ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …
Transcript of ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA …
i
ANALISIS PERWATAKAN DALAM NOVEL RANAH TIGA WARNA KARYA AHMAD FUADI
DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA PADA SISWA KELAS XI SMA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Edok Ariyani Sadam NIM 102110081
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain.”
(Q.S. Al- Insyirah)
“Manisnya keberhasilan akan menghapus pahitnya kesabaran, nikmatnya beroleh
kemenangan akan menghilangkan letihnya perjuangan, menuntaskan pekerjaan
dengan baik akan melenyapkan lelahnya jerih payah.”
(Dr.Aidh bin Abdullah Al-Qarni)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. kedua orang tua Pawit Daryono dan Atik
Umiyati yang selalu mengiringi doa disetiap
langkahku, dengan tulus memberi kasih sayang
dan semangat kepadaku.
2. suami tercinta, terima kasih untuk doa,
dukungan dan kasih sayang.
3. kakak, adik. Terima kasih untuk semua doa,
dukungan, motivasi dan cinta kasih kalian.
4. teman-teman PBSI kelas C angkatan 2010
5. teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang
selalu memberi semangat dan motivasi
kepadaku.
Alh
dan inay
Perwataka
Pembelaja
sebagai sa
Studi Pen
Purworejo
Pe
berbagai k
tersusun b
itu, penuli
1. Rektor
kesemp
Puwore
2. Dekan
kesemp
Keguru
3. Ketua
membe
Univer
hamdulillah
yah-Nya, p
an dalam N
arannya pad
alah satu sy
ndidikan Ba
o.
nulis meny
kesulitan y
berkat bimb
is menyamp
Universita
patan penul
ejo.
Fakultas
patan pada
uan dan Ilmu
Program S
erikan nasi
sitas Muham
h, puji Syu
penulis dap
Novel Ranah
da Siswa ke
yarat untuk
ahasa dan
yadari selam
yang tidak
bingan, arah
paikan terim
as Muham
is untuk me
Keguruan
a peneliti
u Pendidika
Studi Pendi
ihat dan b
mmadiyah P
vi
PRAKA
ukur kehadir
pat menye
h Tiga War
elas XI SMA
memperole
Sastra Indo
ma melakuk
mungkin d
han, dan ban
ma kasih kep
mmadiyah P
enyelesaika
dan Ilmu
untuk men
an, Universi
idikan Bah
bimbingan
Purworejo;
ATA
rat Allah S
elesaikan s
rna Karya A
A”. Penulis
eh gelar Sa
onesia di U
kan penulis
dapat disele
ntuan dari b
pada.
Purworejo,
an studi di U
Pendidikan
nyelesaikan
itas Muham
asa dan Sa
kepada p
Swt. Atas r
skripsi berj
Ahmad Fua
san skripsi i
arjana Pend
Universitas
san skripsi
esaikan sen
berbagai pih
yang tela
Universitas
n yang tel
n pendidik
mmadiyah Pu
astra Indon
penulis sel
rahmat, hid
rjudul “An
adi dan Ske
ini dimaksu
didikan, Pro
Muhamma
ini mengh
ndiri. Skrip
hak. Oleh k
ah membe
Muhamma
lah membe
kan di Fak
urworejo.
nesia yang
lama kulia
dayah,
nalisis
enario
udkan
ogram
diyah
hadapi
si ini
karena
erikan
diyah
erikan
kultas
telah
ah di
viii
ABSTRAK Edok Ariyani Sadam. 2014. “Analisis Perwatakan dalam Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad Fuadi dan Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA”. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) perwatakan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi, (2) nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi, dan (3) skenario pembelajaran perwatakan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi di kelas XI SMA.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data berupa isi suatu informasi yang tertulis atau dokumen, yakni berupa kutipan-kutipan yang diambil dari novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi. Pengumpulan data digunakan teknik observasi dan teknik studi pustaka. Observasi adalah pengamatan, kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek, teknik pustaka adalah menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Analisis data digunakan analisis isi, analisis isi adalah mengkaji isi teks dengan teliti. Penyajian hasil analisis digunakan metode informal, metode informal adalah perumusan dengan menggunakan kata-kata tanpa menggunakan tanda dan lambang.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa (1) perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna mempunyai sifat-sifat baik antara lain: percaya diri, pantang menyerah, sabar, menyesal, bersyukur, religius, jujur, pemaaf, tanggung jawab, ikhlas, berfikir realistis dan kreatif, cerdas, tangguh, sederhana, rasa ingin tahu, peduli, santun, demokratis, dan nasionalis; (2) nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi antara lain pendidikan religius dan pendidikan moral; dan (3) rencana pelaksanaan pembelajaran novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi di SMA kelas XI. Langkah-langkah pembelajaran antara lain: pendahuluan, inti, dan penutup. Metode yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah konsep jenis kerja kelompok yang dipimpin oleh guru. Rincian dari metode tersebut adalah guru menjelaskan tujuan pembelajaran, guru menyampaikan materi tentang unsur intrinsik (perwatakan) dan unsur ektrinsik (nilai-nilai pendidikan), guru membagi siswa dalam kelompok, siswa menganalisis dan berdiskusi mengenai analisis unsur intrinsik (perwatakan) dan unsur ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan) meliputi: nilai pendidikan relegius dan nilai pendidikan moral dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa menanggapi dan menilai hasil presentasi kelompok lain, guru bersama siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran tersebut, guru memberikan penilaian.
Kata kunci : Perwatakan tokoh utama, nilai-nilai pendidikan, Skenario Pembelajaran
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... .ii
PENGESAHAN ............................................................................................... iii
PERNYATAAN ............................................................................................... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 B. Penegasan Istilah ...................................................................... 5 C. Identifikasi Masalah ................................................................. 7 D. Pembatasan Masalah ................................................................ 7 E. Rumusan Masalah .................................................................... 8 F. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8 G. Manfaat Penelitian ................................................................... 8 H. Sistematika Skripsi ................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS ............
A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 12 B. Kerangka Teoretis .................................................................... 14
1. Tokoh dan Penokohan .......................................................... 14 a. Pengertian Tokoh dan Penokohan ................................... 14 b. Metode Penggambaran Tokoh ......................................... 16 2. Nilai-nilai Pendidikan ........................................................... 16 a. Nilai Pendidikan Relegius ................................................ 17 b. Nilai Pendidikan Moral .................................................... 18 3. Skenario Pembelajaran Sastra di SMA ................................. 18 a. Tujuan Pembelajaran Sastra ............................................. 19 b. Fungsi Pembelajaran Sastra ............................................. 19
c. Bahan Pembelajaran Sastra .............................................. 21 d. Model Pembelajaran Sastra ............................................. 21 1) Pengertian Cooperative Learning ................................. 22 2) Unsur-unsur yang harus diterapkan dalam model
x
Pembelajaran Cooperative Learning ............................ 22 3)Langkah-langkah Metode Cooperative Learning ......... 23 4) Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning ............... 24
e. Sumber Belajar ................................................................. 25 f. Evaluasi ........................................................................... 26
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 27
1. Objek Penelitian ....................................................................... 27 2. Fokus Penelitian ....................................................................... 27 3. Sumber Data ............................................................................. 27 4. Instrumen Penelitian ................................................................. 28 5. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 28 6. Teknik Analisis Data ................................................................ 29 7. Teknik Penyajian Hasil Analisis .............................................. 29
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA ................................. 31
A. Penyajian Data .......................................................................... 31
1. Perwatakan Tokoh Utama .................................................... 32 2. Nilai-nilai Pendidikan .......................................................... 33 3. Skenario Pembelajaran novel Ranah Tiga Warna karya
Ahmad Fuadi pada Siswa kelas XI SMA ............................ 33 B. Pembahasan Data...................................................................... 35
1. Perwatakan Tokoh Utama novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi ............................................................. 35
2. Nilai-nilai Pendidikan ......................................................... 66 a. Nilai Pendidikan Religius .............................................. 66 b. Nilai Pendidikan Moral .................................................. 69
3. Skenario Pembelajaran Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi ............................................................. 71
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 78
A. Simpulan ................................................................................... 78 B. Saran ......................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Kartu Pencatat Data
Lampiran 2: Sinopsis
Lampiran 3: Biografi Pengarang
Lampiran 4: Silabus
Lampiran 5: RPP
Lampiran 6: Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 7: Kartu Bimbingan Skripsi
1
BAB I PENDAHULUAN
Rincian penelitian ini berisi latar belakang masalah, penegasan istilah,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, kajian teoretis tinjauan pustaka, metode penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra merupakan karya imajinatif yang digunakan pengarang dalam
bentuk tulisan yang mempunyai nilai estetika. Karya sastra mencakup berbagai
karya tulis yang ditulis dalam bentuk prosa, dalam bentuk puisi atau drama. Karya
imajinatif terlahir dari kreasi dan juga daya khayal pengarang. Karya sastra
merupakan penjabaran kehidupan dan pengalaman pengarang atas kehidupan di
sekitarnya. Karya sastra sebagai karya imajinasi pengarang yang dituangkan
dalam bentuk tulisan menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia
(Nurgiyantoro, 2012: 2).
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Abrams menyatakan bahwa
novel berasal dari bahasa Itali yaitu novella (Nurgiyantoro, 2012: 9). Secara
harfiah, novella berarti sebuah barang baru yang kecil dan kemudian diartikan
sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa. Karya sastra novel diharapkan
memunculkan nilai-nilai positif bagi penikmatnya sehingga mereka peka terhadap
masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sosial dan mendorong untuk
berperilaku yang baik.
2
Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang
berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui
berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar,
sudut pandang (Nurgiyantoro, 2012: 4). Penelitian ini terfokus pada aspek
kepribadian tokoh utama, maka yang akan dikaji secara mendalam adalah unsur
penokohan atau perwatakan.
Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi merupakan kelanjutan dari
novel Negeri Lima Menara. Pada novel Negeri Lima Menara diceritakan seorang
anak dari Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Bukit Tinggi, yang bernama Alif
Fikri yang merantau jauh ke Pondok Madani di Ponorogo, Jawa Timur untuk
sekolah agama demi memenuhi permintaan ibunya. Banyak cobaan yang
membuat Alif hampir saja tidak menyelesaikan pendidikan di pondok Madani,
namun akhirnya Alif lulus berkat kesabaran dan mantra yang Alif pelajari di
pondok tersebut.
Di novel Ranah Tiga Warna diceritakan kehidupan Alif setelah pulang
dari pondok Madani. Ternyata setelah kepulangan Alif di Maninjau, tidak
semudah yang Alif bayangkan waktu di pondok dulu. Demi meraih impian untuk
pergi ke Amerika Alif harus bekerja keras. Karena di pondok Madani tidak
mengeluarkan ijazah umum, Alif harus berjuang menempuh ujian persamaan
untuk mendapatkan ijazah persamaan SMA agar dapat digunakan untuk UMPTN.
Dengan kerja keras tiada henti, akhirnya Alif mendapat ijazah persamaan SMA
dan dapat melewati tes UMPTN. Alif masuk UNPAD dan mengambil prodi
Hubungan Internasional demi mewujudkan impiannya untuk pergi ke luar negeri
3
terutama ke Amerika. Sempat Alif akan berhenti kuliah karena masalah biaya
yang membelit. Namun, Alif dapat melewati semua cobaan dengan kerja keras,
pengorbanan, dan penuh kesabaran tanpa batas. Mantra yang Alif dapatkan di
pondok madani dulu “ Man jadda wajada” pada novel Negeri Lima Menara dan
“ Man shabira dhafira” pada novel Ranah Tiga Warna yang menjadi motivasi
selama Alif meraih cita-cita.
Tokoh Alif Fikri pada novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi patut
untuk diteladani oleh generasi muda sekarang, khususnya mengenai perjuangan
menembus universitas negeri di Bandung, suka duka menjadi mahasiswa. Dengan
melihat kepribadian Alif Fikri diharapkan bisa bermanfaat sebagai teladan dan
memotivasi generasi muda, khususnya untuk berusaha mengejar semua mimpi,
karena untuk mendapatkan apa yang diinginkan tidaklah mudah, perlu usaha, doa,
dan kesabaran. Generasi muda Indonesia sekarang tidaklah sedikit yang
kehilangan jati diri, mudah berputus asa dan kehilangan semangat juang bila
menghadapi masalah yang dianggap sulit. Generasi muda sekarang ini cenderung
bergantung kepada orangtua, manja dan lemah dalam meraih cita-cita, karena itu
novel Ranah Tiga Warna diharapkan bisa memberi inspirasi bagi genarasi muda
dan menjadikan Alif Fikri sebagai teladan agar tidak mudah menyerah.
Pemilihan novel Ranah Tiga Warna dilatarbelakangi adanya keinginan
untuk memahami bagaimana pengarang melukiskan perwatakan tokoh utama Alif
Fikri dari perilaku-perilaku bagaimana kesabaran dalam menghadapi cobaan dan
perjuangan selama Alif menuntut ilmu. Novel Ranah Tiga Warna mempunyai
nilai didik positif yaitu penjelasan mengenai nilai-nilai keteladanan lembaga
4
pendidikan sehingga dapat dijadikan panutan atau masukan bagi pembaca. Novel
Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi dipilih karena memiliki kelebihan-
kelebihan dalam isi maupun bahasanya.
Pembelajaran sastra tidak terlepas dari pendidikan. Karya sastra khususnya
novel juga mempunyai peran yang sangat besar dalam pembentukan dan
pengembangan karakter anak didik karena dengan memberikan pelajaran sastra
dapat membantu siswa dalam memahami dan mengekspresikan sebuah karya
sastra dengan baik.
Sastra diajarkan di sekolah dengan tujuan membentuk keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, dan mengembangkan cipta rasa,
serta menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
Penyajian novel sebagai media pembelajaran terdapat dalam standar
kompetensi membaca 7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia atau novel
terjemahan dan kompetensi dasar pada pembelajaran 7.2 menganalisis unsur-
unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia atau terjemahan yang dibacakan,
yakni (1) mendata tokoh utama dalam novel, dan (2) menganalisis perwatakan
tokoh disertai dengan bukti atau alasan yang logis. Novel Ranah Tiga Warna
karya Ahmad fuadi dipilih sebagai media pembelajaran di SMA kelas XI karena
dari judul “Analisis Perwatakan dalam novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad
Fuadi dan Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA” sesuai dengan
kompetensi dasar menganalisis unsur intrinsik novel yaitu analisis perwatakan
tokoh.
5
Penulis memilih novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi sebagai
penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan.
1. Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi menurut penulis belum ada yang
meneliti tentang perwatakan tokoh utama.
2. Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi memiliki struktur cerita yang
menarik, tokoh Alif yang patut kita teladani dalam melewati semua cobaan,
rintangan dengan kerja keras dan penuh kesabaran tanpa batas dan sesuai untuk
dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “ Analisis Perwatakan dalam Novel Ranah Tiga Warna
Karya Ahmad Fuadi dan Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA.”
B. Penegasan Istilah
Agar tidak salah penafsiran, penulis akan menjelaskan beberapa istilah
yang digunakan dalam penulisan judul penelitian ini. Judul penelitian ini adalah “
Analisis Perwatakan dalam novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad Fuadi dan
Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA”. Istilah-istilah yang ada
hubungannya dengan judul penelitian ini peneliti paparkan di bawah ini.
1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa atau karangan untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya atau sebab musababnya dan sebagainya
(KBBI, 2008: 1198). Dalam penelitian ini, analisis yang dimaksud adalah
analisis perwatakan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
6
2. Perwatakan adalah menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh seperti yang
ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh
(Nurgiyantoro, 2012: 165).
3. Novel adalah sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi
model kehidupan yang diidealkan, dunia imajinatif, yang dibangun melalui
berbagai unsure intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh dan penokohan, latar
sudut pandang ( Nurgiyantoro, 2012: 4).
4. Ranah Tiga Warna merupakan novel kedua dari trilogi novel Negeri Lima
Menara karya Ahmad Fuadi yang dijadikan objek penelitian diterbitkan oleh
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, cetakan pertama tahun 2011 dengan
tebal 473 halaman.
5. Ahmad Fuadi adalah pengarang novel Ranah Tiga Warna lahir di Bayur,
kampung kecil di pinggir Danau Maninjau tahun 1972. Novel Negeri Lima
Menara dan yang kedua novel Ranah Tiga Warna ditulis mengambil dari kisah
hidupnya selama ia mewujudkan impian.
6. Skenario pembelajaran merupakan rancangan atau perencanaan pembelajaran
yang dibuat oleh guru sebagai rancangan serangkaian aktivitas yang dilakukan
siswa dalam bimbingan belajar, arahan, dan motivasi dari guru yang dirancang
sesuai dengan tujuan pendidikan (Hamalik, 2011: 57 ).
Dari penegasan istilah di atas, dapat dipahami maksud judul penelitian
“Analisis Perwatakan dalam Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad Fuadi dan
Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA” adalah menganalisis
perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna agar perwatakan tokoh
7
utama yang mempunyai sifat kerja keras, tidak mudah menyerah, dan penuh
kesabaran tanpa batas dalam menghadapi cobaan dapat kita teladani untuk
generasi muda sekarang.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. tokoh yang diungkapkan pengarang dalam novel Ranah Tiga Warna karya
Ahmad Fuadi;
2. sifat dan perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna karya
Ahmad Fuadi;
3. nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna karya
Ahmad Fuadi;
4. perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga
Warna karya Ahmad Fuadi dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran siswa
kelas XI SMA.
D. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini peneliti membatasi permasalahan yang akan
dipaparkan sebagai berikut.
1. Perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
2. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna karya
Ahmad Fuadi.
8
3. Skenario pembelajaran pada siswa kelas XI SMA adalah novel Ranah Tiga
Warna.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah
berikut ini.
1. Bagaimana perwatakan tokoh utama yang diungkapkan pengarang dalam novel
Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang disampaikan pengarang dalam novel
Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi?
3. Bagaimana pembelajaran tentang perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah
Tiga Warna karya Ahmad Fuadi pada siswa kelas XI SMA?
F. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan:
1. perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi;
2. nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna karya
Ahmad Fuadi;
3. skenario pembelajaran perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga
Warna karya Ahmad Fuadi pada siswa kelas XI SMA.
9
G. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi teoretis dan
segi praktis.
1. Segi Teoretis
Dari segi teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya dan
mengembangkan kajian ilmu sastra, khususnya analisis perwatakan tokoh utama
dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
dan skenario pembelajarannya pada siswa kelas XI SMA.
2. Segi praktis
Dari segi praktis manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini dibagi
menjadi tiga yaitu: bagi siswa, guru dan peneliti.
a. Manfaat bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
siswa terutama tentang analisis perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam novel yang dapat dijadikan motivasi siswa
dan dapat dicontoh dari watak tokoh yang positif.
b. Manfaat bagi guru
Penelitian ini diharapkan untuk memperoleh pengalaman dan
pengetahuan guru tentang analisis perwatakan tokoh, nilai-nilai pendidikan dan
skenario pembelajarannya.
c. Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan untuk menambah pengetahuan dan wawasan
tentang sastra terutama tentang analisis perwatakan tokoh utama dalam novel.
10
Dapat menjadikan motivasi bagi penulis dari perwatakan tokoh dan dari nilai-
nilai pendidikan yang terkandung dalam novel. Dan sebagai bahan pertimbangan
bagi para peneliti yang akan datang khususnya di bidang sastra.
H. Sistematika Skripsi
Sistematika disajikan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
penelitian yang dilakukan. Sistematika penulisan ini dibagi menjadi lima bab yang
terdiri dari subbab berikut ini.
Bab I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, penegasan istilah,
identifikas masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab II Tinjauan pustaka dan kajian teoretis, terdiri dari tinjauan pustaka
dan kajian teoretis. Di dalam tinjauan pustaka peneliti mengemukakan penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Padmi Hartni (2010) dan Muhammad Santoso
(2013). Dalam kajian teoretis peneliti paparkan teori-teori yang digunakan sebagai
acuan dalam penulisan skripsi ini meliputi (1) pengertian tokoh, (2) nilai-nilai
pendidikan, (3) skenario pembelajaran pada siswa kelas XI SMA.
Bab III Metode penelitian, terdiri dari objek penelitian, fokus penelitian,
sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
teknik penyajian hasil analisis.
Bab IV Penyajian dan pembahasan data berupa uraian mengenai data yang
diperoleh, mengulas, menguraikan, dan mendeskripsikan hasil penelitian tentang
perwatakan tokoh utama, nilai-nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga Warna
karya Ahmad Fuadi dan skenario pembelajarannaya pada siswa kelas XI SMA.
11
Bab V Penutup. Bab ini penulis menyimpulkan pembahasan data dan
memberikan saran-saran yang relevan dengan kesimpulan tersebut. Untuk
melengkapi hasil penelitian dalam skripsi ini disertakan lampiran yang berisi
silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), biografi pengarang, sinopsis,
dan kartu bimbingan.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS
Bab ini berisi tinjauan pustaka dan kerangka teoretis. Tinjauan pustaka
berisi kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan kerangka
teoretis berisi paparan teori yang menjadi acuan penelitian.
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka menguraikan relevasi dan komparasi antara penelitian
yang akan penulis lakukan dengan penelitian terdahulu hingga diketahui
perbedaan dan persamaan. Penelitian dengan menggunakan analisis perwatakan
telah banyak digunakan oleh mahasiswa Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Penelitian melalui analisis perwatakan pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu,
diantaranya adalah Padmi Hartini (2010) dan Muhammad Santoso (2013).
Hartini (2010) menulis penelitian yang berjudul “Analisis Perwatakan dan
Nilai-nilai Pendidikan Tokoh Utama dalam naskah Drama Iblis karya
Mohammad Diponegoro”. Hasil penelitian Hartini adalah tokoh utama Ibrahim
diceritakan sebagai tokoh yang baik, taat kepada Tuhan dan pandai , dari watak
dan sikap yang baik tersebut mengandung nilai-nilai pendidikan agama dan nilai-
nilai pendidikan moral, dan unsur-unsur dalam naskah drama Iblis karya
Mohammad Diponegoro adalah tema, alur, tokoh dan penokohan, dialog dan
latar. Teori yang digunakan Hartini adalah teori Sayuti yang menyatakan bahwa
13
berdasarkan perwatakannya tokoh cerita dibedakan menjadi dua yaitu tokoh
sederhana dan tokoh kompleks atau tokoh bulat.
