ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM, INDEKS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9461/1...Keluarga...
Transcript of ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM, INDEKS …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/9461/1...Keluarga...
-
ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM, INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI TERHADAP KEMISKINAN DENGAN
ZAKAT SEBAGAI VARIABEL MODERASI DI PULAU
JAWA TAHUN 2014-2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
YULI ATIKA NINGTYAS
NIM 63020160131
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
-
i
ANALISIS PENGARUH UPAH MINIMUM, INDEKS
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN PERTUMBUHAN
EKONOMI TERHADAP KEMISKINAN DENGAN
ZAKAT SEBAGAI VARIABEL MODERASI DI PULAU
JAWA TAHUN 2014-2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
YULI ATIKA NINGTYAS
NIM 63020160131
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
-
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
-
iii
PENGESAHAN
-
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN
KESEDIAAN PUBLIKASI
-
v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
-
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Kalau anda mampu mengerjakan segala beban dan tanggungjawab anda hari ini,
segera kerjakan jangan di tunda-tunda”
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku Bapak Shodiqun
Susanto dan Ibu Muslichatun yang telah memberikan segala dukungan dan
doanya, serta adikku tersayang Fu’ad Ghoza Alghifari dan keluarga besarku yang
selalu memberikan semangat.
Untuk Bapak dan Ibu Dosen FEBI, untuk Bapak Agus Waluyo selaku dosen
pembimbing saya, untuk teman-teman Ekonomi Syariah 2016, untuk teman-teman
satu posko KKN dan pihak yang terkait, untuk Mohamad Sopa Hari Mukti yang
sudah memberikan dukungan dan menemani saat pembuatan penelitian ini, dan
juga untuk teman-teman yang sudah membantu dan memperlancar penelitian ini.
-
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga skripsi yang berjudul ”Analisis
Pengaruh Upah Minimum, Indeks Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan
Ekonomi terhadap Kemiskinan dengan Zakat sebagai Variabel Moderasi di Pulau
Jawa Tahun 2014-2019” dapat tersusun dengan baik sebagaimana yang saya
harapkan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW yang telah memberi petunjuk kepada umat manusia.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Tidak
lupa pula saya untuk mengucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih
kepada.
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
3. Bapak Qi Mangku Bahjatulloh,. Lc., M.Si. selaku Kepala Program Studi S1
Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri Salatiga.
4. Bapak Dr. H. Agus Waluyo, M.Ag. selaku pembimbing dalam menyusun
skripsi ini.
-
viii
5. Civitas Akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam
Negeri Salatiga atas segala bantuan dan arahan kepada penulis selama
menempuh studi selama ini.
6. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang telah memberikan segalanya
baik dukungan dan doanya.
7. Pimpinan dan karyawan BAZNAS Provinsi Jawa Tengah yang telah
memberikan ilmu dan pengalaman saat pelaksanaan praktikum pengembangan
profesi.
8. Keluarga KKN Posko 151, 152, dan 153 yang telah memberikan banyak ilmu
dan pengalaman.
9. Keluarga besar Ekonomi Syariah 2016.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, tanpa mengurangi rasa
hormat, terimakasih atas doa dan dukungannya sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan permohonan
maaf yang sebesar-besarnya, serta penulis mengharapkan adanya kritik dan saran
guna menyempurnakan skripsi ini. Demikianlah kata pengantar yang dapat
penulis berikan daripada skripsi ini, semoga skripsi yang telah penulis susun ini
dapat memberikan manfaat.
Salatiga, 9 Oktober 2020
Penulis,
-
ix
ABSTRAK
Ningtyas, Yuli Atika. 2020. Analisis Pengaruh Upah Minimum, Indeks
Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan
dengan Zakat sebagai Variabel Moderasi di Pulau Jawa Tahun 2014-
2019. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi S1-
Ekonomi Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr. H. Agus Waluyo,
M.Ag.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh upah minimum,
indeks pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi, terhadap kemiskinan
dengan zakat sebagai variabel moderasi di Pulau Jawa tahun 2014-2019.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan sampel 6 provinsi di Pulau
Jawa dan jenis data yang digunakan berupa data sekunder berbentuk panel
diperoleh 36 data pada periode pengamatan tahun 2014-2019. Metode analisis
yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan uji Moderated
Regression Analysis (MRA) dibantu alat statistik pengolah data Eviews 9. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial upah minimum berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan, indeks pembangunan manusia
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan, serta pertumbuhan
ekonomi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan.
Berdasarkan uji Moderated Regression Analysis (MRA) menunjukkan bahwa
zakat tidak mampu memoderasi upah minimum, indeks pembangunan manusia
dan pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Pulau Jawa.
Kata Kunci : Upah Minimum, Indeks Pembanguanan Manusia, Pertumbuhan
Ekonomi, Zakat, Kemiskinan
-
x
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI ...... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ...................................................................... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 13
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 14
D. Kegunaan Penelitian..................................................................................... 14
E. Sistematika Penulisan .................................................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 17
A. Telaah Pustaka ............................................................................................. 17
B. Kerangka Teori............................................................................................. 31
-
xi
1. Teori Kemiskinan ................................................................................... 31
2. Kemiskinan ............................................................................................ 32
3. Upah Minimum ...................................................................................... 35
4. Indeks Pembangunan Manusia ............................................................... 36
5. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................... 38
6. Zakat ....................................................................................................... 40
C. Kerangka Penelitian ..................................................................................... 47
D. Hipotesis ....................................................................................................... 47
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 54
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 54
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 54
C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 54
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 55
E. Definisi Konsep dan Operasional ................................................................ 56
F. Uji Instrumen Penelitian .............................................................................. 59
G. Alat Analisis ................................................................................................. 60
BAB IV ANALISIS DATA .................................................................................. 69
A. Statistik Deskriptif ....................................................................................... 69
1. Kemiskinan di Pulau Jawa 2014-2019 ................................................... 69
2. Upah minimum di Pulau Jawa tahun 2014-2019 ................................... 70
3. Indeks pembangunan manusia di Pulau Jawa tahun 2014-2019 ............ 70
4. Pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa tahun 2014-2019 ........................ 71
5. Zakat di Pulau Jawa tahun 2014-2019 ................................................... 72
-
xii
B. Analisis Data ................................................................................................ 73
1. Uji Stasioneritas ..................................................................................... 73
2. Uji Regresi ............................................................................................. 75
3. Uji Hipotesis .......................................................................................... 83
4. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 85
5. Pembahasan Uji Regresi ........................................................................ 88
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 96
A. Kesimpulan .................................................................................................. 96
B. Saran ............................................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 102
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ 120
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 23
Tabel 4. 1 Statistik Deskriptif Kemiskinan ........................................................... 69
Tabel 4. 2 Statistik Deskriptif Upah Minimum ..................................................... 70
Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif Indeks Pembangunan Manusia ............................. 71
Tabel 4. 4 Statistik Deskriptif Pertumbuhan Ekonomi ......................................... 72
Tabel 4. 5 Statistik Deskriptif Zakat ..................................................................... 73
Tabel 4. 6 Hasil Uji Stasioneritas .......................................................................... 74
Tabel 4. 7 Hasil Uji Regresi Common Effect ...................................................... 75
Tabel 4. 8 Hasil Uji Regresi Fixed Effect ............................................................. 76
Tabel 4. 9 Hasil Uji Chow..................................................................................... 78
Tabel 4. 10 Uji Regresi Random Effect ................................................................ 78
Tabel 4. 11 Hasil Uji Hausman ............................................................................. 80
Tabel 4. 12 Hasil Uji Lagrange Multiplier ............................................................ 81
Tabel 4. 13 Hasil Uji Multikolinieritas ................................................................. 86
Tabel 4. 14 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 86
Tabel 4. 15 Hasil Penyembuhan Uji Autokorelasi ................................................ 87
Tabel 4. 16 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................. 87
Tabel 4. 17 Kesimpulan Hasil Penelitian .............................................................. 95
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Tingkat Kemiskinan di Indonesia 2018 ............................................. 2
Gambar 1. 2 Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa 2014-2019.................................. 4
Gambar 1. 3 Tingkat Upah Minimum di Pulau Jawa 2014-2019 ........................... 6
Gambar 1. 4 Tingkat IPM di Pulau Jawa Tahun 2014-2019................................... 7
Gambar 1. 5 Tingkat PDRB di Pulau Jawa Tahun 2014-2019 ............................... 9
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 47
Gambar 4. 1 Hasil Uji Normalitas......................................................................... 85
file:///D:/AKU%20SKRIPSI%20YULI%20ATIKA%20NINGTYAS%20FIX/Skripsi%20Yuli%20Atika%20Ningtyas%20(63020160131).doc%23_Toc54424039
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Penelitian ................................................................................. 103
Lampiran 2 Analisis Deskriptif ........................................................................... 105
Lampiran 3 Uji Stasioneritas ............................................................................... 107
Lampiran 4 Hasil Uji Regresi ............................................................................. 112
Lampiran 5 Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................................. 117
Lampiran 6 Lembar Konsultasi ........................................................................... 119
file:///D:/AKU%20SKRIPSI%20YULI%20ATIKA%20NINGTYAS%20FIX/Skripsi%20Yuli%20Atika%20Ningtyas%20(63020160131).doc%23_Toc54423934
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang dihadapi oleh
hampir seluruh negara dibelahan dunia. Indonesia sebagai salah satu negara
berkembang tidak terlepas dari masalah kemiskinan. Kemiskinan sendiri
terjadi karena jumlah penduduk yang padat sehingga mengakibatkan
terjadinya kesenjangan ekonomi. (Rizal dkk, 2017). Secara umum
kemiskinan terjadi dikalangan masyarakat yang memiliki ekonomi relatif
rendah. Namun, beberapa sumber memiliki standar masing-masing dalam
menentukan klasifikasi kemiskinan.
