ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN -...
Transcript of ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN -...
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN
BAHAN BAKU PADA PT. DAGSAP ENDURA EATORE
DI KAWASAN INDUSTRI SENTUL, BOGOR
Restu Wahyuningsih
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN
BAHAN BAKU PADA PT. DAGSAP ENDURA EATORE
DI KAWASAN INDUSTRI SENTUL, BOGOR
Restu Wahyuningsih
NIM: 105092002964
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011 M / 1432 H
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul ” Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT.
Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri Sentul, Bogor ”, yang ditulis oleh
Restu Wahyuningsih NIM 105092002964 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam
Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu Tanggal 01 Juni 2011. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Penguji I Penguji II
Rizki Adi Puspita Sari, SP, MM Drh. Zulmanery, MM
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Taswa Sukmadinata, M.Si Eny Dwiningsih, S.TP, M.Si
Mengetahui,
Dekan Ketua
Fakultas Sains dan Teknologi Program Studi Agribisnis
Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis Drs. Acep Muhib, MM
NIP. 19680117 200112 1 001 NIP. 19690605 200112 1 001
MOTTO
“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan ”
(Alam Nasyrah : 5-6)
“ Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi
pemilik masa lalu, orang-orang yang masih terus belajar
akan menjadi pemilik masa depan “
(Mario Teguh)
Ku persembahkan karya ini untuk kedua Orang Tua tercinta
Ayahanda Wahyudi (alm) dan Ibunda Satini
Langkah ku hanya untuk membahagiakan kalian
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan segala Rahmat dan Hidayah-Nya serta ampunan dosa bagi keduanya
Amin Yaa Robb
SURAT PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 01 Juni 2011
RESTU WAHYUNINGSIH
CURRICULUM VITAE
RESTU WAHYUNINGSIH
Pangkalan Jati 7, Rt:005, Rw:09, No:42
Kel: Cipinang Melayu, Kec: Makasar, Jakarta Timur 13620
+62 856 9192 7043, email: [email protected]
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 07 Februari 1987
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum menikah
Pendidikan Formal
1993 – 1999 SD Negeri Pondok Cempaka I, Bekasi
1999 – 2002 SLTP Negeri 51, Jakarta
2002 – 2005 SMA Negeri 100, Jakarta
2005 – 2011 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta
Pendidikan Nonformal
2004 – 2005 Bimbingan Belajar Salemba Collage
2004 – 2005 Pendidikan Komputer Microsoft Office dan Web Design
Pengalaman Kerja
2009 Job Training (magang), PT. Fajar Taurus, Jakarta
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahim
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan Rahmat, Karunia, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Daging Sapi pada PT. Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri
Sentul, Bogor”. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi
Muhammnad SAW beserta keluarga dan sahabat yang telah membawa umat
manusia menuju jalan kebaikan.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibunda Satini dan Ayahanda Wahyudi (alm) yang telah mencurahkan cinta
dan kasih sayang yang tiada henti, perhatian, dukungan moriil dan materiil
serta nasihat yang tak ternilai harganya bagi penulis. Penulis haturkan sembah
sujud dan ucapan terima kasih yang tulus serta penghargaan yang tinggi
kepada mereka berdua atas jerih payah dan motivasinya supaya penulis dapat
meraih cita-cita dan menuju masa depan yang cerah. Semoga Allah SWT
selalu melimpahkan segala karunianya kepada mereka.
2. Kakak-kakak ku tercinta Eka Wahyuningsih, Edi Wahyu Wibowo dan Tri
Wahyu Indratno yang selalu ada memberikan semangat kepada penulis untuk
terus maju serta keponakan kecil ku Assyfa Ade Andrini, Kartika Nila
Wardani dan Safira Agnia Wibowo yang selalu membuat ku ceria, semoga
kalian menjadi anak yang shalihah dan senantiasa berbakti terhadap kedua
orang tua.
3. Dr. Taswa Sukmadinata, M.Si dan Eny Dwiningsih S.TP, M.Si selaku dosen
pembimbing yang telah membantu mengarahkan, menyumbangkan tenaga dan
pikirannya demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Drs. Acep Muhib, MM dan Riski Adi Puspita Sari, MM selaku Ketua dan
Sekretaris Program Studi Agribisnis yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan..
5. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Rusli Adna Solihin selaku manager produksi PT. Dagsap Endura Eatore dan
Agus Riyanto selaku manager HRD PT. Dagsap Endura Eatore yang telah
meluangkan waktu dan bersedia menerima penulis dengan baik selama
penelitian.
7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan
Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah
memberikan masukan-masukan dan ilmunya kepada penulis.
8. Teman-teman seperjuangan Agribisnis angkatan 2005 Lece, Ochid, Alip, Ari,
Aris, Ayu, Buyung, Echi, Dimas, Donny, Aank, Hasyim, Iponk, Jeje, Rusman,
Mitha, Tama, Bojes, Ichen, Yarfi, Anto, Rafki, Dita, Riri, Risky, Ipeh, Yudha
yang selalu memberi semangat agar skripsi ini cepat selesai. Special untuk
Rofikoh, Febriya, Henning Pury Asanti, Mega Friyanti dan Sarif Hidayatullah
yang selalu ada di hati. Terima kasih... kebersamaan kita akan menjadi
kenangan yang akan selalu kita rindukan.
9. Sarifudin Syah yang telah memberikan motivasi, dukungan moriil dan
perhatiannya kepada penulis selama penyusunan skripsi.
10. Semua pihak yang penulis tidak sebutkan satu per satu. Namun, penulis
berharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada kalian semua.
Akhirnya hanya kepada Allah semua itu diserahkan. Semoga amal baik
mereka diterima oleh Allah SWT, Amin.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2011
Penulis
RINGKASAN
Restu Wahyuningsih, Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT.
Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri Sentul, Bogor. (Di bawah bimbingan
TASWA SUKMADINATA dan ENY DWININGSIH).
PT. Dagsap Endura Eatore merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak dibidang industri pengolahan dengan menggunakan bahan baku daging
sapi. PT. Dagsap Endura Eatore berperan sebagai penyedia produk makanan yang
bersifat ready to cook (siap untuk dimasak). Dalam menjalankan tugasnya, PT.
Dagsap Endura Eatore memiliki kendala pengadaan bahan baku. Masalah
pengadaan bahan baku yang dihadapi meliputi jumlah permintaan, biaya
pembelian, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Permasalahan tersebut
mengakibatkan terganggunya ketersediaan bahan baku yang terdapat di
perusahaan.
Kelancaran arus produksi harus tetap dijaga dengan mempertahankan
keseimbangan antara kualitas dan kuantitas produk dengan penyediaan bahan
baku sehingga biaya produksi menjadi minimum. Pengadaan persediaan bahan
baku, perusahaan akan berusaha memperkecil segala hal yang berhubungan
dengan biaya agar pengeluaran perusahaan dapat ditekan sekecil mungkin dalam
mencapai hasil operasi perusahaan yang optimal.
Setiap bagian dalam perusahaan dapat memandang persediaan dari
berbagai sisi yang berbeda. Bagian pemasaran, menghendaki tingkat persediaan
yang tinggi agar dapat melayani permintaan pelanggan sebaik mungkin. Bagian
pembelian cenderung untuk membeli barang dalam jumlah yang besar dengan
tujuan untuk memperoleh diskon sehingga harga per unit menjadi lebih rendah.
Demikian juga bagian produksi, menghendaki tingkat persediaan yang besar
untuk mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan. Oleh karena itu,
diperlukan kajian lebih lanjut mengenai pengendalian persediaan bahan baku
daging sapi pada PT. Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri Sentul, Bogor
sehingga arus produksi berjalan dengan lancar dan biaya.persediaan dapat ditekan.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengetahui pengendalian persediaan
bahan baku yang dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore, (2) menganalisis alternatif
metode pengendalian persediaan dalam peningkatan efisiensi bahan baku di PT.
Dagsap Endura Eatore.
Penelitian dilakukan di PT. Dagsap Endura Eatore yang berada di
Kawasan Industri Sentul, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara
sengaja dengan pertimbangan bahwa PT. Dagsap Endura Eatore merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan daging yang baru sedang
berkembang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data skunder. Untuk mengetahui sistem pengendalian persediaan bahan baku pada
PT. Dagsap Endura Eatore dilakukan dengan teknik wawancara kepada manajer
produksi.
Data primer yang diperoleh dari perusahaan dianalisis dengan
menggunakan metode Material Requirement Plannning (MRP) dengan teknik Lot
For Lot (LFL), teknik Economic Order Quantity (EOQ), teknik Period Order
Quantity (POQ) dan teknik Part Period Balancing (PPB) menggunakan alat bantu
kalkulator dan program Microsoft Excel. Hasil penelitian diperoleh bahwa sistem
pengendalian dan pengadaan persediaan bahan baku PT. Dagsap Endura Eatore
belum terstruktur, hal ini terlihat dari sistem pengadaan bahan baku yang hanya
menggunakan metode peramalan sesuai dengan target penjualan. Pemesanan
bahan baku dilakukan dengan meramalkan target penjualan selama satu tahun ke
depan kemudian di konversi menjadi periode bulanan. Pemesanan bahan baku
juga didasarkan pada kebutuhan produksi, kapasitas produksi dan kondisi
persediaan bahan baku di gudang. Analisis perhitungan persediaan bahan baku
yang dilakukan dengan metode MRP diperoleh nilai total persediaan bahan baku
sebagai berikut: teknik LFL sebesar Rp 2.555.029.257, hasil tersebut diperoleh
dari penjumlahan biaya pembelian sebesar Rp 2.543.724.000 dengan biaya
penyimpanan sebesar Rp 3.780.256,5 dan biaya pemesanan sebesar Rp 7.525.000.
Teknik EOQ 2.634.422.058, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya
pembelian sebesar Rp 2.628.241.200 dengan biaya penyimpanan sebesar Rp
3.905.858,45 dan biaya pemesanan sebesar Rp 2.275.000. Teknik POQ sebesar
Rp 2.549.735.711, hasil tersebut diperoleh dari penjumlahan biaya pembelian
sebesar Rp 2.544.030.000 dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 3.780.711,25
dan biaya pemesanan sebesar Rp 1.925.000. Dan teknik PPB sebesar Rp
2.551.485.711, hasil tersebut diperoleh dari panjumlahan biaya pembelian sebesar
Rp 2.544.030.000 dengan biaya penyimpanan sebesar Rp 3.780.711,3 dan biaya
pemesanan sebesar Rp 3.675.000. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa
teknik yang terbaik yang dapat digunakan di PT. Dagsap Endura Eatore adalah
teknik POQ. Teknik POQ menghasilkan pengeluaran biaya yang paling rendah
dibandingkan dengan metode perusahaan dan ketiga teknik lain, yaitu sebesar RP
457.393.442,4 memiliki nilai penghematan sebesar 15,20 persen dibandingkan
dengan metode perusahaan tahun 2009.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... 7
DAFTAR ISI .................................................................................................. 11
DAFTAR TABEL ......................................................................................... 14
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... 16
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. 17
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 5
2.1 Pengertian Daging Sapi ........................................................... 5
2.2 Persediaan ............................................................................... 11
2.2.1 Arti dan Peran Persediaan .............................................. 11
2.2.2 Fungsi dan Kegunaan Persediaan .................................. 12
2.2.3 Tipe dan Jenis Persediaan .............................................. 14
2.2.4 Biaya Persediaan ............................................................ 15
2.3 Pengendalian Persediaan ......................................................... 18
2.3.1 Pengertian pengendalian Persediaan ............................... 18
2.3.2 Fungsi dan Tujuan Pengendalian Persediaan .................. 19
2.3.3 Kebijakan dalam Pengendalian Persediaan ..................... 20
2.4 Metode Perhitungan Pengendalian Persediaan ....................... 22
2.4.1 Metode Persediaan ABC ................................................ 22
2.4.2 Metode Persediaan Probabilistik .................................... 24
2.4.3 Metode Persediaan Deterministik .................................. 27
2.5 Penelitian Terdahulu ............................................................... 36
2.6 Alur Kerangka Pemikiran Operasional ................................... 38
2 7 Definisi Operasional ................................................................ 39
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 40
3.1 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ................................. 40
3.2 Jenis dan Sumber Data ............................................................ 40
3.3 Metode Pengumpulan Data ..................................................... 41
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ................................... 42
3.4.1 Analisis Kualitatif .......................................................... 42
3.4.2 Analisis Kuantitatif ........................................................ 42
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ...................................... 50
4.1 Sejarah Perusahaan .................................................................. 50
4.2 Visi dan Misi Perusahaan ........................................................ 51
4.3 Struktur Organisasi Perusahaan .............................................. 52
4.4 Ketenagakerjaan ...................................................................... 53
4.5 Pemasaran Produk ................................................................... 54
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 60
5.1 Pengendalian Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura
Eatore ....................................................................................... 60
5.1.1 Jenis dan Asal Bahan Baku ............................................ 60
5.1.2 Prosedur Pembelian Bahan Baku ................................... 62
5.1.3 Prosedur Penanganan Bahan Baku ................................. 64
5.1.4 Pemakaian Bahan Baku .................................................. 65
5.1.5 Biaya Persediaan Bahan Baku ....................................... 67
5.2 Analisis Pola Permintaan Bahan Baku .................................... 71
5.3 Analisis Persediaan Pengendalian Bahan Baku ...................... 73
5.3.1 Metode PT. Dagsap Endura Eatore ................................... 73
5.3.2 Metode Material Requirement Planning (MRP) ........... 78
5.4 Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan ...... 86
5.5 Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persedian
Bahan Baku Berdasarkan Data Historis Perusahaan Periode
Januari 2009-Desember 2009 .................................................. 90
BAB VI KESIMPULAN ............................................................................... 92
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 92
6.2 Saran ........................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93
LAMPIRAN ................................................................................................... 97
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Format Perencanaan Bahan Baku ................................................................ 45
2. Jumlah Karyawan PT. Dagsap Endura Eatore ............................................. 53
3. Segmentasi Produk PT. Dagsap Endura Eatore ........................................... 58
4. Daftar Nama Supplier Daging Sapi PT. Dagsap Endura Eatore .................. 61
5. Perkembangan Pemakaian Bahan Baku, Tahun 2009 .................................. 66
6. Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Bahan Baku, Tahun 2009 ........ 68
7. Total Biaya Pemesanan Bahan Baku, Tahun 2009 ...................................... 68
8. Komponen Opportunity Cost Bahan Baku, Tahun 2009 ............................. 70
9. Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku, Tahun 2009 ......................... 70
10. Rencana Pengadaan Bahan Baku, Tahun 2009 ............................................ 74
11. Perkembangan Persediaan Bahan Baku, Tahun 2009 .................................. 75
12. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan, Tahun 2009 ......................... 76
13. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode
MRP Teknik LFL ......................................................................................... 79
14. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik LFL .............. 80
15. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode
MRP Teknik EOQ ........................................................................................ 81
16. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik EOQ ............. 82
17. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode
MRP Teknik POQ ........................................................................................ 83
18. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik POQ ............. 84
19. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan Metode
MRP Teknik PPB ......................................................................................... 85
20. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB .............. 85
21. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore
dengan MRP Teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB ......................................... 86
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Peta Bagian Daging Sapi .............................................................................. 6
2. Metode Analisis ABC .................................................................................. 23
3. Variasi Permintaan dan Lead Time .............................................................. 24
4. Biaya Total Sebagai Fungsi dari Kuantitas Pemesanan ............................... 29
5. Jalur Distribusi Produk PT. Dagsap Endura Eatore ..................................... 56
6. Prosedur Pembelian Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore ..................... 63
7. Grafik Pola Data Permintaan ....................................................................... 72
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Struktur Organisasi Perusahaan ................................................................ 98
2. Daftar Harga Produk PT. Dagsap Endura Eatore ...................................... 99
3. Grafik Pola Permintaan Bahan Baku ........................................................ 103
4. Total Biaya Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore, Tahun
2009 ........................................................................................................... 104
5. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik LFL . 105
6. Perhitungan Teknik EOQ Bahan Baku Daging Sapi ................................ 106
7. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik EOQ 107
8. Perhitungan Teknik POQ Bahan Baku Daging Sapi ................................ 108
9. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik POQ 109
10. Penggabungan Periode Teknik PPB .......................................................... 110
11. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB . 112
12. Penghematan Biaya Persediaan Bahan Baku dengan metode MRP Teknik
LFL, EOQ, POQ dan PPB ......................................................................... 113
13. Surat Pernyataan Penelitian di PT. Dagsap Endura Eatore ....................... 114
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan kemajuan ekonomi dewasa ini memacu
pertumbuhan industri di segala bidang, menyebabkan meningkatnya persaingan
diantara perusahaan-perusahaan untuk memperebutkan konsumen sehingga
mengakibatkan meningkatnya pula tuntutan konsumen terhadap kualitas dan
kuantitas dari suatu produk. Pemenuhan kebutuhan konsumen ditunjang oleh
faktor ketersediaan produk di gudang. Sedangkan ketersediaan produk
dipengaruhi oleh ketersediaan bahan baku, sehingga dalam hal ini persediaan
memiliki peranan penting untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada
konsumen.
Persediaan merupakan kekayaan perusahaan yang memiliki peranan
penting dalam operasi bisnis, sehingga perusahaan perlu melakukan manajemen
persediaan proaktif, artinya perusahaan harus mampu mengantisipasi keadaan
maupun tantangan yang ada dalam manajemen persediaan untuk mencapai sasaran
akhir, yaitu untuk meminimalisasi total biaya yang harus dikeluarkan oleh
perusahaan untuk penanganan persediaan (Yamit, 2002). Dalam sistem
manufaktur maupun non manufaktur, adanya persediaan merupakan faktor yang
memicu peningkatan biaya. Penetapan jumlah persediaan yang terlalu banyak
akan berakibat pemborosan dalam biaya simpan, tetapi apabila terlalu sedikit
maka akan mengakibatkan hilangnya kesempatan perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan jika permintaan nyatanya lebih besar daripada permintaan yang
diperkirakan. Pengendalian persediaan bahan baku sangatlah penting dalam
sebuah industri untuk mengembangkan usahanya karena akan berpengaruh pada
efisiensi biaya, kelancaran produksi dan keuntungan usaha itu sendiri. Adanya
persediaan diharapkan dapat memperlancar jalannya proses produksi suatu
perusahaan.
PT. Dagsap Endura Eatore merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
industri pengolahan, berbahan baku daging sapi dan daging ayam. Produk yang
dihasilkan diantaranya baso sapi, sosis sapi, sosis ayam, chicken nugget dan beef
burger. Dalam pemasaran produk, PT. Dagsap Endura Eatore membagi kedalam
segmentasi yang berbeda-beda, yaitu wet market ditujukan ke pasar tradisional
dengan merek dagang hemato, food market ditujukan ke industri kuliner seperti
hotel dan restotan dengan merek dagang pedan dan dagsap, sedangkan modern
market ditujukan ke swalayan dengan merek dagang yona. Secara umum bahan
baku yang digunakan dalam produksi olahan daging sapi sama meliputi daging
sapi, lemak dan air serta berbagai bumbu.
PT. Dagsap Endura Eatore dalam pengembangan usahaanya sering
menghadapi permasalahan, yaitu sistem pengendalian persediaan bahan baku yang
tidak terstruktur. Oleh karena itu, peneliti mencoba menganalisis pengendalian
persediaan bahan baku daging sapi ynag dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore.
1.2 Perumusan Masalah
Perhitungan pengendalian persediaan bahan baku harus dilakukan dengan
tepat dan cermat, mengingat biaya-biaya yang ditimbulkan sebagai akibat adanya
aktivitas persediaan. Jika sistem pengendalian persediaan yang diterapkan kurang
tepat dapat mengakibatkan pemborosan dan tingginya biaya persediaan yang
dikeluarkan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT.
Dagsap Endura Eatore?
2. Alternatif metode pengendalian persediaan apa yang sebaiknya diterapkan
oleh PT. Dagsap Endura Eatore untuk peningkatan efisiensi persediaan bahan
baku?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengendalian persediaan bahan baku yang dilakukan PT. Dagsap
Endura Eatore.
2. Menganalisis alternatif metode pengendalian persediaan yang dapat diterapkan
oleh PT. Dagsap Endura Eatore untuk peningkatan efisiensi bahan baku.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Perusahaan
Memberikan masukan-masukan atau sumbangan pikiran yang berguna
bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan sebagai bahan
pertimbangan dalam penanganan pengendalian persediaan terutama dalam hal
penanganan persediaan bahan baku.
2. Penulis
Menambah pengetahuan dan sebagai alat ukur kemampuan teori yang
diperoleh dari perkuliahan maupun dari literatur yang ada dalam penerapannya
dengan masalah yang dihadapi perusahaan.
3. Pihak lain
Memberikan informasi sebagai referensi bagi pembaca maupun peneliti
dalam melakukan penelitian dengan topik permasalahan yang berkaitan dengan
pengendalian persediaan bahan baku.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini hanya meneliti persediaan bahan baku yang
paling banyak digunakan yaitu daging sapi. Penelitian ini bertempat di PT.
Dagsap Endura Eatore yang berada di Kawasan Industri Sentul, Bogor. PT.
Dagsap Endura Eatore merupakan industri pengolahan daging yang memproduksi
sosis, baso dan beef burger. Penelitian ini dilakukan berdasarkan sistem
pengadaan bahan baku PT. Dagsap Endura Eatore belum terstruktur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Daging Sapi
Menurut Astawan (2009:1), daging adalah sekumpulan otot yang melekat
pada kerangka. Istilah daging dibedakan dengan karkas. Daging merupakan
bagian yang sudah tidak mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging
yang belum dipisahkan dari tulang atau kerangkanya. Menurut Soeparno (2008:1),
daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil
pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Sementara itu
menurut Abrianto (2009:1), daging sapi (beef) adalah jaringan otot yang diperoleh
dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan.
Daging sapi dikategorikan sebagai daging merah, yaitu daging yang dalam kondisi
mentah berwarna merah. Dalam bidang nutrisi, daging merah diartikan sebagai
daging yang berasal dari binatang mamalia.
Menurut Abrianto (2009:2) menyatakan bahwa bagian daging terdiri dari
tiga komponen utama, yaitu jaringan otot (muscle tissue), jaringan lemak (adipose
tissue), dan jaringan ikat (connective tissue). Sementara itu, menurut Astawan
(2009:2) menyatakan bahwa banyaknya jaringan ikat yang terkandung di dalam
daging akan menentukan tingkat kealotan atau kekerasan daging.
