ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

129
i ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA PADA SISWA KELAS XI SMA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Edok Ariyani Sadam NIM 102110081 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014

Transcript of ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Page 1: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA KARYA AHMAD FUADI

DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA PADA SISWA KELAS XI SMA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Edok Ariyani Sadam NIM 102110081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2014

Page 2: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …
Page 3: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …
Page 4: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …
Page 5: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain.”

(Q.S. Al- Insyirah)

“Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran, nikmatnya beroleh

kemenangan akan menghilangkan letihnya perjuangan, menuntaskan pekerjaan

dengan baik akan melenyapkan lelahnya jerih payah.”

(Dr.Aidh bin Abdullah Al-Qarni)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. kedua orang tua Pawit Daryono dan Atik

Umiyati yang selalu mengiringi doa disetiap

langkahku, dengan tulus memberi kasih sayang

dan semangat kepadaku.

2. suami tercinta, terima kasih untuk doa,

dukungan dan kasih sayang.

3. kakak, adik. Terima kasih untuk semua doa,

dukungan, motivasi dan cinta kasih kalian.

4. teman-teman PBSI kelas C angkatan 2010

5. teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang

selalu memberi semangat dan motivasi

kepadaku.

Page 6: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Alh

dan inay

Perwataka

Pembelaja

sebagai sa

Studi Pen

Purworejo

Pe

berbagai k

tersusun b

itu, penuli

1. Rektor

kesemp

Puwore

2. Dekan

kesemp

Keguru

3. Ketua

membe

Univer

hamdulillah

yah-Nya, p

an dalam N

arannya pad

alah satu sy

ndidikan Ba

o.

nulis meny

kesulitan y

berkat bimb

is menyamp

Universita

patan penul

ejo.

Fakultas

patan pada

uan dan Ilmu

Program S

erikan nasi

sitas Muham

h, puji Syu

penulis dap

Novel Ranah

da Siswa ke

yarat untuk

ahasa dan

yadari selam

yang tidak

bingan, arah

paikan terim

as Muham

is untuk me

Keguruan

a peneliti

u Pendidika

Studi Pendi

ihat dan b

mmadiyah P

vi

PRAKA

ukur kehadir

pat menye

h Tiga War

elas XI SMA

memperole

Sastra Indo

ma melakuk

mungkin d

han, dan ban

ma kasih kep

mmadiyah P

enyelesaika

dan Ilmu

untuk men

an, Universi

idikan Bah

bimbingan

Purworejo;

ATA

rat Allah S

elesaikan s

rna Karya A

A”. Penulis

eh gelar Sa

onesia di U

kan penulis

dapat disele

ntuan dari b

pada.

Purworejo,

an studi di U

Pendidikan

nyelesaikan

itas Muham

asa dan Sa

kepada p

Swt. Atas r

skripsi berj

Ahmad Fua

san skripsi i

arjana Pend

Universitas

san skripsi

esaikan sen

berbagai pih

yang tela

Universitas

n yang tel

n pendidik

mmadiyah Pu

astra Indon

penulis sel

rahmat, hid

rjudul “An

adi dan Ske

ini dimaksu

didikan, Pro

Muhamma

ini mengh

ndiri. Skrip

hak. Oleh k

ah membe

Muhamma

lah membe

kan di Fak

urworejo.

nesia yang

lama kulia

dayah,

nalisis

enario

udkan

ogram

diyah

hadapi

si ini

karena

erikan

diyah

erikan

kultas

telah

ah di

Page 7: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …
Page 8: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

viii 

ABSTRAK Edok Ariyani Sadam. 2014. “Analisis Perwatakan dalam Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad Fuadi dan Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) perwatakan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi, (2) nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi, dan (3) skenario pembelajaran perwatakan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi di kelas XI SMA.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa isi suatu informasi yang tertulis atau dokumen, yakni berupa kutipan-kutipan yang diambil dari novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi. Pengumpulan data digunakan teknik observasi dan teknik studi pustaka. Observasi adalah pengamatan, kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek, teknik pustaka adalah menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Analisis data digunakan analisis isi, analisis isi adalah mengkaji isi teks dengan teliti. Penyajian hasil analisis digunakan metode informal, metode informal adalah perumusan dengan menggunakan kata-kata tanpa menggunakan tanda dan lambang.

Hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna mempunyai sifat-sifat baik antara lain: percaya diri, pantang menyerah, sabar, menyesal, bersyukur, religius, jujur, pemaaf, tanggung jawab, ikhlas, berfikir realistis dan kreatif, cerdas, tangguh, sederhana, rasa ingin tahu, peduli, santun, demokratis, dan nasionalis; (2) nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi antara lain pendidikan religius dan pendidikan moral; dan (3) rencana pelaksanaan pembelajaran novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi di SMA kelas XI. Langkah-langkah pembelajaran antara lain: pendahuluan, inti, dan penutup. Metode yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah konsep jenis kerja kelompok yang dipimpin oleh guru. Rincian dari metode tersebut adalah guru menjelaskan tujuan pembelajaran, guru menyampaikan materi tentang unsur intrinsik (perwatakan) dan unsur ektrinsik (nilai-nilai pendidikan), guru membagi siswa dalam kelompok, siswa menganalisis dan berdiskusi mengenai analisis unsur intrinsik (perwatakan) dan unsur ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan) meliputi: nilai pendidikan relegius dan nilai pendidikan moral dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa menanggapi dan menilai hasil presentasi kelompok lain, guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran tersebut, guru memberikan penilaian.

Kata kunci : Perwatakan tokoh utama, nilai-nilai pendidikan, Skenario Pembelajaran

Page 9: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

ix 

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... .ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iii

PERNYATAAN ............................................................................................... iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v

PRAKATA ....................................................................................................... vi

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Penegasan Istilah ...................................................................... 5 C. Identifikasi Masalah ................................................................. 7 D. Pembatasan Masalah ................................................................ 7 E. Rumusan Masalah .................................................................... 8 F. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8 G. Manfaat Penelitian ................................................................... 8 H. Sistematika Skripsi ................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS ............

A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12 B. Kerangka Teoretis .................................................................... 14

1. Tokoh dan Penokohan .......................................................... 14 a. Pengertian Tokoh dan Penokohan ................................... 14 b. Metode Penggambaran Tokoh ......................................... 16 2. Nilai-nilai Pendidikan ........................................................... 16 a. Nilai Pendidikan Relegius ................................................ 17 b. Nilai Pendidikan Moral .................................................... 18 3. Skenario Pembelajaran Sastra di SMA ................................. 18 a. Tujuan Pembelajaran Sastra ............................................. 19 b. Fungsi Pembelajaran Sastra ............................................. 19

c. Bahan Pembelajaran Sastra .............................................. 21 d. Model Pembelajaran Sastra ............................................. 21 1) Pengertian Cooperative Learning ................................. 22 2) Unsur-unsur yang harus diterapkan dalam model

Page 10: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Pembelajaran Cooperative Learning ............................ 22 3)Langkah-langkah Metode Cooperative Learning ......... 23 4) Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning ............... 24

e. Sumber Belajar ................................................................. 25 f. Evaluasi ........................................................................... 26

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 27

1. Objek Penelitian ....................................................................... 27 2. Fokus Penelitian ....................................................................... 27 3. Sumber Data ............................................................................. 27 4. Instrumen Penelitian ................................................................. 28 5. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 28 6. Teknik Analisis Data ................................................................ 29 7. Teknik Penyajian Hasil Analisis .............................................. 29

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA ................................. 31

A. Penyajian Data .......................................................................... 31

1. Perwatakan Tokoh Utama .................................................... 32 2. Nilai-nilai Pendidikan .......................................................... 33 3. Skenario Pembelajaran novel Ranah Tiga Warna karya

Ahmad Fuadi pada Siswa kelas XI SMA ............................ 33 B. Pembahasan Data...................................................................... 35

1. Perwatakan Tokoh Utama novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi ............................................................. 35

2. Nilai-nilai Pendidikan ......................................................... 66 a. Nilai Pendidikan Religius .............................................. 66 b. Nilai Pendidikan Moral .................................................. 69

3. Skenario Pembelajaran Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi ............................................................. 71

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 78

A. Simpulan ................................................................................... 78 B. Saran ......................................................................................... 79

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

xi 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kartu Pencatat Data

Lampiran 2: Sinopsis

Lampiran 3: Biografi Pengarang

Lampiran 4: Silabus

Lampiran 5: RPP

Lampiran 6: Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi

Lampiran 7: Kartu Bimbingan Skripsi

Page 12: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

1

BAB I PENDAHULUAN

Rincian penelitian ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah,

identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kajian teoretis tinjauan pustaka, metode penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra merupakan karya imajinatif yang digunakan pengarang dalam

bentuk tulisan yang mempunyai nilai estetika. Karya sastra mencakup berbagai

karya tulis yang ditulis dalam bentuk prosa, dalam bentuk puisi atau drama. Karya

imajinatif terlahir dari kreasi dan juga daya khayal pengarang. Karya sastra

merupakan penjabaran kehidupan dan pengalaman pengarang atas kehidupan di

sekitarnya. Karya sastra sebagai karya imajinasi pengarang yang dituangkan

dalam bentuk tulisan menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia

(Nurgiyantoro, 2012: 2).

Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Abrams menyatakan bahwa

novel berasal dari bahasa Itali yaitu novella (Nurgiyantoro, 2012: 9). Secara

harfiah, novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan

sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Karya sastra novel diharapkan

memunculkan nilai-nilai positif bagi penikmatnya sehingga mereka peka terhadap

masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk

berperilaku yang baik.

Page 13: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

2

Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang

berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui

berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar,

sudut pandang (Nurgiyantoro, 2012: 4). Penelitian ini terfokus pada aspek

kepribadian tokoh utama, maka yang akan dikaji secara mendalam adalah unsur

penokohan atau perwatakan.

Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi merupakan kelanjutan dari

novel Negeri Lima Menara. Pada novel Negeri Lima Menara diceritakan seorang

anak dari Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Bukit Tinggi, yang bernama Alif

Fikri yang merantau jauh ke Pondok Madani di Ponorogo, Jawa Timur untuk

sekolah agama demi memenuhi permintaan ibunya. Banyak cobaan yang

membuat Alif hampir saja tidak menyelesaikan pendidikan di pondok Madani,

namun akhirnya Alif lulus berkat kesabaran dan mantra yang Alif pelajari di

pondok tersebut.

Di novel Ranah Tiga Warna diceritakan kehidupan Alif setelah pulang

dari pondok Madani. Ternyata setelah kepulangan Alif di Maninjau, tidak

semudah yang Alif bayangkan waktu di pondok dulu. Demi meraih impian untuk

pergi ke Amerika Alif harus bekerja keras. Karena di pondok Madani tidak

mengeluarkan ijazah umum, Alif harus berjuang menempuh ujian persamaan

untuk mendapatkan ijazah persamaan SMA agar dapat digunakan untuk UMPTN.

Dengan kerja keras tiada henti, akhirnya Alif mendapat ijazah persamaan SMA

dan dapat melewati tes UMPTN. Alif masuk UNPAD dan mengambil prodi

Hubungan Internasional demi mewujudkan impiannya untuk pergi ke luar negeri

Page 14: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

3

terutama ke Amerika. Sempat Alif akan berhenti kuliah karena masalah biaya

yang membelit. Namun, Alif dapat melewati semua cobaan dengan kerja keras,

pengorbanan, dan penuh kesabaran tanpa batas. Mantra yang Alif dapatkan di

pondok madani dulu “ Man jadda wajada” pada novel Negeri Lima Menara dan

“ Man shabira dhafira” pada novel Ranah Tiga Warna yang menjadi motivasi

selama Alif meraih cita-cita.

Tokoh Alif Fikri pada novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi patut

untuk diteladani oleh generasi muda sekarang, khususnya mengenai perjuangan

menembus universitas negeri di Bandung, suka duka menjadi mahasiswa. Dengan

melihat kepribadian Alif Fikri diharapkan bisa bermanfaat sebagai teladan dan

memotivasi generasi muda, khususnya untuk berusaha mengejar semua mimpi,

karena untuk mendapatkan apa yang diinginkan tidaklah mudah, perlu usaha, doa,

dan kesabaran. Generasi muda Indonesia sekarang tidaklah sedikit yang

kehilangan jati diri, mudah berputus asa dan kehilangan semangat juang bila

menghadapi masalah yang dianggap sulit. Generasi muda sekarang ini cenderung

bergantung kepada orangtua, manja dan lemah dalam meraih cita-cita, karena itu

novel Ranah Tiga Warna diharapkan bisa memberi inspirasi bagi genarasi muda

dan menjadikan Alif Fikri sebagai teladan agar tidak mudah menyerah.

Pemilihan novel Ranah Tiga Warna dilatarbelakangi adanya keinginan

untuk memahami bagaimana pengarang melukiskan perwatakan tokoh utama Alif

Fikri dari perilaku-perilaku bagaimana kesabaran dalam menghadapi cobaan dan

perjuangan selama Alif menuntut ilmu. Novel Ranah Tiga Warna mempunyai

nilai didik positif yaitu penjelasan mengenai nilai-nilai keteladanan lembaga

Page 15: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

4

pendidikan sehingga dapat dijadikan panutan atau masukan bagi pembaca. Novel

Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi dipilih karena memiliki kelebihan-

kelebihan dalam isi maupun bahasanya.

Pembelajaran sastra tidak terlepas dari pendidikan. Karya sastra khususnya

novel juga mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan dan

pengembangan karakter anak didik karena dengan memberikan pelajaran sastra

dapat membantu siswa dalam memahami dan mengekspresikan sebuah karya

sastra dengan baik.

Sastra diajarkan di sekolah dengan tujuan membentuk keterampilan

berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, dan mengembangkan cipta rasa,

serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).

Penyajian novel sebagai media pembelajaran terdapat dalam standar

kompetensi membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia atau novel

terjemahan dan kompetensi dasar pada pembelajaran 7.2 menganalisis unsur-

unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan yang dibacakan,

yakni (1) mendata tokoh utama dalam novel, dan (2) menganalisis perwatakan

tokoh disertai dengan bukti atau alasan yang logis. Novel Ranah Tiga Warna

karya Ahmad fuadi dipilih sebagai media pembelajaran di SMA kelas XI karena

dari judul “Analisis Perwatakan dalam novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad

Fuadi dan Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA” sesuai dengan

kompetensi dasar menganalisis unsur intrinsik novel yaitu analisis perwatakan

tokoh.

Page 16: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

5

Penulis memilih novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi sebagai

penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan.

1. Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi menurut penulis belum ada yang

meneliti tentang perwatakan tokoh utama.

2. Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi memiliki struktur cerita yang

menarik, tokoh Alif yang patut kita teladani dalam melewati semua cobaan,

rintangan dengan kerja keras dan penuh kesabaran tanpa batas dan sesuai untuk

dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “ Analisis Perwatakan dalam Novel Ranah Tiga Warna

Karya Ahmad Fuadi dan Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA.”

B. Penegasan Istilah

Agar tidak salah penafsiran, penulis akan menjelaskan beberapa istilah

yang digunakan dalam penulisan judul penelitian ini. Judul penelitian ini adalah “

Analisis Perwatakan dalam novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad Fuadi dan

Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA”. Istilah-istilah yang ada

hubungannya dengan judul penelitian ini peneliti paparkan di bawah ini.

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa atau karangan untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya atau sebab musababnya dan sebagainya

(KBBI, 2008: 1198). Dalam penelitian ini, analisis yang dimaksud adalah

analisis perwatakan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

Page 17: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

6

2. Perwatakan adalah menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang

ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh

(Nurgiyantoro, 2012: 165).

3. Novel adalah sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi

model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui

berbagai unsure intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar

sudut pandang ( Nurgiyantoro, 2012: 4).

4. Ranah Tiga Warna merupakan novel kedua dari trilogi novel Negeri Lima

Menara karya Ahmad Fuadi yang dijadikan objek penelitian diterbitkan oleh

PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, cetakan pertama tahun 2011 dengan

tebal 473 halaman.

5. Ahmad Fuadi adalah pengarang novel Ranah Tiga Warna lahir di Bayur,

kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972. Novel Negeri Lima

Menara dan yang kedua novel Ranah Tiga Warna ditulis mengambil dari kisah

hidupnya selama ia mewujudkan impian.

6. Skenario pembelajaran merupakan rancangan atau perencanaan pembelajaran

yang dibuat oleh guru sebagai rancangan serangkaian aktivitas yang dilakukan

siswa dalam bimbingan belajar, arahan, dan motivasi dari guru yang dirancang

sesuai dengan tujuan pendidikan (Hamalik, 2011: 57 ).

Dari penegasan istilah di atas, dapat dipahami maksud judul penelitian

“Analisis Perwatakan dalam Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad Fuadi dan

Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA” adalah menganalisis

perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna agar perwatakan tokoh

Page 18: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

7

utama yang mempunyai sifat kerja keras, tidak mudah menyerah, dan penuh

kesabaran tanpa batas dalam menghadapi cobaan dapat kita teladani untuk

generasi muda sekarang.

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi permasalahan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. tokoh yang diungkapkan pengarang dalam novel Ranah Tiga Warna karya

Ahmad Fuadi;

2. sifat dan perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna karya

Ahmad Fuadi;

3. nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna karya

Ahmad Fuadi;

4. perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga

Warna karya Ahmad Fuadi dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran siswa

kelas XI SMA.

D. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan yang akan

dipaparkan sebagai berikut.

1. Perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

2. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna karya

Ahmad Fuadi.

Page 19: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

8

3. Skenario pembelajaran pada siswa kelas XI SMA adalah novel Ranah Tiga

Warna.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah

berikut ini.

1. Bagaimana perwatakan tokoh utama yang diungkapkan pengarang dalam novel

Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi?

2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang disampaikan pengarang dalam novel

Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi?

3. Bagaimana pembelajaran tentang perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah

Tiga Warna karya Ahmad Fuadi pada siswa kelas XI SMA?

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan:

1. perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi;

2. nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna karya

Ahmad Fuadi;

3. skenario pembelajaran perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga

Warna karya Ahmad Fuadi pada siswa kelas XI SMA.

Page 20: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

9

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi teoretis dan

segi praktis.

1. Segi Teoretis

Dari segi teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya dan

mengembangkan kajian ilmu sastra, khususnya analisis perwatakan tokoh utama

dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi

dan skenario pembelajarannya pada siswa kelas XI SMA.

2. Segi praktis

Dari segi praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi

menjadi tiga yaitu: bagi siswa, guru dan peneliti.

a. Manfaat bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

siswa terutama tentang analisis perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai

pendidikan yang terkandung dalam novel yang dapat dijadikan motivasi siswa

dan dapat dicontoh dari watak tokoh yang positif.

b. Manfaat bagi guru

Penelitian ini diharapkan untuk memperoleh pengalaman dan

pengetahuan guru tentang analisis perwatakan tokoh, nilai-nilai pendidikan dan

skenario pembelajarannya.

c. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan

tentang sastra terutama tentang analisis perwatakan tokoh utama dalam novel.

Page 21: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

10

Dapat menjadikan motivasi bagi penulis dari perwatakan tokoh dan dari nilai-

nilai pendidikan yang terkandung dalam novel. Dan sebagai bahan pertimbangan

bagi para peneliti yang akan datang khususnya di bidang sastra.

H. Sistematika Skripsi

Sistematika disajikan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang

penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan ini dibagi menjadi lima bab yang

terdiri dari subbab berikut ini.

Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, penegasan istilah,

identifikas masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.

Bab II Tinjauan pustaka dan kajian teoretis, terdiri dari tinjauan pustaka

dan kajian teoretis. Di dalam tinjauan pustaka peneliti mengemukakan penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Padmi Hartni (2010) dan Muhammad Santoso

(2013). Dalam kajian teoretis peneliti paparkan teori-teori yang digunakan sebagai

acuan dalam penulisan skripsi ini meliputi (1) pengertian tokoh, (2) nilai-nilai

pendidikan, (3) skenario pembelajaran pada siswa kelas XI SMA.

Bab III Metode penelitian, terdiri dari objek penelitian, fokus penelitian,

sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,

teknik penyajian hasil analisis.

Bab IV Penyajian dan pembahasan data berupa uraian mengenai data yang

diperoleh, mengulas, menguraikan, dan mendeskripsikan hasil penelitian tentang

perwatakan tokoh utama, nilai-nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga Warna

karya Ahmad Fuadi dan skenario pembelajarannaya pada siswa kelas XI SMA.

Page 22: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

11

Bab V Penutup. Bab ini penulis menyimpulkan pembahasan data dan

memberikan saran-saran yang relevan dengan kesimpulan tersebut. Untuk

melengkapi hasil penelitian dalam skripsi ini disertakan lampiran yang berisi

silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), biografi pengarang, sinopsis,

dan kartu bimbingan.

Page 23: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS

Bab ini berisi tinjauan pustaka dan kerangka teoretis. Tinjauan pustaka

berisi kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan kerangka

teoretis berisi paparan teori yang menjadi acuan penelitian.

A. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka menguraikan relevasi dan komparasi antara penelitian

yang akan penulis lakukan dengan penelitian terdahulu hingga diketahui

perbedaan dan persamaan. Penelitian dengan menggunakan analisis perwatakan

telah banyak digunakan oleh mahasiswa Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.

Penelitian melalui analisis perwatakan pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu,

diantaranya adalah Padmi Hartini (2010) dan Muhammad Santoso (2013).