Menurut BPS (2020), kemiskinan diukur menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar. Dengan menggunakan pendekatan
ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan dasar berupa kebutuhan makanan dan kebutuhan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi, penduduk dikatakan miskin
apabila penduduk memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah
garis kemiskinan.
Upaya mengentaskan kemiskinan adalah upaya yang dilakukan untuk
menciptakan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.
Dimana dalam kenyataannya kemiskinan bukan permasalahan sederhana yang
dengan mudah dituntaskan. Kemiskinan disini harus menjadi tanggung jawab
bersama, dengan seluruh lapisan masyarakat saling bersinergi untuk berupaya
-
2
menurunkan tingkat kemiskinan secara perlahan kemiskinan akan berkurang.
Adapun berikut adalah data penduduk miskin di Indonesia pada tahun 2018:
Sumber: susenas (2018)
Gambar 1. 1 Tingkat Kemiskinan di Indonesia 2018
Dari gambar 1.1 terlihat bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia pada
bulan Maret 2018 masih cukup tinggi. Dari gambar di atas juga dapat dilihat
bahwa Pulau Jawa dengan jumlah penduduk miskin tertinggi sebanyak
13.340,15 ribu orang (8.94%), kemudian Pulau Sumatera dengan jumlah
penduduk miskin sebanyak 5.978,80 ribu orang (10.39%), kemudian Pulau
Sulawesi dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 2.051,39 ribu orang
(10.64%), kemudian Pulau Bali dan Nusa Tenggara dengan jumlah penduduk
miskin sebanyak 2.051,39 ribu orang (14.02%), kemudian Pulau Maluku dan
Papua dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 1.533,64 ribu orang
(21.20%), dan diakhiri dengan Pulau Kalimantan dengan jumlah penduduk
miskin sebanyak 982,28 ribu orang (6.09%).
Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang ada di Indonesia di mana
terdiri dari beberapa provinsi. Pulau Jawa termasuk dalam wilayah padat
-
3
penduduk, karena Pulau Jawa menjadi pusat Ibu kota Indonesia. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, Pulau Jawa menjadi pulau yang
paling banyak penduduknya di Indonesia menurut survei tahun 2018. Adapun
jumlah penduduk di Pulau Jawa mencapai lebih dari 149 juta jiwa dari enam
provinsi, yakni DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Timur, dan Banten (Detik.com, 2020).
Bukan menjadi rahasia lagi jika sampai saat ini permasalahan
kemiskinan di Pulau Jawa belum mendapatkan solusi untuk dituntaskan.
Untuk itu perlu adanya sebuah alternatif untuk penyelesaian permasalahan
kemiskinan tersebut. Pada penelitian ini akan memaparkan instrumen yang
dianggap mampu untuk mengentaskan masalah kemiskinan yang terjadi di
negara berkembang. Salah satunya adalah melalui intrumen Islam yaitu zakat.
Selain zakat dalam penelitian ini penulis juga menggunakan instrumen upah
minimum, indeks pembangunan manusia, dan pertumbuhan ekonomi.
Secara komprehensif penulis menggunakan sampel dari Pulau Jawa
yang terdiri dari enam wilayah di antaranya: DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan Banten. Latar belakang penulis
mengambil sampel Pulau Jawa adalah karena di Pulau Jawa ini memiliki
kualitas sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup mumpuni,
pembangunan infrastruktur di Pulau Jawa juga selalu mendapat perhatian
khusus dari pemerintah sehingga tidak sulit untuk mengakses seluruh
informasi. Namun, tidak menutup bahwa tingkat kemiskinan di Pulau Jawa
masih tinggi dibandingkan dengan pulau lain yang ada di Indonesia. Adapun
-
4
berikut adalah gambar tingkat kemiskinan di Pulau Jawa dari tahun 2014-
2019:
Sumber: data BPS diolah (2020)
Gambar 1. 2 Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa 2014-2019
Dari gambar 1.2 diatas pada tahun 2014-2019 presentase kemiskinan
mengalami penurunan yang cukup signifikan. Tingkat kemiskinan di Pulau
Jawa dengan rata-rata tertinggi adalah Provinsi DI Yogyakarta dengan rata-
rata kemiskinan sebesar 11.75%. lalu Provinsi Jawa Tengah dengan rata-rata
kemiskinan sebesar 11.62% lalu Provinsi Jawa Barat dengan rata-rata
kemiskinan 8.46%, disusul oleh Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata
kemiskinan 7.58%, lalu Provinsi Banten dengan rata-rata kemiskinan 5.44,
dan Provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata kemiskinan terendah yaitu sebesar
3.63%.
Kemiskinan merupakan sebuah masalah yang sangat sulit di hadapi
oleh para pembuat kebijakan. Keluarga miskin mempunyai kemungkinan
-
5
lebih besar menjadi tunawisma, ketergantungan obat, kekerasan dalam rumah
tangga, masalah kesehatan, kehamilan remaja, buta huruf, pengangguran, dan
pendidikan rendah. Anggota keluarga miskin mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk melakukan kejahatan dan menjadi korban kejahatan. Menurut
penyebabnya masalah kemiskinan terjadi karena rendahnya kualitas angkatan
kerja, akses yang sulit terhadap kepemilikan modal, rendahnya penguasaan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), penggunaan sumber daya yang
tidak efisien, serta tingginya pertumbuhan penduduk (Dama, 2016).
Salah satu indikator penurunan tingkat kemiskinan dengan naiknya
pendapatan yang diterima oleh setiap pekerja. Dengan demikian dapat
diartikan bahwa program untuk mengentaskan kemiskinan berhasil dilakukan.
Penetapan upah minimum akan menjadi permasalahan yang kompleks setiap
tahunnya. Karena, penetapan dari upah minimum tersebut disuatu daerah akan
berbeda dengan daerah yang lain. Tentu saja pertimbangan penetapan dan
mekanismenya dilakukan oleh pemerintah daerah masing-masing berdasarkan
survei dan analisis yang cukup rumit. Hal ini akan selalu dilakukan pengkajian
untuk setiap tahunnya seiring kebutuhan hidup minimum seorang pekerja
(Purnomo, 2016). Adapun berikut adalah gambar tingkat upah minimum di
Pulau Jawa dari tahun 2014-2019:
-
6
Sumber: data BPS diolah (2020)
Gambar 1. 3 Tingkat Upah Minimum di Pulau Jawa 2014-2019
Dari gambar 1.3 diatas pada tahun 2014-2019 upah minimum
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tingkat upah minimum di
Pulau Jawa dengan rata-rata tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta dengan
rata-rata upah minimum sebesar Rp 3.197.626, lalu Provinsi Banten dengan
rata-rata upah minimum Rp 1.834.588, lalu Provinsi Jawa Barat dengan rata-
rata upah minimum sebesar Rp 1.480.559 lalu Provinsi Jawa Tengah dengan
rata-rata upah minimum sebesar Rp 1.257.244, disusul oleh Provinsi Jawa
Timur dengan rata-rata sebesar Rp 1.254.492, dan Provinsi DI Yogyakarta
dengan rata-rata upah minimum terendah yaitu sebesar Rp 1.221.370.
Salah satu alat ukur atau indikator lain yang dapat dipakai untuk
melihat perkembangan kualitas sumber daya manusia yang mampu membawa
pada kondisi keberhasilan pembangunan yaitu indeks pembangunan manusia.
Pengaruh peran pemerintah dalam rangka meningkatkan indeks pembangunan
-
7
manusia dapat direalisasikan melalui belanja negara dalam ranah terciptanya
fasilitas publik yang mumpuni. Pemerintah dalam hal ini melakukan otonomi
daerah agar semua kebutuhan publik di daerah dapat terpenuhi dengan adil
dan merata (Mirza, 2012). Adapun berikut adalah gambar tingkat presentase
indeks pembangunan manusia di Pulau Jawa tahun 2014-2019:
Sumber: data BPS diolah (2020)
Gambar 1. 4 Tingkat IPM di Pulau Jawa Tahun 2014-2019
Dari gambar 1.4 diatas menunjukkan bahwa presentase indeks
pembangunan manusia dari tahun 2014-2019 mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Presentase rata-rata perolehan indeks pembangunan manusia
tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta dengan nilai rata-rata indeks
pembangunan manusia sebesar 79.71, disusul oleh Provinsi DI Yogyakarta
dengan presentase rata-rata indeks pembangunan manusia sebesar 78.53, lalu
Provinsi Banten dengan presentase rata-rata indeks pembangunan manusia
sebesar 71.15, lalu Provinsi Jawa Barat dengan presentase rata-rata indeks
-
8
pembangunan manusia sebesar 70.40, kemudian Provinsi Jawa Tengah
dengan presentase rata-rata indeks pembangunan manusia sebesar 70.27, dan
yang terakhir adalah Provinsi Jawa Timur dengan presentase rata-rata IPM
sebesar 69.90.
