filosofinya, dengan sendirinya
komunikasi Islam terikat pesan khusus, yakni dakwah karena Al-Qur’an
adalah rahmat bagi seisi alam semesta dan juga merupakan petunjuk bagi
manusia beriman yang berbuat baik. Sehingga hasil dari tujuan dakwah yang
dicapai tidak keluar dari konteks agama Islam.6
Menurut Rusjdi Hamka Rafiq, sistem komunikasi massa Islam yaitu :
menyebarkan (menyampaikan) informasi kepada pendengar, pemirsa atau
pembaca tentang perintah dan larangan Allah SWT.7
Dakwah melalui media massa apapun perlu persiapan dan perencanaan
yang matang karena dakwah merupakan suatu upaya merekonstruksi
masyarakat menuju masyarakat Islami. Munculnya media televisi sebagai
wujud dari kemajuan tekhnologi menyadarkan kaum muslimin tentang betapa
6 Abdul Muis, Komunikasi Islam, (Bandung : Rosda Karya, 2001) cet.ke-1, h.66
7 Rusjdi Hamka Rafiq, Islam dan era informasi,( Jakarta: Pustaka Panji Mas,
1989) cet. Ke-1, h. 5
7
pentingnya peranan televisi dalam usaha dakwah. Maka dalam menyusun
materi dakwah yang menyangkut seluruh aspek kegiatan dakwah. Hal ini
sangat penting dilaksanakan mengingat “ Televisi merupakan rangkaian
gambar elektronik dan dipancarkan secara tepat, berurutan, dan diiringi unsur
radio”. 8
Dengan hadirnya televisi sebagai media dakwah, maka diharapkan
mampu memberikan manfaat bagi perkembangan dakwah Islam, sebab jika
media tersebut dimanfaatkan kearah yang positif, maka dampak-dampak
negatif yang ditimbulkan media elektronik bisa diimbangi dengan berbagai
macam kegiatan atau program –program yang positif tersebut. Dan menurut
teori Herbert Blumer dan Elihu Katz, teori ini mengatakan bahwa penggunaan
media televisi memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media
televisi. Dengan kata lain, pengguna televisi adalah pihak yang aktif dalam
proses komunikasinya. Bagaimana media televisi sangat berperan penting
dalam perkembangan dakwah islam. Selanjutnya adalah bagaimana
menjadikan suatu program keagamaan yang menarik, karena selama ini
anggapan penonton televisi siaran keagamaan terlalu menoton, bukan tidak
mungkin program keagamaan dikemas sebaik mungkin tanpa meninggalkan
inti dari agama itu sendiri. Sehingga program keagamaan di TV mempunyai
tempat kepada pola tingkah laku yang lebih baik setelah menonton siaran
keagamaan.
8 P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video (
Jakarta : PT Grasindo, 1930. cet. Ke-1, h.1)
8
Dari banyaknya stasiun televisi yang ada saat ini salah satu yang
menghadirkan program keagamaan yaitu program acara Tabir Sunnah di
Trans7. Program ini termasuk salah satu bentuk acara dakwah islamiyah atau
yang disebut sebagai salah satu program keagamaan yang ditayangkan melalui
stasiun TV. Presenter acara Sunnah Rasul yaitu Alexandre Nicky F. Dani, dan
akan selalu siaga meneropong dan mengulas perilaku manusia dari sudut
pandang norma islami dalam “Tabir Sunnah” yang tayang setiap Minggu Pkl.
08.00 hingga 08.30 WIB. Program bernafaskan religi yang dikemas unik,
santai dan berwawasan rohani yang akan menambah pengetahuan pemirsa
dalam kehidupan. Nicky akan terjun langsung kelapangan mengupas sebuah
sunnah rasul yang biasa ditemui sehari-hari secara ringan, gamblang dan
modern. Kejadian unik dan kelucuan yang tak terduga menjadi khas bagi
Tabir Sunnah.
Program ini dapat menjadi suatu tayangan yang mendidik dan dapat
menambah pengetahuan. Karena acara ini ditambahkan ilmu mendalam dari
ustadz tertentu untuk mengupas tentang tema yang dibawakannya. Melihat
dari latar belakang bahwa televisi merupakan sarana yang efektif dalam
menyampaikan program islami melalui program yang ditayangkan. Maka
peneliti tertarik untuk mengangkat judul skripsi “ Analisis Program Tabir
Sunnah di Trans 7”
9
B. Pembatasan Masalah
Karena banyaknya efek yang ditimbulkan oleh suatu tayangan televisi,
baik itu yang berdampak positif maupun negatif .Kami selaku penulis tidak
ingin terjebak dengan berbagai pandangan. Dan kami menganggap tayangan
Rahasia Sunnah sangat menarik, dari segi informasi dan cara
penyampaiannya. Supaya penelitian ini lebih terarah, kami merasa perlu
membuat batasan masalah yang akan dibahas yakni pada Program yang
ditayangkan tanggal 1 – mei – 2011 dan 8 – mei – 2011 di Tabir Sunnah
Trans7, karena pada tanggal tersebut mencapai share rating yang cukup tinggi.
C. Perumusan Masalah
Dengan demikian untuk lebih memperjelas penelitian ini maka penulis
merumuskan beberapa permasalahannya, yaitu :
1. Bagaimanakah pra produksi program Tabir Sunnah di Trans 7 ?
2. Bagaimanakah pelaksanaan produksi program Tabir Sunnah di Trans 7 ?
3. Bagaimanakah pasca produksi program Tabir Sunnah di Trans 7 ?
4. Bagaimanakah evaluasi produksi program Tabir Sunnah di Trans 7?
10
D. Tujuan dan manfaat penelitian
Tujuan penelitian ini secara umum adalah :
1. Mengetahui pra produksi program Tabir Sunnah di Trans 7
2. Mengetahui pelaksanaan produksi program Tabir Sunnah di Trans 7
3. Mengetahui pasca produksi program Tabir Sunnah di Trans 7
4. Mengetahui evaluasi produksi program Tabir Sunnah di Trans 7
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara Akademis
Penelitian ini di harapkan memberi masukan dalam segi keilmuan
komunikasi terutama dari peminat media studi tentang proses produksi dan
evaluasi program di media televisi dan diharapkan dapat berguna bagi
pengembangan pengetahuan ilmiah di bidang dakwah Islam, khususnya
program keagamaan dengan melalui sarana televisi.
2. Secara Paktis
Penelitian ini dihrapkan dapat berguna diwaktu yang akan datang.
Menjadi masukan bagi institusi penyelenggara siaran televisi terutama
terkait dengan produksi, pra produksi, dan pasca produksi. Peneliti akan
berupaya semaksimal mungkin dalam penelitian di program Tabir Sunnah
di Trans 7, sehingga dapat diketahui beragam hal yang berkaitan dengan
program “Tabir Sunnah”.
11
F. Tinjauan/ Kajian Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis mengadakan tinjauan
kepustakaan di perpustakaan yang ada di Fakultas Dakwah dan Komunikasi
maupun di Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut
pengamatan penulis dari observasi yang dilakukan, penulis hanya menemukan
penelitian ilmiah tentang :
“ Analisis Program Kajian Silaturahmi Di Trans 7” yang disusun
oleh Fitri Nurjanah NIM 103051028454. Penelitiannya berisi tentang proses
pra produksi, produksi dan pasca produksi yang dilihat dari sisi dakwahnya
dari program kajian silaturahmi di Trans 7. Yang membedakan dengan peneliti
buat yaitu dari segi tema acaranya, format acaranya, dan jam tayang acaranya.
“ Analisis Pogram Pejalanan 3 Wanita Di Trans 7” disusun oleh Vina
Monika dengan NIM 204051002866, penelitiannya berisi tentang pra,
pelaksanaan, pasca, sampai evaluasi produksi tersebut. Melalui wawancara
dan observasi serta melakukan kegiatan, diketahui bahwa dalam pelaksanaan
produksi program Perjalanan 3 Wanita dengan pencarian ide atau tema yang
ditayangan setelah melakukan meeting secara bersama-sama kemudian
evaluasi produksi program Perjalanan 3 Wanita diadakan setiap kali
pertemuan dan para team produksi program Perjalanan 3 Wanita yang
dipimpin oleh Arief Nugraha (produser) Program Perjalanan 3 Wanita.
Suksesnya acara Perjalanan 3 Wanita. Adanya melihat rating and share maka
program Perjalanan 3 Wanita akan semakin sukses. Yang membedakan
dengan peneliti buat yaitu dari segi temanya, format acaranya, dan jam tayang
12
acaranya. Yang membedakan dengan peneliti buat yaitu dari segi temanya,
format acara, dan jam tayang acaranya.
“ Analisis Produksi Program Drama Komedi Sitkom “ OB” Office
Boy di RCTI disusun oleh Yofy Andres dengan NIM 203051001450,
penelitianya berisi tentang program drama. Sitkom “ OB” lahir dari ide agasan
produser yang melihat adanya celah untuk menayangkan sebuah program.
Program Sitkom “OB” di harapkan dapat menghibur penulisannya / khalayak.
Akhirnya peneliti dapat mengetahui bagaimana proses produksi program
Sitkom “OB” berhasil menarik perhatian khalayak dan digemari oleh
pemirsanya tanpa membedakan jenis kelamin, usia, golongan, terbukti dengan
sudah diproduksi/ ditayangkannya 450 episode program Sitkom “OB”. Yang
membedakan dengan peneliti buat yaitu dari segi temanya, format acaranya,
jam tayang acaranya dan penayangan acaranya.
Dikarenakan belum adanya menganalisa tentang Tabir Sunnah maka
penulis tertarik untuk meneliti judul tersebut dan melihat beberepa penulisan
yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Karena di indonesia banyak sekali
program acara yang benafaskan Islami dan banyak hal-hal unik yang terjadi di
program Tabir Sunnah.
G. Metologi Penelitian
Jenis Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif., yakni
penelitian yang dilalui dengan proses observasi, pengumpulan data yang
akurat berdasarkan fakta di lapangan di sertai wawancara dengan nara
13
sumber. Adapun metode yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu
menggambarkan keadaan yang sebenarnya dan dianggap akurat serta
menuangkannya dalam konteks penulisan skripsi ini.
1. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data di Trans 7
yang berhubungan dengan program acara “Tabir Sunnah di Trans 7”
adalah :
a. Interview
Penulis mewawancarai produser Tabir Sunnah di Trans 7,
untuk mengumpulkan informasi tentang program Tabir Sunnah. Dalam
hal ini penulis menggunakan tehnik interview terpimpin. Yaitu penulis
persiapkan, kemudian setelah dijawab memberikan data dengan bebas
dan terbuka kepada penulis.
b. Observasi
Dalam observasi ini penulis mengamati langsung ke tempat
penelitian yang berada ditrans 7. Dan penulis melakukan observasi
selama 2 minggu dari mulai tanggal 1 Mei 2011 sampai dengan
tanggal 15 Mei 2011
c. Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan menginfestasi dokumen-
dokumen yang relevan dan terkait dengan permasalahan yang di teliti.
14
d. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pada Tim ProduksiTabir Sunnah
yang terdiri dari 5 org tim produksinya meliputi Eksekutif produser,
produser, tim kreatif, juru kamera, dan reporter yang ada di Trans7,
sedangkan Objek penelitiannya adalah pada program Tabir Sunnah
meliputi yaitu pra produksi, proses produksi, dan pasca produksi.
Sumber data adalah semua yang terlihat dalam memberikan informasi
tentang objek penelitian.
2. Teknik Analisis Data
Dari data-data yang dikumpulkan, kemudian penulis mengolah dari
hasil analisis tersebut dari hal-hal yang terasa kurang pas kemudian peneliti
kritisi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis yaitu
pelaporan data dengan menerangkan, memberi gambaran, dan
mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul tadi apa
adanya, kemudian setelah itu di simpulkan.
15
H. Sistematika Penulisan
Penelitian yang akan dibahas terdiri dari lima bab masing-masing bab
terdiri dari beberapa sub bab, yaitu:
BAB I PENDAHULUAN.
Pada bagian ini membahas tentang Latar Belakang Masalah,
Pembahasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Pustaka, Sistematika
Penulisan.
BAB I I LANDASAN TEORI.
Membahas : pengertian televisi, sejarah dan perkembangnya,
pengertian analisis, pengertian analisis program, pengertian
program, pengertian program televisi, format program televisi,
tahapan produksi program televisi (pra produksi program televisi,
produksi program televisi, pasca produksi program televisi, dan
Evaluasi program).
BAB III DESKRIPSI UMUM.
Membahas: sekilas tentang Trans7, deskripsi program Tabir
sunnah di Trans7 (latar belakang ditayangkan program Tabir
sunnah di Trans7), sasaran program tabir sunnah di Trans 7, tujuan
ditayangkannya program tabir sunnah di Trans 7, garis – garis
besar isi program di Trans7, jenis program tabir sunnah di Trans7
16
BAB IV ANALISIS PROGRAM TABIR SUNNAH DI TRANS 7
Membahas : Pra poduksi tabir sunnah di Trans7, pelaksanaan
produksi program tabir sunnah di Trans7, pasca produksi pogram
tabir sunnah di Trans 7, analisis program tabir sunnah, analisis
evaluasi program Tabir Sunnah.
