ANALISIS PERBANDINGAN MODEL AKUNTABILITAS DALAM …repository.akuntansiukipaulus.com/55/1/SKRIPSI...
Transcript of ANALISIS PERBANDINGAN MODEL AKUNTABILITAS DALAM …repository.akuntansiukipaulus.com/55/1/SKRIPSI...
-
1
ANALISIS PERBANDINGAN MODEL AKUNTABILITAS DALAM
ORGANISASI GEREJA KATOLIK DAN GEREJA TORAJA
(Studi Kasus Pada Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja Katolik
Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas
Kristen Indonesia Paulus Makassar
OLEH :
PRICILIA LITANI PIRRI
6160301160083
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA PAULUS
MAKASSAR
2020
-
v
-
vi
-
vii
-
v
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
(SKRIPSI) UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertandatangan di bawah ini, saya:
Nama : Pricilia Litani Pirri
Stambuk : 6160301160083
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar han bebas Royalty Non-
Eksklusif (non-exclusive royalty-free right) atas karya ilmiah saya yang berjudul
“ANALISIS PERBANDINGAN MODEL AKUNTABILITAS DALAM
ORGANISASI GEREJA KATOLIK DAN ORGANISASI GEREJA
TORAJA (Studi Kasus Pada Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja
Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang)” beserta perangkat yang diperlukan (bila
ada) untuk disimpan, dipublikasikan, dan atau diperbanyak dalam bentuk apapun
oleh UKI-Paulus Makassar bagi keperluan akademis
Demikian surat pernyataan ini saya buat sebenarnya,
Makassar, 10 Maret 2020
Pricilia Litani Pirri
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih
karunia yang tak terhingga banyaknya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan
merampungkan skripsi ini dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN
MODEL AKUNTABILITAS DALAM ORGANISASI GEREJA KATOLIK
DAN GEREJA TORAJA (Studi Kasus Pada Gereja Toraja Jemaat
Tamalanrea dan Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang)”.
Dengan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu
persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan pada Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi untuk memperoleh gelar sarjana di Universitas Kristen
Indonesia Paulus (UKIP) Makassar.
Selama peneilitian dan penyusunan laporan dalam skripsi ini, merupakan
kebanggaan tersendiri bagi penulis, dan tidak lupu dari kendala yang dapat
dilewati oleh penulis berkat bimbingan dan bantuan serta dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak DR. AgusSalim, SH, MH selaku Rektor Universitas Kristen
Indonesia Paulus, beserta pembantu rektor yang telah memberikan fasilitas
yang menunjang kegiatan belajar mengajar di kampus.
2. Bapak Drs. Luther Palembangan Tangdialla, M.M sebagai Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan
pikirannya dalam usaha menyempurnakan isi skripsi ini.
3. Ibu Erna Pasanda, SE, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas
Kristen Indonesia Paulus Makassar.
-
vii
4. Ibu Maria Yesicca Halik, SE,M.Acc selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar.
5. Bapak DR. Fransiskus Randa, SE,M.Si,Ak,AC danIbu Maria Yesicca Halik,
SE,M.Acc selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu
pikiran, kesabaran, dan tenaga dalam memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam penulisan skripsi ini.
6. Ibu Pdt. Ida Theresia Toban,S.Th,MM selaku Ketua Majelis Gereja Toraja
Jemaat Tamalanrea dan Pdt. Jemaat Gereja Toraja Tamalanrea dan Pr. Eltus
selaku Pastor Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang dan Bapak Paulus
Tangke selaku bendahara Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang serta
narasumber lainnya yang telah membantu dalam proses pengambilan data,
beserta seluruh pihak Gereja yang telah memberikan izin kepada penulis
dalam melakukan penelitian.
7. Bapak dan Ibu dosen dan seluruh staff pengajar pada Universitas Kristen
Indonesia Paulus yang memberikan bimbingan selama masa perkuliahan
hingga selesainya studi penulisan skripsi ini.
8. Kepada orang tua, Bapak Nathalipdema Pirri dan IbuMerty Simon yang
telah melahirkan dan membesarkan saya dengan cinta kasih serta keluarga
dan saudara-saudara saya yang tersayang terkhusus adik-adik saya, terima
kasih atas doa, motivasi dan dorongannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
9. Kepada sahabat-sahabat penulis, Gusti Bagus Giano Valera, Nadalia Gita
Lestari Ro’son, Natanael Yunus Alik, Nataniel Yunus Alik dan Rebecca
Sintawati Tambunan, dan Debora terima kasih telah menjadi sahabat
-
viii
terbaik bagi penulis yang selalu memberikan dukungan, semangat motivasi,
serta doa hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dukungannya. Semoga kebaikan kalian dibalas
oleh Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
Tidak ada gading yang tak retak, pepatah tersebut tepat untuk
menggambarkan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca. Dan akhir kata, penulis berharap
bahwa skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.
Makassar, 10 Maret 2020
PRICILIA LITANI PIRRI
-
ix
ABSTRAK
ANALISIS PERBANDINGAN MODEL AKUNTABILITAS DALAM
ORGANISASI GEREJA KATOLIK DAN GEREJA TORAJA
(Studi Kasus Pada Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja Katolik
Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan praktik akuntabilitas
dalam dua organisasi gereja. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus di
Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang
dengan melibatkan data kualitatif, yaitu dengan melakukan observasi dan
wawancara langsung. Hasil penelitian ini adalah, pada praktik akuntabilitas
spiritual, akuntabilitas kepemimpinan dan akuntabilitas keuangan, ditemukan
perbedaan pada praktik akuntabilitas serta menemukan praktik akuntabilitas moral
dan akuntabilitas kejujuran yang sangat eratkaitannya dengan ketiga dimensi
akuntabilitas tersebut.
Kata kunci: Praktik Akuntabilitas, Akuntabilitas Spiritual, Akuntabilitas
Kepemimpinan, Akuntabilitas Kauangan.
-
x
ABSTRACT
COMPARATIVE ANALYSIS OF THE IN-ACCOUNTABILITY MODEL
ORGANIZATION OF THE CATHOLIC CHURCH AND THE TORAJA
CHURCH
(Case Study of the Toraja Church Tamalanrea Congregation and Maria
Rosa MysticaSudiang Catholic Church)
This study aims to determine the differences in accountability practices in
two church organizations. This research uses a case study method in the Toraja
Church of Tamalanrea Congregation and Maria Rosa MysticaSudiang Parish
Church by involving qualitative data, namely by conducting direct observations
and interviews. The results of this study are, in the practice of spiritual
accountability, leadership accountability and financial accountability, found
differences in accountability practices and find practices of moral accountability
and honesty accountability which are very closely related to these three
dimensions of accountability.
Keywords: Accountability Practices, Spiritual Accountability, Leadership
Accountability, Financial Accountability.
-
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMISI PEMBIMBING ..................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN KOMISI PENGUJI .............................................. iv
PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
ABSTRACT.......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
1.5 Sistematika Penulisan ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ..................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Gereja ........................................................................ 7
2.2 Akuntabilitas ........................................................................................ 8
2.2.1 Pengertian Akuntabilitas ............................................................. 8
2.2.2 Konsep Akuntabilitas .................................................................. 8
2.2.3 Jenis Akuntabilitas ...................................................................... 9
2.3 Definisi Organisasi Nirlaba ................................................................... 9
2.3.1 Karakteristik Organisasi Nirlaba ................................................. 9
2.3.2 Jenis Organisasi Nirlaba .............................................................. 10
-
xii
2.3.3 Ruang Lingkup Organisasi Nirlaba ............................................. 10
2.4 Praktik Akuntabilitas ............................................................................ 11
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 13
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ........................................................................... 15
3.2 Jenis Penelitian ..................................................................................... 15
3.3 Lokasi Penelitian .................................................................................. 15
3.4 Sumber Data ......................................................................................... 16
3.5 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 17
3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................ 18
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Singkat Organisasi ................................................................... 20
4.1.1 Organisasi Gereja Toraja Jemaat Tamalnrea ................................. 20
4.1.2 Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas Gereja Toraja Jemaat
Tamalanrea ................................................................................. 22
4.1.3 UraianTugas ................................................................................ 26
4.2 Sejarah Singkat Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang .... 30
4.2.1 Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas Gereja Katolik Paroki
Maria Rosa Mystica Sudiang ...................................................... 31
4.2.2 Uraian Tugas ............................................................................... 34
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
5.1 HasilAnalisis Data ................................................................................ 39
5.1.1 Praktik Akuntabilitas Spiritual Pada Organisasi Gereja ................ 39
1. Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea ............................................ 39
2. Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang ................. 40
5.1.2 Praktik Akuntabilitas Kepemimpinan Pada Organisasi Gereja ...... 42
1. Gereja Toraja Jemaat Tamalanre .............................................. 42
2. Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang ................. 44
5.1.3 Praktik Akuntabilitas Keuangan Pada Organisasi Gereja .............. 45
1. Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea ............................................ 45
2. Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang ................. 52
-
xiii
a. Akuntabilitas Moral .......................................................................... 55
b. Akuntabilitas Kejujuran .................................................................... 56
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .......................................................................................... 58
6.2 Saran .................................................................................................... 60
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA
-
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
2.4 Jenis Laporan Keuangan Gereja Torajadan Gereja Katolik ..................... 12
2.5 Penelitian Terdahulu . ............................................................................ 13
3.1 Daftar Narasumber . ............................................................................... 16
4.1 Nama Pengurus Organisasi Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea ................ 24
5.1 Sistem Pertanggungjawaban Komisi ...................................................... 48
5.2 Persamaan dan Perbebedaan Praktik Akuntabilitas Pada Organisasi
Gereja Toraja dan Organisasi Gereja Katolik .......................................... 56
-
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
4.1 Struktur Organisasi GerejaToraja Jemaat Tamalanrea ............................ 23
4.2 Struktur Organisas iGereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica
Sudiang .................................................................................................. 33
5.1 Alur Pertanggungjawaban Komisi Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea ..... 47
5.2 Alur Pertangungjawaban Keuangan Paroki Maria Rosa Mystica
Sudiang .................................................................................................. 54
-
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang harus dimiliki oleh suatu
organisasi baik pemerintah maupun organisasi yang bersifat sosial. Dalam bidang
ilmu akuntansi, akuntabilitas dapat diartikan sebagai pertanggungjelasan, suatu
organisasi dapat dikatakan akuntabel apabila memiliki kemampuan untuk
menjelaskan kondisi yang sedang dialami.
Akuntabilitas dalam organisasi keagamaan memiliki tanggung jawab penuh
terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan kegiatan organisasi, diantaranya
akuntabilitas spiritual, akuntabilitas kepemimpinan dan akuntabilitas keuangan.