Mlandhing (2008:2-6) menyebutkan bahwa daging sapi terdiri dari
beberapa bagian, disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Bagian Daging Sapi
Sumber: www.wikipedia.com
1. Daging sapi paha depan (chuck)
Daging sapi paha depan atau dikenal juga sebagai chuck adalah bagian
daging sapi yang berasal dari bagian atas paha depan. Ciri daging ini adalah
berbentuk potongan segiempat dengan ketebalan sekitar 2-3 cm, dengan bagian
dari tulang pundak masih menempel ke bagian paha sampai ke bagian terluar dari
punuk. Biasanya daging ini digunakan untuk membuat bakso, sosis.
2. Daging iga sapi (rib)
Daging iga sapi atau rib adalah bagian daging sapi yang berasal dari
daging di sekitar tulang iga. Bagian ini termasuk dari delapan bagian utama
daging sapi yang biasa dikonsumsi. Seluruh bagian daging iga ini bisa terdiri dari
beberapa iga berjumlah sekitar 6 sampai dengan 12, untuk potongan daging iga
yang akan dikonsumsi bisa terdiri dari 2 sampai dengan 7 tulang iga. Biasanya
bagian ini digunakan sebagai bahan dasar makanan khas Makassar, sup conro.
3. Daging has dalam (tenderloin)
Daging has dalam atau tenderloin adalah daging sapi dari bagian tengah
badan. Sesuai dengan karakteristik daging has, daging ini terdiri dari bagian-
bagian otot utama di sekitar bagian tulang belakang, dan kurang lebih di antara
bahu dan tulang panggul. Daerah ini adalah bagian yang paling lunak, karena otot-
otot di bagian ini jarang dipakai untuk beraktivitas. Biasanya bagian daging ini
digunakan untuk membuat steak.
4. Daging has luar (sirloin)
Daging has luar atau lebih dikenal dengan nama sirloin adalah bagian
daging sapi yang berasal dari bagian bawah daging iga, terus sampai ke bagian
sisi luar has dalam. Daging ini adalah daging yang paling murah dari semua jenis
has, karena otot sapi pada bagian ini masih lumayan keras dibanding bagian has
yang lain karena otot-otot di sekitar daging ini paling banyak digunakan untuk
bekerja. Biasanya daging ini digunakan untuk membuat steak.
5. Daging sapi penutup (round)
Penutup daging sapi atau lebih dikenal dengan nama topside atau round
adalah bagian daging sapi yang terletak di bagian paha belakang sapi. Potongan
daging sapi di bagian ini sangat tipis dan kurang lebih sangat liat. Selain itu
bagian ini sangat kurang lemak sehingga jika dibakar atau dipanggang akan sangat
lama melunakkannya. Biasanya daging ini digunakan untuk campuran daging
pizza.
6. T-bone
T-bone adalah bagian daging sapi yang biasa dibuat sebagai steak.
Potongan daging ini terbentuk dari tulang yang berbentuk seperti huruf T dengan
daging disekitarnya. Bagian daging yang paling besar biasanya berasal dari bagian
has luar, sedangkan bagian kecilnya berasal dari has dalam.
7. Lamosir (cube roll)
Lamosir atau lamusir atau dikenal juga dengan nama cube roll adalah
bagian daging sapi yang berasal dari bagian belakang sapi di sekitar has dalam,
has luar dan tanjung. Biasanya daging ini digunakan untuk makanan khas Batam,
Sup Lamosir.
8. Tanjung (rump)
Tanjung atau lebih dikenal dengan nama rump adalah salah satu bagian
daging sapi yang berasal dari bagian punggung belakang. Biasanya daging ini
disajikan dengan dipanggang.
9. Punuk (blade)
Punuk atau lebih dikenal dengan nama blade adalah daging sapi bagian
atas yang menyambung dari bagian daging paha depan terus sampai ke bagian
punuk sapi. Pada bagian tengahnya terdapat serat-serat kasar yang mengarah ke
bagian bawah, yang cocok jika digunakan dengan cara memasak dengan teknik
mengukus. Biasanya daging ini digunakan untuk membuat makanan khas Nusa
Tenggara Timur yaitu Se’i (sejenis daging asap).
10. Cingur
Cingur adalah tulang rawan dari bagian hidung dan bibir atas sapi.
Biasanya ditemui dalam rujak cingur.
11. Lidah sapi
Lidah Sapi adalah bagian daging sapi yang berasal dari lidah sapi.
Biasanya daging ini digunakan sebagai bahan dasar makanan untuk Sate Padang
dan semur lidah. Lidah sapi juga diasap.
12. Buntut sapi (oxtail)
Buntut Sapi atau lebih dikenal dengan nama oxtail adalah bagian dari
tubuh sapi bagian ekor. Biasanya bagian ini disajikan sebagai hidangan sup
buntut.
Daging yang layak konsumsi harus memiliki kriteria mutu kualitas yang
baik. Menurut Sianturi (2009:1), bahwa kualitas daging dipengaruhi oleh faktor
sebelum dan setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat
mempengaruhi kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis
kelamin, umur, pakan dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral), serta
keadaan stres. Sedangkan faktor setelah pemotongan yang dapat mempengaruhi
kualitas daging adalah penyimpanan, penanganan pasca pemotongan. Hal tersebut
didukung oleh Amin (2009:2) menyatakan bahwa daging sapi yang layak di
konsumsi harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Keempukan daging ditentukan oleh kandungan jaringan ikat. Semakin tua usia
hewan susunan jaringan ikat semakin banyak sehingga daging yang dihasilkan
semakin liat. Jika ditekan dengan jari daging yang sehat akan memiliki
konsistensi kenyal.
2. Kandungan lemak (marbling) adalah lemak yang terdapat diantara serabut otot
(intramuscular). Lemak berfungsi sebagai pembungkus otot dan
mempertahankan keutuhan daging pada waktu dipanaskan. Marbling
berpengaruh terhadap cita rasa.
3. Warna daging bervariasi tergantung dari jenis hewan secara genetik dan usia,
misalkan daging sapi potong lebih gelap daripada daging sapi perah, daging
sapi muda lebih pucat daripada daging sapi dewasa. Rasa dan Aroma
dipengaruhi oleh jenis pakan. Daging berkualitas baik mempunyai rasa gurih
dan aroma yang sedap.
4. Kelembaban, secara normal daging mempunyai permukaan yang relatif kering
sehingga dapat menahan pertumbuhan mikroorganisme dari luar. Dengan
demikian mempengaruhi daya simpan daging tersebut.
Kualitas mutu daging yang sesuai dengan kriteria diatas layak untuk
dikonsumsi. Berdasarkan keadaan fisik, daging dapat dikelompokkan menjadi
daging segar yang dilayukan atau tanpa pelayuan dengan suhu 430
Celcius selama
24 jam, daging yang dilayukan kemudian didinginkan (daging dingin) dengan
suhu 40 Celcius, daging yang dilayukan, didinginkan, kemudian dibekukan
(daging beku) dengan suhu dibawar –1,50
Celcius, daging masak, daging asap dan
daging olahan (Soeparno; 2008: 2).
Menurut Komariah (2007:6), hasil olahan daging sapi selain dalam bentuk
segar (empal, semur, sate, rawon, rendang, bistik), daging sapi juga dapat
dikonsumsi dalam berbagai produk olahan. Misalnya, daging corned (corned
beef), daging asap (smoked ham), dendeng (dried meat), sosis (sausage), bakso
(meat ball). Menurut Astawan (2009:3), bahwa akibat dari proses pengolahan dan
komponen bumbu yang digunakan, beberapa produk olahan tersebut memiliki
nilai gizi lebih baik dibandingkan dengan daging segarnya. Pemasakan dengan
menggunakan panas sangat bermanfaat untuk mematikan mikroba dan
meningkatkan cita rasa.
Produk olahan daging dapat digunakan sebagai alternatif sumber protein
hewani. Menurut Komariah (2007:2) menyatakan bahwa protein daging lebih
mudah dicerna dibandingkan dengan yang bersumber dari bahan pangan nabati.
Nilai protein daging yang tinggi disebabkan oleh kandungan asam amino
esensialnya yang lengkap dan seimbang. Sementara menurut Astawan (2009:1)
komposisi daging relatif mirip satu sama lain, terutama kandungan proteinnya
yang berkisar 15-20 persen dari berat bahan. Protein merupakan komponen kimia
terpenting yang ada di dalam daging.
2.2 Persediaan
Menurut Baroto (2002:52) definisi persediaan secara umum dapat
diartikan segala sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya
terhadap pemenuhan kebutuhan. Sementara menurut Soemarsono dalam Indriyati
(2007:12), mengemukakan pengertian persediaan sebagai barang-barang yang
dimiliki perusahaan untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan
perusahaan. Sedangkan menurut Zulfikarijah (2005:4) mendefinisikan persediaan
sebagai stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi operasi atau untuk
memuaskan permintaan konsumen.
2.2.1 Arti dan Peran Persediaan
Menurut Indriyati (2007:11) menyatakan bahwa setiap jenis perusahaan
manufaktur selalu membutuhkan bahan baku dalam proses produksinya.
Berdasarkan pernyataan diatas, bahan baku tersebut diolah dalam proses produksi
sehingga dapat menghasilkan suatu barang jadi. Namun bahan baku tersebut tidak
akan selamanya tersedia setiap saat, sehingga jika bahan baku tersebut tidak
tersedia maka kelancaran produksi akan terganggu dan perusahaan akan
kehilangan kesempatan dalam memperoleh keuntungan yang seharusnya bisa
didapatkan. Hal tersebut didorong oleh pernyataan Indrajit dan Djokopranoto
(2003:4-5) yang menyebutkan bahwa salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk
mengatasi masalah kelancaran produksi adalah dengan mengadakan persediaan
dalam nilai tertentu bagi perusahaan. Persediaan yang diadakan dapat berupa
persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, maupun persediaan
barang jadi.
Menurut Assauri (2004:169) mengartikan bahwa persediaan merupakan
suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk
dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang yang masih
dalam pengerjaan atau proses produksi, atau persediaan bahan baku yang
menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Sedangkan menurut
Herjanto (2008:237), persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang
akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk digunakan
dalam proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali atau untuk suku
cadang dari suatu peralatan atau mesin. Disisi lain, menurut Gitosudarmo dalam
Indriyati (2007:12) mendefinisikan persediaan adalah bagian utama dari modal
kerja, merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan.
2.2.2 Fungsi dan Kegunaan Persediaan
Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Menurut Mariyam
(2008:15), persediaan bertujuan untuk menghilangkan berbagai kemungkinan
yang terjadi, misalnya kekurangan stok, permintaan yang tidak diperhitungkan,
kenaikan harga dan kemungkinan lain yang dapat menghambat laju produksi.
Sedangkan menurut Noerbiant (2009:2), fungsi persediaan pada suatu perusahaan
adalah menghindari keterlambatan pengiriman, menghindari adanya material yang
rusak, menghindari kenaikan harga, mendapatkan diskon bila membeli dalam
jumlah tertentu dan menjamin kelangsungan produksi.
Menurut Handoko (2000:334-335) fungsi persediaan terbagi atas beberapa
fungsi, diantaranya:
1. Fungsi Decoupling
Persediaan decouples ini memungkinkan perusahaan dapat memenuhi
permintaan langganan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan bahan mentah
diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya tergantung pada pengadaannya
dalam hal kuantitas dan waktu pengiriman. Persediaan diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau
diramalkan.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan-
penghematan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih
besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan.
3. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi ketidakpastian jangka waktu pengiriman
dan permintaan akan barang-barang selama periode bersamaan kembali sehingga
memerlukan kuantitas persediaan ekstra (safety inventories). Persediaan antisipasi
ini penting agar kelancaran proses produksi tidak terganggu.
2.2.3 Tipe dan Jenis Persediaan
Setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri dan cara
pengolahannya yang berbeda. Assauri (2004:171) membedakan persediaan
berdasarkan jenisnya adalah sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (raw materials stock)
Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi, barang tersebut dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli
dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan
pabrik yang menggunakannya.
2. Persediaan bagian produk (purchased part/components stock)
Persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari
perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain tanpa
melalui proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu (supplies stock)
Persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk
membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu
perusahaan tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.
4. Persediaan barang setengah jadi (work in process)
Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu
pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi lebih perlu
diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
5. Persediaaan barang jadi (finished good stock)
Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam
pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain.
Anoraga dalam Mariyam (2008:15) menyebutkan bentuk-bentuk
persediaan dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Bahan Baku, yaitu item yang diterima (biasa dibeli) dari luar organisasi yang
akan digunakan secara langsung untuk produksi hasil akhir.
2. Intermediaries, meliputi suku cadang, komponen-komponen mesin.
3. Barang dalam proses, yaitu semua bahan atau barang yang sedang di proses
atau menunggu dan dalam sistem produksi.
4. Barang jadi, yaitu persediaan produk yang telah selesai di proses dan siap
dijual.
2.2.4 Biaya Persediaan
Menurut Baroto (2002:55) menyatakan bahwa biaya persediaan adalah
semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan.
Sementara menurut Rangkuti (2007:16-18), biaya persediaan terdiri dari:
1. Biaya penyimpanan (holding cost atau crying cost)
Biaya penyimpanan yaitu biaya yang terdiri atas biaya-biaya yang
bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per
periode akan semakin besar apabila kuantitas persediaan bahan yang dipesan
semakin banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang
termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah:
a. Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penerangan, pendingin
ruangan dan sebagainya);
b. Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternatif pendapatan atas
dana yang diinvestasikan dalam persediaan;
c. Biaya keusangan;
d. Biaya perhitungan fisik;
e. Biaya asuransi persediaan;
f. Biaya pajak persediaan;
g. Biaya pencurian, pengrusakan atau perampokan;
h. Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
Biaya penyimpanan persediaan biasanya berkisar antara 12 sampai 40
persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaan manufacturing biasanya,
biaya penyiapan rata-rata secara konsisten sekitar 25 persen.
2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering cost atau procurement cost)
Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan potongan
kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pemesanan bertambah besar. Tetapi,
apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap kali pesan, jumlah
pesanan per periode turun, maka biaya pemesanan total akan turun. Hal ini berarti,
biaya pemesanan total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang
dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.
Biaya yang meliputi biaya pemesanan adalah:
a. Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi;
b. Upah;
c. Biaya telepon;
d. Biaya pengeluaran surat menyurat;
e. Biaya pengepakan dan penimbangan;
f. Biaya pemeriksaan;
g. Biaya pengiriman ke gudang;
h. Biaya utang lancar dan sebagainya.
3. Biaya penyiapan (set-up cost)
Hal ini terjadi apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri
“dalam pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapan untuk
memproduksi komponen-komponen tertentu. Biaya-biaya ini terdiri dari:
a. Biaya mesin-mesin menganggur;
b. Biaya persiapan tenaga kerja langsung;
c. Biaya penjadwalan;
d. Biaya ekspedisi dan sebagainya.
4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (stortage cost)
Biaya kehabisan atau kekurangan bahan adalah biaya yang timbul apabila
persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Biaya-biaya yang
termasuk biaya kekurangan bahan adalah sebagai berikut:
a. Kehilangan penjual;
b. Kehilangan pelanggan;
c. Biaya pemesanan khusus;
d. Biaya ekspedisi;
e. Selisih harga;
f. Terganggunya operasi;
g. Tambahan pengeluaran kegiatan menajerial dan sebagainya.
2.3 Pengendalian Persediaan
Menurut Assauri (2004:176) mengemukakan bahwa perusahaan haruslah
dapat mempertahankan suatu jumlah persediaan yang optimum yang dapat
menjamin kebutuhan bagi kelancaran kegiatan perusahaan dalam jumlah dan mutu
yang tepat serta dengan biaya yang serendah-rendahnya. Berdasarkan pernyataan
tersebut Baroto (2004:54) menegaskan yang dimaksud kriteria optimum adalah
meminimalisasi biaya total yang terkait dengan persediaan, yaitu biaya
penyimpanan dan biaya pemesanan. Tingkat persediaan yang optimum yang dapat
diatur dengan memenuhi kebutuhan bahan-bahan dalam jumlah, mutu dan pada
waktu yang tepat serta jumlah biaya yang rendah.
2.3.1 Pengertian Pengendalian Persediaan
Menurut Indriyati (2007:19) mendefinisikan bahwa pengendalian adalah
proses manajemen yang memastikan dirinya sendiri sejauh hal itu memungkinkan,
bahwa kegiatan yang dijalankan oleh anggota dari suatu organisasi sesuai dengan
rencana dan kebijaksanaannya. Menurut Sutono (2009:5), pengendalian adalah
pengaturan aktivitas-aktivitas organisasi agar elemen-elemen kinerja yang
menjadi target tetap berada pada batas-batas yang dapat diterima. Menurut
Assauri (2004:176) pengendalian persediaan merupakan salah satu kegiatan dari
urutan kegiatan-kegiatan yang bertautan erat satu sama lain dalam seluruh operasi
produksi perusahaan tersebut sesuai dengan apa yang telah direncanakan lebih
dahulu baik waktu, jumlah, kualitas maupun biaya.
Menurut Herjanto (2008:238), pengendalian persediaan adalah
serangkaian kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang
harus dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan
barapa besar pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat persediaan yang
dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan pabrik, tergantung dari volume
produksinya, jenis perusahaan dan prosesnya. Hal ini sesuai dengan Robert J.
Mockler dalam Mariyam (2008:15) yang menyatakan bahwa pengendalian adalah
suatu upaya yang sistematis untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran-
sasaran perencanaan, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan
prestasi sesungguhnya dengan standar yang terlebih dahulu ditetapkan,
menentukan apakah ada penyimpangan yang mengukur identifikasi
penyimpangan tersebut dan mengambil tindakan perbaikan-perbaikan yang perlu
dilakukan untuk menjamin bahwa sumber daya perusahaan yang digunakan
sedapat mungkin dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya
sasaran perusahaan.
2.3.2 Fungsi dan Tujuan Pengendalian Persediaan
Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan
sudah tentu mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Menurut Gumbira (2004:41),
fungsi pengendalian merupakan suatu upaya manajerial untuk mengembalikan
semua kegiatan pada rel yang telah ditentukan. Berdasarkan pernyataan terebut,
pengendalian persediaan dijalankan untuk memelihara keseimbangan antara
kerugian-kerugian serta penghematan dengan adanya suatu tingkat persediaaan
tertentu dan besarnya biaya juga modal yang dibutuhkan untuk mengadakan
persediaan tersebut. Menurut Baroto (2002:54) menyebutkan fungsi pengendalian
persediaan bertujuan untuk menetapkan dan menjamin tersedianya produk jadi,
barang dalam proses, komponen dan bahan baku secara optimal, dalam kuantitas
yang optimal, dan pada waktu yang optimal.
Menurut Assauri (2004:177), tujuan pengendalian persediaan secara
terperinci dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk:
1. Menjaga agar perusahaan tidak kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar
atau berlebihan sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu
besar.
3. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan
berakibat pemesanan menjadi besar.
2.3.3 Kebijakan dalam Pengendalian Persediaan
Menurut Assauri (2004:176) kegiatan pengendalian persediaan tidak
terbatas pada penentuan atas perencanaan tingkat dan komposisi persediaan, tetapi
juga pada pengaturan pelaksanaan pengadaan bahan-bahan yang diperlukan sesuai
dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan serta biaya yang serendah-rendahnya.
Menurut Sutono (2005:150) menjelaskan bahwa kebijakan pengendalian
persediaan bahan baku dimaksudkan untuk meminimumkan jumlah biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan. Berdasarkan pernyataan tersebut, jika
kebutuhan bahan baku untuk produksi berubah-ubah maka kebijakan persediaan
stabil akan berakibat pada kuantitas pembelian sama dengan kuantitas kebutuhan.
Menurut Herjanto (2008:238) mengartikan sistem kebijakan pengendalian
persediaan dapat didefinisikan sabagai serangkaian kebijakan pengendalian
persediaan untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga, kapan
pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa besar pesanan
harus diadakan. Sistem ini menentukan dan menjamin tersedianya persediaan
yang tepat dalam kuantitas dan waktu yang tepat. Menurut Baroto (2002:54),
sistem kebijakan pengendalian persediaan adalah suatu mekanisme mengenai
bagaimana mengelola masukan-masukan yang sehubungan dengan persediaan
menjadi output dan diperlukan umpan balik agar output memenuhi standar
tertentu.
Menurut Sutono (2005:150) dalam menentukan kebijakan pengendalian
persediaan bahan baku perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Waktu dan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk produksi
2. Tersedianya bahan baku
3. Waktu tunggu (lead time) antara waktu pemesanan dengan pengiriman
4. Daya tahan bahn baku
5. Fasilitas penyimpanan yang diperlukan
6. Kebutuhan modal untuk membelanjai persediaan
7. Biaya penyimpanan
8. Perubahan-perubahan harga bahan baku
9. Proteksi kekuranga bahan baku
10. Risiko persediaan
11. Opportunity cost
2.4 Metode Perhitungan Pengendalian Persediaan
Menurut Noerbiant (2009:3), menjelaskan penentuan besarnya persediaan
dapat dicari dengan metode perhitungan analisis ABC, metode persediaan
probabilistik, metode perhitungan persediaan deterministik. Metode persediaan
probabilistik meliputi metode periode tunggal (single period) dan metode periodic
review system. Sedangkan metode persediaan deterministik meliputi metode Just
In Time (JIT), Ecomonic Order Quantity (EOQ), metode Material Requirement
Planning (MRP).
2.4.1 Metode Analisis ABC
Menurut Herjanto (2008:239), metode analisis ABC memfokuskan
pengendalian persediaan kepada item (jenis) persediaan yang bernilai tinggi
hingga bernilai rendah, nilai klasifikasi ini merupakan volume persediaan yang
dibutuhkan dalam satu periode dikalikan dengan harga per unit. Menurut
Noerbiant (2009:5) metode analisis ABC mengakui adanya fakta bahwa beberapa
items persediaan lebih penting dari lainnya. Items kelompok A adalah kritis, items
kelompok B adalah penting, dan items kelompok C tidak penting, kalau diukur
dengan nilai uang per tahun.
Persentase kumulatif
dari penjualan
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10 A B C Persentase jenis barang
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 dalam persediaan (kelas)
Gambar 2. Metode Analisis ABC
Sumber: Rangkuti (2007:20)
Gambar 2 menjelaskan bentuk kurva ABC dengan cara
mengklasifikasikan kelas masing-masing kelompok jenis barang berdasarkan hasil
penjualan dengan sisa persediaan yang masih ada dalam stok. Gambar tersebut
juga menunjukan bahwa 20 persen jenis barang merupakan wakil dari 80 persen
dari nilai total penjualan.