BAB V PENUTUP.
Pada bagian ini membahas tentang Kesimpulan dan Saran.
17
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Program Televisi
1. Pengertian Televisi
Televisi berasal dari bahasa yunani “tele” yang berarti jarak jauh
dan “Vision” yang berarti penglihatan1. Adapun pengertian televisi ini,
dari segi jauhnya diusahakan oleh prinsip radio dan dari segi penglihatan
oleh gambar. Maka dari sinilah televisi dapat dikatakan media massa yang
bersifat audio visual. Televisi dalam ensiklopedi Nasional mempunyai
pengertian, televisi adalah pengubahan gambar (serta suara) menjadi sinyal
listrik kemudian disalurkan dengan perantara kabel atau gelombang
elektromagnetik untuk diubah menjadi bentuk semula oleh pesawat
penerima. Karena televisi merupakan peranti yang mengubah pantulan
cahaya objek menjadi deretan pulsa – pulsa listrik, kabung kamera tersedia
dalam berbagai bentuk dan jenis, namun pada umumnya memiliki dua
bagian penting yakni pemukaan peka cahaya, peka cahaya berfungsi untuk
mengubah pantulan cahaya objek menjadi muatan listrik membentuk citra
elektris. Berkas dibangkitkan oleh penambah electron kemudian
dipindahkan ke seluruh permukaan bermuatan listrik.2
1 Lathief Rosyidi, Dasar – Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi, ( Medan: Firma
Rainbow,1989), cet. Ke-2, h.221.
2 Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, jilid 16), cet. Ke-1,
h.194
18
Kamus Besar Indonesia, televisi diberikan pengertian sebagai :
televisi adalah pesawat sistem penyiaran gambar objek yang bergerak
yang disertai dengan bunyi (suara) melalui angkasa dengan menggunakan
alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi
gelombang listrik dengan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang
dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran,
pertunjukkan, berita, dan sebagainya.3
Maurice Gorhan yang dikutip Ton kertapati mendefinisikan,
televisi adalah penyampaian gambar – gambar dengan kawat atau radio
dan penerimaannya secara simultan di tempat tertentu yang jauh.4
P.C.S Sutisno dalam bukunya pedoman Praktis Penulisan Skenario
TV dan dan Video(1993), mendefinisikan pengertian televisi:
“Televisi pada hakekatnya merupakan sesuatu system komunikasi yang
menggunakan suatu rangakaian gambar elektronik yang dipancarkan secara
cepat, berurutan, dan diiringi unsur audio”5.
Dari pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa televisi
siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat
juga disalurkan melalui kabel. Dalam system transmisi gambar dan suara
yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang
elektromagnetik dan selanjutnya di transmisi melalui pamancar,
gelombang elektromagnetik ini diterima oleh system antena yang
menyalurkan pesawat penerima.
3 Tim penyusun Kamus Pembinaan dan Pengambangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h. 191. 4 Ton Kertapati, dasar – dasar publisistik dalam perkembangan di Indonesia menjadi
ilmu komunikasi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), cet. Ke-3, h.59 5 P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario TV dan Video, (Jakarta: PT.
Grasindo, 1993), cet, ke-1, h.1
19
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
televisi adalah alat atau benda untuk menyiarkan siaran – siaran yang
membawakan suara dan gambar sekaligus dan dari siaran televisi penonton
dapat mendengar dan melihat gambar yang disajikan. Stasiun televisi
merupakan suatu tempat terpusatnya kegiatan dari suatu organisasi
penyiaran.6
Sementara kekuatan lainnya adalah penggunaan frekuensi milik
publik. Dengan menggunakan frekuensi publik tidak memiliki kekuatan
lain saat godaan menonton televisi datang menghampirinya cukup dengan
menekan remote control televisi sudah menyala dan dapat dinikmati.
Berbeda dengan media cetak dimana public terikat untuk membeli terlebih
dahulu sebelum mengetahui isi media cetak. Dengan kekuatan itu pula,
media televisi dimungkinkan untuk melakukan berbagai pola interaksi
langsung khalayaknya karena kemampuan siarannya televisi menjadi
sumber primer untuk bersosialisasi dan informasi bagi masyarakat
sehingga terbentuklah shared national culture. Televisi juga memiliki
ritual daily yang dapat tersebar keseluruh masyarakat sama halnya seperti
agama (religion). Ini dapat kita lihat dari pengulangan berkelanjutan dari
berbagai cerita, mitos, fakta, informasi dan akhirnya mampu
mendefinisikan dunia dan melegitimasi particular social order. Inilah sisi
6 Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi, (Yogyakarta: Duta Wacana
University Press, 1994), h.46
20
fungsi sosial televisi. Deskripsi tersebut menggambarkan pada kita bahwa
televisi itu sebagai common story teller dari kehidupan kita.7
Televisi memiliki banyak keunggulan, di antaranya :
a. Siaran televisi dapat ditangkap oleh beberapa indera manusia sekaligus.
b. Siaran televisi dapat menjangkau sasaran secara luas dan singkat.
c. Mata acara televisi dapat disampaikan dengan format hiburan
sehingga peluang tayangnya lebih menyenangkan.
d. banyak variasi bentuk acara televisi yang dapat dipilih antara lain,
dialog, diskusi, laporan, atau hiburan.
Dalam membuat acara televisi ada 5 hal pokok yang harus
diketahui diantaranya:
a. Materi Produksi, bahan yang dipakai untuk membuat program televisi
berupa: Program News kejadian/peristiwa, binatang, Pengalaman hidup,
Hasil karya, Perjalanan, Musik, Komedi. Contohnya: (Program
News/kejadian/peristiwa) Liputan 6, Reportase, Seputar Indonesia.
Fokus, Cakrawala,dll. (Binatang): Discover Chanel, Layar Satwa,
Flora Fauna, dll. (Hobbi): Oto rend, HAN import, Oto mania, Mancing
Mania, dll. (Pengalaman Hidup): Mozaik, Jika Aku Menjadi, dll.
(Hasil Karya): Cooking time, Hand Made, dll. (Perjalanan): jalan –
jalan selebriti, jejak petualang, happy holiday, dll. (Musik): De’rings,
By request, Dashyat, On the spot, dll. (Komedi): OVJ, Sketsa, Srimulat,
dll.
7 Iswandi Syahputra, Jurnalistik Informasi, Kancah Baru Jurnalistik dalam Industri
Televisi, (Yogyakarta: Nuansa Aksara, 2006), cet.ke-1. h.70-72
21
b. Sarana Produksi, dana yang dipakai membuat program televisi. (a)
Alat perekam gambar/kamera televisi atau film, (b) Alat perekam
suara/microfon, mixer audio, (c) Alat pencahayaan/lighting.
c. Biaya Produksi, dana yang dipakai membuat program televisi: (a)
Financial Oriented, produksi berdasarkan uang yang dimiliki. (b)
Quality Oriented, berdasarkan kualitas yang bagus.
d. Organisasi Pelaksanaan Produksi, orang-orang yang terlibat dalam
membuat program televisi. (a) Produksi Studio: Program Director (PD)
/ pengarah acara, Floor Director (FD) / Asisten PD, Cameramen /
penata Kamera, soundman / Penata Suara, Lightingman / Penata
Lampu, VTR (Video Tape Recorder), DOP (Director Of Photografi),
Unit Manager (perijinan, Transportasi, Akomodasi, Lokasi, Properti,
Kostum, Make up), Art Designer, dll.
e. Tahapan Pelaksanaan Produksi, proses yang harus dilakukan dala
membuat program televisi. (a) Tahap Pra Produksi (survey, naskah,
casting, mencari crew, lokasi, dll). (b) Tahap Produksi (Shooting). (c)
Tahap Pasca Produksi (Editing, Animasi, Sound Effect, Special Effect,
Lypsing, Dubbing, Ilutrasi musik, dll).
2. Sejarah dan Perkembangan Televisi
Televisi secara harafiah artinya “melihat dari jauh”. Dalam
pengertian sederhana meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar televisi
yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal – sinyal gambar (view)
22
bersama dengan sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh
pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua televisi
penerima yang menangkap sinyal – sinyal dan mengubahnya kembali pat
sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi tadi dapat dilihat
seperti keadaan aslinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pesawat
televisi adalah alat yang digunakan untuk melihat dan mendengar dari
tempat yang jauh.8
Televisi muncul tahun 1953, dari sebuah bagian di Departemen
Penerangan, didorong oleh perusahaan – perusahaan AS, Inggris, Jerman,
Jepang yang berlomba – lomba menjual hardware-nya. Menjelang Asian
Games ke-4 di Jakarta pada 1962, soekarno dan cabinet akhirnya yakin
akan perlunya televisi, dengan alasan reputasi internasional Indonesia
tergantung pada pekan Olahraga yang disiarkan, terutama ke Jepang (yang
telah memiliki televisi sejak awal 1950 –an).9
Televisi sebagai yang muncul setelah media cetak dan radio,
ternyata memberikan nilai yang menamjubkan dalam sisi pergaulan hidup
manusia saat sekarang ini baik terhadap pola perilaku, pola pikir, budaya,
dan sebagainya.
Dewasa ini hampir setia p Negara memiliki stasiun pemancar
televisi sendiri. Bahkan pemirsa di rumah menikmati siaran dari berbagai
penjuru dunia melalui parabola yang berfungsi sebagai sambungan satelit.
8 Ciptono Setyobudi, Pengantar Tehnik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2005), h.2 9 Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran (Jakarta:
Kencana,2007),cet.ke-2.h.47
23
Di Indonesia televisi sebagai media penyiaran dimulai tanggal 24
Agustus 1963, yakni bertepatan dengan berlangsungnya pesta olahraga se
Asia atau Asian Games ke-IV I senayan. Namun seiring berjalannya waktu,
industri pertelevisian di Indonesia berkembang pesat. Bermula dari satu
stasiun televisi milik pemerintah, kini muncul belasan stasiun televisi
swasta yang tidak hanya di Jakarta tetapi juga didaerah.
Bagi masyarakat Indonesia, sekarang televisi bukan barang baru
lagi. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kepemilikan televisi yang terus
meningkat dari tahun ke tahun apalagi dengan perbaikan teknologinya,
seperti mulai hitam putih menjadi berwarna, mulai dengan pemancar
microwave menjadi penggunaan satelit sehingga jangkauan areanya lebih
luas, mulai dengan TVRI menjadi beragam seperti : RCTI, SCTV, TPI,
ANTEVE, INDOSIAR, METRO TV, TRANS TV, GLOBAL TV,
TRANS 7, O CHANNEL, TV ONE, dan lain-lain.
Semua stasiun televisi telah hadir setiap hari di tengah masyarakat
Indonesia dengan menyajikan program tayangan yang beraneka ragam,
dari yang bersifat hiburan, dan sebagainya.
24
3. Pengertian Program
Program berasal dari kata bahasa inggris yaitu programme
(penulisan gaya Inggris) atau program (penulisan gaya Amerika) yang
berarti acara atau rencana.10
Program adalah segala hal yang ditampilkan
stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya.
Secara etimologi, dalam kamus besar Bahasa Indonesia terbitan
departemen Pendidikan Kebudayaan (1998), program adalah acara (seperti
sebuah siaran, pengelolaan dan sebagainya).11
Secara terminology, Undang-Undang Penyiaran Indonesia tidak
menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah siaran
yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan
dalam berbagai bentuk. Namun kata program lebih sering digunakan
dalam dunia penyiaran di Indonesia dari pada kata siaran untuk mengadu
kepada pengertian acara.
Program adalah segala yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk
memenuhi kebutuhan audiensnya. Sedangkan menurut Omar Abidin
Gilang program merupakan serangkaian acara atau sesuatu yang disiarkan
dalam berbagai bentuk penikmat oleh stasiun penyiaran.12
Program merupakan faktor penting yang mendukung keberhasilan
financial suatu penyiaran televisi. Program dalam stasiun penyiaran
televisi. Program dalam stasiun penyiaran televisi adalah penentu audien
10
Morrisan M.A, Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio dan Televisi,
(Jakarta: Kencana, 2008), cet.ke-1, h-199 11
Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-1, h. 702 12
Omar Abidin Gilang dalam Moeryanto Ginting Munthe, Media Komunikasi Radio,
(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), h.62
25
dimana dengan sebuah program menarik, maka akan menarik banyak
audien untuk menyaksikan program tersebut. Dengan kata lain bahwa
pendapatan dan keuntungan stasiun penyiaran sangat dipengaruhi oleh
programnya. Program dapat disamakan dengan produk atau barang (goods)
atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini
audien da pemasang iklan. Berbagai program siaran di televisi diproduksi
hanya untuk memenuhi hajat mendapatkan iklan sebanyak mungkin.
Semua televisi berlomba-lomba mendapatkan rating dan audience share
yang tinggi. Dengan modal inilah televisi mampi mengaet iklan.
Sayangnya berkenaan dengan rating standar ini hanya satu-satunya
lembaga riset AGB Nielsen, yang menjadi acuan semua stasiun televisi.