Salah satu organisasi keagamaan adalah gereja, gereja merupakan organisasi
nirlaba yang tujuannya tidak mencari keuntungan. Sumber penerimaannya berasal
dari uang persembahan. Penerimaan gereja yang besar tanpa disertai
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan menjadi penyebab utama terjadinya
penyelewengan dana gereja. Mardiasmo (2009 : 20)mengatakan bahwa pihak
pemegang amanah (agent), wajib untuk memberikan, melaporkan dan
bertanggungjawab kepada pihak pemberi amanah (principal) atas segala kegiatan
yang dilakukan. Selain itu, pemimpin gereja dalam hal keuangan gereja
diharapkan memiliki integritas yang tinggi, seperti tidak menggunakan uang.
-
2
gereja untuk kepentingan pribadi, tidak menipu orang untuk mendapatkan
keuntungan, tidak melakukan kekerasan dalam bentuk apapun untuk memperoleh
uang dan tidak menerima suap. Pemimpin gereja harus menjaga tangannya
agartetap bersih dalam setiap hal khususnya dalam hal keuangan gereja dan
bersifat transparan serta bersedia untuk diverifikasi dari awal hingga akhir
pelayanannya.
Akuntabilitas merupakan unsur dalam menciptakan Good Governance atau
tata kelola yang baik. Akuntabilitas dibagi menjadi 2 macam, yaitu akuntabilitas
vertikal dan akuntabilitas horizontal (Devani, 2013). Akuntabilitas vertikal dalam
organisasi gereja adalah pertanggungjawaban atas aktivitas dan kegiatan
organisasi gereja kepada otoritas yang lebih tinggi, yaitu kepada Tuhan,
sedangkan akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada jemaat,
pengurus, gembala sidang dan pemberi sumbangan (donatur).
Komponen yang menjadi bagian dari akuntabilitas adalah transparansi.
Transparansi merupakan wujud dari praktik akuntabilitas yang baik, sehingga
jemaat dapat memperoleh informasi penggunaan uang gereja. Jemaat sebagai
pemangku kepentingan berhak mengetahui besar penerimaan dan pengeluaran
uang gereja. Transparansi juga merupakan bentuk pengendalian dan pengawasan
aliran kas gereja yang dapat dilakukan oleh jemaat atas bendahara gereja.
Bendahara gereja yang diberi kepercayaan untuk mengelolah keuangan gereja
juga harus melakukan setiap pekerjaannya dengan penuh tanggung jawab.
-
3
Hal yang sama diungkapkan dalam 1 Petrus 3:15 yang mengatakan:
“Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap
sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungjawaban kepada
tiap-tiap orang yang meminta pertanggungjawaban dari kamu tentang
pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan
hormat,”
Dalam organisasi gereja Katolik menganut sistem hirarkis. Pada Gereja
Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang juga menganut sistem hirarkis
(tertutup) yang artinya sebuah urutan suci yang diterapkan dalam keseluruhan
Gereja Katolik, yang tergabung dalam satu dari tiga jenjang imamat suci, yaitu:
Episkopat (para Uskup), Presbiterat (para Imam), Diakonat (para Diakon).
Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang menjadi tanda kehadiran dan
karya penebusan Allah yang terus-menerus hadir di dunia khususnya di kota
Makassar. Jumlah umat di Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang kurang lebih 3.000
yang terdiri dari 9 Rukun, yakni Rukun YMY, Rukun Santo Yakobus, Rukun
Bunda Maria, Rukun Santo Yoseph, Rukun Materdolorosa, Rukun St. Marselinus
dan tiga rukun pecahan dari Paroki Maria Ratu Rosari Kare yakni, Rukun Caritas,
Rukun St. Katarina dan beberapa keluarga dari Rukun Hati Kudus yang dikenal
sebagai umat kampung sawah. Menurut Randa (2019 : 5)organisasi Gereja
Katolik lebih tertutup dan hirarkis, sehingga praktik akuntabilitas dalam
organisasi tersebut tidak banyak diketahui oleh publik
Dari jenis organisasi gereja yang lain, pada Gereja Toraja Jemaat
Tamalanrea Klasis Makassar Timur menganut sistem Presbiterial (terbuka)
dimana gereja dipimpin oleh Pimpinan Majelis Gereja (PMG). Gereja Toraja
Jemaat Tamalanrea adalah pemekaran dari Gereja Toraja Biringkanaya, mekar
-
4
menjadi Jemaat Tamalanrea, Biringkanaya (Satria Kasih, Lanraki, Biring
Romang, Biringkanaya), Sudiang dan Baji Marumpa. Dalam melakukan tugas dan
tanggung jawabnya PMG membentuk 5 (lima) komisi, yaitu: Ibadah, Diakonia,
Pekabaran Injil, Pembinaan Warga Gereja, Sarana Prasarana, dan satu komisi
yang berdiri sendiri yaitu komisi Verifikasi (keuangan dan aset gereja). Gereja ini
secara berkala menerbitkan laporan keuangan gereja sebagai bukti dari
pertanggungjawabannya kepada Tuhan dan jemaat. Laporan keuangan gereja
hanya terdiri dari penerimaan, pengeluaran, anggaran dan realisasi.
Akuntabilitas harusnya bersifat transparan karena sangat erat kaitannya
dengan etika dan kejujuran, dengan demikian pemberi amanat dapat mengetahui
apakah pihak yang diberikan amanat sudah menjalankan tugas yang diberikan dan
apakah aktivitas organisasi tersebut sudah sesuai dengan aturan.
Dengan demikian perlu kajian yang mendalam tentang perbedaan tata kelola
dari kedua bentuk organisasi tersebut. Untuk mendapatkan bentuk praktik dan
model akuntabilitas pada masing-masing organisasi gereja, yang mana pada
organisasi Gereja Katolik menganut sistem hirarkis dan organisasi Gereja Toraja
menganut sistem presbiteral, dan menemukan dasar pengelolaan pada praktik dan
model akuntabilitas yang berbeda, sehingga penelitian ini perlu dilakukan.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah, bagaimana praktik akuntabilitas
dalam organisasi Gereja yang hirarkis (tertutup) dan presbiteral (terbuka)
dilakukan.
-
5
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk mengetahui konsep perbedaan model
dan praktik akuntabilitas dari kedua bentuk Gereja.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Praktis
Sebagai referensi bagi gereja dalam melakukan praktik akuntabilitas yang
baik dan transparan.
2. Teoritis
Untuk mengetahui model akuntabilitas dalam organisasi non profit.
1.5 Sistematika Penulisan
Kerangka dari sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini bersis tentang latar belakang masalah yang muncul karena
ditemukan model dan praktik akuntabilitas dalam setiap organisasi gereja
memiliki perbedaan sesuai dengan bentuk dan sinode gereja tersebut. Dari
latar belakang masalah tersebut maka disusunlah perumusan masalah,
kemudian tujuan penelitan dibuat untuk mengarahkan penelitian ini,
manfaat penelitian yang diharapkan dapat diperoleh, serta sistematika
penulisan.
-
6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang landasan teori yang meliputi teori dan konsep
mengenai akuntabilitas dalam organisasi gereja, teori ini berkaitan dengan
permasalahan yang ada, yaitu kesesuaian praktik akuntabilitas dalam
Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang dan Gereja Toraja
Jemaat Tamalanrea.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab ini mencakup tempat penelitian, metode pengumpulan data, jenis dan
sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Bab ini merupakan gambaran umum organisasi. Bab ini berisi sejarah, visi
dan misi organisasi, struktur organisasi, kegiatan organisasi, serta model
dan praktik akuntabilitas.
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini membahas hasil penelitian, yaitu analisis data yang terdiri
dari deskripsi dan hasil analisis.
BAB 6 PENUTUP
Dalam bab ini memuat kesimpulan-kesimpulan yang sesuai dengan
pembahasan dan analisis pada bab-bab sebelumnya dari serangkaian
pembahasan, dan saran-saran yang dapat disampaikan.
-
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Gereja
Gereja berasal dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa
Yunani: ekklesia yang berarti dipanggil keluar. Gereja adalah jemaat Allah yang
dikuduskan dalam Kristus Yesus (1 Korintus 1:2). Ada tiga nama yang dipakai
oleh gereja dalam perjanjian baru, yaitu Umat Allah (1 Petrus 2:9), Tubuh Kristus
(1 Korintus 12:12-13), dan bait Roh Kudus (1 Korintus 3:16), ketiganya berkaitan
satu satu sama lain. Gereja terbentuk setelah kebangkitan Yesus Kristus pada hari
raya Pentakosta, yaitu ketika Roh Kudus yang dijanjikan oleh Tuhan diberikan
kepada semua yang percaya pada Yesus Kristus.
Persekutuan orang-orang percaya kepada Yesus Kristus adalah gereja. Apa
yang disebut gereja perdana adalah persekutuan para murid Yesus dan ditambah
dengan beberapa orang lain yang telah mengaku Yesus sebagai Tuhan dan
menjadi saksi atas kebangkitanNya. Gereja perdana ini memiliki semangat
persekutuan, pelayanan, dan kesaksian yang kuat, sehingga iman Kristen mulai
tersebar dari Yerusalem, seluruh daerah Yudea, Samaria, dan sampai ke ujung
dunia (Kisah Para Rasul. 1:8). Ia lahir seiring kehidupan dan pelayanan Yesus
Kristus di dunia.
-
8
2.2 Akuntabilitas
2.2.1 Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan suatu misi organisasi dalam mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban yang
dilaksanakan secara berkala (Sawir, 2017). Sedangkan pengertian dasar
akuntabilitas lain adalah suatau hubungan antara pemberi dan penerima yang ada
di luar lingkungan mereka yang dapat diterima secara akal sehat. Dari defenisi
tersebut, menunjukkan bahwa akuntabilitas adalah tingkat pertanggungjawaban
seseorang ataupun suatu lembaga tertentu dalam melaksanakan tugasnya dan
setiap individuatau organisasi wajib menyampaikan pertanggungjawaban sebagai
wujud akuntabilitas individu atau organisasi.
2.2.2 Konsep Akuntabilitas
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai hak masyarakat untuk saling
berhubungan antar organisasi (Muhammad, 2017). Akuntabilitas sangat erat
hubunganya dengan konsep etika dan kejujuran. Dari pemahaman akuntabilitas
tersebut, dapat disimpulkan bahwa akuntabilitas juga berkaitan dengan faktor-
faktor nurani setiap manusia, yakni tidak hanya menjalankan formalitas belaka
tetapi juga timbul ke permukaan sebagai hasil dari proses perenungan.
