ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENGERASAN JALAN...
Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENGERASAN JALAN...
40
PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan tanaman
tahunan yang memiliki umur sekitar 25 tahun,
dan merupakan investasi jangka panjang karena
tanaman ini mulai menghasilkan pada umur 2-3
tahun. Untuk memperoleh produksi yang
maksimal perlu kegiatan pemeliharaan terhadap
tanaman, antara lain pemupukan, pengendalian
hama dan penyakit, serta infrastruktur jalan yang
merupakan faktor penting dalam kelancaran
distribusi produksi tersebut.
Jalan di perkebunan kelapa sawit terbagi
menjadi beberapa bagian seperti jalan utama,
jalan produksi, jalan koleksi, dan jalan pringgan.
Bahan utama dari jalan di kebun adalah laterit.
Tanah laterit merupakan tanah tidak subur yang
tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun
unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa
oleh air hujan yang tinggi.
Jalan menjadi sarana penting di
perkebunan yang harus dipersiapkan sejak awal
pembangunan kebun. Dengan adanya jalan, pada
saat memulai pembukaan lahan, akan
meningkatkan kualitas pekerjaan pembukaan
lahan itu sendiri. Perkebunan kelapa sawit
menghasilkan produk dalam bentuk Tandan Buah
Segar. Untuk mengeluarkan Tandan Buah Segar
dari dalam blok ke Tempat Pengumpulan Hasil
dan mengangkutnya ke pabrik pengolahan,
mutlak diperlukan jaringan jalan yang dapat
memenuhi beberapa persyaratan dan manfaat.
Untuk menambah masa pakai jalan diperlukan
pengerasan, salah satunya pengerasan jalan
laterit.
Pengerasan jalan laterit dilakukan dengan
cara memadatkan badan jalan menggunakan
compactor yang telah dibentuk cembung.
Namun, pengerasan jalan laterit ini masih
memiliki kekurangan seperti jika cuaca panas
ANALISIS PERBANDINGAN TEKNIK PENGERASAN JALAN
MENGGUNAKAN LATERIT DAN LATERIT DITAMBAH PROBASE
DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
Aang Kuvaini
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 23 Pebruari sampai 8 Juni 2011 di perkebunan
kelapa sawit PT Gawi Bahandep Sawit Mekar yang berlokasi di Desa Baung, Kecamatan Seruyan Hilir,
Kabupaten Seruyan, Propinsi Kalimantan Tengah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membandingkan teknis dan mutu pengerasan jalan kebun menggunakan laterit dengan laterit ditambah
probase.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode observasi secara langsung di
lapangan, dengan cara mengamati proses pembuatan jalan menggunakan Laterit dan pembuatan jalan
menggunakan Laterit ditambah Probase. Hasil pengamatan kemudian diolah secara deskriptif terkait
dengan perbandingan proses pembuatan dan mutu/kualitas jalan. Hasil pengamatan ini kemudian
diperkuat dengan metode wawancara dengan pihak perkebunan dan metode studi pustaka.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa antara pengerasan jalan kebun
menggunakan laterit dengan pengerasan jalan laterit ditambah probase dari teknis pembuatan lebih mudah
pengerasan jalan laterit, bahan baku lebih berkualitas probase, tingkat ketahanan lebih bagus jalan probase
dan untuk biaya lebih mahal pengerasan jalan laterit ditambah probase, tetapi sesuai dengan keuntungan-
keuntungan yang didapat
Kata kunci : Perkebunan Kelapa Sawit, Pemeliharaan Jalan, Laterit, Probase
41
akan berdebu, sedangkan pada saat hujan jalan
menjadi berlumpur dan sangat mengganggu
kelancaran pengiriman Tandan Buah Segar.
Untuk itu perlu cara untuk pengerasan jalan agar
tidak berdebu dan berlumpur dan dapat
digunakan dalam segala musim.