Selain data indeks pembangunan manusia diatas, indikator lain yang
juga berkaitan terhadap tingkat kemiskinan yaitu pertumbuhan ekonomi. Jika
pertumbuhan ekonomi tinggi maka dapat dikatakan bahwa tingkat
kesejahteraan dilingkungan masyarakat juga tinggi. Pertumbuhan ekonomi
disuatu wilayah ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Kenaikan PDRB juga sedikit banyaknya berpengaruh dalam
penurunan tingkat kemiskinan. PDRB disini diukur berdasarkan kenaikan
PDRB secara kumulatif dari seluruh provinsi (Lubis, 2014). Adapun berikut
adalah gambar pertumbuhan ekonomi (PDRB) di Pulau Jawa tahun 2014-
2019:
-
9
Sumber: Data BPS diolah (2020)
Gambar 1. 5 Tingkat PDRB di Pulau Jawa Tahun 2014-2019
Dari gambar 1.5 diatas menunjukkan bahwa presentase pertumbuhan
ekonomi (PDRB) dari tahun 2014-2019 mengalami perubahan yang cukup
signifikan. Presentase rata-rata perolehan PDRB tertinggi adalah Provinsi
Banten sama dengan Jawa Timur dengan nilai rata-rata PDRB sebesar 5.56,
disusul oleh Provinsi Jawa Tengah dengan presentase rata-rata PDRB sebesar
5.34, lalu Provinsi Jawa Barat dengan presentase rata-rata PDRB sebesar 5.31,
lalu Provinsi Jawa DKI Jakarta dengan presentase rata-rata PDRB sebesar
5.20, kemudian Provinsi DI Yogyakarta dengan presentase rata-rata PDRB
sebesar 4.83.
Dari beberapa data di atas bukan hal mustahil jika angka kemiskinan di
Pulau Jawa akan mengalami penurunan yang signifikan dengan melalui proses
panjang. Namun, dengan tetap menjunjung pilar-pilar dasar negara yang ada.
Proses panjang tersebut harus dilalui melalui pembangunan berkelanjutan.
-
10
Dimana tujuan dari pembangunan berkelanjutan sendiri telah menjadi
komitmen bersama baik dari tingkat daerah hingga tingkat nasional. Kegunaan
pembangunan berkelanjutan di suatu wilayah tentu saja bukan sekedar
masalah trade off antara tujuan ekonomi dan lingkungan, namun bagaimana
caranya memaksimalkan potensi yang ada demi menurunkan tingkan
kemiskinan.
Zakat sebagai salah satu rukun Islam mempunyai peran penting dalam
dunia nyata. Peranan zakat sebagai sarana komunikasi utama dari masyarakat
yang mampu dengan masyarakat yang tidak mampu. Dengan adanya zakat ini
diharapkan akan terjadi pemerataan pendapatan yang lebih terlihat jika
direalisasikan dengan baik dan benar. Bukan hanya dari satu sisi, namun juga
dari berbagai sisi harus bekerjasama untuk saling bersinergi demi
menumbuhkan rasa dalam mengelola zakat sebagai jembatan untuk menuju
kehidupan yang lebih baik (Romdhoni, 2017)
Zakat bisa dijadikan sebagai modal sekaligus model pembangunan
sistem ekonomi dan keuangan sepanjang zaman. Termasuk di era modern
sekarang di mana kehidupan ekonomi dan keuangan semakin kompleks.
Alasanya, selain karena dana zakat pernah diuji kelangsungannya sepanjang
perjalanan sejarah umat Islam, dana zakat juga mempunyai potensi yang luar
biasa untuk dijadikan sebagai dana cadangan yang selalu siap diluncurkan
dalam berbagai persoalan ekonomi dalam jangka pendek ataupun
permasalahan yang datang secara tiba-tiba zakat merupakan kadar harta
-
11
tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan beberapa
syarat (Suma, 2018).
Zakat dapat dijadikan sebagai instrumen yang tepat untuk menurunkan
angka kemiskinan. Maka, dalam hal ini zakat mampu dijadikan sebagai
senjata ampuh untuk mengentaskan tingkat kemiskinan jika di distribusikan
tepat sasaran dengan sistem pemberian bantuan secara produktif bukan hanya
konsumtif semata. Dengan pendayagunaan dana zakat secara produktif dan
tepat sasaran serta pemberian dilakukan secara berkelanjutan, tidak menutup
kemungkinan jika zakat dapat mengubah mustahik menjadi muzzaki dimasa
yang akan datang.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang sebelumnya telah dilakukan,
terdapat beberapa perbedaan. Penelitian yang dilakukan oleh Ansori dan Joko
(2018) dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa upah minimum
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Sedangkan
Penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Wayan (2018) dengan hasil upah
minimum regional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suripto dan Lalu (2020)
dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks pembangunan manusia
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Sedangkan
Penelitian yang dilakukan oleh Purboningtyas, dkk (2020) dengan hasil
indeks pembangunan manusia berpengaruh negatif dan tidak signifikan
terhadap tingkat kemiskinan.
-
12
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faritz dan Ady (2020)
dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks pertumbuhan ekonomi
negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Sedangkan Penelitian yang
dilakukan oleh Romi dan Etik (2018) dengan hasil pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khoirotin, dkk (2018)
dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa zakat, infak, dan sedekah
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Sedangkan
Penelitian yang dilakukan oleh Isro’iyatul, dkk (2017) dengan hasil zakat
tidak berpengaruh terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2018) dengan
hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan zakat mampu memoderasi
pendayagunaan zakat terhadap penanggulangan kemiskinan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Ridlo dan Fitalia (2020) dengan hasil
penelitian menunjukkan bahwa zakat hanya mampu memoderasi variabel
pengangguran terhadap kemiskinan, dan tidak mampu memoderasi variabel
pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan. Sedangkan berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Asriyani (2020) dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa zakat tidak mampu memoderasi variabel PDRB, Tenaga
Kerja, dan Pengangguran terhadap kemiskinan.
Dari pemaparan diatas, penulis tertarik untuk membuat penelitian
dengan pembahasan mengenai sejauh mana zakat, upah minimum, indeks
pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi terhadap penurunan jumlah
-
13
orang miskin yang ada di Pulau Jawa tahun 2014 sampai dengan 2019. Maka
dari itu penelitian ini berjudul “Analisis Pengaruh Upah Minimum, Indeks
Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan
dengan Zakat sebagai Variabel Moderasi di Pulau Jawa Tahun 2014-2019”.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian yang
hendak dikaji adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh upah minimum terhadap kemiskinan di Pulau Jawa
tahun 2014-2019?
2. Bagaimana pengaruh indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan
di Pulau Jawa tahun 2014-2019?
3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Pulau
Jawa tahun 2014-2019?
4. Apakah zakat mampu memoderasi pengaruh upah minimum terhadap
kemiskinan di Pulau Jawa tahun 2014-2019?
5. Apakah zakat mampu memoderasi pengaruh indeks pembangunan
manusia terhadap kemiskinan di Pulau Jawa tahun 2014-2019?
6. Apakah zakat mampu memoderasi pengaruh pertumbuhan ekonomi
terhadap kemiskinan di Pulau Jawa tahun 2014-2019?
-
14
C. Tujuan Penelitian
Dari serangkaian rumusan masalah yang disajikan pada penelitian ini,
tujuan penulisan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh upah minimum terhadap
kemiskinan di Pulau Jawa tahun 2014-2019.
2. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh indeks pembangunan manusia
terhadap kemiskinan di Pulau Jawa tahun 2014-2019.
3. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap
kemiskinan di Pulau Jawa tahun 2014-2019.
4. Untuk menganalisis apakah variabel zakat mampu memoderasi pengaruh
upah minimum terhadap kemiskinan di Pulau Jawa tahun 2014-2019.
5. Untuk menganalisis apakah variabel zakat mampu memoderasi indeks
pembangunan manusia terhadap kemiskinan di Pulau Jawa.
6. Untuk menganalisis apakah variabel zakat mampu memoderasi
pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di Pulau Jawa tahun 2014-
2019.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dan kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan
dan pengetahuan mengenai upah minimum, indeks pembangunan manusia,
pertumbuhan ekonomi, zakat dan kemiskinan.
-
15
2. Bagi IAIN Salatiga, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan referensi dan koleksi mengenai upah minimum, indeks
pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi, zakat dan kemiskinan.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan
rujukan bagi penelitian selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih mempermudah dan memberikan gambaran yang lebih
jelas mengenai isi penelitian ini, pembahasan dilakukan secara komprehesif
serta sistematik meliputi:
Bab I Pendahuluan, mengemukakan mengenai latar belakang
kemiskinan yang menjadi problematika serta variabel-variabel yang
mempengaruhinya, selain itu juga diuraikan rumusan masalah dan tujuan dan
kegunaan penelitian yang dilakukan. Serta sistematika penulisan yang menjadi
gambaran garis besar dalam penulisan skripsi ini.