Pada tingkat aksiologi akuntabilitas dapat diartikan sebagai suatu konsep
ilmu pengetahuan yang membutuhkan praktik yang nyata. Maka dari itu,
akuntabilitas dibangun dalam ilmu pengetahuan akuntansi. Konsep teori dalam
-
9
bidang akuntansi dilakukan dengan teori stakeholder dan teori agensi. Dalam
pemikiran akuntabilitas tidak hanya penting secara teoritis dan moral, tetapi juga
pada praktiknya.
2.2.3 Jenis Akuntabilitas
MenurutMardiasmo (2013), akuntabilitas dibagi menjadi dua jenis yaitu:
a. Akuntabilitas Vertikal: adalah akuntabilitas berupa pertanggungjawaban
yang dilakukan kepada atasan.
b. Akuntabilitas Horizontal: adalah akuntabilitas berupa pertanggungjawaban
yang dilakukan kepada orang ataupun lembaga yang setara yang akan atau
telah diambil.
2.3 Definisi Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit adalah salah satu organisasi
yang bertujuan untuk mendukung suatu isu atau perihal yang menarik perhatian
publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil, tanpa ada perhatian terhadap hal-
hal yang bersifat mencari laba (moneter).
2.3.1 Karakteristik Organisasi Nirlaba
Karakteristik entitas nirlaba berbeda dengan entitas bisnis. Perbedaan utama
yang mendasar terletak pada cara entitas nirlaba memperoleh sumber daya yang
dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas operasinya. Entitas nirlaba
memperoleh sumber daya dari pemberi sumber daya yang tidak mengharapkan
pembayaran kembali atau manfaat ekonomik yang sebanding dengan jumlah
sumber daya yang diberikan. Sebagai akibat dari karakteristik tersebut, dalam
-
10
entitas nirlaba timbul transaksi tertentu yang jarang atau bahkan tidak pernah
terjadi dalam entitas bisnis, contohnya penerimaan sumbangan.
Pada beberapa bentuk entitas nirlaba, meskipun tidak ada kepemilikan,
entitas nirlaba tersebut mendanai kebutuhan modalnya dari utang dan kebutuhan
operasinya dari pendapatan atas jasa yang diberikan kepada publik. Akibatnya
pengukuran jumlah, saat dan kepastian arus kas masuk menjadi ukuran kinerja
penting bagi pengguna laporan keuangan seperti, kreditur dan pemasok dana lain.
2.3.2 Jenis Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba meliputi gereja, yayasan sosial, sekolah negeri, derma
publik, rumah sakit dan klinik publik, organisasi politis, bantuan masyarakat
dalam hal perundang-undangan organisasi jasa sukarelawan, serikat buruh,
asosiasi profesional, institut riset, museum, dan beberapa para petugas pemerintah.
2.3.3 Ruang Lingkup Organisasi Nirlaba
Organisasi nirlaba dalam beberapa hal mempunyai kesamaan bila
dibandingkan dengan organisasi komersial yang bermotif mencari laba. Kesamaan
tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kedua sektor, baik sektor publik maupun sektor swasta merupakan bagian
integral dari sistem ekonomi dari suatu Negara dan keduanya menggunakan
sumber daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber
daya (scarity of resources), sehingga baik sektor publik maupun swasta
-
11
dituntut untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomi, efisien,
dan efektif.
3. Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada
dasarnya sama di kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan
informasi yang handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen,
yaitu: perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
2.4 Praktik Akuntabilitas
Praktik akuntabilitas dalam suatu organisasi tidak terlepas dari sejarah
organisasi. Gereja sebagai salah satu organisasi tertua. Bukti sejarah menegaskan
jika Gereja tidak akuntabel maka dia akan jatuh tetapi jika dikelola secara
akuntabel maka akan dicintai oleh para stakeholdernya. Praktik akuntabilitas
dalam organisasi Gereja didasarkan pada Kitab Suci sebagai sumber utama iman
dan aturan-aturan lain.
Salah satu komponen dalam akuntabilitas Gereja adalah laporan keuangan.
Laporan keuangan sebagai komponen dalam akuntansi merupakan alat
akuntabilitas (pertanggungjawaban) bendahara gereja kepada jemaat. Terdapat 6
tujuan dan fungsi laporan keuangan sebagai alat akuntabilitas, namun ada 2 tujuan
dan fungsi yang dapat disesuaikan dalam mengelolah keuangan gereja. Tujuan
laporan keuangan pertama, sebagai petunjuk adanya kepatuhan pelaksanaan tugas.
Kedua, tujuan laporan keuangan adalah sebagai laporan akuntabilitas dan alat
evaluasi. Laporan keuangan bermanfaat untuk memonitor dan mengevaluasi
kinerja manajer sektor publik.
-
12
Table 2.4
Jenis Laporan Keuagan Gereja Toraja dan Gereja Katolik
Laporan keuangan yang mencatat penerimaan dan pengeluaran keuangan
gereja berfungsi sebagai alat pengawasan dan alat evaluasi jemaat atas kinerja
bendahara gereja dalam mengelola keuangan gereja. Akuntabilitas keuangan
menurut bendahara gereja adalah bentuk dari penyampaian atas kinerja yang
dilakukan dalam mengelolah uang, selain itu sebagai media komunikasi antara
bendahara dan jemaat mengenai kondisi keuangan gereja.
NO.
JENIS LAPORAN KEUANGAN
GEREJA KATOLIK
(Berdasarkan
http://keuskupan.blogspot.com/2014/03/tata-
kelola-keuangan-paroki.html)
GEREJA TORAJA
1. Laporan Keuangan Bulanan
Laporan Posisi Keuangan
Bulanan
2. Laporan Keuangan Tahun
Laporan Posisi Keuangan
Tahunan
3. Laporan Arus Kas Rincian Penerimaan
4. Laporan Posisi Keuangan Rincian Pengeluaran
5. Laporan Aktivitas
Rincian Saldo
6. Laporan Anggaran dan Realisasi Anggaran
7. Catatan Atas Laporan Keuangan
8. Rencana Anggaran Pendapatan dan Biaya
(RAPB)
http://keuskupan.blogspot.com/2014/03/tata-kelola-keuangan-paroki.htmlhttp://keuskupan.blogspot.com/2014/03/tata-kelola-keuangan-paroki.html
-
13
2.5 Penelitian Terdahulu
Berikut adalah beberapa penelitian terdahulu mengenai bentuk dan praktik
akuntablitiras dalam organisasi gereja:
Tabel 2.5
Penelitian Terdahulu
NO.
Nama
Peneliti /
Tahun
Penelitian
Judul Hasil Penelitian
1. Yuesti
(2013) Akuntansi dan
Akuntabilitas Pada
Komunitas Kristen
di Bukit Doa Nusa
Dua Bali
Hasil penelitian tersebut menyatakan
bahwa akuntabilitas kepada Tuhan
merupakan wujud ucapan syukur
karena manusia telah menerima berkat
yang harus dipertanggungjawabkan
penggunaannya secara rohani. Bentuk
pertanggungjawaban dan transparansi
yang dilakukan guna menghindari
terjadinya penyelewengan dana
gereja. Laporan keuangan yang
tercantum dalam warta jemaat
merupakan bentuk akuntabilitas
bendahara gereja kepada jemaat.
Bentuk akuntabilitas keuangan kepada
Tuhan adalah mengelola kas gereja
-
14
dengan jujur dan penuh dengan
tanggung jawab.
2 Randa
(2019) Model
Akuntabilitas
Organisasi Gereja
Pemaknaan dan
Rekonstruksi
Inkulturatif Nilai-
nilai Budaya Lokal
Dari penelitian ini menunjukkan
bahwa praktik akuntabilitas dalam
organisasi gereja didasarkan pada
Kitab Suci sebagai sumber iman
utama dan aturan-aturan lain yang
ditetapkan oleh para pemimpin gereja
pada hirarki pusat maupun oleh
keuskupan seperti kanon, statuta,
pedoman dan kebijakan. Hasil dari
penelitian ini juga menunjukkan
pemaknaan dari praktik akuntabilitas
dalam organisasi gereja dapat
dibedakan menjadi tiga dimensi, yaitu
akuntabilitas spiritual, akuntabilitas
kepemimpinan, serta akuntabilitas
keuangan. Ketiga dimensi utama ini
hadir disetiap tingkatan organisasi,
seperti stasi, paroki maupun pada
tingkat keuskupan.
-
15
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat ilmiah yang bertujuan
untuk memahami konteks sosial secara alamiah yang mengedepankan proses
interaksi komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.
3.2 Jenis Penelitian
Studi kasus adalah jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Studi
kasus merupakan metode yang digunakan untuk memahami individu secara
mendalam (Susilo Rahardjo & Gudnanto, 2011).Hal ini dilakukan supaya peneliti
dapat mengumpulkan dan memperoleh pemahaman secara mendalam mengenai
individu atau kelompok yang diteliti agar masalah yang dihadapi dapat terselesaikan
dan membuat diri individu atau kelompok tersebut berkembang lebih baik.
3.3 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Gereja Katolik
Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang yang berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan No.
237, Pai Sudiang dan Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea Klasis Makassar Timur yang
berlokasi di Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 11 No. 246, Tamalanrea.
-
16
3.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data kualitatif. Data Kualitatif, yaitu
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis.
Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di
lapangan.
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer, menurut (Purhantara, 2010:79) adalah data atau informasi yang
didapat secara langsung dari sumbernya. Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data primer dalam penelitian ini antara lain dengan melakukan
pengamatan dan melakukan wawancara dengan perwakilan organisasi gereja
yang ditunjuk oleh pemimpin organisasi.
Table 3.1
Daftar Narasumber
No. Narasumber Jabatan
1. Ibu Pdt. Ida Theresia
Toban,S.Th,MM
Ketua Majelis Gereja Toraja Jemaat
Tamalanrea
2. Pr.Eltus Pastor Paroki Maria Rosa Mystica
Sudiang
3. Pak Paulus Tangke Bendahara Paroki Maria Rosa
Mystica Sudiang
4 Narasumber 1 Bendahara Komisi Gereja Toraja
Jemaat Tamalanrea
5. Narasumber 2 Majelis Gereja Toraja Jemaat
Tamalanrea
6. Narasumber 3 Jemaat Gereja Toraja Tamalanrea
7. Narasumber 4 Umat Paroki Maria Rosa Mystica
-
17
2. Data Sekunder,yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai
sumber yang telah ada. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data yang berasal langsung dari organisasi, laporan keuangan gereja, dan
lain-lain yang diproleh dari dari gereja, jurnal ilmiah maupun Alkitab.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:
a. Wawancara Semi Terstruktur
Yaitu kegiatan tanya jawab kepada pihak terkait untuk memperoleh
keterangan yang berkaitan dengan masalah. Wawancara semi terstruktur
tidak mengikuti daftar pertanyaan yang telah dibuat, pewawancara akan
mengajukan pertanyaan yang lebih terbuka dengan orang yang akan
diwawancarai.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung ke objek
penelitian dengan cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara
sistematis tentang tingkah laku objek yang akan diteliti.
c. Dokumentasi
Dalam metode dokumentasi, data yang diperoleh berasal dari dokumen,
laporan, jurnal dan buku-buku yang ada di Gereja Katolik Paroki Maria
Rosa Mystica Sudiang dan Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea Klasis
Makassar Timur dengan cara melihat, membaca dan mencatat data-data
-
18
tersebut yang kemudian dikumpulkan, diolah, dianalisis bagi penelitian
yanglebih lanjut untuk fenomena yang diteliti.