Penelitian yang dilakukan oleh Hartini mempunyai persamaan dengan
penelitian yang akan penulis lakukan adalah sama-sama menganalisis perwatakan
tokoh utama dan mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Hartini dengan penelitian yang
akan penulis lakukan adalah terdapat pada sumber data, Hartini menggunakan
naskah drama Iblis karya Mohammad diponegoro, sedangkan penulis
menggunakan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Hartini hanya mendeskripsikan nilai-nilai
pendidikan dan perwatakan tokoh utama tanpa memberikan gambaran tentang
skenario pembelajarannya di SMA, sedangkan penulis mendeskripsikan
perwatakan tokoh utama dan skenario pembelajarannya di SMA.
Selain Hartini, penelitian mengenai analisis tokoh utama yang lain juga
dilakukan oleh Santoso (2013) dengan judul “Identifikasi Tokoh Utama Keke
dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar dan
Pembelajarannya di Kelas VIII SMP”. Santoso menunjukkan bahwa karakter
tokoh utama “Keke” dalam novel Surat Kecil untuk Tuhan adalah inferiority atau
rasa rendah diri, berbentuk rasa takut, rasa malu, dan perubahan sikap yang
bernilai positif atas kelemahan atau kekurangan yang dimiliki, dan skenario
pembelajaran identifikasi tokoh utama “Keke” dalam novel Surat Kecil Untuk
Tuhan karya Agnes Davonar di kelas VIII SMP . Teori yang menjadi acuan
14
dalam penelitian yang dilakukan oleh Santoso adalah teori yang dikemukakan
oleh Burhan Nurgiyantoro.
Penelitian yang dilakukan Santoso memiliki persamaan dengan penelitian
yang akan penulis lakukan adalah menggunakan teori yang dikemukakan oleh
Burhan Nurgiyantoro yang membahas tentang perwatakan tokoh utama. Selain
itu, juga sama-sama menerapkan pembelajaran di sekolah. Perbedaan penelitian
yang dilakukan oleh Santoso dengan penelitian yang akan penulis lakukan adalah
penelitian Santoso tidak membahas tentang nilai-nilai pendidikan yang
terkandung dalam novel, sedangkan penelitian yang dilakukakan oleh penulis
mendeskripsikan tentang nilai-nilai pendidikan.
B. Kerangka Teoretis
Pada kerangka teoretis ini penulis akan menjelaskan mengenai pengertian
tokoh dan penokohan yang meliputi perwatakan, macam nilai-nilai pendidikan,
dan menjelaskan skenario pembelajaran sastra.
1. Tokoh dan Penokohan
a. Pengertian Tokoh dan Penokohan
Tokoh menunjuk pada orang sebagai pelaku cerita. Abrams memaparkan
tokoh cerita (character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya
naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang
dilakukan dalam tindakan (Nurgiyantoro, 2012: 165).
15
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa
yang bersangkutan. Tokoh utama merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian
(Nurgiyantoro, 2012: 177).
Perwatakan atau penokohan adalah menunjuk pada sifat dan sikap para
tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas
pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro, 2012: 165).
Berdasarkan perwatakannya, tokoh terdiri dari dua yaitu tokoh sederhana
atau tokoh yang berwatak datar adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas
pribadi tertentu, satu sifat watak tertentu saja. Sebagai seorang tokoh manusia,
tokoh sederhana tidak diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan. Tokoh
sederhana tidak memiliki sifat dan tingkah laku seorang yang dapat memberikan
efek kejutan bagi pembaca (Nurgiyantoro, 2012: 181-182).
Tokoh bulat atau kompleks adalah tokoh yang memiliki berbagai sisi
kehidupan, sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia memiliki watak tertentu namun ia
dapat pula menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam bahkan
mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga (Nurgiyantoro, 2012: 183).
Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh
protagonis dan antagonis. Menurut Altenbernd dan lewis, tokoh protagonis
adalah tokoh yang dikagumi salah satu jenisnya secara populer disebut hero
tokoh yang merupakan pengejawetahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal,
sedangkan tokoh antagonis adalah yang beroposisi dengan tokoh prtagonis,
16
secara langsung maupun tidak langsung, bersifat fisisk maupun batin
(Nurgiyantoro, 2012: 178).
b. Metode Penggambaran Tokoh
Metode penggambaran tokoh menurut Altenbernd dan Lewis
(Nurgiyantoro, 2012: 195) adalah sebagai berikut.
a. Teknik Ekspositori adalah pelukisan tokoh dengan memberikan deskripsi,
uraian, dan penjelasan langsung. Tokoh cerita dihadirkan oleh pengarang ke
hadapan pembaca tidak berbelit-belit, tetapi disertai deskripsi tingkah lakunya.
b. Teknik dramatik adalah pengarang tidak langsung mendeskripsikan sifat,
sikap, dan tingkah laku, tetapi melalui teknik lain. Pengarang membiarkan para
tokoh cerita menunjukkan melalui berbagai aktivitas yang dilakukan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dalam suatu karya sastra
masalah tokoh dan penokohan merupakan hal yang kehadirannya sangat
penting. Aktivitas dan tingkah laku tokoh dalam suatu cerita dapat membantu
dalam mengenal identitas tokoh. Watak pelaku tidak harus dilihat dari keadaan
lahirnya saja, melainkan juga dapat dilihat makna yang tersembunyi di balik itu,
ada watak yang jelas dan ada watak yang terselubung.
2. Nilai-nilai Pendidikan
Ginanjar (2012: 56) menyatakan bahwa nilai-nilai pendidikan sangat erat
kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra (dalam hal ini prosa) selalu
mengungkapkan yang dimaksud dapat mencakup nilai pendidikan moral, agama,
sosial, maupun estetis (keindahan).
17
Nilai-nilai pendidikan menurut pendapat penulis adalah suatu sifat-sifat
atau hal-hal penting, yang dapat mempengaruhi atau mengubah tingkah laku
seseorang kearah yang lebih baik. Novel merupakan salah satu bentuk karya
sastra yang banyak memberikan penjelasan secara jelas tentang sistem nilai.
Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel sebagai berikut.
a. Nilai Pendidikan Religius
Kehadiran unsur religi dalam sastra adalah sebuah keberadaan sastra itu
sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat relegius (Nurgiyantoro,
2012: 326). Religi lebih menunjuk pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan
dengan hukum-hukum yang resmi. Moral relegius menjunjung tinggi sifat-sifat
manusiawi, hati nurani yang dalam, harkat dan martabat serta kebebasan pribadi
yang dimiliki oleh manusia (Nurgiyantoro, 2012: 327).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai relegius merupakan
nilai kerohanian tertinggi yang bersumber pada kepercayaan dan keyakinan
manusia.
b. Nilai Pendidikan Moral
Moral merupakan sesuatu yang ingin disampaikan pengarang
kepada pembaca, merupakan makna yang terkandung dalam karya sastra, makna
yang disaratkan lewat cerita (Nurgiyantoro, 2012: 320). Secara umum moral
menyaran pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum
pengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya; akhlak, budi pekerti,
susila (KBBI, 2008).
18
Dalam karya sastra, moral mencerminkan pandangan hidup pengarang
yang bersangkutan, pandangan tentang nilai-nilai kebenaran, dan nilai itulah yang
ingin disampaikan kepada pembaca. Moral dalam cerita, menurut Kenny
biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran
moral tertentu yang bersifat praktis, yang dapat diambil ( dan ditafsirkan) lewat
cerita yang bersangkutan oleh pembaca (Nurgiyantoro, 2012: 321).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral
menunjukkan peraturan-peraturan tingkah laku dan adat istiadat dari seorang
individu dari suatu kelompok atau masyarakat. Nilai moral meliputi nilai moral
hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan
hubungan manusia dengan diri sendiri.
3. Skenario Pembelajaran Sastra di SMA
Skenario pembelajaran adalah rancangan atau perencanaan bembelajaran
yang dibuat oleh guru sebagai rancangan aktivitas yang dilakukan siswa dalam
bimbingan belajar, arahan, dan motivasi dari guru yang dirancang sesuai dengan
tujuan pendidikan (Hamalik, 2011: 57). Pembelajaran sastra adalah pembelajaran
apresiasi. Menurut Hornby, apresiasi berasal dari bahasa Inggris appreciation
secara harfiah dapat diberi pengertian sebagai pemahaman, pengenalan,
pertimbangan, penilaian, dan pernyataan yang berisi evaluasi (Waluyo, 2011: 29).
Skenario pembelajaran sastra adalah rancangan atau perencanaan pembelajaran
apresiasi sastra.
Pembelajaran novel Ranah Tiga Warna di sekolah, khususnya pada siswa
kelas XI SMA hampir sama dengan jenis sastra prosa lainnya seperti cerpen,
19
adalah menemukan unsur-unsur pembangun yang terdapat pada karya sastra.
Pembelajaran ini difokuskan pada perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai
pendidikan yang terdapat pada novel Ranah Tiga Warna. Di bawah ini
dipaparkan tentang strategi pembelajaran sastra.
a. Tujuan Pembelajaran sastra
Rahmanto (1988: 16) menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran sastra
di sekolah adalah untuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan,
mengembangkan cipta dan rasa serta menjunjung pembentukan watak. Tujuan
pokok yang perlu dicapai dalam pembelajaran novel adalah peningkatan
kemampuan membaca secara intensif. Pembelajaran sastra diarahkan untuk
memperbaiki budi pekerti dan mempertajam kepekaan siswa.
b. Fungsi Pembelajaran Sastra
Rahmanto (1988: 16-25) menyatakan bahwa pembelajaran sastra dapat
membantu pendidikan yang cakupannya meliputi 4 manfaat, antara lain
membantu keterampilan membaca, meningkatkan pengetahuan budaya,
mengembangkan cipta dan rasa, menunjang pembentukan watak.
1) Membantu Keterampilan Berbahasa
Pembelajaran sastra akan membantu siswa berlatih kemampuan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dalam pembelajaran sastra siswa
dapat melatih keterampilan menyimak dengan mendengarkan suatu karya sastra
yang dibacakan oleh guru, teman, atau rekaman. Siswa dapat melatih
keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu pementasan drama.
Siswa juga dapat meningkatkan keterampilan membaca dengan membaca puisi
20
atau prosa. Siswa dapat meningkatkan kemampuan menulis dengan menulis
sebuah karya sastra seperti cerpen dan puisi.
2) Meningkatkan Pengetahuan Budaya
Meningkatkan kemampuan budaya maksudnya adalah sastra tidak seperti
ilmu yang lain tetapi sastra mencerminkan kebudayaan dalam suatu masyarakat
ataupun kebudayaan dunia yang dihadirkan melalui karya sastra.
3) Mengembangkan Cipta dan Rasa
Pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan kecapan yang
bersifat penalaran, perasaan, dan kesadaran sosial. Pembelajaran sastra dapat
mengembangkan potensi siswa dan guru hendaknya selalu menyadari bahwa
setiap siswa memiliki kepribadian dan kemampuan yang khas.
4) Menunjang Pembentukan Watak
Pembelajaran sastra dapat memberikan bantuan dalam mengembangkan
berbagai kualitas kepribadian siswa baik itu segi positif maupun negatif
tergantung sastra yang dibaca.
c. Bahan Pembelajaran sastra
Bahan pembelajaran adalah bahan untuk mengajar guru (Depdiknas,
2008: 115). Bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai
dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Guru harus
dapat memilih bahan yang tepat dengan tingkat perkembangan siswa.
Rahmanto (1988: 27) menentukan bahan pembelajaran sastra harus dari
sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis), latar belakang kebudayaan siswa.
Seorang guru hendaknya selalu berusaha memahami tingkat kebahasaan
21
siswanya sehingga guru dapat memilih materi yang cocok untuk disajikan. Karya
sastra yang dipilih untuk diajarkan hendaknya juga sesuai dengan tahap psikologi
pada umumnya dalam suatu kelas. Guru sebaiknya menyajikan karya sastra yang
dapat menarik minat siswa dalam kelas itu. Pada latar belakang kebudayaan
siswa, biasanya siswa akan lebih tertarik pada karya-karya sastra dengan latar
belakang budaya yang sudah diketahuinya dan erat hubungannya dengan
kehidupan siswa.
d. Model Pembelajaran sastra
Model pembelajaran menurut Suprijono (2013: 46) adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
a. Pengertian Metode Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif)
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru.
Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di
mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan
bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik
menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian
tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2013: 54-55).
b. Unsur-Unsur yang Harus Diterapkan dalam Model Pembelajaran Kooperatif
22
Untuk pencapaian hasil yang maksimal, lima unsur dalam pembelajaran
kooperatif harus diterapkan (Suprijono, 2013: 58-61). Unsur pertama
pembelajaran kooperatif adalah positive interpendence (saling ketergantungan
positif). Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggungjwaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan
kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu
mempelajari bahan yang ditugaskan.
Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah personal responsibility
(tanggung jawab perseorangan). Pertanggung- jawaban ini muncul jika dilakukan
pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif
adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat.
Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah face to face promotive
interaction (interaksi promotif). Unsur ini penting karena dapat menghasilkan
saling ketergantungan positif.
Unsur keempat adalah interpersonal skill (komunikasi
antaranggota/keterampilan sosial). Untuk mengoordinasi kegiatan peserta didik
dalam pencapaian tujuan peserta didik harus (a) saling mengenal dan
mempercayai, (b) mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, (c)
saling menerima dan saling mendukung, dan (d) mampu menyelesaikan konflik
secara konstruktif.
Unsur kelima adalah group processing (Pemrosesan kelompok).
Pemrosesan mengandung arti menilai. Melalui penilaian kelompok, diidentifikasi
dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota.
23
c. Langkah-langkah Metode Cooperative Learning
Supaya pembelajaran kooperatif berjalan maksimal, guru wajib memahami
sintak model pembelajaran kooperatif. Sintak model pembelajaran kooperatif
terdiri dari enam fase (Suprijono, 2013: 65).
Tabel 2 Sintak (Langkah-langkah) Model Pembelajaran Kooperatif FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap belajar
Fase 2: Present Information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3: Organize student into learning teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan a-
tau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
24
d. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan pada siswa untu berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang
berbeda latar belakangnya ( Trianto, 2007: 42). Jadi dalam pembelajaran
kooperatif siswa berperan ganda adalah sebagai siswa ataupun sebagai guru.
Dengan bekerjasama secara kolaboratif untuk mencapai tujuan bersama, maka
siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia
yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
e. Praktik Penggunaan Metode Mengajar
Dalam praktiknya, metode pembelajaran kooperatif yang digunakan
adalah model pembelajaran koopetatif Jigsaw. Pembelajaran dengan model
jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru.
Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah
kelompok tergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang
dipelajari. Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual
kepada tiap-tiap kelompok. Sesi berikutnya membentuk kelompok ahli. Setelah
terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi.
Setelah diskusi kelompok ini selesai, selanjutnya siswa kembali ke kelompok
asal. Setelah siswa kembali ke kelompok asal berikan kesempatan kepada siswa
untuk berdiskusi.
25
Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah siswa
dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli. Sebelum pembelajaran diakhiri,
diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjutnya, guru menutup
pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari.
e. Sumber Belajar
Sukirno (2009: 108) menyatakan bahwa sumber belajar adalah bahan ajar
yang memuat teks/ materi ajar yang dijadikan rujukan untuk mencapai
kompetensi dasar. Sumber belajar hendaknya dipilih dan diselaraskan dengan
kompetensi dasar yang akan dicapai.
Sumber belajar dapat berupa buku pelajaran, buku pelengkap. Maka guru
diharapakan dapat menyediakan sumber belajar yang bervariasi. Misalnya:
sumber belajar dalam bentuk buku, surat kabar, majalah, novel atau karya sastra,
cd dan vcd (Sukirno, 2009:108).
f. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkat
keberhasilan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Hamalik (2011:
145) menyatakan bahwa evaluasi pembelajaran merupakan suatu komponen
penting dalam sistem pembelajaran, sedangkan sistem pembelajaran itu
merupakan implementasi kurikulum, sebagai upaya untuk menciptakan belajar di
kelas. Fungsi utama evaluasi dalam kelas adalah untuk menentukan hasil-hasil
urutan dalam pembelajaran.
Ada dua bentuk tes tertulis yang dapat digunakan untuk melaksanakan
evaluasi, yaitu tes esai dan tes objektif. Evaluasi yang digunakan dalam
26
pembelajaran novel Ranah Tiga Warna yaitu secara tertulis dengan
menggunakan tes esai. Evaluasi dengan tes esai menuntut kemampuan siswa
untuk berpikir sehingga daya kreativitas siswa menjadi tinggi.
27
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini berisi objek penelitian, jenis penelitian, fokus penelitian, data
dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis
data, dan teknik penyajian hasil analisis.
1. Objek Penelitian
Objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan atau apa
yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2010: 161). Objek
penelitian ini adalah perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna
karya Ahmad Fuadi yang dijadikan objek penelitian diterbitkan oleh PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, cetakan pertama tahun 2011 dengan tebal 473 halaman.
2. Fokus penelitian
Sugiyono (2012: 285-286) menyatakan bahwa batasan masalah dalam
penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih
bersifat umum. Penelitian ini difokuskan pada perwatakan tokoh utama dan nilai-
nilai pendidikan dalam Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
3. Sumber data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan
28
lain-lain (Lexy J. Moleong, 2010: 157). Sumber data penelitian ini diperoleh dari
novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi yang dijadikan objek penelitian
diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, cetakan pertama tahun
2011 dengan tebal 473 halaman. Sumber datanya berupa kutipan-kutipan yang
diambil dari novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
4. Instrumen Penelitian
Arikunto (2010: 203) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah
alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap serta sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penulis sebagai peneliti, kartu pencatat data, dan alat
tulisnya. Kartu pencatat data dipergunakan untuk mencatat data hasil dari
pembacaan novel. Kartu data ini berisi kata-kata yang merupakan kutipan-kutipan
novel yang berkaitan dengan pembahasan.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan teknik pustaka. Teknik
pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data
(Subroto, 1992:42). Oleh karena itu, pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi. Observasi adalah pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 2010:
199). Adapun langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut:
29
1. membaca referensi;
2. membaca keseluruhan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi;
3. menentukan objek penelitian;
4. mengelompokkan perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai pendidikan.
6. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode analisis isi
(content analysis). Menurut Titscher (2009: 94), analisis isi adalah sebuah
strategi penelitian daripada sekadar sebuah metode analisis teks tunggal. Yang
dimaksud metode analisis isi dalam penelitian ini adalah mengkaji isi teks dengan
teliti dan menyeluruh dengan memfokuskan pada analisis perwatakan tokoh utama
dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
dan Skenario Pembelajarannya pada siswa kelas XI SMA. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. mengidentifikasi data penelitian berupa perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai
pendidikan;
2. menganalisis data yang memfokuskan pada perwatakan tokoh utama dan nilai-
nilai pendidikan yang meliputi;
3. menyusun laporan hasil analisis.
7. Teknik Penyajian Hasil Analisis
Penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Teknik yang digunakan untuk menyajikan hasil analisis data adalah teknik
penyajian informal. Teknik penyajian informal adalah perumusan dengan
30
menggunakan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda dan lambang
(Sudaryanto, 1993: 145). Jadi, teknik penyajian hasil analisis data dalam skripsi
“Analisis Perwatakan dalam Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi dan
Skenario Pembelajarannya pada Siswa Kelas XI SMA” berupa karakter
perwatakan tokoh utama (sifat dan sikap tokoh) dan nilai-nilai pendidikan,
penelitian ini dipaparkan dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan tanda, angka
dan lambang-lambang.
31
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
Bab ini berisi dua subbab, yaitu penyajian dan pembahasan data hasil
penelitian yang terdiri dari perwatakan tokoh utama, nilai-nilai pendidikan dan
skenario pembelajaran kelas XI SMA.
A. Penyajian Data
Data yang terdapat dalam penyajian ini merupakan gambaran tentang
masalah-masalah yang akan dibahas dalam pembahasan data. Dalam mengkaji
novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi dari segi tokoh dan penokohan,
penulis menekankan pada perwatakan tokoh utama dan nilai-nilai pendidikan
yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna. Penulis juga memaparkan
kemungkinan pembelajaran novel Ranah Tiga Warna di SMA kelas XI.
1. Perwatakan Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa
yang bersangkutan. Novel Ranah Tiga Warna diceritakan bagaimana tokoh Alif
membela mimpinya dengan segenap usaha dan keyakinan. Alif Fikri adalah
pemeran utama dalam novel Ranah Tiga Warna karya ahmad Fuadi.
Tokoh Alif dalam novel Ranah Tiga Warna mempunyai sifat-sifat baik
yaitu percaya diri, pantang menyerah, sabar, menyesal, bersyukur, religius, jujur,
pemaaf, tanggung jawab, ikhlas, berfikir realistis dan kreatif, cerdas, tangguh,
sederhana, rasa ingin tahu, peduli, santun, demokratis, dan nasionalis. Hal itu
terlihat pada tabel 1 di bawah ini.
32
Tabel 1 Sajian Data Perwatakan Tokoh Utama novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad
Fuadi No Perwatakan Halaman Novel 1. Percaya Diri 3, 4, 15, 25, 188 2. Pantang Menyerah 6, 9, 12, 78, 178, 195, 323 3. Sabar 7, 75, 169 4. Menyesal 27, 68, 5. Bersyukur 30, 236 6. Relegius 64, 101, 208, 370 7. Jujur 8 8. Pemaaf 43 9. Tanggung Jawab 71, 156 10. Ikhlas 76, 117 11. Berfikir realistis dan kreatif 10, 84 12. Cerdas 149, 158, 201, 321 13. Tangguh 12, 103, 136 14. Sederhana 61, 151 15. Rasa Ingin Tahu 67 16. Peduli 39, 155, 173, 375 17. Santun 119 18. Demokratis 391 19. Nasionalis 228, 287, 401
2. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad
Fuadi
Dilihat dari perwatakan tokoh Alif Fikri dalam novel Ranah Tiga Warna
karya Ahmad Fuadi, maka dapat diketahui nilai-nilai pendidikan yang terdapat
dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi. Adapun nilai-nilai
pendidikan yang dikaji dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
antara lain pendidikan religius dan pendidikan moral. Hal itu terlihat pada tabel 2
di bawah ini.