Hartini (2010) menulis penelitian yang berjudul “Analisis Perwatakan dan

Nilai-nilai Pendidikan Tokoh Utama dalam naskah Drama Iblis karya

Mohammad Diponegoro”. Hasil penelitian Hartini adalah tokoh utama Ibrahim

diceritakan sebagai tokoh yang baik, taat kepada Tuhan dan pandai , dari watak

dan sikap yang baik tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan agama dan nilai-

nilai pendidikan moral, dan unsur-unsur dalam naskah drama Iblis karya

Mohammad Diponegoro adalah tema, alur, tokoh dan penokohan, dialog dan

latar. Teori yang digunakan Hartini adalah teori Sayuti yang menyatakan bahwa

Page 24: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

13

berdasarkan perwatakannya tokoh cerita dibedakan menjadi dua yaitu tokoh

sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat.

Penelitian yang dilakukan oleh Hartini mempunyai persamaan dengan

penelitian yang akan penulis lakukan adalah sama-sama menganalisis perwatakan

tokoh utama dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan.

Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Hartini dengan penelitian yang

akan penulis lakukan adalah terdapat pada sumber data, Hartini menggunakan

naskah drama Iblis karya Mohammad diponegoro, sedangkan penulis

menggunakan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi. Selain itu,

penelitian yang dilakukan oleh Hartini hanya mendeskripsikan nilai-nilai

pendidikan dan perwatakan tokoh utama tanpa memberikan gambaran tentang

skenario pembelajarannya di SMA, sedangkan penulis mendeskripsikan

perwatakan tokoh utama dan skenario pembelajarannya di SMA.

Selain Hartini, penelitian mengenai analisis tokoh utama yang lain juga

dilakukan oleh Santoso (2013) dengan judul “Identifikasi Tokoh Utama Keke

dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar dan

Pembelajarannya di Kelas VIII SMP”. Santoso menunjukkan bahwa karakter

tokoh utama “Keke” dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan adalah inferiority atau

rasa rendah diri, berbentuk rasa takut, rasa malu, dan perubahan sikap yang

bernilai positif atas kelemahan atau kekurangan yang dimiliki, dan skenario

pembelajaran identifikasi tokoh utama “Keke” dalam novel Surat Kecil Untuk

Tuhan karya Agnes Davonar di kelas VIII SMP . Teori yang menjadi acuan

Page 25: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

14

dalam penelitian yang dilakukan oleh Santoso adalah teori yang dikemukakan

oleh Burhan Nurgiyantoro.

Penelitian yang dilakukan Santoso memiliki persamaan dengan penelitian

yang akan penulis lakukan adalah menggunakan teori yang dikemukakan oleh

Burhan Nurgiyantoro yang membahas tentang perwatakan tokoh utama. Selain

itu, juga sama-sama menerapkan pembelajaran di sekolah. Perbedaan penelitian

yang dilakukan oleh Santoso dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah

penelitian Santoso tidak membahas tentang nilai-nilai pendidikan yang

terkandung dalam novel, sedangkan penelitian yang dilakukakan oleh penulis

mendeskripsikan tentang nilai-nilai pendidikan.

B. Kerangka Teoretis

Pada kerangka teoretis ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian

tokoh dan penokohan yang meliputi perwatakan, macam nilai-nilai pendidikan,

dan menjelaskan skenario pembelajaran sastra.

1. Tokoh dan Penokohan

a. Pengertian Tokoh dan Penokohan

Tokoh menunjuk pada orang sebagai pelaku cerita. Abrams memaparkan

tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya

naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan

kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang

dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2012: 165).

Page 26: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

15

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa

yang bersangkutan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak

diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian

(Nurgiyantoro, 2012: 177).

Perwatakan atau penokohan adalah menunjuk pada sifat dan sikap para

tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas

pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2012: 165).

Berdasarkan perwatakannya, tokoh terdiri dari dua yaitu tokoh sederhana

atau tokoh yang berwatak datar adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas

pribadi tertentu, satu sifat watak tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia,

tokoh sederhana tidak diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan. Tokoh

sederhana tidak memiliki sifat dan tingkah laku seorang yang dapat memberikan

efek kejutan bagi pembaca (Nurgiyantoro, 2012: 181-182).

Tokoh bulat atau kompleks adalah tokoh yang memiliki berbagai sisi

kehidupan, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia memiliki watak tertentu namun ia

dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam bahkan

mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga (Nurgiyantoro, 2012: 183).

Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh

protagonis dan antagonis. Menurut Altenbernd dan lewis, tokoh protagonis

adalah tokoh yang dikagumi salah satu jenisnya secara populer disebut hero

tokoh yang merupakan pengejawetahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal,

sedangkan tokoh antagonis adalah yang beroposisi dengan tokoh prtagonis,

Page 27: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

16

secara langsung maupun tidak langsung, bersifat fisisk maupun batin

(Nurgiyantoro, 2012: 178).

b. Metode Penggambaran Tokoh

Metode penggambaran tokoh menurut Altenbernd dan Lewis

(Nurgiyantoro, 2012: 195) adalah sebagai berikut.

a. Teknik Ekspositori adalah pelukisan tokoh dengan memberikan deskripsi,

uraian, dan penjelasan langsung. Tokoh cerita dihadirkan oleh pengarang ke

hadapan pembaca tidak berbelit-belit, tetapi disertai deskripsi tingkah lakunya.

b. Teknik dramatik adalah pengarang tidak langsung mendeskripsikan sifat,

sikap, dan tingkah laku, tetapi melalui teknik lain. Pengarang membiarkan para

tokoh cerita menunjukkan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu karya sastra

masalah tokoh dan penokohan merupakan hal yang kehadirannya sangat

penting. Aktivitas dan tingkah laku tokoh dalam suatu cerita dapat membantu

dalam mengenal identitas tokoh. Watak pelaku tidak harus dilihat dari keadaan

lahirnya saja, melainkan juga dapat dilihat makna yang tersembunyi di balik itu,

ada watak yang jelas dan ada watak yang terselubung.

2. Nilai-nilai Pendidikan

Ginanjar (2012: 56) menyatakan bahwa nilai-nilai pendidikan sangat erat

kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra (dalam hal ini prosa) selalu

mengungkapkan yang dimaksud dapat mencakup nilai pendidikan moral, agama,

sosial, maupun estetis (keindahan).

Page 28: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

17

Nilai-nilai pendidikan menurut pendapat penulis adalah suatu sifat-sifat

atau hal-hal penting, yang dapat mempengaruhi atau mengubah tingkah laku

seseorang kearah yang lebih baik. Novel merupakan salah satu bentuk karya

sastra yang banyak memberikan penjelasan secara jelas tentang sistem nilai.

Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel sebagai berikut.

a. Nilai Pendidikan Religius

Kehadiran unsur religi dalam sastra adalah sebuah keberadaan sastra itu

sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat relegius (Nurgiyantoro,

2012: 326). Religi lebih menunjuk pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan

dengan hukum-hukum yang resmi. Moral relegius menjunjung tinggi sifat-sifat

manusiawi, hati nurani yang dalam, harkat dan martabat serta kebebasan pribadi

yang dimiliki oleh manusia (Nurgiyantoro, 2012: 327).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai relegius merupakan

nilai kerohanian tertinggi yang bersumber pada kepercayaan dan keyakinan

manusia.

b. Nilai Pendidikan Moral

Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang

kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna

yang disaratkan lewat cerita (Nurgiyantoro, 2012: 320). Secara umum moral

menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum

pengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti,

susila (KBBI, 2008).

Page 29: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

18

Dalam karya sastra, moral mencerminkan pandangan hidup pengarang

yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan nilai itulah yang

ingin disampaikan kepada pembaca. Moral dalam cerita, menurut Kenny

biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran

moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil ( dan ditafsirkan) lewat

cerita yang bersangkutan oleh pembaca (Nurgiyantoro, 2012: 321).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral

menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang

individu dari suatu kelompok atau masyarakat. Nilai moral meliputi nilai moral

hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan

hubungan manusia dengan diri sendiri.

3. Skenario Pembelajaran Sastra di SMA

Skenario pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan bembelajaran

yang dibuat oleh guru sebagai rancangan aktivitas yang dilakukan siswa dalam

bimbingan belajar, arahan, dan motivasi dari guru yang dirancang sesuai dengan

tujuan pendidikan (Hamalik, 2011: 57). Pembelajaran sastra adalah pembelajaran

apresiasi. Menurut Hornby, apresiasi berasal dari bahasa Inggris appreciation

secara harfiah dapat diberi pengertian sebagai pemahaman, pengenalan,

pertimbangan, penilaian, dan pernyataan yang berisi evaluasi (Waluyo, 2011: 29).

Skenario pembelajaran sastra adalah rancangan atau perencanaan pembelajaran

apresiasi sastra.

Pembelajaran novel Ranah Tiga Warna di sekolah, khususnya pada siswa

kelas XI SMA hampir sama dengan jenis sastra prosa lainnya seperti cerpen,

Page 30: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

19

adalah menemukan unsur-unsur pembangun yang terdapat pada karya sastra.

Pembelajaran ini difokuskan pada perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai

pendidikan yang terdapat pada novel Ranah Tiga Warna. Di bawah ini

dipaparkan tentang strategi pembelajaran sastra.

a. Tujuan Pembelajaran sastra

Rahmanto (1988: 16) menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran sastra

di sekolah adalah untuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan,

mengembangkan cipta dan rasa serta menjunjung pembentukan watak. Tujuan

pokok yang perlu dicapai dalam pembelajaran novel adalah peningkatan

kemampuan membaca secara intensif. Pembelajaran sastra diarahkan untuk

memperbaiki budi pekerti dan mempertajam kepekaan siswa.

b. Fungsi Pembelajaran Sastra

Rahmanto (1988: 16-25) menyatakan bahwa pembelajaran sastra dapat

membantu pendidikan yang cakupannya meliputi 4 manfaat, antara lain

membantu keterampilan membaca, meningkatkan pengetahuan budaya,

mengembangkan cipta dan rasa, menunjang pembentukan watak.

1) Membantu Keterampilan Berbahasa

Pembelajaran sastra akan membantu siswa berlatih kemampuan

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran sastra siswa

dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya sastra

yang dibacakan oleh guru, teman, atau rekaman. Siswa dapat melatih

keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu pementasan drama.

Siswa juga dapat meningkatkan keterampilan membaca dengan membaca puisi

Page 31: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

20

atau prosa. Siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis dengan menulis

sebuah karya sastra seperti cerpen dan puisi.

2) Meningkatkan Pengetahuan Budaya

Meningkatkan kemampuan budaya maksudnya adalah sastra tidak seperti

ilmu yang lain tetapi sastra mencerminkan kebudayaan dalam suatu masyarakat

ataupun kebudayaan dunia yang dihadirkan melalui karya sastra.

3) Mengembangkan Cipta dan Rasa

Pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan kecapan yang

bersifat penalaran, perasaan, dan kesadaran sosial. Pembelajaran sastra dapat

mengembangkan potensi siswa dan guru hendaknya selalu menyadari bahwa

setiap siswa memiliki kepribadian dan kemampuan yang khas.

4) Menunjang Pembentukan Watak

Pembelajaran sastra dapat memberikan bantuan dalam mengembangkan

berbagai kualitas kepribadian siswa baik itu segi positif maupun negatif

tergantung sastra yang dibaca.

c. Bahan Pembelajaran sastra

Bahan pembelajaran adalah bahan untuk mengajar guru (Depdiknas,

2008: 115). Bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai

dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Guru harus

dapat memilih bahan yang tepat dengan tingkat perkembangan siswa.

Rahmanto (1988: 27) menentukan bahan pembelajaran sastra harus dari

sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis), latar belakang kebudayaan siswa.

Seorang guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan

Page 32: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

21

siswanya sehingga guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan. Karya

sastra yang dipilih untuk diajarkan hendaknya juga sesuai dengan tahap psikologi

pada umumnya dalam suatu kelas. Guru sebaiknya menyajikan karya sastra yang

dapat menarik minat siswa dalam kelas itu. Pada latar belakang kebudayaan

siswa, biasanya siswa akan lebih tertarik pada karya-karya sastra dengan latar

belakang budaya yang sudah diketahuinya dan erat hubungannya dengan

kehidupan siswa.

d. Model Pembelajaran sastra

Model pembelajaran menurut Suprijono (2013: 46) adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,

metode, dan teknik pembelajaran.

a. Pengertian Metode Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif)

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua

jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru.

Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di

mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan

bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik

menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian

tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2013: 54-55).

b. Unsur-Unsur yang Harus Diterapkan dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Page 33: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

22

Untuk pencapaian hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran

kooperatif harus diterapkan (Suprijono, 2013: 58-61). Unsur pertama

pembelajaran kooperatif adalah positive interpendence (saling ketergantungan

positif). Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua

pertanggungjwaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan

kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu

mempelajari bahan yang ditugaskan.

Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah personal responsibility

(tanggung jawab perseorangan). Pertanggung- jawaban ini muncul jika dilakukan

pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif

adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah face to face promotive

interaction (interaksi promotif). Unsur ini penting karena dapat menghasilkan

saling ketergantungan positif.

Unsur keempat adalah interpersonal skill (komunikasi

antaranggota/keterampilan sosial). Untuk mengoordinasi kegiatan peserta didik

dalam pencapaian tujuan peserta didik harus (a) saling mengenal dan

mempercayai, (b) mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, (c)

saling menerima dan saling mendukung, dan (d) mampu menyelesaikan konflik

secara konstruktif.

Unsur kelima adalah group processing (Pemrosesan kelompok).

Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui penilaian kelompok, diidentifikasi

dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota.

Page 34: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

23

c. Langkah-langkah Metode Cooperative Learning

Supaya pembelajaran kooperatif berjalan maksimal, guru wajib memahami

sintak model pembelajaran kooperatif. Sintak model pembelajaran kooperatif

terdiri dari enam fase (Suprijono, 2013: 65).

Tabel 2 Sintak (Langkah-langkah) Model Pembelajaran Kooperatif FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar

Fase 2: Present Information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize student into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan a-

tau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Page 35: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

24

d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap

kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada siswa untu berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang

berbeda latar belakangnya ( Trianto, 2007: 42). Jadi dalam pembelajaran

kooperatif siswa berperan ganda adalah sebagai siswa ataupun sebagai guru.

Dengan bekerjasama secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka

siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia

yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

e. Praktik Penggunaan Metode Mengajar

Dalam praktiknya, metode pembelajaran kooperatif yang digunakan

adalah model pembelajaran koopetatif Jigsaw. Pembelajaran dengan model

jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru.

Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah

kelompok tergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang

dipelajari. Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual

kepada tiap-tiap kelompok. Sesi berikutnya membentuk kelompok ahli. Setelah

terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi.

Setelah diskusi kelompok ini selesai, selanjutnya siswa kembali ke kelompok

asal. Setelah siswa kembali ke kelompok asal berikan kesempatan kepada siswa

untuk berdiskusi.

Page 36: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

25

Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah siswa

dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli. Sebelum pembelajaran diakhiri,

diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjutnya, guru menutup

pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari.

e. Sumber Belajar

Sukirno (2009: 108) menyatakan bahwa sumber belajar adalah bahan ajar

yang memuat teks/ materi ajar yang dijadikan rujukan untuk mencapai

kompetensi dasar. Sumber belajar hendaknya dipilih dan diselaraskan dengan

kompetensi dasar yang akan dicapai.

Sumber belajar dapat berupa buku pelajaran, buku pelengkap. Maka guru

diharapakan dapat menyediakan sumber belajar yang bervariasi. Misalnya:

sumber belajar dalam bentuk buku, surat kabar, majalah, novel atau karya sastra,

cd dan vcd (Sukirno, 2009:108).

f. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkat

keberhasilan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hamalik (2011:

145) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran merupakan suatu komponen

penting dalam sistem pembelajaran, sedangkan sistem pembelajaran itu

merupakan implementasi kurikulum, sebagai upaya untuk menciptakan belajar di

kelas. Fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-hasil

urutan dalam pembelajaran.

Ada dua bentuk tes tertulis yang dapat digunakan untuk melaksanakan

evaluasi, yaitu tes esai dan tes objektif. Evaluasi yang digunakan dalam

Page 37: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

26

pembelajaran novel Ranah Tiga Warna yaitu secara tertulis dengan

menggunakan tes esai. Evaluasi dengan tes esai menuntut kemampuan siswa

untuk berpikir sehingga daya kreativitas siswa menjadi tinggi.

Page 38: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

27

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi objek penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian, data

dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis

data, dan teknik penyajian hasil analisis.

1. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 161). Objek

penelitian ini adalah perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna

karya Ahmad Fuadi yang dijadikan objek penelitian diterbitkan oleh PT Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta, cetakan pertama tahun 2011 dengan tebal 473 halaman.

2. Fokus penelitian

Sugiyono (2012: 285-286) menyatakan bahwa batasan masalah dalam

penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih

bersifat umum. Penelitian ini difokuskan pada perwatakan tokoh utama dan nilai-

nilai pendidikan dalam Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

3. Sumber data

Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan

Page 39: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

28

lain-lain (Lexy J. Moleong, 2010: 157). Sumber data penelitian ini diperoleh dari

novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi yang dijadikan objek penelitian

diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, cetakan pertama tahun

2011 dengan tebal 473 halaman. Sumber datanya berupa kutipan-kutipan yang

diambil dari novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

4. Instrumen Penelitian

Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah

alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap serta sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penulis sebagai peneliti, kartu pencatat data, dan alat

tulisnya. Kartu pencatat data dipergunakan untuk mencatat data hasil dari

pembacaan novel. Kartu data ini berisi kata-kata yang merupakan kutipan-kutipan

novel yang berkaitan dengan pembahasan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik pustaka. Teknik

pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data

(Subroto, 1992:42). Oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan dengan cara

observasi. Observasi adalah pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian

terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2010:

199). Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data

adalah sebagai berikut:

Page 40: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

29

1. membaca referensi;

2. membaca keseluruhan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi;

3. menentukan objek penelitian;

4. mengelompokkan perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai pendidikan.

6. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode analisis isi

(content analysis). Menurut Titscher (2009: 94), analisis isi adalah sebuah

strategi penelitian daripada sekadar sebuah metode analisis teks tunggal. Yang

dimaksud metode analisis isi dalam penelitian ini adalah mengkaji isi teks dengan

teliti dan menyeluruh dengan memfokuskan pada analisis perwatakan tokoh utama

dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi

dan Skenario Pembelajarannya pada siswa kelas XI SMA. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. mengidentifikasi data penelitian berupa perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai

pendidikan;

2. menganalisis data yang memfokuskan pada perwatakan tokoh utama dan nilai-

nilai pendidikan yang meliputi;

3. menyusun laporan hasil analisis.

7. Teknik Penyajian Hasil Analisis

Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif.

Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data adalah teknik

penyajian informal. Teknik penyajian informal adalah perumusan dengan

Page 41: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

30

menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan lambang

(Sudaryanto, 1993: 145). Jadi, teknik penyajian hasil analisis data dalam skripsi

“Analisis Perwatakan dalam Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi dan

Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA” berupa karakter

perwatakan tokoh utama (sifat dan sikap tokoh) dan nilai-nilai pendidikan,

penelitian ini dipaparkan dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda, angka

dan lambang-lambang.

Page 42: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

31

 

BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

Bab ini berisi dua subbab, yaitu penyajian dan pembahasan data hasil

penelitian yang terdiri dari perwatakan tokoh utama, nilai-nilai pendidikan dan

skenario pembelajaran kelas XI SMA.

A. Penyajian Data

Data yang terdapat dalam penyajian ini merupakan gambaran tentang

masalah-masalah yang akan dibahas dalam pembahasan data. Dalam mengkaji

novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi dari segi tokoh dan penokohan,

penulis menekankan pada perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai pendidikan

yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna. Penulis juga memaparkan

kemungkinan pembelajaran novel Ranah Tiga Warna di SMA kelas XI.

1. Perwatakan Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa

yang bersangkutan. Novel Ranah Tiga Warna diceritakan bagaimana tokoh Alif

membela mimpinya dengan segenap usaha dan keyakinan. Alif Fikri adalah

pemeran utama dalam novel Ranah Tiga Warna karya ahmad Fuadi.

Tokoh Alif dalam novel Ranah Tiga Warna mempunyai sifat-sifat baik

yaitu percaya diri, pantang menyerah, sabar, menyesal, bersyukur, religius, jujur,

pemaaf, tanggung jawab, ikhlas, berfikir realistis dan kreatif, cerdas, tangguh,

sederhana, rasa ingin tahu, peduli, santun, demokratis, dan nasionalis. Hal itu

terlihat pada tabel 1 di bawah ini.

Page 43: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

32

Tabel 1 Sajian Data Perwatakan Tokoh Utama novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad

Fuadi No Perwatakan Halaman Novel 1. Percaya Diri 3, 4, 15, 25, 188 2. Pantang Menyerah 6, 9, 12, 78, 178, 195, 323 3. Sabar 7, 75, 169 4. Menyesal 27, 68, 5. Bersyukur 30, 236 6. Relegius 64, 101, 208, 370 7. Jujur 8 8. Pemaaf 43 9. Tanggung Jawab 71, 156 10. Ikhlas 76, 117 11. Berfikir realistis dan kreatif 10, 84 12. Cerdas 149, 158, 201, 321 13. Tangguh 12, 103, 136 14. Sederhana 61, 151 15. Rasa Ingin Tahu 67 16. Peduli 39, 155, 173, 375 17. Santun 119 18. Demokratis 391 19. Nasionalis 228, 287, 401

2. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad

Fuadi

Dilihat dari perwatakan tokoh Alif Fikri dalam novel Ranah Tiga Warna

karya Ahmad Fuadi, maka dapat diketahui nilai-nilai pendidikan yang terdapat

dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi. Adapun nilai-nilai

pendidikan yang dikaji dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi

antara lain pendidikan religius dan pendidikan moral. Hal itu terlihat pada tabel 2

di bawah ini.