Bab II Landasan Teori, mengemukakan penjelasan mengenai landasan
teori yang menjabarkan tentang teori-teori yang ada dalam penelitian ini serta
dapat mendukung perumusan hipotesa dalam membantu menganalisis
penelitian ini. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai telaah pustaka atau
penelitian sebelumnya yang relevan, kerangka teori yang mendukung,
kerangka pemikiran dan hipotesis.
Bab III Metodologi Penelitian, sebelum penelitian dilakukan dijelaskan
dulu definisi dari metodologi yang digunakan dalam penelitian. Adapun dalam
bab ini mengemukakan penjelasan mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu
-
16
penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, definisi
operasional, uji instrumen penelitian serta alat analisis yang akan digunakan.
Bab IV Analisis Penelitian, mengemukakan penjelasan mengenai
deskripsi obyek penelitian yang digunakan dalam sebuah penelitian. Analisis
data dilakukan dalam bentuk sederhana sehingga mudah dipahami. Dalam bab
ini terdapat pembahasan mengenai statistik deskriptif pada variabel yang
digunakan dan analisis data penelitian yang membahas hasil dari penelitian
yang telah dilakukan secara mendalam.
Bab V Penutup, setelah beberapa alur penelitian dilakukan maka yang
dikemukakan pada bab akhir ini adalah menarik kesimpulan. Adapun dalam
bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari uraian pembahasan yang
dilakukan sebelumnya, selain itu juga berisi saran-saran bagi pihak yang
berkepentingan terhadap hasil penelitian ini dan beberapa keterbatasan yang
ada dalam penelitian ini.
-
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Telaah pustaka diarahkan untuk membangun sebuah fondasi teoritis
sebagai landasan bagi penelitian dengan melakukan telaah kritis terhadap
pustaka-pustaka yang relevan dengan masalah penelitian yang diajukan atau
reasearch issues yang diminati. Untuk tujuan penelaahan pustaka tersebut,
pada bagian ini terlebih dahulu disajikan ringkasan dari beberapa pustaka
rujukan utama yang akan digunakan untuk membangun fondasi teori bagi
pemecahan masalah penelitian yang diajukan (Ferdinand, 2014). Adapun
penelitian terdahulu yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh upah minimum terhadap kemiskinan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ansori dan Joko
Priyono (2018) yang berjudul “Analisis Pengaruh Penyerapan Tenaga
Kerja dan Upah Minimum Pekerja terhadap Jumlah Kemiskinan di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2015”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa upah minumum berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Satria Yuda
Anggriawan, PT Mega Finance, Aris Soelistyo, dan Dwi Susilowati (2016)
yang berjudul “Pengaruh Upah Minimum dan Distribusi Pendapatan
-
18
terhadap Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Timur”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel upah minimum berpengaruh positif dan
signifikan terhadap jumlah penduduk miskin di Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ardhian Kurniawati,
Beni Teguh Gunawan, dan Disty Putri Ratna Indrasari (2017) yang
berjudul “Dampak Upah Minimum terhadap Kemiskinan di Indonesia
Tahun 2006-2014”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel upah
minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mochammad Dwi
Ainoer Rizal, Mohammad Saleh dan Aisah Jumiati (2017) yang berjudul
“Determinan Jumlah Penduduk Miskin di Jawa Periode 2007-2015”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa upah berpengaruh positif dan
signifikan terhadap jumlah penduduk miskin yang ada di Jawa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh I Kadek Yoga Darma
Putra dan Wayan Murjana Yasa (2018) yang berjudul “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi dan UMR terhadap Tingkat Pengangguran dan
Tingkat Kemiskinan di Provinsi Bali”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel upah minimum Regional (UMR) berpengaruh negatif dan
tidak signifikan terhadap kemiskinan.
2. Pengaruh indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Briezy Baihaqi
dan Maria Puspitasari (2020) yang berjudul “Analisis Dampak
-
19
Pengangguran, Indeks Pembangunan Manusia, Zakat, dan PDRB
terhadap Kemiskinan di Provinsi Aceh”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel indeks pembangunan manusia berpengaruh positif dan
signifikan terhadap presentase penduduk miskin di Provinsi Aceh.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indah Purboningtyas,
Indah Retno Sari, Tian Guretno, Ari Dirgantara, Dwi Agustin, M. Alharis
(2020) yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka
dan Indeks Pembangunan Manusia terhadup Kemiskinan di Provinsi Jawa
Tengah”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel indeks
pembangunan manusia berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suripto dan Lalu
Subayil (2020) yang berjudul “Pengaruh Tingkat Pendidikan,
Pengangguran, Pertumbahan Ekonomi, dan Indeks Pembangunan
Manusia terhadap Kemiskinan di D.I. Yogyakarta Periode 2010-2017”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel indeks pembangunan
manusia memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Julina Sari (2019)
yang berjudul “Analisis Tingkat Kemiskinan Masyarakat di Provinsi
Sumatera Utara”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel indeks
pembangunan manusia berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
kemiskinan.
-
20
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lavenia Kotambunan,
Sutomo Wim Palar, dan Richard L.H Tumilaar (2016) yang berjudul
“Analisis Pengaruh Belanja Modal dan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) terhadap Kemikinan di Provinsi Sulawesi Utara (Dalam Tahun
2005-2014)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel indeks
pembangunan manusia mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan di Provinsi Sulawesi Utara.
3. Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Miftah Nur Faritz dan
Ady Soejoto (2020) yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan
Rata-Rata Lama Sekolah terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agustien Sendouw,
Vekie A. Rumate, Debby Ch. Rotinsulu (2017) yang berjudul “Pengaruh
Belanja Modal, Belanja Sosial, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap
Tingkat Kemiskinan di Kota Manado”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nur Farida Kurnia
Arifin (2019) yang berjudul “Kredibilitas Kebijakan Fiskal dan
Dampaknya terhadap Kemiskinan (Studi Empiris pada Kabupaten Kota di
Pulau Jawa)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
-
21
pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Roosemarina
Anggraini Rambe dan Purmini (2020) yang berjudul “Kemampuan
Belanja Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi dalam Menurunkan
Tingkat Kemiskinan: Bukti Empiris dari Sumatera dan Jawa”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Syahrur Romi dan Etik
Umiyati (2018) yang berjudul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan
Upah Minimum terhadap Kemiskinan di Kota Jambi”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap kemiskinan.
4. Pengaruh zakat terhadap kemiskinan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitriyanti (2018) yang
berjudul “Analisis Pengaruh Dana Zakat, Tenaga Kerja, dan Inflasi
terhadap Kemiskinan di Indonesia Periode Tahun 2010-2018”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa zakat berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap kemiskinan di Indonesia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mubarokah,
Isro’iyatul, Irfan Syauqi Beik dan Tony Irawan (2017) yang berjudul
“Dampak Zakat terhadap Kemiskinan dan Kesejahteraan Mustahik
-
22
(Kasus: BAZNAS Provinsi Jawa Tengah”. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa zakat tidak berpengaruh terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Haris
Romdhoni (2017) yang berjudul “Zakat dalam Mendorong Pertumbuhan
Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa zakat berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Siti Zunia Khoirotin,
Arivatu Ni’mati Rahmatika, dan Kholis Firmansyah (2018) yang berjudul
“Pengaruh Zakat terhadap Tingkat Kemiskinan dalam Tinjauan Indeks
Zakat Nasinal (IZN) Studi pada Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa zakat berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rina Murniati dan
Irfan Syauqi Beik (2018) yang berjudul “Pengaruh terhadap Indeks
Pembangunan Manusia dan Tingkat Kemiskinan Mustahik: Studi Kasus
Pendayagunaan BAZNAS Kota Bogor”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa zakat berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kemiskinan.
5. Pengaruh zakat terhadap kemiskinan sebagai moderasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Joko Hadi Purnomo
(2018) yang berjudul “Pengaruh Pengelolaan Zakat terhadap
Penanggulangan Kemiskinan dengan Pemberdayaan Zakat dan
Pendayagunaan Zakat sebagai Variabel Moderating [Studi di Yayasan
Sosial Dana Al Falah (YDSF) Provinsi Jawa Timur]”. Hasil penelitian ini
-
23
menunjukkan bahwa pengelolaan zakat mampu memoderasi
pendayagunaan zakat terhadap penanggulangan kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Musalim Ridlo dan
Fitalia Indah Sari (2020) yang berjudul “The Effect of Uneployment,
Economic Growth on Povery with Zakat as a Moderation Variable”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa zakat hanya mampu memoderasi
variabel pengangguran terhadap kemiskinan, dan tidak mampu
memoderasi variabel pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Asriyani (2020)
yang berjudul “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Tenaga Kerja dan Pengangguran terhadap Tingkat Kemiskinan yang
dimoderasi oleh Pendayagunaan Zakat di Pulau Jawa Tahun 2014-2019”.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa zakat tidak mampu memoderasi
variabel PDRB, tenaga kerja, dan pengangguran ekonomi terhadap tingkat
kemiskinan di Pulau Jawa.