Di sini seorang programmer atau penata program atau pemprogram
(tidak ada keharusan mempergunakan istilah yang mana fleksibel saja)
harus sangat memahami bahwa program acara harus laku dijual sebanyak
mungkin. Memang jualannya tidak mungkin habis terjual namun jika
programmer tahu persis siapa yang akan menontonnya maka programnya
akan dipilih sesuai dengan yang diinginkan penonton. Setiap stasiun
televisi memiliki ciri tersendiri dalam program masing-masing. Setiap
stasiun memiliki kebijakan sendiri-sendiri terhadap sasaran penontonnya.
Seperti teori Herbert Blumer dan Elihu Katz yang mengatakan bahwa
penggunaan media televisi memainkan peran aktif untuk memilih dan
menggunakan media televisi tersebut. Dengan kata lain, pengguna media
televisi adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasinya.
26
Hubungannya disini bagaimana peran seorang programmer berperan
sangat penting dalam membuat program yang baik untuk ditayangkan.
Karena pengguna media televisi sangat berperan penting untuk
perkembangan program acaranya ( Tabir Sunnah ).
Pada umumnya isi program siaran di televisi maupun radio
meliputi acara seperti diterangkan berikut dengan penggunaan berbagai
nama berbeda sesuai dengan keinginan stasiun televisi masing-masing.
a. News Reporting (Laporan Berita)
b. Talk Show Call-in Show
c. Documentary
d. Magazine/Tabloid
e. Rural Program
f. Advertising
g. Education/Intructional
h. Art & Culture
i. Music
j. Soap Operas /Sinetron/ Drama
k. TV Movies
l. Game show/Kuis
m. Comedy/ Situation Comedy, dll.13
Berbagai jenis program tersebut bukanlah sesuatu yang mutlak
harus ada semuanya. Acara-acara tersebut sangat bergantung dari
13
Deddy Iskandar Muda, Jurnalistik Televisi, ,menjadi Reporter Profesional, (Bnadung:
Remaja Rosdakarya, 2005), h.9
27
kepentingan masing-masing stasiun televisi yang bersangkutan. Pada
umumnya memang sebagian dari contoh jenis program di atas tersebut
adalah acara-acara yang disiarkan oleh stasiun penyiaran televisi.
Format bagi suatu program maupun isi penyiaran masing-masing
Negara adalah berbeda antara satu Negara dengan Negara yang lainnya.
Itu semua juga sangat bergantung terhadap system pers yang berlaku di
Negara yang bersangkutan. Stasiun televisi dalam membuat suatu program
acar terdiri dari para artis pendukung acara dan para kerabat kerja. Ide
/gagasan merupakan suatu rancangan yang tersusun dalam fikiran. Ide
merupakan asal mula lahirnya sebuah langkah untuk pembentukan suatu
program atau acara. Ide adalah sebuah inti pesan yang akan disampaikan
pada khalayak, dituangkan menjadi suatu naskah yang disesuaikan dengan
format yang akan di buat, kemudian diproduksi hingga menjadi suatu
paket program siaran. Paket program siaran itulah yang kemudian
ditayangkan melalui stasiun penyiaran televisi dan disebar luaskan ke
seluruh pelosok jaringan satelit komunikasi, stasiun penghubung dan
pemancar hingga akhirnya paket program acara tersebut dapat kita tonton
ditelevisi yang ada dirumah kita.14
Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang
akan dicapai. Ada 4 parameter yang harus diperhitungkan dalam
penyusunan program siaran televisi yaitu:
a. Landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program
14
P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Video, (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), cet.ke-1, h.1
28
b. Strategi penyusunan program sebagi pola umum tujuan program.
c. Sasaran program.
d. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program.
Ada 5 hal yang harus diperhatikan dalam menyiapkan program
siaraan televisi, yakni :
a. Pola saran. Sebelum penata program menyusun acara siaran, terlebih
dahulu menyiapkan pola siaran programmer akan mengumpulkan
terlebih dahulu referen-referen yang diperlukan, kebijakan siaran dari
pemimpin stasiun televisi, persoalan sosial budaya yang berkembang
ditengah masyarakat, jangkaun siaran, hasil jajak pendapat penonton,
pemasok-pemasok program, dan tentunya analisi bahan siaran yang
mengacu pada kebijaksanaan umum siaran televisi.
b. Arahan Pola siaran. Untuk memolakan suatu acara siaran dibutuhkan
wawasan arahan program siaran. Dari arahan itu di harapkan akan
memperkuat posisi perusahaan / instansi pertelevisian bersangkutan.
Ada 4 pedoman arahan penyiaran televisi yaitu:
1) Penyiaran televisi diharapkan dapat menggalang dan menyalurkan
pendapat umum yang konstruktif dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2) Dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan dan kecerdasan
kehidupan bangsa.
3) mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.
29
4) Dapat menangkal pengaruh buruk terhadap tata nilai perilaku
kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
c. Perubahan Pola Acara. Pola acara siaran dapat diubah sesuai dengan
keadaan, karena perubahan acara yang sering dilakukan dapat
mengurangi simpati penonton. Penonton bisa menilai bahwa stasiun
yang bersangkutan tidak professional dan bisa berakibat penonton
meninggalkan saluran stasiun tersebut untuk berpindah kesaluran lain.
Ada 2 alasan mengapa ada perubahan pola acara:
1) Penempatan, susunan acara harian dan mingguan ternyata tidak
tepat. Dengan kata lain ada kesalahan dalam menganalisis strategi
sasaran yang dicapai, yaitu penyiaran dan tepat diperhatikan
penonton.
2) Ada acara tertentu yang berbenturan antara stasiun dengan staisun
lainnya.
d. Bahan Program, untuk suatu program siaran yang menarik dan enak
ditonton, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :
1) Judul acara harus menarik, singkat, mudah diingat, dan tidak
vulgar .
2) Waktu siaran tidak terlalu panjang, juga tidak terlalu pendek.
Untuk berita dan informasi, bisa program sampai 30 menit ; untuk
pendidikan formal, bisa satu sampai dua jam ; sementara program
entertainment atau hiburan dapat deprogram 30 sampai 50 menit.
30
3) Agar penonton setia tetap duduk di depan pesawat televisi berlama
– lama, perlu disusun mata acara – mata acara secara silih berganti
antara acara yang berat dengan acara yang ringan dan yang sedang.
4) Bridge atau jembatan antara ( insert program ) dapat diisi dengan
penyiar atau informasi kampus, atau iklan layanan masyarakat /
PSA ( public service advertisement )
5) Bisa mengikat penonton, misalnya : mebuat tune musik pembuka
dan penutup siaran, atau membuat wajah – wajah para mahasiswa
saat bersiaran televisi kampus / komunitas masing – masing
fakultas / jurusan, sehingga mahasiswa dilibatkan untuk mengisi
siaran, atau juga menjadikannya sebagai ruangan jual – beli bahan
kuiah ( buku, kaset, kaos – kaos, striker da lain – lain ).
4. Program Siaran Televisi
Dalam Kamus Besar Indonesia, terbitan Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan (1988), Program adalah acara. Maksudnya, program
adalah seperti pertunjukkan siaran, pergelaran dan sebagainya.15
Program
adalah acara, atau rancangan yang akan disiarkan di televisi.
Menurut P.C.S Sutisno dalam bukunya Pedoman Praktis Penulisan
Scenario Televisi dan Video, mendefinisikan program televisi ialah bahan
yang telah dalam suatu format sajian dengan unsur video yang ditunjang
unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar serta telah
15
Depdikbud, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), cet ke-1, h. 702
31
memenuhi standar estetik dan artistic berlaku.16
Dan untuk memuaskan
pengguna media televisi seperti yang dikatakan oleh didalam teori Herbert
Blumer dan Elihu Katz yang mengatakan bahwa pengguna media televisi
memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media televisi.
Dengan kata lain, pengguna media televisi sangat berperan aktif dalam
menentukan acara itu layak atau tidaknya ditonton oleh pemirsanya.
Ada lima yang harus diperhatikan dalam menyiapkan program
siaran televisi, yakni :
a. pola siaran. Sebelum piñata program menyusun acara siaran, terlebih
dahulu harus menyiapkan. Programmer akan mengumpulkan terlebih
dahullu referensi – referensi yang diperlukan: kebijakan siaran dari
pemimpin stasiun televisi, persoalan sosial budaya yang berkembang
di tengah masyarakat, jangkauan siaran, hasil jajak pendapat penonton,
pemasok-pemasok program, dan tentunya analisis bahan siaran yang
mengacu pada kebijakan umum siaran televisi.
b. Arahan pola siaran. Untuk memolakan suatu acara dibutuhkan
wawasan arahan penyiaran program. Dari arahan itu diharapkan akan
memperkuat posisi perusahaan atau instansi pertelevisian bersangkutan.
Ada empat pedoman arahan penyiaran televisi, yaitu:
1) penyiaran televisi diharapkan dapat mengalang dan menyalurkan
pendapat umum yang konstruktif dalam kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
16
P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi dan Video, (Jakarta: PT.Grasindo,
1993), cet.ke-1, h.9
32
2) dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kecerdasan
kehidupan bangsa.
3) mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.
4) dapat menangkal pengaruh buruk terhadap tata nilai perilaku
kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam.
c. Perubahan pola acara. Pola acara siaran dapat diubah sesuai keadaan.
Karena, perubahan acara yang sering dilakukan dapat mengurangi
simpati penonton. Penonton bisa menilai bahwa stasiun bersangkutan
tidak professional, dan bisa berakibat penonton meninggalkan saluran
stasiun tersebut untuk berpindah ke saluran lain. Ada dua alasan
mengapa ada perubahan pola acara? Pertama, penempatan susunan
acara harian dan mingguan ternyata tidak tepat. Dengan kata lain, ada
kesalahan dalam menganalisis strategi sasaran yang ingin dicapai,
yaitu tepat waktu penyiaran dan tepat diperhatikan penonton. Kedua,
ada acara-acara tertentu yang berbenturan antara stasiun yang satu
dengan stasiun lainnya. Acara yang satu dinilai lebih unggul dari pada
yang lain pada waktu yang sama. Akibat benturan ini acara bisa
dihentikan penyiarannya, lalu diganti dengan judul acara lain untuk
“bertanding” melawan acara di stasiun lainnya.
d. Sistem penempatan program siaran. Yang dimaksud dengan sistem
penempatan program siaran, masing-masing adalah:
1) Program tahunan, perencanaan program tahunan berpijak pada
berlakunya manajemen stasiun televisi bersangkutan.
33
2) Program pekanan atau mingguan adalah susunan program siaran
dalam setiap minggunya.
3) Program harian. Penyusunan program didasarkan pada berapa
banyak bahan siaran yang tersedia. Ketersediaan bahan ini bisa
berupa bahan siaran jadi, bisa pula berupa bahan siaran yang harus
diproduksi terlebih dahulu.17
Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang
akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam
penyusunan program siaran televisi, yaitu:
a. landasan filosofis yang mendasari tujuan semua program,
b. strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan program,
c. Sasaran program,
d. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program,
e. Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai
usaha yang optimum.
B. Tahapan Produksi Program Televisi
Produksi adalah serangkaian aktifitas yang diperlukan untuk mengolah
atau membuat suatu acara atau program. Selanjutnya, istilah siaran atau
penyiaran secara makro mengacu pada media elektronik baik radio maupun
televisi. Dalam pembahasan ini produksi elektronik televisi, dan dalam
memproduksi suati program atau acara ada tujuannya yang ditujukan untuk
17
RM Soenarto, Program Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh siaran, (Jakarta: IKJ Press,
2007), cet. Ke-1, h. 5-15
34
masyarakat luas. Pertama : Media televisi dapat mampu mengarahkan
masyarakat untuk secara intens terlibat dalam suatu isu tertentu. Kedua :
Media televisi mampu memperluas horizon wawasan masyarakat, ia berperan
seperti halnya jembatan yang menghubungkan antara masyarakat tradisional
dan modern. Semua ini sama halnya yang dimaksud seperti teori Herbert
Blumer dan Elihu Katz yang mengatakan bahwa prenggunaan media televisi
memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media televisi
tersebut. Yang bagaimana pihak televisi dapat menayangkan program –
program yang bisa menambah peran aktif dan wawasan pengguna media
televisi.
Tahap pelaksanaan produksi saat suatu produksi televisi yang
melibatkan banyak peralatan dan orang dengan sendirinya menggunakan biaya
yang besar, selain memerlukan suatu organisasi yang rapih juga perlu suatu
tahap pelaksanaan produksi yang jelas dan efisien. Setiap tahap harus jelas
kemajuannya dibandingkan denga tahap sebelumnya. Tahapan produksi terdiri
dari 3 bagian di televisi yang lazim disebut dengan standart operation
procedure ( SOP ) sepeti berikut:
a. Pra – Produksi ( Ide, perencanaan, dan persiapan )
b. Produksi ( Pelaksanaan )
c. Pasca Produksi ( Penyelesaian dan Penayangan ), dan
d. Evaluasi Produksi
35
1. Pra Produksi ( Perencanaan dan Persiapan )
Sebelum memproduksi sebuah mata acara yang dilaksanakan di
luar studio ( Out door) atau dalam studio ( In door ), tim produksi haruslah
memiliki tempat atau kantor sebagai base camp. Semua treatment atau
skenario dan usulan nama hingga proses produksi dilakukan dalam rapat di
kantor yang terdapat di lingkungan setiap stasiun televisi.