Page 44: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

33

Tabel 2 Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi No Nilai-nilai Pendidikan Halaman Novel 1. Nilai Pendidikan Relegius

a. Meyakini adanya Tuhan b. Bersyukur c. Beramal

208 30 155

2. Nilai Pendidikan Moral a. Jujur b. Menepati janji c. Peduli d. Mandiri

8 71 155 156

3. Skenario Pembelajaran novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi

kelas XI SMA

Data sebagai acuan pembahasan mengenai rencana pelaksanaaan

pembelajaran novel Ranah Tiga Warna di SMA semester II meliputi: standar

kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan, materi/bahan ajar,

alokasi waktu, langkah-langkah pembelajaran, dan evaluasi. Di bawah ini

disajikan data rencana pelaksanaan pembelajaran novel Ranah Tiga Warna di

SMA. Hal itu terlihat pada tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Skenario Pembelajaran Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi di SMA

kelas XI No Kompetensi RPP Deskripsi

1. Standar Komptensi Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan.

2. Kompetensi Dasar Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

3. Indikator a. Menganalisis unsur intrinsik novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi yang difokuskan pada tokoh dan penokohan.

b. Menganalisis unsur ekstrinsik novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi yaitu nilai-nilai pendidikan.

4. Tujuan Pembelajaran Tujuan dari pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan

Page 45: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

34

cipta dan rasa serta menjunjung pembentukan watak. Tujuan pokok yang perlu dicapai dalam pembelajaran novel adalah: a. siswa mampu menganalisis unsur

intrinsik yaitu tokoh dan penokohan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

b. siswa mampu menganalisis unsur ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan) dalam novel Ranah Tiga warna karya Ahmad Fuadi.

5. Bahan Pembelajaran Bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Guru harus dapat memilih bahan yang tepat dengan tingkat perkembangan siswa. Menentukan bahan pembelajaran sastra harus dari sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis), latar belakang kebudayaan siswa.

6. Metode Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran sastra menggunakan metode Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif).

7. Sumber Belajar Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks/ materi ajar yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Sumber belajar hendaknya dipilih dan diselaraskan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Sumber belajar dapat berupa buku pelajaran, buku pelengkap.

8. Langkah-langkah Pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran meliputi

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir belajar mengajar.

9. Evaluasi Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran novel Ranah Tiga Warna yaitu secara tertulis dengan menggunakan tes esai.

Page 46: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

35

B. Pembahasan Data

Penulis menyajikan data perwatakan tokoh utama, nilai-nilai pendidikan,

dan skenario pembelajaran kelas IX SMA. Berikut data yang diambil dari

penelitian.

1. Perwatakan Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa

yang bersangkutan. Novel Ranah Tiga Warna diceritakan bagaimana tokoh Alif

membela mimpinya dengan segenap usaha dan keyakinan. Alif Fikri adalah

pemeran utama dalam novel Ranah Tiga Warna karya ahmad Fuadi.

Alif Fikri adalah seorang lulusan pesantren Pondok Madani di Ponorogo.

Alif bercita-cita ingin masuk universitas Teknologi Bandung layaknya Habibie.

Namun, mimpinya ini mendapat tanggapan kurang baik dari Randai dan teman-

temanya. Bahkan amak dan ayahnya tidak sepenuh hati dengan impian Alif. Alif

tidak menyerah dengan semua ini. Berbekal tekad yang bulat dan semboyan man

jadda wajada juga man shabara zhafira, Alif berhasil meraih mimpinya dan

menginjakkan kakinya di Kanada.

Tokoh Alif dalam novel Ranah Tiga Warna mempunyai sifat-sifat baik

yaitu percaya diri, pantang menyerah, sabar, menyesal, bersyukur, religius, jujur,

pemaaf, tanggung jawab, ikhlas, berfikir realistis dan kreatif, cerdas, tangguh,

sederhana, rasa ingin tahu, peduli, santun, demokratis, dan nasionalis.

Page 47: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

36

a. Percaya Diri

Sifat percaya diri tokoh Alif digambarkan ketika Alif merasa diremehkan

kawannya yaitu Randai, dan Alif percaya diri bahwa Alif pasti bisa. Hal ini

terdapat pada kutipan berikut.

“Tentulah. Aden akan segera kuliah. Kalau aden berusaha, ya bisa.” (Ranah Tiga Warna:3)

Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Alif merasa percaya diri bahwa

Alif bisa masuk kuliah. Randai adalah kawan terdekat Alif sejak kecil tetapi

Randai juga dianggap sebagai saingan dalam bidang apapun. Ketika Alif lulus

dari pondok Madani, Alif ingin sekali melanjutkan kuliah. Tetapi Randai selalu

menganggap Alif tidak akan bisa masuk kuliah karena Alif tidak memiliki ijazah

umum SMA. Dengan rasa percaya diri yang tinggi Alif akan berusaha bisa masuk

kuliah. Sifat percaya diri lainnya juga terdapat pada kutipan berikut.

“Jangan banyak tanya! Teriakku. Lihat saja nanti. Kita sama-sama buktikan! Kataku dengan nada tinggi.” (Ranah Tiga Warna:4)

Dari kutipan tersebut terlihat bahwa Alif merasa kesal dan tersinggung

dengan kata-kata Randai yang selalu meremehkan apa yang menjadi cita-cita Alif.

Walaupun Alif tidak memiliki ijazah umum SMA, tetapi Alif akan membuktikan

bahwa Alif bisa mendapatkan ijazah SMA dan bisa masuk kuliah. Alif berusaha

semaksimal mungkin untuk belajar agar bisa mengikuti tes persamaan SMA.

Dengan kerja keras Alif yang tak pernah lelah akhirnya Alif mendapatkan ijazah

SMA.

Page 48: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

37

Sifat percaya diri yang lain juga digambarkan ketika Alif percaya diri

bahwa Alif bisa masuk jurusan Hubungan Internasional di UNPAD. Hal ini

terdapat pada kutipan berikut.

“Kok bunyinya keren sekali. Tentulah ini jurusan buat para diplomat yang berjas rapi dan selalu keliling dunia itu. Tentu mahasiswanya perlu kemampuan bahasa asing yang baik. Rasa-rasanya cocok dengan modal yang aku punya sekarang. Dan yang telah kalah penting, mungkin bisa mengantarkan aku sekolah ke luar negeri. Mungkin bahkan ke Amerika. Siapa tahu.” (Ranah Tiga Warna:15)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa setelah Alif mendapatkan ijazah SMA

Alif mengikuti persiapan tes UMPTN, Alif ingin sekali melanjutkan kuliah di

ITB, tetapi hasil ujian persamaan SMA nilainya tidak memungkinkan Alif kuliah

di ITB. Akhirnya Alif memilih salah satu Universitas di Bandung yaitu di

UNPAD, banyak jurusan yang membuat Alif bingung ingin memilih jurusan apa.

Satu per satu semua jurusan dibaca, dan Alif tertarik dengan jurusan Hubungan

Internasional. Dengan bakat bahasa Inggris yang dimiliki, Alif merasa percaya

diri akan diterima di jurusan Hubungan Internasional. Alif merasa mungkin di

jurusan Hubungan Internasional ini yang akan mengantar Alif pergi ke luar

negeri, ke negara yang Alif cita-citakan selama ini.

Tokoh Alif mempunyai sifat rasa percaya diri yang tinggi. Hal tersebut

terdapat pada kutipan berikut.

“Siap, Yah. Jadi ambo bertekad akan memaksimalkan usaha persis seperti Denmark. Membalikkan penilaian semua orang yang memandang sebelah mata!.’’ (Ranah Tiga Warna:25) Dari kutipan di atas, sifat percaya diri Alif diwujudkan dengan kesiapan

diri memaksimalkan usaha untuk bisa lulus tes UMPTN agar bisa masuk kuliah.

Page 49: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

38

Dengan percaya diri yang tinggi, Alif siap membalikkan semua pandangan

sebelah mata atas kemampuannya untuk masuk ke perguruan tinggi. Tokoh Alif

mengibaratkan dirinya seperti Tim Nasional Sepak bola Denmark di Piala Eropa

tahun 1992 yang kemudian menjadi juara. Saat itu, Tim Nasional disebut sebagai

tim lemah karena hanya sebagai tim pelengkap. Kemudian Denmark disebut

sebagai tim dinamit yang meledak. Dengan semangat yang tinggi Alif belajar

setiap hari untuk mempersiapkan tes UMPTN.

Alif adalah tokoh yang rajin belajar sehingga Alif mempunyai sifat

percaya diri dalam mengerjakan soal ketika tes program pertukaran pemuda antara

Indonesia dan kanada. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Dengan rasa percaya tinggi, aku gasak setia soal tulis. Memang tidak sia-sia perjuanganku belajar saban hari selama dua minggu terakhir ini. Tidak hanya belajar dan membaca, aku bahkan sampai bertanya kepada asti tentang kisi-kisi pertanyaan. Untuk menempa diri, aku bahkan membuat beragam soal sendiri dan aku jawab pula sendiri. Usai ujian tulis, panitia menyilakan kami duduk di luar ruangan, sambil mereka langsung menilai lembar ujian saat itu juga.” (Ranah Tiga Warna:188)

Dari kutipan di atas, dicertakan ada program pertukaran pemuda antara

Indonesia dan Kanada untuk umum, tanpa berpikir panjang Alif mengikuti tes ini.

Karena selama ini Alif ingin sekali pergi ke luar negeri dan mungkin ini

kesempatan yang baik untuk Alif pergi ke luar negeri tanpa biaya. Berbagai usaha

Alif lakukan untuk mempersiapkan tes tertulis. Ketika tes tertulis tiba Alif

mengerjakan semua soal dengan rasa percaya diri yang tinggi.

Page 50: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

39

b. Pantang Menyerah

Sifat pantang menyerah tokoh Alif digambarkan ketika Alif berusaha ingin

mendapatkan ijazah persamaan SMA dan tes UMPTN. Hal ini terdapat pada

kuitipan berikut.

“Dengan meyakin-yakinkan diri, aku jawab tantangan Ayah.”Insyaallah Yah, ambo akan berjuang habis-habisan untuk persamaan ini dan untuk UMPTN.” (Ranah Tiga Warna:6)

Dari kutipan tersebut menggambarkan tokoh Alif yang pantang menyerah.

Ayah Alif selalu mendukung apa yang menjadi cita-cita Alif, karena Alif ingin

kuliah Alif menerima tantangan Ayah untuk mengikuti ujian persamaan. Untuk

mengikuti ujian persamaan adalah hal yang tidak mudah buat Alif, karena selama

di pondok Madani Alif tidak mendapatkan pelajaran seperti di SMA lainnya.

Demi mengikuti ujian persaman untuk mendapatkan ijazah SMA Alif berjuang

belajar setiap hari, mencari materi-materi SMA yang harus dipelajari.

Adapun sifat pantang menyerah tokoh Alif yang lainnya terdapat pada

kutipan berikut.

“Pagi itu, dengan mengepalkan tinjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan doa, aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukan UMPTN. Aku ingin membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan apapun akan aku tebas.” (Ranah Tiga Warna:9)

Dari kutipan di atas, digambarkan bahwa dengan rasa pantang menyerah,

tekad dan dengan doa yang tulus Alif yakin akan lulus ujian persamaan dan

mendapatkan ijazah SMA. Lalu akan perperang menghadapi ujian UMPTN untuk

masuk kuliah. Dengan niat yang kuat Alif merasa yakin bisa menghadapi

Page 51: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

40

halangan apapun. Kutipan di bawah ini di gambarkan sifat pantang menyerah Alif

ketika Alif mempersiapkan untuk mengikuti ujian.

“Aku paksa diriku, setiap aku merasa semangatku melorot. Aku paksa diriku lebih kuat lagi. Aku lebihkan usaha. Aku lanjutkan jalanku beberapa jalan halaman lagi, beberapa soal lagi, beberapa menit lagi. Going the extra miles. I’malu fauqa ma’amilu. Berusaha di atas rata-rata orang lain.” (Ranah Tiga warna:12)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa kadang kala Alif merasa lelah, merasa

semangatnya telah melorot ketika harus belajar setiap hari, berusaha memahami

pelajaran yang sebelumnya Alif tidak mengerti, tetapi Alif pantang menyerah dan

berusaha menyemangati dirinya sendiri. Alif lebihkan usaha agar bisa memahami

pelajaran SMA, soal satu per satu Alif kerjakan dan dipahami. Demi mencapai

cita-citanya Alif berjuang, pantang menyerah untuk belajar di atas rata-rata orang

lain.

Sifat pantang menyerah tokoh alif juga digambarkan ketika Alif mendapat

tantangan tugas menulis artikel lagi dari Bang Togar, Alif pun menerima dan akan

berusaha. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Aduh, baru saja aku senang dengan tulisanku, sudah ada tugas baru. Mulutku mau mengeluh, tapi aku paksakan hatiku untuk menerima tantangan ini. Sudah kepalang tanggung, aku harus hadapi dia. Aku tidak boleh menyerah kalau ingin dapat ilmu.” (Ranah Tiga Warna, 2011:78)

Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Alif yang pantang menyerah

ketika mendapatkan tugas menulis dari Bang Tigor. Alif baru saja merasakan

senang karena artikel dari hasil tulisannya sendiri sudah dibilang sempurna oleh

Bang Tigor. Tetapi rasa senang itu langsung saja musnah karena Alif

mendapatkan tugas baru untuk menulis artikel yang lebih bagus lagi, dan dengan

Page 52: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

41

rasa terpaksa Alif menerima tantangan Bang Tigor. Demi mendapatkan ilmu Alif

harus berusaha keras, harus berjuang dan tidak boleh menyerah.

Pantang menyerah tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif tidak

menerima beasiswa karena nilai semester Alif kalah dengan yang lain dan harus

membayar SPP sendiri. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Berita buruk: permohonan beasiswaku ke kampus ditolak karena nilai semester awalku kalah tinggi dengan pelamar lain. Apa boleh buat, aku harus terus berhemat untuk bisa membayar SPP sendiri. Awalnya aku kesal, tapi lama-lama aku berfikir kenapa aku tidak menggunakan penolakan sebagai pecut untuk malah bermimpi lebih besar: berburu beasiswa ke luar negeri. Sajak itu seperti orang yang berobsesi, aku sibuk keluar masuk perpustakaan, menulis surat ke mana-mana, bertanya kepada senior di kampus, bagaimana bisa belajar ke luar negeri tanpa harus bayar. Ketika teman kuliahku sibuk berkurat dengan mata kuliah semester ini, aku malah berfikir bagaiman acaranya semester depan aku bisa sudah kuliah di luar negeri dengan gratis.” (Ranah Tiga Warna, 2011:178)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa ketika Alif terserang penyakit tifus dan

harus dirawat di rumah sakit beberapa hari, Alif pun tidak bisa mengikuti kuliah

rutin seperti biasa. Karena hal tersebut mengakibatkan nilai semester Alif jadi

menurun, sehingga Alif tidak diterima untuk mengajukan beasiswa. Dengan

kejadian seperti ini Alif harus membayar biaya SPP sendiri. Alif pun pantang

menyerah dan ingin mencari beasiswa ke luar negeri. Yang Alif pikirkan adalah

bagaimana Alif bisa pergi ke luar negeri tanpa biaya. Karena luar negeri adalah

impian Alif sejak berada di pondok Madani.

Alif adalah sosok tokoh yang tidak mudah menyerah dalam menghadapi

hambatan dan rintangan apapun, sifat pantang menyerah Alif digambarkan ketika

Alif tetap berusaha melewati tantangan tes kesenian tradisional Indonesia. Hal ini

terdapat pada kutipan berikut.

Page 53: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

42

“Aku sentuh halaman diary yang kesat ini dengan mata terpejam untuk meresapi maknanya. Aku tutup diary ini dengan semangat yang bergelora sampai ubun-ubun. Walau aku tidak bisa menari dan bernyanyi, kalau aku berusaha dengan sungguh-sungguh, lambat laun aku akan berhasil mengatasi hambatan. Bolehlah aku sebagai sebuah golok berkarat dalam hal kesenian ini, tapi kalau aku mau bersabar dan mencoba berualng-ulang, hambatan akan aku patahkan akhirnya. Aku akan buktikan!.” (Ranah Tiga Warna:195)

Dari kutipan di atas, terlihat ketika tes tertulis dalam pertukaran pemuda

Indonesia dan Kanada telah selesai, Alif lolos dalam tes tertulis ini. Tetapi masih

ada tes yang lainnya yaitu tes kesenian Tradisional Indonesia. Dalam tes kesenian

Alif mengaku kalah karena Alif tidak bisa menyanyi dan menari. Walaupun Alif

tidak bisa menyanyi dan menari Alif pantang menyerah dan tetap berusaha untuk

mengikuti tes kesenian dengan cara yang lain. Alif akan membuktikan kalau Alif

pasti bisa lolos dalam tes kesenian Indonesia ini.

Sifat pantang menyerah tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif selalu

berusaha agar bisa mewawancarai tokoh besar antiseparasi di Kanada. Hal ini

terdapat pada kutipan berikut.

“Aku dan Franc hanya berpandang-pandangan dengan lesu. Tapi dalam hati aku berjanji tidak akan menyerah. Menurutku ini hanya soal waktu, kalau dicoba trus pasti bisa. Dan orang yang akan kami wawancarai sesungguhnya berkepentingan juga untuk diliput.” (Ranah Tiga Warna:323)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif dan Franc adalah pasangan kerja

di Kanada dalam program pertukaran pemuda Indonesia dan Kanada. Alif

mendapatkan tempat kerja di program salah satu statiun TV di Kanada. Dalam

kerja ini tentu bersaingan dengan kelompok-kelompok kerja yang lain. Dalam

kerja ini Alif mencari ide yang unik dan menarik yang nantinya bisa

memenangkan dan mendapatkan penghargaan. Berbagai usaha telah dilakukan,

Page 54: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

43

Alif ingin mewawancarai tokoh besar antiseparasi di Kanada. Alif sudah berkali-

kali mengirimkan telegram tetapi belum juga dibalas. Alif pun tidak menyerah

dan akan dicoba lagi sampai ada balasan.

c. Sabar

Sifat penyabar tokoh Alif digambarkan ketika Alif diremehkan saudara

dan teman-temannya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Hatiku panas. Tapi aku mencoba menahan diri dengan hanya mengulum senyum pahit, tanpa suara.” (Ranah Tiga Warna:7)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif ingin mengikuti tes UMPTN

untuk masuk kuliah saudara dan teman-temannya meremehkan Alif karena Alif

tidak memiliki ijazah SMA dan orang lain menganggap Alif tidak akan bisa

masuk kuliah. Alif merasa panas dan mencoba tersenyum dan sabar menerima

remehan orang lain.

Sifat penyabar tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif menulis artikel

dan masih banyak yang disalahkan dan disuruh membuat lagi oleh Bang Tigor.

Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Maaf, bang, ini pertama kali aku coba menulis artikel. Tolong kasih tahu apa yang perlu aku perbaiki?” tanyaku takut-takut sambil menyabarkan diri. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa terpojok seperti ketika berada di kantor KP atau saat menghadapi Tyson semasa masih di Pondok Madani.” (Ranah Tiga Warna:75)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah tokoh yang suka menulis

berbagai macam tulisan, dan Alif ingin menambah ilmu tentang menulis dan ingin

belajar menulis dengan Bang Tigor. Bang Tigor adalah pemuda yang pandai

menulis dan tulisannya sudah banyak dimuat diberbagai media. Ketika Alif

Page 55: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

44

mendapat tantangan dari Bang Tigor suruh menulis artikel, Alif langsung

mengerjakan artikel dengan berbagai ide dan mencari diberbagai buku-buku yang

ada. Ketika hisil artikelnya dibawa ke tempat bang Tigor ternyata tulisan Alif

masih banyak yang salah, dan menurut Bang Tigor tulisannya belum memenuhi

standar tulisan. Alif pun berusaha sabar menghadapi Bang Tigor karena Alif juga

menyadari jika Alif baru saja belajar menulis.

Sifat sabar tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif bertengkar dengan

Randai karena Alif merusak komputer Randai. Hal ini terdapat pada kutipan

berikut.

“Tidak ada gunanya aku teruskan bertengkar seperti ini. Aku sebenarnya di pihak yang kalah dan pihak yang salah. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain minta maaf. Dan aku tahu, sebaiknya aku mundur dan tidak usah menyulut lebih banyak pertengkaran. Pada subuh buta itu, perkawanan kami yang sejak kecil ini tiba-tiba terasa hambar dan dingin.” (Ranah Tiga Warna:169)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah anak dari keluarga yang

biasa, untuk makan di kos saja pas-pasan apalagi untuk membeli komputer Alif

pun belum mampu. Karena banyak tugas menulis Alif terpaksa meminjam

komputer Randai karena komputer Randai lagi tidak dipakai. Tetapi untuk kali ini

nasib Alif kurang beruntung, komputer Randai rusak ketika Alif memakai. Randai

pun sangat marah karena file tugas ada di dalam komputer. Dan terjadilah

pertengkaran antara Randai dan Alif, tetapi Alif berusaha sabar dan menerima

kata-kata Alif yang kurang berkenan. Karena Alif menyadari kalau Alif juga salah

sudah meminjam barang orang lain.