Pengerasan jalan secara kimiawi dapat
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
pengerasan jalan probase. Banyak para planters
yang belum mengetahui pengerasan jalan probase
ini, untuk itu perlu informasi yang mendalam
mengenai bahan baku, proses pengerasan dan
tingkat ketahanan dari pengerasan jalan probase
sehingga dapat dijadikan salah satu referensi
dalam pengerasan jalan perkebunan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
membandingkan teknis dan mutu pengerasan
jalan kebun menggunakan laterit dengan laterit
ditambah probase.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan mulai pada
tanggal 23 Pebruari sampai 8 Juni 2011 di
perkebunan kelapa sawit PT Gawi Bahandep
Sawit Mekar yang berlokasi di Desa Baung,
Kecamatan Seruyan Hilir, Kabupaten Seruyan,
Propinsi Kalimantan Tengah.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi : Alat Berat, cangkul, meteran dan
patok. Sedangkan bahan yang digunakan terdiri
dari : Probase TX-85 dan T3-55, dan Tanah
Laterit.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu metode observasi secara
langsung di lapangan, dengan cara mengamati
proses pembuatan jalan menggunakan Laterit dan
pembuatan jalan menggunakan Laterit ditambah
Probase. Hasil pengamatan kemudian diolah
secara deskriptif terkait dengan perbandingan
proses pembuatan dan mutu/kualitas jalan. Hasil
pengamatan ini kemudian diperkuat dengan
metode wawancara dengan pihak perkebunan dan
metode studi pustaka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik Pengerasan Jalan dengan Laterit
Pengerasan jalan menggunakan laterit
merupakan pengerasan yang umum digunakan di
perkebunan termasuk di PT Gawi Bahandep
Sawit Mekar. Tanah laterit diambil dari tempat
pengambilan laterit yang disebut quari dan
diangkut menggunakan truk. Satu truk dapat
mengangkut sekitar 5 m3 dan pembayarannya
disesuaikan dengan jarak tempuh. Pengerasan
jalan dengan laterit didasarkan karena bahannya
mudah didapatkan, tidak mengeluarkan biaya
untuk pembelian bahan dan tekstur tanahnya
yang mudah padat.
Menurut Wijaya (2008) laterit adalah
suatu lempung besi padat yang terbentuk di
daerah tropis. Dalam klasifikasi tanah laterit
masuk kedalam tanah butir kasar, kerikil,
campuran antara kerikil (gravel) dan lempung
(clay), mempunyai lambang GC (Erizal, 2011).
Berikut adalah proses pengerasan jalan dengan
laterit:
1. Angkut laterit dengan truk dan jatuhkan di
badan jalan (lihat Gambar 1)
2. Ratakan dengan grader dan langsung bentuk
jalan menjadi cembung (lihat Gambar 2)
3. Setelah tanah laterit rata, padatkan dengan
menggunakan compactor (lihat Gambar 3)
42
4. Untuk mendapatkan bentuk jalan yang bagus,
padatkan badan jalan mulai dari pinggir-
pinggirnya.
5. Apabila ada kotoran seperti kayu ataupun
akar-akar segera singkirkan agar
pemadatannya sempurna.
Gambar 1. Laterit dijatuhkan di badan jalan
Gambar 2. Membentuk badan jalan
Gambar 3. Pemadatan badan jalan menggunakan
compactor
6. Perlu diperhatikan drainase di samping badan
jalan agar saat hujan air dapat mengalir.
7. Pengerasan jalan menggunakan laterit telah
selesai dan siap digunakan dan untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hasil akhir pengerasan jalan
menggunakan laterit
Teknik Pengerasan Jalan dengan laterit
ditambah Probase
Sebenarnya tahapan pengerasan jalan
probase sama dengan pengerasan jalan laterit,
hanya saja ada item kerja tambahan seperti
penambahan bahan perekat tanah dan
penambahan aspal cair. Sistem jalan probase
adalah teknologi yang diadopsi untuk memelihara
jalan tanah sehingga lebih efektif dan ekonomis.
Jalan tanah dipertahankan melalui sistem probase
jadi jalan tidak hanya terbebas dari debu dan
lumpur tetapi juga lebih aman, halus, kuat dan
yang terpenting lebih tahan lama. Jalan probase
bukan jalan aspal konvensional, ini adalah jalan
dengan perawatan yang mudah dan dengan biaya
hemat untuk jalan tanah/kerikil.
Ada dua produk yang digunakan dalam
jalan Probase yaitu TX-85 Soil Stabilizer &
Strengthener dan T3-55 Sealant & Dust Control.