Menurut Rangkuti (2007:20-21) mengemukakan metode analisis ABC
dengan cara mengelompokkanya menjadi tiga bagian:
a. Kelompok A, yaitu kelompok volume terbanyak nilai penjualannya
b. Kelompok C, yaitu kelompok volume terendah nilai penjualannya
c. Kelompok B, yaitu kelompok yang berada ditengahnya
2.4.2 Metode Persediaan Probabilistik
Menurut Aditya (2008:3), metode persediaan probabilistik adalah metode
yang menganggap bahwasanya parameter-parameter yang dimiliki menunjukkan
adanya ketidakpastian dan merupakan variabel random. Sementara itu menurut
Noerbiant (2009:2) metode persediaan probabilistik digunakan apabila salah satu
dari permintaan, lead time atau keduanya tidak dapat diketahui dengan pasti.
Menurut Siswanto (2009:1), metode persediaan probabilistik merupakan suatu
metode-metode persediaan dimana variabel-variabel yang terlibat yaitu input dan
lead time fluktuatif sehingga harus didekati dengan distribusi probabilitas, maka
kemungkinan persediaan habis dan kapan persediaan akan datang juga
probabilistik sifatnya.
Kuantitas (unit)
Reorder
Point
Safety stock
Waktu
L1 L2 L3
Gambar 3. Variasi Permintaan dan Lead Time (L)
Sumber: Handoko (2000:355)
Gambar 3 menunjukan grafik tingkat persediaan teoritik dan persediaan
nyata dari waktu ke waktu. Adanya perbedaan permintaan dan lead time
menyebabkan berbedanya tingkat persediaan nyata, sehingga bila tidak ada
persediaan maka perusahaan akan mengalami kekurangan bahan.
Menurut Noerbiant (2009:2) suatu hal yang perlu diperhatikan dalam
metede persediaan probabilistik adalah adanya kemungkinan stock out yang
timbul karena pemakaian persediaan bahan baku yang tidak diharapkan atau
karena penerimaan yang lebih lama dari lead time yang diharapkan. Lebih lanjut
menurut Noerbiant (2009:2), kondisi ini lead time dan demand bersifat
probabilistik, maka ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi:
a. Tingkat demand konstan, namun lead time berubah.
b. Tingkat lead time tetap sementara demand berubah.
c. Demand dan lead time berubah.
2.4.2.1 Metode Persediaan Single Period
Menurut Rangkuti (2007:104), metode single period digunakan untuk
menangani pemesanan dari barang-barang yang mudah rusak atau perishable
goods (seperti buah-buahan, sayuran, ikan laut, bunga potong) atau jenis produk
lainnya yang memiliki masa pakai relatif lebih pendek (seperti koran dan
majalah). Apabila jenis produk seperti yang telah disebutkan diatas tidak laku
terjual atau tidak terpakai, jenis barang tersebut kadang-kadang dijual dengan
harga miring. Menurut Anita (2009:1) menjelaskan single period merupakan
tentang bagaimana menentukan ukuran pemesanan produk yang optimal untuk
memaksimalkan keuntungan pada demand yang bersifat probabilistik.
Menurut Rangkuti (2007:104), bahwa analisis single period umumnya
difokuskan pada dua biaya, yaitu kehilangan pelanggan dan ekses. Kehilangan
pelanggan termasuk biaya akibat kehilangan pembeli atau opportunities cost
akibat kehilangan penjualan. Kehilangan laba penjualan adalah laba yang tidak
realistis per unitnya, yaitu:
C shortage = Cs = pendapatan per unit – cost per unit
Sedangkan biaya ekses adalah biaya yang ditimbulkan akibat masih
adanya barang yang tersisa dalam stok pada suatu periode. Akibatnya biaya ekses
ini sangat berbeda antara biaya pemeblian dan nilai salvage sehingga biaya ekses
dapat dihitung dengan cara:
C ekses = Ce = biaya asli per unit – nilai salvage per unit
Menurut Rangkuti (2007:105), tujuan dari metode single period adalah
untuk mengidentifikasi order kuantitas atau tingkat persediaan yang dapat
meminimalkan ekses jangka panjang dan biaya kehilangan penjualan. Menurut
Jane (2009:30), pengadaan persediaan dilakukan hanya sekali (pengurangan
persediaan terjadi hanya sekali), dan ketika tingkat persediaan mencapai reorder
level, maka dilakukan pemesanan sebesar Q. Kebijakan ini, variabel Q dan r yang
harus ditentukan untuk mencapai total biaya persediaan minimal.
2.4.2.2 Metode Persediaan Periodic Review System
Fixed order interval atau metode P atau sistem telaah berkala atau sering
disebut periodic review system adalah metode untuk mengetahui berbagai jenis
kuantitas persediaan yang dipesan dengan menentukan interval waktunya secara
tetap, misalnya harian, mingguan atau bulanan (Rangkuti, 2007:100). Menurut
Ishak (2010:173) periodic review system adalah persediaan yang dihitung hanya
pada saat periode ditentukan, jika pada saat itu persediaan yang ada berada
dibawah titik minimum persediaan yang ditetapkan (reorder point) maka tidak
dilakukan pemesanan.
Menurut Noerbiant (2009:4) menjelaskan bahwa metode persediaan
periodic review system adalah suatu sistem pengendalian persediaan yang jarak
waktu antar dua pesanan tetap, persediaan pengaman dalam sistem ini tidak hanya
dibutuhkan untuk meredam fluktuasi permintaan selama lead time tetapi juga
untuk seluruh konsumsi persediaan konsumsi persediaan konsumsi persediaan
konsumsi persediaan konsumsi persediaan konsumsi persediaan konsumsi
persediaan. Menurut Baroto (2002:76) menerangkan jumlah unit yang dipesan
dalam metode ini berubah-ubah tergantung sisa atau jumlah persediaan saat
diperiksa. Jika pada saat diperiksa jumlah persediaan di gudang masih banyak
maka dipesan sedikit atau sebaliknya.
2.4.3 Metode Persediaan Deterministik
Menurut Noerbiant (2009:3), metode persediaan deterministik adalah
metode yang menganggap semua parameter telah diketahui pasti. Metode yang
dapat digunakan untuk pengendalian persediaan deterministik antara lain: Just In
Time (JIT), Economic Order Quantity (EOQ) dan Material Requirement Planning
(MRP).
2.4.3.1 Metode Just In Time (JIT)
Menurut Nasution (2004:3) menerangkan bahwa ide dasar just in time
sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system)
atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat
diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta. Menurut Wikipedia (2010:1),
just in time adalah suatu sistem produksi yang dirancang untuk mendapatkan
kualitas, menekan biaya, dan mencapai waktu penyerahan seefisien mungkin
dengan menghapus seluruh jenis pemborosan yang terdapat dalam proses
produksi sehingga perusahaan mampu menyerahkan produknya (baik barang
maupun jasa) sesuai kehendak konsumen tepat waktu. Menurut Mayhoneys
(2008:1), JIT bukan hanya sekedar sebuah metode yang bertujuan untuk
mengurangi persediaan, tetapi JIT juga memperhatikan keseluruhan sistem
produksi sehingga komponen yang bebas dari cacat dapat disediakan untuk
tingkat produksi selanjutnya tepat ketika mereka dibutuhkan – tidak terlambat dan
tidak terlalu cepat.
Menurut Rangkuti (2007:89) menjelaskan konsep just in time bertujuan
untuk meminimalkan tingkat persediaan sehingga berakibat meminimalkan biaya
penyimpanan. Apabila tingkat persediaan lebih rendah dari tingkat EOQ maka
ordering cost akan meningkat dan total biaya akan lebih tinggi daripada optimal.
Sedangkan menurut Nasution (2004:1), tujuan utama just in time adalah untuk
meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha
pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman.
2.4.3.2 Metode Econonic Order Quantity (EOQ)
Menurut Rangkuti (2007:11) menyatakan Economic Order Quantity
(EOQ) merupakan jumlah pembelian bahan mentah pada setiap kali pesan dengan
biaya yang paling rendah. Hal ini sejalan dengan pernyataan Herjanto (2008:248)
bahwa EOQ, yaitu jumlah pemesanan yang memberiakan biaya total persediaan
terendah.
Menurut Handoko (2000:339), metode Economic Order Quantity (EOQ)
atau Econonic Lot Size (ELS) dapat digunakan baik untuk barang-barang yang
dibeli maupun yang diproduksi sendiri. Perbedaan pokoknya adalah EOQ
merupakan nama yang biasa digunakan untuk barang-barang internal, sedangkan
ELS adalah biaya pemesanan meliputi biaya penyiapan pesanan untuk dikirimkan
ke pabrik dan biaya penyiapan mesin-mesin yang diperlukan untuk mengerjakan
pesanan. Menurut Yamit (2005:246), metode EOQ digunakan untuk menentukan
kuantitas pesanan persediaan yang meminimumkan biaya langsung penyimpanan
persediaan dan biaya pemesanan pesediaan.
Biaya (C)
Biaya total persediaan
Biaya penyimpanan (HQ/2)
Biaya total
minimum Biaya pemesanan (DS/Q)
EOQ Kuantitas pemesanan (Q)
Gambar 4. Biaya Total Sebagai Fungsi Dari Kuantitas Pemesanan
Sumber: Handoko (2000:339)
Berdasarkan Gambar 4, biaya pemesanan variabel dan biaya penyimpanan
variabel mempunyai hubungan terbalik yaitu semakin tinggi frekuensi pemesanan,
maka semakin rendah biaya penyimpanan variabel. Agar biaya pemesanan
variabel dan biaya penyimpanan variabel dapat ditekan serendah mungkin, maka
perlu dicari jumlah pembelian yang paling ekonomis, yaitu dengan rumus:
EOQ = √
Dimana:
D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S = Biaya pemesanan (per pesanan dan penyiapan mesin) per pesanan
H = Biaya penyimpanan per unit per periode waktu
Menurut Handoko (2000:341) menyebutkan bahwa model EOQ dapat
diterapkan bila anggapan-anggapan berikut ini dipenuhi:
a. Permintaan akan produk adalah konstan, seragam dan diketahui
(deterministik).
b. Harga per unit produk adalah konstan.
c. Biaya penyimpanan per unit per tahun (H) adalah konstan.
d. Biaya pemesanan per pesanan (S) adalah konstan.
e. Waktu antara pesanan dilakukan dan barang-barang diterima (lead time – L)
adalah konstan.
f. Tidak terjadi kekurangan barang atau back order.
2.4.3.3 Metode Meterial Requirement Planning (MRP)
Menurut Kurniawan (2008:70) menyatakan bahwa berdasarkan sifatnya,
bahan tergolong kedalam permintaan bebas dan permintaan terikat, dimana model
persoalan sangat tergantung pada kedua sifat bahan tersebut. Menurut
Tampubolon (2004:85), permintaan bebas adalah suatu permintaan yang bebas,
2 SD
H
dimana tidak ada keharusan untuk membelinya sebagai kepentingan konversi.
Sedangkan permintaan terikat disebabkan jika bahan tersebut tidak ada maka
proses konversi suatu perusahaan tidak dapat berjalan.
Menurut Herjanto (2008:275) mendefinisikan Material Requirement
Planning – MRP System merupakan suatu konsep dalam menejemen produksi
yang membahas cara tepat dalam perencanaan kebutuhan barang dalam proses
produksi. Sedangkan menurut Rangkuti (2007:144) Material Requirement
Planning – MRP System adalah suatu sistem perencanaan dan penjadwalan
kebutuhan material untuk produksi yang memerlukan beberapa tahap atau fase,
dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah produk jadi yang
diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan dengan
menggunakan waktu tenggang, sehingga dapat ditentukan kapan dan berapa
banyak yang dipesan untuk masing-masing komponen suatu produk yag akan
dibuat.
Sistem MRP mengendalikan agar komponen-komponen yang diperlukan
untuk kelancaran produksi dapat tersedia sesuai dengan kebutuhan. Menurut
Herjanto (2008:276-277), sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan,
diantaranya:
1. Meminimalkan persediaan
MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan
disesuaikan dengan jadwal induk produksi (master prodution schedule).
2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengiriman
MRP mengidentifikasi banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan
baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang
produksi maupun pengadaan komponen, sehingga dapat memperkecil resiko tidak
tersedianya bahan yang akan diproses yang dapat mengakibatkan terganggunya
rencana produksi.
3. Komitmen yang realistis
Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan
rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dapat dilakukan secara
lebih realistis.
4. Meningkatkan efisiensi
MRP mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu
produksi dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai
dengan jadwal produksi induk.
Menurut Herjanto (2008:278-281), penggunaan sistem MRP berkaitan
dengan beberapa komponen, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Data persediaan (inventory record file)
Data ini menjadi landasan untuk membuat sistem MRP karena
memberikan informasi tentang jumlah persediaan bahan baku dan barang jadi
yang aman, jumlah barang yang terdapat digudang, jumlah barang yang telah
dialokasikan, komponen yang sedang dipesan dan waktu kedatangannya serta
waktu tenggang bagi setiap komponen.
2. Jadwal induk produksi (master production schedule)
Jadwal induk produksi merupakan gambaran atas periode perencanaan dari
suatu permintaan, termasuk peramalan, backlog, rencana supplai atau penawaran,
persediaan akhir serta kualitas yang dijanjikan tersediaan. Jadwal induk produksi
berkaitan denagn pemasaran, rencana distribusi, perencanaan produksi dan
perencanaan kapasitas.
3. Spesifikasi produk (bill of material file)
Aplikasi MRP dimulai dengan mengetahui komponen-komponen dari
produk yang akan diproses atau dirakit. Bill of material file dibuat sebagai bagian
dari proses desain dan kemudian digunakan untuk menentukan barang apa yang
harus dibeli dan barang apa yang harus dibuat.
Berdasarkan informasi dari jadwal induk produksi dapat diketahui
permintaan dari suatu produk akhir, yang selanjutnya dengan mengetahui
komponen yang membentuk produk akhir itu, status persediaan dan waktu
tenggang yang diperlukan untuk memesan bahan atu merakit kebutuhan
komponen yang diperlukan. Sistem MRP merencanakan ukuran lot sehingga
barang-barang tersebut tersedia pada saat dibutuhkan. Menurut Taryana
(2008:31), ukuran lot adalah kuantitas yang akan dipesan untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku perusahaan dengan kuantitas yang dapat meminimalkan
biaya persediaan sehingga perusahaan akan memperoleh keuntungan. Menurut
Herjanto (2008:282), metode MRP dapat dilakukan dengan menggunakan teknik
LFL, EOQ, POQ dan PPB.
1. MRP Teknik Lot For Lot (LFL)
Menurut Munawar (2008:48), metode LFL atau sering dikenal sebagai
metode persediaan minimal, berdasarkan pada ide menyediakan persediaan sesuai
dengan yang diperlukan saja, jumlah persediaan diusahakan seminimal mungkin.
Dalam kebijakan ini, ukuran lot untuk satu batch dipilih untuk memenuhi
kebutuhan bersih satu periode tunggal. Menurut Hartiasih (2007:18), pemesanan
yang dilakukan tepat sebesar kebutuhan yang akan dipakai. Berdasarkan hal
tersebut perlu diketahui dalam menjalankan teknik lot for lot adalah besar dan
waktu pemakaian bahan baku secara akurat yang didasarkan pada jadwal induk
produksi dan waktu tenggang bahan baku.
2. MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
Menurut Assauri (2004:182) EOQ adalah jumlah atau besarnya pesanan
yang dimiliki jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan per tahun yang
paling minimal. Menurut Munawar (2008:49) teknik EOQ yang digunakan dalam
persediaan barang-barang bebas dapat juga digunakan dalam teknik penentuan
ukuran lot sistem MRP. Setelah diperoleh nilai kuantitas pesanan optimal dengan
metode EOQ, maka dilakukan metode MRP seperti yang dilakukan dengan teknik
Lot For Lot, besar pesanan adalah sebesar kelipatan EOQ yang lebih besar dan
terdekat dengan kebutuhan bersih.
3. MRP Teknik Period Order Quantity (POQ)
Menurut Herjanto (2008:292), teknik POQ sering disebut juga sebagai
teknik Uniform Order Cycle, merupakan pengembangan dari teknik EOQ untuk
jumlah permintaan yang tidak sama dalam beberapa periode. Menurut Hartiasih
(2008:46) menjelaskan bahwa dalam teknik POQ, ukuran lot ditetapkan sama
dengan kebutuhan aktual dalam jumlah periode yang telah ditetapkan sebelumnya,
sehingga jumlah persediaan yang mungkin timbul dalam kebijakan EOQ.
Menurut Kurniawan (2008:54), keunggulan kebijakan POQ dibandingkan
dengan kebijakan EOQ adalah dalam mengurangi biaya penyimpanan persediaan
bila kebutuhan tidak uniform (seragam) karena persediaan berlebih dapat
dihindarkan. Untuk menghitung jumlah periode kebutuhannya harus dipenuhi
oleh satu lot tunggal, digunakan perhitungan sebagai berikut:
Jumlah pesanan = EOQ
Permintaan rata-rata
4. MRP Teknik Part Period Balancing (PPB)
Menurut Herjanto (2008:290), PPB merupakan salah satu pendekatan
dalam menentukan ukuran lot untuk suatu kebutuhan material yang tidak seragam,
yang bertujuan memperkecil biaya total persediaan. Menurut Munawar (2008:52)
menegaskan bahwa metode ini dapat menggunakan jumlah pesanan yang berbeda
untuk setiap pesanan, dikarenakan jumlah permintaan setiap periode tidak sama.
Menurut Hartiasih (2008:47) untuk mencari ukuran lot dilakukan dengan
menggunakan pendekatan sebagian periode ekonomis (Economic Part Period –
EPP) yaitu dengan membagi biaya pemesanan dengan biaya penyimpanan per unit
per periode. Rumus mencari besarnya EEP adalah sebagai berikut:
EPP = biaya pemesanan
biaya penyimpanan per periode
2.5 Penelitian Terdahulu
Wawan Kurniawan (2008), Program Sarjana Ekstensi manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang berjudul Analisis
Pengendalian Persediaan Bahan Baku di Perusahaan Kecap Segitiga, Majalengka.
Sistem pengadaan dan pengendalian bahan baku di Perusahaan kecap segitiga
belum optimal dari segi biaya persediaan bahan baku. Hal ini ditunjukkan biaya
persediaan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan sistem pengendalian
menggunakan metode MRP teknik EOQ dan POQ. Sedangkan menggunakan
teknik LFL biaya persediaan yang akan ditanggung perusahaan mengalami
peningkatan sebagai akibat dari tingginya frekuensi pemesanan.
Biaya yang dikeluarkan oleh Perusahaan kecap segitiga untuk persediaan
bahan baku sebesar Rp 14.106.009,43 dengan biaya pembelian sebesar Rp
1.340.240.482,00 sedangkan dengan teknik LFL biaya persediaan sebesar Rp
27.659.748,70, teknik EOQ biaya persediaan sebesar Rp 9.365.809,48, dan teknik
POQ biaya persediaan sebesar Rp 8.278.409,65. Tiga metode yang digunakan
dalam menganalisis pengendalian persediaan bahan baku, didapat hasil bahwa
penghematan terbesar diperoleh dari teknik POQ dengan tingkat penghematan
sebesar Rp 5.827.599,78 (41,3%) dari biaya aktual yang dikeluarkan oleh
Perusahaan kecap segitiga. Metode MRP teknik POQ menghasilkan penghematan
terbesar dibandingkan dengan kondisi aktual perusahaan saat ini dari
penghematan biaya persediaan maupun biaya pembelian bahan baku.
Mariyam, Murda (2008), Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulah,
Jakarta yang berjudul Analisis Pengendalian Bahan Baku Kedelai pada Koperasi
Produksi Tahu di Kampung Iwul Parung Bogor (Studi Kasus Koperasi Ikhtiar
Swadaya Masyarakat/ISM Mitra Bersama). Pengendalian persediaan bahan baku
pada Koperasi ISM Mitra Bersama dilakukan dengan menyesuaikan antara
kebutuhan anggota, mitra koperasi dan pembelian dengan kondisi keuangan
koperasi. Sistem pengadaan bahan baku dilakukan apabila ketersediaan kedelai di
gudang koperasi telah terjual 80-90 persenatau apabila tersesa hanya 10-20
persen. Metode yang digunakan untuk menganalisis pengendalian persediaan
bahan baku adalah MRP dengan teknik LFL,EOQ, POQ dan PPB.
Hasil rata-rata dari persediaan perusahaan selama periode pengamatan
(Januari 2009-Desember 2009) adalah sebesar 66.470 kg dengan frekuensi
pemesanan sebanyak 48 kali. Hasil perbandingan biaya adalah biaya pemesanan
tertinggi terdapat pada teknik LFL sebesar Rp 1.820.000 dan terendah terdapat
pada teknik POQ sebesar Rp 315.000. Hal ini disebabkan oleh biaya penyimpanan
pada metode LFL lebih rendah sehingga berbanding terbalik dengan biaya
pemesanan. Biaya persediaan tertinggi pada metode perusahaan sebesar Rp
400.101.500 sedangkan yang terendah pada metode LFL sebesar Rp 294.860.000
sehingga hasil analisis menggunakan metode MRP teknik LFL direkomendasikan
sebagai sistem pengendalian persediaan bahan baku.
2.6 Alur Kerangka Pemikiran Operasional
feed back
= tahap selanjutnya
= rekomendasi
Prosedur
Penanganan
Bahan Baku
Biaya Persediaan
Bahan Baku
Identifikasi Kebijakan Perusahaan
dalam Pengadaan Bahan Baku
Jenis dan Asal
Bahan Baku
Prosedur
Pembelian
Bahan Baku
Waktu Tunggu
Bahan Baku
Volume
Pemakaian
Bahan Baku
Analisis Pengendalian Persediaan
Bahan Baku
Metode
Perusahaan
Metode MRP
- LFL
- EOQ
- POQ
- PPB
Analisis Perbandingan dan Penghematan
antara Metode Pengendalian Persediaan
Metode Pengendalian Persediaan Bahan
Baku yang Efisien
Analisis Pola
Data Permintaan
2.7 Definisi Operasional
a. Persediaan (inventory) adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan
digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu.
b. Pengendalian persediaan (controlling inventory) adalah kegiatan yang
saling bertautan satu sama lain dalam seluruh operasi produksi perusahaan
yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan baik waktu, jumlah,
kualitas maupun biayanya.
c. Daging sapi (beef) adalah jaringan otot yang diperoleh dari sapi yang biasa
dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan.
d. Biaya pemesanan (ordering cost) adalah biaya yang terkait langsung
dengan pemesanan atau pembelian bahan yang dilakukan oleh perusahaan.
e. Biaya penyimpanan (holding cost) adalah biaya yang timbul karena
adanya bahan baku yang disimpan perusahaan.
f. Waktu tunggu (lead time) adalah perbedaan waktu antara saat memesan
sampai saat barang datang.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Dagsap Endura Eatore, Jalan Cahaya Raya
Kav. H-3, Kawasan Industri Sentul, Cibinong, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini
dilakukan secara sengaja (purposive) dengan menimbang bahwa perusahaan
merupakan salah satu industri pengolahan daging yang sedang berkembang dan
produktif di Indonesia. Penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2010 sampai
dengan bulan Desember 2010.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari pengamatan dan wawancara langsung. Pengamatan langsung
dilakukan dilokasi produksi dan penyimpanan. Wawancara langsung dilakukan
dengan memilih responden secara sengaja, yaitu kepala bagian produksi,
pergudangan dan para manajer PT. Dagsap Endura Eatore yang terkait. Data
sekunder diperoleh dari literatur-literatur yang ada dan dokumen-dokumen PT.