Berdasarkan uraian di atas, maka research gap dari penelitian
terdahulu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No Penulis dan
Tahun
Variabel Hasil
Pengaruh upah minimum terhadap kemiskinan
1 Ansori dan Joko
Priyono (2018)
Independen:
1. Tenaga Kerja
Upah minimum
berpengaruh negatif
-
24
2. Upah Minimum
Dependen:
1. Kemiskinan
dan signifikan
terhadap kemiskinan
2 Satria Yuda
Anggriawan, PT
Mega Finance,
Aris Soelistyo, dan
Dwi Susilowati
(2016)
Independen:
1. Upah Minimum
2. Distribusi
Pendapatan
Dependen:
1. Jumlah Penduduk
Miskin
Upah minimum
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap jumlah
penduduk miskin
3 Ardhian
Kurniawati, Beni
Teguh Gunawan,
dan Disty Putri
Ratna Indrasari
(2017)
Independen:
1. Upah Minimum
Dependen:
1. Kemiskinan
Upah minimum
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap kemiskinan
4 Mochammad Dwi
Ainoer Rizzal, dkk
(2017)
Independen:
1. Pengangguran
2. Upah
3. PDRB
Dependen:
1. Kemiskinan
Upah berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan
5 I Kadek Yoga Independen: UMR berpengaruh
-
25
Darma Putra dan
Wayan Murjana
Yasa (2018)
1. Pertumbuhan
Ekonomi
2. UMR
Dependen:
1. Tingkat
Pengangguran
2. Tingkat
Kemiskinan
negatif dan tidak
signifikan terhadap
kemiskinan
Pengaruh indeks pembangunan manusia terhadap kemiskinan
1 Ahmad Briezy
Baihaqi dan Maria
Puspitasari (2020)
Independen:
1. Pengangguran
2. IPM
3. Zakat
4. PDRB
Dependen:
1. Kemiskinan
IPM berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap penduduk
miskin
2 Indah
Purboningtyas,
Indah Retno Sari,
Tian Guretno, Ari
Dirgantara, Dwi
Agustin, M.
Alharis (2020)
Independen:
1. Tingkat
Pengangguran
Terbuka
2. IPM
Dependen:
1. Kemiskinan
IPM berpengaruh
negatif tidak
signifikan terhadap
tingkat kemiskinan
-
26
3 Suripto dan Lalu
Subayil (2020)
Independen:
1. Tingkat Pendidikan
2. Pengangguran
3. Pertumbuhan
Ekonomi
4. IPM
Dependen:
1. Kemiskinan
IPM memiliki
pengaruh negatif dan
signifikan terhadap
kemiskinan.
4 Julina Sari (2019) Independen:
1. Pertumbuhan
Ekonomi
2. IPM
Dependen:
1. Kemiskinan
IPM berpengaruh
positif dan tidak
signifikan terhadap
kemiskinan
5 Lavenia
Kotambunan,
Sutomo Wim
Palar, dan Richard
L.H Tumilaar
(2016)
Independen:
1. Belanja Modal
2. IPM
Dependen:
1. Kemiskinan
IPM berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan
Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan
1 Miftah Nur Faritz
dan Ady Soejoto
Independen:
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif
-
27
(2020) Ekonomi
2. Rata-Rata Lama
Sekolah
Dependen:
1. Kemiskinan
dan signifikan
terhadap kemiskinan
2 Agustien
Sendouw, Vekie
A. Rumate, Debby
Ch. Rotinsulu
(2017)
Independen:
1. Belanja Modal
2. Belanja Sosial
3. Pertumbuhan
Ekonomi
Dependen:
1. Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif
dan tidak signifikan
terhadap kemiskinan
3 Nur Farida Kurnia
Arifin (2019)
Independen:
1. Belanja Pendidikan
2. Belanja Kesehatan
3. Belanja
Perlindungan Sosial
4. Pertumbuhan
Ekonomi
Dependen:
1. Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi
berpengaruh negatif
dan signifikan
terhadap kemiskinan
4 Roosemarina
Anggraini Rambe
Independen:
1. Belanja Pemerintah
Pertumbuhan ekonomi
berpengaruh positif
-
28
dan Purmini
(2020)
2. Pertumbuhan
Ekonomi
Dependen:
1. Kemiskinan
dan signifikan
terhadap tingkat
kemiskinan
5 Syahrur Romi dan
Etik Umiyati
(2018)
Independen:
1. Pertumbuhan
Ekonomi
2. Upah Minimum
Dependen:
1. Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi
negatif dan tidak
signifikan terhadap
kemiskinan
Zakat terhadap kemiskinan
1 Fitriyanti (2018) Independen:
1. Zakat
2. Tenaga Kerja
3. Inflasi
Dependen:
1. Kemiskinan
Zakat berpengaruh
positif dan tidak
signifikan terhadap
kemiskinan
2 Mubarokah,
Isro’iyatul , Irfan
Syauqi Beik dan
Tony Irawan
(2017)
Independen:
1. Zakat
Dependen:
1. Kemiskinan
2. Kesejahteraan
Mustahik
Zakat tidak
berpengaruh terhadap
kemiskinan
-
29
3 Abdul Haris
Romdhoni (2017)
Independen:
1. Zakat
Dependen:
1. Pertumbuhan
Ekonomi
2. Kemiskinan
Zakat berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kemiskinan
4 Siti Zunia
Khoirotin, Arivatu
Ni’mati
Rahmatika, dan
Kholis Firmansyah
(2018)
Independen:
1. ZIS
Dependen:
1. Kemiskinan
Zakat, infak dan
sedekah berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan
5 Rina Murniati dan
Irfan Syauqi Beik
(2018)
Independen:
1. Zakat
Dependen:
1. Kemiskinan
Zakat berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap kemiskinan
Zakat sebagai variabel moderasi
1 Joko Hadi
Purnomo (2018)
Independen:
1. Pengelolaan Zakat
Dependen:
1. Penanggulangan
kemiskinan
Moderasi:
Pengelolaan zakat
mampu memoderasi
pendayagunaan zakat
terhadap
penanggulangan
kemiskinan
-
30
1. Zakat
2 Musalim Ridlo dan
Fitalia Indah Sari
(2020)
Independen:
1. Pengangguran
2. Pertumbuhan
Ekonomi
Dependen:
1. Kemiskinan
Moderasi:
1. Zakat
Zakat hanya mampu
memoderasi variabel
pengangguran
terhadap kemiskinan,
dan tidak mampu
memoderasi variabel
pertumbuhan ekonomi
terhadap kemiskinan
3 Fitri Asriyani
(2020)
Independen:
1. PDRB
2. Tenaga Keja
3. Pengangguran
Dependen:
1. Kemiskinan
Moderasi:
1. Zakat
Zakat tidak mampu
memoderasi variabel
PDRB, Tenaga Kerja,
dan Pengangguran
terhadap kemiskinan.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sebelumnya. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan variabel upah minimum, indeks
pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi sebagai variabel
independen, kemiskinan sebagai variabel dependen dan zakat sebagai variabel
moderasi. Penelitian ini menggunakan data panel enam tahun terakhir dari
tahun 2014-2019.
-
31
B. Kerangka Teori
1. Teori Kemiskinan
Teori anggaran pro kaum miskin adalah anggaran yang dibuat
untuk mengakomodasi kepentingan kelompok miskin. Sebuah kebijakan
dan anggaran tidak bisa serta merta disebut pro rakyat miskin jika hanya
memberikan alokasi besar kepada orang miskin. Hal yang harus
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1) Anggaran berfungsi sebagai penggerak ekonomi agar berjalan penuh
dan secara khusus mendorong pertumbuhan sektor-sektor tertentu yang
penting bagi kelompok miskin, sehingga memberikan efek pengganda
(multiplier-effect) dalam bentuk kesempatan kerja yang optimal dan
peningkatan pendapatan kelompok miskin
2) Anggaran digunakan untuk memperbaiki indikator-indikator dalam
pembangunan manusia, seperti melalui alokasi pendidikan dan
kesehatan
3) Anggaran dapat memperbaiki ketimpangan kondisi dan akses antar
berbagai wilayah atau golongan (desa sampai kota, Jawa sampai luar
Jawa, kaya sampai miskin, perempuan sampai laki-laki, dan lain
sebagainya)
Anggaran yang sekedar mempertinggi alokasi berbasis program,
seperti program-program kemiskinan. Tidak cukup menjadikannya bersifat
pro rakyat miskin bila pertumbuhan ekonomi tidak berhasil memberikan
kesempatan kerja penuh bagi kelompok miskin, demikian pula sebaliknya.
-
32
Meningkatnya total alokasi sektoral saja tidak cukup untuk membuat
anggaran menjadi pro rakyat miskin bila distribusi alokasi anggaran di
dalam sektor tersebut tidak berhasil menyasar dan menyelesaikan
persoalan utamanya (Manan dan Ah Mafruchan, 2010).
2. Kemiskinan
1) Definisi Kemiskinan
Untuk mengukur tingkat kemiskinan, Badan Pusat Statistik
(BPS) menggunakan konsep kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
yang berupa makanan dan bukan makanan dimana bisa diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi, dapat dikatakan bahwa penduduk miskin merupakan
penduduk yang mempunyai rata-rata pengeluaran perkapita perbulan
dibawah garis kemiskinan (BPS, 2020).