33
Tabel 2 Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi No Nilai-nilai Pendidikan Halaman Novel 1. Nilai Pendidikan Relegius
a. Meyakini adanya Tuhan b. Bersyukur c. Beramal
208 30 155
2. Nilai Pendidikan Moral a. Jujur b. Menepati janji c. Peduli d. Mandiri
8 71 155 156
3. Skenario Pembelajaran novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
kelas XI SMA
Data sebagai acuan pembahasan mengenai rencana pelaksanaaan
pembelajaran novel Ranah Tiga Warna di SMA semester II meliputi: standar
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan, materi/bahan ajar,
alokasi waktu, langkah-langkah pembelajaran, dan evaluasi. Di bawah ini
disajikan data rencana pelaksanaan pembelajaran novel Ranah Tiga Warna di
SMA. Hal itu terlihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3 Skenario Pembelajaran Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi di SMA
kelas XI No Kompetensi RPP Deskripsi
1. Standar Komptensi Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan.
2. Kompetensi Dasar Menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
3. Indikator a. Menganalisis unsur intrinsik novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi yang difokuskan pada tokoh dan penokohan.
b. Menganalisis unsur ekstrinsik novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi yaitu nilai-nilai pendidikan.
4. Tujuan Pembelajaran Tujuan dari pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan
34
cipta dan rasa serta menjunjung pembentukan watak. Tujuan pokok yang perlu dicapai dalam pembelajaran novel adalah: a. siswa mampu menganalisis unsur
intrinsik yaitu tokoh dan penokohan dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
b. siswa mampu menganalisis unsur ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan) dalam novel Ranah Tiga warna karya Ahmad Fuadi.
5. Bahan Pembelajaran Bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Guru harus dapat memilih bahan yang tepat dengan tingkat perkembangan siswa. Menentukan bahan pembelajaran sastra harus dari sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis), latar belakang kebudayaan siswa.
6. Metode Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran sastra menggunakan metode Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif).
7. Sumber Belajar Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks/ materi ajar yang dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Sumber belajar hendaknya dipilih dan diselaraskan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Sumber belajar dapat berupa buku pelajaran, buku pelengkap.
8. Langkah-langkah Pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir belajar mengajar.
9. Evaluasi Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran novel Ranah Tiga Warna yaitu secara tertulis dengan menggunakan tes esai.
35
B. Pembahasan Data
Penulis menyajikan data perwatakan tokoh utama, nilai-nilai pendidikan,
dan skenario pembelajaran kelas IX SMA. Berikut data yang diambil dari
penelitian.
1. Perwatakan Tokoh Utama
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam prosa
yang bersangkutan. Novel Ranah Tiga Warna diceritakan bagaimana tokoh Alif
membela mimpinya dengan segenap usaha dan keyakinan. Alif Fikri adalah
pemeran utama dalam novel Ranah Tiga Warna karya ahmad Fuadi.
Alif Fikri adalah seorang lulusan pesantren Pondok Madani di Ponorogo.
Alif bercita-cita ingin masuk universitas Teknologi Bandung layaknya Habibie.
Namun, mimpinya ini mendapat tanggapan kurang baik dari Randai dan teman-
temanya. Bahkan amak dan ayahnya tidak sepenuh hati dengan impian Alif. Alif
tidak menyerah dengan semua ini. Berbekal tekad yang bulat dan semboyan man
jadda wajada juga man shabara zhafira, Alif berhasil meraih mimpinya dan
menginjakkan kakinya di Kanada.
Tokoh Alif dalam novel Ranah Tiga Warna mempunyai sifat-sifat baik
yaitu percaya diri, pantang menyerah, sabar, menyesal, bersyukur, religius, jujur,
pemaaf, tanggung jawab, ikhlas, berfikir realistis dan kreatif, cerdas, tangguh,
sederhana, rasa ingin tahu, peduli, santun, demokratis, dan nasionalis.
36
a. Percaya Diri
Sifat percaya diri tokoh Alif digambarkan ketika Alif merasa diremehkan
kawannya yaitu Randai, dan Alif percaya diri bahwa Alif pasti bisa. Hal ini
terdapat pada kutipan berikut.
“Tentulah. Aden akan segera kuliah. Kalau aden berusaha, ya bisa.” (Ranah Tiga Warna:3)
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Alif merasa percaya diri bahwa
Alif bisa masuk kuliah. Randai adalah kawan terdekat Alif sejak kecil tetapi
Randai juga dianggap sebagai saingan dalam bidang apapun. Ketika Alif lulus
dari pondok Madani, Alif ingin sekali melanjutkan kuliah. Tetapi Randai selalu
menganggap Alif tidak akan bisa masuk kuliah karena Alif tidak memiliki ijazah
umum SMA. Dengan rasa percaya diri yang tinggi Alif akan berusaha bisa masuk
kuliah. Sifat percaya diri lainnya juga terdapat pada kutipan berikut.
“Jangan banyak tanya! Teriakku. Lihat saja nanti. Kita sama-sama buktikan! Kataku dengan nada tinggi.” (Ranah Tiga Warna:4)
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa Alif merasa kesal dan tersinggung
dengan kata-kata Randai yang selalu meremehkan apa yang menjadi cita-cita Alif.
Walaupun Alif tidak memiliki ijazah umum SMA, tetapi Alif akan membuktikan
bahwa Alif bisa mendapatkan ijazah SMA dan bisa masuk kuliah. Alif berusaha
semaksimal mungkin untuk belajar agar bisa mengikuti tes persamaan SMA.
Dengan kerja keras Alif yang tak pernah lelah akhirnya Alif mendapatkan ijazah
SMA.
37
Sifat percaya diri yang lain juga digambarkan ketika Alif percaya diri
bahwa Alif bisa masuk jurusan Hubungan Internasional di UNPAD. Hal ini
terdapat pada kutipan berikut.
“Kok bunyinya keren sekali. Tentulah ini jurusan buat para diplomat yang berjas rapi dan selalu keliling dunia itu. Tentu mahasiswanya perlu kemampuan bahasa asing yang baik. Rasa-rasanya cocok dengan modal yang aku punya sekarang. Dan yang telah kalah penting, mungkin bisa mengantarkan aku sekolah ke luar negeri. Mungkin bahkan ke Amerika. Siapa tahu.” (Ranah Tiga Warna:15)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa setelah Alif mendapatkan ijazah SMA
Alif mengikuti persiapan tes UMPTN, Alif ingin sekali melanjutkan kuliah di
ITB, tetapi hasil ujian persamaan SMA nilainya tidak memungkinkan Alif kuliah
di ITB. Akhirnya Alif memilih salah satu Universitas di Bandung yaitu di
UNPAD, banyak jurusan yang membuat Alif bingung ingin memilih jurusan apa.
Satu per satu semua jurusan dibaca, dan Alif tertarik dengan jurusan Hubungan
Internasional. Dengan bakat bahasa Inggris yang dimiliki, Alif merasa percaya
diri akan diterima di jurusan Hubungan Internasional. Alif merasa mungkin di
jurusan Hubungan Internasional ini yang akan mengantar Alif pergi ke luar
negeri, ke negara yang Alif cita-citakan selama ini.
Tokoh Alif mempunyai sifat rasa percaya diri yang tinggi. Hal tersebut
terdapat pada kutipan berikut.
“Siap, Yah. Jadi ambo bertekad akan memaksimalkan usaha persis seperti Denmark. Membalikkan penilaian semua orang yang memandang sebelah mata!.’’ (Ranah Tiga Warna:25) Dari kutipan di atas, sifat percaya diri Alif diwujudkan dengan kesiapan
diri memaksimalkan usaha untuk bisa lulus tes UMPTN agar bisa masuk kuliah.
38
Dengan percaya diri yang tinggi, Alif siap membalikkan semua pandangan
sebelah mata atas kemampuannya untuk masuk ke perguruan tinggi. Tokoh Alif
mengibaratkan dirinya seperti Tim Nasional Sepak bola Denmark di Piala Eropa
tahun 1992 yang kemudian menjadi juara. Saat itu, Tim Nasional disebut sebagai
tim lemah karena hanya sebagai tim pelengkap. Kemudian Denmark disebut
sebagai tim dinamit yang meledak. Dengan semangat yang tinggi Alif belajar
setiap hari untuk mempersiapkan tes UMPTN.
Alif adalah tokoh yang rajin belajar sehingga Alif mempunyai sifat
percaya diri dalam mengerjakan soal ketika tes program pertukaran pemuda antara
Indonesia dan kanada. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Dengan rasa percaya tinggi, aku gasak setia soal tulis. Memang tidak sia-sia perjuanganku belajar saban hari selama dua minggu terakhir ini. Tidak hanya belajar dan membaca, aku bahkan sampai bertanya kepada asti tentang kisi-kisi pertanyaan. Untuk menempa diri, aku bahkan membuat beragam soal sendiri dan aku jawab pula sendiri. Usai ujian tulis, panitia menyilakan kami duduk di luar ruangan, sambil mereka langsung menilai lembar ujian saat itu juga.” (Ranah Tiga Warna:188)
Dari kutipan di atas, dicertakan ada program pertukaran pemuda antara
Indonesia dan Kanada untuk umum, tanpa berpikir panjang Alif mengikuti tes ini.
Karena selama ini Alif ingin sekali pergi ke luar negeri dan mungkin ini
kesempatan yang baik untuk Alif pergi ke luar negeri tanpa biaya. Berbagai usaha
Alif lakukan untuk mempersiapkan tes tertulis. Ketika tes tertulis tiba Alif
mengerjakan semua soal dengan rasa percaya diri yang tinggi.
39
b. Pantang Menyerah
Sifat pantang menyerah tokoh Alif digambarkan ketika Alif berusaha ingin
mendapatkan ijazah persamaan SMA dan tes UMPTN. Hal ini terdapat pada
kuitipan berikut.
“Dengan meyakin-yakinkan diri, aku jawab tantangan Ayah.”Insyaallah Yah, ambo akan berjuang habis-habisan untuk persamaan ini dan untuk UMPTN.” (Ranah Tiga Warna:6)
Dari kutipan tersebut menggambarkan tokoh Alif yang pantang menyerah.
Ayah Alif selalu mendukung apa yang menjadi cita-cita Alif, karena Alif ingin
kuliah Alif menerima tantangan Ayah untuk mengikuti ujian persamaan. Untuk
mengikuti ujian persamaan adalah hal yang tidak mudah buat Alif, karena selama
di pondok Madani Alif tidak mendapatkan pelajaran seperti di SMA lainnya.
Demi mengikuti ujian persaman untuk mendapatkan ijazah SMA Alif berjuang
belajar setiap hari, mencari materi-materi SMA yang harus dipelajari.
Adapun sifat pantang menyerah tokoh Alif yang lainnya terdapat pada
kutipan berikut.
“Pagi itu, dengan mengepalkan tinjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan doa, aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukan UMPTN. Aku ingin membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan apapun akan aku tebas.” (Ranah Tiga Warna:9)
Dari kutipan di atas, digambarkan bahwa dengan rasa pantang menyerah,
tekad dan dengan doa yang tulus Alif yakin akan lulus ujian persamaan dan
mendapatkan ijazah SMA. Lalu akan perperang menghadapi ujian UMPTN untuk
masuk kuliah. Dengan niat yang kuat Alif merasa yakin bisa menghadapi
40
halangan apapun. Kutipan di bawah ini di gambarkan sifat pantang menyerah Alif
ketika Alif mempersiapkan untuk mengikuti ujian.
“Aku paksa diriku, setiap aku merasa semangatku melorot. Aku paksa diriku lebih kuat lagi. Aku lebihkan usaha. Aku lanjutkan jalanku beberapa jalan halaman lagi, beberapa soal lagi, beberapa menit lagi. Going the extra miles. I’malu fauqa ma’amilu. Berusaha di atas rata-rata orang lain.” (Ranah Tiga warna:12)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa kadang kala Alif merasa lelah, merasa
semangatnya telah melorot ketika harus belajar setiap hari, berusaha memahami
pelajaran yang sebelumnya Alif tidak mengerti, tetapi Alif pantang menyerah dan
berusaha menyemangati dirinya sendiri. Alif lebihkan usaha agar bisa memahami
pelajaran SMA, soal satu per satu Alif kerjakan dan dipahami. Demi mencapai
cita-citanya Alif berjuang, pantang menyerah untuk belajar di atas rata-rata orang
lain.
Sifat pantang menyerah tokoh alif juga digambarkan ketika Alif mendapat
tantangan tugas menulis artikel lagi dari Bang Togar, Alif pun menerima dan akan
berusaha. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Aduh, baru saja aku senang dengan tulisanku, sudah ada tugas baru. Mulutku mau mengeluh, tapi aku paksakan hatiku untuk menerima tantangan ini. Sudah kepalang tanggung, aku harus hadapi dia. Aku tidak boleh menyerah kalau ingin dapat ilmu.” (Ranah Tiga Warna, 2011:78)
Dari kutipan tersebut terlihat bahwa tokoh Alif yang pantang menyerah
ketika mendapatkan tugas menulis dari Bang Tigor. Alif baru saja merasakan
senang karena artikel dari hasil tulisannya sendiri sudah dibilang sempurna oleh
Bang Tigor. Tetapi rasa senang itu langsung saja musnah karena Alif
mendapatkan tugas baru untuk menulis artikel yang lebih bagus lagi, dan dengan
41
rasa terpaksa Alif menerima tantangan Bang Tigor. Demi mendapatkan ilmu Alif
harus berusaha keras, harus berjuang dan tidak boleh menyerah.
Pantang menyerah tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif tidak
menerima beasiswa karena nilai semester Alif kalah dengan yang lain dan harus
membayar SPP sendiri. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Berita buruk: permohonan beasiswaku ke kampus ditolak karena nilai semester awalku kalah tinggi dengan pelamar lain. Apa boleh buat, aku harus terus berhemat untuk bisa membayar SPP sendiri. Awalnya aku kesal, tapi lama-lama aku berfikir kenapa aku tidak menggunakan penolakan sebagai pecut untuk malah bermimpi lebih besar: berburu beasiswa ke luar negeri. Sajak itu seperti orang yang berobsesi, aku sibuk keluar masuk perpustakaan, menulis surat ke mana-mana, bertanya kepada senior di kampus, bagaimana bisa belajar ke luar negeri tanpa harus bayar. Ketika teman kuliahku sibuk berkurat dengan mata kuliah semester ini, aku malah berfikir bagaiman acaranya semester depan aku bisa sudah kuliah di luar negeri dengan gratis.” (Ranah Tiga Warna, 2011:178)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa ketika Alif terserang penyakit tifus dan
harus dirawat di rumah sakit beberapa hari, Alif pun tidak bisa mengikuti kuliah
rutin seperti biasa. Karena hal tersebut mengakibatkan nilai semester Alif jadi
menurun, sehingga Alif tidak diterima untuk mengajukan beasiswa. Dengan
kejadian seperti ini Alif harus membayar biaya SPP sendiri. Alif pun pantang
menyerah dan ingin mencari beasiswa ke luar negeri. Yang Alif pikirkan adalah
bagaimana Alif bisa pergi ke luar negeri tanpa biaya. Karena luar negeri adalah
impian Alif sejak berada di pondok Madani.
Alif adalah sosok tokoh yang tidak mudah menyerah dalam menghadapi
hambatan dan rintangan apapun, sifat pantang menyerah Alif digambarkan ketika
Alif tetap berusaha melewati tantangan tes kesenian tradisional Indonesia. Hal ini
terdapat pada kutipan berikut.
42
“Aku sentuh halaman diary yang kesat ini dengan mata terpejam untuk meresapi maknanya. Aku tutup diary ini dengan semangat yang bergelora sampai ubun-ubun. Walau aku tidak bisa menari dan bernyanyi, kalau aku berusaha dengan sungguh-sungguh, lambat laun aku akan berhasil mengatasi hambatan. Bolehlah aku sebagai sebuah golok berkarat dalam hal kesenian ini, tapi kalau aku mau bersabar dan mencoba berualng-ulang, hambatan akan aku patahkan akhirnya. Aku akan buktikan!.” (Ranah Tiga Warna:195)
Dari kutipan di atas, terlihat ketika tes tertulis dalam pertukaran pemuda
Indonesia dan Kanada telah selesai, Alif lolos dalam tes tertulis ini. Tetapi masih
ada tes yang lainnya yaitu tes kesenian Tradisional Indonesia. Dalam tes kesenian
Alif mengaku kalah karena Alif tidak bisa menyanyi dan menari. Walaupun Alif
tidak bisa menyanyi dan menari Alif pantang menyerah dan tetap berusaha untuk
mengikuti tes kesenian dengan cara yang lain. Alif akan membuktikan kalau Alif
pasti bisa lolos dalam tes kesenian Indonesia ini.
Sifat pantang menyerah tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif selalu
berusaha agar bisa mewawancarai tokoh besar antiseparasi di Kanada. Hal ini
terdapat pada kutipan berikut.
“Aku dan Franc hanya berpandang-pandangan dengan lesu. Tapi dalam hati aku berjanji tidak akan menyerah. Menurutku ini hanya soal waktu, kalau dicoba trus pasti bisa. Dan orang yang akan kami wawancarai sesungguhnya berkepentingan juga untuk diliput.” (Ranah Tiga Warna:323)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif dan Franc adalah pasangan kerja
di Kanada dalam program pertukaran pemuda Indonesia dan Kanada. Alif
mendapatkan tempat kerja di program salah satu statiun TV di Kanada. Dalam
kerja ini tentu bersaingan dengan kelompok-kelompok kerja yang lain. Dalam
kerja ini Alif mencari ide yang unik dan menarik yang nantinya bisa
memenangkan dan mendapatkan penghargaan. Berbagai usaha telah dilakukan,
43
Alif ingin mewawancarai tokoh besar antiseparasi di Kanada. Alif sudah berkali-
kali mengirimkan telegram tetapi belum juga dibalas. Alif pun tidak menyerah
dan akan dicoba lagi sampai ada balasan.
c. Sabar
Sifat penyabar tokoh Alif digambarkan ketika Alif diremehkan saudara
dan teman-temannya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Hatiku panas. Tapi aku mencoba menahan diri dengan hanya mengulum senyum pahit, tanpa suara.” (Ranah Tiga Warna:7)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif ingin mengikuti tes UMPTN
untuk masuk kuliah saudara dan teman-temannya meremehkan Alif karena Alif
tidak memiliki ijazah SMA dan orang lain menganggap Alif tidak akan bisa
masuk kuliah. Alif merasa panas dan mencoba tersenyum dan sabar menerima
remehan orang lain.
Sifat penyabar tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif menulis artikel
dan masih banyak yang disalahkan dan disuruh membuat lagi oleh Bang Tigor.
Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Maaf, bang, ini pertama kali aku coba menulis artikel. Tolong kasih tahu apa yang perlu aku perbaiki?” tanyaku takut-takut sambil menyabarkan diri. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa terpojok seperti ketika berada di kantor KP atau saat menghadapi Tyson semasa masih di Pondok Madani.” (Ranah Tiga Warna:75)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah tokoh yang suka menulis
berbagai macam tulisan, dan Alif ingin menambah ilmu tentang menulis dan ingin
belajar menulis dengan Bang Tigor. Bang Tigor adalah pemuda yang pandai
menulis dan tulisannya sudah banyak dimuat diberbagai media. Ketika Alif
44
mendapat tantangan dari Bang Tigor suruh menulis artikel, Alif langsung
mengerjakan artikel dengan berbagai ide dan mencari diberbagai buku-buku yang
ada. Ketika hisil artikelnya dibawa ke tempat bang Tigor ternyata tulisan Alif
masih banyak yang salah, dan menurut Bang Tigor tulisannya belum memenuhi
standar tulisan. Alif pun berusaha sabar menghadapi Bang Tigor karena Alif juga
menyadari jika Alif baru saja belajar menulis.
Sifat sabar tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif bertengkar dengan
Randai karena Alif merusak komputer Randai. Hal ini terdapat pada kutipan
berikut.
“Tidak ada gunanya aku teruskan bertengkar seperti ini. Aku sebenarnya di pihak yang kalah dan pihak yang salah. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain minta maaf. Dan aku tahu, sebaiknya aku mundur dan tidak usah menyulut lebih banyak pertengkaran. Pada subuh buta itu, perkawanan kami yang sejak kecil ini tiba-tiba terasa hambar dan dingin.” (Ranah Tiga Warna:169)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah anak dari keluarga yang
biasa, untuk makan di kos saja pas-pasan apalagi untuk membeli komputer Alif
pun belum mampu. Karena banyak tugas menulis Alif terpaksa meminjam
komputer Randai karena komputer Randai lagi tidak dipakai. Tetapi untuk kali ini
nasib Alif kurang beruntung, komputer Randai rusak ketika Alif memakai. Randai
pun sangat marah karena file tugas ada di dalam komputer. Dan terjadilah
pertengkaran antara Randai dan Alif, tetapi Alif berusaha sabar dan menerima
kata-kata Alif yang kurang berkenan. Karena Alif menyadari kalau Alif juga salah
sudah meminjam barang orang lain.