Dagsap Endura Eatore baik itu laporan dari manajemen perusahaan, laporan
keuangan, laporan tahunan (RAT PT. Dagsap Endura Eatore) maupun dokumen-
dokumen lain dan juga dari hasil riset dan tulisan yang berhubungan dengan topik
yang dibahas serta informasi-informasi dari instansi-instansi terkait yang
berhubungan dengan tujuan penelitian.
Jenis data yang dibutuhkan adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data
kualitatif mengenai gambaran umum perusahaan yang meliputi sejarah
perusahaan, tujuan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi perusahaan,
ketenagakerjaan, proses produksi dan pemasaran. Sedangkan data kuantitatif
mengenai data pemesanan yang meliputi volume pemakaian bahan baku, waktu
tunggu bahan baku, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua metode yaitu
pengamatan langsung dan wawancara. Metode pengamatan langsung yaitu penulis
mengamati secara langsung objek penelitian sehingga diperoleh gambaran yang
nyata tentang segala aktivitas dan keadaan perusahaan dalam pengolahaan,
pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku. Sedangkan metode
wawancara dilakukan dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada
manager produksi terkait pengadaan bahan baku.
Data dan informasi yang diperoleh diolah dan dianalisis secara kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif yang diperoleh disajikan dalam bentuk deskriptif
dibantu dengan gambar dan tabel. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh
diolah dengan menggunakan alat bantu microsoft excell dimana hasil
pembahasannya ditampilkan dalam bentuk tabel yang kemudian dianalisis secara
deskriptif dan diinterpretasikan untuk menjelaskan hasil yang telah didapat
tersebut.
3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
3.4.1 Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui informasi mengenai
sejarah perusahaan, visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, produk-produk
yang dipasarkan, ketenagakerjaan dan pemasaran. Analisis kualitatif juga
digunakan untuk mengetahui bagaimana prosedur pembelian, penyimpanan dan
pengawasan mutu.
3.4.2 Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui besarnya biaya yang
dikeluarkan perusahaan untuk persediaan bahan baku. Perhitungan-perhitungan
yang dilakukan dalam menentukan kuantitas optimal pesanan pada analisis
pengendalian persediaan merupakan perhitungan yang melibatkan berbagai jenis
biaya yang terkandung dalam persediaan. Oleh karena itu sebelum dilakukan
perhitungan-perhitungan tersebut, terlebih dahulu perlu ditentukan komponen-
komponen biaya-biaya persediaan yang terjadi. Biaya persediaan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah biaya pemesanaan bahan baku, biaya
penyimpanan bahan baku dan biaya pembelian bahan baku.
Biaya pemesanan bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan berkenaan
dengan pemesanan dan penerimaan bahan baku dari pemasok. Biaya ini
berhubungan dengan pesanan, tetapi tidak tergantung dengan jumlah pesanan.
Termasuk didalamnya adalah semua biaya administrasi, penempatan dan
penerimaaan order. Biaya penempatan pesanan (biaya telepon, faximile, surat
menyurat). Biaya pemesanan per tahun dapat dihitung (Herjanto,2007:248):
Biaya pemesanan per tahun = frekuensi pesanan x biaya pesanan
Biaya penyimpanan bahan baku adalah biaya-biaya yang diperlukan
berkenaan diadakannya persediaan. Biaya ini berhubungan dengan jumlah
persediaan yang ada digudang. Termasuk didalamnya biaya gudang, upah dan gaji
pegawai gudang, biaya administrasi gudang dan bunga atas modal yang
ditamankan kedalam investasi. Biaya penyimpanan per tahun dapat dihitung:
(Herjanto;2007:248)
Biaya penyimpanan per tahun = persediaan rata-rata x biaya penyimpanan
Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut:
Biaya total = Biaya pemesanan + Biaya penyimpanan
Total cost (TC) = S(D/Q) + H(Q/2)
Dimana:
TC = Biaya total persediaan daging sapi
D = Pengunaan atau permintaan daging sapi per periode tahun
S = Biaya pemesanan daging sapi per pesanan
Q = Jumlah pemesanan daging sapi per pesanan
H = Biaya penyimpanan daging sapi per kilogram per tahun
D
Q x S
Q
2 x H
Volume pemakaian bahan baku akan banyak digunakan dalam analisis ini,
sebab volume pemakaian bahan baku dapat menunjukkan besar permintaan akan
bahan baku yang termasuk salah satu variable penentu dalam penentuan kuantitas
optimal. Sedangkan waktu tunggu bahan baku utama akan digunakan dalam
menentukan jumlah waktu pesanan, sehingga pesanan dapat diterima pada saat
yang tepat. Waktu tunggu bahan baku utama didasarkan pada catatan-catatan
historis perusahaan.
Penelitian ini akan menggunakan metode pengendalian persediaan yang
memiliki jenis permintaan terikat, dimana bila jenis bahan tersebut tidak ada maka
proses konversi suatu perusahaan tidak dapat berjalan. Metode untuk jenis barang
permintaan terikat lebih sesuai adalah Sistem Rencana Kebutuhan Bahan
(Material Requirement Planning – MRP System). Menurut Hartiasih (2008:18),
analisis persediaan bahan baku merupakan analisis kuantitatif untuk mengetahui
berapa jumlah pemesanan optimal dan berapa total biaya persediaan yang muncul
serta juga berapa stok yang aman.
3.4.2.1 Metode (Meterial Requirement Planning – MRP)
Masalah yang akan dihadapi perusahaan yaitu inefisiensi dalam penentuan
ukuran lot yang akan dipesan. Metode MRP ini dapat memberikan membantu
permudahaan dalam menentukan waktu pemesanan dan ukuran lot yang akan
dipesan sekaligus dapat memberikan biaya persediaan minimum bagi perusahaan.
Format perhitungan dengan sistem MRP adalah seperti yang ditunjukan pada
Tabel 1.
Tabel 1. Format Perencanaan Bahan Baku (MRP)
No Uraian Periode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Kebutuhan kotor (kg)
2. Proyeksi persediaan di tangan (kg)
3. Kebutuhan bersih (kg)
4. Rencana penerimaan pesanan (kg)
5. Rencana pelaksanaan pesanan (kg)
Sumber: Buffa dan Sarin, 1996
Langkah-langkah mengisi format rencana MRP adalah sebagai berikut:
a. Menentukan kebutuhan kotor
Kebutuhan kotor adalah rencana pemakaian bahan baku yang telah
ditentukan sebelumnya pada saat penjadwalan produksi.
b. Menentukan persediaan di tangan
Persediaan di tangan adalah persediaan awal yang ada di tangan pada suatu
periode. Apabila tidak terdapat kebutuhan bersih dan tidak tidak terdapat rencana
penerimaaan pada periode sebelumnya, maka besarnya proyeksi persediaan di
tangan periode sebelumnya dikurangi kebutuhan kotor periode yang sebelumnya.
Apabila terdapat penerimaan terjadwal pada periode sebelumya, tetapi tidak
terdapat kebutuhan bersih dan rencana peneriman terjadwal pesanan pada periode
sebelumnya, maka proyeksi persediaan di tangan untuk suatu periode adalah
sebesar penerimaan terjadwal periode sebelumnya dikurangi kebutuhan kotor
periode sebelumnya. Apabila terdapat kebutuhan bersih dan penerimaan pesanan
pada periode sebelumnya, maka proyeksi persediaan di tangan untuk suatu
periode sebelumnya dikurangi dengan kebutuhan bersih periode sebelumnya.
c. Menentukan kebutuhan bersih
Kebutuhan bersih adalah kebutuhan bahan baku yang tidak dapat dipenuhi
oleh persediaan perusahaan. Apabila jumlah penerimaan terjadwal dan proyeksi
persediaan di tangan untuk suatu periode lebih besar dari kebutuhan kotor periode
tersebut, maka tidak terdapat kebutuhan bersih untuk periode tersebut. Apabila
jumlah penerimaan terjadwal dan proyeksi persediaan di tangan untuk suatu
periode lebih kecil dari kebutuhan kotor periode tersebut, maka kebutuhan bersih
untuk periode tersebut adalah kebutuhan kotor dikurangi dengan jumlah
penerimaan terjadwal dan proyeksi persediaan periode tersebut.
d. Rencana penerimaan pesanan
Rencana penerimaan pesanan adalah besar pesanan yang direncanakan
akan diterima untuk suatu peiode tertentu. Besar rencana penerimaan pesanan
ditentukan berdasarkan teknik penentuan ukuran lot (lot sizing technique) yang
digunakan.
e. Rencana pelaksanaan pesanan
Rencana pelaksanaan pesanan adalah besar pesanan yang direncanakan
akan dipesan pada suatu periode dengan harapan akan diterima oleh perusahaan
pada saat yang tepat. Rencana pesanan sama dengan rencana penerimaan pesanan,
hanya saja periode pelaksanaannya adalah lebih besar waktu tunggu (lead time)
pesanan.
1. MRP Teknik Lot For Lot (LFL)
Hal yang pertama kali dilakukan dalam metode MRP teknik lot for lot
adalah menentukan kebutuhan kotor, apabila pada saat periode pengamatan
terdapat persediaan yang cukup besar, maka perusahaan akan menghabiskan
persediaan awal tersebut terlebih dahulu, sehingga tidak dilakukan pemesanan
bahan baku sampai diperkirakan persediaan awal tersebut hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan selama waktu tunggu dan tidak
dapat lagi memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan selanjutnya.
Saat persediaan bahan baku suatu periode tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan kotor, maka kebutuhan kotor, maka dilakukan perencanaan penerimaan
pesanan tepat sebesar kebutuhan bersih, sehingga proyeksi persediaan di tangan
dapat ditekan sampai sebesar nol. Besar dan waktu pemakaian bahan baku dalam
menjalankan teknik ini perlu diketahui secara akurat serta didasarkan pada jadwal
produksi master dan waktu tunggu bahan baku.
2. MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
Teknik ini digunakan dalam menentukan kuantitas pesanan persediaan
yang meminimumkan biaya (pemesanan dan penyimpanan). Ukuran lot yang
dapat meminimumkan biaya persediaan dapat dicari dengan rumus:
EOQ = √
Dimana:
D = Penggunaan atau permintaan yang diperkirakan per periode waktu
S = Biaya pemesanan (per pesanan dan penyiapan mesin) per pesanan
2 SD
H
H = Biaya penyimpanan per unit per periode waktu
Teknik EOQ dapat diperoleh kuantitas pesanan optimal, maka dilakukan
metode MRP seperti yang dilakukan dengan Lot For Lot, besar pesanan adalah
sebesar kelipatan dari EOQ dan terdekat dengan kebutuhan bersih.
Biaya-biaya yang diperlukan dalam teknik ini yaitu biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan. Biaya-biaya lain adalah konstan, sehingga dengan
meminimumkan jumlah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan berarti juga
meminimumkan biaya total. Jika persediaan awal cukup besar, maka perusahaan
tidak melakukan rencana penerimaan bahan baku sampai persediaan awal tersebut
tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan. Pesanan
direncanakan akan diterima pada saat dan jumlah yang mencukupi dan mendekati
kebutuhan bersih sesuai dengan kelipatan EOQ yang telah dihitung sebelumnya.
3. MRP Teknik Period Order Quantity (POQ)
Teknik POQ, rata-rata permintaan digunakan dalam metode EOQ untuk
mendapatkan rata-rata jumlah barang setiap kali pemesanan. Angka ini
selanjutnya dibagi dengan rata-rata jumlah permintaan per periode dan hasilnya
dibulatkan kedalam angka integer. Angka terakhir menunjukkan jumlah periode
waktu yang dicakup dalam setiap kali pemesanan. Perhitungannya dapat
diselesaikan dengan rumus:
Jumlah pesanan = EOQ
Permintaan rata-rata
4. MRP Teknik Part Period Balancing (PPB)
Teknik penyeimbang bagian periode (part period balancing – PPB)
merupakan pendekatan yang lebih dimanis untuk menyeimbangkan biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan. Dalam teknik PPB, besar pesanan dilakukan
sebesar kebutuhan pokok pada suatu periode yang dapat digabungkan.
Penggabungan periode dilikukan untuk sebagian berurutan yang memiliki nilai
kumulatif bagian periode yang mendekati nilai Economic Part Period (EPP). EPP
dihitung dengan rumus:
Bagian periode dihitung dengan cara mengalikan persediaan ekstra yang
ditanggung dengan periode yang ditanggung. Pesanan yang direncanakan akan
diterima pada saat jumlah yang mencukupi kebutuhan kotor sepanjang periode
gabungan sesuai dengan perhitungan PPB berdasarkan EPP yang telah dihitung
sebelumnya. Sehingga pada suatu periode gabungan yang telah ditentukan tidak
memiliki kebutuhan bersih, maka tidak ada rencana penerimaan pesanan. Dan
pada periode gabungan kedua dan ketiga dan seterusnya dari suatu gabungan
periode, dimana kebutuhan kotornya sudah diterima pada periode pertama dari
gabungan periode, maka periode kedua, ketiga dan seterusnya tidak terdapat
kebutuhan bersih, sehingga pesanan direncanakan yang akan diterima juga sama
dengan nol. Pada awal periode gabungan, rencana pesanan akan diterima sebesar
kebutuhan kotor sepanjang periode gabungan.
Biaya pemesanan
Biaya penyimpanan per unit/periode EPP =
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Perusahaan
PT. Dagsap Endura Eatore merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
pengolahan daging. Pada awal berdirinya tahun 1999, lokasi PT. Dagsap Endura
Eatore berada di Kawasan Industri Sentul-Bogor dijadikan sebagai pusat kegiatan
manajemen perusahaan sekaligus pabrik pengolahaan daging sapi asap dan
dendeng. PT. Dagsap Endura Eatore memiliki skala usaha kecil, dimana proses
produksinya memakai bahan baku daging sapi sebesar 500 kg per bulan dengan
pendapatan bersih berkisar antara Rp 300.000.000 – Rp 1.000.000.000 per tahun.
Pengunaan mesin-mesin produksi bersifat semi-otomatis, sehingga produk yang
dihasilkan belum dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Pemasaran produk
dilakukan secara eceran disekitar lokasi dengan target konsumen rumah tangga.
Seiring perkembangan usahanya sehingga pada tanggal 24 Agustus 2000, PT.
Dagsap Endura Eatore meresmikan perusahaannya sebagai industri pengolahan
daging berskala menengah dengan target penjualan berkembang hingga ke seluruh
Indonesia.
Penataan sistem manajemen perusahaan terus dilakukan PT. Dagsap
Endura Eatore agar terstruktur, sehingga perlu didukung sarana dan prasarana
yang memadai. Bulan Agustus 2007, perusahaan melakukan perluasan usaha
dengan membeli sebuah lahan perkantoran di Kawasan Grand Wijaya Centre 2,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan sebagai kantor pusat pemasaran, HRD dan
finance. Sedangkan pabrik PT. Dagsap Endura Eatore di Kawasan Industri Sentul,
Bogor dijadikan pusat kegiatan produksi, quality control dan semua kegiatan yang
berkaitan dengan pengolahan produk. Selain penambahan lahan perkantoran,
pabrik pengolahan dilengkapi dengan peralatan modern seperti cold storage
(freezer & chiller), machines sausage line, machines nugget line, smoke house
machine, spryal, blast freezer, colg store van, metal detector, sehingga inovasi
produk terus berkembang. Produksi yang dihasilkan PT. Dagsap Endura Eatore
terdiri dari olahan daging sapi dan daging ayam, seperti sosis sapi, sosis ayam,
baso sapi, beef burger, chicken nugget.
PT. Dagsap Endura Eatore berkomitmen untuk menerapkan Food Safety
Management System dalam proses produksi. PT. Dagsap Endura Eatore juga telah
memenuhi standar prosedur cara pengolahan makanan yang baik sesuai dengan
keamanan pangan yang telah dibuktikan dengan sertifikat HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point) dan GMP (Good Manufacturing Practices).
Dengan didapatkannya sertifikasi keamanan pangan diharapkan dapat
meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap PT. Dagsap Endura Eatore.
4.2 Visi Perusahaan
Suatu perusahaan memiliki visi yang jelas sebagai pondasi yang dapat
memperkokoh perusahaan. Adapun visi yang ditetapkan oleh PT. Dagsap Endura
Eatore adalah:
“Menjadi perusahaan pengolahan daging berskala nasional dengan
mengutamakan kualitas produk yang tinggi, hygienis, bersih (halal) dan
memberikan pelayanan terbaik”
4.3 Stuktur Organisasi Perusahaan
PT. Dagsap Endura Eatore dipimpin oleh seorang general manager sebagai
pimpinan tertinggi dalam manajemen perusahaan dan penanggung jawab seluruh
kegiatan perusahaan. General manager membawahi enam departemen, yaitu
National Sales Manager, Production Manager PPIC Manager, PD Quality
Control, HRD and GA Manager dan Finance & Accounting Manager. Struktur
Organisasi PT. Dagsap endura Eatore disajikan pada Lampiran 1.
Fungsi dan tugas setiap bagian dalam struktur organisasi PT. Dagsap
Endura Eatore adalah:
1. General Manager selaku pelaksana kebijakan perusahaan.
2. National Sales Manager sebagai pelaksana pemasaran dan penjualan termasuk
mencari konsumen. National Sales Manager membawahi tujuh departemen,
yaitu Sales Manager (Wet Market), Sales Manager (Modern Market), Sales
Manager (Horeca Market), Promotion Manager, Sales Manager (Bandung),
Sales Manager (Surabaya), Sales Manager (Yogjakarta). Pada setiap bagian
mempunyai tugas dan fungsi sebagai penanggung jawab masing-masing di
tiap wilayah.
3. Production Manager sebagai pelaksana kegiatan proses produksi produk dari
bahan mentah hingga produk jadi.
4. PPIC Manager (Production Planning and Inventory Control) sebagai
pengawas persediaan bahan-bahan.
5. PD Quality Control sebagai penanggung jawab dan pelaksanaan mutu dari
bahan mentah hingga produk jadi.
6. HRD and GA Manager sebagai pelaksana kebijakan terhadap karyawan dan
tanggung jawab terhadap pengembangan produk.
7. Finance & Accounting Manager sebagai pelaksana administrasi keuangan
perusahaan berupa pemasukan dan pengeluaran.
4.4 Ketenagakerjaan
Pembagian pekerjaan karyawan PT. Dagsap Endura Eatore dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu bagian produksi dan staff kantor. Karyawan kantor
seperti karyawan pemasaran, keuangan, administrasi dan quality control bekerja
selama 5 hari dalam seminggu mulai pukul 08.00-16.00. Sedangkan karyawam
produksi dan pekerja non-kantor lainnya bekerja menjadi tiga shift. Shift (1)
bekerja mulai pukul 07.00-15.00, shift (2) bekerja mulai pukul 15.00-23.00 dan
shift (3) mulai pukul 23.00-07.00. Total jam kerja dalam seminggu adalah 40 jam
dari Senin sampai Jum’at untuk semua karyawan.
Tabel 2. Jumlah Karyawan PT. Dagsap Endura Eatore
No Wilayah Jumlah
1. Kantor Pusat 41
2. Sentul (Produksi) 192
3. Jawa Barat 8
4. Jawa Timur 6
5. Jogjakarta 1
Total Karyawan 248
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Sistem penggajian dilakukan berdasarkan jabatan, prestasi serta lamanya
masa kerja karyawan dan penilaian lain yang dilakukan setiap tahun. Selain gaji
pokok, karyawan di PT. Dagsap Endura Eatore juga diberikan tunjangan dan
fasilitas seperti asuransi, tunjangan kesehatan, tunjangan makan, tunjangan
transport, koperasi, Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus akhir tahun serta
insentif.
4.5 Pemasaran Produk
Bauran pemasaran adalah kelompok kiat pemasaran yang digunakan
perusahaan untuk mencapai sasaran. Alat-alat yang digunakan untuk menciptakan
nilai disebut marketing mix. Pemasaran dapat dikelompokkan dalam suatu
klasifikasi yang dikenal dengan 4P, yaitu product , price , promotion dan place.
1. Product
Product adalah bauran pemasaran yang paling mendasar, karena merupakan
penawaran berwujud perusahaan kepada pasar. Bauran produk PT. Dagsap Endura
Eatore meliputi keanekaragaman produk, kualitas produk, kemasan, ukuran,
jaminan. Produk daging olahan yang ditawarkan PT. Dagsap Endura Eatore
berdasarkan jenisnya antara lain chicken nugget, sosis, baso, dan beef burger.
Kualitas yang dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore berdasarkan jenis produk dari
masing-masing segmen, hal ini disesuaikan dengan pangsa pasar yang dituju dan
hubungannya terhadap harga penjualan. Produk daging olahan yang ditawarkan
PT. Dagsap Endura Eatore dalam bentuk kemasan plastik. Ukuran produk yang
dijual beragam mulai dari 250 gram, 400 gram sampai 1.000 gram. Jaminan atau
garansi yang diberikan PT. Dagsap Endura Eatore dalam bentuk penggantian
produk apabila ada yang cacat pada saat pengiriman barang. Selain itu jaminan
yang diberikan adalah batas kadaluarsa produk selama 1 tahun terhitung dari
tanggal produksi dan adanya standar mutu produk dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI).