Teknologi probase adalah kombinasi dari negara
Amerika untuk TX-85 Soil Stabilizer &
43
Strengthener, Italia dan Swedia untuk T3-55
Sealant & Dust Control dan dipatenkan di
Malaysia. Produk ini diproduksi oleh Probase
Manufacturing Sdn. Bhd. yang beroperasi sejak
1998 dan mendapatkan ISO sejak Desember
2004. Berikut ini adalah petunjuk untuk
mengaplikasikan TX-85 Soil Stabilizer &
Strengthener dan T3-55 Sealant & Dust Control.
a. Persiapan
Daerah yang akan diaplikasikan harus
dihaluskan dan dipadatkan ringan. Jika ada
tempat-tempat rendah, lubang atau gundukan,
ratakan dan perbaiki sebelum pekerjaan dimulai.
b. Mengisi Tangki Air
Pastikan tangki setidaknya terisi air
sebelum menambahkan Probase TX-85 dari
drum. Jika menempatkan Probase langsung ke
tangki kosong, dapat memyebabkan katup spray
bar tersumbat. (Harus berhati-hati saat
mengambil Probase TX-85 dari drum, tidak
disarankan menggunakan pompa tangan). Proses
pengisian TX-85 ke dalam tangki dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Pengisian TX-85 kedalam tangki
c. Menentukan Jumlah Produk yang
Diperlukan
Kalikan daerah (lebar x panjang) dengan
kedalaman daerah yang akan dirawat.
(p)____meter x (l)____meter x (t) ___ meter
= ___ meter kubik.
Kalikan jumlah meter kubik dengan 2,1 untuk
mendapatkan jumlah liter produk yang
dibutuhkan. ____ meter kubik x 2,1 =
____liter TX-85 yang diperlukan.
Contoh :
Panjang 288 meter, lebar 5 meter dan dalam
0,15 meter (15 cm).
(p) 288 meter x (l) 5 meter x (t) 0,15 meter =
216 meter kubik.
216 meter kubik x 2,1 = 453,6 liter TX-85
yang diperlukan.
d. Pengenceran Lebih Lanjut
Ada beberapa cara yang
direkomendasikan untuk menentukan tingkat
pengenceran.
1. Jika jumlah air yang tepat dibutuhkan untuk
mendapatkan kadar air optimum diketahui,
tambahkan TX-85 yang diperlukan ke air.
2. Dalam situasi normal dianggap sesuai jika:
Kondisi tanah kering : 10-13/1 (10-13 liter
air untuk 1 liter Probase TX-85);
Kondisi tanah normal : 6-8/1 (6-8 liter air
untuk 1 liter Probase TX-85);
Kondisi tanah basah : 4-6/1 (4-6 liter air
untuk 1 liter Probase TX-85).
Catatan: Bila mengambil Probase TX-85 dari
drum dan menuangkan ke tangki, harus dihindari
agar konsentrat tidak terkena mata. Konsentrat
tidak berbahaya. Tidak asam dan beracun, tetapi
lengket jika masuk ke mata, disarankan untuk
memakai kacamata.
e. Teknik Aplikasi Probase
1. Bentuk badan jalan dengan menggunakan
grader, setelah badan jalan terbentuk, garuk
jalan dengan grader (lihat Gambar 6)
44
2. Setelah jalan digaruk dengan grader, gunakan
rotopator untuk menggemburkan tanah
(kedalaman penggemburan 15 cm, lihat
Gambar 7)
3. Sesudah tanah gembur, siram tanah tersebut
dengan Probase TX-85 yang telah dicampur
dengan air di tangki (lihat Gambar 8)
Gambar 6. Pembentukan jalan dengan
menggunakan grader
4. Setelah Probase TX-85 diaplikasikan,
gemburkan tanah kembali dengan
menggunakan rotopator.
5. Sesudah tanah dan Probase TX-85 tercampur,
padatkan tanah dengan menggunakan
compactor.