Page 56: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

45

d. Menyesal

Sifat menyesal tokoh Alif digambarkan ketika Alif merasa menyesal

setelah mengerjakan soal tes UMPTN. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Setelah ujian, aku pulang ke Maninjau dengan hati yang tidak pernah tenang. Berhari-hari tidurku tidak pernah nyenyak, karena aku selalu dikunjungi mimpi tentang ujian. Beberapa kali penyesalan muncul, kenapa aku tidak belajar lebih rajin, kenanpa aku tidak menjawab soal itu, atau kenapa aku menjawab soal itu.” (Ranah Tiga Warna:27)

Dari kutipan di atas, terlihat ketika ujian UMPTN sudah selesai Alif pun

pulang ke Maninjau dengan hati yang tidak pernah tenang. Setiap hari Alif

memikirkan hasil ujian UMPTN sampai tidurnya pun tidak pernah nyrnyak. Alif

merasa hasil ujian UMPTN kurang memuaskan, Alif menyesal tidak belajar

dengan rajin, tidak menguasai materi-materi yang akan diujikan. Tetapi alif tetap

berjuang dan berusaha dalam mengerjakan soal ujian UMPTN.

Rasa penyesalan tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif menyesal tidak

sengaja merusakkan komputer Randai. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Maaf, Randai, aden bisa bantu apa? Mengetik ulang tugas wa’ang?” “Sekali lagi aden minta maaf, den tidak sengaja.” (Ranah Tiga Warna:168)

Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alif tidak sengaja merusakkan

komputer Randai. Berkali-kali Alif meminta maaf kepada Randai tetapi Randai

marah-marah sama Alif karena file tuganya ada di dalam komputer. Alif merasa

sangat menyesal telah merusakkan komputer Randai. Apa yang bisa Alif lakukan

selain minta maaf, mengetik ulang tugas Randai yang sudah hilang, tidak

mungkin jurusan Alif dengan Randai berbeda.

Page 57: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

46

e. Bersyukur

Sifat bersyukur tokoh Alif digambarkan ketika Alif diterima kuliah di

Universitas yang bukan Alif impikan, tetapi Alif tetap merasa bersyukur atas apa

yang Alif terima. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Walau bukan Teknik Penerbangan ITB, seperti impian awalku, Jurusan Hubungan Internasinal adalah sebuah rezeki besar bagi diriku. Beralasan koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan usaha, keajaiban restu orangtua, keajaiban doa. Di sebelahku, Ayah juga sujud lama sekali. Beberapa orang yang lewat di jalan terheran-heran melihat kami berdua menungging di pinggir jalan.” (Ranah Tiga Warna:30)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sejak lulus dari pondok Alif ingin

sekali melanjutkan kuliah di jurusan Teknik Penerbangan ITB. Tetapi masuk di

ITB sangatlah sulit, apalagi hasil nilai ujian persamaan SMA Alif tidak

mencukupi untuk masuk di ITB. Untuk tetap bisa masuk kuliah Alif mengambil

jurusan Hubungan Internasional di UNPAD, karena nilai Alif hanya bisa masuk di

UNPAD. Walaupun Alif tidak bisa kuliah di ITB yang menjadi impian Alif, tetapi

Alif tetap besyukur bisa kuliah di UNPAD.

Tokoh Alif merasa bersyukur ketika Alif jadi pergi ke luar negeri, cita-cita

yang selama ini Alif impikan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Jari-jariku terus mengetuk-ngetuk tangan kursi dengan ritmis, antara gugup dan senang. Terima kasih ya Tuhan, aku jadi juga terbang ke luar negeri.” (Ranah Tiga Warna:236)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sejak Alif di pondok dulu Alif bercita-

cita ingin pergi ke luar negeri, apalagi bisa kuliah di luar negeri itu adalah mimpi

Alif selama ini. Dengan adanya program pertukaran pemuda Indonesia dan

Kanada Alif berusaha dan berjuang agar bisa lolos ujian dan bisa mengikuti

Page 58: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

47

program ini di Kanada. Dan akhirnya berbagai tes Alif pun lolos dan berhak

mendapatkan beasisiwa dan mengikuti program pertukaran pemuda di Kanada.

Alif sangat bersyukur bisa mengikuti program ini, karena pergi ke luar negeri

adalah impian Alif selama ini.

f. Relegius

Sifat religi tokoh Alif digambarkan ketika Alif selalu mengingat ajaran-

ajaran agama yang Alif dapatkan waktu di Pondok Madani dulu. Hal ini terdapat

pada kutipan berikut.

“Aku juga meluangkan waktu 2 jam seminggu untuk mengajar bahasa arab di Masjid salman ITB. Tentu saja gratis. Ini caraku mengabdikan ilmu yang aku dapat di Pondok Madani kepada masyarakat. Nasihat Kiai Rais berdengung-dengung di kepalaku. “Jadilah seperti anjuran Nabi, khairunnas anfauhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang memberi manfaat bagi orang lain.” (Ranah Tiga Warna:64-65) Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah anak lulusan dari pondok

Madani, berbagai macam ilmu agama sudah Alif pelajari ketika Alif di pondok.

Alif selalu mengingat ajaran-ajaran agama dari Kyai-Kyai di pondok dulu.

Berbagai ilmu agama yang Alif dapat , Alif jadikan sebagai motivasi dalam

hidupnya. Selama Alif tinggal di Bandung Alif mengajar ngaji di Masjid tanpa

dibayar. Karena Alif selalu mengingat ajaran agama yang mengatakan sebaik-

baiknya manusia adalah yang memberi manfaat bagi orang lain. Alif

memanfaatkan ilmu agamanya untuk diajarkan kepada orang lain di Masjid hanya

karena Allah.

Page 59: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

48

Adapun sifat religi tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif selalu

mengingat pesan-pesan kiai saat di pondok dulu. Hal ini terlihat pada kutipan

berikut.

“Aku coba kembali mengingat pesan Kiai Rais waktu di Pondok Madani.”Wahai anakku, latihlah diri kalian untuk selalu bertopang pada diri kalian sendiri dan Allah. I’timad ala nafsi. Segala hal dalam hidup ini tidak abadi. Semua akan pergi silih berganti. Kesusahan akan pergi. Kesenangan akan hilang. Akhirnya hanya tinggal urusan kalian sendiri dengan Allah saja nanti.” Rasanya nasihat ini menukik dalam kejantungku. Memang tidak ada yang kekal. Ayah telah pergi, tinggallah aku sendiri yang harus menyetir hidupku atas izin Tuhan.” (Ranah Tiga Warna:101)

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Alif memotivasi dirinya dengan

mengingat ajaran agama yang Alif dapat di pondok dulu ketika Alif terpuruk

ditinggal Ayahnya pergi untuk selamanya. Ketika Ayah Alif meninggal Alif

menjadi anak yang bertanggungjawab atas keluarganya. Semangat Alif merosot,

Alif pun ingin meninggalkan kuliah dan memutuskan bekerja demi memenuhi

kebutuhan Amak dan adik-adiknya. Tetapi ketika Alif teringat dengan nasihat

kyai di pondok dulu Alif termotivasi dan ingin bangkit kembali untuk menjalani

kehidupan ini tanpa ada seorang Ayah.

Sifat relegius tokoh Alif berupa meyakini bahwa Allah Maha Tahu, Maha

Mengerti, dan Allah Maha Adil. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.

“Ya Tuhan, aku berprasangka baik untuk semua keputusanMu. Lambat laun, hatiku menjadi sejuk dan tenteram. Aku menengadah ke langit Bandung yang kembali mendung sore itu. Gerumbul awan sore di mataku masih berbentuk benua Amerika.Hanya Tuhan yang tahu apa ini hanya akan jadi mimpi atau nanti menjadi nyata. Biarkan Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik untukku. Dia Maha Tahu, Dia Maha Mengerti, Dia Maha Adil. Insya Allah, Tuhan tahu yang terbaik buatku. Dan sungguh Dia selalu memberi yang terbaik.” (Ranah Tiga Warna:208)

Page 60: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

49

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa perwujudan sifat relegius tokoh Alif

berupa meyakini bahwa Allah Maha Tahu, Maha Mengerti, dan Allah Maha Adil.

Hal tersebut dibuktikan dengan menempatkan keyakinan dalam dirinya bahwa

semua manusia pada posisi yang sama dan sederajat tidak ada yang ditinggikan

hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena jabatannya. Dekat jauhnya posisi

seseorang dengan Allah hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha

meningkatkan taqwanya. Semakin tinggi taqwanya, semakin tinggi pula

posisinya, semakin mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Sehingga tokoh Alif

berkeyakinan bahwa hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik pada diri

Alif.

Sifat relegius lainnya yang dimiliki oleh tokoh Alif yaitu Alif adalah sosok

tokoh yang rajin sholat. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Seperti biasa setiap hari aku bangun lebih pagi dari keluarga angkatku, sebelum matahari terbit, untuk salat subuh. Setelah gemeteran mengambil wudu, aku bergelung lagi tidur.” (Ranah Tiga Warna:370)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah sosok laki-laki yang taat

dalam hubungannya dengan agama. Apalagi urusan sholat Alif tidak pernah

meninggalkan sholatnya, Alif sangat rajin menjalankan ibadah sholatnya

walaupun dalam keadaan dan situasi apapun.

g. Jujur

Perilaku jujur tokoh Alif sejatinya dilatih atau dibiasakan sejak kecil

sehingga terpatri sampai setelah dewasa seperti kutipan berikut.

“Joki? Aku menggeleng keras untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan.” (Ranah Tiga Warna:8)

Page 61: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

50

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa joki adalah orang yang mngerjakan

ujian untuk orang lain dengan menyamar sebagai peserta ujian yang sebenarnya

dan menerima imbalan uang. Ketika Alif tinggal di Bandung dan kekurangan

uang, Alif bingung berfikir bagaimana mencari uang untuk memenuhi hidupnya.

Berbagai cara telah alif lakukan, berjualan baju, ngeles anak-anak tetapi biaya itu

masih kurang. Dan Alif ditawari untuk bekerja sebagai joki, ketika Alif

mendengar kata joki Alif langsung menolak. Karena Alif orang yang jujur dan

tidak suka menjadi joki, Alifpun selalu mengingat-ingat pesan dari Amak dan di

pondok Madani dulu.

h. Pemaaf

Sifat pemaaf tokoh alif digambarkan ketika Alif melupakan kata-kata

Randai yang pernah menyinggung Alif. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Aku tidak akan lupa pertanyaannya yang pernah meremehkan diriku:”Setelah di pesantren lalu kuliah umum? Emangnya wa’ang bisa?” tapi setelah aku pikir-pikir lagi, Randai tetap kawanku, bahkan kawan terdekatku. Sebaiknya kesalahan ini harus aku buang. Apalagi sekarang aku sudah berhasil membuktikan bahwa keraguannya salah.” (Ranah Tiga warna:43)

Dari kutipan di atas, terlihat ketika Randai selalu meremehkan apa yang

akan dilakukan Alif dan apa yang menjadi mimpi Alif. Randai meremehkan Alif

yang ingin masuk kuliah karena Alif tidak memiliki ijazah umum SMA. Saat itu

Alif tersinggung dengan kata-kata Randai, tetapi sekarang Alif telah melupakan

kata-kata Randai yang sudah pernah meremehkan Alif, karena alif sadar karena

Randai bagaimanapun tetap kawan sejak kecil.

Page 62: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

51

i. Tanggung Jawab

Sifat tanggung jawab tokoh Alif diwujudkan dengan menepati janji yang

telah diucapkan kepada Bang Togar untuk menyelesaikan tulisan tepat waktu. Hal

ini terdapat pada kutipan berikut.

“Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2 halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayang-bayang. Aku tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak berhasil setor tulisan tepat waktu.” (Ranah Tiga Warna:71)

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Alif mempunyai sifat tanggung jawab

yang tinggi. Ketika Alif ingin belajar menulis dengan Bang Togar Alif langsung

mendapatkan tantangan menulis dalam waktu yang sangat singkat, padahal Alif

belum menemukan ide apa yang akan ditulis dalam artikelnya. Dengan suasana

yang mengantuk Alif tetap berusaha menulis artikel, memotivasi dirinya sendiri

dengan meneriakkan man jadda wajada “siapa yang bersungguh-sungguh pasti

akan bisa”. Dengan terbayang-bayang wajah Bang Togar Alif menulis dengan

penuh semangat karena Alif tidak ingin besok mengumpulkan tulisannya tepat

waktu.

Sifat tanggung jawab tokoh Alif juga digambarkan dengan Alif

bertanggung jawab atas dirinya sendiri, yaitu mampu mandiri secara keuangan.

Mampu menghidupi diri sendiri di Bandung tanpa merepotkan Amak di kampung.

Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

Page 63: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

52

“Mulai bulan ini, ambo insya Allah sudah bisa mandiri secara keuangan. Jadi Amak tidak perlu mengirimkan uang bulanan bulan depan. Pasti amak dan adik-adik lebih butuh lagi. Satu hal yang ambo minta, minta doa selalu dari amak agar rezeki ananda di sini dimudahkan allah,” tulisku.” (Ranah Tiga Warna:156)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa setelah kepergian Ayahnya Alif ingin

berusaha hidup mandiri tanpa merepotkan Amak di kampung, selain itu

berkieinginan untuk bisa menghidupi Amak dan adik-adiknya. Dan dari kutipan

tersebut digambarkan Alif mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri, mampu

mandiri dan mampu membiayai hidupnya di Bandung tanpa merepotkan Amak.

Alif mengirimkan surat kepada Amak di kampung, menuliskan bahwa Alif

meminta Amak tidak usah mengirimkan uang buat Alif.

j. Ikhlas

Sifat ikhlas tokoh Alif digambarkan ketika Alif diperlakukan keras oleh

Bang Tigor dalam belajar menulis artikel. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Akhirnya aku memilih untuk iklas saja, walau diperlakukan dengan keras. Hari ini aku sibuk sekali karena harus memperbaiki naskah, mengetik ulang, mengantar, dan dicoret bang Togar lagi.” (Ranah Tiga Warna:76)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa untuk bisa menulis yang baik Alif

belajar dengan bang Togar. Tetapi Bang Togar orangnya sangat keras dalam

membimbing orang yang mau belajar dengan Bang Togar, tetapi Alif akan

berusaha dan mengikuti bagaimana ajarannya Bang Togar. Ketika Alif belajar

menulis pertama kalinya Alif diperlakukan kasar, banyak coretan dihasil artikel

tulisan Alif, tidak hanya coretan bahkan Alif suruh merevisi artikel yang masih

salah itu. Tetapi Alif ikhlas dengan apa yang dilakukan Bang Togar terhadap Alif

karena ini yang terbaik buat Alif demi belajar menulis dari Bang Tigor.

Page 64: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

53

Sifat ikhlas tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif ikhlas menjalani

hidup ini walaupun harus bekerja keras. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Apa gunanya masa muda kalau tidak untuk memperjuangkan cita-cita besar dan membalas budi orangtua? Biarkan tulang mudaku ini remuk dan badanku susut. Aku ikhlas mengorbankan masa muda yang indah seperti yang dinikmati kawan-kawanku. Karena itu aku tidak boleh lemah. Aku harus keras pada diriku sendiri. Pedih harus aku rasai untuk tahu benar rasanya senang. Harus berjuang melebihi rata-rata orang lain. Man jadda Wajada!.” (Ranah Tiga Warna:117)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa setelah kepergian Ayah, Alif

mengalami kekurangan dalam masalah uang. Apalagi untuk biaya kuliah, makan

pun Alif masih kekurangan. Tetapi Alif tidak kuasa, merasa kasihan jika harus

membebani Amak di kampung. Maka dari itu Alif berusaha mencari pekerjaan

agar bisa mendapatkan uang untuk memenuhi hidupnya di Bandung. Apapun

pekerjaannya akan Alif lakukan asalkan halal. Alif berusaha, berjuang, bekerja

keras agar bisa mendapatkan uang. Alif iklas menjalani masa mudanya untuk

mencari uang dengan kerja keras. Tidak seperti teman-teman Alif yang hidupnya

selalu indah. Tetapi Alif jalani hidup ini dengan penuh rasa sabar dan iklas.

k. Berfikir realistis dan kreatif

Tokoh Alif mampu berfikir realistis bahwa dirinya dengan waktu yang

sedikit tidak mungkin mengikuti ujian masuk ITB. Dengan sifat berfikir ralistis

Alif harus mengambil jurusan IPS daripada masuk jurusan teknik ITB. Hal

tersebut dibuktikan dengan kutipan berikut.

“Kalau aku masih ingin kuliah di universitas negeri, aku harus mengambil keputusan besar. Aku akhirnya harus memilih dengan realistis. Kemampuan dan waktu yang aku punya saat ini tidak cocok dengan impianku. Dengan berat hati aku kuburkan impian tinggiku dan aku hadapi

Page 65: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

54

kenyataan bahwa aku harus mengambil jurusan IPS. Selamat jalan, ITB.” (Ranah Tiga Warna:10-11)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa impian Alif adalah bisa masuk kuliah

di ITB jurusan teknik, tetapi impian itu tidak dapat dicapai karena dengan nilai

yang minim Alif tidak bisa mengikuti ujian di ITB. Alif berusaha menerima, dan

dengan kenyataan ini Alif tidak menyerah karena Alif harus menuntut ilmu

setinggi mungkin. Akhirnya dengan kenyataan ini Alif memilih jurusan lain untuk

tetap bisa kuliah, Alif mengambil jurusan IPS.

Sifat kreatif tokoh Alif digambarkan ketika alif berfikir akan mencari

penghasilan tambahan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Melihat teman kuliahku yang leluasa jajan, ingin sekali aku punya uang jajan lebih. Tapi aku tidak mungkin minta kiriman lebih karena beban Ayah dan Amak sudah begitu berat. Karena itu aku mulai berfikir-fikir untuk mencari penghasilan tambahan seperti yang dilakukan beberapa teman kosku yaitu mengajar les atau prifat.” (Ranah Tiga warna:84)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa kehidupan di Bandung tidaklah mudah,

apalagi bagi Alif yang selalu serba kekurangan. Teman-teman Alif bebas untuk

jajan, dan untuk beli apapun, sedangkan Alif untuk makan saja masih kurang, dan

Alif ingin mempunyai uang lebih untuk bisa seperti temannya. Tetapi Alif tidak

mau minta kepada Ayah dan Amak karena beban Ayah sudah berat. Alif adalah

sesosok orang yang tak pernah malu dengan keadaannya, dan tidak pernah mau

diam jika Alif menginginkan sesuatu. Dengan apa yang Alif inginkan Alif

langsung berfikir cepat, Alif menginginkan sesuatu dan Alif juga harus berbuat

sesuatu agar apa yang Alif inginkan bisa Alif dapatkan. Akhirnya Alif akan

Page 66: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

55

berbuat sesuatu agar bisa menghasilkan uang untuk tambahan jajan agar tidak

merepotkan kedua orang tua di kampung.

l. Cerdas

Sifat cerdas tokoh Alif digambarkan dengan kemampuan berargumentasi

dan meyakinkan Pak Danang agar tulisannya dapat dimuat dengan menggunakan

kata-kata yang efektif. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.

“Aku cepat-cepat memberi latar belakang, ‘’ Pak Danang, tulisan ini saya persiapkan dengan latar belakang teoritis yang kuat yang saya pelajari di kampus. Juga telah melalui sebuah diskusi kritis dengan senior saya. Intinya, saya punya argument ilmiah bahwa kalau Palestina didukung dengan tekanan diplomasi PBB dan negara Arab, dan tidak ada halangan dari Amerika Serikat, maka Palestina akan berhasil menjadi negara yang berdaulat.” (Ranah Tiga Warna:149)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah sosok tokoh yang cerdas,

apapun hambatan dan rintangan Alif mampu menyelesaikan sendiri. Dari hasil

belajar menulis dengan Bang Tigor Alif mampu menulis artikel dan ingin dikirim

ke salah satu redaksi. Ketika Alif di wawancarai oleh pemimpin redaksi dengan

otak yang cerdas alif mampu memberikan alasan tentang apa yang Alif tulis.

Berbagai alasan latar belakang tentang tulisan argumen ilmiah sudah Alif jelaskan

untuk meyakinkan pimpinan redaksi. Dan dengan usaha Alif akhirnya pimpinan

redaksi akan mempertimbangkan hasil artikel ilmiah yang dibuat oleh Alif.

Sifat cerdas tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif mampu menulis

artikel minimal 8 tulisan satu bulan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Untuk bisa menutupi biaya hidupku sebulan, rata-rata aku maksa diri untuk ngebut menulis minimal 8 tulisan sebulan. 8 tulisan sebulan adalah pekerjaan yang besar. Menulis sendiri sudah memakan waktu, belum lagi aku harus riset untuk bahan analisis.” (Ranah Tiga Warna:158)

Page 67: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

56

Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alif tidak lagi bekerja Alif

memutuskan untuk menulis artiel agar bisa menghasilkan uang untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya selama di Bandung. Pekerjaan menulis sangatlah tidak

mudah, butuh kerja yang keras dan pemikiran yang cerdas agar bisa menulis

dengan hasil yang baik. Karena Alif termasuk anak yang cerdas Alif mampu

menulis artikel sebanyak 8 tulisan selama satu bulan untuk diterbitkan.