Usulan biasanya didiskusikan oleh semua tim produksi, usulan
dalam bentuk proposal diserahkan oleh produser atau penggagas mata
acara eksekutif produser, lalu proses presentasi dan diskusi serta fokus
utama tujuan sebuah acara harus disampaikan. Presentasi dilaksanakan
agar produksi yang diproduksi mempunyai acuan dan standart operasional
procedure ( SOP ). Naratama sutradara mata acara televisi menulis, dalam
mengeksplorasi berbagai ide kreatif yang dapat tertuang dan diproduksi
secara apik. Menganalisis target penonton, jam tayang, posisi stasiun
televisi, dan studi koparasi terhadap competitor acara di stasiun televisi
lain.
Persiapan pra produksi yakni mempersiapkan tim di luar tim inti
yang akan menunjang produksi. Diantaranya mempersiapkan desain
produksi. Pengertian desain produksi adalah sebuah rancangan produksi
yang dipersiapkan untuk memproduksi sebuah mata acara. Tidak berbeda
jauh dengan film. Desain produksi siaran televisi setidaknya harus
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
36
a. Jenis mata acara apa yang akan diproduksi?
b. Naskah ini punya siapa?
c. Menggunakan format video apa?
d. Bagaimana memulai shooting?
e. Seluk beluk anggaran
f. Dari mana dananya?
g. Mempersiapkan crew
h. Menyusun tim produksi
Tahap pra produksi meliputi tiga bagian seperti berikut :
a. Penemu Ide
Tahapan ini dimulai ketika seorang produser menemukan ide
atau gagasan, membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta
penulis naskah mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah
riset.
b. Perencanaan
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja ( time scdule )
penyempurnaan naskah, pemilihan arti, lokasi, dan crew. Selain
estimasi biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan
bagian dari perencanaan yang perlu dan secara hati dan diteliti.
c. Persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontak, perizinan, dan
surat menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan
melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling
37
baik diselesaikan menurut jangka waktu kerja ( time scdule ) yang
telah ditetapkan.
Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat ditentukan
oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang yang begitu
percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal – hal yang
sifatnya pemikiran diatas kertas. Dalam produksi program televisi, hal itu
berakibat kegagalan.18
2. Produksi ( Pelaksanaan )
Baru sesudah perencanaan dan persiapan selesai betul, pelaksanaan
produksi dimulai, sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew
mencoba mewujubkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan
( shooting script ) menjadi gambar, susunan gambar yang dapat bercerita.
Dalam hal ini produksi pada televisi merupakan suatu proses kreatif yang
melibatkan penggunaan peralatan – peralatan yang rumit dan koordinasi
sekelompok individu yang mempunyai kepekaan estetis dan kemampuan
teknis untuk mengkomunikasikan fikiran dan perasaan kepada penonton.
Perekaman gambar atau shooting dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya pada pra produksi dengan menggunakan
naskah sebagai panduan.
Dalam setiap produksi dibutuhkan komponen / peralatan yang
harus sudah tersedia sebelum produksi berlangsung. Penanganan dan
18
Fred Wibowo, Dasar – dasar Produksi Program Televisi, ( Yogyakarta: PT. Gramedia
Widiasrama Indonesia, 1997), cet. Ke- 1, h.20
38
penggunaan peralatan produksi memerlukan pengetahuan, pengalaman,
dan penghayatan atau seri baik. Beberapa peralatan penting tersebut
adalah :
a. Kamera
b. Lighting
c. Audio
d. Video Tape Recording ( VTR )
e. Visual Effect
f. Production Control Room
Ada dua model produksi, yaitu :
a. Produksi Lapangan, yaitu proses produksi yang dilakukan di luar
studio, diantaranya adalah :
1) ENG ( Electronic News Gathering ) yaitu produksi berita
elektronik
2) Proses rekaman video jenis berita dengan menggunakan peralatan
yang mudah di bawa ( Portable ) misalnya : kamera dengan VCR
portable dan 1 microphone, dengan crew seorang juru kamera
disertai seorang sutradara yang sekaligus merangkap sebagai
reporter.
3) EFP ( Electronic Field Production ), yaitu produksi lapangan
eletronik. Sama dengan ENG, hanya jenis program yang
diproduksi adalah documenter dan sinetron.
39
4) MCR ( Multi Camera Remote ), yaitu produksi lapangan dengan
mempergunakan kamera lebih dari satu, dengan dibantu peralatan
lain seperti switcher, tv monitor, sound audio system. Produksi
yang direkam adalah sinetron, music, olahraga, dll.
b. Produksi Studio seperti :
1) LIVE, program ini disiarkan secara langsung, tahap produksi
merupakan tahap akhir dalam suatu proses, kebanyakan program –
program berita, olah raga, upacara kenegaraan yang disiarkan
secara langsung / LIVE dilakukann karean mengandung unsur –
unsur aktualitas dan atau hard news seperti siaran berita Liputan 6,
redaksi sore, pertandingan olah raga, breaking news, acara musik
di panggung. Dengan demikian tidak dilakukan rekaman dan post
production. Live broadcast memerlukan persiapan yang matang
dan lebih sulit dari pada rekaman.
2) VIDEO TAPING, merupakan system siaran yang menayangkan
paket acara yang telah diproduksi sebelumnya misalnya film atau
sinetron dan juga iklan, sistem ini menggunakan komputer yang
berfungsi sebagai traffic. Program ini di rekam dengan video /
video cassette.
3) LIVE ON TAPE, produksi yang berlangsung terus tanpa berhenti
sampai akhir program, editing hanya dalam hal – hal khusus
( insert editing )
40
Jadi produksi dapat dikatakan bahwa seluruh kegiatan liputan
( shooting ) baik di dalam studio maupun diluar studio, baik dari tahap set
up dan rehearsal sampai general rehearsal. Produksi juga ada secara
record disebut taping.19
Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shot
yang akan diambil didalam adegan ( scene ). Biasanya sutradara
mempersiapkan suatu daftar shot dan time code pada akhir pengambilan
adegan, kode waktu ( time code ) adalah nomor yang ada di pita. Nomor
itu berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan
kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing.
Biasanya hasil shooting setiap malam di akhir shooting hari itu
untuk melihat apakah hasil pengambilan gambar sungguh baik. Apabila
tidak maka adegan itu perlu diulang pengambilan gambarnya. Setelah
adegan didalam naskah selesai diambil, maka hasil ( original material or
row footage ) dibuat catatannya ( logging ) untuk kemdian masuk dalam
proses post production yaitu editing.20
3. Pasca Produksi ( Penyelesaian dan Penayangan )
Pasca produksi adalah semua kegiatan setelah peliputan / shooting
/ taping sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap disiarkan atau
diputar kembali. Pasca produksi memiliki tiga langkah utama yaitu editing
19
Departemen Program TVRI, Standar Operating Procedure Production. (Yogyakarta:
PT TVRI, 2008) 20
Departemen Program TVRI, Standard Operating Procedure Production, (Yogyakarta:
PT TVRI, 2008)
41
offline, editing on line, and mixing disini akan dijelaskan mengenai ketiga
langkah tersebut yaitu :
a. Editing Offline
Setelah shooting selesai, script boy of girl membuat logging,
yaitu mencatat kembali semua hasil shooting berdasarkan catatan
shooting dan gambar. Didalam logging time code (nomor kode yang
dibuat dan muncul dalam gambar ) dan hasil pengambilan setiap shot
dicatat. Kemudian berdasarkan catatan itu sutradara akan membuat
editing kasar yang disebut editing offline ( dengan copy video VHS
supaya lebih murah ) sesuai dengan gagasan yang ada dalam synosis
dan treatment. Sesudah hasil editing offine dirasa pas dan memuaskan
barulah edting script. Naskah editing ini sudah dilengkapi dengan
uraian untuk narasi dan bagian – bagian yang perlu diisi dengan
ilustrasi musik. Didalam naskah editing, gambar dan nomor kode
waktu tertulis jelas untuk memudahkan pekerjaan editor untuk dibuat
on line. Kaset VHS hasil shooting dipergunakan sebagai pedoman oleh
editor.
b. Editing on line
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli.
Sambungan – sambungan setiap shot dan adegan ( scene ) dibuat tepat
berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing. Demikian pula
sound asli dimasukkan dengan level yang sempurna. Setelah editing on
line ini siap, proses berlanjut dengan mixing.
42
c. Editing On line
Berdasarkan naskah editing, editor mengedit hasil shooting asli.
Sambungan – sambungan setiap shot dan adegan ( scene ) dibuat tepat
berdasarkan catatan kode waktu dalam naskah editing. Demikian pula
sound asli dimasukkan dengan level yang sempurna. Setelah editing on
line ini siap, proses berlanjut dengan mixing.21
d. Mixing
Narasi yang sudah direkam dan juga ilustrasi musik yang juga
sudah direkam, dimasukkan ke dalam pita hasil editing on line sesuai
dengan petunjuk atau ketentuan yang tertulis dalam naskah editing
keseimbangan antara sound effect suara asli, suara narasi dan suara
musik harus dibuat sedemikian rupa sehingga tidak saling menganggu
dan terdengar jelas. Sesudah proses mixing ini boleh dikatakan bagian
yang penting dalam post production sudah selesai. Secara menyeluruh
produksi, juga sudah selesai. Setelah produksi selesai biasanya
diadakan preview. Dalam preview tidak ada lagi yang harus diperbaiki.
Apabila semua sudah siap maka program ini siap juga untuk
ditayangkan.
Penayangan program di televisi dibatasi oleh frame waktu.
Oleh karena itu dalam screeting hal ini juga perlu diperhatikan, apabila
21
Fred Wibowo, Dasar – dasar Produksi Program Televisi, h. 22 – 24
43
program ternyata melebihi frame waktu yang di sediakan, harus
dipotong ditempat yang tidak menganggu kontinuitas program.22
4. Evaluasi Program Televisi
Evaluasi disini mempunyai dua maksud. Pertama ialah evaluasi
program yang bertujuan untuk menilai seberapa jauh program ini bisa
dianggap baik menurut sasaran. Kedua ialah evaluasi Intruksional. Disini
tidak dibicarakan mengenai kemampuan dan kelemahan program, tetapi
yang diutamakan adalah kemampuan audiens dalam memahami ini
program instruksional yang diselenggarakan.
Produksi siaran yang sudah ditayangkan harus di evaluasi apakah
tayangan tersebut diminati oleh penonton. Apakah penempatan waktu
penyiarannnya sesuai untuk ditonton orang banyak. Apakah kualitas
penggarapan memenuhi standar dapat penyiaran yang berlaku. Apakah
penulis cerita, pemain, dan sutradara dapat mengikat penonton. Apakah
biaya produksinya dapat menjadi ukuran bagi pembiayaan dalam produksi
– produksi sejenis mendatang.
Secara rinci tahapan evaluasi itu dapat dilihat sebagai berikut :
a. setiap judul produksi di kopi, diusahakan hasil kopian itu sama dengan
master copy yang ditayangkan.
b. Kopian itulah yang dijadikan bahan evaluasi. Evaluasi dilakukan dua
kali, yaitu : evaluasi produksi sebelum disiarkan ( penekanan pada isi,
22
Fred Wibowo, Dasar – dasar Produksi Program Televisi , h. 22-24
44
kualitas suara dan gambar, sehingga bisa dimasukkan ke dalam
kategori periode quality control ) , dan evaluasi kedua dilakukan
sesudah acara disiarkan. Pada evaluasi tahap kedua ini dilibatkan orang
ketiga seperti human resource development ( HRD ) atau sumber daya
manusia, bagian sales / marketing, termasuk juga pendapat – pendapat
dari luar termuat di media massa dan umumnya penonton.
c. pendapat – pendapat dan berbagai pandangan itu hendaknya
ditampung penata program dan bagian produksi untuk dijadikan bahan
pertimbangan perbaikan produksi mendatang.
d. pendapat dan pandangan itu dicatat dalam buku yang disusun dalam
format tabelaris, praktis sehingga tidak perlu dibuat laporan kerja
dengan susunan kalimat berkepanjangan.
e. pendapat dan pandangan tersebut mungkin sangat pedas. Adapun
sifatnya pendapat dan pandangan tersebut harus dijadikan masukan
bagi kerja berikutnya. Apapun isi pendapat yang muncul, pasti ada
baiknya, membiasakan memperhatikan pendapat orang lain sama
artinya dengan sebuah menghargai orang lain, selain merupakan
kepedulian untuk memperbaiki produk yang sudah dikerjakan.23
Mengenai penelitian terhadap respons dari khalayak maka pokok –
pokok yang dinilai ( evaluasikan ) adalah :
1. Bagaimana sifat respons itu = Lunak, menyenangkan atau berupa
kritikan.
23
RM, Soenarto, Programa Televisi dari Penyusunan sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta:
IKL Press, 2007), cet.ke-1, h.77-78
45
2. Apakah respons tersebut menguntungkan atau tidak, disampaikan
secara resm atau tidak
3. Apakah respons itu menunjukkan bahwa publik atau khalayak,
menaruh perhatian atas masalah yang dikemukakan dalam pesan.