2. Price
Price yang diimplementasikan oleh PT. Dagsap Endura Eatore meliputi
penetapan harga, tata cara pembayaran dan daftar harga. Bauran harga
mengindikasikan sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh pelanggan untuk
produk tertentu. PT. Dagsap Endura Eatore memiliki daftar harga untuk produk
daging olahan yang ditawarkan, disajikan pada Lampiran 3. Daftar harga tersebut
menjelaskan tentang jenis-jenis produk yang dijual sesuai segmentasi pelanggan.
Penetapan harga didasarkan pada kualitas produk. Kualitas pada masing-masing
segmentasi berbeda, yaitu food market harga relatif mahal karena merupakan
produk dengan grade tinggi dari PT. Dagsap Endura Eatore, modern market harga
bersaing dengan produsen lain sesuai dengan pangsa pasar yang dituju yaitu
pelanggan menengah keatas dengan kualitas yang baik, wet market harga relatif
murah tetapi kualitas sedikit diturunkan untuk menjangkau pangsa pasar
menengah ke bawah. Penetapan harga yang ditetapkan PT. Dagsap Endura Eatore
juga berdasarkan jumlah pembelian, sehingga nominal harga produk akan sedikit
berbeda jika pembelian pelanggan berbeda. Tata cara pembayaran produk pada
PT. Dagsap Endura Eatore ada dua macam yaitu COD (Cash On Delivery), CIA
(Cash in Advance).
3. Promotion
Promotion merupakan semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk
mengkomunikasikan dan mempromosikan produknya kepada pasar sasaran dan
mengkombinasikan manfaat dari produk untuk meyakinkan konsumen sasaran
agar membelinya. Posisi PT. Dagsap Endura Eatore sebagai pemain baru dalam
bidang produk daging olahan, melakukan pendekatan konsumen dengan cara
promosi produk secara bertahap. Promosi yang dilakukan dengan menawarkan
dan memberikan sample produk kepada hotel, restoran dan pedagang pasar,
melakukan event ke modern market dan mengikuti pameran dengan sistem
pembelian buy one get one free, penggunaan media cetak seperti leaflet, poster
dan banner disetiap tempat yang potensial, dan promosi dari mulut ke mulut.
4. Place
Place menunjukkan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
untuk menjadikan produk dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen. Dalam
mengembangkan produknya, PT. Dagsap Endura Eatore memperluas jalur
pemasarannya dengan mendistribusikan produknya keluar pulau Jawa.
Gambar 5. Jalur Distribusi Produk PT. Dagsap Endura Eatore
PT.
Dagsap
Endura
Eatore
Sales
Restoran, hotel, caffe
(food market)
Pasar tradisional
(wet market)
Konsumen akhir
Agen
Konsumen akhir Swalayan
(modern market)
Konsumen
akhir
Konsumen rumah tangga, catering
(konsumen akhir)
Berdasarkan Gambar 5, pendistribusian produk PT. Dagsap Endura Eatote
dilakukan secara langsung dan tidak langsung sesuai dengan segmentasi, hal ini
dilakukan untuk mempermudah pelanggan mendapatkan produk. Jalur distribusi
secara langsung, yaitu konsumen dapat datang langsung ke pabrik tempat
produksi di Kawasan Industri Sentul Bogor dan kantor pusat pemasaran produk
yang berada di Grand Wijaya Center 2 Blok F No.83B, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan. Kosumen rumah tangga atau catering adalah pelanggan yang datang
langsung dengan pembelian dalam jumlah kecil minimal 1 box dengan sistem
pembayaran CIA (Cash In Advance), yaitu langsung dibayar di muka. Sedangkan
pemasaran secara tidak langsung disesuaikan dengan segmentasi pemasaran
dengan perantara sales PT. Dagsap Endura Eatore. Segmentasi food market
dilakukan langsung ke tangan industri kuliler seperti hotel, restoral dan caffe
dengan sistem pembayaran COD (Cash On Delivery), yaitu pembayaran
dilakukan saat produk diantar. Segmentasi modern market dilakukan dengan
pendistribusian ke swalayan-swalayan dengan sistem pembayaran COD.
Segmentasi wet market dilakukan melalui perantara agen atau distributor
kemudian didistribusikan ke pasar tradisional. Segmentasi ini juga dilakukan
untuk pemesanan di luar wilayah Jabodetebek. Pendistribusian produk delivery
order disesuaikan dengan daerah jalur distribusi (road map). Jasa delivery order,
PT. Dagsap Endura Eatore menerapkan minimum order ditambah biaya
tranportasi sesuai tempat usaha pelanggan. Selain daerah Jabodetabek, PT.
Dagsap Endura Eatore hanya mendistribusikan produknya ke kota-kota besar
seperti Jawa Barat, Jawa Timur dan Jogyakarta. Sistem pendistribusiannya, yaitu
pengiriman produk ke gudang sewaan yang berada di kota tersebut. Jumlah
produk yang dikirim disesuaikan dengan pesanan agen atau distributor
ditambahkan dengan produk antisipasi apabila terjadi permintaan fluktuatif dan
mengantisipasi adanya cacat produk. Pemesanan dilakukan tiga hari sebelum
produk datang dengan mencatat nama agen, jenis produk, jumlah pesanan, tanggal
pemesanan dan tanggal pengiriman. Sistem pembayaran dengan COD (Cash On
Delivery). Berikut ini merupakan segmentasi produk PT. Dagsap Endura Eatore
dalam operasional pemasaran.
Tabel 3. Segmentasi Produk PT. Dagsap Endura Eatore
No Produk Segmentasi Tingkatan
1. Hemato Wet market Premium
2. Pedan Food market Menengah
3. Yona Modern market Menengah
4. Dagsap Food market Tinggi
Sumber: Data Perusahaan (diolah), 2010
Konsumen dapat menjadi mitra bisnis dalam memasarkan produk PT.
Dagsap Endura Eatore, yaitu dengan memenuhi persyaratan dengan melakukan
pembelian minimal 1 box salah satu jenis produk selama kurun waktu 6 bulan
secara rutin. Dalam memasarkan produknya, PT. Dagsap Endura Eatore memiliki
7 buah mobil box yang dilengkapi dengan rantai pendingin dengan suhu 40
Celcius. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat loading produk adalah:
1. Dibuat jadwal driver atau loper untuk antrian dipintu keluar gudang.
2. Cek kembali jenis produk, kuantitas dan pelanggan yang disesuaikan dengan
yang tertera pada surat jalan.
3. Bila terjadi masalah kekurangan stock, driver harus mencatat nama petugas
yang mengeluarkan produk.
4. Apabila saat dihitung pelanggan mengalami kekurangan maka saat itu juga
driver mencatat kekurangan di faktur.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pengendalian Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore
Sistem pengendalian dan pengadaan persediaan bahan baku PT. Dagsap
Endura Eatore belum terstruktur, hal ini terlihat dari sistem pengadaan bahan baku
yang hanya menggunakan metode peramalan sesuai dengan target penjualan.
Pemesanan bahan baku dilakukan dengan meramalkan target penjualan selama
satu tahun ke depan kemudian di konversi menjadi periode bulanan. Pemesanan
bahan baku juga didasarkan pada kebutuhan produksi, kapasitas produksi dan
kondisi persediaan bahan baku di gudang. Timbulnya persediaan bahan baku di
perusahaan disebabkan oleh adanya perbedaan antara jumlah pembelian dan
pemakaian bahan baku, sehingga persediaan bahan baku yang dilakukan
perusahaan bervariasi setiap bulannya, tergantung dari besarnya jumlah pembelian
dan pemakaian. Pengadaan bahan baku juga akan dilakukan apabila persediaan
daging sapi yang ada di dalam gudang telah habis terpakai hingga 80-90 persen
atau apabila bahan baku yang tersisa hanya 10-20 persen.
5.1.1 Jenis dan Asal Bahan Baku
PT. Dagsap Endura Eatore dalam memproduksi produknya memerlukan
bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong dalam proses pembuatannya.
Bahan baku yang digunakan adalah daging sapi serta beberapa bahan tambahan
seperti garam, emulsi lemak, selongsongan. Ketersediaan bahan baku dalam
jumlah dan waktu yang tepat akan mempengaruhi produktifitas perusahaan dalam
memproduksi produknya. Bahan baku tersebut diperoleh dari supplier yang telah
menjadi mitra perusahaan dalam pengadaan bahan bakunya, dengan memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan oleh PT. Dagsap Endura Eatore. Berikut ini
merupakan daftar supplier daging sapi yang bekerjasama dengan PT. Dagsap
Endura Eatore.
Tabel 4. Daftar Nama Supplier Daging Sapi PT. Dagsap Endura Eatore
No Nama Supplier Lokasi
1. Hade Putra Jakarta
2. Sungai Budi Jakarta
3. Markaindo Selaras Jakarta
4. Indoguna Jakarta
Sumber: data perusahaan, 2010 (diolah)
Berdasarkan wawancara dengan bagian produksi, diperoleh keterangan
mengenai bahan baku produk olahan daging sapi diperoleh dari supplier lokal.
Supplier Hade Putra dan Sungai Budi adalah supplier utama pemasok daging sapi,
dimana para supplier ini merupakan peternak lokal sehingga biaya untuk
pemesanan daging sapi relatif murah. Sedangkan supplier Markaindo Selaras dan
Indoguna adalah sebuah perusahaan pengumpul daging sapi yang berasal dari
peternak-peternak lokal. Pemesanan daging sapi yang dilakukan oleh PT. Dagsap
Endura Eatore berasal dari peternak lokal seperti Hade Putra dan sungai Budi.
Namun apabila peternak tersebut tidak mampu memenuhi pesanan maka PT.
Dagsap Endura Eatore melakukan pemesanan ke Markaindo Selaras dan
Indoguna.
Daging sapi merupakan bahan baku utama yang berkontribusi paling besar
terhadap keseluruhan proses produksi sosis dan baso yaitu sebesar 35 persen serta
beberapa bahan tambahan seperti garam, lemak emulsi, tepung tapioka. Bagian
daging sapi yang digunakan adalah daging sapi paha depan, dimana pada bagian
ini terdapat jaringan otot yang liat sehingga mudah dibentuk menjadi adonan baso
dan sosis. Sistem kerjasama yang dilakukan antara PT. Dagsap Endura Eator
dengan para supplier, yaitu kualitas daging sapi segar (tidak cacat, tidak bau
busuk, sehat secara fisik), daging sapi tidak terdiri dari karkas, pembelian daging
sapi minimum 500 kg per pesanan dengan jarak waktu pemesanan maksimal 3
hari sebelum order datang, harga yang ditawarkan disesuaikan dengan kebijakan
pemerintah dalam satuan kilogram, sistem pembayaran dilakukan saat order
datang. Harga daging sapi yang dibeli PT. Dagsap Endura Eatore rata-rata sebesar
Rp 36.000 per kilogram.
5.1.2 Prosedur Pembelian Bahan Baku
Sistem pengadaan bahan baku utama yang diterapkan oleh PT. Dagsap
Endura Eatore dalam memperoleh bahan baku daging sapi dimulai dengan
perencanaan produksi dari bagian marketing dan menghitung jumlah kebutuhan
bahan baku selama satu tahun ke depan yang didasarkan pada target penjualan dan
di konversi menjadi periode bulanan. Rencana produksi yang ditetapkan oleh
bagian marketing direkomendasikan ke bagian produksi yang selanjutnya
menugaskan bagian gudang untuk melakukan pengecekan dan menghitung jumlah
persediaan bahan baku yang tersedia di dalam gudang sehingga diketahui
kebutuhan bahan baku yang harus dipesan. Hasil pengecekan dilaporkan ke
bagian produksi, kemudian bagian produksi beserta semua bagian yang terkait
dalam proses produksi mengadakan rapat koordinasi untuk menyusun rencana
produksi dan menghitung kebutuhan persediaan bahan baku untuk antisipasi.
Bagian produksi memberikan laporan jumlah bahan baku yang harus
dibeli kepada bagian keuangan. Selanjutnya bagian keuangan membuat anggaran
pembelian dan merekomendasikan kepada bagian pembelian yang selanjutnya
melakukan pemesanan kepada pemasok. Alur pemesanan daging sapi PT. Dagsap
Endura Eatore disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Prosedur Pembelian Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore
Bahan baku sampai di tangan perusahaan setelah tiga hari pemesanan dan
dilakukan pembayaran tunai. Bahan baku yang dipesan diterima di gudang,
kemudian dilakukan pemeriksaan sample bahan baku yang meliputi kondisi
kemasan, label segel, kuantitas bahan baku yang dilakukan oleh quality control.
Sampai saat ini syarat dan mutu bahan baku yang diterapkan perusahaan kepada
pemasok selalu dipenuhi dengan baik, sehingga pengembalian bahan baku dapat
dihindarkan.
Bagian
Produksi
Pemasok
Bagian
Keuangan
Bagian
Gudang
Bagian
Pembelian
Bagian
Marketing
5.1.3 Prosedur Penanganan Bahan Baku
Proses penanganan bahan baku meliputi proses penyimpanan bahan baku
di gudang, penyimpanan dan pengeluaran bahan baku dari gudang untuk
dilakukan proses produksi. Penyimpanan bahan baku daging sapi ditempatkan
diruang pendingin (freezer) dengan suhu -14o Celcius yang berukuran 2 x 4 meter.
Kapasias ruang pendingin mampu menyimpan daging sapi sebanyak 15 ton yang
terdiri dari daging sapi (9 ton) dan daging ayam (6 ton). Daya simpan daging sapi
dengan suhu ruang pendingin tersebut mampu bertahan sampai satu tahun.
Penyimpanan bahan baku ini harus diperlukan penanganan khusus mulai dari
pemasok hingga di perusahaan dengan menggunakan rantai dingin. Fasilitas yang
ada dalam gudang penyimpanan adalah 2 buah lampu neon berukuran 18 watt.
Pemeriksaan bahan baku dilakukan pada saat bahan baku tiba di
perusahaan untuk dilakukan pengecekan mutu bahan baku yang dilakukan oleh
quality control. Pengawasan bahan baku dilakukan satu minggu sekali meliputi uji
organoleptik untuk pengujian fisik (wana, rasa dan aroma), uji pH untuk menguji
tingkat keasaman daging sapi, uji daya putus Warner-Bratzler (WB) untuk
menguji keempukan daging sapi, uji Water Holding Capacity (WHC) untuk
menguji daya ikat air.
Kerusakan yang terjadi pada daging sapi disebabkan oleh putusnya rantai
dingin saat proses pendistribusian dari supplier, adanya kontaminasi fisik saat
penanganan pasca pemotongan seperti debu atau benda asing lain, suhu dalam
rantai pendingin tidak sesuai (suhu rantai pendingin 40 Celcius). Standarisasi yang
diterapkan perusahaan dalam penanganan mutu bahan baku secara fisik dapat
dilihat dari warna merah terang, lemak terlihat putih kekuningan, memiliki aroma
yang khas tidak bau busuk atau tengik, tingkat kekenyalan saat ditekan daging
akan kembali seperti semula dan kebersihan daging itu sendiri.
Penyusunan bahan baku ditempatkan di krat yang ditumpuk bertingkat,
fungsinya agar tidak terjadi kontak langsung antara bahan baku dengan lantai.
Lokasi gudang bahan baku ditempatkan di areal pabrik, hal ini dilakukan untuk
memudahkan dalam proses pengambilan bahan baku dalam proses produksi.
5.1.4 Pemakaian Bahan Baku
Sistem pemakaian bahan baku yang dilakukan oleh PT. Dagsap Endura
Eatore menggunakan sistem FIFO (First In First Out), bahan baku yang pertama
kali masuk akan digunakan lebih dahulu untuk proses produksi. Penerapan sistem
FIFO yang dilakukan PT. Dagsap Endura Eatore adalah:
1. Sehari sebelum daging sapi datang dilakukan sanitasi untuk kebersihan
gudang dan penataan ulang daging sapi. Daging sapi yang akan digunakan
untuk produksi diletakkan dekat dengan pintu, hal ini disesuikan dengan
tanggal kedatangan daging sapi.
2. Saat daging sapi datang dimasukkan ke ruang loading bahan baku.
3. Pengecekan kuantitas daging sapi, yaitu dengan menghitung kesamaan antara
jumlah pesanan dengan order datang dan pengecekan kualitas daging sapi
secara organoleptik.
4. Pemberian label tanggal kedatangan daging sapi, ini memudahkan dalam
penggunaan untuk produksi sehingga terlihat perbedaan antara daging sapi
lama dengan daging sapi baru (segar).
5. Daging sapi diletakkan di krat dan dimasukkan ke ruang pendingin dengan
suhu -140
Celcius dengan posisi kedalam.
Pemakaian bahan baku daging sapi pada PT. Dagsap Endura Eatore
disesuaikan dengan rencana yang telah disusun oleh bagian produksi. Penentuan
rencana produksi berdasarkan pesanan para sales-sales dan kapasitas produksi
perusahaan. Berdasarkan rencana produksi tersebut perusahaan dapat
memperkirakan kebutuhan bahan baku yang akan digunakan. Jumlah pemakaian
bahan baku setiap bulannya disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Pemakaian Bahan Baku, Tahun 2009
No Bulan Pemakaian (Kg)
1. Januari 4.588
2. Februari 7.514
3. Maret 5.648
4. April 6.425
5. Mei 5.892
6. Juni 5.584
7. Juli 5.215
8. Agustus 6.472
9. September 7.591
10. Oktober 7.643
11. November 7.079
12. Desember 7.483
Total 77.134
Rata-rata 6.427,83
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 5, pemakaian bahan baku mengalami kenaikan dan
penurunan yang tidak sama. Pemakaian tertinggi bahan baku terjadi pada bulan
Februari, September, Oktober dan Desember. Hal ini dikarenakan adanya
permintaan musiman. Permintaan musiman biasa terjadi pada tahun baru Imlek,
bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Natal dan tahun baru Masehi. Penurunan
jumlah bahan baku yang digunakan pada bulan Januari disebabkan adanya
persediaan bahan baku di gudang pada bulan Desember 2008. Total pemakaian
bahan baku selama Januari 2009 sampai desember 2009 sebanyak 77.134 kg.
5.1.5 Biaya Persediaan Bahan Baku
Biaya persediaan PT. Dagsap Endura Eatore secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
Biaya pemesanan terdiri dari biaya administrasi, biaya telepon, biaya transportasi
dan biaya upah pegawai serta biaya pembelian bahan baku. Sedangkan untuk
biaya penyimpanan terdiri dari biaya opportunity cost.
5.1.5.1 Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan, berkenaan dengan dilakukannya pembelian bahan baku yang tidak
dipengaruhi oleh kuantitas bahan baku yang dipesan. Total biaya pemesanan
adalah hasil dari perkalian antara frekuensi pemesanan dengan biaya per pesanan.
Komponen biaya pemesanan terdiri dari biaya administrasi, biaya telepon, biaya
transportasi dan biaya upah. Secara terperinci biaya pemesanan per pesanan bahan
baku daging sapi terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6. Komponen Biaya Pemesanan Per Pesanan Bahan Baku, Tahun 2009
No Komponen Biaya Biaya Pemesanan Per Pesanan (Rp)
1. Biaya administrasi 10.000
2. Biaya telepon 15.000
3. Ongkos kirim 50.000
4. Upah angkut 100.000
Total 175.000
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 6, bahwa total biaya pemesanan per pesanan terbesar
bahan baku yang paling besar adalah pada upah angkut yaitu sebesar Rp 100.000.
Sedangkan untuk biaya administrasi sebesar Rp 10.000 dan biaya telepon sebesar
Rp 15.000 dan biaya ongkos kirim Rp 50.000 untuk satu kali pesan. Berikut ini
merupakan perincian biaya pemesanan bahan baku tahun 2009.
Tabel 7. Total Biaya Pemesanan Bahan Baku, Tahun 2009
No Komponen Jumlah
1. Harga (Rp/Kg) 36.000
2. Kuantitas (Kg) 83.133
3. Frekuensi (kali) 57
4. Biaya pemesanan (Rp) 175.000
5. Biaya pembelian(Rp) 2.992.788.000
6. Total biaya pemesanan (Rp) 9.975.000
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Biaya pembelian adalah biaya yang berkaitan langsung dengan kegiatan
pembelian bahan baku tersebut. Biaya pembelian merupakan hasil perkalian
antara harga bahan baku dengan kuantitas pesanan. Pada tahun 2009, PT. Dagsap
Endura Eatore melakukan pembelian bahan baku mencapai Rp 2.992.788.000.
Maka total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pemesanan daging sapi pada
perusahaan tahun 2009 sebesar Rp 9.975.000.
5.1.6.2 Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang dikeluarkan karena perusahaan
menyimpan bahan baku di gudang. Biaya penyimpanan adalah hasil perkalian dari
tingkat persediaan rata-rata dengan biaya penyimpanan bahan bahan baku per
unit. Komponen biaya penyimpanan PT. Dagsap Endura Eatore meliputi biaya
gaji pegawai gudang, biaya gudang dan penyusutan serta biaya lain-lain termasuk
biaya tetap sehingga dibebankan biaya overhead perusahaan. Biaya tetap tidak
tergantung dengan jumlah bahan baku yang disimpan, oleh karena itu tidak
diperhitungkan dalam pengendalian persediaan. Komponen biaya penyimpanan
bahan baku hanya terdiri dari biaya kesempatan (opportunity cost). Opportunity
cost adalah biaya yang terjadi karena kehilangan pendapatan berupa bunga bank
yang seharusnya diperoleh oleh perusahaan karena uang yang ada digunakan
untuk membeli persediaan.
Opportunity cost yang dibebankan perusahaan selama tahun 2009
ditentukan oleh tingkat suku bunga rata-rata investasi di bank, berdasarkan data
dari Bank Indonesia besar suku bunga rata-rata investasi antara bulan Januari
2009 sampai Desamber 2009 sebesar 7.14 persen dengan harga rata-rata
pembelian Rp 36.000/kg.
Tabel 8. Komponen Opportunity Cost Bahan Baku, Tahun 2009
No
Bulan
Persediaan
Rata-rata (Kg)
Tingkat Suku Bunga
Rata-rata (%)
Nilai penyimpanan
opportunity cost (Rp)
1. Januari 7.039 8,75 18.093.045,6
2. Februari 7.968,5 8,25 20.482.232,4
3. Maret 8.441 7,75 21.696.746,4
4. April 8.307,5 7,5 21.353.598
5. Mei 8.320 7,25 21.385.728
6. Juni 9.006,5 7 23.150.307,6
7. Juli 9.795 6,75 2.517.7068
8. Agustus 9.984 6,5 25.662.873,6
9. September 10.448,5 6,5 26.856.824,4
10. Oktober 11.250,5 6,5 28.918.285,2
11. November 11.618 6,5 29.862.907,2
12. Desember 12.144 6,5 31.214.937,6
Total 114.322,5 85,75 293.854.554
Nilai Rp/Kg 7,14 2.570,4
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 8, bahwa komponen opportunity cost termasuk biaya
yang relevan dalam perhitungan biaya penyimpanan. Biaya penyimpanan ini
diperoleh dari perkalian jumlah persediaan bahan baku tiap bulan dengan harga
bahan baku per kilogram dan nilai suku bunga pada tahun 2009, yaitu sebesar
85.73 persen dibagi dalam periode bulan. Biaya opportunity cost daging sapi
terendah adalah pada bulan Januari dengan nilai sebesar Rp 26.414.715,6 dan
tertinggi adalah pada bulan Desember dengan nilai sebesar Rp 46.398.290,4.
berikut ini disajikan komponen biaya persediaan tahun 2009.