Gambar 7. Jalan digaruk dengan menggunakan
rotopator
Gambar 8. Penyiraman jalan dengan
menggunakan Probase TX-85
6. Minimal 7 jam, jalan sudah bisa diaspal atau
lihat kondisi jalan. Apabila ada jalan yang
belum padat secara sempurna sebaiknya
jangan diaspal terlebih dahulu, lakukan
perbaikan untuk mendapatkan hasil yang baik.
7. Setelah jalan padat secara sempurna, lakukan
proses pengaspalan dengan menggunakan T3-
55. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Proses pengaspalan
8. Saat aspal cair (T3-55) sedang diaplikasikan,
taburi segera dengan menggunakan batu
chipping/batu koral (lihat Gambar 10)
45
Gambar 10. Penaburan jalan dengan batu
chipping/batu koral
9. Agar batu chipping dapat masuk kedalam
aspal, padatkan kembali jalan dengan
menggunakan compactor (lihat Gambar 11)
Gambar 11. Pemadatan kembali dengan
menggunakan compactor 10. Jalan telah selesai diaplikasikan Probase
TX-85 dan T3-55 dan siap untuk digunakan
(lihat Gambar 12)
Gambar 12. Jalan yang telah selesai diaplikasikan
Probase TX-85 dan T3-55
Analisis Perbandingan Pengerasan Jalan
dengan Laterit dan Laterit ditambah Probase
a. Bahan baku
Untuk pengerasan jalan dengan laterit
menggunakan bahan baku berupa tanah laterit.
Laterit adalah adalah tanah tidak subur yang
tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun
unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa
oleh air hujan yang tinggi seperti tanah di
Kalimantan Barat dan Lampung (Khairil, 2010).
Sedangkan menurut Wijaya (2008)
Tanah laterit adalah jenis tanah berkembang
lanjut, dengan ciri-ciri berwarna kuning
kecoklatan, horisonisasi telah lanjut, reaksi tanah
masam, kadar lempung meningkat, kejenuhan
basa dan Kapasitas Tukar Kation rendah serta
bahan organik tanah sangat rendah. Dalam
pengerasan jalan laterit tidak ada perlakukan
lanjutan seperti penambahan bahan kimia ke
dalam tanah sehingga tanah laterit relatif lebih
mudah tererosi.
Pengerasan jalan dengan probase
menggunakan dua produk yaitu TX-85 Soil
Stabilizer & Strengthener dan T3-55 Sealant &
Dust Control dengan tambahan batu chipping dan
laterit. TX-85 mempunyai komposisi 100 %
bahan organik, gabungan sulphur organik dan
asam buffer yang digabungkan sebagai bi-sulfat.
Tidak beracun dan tidak menimbulkan ancaman
bagi flora dan fauna, menaikkan nilai California
Bearing Ratio (CBR), menurunkan nilai
Plastisity Index (PI). TX-85 berfungsi sebagai
pengikat butiran-butiran tanah dan kerikil pada
jalan. Sedangkan untuk T3-55 terdiri dari aspal
cair dan berfungsi sebagai pengikat batu chiping
dan pelapis tanah yang telah diaplikasikan TX-
85. Batu chiping/batu kali berfungsi memberikan
permukaan yang agak kasar agar mudah
46
digunakan. Kemasan dalam drum dari TX-85 dan
T3-55 dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Bahan baku TX-85 dan T3-55
Pengerasan dengan tanah laterit
mempunyai beberapa kelemahan seperti tanah
tidak mendapat perlakuan lanjutan menyebabkan
partikel-partikel tanah mudah terlepas yang pada
akhirnya akan mempercepat kerusakan jalan,
berdebu saat panas serta licin dan berlumpur saat
hujan. Sedangkan pengerasan jalan menggunakan
probase juga tidak luput dari kelemahan seperti
pengadaan bahan yang relatif sulit dan mahal.
Tetapi pengerasan jalan probase memiliki lebih
banyak kelebihan yang tidak dimiliki pengerasan
jalan laterit seperti tingkat kerusakan lebih kecil
dibanding laterit, memperkecil masuknya air ke
pori-pori tanah dan pemeliharaannya yang mudah
karena tidak memerlukan alat berat.
b. Proses Pengerasan
Pengerasan jalan dengan laterit memiliki
tahapan yang singkat, karena bahannya hanya
tanah laterit. Penggunaan alat berat juga lebih
sedikit dibanding pengerasan jalan dengan
probase, dari tenaga kerja juga lebih sedikit,
hanya membutuhkan 3 orang yang terdiri dari
operator grader, helper, dan operator compactor.