4. Apakah respons memberi kesimpulan bahwa difahami oleh
komunikasi.
5. Adapun evaluasi mengenai berhasil tidaknya suatu pesan yang telah
dilancarkan oleh suatu organisasi instansi adalah dengan mengadakan
Reader Interest Study and Readibility Test. Kemungkinan lain untuk
mengukur efektifitas suatu pesan adalah dengan radio dan televisi
audience research serta programme analysis test.24
Mengenai ukuran berhasil tidaknya suatu pesan yang telah
diketahui seberapa luas atau jumlah pengikut atau pendukung ide sebelum
dan sesudah pesan yang akan diukur efektifitasnya dan bagaimana
proporsi perbandingan antara apa yang disukai dan apa yang tidak disukai
dari pesan.25
24
Phil Astrid S,Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: PT Rindang
Mukti, 1997), cet.ke-2, h.157 25
Phil Astrid S,Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, h.156
46
BAB III
PROFIL STASIUN TELEVISI TRANS 7
A. Sejarah dan Perkembangan Trans 7
1. Sejarah Trans 7
Stasiun televisi Trans 7 semula bernama TV 7 yang berdiri dengan
izin dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan
Nomor 807/ BH.09.05/III/2000. Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV 7
telah diumumkan dalam Berita Negara Nomor 8687 sebagai PT Duta
Visual Nusantara Tivi 7. Dengan kerja sama strategis antara Para Group
dan KKG, TV 7 melakukan re-launching pada tanggal 15 Desember 2006
sebagai Trans 7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari lahirnya
Trans 7. Dibawah naungan Trans Corporation yang merupakan bagian dari
manajemen para Group, Trans 7, diharapkan dapat menjadi televisi yang
maju, dengan program – program in-house productions yang bersifat
informative, kreatif, dan inovatif.
2. Logo Trans 7
Logo Trans 7 membentuk empat sisi persegi panjang yang
merefleksikan ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian yang
bersahaja yang akrab dan mudah beradaptasi. Birunya yang hangat tetapi
bersinar kuat melambangkan keindahan batu safir yang tak lekang oleh
waktu, serta menempatkan posisi terhormat di antara batu – batu berlian
47
lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diungat, diharapkan
membawa Trans 7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa setianya.
B. Visi dan Misi Trans 7
1. Visi
Visi dari Trans 7 yaitu menyajikan tayangan yang mengutamakan
kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh hiburan serta kepribadian
bangsa yang membumi.
2. Misi
Trans 7 memiliki beberapa misi diantaranya :
a. Berorientasi kepada kepuasan pemirsa melalui penyajian program
acara yang berkualitas baik dibidang hiburan, berita atau informasi
maupun program – program lainnya.
b. Membangun dan mengembangkan kekuatan melalui ketegasan,
karakter yang kuat, kepribadian yang bersahaja yang akrab dan
mudah beradaptasi.
C. Program – Program Trans 7
Trans 7 berkomitmen untuk menyajikan yang terbaik bagi pemirsanya,
dengan menyajikan program informasi seperti Redaksi yang hadir setiap pagi,
siang, sore dan malam yang dikemas secara apik dan dinamis, update dan
informative. Trans 7 juga menghadirkan program berita dan documenter
48
lainnya seperti Selamat pagi, TKP, Asal Usul, dan jejak petualang yang
memberikan wawasan unik dan berbeda bagi pemirsa.
Tidak kalah informatif, program hiburan seperti I- Gosip Padi, I- Gosip
siang, I – Gosip News, dan Wara Wiri, semakin lengkap menambah cakrawala
di ruang keluarga. Program variety show seperti OVJ, RAJ Family, dan
Keluarga Minus juga selalu dinantikan.Trans 7 juga pernah hadir dengan
Empat Mata yang pernah menjadi program fenomenal di Indonesia. Kini
Tukul, Vega ‘Ngatini’, dan safitri hadir kembali di Trans 7 dengan format
program Bukan Empat Mata.
Program sport Trans 7 juga selalu dinantikan oleh para pecinta
olahraga. Para pecinta otomotif, MotoGP dan Superbike yang mengajak anda
memacu adrenalin di lintasan balap kelas dunia. Trans 7 juga menyajikan
tayangan informasi olahraga setiap hari di layar pemirsa, di antara sport 7,
One Stop Football, dan galeri Sepakbola Indonesia.
Trans 7 juga tidak melupakan pemirsa cilik dengan memberikan
pengetahuan dan hiburan bagi mereka. Bocah Petualang dan Si bolang
menghadirkan keunikan kehidupan anak – anak di seluruh penjuru Indonesia.
Laptop Si Unyil dan Buku Harian Si Unyil memberikan ilmu pengetahuan
yang mendasar bagi para pemirsa cilik. Jalan sesame yang merupakan adaptasi
dari Sesame street juga dipercayakan untuk ditayangkan di Trans 7. melalui
Cita – citaku, Trans 7 berusaha menghadirkan keseharian profesi yang dicita –
citakan anak – anak.
49
Dilengkapi dengan sajian film – film berkualitas, Theater 7 hadir pada
momen – momen special, mengisi layar kaca anda. Serial – serial unggulan
juga kerap kami hadirkan seperti Smallville, Supernatural, dan Heroes. Jangan
lupakan pula program – program musik yang menyuguhkan persembahan para
pemusik Indonesia lewat sajian Musik Spesial, 60 Minutes, dan OnTheSpot.1
1 Artikel diambil pada 28 april 2010 dari http://www.trans7.co.id
50
D. Struktur Organisasi Trans 7
Bagan 1
Struktur Manajemen
Komisaris Utama
Chairil Tanjung
Direktur Utama
Atiek Nurwahyani
Direktur
Wishnutama
Direktur FRM
CH Suswati
Handayani
KADIV NEW
Titin Rosmasari
KADIV
PROGRAMMING
Achmad Ferizqo I
KADIV
PRODUKSI
Hety Purba
KADIV TECHNICAL
AND PRODUCTION
SERVICES
Azuah Syahril
51
TABEL 1
Tim Produksi yang terdapat dalam Rundown Acara
No Nama Peran
1 Ronny Suyanto Eksekutif Produser
2 Wahyu Nurcahyadi Produser
3 Putri Rimas Tim Kreatif
4 Aditya Akbar dan Hendrianto Juru Kamera
5 Anita Wulandari dan Dian
Aldinita
Reporter
6 Host Nicky F. Alexandria
Yang berperan dalam pelaksanaan Produksi diantaranya :
1. Eksekutif Produser, seseorang yang mempunyai wawasan dan mengerti
tentang program televise secara keseluruhan. Dia harus mempunyai
kemampuan menuangkan ide/pemikirannya dalampembuatan program
radio atau televise. Selain itu mampu mengelola dan melakukan koordinasi,
konstribusi dan distribusi pekerjaan / produksi secara sistematis, efektif,
dan efisien.
2. Produser, seseorang yang ditunjuk mewakili Produser pelaksana, oleh
sebab itu seorang produser harus memiliki kemampuan berfikir dan
menuangkan ide / pemikiran dalam satu tulisan (proposal) untuk suatu
program acara secara baik dan sistematis serta mempunyai kemampuan
52
untuk memimpin dan bekerja sama dengan seluruh kerabat kerja serta
unsur – unsur produksi yang terkait.
3. Pengarah Acara, seorang yang ditunjuk untuk bertanggung jawab secara
pelaksanaan produksi satu mata acara siaran, tugasnya dilapangan untuk
mengendalikan produksi yang sedang ditanganinya. Oleh sebab itu PA
memiliki peranan yang sangat strategis dalam sebuah produksi baik radio
maupun televise.
4. Penulis Naskah Artistik, seseorang yang pekerjaannya membuat naskah
untuk siaran dalam karya artistic, sebagai penulis naskah dia harus
memiliki kemampuan mengubah ide kedalam bentuk naskah yang
merupakan imajinasi dan sebuah proses pengindraan terhadap stimuli
menjadi suatu bentuk tulisan yang menarik dan memiliki makna baik bagi
dirinya maupun orang lain.
5. Unit Manager, Unit Manager (UM) adalah seseorang yang bertugas
menyediakan kebutuhan utama logistic yang diperlukan untuk setiap
elemen – elemen produksi dan mengawasi setiap penggunaan dana
produksi, dia harus selalu ada dilokasi. Selain itu melayani segera
kebutuhan produksi dan bertanggung jawab seluruh kegiatan pra produksi,
pemeliharaan, serta pengoperasian terhadap semua fasilitas dan peralatan
produksi. Dia juga mengorganisasikan personil yang mengelola lokasi.
Dan operator Kamera, dan semua kerabat kerja produksi pada saat pra
produksi dan rehearsals.
53
6. Penata Artistik ( Art Director ) , seseorang yang ahli dalam menata ruang
/ lokasi pengambilan gambar sesuai yang dikehendaki dalam scenario. Ia
bertanggung jawab untuk mendesain seluruh program produksi siaran
televisi. Selain itu ia juga mengarahkan tentang gambaran ide – ide visual
dan memilih serta memutuskan semua desain, tata letak dan bahan – bahan
tercetak lainnya untuk keperluan produksi televisi.
7. Penata Cahaya, mendesain dan menentukan pencahayaan untuk produksi
televisi, baik produksi dalam studio maupun diluar studio. Ia harus dapat
menyimbangkan keterbatasan secara teknis medium televisi dengan
melakukan kreasi untuk memperoleh efek pencahayaan yang bisa
menghasilkan gambar yang jernih dan terang.
8. Audio / Video Engineer, seseorang yang mengoperasikan peralatan audio
/ video di stasiun televisi ( juga stasiun radio untuk level audio ). Ia
bertanggung jawab terhadap pengoperasian semua peralatan kontrol
elektronik baik audio / video yang digunakan oleh studio televisi dan di
lokasi shooting.
9. Technical Director, adalah elemen yang sangat penting dalam produksi
pertunjukan televisi. Ia mengawasi dan mengatur kualitas teknis dari suatu
program baik televisi maupun radio. Dalam suatu produksi ia
mengoperasikan peralatan switcher yang merupakan unit kontrol yang
terdiri dari tombol – tombol yang dapat mengganti gambar, mencampur
gambar dan bukan dapat memberikan efek gambar. Selama tahapan pra
produksi, TD melakukan analisa secara spesifik terhadap perlengkapan
54
produksi dan membuat rekomendasi perihal ketehnikan kepada pengarah
acara, pada saat gladi bersih dan produksi TD selalu duduk disebelah
kanan pengarag acara di ruang kontrol dan menginstruksikan lewat hand
phones kepada kamerawan tentang posisi kamera dan memerintahkan
semua personil tehnik lainnya yang berada di studio dan ruang kontrol.
10. Camera Operator ( Kameramen ), bertanggung jawab untuk
pengoperasian kamera televisi. Ia mengoperasikan kamera dengan
menggunakan tripod atau dolly baik menggunakan kamera mini atau
Electronic News Gathering ( ENG ) yang digunakan di luar studio atau
lokasi shooting. Dalam suatu saat, kamerawan bekerja untuk suatu
produksi yang umum, termasuk produksi dokumenter, olahraga atau
special acara yang dirancang untuk televisi.2
E. Deskripsi Program Tabir Sunnah di Trans 7
1. Latar Belakang ditayangkannya Tabir Sunnah di Trans 7
Tabir Sunnah terbentuk pengembangan dari program religi
sebelumnya ( Rahasia Sunnah ) yg tayang pada beberapa bulan yg lalu.
Yang sudah hamper berjalan 4 ( empat ) bulan. Program ini masih
dkategorikan program terbaru. Dalam program Tabir Sunnah pembahasan
tema dikemas secara santai dan ringan. Namun, keilmiahan dan
kekiniannya tetap menjadi prioritas. Dan Tabir Sunnah membahas tentang
rahasia dan faedah yang tersirat di balik ketentuan dalam Alquran dan
2 Tommy Suprapto, Berkarir di Bidang Broadcasting, (Yogyakarta; Agromedia Pustaka,
2006),cet.ke-1, h.60-78
55
Sunnah. Kemasan ini dinilai tepat, mengingat jadwal penayangan adalah
hari minggu pagi, yang berkompetisi dengan berbagai program anak.
2. Tujuan Program Tabir Sunnah di Trans 7
Dalam program ini akan dirumuskan tujuan umum. Berdasarkan
tujuan umum ini, kemudian akan dirumuskan tujuan khusus. Langkah
untuk merumuskan tujuan khusus dan umum dapat digunakan sebagai
bimbingan dan arahan dalam mengarang. Jadi sebagai acuan kerja kreatif
yang bermakna, rumusan tujuan yang jelas dapat langsung menuju sasaran
kreasi dalam masyarakat luas dengan kata lain, tujuan komunikasi sudah
mencapai sasaran.