Tabel 9. Komponen Biaya Penyimpanan Bahan Baku, Tahun 2009
Komponen Biaya Biaya Penyimpanan Daging Sapi
Per tahun
(Rp/kg)
Per bulan
(Rp/kg)
Per minggu
(Rp/kg)
Opportunity cost 2.570,4 214,2 53,5
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 9, biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh
perusahaan tahun 2009 adalah sebesar Rp 2.570,4/kg per tahun. Biaya opportunity
cost timbul karena adanya investasi persediaan bahan baku yang dipengaruhi oleh
harga per kilogram bahan baku dan tingkat suku bunga Bank Indonesia.
5.2 Analisis Pola Data Permintaan Bahan Baku
Analisis pola data permintaan bahan baku diperlukan untuk menentukan
jenis metode yang digunakan dalam perhitungan persediaan bahan baku. Data
kuantitatif yang digunakan merupakan data yang berbentuk time series dimana
data tersebut merupakan data penjualan dari masa yang lalu (Aditya;2010:6).
Lebih lanjut menurutnya, data time series merupakan data yang berurutan dari
waktu ke waktu mulai dari masa lalu hingga masa kini. Data yang telah memilki
trend maka peramalan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah baik dengan cara
membaca grafik, melaksanakan analisa statistik.
Menurut Akhyasrinuki (2011:2), time series adalah serangkaian nilai-nilai
variabel yang disusun berdasarkan waktu. Analisis time series mempelajari pola
gerakan nilai-nilai variabel pada suatu interval waktu (misalnya minggu, bulan,
tahun) yang diatur, dari analisis times series dapat diperoleh ukuran-ukuran yang
dapat digunakan untuk membuat keputusan pada saat ini, untuk peramalan dan
untuk merencanakan masa depan.
0100020003000400050006000700080009000
100001100012000130001400015000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Periode
Per
min
taan
permintaan batas bawah batas atas
Gambar 7. Grafik Pola Data Permintaan
Berdasarkan Gambar 7, bahwa bahan baku daging sapi pada PT. Dagsap
Endura Eatore memiliki pola permintaan konstan, dimana permintaan rata-rata
lebih banyak terjadi di dalam antara batas atas sebesar 7.557,41 dengan batas
bawah sebesar 5.298,25. Penentuan batas atas dan batas bawah disajikan pada
Lampiran 3.
Perhitungan pola permintaan konstan menggunakan analisis pengendalian
persediaan deterministik, diantaranya metode Economic Order Quantity (EOQ)
dan Material Requirement Planning (MRP). Metode pengendalian persediaan
daging sapi jenis permintaan terikat. Permintaan terikat adalah jenis bahan yang
apabila tidak tersedia maka proses konversi suatu perusahaan tidak dapat berjalan.
Metode untuk jenis barang permintaan terikat lebih sesuai adalah metode Material
5.298,25
7.557,41
Requirement Planning (MRP). Perhitungan metode MRP dapat dilakukan dengan
MRP teknik Lot For Lot (LFL), MRP teknik Economic Order Quantity (EOQ),
MRP teknik Period Order Quantity (POQ) dan MRP teknik Part Period
Balancing (PPB). Metode MRP digunakan untuk mengetahui berapa banyak dan
kapan jumlah suatu komponen diperlukan, mengurangi resiko karena
katerlambatan jumlah suatu komponen diperlukan, mengurangi resiko karena
katerlambatan produksi.
5.3 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Bahan baku sangat penting untuk kelancaran proses produksi, agar bahan
baku selalu tersedia dengan biaya minimum, perusahaan harus dapat melakukan
pengendalian terhadap persediaan bahan baku. Selain untuk menjaga ketersediaan
bahan baku, pengendalian persediaan bahan baku juga bertujuan untuk
meminimumkan biaya total perusahaan.
5.3.1 Metode PT. Dagsap Endura Eatore
Pengendalian persediaan yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk
memperlancar proses produksi dan melindungi perusahaan agar tidak terjadi
kekurangan bahan baku, yang dapat menghambat kegiatan produksi perusahaan.
Sehingga diharapkan metode pengendalian persediaan yang dilakukan ini dapat
lebih mengefisienkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan terkait dengan
pengadaan bahan baku serta dapat menjamin kontinuitas produksi perusahaan.
Berikut ini merupakan rencana pengadaan bahan baku selama tahun 2009
disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Rencana Pengadaan Bahan Baku, Tahun 2009
No Bulan Pembelian (kg)
1. Januari 5.716
2. Februari 8.245
3. Maret 5.862
4. April 5.944
5. Mei 6.398
6. Juni 6.451
7. Juli 5.925
8. Agustus 6.140
9. September 8.852
10. Oktober 7.986
11. November 7.471
12. Desember 8.143
Total 83.133
Rata-rata 6.927,75
Sumber: Data Primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 10, rencana pengadaaan bahan baku selama periode
Januari 2009 sampai dengan Desember 2009 sebanyak 83.133 kg, dengan
pemesanan tertinggi terjadi pada bulan September sebanyak 8.852 kg. Sedangkan
pemesanan terendah terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 5.716 kg, hal ini
dikarenakan masih tersedianya persediaan pada bulan Desember 2008.
Perkembangan persediaan bahan baku daging sapi PT. Dagsap Endura Eatore
selama tahun 2009 disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Perkembangan Persediaan Bahan Baku, Tahun 2009
Bulan
Pembelian
(Kg)
Persediaan
Awal (Kg)
Pemakaian
(Kg)
Persediaan
Akhir (Kg)
Persediaan
Rata-rata (Kg)
Januari 5.716 6.475 4.588 7.603 7.039
Februari 8.245 7.603 7.514 8.334 7.968,5
Maret 5.862 8.334 5.648 8.548 8.441
April 5.944 8.548 6.425 8.067 8.307,5
Mei 6.398 8.067 5.892 8573 8.320
Juni 6.451 8.573 5.584 9.440 9.006,5
Juli 5.925 9.440 5.215 10.150 9.795
Agustus 6.140 10.150 6.472 9.818 9.984
September 8.852 9.818 7.591 11079 10.448,5
Oktober 7.986 11.079 7.643 11.422 11.250,5
November 7.471 11.422 7.079 11.814 11.618
Desember 8.143 11.814 7.483 12.474 12.144
Total 83.133 111.323 77.134 117.322 114.322,5
Rata-rata 6.927,75 9.276,91 6.427,83 9.776,83 9.526,87
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 11, bahwa persediaan awal bulan Januari 2009
merupakan persediaan akhir bulan Desember 2008, begitu pula dengan bulan-
bulan sebelumnya, persediaan akhir bulan sebelumnya merupakan persediaan
awal bulan berikutnya. Sedangkan persediaan awal dikurangi dengan pemakaian
pada bulan tersebut.
Jumlah persediaan awal dan persediaan akhir daging sapi secara total
memiliki nilai yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya pemakaian bahan
baku dengan jumlah tertentu, misal pada awal Januari perusahaan mempunyai
persediaan awal sebanyak 6.475 kg, kemudian berkurang karena adanya
pemakaian sebanyak 4.588 kg, setelah melakukan pembelian sebanyak 5.716 kg,
sehingga perusahaan mempunyai persediaan akhir sebanyak 7.603 kg dan begitu
seterusnya.
Selama tahun 2009, PT. Dagsap Endura Eatore melakukan pembelian
sesuai dengan kebutuhan yang telah dihitung oleh PPIC. Berikut ini adalah
frekuensi pemesanan dan kuantitas pesanan dengan metode perusahaan tahun
2009.
Tabel 12. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan, Tahun 2009
No Bulan Frekuensi (kali) Kuantitas (kg)
1. Januari 3 5.716
2. Februari 4 8.245
3. Maret 5 5.862
4. April 5 5.944
5. Mei 6 6.398
6. Juni 5 6.451
7. Juli 6 5.925
8. Agustus 3 6.140
9. September 5 8.852
10. Oktober 3 7.986
11. November 6 7.471
12. Desember 6 8.143
Total 57 83.133
Rata-rata 4,75 6.927,75
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 12, frekuensi pemesanan daging sapi sebanyak 57 kali,
sehingga setiap bulannya perusahaan harus melakukan pemesanan bahan baku,
seiring melakukannya pemesanan tersebut dikarenakan perusahaan membutuhkan
banyak bahan baku untuk mengejar target produksi. Perbedaan jumlah frekuensi
pemesanan dan penggunaannya menyebabkan kuantitas pemesanan berbeda pula.
Kuantitas pesanan daging sapi sepanjang tahun 2009 adalah sebanyak 83.133 kg.
Tinggi rendahnya kuantitas pesanan bahan baku sangat berpengaruh terhadap
biaya pembelian yang merupakan perkalian dari kuantitas bahan baku yang dibeli
dengan harga per kilogramnya.
Perhitungan biaya persediaan daging sapi PT. Dagsap Endura Eatore
diketahui dari biaya pembelian, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya
pembelian bahan baku diperoleh dari hasil antara kuantitas pembelian bahan baku
tiap bulan dikalikan dengan harga pembelian bahan baku. Biaya pemesanan bahan
baku per bulan diperoleh dari hasil antara biaya pemesanan per pesanan dikalikan
dengan frekuensi pemesanan daging sapi tiap bulannya. Sedangkan biaya
penyimpanan diperoleh dari hasil perkalian antara biaya penyimpanan per bulan
dengan persediaan rata-rata tiap bulannya. Adapun rincian biaya persediaan
daging sapi PT. Dagsap Endura Eatore tiap bulannya disajikan pada Lampiran 4.
Diketahui berdasarkan Lampiran 4, bahwa biaya pemesanan pada tahun
2009 sebesar Rp 9.975.000 dengan biaya pemesanan tertinggi terjadi pada bulan
Mei, Juli, November dan Desember sebesar Rp 1.050.000. Biaya penyimpanan
pada tahun 2009 sebesar Rp 6.116.253,75 dengan biaya penyimpanan tertinggi
terjadi pada bulan Desember sebesar Rp 649.704 Sedangkan biaya pembelian
pada tahun 2009 sebesar Rp 2.992.788.000 dengan biaya pembelian tertinggi
terjadi pada bulan September sebesar Rp 318.672.000. Hal ini disebabkan pada
bulan September pembelian bahan baku meningkat menjelang Hari Raya Idul Fitri
mengakibatkan tingginya biaya pemesanan dan tingginya biaya penyimpanan
pada bulan berikutnya. Sehingga untuk biaya persediaan daging sapi per bulan
diperoleh dari hasil penjumlahan antara biaya pembelian daging sapi tiap bulan,
biaya pemesanan daging sapi tiap bulan dengan biaya penyimpanan daging sapi
tiap bulan dan total persediaan daging sapi sepanjang tahun 2009 adalah sebesar
Rp 3.008.879.254.
5.3.2 Metode Material Requirement Planning (MRP)
Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem perencanaan
dan penjadwalan kebutuhan material untuk produksi yang memerlukan beberapa
tahapan atau dengan kata lain adalah suatu rencana produksi untuk sejumlah
produk jadi yang diterjemahkan ke bahan mentah (komponen) yang dibutuhkan
dengan menggunakan waktu tenggang sehingga dapat ditentukan kapan dan
berapa banyak pesanan untuk masing-masing komponen suatu produk yang akan
dibuat. Dalam penggunaan MRP, ada beberapa teknik yang dapat digunakan,
dalam penelitian ini akan menggunakan empat teknik diantaranya teknik Lot For
Lot (LFL), teknik Econonic Order Quantity (EOQ), teknik Period Order Quantity
(POQ) dan teknik Part Period Balancing (PPB).
Kuantitas produksi tidak sama untuk setiap periodenya, oleh karena itu
perusahaan perlu mendukung dengan menerapkan metode MRP sebagai alternatif
sistem pengendalian persediaan bahan baku. Langkah pertama yang harus
dilakukan ialah penetapan kebutuhan kotor bahan baku sesuai dengan
penjadwalan produksi yang telah dibuat. Jika persediaan di tangan masih ada,
maka persediaan dihabiskan terlebih dahulu, kemudian ditentukan kebutuhan
bersih yang merupakan hasil pengurangan dari kebutuhan kotor dengan
penerimaan terjadwal dan persediaan di tangan.
1. Metode MRP Teknik Lot For Lot (LFL)
Sistem pengendalian persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik
LFL adalah dengan melakukan pemesanan tepat sebesar kebutuhan bersih dan
sesuai dengan tenggang waktu persediaan. Kebutuhan persediaan bahan baku
diharapkan dapat tersedia dalam jumlah dan waktu yang tepat sehingga dapat
dihilangkan adanya persediaan di gudang. Hal ini dapat mengurangi biaya
penyimpanan yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Selama tahun 2009, frekuensi pemesanan dengan menggunakan metode ini
berbeda dengan metode perusahaan. Pembelian daging sapi frekuensi pemesanan
perusahaan sebanyak 57 kali, sedangkan hasil dari LFL disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan
Metode MRP Teknik LFL
No Bulan Frekuensi (kali) Kuantitas (Kg)
1. Januari 0 0
2. Februari 4 7.039
3. Maret 4 5.842,25
4. April 4 6.291,75
5. Mei 4 5.815
6. Juni 4 5.491,75
7. Juli 4 5.529,25
8. Agustus 4 6.751,75
9. September 4 7.604
10. Oktober 4 7.502
11. November 4 7.180
12. Desember 3 5.612,25
Total 43 70.659
Rata-rata 3.58 5.888,25
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 13, kuantitas pesanan bervariasi setiap bulannya,
disesuaikan dengan kebutuhan bersih setiap minggu dalam satu bulan. Total
frekuensi yang dilakuakan dengan teknik LFL adalah sebanyak 43 kali dengan
kuantitas pemesanan sebanyak 70.659 kg. Kuantitas pesanan tertinggi terjadi pada
bulan September sebesar 7.604 kg. Hal ini disebabkan adanya permintaan dari
pelanggan yang bersifat musiman. Perincian biaya persediaan bahan baku dengan
metode LFL disajikan pada Tabel 14 dan Lampiran 5.
Tabel 14. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik LFL
No Komponen Jumlah
1. Frekuensi (kali) 43
2. Biaya pemesanan (Rp) 7.525.000
3. Biaya penyimpanan (Rp) 3.780.256,5
4. Biaya pembelian (Rp) 254.372.4000
Total Biaya Persediaan (Rp) 2.555.029.257
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 14, total biaya pemesanan daging sapi dengan metode
ini sebesar Rp 7.525.000. Teknik Lot For Lot jika dibandingkan dengan metode
perusahaan memiliki kuantitas pemesanan yang lebih rendah. Hal ini disebabkan
karena teknik LFL bersifat mengurangi biaya penyimpanan dan berusaha untuk
melakukan pemesanan tepat sesuai dengan kebutuhan bersih.
2. Metode MRP Teknik Economic Order Quantity (EOQ)
Metode pengendalian persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik
Economic Order Quantity (EOQ) melakukan pemesanan sebesar kelipatan dari
EOQ terdekat yang lebih besar dari kebutuhan bersih. Berdasarkan perhitungan
dengan rumus EOQ diperoleh besarnya kuantitas ekomonis untuk ukuran lot
(pesanan) bahan baku. Nilai EOQ merupakan kuantitas optimal dalam melakukan
pemesanan.
Tabel 15. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan
Metode MRP Teknik EOQ
No Bulan Frukuensi (kali) Kuantitas (kg)
1. Januari 0 0
2. Februari 2 11.231,8
3. Maret 1 5.615,9
4. April 1 5.615,9
5. Mei 1 5.615,9
6. Juni 1 5.615,9
7. Juli 1 5.615,9
8. Agustus 1 5.615,9
9. September 1 5.615,9
10. Oktober 1 5.615,9
11. November 2 11.231,8
12. Desember 1 5.615,9
Total 14 73.006,7
Rata-rata 1.08 6.083,89
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 15, kuantitas pesanan daging sapi tertinggi terjadi pada
bulan Februari dan November yaitu 11.231,8 kg. Teknik EOQ ini jika
dibandingkan dengan metode perusahaan juga memiliki kuantitas pemesanan
yang lebih rendah dibanding dengan metode perusahaan. Hal ini disebabkan
karena teknik EOQ merupakan kuantitas optimal dalam melakukan pemesanan.
Total pemesanan daging sapi dengan metode ini sebesar Rp 2.275.000, perincian
biaya persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik EOQ disajikan pada
Tabel 16 dan Lampiran 7.
Tabel 16. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik EOQ
No Komponen Jumlah
1. Frekuensi (kali) 13
2. Biaya pemesanan (Rp) 2.275.000
3. Biaya penyimpanan (Rp) 3.905.858,45
4. Biaya pembelian (Rp) 2.628.241.200
Total Biaya Persediaan (Rp) 2.634.422.058
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Total biaya persediaan dengan menggunakan metode MRP teknik EOQ
daging sapi sebesar Rp 2.634.422.058, lebih tinggi jika dibandingkan metode
MRP dengan teknik LFL. Penerapan metode EOQ menghasilkan frekuensi
pemesanan yang lebih kecil jika dibandingkan dengan teknik LFL dan metode
perusahaan, yaitu sebanyak 13 kali.
3. MRP Teknik Period Order Quantity (POQ)
Penggunaan teknik POQ, ukuran lot ditetapkan dengan kebutuhan aktual
dalam jumlah tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian,
kelebihan biaya persediaan yang mungkin timbul dalam kebijakan EOQ dapat
ditekan. Keunggulan teknik POQ dibandingkan dengan teknik EOQ adalah dalam
mengurangi biaya penyimpanan persediaan bila kebutuhan tidak uniform, karena
persediaan yang berlebihan dapat dihindari. Kebutuhan akan bahan baku
perusahaan dalam produksi olehan daging sapi memiliki kebutuhan yang tidak
seragam tiap periodenya.
Hasil perhitungan jumlah periode yang harus dipenuhi menghasilkan nilai
POQ daging sapi adalah 4 periode, yang berarti kebutuhan untuk empat periode
atau empat minggu harus dipenuhi oleh satu kali pemesanan daging sapi. Dengan
menggunakan teknik POQ ini, tingkat persediaan bahan baku lebih rendah
dibanding dengan teknik LFL dan teknik EOQ, sehingga dengan teknik ini
perusahaan dapat menekan biaya persediaan dari penyimpanan. Pemesanan
daging sapi yang dilakukan dalam teknik ini sebanyak 11 kali.
Tabel 17. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan
Metode MRP Teknik POQ
No Bulan Frekuensi (kali) Pembelian (kg)
1. Januari 0 0
2. Februari 1 7.047,5
3. Maret 1 5.842,25
4. April 1 6.291,75
5. Mei 1 5.815
6. Juni 1 5.491,75
7. Juli 1 5.529,25
8. Agustus 1 6.751,75
9. September 1 7.604
10. Oktober 1 7.502
11. November 1 7.180
12. Desember 1 5.612,25
Total 11 70.667,5
Rata-rata 0.91 5.888,96
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 17, kuantitas pesanan sepanjang tahun 2009 sebanyak
11 kali. Kuantitas pesanan tertinggi terjadi pada bulan September sebanyak 7.604
kg. Hal ini terjadi disebabkan adanya permintaan musiman menjelang Hari Raya.
Berikut ini disajikan perincian biaya persediaan dengan metode MRP teknik POQ
pada Tabel 18 dan Lampiran 9.
Tabel 18. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik POQ
No Komponen Jumlah
1. Frekuensi (kali) 11
2. Biaya pemesanan (Rp) 1.925.000
3. Biaya penyimpanan (Rp) 3.780.711,3
4. Biaya pembelian (Rp) 2.544.030.000
Total Biaya Persediaan (Rp) 2.549.735.711
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Kuantitas pesanan daging sapi dalam teknik POQ lebih rendah
dibandingkan dengan teknik LFL dan teknik EOQ. Perusahaan melakukan
pembelian daging sapi sebanyak 70.667,5 kg dengan biaya pembelian sebesar Rp
2.544.030.000.
4. MRP Teknik Part Period Balancing (PPB)
Metode MRP teknik PPB berusaha untuk membuat biaya penyimpanan
sama dengan biaya pemesanan. Teknik ini dapat menggunakan jumlah pesanan
yang berbeda untuk setiap pesanan, hal ini dikarenakan jumlah permintaan setiap
periode tidak sama. Ukuran lot dicari dengan menggunakan pandekatan sebagian
periode ekonomis (Economic Part Period – EPP), yaitu dengan membagi biaya
pemesanan dengan biaya penyimpanan per unit per periode. Nilai yang diperoleh
dari perhitungan EPP adalah sebanyak 3.271,02 kg. Frekuensi pesanan daging
sapi dengan teknik ini sebanyak 21 kali.
Tabel 19. Frekuensi Pemesanan dan Kuantitas Pesanan Bahan Baku dengan
Metode MRP Teknik PPB
No Bulan Frekuensi (kali) Kuantitas (kg)
1. Januari 0 0
2. Februari 2 7.047,5
3. Maret 2 5.842,25
4. April 2 6.291,75
5. Mei 2 5.815
6. Juni 2 8.099,25
7. Juli 1 2.921,75
8. Agustus 2 6.751,75
9. September 2 7.604
10. Oktober 2 7.502
11. November 2 7.180
12. Desember 2 5.612,25
Total 21 70.667,5
Rata-rata 1.75 5.888,95
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 19, kuantitas pesanan tertinggi terjadi pada bulan Juni
sebanyak 8.099,25 kg. Sepanjang tahun 2009 kuantitas pesanan dengan teknik ini
sebanyak 70.777,5 kg. Kuantitas pesanan daging sapi teknik PPB lebih rendah
dibandingkan teknik LFL. Perincian total biaya persediaan metode MRP teknik
PPB disajikan pada Tabel 20 dan Lampiran 11.