Alif adalah tokoh yang cerdas digambarkan ketika Alif mampu

memepelajari berbagai bahasa asing. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Bagian pertama berupa wawancara dalam bahasa Inggris aku lewati dengan sangat percaya diri. Setiap pertanyaan aku terkam, kuliti, dan aku hidangkan jawabannya dengan matang. Aku ceritakan dengan lancar pengalamanku di PM bergaul dengan berbagai suku dan semangatku untuk bisa mempelajari berbagai bahasa asing.” (Ranah Tiga Warna:201)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sejak di pondok Madani dulu Alif

sosok tokoh yang mudah bergaul dengan siapa saja. Apalagi di Pondok dulu Alif

mempunyai teman berbagai suku bangsa. Berbagai bahasa telah Alif pelajari,

karena Alif menyukai bahasa-bahasa asing. Waktu di pondok dulu Alif senang

sekali dengan bahasa Inggris, dan sekarang ini Alif mampu berbicara bahasa

Inggris. Ketika alif mengikuti tes wawancara dengan bahasa asing dalam program

pertukaran pemuda Indonesia dan Kanada karena Alif anak yang cerdas, Alif

dapat menjawab dengan lancar semua pertanyaan dengan menggunakan bahasa

Inggris. Alif juga menceritakan pengalaman-pengalaman ketika Alif berada di

pondok.

Sifat cerdas tokoh Alif digambarkan ketika Alif ingin meneliti tentang

referindum yang terjadi di Quebec. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

Page 68: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

57

“Referindum ini mungkin peristiwa terbesar dalam sejarah Kanada, setelah mereka merdeka. Dan aku akan menyaksikan sendiri kejadian langka ini. Aku coba memutar otakku agar bisa menggunakan momen ini untuk merebut medali emas yang diiming-imingkan oleh Sebastian. Medali hanya diberikan kepada peserta yang punya karya unik dan berpengaruh bagi kota kami. Tekadku ingin mengalahkan Rob yang menyebalkan, bagaimanapun caranya.” (Ranah Tiga Warna:321)

Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alif mengikuti program pertukaran

pemuda Indonesia dan Kanada Alif mendapatkan tempat kerja di salah satu

program stasiun TV di Kanada. Dalam kerja ini tentu bersaingan dengan

kelompok-kelompok kerja yang lain. Dalam kerja ini Alif mencari ide yang unik

dan menarik yang nantinya bisa memenangkan dan mendapatkan penghargaan

dan medali. Dalam persaingan ini akhirnya alif menemukan ide, yaitu Alif akan

menggunakan momen referendum peristiwa besar yang terjadi di Kanada. Franc

pasangan Alif selama bekerja di stasiun TV Kanada menyetujui ide Alif.

m. Tangguh

Gambaran sifat tangguh yang dimiliki tokoh Alif diwujudkan dengan

belajar dengan keras siang dan malam. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.

“Kalau aku lihat di cermin, badanku kini mengurus, agak pucat, dan mataku merah. Tapi aku tidak peduli. Ini perjuangan penting dalam hidupku. Mungkin menjadi penentu nasib masa depanku. Amak dan Ayah tampak cemas melihat aku belajar seperti orang kesurupan. ‘’ Nak, jangan terlalu diforsir tenaga itu, jaga kesehatan, jangan sampai tumbang di masa ujian, ‘’ kata Amak ketika datang ke kamarku membawa sekadar goreng pisang atau teh telur.” (Ranah Tiga Warna:12)

Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alif dihadapkan oleh ujian persamaan

dan ujian UMPTN Alif bekerja keras, berjuang, belajar setiap hari untuk

mempersiapkan melaksankan ujian nanti. Perjuangan Alif untuk memepersiapkan

Page 69: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

58

ujian malah menjadikan Alif sakit, badan mengurus, agak pucat, dan mata merah.

Tapi Alif tidak peduli dengan apa yang terjadi. Kerena ini adalah perjuangan yang

sangat penting dalam hidup Alif. Mungkin menjadi penentu nasib masa depanku.

Hal ini menggambarkan Alif adalah sosok tokoh yang tangguh karena dalam

situasi Alif yang sakit Alif tetap berjuang dan berusaha untuk mempersiapkan

mengikuti ujian nanti.

Sifat tangguh tokoh alif juga digambarkan ketika Alif menerima kenyataan

hidup yang serba kekurangan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Setiap pagi, Raisa dan teman-temannya merubung gerobak bubur ayam yang berhenti di antara kos Raisa dan kosku. Kalau mereka sudah bubar, aku biasanya melambaikan tangan ke abang tukang bubur untuk datang. Tapi di sakuku tinggal beberapa rupiah saja. Tidak cukup untuk makan sampai malam. Apa boleh buat, harus berhemat lagi. Dengan berbisik, supaya tidak terdengar Raisa, aku tuangkan air putih dan aku aduk. Tidak apa encer, tapi kan kelihatan sudah semangkok penuh. Lumayan buat menghangatkan perutku pagi hari.” (Ranah Tiga Warna:103)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif terlahir dari keluarga yang

sederhana, selama Alif tinggal di Bandung Alif hidup dengan serba kekurangan.

Tetapi dengan hidup yang serba kekurangan tidak mengurangi semangat alif

untuk tetap berusaha dan berjuang menuntut ilmu. Alif adalah sosok yang tangguh

dalam menjalani hidup yang sederhana, hidup yang serba kekurangan, apalagi

dalam hal makan. Setiap pagi Alif selalu membeli bubur untuk menu sarapan

setiap hari kalau Alif sedang mempunyai uang yang cukup, jika ketika Alif ingin

berhemat kadang Alif mencari sisa makanan di dapur kemaren. Saat pagi itu Alif

membeli bubur, karena uang alif tidak cukup akhirnya Alif membeli setengah

porsi, karena tidak ingin malu di hadapan raisa akhirnya Alif menambah air dalam

Page 70: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

59

bubur agar bubur kelihatan banyak. Dengan hidup yang seperti ini Alif tetap

semangat dan tetap tangguh.

Sifat tangguh tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif tetap tangguh

menjalani hidup ini walaupun sakit menyerang Alif. Hal ini terdapat pada kutipan

berikut.

“Aku seret diriku keluar kamar pesakitan walau lututku masih bergetar-getar seperti akan runtuh, dan badanku masih kurus dan pucat. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang sabar dan beruntung. “Man shabara shafira!” pekikku di depan pintu. Beberapa ekor ayam tetangga lari berbirit-birit mendengar aku memekik-mekik.” (Ranah Tiga Warna:136)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa selama Alif tinggal di bandung banyak

cobaan dan rintangan bertubi-tubi yang Alif alami. Dari kekurangan dalam

masalah uang, Ayah Alif meninggal, belajar menulis dengan Bang Togar, dan

perjuangan Alif mencari pekerjaan, dan kini Alif mengalami sakit dan dirawat di

rumah sakit. Alif menginginkan kalau Amak tidak boleh tahu apa yang terjadi

dengan Alif. Membayar biaya rumah sakit Alif meminjam uang Randai. Alif

merasa sudah tidak berdaya, tetapi Alif beruaha sabar menjalani hidup ini. Hal ini

mencerminkan Alif adalah sosok yang tangguh dalam menghadapi cobaan yang

bertubi-tubi dan menjalani hidup ini dengan penuh kesabaran dan semangat.

n. Sederhana

Sifat kesederhanaan tokoh Alif digambarkan ketika Alif berada di kos dan

ingin berhemat, serta hidup sederhana. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.

“Karena berhemat, maka membeli kasur dan bantal bukan prioritasku. Jadi, aku hanya bisa menumpangkan kepala di ujung kasur sebagai bantal, menggelar sajadah sebagai alas tidur dan berkelumun kain sarung.” (Ranah Tiga warna:61)

Page 71: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

60

Dari kutipan di atas, terlihat ketika di pondok Madani dulu banyak

pelajaran yang Alif dapat, terutama tentang kesederhanaan. Hidup keserhanaan

Alif tidak diterapkan di Pondok Madani saja, tetapi ketika Alif sudah tinggal di

kos Alif ingin hidup berhemat, maka membeli kasur dan bantal bukan prioritas

Alif. Jadi, Alif hanya bisa menumpangkan kepala di ujung kasur Randai sebagai

bantal, menggelar sajadah sebagai alas tidur dan berkelumun kain sarung.

Kehidupan seperti ini sudah Alif lakukan sejak dulu, tetapi Alif menerima segala

sesuatu yang Alif dapatkan.

Sifat sederhana tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif memakai pakaian

sederhana dan apa adanya.

“Ooh. Dia mengintip wajahku dari balik kacamatanya yang melorot. Mungkin kurang percaya melihat mahasiswa ceking dengan baju lusuh dan berkacamata seperti aku ini.” (Ranah Tiga Warna:151)

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa kepolosan dan kesederhanaan Alif

sebagai mahasiswa di Bandung Alif tidak pernah memakai pakaian yang

berlebihan, alif adalah sosok yang sederhana dan polos. Kemanapun Alif pergi

alif selalu berpenampilan apa adanya, sehingga kadang sering dikira orang lain

Alif bukan mahasiswa apalagi terlihat orang yang cerdas.

o. Rasa Ingin Tahu

Sifat rasa ingin tahu digambarkan dengan tokoh Alif yang berusaha keras

meyakinkan Bang Togar kalau dirinya mempunyai keinginan yang tinggi untuk

bisa menulis. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.

“Bang, aku ingin sekali bisa menulis. Tapi menulis sekaliber Abang. Tidak hanya di majalah kampus, tapi ingin dimuat media nasional.’’

Page 72: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

61

Dia menatapku sebentar. Mengernyitkan kening, mungkin tidak yakin dengan apa yang dia dengar. ‘’Benar, kau ingin menulis bagus?’’ ‘’Sudah tujuanku, Bang. Aku ingin belajar sama Abang.’’ (Ranah Tiga Warna:67)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sifat rasa ingin tahu digambarkan

dengan tokoh Alif yang berusaha keras meyakinkan Bang Togar kalau Alif

mempunyai keinginan yang tinggi untuk bisa menulis. Meyakinkan Bang Togar

merupakan dorongan rasa ingin tahu Alif untuk menulis. Walaupun Bang Togar

adalah orang Batak yang keras, tetapi Alif tidak mau menyerah karena belajar

menulis adalah tujuannya.

p. Peduli

Sifat peduli tokoh Alif digambarkan ketika Alif memperhatikan muka

Ayah yang semakin tirus dan pucat. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Aku prihatin menatap Ayah. Sudah aku perhatikan sejak beberapa minggu ini mukanya semakin tirus dan pucat. Aku bahkan tidak berani meninggalkan ayah dalam kondisi seperti ini.” (Ranah Tiga warna:39)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah sosok orang yang peduli,

hal ini digambarkan ketika Alif tidak tega melihat kondisi Ayah yang seperti ini.

Ayah sedang sakit, badannya tirus dan pucat. Dengan kondisi Ayah yang seprti itu

Alif tidak tega meninggalkan ayah untuk pulang kembali ke Bandung. Dengan

sifat peduli Alif akhirnya Alif menunda kepulangan Alif ke Bandung.

Sifat peduli diwujudkan dengan kepekaan sosial tokoh utama untuk

menyantuni anak yatim dengan memberikan uang 7 ribu kepada pengurus panti

asuhan. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.

“Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti

Page 73: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

62

itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam sambil khusuk mendoakan aku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah.” (Ranah Tiga Warna:155)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sifat peduli Alif diwujudkan dengan

kepekaan sosial tokoh Alif untuk menyantuni anak yatim dengan memberikan

uang 7 ribu kepada pengurus panti asuhan. Menyantuni anak yatim dalam islam

mempunyai keutamaan yang besar, dalam Hadits yang shahih disebutkan bahwa

barang siapa yang menyantuni anak yatim maka kedudukannya tinggi di surga,

dan dekat dengan Rasulullah, diisyaratkan seperti dekatnya jari tengah dan jari

telunjuk yang direnggangkan. Maka dari itu setiap alif mempunyai rezeki

walaupun hanya sedikir Alif selalu ingat dan memberikan sedikit uang untuk anak

yatin.

Rasa peduli tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif mempedulikan Amak

dan adik-adiknya di kampung dengan mengirimkan uang hasil keringat alif

sendiri. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Dengan semangat melonjak-lonjak, aku selipkan 3 lembar uang Rp10.000 bergambar Sultan Hamengku Buwono IX dan borobudur di tengah lipatan surat untuk Amak. Walau tidak banyak, ini sebuah prestasi besar dalam hidupku. Ini kali pertama dalam hidupku aku bisa memberi uang hasil keringat sendiri kapada Amak.” (Ranah Tiga Warna:173)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah sosok yang peduli terhadap

siapa saja, apalagi dengan Amak dan adik-adiknya. Selama Alif hidup serba

kekurangan di bandung Alif tidak ingin merepotkan Amak apalagi membuat

pikiran Amak, sehingga selama di Bandung Alif berusaha mandiri, berusaha

menghidupi diri sendiri. Inilah bukti kepedulian Alif terhadap Amak. Dengan

Page 74: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

63

prestasi Alif, sekarang Alif sudah mempunyai sedikit penghasilan. Dan Alif ingin

mengirimkan uang untuk Amak dan adik-adiknya walaupun hanya sedikit, tetapi

ini adalah hasil dari keringat Alif sendiri.

Tokoh Alif tidak hanya peduli dengan keluarga, Alif juga peduli pada

lingkungan dengan dibuktikan membantu menggali salju. Hal tersebut terdapat

pada kutipan berikut.

“Sabtu pagi ini Ferdinand membangunkan kami lebih awal untuk bergotong royong. Dengan skop kami menggali salju yang menutupi jalan dari tangga rumah sampai ke jalan besar. Ferdinand dan Mado melambaikan tangan ke tetangga di kiri-kanan yang juga sibuk bekerja seperti kami.” (Ranah Tiga warna:375)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa selain peduli dengan sesama dan

keluarga Alif juga peduli pada lingkungan dengan dibuktikan Alif membantu

menggali salju ketika berada di Kanada. Banyaknya salju yang turun dan

menutupi jalan dari tangga rumah sampai ke jalan besar, Alif da keluarga di

Kanada akhirnya bergotong royong untuk membersihkan jalan dari salju yang

tebal agar bisa buat jalan.

q. Santun

Selain sifat peduli, dalam hubungannya dengan sesama, tokoh Alif juga

mempunyai sifat santun yang diwujudkan dengan tutur kata yang santun, halus,

dan sopan. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.

“Maaf, Den Kasep, bulan ini belum belum dapat arisan. Mungkin bulan depan ya,Dik,’’ kata Ibu Tin, seorang istri jenderal dengan logat Sunda yang halus. Ibu Tin salah satu langganan terbaikku. Sebelumnya dia telah membeli kain bordir kerancang dan kapalo peniti, mukena, dan cairan pembersih serbaguna. ‘’Terima kasih Bu. Bulan depan saya kunjungi lagi,” kataku pamit.” (Ranah Tiga Warna:119)

Page 75: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

64

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Alif mempunyai sifat santun

yang diwujudkan dengan tutur kata yang santun, halus, dan sopan. Tutur kata Alif

disampaikan dengan santun dan tidak menyalahi prinsip kesantunan berbahasa

agar tidak menyinggung lawan bicaranya.

r. Demokratis

Sifat demokratis tokoh Alif diwujudkan dengan mengusulkan

keinginannya melalui musyawarah dengan teman-temannya dan tidak

memaksakan kehendaknnya kepada orang lain. Hal tersebut terdapat pada kutipan

berikut.

“Aku mengeleng-geleng dan mengacungkan jari. ‘’ Rus, itu terlalu biasa. Aku usul kita bikin sekalian yang benar-benar monumental. Bagaimana kalau di puncak tertinggi Saint-Raymond? Namanya Mont Laura. Baru kemarin aku meliput para atlet ski lokal yang meluncur di puncaknya. Ada dataran di puncak bukit itu yang sering dipakai untuk kegiatan pramuka, lengkap dengan tiang bendera. Dan ada jalan mobil sampai pinggang bukit sehingga tidak terlalu terjal untuk mendaki, ‘’kataku.” (Ranah Tiga Warna:391)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sifat demokratis tokoh Alif

diwujudkan dengan mengusulkan keinginannya melalui musyawarah dengan

teman-temannya dan tidak memaksakan kehendaknnya kepada orang lain. Alif

mau menerima pendapat orang lain, tidak memaksakan kemauan sendiri, berusaha

untuk memperoleh titik tengah bila terjadi perbedaan pendapat. Ketika Alif berada

di Kanada, Alif dan teman-teman Indonesia membuat acara untuk merayakan hari

Pahlawan. Dengan acara ini Alif berpendapat dan menyatukan pendapat-pendapat

dari teman-teman yang lain.

Page 76: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

65

s. Nasionalis

Sifat nasionalis dibuktikan dengan adanya ketergugahan pada makna lagu-

lagu kebangsaan. Salah satunya lirik ‘’Bagimu negeri jiwa raga kami’’. Hal

tersebut terdapat pada kutipan berikut.

“Acara ditutup dengan Raisa tampil ke depan. Seragam jas biru tua semakin melengkapi aura percaya dirinya yang besar. Dia mengayunkan kedua tangannya, memimpin kami semua melantunkan lagu Padamu Negeri. Bait terakhir, ‘’bagimu negeri jiwa raga kami’’ kami nyanyikan panjang dengan sepenuh hati. Badanku rasanya ringan terbang melayang , meresapi sensasi yang sulit aku lukiskan. Bahkan ketika nyanyian telah berakhir, di dadaku masih terus bergaung lirik, ‘’bagimu negeri jiwa raga kami’’. Rasanya aku bahkan siap mati demi bangsa ini.” (Ranah Tiga Warna:228)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sifat nasionalis dibuktikan dengan

adanya ketergugahan pada makna lagu-lagu kebangsaan. Salah satunya lirik

‘’bagimu negeri jiwa raga kami’’. Ketika acara memperingati ahari pahlawan

sudah diujung selasai, alif dan teman-teman menyanyikan lagu kebangsaan. Lagu

tersebut membangkitkan karakter dan jiwa nasionalis tokoh Alif. Dia merasa siap

mati demi bangsa Indonesia. Sifat nasionalis Alif yang membumbung tinggi

tentang arti cinta tanah air. Dia siap mengorbankan jiwa dan raganya untuk

Indonesia.

Sifat nasionalis lainnya juga digambarkan ketika Alif ingin berusaha

mendapatkan medali untuk membuktikan bahwa anak Indonesia bisa

mengalahkan anak Kanada. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Rasa nasionalisku menjadi terbakar. Dalam hati aku berjanji akan berusaha mandapatkan medali ini, untuk membuktikan bahwa kami anak Indonesia bisa mengalahkan anak-anak Kanada ini. Kalaupun bukan aku yang akan mendapatkan nanti, paling tidak salah satu temanku orang Indonesia. Ini masalah harga diri bangsa, masalah nasionalisme. Indonesia harus dilihat setara sebagai bangsa. Kalau bisa lebih tinggi.”

Page 77: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

66

(Ranah Tiga Warna:287)

Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alif berada di Kanada, dan dalam

program pertukaran pemuda Indonesia dan Kanada terdapat persaingan dalam

bekerja untuk mendapatkan medali dan penghargaan lalu Alif tergugah dan

semangat. Rasa nasionalis Alif terbakar, Alif berjanji akan berusaha dan berjuang

untuk mendapatkan medali dan penghargaan, dan membuktikan bahwa anak-anak

Indonesia bisa mengalahkan anak-anak Kanada.karen Alif ingin menjunjung

tinggi nama baik bangsa Indonesi dimata Bangsa lain.

2. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad Fuadi

Dilihat dari perwatakan tokoh Alif Fikri dalam novel Ranah Tiga Warna

karya Ahmad Fuadi, maka dapat diketahui nilai-nilai pendidikan yang terdapat

dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi. Adapun nilai-nilai

pendidikan yang terdapat dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi

antara lain pendidikan religius dan pendidikan moral.

a. Nilai Pendidikan Religius

Nilai-nilai pendidikan religius digambarkan tokoh Alif yang selalu

meyakini adanya Allah, mengingat ajaran-ajaran agama waktu dulu di Pondok

Madani. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Ya Tuhan, aku berprasangka baik untuk semua keputusanMu. Lambat laun, hatiku menjadi sejuk dan tenteram. Aku menengadah ke langit Bandung yang kembali mendung sore itu. Gerumbul awan sore di mataku masih berbentuk benua Amerika. Hanya Tuhan yang tahu apa ini hanya akan jadi mimpi atau nanti menjadi nyata. Biarkan Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik untukku. Dia Maha Tahu, Dia Maha Mengerti, Dia Maha Adil. Insya Allah, Tuhan tahu yang terbaik buatku. Dan sungguh Dia selalu memberi yang terbaik.” (Ranah Tiga Warna:208)

Page 78: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

67

Dari kutipan tersebut, mengandung nilai pendidikan relegius yaitu melalui

tokoh Alif diharapkan sebagai umat manusia apalagi beragama muslim harus

mempercayai adanya Allah Swt bahwa, Allah Maha Tahu, Allah Maha Mengerti,

dan Allah Maha Adil. Sebagai umat muslim harus berprasangka baik kepada

Allah, harus yakin bahwa apapun keputusan Allah, apapun yang diterima itu

adalah yang terbaik. Dengan mempercayai adanya Allah adalah sebagai bukti

bahwa itu adalah orang yang beriman.

Selain mempercayai adanya Allah Swt Alif juga seorang hamba yang

selalu bersyukur kepada Allah. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Walau bukan Teknik Penerbangan ITB, seperti impian awalku, Jurusan Hubungan Internasinal adalah sebuah rezeki besar bagi diriku. Beralasan koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan usaha, keajaiban restu orangtua, keajaiban doa. Di sebelahku, Ayah juga sujud lama sekali. Beberapa orang yang lewat di jalan terheran-heran melihat kami berdua menungging di pinggir jalan.” (Ranah Tiga Warna:30) Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa perasaan Alif yang selalu bersyukur

kepada Allah Swt karena Alif bisa masuk kuliah walaupun bukan di ITB impian

awalnya.