45
d. Menyesal
Sifat menyesal tokoh Alif digambarkan ketika Alif merasa menyesal
setelah mengerjakan soal tes UMPTN. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Setelah ujian, aku pulang ke Maninjau dengan hati yang tidak pernah tenang. Berhari-hari tidurku tidak pernah nyenyak, karena aku selalu dikunjungi mimpi tentang ujian. Beberapa kali penyesalan muncul, kenapa aku tidak belajar lebih rajin, kenanpa aku tidak menjawab soal itu, atau kenapa aku menjawab soal itu.” (Ranah Tiga Warna:27)
Dari kutipan di atas, terlihat ketika ujian UMPTN sudah selesai Alif pun
pulang ke Maninjau dengan hati yang tidak pernah tenang. Setiap hari Alif
memikirkan hasil ujian UMPTN sampai tidurnya pun tidak pernah nyrnyak. Alif
merasa hasil ujian UMPTN kurang memuaskan, Alif menyesal tidak belajar
dengan rajin, tidak menguasai materi-materi yang akan diujikan. Tetapi alif tetap
berjuang dan berusaha dalam mengerjakan soal ujian UMPTN.
Rasa penyesalan tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif menyesal tidak
sengaja merusakkan komputer Randai. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Maaf, Randai, aden bisa bantu apa? Mengetik ulang tugas wa’ang?” “Sekali lagi aden minta maaf, den tidak sengaja.” (Ranah Tiga Warna:168)
Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alif tidak sengaja merusakkan
komputer Randai. Berkali-kali Alif meminta maaf kepada Randai tetapi Randai
marah-marah sama Alif karena file tuganya ada di dalam komputer. Alif merasa
sangat menyesal telah merusakkan komputer Randai. Apa yang bisa Alif lakukan
selain minta maaf, mengetik ulang tugas Randai yang sudah hilang, tidak
mungkin jurusan Alif dengan Randai berbeda.
46
e. Bersyukur
Sifat bersyukur tokoh Alif digambarkan ketika Alif diterima kuliah di
Universitas yang bukan Alif impikan, tetapi Alif tetap merasa bersyukur atas apa
yang Alif terima. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Walau bukan Teknik Penerbangan ITB, seperti impian awalku, Jurusan Hubungan Internasinal adalah sebuah rezeki besar bagi diriku. Beralasan koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan usaha, keajaiban restu orangtua, keajaiban doa. Di sebelahku, Ayah juga sujud lama sekali. Beberapa orang yang lewat di jalan terheran-heran melihat kami berdua menungging di pinggir jalan.” (Ranah Tiga Warna:30)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sejak lulus dari pondok Alif ingin
sekali melanjutkan kuliah di jurusan Teknik Penerbangan ITB. Tetapi masuk di
ITB sangatlah sulit, apalagi hasil nilai ujian persamaan SMA Alif tidak
mencukupi untuk masuk di ITB. Untuk tetap bisa masuk kuliah Alif mengambil
jurusan Hubungan Internasional di UNPAD, karena nilai Alif hanya bisa masuk di
UNPAD. Walaupun Alif tidak bisa kuliah di ITB yang menjadi impian Alif, tetapi
Alif tetap besyukur bisa kuliah di UNPAD.
Tokoh Alif merasa bersyukur ketika Alif jadi pergi ke luar negeri, cita-cita
yang selama ini Alif impikan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Jari-jariku terus mengetuk-ngetuk tangan kursi dengan ritmis, antara gugup dan senang. Terima kasih ya Tuhan, aku jadi juga terbang ke luar negeri.” (Ranah Tiga Warna:236)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sejak Alif di pondok dulu Alif bercita-
cita ingin pergi ke luar negeri, apalagi bisa kuliah di luar negeri itu adalah mimpi
Alif selama ini. Dengan adanya program pertukaran pemuda Indonesia dan
Kanada Alif berusaha dan berjuang agar bisa lolos ujian dan bisa mengikuti
47
program ini di Kanada. Dan akhirnya berbagai tes Alif pun lolos dan berhak
mendapatkan beasisiwa dan mengikuti program pertukaran pemuda di Kanada.
Alif sangat bersyukur bisa mengikuti program ini, karena pergi ke luar negeri
adalah impian Alif selama ini.
f. Relegius
Sifat religi tokoh Alif digambarkan ketika Alif selalu mengingat ajaran-
ajaran agama yang Alif dapatkan waktu di Pondok Madani dulu. Hal ini terdapat
pada kutipan berikut.
“Aku juga meluangkan waktu 2 jam seminggu untuk mengajar bahasa arab di Masjid salman ITB. Tentu saja gratis. Ini caraku mengabdikan ilmu yang aku dapat di Pondok Madani kepada masyarakat. Nasihat Kiai Rais berdengung-dengung di kepalaku. “Jadilah seperti anjuran Nabi, khairunnas anfauhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang memberi manfaat bagi orang lain.” (Ranah Tiga Warna:64-65) Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah anak lulusan dari pondok
Madani, berbagai macam ilmu agama sudah Alif pelajari ketika Alif di pondok.
Alif selalu mengingat ajaran-ajaran agama dari Kyai-Kyai di pondok dulu.
Berbagai ilmu agama yang Alif dapat , Alif jadikan sebagai motivasi dalam
hidupnya. Selama Alif tinggal di Bandung Alif mengajar ngaji di Masjid tanpa
dibayar. Karena Alif selalu mengingat ajaran agama yang mengatakan sebaik-
baiknya manusia adalah yang memberi manfaat bagi orang lain. Alif
memanfaatkan ilmu agamanya untuk diajarkan kepada orang lain di Masjid hanya
karena Allah.
48
Adapun sifat religi tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif selalu
mengingat pesan-pesan kiai saat di pondok dulu. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut.
“Aku coba kembali mengingat pesan Kiai Rais waktu di Pondok Madani.”Wahai anakku, latihlah diri kalian untuk selalu bertopang pada diri kalian sendiri dan Allah. I’timad ala nafsi. Segala hal dalam hidup ini tidak abadi. Semua akan pergi silih berganti. Kesusahan akan pergi. Kesenangan akan hilang. Akhirnya hanya tinggal urusan kalian sendiri dengan Allah saja nanti.” Rasanya nasihat ini menukik dalam kejantungku. Memang tidak ada yang kekal. Ayah telah pergi, tinggallah aku sendiri yang harus menyetir hidupku atas izin Tuhan.” (Ranah Tiga Warna:101)
Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Alif memotivasi dirinya dengan
mengingat ajaran agama yang Alif dapat di pondok dulu ketika Alif terpuruk
ditinggal Ayahnya pergi untuk selamanya. Ketika Ayah Alif meninggal Alif
menjadi anak yang bertanggungjawab atas keluarganya. Semangat Alif merosot,
Alif pun ingin meninggalkan kuliah dan memutuskan bekerja demi memenuhi
kebutuhan Amak dan adik-adiknya. Tetapi ketika Alif teringat dengan nasihat
kyai di pondok dulu Alif termotivasi dan ingin bangkit kembali untuk menjalani
kehidupan ini tanpa ada seorang Ayah.
Sifat relegius tokoh Alif berupa meyakini bahwa Allah Maha Tahu, Maha
Mengerti, dan Allah Maha Adil. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Ya Tuhan, aku berprasangka baik untuk semua keputusanMu. Lambat laun, hatiku menjadi sejuk dan tenteram. Aku menengadah ke langit Bandung yang kembali mendung sore itu. Gerumbul awan sore di mataku masih berbentuk benua Amerika.Hanya Tuhan yang tahu apa ini hanya akan jadi mimpi atau nanti menjadi nyata. Biarkan Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik untukku. Dia Maha Tahu, Dia Maha Mengerti, Dia Maha Adil. Insya Allah, Tuhan tahu yang terbaik buatku. Dan sungguh Dia selalu memberi yang terbaik.” (Ranah Tiga Warna:208)
49
Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa perwujudan sifat relegius tokoh Alif
berupa meyakini bahwa Allah Maha Tahu, Maha Mengerti, dan Allah Maha Adil.
Hal tersebut dibuktikan dengan menempatkan keyakinan dalam dirinya bahwa
semua manusia pada posisi yang sama dan sederajat tidak ada yang ditinggikan
hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena jabatannya. Dekat jauhnya posisi
seseorang dengan Allah hanya diukur dari seberapa besar mereka berusaha
meningkatkan taqwanya. Semakin tinggi taqwanya, semakin tinggi pula
posisinya, semakin mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Sehingga tokoh Alif
berkeyakinan bahwa hanya Allah yang mengetahui apa yang terbaik pada diri
Alif.
Sifat relegius lainnya yang dimiliki oleh tokoh Alif yaitu Alif adalah sosok
tokoh yang rajin sholat. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Seperti biasa setiap hari aku bangun lebih pagi dari keluarga angkatku, sebelum matahari terbit, untuk salat subuh. Setelah gemeteran mengambil wudu, aku bergelung lagi tidur.” (Ranah Tiga Warna:370)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah sosok laki-laki yang taat
dalam hubungannya dengan agama. Apalagi urusan sholat Alif tidak pernah
meninggalkan sholatnya, Alif sangat rajin menjalankan ibadah sholatnya
walaupun dalam keadaan dan situasi apapun.
g. Jujur
Perilaku jujur tokoh Alif sejatinya dilatih atau dibiasakan sejak kecil
sehingga terpatri sampai setelah dewasa seperti kutipan berikut.
“Joki? Aku menggeleng keras untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan.” (Ranah Tiga Warna:8)
50
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa joki adalah orang yang mngerjakan
ujian untuk orang lain dengan menyamar sebagai peserta ujian yang sebenarnya
dan menerima imbalan uang. Ketika Alif tinggal di Bandung dan kekurangan
uang, Alif bingung berfikir bagaimana mencari uang untuk memenuhi hidupnya.
Berbagai cara telah alif lakukan, berjualan baju, ngeles anak-anak tetapi biaya itu
masih kurang. Dan Alif ditawari untuk bekerja sebagai joki, ketika Alif
mendengar kata joki Alif langsung menolak. Karena Alif orang yang jujur dan
tidak suka menjadi joki, Alifpun selalu mengingat-ingat pesan dari Amak dan di
pondok Madani dulu.
h. Pemaaf
Sifat pemaaf tokoh alif digambarkan ketika Alif melupakan kata-kata
Randai yang pernah menyinggung Alif. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Aku tidak akan lupa pertanyaannya yang pernah meremehkan diriku:”Setelah di pesantren lalu kuliah umum? Emangnya wa’ang bisa?” tapi setelah aku pikir-pikir lagi, Randai tetap kawanku, bahkan kawan terdekatku. Sebaiknya kesalahan ini harus aku buang. Apalagi sekarang aku sudah berhasil membuktikan bahwa keraguannya salah.” (Ranah Tiga warna:43)
Dari kutipan di atas, terlihat ketika Randai selalu meremehkan apa yang
akan dilakukan Alif dan apa yang menjadi mimpi Alif. Randai meremehkan Alif
yang ingin masuk kuliah karena Alif tidak memiliki ijazah umum SMA. Saat itu
Alif tersinggung dengan kata-kata Randai, tetapi sekarang Alif telah melupakan
kata-kata Randai yang sudah pernah meremehkan Alif, karena alif sadar karena
Randai bagaimanapun tetap kawan sejak kecil.
51
i. Tanggung Jawab
Sifat tanggung jawab tokoh Alif diwujudkan dengan menepati janji yang
telah diucapkan kepada Bang Togar untuk menyelesaikan tulisan tepat waktu. Hal
ini terdapat pada kutipan berikut.
“Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2 halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayang-bayang. Aku tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak berhasil setor tulisan tepat waktu.” (Ranah Tiga Warna:71)
Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Alif mempunyai sifat tanggung jawab
yang tinggi. Ketika Alif ingin belajar menulis dengan Bang Togar Alif langsung
mendapatkan tantangan menulis dalam waktu yang sangat singkat, padahal Alif
belum menemukan ide apa yang akan ditulis dalam artikelnya. Dengan suasana
yang mengantuk Alif tetap berusaha menulis artikel, memotivasi dirinya sendiri
dengan meneriakkan man jadda wajada “siapa yang bersungguh-sungguh pasti
akan bisa”. Dengan terbayang-bayang wajah Bang Togar Alif menulis dengan
penuh semangat karena Alif tidak ingin besok mengumpulkan tulisannya tepat
waktu.
Sifat tanggung jawab tokoh Alif juga digambarkan dengan Alif
bertanggung jawab atas dirinya sendiri, yaitu mampu mandiri secara keuangan.
Mampu menghidupi diri sendiri di Bandung tanpa merepotkan Amak di kampung.
Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
52
“Mulai bulan ini, ambo insya Allah sudah bisa mandiri secara keuangan. Jadi Amak tidak perlu mengirimkan uang bulanan bulan depan. Pasti amak dan adik-adik lebih butuh lagi. Satu hal yang ambo minta, minta doa selalu dari amak agar rezeki ananda di sini dimudahkan allah,” tulisku.” (Ranah Tiga Warna:156)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa setelah kepergian Ayahnya Alif ingin
berusaha hidup mandiri tanpa merepotkan Amak di kampung, selain itu
berkieinginan untuk bisa menghidupi Amak dan adik-adiknya. Dan dari kutipan
tersebut digambarkan Alif mampu bertanggung jawab atas dirinya sendiri, mampu
mandiri dan mampu membiayai hidupnya di Bandung tanpa merepotkan Amak.
Alif mengirimkan surat kepada Amak di kampung, menuliskan bahwa Alif
meminta Amak tidak usah mengirimkan uang buat Alif.
j. Ikhlas
Sifat ikhlas tokoh Alif digambarkan ketika Alif diperlakukan keras oleh
Bang Tigor dalam belajar menulis artikel. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Akhirnya aku memilih untuk iklas saja, walau diperlakukan dengan keras. Hari ini aku sibuk sekali karena harus memperbaiki naskah, mengetik ulang, mengantar, dan dicoret bang Togar lagi.” (Ranah Tiga Warna:76)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa untuk bisa menulis yang baik Alif
belajar dengan bang Togar. Tetapi Bang Togar orangnya sangat keras dalam
membimbing orang yang mau belajar dengan Bang Togar, tetapi Alif akan
berusaha dan mengikuti bagaimana ajarannya Bang Togar. Ketika Alif belajar
menulis pertama kalinya Alif diperlakukan kasar, banyak coretan dihasil artikel
tulisan Alif, tidak hanya coretan bahkan Alif suruh merevisi artikel yang masih
salah itu. Tetapi Alif ikhlas dengan apa yang dilakukan Bang Togar terhadap Alif
karena ini yang terbaik buat Alif demi belajar menulis dari Bang Tigor.
53
Sifat ikhlas tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif ikhlas menjalani
hidup ini walaupun harus bekerja keras. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Apa gunanya masa muda kalau tidak untuk memperjuangkan cita-cita besar dan membalas budi orangtua? Biarkan tulang mudaku ini remuk dan badanku susut. Aku ikhlas mengorbankan masa muda yang indah seperti yang dinikmati kawan-kawanku. Karena itu aku tidak boleh lemah. Aku harus keras pada diriku sendiri. Pedih harus aku rasai untuk tahu benar rasanya senang. Harus berjuang melebihi rata-rata orang lain. Man jadda Wajada!.” (Ranah Tiga Warna:117)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa setelah kepergian Ayah, Alif
mengalami kekurangan dalam masalah uang. Apalagi untuk biaya kuliah, makan
pun Alif masih kekurangan. Tetapi Alif tidak kuasa, merasa kasihan jika harus
membebani Amak di kampung. Maka dari itu Alif berusaha mencari pekerjaan
agar bisa mendapatkan uang untuk memenuhi hidupnya di Bandung. Apapun
pekerjaannya akan Alif lakukan asalkan halal. Alif berusaha, berjuang, bekerja
keras agar bisa mendapatkan uang. Alif iklas menjalani masa mudanya untuk
mencari uang dengan kerja keras. Tidak seperti teman-teman Alif yang hidupnya
selalu indah. Tetapi Alif jalani hidup ini dengan penuh rasa sabar dan iklas.
k. Berfikir realistis dan kreatif
Tokoh Alif mampu berfikir realistis bahwa dirinya dengan waktu yang
sedikit tidak mungkin mengikuti ujian masuk ITB. Dengan sifat berfikir ralistis
Alif harus mengambil jurusan IPS daripada masuk jurusan teknik ITB. Hal
tersebut dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Kalau aku masih ingin kuliah di universitas negeri, aku harus mengambil keputusan besar. Aku akhirnya harus memilih dengan realistis. Kemampuan dan waktu yang aku punya saat ini tidak cocok dengan impianku. Dengan berat hati aku kuburkan impian tinggiku dan aku hadapi
54
kenyataan bahwa aku harus mengambil jurusan IPS. Selamat jalan, ITB.” (Ranah Tiga Warna:10-11)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa impian Alif adalah bisa masuk kuliah
di ITB jurusan teknik, tetapi impian itu tidak dapat dicapai karena dengan nilai
yang minim Alif tidak bisa mengikuti ujian di ITB. Alif berusaha menerima, dan
dengan kenyataan ini Alif tidak menyerah karena Alif harus menuntut ilmu
setinggi mungkin. Akhirnya dengan kenyataan ini Alif memilih jurusan lain untuk
tetap bisa kuliah, Alif mengambil jurusan IPS.
Sifat kreatif tokoh Alif digambarkan ketika alif berfikir akan mencari
penghasilan tambahan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Melihat teman kuliahku yang leluasa jajan, ingin sekali aku punya uang jajan lebih. Tapi aku tidak mungkin minta kiriman lebih karena beban Ayah dan Amak sudah begitu berat. Karena itu aku mulai berfikir-fikir untuk mencari penghasilan tambahan seperti yang dilakukan beberapa teman kosku yaitu mengajar les atau prifat.” (Ranah Tiga warna:84)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa kehidupan di Bandung tidaklah mudah,
apalagi bagi Alif yang selalu serba kekurangan. Teman-teman Alif bebas untuk
jajan, dan untuk beli apapun, sedangkan Alif untuk makan saja masih kurang, dan
Alif ingin mempunyai uang lebih untuk bisa seperti temannya. Tetapi Alif tidak
mau minta kepada Ayah dan Amak karena beban Ayah sudah berat. Alif adalah
sesosok orang yang tak pernah malu dengan keadaannya, dan tidak pernah mau
diam jika Alif menginginkan sesuatu. Dengan apa yang Alif inginkan Alif
langsung berfikir cepat, Alif menginginkan sesuatu dan Alif juga harus berbuat
sesuatu agar apa yang Alif inginkan bisa Alif dapatkan. Akhirnya Alif akan
55
berbuat sesuatu agar bisa menghasilkan uang untuk tambahan jajan agar tidak
merepotkan kedua orang tua di kampung.
l. Cerdas
Sifat cerdas tokoh Alif digambarkan dengan kemampuan berargumentasi
dan meyakinkan Pak Danang agar tulisannya dapat dimuat dengan menggunakan
kata-kata yang efektif. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Aku cepat-cepat memberi latar belakang, ‘’ Pak Danang, tulisan ini saya persiapkan dengan latar belakang teoritis yang kuat yang saya pelajari di kampus. Juga telah melalui sebuah diskusi kritis dengan senior saya. Intinya, saya punya argument ilmiah bahwa kalau Palestina didukung dengan tekanan diplomasi PBB dan negara Arab, dan tidak ada halangan dari Amerika Serikat, maka Palestina akan berhasil menjadi negara yang berdaulat.” (Ranah Tiga Warna:149)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah sosok tokoh yang cerdas,
apapun hambatan dan rintangan Alif mampu menyelesaikan sendiri. Dari hasil
belajar menulis dengan Bang Tigor Alif mampu menulis artikel dan ingin dikirim
ke salah satu redaksi. Ketika Alif di wawancarai oleh pemimpin redaksi dengan
otak yang cerdas alif mampu memberikan alasan tentang apa yang Alif tulis.
Berbagai alasan latar belakang tentang tulisan argumen ilmiah sudah Alif jelaskan
untuk meyakinkan pimpinan redaksi. Dan dengan usaha Alif akhirnya pimpinan
redaksi akan mempertimbangkan hasil artikel ilmiah yang dibuat oleh Alif.
Sifat cerdas tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif mampu menulis
artikel minimal 8 tulisan satu bulan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Untuk bisa menutupi biaya hidupku sebulan, rata-rata aku maksa diri untuk ngebut menulis minimal 8 tulisan sebulan. 8 tulisan sebulan adalah pekerjaan yang besar. Menulis sendiri sudah memakan waktu, belum lagi aku harus riset untuk bahan analisis.” (Ranah Tiga Warna:158)
56
Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alif tidak lagi bekerja Alif
memutuskan untuk menulis artiel agar bisa menghasilkan uang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya selama di Bandung. Pekerjaan menulis sangatlah tidak
mudah, butuh kerja yang keras dan pemikiran yang cerdas agar bisa menulis
dengan hasil yang baik. Karena Alif termasuk anak yang cerdas Alif mampu
menulis artikel sebanyak 8 tulisan selama satu bulan untuk diterbitkan.
Alif adalah tokoh yang cerdas digambarkan ketika Alif mampu
memepelajari berbagai bahasa asing. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Bagian pertama berupa wawancara dalam bahasa Inggris aku lewati dengan sangat percaya diri. Setiap pertanyaan aku terkam, kuliti, dan aku hidangkan jawabannya dengan matang. Aku ceritakan dengan lancar pengalamanku di PM bergaul dengan berbagai suku dan semangatku untuk bisa mempelajari berbagai bahasa asing.” (Ranah Tiga Warna:201)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sejak di pondok Madani dulu Alif
sosok tokoh yang mudah bergaul dengan siapa saja. Apalagi di Pondok dulu Alif
mempunyai teman berbagai suku bangsa. Berbagai bahasa telah Alif pelajari,
karena Alif menyukai bahasa-bahasa asing. Waktu di pondok dulu Alif senang
sekali dengan bahasa Inggris, dan sekarang ini Alif mampu berbicara bahasa
Inggris. Ketika alif mengikuti tes wawancara dengan bahasa asing dalam program
pertukaran pemuda Indonesia dan Kanada karena Alif anak yang cerdas, Alif
dapat menjawab dengan lancar semua pertanyaan dengan menggunakan bahasa
Inggris. Alif juga menceritakan pengalaman-pengalaman ketika Alif berada di
pondok.