Tabel 20. Biaya Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB
No Komponen Jumlah
1. Frekuensi (kali) 21
2. Biaya pemesanan 3.675.000
3. Biaya penyimpanan 3.780.711,3
4. Biaya pembelian 2.544.030.000
Total Biaya Persediaan (Rp) 2.551.485.711
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Perusahaan melakukan pembelian daging sapi sebesar Rp 2.544.030.000
dengan frekuensi pemesanan sebanyak 21 kali. Kuantitas pemesanan teknik PPB
menempati urutan ketiga dalam pemesanan terendah. Biaya persediaan dengan
teknik PPB menghasilkan total biaya persediaan sebesar Rp 2.551.485.711.
5.4 Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan
Pengendalian persediaan daging sapi menjadi sangat penting karena
menjadi bagian dari pengeluaran untuk biaya pengendalian persediaan bahan
baku. Jika pengeluaran untuk daging sapi minimum maka biaya pengendalian
persediaan bahan baku secara keseluruhan dapat ditekan.
Berdasarkan hasil perhitungan metode pengendalian persediaan
perusahaan dengan teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB selama periode Januari 2009
sampai dengan Desember 2009, dapat dilakukan perbandingan diantara teknik-
teknik tersebut. Perbandingan biaya persediaan daging sapi disajikan pada Tabel
21.
Tabel 21. Perbandingan Biaya Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura
Eatore dengan MRP Teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB
Metode
Frek
(kali)
Kuant
(Kg)
Biaya
Pemesanan
(Rp)
Biaya
Penyimpanan
(Rp)
Biaya
Pembelian
(Rp)
Total Biaya
Persediaan
(Rp)
PT. DEE 57 83.133 9.975.000 6.116.253,7 2.992.788.000 3.008.879.254
LFL 43 70.659 7.525.000 3.780.256,5 2.543.724.000 2.555.029.257
EOQ 13 73.006,7 2.275.000 3.905.858,4 2.628.241.200 2.634.422.058
POQ 11 70.667,5 1.925.000 3.780.711,3 2.544.030.000 2.549.735.711
PPB 21 70.667,5 3.675.000 3.780.711,3 2.544.030.000 2.551.485.711
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Berdasarkan Tabel 21, dapat dilihat bahwa frekuensi pemesanan 57 kali
yang dilakukan perusahaan merupakan yang tertinggi, karena perusahaan
melakukan pemesanan setiap minggunya dengan biaya total tertinggi sebesar Rp
3.008.879.254. Sedangkan pada metode MRP teknik LFL sebanyak 43 kali,
pemesanan dilakukan pada saat stok persediaan habis. Metode MRP teknik LFL
menghasilkan biaya pemesanan tertinggi sebesar Rp 7.525.000 dibandingkan
metode lainnya. Jumlah pemesanan disesuaikan dengan kubutuhan bersih daging
sapi tanpa memperhatikan cadangan yang harus disimpan perusahaan
Metode MRP teknik EOQ, menghasilkan frekuensi pemesanan sebanyak
13 kali, dikarenakan jumlah persediaan ditangan lebih besar akibat dari
pemesanan kuantitas ekonomis sehingga biaya penyimpanan tinggi. Total biaya
persediaan teknik EOQ lebih tinggi jika dibandingkan dengan teknik LFL, namun
lebih rendah jika dibandingkan dengan menggunakan teknik perusahaan. Metode
MRP teknik EOQ menghasilkan biaya penyimpanan dan biaya pembelian yang
relatif tinggi.
Metode MRP teknik POQ, frekuensi pemesanan sebanyak 11 kali
sehingga teknik POQ menghasilkan total biaya persediaan paling rendah
dibandingkan metode perusahaan, metode teknik LFL, EOQ dan PPB.
Penghematan biaya persediaan total yang dihasilkan dengan metode PPB tersebut
adalah yang terbesar.
Sedangkan metode MRP teknik PPB frekuensi pemesanan sebanyak 21
kali dengan jumlah kuantitas yang sama dengan teknik POQ, yaitu sebanyak
70.667,5. Metode MRP teknik PPB menempati urutan kedua dalam penghematan
persediaan bahan bahu. Total biaya persediaan yang dihasilkan sebesar Rp
2.551.485.711.
Nilai penghematan bahan baku diperoleh dengan menghitung selisih
antara metode perusahaan dengan nilai pada keempat teknik, yaitu LFL, EOQ,
POQ dan PPB, selanjutnya hasilnya akan dibandingkan. Berdasarkan hasil
perbandingan tersebut ditentukan metode dengan teknik terbaik yang dapat
mengefisiensikan persediaan bahan baku di perusahaan untuk direkomendasikan
pada perusahaan sebagai alternatif sistem pengendalian persediaan bahan baku
yang terbaik.
Penghematan persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik POQ
mampu menghemat biaya persediaan terbesar mencapai 17,47 persen dibanding
dengan yang dilakukan oleh perusahaan. Penghematan terhadap biaya pemesanan
teknik POQ menghasilkan penghematan tertinggi yaitu 80,70 persen
dibandingkan dengan metode perusahaan. Sedangkan untuk penghematan
terhadap biaya penyimpanan dan biaya pembelian teknik LFL menghasilkan
penghematan tertinggi masing-masing 38,19 persen dan 15,00 persen.
Penghematan biaya persediaan bahan baku dengan metode MRP teknik LFL,
EOQ, POQ dan PPB disajikan pada Lampiran 12.
Diketehui berdasarkan Lampiran 12, ketiga alternatif teknik pengukuran
lot dalam metode MRP memiliki keunggulan dan kelemahan. MRP teknik LFL
merupakan teknik yang konsisten dalam ukuran lot yang kecil, pesanan berskala,
persediaan tepat waktu tanpa persediaan pengaman dan permintaan terikat yang
telah diketahui sebelumnya. Kelemahan teknik LFL ini menimbulkan risiko
kekurangan bahan baku, karena perusahaan tidak memerlukan persediaan bahan
baku di gudang, sehingga apabila terjadi fluktuasi permintaan, permintaan bahan
baku tidak terduga, terjadi kerusakan mesin dan keterlambatan penerimaan bahan
baku dari pemasok akan menyebabkan perubahan jadwal produksi maka siklus
produksi di perusahaan akan terganggu.
Metode MRP teknik EOQ memiliki keunggulan dalam hal mempermudah
manajemen dalam menentukan jumlah pesanan yang optimal dalam setiap kali
pemesanan. Teknik EOQ ini juga memenuhi kebijakan perusahaan dalam
tersedianya bahan baku dalam jumlah yang cukup. Kelemahan teknik ini,
persediaan yang tersisa di akhir periode masih bervariasi sesuai dengan kebutuhan
pemakaian sehingga biaya penyimpanan bervariasi sesuai dengan tingkat
persediaannya.
MRP teknik POQ memiliki keunggulan yaitu dalam mengurangi biaya
penyimpanan persediaan bila kebutuhan tidak uniform (seragam) karena
persediaan berlebih dapat dihindarkan, tetapi metode ini tidak selalu memberikan
biaya total persediaan yang paling rendah diantara metode lain. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh besar biaya pemesanan, biaya penyimpanan per unit barang dan
variasi kebutuhan bahan baku setiap periode.
MRP teknik PPB digunakan jika biaya pemesanan lebih tinggi
dibandingkan biaya penyimpanan, sehingga akan lebih menguntungkan jika
perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah yang besar. Kelemahan teknik
ini adalah menimbulkan penumpukan bahan baku yang cukup besar di gudang dan
memiliki risiko kerusakan pada bahan baku karena penyimpanan yang lama.
5.5 Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Berdasarkan Data Historis Perusahaan Periode Januari 2009 –
Desember 2009
Hasil analisis perbandingan biaya persediaan dan biaya pembelian bahan
baku serta penghematan metode MRP tentang kebijakan perusahaan periode
Januari 2009 sampai dengan Desember 2009, maka dapat direkomendasikan suatu
motode alternatif pengendalian persediaan bahan baku daging sapi PT. Dagsap
Endura Eatore. Metode alternatif ini diharapkan dapat menghemat biaya
perusahaan, melalui penghematan biaya persediaan bahan baku yang terdiri dari
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku serta melalui penghematan
biaya pembelian bahan baku.
Hasil analisis perbandingan biaya persediaan dan penghematan metode
MRP terhadap kebijakan perusahaan periode Januari 2009 sampai dengan
Desember 2009, menunjukan bahwa kebijakan pengendalian persediaan daging
sapi belum efisien, artinya biaya persediaan masih dapat ditekan lebih rendah.
Biaya persediaan bahan baku yang ditanggung perusahaan periode tersebut
mencapai Rp 3.008.879.254
Penggunaan metode MRP teknik POQ dan PPB memungkinkan
perusahaan melakukan penghematan terhadap biaya persediaan, terutama teknik
POQ. Sedangkan teknik EOQ tidak dapat digunakan dalam model alternatif
pengendalian persediaan, hal ini dikarenakan teknik EOQ menyebabkan
meningkatnya biaya penyimpanan. Tingginya biaya pembelian bahan baku yang
ditanggung perusahaan disebabkan oleh kuantitas selama periode tersebut, bahan
baku yang dibeli perusahaan lebih banyak dibandingkan dengan metode MRP
teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB.
Hasil analisis dengan metode MRP teknik POQ dalam penelitian ini dapat
memberikan alternatif bagi perusahaan untuk menghasilkan penghematan
terhadap total biaya persediaan. Penghematan biaya persediaan perusahaan
dengan teknik PPB yaitu sebesar Rp 457.393.442,4 atau 15,20 % di tahun 2009
dengan syarat bila kebutuhan tidak uniform atau seragam sehingga persediaan
yang berlebihan dapat dihindari.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Sistem pengendalian dan pengadaan persediaan bahan baku PT.
Dagsap Endura Eatore belum terstruktur, hal ini terlihat dari sistem
pengadaan bahan baku yang hanya menggunakan metode peramalan
sesuai dengan target penjualan. Pemesanan bahan baku dilakukan
dengan meramalkan target penjualan selama satu tahun ke depan
kemudian di konversi menjadi periode bulanan. Pemesanan bahan
baku juga didasarkan pada kebutuhan produksi, kapasitas produksi dan
kondisi persediaan bahan baku di gudang.
2. Metode MRP teknik POQ direkomendasikan sebagai metode alternatif
dalam pengendalian persediaan bahan baku perusahaan. Metode MRP
teknik POQ mampu menghemat biaya persediaan sebesar Rp
457.393.442,4 atau 15,20 % di tahun 2009.
6.2 Saran
1. Perusahaan perlu memperhatikan kebutuhan bersih dari bahan baku
sehingga persediaan bahan baku perusahaan dapat menghasilkan nilai
efisien.
2. Perusahaan perlu menjalin kemitraan dengan Gabungan Kelompok
Ternak agar pengadaan bahan baku yang diharapkan dapat tercapai
sesuai rencana produksi sehingga dapat mengurangi biaya pemesanan.
DAFTAR PUSTAKA
Abrianto. Cara Sehat Makan Daging Sapi. 30 Agustus, 2009:3hlm,
http://duniasapi.com/cara-sehat-makan-daging-sapi, 07 Oktober 2009
pukul 18:42
Aditya, Dimas. Forecasting By Using Stationary Models. 04 Oktober,
2010:11hlm, http://dimasadityayudanegara.blogspot.com/, 05 Mei 2011
pukul 17:36
Aditya, Wirawan. Pengendalian Persediaan Spare Part dengan Pendekatan
Periodic Review System (Studi Kasus: PT. GMF Aero Asia). [Skripsi].
Surabaya: Fakultas Teknik Industri. 2006
Akyasrinuki. Pengertian Time Series. 24 Februari, 2011:2hlm,
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2122738-pengertian-time-
series/#ixzz189qTdn5F, 05 Mei 2011 pukul 17:13
Amin. Tips Mengenali Daging Sehat. 14 Mei, 2009:4hlm.
http://resepmasakanindonesia.info/tips-mengenali-daging-sehat, 11
Agustus 2009 pukul 19:02
Anita, Puspa. Pengembangan Decisiogan Decision System untuk Menentukan
Diskon dan Ukuran Pemesanan yang Optimal pada Single Period.
2009:3hlm. http://one.indoskripsi.com, 20 Februari 2010 pukul 19:43
Assuari, Sofjan. Manajemen Produksi dan Operasi. (Jakarta: FEUI Press, 2004)
Astawan, Made. Mengapa Kita Perlu Makan Daging?. 11 Desember, 2009:7hlm.
http://depkes.go.id, 07 Oktober 2010 pukul 16:38
Bank Indonesia. Suku Bunga Bank Indonesia Tahun 2009. 2010:3hlm.
http://www.bi.go.id/web/id/moneter/BI+Rate/Data+BI+Rate/, 17 Februari
2011 pukul 16:23
Baroto, Teguh. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. (Jakarta: PT. Ghalia
Indonesia, 2002)
Buffa E.S dan Sarin R.K. Manajemen Operasi dan Produksi Jilid 8. (Jakarta:
Binarupa Aksara, 1996)
Direktorat Jenderal Peternakan. Tabel Produksi Daging Tahun 2005-2009.
2010:1hlm. www.dijennak.go.id, 25 Maret 2011 pukul 17:26
Erlina. Manajemen Persediaan. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi. 2002.
Gumbira. Manajemen Agribisnis. (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2004)
Handoko, Hani. Manajemen Produksi dan Operasi. (Yogyakarta: BPFE UGM
Press, 2000)
Hartiasih, Rida. Analisis Pengendalian Persediaan Susu Bubuk pada PT.
Australian Indonesian Milk Industries. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian
Bogor, Fakultas Pertanian, Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis. 2007
Herjanto, Eddy. Manajemen Operasi edisi 3. (Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada,
2008)
Indrajit, E.R dan Djokopranoto. Manajemen Persediaan. (Jakarta: PT. Raja
Grasindo Persada, 2003)
Indrayati, Rike. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku dengan Metode
EOQ (Ecomonic Order Quantity) pada PT. Tipota Furnishing Jepara.
[Skripsi] Semarang: Universitas Negeri Semarang, Fakultas Ekonomi,
Jurusan Akuntansi. 2007
Ishak, Aulia. Manajemen Operasi. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010)
Jane. Metode Pengendalian Bahan Baku. 2009:8hlm.
http://file2shared.wordpress.com, 20 Februari 2011 pukul 18.42
Komariah dkk. Aneka Olahan Daging Sapi. (Jakarta: PT. Agromedia Pustaka,
2007)
Kurniawan, Wawan. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di
Perusahaan Kecap Segitiga Majalengka. [Skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis. 2008
Mariyam, Murda. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kedel9i pada
Koperasi Produksi Tahu di Kampung Iwul Parung Bogor (Studi Kasus
Koperasi Ikhtiar Swadaya Masyarakat/ISM Mitra Bersama. [Skripsi].
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Sains dan
Teknologi, Jurusan Agribisnis. 2008
Mayhones. Just In Time. 2008:4hlm. ht4hlm. http://www.ittelkom.ac.id/library. 25
Maret 2011 pukul 19:03
Mlandhing. Mengenal Daging Sapi. 10 April, 2008:6hlm.
http://dapurmlandhing.dagdigdug.com/2008/04/10/mengenal-daging-sapi-
1/, 08 September 2009 pukul 18:54
Munawar, Sofyan. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku di PT. Maja
Sari Bakery Majalengka. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor,
Fakultas Pertanian, Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis.
2006
Nasution. F, Natigor. Just In Time dan Perkembangannya dalam Perusahaan
Industri. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ekonomi.
2004
Noerbiant. Metode Pengendalian Bahan Baku. 2009:8hlm.
http://file2shared.wordpress.com, 20 Februari 2011 pukul 18.42
Nastya, Rini. Analisis Pengendalian Pesediaan Bahan Baku Susu Pasteurisasi
Cup Rasa Coklat (Kasus di Milk Treatment Koperasi Peternakan Bandung
Selatan Pangalengan DT II, Jawa Barat. [Skripsi]. Bogor: Institut
Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Sarjana Ekstensi
Manajemen Agribisnis. 2006
Prihatna. Kajian rantai Pasok (Supply Chain) Bahan pada PT. Fajar Taurus.
[Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Sekolah Pasca Sarjana, Program
Studi Magister Manajemen Agribisnis. 2007
Rangkuti, Freddy. Manajemen Persediaan Aplikasi dalam Bisnis. (Jakarta: PT.
Raja Grasindo Persada, 2007)
Republika. Industri Pengolahan Daging Tumbuh 15 Persen. 11 Agustus,
2009:1hlm. http://www.republika.co.id, 05 Oktober 2009 pukul 18:59
Sianturi. Mengurangi Susut Gizi. 25 April, 2009:5hlm. http://www.gizi.net/cgi-
bin, 07 Oktober 2009 pukul 18:22
Siswanto. Manajemen Persediaan. 2009:14hlm.
http://fe.uajy.net/fs/as/?tag=inventory-theories, 20 Februari pukul 18.56
Soebagyo. Dasar-Dasar Operation Research. (Yogyakarta: BPFE UGM Press,
2000)
Soeparno. Industri Pengolahan Daging Bagian Hilir Agribisnis. 2008:4hlm. http:
www.depkominfo.go.id, 05 Oktober 2009 pukul 18:17
Sutono. Perencanaan dan Pengendalian Pembelian dan Penggunaan Bahan
Baku. 22 September, 2009:21hlm. http://infobuku.com, 19 Januari 2011
pukul 14:35
Tampubolon. Manajemen Operasional. (Jakarta: PT. Ghalia Indonesia, 2004)
Taryana, Nanang. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Produk
Sepatu dengan Pendekatan Teknik Lot Sizing dalam Mendukung sistem
MRP (Studi Kasus: PT. Sepatu Mas Idaman, Bogor). [Skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor, Fakultas Teknologi Pertanian, Program Sarjana
Ekstensi Teknologi Industri Pertanian. 2005
Yamit, Zulian. Manajemen Persediaan. (Jakarta: Ekonisia, 2005)
Zulkafarijah, Fien. Manajemen Persediaan. (Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang Press, 2005)
LAMPIRAN
Lampiran 1. Struktur Organisasi Perusahaan
General Manager
National Sales
Manager
Sales Manager
(Wet Market)
Sales Manager
(Modern Market)
Promotion
Manager
Sales Manager
(Horeca Market)
Sales Manager
(Bandung)
Sales Manager
(Surabaya)
Sales Manager
(Yogjakarta)
Production
Manager
PPIC Manager
PD QC
Manager
HRD & GA
Manager
Finance &
Accounting Manager
Lampiran 2. Daftar Harga Produk PT. Dagsap Endura Eatore
Daftar Harga Produk PT. Dagsap Endura Eatore
(Harga sudah termasuk PPN 10%)
Daftar harga untuk setiap pembelian 3 box atau lebih
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Dagsap Beef Bacon 100 50 11500 575000
2 Dagsap Beef Bacon 1000 10 95000 950000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Yona Chicken Nuget Hot 250 20 14500 290000
2 Yona Chicken Nuget Regular 250 20 14500 290000
3 Yona Chicken Nuget Hot 400 15 20500 307500
4 Yona Chicken Nuget Regular 400 15 20500 307500
5 Yona Sosis Sapi 6 pcs 180 50 9800 490000
6 Yona Sosis Sapi 15 pcs 450 20 20500 410000
7 Yona Baso Sapi 25 pcs 250 30 16700 501000
8 Yona Baso Sapi 50 pcs 500 20 29500 590000
9 Yona Sosis Ayam 6 pcs 180 50 10000 500000
10 Yona Sosis Ayam 15 pcs 450 30 20000 600000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Pedan Chicken Nuget Hot 250 20 11000 220000
2 Pedan Chicken Nuget Regular 250 20 11000 220000
3 Pedan Chicken Nuget Hot 400 15 15000 225000
4 Pedan Chicken Nuget Regular 400 15 15000 225000
5 Pedan Chicken Sticky 250 20 11000 220000
6 Pedan Chicken Sticky 400 12 15000 180000
7 Pedan Sosis Sapi 6 pcs 150 50 7500 375000
8 Pedan Sosis Sapi 15 pcs 375 20 13500 270000
9 Pedan Baso Sapi 25 pcs 375 50 13700 685000
10 Pedan Baso Sapi 50 pcs 750 20 24500 490000
11 Pedan Sosis Ayam 6 pcs 150 50 6700 335000
12 Pedan Sosis Ayam 15 pcs 375 20 12500 250000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Hemato Chicken Nuget Regular 500 12 13000 156000
2 Hemato Chicken Sticky 400 12 11000 132000
3 Hemato Sosis Sapi 6 pcs 375 27 11000 297000
4 Hemato Sosis Sapi 15 pcs 750 15 18800 282000
5 Hemato Sosis Ayam 6 pcs 375 27 10500 283500
6 Hemato Sosis Ayam 15 pcs 750 15 18200 273000
7 Hemato Beef Burger Ekonomis 225 40 7500 300000
Daftar harga untuk pembelian 1 - 2 box
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Dagsap Beef Bacon 100 50 12500 625000
2 Dagsap Beef Bacon 1000 10 97500 975000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Yona Chicken Nuget Hot 250 20 15500 310000
2 Yona Chicken Nuget Regular 250 20 15500 310000
3 Yona Chicken Nuget Hot 400 15 21500 322500
4 Yona Chicken Nuget Regular 400 15 21500 322500
5 Yona Sosis Sapi 6 pcs 180 50 10800 540000
6 Yona Sosis Sapi 15 pcs 450 20 21500 430000
7 Yona Baso Sapi 25 pcs 250 30 17700 531000
8 Yona Baso Sapi 50 pcs 500 20 30500 610000
9 Yona Sosis Ayam 6 pcs 180 50 11000 550000
10 Yona Sosis Ayam 15 pcs 450 30 21000 630000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Pedan Chicken Nuget Hot 250 20 12000 240000
2 Pedan Chicken Nuget Regular 250 20 12000 240000
3 Pedan Chicken Nuget Hot 400 15 16000 240000
4 Pedan Chicken Nuget Regular 400 15 16000 240000
5 Pedan Chicken Sticky 250 20 12000 240000
6 Pedan Chicken Sticky 400 12 16000 192000
7 Pedan Sosis Sapi 6 pcs 150 50 8500 425000
8 Pedan Sosis Sapi 15 pcs 375 20 14500 290000
9 Pedan Baso Sapi 25 pcs 375 50 14700 735000
10 Pedan Baso Sapi 50 pcs 750 20 25500 510000
11 Pedan Sosis Ayam 6 pcs 150 50 7700 385000
12 Pedan Sosis Ayam 15 pcs 375 20 13500 270000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Hemato Chicken Nuget Regular 500 12 14000 168000
2 Hemato Chicken Sticky 400 12 12000 144000
3 Hemato Sosis Sapi 6 pcs 375 27 12000 324000
4 Hemato Sosis Sapi 15 pcs 750 15 19800 297000
5 Hemato Sosis Ayam 6 pcs 375 27 11500 310500
6 Hemato Sosis Ayam 15 pcs 750 15 19200 288000
7 Hemato Beef Burger Ekonomis 225 40 8500 340000
Daftar harga untuk pembelian eceran
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Dagsap Beef Bacon 100 50 13500 675000
2 Dagsap Beef Bacon 1000 10 100000 1000000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Yona Chicken Nuget Hot 250 20 16000 320000
2 Yona Chicken Nuget Regular 250 20 16000 320000
3 Yona Chicken Nuget Hot 400 15 22000 330000
4 Yona Chicken Nuget Regular 400 15 22000 330000
5 Yona Sosis Sapi 6 pcs 180 50 11300 565000
6 Yona Sosis Sapi 15 pcs 450 20 22000 440000
7 Yona Baso Sapi 25 pcs 250 30 18200 546000
8 Yona Baso Sapi 50 pcs 500 20 31000 620000
9 Yona Sosis Ayam 6 pcs 180 50 11500 575000
10 Yona Sosis Ayam 15 pcs 450 30 21500 645000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Pedan Chicken Nuget Hot 250 20 12500 250000
2 Pedan Chicken Nuget Regular 250 20 12500 250000
3 Pedan Chicken Nuget Hot 400 15 16500 247500
4 Pedan Chicken Nuget Regular 400 15 16500 247500
5 Pedan Chicken Sticky 250 20 12500 250000
6 Pedan Chicken Sticky 400 12 16500 198000
7 Pedan Sosis Sapi 6 pcs 150 50 9000 450000
8 Pedan Sosis Sapi 15 pcs 375 20 15000 300000
9 Pedan Baso Sapi 25 pcs 375 50 15200 760000
10 Pedan Baso Sapi 50 pcs 750 20 26000 520000
11 Pedan Sosis Ayam 6 pcs 150 50 8200 410000
12 Pedan Sosis Ayam 15 pcs 375 20 14000 280000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Hemato Chicken Nuget Regular 500 12 14500 174000
2 Hemato Chicken Sticky 400 12 12500 150000
3 Hemato Sosis Sapi 6 pcs 375 27 12500 337500
4 Hemato Sosis Sapi 15 pcs 750 15 20300 304500
5 Hemato Sosis Ayam 6 pcs 375 27 12000 324000
6 Hemato Sosis Ayam 15 pcs 750 15 19700 295500
7 Hemato Beef Burger Ekonomis 225 40 9000 360000
Daftar harga tertinggi di tangan konsumen
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Dagsap Beef Bacon 100 50 14500 725000
2 Dagsap Beef Bacon 1000 10 101000 1010000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Yona Chicken Nuget Hot 250 20 16500 330000
2 Yona Chicken Nuget Regular 250 20 16500 330000
3 Yona Chicken Nuget Hot 400 15 22500 337500
4 Yona Chicken Nuget Regular 400 15 22500 337500
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
5 Yona Sosis Sapi 6 pcs 180 50 11800 590000
6 Yona Sosis Sapi 15 pcs 450 20 22500 450000
7 Yona Baso Sapi 25 pcs 250 30 18700 561000
8 Yona Baso Sapi 50 pcs 500 20 31500 630000
9 Yona Sosis Ayam 6 pcs 180 50 12000 600000
10 Yona Sosis Ayam 15 pcs 450 30 22000 660000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Pedan Chicken Nuget Hot 250 20 13000 260000
2 Pedan Chicken Nuget Regular 250 20 13000 260000
3 Pedan Chicken Nuget Hot 400 15 17000 255000
4 Pedan Chicken Nuget Regular 400 15 17000 255000
5 Pedan Chicken Sticky 250 20 13000 260000
6 Pedan Chicken Sticky 400 12 17000 204000
7 Pedan Sosis Sapi 6 pcs 150 50 9500 475000
8 Pedan Sosis Sapi 15 pcs 375 20 15500 310000
9 Pedan Baso Sapi 25 pcs 375 50 15700 785000
10 Pedan Baso Sapi 50 pcs 750 20 26500 530000
11 Pedan Sosis Ayam 6 pcs 150 50 8700 435000
12 Pedan Sosis Ayam 15 pcs 375 20 14500 290000
No Merk Jenis Produk Varian (gram) Pack/box Rp/pack Rp/box
1 Hemato Chicken Nuget Regular 500 12 16000 192000
2 Hemato Chicken Sticky 400 12 14000 168000
3 Hemato Sosis Sapi 6 pcs 375 27 13000 351000
4 Hemato Sosis Sapi 15 pcs 750 15 20800 312000
5 Hemato Sosis Ayam 6 pcs 375 27 12500 337500
6 Hemato Sosis Ayam 15 pcs 750 15 20200 303000
7 Hemato Beef Burger Ekonomis 225 40 9500 380000
Lampiran 3. Grafik Pola Permintaan Bahan Baku
Bulan Xi Xi-X [Xi-X]2 Penjualan
Januari 5716 -1211.75 1468338.1 4588
Februari 8245 1317.25 1735147.6 7514
Maret 5862 -1065.75 1135823.1 5648
April 5944 -983.75 967764.06 6425
Mei 6398 -529.75 280635.06 5892
Juni 6451 -476.75 227290.56 5584
Juli 5925 -1002.75 1005507.6 5215
Agustus 6140 -787.75 620550.06 6472
September 8852 1924.25 3702738.1 7591
Oktober 7986 1058.25 1119893.1 7643
November 7471 543.25 295120.56 7079
Desember 8143 1215.25 1476832.6 7483
Total 83133 0 14035640 77134
Rata-rata (X) 6927.75 1169636.7 6427.833
Sumber: Data primer (diolah), 2010
Simpangan baku = √
=√
= 1.129,58
Batas atas = penjualan rata-rata + simpangan baku
= 6.427,83 + 1.129,58
= 7.557,41
Batas bawah = penjualan rata-rata – simpangan baku
= 6.427,83 - 1.129,58
= 5.298,25
14.035.640
11
n
∑[X1 – X]2
i=1
n - 1
Lampiran 4. Total Biaya Persediaan Bahan Baku PT. Dagsap Endura Eatore, Tahun 2009
No Bulan
Pembelian
(Kg)
Frekuensi
(kali)
Persediaan
Rata-rata
(Kg)
Biaya
Pembelian
(Rp)
Biaya
Pemesanan
(Rp)
Biaya
Penyimpanan
(Rp)
Total Biaya
Persediaan
(Rp)
1 Januari 5.716 3 7.039 205.776.000 525.000 376.586,5 206.677.586,5
2 Februari 8.245 4 7.968,5 296.820.000 700.000 426.314,75 297.946.314,8
3 Maret 5.862 5 8.441 211.032.000 875.000 451.593,5 212.358.593,5
4 April 5.944 5 8.307,5 213.984.000 875.000 444.451,25 215.303.451,3
5 Mei 6.398 6 8.320 230.328.000 1.050.000 445.120 231.823.120
6 Juni 6.451 5 9.006,5 232.236.000 875.000 481.847,75 233.592.847,8
7 Juli 5.925 6 9.795 213.300.000 1.050.000 524.032.5 214.874.032,5
8 Agustus 6.140 3 9.984 221.040.000 525.000 534.144 222.099.144
9 September 8.852 5 10.448,5 318.672.000 875.000 558.994,75 320.105.994,8
10 Oktober 7.986 3 11.250,5 287.496.000 525.000 601.901,75 288.622.901,8
11 November 7.471 6 11.618 268.956.000 1.050.000 621.563 270.627.563
12 Desember 8.143 6 12.144 293.148.000 1.050.000 649.704 294.847.704
Total 83.133 57 114.322,5 299.2788.000 9.975.000 6.116.253,75 3.008.879.254
Rata-rata 6.927,75 4,75 9.526,87 249.399.000 831.250 509.687,81 250.739.937,8
Sumber: Data primer, 2010 (diolah)
Lampiran 5. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik LFL
Biaya pemesanan : 43 x 175.000 = 7.525.000
Biaya penyimpanan : 70.659 x 53,5 = 3.780.256,5
Biaya pembelian : 70.659 x 36.000 = 2.543.724.000
Biaya persediaan : 7.525.000 + 3.780.256,5 + 2.543.724.000 = 2.555.029.257
Persediaan awal: 6475 kg
Jenis Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan Kotor (Kg) 1147 1147 1147 1147 1878.5 1878.5 1878.5 1878.5 1412 1412 1412 1412
Persediaan ditangan (Kg) 5328 4181 3034 1887 8.5
Kebutuhan Bersih (Kg) 1870 1878.5 1878.5 1412 1412 1412 1412
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 1870 1878.5 1878.5 1412 1412 1412 1316.5
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 1870 1878.5 1878.5 1412 1412 1412 1412 1606.25
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kebutuhan Kotor (Kg) 1606.25 1606.25 1606.25 1606.25 1473 1473 1473 1473 1396 1396 1396 1396
Persediaan ditangan (Kg)
Kebutuhan Bersih (Kg) 1606.25 1606.25 1606.25 1606.25 1473 1473 1473 1473 1396 1396 1396 1396
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 1606.25 1606.25 1606.25 1606.25 1473 1473 1473 1473 1396 1396 1396 1396
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 1606.25 1606.25 1606.25 1473 1473 1473 1473 1396 1396 1396 1396 1303.75
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kebutuhan Kotor (Kg) 1303.75 1303.75 1303.75 1303.75 1618 1618 1618 1618 1897.75 1897.75 1897.75 1897.75
Persediaan ditangan (Kg)
Kebutuhan Bersih (Kg) 1303.75 1303.75 1303.75 1303.75 1618 1618 1618 1618 1897.75 1897.75 1897.75 1897.75
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 1303.75 1303.75 1303.75 1303.75 1618 1618 1618 1618 1897.75 1897.75 1897.75 1897.75
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 1303.75 1303.75 1303.75 1618 1618 1618 1618 1897.75 1897.75 1897.75 1897.75 1910.75
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Kebutuhan Kotor (Kg) 1910.75 1910.75 1910.75 1910.75 1769.75 1769.75 1769.75 1769.75 1870.75 1870.75 1870.75 1870.75
Persediaan ditangan (Kg)
Kebutuhan Bersih (Kg) 1910.75 1910.75 1910.75 1910.75 1769.75 1769.75 1769.75 1769.75 1870.75 1870.75 1870.75 1870.75
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 1910.75 1910.75 1910.75 1910.75 1769.75 1769.75 1769.75 1769.75 1870.75 1870.75 1870.75 1870.75
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 1910.75 1910.75 1910.75 1769.75 1769.75 1769.75 1769.75 1870.75 1870.75 1870.75 1870.75
Lampiran 6. Perhitungan Teknik EOQ Bahan Baku Daging Sapi
Pemakaian Bahan Baku dalam setahun (D) sebanyak 77.134 kg
Biaya pemesanan per pesanan (S) sebesar Rp 175.000
Biaya penyimpanan per kg per periode (H) sebesar 53,5
EOQ = √
= 22.463,63 kg
2 x 77.134 x 175.000
53,5
Lampiran 7. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik EOQ
Persediaan awal: 6475 kg EOQ = 5615.9 kg
Jenis Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan Kotor (Kg) 1147 1147 1147 1147 1878.5 1878.5 1878.5 1878.5 1412 1412 1412 1412
Persediaan ditangan (Kg) 5328 4181 3034 1887 8.5 3745.9 1867.4 5604.8 4192.8 2780.8 1368.8 5572.7
Kebutuhan Bersih (Kg) 1870 11.1 43.2
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 5615.9 5615.9 5615.9
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 5615.9 5615.9 5615.9
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kebutuhan Kotor (Kg) 1606.25 1606.25 1606.25 1606.25 1473 1473 1473 1473 1396 1396 1396 1396
Persediaan ditangan (Kg) 3966.45 2360.2 753.95 4763.6 3290.6 1817.6 344.6 4487.5 3091.5 1695.5 299.5 4519.4
Kebutuhan Bersih (Kg) 852.3 1128.4 1096.5
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 5615.9 5615.9 5615.9
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 5615.9 5615.9 5615.9
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kebutuhan Kotor (Kg) 1303.75 1303.75 1303.75 1303.75 1618 1618 1618 1618 1897.75 1897.75 1897.75 1897.75
Persediaan ditangan (Kg) 3215.65 1911.9 608.15 4920.3 3302.3 1684.3 66.3 4064.2 2166.45 268.7 3986.85 2089.1
Kebutuhan Bersih (Kg) 695.6 1551.7 1629.05
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 5615.9 5615.9 5615.9
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 5615.9 5615.9 5615.9
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Kebutuhan Kotor (Kg) 1910.75 1910.75 1910.75 1910.75 1769.75 1769.75 1769.75 1769.75 1870.75 1870.75 1870.75 1870.75
Persediaan ditangan (Kg) 178.35 3883.5 1972.75 62 3908.15 2138.4 368.65 4214.8 2344.05 473.3 4218.45 2347.7
Kebutuhan Bersih (Kg) 1732.4 1707.75 1401.1 1397.45
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 5615.9 5615.9 5615.9 5615.9
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 5615.9 5615.9 5615.9 5615.9
Biaya pemesanan : 13 x 175.000 = 2.275.000
Biaya penyimpanan : 73.006,7 x 53,5 = 3.905.858,4
Biaya pembelian : 73.006,6 x 36.000 = 2.628.241.200
Biaya persediaan : 2.275.000 + 3.905.858,4 + 2.628.241.200 = 2.634.422.058
Lampiran 8. Perhitungan Metode POQ Bahan Baku Daging Sapi
EOQ Dagings sapi sebanyak 22.463,63 kg
Permintaan rata-rata 6.427,8 kg
Jumlah pesanan = 22.463,63
6.427,8
= 3,5
= 4 periode
Lampiran 9. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik POQ
Persediaan awal: 6475 kg POQ = 4 Periode
Jenis Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan Kotor (Kg) 1147 1147 1147 1147 1878.5 1878.5 1878.5 1878.5 1412 1412 1412 1412
Persediaan ditangan (Kg) 5328 4181 3034 1887 8.5 5177.5 3299 1420.5 8.5 4438.75 3026.75 1614.75
Kebutuhan Bersih (Kg) 1870 1403.5
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 7047.5 5842.25
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 7047.5 5842.25
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kebutuhan Kotor (Kg) 1606.25 1606.25 1606.25 1606.25 1473 1473 1473 1473 1396 1396 1396 1396
Persediaan ditangan (Kg) 8.5 4694 3087.75 1481.5 8.5 4350.5 2877.5 1404.5 8.5 4104.25 2708.25 1312.25
Kebutuhan Bersih (Kg) 1597.75 1464.5 1387.5
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 6291.75 5815 5491.75
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 6291.75 5815 5491.75
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kebutuhan Kotor (Kg) 1303.75 1303.75 1303.75 1303.75 1618 1618 1618 1618 1897.75 1897.75 1897.75 1897.75
Persediaan ditangan (Kg) 8.5 4234 2930.25 1626.5 8.5 5142.25 3524.25 1906.25 8.5 5714.75 3817 1919.25
Kebutuhan Bersih (Kg) 1295.25 1609.5 1889.25
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 5529.25 6751.75 7604
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 5529.25 6751.75 7604
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Kebutuhan Kotor (Kg) 1910.75 1910.75 1910.75 1910.75 1769.75 1769.75 1769.75 1769.75 1870.75 1870.75 1870.75 1870.75
Persediaan ditangan (Kg) 8.5 5599.75 3689 1778.25 8.5 5418.75 3649 1879.25 8.5 3750 1879.25 8.5
Kebutuhan Bersih (Kg) 1902.25 1761.25 1862.25
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 7502 7180 5612.25
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 7502 7180 5612.25
Biaya pemesanan : 11 x 175.000 = 1.925.000
Biaya penyimpanan : 70.667,5 x 53,5 = 3.780.711,25
Biaya pemelian : 70.667, 5 x 36.000 = 2.544.030.000
Biaya persediaan : 1.925.000 + 3.780.711,25 + 2.544.030.000 = 2.549.735.711
Lampiran 10. Penggabungan Periode Teknik PPB
Biaya pemesanan per pesanan sebesar Rp 175.000
Biaya penyimpanan per periode sebesar 53,5
Nilai EEP = 175.500 = 3.271,02
53,5
Periode
Penggabungan
Jumlah
Pesanan
Kebutuhan
(kg)
Lama
Penyimpanan
Periode
Bagian
Akumulasi
Periode
1 6475 1147 0 0 0
1,2 1147 1 1147 1147
1,2,3 1147 2 2294 3441
1,2,3,4 1147 3 3441 6882
5 3757 1878.5 0 0 0
5,6 1878.5 1 1878.5 1878.5
7 3290.5 1878.5 0 0 0
7,8 1878.5 1 1878.5 1878.5
9 2824 1412 0 0 0
9,10 1412 1 1412 1412
11 3018.25 1412 0 0 0
11,12 1412 1 1412 1412
13 3212.5 1606.25 0 0 0
13,14 1606.25 1 1606.25 1606.25
15 3079.25 1606.25 0 0 0
15,16 1606.25 1 1606.25 1606.25
17 2946 1473 0 0 0
17,18 1473 1 1473 1473
19 2869 1473 0 0 0
19,20 1473 1 1473 1473
21 4188 1396 0 0 0
21,22 1396 1 1396 1396
21,22,23 1396 2 2792 4188
24 3911.25 1396 0 0 0
24,25 1303.75 1 1303.75 1303.75
24,25,26 1303.75 2 2607.5 3911.25
27 2921.75 1303.75 0 0 0
27,28 1303.75 1 1303.75 1303.75
29 3236 1618 0 0 0
29,30 1618 1 1618 1618
31 3515.75 1618 0 0 0
31,32 1618 1 1618 1618
33 3795.5 1897.75 0 0 0
33,34 1897.75 1 1897.75 1897.75
Periode
Penggabungan
Jumlah
Pesanan
Kebutuhan
(kg)
Lama
Penyimpanan
Periode
Bagian
Akumulasi
Periode
35 3808.5 1897.75 0 0 0
35,36 1897.75 1 1897.75 1897.75
37 3821.5 1910.75 0 0 0
37,38 1910.75 1 1910.75 1910.75
39 3680.5 1910.75 0 0 0
39,40 1910.75 1 1910.75 1910.75
41 3539.5 1769.75 0 0 0
41,42 1769.75 1 1769.75 1769.75
43 3640.5 1769.75 0 0 0
43,44 1769.75 1 1769.75 1769.75
45 3741.5 1870.75 0 0 0
45,46 1870.75 1 1870.75 1870.75
47 1870.75 1870.75 0 0 0
47,48 1870.75 1 1870.75 1870.75
Lampiran 11. Perhitungan Persediaan Bahan Baku dengan Metode MRP Teknik PPB
Persediaan awal: 6475 kg POQ = 3271.02 kg
Jenis Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Kebutuhan Kotor (Kg) 1147 1147 1147 1147 1878.5 1878.5 1878.5 1878.5 1412 1412 1412 1412
Persediaan ditangan (Kg) 5328 4181 3034 1887 8.5 1887 8.5 1420.5 8.5 1420.5 8.5 1614.75
Kebutuhan Bersih (Kg) 1870 1870 1403.5 1403.5
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 3757 3290.5 2824 3018.25
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 3757 3290.5 2824 3018.25
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Kebutuhan Kotor (Kg) 1606.25 1606.25 1606.25 1606.25 1473 1473 1473 1473 1396 1396 1396 1396
Persediaan ditangan (Kg) 8.5 1614.75 8.5 1481.5 8.5 1481.5 8.5 1404.5 8.5 2800.5 1404.5 8.5
Kebutuhan Bersih (Kg) 1597.75 1597.75 1464.5 1464.5 1387.5
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 3212.5 3079.25 2946 2869 4188
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 3212.5 3079.25 2946 2869 4188 3911.25
25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Kebutuhan Kotor (Kg) 1303.75 1303.75 1303.75 1303.75 1618 1618 1618 1618 1897.75 1897.75 1897.75 1897.75
Persediaan ditangan (Kg) 2616 1312.25 8.5 1626.5 8.5 1626.5 8.5 1906.25 8.5 1906.25 8.5 1919.25
Kebutuhan Bersih (Kg) 1295.25 1295.25 1609.5 1609.5 1889.25 1889.25
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 3911.25 2921.75 3236 3515.75 3795.5 3808.5
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 2921.75 3236 3515.75 3795.5 3808.5
37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Kebutuhan Kotor (Kg) 1910.75 1910.75 1910.75 1910.75 1769.75 1769.75 1769.75 1769.75 1870.75 1870.75 1870.75 1870.75
Persediaan ditangan (Kg) 8.5 1919.25 8.5 1778.25 8.5 1778.25 8.5 1879.25 8.5 1879.25 8.5 8.5
Kebutuhan Bersih (Kg) 1902.25 1902.25 1761.25 1761.25 1862.25 1862.25
Rencana Penerimaan Pesanan (Kg) 3821.5 3680.5 3539.5 3640.5 3741.5 1870.75
Rencana Pelaksanaan Pesanan (Kg) 3821.5 3680.5 3539.5 3640.5 3741.5 1870.75
Biaya pemesanan : 21 x 175.000 = 3.675.000
Biaya penyimpanan : 70.667,5 x 53,5 = 3.780.711,3
Biaya pembelian : 70.667,5 x 36.000 = 2.544.030.000
Biaya persediaan : 3.675.000 + 3.780.711 + 2.544.030.000 = 2.551.485.711
Lampiran 12. Penghematan Biaya Persediaan Bahan Baku dengan metode MRP Teknik LFL, EOQ, POQ dan PPB
N
o
M
eto
de Frek Kuantitas Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan Biaya Pembelian Biaya Persediaan
(kali) (kg) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%) (Rp) (%)
1. LFL 14 12.474 2.450.000 24.56 2.335.897,2 38.19 449.064.000 15.00 453.849.897,2 15.08
2. EOQ 44 10.126,3 7.700.000 77.19 2.210.295,2 36.13 364.546.800 12.18 374.457.095,3 12.44
3. POQ 46 12.465,5 8.050.000 80.70 2.335.442,4 38.18 448.758.000 14.99 459.143.442,4 15.25
4. PPB 36 12.465.5 6.300.000 63.15 2.335.442,4 38.18 448.758.000 14.99 457.393.442,4 15.20
Sumber: Data Primer, 2010 (diolah)