Dari kutipan di atas, mengandung nilai pendidikan religi yaitu melalui

tokoh Alif diharapkan rasa syukur selalu ada pada diri manusia. Perasaan

bersyukur kepada Allah swt akan menambah kenikmatan dalam diri manusia dan

apabila manusia selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikanNya, maka

Allah akan menambah kenikmatan itu. Manusia yang pandai mensyukuri nikmat-

nikmat yang kecil maka manusia juga pandai mensyukuri kenikmatan besar yang

telah diberikan Allah swt.

Page 79: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

68

Rasa syukur sebaiknya ditanamkan pada diri manusia sejak masih kanak-

kanak, sehingga ketika dewasa sudah terbiasa mensyukuri nikmat Allah, dan

menjadi “golongan orang-orang yang pandai bersyukur”. Bersyukur artinya

menghargai nikmat dan menghargai pemberian nikmat serta mempergunakan

nikmat itu di jalan Allah. Rasa syukur itu terasa dalam hati, dinyatakan dengan

lidah dan dibuktikan dengan perbuatan dan tingkah laku.

Nilai pendidikan religi yang lain juga digambarkan bahwa setiap manusia

harus beramal semampunya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Tapi satu hal yang kau tak boleh lupa. Dalam rezeki kau itu ada hak orang lain. Walau sedikit, setiap honor itu kau potong dulu. Sisihkan buat amal, kalau perlu kau antar sendiri ke panti asuhan.” (Ranah Tiga Warna:155)

Dari kutipan tersebut mengandung nilai pendidikan religi yaitu melalui

tokoh Alif diharapkan agar manusia harus banyak-banyak beramal walau hanya

sedikit. Dalam setiap rezeki seseorang itu ada hak orang lain. Banyak-banyaklah

beramal karen beramal itu tidak mengurangi harta seseorang, tetapi allah akan

menggandakan rezeki manusia jika manusia itu mampu beramal.

Beramal adalah salah satu perintah Allah kepada manusia dan perintah

Allah tentulah baik hanya manusia tidak mengetahui kebaikan yang ada dibalik

perintah tersebut. Oleh sebab itu hendaklah manusia selalu mematuhi segala

perintahNya dan menjauhi segala laranganNya agar manusia berada di jalan

Allah.

b. Nilai Pendidikan Moral

Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi mengandung nilai

pendidikan moral sebab dalam novel tersebut terpancar ajaran yang ada

Page 80: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

69

hubungannya dengan moral atau budi pekerti. Pesan-pesan moral yang ingin

disampaikan Ahmad Fuadi disajikan melalui sikap dan perilaku tokoh Alif.

Nilai pendidikan moral digambarkan tokoh Alif antara lain jujur,

menepati janji, peduli dan mandiri. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Joki? Aku menggeleng keras untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan.” (Ranah Tiga Warna:8)

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa tokoh Alif yang selalu jujur, maka

ketika Alif sedang sangat membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan uang Alif

menolak tentang perjokian. Joki adalah orang yang mengerjakan ujian untuk

orang lain dengan menyamar sebagai peserta ujian yang sebenarnya dan

menerima imbalan uang. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang

kejujuran dan keikhlasan jika Alif menerima tawaran perjokian untuk

mendapatkan uang. Allah melarang hal ini, karena walaupun hal ini sifatnya

membantu orang lain tapi menyebabkan orang yang bersangkutan malas untuk

berusaha. Hal tersebut mengajarkan kepada manusia untuk bersikap jujur, sebab

jujur adalah mata uang yang berlaku dimana-mana dan hendaknya jangan suka

membual karen membual tidak ada gunanya.

Alif adalah sosok tokoh yang menepati janji, hal tersebut terdapat pada

kutipan berikut.

“Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2 halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayangbayang. Aku

Page 81: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

70

tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak berhasil setor tulisan tepat waktu.” (Ranah Tiga Warna:71)

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Alif mempunyai sifat suka menepati

janji yaitu berusaha menepati janji kapada Bang Tigor jika akan mengumpulkan

hasil artikel tepat waktu. Dengan penuh rasa semangat Alif berusaha, bekerja

keras agar pekerjaannya selesai dan bisa dikumpulkan tepat waktu. Sifat tersebut

mengandung nilai pendidikan yaitu hendaknya apabila berjanji selalu ditepati.

Ciri-ciri orang munafik diantaranya apabila berjanji selalu mengingkari. Apabila

selalu menepati janji, maka terhindar dari salah satu ciri-ciri orang yang munafik.

Sebaliknya, apabila selalu mengingkari janji, maka termasuk salah satu ciri-ciri

orang munafik dan tentunya tidak mendapat kepercayaan dari orang lain.

Seseorang yang tidak mendapat kepercayaan orang lain, maka sebaiknya berusaha

agar selalu menepati janji.

Alif adalah tokoh yang peduli dengan sekitar apalagi dengan anak yatim.

Hal ini terdapat pada kutipan berikut.

“Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam sambil khusuk mendoakan aku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah.” (Ranah Tiga Warna:155)

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Alif mempunyai sifat yang peduli

dengan sesama, terutama dengan anak yatim. Dari sifat Alif tersebut mengandung

nilai moral yang tinggi karena Alif mempedulikan anak yatim, sedangkan

kehidupan Alif masih serba kekurangan.

Page 82: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

71

Alif mencoba hidup mandiri ketika tinggal di bandung, Alif tidak ingin

merepotkan Amak dan membebani Amak di kampung. Hal ini terdapat pada

kutipan berkut.

“Mulai bulan ini, ambo insya Allah sudah bisa mandiri secara keuangan. Jadi Amak tidak perlu mengirimkan uang bulanan bulan depan. Pasti amak dan adik-adik lebih butuh lagi. Satu hal yang ambo minta, minta doa selalu dari amak agar rezeki ananda di sini dimudahkan allah,” tulisku.” (Ranah Tiga Warna:156)

Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa sikap Alif yang perhatian kepada

Amak, Alif sangat menyayangi Amak. Sifat Alif tersebut mengandung nilai

pendidikan bahwa seorang anak hendaknya harus perhatian dan menyayangi

kedua orang tua. Sebagai anak harus mengetahui keadaan kedua orang tua, dengan

begitu tentulah akan mengetahui hal-hal yang menjadi beban pikiran orang tua.

Selama Alif di Bandung Alif bekerja keras, berusaha, dan pantang menyerah

untuk meraih impian. Alif berusaha mencuupi hidupnya walau masih serba

kekurangan, tatapi alif tidak ingin merepotkan Amak dan tidak ingin menjadi

beban Amak. Dengan berkat usaha dan perjuangan Alif sekarang bisa mandiri

secara keuangan, maka dari itu Alif tidak ingin Amak mengirim uang bulanna

lagi.

3. Skenario Pembelajaran novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi kelas XI SMA

a. Tujuan pembelajaran

Tujuan dari pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan

berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa serta

menjunjung pembentukan watak. Tujuan pokok yang perlu dicapai dalam

pembelajaran novel adalah peningkatan kemampuan membaca secara intensif.

Page 83: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

72

Pembelajaran sastra diarahkan untuk memperbaiki budi pekerti dan mempertajam

kepekaan siswa.

Selain itu agar siswa mampu menganalisis unsur intrinsik (perwatakan)

dan unsur ektrinsik (nilai-nilai pendidikan) dalam novel Ranah Tiga Warna karya

Ahmad Fuadi.

b. Bahan pembelajaran

Bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan

kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Novel Ranah Tiga

Warna dapat digunakan sebagai pembelajaran sastra. Guru harus dapat memilih

bahan yang tepat dengan tingkat perkembangan siswa. Menentukan bahan

pembelajaran sastra harus dari sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis), latar

belakang kebudayaan siswa.

1) Segi bahasa

Novel yang disajikan sebagai bahan pembelajaran sebaiknya

menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Bahasa yang digunakan

dalan novel Ranah Tiga Warna menggunakan bahasa Indonesia, ada sedikit

bahasa yang menggunakan bahasa Perancis, ada juga ada sedikit bahasa dari

Minang dan ada bahasa arab. Bahasa asing yang terdapat dalam novel Ranah

Tiga Warna dapat menambah pengetahuan siswa berkaitan dengan pengetahuan

bahasa. Dalam bahasa asing, pengarang selalu menyertakan artinya sehingga

siswa dengan mudah memahami bahasa asing tersebut. Kata-kata yang

menggunakan bahasa asing antara lain: sorry your time is up (maaf waktu anda

habis), going the extra miles, I’malu fauqa ma’amilu (berusaha di atas rata-rata

Page 84: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

73

orang lain, dari bahasa Ingris dan Arab), ambo (kata ganti orang pertama yang

sopan, ambo adalah bahasa Minang), etek (tante, bahasa Minang), man jadda

wajada (siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses), man shabara zhafira

(siapa yang bersabar akan beruntung), je voudrais pendre le petit dejeuner sans

jambon, s’il vous plait ( saya ingin sarapan tapi tanpa ham( babi), bahasa

Perancis).

2) Segi latar belakang budaya

Siswa akan tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang

erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan budaya. Novel Ranah Tiga

Warna menghadirkan cerita dengan latar budaya di Indonesia. Novel Ranah Tiga

Warna berlatar cerita di Maninjau Minang, dan di Bandung. Novel Ranah Tiga

Warna menghadirkan cerita yang kisahnya mengandung nilai-nilai sosial

sehingga siswa dapat mengambil nilai-nilai yang baik yang terkandung di

dalamnya. Siswa lebih suka memahami cerita yang berlatar budaya Indonesia

dibandingkan dengan yang berlatar budaya asing.

3) Segi kematangan jiwa (psikologis)

Bahan pembelajaran sastra sebaiknya memperhatikan tahap-tahap

perkembangan psikologi siswa. Tahap psikologi ini sangat besar pengaruhnya

terhadap kemampuan berfikir, kemungkinan pemahaman dalam pemecahan

masalah. Perkembangan psikologi siswa SMA berada pada tahap realistik yang

telah mampu memahami masalah-masalah dalam kehidupan. Dengan demikian,

siswa telah mampu memahami dan memberi tanggapan terhadap masalah-

masalah yang terdapat dalam cerita novel Ranah Tiga Warna.

Page 85: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

74

c. Metode pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan

bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik

pembelajaran.

Dalam pembelajaran sastra guru menggunakan metode kooperatif.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Secara umum

pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan

tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang

dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.

d. Sumber belajar

Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks/ materi ajar yang

dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Sumber belajar hendaknya

dipilih dan diselaraskan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Sumber

belajar dapat berupa buku pelajaran, buku pelengkap. Maka guru diharapakan

dapat menyediakan sumber belajar yang bervariasi. Buku pelengkap yang

berkaitan dengan apresiasi sastra, seperti buku Teori Pengkajian Fiksi karya

Burhan Nurgiyantoro dan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

e. Langkah-langkah pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan

kegiatan akhir belajar mengajar.

Page 86: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

75

a. Kegiatan awal

a) Guru menyampaikan salam dan mengecek kehadiran siswa.

b) Guru memotivasi tentang pentingnya materi yang akan dibahas.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan siswa memperhatikan.

d) Guru bertanya kepada siswa mengenai pengertian novel.

b. Kegiatan inti

Eksplorasi

1) Guru menunjuk beberapa siswa untuk menceritakan kembali novel Ranah

Tiga Warna yang telah dibaca di rumah.

2) Guru memberikan penjelasan materi unsur intrinsik (perwatakan) dan nilai-

nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga Warna.

Elaborasi

1) Siswa berdiskusi secara kelompok untuk menganalisis unsur intrinsik

(perwatakan) dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga Warna

karya Ahmad Fuadi.

2) Guru secara aktif memantau jalannya diskusi dan memberikan bantuan

kepada siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis.

3) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

4) Siswa lain menanggapi presentasi hasil diskusi.

Konfirmasi

1) Siswa menyimpulkan dan menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.

Page 87: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

76

c. Kegiatan Akhir

1) Guru memberikan kesimpulan tentang perwatakan tokoh utama dalam novel

Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

2) Guru memberikan tugas rumah untuk menuliskan hasil diskusi dan dikumpul-

kan pada pertemuan berikutnya.

3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan doa.

f. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkat

keberhasilan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sasaran evaluasi

hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif

(sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Penilaian hasil belajar siswa dalam

pembelajaran sastra dapat dilakukan dengan tes tertulis, yaitu berupa tes esai

untuk menilai proses berpikir yang melibatkan aktifitas kognitif sehingga siswa

tidak sembarangan dalam memjawab setiap pertanyaan. Siswa harus benar-benar

memahami materi yang diajarkan. Untuk mengukur ranah afektif, siswa diberi

kesempatan untuk menyampaikan pengalamannya setelah mendapatkan materi

apresiasi prosa, yaitu novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

Novel Ranah Tiga Warna karya Agnes Davonar dapat dijadikan bahan

pembelajaran sastra di SMA karena novel tersebut mengangkat cerita tentang

perjuangan seorang anak remaja untuk mencapai cita-cita walau rintangan dan

hambatan telah menguji Alif. Hal tersebut sekarang jarang ditemui karena anak

sekarang jika orang tua tidak mampu untuk biayai sekolah, maka anak tidak akan

sekolah. Tapi tokoh Alif lain, Alif berjuang sekuat tenaga berusaha mencari biaya

Page 88: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

77

sendiri untuk bisa meraih cita-citanya. Dengan diajarkan novel Ranah Tiga Warna

karya Agnes Davonar, siswa diharapkan mampu mencontoh usaha dan perjuangan

Alif dalam menuntut ilmu dan meraih cita-cita, semangat dalam menghadapi

cobaan dan rintangan.

Page 89: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

78

BAB V PENUTUP

Bab penutup berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi hasil penelitian

dan saran berisi anjuran peneliti kepada pihak-pihak yang dapat memanfaatkan

hasil penelitian ini.

A. Simpulan

Berdasarkan pembahasan data, peneliti dapat menarik beberapa simpulan

hasil penelitian sebagai berikut.

1. Perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna mempunyai sifat-

sifat baik antara lain: percaya diri, pantang menyerah, sabar, menyesal,

bersyukur, religius, jujur, pemaaf, tanggung jawab, ikhlas, berfikir realistis

dan kreatif, cerdas, tangguh, sederhana, rasa ingin tahu, peduli, santun,

demokratis, dan nasionalis.

2. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna

karya Ahmad Fuadi antara lain pendidikan religius dan pendidikan moral.

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad

Fuadi di SMA kelas XI terdapat dalam standar kompetensi membaca

7. memahami berbagai hikayat, novel Indonesia atau terjemahan dan

kompetensi dasar pada pembelajaran 7.2 menganalisis unsur intrinsik dan

ektrinsik novel Indonesia atau terjemahan yang dibacakan. Langkah-langkah

pembelajaran antara lain: pendahuluan, inti, dan penutup. Metode yang

digunakan adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah

Page 90: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

79

konsep jenis kerja kelompok yang dipimpin oleh guru. Rincian dari metode

tersebut adalah guru menjelaskan tujuan pembelajaran, guru menyampaikan

materi tentang unsur intrinsik (perwatakan) dan unsur ektrinsik (nilai-nilai

pendidikan), guru membagi siswa dalam kelompok, siswa menganalisis dan

berdiskusi mengenai analisis unsur intrinsik (perwatakan) dan unsur

ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan) meliputi: nilai pendidikan relegius dan nilai

pendidikan moral dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi, siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa menanggapi dan menilai

hasil presentasi kelompok lain, guru bersama siswa membuat kesimpulan dari

pembelajaran tersebut, guru memberikan penilaian.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti dapat memberikan beberapa

saran sebagai berikut.

1. Bagi peneliti berikutnya dalam mengkaji novel Ranah Tiga Warna karya

Ahmad Fuadi agar mengkaji dengan kajian yang lain.

2. Bagi pendidik khususnya guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia

diharapkan guru memiliki pengetahuan yang luas tentang pembelajaran sastra

agar mampu menumbuhkan minat siswa dan menciptakan kecintaan siswa

terhadap sastra.

3. Siswa hendaknya semakin memperbanyak membaca karya sastra khususnya

novel untuk menambah pengetahuan sehingga mampu mengambil nilai-nilai

positif untuk dijadikan teladan.

Page 91: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Fuadi, Ahmad.2011. Ranah Tiga Warna. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengakajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Surakarta:

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hartini, Padmi. 2010. Analisis Perwatakan dan nilai-nilai Pendidikan dalam Naskah Drama Iblis karya Mohammmad Diponegoro. Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Roskarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sayuti, Suminto A. 1988. Dasar-dasar Analisis Fiksi. Yogyakarta: LP3S.

Santoso.Muhammad. 2013. Identifikasi Tokoh Utama “Keke” dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar dan Pembelajarannya di kelas VIII SMP. Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.

Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Evektif. Purworejo: UMP

Press.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Suprijono Agus. 2013. Coperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tim penyusun. 2008. KKBI Edisi keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Page 92: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Titscher, Stefan, dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivitik.

Jakarta: Perstasi Pustaka.

Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UPT UNS Press.

Page 93: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

LAMPIRAN

Page 94: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

KARTU PENCATAT DATA

Tabel 1 Perwatakan Tokoh Alif Dalam Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad

Fuadi

Perwatakan

No Data Kutipan Novel

1. Percaya Diri

“Tentulah. Aden akan segera kuliah. Kalau aden berusaha, ya bisa.” (Ranah Tiga Warna:3)

“Jangan banyak tanya! Teriakku. Lihat saja nanti. Kita sama-sama buktikan! Kataku dengan nada tinggi.” (Ranah Tiga Warna:4)

“Kok bunyinya keren sekali. Tentulah ini jurusan buat para diplomat yang berjas rapi dan selalu keliling dunia itu. Tentu mahasiswanya perlu kemampuan bahasa asing yang baik. Rasa-rasanya cocok dengan modal yang aku punya sekarang. Dan yang telah kalah penting, mungkin bisa mengantarkan aku sekolah ke luar negeri. Mungkin bahkan ke Amerika. Siapa tahu.” (Ranah Tiga Warna:15)

“Siap, Yah. Jadi ambo bertekad akan memaksimalkan usaha persis seperti Denmark. Membalikkan penilaian semua orang yang memandang sebelah mata!.’’ (Ranah Tiga Warna:25)

“Dengan rasa percaya tinggi, aku gasak setia soal tulis. Memang tidak sia-sia perjuanganku belajar saban hari selama dua minggu terakhir ini. Tidak hanya belajar dan membaca, aku bahkan sampai bertanya kepada asti tentang kisi-kisi pertanyaan. Untuk menempa diri, aku bahkan membuat beragam soal sendiri dan aku jawab pula sendiri. Usai ujian tulis, panitia menyilakan kami duduk di luar ruangan, sambil mereka langsung menilai lembar ujian saat itu juga.” (Ranah Tiga Warna:188)

LAMPIRAN 1

Page 95: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

2. Pantang Menyerah

“Dengan meyakin-yakinkan diri, aku jawab tantangan Ayah.”Insyaallah Yah, ambo akan berjuang habis-habisan untuk persamaan ini dan untuk UMPTN” (Ranah Tiga Warna, 2011:6). “Pagi itu, dengan mengepalkan tinjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan doa, aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukan UMPTN. Aku ingin membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan apapun akan aku tebas.” (Ranah Tiga Warna:9)

“Aku paksa diriku, setiap aku merasa semangatku melorot. Aku paksa diriku lebih kuat lagi. Aku lebihkan usaha. Aku lanjutkan jalanku beberapa jalan halaman lagi, beberapa soal lagi, beberapa menit lagi. Going the extra miles. I’malu fauqa ma’amilu. Berusaha di atas rata-rata orang lain.” (Ranah Tiga warna:12)

“Aduh, baru saja aku senang dengan tulisanku, sudah ada tugas baru. Mulutku mau mengeluh, tapi aku paksakan hatiku untuk menerima tantangan ini. Sudah kepalang tanggung, aku harus hadapi dia. Aku tidak boleh menyerah kalau ingin dapat ilmu.” (Ranah Tiga Warna:78) “Berita buruk: permohonan beasiswaku ke kampus ditolak karena nilai semester awalku kalah tinggi dengan pelamar lain. Apa boleh buat, aku harus terus berhemat untuk bisa membayar SPP sendiri. Awalnya aku kesal, tapi lama-lama aku berfikir kenapa aku tidak menggunakan penolakan sebagaipecut untuk malah bermimpi lebih besar: berburu beasiswa ke luar negeri. Sajak itu seperti orang yang berobsesi, aku sibuk keluar masuk perpustakaan, menulis surat ke mana-mana, bertanya kepada senior di kampus, bagaimana bisa belajar ke luar negeri tanpa harus bayar. Ketika teman kuliahku sibuk berkurat dengan mata kuliah semester ini, aku malah berfikir bagaiman acaranya semester depan aku bisa sudah kuliah di luar negeri dengan gratis.” (Ranah Tiga Warna:178) “Aku sentuh halaman diary yang kesat ini dengan mata terpejam untuk meresapi maknanya. Aku tutup diary ini dengan semangat yang bergelora sampai ubun-ubun. Walau aku tidak bisa menari dan bernyanyi, kalau aku berusaha dengan sungguh-sungguh, lambat laun aku akan berhasil mengatasi hambatan. Bolehlah aku sebagai sebuah golok berkarat dalam hal kesenianini, tapi kalau aku mau bersabar dan mencoba berualng-ulang, hambatan akan aku patahkan akhirnya. Aku akan buktikan!.”