Sifat cerdas tokoh Alif digambarkan ketika Alif ingin meneliti tentang
referindum yang terjadi di Quebec. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
57
“Referindum ini mungkin peristiwa terbesar dalam sejarah Kanada, setelah mereka merdeka. Dan aku akan menyaksikan sendiri kejadian langka ini. Aku coba memutar otakku agar bisa menggunakan momen ini untuk merebut medali emas yang diiming-imingkan oleh Sebastian. Medali hanya diberikan kepada peserta yang punya karya unik dan berpengaruh bagi kota kami. Tekadku ingin mengalahkan Rob yang menyebalkan, bagaimanapun caranya.” (Ranah Tiga Warna:321)
Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alif mengikuti program pertukaran
pemuda Indonesia dan Kanada Alif mendapatkan tempat kerja di salah satu
program stasiun TV di Kanada. Dalam kerja ini tentu bersaingan dengan
kelompok-kelompok kerja yang lain. Dalam kerja ini Alif mencari ide yang unik
dan menarik yang nantinya bisa memenangkan dan mendapatkan penghargaan
dan medali. Dalam persaingan ini akhirnya alif menemukan ide, yaitu Alif akan
menggunakan momen referendum peristiwa besar yang terjadi di Kanada. Franc
pasangan Alif selama bekerja di stasiun TV Kanada menyetujui ide Alif.
m. Tangguh
Gambaran sifat tangguh yang dimiliki tokoh Alif diwujudkan dengan
belajar dengan keras siang dan malam. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Kalau aku lihat di cermin, badanku kini mengurus, agak pucat, dan mataku merah. Tapi aku tidak peduli. Ini perjuangan penting dalam hidupku. Mungkin menjadi penentu nasib masa depanku. Amak dan Ayah tampak cemas melihat aku belajar seperti orang kesurupan. ‘’ Nak, jangan terlalu diforsir tenaga itu, jaga kesehatan, jangan sampai tumbang di masa ujian, ‘’ kata Amak ketika datang ke kamarku membawa sekadar goreng pisang atau teh telur.” (Ranah Tiga Warna:12)
Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alif dihadapkan oleh ujian persamaan
dan ujian UMPTN Alif bekerja keras, berjuang, belajar setiap hari untuk
mempersiapkan melaksankan ujian nanti. Perjuangan Alif untuk memepersiapkan
58
ujian malah menjadikan Alif sakit, badan mengurus, agak pucat, dan mata merah.
Tapi Alif tidak peduli dengan apa yang terjadi. Kerena ini adalah perjuangan yang
sangat penting dalam hidup Alif. Mungkin menjadi penentu nasib masa depanku.
Hal ini menggambarkan Alif adalah sosok tokoh yang tangguh karena dalam
situasi Alif yang sakit Alif tetap berjuang dan berusaha untuk mempersiapkan
mengikuti ujian nanti.
Sifat tangguh tokoh alif juga digambarkan ketika Alif menerima kenyataan
hidup yang serba kekurangan. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Setiap pagi, Raisa dan teman-temannya merubung gerobak bubur ayam yang berhenti di antara kos Raisa dan kosku. Kalau mereka sudah bubar, aku biasanya melambaikan tangan ke abang tukang bubur untuk datang. Tapi di sakuku tinggal beberapa rupiah saja. Tidak cukup untuk makan sampai malam. Apa boleh buat, harus berhemat lagi. Dengan berbisik, supaya tidak terdengar Raisa, aku tuangkan air putih dan aku aduk. Tidak apa encer, tapi kan kelihatan sudah semangkok penuh. Lumayan buat menghangatkan perutku pagi hari.” (Ranah Tiga Warna:103)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif terlahir dari keluarga yang
sederhana, selama Alif tinggal di Bandung Alif hidup dengan serba kekurangan.
Tetapi dengan hidup yang serba kekurangan tidak mengurangi semangat alif
untuk tetap berusaha dan berjuang menuntut ilmu. Alif adalah sosok yang tangguh
dalam menjalani hidup yang sederhana, hidup yang serba kekurangan, apalagi
dalam hal makan. Setiap pagi Alif selalu membeli bubur untuk menu sarapan
setiap hari kalau Alif sedang mempunyai uang yang cukup, jika ketika Alif ingin
berhemat kadang Alif mencari sisa makanan di dapur kemaren. Saat pagi itu Alif
membeli bubur, karena uang alif tidak cukup akhirnya Alif membeli setengah
porsi, karena tidak ingin malu di hadapan raisa akhirnya Alif menambah air dalam
59
bubur agar bubur kelihatan banyak. Dengan hidup yang seperti ini Alif tetap
semangat dan tetap tangguh.
Sifat tangguh tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif tetap tangguh
menjalani hidup ini walaupun sakit menyerang Alif. Hal ini terdapat pada kutipan
berikut.
“Aku seret diriku keluar kamar pesakitan walau lututku masih bergetar-getar seperti akan runtuh, dan badanku masih kurus dan pucat. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang sabar dan beruntung. “Man shabara shafira!” pekikku di depan pintu. Beberapa ekor ayam tetangga lari berbirit-birit mendengar aku memekik-mekik.” (Ranah Tiga Warna:136)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa selama Alif tinggal di bandung banyak
cobaan dan rintangan bertubi-tubi yang Alif alami. Dari kekurangan dalam
masalah uang, Ayah Alif meninggal, belajar menulis dengan Bang Togar, dan
perjuangan Alif mencari pekerjaan, dan kini Alif mengalami sakit dan dirawat di
rumah sakit. Alif menginginkan kalau Amak tidak boleh tahu apa yang terjadi
dengan Alif. Membayar biaya rumah sakit Alif meminjam uang Randai. Alif
merasa sudah tidak berdaya, tetapi Alif beruaha sabar menjalani hidup ini. Hal ini
mencerminkan Alif adalah sosok yang tangguh dalam menghadapi cobaan yang
bertubi-tubi dan menjalani hidup ini dengan penuh kesabaran dan semangat.
n. Sederhana
Sifat kesederhanaan tokoh Alif digambarkan ketika Alif berada di kos dan
ingin berhemat, serta hidup sederhana. Hal ini terdapat dalam kutipan berikut.
“Karena berhemat, maka membeli kasur dan bantal bukan prioritasku. Jadi, aku hanya bisa menumpangkan kepala di ujung kasur sebagai bantal, menggelar sajadah sebagai alas tidur dan berkelumun kain sarung.” (Ranah Tiga warna:61)
60
Dari kutipan di atas, terlihat ketika di pondok Madani dulu banyak
pelajaran yang Alif dapat, terutama tentang kesederhanaan. Hidup keserhanaan
Alif tidak diterapkan di Pondok Madani saja, tetapi ketika Alif sudah tinggal di
kos Alif ingin hidup berhemat, maka membeli kasur dan bantal bukan prioritas
Alif. Jadi, Alif hanya bisa menumpangkan kepala di ujung kasur Randai sebagai
bantal, menggelar sajadah sebagai alas tidur dan berkelumun kain sarung.
Kehidupan seperti ini sudah Alif lakukan sejak dulu, tetapi Alif menerima segala
sesuatu yang Alif dapatkan.
Sifat sederhana tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif memakai pakaian
sederhana dan apa adanya.
“Ooh. Dia mengintip wajahku dari balik kacamatanya yang melorot. Mungkin kurang percaya melihat mahasiswa ceking dengan baju lusuh dan berkacamata seperti aku ini.” (Ranah Tiga Warna:151)
Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa kepolosan dan kesederhanaan Alif
sebagai mahasiswa di Bandung Alif tidak pernah memakai pakaian yang
berlebihan, alif adalah sosok yang sederhana dan polos. Kemanapun Alif pergi
alif selalu berpenampilan apa adanya, sehingga kadang sering dikira orang lain
Alif bukan mahasiswa apalagi terlihat orang yang cerdas.
o. Rasa Ingin Tahu
Sifat rasa ingin tahu digambarkan dengan tokoh Alif yang berusaha keras
meyakinkan Bang Togar kalau dirinya mempunyai keinginan yang tinggi untuk
bisa menulis. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Bang, aku ingin sekali bisa menulis. Tapi menulis sekaliber Abang. Tidak hanya di majalah kampus, tapi ingin dimuat media nasional.’’
61
Dia menatapku sebentar. Mengernyitkan kening, mungkin tidak yakin dengan apa yang dia dengar. ‘’Benar, kau ingin menulis bagus?’’ ‘’Sudah tujuanku, Bang. Aku ingin belajar sama Abang.’’ (Ranah Tiga Warna:67)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sifat rasa ingin tahu digambarkan
dengan tokoh Alif yang berusaha keras meyakinkan Bang Togar kalau Alif
mempunyai keinginan yang tinggi untuk bisa menulis. Meyakinkan Bang Togar
merupakan dorongan rasa ingin tahu Alif untuk menulis. Walaupun Bang Togar
adalah orang Batak yang keras, tetapi Alif tidak mau menyerah karena belajar
menulis adalah tujuannya.
p. Peduli
Sifat peduli tokoh Alif digambarkan ketika Alif memperhatikan muka
Ayah yang semakin tirus dan pucat. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Aku prihatin menatap Ayah. Sudah aku perhatikan sejak beberapa minggu ini mukanya semakin tirus dan pucat. Aku bahkan tidak berani meninggalkan ayah dalam kondisi seperti ini.” (Ranah Tiga warna:39)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah sosok orang yang peduli,
hal ini digambarkan ketika Alif tidak tega melihat kondisi Ayah yang seperti ini.
Ayah sedang sakit, badannya tirus dan pucat. Dengan kondisi Ayah yang seprti itu
Alif tidak tega meninggalkan ayah untuk pulang kembali ke Bandung. Dengan
sifat peduli Alif akhirnya Alif menunda kepulangan Alif ke Bandung.
Sifat peduli diwujudkan dengan kepekaan sosial tokoh utama untuk
menyantuni anak yatim dengan memberikan uang 7 ribu kepada pengurus panti
asuhan. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti
62
itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam sambil khusuk mendoakan aku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah.” (Ranah Tiga Warna:155)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sifat peduli Alif diwujudkan dengan
kepekaan sosial tokoh Alif untuk menyantuni anak yatim dengan memberikan
uang 7 ribu kepada pengurus panti asuhan. Menyantuni anak yatim dalam islam
mempunyai keutamaan yang besar, dalam Hadits yang shahih disebutkan bahwa
barang siapa yang menyantuni anak yatim maka kedudukannya tinggi di surga,
dan dekat dengan Rasulullah, diisyaratkan seperti dekatnya jari tengah dan jari
telunjuk yang direnggangkan. Maka dari itu setiap alif mempunyai rezeki
walaupun hanya sedikir Alif selalu ingat dan memberikan sedikit uang untuk anak
yatin.
Rasa peduli tokoh Alif juga digambarkan ketika Alif mempedulikan Amak
dan adik-adiknya di kampung dengan mengirimkan uang hasil keringat alif
sendiri. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Dengan semangat melonjak-lonjak, aku selipkan 3 lembar uang Rp10.000 bergambar Sultan Hamengku Buwono IX dan borobudur di tengah lipatan surat untuk Amak. Walau tidak banyak, ini sebuah prestasi besar dalam hidupku. Ini kali pertama dalam hidupku aku bisa memberi uang hasil keringat sendiri kapada Amak.” (Ranah Tiga Warna:173)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Alif adalah sosok yang peduli terhadap
siapa saja, apalagi dengan Amak dan adik-adiknya. Selama Alif hidup serba
kekurangan di bandung Alif tidak ingin merepotkan Amak apalagi membuat
pikiran Amak, sehingga selama di Bandung Alif berusaha mandiri, berusaha
menghidupi diri sendiri. Inilah bukti kepedulian Alif terhadap Amak. Dengan
63
prestasi Alif, sekarang Alif sudah mempunyai sedikit penghasilan. Dan Alif ingin
mengirimkan uang untuk Amak dan adik-adiknya walaupun hanya sedikit, tetapi
ini adalah hasil dari keringat Alif sendiri.
Tokoh Alif tidak hanya peduli dengan keluarga, Alif juga peduli pada
lingkungan dengan dibuktikan membantu menggali salju. Hal tersebut terdapat
pada kutipan berikut.
“Sabtu pagi ini Ferdinand membangunkan kami lebih awal untuk bergotong royong. Dengan skop kami menggali salju yang menutupi jalan dari tangga rumah sampai ke jalan besar. Ferdinand dan Mado melambaikan tangan ke tetangga di kiri-kanan yang juga sibuk bekerja seperti kami.” (Ranah Tiga warna:375)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa selain peduli dengan sesama dan
keluarga Alif juga peduli pada lingkungan dengan dibuktikan Alif membantu
menggali salju ketika berada di Kanada. Banyaknya salju yang turun dan
menutupi jalan dari tangga rumah sampai ke jalan besar, Alif da keluarga di
Kanada akhirnya bergotong royong untuk membersihkan jalan dari salju yang
tebal agar bisa buat jalan.
q. Santun
Selain sifat peduli, dalam hubungannya dengan sesama, tokoh Alif juga
mempunyai sifat santun yang diwujudkan dengan tutur kata yang santun, halus,
dan sopan. Hal tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Maaf, Den Kasep, bulan ini belum belum dapat arisan. Mungkin bulan depan ya,Dik,’’ kata Ibu Tin, seorang istri jenderal dengan logat Sunda yang halus. Ibu Tin salah satu langganan terbaikku. Sebelumnya dia telah membeli kain bordir kerancang dan kapalo peniti, mukena, dan cairan pembersih serbaguna. ‘’Terima kasih Bu. Bulan depan saya kunjungi lagi,” kataku pamit.” (Ranah Tiga Warna:119)
64
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa tokoh Alif mempunyai sifat santun
yang diwujudkan dengan tutur kata yang santun, halus, dan sopan. Tutur kata Alif
disampaikan dengan santun dan tidak menyalahi prinsip kesantunan berbahasa
agar tidak menyinggung lawan bicaranya.
r. Demokratis
Sifat demokratis tokoh Alif diwujudkan dengan mengusulkan
keinginannya melalui musyawarah dengan teman-temannya dan tidak
memaksakan kehendaknnya kepada orang lain. Hal tersebut terdapat pada kutipan
berikut.
“Aku mengeleng-geleng dan mengacungkan jari. ‘’ Rus, itu terlalu biasa. Aku usul kita bikin sekalian yang benar-benar monumental. Bagaimana kalau di puncak tertinggi Saint-Raymond? Namanya Mont Laura. Baru kemarin aku meliput para atlet ski lokal yang meluncur di puncaknya. Ada dataran di puncak bukit itu yang sering dipakai untuk kegiatan pramuka, lengkap dengan tiang bendera. Dan ada jalan mobil sampai pinggang bukit sehingga tidak terlalu terjal untuk mendaki, ‘’kataku.” (Ranah Tiga Warna:391)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sifat demokratis tokoh Alif
diwujudkan dengan mengusulkan keinginannya melalui musyawarah dengan
teman-temannya dan tidak memaksakan kehendaknnya kepada orang lain. Alif
mau menerima pendapat orang lain, tidak memaksakan kemauan sendiri, berusaha
untuk memperoleh titik tengah bila terjadi perbedaan pendapat. Ketika Alif berada
di Kanada, Alif dan teman-teman Indonesia membuat acara untuk merayakan hari
Pahlawan. Dengan acara ini Alif berpendapat dan menyatukan pendapat-pendapat
dari teman-teman yang lain.
65
s. Nasionalis
Sifat nasionalis dibuktikan dengan adanya ketergugahan pada makna lagu-
lagu kebangsaan. Salah satunya lirik ‘’Bagimu negeri jiwa raga kami’’. Hal
tersebut terdapat pada kutipan berikut.
“Acara ditutup dengan Raisa tampil ke depan. Seragam jas biru tua semakin melengkapi aura percaya dirinya yang besar. Dia mengayunkan kedua tangannya, memimpin kami semua melantunkan lagu Padamu Negeri. Bait terakhir, ‘’bagimu negeri jiwa raga kami’’ kami nyanyikan panjang dengan sepenuh hati. Badanku rasanya ringan terbang melayang , meresapi sensasi yang sulit aku lukiskan. Bahkan ketika nyanyian telah berakhir, di dadaku masih terus bergaung lirik, ‘’bagimu negeri jiwa raga kami’’. Rasanya aku bahkan siap mati demi bangsa ini.” (Ranah Tiga Warna:228)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa sifat nasionalis dibuktikan dengan
adanya ketergugahan pada makna lagu-lagu kebangsaan. Salah satunya lirik
‘’bagimu negeri jiwa raga kami’’. Ketika acara memperingati ahari pahlawan
sudah diujung selasai, alif dan teman-teman menyanyikan lagu kebangsaan. Lagu
tersebut membangkitkan karakter dan jiwa nasionalis tokoh Alif. Dia merasa siap
mati demi bangsa Indonesia. Sifat nasionalis Alif yang membumbung tinggi
tentang arti cinta tanah air. Dia siap mengorbankan jiwa dan raganya untuk
Indonesia.
Sifat nasionalis lainnya juga digambarkan ketika Alif ingin berusaha
mendapatkan medali untuk membuktikan bahwa anak Indonesia bisa
mengalahkan anak Kanada. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Rasa nasionalisku menjadi terbakar. Dalam hati aku berjanji akan berusaha mandapatkan medali ini, untuk membuktikan bahwa kami anak Indonesia bisa mengalahkan anak-anak Kanada ini. Kalaupun bukan aku yang akan mendapatkan nanti, paling tidak salah satu temanku orang Indonesia. Ini masalah harga diri bangsa, masalah nasionalisme. Indonesia harus dilihat setara sebagai bangsa. Kalau bisa lebih tinggi.”
66
(Ranah Tiga Warna:287)
Dari kutipan di atas, terlihat ketika Alif berada di Kanada, dan dalam
program pertukaran pemuda Indonesia dan Kanada terdapat persaingan dalam
bekerja untuk mendapatkan medali dan penghargaan lalu Alif tergugah dan
semangat. Rasa nasionalis Alif terbakar, Alif berjanji akan berusaha dan berjuang
untuk mendapatkan medali dan penghargaan, dan membuktikan bahwa anak-anak
Indonesia bisa mengalahkan anak-anak Kanada.karen Alif ingin menjunjung
tinggi nama baik bangsa Indonesi dimata Bangsa lain.
2. Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad Fuadi
Dilihat dari perwatakan tokoh Alif Fikri dalam novel Ranah Tiga Warna
karya Ahmad Fuadi, maka dapat diketahui nilai-nilai pendidikan yang terdapat
dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi. Adapun nilai-nilai
pendidikan yang terdapat dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
antara lain pendidikan religius dan pendidikan moral.
a. Nilai Pendidikan Religius
Nilai-nilai pendidikan religius digambarkan tokoh Alif yang selalu
meyakini adanya Allah, mengingat ajaran-ajaran agama waktu dulu di Pondok
Madani. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Ya Tuhan, aku berprasangka baik untuk semua keputusanMu. Lambat laun, hatiku menjadi sejuk dan tenteram. Aku menengadah ke langit Bandung yang kembali mendung sore itu. Gerumbul awan sore di mataku masih berbentuk benua Amerika. Hanya Tuhan yang tahu apa ini hanya akan jadi mimpi atau nanti menjadi nyata. Biarkan Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik untukku. Dia Maha Tahu, Dia Maha Mengerti, Dia Maha Adil. Insya Allah, Tuhan tahu yang terbaik buatku. Dan sungguh Dia selalu memberi yang terbaik.” (Ranah Tiga Warna:208)
67
Dari kutipan tersebut, mengandung nilai pendidikan relegius yaitu melalui
tokoh Alif diharapkan sebagai umat manusia apalagi beragama muslim harus
mempercayai adanya Allah Swt bahwa, Allah Maha Tahu, Allah Maha Mengerti,
dan Allah Maha Adil. Sebagai umat muslim harus berprasangka baik kepada
Allah, harus yakin bahwa apapun keputusan Allah, apapun yang diterima itu
adalah yang terbaik. Dengan mempercayai adanya Allah adalah sebagai bukti
bahwa itu adalah orang yang beriman.
Selain mempercayai adanya Allah Swt Alif juga seorang hamba yang
selalu bersyukur kepada Allah. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Walau bukan Teknik Penerbangan ITB, seperti impian awalku, Jurusan Hubungan Internasinal adalah sebuah rezeki besar bagi diriku. Beralasan koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan usaha, keajaiban restu orangtua, keajaiban doa. Di sebelahku, Ayah juga sujud lama sekali. Beberapa orang yang lewat di jalan terheran-heran melihat kami berdua menungging di pinggir jalan.” (Ranah Tiga Warna:30) Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa perasaan Alif yang selalu bersyukur
kepada Allah Swt karena Alif bisa masuk kuliah walaupun bukan di ITB impian
awalnya.
Dari kutipan di atas, mengandung nilai pendidikan religi yaitu melalui
tokoh Alif diharapkan rasa syukur selalu ada pada diri manusia. Perasaan
bersyukur kepada Allah swt akan menambah kenikmatan dalam diri manusia dan
apabila manusia selalu bersyukur atas nikmat yang telah diberikanNya, maka
Allah akan menambah kenikmatan itu. Manusia yang pandai mensyukuri nikmat-
nikmat yang kecil maka manusia juga pandai mensyukuri kenikmatan besar yang
telah diberikan Allah swt.
68
Rasa syukur sebaiknya ditanamkan pada diri manusia sejak masih kanak-
kanak, sehingga ketika dewasa sudah terbiasa mensyukuri nikmat Allah, dan
menjadi “golongan orang-orang yang pandai bersyukur”. Bersyukur artinya
menghargai nikmat dan menghargai pemberian nikmat serta mempergunakan
nikmat itu di jalan Allah. Rasa syukur itu terasa dalam hati, dinyatakan dengan
lidah dan dibuktikan dengan perbuatan dan tingkah laku.
Nilai pendidikan religi yang lain juga digambarkan bahwa setiap manusia
harus beramal semampunya. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Tapi satu hal yang kau tak boleh lupa. Dalam rezeki kau itu ada hak orang lain. Walau sedikit, setiap honor itu kau potong dulu. Sisihkan buat amal, kalau perlu kau antar sendiri ke panti asuhan.” (Ranah Tiga Warna:155)
Dari kutipan tersebut mengandung nilai pendidikan religi yaitu melalui
tokoh Alif diharapkan agar manusia harus banyak-banyak beramal walau hanya
sedikit. Dalam setiap rezeki seseorang itu ada hak orang lain. Banyak-banyaklah
beramal karen beramal itu tidak mengurangi harta seseorang, tetapi allah akan
menggandakan rezeki manusia jika manusia itu mampu beramal.