Tabir sunnah memiliki tujuan utama yaitu syiar / menyampaikan
dakwah islam kepada penonton yang menyaksikan tayanganya. Dimana
ada dua pemikiran yang berbeda yang menggabungkan antara ilmu agama
dengan ilmu pengetahuan, di sini umat islam ( terutama remaja, dan anak –
anak ) di tuntun untuk berfikir bahwa Islam itu adalah agama yang
mengajak umatnya untuk berfikir, pada dasarnya ingin membuka
wawasan , mencerahkan karena pada masa sekarang ini banyak yang
salah mengartikan, salah faham terhadap aturan - aturan yang ada baik dari
fiqih, riwayat – riwayat dan juga dari ulama – ulama sebelumnya. Dari
pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan awal dari
terbentuknya Tabir Sunnah adalah penyiaran agama yang berlandaskan
pada Al – Quran dan Hadist.3
3 Ronny Suyanto, Wawancara Pribadi, di Trans 7. 15 Mei 2011, 15.00 WIB
56
TABEL 2
Format Program Acara Tabir Sunnah di Trans 74
Mata Acara Tabir Sunnah
Format News
Program Bulletin, dan Education
Waktu Syiar Minggu, 08.00 – 08.30 WIB
Durasi 30 Menit
Frekuensi 1 x sepekan penayangannya
Format Program Religi
Lingkup Materi Pembahasan materi Al – quran dan Hadist oleh host dan
narasumber yang ditayangkan.
Sasaran Umat Islam ( terutama Remaja dan Anak – anak )
Tujuan Syiar
Sifat Rekaman atau Taping
3. Target Audience / Pemirsa Trans 7
Target audience adalah memilih satu atau beberapa segmen audien
yang akan menjadi fokus kegiatan – kegiatan pemasaran program dan
promosi. Kadang – kadang targething disebut juga dengan seleting karena
4 Hasil wawancara produser Tabir Sunnah Trans& pada tanggal 8 Mei 2011.
57
audien harus seleksi. Perusahaan harus memiliki keberanian untuk
memfokuskan kegiatannya pada beberapa bagian saja ( segmen ) audien
dan meninggalkan bagian lainnya.5
Target dari program Tabir Sunnah umum adalah masyarakat / umat
manusia karena sebagaimana masyarakat diketahui memiliki berbagai
macam permasalahan dan keadaan yang baik sampai keadaan yang
terburuk sekalipun. Dan target khususnya yaitu keluarga, anak – anak, dan
Remaja yang dimana mereka bisa mengetahui dan mengerti apa itu sunnah
rasullah, AL- quran yg membahas kandungan isi sunnah dan Al- quran
secara ringan, santai, dan menarik yang dibuktikan oleh keilmiahannya
melalui pendapat – pendapat para ahli ( dalam Bidangnya ) yang
diselaraskan oleh pendapat ulama – ulama.
5 Morrisan, MA, Manajemen Media Penyiaran “Strategi Mengelola radio dan Televsi,
(Jakarta: Kencana, 2008).cet.ke-1,h.185
58
BAB IV
ANALISIS PROGRAM ACARA TABIR SUNNAH DI TRANS 7
A. Analisis Proses Produksi Program Tabir Sunnah
Dalam pelaksanaan produksi program Tabir Sunnah dilakukan di Luar
studio yang dimana setiap tema yang dibawakan dan materi yang disampaikan
sesuai dengan isi acaranya. Durasi tayangan secara keseluruhan adalah 30
menit. Dalam program Tabir Sunnah terdapat jeda atau iklan ( commercial
break ) dimana jeda iklan setiap kalinya memiliki durasi 5 menit. Program ini
mengangkat Al – quran dan hadist dimana tayangannya dengan penampilan
yang menarik, simple, dan tidak membuat pemirsa dirumah jenuh dalam
melihat tayangan tersebut, sehingga lebih melekat dalam diri pemirsa dirumah.
Seperti teori yang dikatakan oleh Herbert Blumer dan Elihu Katz, mengatakan
bahwa setiap pengguna media televisi memainkan peran aktif untuk memilih
dan menggunakan media televisi.hubungannya dengan proses produksi yaitu
adalah bagaimana dalam proses produksi membuat semenarik mungkin agar
pengguna media televisi (pemirsa) bisa berperan aktif dalam proses
komunikasinya.
1. Analisis Pra Produksi Program Tabir Sunnah
Tahapan ini sangat penting sebab jika tahap ini dilaksanakan
dengan rici dan baik, sebagian pekerjaan dan produksi yang direncanakan
sudah selesai. Tahap pra produksi meliputi tiga bagian (a) Penemuan Ide,
tahap ini dimulai ketika seorang produser menemukan idea atau gagasan,
59
59
membuat riset dan menuliskan naskah atau meminta penulis naskah
mengembangkan gagasan menjadi naskah sesudah riset. (b) Perencanaan,
tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja ( Time scdule )
penyempurnaan naskah, pemilihan arti, lokasi dan crew. Selain estimasi
biaya, penyediaan biaya dan rencana alokasi merupakan bagian dari
perencanaan yang perlu dibuat dan secara hati dan teliti. (c) Persiapan,
tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinan dan surat
menyurat. Latihan para artis dan pembuatan setting, meneliti dan
melengkapi peralatan yang diperlukan. Semua persiapan ini paling baik di
selesaikan menurut jangka waktu kerja ( time schedule ) yang sudah
ditetapkan. Kunci keberhasilan produksi program televisi sangat
ditentukan oleh keberesan tahap perencanaan dan persiapan itu. Orang
yang begitu percaya pada kemampuan teknis sering mengabaikan hal – hal
yang bersifat pemikiran di atas kertas. Dalam produksi program televisi
akan berakibat kegagalan.1
Dalam program Tabir Sunnah sebelun melakukan proses Pasca
terlebih dahulu melakukan proses perencanaan dalam pembuatan suatu
program karean jika tidak melakukan perencanaan maka tidak akab di
ketahui apa yang akan dilakukan dan apa saja yang akan menjadi
kekurangannya. Sebelum melaksanakan produksi maka dicari tema yang
akan dibahas, sebelum tema itu ditentukan maka melakukan sesi ngobrol
1 Fred Wibowo, Dasar – dasar Produksi Program Televisi, (Yogyakarta: PT.
Gramedia
Widiasarana Indonesia),1997, cet.ke-1.h.20
60
60
dengan narasumber. Selanjutnya dari segi kreatif dan teknis menyediakan
sketsa – sketsa potongan gambar yang akan ditayangkan nanti, sedangkan
dari segi praktis membuat rundown dan skripsi nya setelah itu melakukan
share dengan ustad Subhi sehingga Ustad Subhi dapat membahas surat –
surat, hadist – hadist tidak melenceng dari tema yang telah dtentukan.
Jika dilihat proses pra produksi Tabir Sunnah dengan program –
program lain maka nampak jelas berbeda dalam program Tabir Sunnah ide
ditentukan tidak hanya oleh seorang produser dan tim kreatif melainkan
dengan seluruh tim produksi dan narasumber yang bersangkutan, ini
sangat menarik sehingga pada saat produksi dilakukan tema yang diangkat
sesuai dengan yang diharapkan dan hasilnya tidak akan mengecewakan.
Selain itu dapat mempermudah kerja produser.
a. Sasaran Program
Remaja, anak – anak, dan Keluarga merupakan sasaran utama dari
terbentuknya program Tabir Sunnah karena ditayangkannya pada hari
Minggu pagi yang dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul
08.30 WIB. Hal ini dilakukan dengan harapan pada pukul 08.00 WIB
Remaja, anak – anak , dan keluarga baru pulang dari aktivitas pagi, dengan
perkiraan pada pukul 08.00 WIB remaja, anak – anak, dan keluarga sudah
pulang dari aktivitas pagi, maka program tersebut diharapkan dapat
menemani keluarga pada saat santai tersebut.
61
61
b. Tujuan Program
Dalam perjalanannya Tabir Sunnah memiliki tujuan yaitu “syiar”
atau yang biasa disebut dengan penyampaian pesan dakwah karena ada
dua pemikiran berbeda dari Ustad Subhi yang berperan sebagai
narasumber dalam program ini, pemikiran hyang menggabungkan antara
Ilmu Agama dengan Ilmu Pengetahuan, jadi di sini umat islam diajak
mengulas dan mempelajari kandungan isi ayat – ayat Al – quran, Hadist,
dan sunnah rasullah terutama Remaja dan anak – anak bahwa dengan
mempelajarinya dapat membuka wawasan dan mencerahkan karena
sebagaimana diketahui pada zaman modern seperti sekarang ini banyak
Remaja dan Anak – anak yang tidak tahu dan salah mengartikan, salah
faham mengenai kandungan isi AL – quran, hadist dan sunnah rasullah.
c. Garis – garis Besar Isi Program
Dalam program Tabir Sunnah memiliki garis – garis materi yang
akan menjadi isi program yaitu informasi mengenai isi kandungan Al –
quran, hadist, dan sunnah rasul yang selama ini masyarakat susah dalam
memahaminya. Program ini tayang pada hari minggu pada pukul 08.00 –
08.30 WIB. Tabir Sunnah lahir dengan format News, namun di buat
menarik, kreatif, dan lucu dengan penampilkan latar / setting alur cerita
yang mengambil gambar yang menarik. Dan membahasnya secara santai
tidak formal.
Dengan format religi dan format pengambilan gambar secara
taping, tidak hanya itu dalam pelaksanaan produksinya program ini selalu
62
62
diselingi oleh becandaan dari Nicky yang tidak lain sebagai Hostnya,
sebagaimana yang diketahui di masyarakat bahwa Nicky adalah seorang
pembawa acara Remaja dan anak – anak yang sudah tidak asing lagi. Dan
Nicky dengan perannya sebagai host yang membawakan program yang
berisikan religi, bagi Nicky ini merupakan tantangan dan bukti untuk ia
dan masyarakat. Dibawakan santai, menarik, dan candaan yang diciptakan
oleh Nicky bertujuan supaya suasana tidak membosankan, monoton dan
kaku sehingga dengan pembawaan seperti itu akan membuat suasana
menjadi nyaman, relax dan menyenangkan bagi pemirsa / penonton
dirumah dalam melihat tayangan tersebut. Namun di balik itu semua
program Tabir Sunnah tetap pada tujuan utamanya yaitu syiar atau
penyampaian pesan dakwah.
Dalam program Tabir Sunnah Nicky menjadi host tetap, dan
menjadi satu – satunya host dalam arti kata Nicky sudah menjadi host
pilihan pemirsa untuk menemani hari libur bagi Remaja, anak – anak, dan
keluarga. Dan Nicky berpakaian Aladin yang dimana disini agar para
pemirsa tidak jenuh untuk melihatnya. Yang berbeda dari tayangan ini
adalah dari tema – tema yang dibuat setiap episodenya berbeda. Nicky
tidak melakukan proses casting karena program ini merupakan
pengembangan program sebelumnya yaitu Rahasia Sunnah yang dimana
host dahulunya Wahyu dan digantikan Oleh Nicky sebagai pengambangan
program tersebut, lalu berubah nama menjadi Tabir Sunnah. Selain
terdapat seorang presenter atau host, program ini mempunyai seorang
63
63
narasumber yang ahli dalam bidangnya yaitu Ustad Subhi, di sini Ustad
Subhi menjelaskan beberapa materi – materi kandungan isi Al – quran atau
sunnah Rasullah yang terjadi ditengah masyarakat.
Pelaksanaan produksi program Tabir Sunnah dilakukan diluar
studio yang dimana tempat produksi dilaksanakan sesuai dengan tema
yang akan ditayangkan. Durasi pada tayangan secara keseluruhan adalah
30 menit dari waktu 30 menit tersebut jeda / commercial break memiliki
Ada beberapa tahap dalam pra produksi program Tabir sunnah
diantaranya :
1) Production Meeting, dalam pra produksi Tabir Sunnah selalu
melakukan rapat sebelum memulai proses pelaksanaan. Dalam
production meeting ini beberapa divisi berkumpul mulai dari
produser, tim kreatif, art director, cameramen, wardrobe / costume
untuk membicarakan dan membahas persiapan – persiapan sebelum
produksi dilaksanakan, agar kekurangan dalam produksi
sebelumnya bisa diperbaiki.
2) Script atau Naskah, dalam program Tabir Sunnah penting karena
supaya tidak ada kesalah pahaman antara host dengan narasumber
dalam membahas materi yang akan ditayangkan dan tidak terjadi
kesalah pahaman.
3) Membuat Rundown, rundown berisikan sebuah perencanaan,
gambar, suara, dan durasi waktu. Semua dikemas dalam urutan
yang disesuaikan dengan nomor adegan dan keterangan dari setiap
64
64
adegan yang dibutuhkan.2
Yang dipergunakan untuk keperluan
shooting pada program Tabir Sunnah yang di buat oleh Tim kreatif.
Masalah teme yang disajikan dilakukan konfirmasi terlebih kepada
narasumber sehingga didapatkan tema yang sesuai dengan apa yang
diharapkan. Dalam melakukan shooting, shooting dilakukan 2 tema
yang berbeda setiap tema akan tayang dengan durasi waktu yaitu
15 menit. Yang dimana waktu shootingnya dilakukan secara
bersamaan.