3.6 Teknik Analisis Data
Sesudah data yang diperlukan diperoleh, kemudian data tersebut diolah dan di
analisis dengan cara deskriptif melalui pendekatan kualitatif. Kebenaran yang
diperoleh dari data tersebut kemudian dapat digunakan untuk memperoleh jawaban
dari rumusan masalah dalam penilitian ini.
Menurut W. Pardiwan (2016), terdapat tiga teknik analisis data kualitatif, antara
lain reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Proses tersebut
berlangsung terus-menerus selama penelitian ini berlangsung bahkan sebelum data
benar-benar terkumpul.
1. Reduksi Data
Proses reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengasbtrakan dan transformasi data. Reduksi data ini akan
berlanjut sesudah penelitian lapangan sampai pada laporan akhir secara
lengkap.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah data telah selesai direduksi. Data yang telah
diperoleh dari hasil wawancara, observasi serta dokumentasi akan dianalisis
kemudian disajikan dalam bentuk catatan. Catatan tersebut adalah Catatan
Wawancara, Catatan Lapangan dan Catatan Dokumentasi.
-
19
3. Penarikan Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah direduksi dan disajikan, langkah akhir dalam
analisis data kualitatif model interaktif adalah penarikan kesimpulan. Peneliti
akan membuat kesimpulan yang didukung dengan bukti yang kuat pada
tahap pengumpulan data.
-
20
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah Singkat Organisasi
4.1.1 Organisasi Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea
Gereja Toraja merupakan buah Pekabaran Injil (PI) dari sebuah badan di
Negeri Belanda, yakni De Gereformeede Zendings Bond (GBI) yang didirikan tahun
1901 oleh sebagian pengurus aliran Gereformeed yang berada dalam Nederlandse
Hervorm De Kerk. GZB berlatar belakang pietis, dalam arti sangat menekankan
kesalehan dan kesucian orang Kristen.
Gereja Toraja Klasis Makassar Timur terdiri dari Jemaat Biringkanaya, Jemaat
Lanraki Biringkanaya, Jemaat Biring Romang, Jemaat Satria Kasih, Jemaat Bukit
Tamalanrea, Jemaat Sudiang, Jemaat Baji’ Ma’rumpa-Maros dan Jemaat
Tamalanrea. Jemaat Tamalanrea adalah pemekaran dari Gereja Toraja Biringkanaya.
Berdirinya Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea didasarkan atas beberapa asas
Tata Gereja. Gereja Toraja dan pelaksanaannya, yaitu dalam bab IV pasal 45 ayat 3
tentang berdirinya suatu jemaat, Klasis dan Sinode wilayah sebagai berikut:
Calon jemaat dapat disahkan sebagai jemaat oleh sidang klasis apabila
dalam jemaat itu terdapat sekurang-kurangnya 10 orang anggota jemaat
dewasa yang memenuhi syarat-syarat untuk dicalonkan untuk menjadi
Penatua dan Diaken. Sanggup memanggil seorang Pendeta dan
memberikan jaminan hidup yang layak serta fasilitas yang akan
menunjang pelayanannya. Mempunyai tanah dan gedung gereja serta
rumah Pendeta.Mampu membiayai diri sendiri dan pelayanan.
Mempunyai batas pelayanan yang tidak tumpang tindih dengan jemaat
Gereja Toraja lain.
-
21
Berdasarkan beberapa aturan yang terkandung dalam asas Gereja Toraja yang
berlaku, maka Jemaat Tamalanrea menjadi satu jemaat yang mandiri.
Tanah milik Jemaat Tamalanrea memiliki luas bangunan, lebar 22 M2 dan
panjang 32 M2 dengan batas-batas:
Utara : Lapangan Parkir
Timur : Tanah Kosong
Selatan : Sekolah YKTM Elim
Barat : Kantor Klasis Makassar
Saat ini Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dilayani oleh 3 orang
Pendeta.Jemaat ini mempunyai anggota jemaat yang berkomunitas terbanyak dari
suku Toraja, walaupun tidak semua berasal dari Kabupaten Tana Toraja. Pola
kehidupan jemaat setiap hari baik itu diluar maupun di dalam gereja yang merupakan
pekerjaan tetap, sama seperti pola kehidupam masyarakat pada umumnya dengan
bermacam-macam jenis pekerjaan, seperti pegawai pemeritahan, tenaga kerja swasta,
dan lain-lain.
Sarana dan prasarana Gereja Toraja Jemaat Tamalnra mempunyai gedung
gereja yang menjadi pusat kegiatan kebaktian hari minggu dan kegiatan
lainnya.Dalam lingkungan gereja terdapat gedung Balla yang digunakan untuk
berbagai acara dan juga terdapat gedung sekolah YKTM Elim dari tingkat SD
sampai tingkat SMA.Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea terdiri atas Majelis Jemaat
-
22
(Pendeta, Penatua, Diaken) yang beranggotakan 3 orang Pendeta, 132 Penatua, 115
Diaken.
4.1.2 Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas Gereja Toraja Jemaat
Tamalanrea
Struktur organisasi merupakan rangkaian kerangka dasar menyeuruh yang
mempersatukan fungsi-fungsi dalam suatu Gereja untuk mencapai tujuan. Struktur
organisasi yang baik adalah struktur organisasi yang secara tegas dan jelas
memperlihatkan fungsi-fungsi, wewenang, tanggung jawab serta hubungan kerja
antar bagian dalam Gereja yang akan memberikan kemudahan bagi pimpinan untuk
mengawasi segala aktivitas yang terjadi dan memperlancar arus kerja dalam Gereja,
kerena setiap fungsi mengetahui tugas dan wewenang tanggung jawab serta
mengetahui kepada siapa harus bertanggung jawab. Struktur organisasi Gereja harus
fleksibel dan dinamis dalam arti memungkinkan adanya penyesuaian yang sejalan
dengan perkembangan Gereja. Demikian pula dengan struktur organisasi Gereja
yang berbentuk organisasi garis telah mengalami perubahan sesuai dengan
perkembanganGereja.
-
23
23
-
24
24
Table 4.1
Nama Pengururs Organisasi Gereja Toraja Jemaat Tamalnrea
Ketua : Pdt. Ida Theresia Toban,S.Th,MM
Wakil Ketua : Pnt. Ir. John H. Tonapa,SE,MM
Sekretaris : Pnt. Drs. Mathius Tanga
Bendahara : Pnt. Drs. A.B. Mapandin, SU
Ketua I Bidang Ibadah/Liturgi/Musik : Pnt. Ny.Dorce Rante Ponipadang
Gerejawi/Audio Visual
Ketua II Bidang Diakonia : Dkn. Dra.Ny.Bertha. P
Ketua III Kesaksian/Pekabaran Injil : Pdt. Meryaty Dampa, S.Th
Ketua IV PWG/OIG-Lansia : Pnt. Drs. L.R.P.Somalinggi,SH,M.Sc
Ketua V Pembangunan,Sarana-Prasarana, : Pnt. Dr.Ir. John Patanduk,MS
Rumah Tangga
Ketua VI Verifikasi (Keuangan dan Asset : Pnt. Sulbianma Tangdilintin,SE
Gereja)
Sekretaris : Pnt. Drs. Luther P. Tangdialla, MM
Anggota : Pnt. Drs. Yani Tandi Tulak
Pnt. Dr.Ir. Luther Sule,MT
Pnt. Oktvianus S.R Pasanda,ST,MT
Koordinator Kelompok Jemaat
Kelompok 1 : Pnt.Drs. Yulius Kendek
Kelompok 2 : Pnt.Drs. Samuel Dido
Kelompok 3 : Pnt. Mathius Tempe,SE
Kelompok 4 : Pnt.Ir. Christian Sampebua’,SH,M.Sp
Kelompok 5 : Pnt.Ny. Alfrina Rantesalu,S.Pd
Kelompok 6 : Pnt.Drs. Mathius Sile,MM
Kelompok 7 : Pnt. Drs. Marthen Minggu
Kelompok 8 : Pnt. Daniel Wahlens,SH
Kelompok 9 : Pnt. Ferdinand R.Poylema
Kelompok 10 : Pnt. Yosep Mangallo,S.Pd
-
25
25
Kelompok 11 : Pnt. Jonathan Mangalik,ST
Kelompok 12 : Pnt. Husni Anwar
Penguus Organisasi Intra Gerejawi
Persekutuan Kaum Bapak Gereja Toraja
Ketua : Djois Masago Pali’
Wakil Ketua : Pnt.Drs. Iteng Ruttu
Sekretaris : Pnt. Yan Kondo
Bendahara : Pnt.Drs.Frans Pakka
Persekutuan Wanita Gereja Toraja
Ketua : Pnt.Ny. Gallmerrya Kondorura Bida
Sekretaris : Ririn Sahara
Bendahara : Pnt.Ny. Magdalena P.Sampebua
Persekutuan Pemuda Gereja Toraja
Ketua : Hardono Dwisto
Sekretaris : Jane Thely Mesalayuk
Wakil Sekretaris : Zethyanto Subito
Bendahara : Windy Sirenden
Sekolah Minggu Gereja Toraja
Ketua : Ny.Esther Rada Mathius
Wakil Ketua : Jensriawan Kalafadang
Sekretaris : Yohanis Ma’dan
Wakil Sekretaris : Lanrianna Likulangi Toban .T
Bendahara : Andini Sari Makka
Wakil Bendahara : Harguningsih Andang
-
26
26
4.1.3 Uraian Tugas
1. Ketua Umum
1. Bertanggung jawab atas tugas Pelayanan yang diatur TGGT dan
penugasan persidangan Majelis Jemaat Tamalanrea.
2. Mewakili jemaat kedalam dan keluar jemaat.
3. Mengontrol dan mengkoodinasika tugas pelayanan yang dilaksanakan
pada semua bidang pelayanan dalam Jemaat Tamalanrea.
4. Mengkoordinasikan penyusunan konsep program atau anggaran bersama
dengan tim untuk dibahas dan disahkan dalam sidang tahunan, serta
laporan tahunan BPM dan laporan pertanggungjawaban masa periode
BPM.
5. Bersama dengan sekretaris memimpin rapat dan menandatangani surat-
surat keluar.
6. Mengontrol dan menyetujui penggunaan dana program yang
dialokasikan bendahara.
2. Ketua Bidang I, II, III, IV, dan V
1. Menyusun konsep program tahunan pengembangan di bidangnya dengan
mangacu pada rancangan program tiga tahun.
2. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program pada masing-masing
bidangnya.
3. Mengontrol dan mengkoordinir program yang dilaksanakan seski dalam
bidangnya.
-
27
27
4. Menyampaikan laporan pelaksanaan tugas kepada ketua umum BPM
yang dituangkan dalam rapat-rapat yang dilaksanakan.
5. Melaksanakan tugas penugasan ketua umum.
3. Sekretaris
1. Bersama ketua umum mewakili jemaat kedalam dan keluar.
2. Bersama ketua umum mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan.
3. Mempersiapkan semua agenda dan materi rapat/sidang.
4. Mempersiapkan laporan tahunan dan laporan pertanggungjawaban masa
periode BPM.
5. Mempersiapkan semua surat-surat.
6. Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakanBPM kepada tata usaha.
7. Melakukan tugas penugasan ketua umum.
4. Bendahara
1. Menyimpan, mengontrol, dan mengalokasikan dana-dana sesuai pos
anggaran atas persetujuan ketua umum.
2. Membuat lapoan realisasi anggaran bulanan semesteran, tahunan, dan
ditembuskan ke BVJ.
3. Mengarsipkan bukti penerimaan dan pengeluaran pos anggaran program.
4. Mengamankan harta milik dan surat berharga jemaat.
5. Melaksanakan tugas penugasan ketua umum.
-
28
28
5. Seksi-Seksi
1. Melaksanakan dan bertanggungjawab atas tugas masing-masing seksi
dengan berkoordinasi pada ketua bidangnya.
2. Dalam koordinasi ketua bidang menyusun strategi kegiatan-kegiatan,
serta menyusun laporan hasil kegiatan yang dilaksanakan.
3. Melaksanakan penugasan ketua bidang/ ketua umum.
6. Koordinator Kelompok
1. Mengkoordinir pelaksanaan pelayanan yang dilaksanakan di
kelompok pelayanan masing-masing.
2. Mengatur dan melaksanakan pembagian tugas (sel pelayanan) masing-
masing majelis di kelompok pelayanan.
3. Mengatur pelayanan KRT di kelompoknya.
4. Mendistribusikan kartu persembahan atau surat-surat lainnya di
kelompoknya.
5. Mengumpulkan persembahan di kelompoknya.
6. Menjaga dan memelihara asset jemaat di kelompoknya dan secara
berkala di laporkan ke bendahara jemaat.
7. Mengelola persembahan jemaat lewat pundi II di kelompok dan secara
berkala di laporkan ke BPM dan ditembuskan kepada BVJ untuk
diverifikasi.
8. Bertanggungjawab atas aktivitas OIG di kelompoknya.
-
29
29
9. Mengatur pendampingan majelis terhadap kebaktian SMGT di
kelompoknya.
10. Melaksanakan tugas lainnya yang diatur BPM.
7. Tata Usaha: Administrasi
1. Membantu pendeta, menata pekerjaan dan tenaga pekerja Gereja di
Kantor.
2. Menata penyimpanan pengarsipan surat-surat masuk dan keluar sesuai
petunjuk Sekretaris.
3. Melaksanakan/ menata administrasi Kantor, koordinasi dengan
Sekretaris.
4. Melaksanakan/ menyiapkan materi-materi rapat atas Koordinasi Ketua
dan Sekretaris BPM.
5. Menyiapkan bahan pengisian papan potensi dan asset jemaat dengan
koordinasi BPM yang membidangi.
6. Membuat laporan Administrasi Keuangan, Kolekte Hari Minggu,
KRT/ Insidentil dan persembahan lainnya dan disampaikan kepada
masing-masing Bendahara, Jemaat (kutipan dari buku-buku
pelayanan).
7. Menghitung dana/ kolekte-kolekte dan sumbangan lainnya, kemudian
diserahkan kepada masing-masing Bendahara Jemaat.
8. Melaksanakan pengetikan untuk semua surat dan dokumen
kepentingan jemaat.
9. Bertanggungjawab atas pemeliharaan dan pemakaian peralatan kantor.
-
30
30
10. Melaksanakan koordinasi kepada Majelis Gereja dan OIG untuk
kepentingan Jemaat.
11. Melaksanakan koordinasi dengan anggota BPM, BVJ untuk kegiatan
kerja.
12. Melaksanakan/ merampungkan surat-surat masuk untuk dibahas
dalam rapat.
13. Mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan jemaat di kantor.
14. Hal-hal lain yang dipandang perlu yang berkaitan dengan tugas.
4.2 Sejarah Singkat Organisasi Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica
Sudiang
Pemberkatan Gereja Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang dilaksanakan pada
tanggal 1 Mei 2015 oleh Bapak Uskup Keuskupan Agung Makassar yaitu Mgr.
Yohanes Liku Ada’ Pr. Pemberkatan gedung gereja dilakukan dengan
menggunakan konsep pemberkatan secara lengkap sesuai pedoman pemberkatan
gereja dalam dokumen Gereja Katolik Roma. Pada tanggal 2 Mei 2015 Gereja
Katolik Paroki Rosa Mystica Sudiang diresmikan, Gereja Katolik Paroki Maria
Rosa Mystica Sudiang dibangun untuk memenuhi kebutuhan Umat Katolik di
Makassar bagian Timur yang jumlahnya kian bertambah.
Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang dibangun di KM 20
Poros Makassar-Maros dan berada di antara Perumahan Citra Sudiang Indah dan
Perumahan R.S Stella Maris.Gedung gereja didirikan diatas lahan milik
Keuskupan Agung Makassar + 1 Ha dan menjadi Paroki yang memiliki lahan
-
31
31
terluas di Makassar. Jumlah umat di Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica
Sudiang + 3.000 umat yang terdiri dari 9 rukun, yakni Rukun YMY, Rukun Santo
Yakobus, Rukun Santo Yoseph, Rukun Materdolorosa, Rukun St. Marselinus,
Rukun Bunda Maria dan 3 rukun hasil dari pecahan Paroki Maria Ratu Rosari
Kare, yakni Rukun Katarina, Rukun Carits dan beberapa keluarga dari Rukun Hati
Kudus yang dikenal sebagai umat kampung sawah.
Pembangunan Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang dimulai
dengan adanya rekomendasi dari masyarakat sekitar dan izin dari pemerintah Kota
Makassar, proses pembangunan gedung gereja kemudian dimulai dengan modal
sekitar 25 juta rupiah. Pada awalnya Paroki Induk pertama di Bagian Timur
Makassar adalah Paroki Santo Paulus Tello yang kemudian berpindah ke Paroki
Maria Ratu Rosari Kare.Paroki Maria Ratu Rosari Kare kemudian dimekarkan
lagi oleh kehadiran Paroki Bunda Maria Mandai yang sekaligus menjadi Paroki
baru dan berfungsi sebagai induk dari stasi Maros dan stasi Tonasa, kemudian
setelah Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang.
4.2.1 Struktur Organisasi Dan Uraian Tugas Gereja Katolik Paroki Maria
Rosa Mystica Sudiang
Struktuk Gereja Katolik disusun secara hierarkis, dalam Konsili Vatikan II
dengan jelas struktur ini dibuat hukumnya.Menurut ajaran resmi Gereja Katolik,
struktur hierarkis termasuk hakikat kehidupannya juga, maka Konsili suci
mengajarkan bahwa “atas penetapan Ilahi, para Uskup menggantikan para Rasul
sebagai gembala Gereja” (Lumen gentium 20).
-
32
32
Konsili suci tersebut mengajarkan dan menyatakan bahwa Yesus Kristus
adalah Gembala Yang kekal yang telah mendirikan Gereja kudus dengan
mengutus para Rasul seperti Ia sendiri (Yesus Kristus) diutus oleh Bapa (Yoh
20:21).
Para pengganti mereka, yakni para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala
dalam Gereja-Nya hingga akhir zaman (Lumen Gentium 18).Struktuk hierarkis
bukanlah sesuatu yang ditambahkan atau dikembangkan dalam sejarah Gereja
saja.Menurut ajaran Konsili Vatikan II struktur dikehendaki oleh Tuhan dan
akhirnya berasal dari Tuhan Yesus sendiri.Dalam kurun waktu antara kebangkitan
Yesus dan kemartiran St. Ignatius dari Anthiokia pada awal abad kedua, secara
prinsip terbentuklah hierarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja Katolik
sekarang.
Yang disebut awal perkembangan hierarkis adalah kelompok ke-12 Rasul.
Dengan demikian bahwa yang dimaksud dengan hierarkis dalam Gereja Katolik
sudah jelas dan tidak dipertentangkan, dan setiap pertentangan dan perlawanannya
jelas melawan hukum Konsili suci.
-
33
33
STRUKTUR ORGANISASI GEREJA KATOLIK
PAROKI MARIA ROSA MYSTICA SUDIANG
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang
PASTOR PAROKI
(KETUA DEPAS)
KETUA 1 KETUA 2
SEKRETARIS
PGPN
SEKSI 1 SEKSI 2 SEKSI 4 SEKSI 5 SEKSI 3
BENDAHARA
-
34
4.2.2 Uraian Tugas Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang
1. Ketua Umum (DEPAS)
1. Berdasarkan jabatannya sebagai Pastor Paroki mewakili Uskup.
2. Memegang pimpinan tertinggi di paroki dan berhak mengambil
keputusan akhir atas usul, saran dan pendapat Dewan Pastoral Paroki.
3. Berdasarkan tanggung jawabnya yang khusus dapat menunda
pengambilan atau pelaksanaan keputusan terutama dalam bidang iman,
moral, hokum gereja dan tata tertib.
4. Melakukan pengawasan umum terhadap Dewan Pastoral Paroki untuk
meningkatkan kualitas pelayanan.
5. Membina pengurus Dewan Pastoral Paroki untuk meningkatkan kualitas
pelayanan.
6. Mengambil keputusan tentang kebijakan sebagaimna dalam Pedoman
DPP.
7. Mendelegasikan sebagian tugas-tugas, wewenang kepada DPP atau
pengurus lain apabila dipandang perlu.
8. Bersama DPP harian memberikan laporan pertanggungjawaban seluruh
kegiatan kepada Uskup.
9. Mau menjadi moderator kelompok atau persekutuan atau perkumpulan
atau organisaso Katolik di Paroki, bila AD/ART organisasi tersebut
menyebutnya demikian.
-
35
10. Setelah berkonsultasi dengan Ukup dan memberitahu Dewan Pastoral
Paroki Harian, berwenang mengangkat dan memberhentikan pegawai
paroki dan pegawai pastoral.
11. Menandatangani surat-surat ke luar paroki.
2. Ketua I DPP
1. Menerima dan melaksanakan tugas yang diperikan oleh Ketua Umum.
2. Mengkoordinir, mengawasi dan mengevaluasi seluruh kegiatan Seksi
DPP dan mengkoordinir stasi dan lingkungan.
3. Memimpin peretemuan/ rapat DPP Harian, Inti dan Pleno.
4. Mengkoordinir penyusunan rencana kerja dan anggaran yang dibuat
ketua-ketua seksi.
5. Memberikan penjelasan umum kepada instansi pemerintah dan
masyarakat apabila diperlukan.
6. Meminta dan menerima hasil rapat dan pertemuan seksi atau bagian dari
seksi dan meneruskan kepada Ketua Umum.
7. Mengupayakan kerja sama dengan seksi-seksi lain terutama seksi
Pewartaan.
3. Ketua II DPP
1. Membantu melakukan pengawasan umum terhadap semua kegiatan DPP
dan bersama-sama Ketua Umum dan Ketua I menyusun laporan
pertanggungjawaban seluruh kegiatan paroki yang akan disampaikan
kepada Uskup Makassar secara tertulis.
2. Mewakili ketua I apabila berhalangan melaksanakan tugasnya.
-
36
3. Membantu ketua I dalam koordinasi, pengawasan dan evaluasi atas seksi-
seksi DPP.
4. Melaksanakan tugas-tugas yang diserahkan oleh Ketua Umum dan Katua
I.
4. Sekretaris
6. Mengelola secara rutin kegiatan kesekretariatan DPP secara luas dan
memadai.
7. Mengurus administrasi, pengarsipan surat-surat dan dokumen lainnya
yang berkaitan dengan DPP.
8. Bertanggung jawab dan melaporkan hasil kegiatan dan pemakaian
anggaran kesekretariatan kepada Ketua Umum dan Ketua I DPP.
9. Melaksanakan prepensi rapat dan membuat notula rapat yang diadakan
DPP Harian dan Inti.
10. Melaksanakan tugas tertentu yang diberikan oleh Ketua Umum dan atau
Ketua DPP.
11. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pegawai tata usaha
paroki.
5. Bendahara
1. Mengelola seluruh pemasukan dan pengeluaran rutin paroki secara
akurat, jelas dan kredibel, yaitu berupa buku harian dan jurnal bulanan
serta rekap tahunan.
-
37
2. Mengelola harta benda paroki, baik harta bergerak, tidak bergerak, juga
tabungan dan bentuk lainnya dan harus menghindarkan risiko kerugian
yang mungkin terjadi.
3. Menyimpan uang paroki yang diperoleh secara rutin dan mengeluarkan
uang paroki yang dianggarkan secara rutin.
4. Berkomunikasi dengan DPP Harian terutama mengenai pemasukan dan
pengeluaran tidak rutin.
5. Melaksanakan tugas-tugas tertentu yang diberikan oleh Keuskupan yang
berkaitan dengan masalah keuangan.
6. Menyusun dan memberikan laporan triwulan dan tahunan kepada
keusukupan serta laporan tahunan kepada DPP Pleno.
6. Seksi-Seksi
1. Menyusun rencana erja dan anggaran belanja dan menyapaikannya
kepada DPP Harian dan DPP Pleno.
2. Melaksanakan, memonitor dan mengevaliasi seluruh kegiatan liturgy di
Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang.
3. Menyusun dan menyampaikan jadwal petugas liturgy untuk Misa,
khususnya untuk Hari Minggu dan Hari Raya dan Pesta Besar.
4. Membina mdan melatih para Lektor dan Lektris agar dapat bertuga
dengan baik dan pantas.
5. Membuat daftar perlengkapan liturgy dan ibadat yang perlu dibeli atau
diperbaiki.
-
38
6. Mendata tenaga pewartaan dan menyelenggarakan kaderisasi dan
pembinaan petugas pewartaan (evangelisasi), teristimewa para pengurus
stasi dan lingkungan, pemimpin ibadat dan kaum muda melalui
pembekalan, pelatihan, retret dan sebagainya.
7. Mengadakan pertemuan Seksi secara berkala.
8. Mendampingi dan meyelanggarakan berbagai kegiatan kaum muda dalam
bentuk seminar, lokakarya, pelatihan, outbond, rekolkesi, retret,
kunjungan ke paroki lain da ziarah.
9. Membinan keluarga khususnya keluarga balita agar mampu mewujudkan
nilai-nilai kristiani serta kasih dan damai di keluarga-keluarga.
10. Memelihara dan meningkatkan rasa kesetiakawanan social, solidaritas,
perhatian dan kepedulian social terutama kepada masyarakat yang
miskin, terlantar dan korban bencana dan menyalurkannya.
-
39
BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Analisis Data
Berikut ini adalah deskripsi hasil wawancara dan dokumentasi mengenai
praktik akuntabilitas pada oganisasi Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dan Gereja
Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang.
5.1.1 Praktik Akuntabilitas Spiritual Pada Organisasi Gereja.
1) Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea
Praktik akuntabilitas vertikal sangat erat kaitannya dengan akuntabilitas
spiritual.Akuntabilitas spiritual Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea dilakukan
sepenuhnya oleh jemaat dan pengurus gereja sebagai bagian dari organisasi
gereja. Jemaat dan pengurus gereja melaksanakan kewajibannya dalam bentuk
kegiatan religius antara lain mengikuti ibadah minggu, ibadah rumah tangga,
ibadah PPGT, ibadah PWGT, ibadah PKBGT, dan memberikan persembahan
dengan kerelaan dan ketulusan hati sebagai wujud ucapan syukur kepada
Tuhan. Ibu Pdt. Ida Theresia Toban,S.Th,MM mengatakan:
“Setiap orang harus memiliki kesadaran dalam dirinya untuk
mewujudkan nilai-nilai religius dalam kehidupannya sehari-hari.Hal
yang bisa dilakuakn untuk mewujudkan nilai-nilai religius tersebut
adalah dengan mengikuti ibadah yang dilaksanakan dan memberikan
korban ucapan syukur dalam bentuk persembahan (kolekte).Selain itu
juga jemaat dan para pengurus gereja harus membangun hubungan
pribadi yang intim dengan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai
pedoman yang utama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain
-
40
membangun hubungan yang intim dengan Tuhan, jemaat dan para
pengurus gereja juga harus hidup rukun dan saling menghargai, saling
membantu dan menguatkan jika salah seorang mengalami masalah.”
Salah seorang jemaat juga mengatakan bahwa:
“Dalam mewujudkan nilai religius dalam kehidupan sehari-hari itu
tidaklah mudah, diperlukan komitmen dan memiliki kesadaran untuk
menerapkan nilai tersebut.Kita harus menjalin hubungan yang mesra
dengan Allah dan menjalankan kehidupan sesuai dengan Firman
Tuhan.”
Dari pernyataan diatas dapat disimpulka bahwa untuk mewujudkan
praktik akuntablitas spiritual dalam organisasi gereja khususnya pada Gereja
Toraja Tamalanrea adalah dengan membangun hubungan yang lebih intim
dengan Tuhan dan melakukan nilai-nilai religius yang dinyatakan dalam
bentuk mengikuti setiap ibadah yang dilaksanakan dan memberikan
persembahan tanpa paksaan sebagai bentuk ucapan syukur kepada Tuhan, dan
menjadikan Tuhan sebagai pedoman utama dalam kehidupan sehari-hari.
Selain membangun hubungan yang intim antara Tuhan dengan individu,
membangun hubungan yang baik anatar para pengurus gereja, gembala sidang
dan jemaat juga sangat penting dalam mewujudkan akuntabilitas spiritual.
2) Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang
Pemahaman spiritualitas sebagai pengalaman yang suci yang
diwujudkan kedalam bentuk perilaku sehari-hari.Akuntabilitas spiritual juga
dimaknai bahwa setiap individu harus mempunyai kesadaran untuk
mewujudkan praktik akuntabilitas spiritual kepada Tuhan. Umat dan
-
41
pemimpin gereja mewujudkan praktik akuntabilitas spiritual dengan
mengikuti apa yang menjadi ajaran gereja. Pr. Eltus mengatakan:
“Spiritualitas dimaknai sebagai pengalaman yang suci dan menjadi
dasar bagi manusia dalam berperilaku.Dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari, baik sebgai umat maupun pemimpin gereja harus
memiliki komitmen dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya
sesuai dengan ajaran gereja dan amanah yang diberikan, Tuhan
sebagai pemberih amanah serta umat dan para pemimpin gereja yang
melaksanakan amanah tersebut.”
Narasumber lain juga mengungkapkan bahwa:
“Dalam mewujudkan nilai spiritualitas dalam ajaran katolik adalah
dengan mengikuti ibadah setiap hari minggu yang didalamnya
dilakukan perayaan ekaristi yang dimaknai sebagai puncak karya
keselamatan umat manusia, doa kelompok dan keluarga, devosi,
memberikan persembahan syukur dengan kerelaan hati, menjalani
hidup bakti untuk melayani Tuhan, yaitu hidup sederhana dan tidak
menikah dan menjadikan Tuhan sebagai pusat kehidupannya.”
Seperti yang dikatan oleh narasumber diatas, dalam mewujudkan
praktik akuntabilitas pada organisasi gereja katolik adalah dengan mengikuti
ibadah minggu yang didalamnya dilakukan perayaan ekaristi (perjamuan),
mengikuti ibadah devosi yaitu doa rosario dan penghormatan kepada santo,
serta memilih untuk menjalai hidup bakti yaitu hidup dengan sederhana dan
tidak menikah serta tujuan hidupnya hanya untuk melayani Tuhan.
Dari kedua pernyataan diatas, terdapat perbedaan praktik akuntabilitas
pada organisasi gereja Toraja dan organisasi gereja Katolik.Praktik
akuntabilitas pada gereja Toraja dilakukan sepenuhnya oleh para jemaat dan
pengurus gereja sebagai bagian dari organisasi. Dalam organisasi gereja
Toraja, untuk hidup melayani Tuhan tidak ada paksaan untuk tidak menikah,
-
42
karena jemaat dan pengurus gereja menghidupi Firman Tuhan yang terdapat
dalam kitab Kejadian 1:28a yang berbunyi: “beranakcuculah dan bertambah
banyak, penuhilah bumi dan taklukanlah itu,”. Pada organisasi gereja Toraja
juga tidak melakukan perjamuan setiap ibadah pada hari minggu, perjamuan
dilakukan hanya pada hari raya gereja seperti, perjamuan asa sedunia, dan
perjamuan Dalam mewujudkan praktik akuntabilitas spiritual, jemaat dan
pengurus gereja juga harus memiliki rasa cinta kasih kepada sesama dan
membangun hubungan intim secara pribadi dengan Tuhan, serta menjadikan
Tuhan sebagai sumber utama dalam kehidupannya.
Sedangkan pada organisasi gereja Katolik, spiritualitas dimaknai
sebagai pengalam suci dan menjadi dasar bagi manusia dalam
berperilaku.Untuk mewujudkan praktik akuntabilitas spiritual dengan
mengikuti ibadah minggu yang didalamnya dilaksanakan perayaan ekaristi
yang dimaknai sebagai puncak karya penyelamatan umat manusia.Untuk
menyatakan spiritualitas dalam hidup beriman katolik adalah dengan memilih
untuk menjalani hidup bakti yang artinya siap untuk hidup sederhana dan
tidak menikah dan hidupnya hanya untuk melayani Tuhan saja.
5.1.2 Praktik Akuntabilitas Kepemimpinan Pada Organisasi Gereja
1) Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea
Kepemimpinan gereja adalah bagian dari kepemimpinan kristen.
Kepemimpinan gereja juga dapat dikatan sebagai suatu proses terencana yang
dinamis dalam konteks pelayanan kristen. Dalam organisasi gereja Toraja,
jemaat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin gereja
-
43
adalah seseorang yang dipanggil oleh Allah kedalam tanggung jawab untuk
memimpin umatnya. Ibu Pdt. Ida Theresia Toban,S. Th,MM mengatakan:
“Kepemimpinan dalam gereja Toraja adalah kepemimpinan seperti
Yesus Kristus, yaitu memimpin dari hati dan berlandaskan kasih dan
kebenaran.Pemimpin juga harus kompeten dalam melaksanakan
tugasnya, dan dapat memimpin dengan baik dan benar. Seorang
pemimpin gereja juga harus memiliki kharisma kepemimpinan, hal ini
menjadi dasar sehingga pemimpin dapat memimpin organisasi gereja
dengan sehat, efektif serta efisien yang nantinya akan memberikan
manfaat bagi semua pihak. Untuk mewujudkan itu semua, seorang
pemimpin harus bertanggung jawab meneguhkan sikap terhadap diri
sendiri dan dalam keluarganya, serta dalam pelayanannya sehingga
dapat menjadi berkat. Sebagai pemimpin gereja yang terpanggil
sebagai gembala, ia harus hidup sama seperti Yesus. Sebagai
pemimpin rohani ia harus hidup dalam kebenaran, kekudusan,
keadilan dan memiliki budi luhur, karena hanya pemimpin yang
memiliki budi yang luhur saja yang dapat memimpin dari hati yang
olehnya ia membawa berkat bagi jemaat yang dipimpinnya.”
Dari pernyataan informan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
seorang pemimpin gereja haruslah memiliki kharisma kepemimpinan (Roma
12:8c) sama seperti Tuhan Yesus. Seorang pemimpin rohani juga harus
memimpin dengan benar dan adil serta bertanggung jawab untuk meneguhkan
sikap terhadap dirinya sendiri, dalam keluarga dan pelayanannya sehingga ia
dapat menjadi berkat bagi jemaat yang dilayani. Seorang pemimpin juga harus
hidup seperti Tuhan Yesus (Yoh 10:11; 1 Yoh 2:6) dalam kekudusan,
kebenaran (Filipi 4:5,8-9) serta memiliki budi yang luhur (Amsal 4:23).
Pemempin juga harus memimpin dengan kasih, iman serta pengharapan yang
teguh, sehingga ia dapat membangun dan mempersatukan jemaatnya.
-
44
2) Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang
Dalam kepemimpinan gereja Katolik cenderung lebih sentralistik atau
terpusat.Keuskupan adalah bagian dari umat Allah.Tata kelola keuskupan
hampir menyerupai suatu negara, dengan kata lain Uskup menjadi kepalanya.
Salah satu informan mengatakan:
“Dalam memimpin, seorang Uskup harus bersikap tegas dan bijaksana
dalam bertindak.Dalam menjalankan tugasnya Uskup dibantu oleh
Pastor. Pastor sebagai seorang gembala yang baik harus memiliki nilai-
nilai kepemimpinan seperti rendah hati, jujur, terbuka, sabar dan mau
mengayomi umat yang dipimpinnya, dan tidak menjadikan kekuasaanya
sebagai seorang pemimpin yang otoriter dan tidak bertanggung jawab
dengan tugasnya, melainkan seorang Pastor harus mau melayani dengan
rendah hati sama seperti Yesus yang datang kedunia untuk melayani
umat manusia. Seorang Pastor juga harus betindak agar selalu mengingat
umatnya dan tidak bertindak berdasarkan kinginannya melainkan
berdasarkan kehendak dan sesuai dengan ajaran Yesus. Tetapi pada
kenyataannya masih ada saja Pastor yang menjalankan tugasnya tidak
dengan sepenuh hati melainkan melakukannya sesuai dengan
kehendaknya sendiri dan tidak mau melibatkan umat dan para pengurus
gereja yang lain, sehingga organisasi gereja yang dijalankan tidak lagi
sesuai dengan ajaran Yesus Kristus sebagai pemimpin gereja.”
Dari pernyatan yang diperoleh dari salah seorang informan, maka
penulis dapat menyimpulkan bahwa praktik akuntabilitas kepemimpinan
dalam organisasi Gereja Katolik khususnya pada Gereja Katolik Paroki Maria
Rosa Mystica Sudiang telah mencoba untuk menerapkan kepemimpinan yang
menjadikan Yesus Kristus sebagai pedoman utama dalam mewujudkan praktik
akuntabilitas kepemimpinan yaitu melayani umuat dan bukan dilayani umat.
Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa kepemimpinan organisasi Gereja
Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang masih sentralistik, ini dapat
dilihat dari tata kelola keuskupan yang menyerupai suatau negara dan Uskup
-
45
yang menjadi kepalanya, dan seluruh lembaga-lembaga yang ada di dalam
organisasi gereje ada dibawah kewenangan Uskup dan tunduk pada ketentuan
keuskupan.
Hasil dari wawancara dari kedua informan diatas, maka dapat
diketahui perbedaan praktik akuntabilitas kepemimpinan. Pada organisasi
Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea menjadikan Yesus Kristus sebagai tokoh
utama dalam melakukan tugas dan tanggungg jawabnya dan melibatkan
jemaat dalam proses pengambilan keputusan.
Sedangkan praktik akuntabilitas kepemimpinan pada organisasi Gereja
Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang juga telah mencoba untuk
menerapkan bentuk kepemimpinan Yesus Kristus. Tetapi disisi lain organisasi
Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang masih sentralistik, karena
tata kelola organisasinya ada dibawah kewenangan Uskup dan tunduk pada
ketentuan keuskupan.
5.1.3 Praktik Akuntabilitas Keuangan Pada Organisasi Gereja
1) Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea
Di dalam Alkitab telah dibahas dengan jelas tentang keuangan, bahwa
uang ataupun berbgai hal yang mengenai materi bukanlah suatu masalah yang
besar, Paulus berkata kepada Timotius jika akar dari segala kejahatan di dunia
ada dua, yaitu cinta dan uang. Salah satu bendahara komisi mengatakan:
“Dana yang dikelola oleh setiap komisi, dikelola dengan jujur
berlandaskan rasa takut akan Tuhan. Berapapun dana yang masuk dari
jemaat akan dicatat secara rinci di dalam laporan keuangan, yang
nantinya laporan itu dapat dipertanggungjawabkan kepada jemaat
terlebih kepada Tuhan.”
-
46
Berdasarkan hasil wawancara dari narasumber diatas, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa, dana yang diterima oleh setiap komisi dari
jemaat akan digunakan kembali untuk menunjang kegiatan pelayanan dalam
gereja. Selain itu, pertanggungjawaban dari setiap komisi akan dicantumkan
kedalam warta jemaat pada setiap ibadah di hari Minggu.
a. Alur Pelaporan Pertanggungjawaban Komisi
Pada Gereja Toraja Tamalanrea telah memiliki alur
pertanggungjawaban yang sudah ditetapkan. Seperti yang telah dikatakan oleh
Ibu Pdt. Ida Theresia Toban,S.Th,MM selaku ketua majelis bahwa:
“Setiap komisi diharuskan untuk membuat pelaporan untuk
dipertanggungjawabkan kepada gerjea, dalam hal ini adalah
majelis.Setiap penyerahan laporan dari masing-masing komis harus
diketahui oleh PMG.”
Narasumber lain yang juga sebagai bendahara komisi mengungkapkan bahwa:
“Kita telah melaksanakan rapat majelis.Dalam rapat itu kita membahas
tentang program yang telah dilaksanakan.Bisa dibilang laporan
pertanggungjawabannya.Laporan tersebut meliputi laporan anggaran
dan pelaksanaan kegiatannya. Setelah itu laporan tersebuat kemudian
ditanda tangani oleh masing-masing komisi dengan sepengetahuan
majelis yang terkait dan laporan itu akan diberika kepada PMG lalu
PMG akan menyerahkan kembali ke gereja. Kurang lebih begitulah alur
pelaporan pertanggunjawabannya.”
Dari kedua pernyataan narasumber diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa setiap komisi harus melalui PMG untuk menyerahkan laporan
pertanggungjawabannya yang kemudian laporan tersebut akan diserahkan
kepada majelis gereja oleh PMG.
-
47
Alur pelaporan tersebut akan memudahkan setiap komisi dalam
membuat laporan, serta siapa yang akan menerima laporan tersebut. Setiap
komisi berperan sebagai aktor yang diberikan tanggung jawab untuk membuat
laporan pertanggungjawaban atas program kegiatan yang mereka laksanakan.
Hasil dari laporan tersebut akan digunakan oleh PMG sebagai bahan untuk
rapat majelis atau sering disebut Rapat Pleno. Dalam rapat tersebut, semua
OIG akan turut hadir untuk melihat dan mengetahui laporan tersebut.
Gambar 5.1 Alur Pertanggungjawaban Komisi Gereja Toraja Jemaat
Tamalanrea
Sumber: Data Olahan
b. Praktik Akuntabilitas Keuangan Komisi
Sistem pertanggungjawaban setiap komisi dapat memberikan gambaran
mengenai praktik akuntabilitas keuangan yang dijalankan. Berdasarkan sistem
tersebut, maka dapat kita ketahui siapa saja yang bertugas untuk membuat
laporan, siapa yang menerima serta standar apa yang dipakai untuk menilai
pertanggungjawaban tersebut.
JEMAAT
GEREJA
(MAJELIS) PMG KOMISI
-
48
Tabel 5.1 Sistem Pertanggungjawaban Komisi
No Unit
Akuntabilitas
Siapa Kepada Siapa Standar Penilaian
Mengenai Apa
Program Keuangan
1 Komisi 1 Komisi 1 PMG, Majelis Gereja Pelaksana
Program
Nama,tujuan,sasaran,waktu,tempat Pembiayaan
2 Komisi 2 Komisi 2 PMG, Majelis Gereja Pelaksana
Program
Nama,tujuan,sasaran,waktu,tempat Pembiayaan
3 Komisi 3 Komisi 3 PMG, Majelis Gereja Pelaksana
Program
Nama,tujuan,sasaran,waktu,tempat Pembiayaan
4 Komisis 4 Komisi 4 PMG, Majelis Gereja Pelaksana
Program
Nama,tujuan,sasaran,waktu,tempat Pembiayaan
5 Komisi 5 Komisi 5 PMG, Majelis Gereja Pelaksana
Program
Nama,tujuan,sasaran,waktu,tempat Pembiayaan
Sumber: Data Olahan
-
49
Berdasarkan informasi diatas, maka dapat dikatakan setiap komisi dalam
membuat rencana program yang akan dilaksanakan selama setahun. Rencana
program tersebut kemudian akan diberikan kepada majelis gereja pada akhir tahun
anggaran yang disetujui. Rencana program dibuat berdasarkan uraian tugas yang
telah ada dan ditetapkan. Salah informan mengatakan bahwa:
“Sebelum meminta anggaran yah terlebih dahulu harus membuat
program kegiatan yang akan dijalankan, kemudian diajukan kepada
gereja untuk disetujui program dan juga anggarannya.”
Program dan anggaran yang telah disetujui oleh gereja selanjutnya
akandiminta pertanggungjawabannya. Laporan pertanggungjawaban tersebut
kemudian akan disampaikan pada pelaksanaan rapat PMG dengan kordinasi.
Laporan tersebut berisi tentang apa saja program yang telah dilaksanakan dan
berapa anggarannya, anggaran tersebut meliputi penerimaan dan pengeluaran.
Dalam rapat triwulan, PMG akan menyampaikan perkembangan pelaksanaan
program yang telah direncanakan beserta anggarannya. Selain itu PMG juga nanti
akan menyampaikan program kerja dari setiap komisi yang menjadi tanggung
jawabnya, yang nantinya laporan pertanggungjawaban mereka akan
diperhitungkan pada akhir tahun.
Laporan pertanggungjawaban keuangan yang akan dilaporkan dalam
laporan kerja komisi adalah pembiayaan gereja. Laporan keuangannya dibuat
lebih rinci dan detail agar dalam penggunaan dana dapat diketahui oleh semua
pihak baik jemaat maupun PMG. Hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan dari
salah satu anggota komisi, yang mengatakan:
-
50
“Kita melakukan semuanya dengan transparan, setiap ada dana yang
masuk akan dicatat secara rinci dan akan diberitahukan pada setiap
ibadah minggu. Berbeda dengan pengeluaran, yang dipublikasikan
setiap 1 kali dalam 2 bulan, tergantung kapan dana tersebut digunakan.
Jadi kita tidak perlu lagi menampilkan rincian dana tersebut pada saat
rapat pleno, yang ditampilkan hanya garis-garis besarnya saja.”
Dari pernyataan informan diatas, dapat dikatakan bahwa setiap komisi
dalam melaporkan keuangannya sudah transparan, karena sudah ditampilkan
dalam setiap ibadah minggu dalam bentuk warta jemaat. Namun pada rapat pleno
laporan yang ditampilkan sudah tidak rinci dan detail lagi, hanya garis besarnya
saja. Dalam membuat laporan pertanggungjawaban keuangan, komisi tidak
diharuskan mebuat laporannya secara detail karena laporan pertanggungjawaban
yang diminta sudah memiliki format yang menjadi ketentuan dari gereja. Menurut
salah satu majelis gereja bahwa:
“Kami tidak menuntut agar setiap komisi membuat laporan
pertanggungjawabannya secara rinci, jika mereka memberikan laporan
yang sederhana itu sudah cukup, karena laporan yang rinci itu sudah
dicantumkan pada warta jemaat pada ibadah minggu, jadi kami ingin
membuat laporan pertanggungjawaban yang sederhana tentunya
desertai dengan bukti yang ada serta ingin membangun rasa saling
percaya antara majelis dan juga jemaat.”
Pernyataan dari majelis tersebut menunjukkan bahwa gereja
menginginkan laporan pertanggungjawaban yang sederhana dan membangung
kepercayaan antar majelis dan jemaat. Laporan pertanggungjawaban yang dibuat
sederhana dirasa akan mempermudah gereja dalam membuat laporan
pertanggungjawaban pada saat rapat pleno.Menurut salah satu narasumber,
-
51
laporan pertanggungjawaban yang dibuat dengan sederhana bukan berarti tidak
dapat dipercaya dan dicurigai, karena pertanggungjawaban dalam organisasi
gereja berlandaskan pada kepercayan dan kejujuran.
Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan menjadi hal yang sangat diutamakan dalam praktik akuntabilitas
keuangan gereja.Tetapi itu semua harus sesuai dengan keputusan bersama majelis,
karena semua keputusan dan kebijakan ada ditangan majelis karena sistemnya
presbiterial. Demikian juga dengan input yang diharapkan adalah pelaporan
pertanggungjawaban yang detail namun dalam bentuk yang sederhana.
c. Laporan Pertanggungjawaban Komisi
Setiap komisi akan membuat laporan pertanggungjawabannya setiap
akhir tahun. Laporan pertanggungjawaban keuangan setiap komisi yang
dicantumkan dalam leporan kinerja komisi adalah jumlah anggaran dan
pengeluaran gereja sudah terlaksana dengan baik dalam satu periode. Laporan
tersebut nantinya akan diperlihatkan dalam rapat pleno. Jumlah anggaran yang
tercantum dalam laporan teresebuat adalah jumlah anggaran yang digunakan atau
dikeluarkan oleh gereja dalam melaksanakan program kegiatan dari setiap
komisi.Jumlah anggaran yang dikeluarkan olehn gereja itulah yang dicatat sebagai
realisasi anggaran.
d. Tim Verifikasi Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea
Pada Gereja Toraja Jemaat Tamalanrea memiliki tim verifikasi yang
bertugas untuk memeriksa keuangan gereja, pelaksanaan program serta
mengevaluasi. Tim verifikasi ini berdiri sendiri, yaitu komisi
-
52
verifikasi.Verifikasi dilakukan setiap akhir bulan dan setiap kegiatan gereja
yang sudah dilaksanakan untuk tim kerja dan kepanitiaan. Hasil wawancara
dari Tim Verifikasi Gereja, pemeriksaan keuangan gereja dilakukan
berdasarkan pada rencana keuangan dan program yang telah dibuat oleh
gereja. Pemeriksaan dilakukan dengan cara mencocokkan anggaran dengan
realisasinya. Laporan kinerja komisi dan APBJ (Anggaran Pendapatan
Belanja Jemaat) akan diperiksa apakah sudah sesuai dengan realisasi atai
tidak, dan hasil dari pemeriksaan tim verifikasi gereaja akan ditampilkan
dalam rapat pleno.
2) Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang
Paroki sebagai perpanjangan tangan Keuskupan serta menjadi
penanggung jawab Gereja. Untuk mencapai tujuannya, gereja memerlukan
dana sehingga gereja perlu membangun akuntabilitas tata kelola organisasi
khususnya dalam aspek keuangan. Menurut Pak Paulus Tangke selaku
bendahara gereja menjelaskan bahwa:
“Pemasukan gereja itu berasal dari sumbangan umat, seperti melalui
persembahan, ungkapan syukur, dan yang paling rutin itu persembahan
setiap ibadah.”
Dana yang diperoleh gereja berasal dari sumbangan umat seperti
persembahan dan ucapan syukur.Umat memberikan persembahan kepada
Tuhan sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Tuhan karena merasa
terberkati.
-
53
Dalam pertanggung jawaban pengelolaan dana gereja, semua berada
dibawa tanggung jawab Pastor Paroki yang kemudian diberikan kepada
keuskupan. Seperti yang dikatakan oleh Pak Paulus Tangke bahwa:
“Jadi ada aturannya itu, misalnya dari sekian penerimaan dalam satu
bulan ada yang wajib disetor ke keuskupan, ada yang tinggal di Paroki
yang bersangkutan sebagai dana untuk pengelolaan atau pelayanan
gereja.”
Alur pelaporan keuangan pada Gereja Katolik Paroki Maria Rosa
Mystica dibuat sederhana, hanya penerimaan dan pengeluaran saja dan hanya
sampai pada Pastor Paroki, karena apa yang dipersembahkan itu untuk Tuhan
dan Pastor Paroki dianggap sebagai utusan dari Tuhan. Pak Paulus juga
mengatakan bahwa:
“Apa yang kita berikan ya kita berikan untuk Tuhan, jangan sampai kita
ini cari lagi oh mana itu persembahanku digunakan untuk apa, karena
itulah makna persembahan. Istilahnya seperti kita ikhlaskan bahwa itu
sudah kita persembahkan. Tereserah Pastor, karena kita sudah anggap
Pastor itu wakil dari Tuhan, jadi kita tidak perlu tau dana itu digunakan
untuk apa, yang penting digunakan dengan baik dan benar. Seperti kata
Firman Tuhan bahwa apa yang diberikan oleh tangan kananmu
janganlah diketahui tangan kirimu, jadi untuk apa kita memberikan
kalau kita mau tanya lagi untuk apa itu saya punya uang, itu bukan lagi
persembahan. Hanya saja kita memberitahukan berapa pemasukan dan
pengeluaran, selebihnya hanya Pastor yang punya tanggung jawab.Jadi
kita memberikan persembahan itu dengan suka rela dan ikhlas.”
Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa praktik akuntabilitas
keuangan pada Gereja Katolik Paroki Maria Rosa Mystica Sudiang tidak
-
54
terlalu diketahui oleh publik karena bersifat hierarkis dan
tertutup.Penerimaan gereja berasal dari sumbangan umat, seperti
persembahan dan ucapan syukur. Umat memberikan persembahan tersebut
dengan rela tanpa harus mengetahui persembahan tersebut digunakan untuk
apa saja, karena itu adalah makna dari sebuah persembahan. Apa yang kita
persembahkan itu kita persembahkan untuk Tuhan. Persembahan yang
diberikan oleh umat akan d