Beramal adalah salah satu perintah Allah kepada manusia dan perintah
Allah tentulah baik hanya manusia tidak mengetahui kebaikan yang ada dibalik
perintah tersebut. Oleh sebab itu hendaklah manusia selalu mematuhi segala
perintahNya dan menjauhi segala laranganNya agar manusia berada di jalan
Allah.
b. Nilai Pendidikan Moral
Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi mengandung nilai
pendidikan moral sebab dalam novel tersebut terpancar ajaran yang ada
69
hubungannya dengan moral atau budi pekerti. Pesan-pesan moral yang ingin
disampaikan Ahmad Fuadi disajikan melalui sikap dan perilaku tokoh Alif.
Nilai pendidikan moral digambarkan tokoh Alif antara lain jujur,
menepati janji, peduli dan mandiri. Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Joki? Aku menggeleng keras untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan.” (Ranah Tiga Warna:8)
Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa tokoh Alif yang selalu jujur, maka
ketika Alif sedang sangat membutuhkan pekerjaan untuk mendapatkan uang Alif
menolak tentang perjokian. Joki adalah orang yang mengerjakan ujian untuk
orang lain dengan menyamar sebagai peserta ujian yang sebenarnya dan
menerima imbalan uang. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang
kejujuran dan keikhlasan jika Alif menerima tawaran perjokian untuk
mendapatkan uang. Allah melarang hal ini, karena walaupun hal ini sifatnya
membantu orang lain tapi menyebabkan orang yang bersangkutan malas untuk
berusaha. Hal tersebut mengajarkan kepada manusia untuk bersikap jujur, sebab
jujur adalah mata uang yang berlaku dimana-mana dan hendaknya jangan suka
membual karen membual tidak ada gunanya.
Alif adalah sosok tokoh yang menepati janji, hal tersebut terdapat pada
kutipan berikut.
“Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2 halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayangbayang. Aku
70
tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak berhasil setor tulisan tepat waktu.” (Ranah Tiga Warna:71)
Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Alif mempunyai sifat suka menepati
janji yaitu berusaha menepati janji kapada Bang Tigor jika akan mengumpulkan
hasil artikel tepat waktu. Dengan penuh rasa semangat Alif berusaha, bekerja
keras agar pekerjaannya selesai dan bisa dikumpulkan tepat waktu. Sifat tersebut
mengandung nilai pendidikan yaitu hendaknya apabila berjanji selalu ditepati.
Ciri-ciri orang munafik diantaranya apabila berjanji selalu mengingkari. Apabila
selalu menepati janji, maka terhindar dari salah satu ciri-ciri orang yang munafik.
Sebaliknya, apabila selalu mengingkari janji, maka termasuk salah satu ciri-ciri
orang munafik dan tentunya tidak mendapat kepercayaan dari orang lain.
Seseorang yang tidak mendapat kepercayaan orang lain, maka sebaiknya berusaha
agar selalu menepati janji.
Alif adalah tokoh yang peduli dengan sekitar apalagi dengan anak yatim.
Hal ini terdapat pada kutipan berikut.
“Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam sambil khusuk mendoakan aku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah.” (Ranah Tiga Warna:155)
Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa Alif mempunyai sifat yang peduli
dengan sesama, terutama dengan anak yatim. Dari sifat Alif tersebut mengandung
nilai moral yang tinggi karena Alif mempedulikan anak yatim, sedangkan
kehidupan Alif masih serba kekurangan.
71
Alif mencoba hidup mandiri ketika tinggal di bandung, Alif tidak ingin
merepotkan Amak dan membebani Amak di kampung. Hal ini terdapat pada
kutipan berkut.
“Mulai bulan ini, ambo insya Allah sudah bisa mandiri secara keuangan. Jadi Amak tidak perlu mengirimkan uang bulanan bulan depan. Pasti amak dan adik-adik lebih butuh lagi. Satu hal yang ambo minta, minta doa selalu dari amak agar rezeki ananda di sini dimudahkan allah,” tulisku.” (Ranah Tiga Warna:156)
Dari kutipan tersebut, terlihat bahwa sikap Alif yang perhatian kepada
Amak, Alif sangat menyayangi Amak. Sifat Alif tersebut mengandung nilai
pendidikan bahwa seorang anak hendaknya harus perhatian dan menyayangi
kedua orang tua. Sebagai anak harus mengetahui keadaan kedua orang tua, dengan
begitu tentulah akan mengetahui hal-hal yang menjadi beban pikiran orang tua.
Selama Alif di Bandung Alif bekerja keras, berusaha, dan pantang menyerah
untuk meraih impian. Alif berusaha mencuupi hidupnya walau masih serba
kekurangan, tatapi alif tidak ingin merepotkan Amak dan tidak ingin menjadi
beban Amak. Dengan berkat usaha dan perjuangan Alif sekarang bisa mandiri
secara keuangan, maka dari itu Alif tidak ingin Amak mengirim uang bulanna
lagi.
3. Skenario Pembelajaran novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi kelas XI SMA
a. Tujuan pembelajaran
Tujuan dari pembelajaran sastra di sekolah adalah untuk keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan, mengembangkan cipta dan rasa serta
menjunjung pembentukan watak. Tujuan pokok yang perlu dicapai dalam
pembelajaran novel adalah peningkatan kemampuan membaca secara intensif.
72
Pembelajaran sastra diarahkan untuk memperbaiki budi pekerti dan mempertajam
kepekaan siswa.
Selain itu agar siswa mampu menganalisis unsur intrinsik (perwatakan)
dan unsur ektrinsik (nilai-nilai pendidikan) dalam novel Ranah Tiga Warna karya
Ahmad Fuadi.
b. Bahan pembelajaran
Bahan pembelajaran yang disajikan kepada siswa harus sesuai dengan
kemampuan siswanya pada suatu tahapan pengajaran tertentu. Novel Ranah Tiga
Warna dapat digunakan sebagai pembelajaran sastra. Guru harus dapat memilih
bahan yang tepat dengan tingkat perkembangan siswa. Menentukan bahan
pembelajaran sastra harus dari sudut bahasa, kematangan jiwa (psikologis), latar
belakang kebudayaan siswa.
1) Segi bahasa
Novel yang disajikan sebagai bahan pembelajaran sebaiknya
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa. Bahasa yang digunakan
dalan novel Ranah Tiga Warna menggunakan bahasa Indonesia, ada sedikit
bahasa yang menggunakan bahasa Perancis, ada juga ada sedikit bahasa dari
Minang dan ada bahasa arab. Bahasa asing yang terdapat dalam novel Ranah
Tiga Warna dapat menambah pengetahuan siswa berkaitan dengan pengetahuan
bahasa. Dalam bahasa asing, pengarang selalu menyertakan artinya sehingga
siswa dengan mudah memahami bahasa asing tersebut. Kata-kata yang
menggunakan bahasa asing antara lain: sorry your time is up (maaf waktu anda
habis), going the extra miles, I’malu fauqa ma’amilu (berusaha di atas rata-rata
73
orang lain, dari bahasa Ingris dan Arab), ambo (kata ganti orang pertama yang
sopan, ambo adalah bahasa Minang), etek (tante, bahasa Minang), man jadda
wajada (siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses), man shabara zhafira
(siapa yang bersabar akan beruntung), je voudrais pendre le petit dejeuner sans
jambon, s’il vous plait ( saya ingin sarapan tapi tanpa ham( babi), bahasa
Perancis).
2) Segi latar belakang budaya
Siswa akan tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang
erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan budaya. Novel Ranah Tiga
Warna menghadirkan cerita dengan latar budaya di Indonesia. Novel Ranah Tiga
Warna berlatar cerita di Maninjau Minang, dan di Bandung. Novel Ranah Tiga
Warna menghadirkan cerita yang kisahnya mengandung nilai-nilai sosial
sehingga siswa dapat mengambil nilai-nilai yang baik yang terkandung di
dalamnya. Siswa lebih suka memahami cerita yang berlatar budaya Indonesia
dibandingkan dengan yang berlatar budaya asing.
3) Segi kematangan jiwa (psikologis)
Bahan pembelajaran sastra sebaiknya memperhatikan tahap-tahap
perkembangan psikologi siswa. Tahap psikologi ini sangat besar pengaruhnya
terhadap kemampuan berfikir, kemungkinan pemahaman dalam pemecahan
masalah. Perkembangan psikologi siswa SMA berada pada tahap realistik yang
telah mampu memahami masalah-masalah dalam kehidupan. Dengan demikian,
siswa telah mampu memahami dan memberi tanggapan terhadap masalah-
masalah yang terdapat dalam cerita novel Ranah Tiga Warna.
74
c. Metode pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Dengan kata lain model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Dalam pembelajaran sastra guru menggunakan metode kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru. Secara umum
pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan
tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.
d. Sumber belajar
Sumber belajar adalah bahan ajar yang memuat teks/ materi ajar yang
dijadikan rujukan untuk mencapai kompetensi dasar. Sumber belajar hendaknya
dipilih dan diselaraskan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Sumber
belajar dapat berupa buku pelajaran, buku pelengkap. Maka guru diharapakan
dapat menyediakan sumber belajar yang bervariasi. Buku pelengkap yang
berkaitan dengan apresiasi sastra, seperti buku Teori Pengkajian Fiksi karya
Burhan Nurgiyantoro dan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
e. Langkah-langkah pembelajaran
Langkah-langkah pembelajaran meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan akhir belajar mengajar.
75
a. Kegiatan awal
a) Guru menyampaikan salam dan mengecek kehadiran siswa.
b) Guru memotivasi tentang pentingnya materi yang akan dibahas.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan siswa memperhatikan.
d) Guru bertanya kepada siswa mengenai pengertian novel.
b. Kegiatan inti
Eksplorasi
1) Guru menunjuk beberapa siswa untuk menceritakan kembali novel Ranah
Tiga Warna yang telah dibaca di rumah.
2) Guru memberikan penjelasan materi unsur intrinsik (perwatakan) dan nilai-
nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga Warna.
Elaborasi
1) Siswa berdiskusi secara kelompok untuk menganalisis unsur intrinsik
(perwatakan) dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Ranah Tiga Warna
karya Ahmad Fuadi.
2) Guru secara aktif memantau jalannya diskusi dan memberikan bantuan
kepada siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis.
3) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
4) Siswa lain menanggapi presentasi hasil diskusi.
Konfirmasi
1) Siswa menyimpulkan dan menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.
76
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan kesimpulan tentang perwatakan tokoh utama dalam novel
Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
2) Guru memberikan tugas rumah untuk menuliskan hasil diskusi dan dikumpul-
kan pada pertemuan berikutnya.
3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan doa.
f. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur tingkat
keberhasilan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Sasaran evaluasi
hasil belajar meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), dan psikomotorik (keterampilan). Penilaian hasil belajar siswa dalam
pembelajaran sastra dapat dilakukan dengan tes tertulis, yaitu berupa tes esai
untuk menilai proses berpikir yang melibatkan aktifitas kognitif sehingga siswa
tidak sembarangan dalam memjawab setiap pertanyaan. Siswa harus benar-benar
memahami materi yang diajarkan. Untuk mengukur ranah afektif, siswa diberi
kesempatan untuk menyampaikan pengalamannya setelah mendapatkan materi
apresiasi prosa, yaitu novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
Novel Ranah Tiga Warna karya Agnes Davonar dapat dijadikan bahan
pembelajaran sastra di SMA karena novel tersebut mengangkat cerita tentang
perjuangan seorang anak remaja untuk mencapai cita-cita walau rintangan dan
hambatan telah menguji Alif. Hal tersebut sekarang jarang ditemui karena anak
sekarang jika orang tua tidak mampu untuk biayai sekolah, maka anak tidak akan
sekolah. Tapi tokoh Alif lain, Alif berjuang sekuat tenaga berusaha mencari biaya
77
sendiri untuk bisa meraih cita-citanya. Dengan diajarkan novel Ranah Tiga Warna
karya Agnes Davonar, siswa diharapkan mampu mencontoh usaha dan perjuangan
Alif dalam menuntut ilmu dan meraih cita-cita, semangat dalam menghadapi
cobaan dan rintangan.
78
BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi hasil penelitian
dan saran berisi anjuran peneliti kepada pihak-pihak yang dapat memanfaatkan
hasil penelitian ini.
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan data, peneliti dapat menarik beberapa simpulan
hasil penelitian sebagai berikut.
1. Perwatakan tokoh utama dalam novel Ranah Tiga Warna mempunyai sifat-
sifat baik antara lain: percaya diri, pantang menyerah, sabar, menyesal,
bersyukur, religius, jujur, pemaaf, tanggung jawab, ikhlas, berfikir realistis
dan kreatif, cerdas, tangguh, sederhana, rasa ingin tahu, peduli, santun,
demokratis, dan nasionalis.
2. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga Warna
karya Ahmad Fuadi antara lain pendidikan religius dan pendidikan moral.
3. Rencana pelaksanaan pembelajaran novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad
Fuadi di SMA kelas XI terdapat dalam standar kompetensi membaca
7. memahami berbagai hikayat, novel Indonesia atau terjemahan dan
kompetensi dasar pada pembelajaran 7.2 menganalisis unsur intrinsik dan
ektrinsik novel Indonesia atau terjemahan yang dibacakan. Langkah-langkah
pembelajaran antara lain: pendahuluan, inti, dan penutup. Metode yang
digunakan adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah
79
konsep jenis kerja kelompok yang dipimpin oleh guru. Rincian dari metode
tersebut adalah guru menjelaskan tujuan pembelajaran, guru menyampaikan
materi tentang unsur intrinsik (perwatakan) dan unsur ektrinsik (nilai-nilai
pendidikan), guru membagi siswa dalam kelompok, siswa menganalisis dan
berdiskusi mengenai analisis unsur intrinsik (perwatakan) dan unsur
ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan) meliputi: nilai pendidikan relegius dan nilai
pendidikan moral dalam novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi, siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok, siswa menanggapi dan menilai
hasil presentasi kelompok lain, guru bersama siswa membuat kesimpulan dari
pembelajaran tersebut, guru memberikan penilaian.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti dapat memberikan beberapa
saran sebagai berikut.
1. Bagi peneliti berikutnya dalam mengkaji novel Ranah Tiga Warna karya
Ahmad Fuadi agar mengkaji dengan kajian yang lain.
2. Bagi pendidik khususnya guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia
diharapkan guru memiliki pengetahuan yang luas tentang pembelajaran sastra
agar mampu menumbuhkan minat siswa dan menciptakan kecintaan siswa
terhadap sastra.
3. Siswa hendaknya semakin memperbanyak membaca karya sastra khususnya
novel untuk menambah pengetahuan sehingga mampu mengambil nilai-nilai
positif untuk dijadikan teladan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Fuadi, Ahmad.2011. Ranah Tiga Warna. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ginanjar, Nurhayati. 2012. Pengakajian Prosa Fiksi Teori dan Praktik. Surakarta:
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hartini, Padmi. 2010. Analisis Perwatakan dan nilai-nilai Pendidikan dalam Naskah Drama Iblis karya Mohammmad Diponegoro. Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Roskarya.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sayuti, Suminto A. 1988. Dasar-dasar Analisis Fiksi. Yogyakarta: LP3S.
Santoso.Muhammad. 2013. Identifikasi Tokoh Utama “Keke” dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar dan Pembelajarannya di kelas VIII SMP. Universitas Muhammadiyah Purworejo, Purworejo.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Sukirno. 2009. Sistem Membaca Pemahaman yang Evektif. Purworejo: UMP
Press.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Suprijono Agus. 2013. Coperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim penyusun. 2008. KKBI Edisi keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka.
Titscher, Stefan, dkk. 2009. Metode Analisis Teks dan Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivitik.
Jakarta: Perstasi Pustaka.
Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UPT UNS Press.
LAMPIRAN
KARTU PENCATAT DATA
Tabel 1 Perwatakan Tokoh Alif Dalam Novel Ranah Tiga Warna Karya Ahmad
Fuadi
Perwatakan
No Data Kutipan Novel
1. Percaya Diri
“Tentulah. Aden akan segera kuliah. Kalau aden berusaha, ya bisa.” (Ranah Tiga Warna:3)
“Jangan banyak tanya! Teriakku. Lihat saja nanti. Kita sama-sama buktikan! Kataku dengan nada tinggi.” (Ranah Tiga Warna:4)
“Kok bunyinya keren sekali. Tentulah ini jurusan buat para diplomat yang berjas rapi dan selalu keliling dunia itu. Tentu mahasiswanya perlu kemampuan bahasa asing yang baik. Rasa-rasanya cocok dengan modal yang aku punya sekarang. Dan yang telah kalah penting, mungkin bisa mengantarkan aku sekolah ke luar negeri. Mungkin bahkan ke Amerika. Siapa tahu.” (Ranah Tiga Warna:15)
“Siap, Yah. Jadi ambo bertekad akan memaksimalkan usaha persis seperti Denmark. Membalikkan penilaian semua orang yang memandang sebelah mata!.’’ (Ranah Tiga Warna:25)
“Dengan rasa percaya tinggi, aku gasak setia soal tulis. Memang tidak sia-sia perjuanganku belajar saban hari selama dua minggu terakhir ini. Tidak hanya belajar dan membaca, aku bahkan sampai bertanya kepada asti tentang kisi-kisi pertanyaan. Untuk menempa diri, aku bahkan membuat beragam soal sendiri dan aku jawab pula sendiri. Usai ujian tulis, panitia menyilakan kami duduk di luar ruangan, sambil mereka langsung menilai lembar ujian saat itu juga.” (Ranah Tiga Warna:188)
LAMPIRAN 1
2. Pantang Menyerah
“Dengan meyakin-yakinkan diri, aku jawab tantangan Ayah.”Insyaallah Yah, ambo akan berjuang habis-habisan untuk persamaan ini dan untuk UMPTN” (Ranah Tiga Warna, 2011:6). “Pagi itu, dengan mengepalkan tinjuku, aku bulatkan tekad, aku bulatkan doa, aku akan lulus ujian persamaan SMA dan berperang menaklukan UMPTN. Aku ingin membuktikan kalau niat kuat telah dihunus, halangan apapun akan aku tebas.” (Ranah Tiga Warna:9)
“Aku paksa diriku, setiap aku merasa semangatku melorot. Aku paksa diriku lebih kuat lagi. Aku lebihkan usaha. Aku lanjutkan jalanku beberapa jalan halaman lagi, beberapa soal lagi, beberapa menit lagi. Going the extra miles. I’malu fauqa ma’amilu. Berusaha di atas rata-rata orang lain.” (Ranah Tiga warna:12)
“Aduh, baru saja aku senang dengan tulisanku, sudah ada tugas baru. Mulutku mau mengeluh, tapi aku paksakan hatiku untuk menerima tantangan ini. Sudah kepalang tanggung, aku harus hadapi dia. Aku tidak boleh menyerah kalau ingin dapat ilmu.” (Ranah Tiga Warna:78) “Berita buruk: permohonan beasiswaku ke kampus ditolak karena nilai semester awalku kalah tinggi dengan pelamar lain. Apa boleh buat, aku harus terus berhemat untuk bisa membayar SPP sendiri. Awalnya aku kesal, tapi lama-lama aku berfikir kenapa aku tidak menggunakan penolakan sebagaipecut untuk malah bermimpi lebih besar: berburu beasiswa ke luar negeri. Sajak itu seperti orang yang berobsesi, aku sibuk keluar masuk perpustakaan, menulis surat ke mana-mana, bertanya kepada senior di kampus, bagaimana bisa belajar ke luar negeri tanpa harus bayar. Ketika teman kuliahku sibuk berkurat dengan mata kuliah semester ini, aku malah berfikir bagaiman acaranya semester depan aku bisa sudah kuliah di luar negeri dengan gratis.” (Ranah Tiga Warna:178) “Aku sentuh halaman diary yang kesat ini dengan mata terpejam untuk meresapi maknanya. Aku tutup diary ini dengan semangat yang bergelora sampai ubun-ubun. Walau aku tidak bisa menari dan bernyanyi, kalau aku berusaha dengan sungguh-sungguh, lambat laun aku akan berhasil mengatasi hambatan. Bolehlah aku sebagai sebuah golok berkarat dalam hal kesenianini, tapi kalau aku mau bersabar dan mencoba berualng-ulang, hambatan akan aku patahkan akhirnya. Aku akan buktikan!.”