Page 96: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

(Ranah Tiga Warna:195) “Aku dan Franc hanya berpandang-pandangan dengan lesu. Tapi dalam hati aku berjanji tidak akan menyerah. Menurutku ini hanya soal waktu, kalau dicoba trus pasti bisa. Dan orang yang akan kami wawancarai sesungguhnya berkepentingan jug untuk diliput.” (Ranah Tiga Warna:323)

3. Sabar

“Hatiku panas. Tapi aku mencoba menahan diri dengan hanya mengulum senyum pahit, tanpa suara.” (Ranah Tiga Warna:7) “Maaf, bang, ini pertama kali aku coba menulis artikel. Tolong kasih tahu apa yang perlu aku perbaiki?” tanyaku takut-takut sambil menyabarkan diri. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa terpojok seperti ketika berada di kantor KP atau saat menghadapi Tyson semasa masih di Pondok Madani.” (Ranah Tiga Warna:75) “Tidak ada gunanya aku teruskan bertengkar seperti ini. Aku sebenarnya di pihak yang kalah dan pihak yang salah. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain minta maaf. Dan aku tahu, sebaiknya aku mundur dan tidak usah menyulut lebih banyak pertengkaran. Pada subuh buta itu, perkawanan kami yang sejak kecil ini tiba-tiba terasa hambar dan dingin.” (Ranah Tiga Warna:169)

4. Menyesal

“Setelah ujian, aku pulang ke Maninjau dengan hati yang tidak pernah tenang. Berhari-hari tidurku tidak pernah nyenyak, karena aku selalu dikunjungi mimpi tentang ujian. Beberapa kali penyesalan muncul, kenapa aku tidak belajar lebih rajin, kenanpa aku tidak menjawab soal itu, atau kenapa aku menjawab soal itu.” (Ranah Tiga Warna:27) “Maaf, Randai, aden bisa bantu apa? Mengetik ulang tugas wa’ang?” “Sekali lagi aden minta maaf, den tidak sengaja.” (Ranah Tiga Warna:168)

Page 97: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

5. Bersyukur

“Walau bukan Teknik Penerbangan ITB, seperti impian awalku, Jurusan Hubungan Internasinal adalah sebuah rezeki besar bagi diriku. Beralasan koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan usaha, keajaiban restu orangtua, keajaiban doa. Di sebelahku, Ayah juga sujud lama sekali. Beberapa orang yang lewat di jalan terheran-heran melihat kami berdua menungging di pinggir jalan.” (Ranah Tiga Warna:30) “Jari-jariku terus mengetuk-ngetuk tangan kursi dengan ritmis, antara gugup dan senang. Terima kasih ya Tuhan, aku jadi juga terbang ke luar negeri.” (Ranah Tiga Warna:236)

6. Relegius

“Aku juga meluangkan waktu 2 jam seminggu untuk mengajar bahasa arab di Masjid salman ITB. Tentu saja gratis. Ini caraku mengabdikan ilmu yang aku dapat di Pondok Madani kepada masyarakat. Nasihat Kiai Rais berdengung-dengung di kepalaku. “Jadilah seperti anjuran Nabi, khairunnas anfauhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang memberi manfaat bagi orang lain.” (Ranah Tiga Warna:64-65)

“Aku coba kembali mengingat pesan Kiai Rais waktu di Pondok Madani.”Wahai anakku, latihlah diri kalian untuk selalu bertopang pada diri kalian sendiri dan Allah. I’timad ala nafsi. Segala hal dalam hidup ini tidak abadi. Semua akan pergi silih berganti. Kesusahan akan pergi. Kesenangan akan hilang. Akhirnya hanya tinggal urusan kalian sendiri dengan Allah saja nanti.” Rasanya nasihat ini menukik dalam kejantungku. Memang tidak ada yang kekal. Ayah telah pergi, tinggallah aku sendiri yang harus menyetir hidupku atas izin Tuhan.” (Ranah Tiga Warna:101) “Ya Tuhan, aku berprasangka baik untuk semua keputusanMu. Lambat laun, hatiku menjadi sejuk dan tenteram. Aku menengadah ke langit Bandung yang kembali mendung sore itu. Gerumbul awan sore di mataku masih berbentuk benua Amerika.Hanya Tuhan yang tahu apa ini hanya akan jadi mimpi atau nanti menjadi nyata. Biarkan Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik untukku. Dia Maha Tahu, Dia Maha Mengerti, Dia Maha Adil. Insya Allah, Tuhan tahu yang terbaik buatku. Dan sungguh Dia selalu memberi

Page 98: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

yang terbaik.” (Ranah Tiga Warna:208) “Seperti biasa setiap hari aku bangun lebih pagi dari keluarga angkatku, sebelum matahari terbit, untuk salat subuh. Setelah gemeteran mengambil wudu, aku bergelung lagi tidur.” (Ranah Tiga Warna:370)

7. Jujur

“Joki? Aku menggeleng keras untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan.” (Ranah Tiga Warna:8)

8. Pemaaf

“Aku tidak akan lupa pertanyaannya yang pernah meremehkan diriku:”Setelah di pesantren lalu kuliah umum? Emangnya wa’ang bisa?” tapi setelah aku pikir-pikir lagi, Randai tetap kawanku, bahkan kawan terdekatku. Sebaiknya kesalahan ini harus aku buang. Apalagi sekarang aku sudah berhasil membuktikan bahwa keraguannya salah.” (Ranah Tiga warna:43)

9. Tangguang Jawab

“Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2 halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayangbayang. Aku tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak berhasil setor tulisan tepat waktu.” (Ranah Tiga Warna:71)

“Mulai bulan ini, ambo insya Allah sudah bisa mandiri secara keuangan. Jadi Amak tidak perlu mengirimkan uang bulanan bulan depan. Pasti amak dan adik-adik lebih butuh lagi. Satu hal yang ambo minta, minta doa selalu dari amak agar rezeki ananda di sini dimudahkan allah,” tulisku.” (Ranah Tiga Warna:156)

Page 99: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

10. Ikhlas

“Akhirnya aku memilih untuk iklas saja, walau diperlakukan dengan keras. Hari ini aku sibuk sekali karena harus memperbaiki naskah, mengetik ulang, mengantar, dan dicoret bang Togar lagi.” (Ranah Tiga Warna:76)

“Apa gunanya masa muda kalau tidak untuk memperjuangkan cita-cita besar dan membalas budi orangtua? Biarkan tulang mudaku ini remuk dan badanku susut. Aku ikhlas mengorbankan masa muda yang indah seperti yang dinikmati kawan-kawanku. Karena itu aku tidak boleh lemah. Aku harus keras pada diriku sendiri. Pedih harus aku rasai untuk tahu benar rasanya senang. Harus berjuang melebihi rata-rata orang lain. Man jadda Wajada!.” (Ranah Tiga Warna:117)

11. Berfikir realistis dan kreatif

“Kalau aku masih ingin kuliah di universitas negeri, aku harus mengambil keputusan besar. Aku akhirnya harus memilih dengan realistis. Kemampuan dan waktu yang aku punya saat ini tidak cocok dengan impianku. Dengan berat hati aku kuburkan impian tinggiku dan aku hadapi kenyataan bahwa aku harus mengambil jurusan IPS. Selamat jalan, ITB.” (Ranah Tiga Warna:10-11)

“Melihat teman kuliahku yang leluasa jajan, ingin sekali aku punya uang jajan lebih. Tapi aku tidak mungkin minta kiriman lebih karena beban Ayah dan Amak sudah begitu berat. Karena itu aku mulai berfikir-fikir untuk mencari penghasilan tambahan seperti yang dilakukan beberapa teman kosku yaitu mengajar les atau prifat.” (Ranah Tiga warna:84)

12. Cerdas

“Aku cepat-cepat memberi latar belakang, ‘’ Pak Danang, tulisan ini saya persiapkan dengan latar belakang teoritis yang kuat yang saya pelajari di kampus. Juga telah melalui sebuah diskusi kritis dengan senior saya. Intinya, saya punya argument ilmiah bahwa kalau Palestina didukung dengan tekanan diplomasi PBB dan negara Arab, dan tidak ada halangan dari Amerika Serikat, maka Palestina akan berhasil menjadi negara yang berdaulat.” (Ranah Tiga Warna:149)

Page 100: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

“Untuk bisa menutupi biaya hidupku sebulan, rata-rata aku maksa diri untuk ngebut menulis minimal 8 tulisan sebulan. 8 tulisan sebulan adalah pekerjaan yang besar. Menulis sendiri sudah memakan waktu, belum lagi aku harus riset untuk bahan analisis.” (Ranah Tiga Warna:158)

“Bagian pertama berupa wawancara dalam bahasa Inggris aku lewati dengan sangat percaya diri. Setiap pertanyaan aku terkam, aku kuliti, dan aku hidangkan jawabannya dengan matang. Aku ceritakan dengan lancar pengalamanku di PM bergaul dengan berbagai suku dan semangatku untuk bisa mempelajari berbagai bahasa asing.” (Ranah Tiga Warna:201)

“Referindum ini mungkin peristiwa terbesar dalam sejarah Kanada, setelah mereka merdeka. Dan aku akan menyaksikan sendiri kejadian langka ini. Aku coba memutar otakku agar bisa menggunakan momen ini untuk merebut medali emas yang diiming-imingkan oleh Sebastian. Medali hanya diberikan kepada peserta yang punya karya unik dan berpengaruh bagi kota kami. Tekadku ingin mengalahkan Rob yang menyebalkan, bagaimanapun caranya.” (Ranah Tiga Warna:321)

13. Tangguh

“Kalau aku lihat di cermin, badanku kini mengurus, agak pucat, dan mataku merah. Tapi aku tidak peduli. Ini perjuangan penting dalam hidupku. Mungkin menjadi penentu nasib sama depanku. Amak dan Ayah tampak cemas melihat aku belajar seperti orang kesurupan. ‘’ Nak, jangan terlalu diforsir tenaga itu, jaga kesehatan, jangan sampai tumbang di masa ujian, ‘’ kata Amak ketika datang ke kamarku membawa sekadar goreng pisang atau teh telur.” (Ranah Tiga Warna:12)

“Setiap pagi, Raisa dan teman-temannya merubung gerobak bubur ayam yang berhenti di antara kos Raisa dan kosku. Kalau mereka sudah bubar, aku biasanya melambaikan tangan ke abang tukang bubur untuk datang. Tapi di sakuku tinggal beberapa rupiah saja. Tidak cukup untuk makan sampai malam. Apa boleh buat, harus berhemat lagi. Dengan berbisik, supaya tidak terdengar Raisa, aku tuangkan air putih dan aku aduk. Tidak apa encre, tapi kan kelihatan sudah semangkok penuh. Lumayan buat menghangatkan perutku pagi hari.” (Ranah Tiga Warna:103)

Page 101: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

“Aku seret diriku keluar kamar pesakitan walau lututku masih bergetar-getar seperti akan runtuh, dan badanku masih kurus dan pucat. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang sabar dan beruntung. “Man shabara shafira!” pekikku di depan pintu. Beberapa ekor ayam tetengga lari berbirit-birit mendengar aku memekik-mekik.” (Ranah Tiga Warna:136)

14. Sederhana

“Karena berhemat, maka membeli kasur dan bantal bukan prioritasku. Jadi, aku hanya bisa menumpangkan kepala di ujung kasur sebagai bantal, menggelar sajadah sebagai alas tidur dan berkelumun kain sarung.” (Ranah Tiga warna:61)

“Ooh. Dia mengintip wajahku dari balik kacamatanya yang melorot. Mungkin kurang percaya melihat mahasiswa ceking dengan baju lusuh dan berkacamata seperti aku ini.” (Ranah Tiga Warna:151)

15. Rasa Ingin Tahu

“Bang, aku ingin sekali bisa menulis. Tapi menulis sekaliber Abang. Tidak hanya di majalah kampus, tapi ingin dimuat media nasional.’’ Dia menatapku sebentar. Mengernyitkan kening, mungkin tidak yakin dengan apa yang dia dengar. ‘’Benar, kau ingin menulis bagus?’’ ‘’Sudah tujuanku, Bang. Aku ingin belajar sama Abang.’’ (Ranah Tiga Warna:67)

16. Peduli

“Aku prihatin menatap Ayah. Sudah aku perhatikan sejak beberapa minggu ini mukanya semakin tirus dan pucat. Aku bahkan tidak berani meninggalkan ayah dalam kondisi seperti ini.” (Ranah Tiga warna:39)

“Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam sambil khusuk mendoakan aku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah.” (Ranah Tiga Warna:155)

“Dengan semangat melonjak-lonjak, aku selipkan 3 lembar uang Rp10.000 bergambar Sultan Hamengku Buwono IX dan borobudur

Page 102: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

di tengah lipatan surat untuk Amak. Walau tidak banyak, ini sebuah prestasi besar dalam hidupku. Ini kali pertama dalam hidupku aku bisa memberi uang hasil keringat sendiri kapada Amak.” (Ranah Tiga Warna:173)

“Sabtu pagi ini Ferdinand membangunkan kami lebih awal untuk bergotong royong. Dengan skop kami menggali salju yang menutupi jalan dari tangga rumah sampai ke jalan besar. Ferdinand dan Mado melambaikan tangan ke tetangga di kiri-kanan yang juga sibuk bekerja seperti kami.” (Ranah Tiga warna:375)

17. Santun

“Maaf, Den Kasep, bulan ini belum belum dapat arisan. Mungkin bulan depan ya,Dik,’’ kata Ibu Tin, seorang istri jenderal dengan logat Sunda yang halus. Ibu Tin salah satu langganan terbaikku. Sebelumnya dia telah membeli kain bordir kerancang dan kapalo peniti, mukena, dan cairan pembersih serbaguna. ‘’Terima kasih Bu. Bulan depan saya kunjungi lagi,‘’ kataku pamit.” (Ranah Tiga Warna:119)

18. Demokratis

“Aku mengeleng-geleng dan mengacungkan jari. ‘’ Rus, itu terlalu biasa. Aku usul kita bikin sekalian yang benar-benar monumental. Bagaimana kalau di puncak tertinggi Saint-Raymond? Namanya Mont Laura. Baru kemarin aku meliput para atlet ski lokal yang meluncur di puncaknya. Ada dataran di puncak bukit itu yang sering dipakai untuk kegiatan pramuka, lengkap dengan tiang bendera. Dan ada jalan mobil sampai pinggang bukit sehingga tidak terlalu terjal untuk mendaki, ‘’kataku.” (Ranah Tiga Warna:391)

19. Nasionalis

“Acara ditutup dengan Raisa tampil ke depan. Seragam jas biru tua semakin melengkapi aura percaya dirinya yang besar. Dia mengayunkan kedua tangannya, memimpin kami semua melantunkan lagu Padamu Negeri. Bait terakhir, ‘’bagimu negeri jiwa raga kami…’’ kami nyanyikan panjang dengan sepenuh hati. Badanku rasanya ringan terbang melayang , meresapi sensasi yang sulit aku lukiskan. Bahkan ketika nyanyian telah berakhir, di dadaku masih terus bergaung lirik, ‘’bagimu negeri jiwa raga kami…’’. Rasanya aku bahkan siap mati demi bangsa ini.” (Ranah Tiga Warna:228)

Page 103: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

“Rasa nasionalisku menjadi terbakar. Dalam hati aku berjanji akan berusaha mandapatkan medali ini, untuk membuktikan bahwa kami anak Indonesia bisa mengalahkan anak-anak Kanada ini. Kalaupun bukan aku yang akan mendapatkan nanti, paling tidak salah satu temanku orang Indonesia. Ini masalah harga diri bangsa, masalah nasionalisme. Indonesia harus dilihat setara sebagai bangsa. Kalau bisa lebih tinggi.” (Ranah Tiga Warna:287)

“Belum pernah aku menghayati lagu kebangsaan penuh keinsafan seperti kali ini. Setiap bait, bahkan setiap kata mengirim getar hangat yang menghanyutkan. Rasanya bercampur-campur antara haru, rindu, bangga. Aku lirik kawan-kawanku, tampaknya perasaan mereka tidak jauh berbeda denganku. Bahkan Rudi sampai membuka kacamata hitamnya dan memejamkan mata sambil terus bernyanyi. Sayup-sayup aku lihat dari sudut matanya yang terpejam terbit air. Satu-satu mata temanku juga berair. Aku menggigit bibir mencoba bertahan.” (Ranah Tiga warna:401)

Tabel 2 Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi

Nilai-nilai Pendidikan

No Data Kutipan Novel

1. Nilai Pendidikan Relegius

“Ya Tuhan, aku berprasangka baik untuk semua keputusanMu. Lambat laun, hatiku menjadi sejuk dan tenteram. Aku menengadah ke langit Bandung yang kembali mendung sore itu. Gerumbul awan sore di mataku masih berbentuk benua Amerika.Hanya Tuhan yang tahu apa ini hanya akan jadi mimpi atau nanti menjadi nyata. Biarkan Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik untukku. Dia Maha Tahu, Dia Maha Mengerti, Dia Maha Adil. Insya Allah, Tuhan tahu yang terbaik buatku. Dan sungguh Dia selalu memberi yang terbaik.” (Ranah Tiga Warna:208) “Walau bukan Teknik Penerbangan ITB, seperti impian awalku, Jurusan Hubungan Internasinal adalah sebuah rezeki besar bagi diriku. Beralasan koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan usaha, keajaiban restu orangtua,

Page 104: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

keajaiban doa. Di sebelahku, Ayah juga sujud lama sekali. Beberapa orang yang lewat di jalan terheran-heran melihat kami berdua menungging di pinggir jalan.” (Ranah Tiga Warna:30) “Tapi satu hal yang kau tak boleh lupa. Dalam rezeki kau itu ada hak orang lain. Walau sedikit, setiap honor itu kau potong dulu. Sisihkan buat amal, kalau perlu kau antar sendiri ke panti asuhan.” (Ranah Tiga Warna:155)

2. Nilai Pendidikan Moral

“Joki? Aku menggeleng keras untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan.” (Ranah Tiga Warna:8)

“Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2 halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayangbayang. Aku tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak berhasil setor tulisan tepat waktu.” (Ranah Tiga Warna:71)

“Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam sambil khusuk mendoakan aku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah.” (Ranah Tiga Warna:155)

“Mulai bulan ini, ambo insya Allah sudah bisa mandiri secara keuangan. Jadi Amak tidak perlu mengirimkan uang bulanan bulan depan. Pasti amak dan adik-adik lebih butuh lagi. Satu hal yang ambo minta, minta doa selalu dari amak agar rezeki ananda di sini dimudahkan allah,” tulisku.” (Ranah Tiga Warna:156)

Page 105: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Tabel 3 Skenario Pembelajaran Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi di

SMA kelas XI

No Kompetensi RPP Deskripsi

1. Standar Komptensi Memahami berbagai hikayat, novel

Indonesia/ novel terjemahan.

2. Kompetensi Dasar Menganalisis unsur intrinsik dan

ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.

3. Indikator a. Menganalisis unsur intrinsik novel

Ranah Tiga Warna karya Ahmad

Fuadi yang difokuskan pada tokoh

dan penokohan.

b. Menganalisis unsur ekstrinsik novel

Ranah Tiga Warna karya Ahmad

Fuadi yaitu nilai-nilai pendidikan.

4. Tujuan Pembelajaran Tujuan dari pembelajaran sastra di

sekolah adalah untuk keterampilan

berbahasa, meningkatkan pengetahuan,

mengembangkan cipta dan rasa serta

menjunjung pembentukan watak. Tujuan

pokok yang perlu dicapai dalam

pembelajaran novel adalah:

a. siswa mampu menganalisis unsur

intrinsik yaitu tokoh dan penokohan

dalam novel Ranah Tiga Warna karya

Ahmad Fuadi.

b. siswa mampu menganalisis unsur

ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan)

dalam novel Ranah Tiga warna karya

Page 106: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Ahmad Fuadi.

5. Bahan Pembelajaran Bahan pembelajaran yang disajikan

kepada siswa harus sesuai dengan

kemampuan siswanya pada suatu tahapan

pengajaran tertentu. Guru harus dapat

memilih bahan yang tepat dengan tingkat

perkembangan siswa. Menentukan bahan

pembelajaran sastra harus dari sudut

bahasa, kematangan jiwa (psikologis),

latar belakang kebudayaan siswa.

6. Metode Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka

konseptual yang melukiskan prosedur

sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar. Dalam pembelajaran sastra

menggunakan metode Cooperative

Learning (Pembelajaran kooperatif).

7. Sumber Belajar Sumber belajar adalah bahan ajar yang

memuat teks/ materi ajar yang dijadikan

rujukan untuk mencapai kompetensi

dasar.

a. Novel Ranah Tiga warna karya

Ahmad Fuadi.

b. Buku pelajaran bahasa Indonesia yang

diwajibkan.

8. Langkah-langkah

Pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran meliputi

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan

akhir belajar mengajar.

Page 107: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

a. Kegiatan awal

a) Guru menyampaikan salam dan

mengecek kehadiran siswa.

b) Guru memotivasi tentang pentingnya

materi yang akan dibahas.

c) Guru menyampaikan tujuan pem-

belajaran dan siswa memperhatikan.

d) Guru bertanya kepada siswa

mengenai pengertian novel.

b. Kegiatan inti

Eksplorasi

1) Guru menunjuk beberapa siswa untuk

menceritakan kembali novel Ranah

Tiga Warna yang telah dibacanya di

rumah.

2) Guru memberikan penjelasan materi

unsur intrinsik (perwatakan) dan nilai-

nilai pendidikan dalam novel.

Elaborasi

1) Siswa berdiskusi secara kelompok

untuk menganalisis perwatakan dan

nilai-nilai pendidikan novel Ranah

Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

2) Guru secara aktif memantau jalannya

diskusi dan memberikan bantuan

kepada siswa apabila mereka

mengalami kesulitan dalam

menganalisis.

3) Siswa mempresentasikan hasil diskusi

Page 108: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

kelompoknya.

4) siswa lain menanggapi presentasi hasil

diskusi.