2 Naratama, Menjadi Sutradara Televisi, (Jakarta: PT. Grasindo, 2006), cet.ke-3,
h.98
65
65
TABEL 3
Judul Pada Program Tabir Sunnah untuk 2 episode pada 1 dan 8 mei 2011
Tema – tema tersebut diatas untuk satu kali pengambilan gambar
berisi 4 tema yang berbeda setiap episodenya di lihat dari tema – tema
tersebut dapat disimpulkan bahwa tema tersebut dibuat secara
random/acak dan tidak berkesinambungan antara satu tema dengan tema
yang lain. Dalam penayangannya pun di sesuaikan dengan apa yang sudah
ditentukan oleh semua pihak baik itu Tim kreatif, produser, dan
Narasumber.
EPISODE TAPING NARASUMBER HOST
Taping 1 Kepercayaan
Tentang
Tumbuhan dan
Binatang
Pembawa hoki
Ustadz Subhi Nicky F.
Alexandria
Taping 2 Kandungan
Lecitin Pada
Coklat
Ustadz Subhi Nicky F.
Alexandria
Taping 3 Talak dan Rujuk Ustadz Subhi dan
Dr. Nasarudin
Umar
Nicky F.
Alexandria
Taping 4 Hukum KB
dalam Islam
Ustadz Subhi dan
Dr. Danarto, Sp.B
Nicky F.
Alexandria
66
66
Tidak hanya tahap – tahap diatas yang harus diperhatikan dalam
pra produksi, selain itu ada beberapa hal yang harus benar – benar menjadi
perhatian tim produksi. Program Tabir Sunnah dalam pelaksanaan
produksi diantaranya :
a) Materi Produksi, Program Tabir Sunnah berawal dari ide yang
ditentukan bersama antara produser dengan narasumber yang
kemudian dirancang dalam bentuk rundown sekaligus naskah yang
sekiranya bisa menarik khalayak masyarakat ( penonton ).
b) Sarana dan Prasarana, Sarana produksi yang menjadi penunjang
terwujudnya sebuah ide agar menjadi sebuah program yang siap untuk
ditayangkan, dengan diperhatikan kualitas alat sesuai dengan standart
broadcast yang mampu menghasilkan gambar dan suara secara bagus,
jika kualitas faktor penunjangnya lancar maka dijamin prosesnya akan
memuaskan. Sarana – sarana yang menunjang seperti :
1) Kamera, dalam program Tabir Sunnah menggunakan 2 kamera
ini dikarenakan setting gambarnya berpindah – pindah dan tidak
pada satu tempat saja melainkan berbagai tempat pengambilan
gambarnya. Karena pengambilan gambar Tabir Sunnah dilakukan
diluar studio, jadi tidak memerlukan banyak kamera.
2) CCU, (Camera Control Unit) alat pengontrol fungsinya dapat
mengatur pencahayaan, temperatur warna, kecepatan. Jumlah yang
digunakan sesuai dengan jumlah kamera karena masing – masing
kamera dikontrol oleh satu CCU.
67
67
3) VTR (Video Tape Recorder), alat yang digunakan untuk merekam
hasil shooting.
4) Lighting, alat yang digunakan untuk pencahayaan dalam proses
shooting.
5) Character Generator, merupakan alat yang digunakan untuk
membuat serta menampilkan title, sub title, serta grafik yang
digunakan dalam produksi program Tabir Sunnah.
Selain sarana yang digunakan sebagai penunjang, prasarana
juga merupakan bagian dalam produksi program Tabir Sunnah
diantaranya :
1) Tempat Syuting, pelaksanaan produksi dilakukan sesuai dengan
tema atau judul acara yang akan ditayamgkan, dengan berbagai
macam property yang disesuaikan.
2) Property, yaitu aksesoris yang menghiasi ruang shooting sehingga
dapat menunjang produksi program sehingga menampilkan ruang
yang sempurna.
3) Wardrobe/costume, untuk memperindah penampilan dari host,
narasumber. Agar supaya terlihat menarik di kamera.
4) Set Up dan Rehearsal, Set Up adalah yang bersifat teknis yang
dilakukan oleh tim inti bersama anggota kerabat lainnya. Tugasnya
mempersiapkan peralatan shooting, dan mempersiapkan tempat
shooting yang sudah ditentukan. Rehearsal/pelatihan bagi talent,
68
68
dalam Tabir Sunnah digunakan VT (Video Tape). Sedangkan untuk
tim produksi untuk mengetahui seberapa jauh persiapan produksi.
2. Analisis Pelaksanaan Produksi Program Tabir Sunnah
Produksi pada televisi merupakan suatu proses kreatif yang
melibatkan penggunaan peralatan – peralatan yang rumit dan koordinasi
sekelompok individu yang mempunyai kepekaaan estetis dan kemampuan
tehnis untuk mengkomunikasikan fikiran dan perasaan kepada penonton.
Perekaman gambar atau shooting dilakukan sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan sebelumnya pada pra produksi dengan menggunakan
naskah sebagai panduan.
Dalam setiap produksi dibutuhkan komponen/peralatan yang harus
sudah tersedia sebelum produksi berlangsung. Penanganan dan
penggunaan peralatan produksi memerlukan pengetahuan, pengalaman dan
penghayatan atau seri yang baik. Beberapa peralatan penting tersebut
seperti : Kamera, Lighting, Audio, Video Tape Recording (VTR), Visual
Effects, dan Production Control. Lokasi Indoor maupun lokasi di Outdoor,
baik dari tahap set up dan rehearsal sampai general rehearsal.3 Proses
produksi juga ada secara record disebut taping ( siaran tunda ).
Dalam pelaksanaan produksi ini, sutradara menentukan jenis shot
yang akan diambil didalam adegan (scene). Biasanya sutradara
mempersiapkan suatu daftar shot dan time code pada akhir pengambilan
3 Departemen Program TVRI, Standar Operating Producure Produksi, Jakarta, PT TVRI,
2008
69
69
adegan, kode waktu (time code) adalah nomor pada pita. Nomor itu
berputar ketika kamera dihidupkan dan terekam dalam gambar. Catatan
kode waktu ini nanti akan berguna dalam proses editing. Biasanya hasil
shooting dikontrol setiap di akhir shooting hari itu untuk melihat apakah
hasil pengambilan gambar sudah cukup baik apa belum baik. Apabila tidak
maka adegan itu perlu diulang pengambilan gambarnya. Setelah adegan
dalam naskah selesai diambil, maka hasil gambar asli (original material or
row footage) dibuat catatannya (logging) untuk kemudian masuk dalam
proses post production yaitu editing.
Tabir Sunnah pelaksanaan produksinya tidak dilakukan dengan live
melainkan dengan menggunakan taping (siararn tunda). Selama
pelaksanaan produksi program ini terbagi 5 segmen di selingi dengan
comercial break/iklan. Dalam rundown tersebut tergambar susunan
program Tabir Sunnah yang akan diproduksi. Pertama di awali dengan
OBB, kemudian opening/pembukaan oleh host (pembawa acara),
kemudian dilanjutkan dengan gambar – gambar/cuplikan VT (video tape)
tentang tema yang akan ditayangkan, kemudian dilanjutkan dengan pesan
dakwah oleh narasumber, setelah narasumber memebrikan pesan
dakwahnya lalu diselingi gambar – gambar/ cuplikan dari tema tersebut
berupa VT, selanjutnya dikembalikan lagi kepada host yang dibantu oleh
para talent, kemudian penutupan yang disisipi oleh cuplikan tema tersebut.
Dalam program Tabir Sunnah seorang produser selalu memantau
perjalanan pelaksanaan produksi, secara keseluruhan seorang produser
70
70
sebagai pengawas kerjanya tim produksi dan tim kreatif agar tidak terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan produksinya. Supaya selesai sesuai dengan
waktu yang ditentukan.
Pelaksanaan produksi ini memiliki kelebihan yang tidak ditemukan
di program acara lain pada saat shooting host atau pembawa acaranya
dilakukan ditempat – tempat yang sesuai dengan temanya, yang
ditambahkan oleh gimick – gimick (adegan yang dikarang critanya untuk
membuat crita lebih hidup). Selain itu disisipi oleh penayangan video tape
sesuai dengan tema yang ditayangkan. Ini merupakan gagasan yang baik
dengan adanya tayangan ini masyarakat tahu tentang pesan dakwah ayat –
ayat Al – quran dan hadits yang ditayangkan dalam program Tabir
Sunnah tersebut.
3. Analisis Pasca Produksi Program Tabir Sunnah
Pasca produksi adalah semua kegiatan setelah
peliputan/shooting/taping sampai materi itu dinyatakan selesai dan siap
disiarkan atau diputar kembali. Pasca produksi memiliki tiga langkah
utama yaitu editing offline, editing on line, and mixing disini akan
dijelaskan mengenai ketiga langkah tersebut seperti : editing offline,
editing on line, dan mixing.
Dalam program Tabir Sunnah memiliki beberapa tahapan –
tahapan setelah produksi yang biasa disebut pasca produksi, pasca
produksi dalam program ini yang utama adalah proses editing dimana
71
71
dalam proses ini seseorang editor harus teguh pendirian untuk menolak
gambar – gambar yang diminta reporter ternyata tidak layak untuk
disiarkan mengingat kualitas cahaya, komposisi maupun akhirnya
(direction of shots) yang tidak memenuhi syarat, disini dilakukan beberapa
prosedur. Prosedur yang pertama adalah memindahkan gambar dari hasil
proses shooting ke komputer, setelah itu membantu proses merekam suara
narasi (dubbing) lalu memilih backsound apa yan digunakan dalam
program yang ingin ditayangkan.
Setelah produser ini dilakukan semua maka proses selanjutnya
adalah menyatukan gambar, suara narasi, backsound, credit title
sedemikian rupa sehingga tidak saling menganggu dan seluruh suaranya
terdengar dengan jelas.
Adapun sarana pendukung yang digunakan dalam pelaksanaan
produksi program Tabir Sunnah :
a. Kamera (Alat penangkap gambar)
b. lighting (Alat pencahayaan)
c. Sound (Alat penangkap suara)
d. VTR (Video Tape Recorder) alat perekam gambar
Dalam program Tabir Sunnah pasca produksi karena acara Tabir
Sunnah tidak di tayangkan secara langsung melainkan dengan taping maka
1 episode 2 hari editing, dalam proses editing dilakukan pemulihan
gambar, pemotongan durasi agar tidak terjadi over durasi, selain itu dipilih
lagi mana yang layak ditayangkan dan tidak layak ditayangkan.
72
72
Selanjutnya membuat subtitle, mixing dan efek – efek sehingga terlihat
semenarik mungkin.
4. Analisis Evaluasi Produksi Program Tabir Sunnah
Evaluasi disini mempunyai dua maksud, maksud yang pertama
ialah evaluasi program yang bertujuan untuk menilai seberapa jauh
program ini bisa dianggap baik menurut sasaran. Maksud yang kedua ialah
Evaluasi Instruksional. Disini tidak dibicarakan mengenai kemampuan dan
kelemahan program, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan audiens
dalam memahami ini program instruksional yang diselenggarakan.
Produksi siaran yang sudah ditayangkan harus dievaluasi apakah
tayangan tersebut diminati penonton. Apakah penempatan waktu
penyiarannya sesuai untuk ditonton orang banyak. Apakah kualitas
penggarapan memenuhi standar penyiaran yang berlaku. Apakah penulis
cerita, pemain, dan sutradara dapat mengikat penonton. Apakah biaya
produksinya dapat menjadi ukuran bagi pembiayaan dalam produksi –
produksi sejenis mendatang. Evaluasi ini menjadi sangat penting karena
merupakan bagian terakhir dari seluruh rangakaian Tim produksi Tabir
Sunnah.
Evaluasi program Tabir Sunnah dilakukan setelah shooting selesai
dilakukan. Tujuan dilakukannya evaluasi dalam program ini agar dapat
memperbaiki segala kekurangan yang ada dalam pelaksanaan program
Tabir Sunnah. Dengan dilakukannya evaluasi ini diharapkan dapat menjadi
73
73
penayangan program menjadi lebih baik dan disenangi oleh khalayak
masyarakat banyak. Dari evaluasi yang dilakukan akan diketahui letak
kelebihan dan kekurangan dari program acara Tabir Sunnah.
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil yang didapat setelah melakukan observasi dan penelitian
lapangan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Dapat
disimpulkan beberapa point, untuk menjawab rumusan pertanyaan dalam
skripsi yang telah dijelaskan diatas, diantaranya :
1. Pada program tabir Sunnah Pra produksi : production meeting (rapat
sebelum memulai proses produksi), script atau naskah (digunakan pada
pembuatan VT), dan membuat Rundown (perencanaan, gambar, suara, dan
durasi) selain itu menyiakan segala sarana dan prasarana shooting. Produksi
: pelaksanaan produksi program ini terbagi menjadi 5 segmen yang di
selingi dengan comersial break/iklan.
2. Produksi, pelaksanaan produksi program ini terbagi menjadi 5 segmen
diselingi dengan comersial break/iklan, Pertama di awali dengan OBB,
kemudian opening/pembukaan oleh host (pembawa acara), kemudian
dilanjutkan dengan gambar – gambar/cuplikan VT ( Video tape ) tentang
tema yang akan ditayangkan, kemudian dilanjutkan dengan pesan dakwah
oleh narasumber, setelah narasumber memebrikan pesan dakwahnya lalu
diselingi gambar – gambar/ cuplikan dari tema tersebut berupa VT,
selanjutnya dikembalikan lagi kepada host yang dibantu oleh para talent,
kemudian penutupan yang disisipi oleh cuplikan tema tersebut.
74
3. Pasca Produksi, setelah memasuki tahap pengeditan, mulai dari pemindahan
hasil shooting dari kamera, editing, pengisihan suara, subtitle, penyatuan
hasil shooting VT, sampai pad efek – efek, dan lain sebagainya.
4. Evaluasi Produksi, dalam program ini agar dapat memperbaiki segala
kekurangan yang ada dalam pelaksanaan program Tabir Sunnah. Dengan
dilakukan evaluasi ini diharapkan dapat menjadikan penayangan program
menjadi lebih baik dan disenangi oleh khayalak masyarakat banyak.
B. Saran
Dalam prosesnya produksi tidak lepas dari berbagi kekurangan dan
kelebihan maka dari penjelasan yang telah diuraikan di atas maka :
1. Untuk Trans 7 agar menayangkan program keagamaan lebih banyak lagi,
karena biar berimbang dengan acara yang umum yang ada d Trans 7. Dan
tidak hanya dalam bentuk News dan Talk Show saja melainkan yang
berunsurkan keagamaan, reality show bahkan sampai kepada program
hiburan.
2. Untuk waktu penayangannya program Tabis Sunnah ditambah lagi tidak
hanya hadir pada hari minggu jam 07.30 – 08.00 wib saja,tapi melainkan
pada hari – hari selain itu dan ditambahkan lagi waktu penayangannya
menjadi 60 menit agar menjadi lebih lama lagi dalam penayangannya.
3. Untuk Narasumber diharapkan setiap penerangan yang diungkapkan lebih
banyak lagi dalam menerangkan ayat – ayat Al – quran dan hadits agar
supaya menjadi penguat dari apa yang sudah diterangkan sehingga akan
lebih cepat diserap oleh khalayak masyarakat yang menonton Tabir
Sunnah.
75
DAFTAR PUSTAKA
Baksin, Askurifai. Jurnalistik Televisi, Teori, dan Praktek, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Departemen Program TVRI, Standar Operating Procedure Production.
Yogyakarta: PT TVRI, 2008.
DEPDIKBUD. Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai Pustaka.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi dan Teori Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2006.
Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Cipta Adipustaka, Jilid 16.
Gilang, Abidin Komar. Dalam Moeryanto Ginting Munthe, Media Komunikasi
Televisi dan Radio. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.
Hafifudin, Didin. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Pers, 1998.
Husein, Fadilah Muh. Metodelogi Dakwah dalam Al-Quran. Jakarta: Lenteng
Basritama, 1997.
Hidayat, Arini. Televisi dan Perkembangan Sosial Anak. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1998.
JVS, Tondowidjodjo, Media Massa dan Pendidikkan. Jogjakarta: Penerbit
Kanisius, 1985.
Kertapati, Ton. Dasar-Dasar Publisistik dalam Perkembangan di Indonesia
Menjadi Ilmu Komunikasi. Jakarta: Bina Aksara, 1986.
Kusnawan, Aep. Komunikasi dan Penyiaran Islam. Bandung: Benang Merah
Press, 2004.
Lubis, M. Solly. Umat Islam dalam Globalisasi. Jakarta: Gema Insani Press,
1998.
Muis, Abdul. Komunikasi Islam, Bandung: Rosda Karya, 2001.
Muhtadi, Asep. S dan Sri Handayani. Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif
Dakwah Melalui Televisi. Bandung: Pusda Press, 2003.
Mubarok, Ahmad. Psikologi Dakwah. Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999.
76
Muda, Dedi Iskandar. Jurnalistik Televisi Menjadi Reporter Profesional.
Bandung: PT. Rosada Rosdakarya, 2005.
Muffid, Muhammad. Komunikasi dan Regulasi Penyiaran. Jakarta: Kencana,
2007.
Munir. Metode Dakwah, Jakarta: Kencana, 2003.
Morrisan. MA. Menejemen Media Penyiaran: Strategi Mengolah Radio dan
Televisi. Jakarta: Kencana, 2008.
Onong, U. Effendi, Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung: Penerbit Alumni
1981.
P.C.S Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario TV dan Video. Jakarta: PT.
Grasindo, 1993.
Poernomo, Linda. Peranan Media Massa dalam Dakwah di Era Reformasi.
Seminar tentang peranan Media Massa Dalam Dakwah di Era Reformasi
Sehari, 1998.
Rafiq, Rusjdi Hamka. Islam dan era informasi. Jakarta: Pustaka Panji Mas, cet.
Ke-1, 1989.
Rahmat, Jalaludin. Islam Aktual. Bandung: Mizan, 1992.
Rosdi, Latif. Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi. Medan: Firman
Rainbow, 1989.
Rosyidi, Lathief. Dasar – Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi. Medan:
Firma Rainbow,1989.
Salma, Isma. Strategi Dakwah di Era Millenium Jurnal Kajian Dakwah dan
Budaya. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2004.
Setiawan, Bambang dan Ahmad Muntaha. Metodologi Penelitian Komunikasi.
Jakarta: Univ. Terbuka, 2004.
Setiabudi, Ciptono. Pengantar Teknik Broadcasting Televisi. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2005.
Sunarto, RM. Program Televisi dari Penyusunan sampai Pengaruh Siaran.
Jakarta: IKL Press, 2007.
Subroto, Darwanto Sastro. Produksi Acara Televisi. Jogjakarta: Duta Wacana
University Press, 1994.
77
Susanto, Phil Astrid S. Komunikasi dalam Teori dan Praktek. Bandung: PT
Rindang Mukti, 1997.
Suyanto, Ronny. wawancara pribadi di Trans 7, 15 Mei 2011, 15.00 WIB.
Sunandar, Telaah Format Keagamaan di Televisi, Studi Deskriptif Analisis TPI.
Yogyakarta: Tesis, 1998.
Tim penyusun Kamus Pembinaan dan Pengambangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998.
Ton Kertapati, Dasar – Dasar Publisistik Dalam Perkembangan Di Indonesia
Menjadi Ilmu Komunikasi. Jakarta: Bina Aksara, 1986.
Wibowo, Fred. Dasar – dasar Produksi Program Televisi. Yogyakarta: PT.
Gramedia Widiasrama Indonesia, 1997.
INTERNET
http://andreonus.blogspot.com
www.trans7.com
www.hendra.com
www.tokohindonesia.com/ensiklopedia
HASIL WAWANCARA
Wahyu Nurcahyadi. Produser Program Tabir Sunnah di Trans 7 pada Tanggal 8
Mei 2011.
HASIL WAWANACARA
Nama : Wahyu Nurcahyadi
Jabatan :Produser Tabir Sunnah di Trans 7
Hari :Kamis
Waktu :15.00 – 15.30 WIB
1. Apa yang melatar belakangi ditayangkannya program Tabir Sunnah?
Jawab : Ya, sebenarnya sih ini bukan program agama yang berada di Trans 7,
tapi merupakan program pertama yg bersifat news bukan Talkshow, terus yang
kedua adalah program ini merupakan program lanjutkan dari program Rahasia
Sunnah yg berganti nama menjadi Tabir Sunnah. Kenapa nama programnya
diganti, karena sebagai pembaharuan saja,tapi inti tema dan acaranya tetap sama,
hanya yang berbeda dari cara penyajian acaranya dan pembawa acaranya.
2. Apa saja yang menjadi tujuan ditayangkannya program Tabir Sunnah di
Trans 7?
Jawab : Tujuannya siar pastinya karena ada dua pemikiran yang berbeda gitu
kan, dari ustadz M. Subhi pemikiran yang menggabungkan antar ilmu agama yang
dicombain oleh pendapat – pendapat para ahli ( ilmu pengetahuan ), jadi, umat
islam diajak berpikir islam itu adalah agama yang mengajak umatnya untuk
berpikir jadi ibaratnya kita ingin membuka wawasan, mencerahkan karena masa
sekarang ini banyak yang salah kaprah, banyak yang salah fahamlah dari aturan –
aturan yang baik dari al – quran dan hadist yang mungkin dari ajaran – ajaran
ulama – ulama terdahulu yang belum banyak mengetahui tentang ilmu
pengetahuan.
3. Dari mana idea atau materi yang akan menjadi tema dalam setiap
program Tabir Sunnah?
Jawab : Ya, biasanya pasti berangkat dari sesi ngbrol sama ustads Subhi ini ahli
dan banyak ilmu yang sudah iya pelajari dari Al – quran dan Hadist, sudah
mengajar dimana – mana, dan ustadz Subhi ini mengetahui betul tema apa yang
harus dibahas dan menjadi tema yang bagus untuk disiarkan kepada penonton.
Dan pertimbangan dari seluruh tim Produksi Tabir Sunnah.
4. Siapakah yang menjadi target dalam program Tabir Sunnah?
Jawab : Penonton yaa sudah pasti keluarga ( Family ) dan terutama anak – anak,
karena tayangannya setiap hari minggu pagi jam 8 sampai setengah 9 pagi,
harapannya di saat keluarga itu baru akan bepergian, ntah kerumah keluarga lain,
piknik, jalan – jalan, dan apapun itu. Kita berharapnya pada saat jam 08.00 –
08.30 wib baru keluar rumah jadi mungkin dari jam 07.30 wib mungkin sudah ada
yang mandi, bikin sarapan, segala macamnya itu inginnya kita menemani keluarga
dan waktu – waktu santai seperti itu.
5. Bagaimana format acara dalam program Tabir Sunnah?
Jawab : Format acaranya news ( Drama documenter ) tentu saja, tetapi kita buat
semenarik mungkin dan interaktif karena menghadirkan pembawa acara yang
berpakaian aladin ( supaya penonton tertarik ) dan kemudian kita juga
menampilkan gambar – gambar ( shoot – shoot ) yang variasi, juga penayangan
dari VT ( video tape ). Jadi sebisa mungkin kami menayangkan gambar – gambar
yang menarik, agar penonton tidak bosan dengan acara kami ini.
6. Dalam pembuatan program acara ini menggunakan format video apa?
Jawab : Drama Dokumenter, kaset mini DV, Kamera Sony P.D 170 p
7. Apa yang menjadi penghambat dalam proses produksi Tabir Sunnah dan
bagaimana menemukan solusinya dari hambatan tersebut?
Jawab : kalau dalam proses syuting hambatannya paling masalah tehnis
sepertinya di semua program mau acara pasti mengalaminya, namanya juga alat,
mungkin ada usianya mungkin juga ada tingkat kualitas itukan balik lagi ke
seberapa besar yang sanggup kita keluarkan untuk membeli alat – alat itu, ini yang
kita pakai sudah standarnya paling kalau untuk prosesnya lagi kendalanya Cuma
di cuaca dan lingkungan sekitar tempat syuting. Solusi yang kami ambil, kami
hanya menyiapkan beberapa alat pendukung seperti Lighting, paying, dan
generator jetset untuk meminimalisir kendala – kendala/mencegah terjadinya
kendala dalam proses penyutingan gambar tersebut.
8. Apa visi dan misi program Tabir Sunnah?
Jawab : Dari judul program saja sudah cukup jelas ya, Tabir Sunnah jadi
menurut aku yang ingin disampaikan yang juga pasti visinya ingin mencerdaskan
saja dan mengajak masyarakat utk lebih peduli lagi tentang kandungan isi Al –
quran dan hadist. Yaitu mengajak/menawarkan kita “Yuk coba deh kita fahami isi
kandungan Al – quran dan Hadist, agar supaya kita tidak salah dalam
memahaminya” ya kita diberikan akal untuk berfikir bukan berfikir sampai
meragukan kekuasaan-Nya tapi maksudnya berfikir lebih ke menggunakan
akalnya saja tapi bagaimana relevansinya sama keadaan sekarang jadi ibaratnya
aku, masyarakat, jadi cerdas dan memahami dengan baik isi kandungan Al –
quran dan hadist.
9. Untuk pembagian kerja antara tim 1 dan tim 2 bagaimana?
Jawab : Semuanya kan ada schedule, jadi berdasarkan schedule kerjanya. Kan
satu episode 4 scene misalnya, yah dibagi 2 aja, jadi tim pertama 2 scene , tim
kedua juga 2 scene, jadi totalnya 4 scene setiap satu episode.
10. Terakhir nih mas, untuk pemilihan lokasi mas, apakah mas wahyu ikut
turun langsung?
Jawab : Untuk pemilihan lokasi syuting itu sendiri, saya juga terlibat langsung
dalam pemilihan lokasinya tersebut, tp sebelumnya biasanya diadakan rapat
terlebih dahulu sebelum menentukan lokasi untuk syutingnya.
Informan Peneliti
Wahyu Nurcahyadi Ais Ramadhan rasyid
.
Logo Program Acara Tabir Sunnah
Proses Produksi Tabir Sunnah Trans7 bersama Ustdz. M. Subhi
Proses Pengambilan Gambar Proses Editing
Pembawa Acara Tabir Sunnah