Proses pengerasannya dilakukan pada saat cerah
disebabkan pada saat hujan tanah akan basah,
menggumpal dan otomatis akan lebih sulit di
bentuk.
Tingkat kesulitan dalam proses
pengerasan dengan laterit tergolong rendah,
selain dikarenakan bahannya yang sudah umum
digunakan juga tidak perlu keahlian khusus,
semua orang dapat melakukannya asalkan sudah
mengetahui syarat-syarat bentuk jalan yang baik.
Faktor yang sering menghambat dalam proses
pengerasan jalan selain cuaca adalah ketersediaan
alat berat, diusahakan agar kondisi alat berat
selalu dalam kondisi baik, apabila rusak segera
perbaiki karena hal semacam ini yang sering
menghambat pekerjaan perkerasan jalan di
lapangan.
Gambar 14. Struktur tanah laterit
Dari gambar 14, dapat dilihat bahwa
dalam struktur tanah laterit masih terdapat ruang-
ruang udara diantara butiran-butiran tanah,
47
walaupun sudah dilakukan pemadatan
menggunakan compactor tidak menutup
kemungkinan masih ada ruang-ruang udara
tersebut. Ruang-ruang udara tersebut
menyebabkan antara butiran-butiran tanah tidak
dapat menyatu dengan sempurna sehingga mudah
terlepas terutama saat dilalui oleh kendaraan.
Pengerasan jalan dengan laterit ditambah probase
memiliki tahapan yang lebih panjang dibanding
laterit.
Pengerasan jalan dengan probase dapat
dikatakan proses perlakuan lanjutan dari
pengerasan jalan laterit. Proses pengerasan ini
tergolong pengerasan jalan secara kimiawi karena
menggunakan bahan kimia seperti TX-85.
Pengerasan membutuhkan tenaga kerja lebih
banyak dari pengerasan jalan laterit yaitu 14
orang terdiri dari operator grader, helper
,operator compactor ,operator tractor, penyerak
batu chipping, perata batu chipping, dan
penyemprot aspal cair. Proses pengerasan
dilakukan saat cuaca cerah, karena memang
pekerjaan jalan sangat tergantung kepada cuaca.
Apabila pada saat proses penyiraman TX-85 dan
tiba-tiba hujan maka badan jalan tersebut segera
tutup dengan menggunakan terpal agar obat yang
telah diaplikasikan tidak terbawa air.
Gambar 15. Tanah yang diberi perlakuan TX-85
Tingkat kesulitan dalam pengerasan jalan
probase termasuk cukup sulit karena probase
merupakan salah satu inovasi dalam pengerasan
jalan sehingga banyak orang belum mengenal.
Jika menggunakan pengerasan jalan probase
maka dalam proses aplikasinya akan dibimbing
oleh konsultan probase yang bertugas
membimbing dan mengarahkan terutama kepada
asisten infrastruktur, setelah asisten tersebut
paham barulah untuk selanjutnya proses
pengerasan dapat dipimpin oleh asisten tersebut.
Dari gambar 15 dapat dilihat proses
kerja TX-85, bahan TX-85 yang telah dicampur
dengan air akan mengisi ruang-ruang udara di
dalam tanah setelah proses pemadatan.
Selanjutnya TX-85 berfungsi sebagai lem tanah
yang menyatukan antara partikel tanah sehingga
partikel-partikel tersebut tidak mudah terlepas.
Untuk lebih menyempurnakan lagi digunakanlah
T3-55 Sealant & Dust Control dan batu chipping.
c. Tingkat Ketahanan
Rotasi dalam perawatan jalan adalah satu
kali setahun (Purba, 2010). Dari peryataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
pengerasan jalan biasa atau laterit dapat bertahan
antara 6-12 bulan, tergantung perawatannya.
Perawatan pada pengerasan jalan laterit
menggunakan alat berat seperti grader dan
compactor yang tidak jauh berbeda dengan saat
pembuatan. Salah satu faktor yang juga perlu
diperhatikan agar umur pakai jalan semakin lama
adalah adanya drainase di bahu jalan, walaupun
hal ini sering disepelekan padahal keberadaannya
sangat dirasakan terutama pada saat musim
penghujan.