(Ranah Tiga Warna:195) “Aku dan Franc hanya berpandang-pandangan dengan lesu. Tapi dalam hati aku berjanji tidak akan menyerah. Menurutku ini hanya soal waktu, kalau dicoba trus pasti bisa. Dan orang yang akan kami wawancarai sesungguhnya berkepentingan jug untuk diliput.” (Ranah Tiga Warna:323)
3. Sabar
“Hatiku panas. Tapi aku mencoba menahan diri dengan hanya mengulum senyum pahit, tanpa suara.” (Ranah Tiga Warna:7) “Maaf, bang, ini pertama kali aku coba menulis artikel. Tolong kasih tahu apa yang perlu aku perbaiki?” tanyaku takut-takut sambil menyabarkan diri. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa terpojok seperti ketika berada di kantor KP atau saat menghadapi Tyson semasa masih di Pondok Madani.” (Ranah Tiga Warna:75) “Tidak ada gunanya aku teruskan bertengkar seperti ini. Aku sebenarnya di pihak yang kalah dan pihak yang salah. Tidak ada lagi yang bisa aku lakukan selain minta maaf. Dan aku tahu, sebaiknya aku mundur dan tidak usah menyulut lebih banyak pertengkaran. Pada subuh buta itu, perkawanan kami yang sejak kecil ini tiba-tiba terasa hambar dan dingin.” (Ranah Tiga Warna:169)
4. Menyesal
“Setelah ujian, aku pulang ke Maninjau dengan hati yang tidak pernah tenang. Berhari-hari tidurku tidak pernah nyenyak, karena aku selalu dikunjungi mimpi tentang ujian. Beberapa kali penyesalan muncul, kenapa aku tidak belajar lebih rajin, kenanpa aku tidak menjawab soal itu, atau kenapa aku menjawab soal itu.” (Ranah Tiga Warna:27) “Maaf, Randai, aden bisa bantu apa? Mengetik ulang tugas wa’ang?” “Sekali lagi aden minta maaf, den tidak sengaja.” (Ranah Tiga Warna:168)
5. Bersyukur
“Walau bukan Teknik Penerbangan ITB, seperti impian awalku, Jurusan Hubungan Internasinal adalah sebuah rezeki besar bagi diriku. Beralasan koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan usaha, keajaiban restu orangtua, keajaiban doa. Di sebelahku, Ayah juga sujud lama sekali. Beberapa orang yang lewat di jalan terheran-heran melihat kami berdua menungging di pinggir jalan.” (Ranah Tiga Warna:30) “Jari-jariku terus mengetuk-ngetuk tangan kursi dengan ritmis, antara gugup dan senang. Terima kasih ya Tuhan, aku jadi juga terbang ke luar negeri.” (Ranah Tiga Warna:236)
6. Relegius
“Aku juga meluangkan waktu 2 jam seminggu untuk mengajar bahasa arab di Masjid salman ITB. Tentu saja gratis. Ini caraku mengabdikan ilmu yang aku dapat di Pondok Madani kepada masyarakat. Nasihat Kiai Rais berdengung-dengung di kepalaku. “Jadilah seperti anjuran Nabi, khairunnas anfauhum linnas, sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang memberi manfaat bagi orang lain.” (Ranah Tiga Warna:64-65)
“Aku coba kembali mengingat pesan Kiai Rais waktu di Pondok Madani.”Wahai anakku, latihlah diri kalian untuk selalu bertopang pada diri kalian sendiri dan Allah. I’timad ala nafsi. Segala hal dalam hidup ini tidak abadi. Semua akan pergi silih berganti. Kesusahan akan pergi. Kesenangan akan hilang. Akhirnya hanya tinggal urusan kalian sendiri dengan Allah saja nanti.” Rasanya nasihat ini menukik dalam kejantungku. Memang tidak ada yang kekal. Ayah telah pergi, tinggallah aku sendiri yang harus menyetir hidupku atas izin Tuhan.” (Ranah Tiga Warna:101) “Ya Tuhan, aku berprasangka baik untuk semua keputusanMu. Lambat laun, hatiku menjadi sejuk dan tenteram. Aku menengadah ke langit Bandung yang kembali mendung sore itu. Gerumbul awan sore di mataku masih berbentuk benua Amerika.Hanya Tuhan yang tahu apa ini hanya akan jadi mimpi atau nanti menjadi nyata. Biarkan Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik untukku. Dia Maha Tahu, Dia Maha Mengerti, Dia Maha Adil. Insya Allah, Tuhan tahu yang terbaik buatku. Dan sungguh Dia selalu memberi
yang terbaik.” (Ranah Tiga Warna:208) “Seperti biasa setiap hari aku bangun lebih pagi dari keluarga angkatku, sebelum matahari terbit, untuk salat subuh. Setelah gemeteran mengambil wudu, aku bergelung lagi tidur.” (Ranah Tiga Warna:370)
7. Jujur
“Joki? Aku menggeleng keras untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan.” (Ranah Tiga Warna:8)
8. Pemaaf
“Aku tidak akan lupa pertanyaannya yang pernah meremehkan diriku:”Setelah di pesantren lalu kuliah umum? Emangnya wa’ang bisa?” tapi setelah aku pikir-pikir lagi, Randai tetap kawanku, bahkan kawan terdekatku. Sebaiknya kesalahan ini harus aku buang. Apalagi sekarang aku sudah berhasil membuktikan bahwa keraguannya salah.” (Ranah Tiga warna:43)
9. Tangguang Jawab
“Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2 halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayangbayang. Aku tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak berhasil setor tulisan tepat waktu.” (Ranah Tiga Warna:71)
“Mulai bulan ini, ambo insya Allah sudah bisa mandiri secara keuangan. Jadi Amak tidak perlu mengirimkan uang bulanan bulan depan. Pasti amak dan adik-adik lebih butuh lagi. Satu hal yang ambo minta, minta doa selalu dari amak agar rezeki ananda di sini dimudahkan allah,” tulisku.” (Ranah Tiga Warna:156)
10. Ikhlas
“Akhirnya aku memilih untuk iklas saja, walau diperlakukan dengan keras. Hari ini aku sibuk sekali karena harus memperbaiki naskah, mengetik ulang, mengantar, dan dicoret bang Togar lagi.” (Ranah Tiga Warna:76)
“Apa gunanya masa muda kalau tidak untuk memperjuangkan cita-cita besar dan membalas budi orangtua? Biarkan tulang mudaku ini remuk dan badanku susut. Aku ikhlas mengorbankan masa muda yang indah seperti yang dinikmati kawan-kawanku. Karena itu aku tidak boleh lemah. Aku harus keras pada diriku sendiri. Pedih harus aku rasai untuk tahu benar rasanya senang. Harus berjuang melebihi rata-rata orang lain. Man jadda Wajada!.” (Ranah Tiga Warna:117)
11. Berfikir realistis dan kreatif
“Kalau aku masih ingin kuliah di universitas negeri, aku harus mengambil keputusan besar. Aku akhirnya harus memilih dengan realistis. Kemampuan dan waktu yang aku punya saat ini tidak cocok dengan impianku. Dengan berat hati aku kuburkan impian tinggiku dan aku hadapi kenyataan bahwa aku harus mengambil jurusan IPS. Selamat jalan, ITB.” (Ranah Tiga Warna:10-11)
“Melihat teman kuliahku yang leluasa jajan, ingin sekali aku punya uang jajan lebih. Tapi aku tidak mungkin minta kiriman lebih karena beban Ayah dan Amak sudah begitu berat. Karena itu aku mulai berfikir-fikir untuk mencari penghasilan tambahan seperti yang dilakukan beberapa teman kosku yaitu mengajar les atau prifat.” (Ranah Tiga warna:84)
12. Cerdas
“Aku cepat-cepat memberi latar belakang, ‘’ Pak Danang, tulisan ini saya persiapkan dengan latar belakang teoritis yang kuat yang saya pelajari di kampus. Juga telah melalui sebuah diskusi kritis dengan senior saya. Intinya, saya punya argument ilmiah bahwa kalau Palestina didukung dengan tekanan diplomasi PBB dan negara Arab, dan tidak ada halangan dari Amerika Serikat, maka Palestina akan berhasil menjadi negara yang berdaulat.” (Ranah Tiga Warna:149)
“Untuk bisa menutupi biaya hidupku sebulan, rata-rata aku maksa diri untuk ngebut menulis minimal 8 tulisan sebulan. 8 tulisan sebulan adalah pekerjaan yang besar. Menulis sendiri sudah memakan waktu, belum lagi aku harus riset untuk bahan analisis.” (Ranah Tiga Warna:158)
“Bagian pertama berupa wawancara dalam bahasa Inggris aku lewati dengan sangat percaya diri. Setiap pertanyaan aku terkam, aku kuliti, dan aku hidangkan jawabannya dengan matang. Aku ceritakan dengan lancar pengalamanku di PM bergaul dengan berbagai suku dan semangatku untuk bisa mempelajari berbagai bahasa asing.” (Ranah Tiga Warna:201)
“Referindum ini mungkin peristiwa terbesar dalam sejarah Kanada, setelah mereka merdeka. Dan aku akan menyaksikan sendiri kejadian langka ini. Aku coba memutar otakku agar bisa menggunakan momen ini untuk merebut medali emas yang diiming-imingkan oleh Sebastian. Medali hanya diberikan kepada peserta yang punya karya unik dan berpengaruh bagi kota kami. Tekadku ingin mengalahkan Rob yang menyebalkan, bagaimanapun caranya.” (Ranah Tiga Warna:321)
13. Tangguh
“Kalau aku lihat di cermin, badanku kini mengurus, agak pucat, dan mataku merah. Tapi aku tidak peduli. Ini perjuangan penting dalam hidupku. Mungkin menjadi penentu nasib sama depanku. Amak dan Ayah tampak cemas melihat aku belajar seperti orang kesurupan. ‘’ Nak, jangan terlalu diforsir tenaga itu, jaga kesehatan, jangan sampai tumbang di masa ujian, ‘’ kata Amak ketika datang ke kamarku membawa sekadar goreng pisang atau teh telur.” (Ranah Tiga Warna:12)
“Setiap pagi, Raisa dan teman-temannya merubung gerobak bubur ayam yang berhenti di antara kos Raisa dan kosku. Kalau mereka sudah bubar, aku biasanya melambaikan tangan ke abang tukang bubur untuk datang. Tapi di sakuku tinggal beberapa rupiah saja. Tidak cukup untuk makan sampai malam. Apa boleh buat, harus berhemat lagi. Dengan berbisik, supaya tidak terdengar Raisa, aku tuangkan air putih dan aku aduk. Tidak apa encre, tapi kan kelihatan sudah semangkok penuh. Lumayan buat menghangatkan perutku pagi hari.” (Ranah Tiga Warna:103)
“Aku seret diriku keluar kamar pesakitan walau lututku masih bergetar-getar seperti akan runtuh, dan badanku masih kurus dan pucat. Ya Allah, jadikanlah aku orang yang sabar dan beruntung. “Man shabara shafira!” pekikku di depan pintu. Beberapa ekor ayam tetengga lari berbirit-birit mendengar aku memekik-mekik.” (Ranah Tiga Warna:136)
14. Sederhana
“Karena berhemat, maka membeli kasur dan bantal bukan prioritasku. Jadi, aku hanya bisa menumpangkan kepala di ujung kasur sebagai bantal, menggelar sajadah sebagai alas tidur dan berkelumun kain sarung.” (Ranah Tiga warna:61)
“Ooh. Dia mengintip wajahku dari balik kacamatanya yang melorot. Mungkin kurang percaya melihat mahasiswa ceking dengan baju lusuh dan berkacamata seperti aku ini.” (Ranah Tiga Warna:151)
15. Rasa Ingin Tahu
“Bang, aku ingin sekali bisa menulis. Tapi menulis sekaliber Abang. Tidak hanya di majalah kampus, tapi ingin dimuat media nasional.’’ Dia menatapku sebentar. Mengernyitkan kening, mungkin tidak yakin dengan apa yang dia dengar. ‘’Benar, kau ingin menulis bagus?’’ ‘’Sudah tujuanku, Bang. Aku ingin belajar sama Abang.’’ (Ranah Tiga Warna:67)
16. Peduli
“Aku prihatin menatap Ayah. Sudah aku perhatikan sejak beberapa minggu ini mukanya semakin tirus dan pucat. Aku bahkan tidak berani meninggalkan ayah dalam kondisi seperti ini.” (Ranah Tiga warna:39)
“Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam sambil khusuk mendoakan aku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah.” (Ranah Tiga Warna:155)
“Dengan semangat melonjak-lonjak, aku selipkan 3 lembar uang Rp10.000 bergambar Sultan Hamengku Buwono IX dan borobudur
di tengah lipatan surat untuk Amak. Walau tidak banyak, ini sebuah prestasi besar dalam hidupku. Ini kali pertama dalam hidupku aku bisa memberi uang hasil keringat sendiri kapada Amak.” (Ranah Tiga Warna:173)
“Sabtu pagi ini Ferdinand membangunkan kami lebih awal untuk bergotong royong. Dengan skop kami menggali salju yang menutupi jalan dari tangga rumah sampai ke jalan besar. Ferdinand dan Mado melambaikan tangan ke tetangga di kiri-kanan yang juga sibuk bekerja seperti kami.” (Ranah Tiga warna:375)
17. Santun
“Maaf, Den Kasep, bulan ini belum belum dapat arisan. Mungkin bulan depan ya,Dik,’’ kata Ibu Tin, seorang istri jenderal dengan logat Sunda yang halus. Ibu Tin salah satu langganan terbaikku. Sebelumnya dia telah membeli kain bordir kerancang dan kapalo peniti, mukena, dan cairan pembersih serbaguna. ‘’Terima kasih Bu. Bulan depan saya kunjungi lagi,‘’ kataku pamit.” (Ranah Tiga Warna:119)
18. Demokratis
“Aku mengeleng-geleng dan mengacungkan jari. ‘’ Rus, itu terlalu biasa. Aku usul kita bikin sekalian yang benar-benar monumental. Bagaimana kalau di puncak tertinggi Saint-Raymond? Namanya Mont Laura. Baru kemarin aku meliput para atlet ski lokal yang meluncur di puncaknya. Ada dataran di puncak bukit itu yang sering dipakai untuk kegiatan pramuka, lengkap dengan tiang bendera. Dan ada jalan mobil sampai pinggang bukit sehingga tidak terlalu terjal untuk mendaki, ‘’kataku.” (Ranah Tiga Warna:391)
19. Nasionalis
“Acara ditutup dengan Raisa tampil ke depan. Seragam jas biru tua semakin melengkapi aura percaya dirinya yang besar. Dia mengayunkan kedua tangannya, memimpin kami semua melantunkan lagu Padamu Negeri. Bait terakhir, ‘’bagimu negeri jiwa raga kami…’’ kami nyanyikan panjang dengan sepenuh hati. Badanku rasanya ringan terbang melayang , meresapi sensasi yang sulit aku lukiskan. Bahkan ketika nyanyian telah berakhir, di dadaku masih terus bergaung lirik, ‘’bagimu negeri jiwa raga kami…’’. Rasanya aku bahkan siap mati demi bangsa ini.” (Ranah Tiga Warna:228)
“Rasa nasionalisku menjadi terbakar. Dalam hati aku berjanji akan berusaha mandapatkan medali ini, untuk membuktikan bahwa kami anak Indonesia bisa mengalahkan anak-anak Kanada ini. Kalaupun bukan aku yang akan mendapatkan nanti, paling tidak salah satu temanku orang Indonesia. Ini masalah harga diri bangsa, masalah nasionalisme. Indonesia harus dilihat setara sebagai bangsa. Kalau bisa lebih tinggi.” (Ranah Tiga Warna:287)
“Belum pernah aku menghayati lagu kebangsaan penuh keinsafan seperti kali ini. Setiap bait, bahkan setiap kata mengirim getar hangat yang menghanyutkan. Rasanya bercampur-campur antara haru, rindu, bangga. Aku lirik kawan-kawanku, tampaknya perasaan mereka tidak jauh berbeda denganku. Bahkan Rudi sampai membuka kacamata hitamnya dan memejamkan mata sambil terus bernyanyi. Sayup-sayup aku lihat dari sudut matanya yang terpejam terbit air. Satu-satu mata temanku juga berair. Aku menggigit bibir mencoba bertahan.” (Ranah Tiga warna:401)
Tabel 2 Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
Nilai-nilai Pendidikan
No Data Kutipan Novel
1. Nilai Pendidikan Relegius
“Ya Tuhan, aku berprasangka baik untuk semua keputusanMu. Lambat laun, hatiku menjadi sejuk dan tenteram. Aku menengadah ke langit Bandung yang kembali mendung sore itu. Gerumbul awan sore di mataku masih berbentuk benua Amerika.Hanya Tuhan yang tahu apa ini hanya akan jadi mimpi atau nanti menjadi nyata. Biarkan Tuhan yang memutuskan mana yang terbaik untukku. Dia Maha Tahu, Dia Maha Mengerti, Dia Maha Adil. Insya Allah, Tuhan tahu yang terbaik buatku. Dan sungguh Dia selalu memberi yang terbaik.” (Ranah Tiga Warna:208) “Walau bukan Teknik Penerbangan ITB, seperti impian awalku, Jurusan Hubungan Internasinal adalah sebuah rezeki besar bagi diriku. Beralasan koran pengumuman, aku sujud syukur untuk keajaiban ini. Keajaiban tekad dan usaha, keajaiban restu orangtua,
keajaiban doa. Di sebelahku, Ayah juga sujud lama sekali. Beberapa orang yang lewat di jalan terheran-heran melihat kami berdua menungging di pinggir jalan.” (Ranah Tiga Warna:30) “Tapi satu hal yang kau tak boleh lupa. Dalam rezeki kau itu ada hak orang lain. Walau sedikit, setiap honor itu kau potong dulu. Sisihkan buat amal, kalau perlu kau antar sendiri ke panti asuhan.” (Ranah Tiga Warna:155)
2. Nilai Pendidikan Moral
“Joki? Aku menggeleng keras untuk perjokian. Apa gunanya ajaran Amak dan Pondok Madani tentang kejujuran dan keikhlasan.” (Ranah Tiga Warna:8)
“Tidak gampang membuat tulisan dengan logika jernih sebanyak 2 halaman pada dini hari. Aku mencoba pompa semangatku dengan meneriakkan man jadda wajada, namun setelah beberapa jam, kepalaku terangguk-angguk. Tidak kuat lagi, aku menggelar tikar, dan terkapar di sebalah kasur Randai. Aku melompat dari tidur begitu TOA di mushalla sebelah rumah kembali berdengung. Suara azan subuh. Mumpung Randai masih terkapar, segera setelah salat subuh aku kebut lagi tulisanku dengan penuh semangat. Tampang Bang Togar yang sok terbayangbayang. Aku tidak akan mengizinkan dia merendahkanku karena tidak berhasil setor tulisan tepat waktu.” (Ranah Tiga Warna:71)
“Sore itu, aku datangi sebuah panti asuhan di Jalan Nilem. Aku kais-kais lembar terakhir isi dompetku dan aku serahkan ke bapak pengurus panti itu. Dia tersenyum sejuk, lalu menyalamiku lama sekali. Matanya terpejam sambil khusuk mendoakan aku. Aku merinding didoakan seperti itu hanya karena menyumbang 7 ribu rupiah.” (Ranah Tiga Warna:155)
“Mulai bulan ini, ambo insya Allah sudah bisa mandiri secara keuangan. Jadi Amak tidak perlu mengirimkan uang bulanan bulan depan. Pasti amak dan adik-adik lebih butuh lagi. Satu hal yang ambo minta, minta doa selalu dari amak agar rezeki ananda di sini dimudahkan allah,” tulisku.” (Ranah Tiga Warna:156)
Tabel 3 Skenario Pembelajaran Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi di
SMA kelas XI
No Kompetensi RPP Deskripsi
1. Standar Komptensi Memahami berbagai hikayat, novel
Indonesia/ novel terjemahan.
2. Kompetensi Dasar Menganalisis unsur intrinsik dan
ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan.
3. Indikator a. Menganalisis unsur intrinsik novel
Ranah Tiga Warna karya Ahmad
Fuadi yang difokuskan pada tokoh
dan penokohan.
b. Menganalisis unsur ekstrinsik novel
Ranah Tiga Warna karya Ahmad
Fuadi yaitu nilai-nilai pendidikan.
4. Tujuan Pembelajaran Tujuan dari pembelajaran sastra di
sekolah adalah untuk keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan,
mengembangkan cipta dan rasa serta
menjunjung pembentukan watak. Tujuan
pokok yang perlu dicapai dalam
pembelajaran novel adalah:
a. siswa mampu menganalisis unsur
intrinsik yaitu tokoh dan penokohan
dalam novel Ranah Tiga Warna karya
Ahmad Fuadi.
b. siswa mampu menganalisis unsur
ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan)
dalam novel Ranah Tiga warna karya
Ahmad Fuadi.
5. Bahan Pembelajaran Bahan pembelajaran yang disajikan
kepada siswa harus sesuai dengan
kemampuan siswanya pada suatu tahapan
pengajaran tertentu. Guru harus dapat
memilih bahan yang tepat dengan tingkat
perkembangan siswa. Menentukan bahan
pembelajaran sastra harus dari sudut
bahasa, kematangan jiwa (psikologis),
latar belakang kebudayaan siswa.
6. Metode Pembelajaran Model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar. Dalam pembelajaran sastra
menggunakan metode Cooperative
Learning (Pembelajaran kooperatif).
7. Sumber Belajar Sumber belajar adalah bahan ajar yang
memuat teks/ materi ajar yang dijadikan
rujukan untuk mencapai kompetensi
dasar.
a. Novel Ranah Tiga warna karya
Ahmad Fuadi.
b. Buku pelajaran bahasa Indonesia yang
diwajibkan.
8. Langkah-langkah
Pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir belajar mengajar.
a. Kegiatan awal
a) Guru menyampaikan salam dan
mengecek kehadiran siswa.
b) Guru memotivasi tentang pentingnya
materi yang akan dibahas.
c) Guru menyampaikan tujuan pem-
belajaran dan siswa memperhatikan.
d) Guru bertanya kepada siswa
mengenai pengertian novel.
b. Kegiatan inti
Eksplorasi
1) Guru menunjuk beberapa siswa untuk
menceritakan kembali novel Ranah
Tiga Warna yang telah dibacanya di
rumah.
2) Guru memberikan penjelasan materi
unsur intrinsik (perwatakan) dan nilai-
nilai pendidikan dalam novel.
Elaborasi
1) Siswa berdiskusi secara kelompok
untuk menganalisis perwatakan dan
nilai-nilai pendidikan novel Ranah
Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
2) Guru secara aktif memantau jalannya
diskusi dan memberikan bantuan
kepada siswa apabila mereka
mengalami kesulitan dalam
menganalisis.
3) Siswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
4) siswa lain menanggapi presentasi hasil
diskusi.
Konfirmasi
1) siswa menyimpulkan dan menjelaskan
tentang hal-hal yang belum diketahui.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan kesimpulan tentang
perwatakan tokoh utama dan nilai-
nilai pendidikan novel Ranah Tiga
Warna karya Ahmad Fuadi.
2) Guru memberikan tugas rumah untuk
menuliskan hasil diskusi dan
dikumpulkan pada pertemuan
berikutnya.
3) Guru mengakhiri pembelajaran
dengan salam dan doa.
9. Evaluasi Evaluasi yang digunakan dalam
pembelajaran novel Ranah Tiga Warna
yaitu secara tertulis dengan menggunakan
tes esai.
Contoh instrumen:
1) Jelaskan bagaimana perwatakan tokoh
Alif dalam novel Ranah Tiga Warna
karya Ahmad Fuadi?
2) Jelaskan nilai-nilai pendidikan yang
terkandung dalam novel Ranah Tiga
Warna karya Ahmad Fuadi?
SINOPSIS
Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia bahkan sudah bisa bermimpi
dalam bahasa Arab dan Inggris. Impiannya? Tinggi betul, ingin belajar teknologi
tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika.
Dengan semangat menggelegar dia pulang ke kampung ke Maninjau dan
tak sabar ingin segera kuliah. Namun kawan karibnya, Randai, meragukan Alif
mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya.
Ijazah SMA.
Alif tak pantang menyerah, dia selalu berusaha agar bisa lulus tes UMPTN
dan Alif ingin membuktikan pada Randai kalau dia pasti bisa. Berbagai cara Alif
lakukan agar bisa memahami pelajaran SMA, meskipun harus belajar tiap malam
akan dia lakukan. Tes persamaan SMA pun telah tiba, Alif mendapat nilai rata-
rata yang cukup untuk daftar tes UMPTN. Berbagai soal tes UMPTN telah dia
kerjakan. Hari pengumumanpun telah tiba, tak sabar Alif ingin membacanya, satu
per satu nama telah dia cermati, akhirnya nama Alif Fikri di terima di jurusan
Hubungan Internasional. Alif merasa bahagian dan sangat bersyukur, dengan
kebahagiaannya itu Alif mengirim surat untuk memberi kabar ke temannya dulu
waktu di Pondok Madani yaitu Atang, Baso, Raja.
Perjuangan seorang Ayah sampai menjual bebek hijau kesayangannya itu
untuk tetap dapat membiayai kuliah Alif di Bandung. Ayah juga memberikan
hadiah sepatu untuk Alif karena Alif tidak mempunyai sepatu. Keberangkatan Alif
ke Bandung tanpa di temani orang tua, karena kondisi Ayah Alif yang masih sakit
LAMPIRAN 2
sehingga tidak bisa mengantarkan. Sesampai di Bandung Alif masih bingung dia
ingin kemana karena belum mempunyai tempat tinggal. Akhirnya Alif
memutuskan untuk tidur sementara di kos Randai.
Hari pertama dia masuk kuliah yaitu masih kegiatan ospek, hari pertamnya
dia dihukum karena terlambat. Alif mendapat kenalan dari kelompok ospeknya
yaitu Wira, agam, Memet. Selain mereka Alif mendapat kenalan seorang cewek
yang manis bernama Raisa.
Hari berikutnya Alif kena hukuman lagi gara-gara terlambat dan salah
satu temannya ada yang salah kostum. Di tengah hukuman ini ada perkelahian
antara mahasiswa baru dan senior, akhirnya diselesaikan di ruang dekan berkat
Memet.
Alif dan teman-teman mulai mengisi kegiatan di luar kuliah. Akhirnya
Alif memilih kegiatannya menulis. Hari pertama dia ingin belajar langsung
ditantang menulis dan dikumpulkan besok juga. Pagi Alif langsung mengantar
hasilnya ke Bang togar pembimbing menulis Alif. Hasilnya pun masih gagal, Alif
suruh merevisi sampai hasilnya bagus. Revisi sudah dilakukan sebanyak 5 kali ini
sudah lumayan bagus walau masih ada sedikit yang salah. Hasil tulisan Alif
lansung di muat di majalah kampus, Alifpun sangat senang, tak lupa dia mengirim
majalah ke Ayah dan ibunya.
Alif sekarang sudah bisa ngobrol dengan Raisa dan mereka semakin dekat.
Kedekatan mereka karena kos Raisa kena banjir dan Raisa dan teman-teman
ceweknya menitipkan barang-barang di kost Randai.
Satu tahun Alif berada di Bandung. Ayah dan Amak berencana ingin ke
Bandung menjenguk Alif, Alif merasa sangat senang. Keberangkatan Ayah dan
Amak ke Bandung dibatalakn karena Ayah sakit dan Alif disuruh segera pulang
ke kampung. Malam itu juga Alif langsung pulang kampung. Sampai di rumah
ternyata Ayah Alif sudah di rawat di rumah sakit beberapa hari yang lalu. Alif
selalu menemanin Ayahnya di rumah, menunggu Ayahnya benar-benar sembuh.
Saat Alif berencana untuk kembali ke Bandung keadaan Ayahnya malah tambah
parah. Alif sangat gelisah, akhirnya Ayahnya meninggal dunia.
Alif tak tega pamit pada Amak untuk kembali ke Bandung, tetepi Amak
menyuruh Alif untuk tetap berangkat ke Bandung untuk menyelesaikan kuliahnya.
Enam bulan sejak Ayahnya meninggal, Alif sudah tidak tahan lagi denagn perang
batin. Beberapa bulan uang makan Alif sangat menipis. Alifpun memutuskan
untuk keluar kuliah dan pulang ke kampung. Tetapi Amak mengancam Alif kalau
sampai keluar dari kuliahnya.
Dengan kesabaran dan usaha Alif akhirnya dapat tawaran untuk jadi guru
privat dan menerima tawaran untuk menjadi sales kosmetik.
Alifpun mencoba mencari beasiswa dan sekarang Alif juga menjadi
penjual baju, usaha apapun akan dilakukan Alif untuk dapat uang. Denagn
kesibukannya itu Alif tidak memperdulikan kesehatannya. Alif sakit terserang
bakteri yang menyerang perut. Alif di rawat di rumah sakit.
Sudah beberapa hari Alif berbaring di tempat tidur dan tidak bisa apa-apa
karena masih lemas dan pusing. Tetapi Alif berusaha bangkit dari kelemahannya.
Dengan keadaan Alif yang masih lemas tak mungkin Alif bekerja jualan
baju. Alif langsung berfikir dia ingin menjadi penulis saja. Akhirnya dia datang ke
Bang Togar guru menulis Alif dulu.
Dari ketekatan dan kerja yang ulet akhirnya Alif berhasil menulis opini
dan siap untuk di kirim ke kantor percetakan. Beberapa minggu kemudian
akhirnya hasil opini Alif di cetak, tetapi honor yang didapat Alif kurang
memuaskan. Seberapa besar yang dia dapat Alif tetap bersyukur.
Alif selalu berusaha belajar menulis agar hasil tulisannya dapat dimuat di
pikiran Rkayat, Koran paling bergengsi di Jawa Barat. Dengan diterbitkannya hsil
menulis Alif, sekarang Alif mempunyai uang cukup untuk satu bulan ke depan.
Tiba-tiba terjadi pertegkaran antara Alif dan Randai, karena Alif
memimnjam computer Randai dan tiba-tiba komputernya eror. Randai merasa
kecewa, dan kemudian hubungan mereka menjadi renggang. Alif memutuskan
untuk pindah kos, Randai mengijinkan Alif untuk pindah kos.
Alif tetap menjadi seorang penulis, kini honor yang di dapat dari hasil
menulis cukup untuk hidup di perantauan. Alif pun sudah bisa mengirim uang
buat Amak di kampung. Kampus mengadakan stadytour ke Eropa, Alif tidak bisa
ikut karena keterbatasan biaya.
Alif mendengar berita kalau ada pendaftaran program pertukaran pemuda
ke luar negri, kabar itu Alif dengar dari cewek yang bernama Asti. Alif langsung
pergi ke kantor pendaftaran dan langsung mendaftarkan diri. Mungkin ini
kesempatan Alif untuk bisa pergi ke luar negri.
Berbagai tes telah dia lalui, di tempat yang sama Alif bertemu dengan
Raisa dan Randai. Mereka juga ikut daftar di program ini.
Alif lulus ujian, dia akan dikirim ke Kanada, tetapi masih ada satu tes lagi,
yaitu tes kesehatan. Alif takut kalau tes ini tidak lolos karena Alif pernah sakit
tifus. Tes kesehatan telah lolos, kini Alif di tetapkan bisa mengikuti program ini
ke Kanada. Dia akan pergi bersama teman-temannya dari berbagai provinsi. Alif
tambah senagn karena bisa bersama Raisa selama di Kanada.
Sampai di Kanada Alif bertemu denagn temannya dulu waktu di Pondok
Madani. Banyak kota yang dikunjungi Alif, sampai-sampai Rusdi teman Alif yang
berasal dari Kalimantan terpeleset ke jurang hinnga kakinya retak. Terpaksanya
hari itu juga belum bisa melanjutkan perjalanan di kota selanjutnya.
Di Kanada Alif berusaha belajar bahasa perancis. Sesampainya di Kota
tujuan mereka sudah di sambut dengan senang hati oleh pemuda dari Kanada.
Untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya. Dan selanjutnya membagi pasangan
pemuda Indonesia dengan Kanada. Alif berpasangan dengan Francois Pepin dari
Quebec yang akan tinggal bersama selama di kota ini.
Alif dan Frand ditugaskan jadi relawan di pati jumpo. Alif tidak
bermianat, tapi harus bagaimana lagi ini sudah menjadi keputusan. Akhirnya topo
mau bertukar posisi dengan Alif. Saat pembagian orang tua angkat, Ferdinand dan
Madeleine yang akan menjadi orang tua angkat alif dan Franc selama di sini.
Orang tua angkat mereka sangat baik.
Hari pertama Alif bekerja di Stasiun TV, belum ada kegiatan apapun,
masih perkenalan dengan keadaan di sekitarnya, dan dikenalkan dengan alat-alat
yang berhubungan televisi. Di hari berikutnya Alif dan Franc sudah mulai
beraktivitas. Alif berencana membuat berita tentang referendum. Tetapi belum
terwujud. Setiap seminggu sekali Alif berkumpul denagn teman-teman dari
Indonesia, mereka saling menceritakan pengalamannya masing-masing.
Alif gagal yang rencananya ingin mewawancarai Daniel Janvier, lalu dia
mempunyai ide lain. Alif dan franc akan mewawancarai orang indian tentang
berburu. Wawancaranya pun telah berjalan denagn baik, Alif tidak lupa berbagi
pengalaman menceritakan berburu ala orang Indonesia.
Setelah berhasil mewawancarai orang Indian, dan liputannya sudah di
tayangkan, banyak orang yang menyukai liputan yang di buat Alif dan Franc. Alif
pun berencana membuat liputan yang unik lainnya. Alif akan meliput teman-
teman Indonesia. Dari usaha Alif untuk selalu mengirim sutar ke Daniel Janvier
akhirnya surat Alif dibalas, dan Daniel Janvier bersedia untuk diwawancarai, Alif
langsung memepersiapkannya.
Musim dingin pun telah tiba, Alif, Franc dan kedua orang tua angkatnya
memanfaatkan berlibur dan berjalan-jalan. Mereka memancing, daging ikan saat
musim dingin lebih enak dari pada biasanya. Ikan itu langsung di masak sesampai
di rumah.
Di sela-sela kegiatan Alif dan teman-teman di Kanada mereka berencana
akan menyambut hari pahlawan dan akan memperkenalkan budaya Indonesia
kepada masyarakat Kanada. Mereka langsung memepersiakan apa yang akan di
perlihatkan saat menyambut hari pahlawan,
Acaranya pun berjalan dengan meriah, banyak tamu yang berdatangan.
Teman-teman memmentaskan adat-adat dari Indonesia, berupa tarian, makanan
khas Indonesia dan masih banyak lagi. Para tamu pun sangat senang sekali dengan
acara yang di buat mereka. Saat pertunjukan ini ada acara lain dari pembimbing
yaitu mengumumkan siapa yang pantas mendapatkan mendali mas. Alif dan Franc
memenangkan kegiatan yang dilakukan selama di Kanada ini, mereka mendapat
mendali emas. Alif sangat senang dan bangga, disisi lain Alif juga senang karena
semakin dekat dengan Raisa, wanita pujaannya.
Tidak terasa waktu di Kanada pun telah selesai, dua minggu lagi Alif dan
teman-teman akan pulang ke Indonesia. Mereka belum siap untuk berpisah
dengan teman-teman dari Kanada terutama orang tua angkat mereka. Orang tua
angkat Alif merasa keberatan kalau secepat ini Alif akan pulang. Wali Kota
mengadakan malam perpisahan mereka, acaranya pun berjalan dengan meriah.
Yang rencananya saat di Kanada Alif akan mengungkapkan perasaannya kepada
Raisa akhirnya di batalkan, karena Alif belum siap untuk mengungkapkannya.
Akan Alif ungkapkan kalau Alif sudah menjadi sarjana.
Pulang ke tanah air pun telah tiba, Alif sangat sedih karena belum siap
untuk berpisah dengan orang tua angkatnya dan Franc, tapintakdir berkata lain,
waktu pun telah habis dan mereka harus kembali. Madeleine memberikan sebuah
baju hangat untuk Alif yang dibuatnya sendiri. Orang tua angkat Alif berpesan
agar tidak lupa dengan mereka, karena Alif sudah di anggap sebagai anak
kandung mereka sendiri. Alif pun berjanji suatu saat nanti entah kapan pasti akan
datang lagi untuk menjenguk mereka. Alifpun merelakan berpisah dengan mereka
untuk kembali ke Indonesia.
Dua tahun kemudian, Alif telah menyelesaikan kuliahnya dan Alif lulus,
minggu depan Alif akan di wisuda. Alif sangat senang sekali dan begitu juga
dengan Amak. Amak akan datang ke Bandung dengan ke dua adiknya. Wisuda
pun telah tiba, di hari yang special ini Alif akan berencana mengungkapkan
perasaannya kepada Raisa yang dulu sempat tertunda. Begitu alif mau
mengungkapkan, Raisa terlebih dahulu cerita kalau Raisa dan Randai berencana
akan tunangan. Alif hancur dan sedih, alif berusaha menutupi kesedihannya
dihadapan Raisa dan Randai. Yang hanya dia lakukan hanyalah sabar dan iklas.
Sebelas tahun kemudian, Alif sudah terbang lagi ke Kanada, sekarang Alif
ke Kanada tidak bersama teman, tapi bersama istrinya. Alif dan istrinya pergi ke
Kanada untuk menjenguk orang tua angkatnya dulu. Sesampainya di ruamah
orang tua angkatnya, mereka di sambut dengan baik, orang tua angkat Alif sangat
senang sekali karena masih bisa bertemu dengan Alif. Tak ketinggalan di Kanada
Alif mengajak keliling istrinya untuk melihat pemandangan di Kota Quebec ini.
Alif mengingat masa-masa dulu waktu ikut program pertukaran ke luar negri. Alif
merenung sejenak, semua ini hanya butuh kesabaran, usaha, dan berdoa. Tanpa itu
entah bagaimana dia bisa mengarungi hidup.
BIOGRAFI PENGARANG
Ahmad Fuadi lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau
tahun 1972, tidak jauh dari Buya Hamka. Fuadi merantau ke Jawa, mematuhi
permintaan ibunya untuk masuk sekolah agama. Di Pondok Modern Gontor dia
bertemu dengan kiai dan ustad yang diberkahi keikhlasan mengajarkan ilmu hidup
dan ilmua akhirat. Gontor pula yang mengajarkan kepadanya”mantra” sederhana
yang sang kuat, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan sukses.
Lulus kuliah Hubungan Internasional, UNPAD, dia menjadi wartawan majalah
Tempo. Kelas jurnalistik pertamanya dijalani dalam tugas-tugas reportase di
bawah bimbingan para wartawan senior Tempo. Tahun 1999, dia mendapat
beasiswa Fulbright untuk kuliah S-2 di Scool of Media and Public Affairs, George
Washington University, USA. Merantau ke Washington DC bersama Yayi,
istrinya yang juga wartawan Tempo adalah mimpi masa kecilnya yang menjadi
kenyataan. Sambil kuliah, mereka menjadi koresponden Tempo dan wartawan
Voice of America (VOA). Berita bersejarah seperti tragedi 11 September
dilaporkan mereka berdua langsung dari Pentagon, White House dan Capitol Hill.
Tahun 2004 jendela dunia lain terbuka lagi ketika dia mendapatkan
beasiswa Chevening Award untuk belajar di Royal Holloway, Uneversity of
London untuk bidang film dokumenter. Seorang scholarship hunter, Fuadi selalu
bersemangat melanjutkan sekolah dengan mencari beasiswa. Sampai sekarang,
Fuadi telah mendapatkan 8 beasiswa untuk belajar di luar negeri. Dia telah
mendapat kesempatan tinggal dan belajar di Kanada, Singapura, Amerika Serikat
LAMPIRAN 3
dan Inggris. Penyuka fotografi ini pernah menjadi Direktur Komunikasi The
Nature Conservancy, sebuah NGO konservasi internasional. Kini, Fuadi sibuk
menulis, jadi pembicara dan motivator, mulai manggarap film layar lebar Negeri 5
Menara, serta membangun yayasan sosial untuk membantu pendidikan orang
yang tidak mampu.
SILABUS
Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : XI
Semester : I
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/ novel terjemahan
Standar Kompetensi Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi Waktu
Sumber/ Bahan/Alat
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan
• Menemukan unsur intrinsik (tokoh dan penokohan)
• Menemukan unsur ektrinsik (nilai-nilai pendidikan).
• Membaca dan menikmati novel
• Siswa berdiskusi untuk menganalisis unsur intrinsik (tokoh dan penokohan) dan unsur ektrinsik (nilai religius /agama, nilai moral)
• Membandingkan unsur intrinsik dan ektrinsik
• Menganalisis unsur intrinsik (tokoh dan penokohan) dan unsur ektrinsik (nilai religius/agama, nilai moral)
• Membandingkan unsur intrinsik dan ektrinsik.
Jenis Tagihan: • Tugas
individu • Tugas
kelompok • Ulangan
Bentuk instrument • Uraian
bebas • Pilihan
ganda • Jawaban
singkat
4X45 menit
• Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi
• Buku teks Bahasa Indonesia
• Buku pelengkap
LAMPIRAN 4
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah : SMA Negeri 1 Wonosobo
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XI/1
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran
Tahun Pelajaran : 2014/2015
A. Standar Kompetensi
7. Memahami berbagai hikayat, novel Indonesia / novel terjemahan
B. Kompetensi Dasar
7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel
Indonesia/terjemahan
C. Indikator
1. Menganalisis unsur-unsur intrinsik (perwatakan) novel Ranah Tiga Warna
karya Ahmad Fuadi dengan kritis dan logis.
2. Menganalisis unsur-unsur ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan) novel Ranah
Tiga Warna karya Ahmad Fuadi dengan logis dan objektif.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu menganalisis unsur intrinsik yaitu tokoh dan penokohan dalam
novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
LAMPIRAN 5
2. Siswa mampu menganalisis unsur ekstrinsik (nilai-nilai pendidikan) dalam
novel Ranah Tiga warna karya Ahmad Fuadi.
E. Materi Pembelajaran
1. Novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
2. Unsur intrinsik (perwatakan) dan ektrinsik (nilai-nilai pendidikan) dalam
novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
F. Metode
Metode Cooperative Learning (Pembelajaran kooperatif)
G. Langkah –langkah Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
a. Kegiatan awal
a) Guru menyampaikan salam dan mengecek kehadiran siswa.
b) Guru memotivasi tentang pentingnya materi yang akan dibahas.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan siswa memperhatikan.
d) Guru bertanya kepada siswa mengenai pengertian novel.
b. Kegiatan inti
Eksplorasi
1) Guru menunjuk beberapa siswa untuk menceritakan kembali novel Ranah
Tiga Warna yang telah dibaca di rumah.
2) Guru memberikan penjelasan materi unsur intrinsik (perwatakan) dan nilai-
nilai pendidikan dalam novel.
Elaborasi
a) Siswa berdiskusi secara kelompok untuk menganalisis perwatakan dan nilai-
nilai pendidikan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
b) Guru secara aktif memantau jalannya diskusi dan memberikan bantuan
kepada siswa apabila mereka mengalami kesulitan dalam menganalisis.
c) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
d) Siswa lain menanggapi presentasi hasil diskusi.
Konfirmasi
1) Siswa menyimpulkan dan menjelaskan tentang hal-hal yang belum
diketahui.
c. Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan kesimpulan tentang perwatakan tokoh utama dan nilai-
nilai pendidikan novel Ranah Tiga Warna karya Ahmad Fuadi.
2) Guru memberikan tugas rumah untuk menuliskan hasil diskusi dan
dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
3) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan doa.
Pertemuan kedua
a. Kegiatan awal
a) Guru menyampaikan salam dan mengecek kehadiran siswa.
b) Guru memotivasi tentang pentingnya materi yang akan dibahas.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan siswa memperhatikan.
d) Guru bertanya kepada siswa mengenai materi pertemuan sebelumnya.
b. Kegiatan inti
Eksplorasi
a) Guru menunjuk beberapa siswa untuk menceritakan kembali tugas pertemuan
sebelumnya.
b) Guru memberikan penjelasan ulang tentang materi pertemuan sebelumnya.
Elaborasi
a) Siswa melanjutkan mempresentasikan hasil diskusi kelompok pada
pertemuan sebelumnya.
b) Siswa lain menanggapi presentasi hasil diskusi.
Konfirmasi
a) siswa menyimpulkan dan menjelaskan tentang hal-hal yang belum diketahui.
c. Kegiatan Akhir
a) Guru memberikan kesimpulan dan memberi tahu materi untuk pertemuan
berikutnya.
b) Guru mengakhiri pembelajaran dengan salam dan doa.
H. Media/Sumber Pembelajaran
a. Novel Ranah Tiga warna karya Ahmad Fuadi.
b. Buku pelajaran bahasa Indonesia yang diwajibkan.
I. Penilaian
Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran novel Ranah Tiga Warna
yaitu secara tertulis dengan menggunakan tes esai.
Contoh instrumen:
1) Jelaskan bagaimana perwatakan tokoh Alif dalam novel Ranah Tiga Warna
karya Ahmad Fuadi?
2) Jelaskan nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Ranah Tiga
Warna karya Ahmad Fuadi?