Menurut Ramdani (2015) kemiskinan didefinisakan sebagai
sebuah keadaan terjadinya ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan
pokok seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, serta kesehatan. Pada
dasarnya pengertian kemiskinan dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
a. Kemiskinan absolut, pada kemiskinan absout ini masalah kemiskinan
selalu dikaitkan dengan pendapatan dan kebutuhan, kebutuhan
tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar.
-
33
b. Kemiskinan relatif, pada kemiskinan relatif ini masalah kemiskinan
diartikan sebagai kondisi dimana terjadinya kemiskinan karena
pengaruh kebijakan pembangunan yang belum terjangkau oleh
seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan sosial pada
pendapatan.
2) Indikator Kemiskinan
Menurut Kholis (2014) kemiskinan adalah masalah yang ada
hampir di semua negara, baik itu negara maju ataupun negara sedang
berkembang. Tingkat kompleksitas permasalahannya pun berbeda-beda
antara satu negara dengan negara yang lain dalam menyelesaikan
masalah kemiskinan. Di Indonesia yang termasuk dalam golongan
negara berkembang, angka kemiskinan masih cukup tinggi.
Oleh karena itu, pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS)
membuat kriteria kemiskinan, agar dapat menyusun secara lengkap
pengertian kemiskinan. Sehingga dapat diketahui dengan pasti jumlah
dan cara yang tepat untuk mengatasi masalah kemiskinan tersebut.
Adapun beberapa kriteria statistik menurut BPS tersebut antara lain
sebagai berikut:
a. Tidak miskin, golongan orang miskin yang memiliki pengeluaran per
orang per bulan lebih dari Rp 350.610.
b. Hampir tidak miskin, golongan orang miskin dengan pengeluaran per
bulan per kepala antara Rp 280.488 sampai dengan Rp 350.610 atau
sekitar antara Rp 9.350 sampai dengan Rp 11.687 per orang per hari.
-
34
c. Hampir miskin, golongan orang miskin dengan pengeluaran per
bulan per kepala antara Rp 233.740 sampai dengan Rp 280.488 atau
sekitar antara Rp 7.780 sampai dengan 9.350 per orang per hari.
d. Miskin, golongan orang miskin dengan pengeluaran per orang per
bulan per kepala Rp 233.740 ke bawah atau sekitar Rp 7.780 ke
bawah per orang per hari.
e. Sangat miskin (kronis), golongan orang miskin yang tidak memiliki
kriteria beberapa pengeluaran per orang per hari. Tidak diketahui
dengan pasti berapa jumlah pastinya.
3) Penyebab Kemiskinan Menurut Perspektif Islam
Menurut Lapopo (2012) kemiskinan dapat digolongkan menjadi
tiga, adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Kemiskinan alamiah adalah kemiskinan yang terjadi secara alami,
yang disebabkan oleh faktor rendahnya kualitas sumber daya
manusia dan terbatasnya sumber daya alam. Misalnya cacat mental
atau fisik, usia lanjut sehingga tidak mampu bekerja dan lain-lain.
b. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan karena
faktor budaya atau mental masyarakat yang mendorong orang hidup
miskin, seperti perilaku malas bekerja, rendahnya kreativitas dan
tidak ada keinginan hidup lebih maju.
c. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh
kondisi struktur perekonomian yang timpang dalam masyarakat, baik
karena kebijakan ekonomi pemerintah, penguasaan faktor produksi
-
35
oleh segelintir orang, monopoli, kolusi antara pengusaha dan pejabat
dan lain-lain. Intinya kemiskinan struktural terjadi karena faktor
buatan manusia. Dari tiga sebab utama tersebut, yang paling besar
pengaruhnya adalah kemiskinan struktural. Sebab dampak
kemiskinan yang ditimbulkan bisa sangat luas dalam masyarakat.
3. Upah Minimum
1) Definisi Upah Minimum
Menurut UU No. 13 Tahun 2003 Upah Minimum adalah suatu
standar minimum yang digunakan oleh para pengusaha atau pelaku
industri untuk memberikan upah kepada pekerja di dalam lingkungan
usaha atau kerjanya. Penetapan upah minimum didasarkan pada
standar biaya hidup. Namun, rata-rata tingkat upah minimum di Pulau
Jawa masih dibawah nilai kebutuhan hidup layak pekerja. Pemerintah
menetapkan upah minimum yang didasarkan pada Kebutuhan Hidup
Layak dengan digunakan produktivitas, dan pertumbuhan ekonomi
(Nurtiyas, 2016).
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi upah minimum
Menurut Merdekawaty dkk (2016) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi upah minimum, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
KHL adalah standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
seorang pekerja atau buruh lajang untuk mendapat jaminan hidup
-
36
layak baik secara fisik, non fisik, dan sosial untuk kebutuhan satu
bulan.
b. Indeks Harga Konsumen (IHK)
Upah minimum ditetapkan dengan mempertimbangkan
harga kebutuhan pokok yang tercermin dalam IHK. IHK sendiri
memiliki definisi sebagai indeks yang menghitung rata-rata
perubahan harga dari suatu paket barang dan jasa yang dikonsumsi
oleh rumah tangga dalam kurun waktu tertentu.
c. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah. PDRB atas dasar
harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun
tertentu sebagai tahun dasar. PDRB konstan digunakan untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun
atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor
harga
4. Indeks Pembangunan Manusia
Menurut Mirza (2012) indeks pembangunan manusia merupakan
indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata
suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia. Adapun tiga
hal mendasar pembangunan manusia adalah sebagai berikut:
-
37
1) Lamanya hidup yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir
2) Tingkat pendidikan yang diukur dengan kombinasi antara angka melek
huruf pada penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah
3) Tingkat kehidupan yang layak, diukur dengan pengeluaran per kapita
yang telah disesuaikan.
Menurut Beik (2016) formulasi yang digunakan dalam mengukur
nilai dari indeks pembangunan manusia ini adalah sebagai berikut:
IPM = (indeks harapan hidup) + (indeks pendidikan) + (indeks daya
beli)
Skor indeks pembangunan manusia berkisar antara 0 dan 1.
Semakin mendekati angka 1 semakin tinggi nilai indeks pembangunan
manusia-nya dan semakin berkualitas sumber daya manusia yang dimiliki
oleh suatu negara. Demikian pula sebaliknya. Indeks pembangunan
manusia oleh UNDP dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, yaitu
sebagai berikut:
1) Very high human development index: untuk nilai IPM ≥ 0.800
2) High human development index: 0.700 ≤ nilai IPM < 0.800
3) Medium human development index:0.550 ≤ nilai IPM < 0.700
4) Low human development index: nilai IPM < 0.550
Menurut Alhudori (2017) indeks pembangunan manusia terdiri dari
tiga komponen yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pembangunan
manusia yaitu sebagai berikut:
-
38
1) Komponen Kesehatan
Dalam indeks pembangunan manusia, komponen kesehatan ini
tercermin dalam usia harapan hidup masyarakat yaitu rata-rata
perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidup.
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penghitungan Angka
Harapan Hidup yaitu Anak Lahir Hidup (ALH) dan Anak Masih Hidup
(AMH).
2) Komponen Pendidikan
Dalam indeks pembangunan manusia komponen pendidikan
diwakili oleh Angka Melek Huruf (AMH) dan rata-rata lama sekolah.
angka melek huruf adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia
15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah
penduduk usia 15 tahun ke atas. Batas maksimum untuk angka melek
huruf adalah 100 sedangkan batas minimum adalah 0 (sesuai standar
UNDP).
3) Komponen Daya Beli
Dalam indeks pembangunan manusia komponen daya beli
diwakili oleh pendapatan perkapita riil yang disesuaikan yaitu rata-rata
pengeluaran perkapita penduduk yang sudah distandarkan dengan
mendeflasikan melalui indeks harga konsumen.
5. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menggambarkan keadaan produksi di suatu
wilayah, dengan pertumbuhan ekonomi meningkat dapat dikatakan bahwa
-
39
produksi dalam wilayah tersebut juga ikut mengalami peningkatan.
Pertumbuhan ekonomi diwilayah provinsi ditunjukkan dengan nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB sendiri merupakan salah
satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah
dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu,
ataupun merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi pada suatu daerah. PDRB atas dasar harga
konstan merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh unit-unit produksi dalam tahun berjalan yang dinilai atas
dasar harga pada tahun dasar (Lembang, 2017).
Menurut BPS (2020) Seperti diketahui PDRB adalah penjumlahan
dari seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) yang dihasilkan oleh setiap
kegiatan atau lapangan usaha. Dalam penghitungan PDRB, seluruh
lapangan usaha dikelompokkan menjadi sembilan sektor ekonomi yang
meliputi:
1) Sektor Pertanian
2) Sektor Pertambangan dan Penggalian
3) Sektor Industri Pengolahan
4) Sektor Listrik, Gas, dan Air bersih
5) Sektor Bangunan
6) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
-
40
7) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
8) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
9) Sektor Jasa-jasa
6. Zakat
1) Definisi Zakat
Ditinjau dari segi bahasa kata zakat merupakan kata dasar zaka
yang berarti suci, berkah, tumbuh dan terpuji. Sedangkan dari segi
istilah fiqh, zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah
diserahkan kepada orang yang berhak menerimanya, disamping berarti
mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri. Sedangkan menurut istilah
syariat, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah
mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya (Andriyanto,
2014).
Menurut Suwiknyo (2010) zakat merupakan keberkahan,
penyucian, peningkatan dan suburnya perbuatan baik. Disebut zakat
karena dapat memberkahi kekayaan yang dizakatkan dan
melindunginya. Kata zakat juga digunakan untuk menunjukkan jumlah
yang dibayarkan dari dana-dana yang terkena kewajiban zakat,
sebagaimana Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 103.
-
41
ُۡۡۡخذۡ إِنَّ ۡۡۖ َۡعلَي ِهم ِِيِهمۡبَِهاَۡوَصل َۡوتَُزك ُِرُهم َۡصَدقَٗةُۡتَطه َٰلِِهم َو م
َۡأ ِمن
وَۡ ۡۡۗ َُّهم تََكَۡسَكٞنۡل ُۡۡٱَصلَوَٰ ١٠٣َسِميٌعَۡعلِيٌمّۡۡللَّ
Artinya: “ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah
Maha Mendengar, Maha Mengetahui”.
Di dalam syariah, zakat merupakan suatu kewajiban mengenai
dana yang dibayarkan untuk tujuan khusus dan untuk kategori tertentu
seperti dalam Al-Qur’an surah Al-An’am ayat 141.
ِيۡ ٱَوُهَوۡ ُروَشَٰٖتۡوََّۡۡلَّ َۡمع َ ُروَشَٰٖتۡوََغۡي ع َٰٖتۡمَّ َۡجنََّنَشأ
ََلۡٱأ ۡنلَّخ
عَۡٱوَۡ ر ُكلُهُۡۡلزَُّي ُتونَۡٱوَۡۡۥُُۡم َتلًِفاۡأ انَۡٱوَۡۡلزَّ ُۡمتََشَٰبِهٖٖۚۡۡۡلرُّمَّ َ ُمتََشَٰبِٗهاۡوََغۡي
ِۡ هُۡۡۦ ُُۡكُواِْۡمنَۡثَمرِه ث َمَرَۡوَءاتُواَْۡحقََّأ ۡ ِۡۡۥإَِذا ۡيَو َمَۡحَصادِه ۡإِنَّهُۡۡۖۦۡ ْْۚ ِفُو ا ۡۡۥَوََلۡتُۡس
ۡ ِفِيَۡٱََلُُۡيِبُّ ١٤١ۡل ُمۡس
Artinya:“dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung
dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang
bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk
dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya
(yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya
di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin),
dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan”.
Zakat juga merupakan jumlah tertentu yang telah ditentukan
oleh Allah untuk mereka yang berhak menerima zakat sebagaimana
ditentukan dalam Al-Qur’an surah At-Taubah ayat 60.
-
42
ۡۡ َُٰتۡٱإِنََّما َدَق وَۡۡۡلصَّ وَۡۡۡل َعَِٰملِيَۡٱوَۡۡۡل َمَسَِٰكيِۡٱلِل ُفَقَرا ءِۡ َۡۡؤلََّفةِۡل مُۡٱَعلَي َهاَۡوِِفۡۡ ۡ ِقَابِۡٱقُلُوُبُهم َسبِيِلۡۡۡۡل َغَٰرِِميَۡٱوَۡۡۡلر ِۡٱَوِِفۡ بِيِلۡ ٱۡۡب نِۡٱوَّۡۡۡللَّ ۡۡلسَّ
َِنۡ ِۗۡۡٱفَرِيَضٗةۡم ُۡٱوَّۡۡللَّ ٦٠َۡۡعلِيٌمَۡحِكيٞمّۡۡللَّ
Artinya: “sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
Hingga akhirnya, mereka yang berzakat akan memperoleh
keberuntungan di dunia dan akherat, sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur’an surah Al-Mu’minun ayat 4
ِينَۡٱوَۡ َِّۡۡلَّ ۡل َٰعِلُوَنُۡهم َكوَٰةَِۡف ٤لزَّ
Artinya: “dan orang-orang yang menunaikan zakat”.
Berdasarkan definisi tersebut zakat dapat dikenakan kepada
seorang muslim dan badan usaha. Zakat yang wajib dibayarkan umat
Islam terdiri atas (zakat fitrah dan zakat mal. Harta yang wajib
dizakati menurut Undang-Undang Pengelolaan Zakat adalah simpanan
logam mulia berupa emas, perak atau logam mulia lainnya, kekayaan
berupa uang dan surat berharga, pendapatan dari hasil perdagangan,
perusahaan pertanian, perkebunan, kehutanan perikanan, peternakan,
pertambangan, pendapatan dan jasa, rikaz (Purbasari, 2015).
-
43
2) Indikator Zakat
Menurut FORBEDY dan ADESY (2016) Islam sebagai agama
yang sempurna, sudah mengatur kehidupan sampai serinci mungkin
agar seluruh harta bisa berputar. Pada ajaran agama Islam terdapat
kelompok penduduk yang berkelebihan dan kekurangan. Bagi yang
masuk pada golongan berkelebihan diwajibkan untuk mengeluarkan
sebagian rezeki yang dikaruniakan Allah SWT dalam bentuk zakat.
Masyarakat yang berkelebihan dan mempunyai kemampuan disebut
muzzaki atau pemberi zakat. Sedangkan bagi masyarakat yang masih
mengalami kekurangan dikategorikan sebagai mustahik atau penerima
zakat. Terdapat beberapa indikator ataupun kriteria bagi pemberi zakat
(muzzaki) seperti berikut ini:
a. Beragama Islam, kewajiban zakat hanya diwajibkan kepada orang
Islam.
b. Merdeka, kewajiban membayar zakat hanya diwajibkan kepada
orang-orang yang merdeka.
c. Dimiliki secara sempurna, harta benda yang wajib dibayarkan
zakatnya adalah harta benda yang dimiliki secara sempurna oleh
Muslim.
d. Mencapai nishab, seorang muslim wajib membayar zakat jika harta
yang dimilikinya telah mencapai nishab.
e. Telah haul, harta benda wajib dikeluarkan zakatnya jika telah
dimiliki selama satu tahun penuh.
-
44
3) Penerima Zakat
Menurut Al Arif (2015) penerima dana zakat telah ditentukan
oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 60. Delapan
golongan tersebut dapat dibagi secara garis besar pada dua tipe
manusia. Pertama, mereka yang mendapat jatah dari zakat karena
membutuhkannya. Mereka mendapatkannya sesuai dengan
keperluannya, baik banyak maupun sedikit, seperti fakir, miskin, untuk
memerdekakan budak, dan ibnu sabil. Kedua, mereka yang
mendapatkan bagian karena pertimbangan jasa dan manfaat, serta
mereka yang berjuang di jalan Allah SWT. Jika seseorang tidak
membutuhkan dan tidak ada pula manfaat pemberian zakat kepadanya,
ia tidak berhak mendapatkan bagian zakat tersebut. Dari delapan asnaf
tersebut dapat diperluas maknanya sebagai berikut
a. Fakir merupakan kondisi seseorang yang tidak mempunyai sumber
penghasilan sehingga hidupnya sehari-hari sangat kekurangan.
b. Miskin merupakan kondisi seseorang yang mempunyai sumber
penghasilan, tetapi penghasilan yang diperoleh masih sangat kecil
sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya.
c. Amil merupakan individu, lembaga, atau institusi pengelolaan
zakat.
d. Muallaf merupakan individu yang baru saja masuk ke dalam Islam.
e. Riqab atau budak merupakan manusia diperlakukan tidak layak
yang dianggap sebagai benda.
-
45
f. Gharimin merupakan individu yang terlilit utang dan utang tersebut
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan bukan untuk
keperluan maksiat, seperti judi.
g. Sabilillah merupakan kondisi individu yang berjuang untuk
menegakkan agama Allah SWT.
h. Ibnu Sabil yaitu individu yang sedang dalam perjalanan dan
perjalanan yang dilakukan adalah untuk kebajikan, bukan untuk
maksiat.
4) Pengelolaan Distribusi Zakat dalam Pengentasan Kemiskinan
Menurut Lapopo (2012) distribusi zakat dapat dilakukan
dengan cara, tergantung dari kebijakan manajemen Badan atau
Lembaga Zakat yang bersangkutan. Bagaimana cara pemberian yang
tepat guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan
peran serta fungsi sosial ekonomi dari zakat. Umumnya pola
pendistribusian bisa dikategorikan kedalam empat bentuk yaitu sebagai
berikut:
a. Konsumtif tradisional, dalam konsumtif tradisional zakat dibagikan
kepada mustahik secara langsung untuk konsumsi sehari-hari,
seperti pembagian zakat mal ataupun zakat fitrah kepada mustahiq
yang sangat membutuhkan karena tidak memiliki pangan atau
karena musibah.
b. Konsumtif kreatif, dalam konsumtif kreatif zakat diwujudkan
dalam bentuk lain seperti barang konsumtif yang digunakan untuk
-
46
membantu orang miskin dalam mengatasi permasalahan sosial
ekonomi yang dihadapinya. Bantuan tersebut seperti alat-alat
sekolah atau beasiswa untuk pelajar, bantuan sarana ibadah seperti
sarung dan mukena, bantuan alat pertanian seperti cangkul untuk
petani, gerobak jualan untuk pedangang dan lain-lain.
c. Produktif konvensional, dalam konsumtif konvensional dana zakat
yang diberikan dalam bentuk barang-barang produktif, dengan
pemberian tersebut dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,
bantuan yang dapat berupa ternak kambing, sapi perah atau untuk
membajak sawah, alat pertukangan, alat cukur, mesin jahit, dan
sebagainya.
d. Produktif kreatif, dalam konsumtif tradisional zakat diberikan
dalam bentuk pemberian modal bergulir, baik untuk modal
membangun proyek sosial, seperti membangun sekolah, sarana
kesehatan atau tempat ibadah, maupun sebagai modal usaha bagi
pengembangan usaha pedagang kecil.
-
47
C. Kerangka Penelitian
Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
D. Hipotesis
Hipotesis atau dugaan sementara merupakan jawaban sementara
terhadap masalah yang masih harus dibuktikan kebenarannya. Berdaarkan
kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Upah Minimum terhadap Kemiskinan
Hubungan upah minimum dengan kemiskinan yaitu jika suatu
masyarakat memiliki pekerjaan atau sebuah usaha maka dapat dipastikan
dia akan memiliki penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dalam menentukan kebijakan pemerintah harus mengatur sedemikian rupa
Upah Minimum
(X1)
Indeks Pembangunan
Manusia
(X2)
Kemiskinan
(Y)
H1
H2
Pertumbuhan Ekonomi
(X3)
H3
Zakat
(Z)
H4 H5 H6
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
-
48
agar mampu menciptakan sebuah kesempatan kerja yang nantinya akan
membuat pendapatan dari golongan tidak mampu dapat meningkatkan
pendapatnya. Dengan begitu maka diharapkan angka kemiskinan yang ada
dapat mengalami penurunan.
Upah merupakan hasil balas jasa dari suatu perusahaan terhadap
karyawannya apabila melakukan suatu pekerjaan. Pemberian upah sesuai
dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh pemerintah, hal ini dilakukan
guna mengurangi jumlah kemiskinan. Diharapkan dengan upah minimum
yang tinggi, dapat menurunkan tingkat kemiskinan di Pulau Jawa. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ansori dan Joko (2018) dengan
hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel upah minimum
berdampak negatif dan signifikan terhadap kemiskinan. Sehingga hipotesis
yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H1 : Upah minimum berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan
2. Indeks Pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan
Hubungan indeks pembangunan manusia dengan kemiskinan yaitu
jika suatu masyarakat memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
dasar berupa sandang, pangan dan papan maka dapat dipastikan ia bukan
golongan orang yang kekurangan. Selain dari masyarakat, anggaran yang
dibuat oleh pemerintah harus mampu untuk memperbaiki indikator-
indikator dalam pembangunan manusia seperti dalam mengalokasi dana
-
49
pendidikan dan kesehatan masyarakat. Sehingga diharapkan tingkat
kemiskinan yang ada dapat mengalami penurunan.
Indeks pembangunan manusia merupakan salah satu tolak ukur
yang digunakan untuk menilai kualitas sumber daya manusia di suatu
negara. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan memastikannya berjalan dengan lancar. Diharapkan dengan
indeks pembangunan manusia yang tinggi dapat menurunkan tingkat
kemiskinan di Pulau Jawa. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suripto dan Lalu (2020) dengan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa variabel indeks pembangunan manusia memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap kemiskinan. Sehingga hipotesis yang dirumuskan
adalah sebagai berikut:
H2 : Indeks pembangunan manusia berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kemiskinan
3. Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan
Keberhasilan dari pembangunan dalam perekonomian dapat dilihat
dari nilai pertumbuhan ekonomi yang semakin lama semakin membaik.
Hal ini dapat dilihat dari salah satu sektor barang dan jasa dimana
menyebabkan kapasitas peningkatan produksi meningkat baik dari sisi
mikro maupun sisi makro. Harus ada kerjasama antara individu,
masyarakat dan pemerintah dalam berproduksi agar perubahan output dari
sisi nasional menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dengan
produktivitas yang membaik mampu untuk memperbaiki ketimpangan
-
50
diantara masyarakat. Dengan begitu diharapkan jika nilai pertumbuhan
ekonomi meningkat dapat menurunkan tingkat kemiskinan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan sebuah ukuran makro yang
digunakan untuk mengatasi perekonomian di suatu negara dengan periode
tertentu. Adapun manfaat dari perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah
sebagai bahan evaluasi pembangunan secara keseluruhan, sebagai umpan
balik yang berguna terhadap pembangunan yang telah dilaksanakan. Hal
ini mencerminkan produktivitas dari tenaga kerja pada masing-masing
sektor. Diharapkan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat
menurunkan tingkat kemiskinan di Pulau Jawa. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Arifin (2019) dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap kemiskinan. Sehingga hipotesis yang dirumuskan
adalah sebagai berikut:
H3 : Pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap kemiskinan
4. Upah Minimum, Zakat dan Kemiskinan
Dengan distribusi zakat yang merata dalam sektor ekonomi
kekayaan tidak hanya dirasakan oleh orang-orang tertentu. zakat dapat
dimanfaatkan sebagai sarana untuk memberikan bantuan modal kepada
orang miskin untuk melakukan usaha agar mencapai taraf kehidupan yang
lebih baik. Lambat laun akan membuat sektor lapangan kerja dapat
terpenuhi dengan baik. Dengan terpenuhinya lapangan pekerjaan tentunya
-
51
pemerintah akan membuat kebijakan untuk menetapkan upah minimum
harus sesuai dengan kondisi daerah yang terkait. Jika upah dirasa kurang
cukup dalam pemenuhan kehidupan, diharapkan dana zakat mampu
diputarkan untuk meningkatkan produktivitas sehingga menyebabkan
kesejahteraan bagi semua golongan. Dengan hal tersebut diharapkan angka
kemiskinan dapat ditekankan
Penelitian zakat sebagai moderasi sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Purnomo (2018) dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa pengelolaan zakat mampu
memoderasi pendayagunaan zakat terhadap penanggulangan kemiskinan.
Sehingga hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H4 : Zakat mampu memoderasi pengaruh upah minimum terhadap
kemiskinan
5. Indeks Pembangunan Manusia, Zakat dan Kemiskinan
Terpenuhinya kebutuhan pokok dan fasilitas publik yang mumpuni
akan menunjang pembangunan sumber daya manusia yang unggul. Salah
satunya adalah keberhasilan pemerintah dalam menciptakan kebijakan
yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat. Dalam hal ini potensi zakat
yang dibayar oleh muzzaki akan mampu untuk didistribusikan dalam
bentuk pembangunan manusia baik dari sisi pendidikan maupun sisi
kesehatan. Dengan pembangunan manusia yang tepat sasaran
menggunakan dana zakat, diharapkan semakin lama mutu kualitas sumber
daya manusia akan berkualitas. Dengan banyak warga negara yang
-
52
mengenyam pendidikan, indeks pembangunan manusia menjadi
meningkat. Melalui pentasharufan zakat diatas, diharapkan indeks
pembangunan manusia mampu untuk menurunkan tingkat kemiskinan di
Pulau Jawa.
Penelitian zakat, sebagai moderasi sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh Purnomo (2018) dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa pengelolaan zakat mampu
memoderasi pendayagunaan zakat terhadap penanggulangan kemiskinan.
Sehingga hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H5 : Zakat mampu memoderasi indeks pembangunan manusia
terhadap kemiskinan
6. Pertumbuhan Ekonomi, Zakat dan Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah akan selalu mengalami
perubahan setiap tahunnya. Sektor perekonomian menjadi objek penting
dalam zakat karena dalam sektor ekonomi ini zakat dapat dimanfaatkan
secara produktif. Maksudnya pemerintah dapat menggunakan dana zakat
produktif untuk dijadikan pinjaman modal bergilir untuk para pelaku
ekonomi. Dengan meningkatnya produktivitas dikalangan masyarakat
akan menjadikan para muzzaki sejahtera. Diharapkan dengan begitu
mampu menumbuhkan kesadaran untuk membayar zakat. Tingginya dana
zakat yang terkumpul akan berdampak pada pentasharufan zakat yang
lebih maksimal. Dengan kata lain zakat berperan penting dalam
pengurangan kemiskinan melalui penggunaan dana zakat secara baik dan
-
53
tepat. Dengan demikian dana zakat akan berputar dan lambat laun
kesejahteraan di dapat tercapai dengan baik.
Penelitian zakat sebagai moderasi sejalan dengan penelitian
sebelumnya telah dilakukan oleh Purnomo (2018) dengan hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa pengelolaan zakat mampu memoderasi
pendayagunaan zakat terhadap penanggulangan kemiskinan. Sehingga
hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:
H6 : Zakat mampu memoderasi pertumbuhan e