48
Gambar 16. Hubungan antara nilai CBR dengan
TX-85
Sedangkan untuk pengerasan jalan
probase mempunyai umur pakai lebih lama yaitu
3-5 tahun (Anonim, 2011). Hal ini juga
ditentukan perawatan jalan tersebut, untuk rotasi
perawatan yaitu 1 x 2 bulan. Dari Gambar 16
dapat dilihat pengaruh TX-85 terhadap nilai
California Bearing Ratio (CBR). Dengan
penambahan TX-85, maka akan menaikkan nilai
CBR-nya yang otomatis akan menambah umur
pakai jalan.
d. Analisis Biaya
Asumsi biaya pengerasan jalan laterit
dengan laterit ditambah probase panjang 30 m,
lebar 7 m, dan dapat diselesaikan dalam satu hari,
alat berat milik perusahaan serta tenaga kerja
semuanya adalah harian dirincikan sebagai
berikut serta hasil analisis perbandingan biayanya
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Biaya Pengerasan
Jalan Laterit dengan Laterit
ditambah Probase
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan
diatas, dapat disimpulkan beberapa hal :
a) Pemeliharaan jalan di PT Gawi Bahandep
Sawit Mekar perlu perhatian khusus karena
hal ini penyebab utama buah tinggal.
b) Antara pengerasan jalan kebun menggunakan
laterit dengan pengerasan jalan laterit
ditambah probase dari teknis pembuatan lebih
mudah pengerasan jalan laterit, bahan baku
lebih berkualitas probase, tingkat ketahanan
lebih bagus jalan probase dan untuk biaya
lebih mahal pengerasan jalan laterit ditambah
probase, tetapi sesuai dengan keuntungan-
keuntungan yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahadianti, H., D. Olovan., S. Uyun., F. Azizi.,
dan G. Yunitasari. 2011. Penentuan
Konsistensi dan Index Plastisitas Tanah.
Universitas Padjadjaran. Bandung
Anonim. 2011. Instalasi Probase
(http://www.probase.com.my/products.ht
m diakses 17 Juni 2011)
Ariandi, R. 2010. Pelaksanaan Pembebasan
Lahan untuk Proyek Pembangunan
Perkebunan Kelapa Sawit. Politeknik
Citra Widya Edukasi. Bekasi
Buana, L.,D. Siahaan dan S. Adiputra. 2003.
Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian
Kelapa Sawit. Medan
Darmosaskoro, W., M.L.Fadli dan P.Purba. 2006.
Kamus Istilah Kelapa Sawit. Pusat
penelitian kelapa sawit. Medan
Erizal. 2011. Rekayasa Perkerasan Jalan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Akademika
Pressindo. Jakarta
49
Khairil. 2010. Struktur Tanah
(http://taeki29.blogspot.com/2010/03/stru
kturtanah. html diakses tanggal 17 Juli
2011)
Nugroho, S. A., M. Yusa dan S.R. Ningsih. 2010.
Studi Laboratorium CBR Non Rendaman
(Unsoaked CBR) dan CBR Rendaman
(Soaked CBR). Universitas Riau.Riau
Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit.
Penebar Swadaya. Jakarta
Purba, P., W. Darmosarkoro., M. L. Fadli., E. S.
Sutarta., Sugiyono., dan D.Wiratmoko.
2006. Pembukaan Lahan dan Penanaman
Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa
Sawit. Medan
Purba, S. 2010. Pekerjaan di Tanaman Belum
Menghasilkan. Diktat kuliah Politeknik
Citra Widya Edukasi. Bekasi
Renteng, S. 2009. Pembangunan Perkebunan dan
Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. Cipta
Nusantara Indah Konsultan.
Palangkaraya
Wijaya, H. 2008. Penggunaan Tanah Laterit
Sebagai Media Adsorpsi untuk
Menurunkan Kadar Chemical Oxygen
Demand (COD) pada Pengolahan
Limbah Cair di Rumah Sakit
Baktiningsih Klepu, Yogyakarta.
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta