Analisis Penokohan Poknyo: Amanat dalam Cerpen Gamja
Transcript of Analisis Penokohan Poknyo: Amanat dalam Cerpen Gamja
Analisis Penokohan Poknyo: Amanat dalam Cerpen Gamja
Nathasia Ayu Permata Hati, Eva Latifah
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai pesan moral yang dapat diambil dari penokohan karakter Poknyo. Cerpen
Gamja ini patut diteliti karena merupakan karya representatif dari Kim Dong In yang terkenal pada era 1920-an
di Korea sebagai pengarang yang beraliran naturalisme sehingga membuatnya menarik untuk diteliti. Metode
penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah close reading atau metode baca cermat. Sedangkan
pendekatan yang dipakai adalah pendekatan struktural yang berfokus pada tokoh utama cerpen Gamja yaitu
Poknyo serta ditunjang oleh analisis tokoh bawahan serta unsur intrinsik cerpen Gamja. Temuan dari penelitian
ini adalah faktor kemiskinan, lingkungan tempat tinggal, kehidupan keras yang dialami, dan kurangnya
pendidikan dapat merubah moral dan pola pikir seorang gadis polos.
Character Analysis of Poknyo: Message in Short Story Gamja
Abstract
This research discussed the moral message that can be drawn from the characterization of Poknyo. Short story
Gamja is relevant to be studied because it is a representative work of Kim Dong In, who is famous in the 1920s
in Korea as a representative of naturalism author. The research method applied in this thesis is a close reading
method. Whereas the approach method is the structural approach that focuses on the main character in the short
stories of Gamja,Poknyo and supported by analysis of subordinates as well as intrinsic elements of the short
story Gamja. The result of this study is poverty, living environment, hard life, and lack of education can change
the moral and the mindset of a girl. The risk of being someone of lower class (especially women) during the
occupation of Japan was not getting an education, had to work hard in order to earn money, have to deal with
harsh environments, and coupled with the necessities of life that remain to be met in any way.
Key words: characterization, message, Kim Dong In, naturalism
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Pendahuluan
Cerpen yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah cerpen karangan Kim Dong In
pada tahun 1925 yang berjudul Gamja (Potato). Kim Dong In merupakan pengarang yang
mewakili pengarang-pengarang era 1920 an di Korea. Era 1920-an merupakan kelanjutan dari
era sebelumnya yang mengkritisi nilai-nilai, sistem dan budaya tradisional. Pada era 1920-an
ini para pengarang terus menjalankan percobaan bentuk-bentuk baru fiksi. Bentuk baru yang
dimaksud disini adalah berkenaan dengan tema, isi, amanat dan tujuan dari suatu karya sastra.
Terutama Kim Dong In karena ia menolak didacticism1 dalam karya sastra dan memilih untuk
menampilkan potret kehidupan manusia yang sesungguhnya. Kim Dong In sangat
menekankan pada kemurnian dalam pembuatan karya dan menonjolkan dengan kuat
karakterisasi, terutama pada kondisi psikologis tokoh. Ciri khas dari pengarang-pengarang di
jaman ini adalah adanya aliran yang sangat mendominasi yaitu retorik romantisme yang
menampilkan kondisi hidup seseorang yang dalam keputus-asaan dan kesedihan.
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana tokoh dan
penokohan Poknyo dalam cerpen Gamja serta apa pesan moral yang ingin disampaikan
pengarang melalui kisah Poknyo. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pesan moral yang dapat diambil dari penokohan
karakter Poknyo dan perubahan karakternya. Penulis membatasi cakupan pembahasan
menjadi pesan moral dari penggambaran penokohan karakter utama yaitu Poknyo dan
perubahan karakternya. Penjelasan singkat mengenai kedua tokoh lainnya tetap penulis
cantumkan untuk membantu dalam mendeskripsikan penokohan tokoh Poknyo.
Tinjauan Teoritis
Tujuan dari penelitian ini adalah mencari pesan moral dari penokohan karakter Poknyo
dan perubahan karakternya. Untuk mencapai tujuan ini maka penulis tidak hanya akan
melakukan analisis terhadap penokohan Poknyo saja namun juga meneliti unsur intrinsik
lainnya, yaitu alasan pengarang menggunakan “kentang” sebagai judul dari cerpen ini dan
pemilihan nama Poknyo untuk karakter utamanya. Dengan meneliti kedua unsur intrinsik itu
maka diharapkan penggambaran penokohan Poknyo akan semakin jelas sehingga dapat
1 Didacticism adalah aliran dalam dunia sastra yang menggunakan sastra untuk menyampaikan nilai moral,
pendidikan, nilai keagamaan, dll. (한국문학평론가업회.문학비평용어사전○하 , 2006: 251)
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
diketahui amanat atau pesan moral dari cerpen Gamja ini. Karena menurut Sumardjo dan
Saini K.M, mencari arti sebuah cerpen, pada dasarnya adalah mencari tema yang terkandung
dalam cerpen tersebut (1991: 57).
Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya naratif. Tokoh
adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam berbagai peristiwa
dalam cerita (Sudjiman, 1988:16). Watak adalah tabiat, sifat, atau kepribadiaan tokoh rekaan
dalam suatu cerita yang membedakannya dengan tokoh lain. Penyajian watak dan tokoh
penciptaan citra tokoh ini disebut penokohan (Sudjiman, 1988:23). Istilah penokohan lebih
luas pengertiannya karena mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan
bagaiman penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga mampu memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca (Nurgiyantoro,1995: 166). Cerita merupakan suatu
karya rekaan yang ditampilkan untuk menyampaikan maksud penulis kepada pembaca. Tokoh
dan watak yang ada dalam cerita tersebut pun harus merupakan rekaan, tapi watak rekaan
tersebut haruslah yang dekat dengan kehidupan masyarakat sehari-hari agar pembaca dapat
dengan mudah mengenali dan memahami tokoh dalam cerita.
Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, ada dua jenis tokoh yaitu tokoh sentral dan
tokoh bawahan (Sudjiman, 1988: 17). Tokoh sentral atau tokoh utama tidak harus muncul
dalam setiap bagian cerita namun kemunculannya memegang peranan penting dalam
perjalanan alur cerita tersebut. Selain itu, tokoh sentral juga dapat dilihat karena dia
berhubungan dengan tokoh-tokoh lain sedangkan biasanya tokoh bawahan tidak selalu
berhubungan dengan tokoh-tokoh lainnya dalam cerita. Menurut Grimes (1975), adapun yang
dimaksud dengan tokoh bawahan adalah tokoh yang kedudukannya tidak sentral dalam cerita
tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama
(Sudjiman, 1988: 19).
Untuk melihat sifat tokoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan
secara tidak langsung. Pada metode langsung, sifat tokoh langsung digambarkan oleh
pengarang dalam kalimat atau dialog. Dengan metode ini pembaca dapat dengan mudah
mengenali watak sang tokoh. Pada metode tidak langsung, sifat tokoh digambarkan secara
tersirat dari perkataan, sikap, cara berpakaian, dan lain sebagainya. Dalam metode ini,
pembaca diajak untuk berpikir mengenai watak yang ingin digambarkan tokoh tersebut
kepada pembaca.
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Menurut Minderop, nama tokoh dalam suatu karya sastra kerap kali digunakan untuk
memberikan ide atau menumbuhkan gagasan, memperjelas serta mempertajam perwatakan
tokoh (2005: 8). Biasanya pemberian nama suatu tokoh mengacu pada karakteristik dominan
tokoh tersebut, seperti contoh yang diberikan oleh Minderop, tokoh Edward Murdstone dalam
David Copperfield karya Charles Dickens; (stone sama dengan batu- keras) berarti si tokoh
memiliki watak yang keras (2005: 9). Namun Minderop juga menambahkan bahwa, pembaca
perlu mencermati penggunaan nama secara ironis yang dikarakterisasikan melalui inversi.
Misalnya, tokoh Fortunato dalam The Cast of Amontillado karya Edgar Allan Poe yang
senantiasa bernasib sial (unfortunate of men); padahal kata “fortunato” berarti beruntung
(2005: 10). Dapat disimpulkan bahwa melalui penamaan tidak hanya watak tokoh saja yang
tampak namun juga tema dari karya sastra tersebut dapat terungkap melalui penggambaran
tokohnya. Berdasarkan teori ini maka penulis akan menganalisis arti nama Poknyo apakah
kisah hidupnya sesuai dengan arti namanya yaitu wanita (penuh) berkah atau malah
kebalikannya. Sehingga melalui analisis-analisis ini diharapkan dapat membantu penulis
dalam melakukan analisis penokohan Poknyo.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah close reading atau metode
baca cermat. Metode close reading merupakan metode pemahaman sastra yang
dikembangkan oleh aliran New Criticism yang lebih banyak menuntut kemampuan bahasa,
kepekaan sastra, kemendalaman minat, daripada membaca biasa.
Pembahasan
1. Analisis Penokohan Sentral
1.1 Lugu dan Polos
Pada awal cerita Poknyo digambarkan sebagai gadis yang bermoral, lugu dan polos.
Cerpen ini dibuka dengan latar belakang tokoh Poknyo. Pengarang memberikan gambaran
siapa itu Poknyo, dari keluarga yang seperti apa, dan seperti apa moralitasnya. Karakter
Poknyo dan digambarkan secara langsung dan tidak langsung oleh pengarang melalui
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
beberapa peristiwa. Sesuai dengan perkembangan alurnya pertama-tama karakter Poknyo
digambarkan sebagai gadis yang bermoral, lugu dan polos, dapat dilihat pada kutipan berikut:
복녀는, 원래 가난은 하나마 정직한 농가에서 규칙 있게 자라난 처녀였었다.
이전 선비의 엄한 규율은 농민으로 떨어지자부터 없어졌다 하나, 그러나
어딘지는 모르지만 딴 농민보다는 좀 똑똑하고 엄한 가율이 그의 집에 그냥
남아 있었다. (감자: 182)
Terjemahan bebas:
Poknyo sejak awalnya miskin, namun ia tumbuh sebagai anak yang disiplin dalam
keluarga petani yang jujur. Tentu saja, kerasnya aturan tradisional dari sebuah
keluarga yang berpendidikan lambat laun sirna ketika keluarga itu turun derajat
menjadi petani, namun masih jelas terlihat bahwa ada kepintaran dan kedisiplinan
yang tidak dimiliki oleh keluarga petani yang lain.
Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang Poknyo adalah dari sebuah
keluarga petani yang bermartabat. Walaupun pengarang tidak dengan jelas menyatakan status
sosial keluarga Poknyo, namun melalui ungkapan „sebelum akhirnya jatuh miskin‟ dapat
ditarik kesimpulan bahwa dulunya keluarga Poknyo adalah keluarga petani yang cukup
berada. Kutipan „ia tumbuh sebagai anak yang disiplin‟ menandakan bahwa orang tua Poknyo
sudah menanamkan nilai-niai moral dan kedisiplinan padanya sejak kecil. Sehingga ketika
keluarga Poknyo jatuh miskin nilai-nilai moral yang sudah tertanam itu tidak serta merta
hilang.
Setelah menikah dengan suami yang sangat malas itu, Poknyo mengalami penderitaan
yang bertubi karena ulah suaminya. Pada awal pernikahannya, Poknyo dan suaminya terpaksa
hidup berpindah-pindah. Penyebabnya adalah kemalasan suami Poknyo membuat kesal
pemilik tanah, keluarga Poknyo dan pemilik rumah yang mereka pernah tumpangi. Sampai
pada akhirnya mereka terpaksa tinggal di luar pintu gerbang Chilseung.
Pengarang menyajikan dengan jelas bagaimana keadaan ekonomi dan sosial masyarakat
yang tinggal di luar gerbang Chilsung. Daerah tersebut merupakan daerah yang terbelakang
secara ekonomi sehingga mata pencaharian masyarakatnya sebagian besar mengemis,
prostitusi atau yang berhubungan dengan tindakan kriminal. Dalam lingkungan yang seperti
inilah Poknyo dan suaminya hidup. Namun Poknyo lebih memilih menjadi pengemis daripada
terjun ke dalam dunia prostitusi atau tindakan kriminal. Ini merupakan bukti bahwa ada nilai
moral di dalam dirinya yang melarangnya untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak
pantas. Poknyo dan suaminya yang pemalas itu terpaksa hidup miskin karena pilihan hidup
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
yang diambil Poknyo. Sampai tahap ini Poknyo masih lugu dan menjunjung tinggi nilai-nilai
moral serta martabat. Namun seperti manusia pada umumnya ketika perut kosong matapun
menjadi gelap. Kemiskinan yang dialaminya lambat laun mengubah sifat, pemikiran, dan
pandangan hidupnya.
1.2 Berorientasikan Uang
Suatu hari ketika Poknyo menginjak usia sembilan belas tahun ia terpilih untuk bekerja
sebagai pengambil ulat. Ketika itu ia menyadari suatu keanehan yang kemudian akan menjadi
awal dari perubahan cara pandang Poknyo yang lugu menjadi sangat berorientasi uang. Pada
awalnya Poknyo bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan uang. Pekerjaan
menangkap ulat memang terdengar mudah, namun pohon pinus merah yang muncul pada
cerpen ini merupakan jenis pohon pinus yang cukup tinggi sehingga Poknyo harus memanjat
menggunakan tangga. Pekerjaan yang melelahkan itu memberinya upah tiga puluh dua Jeon
dalam sehari. Jumlah upah yang diterima Poknyo dari hasil kerja kerasnya ini berhubungan
dengan perubahan pandangan hidupnya. Berikut adalah peristiwa yang merubah pandangan
hidup Poknyo:
그러나 대엿새 하는 동안에 그는 이상한 현상을 하나 발견하였다. 그것은
다른 것이 아니라, 젊은 여인부 한 여나믄 사람은 언제나 송충이는 안 잡고,
아래서 지절거리며 웃고 날뛰기만 하고 있는 것이었다. 뿐만 아니라, 그 놀고
있는 인부의 품삯은, 일하는 사람의 삯전보다 팔 전이나 더 많이 내어주는
것이다.
감독은 한 사람뿐이었는데 감독도 그들의 놀고 있는 것을 묵인할 뿐 아니라,
때때로는 자기까지 섞여서 놀고 있었다. (감자: 185-186)
Terjemahan bebas:
Setelah lewat lima atau enam hari ia menemukan sesuatu yang aneh. Hal yang
dilihatnya itu adalah ada beberapa gadis muda yang bukannya menangkap ulat
tetapi malah bermain-main dan bersenda gurau. Tidak hanya itu, upah yang
mereka terima delapan Jeon lebih banyak dibandingkan dengan yang bekerja
dengan sungguh-sungguh.
Di sana ada seorang pengawas, namun bukannya memarahi mereka yang sedang
bermain-main, pengawas itu malah ikut bermain-main bersama sekumpulan gadis
itu.
Di mata Poknyo yang lugu itu gadis-gadis dan pengawas yang bersenda gurau hanya
sekedar bermain-main saja. Pengarang membuat suasana yang membuat pembaca bisa
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
langsung menebak bahwa ada perlakuan khusus yang diterima gadis-gadis itu. Sehingga
ketika pengawas memanggil Poknyo tentu saja maksudnya bukan untuk mengajak Poknyo
bermain. Buktinya dapat dilihat pada narasi yang menyatakan bahwa setelah peristiwa
pemanggilan Poknyo tersebut Poknyo menjadi sama seperti gadis-gadis yang mendapat upah
lebih tanpa harus bekerja. Pengarang tidak secara langsung menyatakan bahwa Poknyo diajak
berhubungan badan dengan pengawas, namun secara implisit dapat diketahui bahwa ada
alasan mengapa ada perlakuan khusus bagi gadis-gadis yang tidak bekerja tersebut.
Sebenarnya Poknyo sadar bahwa melakukan hubungan badan dengan pria lain yang
bukan suaminya adalah perbuatan yang sangat tidak pantas. Ini berarti hal yang ia lakukan
sebenarnya bertentangan dengan nilai moral yang ada di dalam dirinya. Namun yang terjadi
setelahnya adalah pemikiran Poknyo yang mulai berubah. Dari kutipan berikut ini dapat
diketahui bagaimana perubahan yang terjadi pada prinsip dan moralitas Poknyo:
그러나 이런 이상한 일이 어디 다시 있을까. 사람인 자기도 그런 일을 한
것을 보면, 그것은 결코 사람으로 못할 일이 아니었었다. 게다가 일 안하고도
돈 더 받고, 긴장된 유쾌가 있고, 빌어먹는 것보다 점잖고…
일본말로 하자면 '삼 박자(拍子)' 같은 좋은 일은 이것뿐이었었다.
이것이야말로 삶의 비결이 아닐까. 뿐만 아니라, 이 일이 있은 뒤부터, 그는
처음으로 한 개 사람이 된 것 같은 자신까지 얻었다.
그 뒤부터는, 그의 얼굴에는 조금씩 분도 바르게 되었다. (감자: 187)
Terjemahan bebas:
Namun hal aneh seperti ini kapan lagi bisa ia dapatkan. Dia sendiri yang juga
manusia, setelah melakukan hal itu ternyata hal itu bukanlah hal yang tidak bisa
diperbuat oleh manusia. Ditambah lagi dia tidak perlu bekerja namun mendapat
uang dan ada ketegangan yang memuaskan dan dibandingkan dengan mengemis
ini lebih mendingan….
Seperti ungkapan dalam bahasa Jepang yaitu Sambakja2. Bukankah ini merupakan
misteri kehidupan. Tidak hanya itu, setelah dia melakukan hal itu untuk pertama
kalinya dia merasakan suatu kepercayaan diri bahwa dirinya telah menjadi
manusia yang seutuhnya .
Sejak saat itu ia mulai sedikit memakai bedak.
2 Sambakja(삼박자) adalah ungkapan yang artinya mirip dengan peribahasa “Sekali dayung, dua tiga pulau
terlampui”. Ungkapan ini berasal dari suatu alat musik yang satu nadanya terdiri dari tiga ketukan. (김혜니,
이성록, 꼭 읽어야 할 한국단편 35선 ○1 권, 서울, 2007: hal 44)
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Lanjutan dari pertentangan batin yang dialami Poknyo menjelaskan bahwa Poknyo
mulai menyadari bahwa hal yang tidak senonoh yang dia lakukan itu ternyata memberikan
keuntungan baginya. Selain upah lebih yang ia dapatkan, Poknyo juga mendapatkan
kenyamanan dibandingkan dengan kerja keras yang dia alami baik mengemis maupun
mengambil ulat. Poknyo menganggap pekerjaan barunya ini lebih menguntungkan karena
seperti peribahasa “Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui”, dia tidak perlu bersusah payah
bekerja dan ada kenikmatan yang dia peroleh ketika melakukan hubungan tersebut.
Poknyo yang dulunya lebih memilih untuk mengemis daripada mencuri ataupun terjun
ke dunia prostitusi itu sudah benar-benar berubah. Tidak hanya pandangannya mengenai
prostitusi yang berubah, Poknyo juga mulai mencuri kentang seperti yang kebanyakan wanita
di daerahnya lakukan. Hal ini ditunjukkan pada kutipan berikut ini:
칠성문 밖 빈민굴의 여인들은 가을이 되면 칠성문 밖에 있는 중국인의 채마
밭에 감자(고구마)며 배추를 도둑질하러, 밤에 바구니를 가지고 간다.
복녀도 감잣개나 잘 도둑질하여 왔다. (감자: 189)
Terjemahan bebas:
Pada musim gugur para wanita penduduk bagian luar gerbang Chilseung pergi ke
kebun milik orang Cina sambil membawa keranjang untuk mencuri kentang (ubi)
dan kubis. Poknyo juga ikut mencuri kentang atau tanaman lainnya.
Seperti yang diungkapan pada kutipan tersebut, Poknyo sudah tidak lagi menganggap
mencuri itu perbuatan yang tidak baik. Poknyo yang dulu tidak akan mau melakukan hal-hal
yang kotor ini tetapi Poknyo yang sekarang sudah menjadi tidak ada bedanya dengan para
wanita yang tinggal di bagian luar gerbang Chilseung. Berhubungan dengan lelaki lain demi
uang dan bahkan mencuri pun kini ia jalani.
Suatu hari Poknyo tertangkap basah sedang mencuri kentang oleh pemilik ladang yang
tidak lain adalah Tuan Wang. Namun bukannya memberikan hukuman atau melaporkan
Poknyo, Tuan Wang menyuruh Poknyo mengganti rugi dengan tubuhnya. Yang menarik
adalah reaksi Poknyo setelah peristiwa ini terjadi, reaksinya adalah bukti bahwa Poknyo
sudah membuang nilai-nilai moralnya dan yang terpenting baginya adalah bagaimana
mendapatkan uang.
Secara tersirat pengarang menunjukkan bahwa hukuman yang diberikan Tuan Wang
pada Poknyo sebagai ganti rugi telah mencuri di ladangnya adalah dengan tidur bersamanya.
Hal ini dapat disimpulkan pada kalimat pertama kutipan tersebut bahwa Poknyo keluar dari
rumah Tuan Wang sejam kemudian. Bahkan Tuan Wang memberinya uang sebesar tiga Won,
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
dapat diketahui dari percakapan Poknyo dengan seorang wanita. Dapat dilihat dari kutipan di
atas bahwa Poknyo bisa dengan mudah membanggakan uang yang ia dapatkan dengan tidur
dengan Tuan Wang. Rasa bangga yang Poknyo tunjukkan ini adalah bukti bahwa
pemikirannya telah berubah menjadi asalkan mendapatkan uang apapun akan dia lakukan.
1.3 Ambisius dan Penuh Obsesi
Pengarang dengan jelas menggambarkan tahapan demi tahapan perubahan karakter
Poknyo. Ketika ia tertangkap basah sedang mencuri kentang di ladang milik Tuan Wang dan
bertemu untuk pertama kalinya dengan Tuan Wang. Pertemuannya dengan Tuan Wang ini
adalah titik puncak perubahan karakternya. Poknyo sudah benar-benar membuang nilai-nilai
moral yang dia anut dahulu dan seolah terlahir menjadi seorang pribadi yang sama sekali baru.
Poknyo yang awalnya polos, bermoral, dan lugu dalam memandang hubungan dengan lawan
jenis menjadi seorang yang penuh ambisi dan obsesi terhadap Tuan Wang.
Pada awalnya Poknyo buta dalam urusan percintaan. Ia menikah dengan orang yang
tidak dicintainya dengan terpaksa dan harus hidup menderita demi mencari uang. Pada suatu
hari dalam hidupnya datanglah Tuan Wang, seseorang yang akhirnya bisa merubah nasib
Poknyo dari orang yang paling miskin menjadi orang yang paling kaya di daerahnya. Bagi
Poknyo, Tuan Wang adalah sosok pria yang sama sekali berbeda dengan suaminya. Tuan
Wang mampu memberinya uang dalam jumlah yang besar. Tidak seperti suaminya yang tidak
menafkahinya dan hanya menikmati uang hasil kerja keras Poknyo. Jadi dalam diri Poknyo
mulai timbul rasa ingin memiliki Tuan Wang seutuhnya. Tuan Wang hanyalah miliknya saja.
Hal yang kemudian terjadi adalah Poknyo mendatangi kediaman Tuan Wang ketika pesta
pernikahan berlangsung. Poknyo berencana menggagalkan pernikahan tersebut dengan
membunuh Tuan Wang. Secara lebih jelas dapat dilihat pada kutipan berikut:
복녀는 집 모퉁이에 숨어 서서 눈에 살기를 띠고 방안의 동정을 듣고 있었다.
다른 중국인들은 새벽 두시쯤 하여 돌아가는 것을 보면서 복녀는 왕 서방의
집 안에 들어갔다. 복녀의 얼굴에는 분이 하얗게 발려 있었다.( 감자: 192)
Terjemahan bebas :
Poknyo bersembunyi di sudut rumah itu dengan pandangan haus akan darah. Ia
menguping apa saja yang sedang terjadi di dalam kamar.
Para orang Cina yang lain mulai pulang sekitar pukul dua subuh, melihat hal itu
Poknyo segera masuk ke rumah Tuan Wang. Saat itu wajah Poknyo sangat putih
oleh bedak yang dipoleskannya.
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Pada kutipan tersebut dapat diketahui bahwa Poknyo sudah merencanakan dengan
matang penyerangannya ke rumah Tuan Wang. Poknyo bersembunyi di salah satu sudut
rumah sambil mengamati keadaan rumah Tuan Wang. Terbukti dari cara Poknyo menyusup
ke rumah Tuan Wang. Dengan cerdiknya Poknyo menanti sampai semua tamu pulang agar
tidak ada yang bisa menggagalkan rencananya. Keinginan Poknyo untuk membunuh Tuan
Wang tidak disebutkan secara eksplisit namun dari penjelasan narator mengenai pandangan
Poknyo yang haus akan darah itu dapat menunjukkan bahwa Poknyo ingin membunuh Tuan
Wang yang mengkhianati serta menyakiti hatinya. Pada kalimat akhir pada kutipan tersebut
disebutkan bahwa Poknyo memakai bedak. Maksud pengarang mencantumkan gambaran
wajah Poknyo yang putih dengan bedak ini adalah untuk memperkuat gambaran bahwa
Poknyo sudah mempersiapkan dirinya untuk membalaskan sakit hatinya pada Tuan Wang.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kim Hyeni dan Lee Suk Rok, alasan Poknyo
memakai bedak adalah untuk mempercantik dirinya di mata Tuan Wang dan sekaligus
merupakan gambaran kebencian Poknyo (terjemahan bebas dari 꼭 읽어야 할 한국단편
35선 ○1 권, hal. 47).
Perbuatan nekatnya ini adalah wujud dari obsesinya ingin memiliki Tuan Wang dan
perasaan tidak rela jika Tuan Wang meninggalkan dirinya. Dalam kutipan ini pengarang
menggunakan ungkapan mata yang menakutkan untuk menggambarkan suasana hati Poknyo
yang penuh amarah dan ambisi untuk balas dendam. Poknyo dengan lancang masuk ke dalam
kamar pengantin dan menarik-narik Tuan Wang untuk pergi dengannya. Perbuatan ini adalah
bukti bahwa obsesinya untuk memiliki Tuan Wang sangat besar hingga membuatnya gelap
mata dan nekat. Peristiwa ini dapat dilihat lebih jelas pada kutipan berikut:
복녀의 입에 아직껏 떠돌던 이상한 웃음은 문득 없어졌다.
“이까짓 것.”
그는 발을 들어서 치장한 신부의 머리를 찼다.
“자, 가자우, 가자우.”(감자: 192)
Terjemahan bebas:
Suara tawa Poknyo yang bergema dari tadi tiba-tiba menghilang.
“ Beraninya kau.”
Dia mengangkat kakinya dan menendang kepala mempelai wanita yang masih
mengenakan hiasan itu.
“ Nah, ayo pergi, ayo.”
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui adanya perubahan suasana hati Poknyo.
Pada dua kutipan sebelumnya disebutkan bahwa Poknyo mengeluarkan tawa yang aneh ketika
memasuki kamar Tuan Wang, namun pada kutipan ini tawa aneh Poknyo hilang. Tawa aneh
Poknyo ketika memasuki kamar Tuan Wang adalah tawa kemenangan bahwa masih ada
kesempatan atau harapan bagi Poknyo untuk mendapatkan Tuan Wang. Saat ini Poknyo
masih bisa mengendalikan emosinya. Akan tetapi pada kutipan ini dijelaskan bahwa tawa
aneh Poknyo hilang dan diikuti dengan meledaknya emosi. Hilangnya tawa aneh Poknyo bisa
diartikan hilangnya akal sehat dan pengendalian emosinya dalam mendapatkan Tuan Wang.
Dengan kata lain ketika tawanya hilang pengendalian emosinya pun hilang, Poknyo berubah
menjadi liar dan menendang kepala pengantin perempuan serta menarik tangan Tuan Wang
dengan penuh emosi. Perlu digaris bawahi bahwa Poknyo yang pertama kali menyebabkan
perkelahian fisik. Kelanjutan dari peristiwa ini dapat dilihat pada kutipan berikut:
왕 서방은 와들와들 떨었다. 왕 서방은 복녀의 손을 뿌리쳤다.
복녀는 쓰러졌다. 그러나 곧 다시 일어섰다. 그가 다시 일어설 때는, 그의
손에는 얼른얼른 하는 낫이 한 자루 들리어 있었다.
“이 되놈, 죽에라. 이놈, 나 때렸디! 이놈아, 아이구 사람 죽이누나.”( 감자:
192-193)
Terjemahan bebas:
Tuan Wang menjadi terhuyung-huyung. Dia menghentakkan tangan Poknyo.
Poknyo terjatuh. Namun dengan segera ia bangkit. Ketika ia bangkit, tangannya
sudah menggenggam sebilah sabit.
“ Orang Cina ini, mati saja!. Bangsat, kau memukulku! Sialan, kau mau
membunuhku ya.”
Kutipan di atas menjelaskan klimaks dari pertengkaran Poknyo dan Tuan Wang. Setelah
tangannya dihempaskan oleh Tuan Wang, Poknyo menjadi kalap dan mengeluarkan sabit
sambil memaki-maki Tuan Wang. Dari sini dapat diketahui bahwa Poknyo sudah
mempersiapkan sabit sebelumnya dan sekaligus menjadi bukti Poknyo sudah merencanakan
penyerangan ini dengan matang. Berawal dari ambisinya untuk memiliki Tuan Wang, Poknyo
malah merencanakan pembunuhan terhadap Tuan Wang. Ambisinya untuk memiliki Tuan
Wang terlalu besar sehingga menyebabkan Poknyo ingin hanya dirinya saja yang bisa
memiliki Tuan Wang. Kalaupun dirinya tidak bisa memiliki Tuan Wang, maka tidak ada
satupun yang bisa memilikinya.
1.4 Pencemburu
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Pada awalnya penulis sempat curiga bahwa Poknyo mungkin saja tidak mempunyai
perasaan terhadap Tuan Wang. Jika Tuan Wang memiliki istri maka pekerjaannya sebagai
„teman tidur‟ Tuan Wang akan hilang. Berdasarkan dari kecurigaan tersebur penulis sempat
berpendapat bahwa Poknyo tidak memiliki rasa cinta terhadap Tuan Wang. Namun setelah
menganalisis lebih lanjut ternyata pengarang memberikan tanda-tanda tersirat bahwa
sebenarnya Poknyo menjadi wanita yang obsesif itu karena rasa cintanya pada Tuan Wang.
Sikap yang diambil Poknyo ketika ia tahu bahwa Tuan Wang akan memiliki istri itu
menunjukkan rasa kecemburuan. Melalui kutipan berikut dapat diketahui bagaimana
pengarang menunjukkan rasa cemburu Poknyo terhadap Tuan Wang:
그때 왕 서방은 돈 백원으로 어떤 처녀를 하나 마누라로 사오게 되었다.
“흥!” 복녀는 다만 코웃음만 쳤다.
"복녀, 강짜하갔구만.”
동네 여편네들이 이런 말을 하면, 복녀는 흥 하고 코웃음을 웃고 하였다.
내가 강짜를 해? 그는 늘 힘있게 부인하고 하였다. 그러나 그의 마음에
생기는 검은 그림자는 어찌할 수가 없었다.
“이놈 왕 서방. 네 두고 보자.” (감자: 191)
Terjemahan bebas:
Saat itu Tuan Wang membeli seorang perempuan untuk menjadi istri dengan
harga 100 Won
"Huh," dengus Poknyo.
"Poknyo pasti cemburu," setiap kali istri-istri daerah itu berkata seperti itu Poknyo
membalasnya dengan mendengus.
Aku cemburu? Dia selalu mengelak namun dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa
terhadap hatinya yang menghitam
" Beraninya kau Tuan Wang. Tunggu pembalasanku."
Pada kutipan tersebut ketika Poknyo diejek oleh tetangga bahwa ia cemburu karena
Tuan Wang akan menikah, Poknyo bersikeras bahwa ia tidak cemburu. Namun narator
menyebutkan bahwa walaupun Poknyo menolak namun ada kegelapan di dalam hatinya yang
membuatnya berkata,” Beraninya kau Tuan Wang. Tunggu pembalasanku." Ini adalah bukti
bahwa ada kecemburuan di dalam diri Poknyo dan sekaligus merupakan bukti bahwa ada
rasa cinta terhadap Tuan Wang.
2. Analisis Penokohan Bawahan
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
2.1 Suami Poknyo
Tokoh Suami memegang peranan penting dalam cerpen Gamja ini. Karena Poknyo
mengalami perubahan sifat, karakter, dan nilai moralnya setelah menikah dengan tokoh
Suami. Suami Poknyo digambarkan dengan jelas oleh pengarang sebagai seorang yang
pemalas dan suka uang. Dapat dilihat pada kutipan berikut:
[…] 그는 극도로 게으른 사람이었었다. 동네 노인의 주선으로 소작 밭깨나
얻어주면, 종자나 뿌려둔 뒤에는 후치질도 안하고 김도 안 매고 그냥
버려두었다가는, 가을에 가서는 되는 대로 거두어서 „금년은 흉년이네‟하고
전주집에는 가져도 안가고 자기 혼자 먹어버리고 하였다. 그러니까 그는
한밭을 이태를 연하여 붙여본 일이 없었다. 이리하여 몇 해를 지내는 동안
그는 그 동네에서는 밭을 못 얻으리만큼 인심과 신용을 잃고 말았다. (감자:
183)
Terjemahan bebas:
[…] Dia adalah orang yang benar-benar pemalas. Jika dia mendapatkan lahan
sewaan untuk digarap dari rekomendasi para penatua daerah itu, setelah dia
menebar benih dia tidak mencangkul maupun menyiangi rumput-rumputnya dan
hanya membiarkannya begitu saja. Saat musim gugur tiba dia memanen hasilnya
dengan tidak peduli dia berkata “ Tahun ini gagal panen.” Kemudian dia tidak
menyerahkan hasilnya kepada pemilik tanah, namun malah dimakan sendiri.
Karena itulah dia tidak pernah menggarap lahan yang sama dalam dua tahun.
Setelah beberapa tahun berlalu akhirnya dia kehilangan simpati dan kepercayaan
dari orang-orang dan tidak dipercayakan lahan lagi.
Dari kutipan di atas dapat dilihat bagaimana kondisi ekonomi suami istri ini. Mereka
tidak punya sawah sendiri. Dengan kemurahan hati tetangganya mereka mendapatkan
pinjaman sawah untuk digarap. Mendapatkan kepercayaan seperti itu bukannya dimanfaatkan
sebaik mungkin untuk mendapatkan uang, namun suami Poknyo malah tetap bermalas-
malasan. Yang tokoh Suami lakukan hanya menanam saja tanpa menyiangi bila ada rumput
liar, tidak memberi pupuk, dan hal lain yang sepantasnya dilakukan dalam bercocok tanam.
Ketika musim panen tiba tentu saja tidak akan mendapatkan hasil yang memuaskan. Sifat
tokoh Suami yang tidak tahu diri ini sangat terlihat pada tindakannya yang tidak menyerahkan
hasil panennya kepada orang yang meminjaminya ladang. Tidak salah jika pemilik tanah
kecewa dan tidak memberikan pinjaman lagi.
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Pengarang cerpen Gamja menunjukkan kepada pembaca bagaimana latar belakang
tokoh Suami yang membuat karakternya seperti itu. Tokoh suami berasal dari latar belakang
keluarga yang cukup berada, karena sejak kecil dia dibesarkan dengan segala kecukupan.
Ketika ia menjadi pemimpin keluarganya dia tidak punya naluri untuk bekerja. Rasa tanggung
jawab juga tidak ia miliki. Ketika harta keluarganya menjadi miliknya bukannya diusahakan
untuk mendapatkan keuntungan dan melipat gandakannya namun malah dihabiskannya.
Sifat ini terus berlanjut sampai ia menikahi Poknyo. Tokoh Suami ini tidak memiliki naluri
untuk menafkahi istri yang jauh lebih muda darinya itu.
Hubungan tokoh Suami dengan Poknyo sejak awal digambarkan sebagai pernikahan
tanpa cinta. Akibat dari kelakuan suaminya yang benar-benar malas ini, Poknyo terpaksa
harus bekerja keras mencari uang. Menghadapi suami yang tidak bisa diandalkan, Poknyo
hanya bisa berusaha untuk tetap bisa makan dan hidup bagaimanapun caranya. Karena itulah
tahapan demi tahapan perubahan hidup Poknyo dan kemerosotan moralnya sangat
dipengaruhi oleh tokoh suami ini.
Sikap tokoh Suami yang tidak melarang istrinya terjun ke dalam dunia prostitusi dan
malah menikmati hasil jerih payahnya itu juga termasuk faktor pendorong perubahan sifat
Poknyo. Ketidakpeduliannya terhadap istri membuat istrinya, Poknyo, semakin tenggelam
dalam dunia prostitusi. Pada puncaknya ketika istrinya meninggal ia malah dengan mudah
menukarkan kematian istrinya dengan uang. Memiliki suami seperti ini membuat Poknyo
mendambakan sosok pria yang bisa mengayomi dirinya. Tidaklah salah jika akhirnya Poknyo
jatuh cinta pada Tuan Wang yang mampu memberinya uang yang banyak, bahkan
menjadikan dirinya orang terkaya di daerah luar gerbang Chilseung.
2.2 Tuan Wang
Tokoh sampingan kedua yang memegang peran penting dalam kisah ini adalah Tuan
Wang. Tuan Wang digambarkan sebagai seorang Cina yang kaya, gemar menghamburkan
uang demi kesenangan, dan menganggap segala sesuatu bisa dibereskan dengan uang. Dapat
dilihat pada kutipan berikut
밤중 복녀의 시체는 왕 서방의 집에서 남편의 집으로 옮겼다. 그리고
시체에는 세 사람이 둘러앉았다. 한 사람은 복녀의 남편, 한 사람은 왕 서방,
또 한 사람은 어떤 한방 의사 - 왕 서방은 말없이 돈주머니를 꺼내어, 십
원짜리 지폐 석 장을 복녀의 남편에게 주었다. 한방 의사의 손에도 십 원짜리
두 장이 갔다. 이튿날, 복녀는 뇌일혈로 죽었다는 한방의의 진단으로
공동묘지로 가져갔다. (감자: 193)
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Terjemahan bebas:
Pada malam harinya jenazah Poknyo dipindahkan dari rumah Tuan Wang ke
rumah suaminya. Setelah itu ada tiga orang yang duduk disekitar jenazah itu.
Orang-orang tersebut adalah suami Poknyo, Tuan Wang, dan seorang dokter
pengobatan oriental. Tanpa berkata-kata, Tuan Wang mengeluarkan kantong
uangnya dan memberikan tiga lembar sepuluh Won kepada suami Poknyo.
Kemudian dua lembar sepuluh Won kepada dokter itu. Keesokan harinya Poknyo
didiagnosis meninggal karena stroke dan dikuburkan di pemakaman umum.
Walaupun tindakannya membunuh Poknyo murni karena ketidaksengajaan ketika
membela diri namun jalan yang diambil dengan menyuap dokter dan memalsukan alasan
kematian merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab. Selain itu tindakannya menyuap
suami Poknyo dan suami Poknyo menerima uang suap itu menunjukkan bahwa kedua lelaki
ini memandang Poknyo sama seperti barang yang tidak berharga.
Bagi Poknyo, Tuan Wang adalah sosok pahlawan sekaligus pria idaman, karena
karakter Tuan Wang dengan mudah menghamburkan uang demi kesenangan. Dengan mudah
ia memberikan uang yang berlebih setiap kali berhubungan dengan Poknyo. Kehidupan
Poknyo menjadi berubah drastis setelah dia bertemu dengan Tuan Wang. Ketika Poknyo dan
suaminya pindah ke daerah luar gerbang Chilseung, mereka merupakan keluarga yang
termiskin di kawasan yang sangat miskin itu. Akan tetapi setelah Poknyo bertemu dengan
Tuan Wang yang dengan mudah memberinya uang dalam jumlah yang besar setelah tidur
dengannya, Poknyo dan suaminya menjadi keluarga terkaya di daerah itu. Kehidupannya
benar-benar berbalik dan dengan segala kenyamanan yang dimilikinya Poknyo tidak perlu
lagi mengemis atau mencuri lagi.
Ketika Poknyo berada di puncak hidupnya, datanglah kabar bahwa pahlawan hidupnya
itu akan menikah dengan perempuan lain. Rasa cemburunya muncul dan dirinya begitu
dibakar emosi dan obsesi ingin memiliki Tuan Wang. Puncaknya adalah ketika Poknyo nekat
mendatangi rumah Tuan Wang ketika upacara pernikahan berlangsung untuk membunuh
Tuan Wang. Rasa cintanya terhadap Tuan Wang telah membutakan dirinya sampai berniat
untuk membinasakan nyawa Tuan Wang sendiri. Seperti inilah pengaruh Tuan Wang dalam
kehidupan Poknyo.
3. Analisis unsur intrinsik lainnya
3.1 Analisis simbol kentang
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Kentang dibawa masuk ke Eropa oleh F.Pizzaro, seorang pelaut berkebangsaan Spanyol
pada 1532 dan diperkenalkan sebagai makanan budak. Bagi seorang budak yang hina,
makanan mereka tidak boleh sama dengan makanan penduduk asli Eropa yang mahal.
Akhirnya, makanan pokok para budak itu adalah kentang karena sesuai dengan kantong
mereka. Selain itu ada pandangan bahwa kentang merupakan jebakan setan. Orang Eropa
melihat bahwa satu pohon kentang yang bisa menghasilkan lima puluh buah sekaligus itu
adalah sesuatu yang aneh. Kentang adalah tanaman yang mudah ditanam dan hasilnya bisa
banyak dalam sekali panen. Hal ini tidak bisa dipercaya bagi orang Eropa sehingga mereka
menganggap bahwa itu adalah akal-akalan setan.
Berbeda dengan pandangan bangsa Eropa, di Korea kentang mendapatkan sambutan
yang sangat baik sejak diperkenalkan pertama kali dari Dinasti Ching. Daerah yang terkenal
di Korea Selatan sebagai penghasil kentang terbaik adalah Gangwon-do. Kentang merupakan
ikon dari Gangwon-do.Tanaman kentang yang ada di Gangwon-do berbeda dengan yang
tumbuh di tempat lainnya karena bibit kentang yang digunakan merupakan jenis baru yang
didatangkan dari Jerman pada 1920. Jenis yang baru ini dapat ditanam di tanah yang paling
susah ditanami sekalipun dan cocok untuk petani tebang-bakar. Bagi orang Gangwon-do ada
anggapan bahwa dengan memakan kentang maka badan akan menjadi kuat dan karakter akan
menjadi halus.
Menurut Kim Chang Han (Dalam 문홍주, 1988) pada bukunya yang berjudul
Wonjeobo, menuliskan bahwa asal mula kentang sampai ke daratan Korea dibawa oleh
seorang missionaris dari Inggris. Pada tahun 1832, kapal dagang Inggris terdampar di perairan
Jeollabuk-Do (Provinsi Jeolla di Korea Selatan) dan mengapung selama kurang lebih satu
bulan. Seorang missionaris yang berada di dalam kapal itu membagi-bagikan benih kentang
kepada penduduk setempat dan mengajarkan bagaimana cara menanamnya. Ayah Kim Chang
Han kemudian mempelajari metode penanaman kentang tersebut dan menuliskannya dalam
bentuk buku yang kemudian dilanjutkan oleh anaknya, yaitu Kim Chang Han. (1988: 325)
Latar tempat dari cerpen Gamja ini adalah Pyong Yang, ibukota Korea Utara sekarang
yang letaknya tidak terlalu jauh dari Gangwon-do. Secara geografis kedua wilayah ini
memiliki kemiripan pada kontur tanah, kesuburan tanah, iklim dan cuaca. Di dalam cerpen
Gamja disebutkan bahwa Tuan Wang adalah pemilik perkebunan kentang yang dicuri oleh
tokoh utama Poknyo. Dapat dilihat dalam kutipan berikut.
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
칠성문 밖 빈민굴의 여인들은 가을이 되면 칠성문 밖에 있는 중국인의 채마
밭에 감자(고구마)며 배추를 도둑질하러, 밤에 바구니를 가지고 간다.
복녀도 감잣개나 잘 도둑질하여 왔다. (감자: 189)
Terjemahan bebas:
Ketika musim gugur tiba, para wanita penduduk daerah luar gerbang Chilsung
pada malam hari keluar rumah sambil membawa bak untuk mencuri kentang (ubi
jalar) di ladang milik seorang Cina. Poknyo juga ikut mencuri kentang.
Yang menarik dari kutipan di atas adalah benda yang dicuri Poknyo. Sebenarnya
kentang (Solanum tuberosum) dan ubi jalar (Ipomoea batatas) adalah dua hal yang berbeda
dari segi bentuk dan rasa walaupun keduanya berasal dari ordo yang sama yaitu Solanales.
Meski keduanya jelas-jelas berbeda dari segi bentuk dan rasa, bagi rakyat Korea baik kentang
dan ubi jalar sering kali disebut sebagai kentang saja. Hal ini dikarenakan keduanya memiliki
fungsi yang sama yaitu sebagai sumber karbohidrat. Proses penanaman sampai memanennya
pun sama. Bahkan ubi sering digunakan dalam masakan tradisional Korea baik sebagai bahan
utama maupun sebagai bahan pengganti kentang. Padahal di Indonesia, olahan ubi digunakan
sebagai jajanan atau makanan ringan saja karena karakteristik rasanya yang manis. Uniknya di
Korea malah ubi digunakan sebagai bahan tambahan dalam masakan yang karakteristiknya
pedas atau asin. Akan sangat aneh dan tidak cocok bila orang Indonesia melihat adanya ubi
dalam masakan yang pedas atau asin.
Kentang digunakan oleh pengarang sebagai simbol dari “benda asing” yang membuat
titik balik kehidupan Poknyo. Benda asing yang dimaksudkan disini adalah karena kentang
bukan tanaman endemik Korea. Sudah dijelaskan di atas bahwa kentang dibawa masuk ke
Korea sejak jaman dahulu dari luar negeri. Selain itu kebun kentang yang ada dalam cerita ini
merupakan milik Tuan Wang yang juga orang asing. Pengarang ingin menunjukkan bahwa
budaya asing dan produk asing yang masuk ke Korea pada masa modernisasi 1920 an
membawa dampak yang buruk bagi rakyat Korea yang dilambangkan sebagai Poknyo.
3.2 Arti nama Poknyo
Poknyo atau dalam tulisan Hangeulnya 복녀 merupakan nama serapan dari aksara Cina.
Pok atau 복 berasal dari aksara Cina 福 yang memiliki arti “untung” atau “keberuntungan”.
Sedangkan Nyo atau 녀 berasal dari aksara Cina 女 yang berarti “wanita” atau “perempuan”.
Jadi arti nama Poknyo adalah wanita yang beruntung. Nama yang bermakna bagus itu tidak
sesuai dengan kisah hidupnya yang penuh kemalangan. Bahkan ketika sudah meninggal pun
mayatnya tidak segera dikubur dan keterangannya dipalsukan oleh Tuan Wang.
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengarang ingin menggunakan nama “Poknyo” ini secara
inversi dengan arti harfiahnya. Dengan begitu pembaca dapat merasakan lebih dalam lagi
akan hidup penuh kemalangan Poknyo yang ironis dan tragis. Melalui penggambaran
namanya, dalam sepanjang hidupnya seharusnya Poknyo mendapatkan berkah dan
keberuntungan. Akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya, kemalangan demi kemalangan
menimpanya. Bahkan ketika Poknyo sempat merasakan kenyamanan setelah menjadi orang
terkaya di daerahnya, tak lama kemudian ia meninggal justru karena cintanya terhadap Tuan
Wang.
3.3 Pesan moral dari penokohan Poknyo dalam Cerpen Gamja
Selain kemiskinan dan kehidupan keras yang dia alami, faktor kurangnya pendidikan
juga berperan dalam penurunan moralnya. Poknyo tidak mendapatkan pendidikan yang layak
karena status keluarganya yang miskin dan juga karena kondisi Korea saat itu yang
membatasi pendidikan bagi kaum miskin apalagi kaum wanita. Pada usianya yang sangat
belia Poknyo sudah dinikahkan, padahal secara umur dan mental Poknyo belum siap untuk
menjalin rumah tangga. Sesuai dengan latar waktu dan tempat dari cerita ini, yaitu di daerah
Korea Utara sekarang dan pada jaman kependudukan Jepang, kondisi inilah yang
mengakibatkan seorang gadis miskin seperti Poknyo tidak mendapatkan kesempatan belajar
yang layak.
Dapat disimpulkan bahwa faktor kemiskinan, lingkungan tempat tinggal, kehidupan
keras yang dialami, dan kurangnya pendidikan dapat merubah moral dan pola pikir seorang
gadis polos. Sangat ironis bahwa kemerosotan moral yang dialaminya ternyata membawa
kehidupan yang lebih mapan dengan perkenomian yang lebih baik. Realitas inilah yang ingin
diangkat oleh pengarang. Resiko menjadi seseorang dari kelas bawah adalah tidak
mendapatkan pendidikan, harus bekerja keras demi mendapatkan uang, harus menghadapi
lingkungan yang keras, dan ditambah dengan kebutuhan hidup yang tetap harus dipenuhi
bagaimanapun caranya.
Kesimpulan
Cerpen Gamja adalah salah satu novel dengan aliran naturalis karya Kim Dong In.
Alasan pemilihan cerpen ini sebagai objek penelitian adalah karena cerpen ini sesuai dengan
alirannya yang naturalis menjelaskan secara jujur kondisi sosial masyarakat Korea terutama
kalangan bawah pada masa penjajahan Jepang. Lebih khususnya bagi kaum wanita karena
pergerakannya sangat terbatas, kaum wanita tidak mendapatkan pendidikan yang layak
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
sehingga mereka tidak memiliki keterampilan untuk bekerja. Sama dengan yang digambarkan
oleh kisah hidup tokoh utama cerpen Gamja yaitu Poknyo, tidak sedikit wanita yang terpaksa
bekerja dalam dunia prostitusi karena memang tidak ada lagi pekerjaan yang hasilnya bisa
mencukupi kebutuhan hidup.
Hubungan antara penokohan dan pemplotan dalam novel Gamja ini menjelaskan
bagaimana karakter Poknyo mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya alur cerita.
Sehingga dalam menganalisis karakter Poknyo penulis mengkaitkannya dengan plot.
Perubahan karakter dan degradasi moral Poknyo dipengaruhi oleh banyak hal yaitu
lingkungan sosial, kebutuhan hidup yang harus dipenuhi, dan pengaruh dari kedua tokoh
bawahan, yaitu suami dan Tuan Wang. Poknyo mengalami tahapan demi tahapan perubahan
hidup dan kemerosotan moral sejak menikah dengan tokoh suami. Sedangkan pertemuannya
dengan Tuan Wang membawa perubahan yang sangat besar pada diri Poknyo baik secara
materi maupun karakter. Namun ironisnya “pahlawan” ini malah mengakibatkan kematian
Poknyo.
Pesan moral yang didapat adalah faktor kemiskinan, lingkungan tempat tinggal,
kehidupan keras yang dialami dan kurangnya pendidikan dapat merubah moral dan pola pikir
seorang gadis polos. Sangat ironis bahwa kemerosotan moral yang dialaminya ternyata
membawa kehidupan yang lebih mapan dengan perkenomian yang lebih baik. Realitas inilah
yang ingin diangkat oleh pengarang, bahwa resiko menjadi seseorang dari kelas bawah adalah
tidak mendapatkan pendidikan, harus bekerja keras demi mendapatkan uang, harus
menghadapi lingkungan yang keras, dan ditambah dengan kebutuhan hidup yang tetap harus
dipenuhi bagaimanapun caranya. Seperti itulah gambaran wanita Korea pada jaman
penjajahan Jepang terutama kaum wanita rakyat biasa yang bukan bangsawan.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
김동인. 김동인 단편 소설감자.서울: 문학과지성사,2004.
김예림,이성록. 꼭 읽어야할 한국단편 35선 ○1 권. 서울: 타임기획, 2007.
문홍주. 한국 민족문화 대박과 사전 1.서울: 한국정신문화연구원, 1988.
이현재. 한국 민족문화 대박과 사전 25.서울: 한국정신문화연구원, 1994.
한국문학평론가헙회. 문학비평용어사전 ○하.서울: 국학자료원, 2006.
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013
Kim Tae Kil. Values of Korea People Mirrored in Fiction vol.1.Terjemahan dalam bahasa
Inggris oleh Kim Heung Sook.Seoul: Dae Kwang Munhwasa,1990.
Lee Nam-ho,dkk. Twentieth-Century Korean Literature.Terjemahan dalam bahasa Inggris
oleh Brother Anthony of Taize.USA: EastBridge,2005
Luxemburg, Jan van, Mieke Bal, dan Willem G, Weststeijn. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta:
Gramedia,1982.
Minederop, Albertine. Metode Karakteristik Telaah Fiksi.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada University
Press,2012.
Sudjiman, Panuti. Pengkajian Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya,1988.
Zaidan, Abdul Rozak, Anita K.Rustapa, Hani‟ah. Kamus Istilah Sastra.Jakarta: Balai Pustaka,
1994.
Sumber internet:
강원도래요. 감자는 ‘악마의 음식’ 이었다? 감자의 놀라운 역사, 2012. (Online),
(http://gwdoraeyo.tistory.com/m/post/view/id/431 ,diakses 07 Maret 2013)
조죽주. 조선에 전래된 고구마 감자 이야기, 2013. (Online),
(http://blog.naver.com/shane122644/50159265145 , diakses 24 April 2013)
Kim Tong In.Potato(www.korean.arts.ubc.ca/b_tb/tb_410/POTATOES_trans.pdf, diakses
tanggal 13 Oktober 2012)
Analisis penokohan..., Nathasia Ayu Permata Hati, FIB UI, 2013