Konfirmasi

1) siswa menyimpulkan dan menjelaskan

tentang hal-hal yang belum diketahui.

c. Kegiatan Akhir

1) Guru memberikan kesimpulan tentang

perwatakan tokoh utama dan nilai-

nilai pendidikan novel Ranah Tiga

Warna karya Ahmad Fuadi.

2) Guru memberikan tugas rumah untuk

menuliskan hasil diskusi dan

dikumpulkan pada pertemuan

berikutnya.

3) Guru mengakhiri pembelajaran

dengan salam dan doa.

9. Evaluasi Evaluasi yang digunakan dalam

pembelajaran novel Ranah Tiga Warna

yaitu secara tertulis dengan menggunakan

tes esai.

Contoh instrumen:

1) Jelaskan bagaimana perwatakan tokoh

Alif dalam novel Ranah Tiga Warna

karya Ahmad Fuadi?

2) Jelaskan nilai-nilai pendidikan yang

terkandung dalam novel Ranah Tiga

Warna karya Ahmad Fuadi?

Page 109: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

SINOPSIS

Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi

Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi

dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya? Tinggi betul, ingin belajar teknologi

tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika.

Dengan semangat menggelegar dia pulang ke kampung ke Maninjau dan

tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan Alif

mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya.

Ijazah SMA.

Alif tak pantang menyerah, dia selalu berusaha agar bisa lulus tes UMPTN

dan Alif ingin membuktikan pada Randai kalau dia pasti bisa. Berbagai cara Alif

lakukan agar bisa memahami pelajaran SMA, meskipun harus belajar tiap malam

akan dia lakukan. Tes persamaan SMA pun telah tiba, Alif mendapat nilai rata-

rata yang cukup untuk daftar tes UMPTN. Berbagai soal tes UMPTN telah dia

kerjakan. Hari pengumumanpun telah tiba, tak sabar Alif ingin membacanya, satu

per satu nama telah dia cermati, akhirnya nama Alif Fikri di terima di jurusan

Hubungan Internasional. Alif merasa bahagian dan sangat bersyukur, dengan

kebahagiaannya itu Alif mengirim surat untuk memberi kabar ke temannya dulu

waktu di Pondok Madani yaitu Atang, Baso, Raja.

Perjuangan seorang Ayah sampai menjual bebek hijau kesayangannya itu

untuk tetap dapat membiayai kuliah Alif di Bandung. Ayah juga memberikan

hadiah sepatu untuk Alif karena Alif tidak mempunyai sepatu. Keberangkatan Alif

ke Bandung tanpa di temani orang tua, karena kondisi Ayah Alif yang masih sakit

LAMPIRAN 2

Page 110: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

sehingga tidak bisa mengantarkan. Sesampai di Bandung Alif masih bingung dia

ingin kemana karena belum mempunyai tempat tinggal. Akhirnya Alif

memutuskan untuk tidur sementara di kos Randai.

Hari pertama dia masuk kuliah yaitu masih kegiatan ospek, hari pertamnya

dia dihukum karena terlambat. Alif mendapat kenalan dari kelompok ospeknya

yaitu Wira, agam, Memet. Selain mereka Alif mendapat kenalan seorang cewek

yang manis bernama Raisa.

Hari berikutnya Alif kena hukuman lagi gara-gara terlambat dan salah

satu temannya ada yang salah kostum. Di tengah hukuman ini ada perkelahian

antara mahasiswa baru dan senior, akhirnya diselesaikan di ruang dekan berkat

Memet.

Alif dan teman-teman mulai mengisi kegiatan di luar kuliah. Akhirnya

Alif memilih kegiatannya menulis. Hari pertama dia ingin belajar langsung

ditantang menulis dan dikumpulkan besok juga. Pagi Alif langsung mengantar

hasilnya ke Bang togar pembimbing menulis Alif. Hasilnya pun masih gagal, Alif

suruh merevisi sampai hasilnya bagus. Revisi sudah dilakukan sebanyak 5 kali ini

sudah lumayan bagus walau masih ada sedikit yang salah. Hasil tulisan Alif

lansung di muat di majalah kampus, Alifpun sangat senang, tak lupa dia mengirim

majalah ke Ayah dan ibunya.

Alif sekarang sudah bisa ngobrol dengan Raisa dan mereka semakin dekat.

Kedekatan mereka karena kos Raisa kena banjir dan Raisa dan teman-teman

ceweknya menitipkan barang-barang di kost Randai.

Page 111: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Satu tahun Alif berada di Bandung. Ayah dan Amak berencana ingin ke

Bandung menjenguk Alif, Alif merasa sangat senang. Keberangkatan Ayah dan

Amak ke Bandung dibatalakn karena Ayah sakit dan Alif disuruh segera pulang

ke kampung. Malam itu juga Alif langsung pulang kampung. Sampai di rumah

ternyata Ayah Alif sudah di rawat di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Alif

selalu menemanin Ayahnya di rumah, menunggu Ayahnya benar-benar sembuh.

Saat Alif berencana untuk kembali ke Bandung keadaan Ayahnya malah tambah

parah. Alif sangat gelisah, akhirnya Ayahnya meninggal dunia.

Alif tak tega pamit pada Amak untuk kembali ke Bandung, tetepi Amak

menyuruh Alif untuk tetap berangkat ke Bandung untuk menyelesaikan kuliahnya.

Enam bulan sejak Ayahnya meninggal, Alif sudah tidak tahan lagi denagn perang

batin. Beberapa bulan uang makan Alif sangat menipis. Alifpun memutuskan

untuk keluar kuliah dan pulang ke kampung. Tetapi Amak mengancam Alif kalau

sampai keluar dari kuliahnya.

Dengan kesabaran dan usaha Alif akhirnya dapat tawaran untuk jadi guru

privat dan menerima tawaran untuk menjadi sales kosmetik.

Alifpun mencoba mencari beasiswa dan sekarang Alif juga menjadi

penjual baju, usaha apapun akan dilakukan Alif untuk dapat uang. Denagn

kesibukannya itu Alif tidak memperdulikan kesehatannya. Alif sakit terserang

bakteri yang menyerang perut. Alif di rawat di rumah sakit.

Sudah beberapa hari Alif berbaring di tempat tidur dan tidak bisa apa-apa

karena masih lemas dan pusing. Tetapi Alif berusaha bangkit dari kelemahannya.

Page 112: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Dengan keadaan Alif yang masih lemas tak mungkin Alif bekerja jualan

baju. Alif langsung berfikir dia ingin menjadi penulis saja. Akhirnya dia datang ke

Bang Togar guru menulis Alif dulu.

Dari ketekatan dan kerja yang ulet akhirnya Alif berhasil menulis opini

dan siap untuk di kirim ke kantor percetakan. Beberapa minggu kemudian

akhirnya hasil opini Alif di cetak, tetapi honor yang didapat Alif kurang

memuaskan. Seberapa besar yang dia dapat Alif tetap bersyukur.

Alif selalu berusaha belajar menulis agar hasil tulisannya dapat dimuat di

pikiran Rkayat, Koran paling bergengsi di Jawa Barat. Dengan diterbitkannya hsil

menulis Alif, sekarang Alif mempunyai uang cukup untuk satu bulan ke depan.

Tiba-tiba terjadi pertegkaran antara Alif dan Randai, karena Alif

memimnjam computer Randai dan tiba-tiba komputernya eror. Randai merasa

kecewa, dan kemudian hubungan mereka menjadi renggang. Alif memutuskan

untuk pindah kos, Randai mengijinkan Alif untuk pindah kos.

Alif tetap menjadi seorang penulis, kini honor yang di dapat dari hasil

menulis cukup untuk hidup di perantauan. Alif pun sudah bisa mengirim uang

buat Amak di kampung. Kampus mengadakan stadytour ke Eropa, Alif tidak bisa

ikut karena keterbatasan biaya.

Alif mendengar berita kalau ada pendaftaran program pertukaran pemuda

ke luar negri, kabar itu Alif dengar dari cewek yang bernama Asti. Alif langsung

pergi ke kantor pendaftaran dan langsung mendaftarkan diri. Mungkin ini

kesempatan Alif untuk bisa pergi ke luar negri.

Page 113: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Berbagai tes telah dia lalui, di tempat yang sama Alif bertemu dengan

Raisa dan Randai. Mereka juga ikut daftar di program ini.

Alif lulus ujian, dia akan dikirim ke Kanada, tetapi masih ada satu tes lagi,

yaitu tes kesehatan. Alif takut kalau tes ini tidak lolos karena Alif pernah sakit

tifus. Tes kesehatan telah lolos, kini Alif di tetapkan bisa mengikuti program ini

ke Kanada. Dia akan pergi bersama teman-temannya dari berbagai provinsi. Alif

tambah senagn karena bisa bersama Raisa selama di Kanada.

Sampai di Kanada Alif bertemu denagn temannya dulu waktu di Pondok

Madani. Banyak kota yang dikunjungi Alif, sampai-sampai Rusdi teman Alif yang

berasal dari Kalimantan terpeleset ke jurang hinnga kakinya retak. Terpaksanya

hari itu juga belum bisa melanjutkan perjalanan di kota selanjutnya.

Di Kanada Alif berusaha belajar bahasa perancis. Sesampainya di Kota

tujuan mereka sudah di sambut dengan senang hati oleh pemuda dari Kanada.

Untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya. Dan selanjutnya membagi pasangan

pemuda Indonesia dengan Kanada. Alif berpasangan dengan Francois Pepin dari

Quebec yang akan tinggal bersama selama di kota ini.

Alif dan Frand ditugaskan jadi relawan di pati jumpo. Alif tidak

bermianat, tapi harus bagaimana lagi ini sudah menjadi keputusan. Akhirnya topo

mau bertukar posisi dengan Alif. Saat pembagian orang tua angkat, Ferdinand dan

Madeleine yang akan menjadi orang tua angkat alif dan Franc selama di sini.

Orang tua angkat mereka sangat baik.

Hari pertama Alif bekerja di Stasiun TV, belum ada kegiatan apapun,

masih perkenalan dengan keadaan di sekitarnya, dan dikenalkan dengan alat-alat

Page 114: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

yang berhubungan televisi. Di hari berikutnya Alif dan Franc sudah mulai

beraktivitas. Alif berencana membuat berita tentang referendum. Tetapi belum

terwujud. Setiap seminggu sekali Alif berkumpul denagn teman-teman dari

Indonesia, mereka saling menceritakan pengalamannya masing-masing.

Alif gagal yang rencananya ingin mewawancarai Daniel Janvier, lalu dia

mempunyai ide lain. Alif dan franc akan mewawancarai orang indian tentang

berburu. Wawancaranya pun telah berjalan denagn baik, Alif tidak lupa berbagi

pengalaman menceritakan berburu ala orang Indonesia.

Setelah berhasil mewawancarai orang Indian, dan liputannya sudah di

tayangkan, banyak orang yang menyukai liputan yang di buat Alif dan Franc. Alif

pun berencana membuat liputan yang unik lainnya. Alif akan meliput teman-

teman Indonesia. Dari usaha Alif untuk selalu mengirim sutar ke Daniel Janvier

akhirnya surat Alif dibalas, dan Daniel Janvier bersedia untuk diwawancarai, Alif

langsung memepersiapkannya.

Musim dingin pun telah tiba, Alif, Franc dan kedua orang tua angkatnya

memanfaatkan berlibur dan berjalan-jalan. Mereka memancing, daging ikan saat

musim dingin lebih enak dari pada biasanya. Ikan itu langsung di masak sesampai

di rumah.

Di sela-sela kegiatan Alif dan teman-teman di Kanada mereka berencana

akan menyambut hari pahlawan dan akan memperkenalkan budaya Indonesia

kepada masyarakat Kanada. Mereka langsung memepersiakan apa yang akan di

perlihatkan saat menyambut hari pahlawan,

Page 115: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Acaranya pun berjalan dengan meriah, banyak tamu yang berdatangan.

Teman-teman memmentaskan adat-adat dari Indonesia, berupa tarian, makanan

khas Indonesia dan masih banyak lagi. Para tamu pun sangat senang sekali dengan

acara yang di buat mereka. Saat pertunjukan ini ada acara lain dari pembimbing

yaitu mengumumkan siapa yang pantas mendapatkan mendali mas. Alif dan Franc

memenangkan kegiatan yang dilakukan selama di Kanada ini, mereka mendapat

mendali emas. Alif sangat senang dan bangga, disisi lain Alif juga senang karena

semakin dekat dengan Raisa, wanita pujaannya.

Tidak terasa waktu di Kanada pun telah selesai, dua minggu lagi Alif dan

teman-teman akan pulang ke Indonesia. Mereka belum siap untuk berpisah

dengan teman-teman dari Kanada terutama orang tua angkat mereka. Orang tua

angkat Alif merasa keberatan kalau secepat ini Alif akan pulang. Wali Kota

mengadakan malam perpisahan mereka, acaranya pun berjalan dengan meriah.

Yang rencananya saat di Kanada Alif akan mengungkapkan perasaannya kepada

Raisa akhirnya di batalkan, karena Alif belum siap untuk mengungkapkannya.

Akan Alif ungkapkan kalau Alif sudah menjadi sarjana.

Pulang ke tanah air pun telah tiba, Alif sangat sedih karena belum siap

untuk berpisah dengan orang tua angkatnya dan Franc, tapintakdir berkata lain,

waktu pun telah habis dan mereka harus kembali. Madeleine memberikan sebuah

baju hangat untuk Alif yang dibuatnya sendiri. Orang tua angkat Alif berpesan

agar tidak lupa dengan mereka, karena Alif sudah di anggap sebagai anak

kandung mereka sendiri. Alif pun berjanji suatu saat nanti entah kapan pasti akan

Page 116: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

datang lagi untuk menjenguk mereka. Alifpun merelakan berpisah dengan mereka

untuk kembali ke Indonesia.

Dua tahun kemudian, Alif telah menyelesaikan kuliahnya dan Alif lulus,

minggu depan Alif akan di wisuda. Alif sangat senang sekali dan begitu juga

dengan Amak. Amak akan datang ke Bandung dengan ke dua adiknya. Wisuda

pun telah tiba, di hari yang special ini Alif akan berencana mengungkapkan

perasaannya kepada Raisa yang dulu sempat tertunda. Begitu alif mau

mengungkapkan, Raisa terlebih dahulu cerita kalau Raisa dan Randai berencana

akan tunangan. Alif hancur dan sedih, alif berusaha menutupi kesedihannya

dihadapan Raisa dan Randai. Yang hanya dia lakukan hanyalah sabar dan iklas.

Sebelas tahun kemudian, Alif sudah terbang lagi ke Kanada, sekarang Alif

ke Kanada tidak bersama teman, tapi bersama istrinya. Alif dan istrinya pergi ke

Kanada untuk menjenguk orang tua angkatnya dulu. Sesampainya di ruamah

orang tua angkatnya, mereka di sambut dengan baik, orang tua angkat Alif sangat

senang sekali karena masih bisa bertemu dengan Alif. Tak ketinggalan di Kanada

Alif mengajak keliling istrinya untuk melihat pemandangan di Kota Quebec ini.

Alif mengingat masa-masa dulu waktu ikut program pertukaran ke luar negri. Alif

merenung sejenak, semua ini hanya butuh kesabaran, usaha, dan berdoa. Tanpa itu

entah bagaimana dia bisa mengarungi hidup.

Page 117: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

BIOGRAFI PENGARANG

Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau

tahun 1972, tidak jauh dari Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi

permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia

bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup

dan ilmua akhirat. Gontor pula yang mengajarkan kepadanya”mantra” sederhana

yang sang kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses.

Lulus kuliah Hubungan Internasional, UNPAD, dia menjadi wartawan majalah

Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportase di

bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1999, dia mendapat

beasiswa Fulbright untuk kuliah S-2 di Scool of Media and Public Affairs, George

Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama Yayi,

istrinya yang juga wartawan Tempo adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi

kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan

Voice of America (VOA). Berita bersejarah seperti tragedi 11 September

dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.

Tahun 2004 jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan

beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway, Uneversity of

London untuk bidang film dokumenter. Seorang scholarship hunter, Fuadi selalu

bersemangat melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa. Sampai sekarang,

Fuadi telah mendapatkan 8 beasiswa untuk belajar di luar negeri. Dia telah

mendapat kesempatan tinggal dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat

LAMPIRAN 3

Page 118: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

dan Inggris. Penyuka fotografi ini pernah menjadi Direktur Komunikasi The

Nature Conservancy, sebuah NGO konservasi internasional. Kini, Fuadi sibuk

menulis, jadi pembicara dan motivator, mulai manggarap film layar lebar Negeri 5

Menara, serta membangun yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang

yang tidak mampu.

Page 119: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

SILABUS

Sekolah : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : XI

Semester : I

Standar Kompetensi : Membaca

7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan

Standar Kompetensi Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu

Sumber/ Bahan/Alat

7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan

• Menemukan unsur intrinsik (tokoh dan penokohan)

• Menemukan unsur ektrinsik (nilai-nilai pendidikan).

• Membaca dan menikmati novel

• Siswa berdiskusi untuk menganalisis unsur intrinsik (tokoh dan penokohan) dan unsur ektrinsik (nilai religius /agama, nilai moral)

• Membandingkan unsur intrinsik dan ektrinsik

• Menganalisis unsur intrinsik (tokoh dan penokohan) dan unsur ektrinsik (nilai religius/agama, nilai moral)

• Membandingkan unsur intrinsik dan ektrinsik.

Jenis Tagihan: • Tugas

individu • Tugas

kelompok • Ulangan

Bentuk instrument • Uraian

bebas • Pilihan

ganda • Jawaban

singkat

4X45 menit

• Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi

• Buku teks Bahasa Indonesia

• Buku pelengkap

LAMPIRAN 4

Page 120: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Negeri 1 Wonosobo

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XI/1

Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran

Tahun Pelajaran : 2014/2015

A. Standar Kompetensi

7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia / novel terjemahan

B. Kompetensi Dasar

7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia/terjemahan

C. Indikator

1. Menganalisis unsur-unsur intrinsik (perwatakan) novel Ranah Tiga Warna

karya Ahmad Fuadi dengan kritis dan logis.

2. Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan) novel Ranah

Tiga Warna karya Ahmad Fuadi dengan logis dan objektif.

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menganalisis unsur intrinsik yaitu tokoh dan penokohan dalam

novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

LAMPIRAN 5

Page 121: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

2. Siswa mampu menganalisis unsur ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan) dalam

novel Ranah Tiga warna karya Ahmad Fuadi.

E. Materi Pembelajaran

1. Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

2. Unsur intrinsik (perwatakan) dan ektrinsik (nilai-nilai pendidikan) dalam

novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

F. Metode

Metode Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif)

G. Langkah –langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama

a. Kegiatan awal

a) Guru menyampaikan salam dan mengecek kehadiran siswa.

b) Guru memotivasi tentang pentingnya materi yang akan dibahas.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan siswa memperhatikan.

d) Guru bertanya kepada siswa mengenai pengertian novel.

b. Kegiatan inti

Eksplorasi

1) Guru menunjuk beberapa siswa untuk menceritakan kembali novel Ranah

Tiga Warna yang telah dibaca di rumah.

2) Guru memberikan penjelasan materi unsur intrinsik (perwatakan) dan nilai-

nilai pendidikan dalam novel.

Page 122: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

Elaborasi

a) Siswa berdiskusi secara kelompok untuk menganalisis perwatakan dan nilai-

nilai pendidikan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

b) Guru secara aktif memantau jalannya diskusi dan memberikan bantuan

kepada siswa apabila mereka mengalami kesulitan dalam menganalisis.

c) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

d) Siswa lain menanggapi presentasi hasil diskusi.

Konfirmasi

1) Siswa menyimpulkan dan menjelaskan tentang hal-hal yang belum

diketahui.

c. Kegiatan Akhir

1) Guru memberikan kesimpulan tentang perwatakan tokoh utama dan nilai-

nilai pendidikan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.

2) Guru memberikan tugas rumah untuk menuliskan hasil diskusi dan

dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.

3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan doa.

Pertemuan kedua

a. Kegiatan awal

a) Guru menyampaikan salam dan mengecek kehadiran siswa.

b) Guru memotivasi tentang pentingnya materi yang akan dibahas.

c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan siswa memperhatikan.

d) Guru bertanya kepada siswa mengenai materi pertemuan sebelumnya.

Page 123: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

b. Kegiatan inti

Eksplorasi

a) Guru menunjuk beberapa siswa untuk menceritakan kembali tugas pertemuan

sebelumnya.

b) Guru memberikan penjelasan ulang tentang materi pertemuan sebelumnya.

Elaborasi

a) Siswa melanjutkan mempresentasikan hasil diskusi kelompok pada

pertemuan sebelumnya.

b) Siswa lain menanggapi presentasi hasil diskusi.

Konfirmasi

a) siswa menyimpulkan dan menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.

c. Kegiatan Akhir

a) Guru memberikan kesimpulan dan memberi tahu materi untuk pertemuan

berikutnya.

b) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan doa.

H. Media/Sumber Pembelajaran

a. Novel Ranah Tiga warna karya Ahmad Fuadi.

b. Buku pelajaran bahasa Indonesia yang diwajibkan.

I. Penilaian

Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran novel Ranah Tiga Warna

yaitu secara tertulis dengan menggunakan tes esai.

Contoh instrumen:

Page 124: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …

1) Jelaskan bagaimana perwatakan tokoh Alif dalam novel Ranah Tiga Warna

karya Ahmad Fuadi?

2) Jelaskan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga

Warna karya Ahmad Fuadi?

Page 125: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …
Page 126: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …
Page 127: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …
Page 128: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …
Page 129: ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …