ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP … · analisis pengaruh social capital terhadap...
-
Upload
truongtuong -
Category
Documents
-
view
226 -
download
0
Transcript of ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP … · analisis pengaruh social capital terhadap...
ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP
REPAYMENT RATE DI BMT ITQAN
CABANG PADASUKA, KOTA BANDUNG
AHMAD NUR FADHIAN
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Social Capital terhadap Repayment Rate di BMT Itqan Cabang Padasuka, Kota
Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan be-
lum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Insti-
tut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Ahmad Nur Fadhian
NIM H54100016
ABSTRAK
AHMAD NUR FADHIAN. Analisis Pengaruh Social Capital terhadap
Repayment Rate di BMT Itqan Cabang Padasuka, Kota Bandung. Dibimbing oleh
TANTI NOVIANTI dan RANTI WILIASIH.
BMT Itqan merupakan salah satu BMT di Indonesia yang menggunakan
pendekatan Group Lending Model dengan nama Program Pembiayaan Metode
Kelompok (PPMK) yang didasari oleh peran social capital pada masyarakat.
Dalam pengelolaan dan penyaluran pembiayaan berkelompok tersebut, BMT
Itqan berhasil menurunkan rasio Non Performing Finance (NPF) menjadi sebesar
0.39% di tahun 2013. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa social capital
mampu meningkatkan repayment rate untuk menurunkan rasio NPF. Penelitian
ini dilakukan selama bulan Juli–September 2014 untuk menganalisis karakteristik
social capital dan pengaruhnya terhadap repayment rate nasabah BMT Itqan
dengan responden sebanyak 43 nasabah. Pengolahan data menggunakan analisis
deskriptif dan metode regresi logistik. Nasabah yang memiliki kepercayaan sosial
yang lebih tinggi memiliki peluang repayment rate yang lebih baik dibandingkan
dengan nasabah yang memiliki kepercayaan sosial yang lebih rendah.
Karakteristik social capital nasabah BMT Itqan sudah cukup baik dan hasil
regresi logistik menunjukkan variabel yang berpengaruh signifikan terhadap
repayment rate adalah umur, tingkat pendidikan, lama bergabung, dan
kepercayaan sosial sebagai variabel social capital.
.
Kata kunci: BMT, repayment rate, regresi logistik, social capital
ABSTRACT
AHMAD NUR FADHIAN. Analysis of Social Capital Effect to Repayment Rate
the BMT Itqan Padasuka Branch, Bandung City. Supervised by TANTI
NOVIANTI and RANTI WILIASIH.
BMT Itqan is one of BMT in Indonesia which use the Group Lending
Model which is named of Program Pembiayaan Metode Kelompok (PPMK)
which is based by social capital to society. While manage and distribute the group
financing process, BMT Itqan has reduced Non Performing Finance (NPF) ratio
by 0.39% in 2013 period. Previous study has shows that social capital is able to
raises repayment rate to reduce NPF ratio. This was done during July to
September 2014 period to analyze social capital characteristic and its effect to
repayment rate of BMT Itqan’s customer with total 43 customers as respondents.
To process data in this study descriptive analysis and logistic regression method
were used. Customers who have a higher social trust have better opportunities
repayment rate compared with customers who have a lower social trust. Social
capital characteristics of BMT Itqan’s customer is quite good and logistic
regression show variables which are significantly effect the repayment rate are
age, education level, years of joining, and social trust as social capital variables.
Keywords: BMT, repayment rate, logistic regression, social capital
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Ilmu Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
ANALISIS PENGARUH SOCIAL CAPITAL TERHADAP
REPAYMENT RATE DI BMT ITQAN
CABANG PADASUKA, KOTA BANDUNG
AHMAD NUR FADHIAN
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI SYARIAH
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate di
BMT Itqan Cabang Padasuka, Kota Bandung
Nama : Ahmad Nur Fadhian
NIM : H54100016
Disetujui oleh
Ranti Wiliasih, S.P., M.Si
Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr.Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal skripsi berjudul Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment
Rate di BMT Itqan Cabang Padasuka, Kota Bandung.
Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu
Ekonomi pada Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Tujuan penelitian ini
untuk menganalisis bagaimana proses pembiayaan BMT. Tujuan lainnya ialah
menganalisis bagaimana pengaruh social capital terhadap repayment rate nasabah
BMT dan menganalisis langkah apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
repayment rate nasabah BMT.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis,
yaitu Papa Gunara dan Mama Siti Wiarsih serta adik-adik, Muhammad Luthfi
Naufal dan Maharani Shabrina Nur Aqilla atas segala doa dan dukungan yang
diberikan. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Tanti Novianti, S.P., M.Si dan Ibu Ranti Wiliasih, S.P., M.Si selaku
pembimbing yang telah memberikan arahan, saran, waktu, dan dukungan
dengan penuh kesabaran sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Lukytawati Anggraeni, S.P., M.Si selaku dosen penguji utama dan
Bapak Deni Lubis, S.Ag, M.A selaku dosen penguji dari komisi pendidikan
atas kritik dan saran yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini.
3. Seluruh pihak BMT Itqan pusat yaitu Pak Adhi, Pak Yudi, dan Pak Hafidzh
serta pihak cabang Padasuka yaitu Pak Ade, Pak Andri, Pak Soeparno, Kang
Fajar, Kang Yayan, Kang Rizki, Teh Witri serta seluruh pegawai lainnya
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh perwakilan nasabah BMT Itqan yang telah membantu secara
sukarela untuk menjadi responden.
5. Pada dosen, staf, dan seluruh civitas akademik Departemen Ilmu Ekonomi
FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan bantuan untuk penulis.
6. Teman-teman satu bimbingan, Ardhi Evan dan Yekti Mahanani yang telah
banyak memberikan bantuan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh keluarga Ilmu Ekonomi, terutama Ilmu Ekonomi Syariah 47 atas
perjuangan dan pengalaman selama ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini
yang tidak bisa disebutkan satu per satu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Bogor, Mei 2015
Ahmad Nur Fadhian
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ viii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Perumusan Masalah ........................................................................................ 3
Tujuan Penelitan ............................................................................................. 4
Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 5
Social Capital ................................................................................................. 5
Baitul Maal Tamwil ........................................................................................ 7
Group Lending Model..................................................................................... 8
Tanggung Renteng .......................................................................................... 8
Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 9
Penelitian Terdahulu ....................................................................................... 9
Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 11
METODE .............................................................................................................. 12
Waktu dan Tempat ........................................................................................ 12
Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 12
Gambaran Umum BMT Itqan ....................................................................... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 24
Karakteristik Responden ............................................................................... 24
Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate BMT .............. 31
SIMPULAN DAN SARAN .................................................................................. 33
Simpulan ....................................................................................................... 33
Saran ............................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 34
LAMPIRAN .......................................................................................................... 37
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 45
DAFTAR TABEL
Rasio Non Performing Finance BMT Itqan Tahun 2008–2013 4 Skoring Skala Likert 13 Rasio Kinerja Keuangan BMT Itqan Tahun 2008–2013 22 Nilai Kinerja Keuangan BMT Itqan Tahun 2008–2013 23 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden 24 Status Keanggotaan Responden dalam Rembug Pusat 26 Riwayat Pinjaman Lain Responden 28 Taksiran Aset Responden 29 Jaringan Sosial Nasabah BMT Itqan 29 Kepercayaan Sosial Nasabah BMT Itqan 30 Norma Sosial Nasabah BMT Itqan 31 Hasil Pendugaan Parameter Model Logit 31
Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate di BMT Itqan 32
DAFTAR GAMBAR
Perkembangan Industri Keuangan Syariah di Indonesia 1980–2006 ................. 1 Distribusi BMT di Indonesia .............................................................................. 2 Kerangka Pemikiran ........................................................................................... 9 Skema Program Pembiayaan Metode Kumpulan BMT Itqan .......................... 17 Struktur Organisasi BMT Itqan ........................................................................ 21 Jenis Pekerjaan Responden ............................................................................... 26 Tahun Bergabung Responden ........................................................................... 27 Alasan Bergabung Responden .......................................................................... 27 Responden yang Tergabung di Kelompok Lain ............................................... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ..................................................................... 37 Lampiran 2 Hasil Olahan Data Regresi Logistik .............................................. 41
Lampiran 3 Laporan Keuangan BMT Itqan ..................................................... 43
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Baitul Maal Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro yang
beroperasi sesuai dengan prinsip syariah. BMT dikembangkan atas prakarsa dan
modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sis-
tem ekonomi yang salaam: keselamatan (berintikan keadilan), kedamaian, dan
kesejahteraan (Hosen et al. 2008).
Soemitra (2009) menyebutkan bahwa BMT memiliki dua fungsi utama yaitu
sebagai media penyalur harta ibadah (zakat, infak, sedekah, dan wakaf), lembaga
keuangan yang bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat (anggota BMT)
sebagai simpanan yang akan disalurkan kepada masyarakat (anggota BMT) se-
bagai pembiayaan. Selain itu, BMT sebagai lembaga keuangan berhak melakukan
kegiatan ekonomi seperti mengelola kegiatan perdagangan, industri, dan per-
tanian.
BMT di Indonesia dipelopori oleh BMT Salman di Bandung dan Koperasi
Ridho Gusti di Jakarta pada tahun 1980-an. Era tersebut sekaligus merupakan
awal dari keberadaan industri keuangan syariah di Indonesia, sedangkan
keberadaan perbankan syariah dimulai pada tahun 1992.
Gambar 1 Perkembangan Industri Keuangan Syariah di Indonesia 1980–2006
(Sumber: Ascarya, 2007)
Berdasarkan data Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil (PINBUK), Indonesia
memiliki 691 unit BMT pada akhir tahun 1996, sedangkan pada akhir tahun 1997
terjadi penambahan 785 unit BMT sehingga totalnya mencapai 1 476 unit BMT.
Jumlah BMT pada akhir tahun 1998 tercatat 1 957 buah, lalu pada tahun 2001 ter-
daftar sebanyak 2 938 unit BMT (Soemitra, 2009). Menurut data PINBUK dalam
Burhan (2008) terdapat 3 101 unit BMT pada tahun 2005. Diantaranya sebanyak
422 unit BMT di Pulau Sumatera, 2 077 unit BMT di Pulau Jawa, 68 unit BMT di
Pulau Bali dan Nusa Tenggara 114 unit BMT di Pulau Kalimantan, 368 unit BMT
2
di pulau Sulawesi, dan 49 unit BMT di pulau Maluku & Papua. Data tersebut
disajikan dalam Gambar 2.
Gambar 2 Distribusi BMT di Indonesia (Sumber: Burhan, 2008)
BMT beroperasi sesuai syariah dengan akad-akad yang dikenal seperti
murabahah, mudharabah, ijarah, dan lain sebagainya. Akad-akad ini diterapkan
untuk pembiayaan syariah kepada nasabah BMT yang umumnya menjalankan
usaha kecil mikro seperti petani atau peternak di desa, warung-warung kecil,
pedagang keliling, penjahit rumahan, dan lain-lain. Kelompok masyarakat ini
biasanya tidak mendapatkan pelayanan dari perbankan, sehingga menjadi sasaran
bagi BMT.
Pembiayaan BMT dapat diberikan secara individu atau berkelompok.
Pembiayaan berkelompok (Group Lending Model) merupakan model yang baik
dibandingkan dengan model pembiayaan individu karena sejalan dengan tujuan
pembiayaan mikro dan memiliki sistem yang dapat mengurangi risiko Non
Performing Finance (Kurniawan, 2007). Sistem tersebut merupakan sistem
tanggung renteng yang merupakan salah satu bentuk social capital untuk
mengatasi masalah asymmetric information dan moral hazard.
Social capital merupakan sebuah sumberdaya yang dapat dipergunakan
untuk dikonsumi, disimpan, dan diinvestasikan dalam kelompok dengan
memperhatikan jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan di dalamnya
(Viphindrartin, 2012). Memanfaatkan elemen social capital yang ada pada
masyarakat yaitu mutual trust, jaringan sosial dan norma sosial yang baik,
lembaga keuangan mikro seperti Grameen Bank menerapkan metode pembiayaan
(tanpa agunan) yang secara kolektif menjamin pengembalian pembiayaan
(Lukman et al. 2008).
Penghargaan Perdamaian Nobel pada tahun 2006 bagi Grameen Bank atau
Bank Desa di Bangladesh yang didirikan oleh Professor Muhammad Yunus pada
3
tahun 1983 menjadi sebuah pembelajaran bagi beberapa BMT di Indonesia.
Grameen Bank di Bangladesh pada Desember 2013 memiliki total aset sebesar
28.6 triliun rupiah, 6.74 juta nasabah aktif dari 8.54 juta anggota nasabah, dan
telah menyalurkan pembiayaan sebesar 13 triliun rupiah (Grameen Bank, 2014).
Kesuksesan Grameen Bank membuat banyak negara seperti Filipina, Sri Lanka,
Malaysia, Tanzania, Amerika Serikat, Chili, Ethiopia, India, Nigeria, Vietnam,
dan lain-lain melakukan replikasi dari Grameen Bank (Khandker et al. 1995).
Kelompok perempuan miskin merupakan prioritas Grameen Bank dalam
pemberian pembiayaan karena mampu pemperbaiki kehidupan rumah tangga,
kesejahteraan, dan kesehatan anak-anak (Maika, 2007). Grameen Bank
menggunakan social capital sebagai alat utama dalam operasinya (Hossain, 2013).
Hal tersebut menjadikan alasan beberapa BMT di Indonesia mengadopsi pola
pembiayaannya yaitu pembiayaan yang diberikan kepada kelompok (Group
Lending Model) yang mampu menjangkau masyarakat miskin dengan
memanfaatkan modal sosial atau Social Capital yang ada di dalamnya.
Perumusan Masalah
Lembaga keuangan mikro seperti BMT memiliki fungsi untuk memberikan
pembiayaan kepada nasabahnya. Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah
perlu dikembalikan dalam jangka waktu atau periode yang telah disepakati antara
nasabah dengan BMT. Pengembalian tersebut memberikan keuntungan bagi BMT
untuk tetap menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan mikro dan
mengembangkan operasionalnya.
Pada praktiknya, nasabah tidak selalu mampu melakukan pengembalian
kepada BMT karena usahanya tidak selalu berjalan baik sehingga mempengaruhi
kelancaran repayment rate (tingkat pengembalian pinjaman atau pembiayaan).
Selain hal tersebut, terdapat masalah utama yang ada pada perbankan maupun
lembaga keuangan yaitu moral hazard. Adanya asymmetryc information atau
ketidakselarasan informasi dalam pengawasan serta sulitnya membedakan calon
nasabah yang berisiko tinggi dan rendah (adverse selection) dapat merugikan
lembaga keuangan maupun nasabah (Ibrahim et al. 2014).
Pendekatan Group Lending Model terbukti secara empiris sebagai salah satu
cara yang paling efektif dalam pembiayaan terhadap masyarakat. Adanya sistem
tanggung renteng dan pengawasan yang dapat dilakukan oleh rekan dalam sebuah
kelompok nasabah merupakan sebuah potensi yang dapat mengurangi biaya
operasional BMT (Mihajat et al. 2010). Pengawasan dan ikatan sosial dari
pemimpin atau pengurus kelompok dapat mengurangi perilaku moral hazard dari
seperti penyalahgunaan pembiayaan yang diberikan oleh anggota kelompok
(Hermes et al. 2003).
Lemahnya jaminan aset masyarakat miskin untuk mendapatkan akses
pembiayaan membutuhkan alternatif pembiayaan seperti Group Lending Model
karena mampu mampu mensubstitusi jaminan dengan social capital melalui
kelompok. Social capital dinilai mampu menjaga hubungan antara pihak
pembiaya dengan nasabahnya (Nuryartono, 2011). Hal tersebut menjadikan
keberadaan social capital yang terdapat pada nasabah yang berkelompok menjadi
sesuatu yang istimewa dibandingkan dengan nasabah individu.
4
BMT Itqan merupakan salah satu BMT di Indonesia yang mengadopsi
pendekatan Group Lending Model dan Grameen Bank dengan nama Program
Pembiayaan Metode Kelompok (PPMK). Melalui pengelolaan dan penyaluran
pembiayaan berkelompok yang mulai dilakukan pada tahun 2010 itu, BMT Itqan
berhasil menurunkan rasio Non Performing Finance (NPF). Hal tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rasio Non Performing Finance BMT Itqan Tahun 2008–2013
Rasio (%) Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Non Performing Finance 2.27 2.31 1.00 1.01 0.43 0.39
Sumber : BMT Itqan
Berdasarkan uraian di atas, perumusan masalah yang akan diteliti sebagai
berikut:
1. Bagaimana karakteristik social capial pada nasabah BMT Itqan?
2. Bagaimana pengaruh social capital terhadap repayment rate nasabah BMT
Itqan?
Tujuan Penelitan
1. Menganalisis karakteristik social capital pada nasabah BMT Itqan.
2. Menganalisis pengaruh social capital terhadap repayment rate nasabah
BMT Itqan.
Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi karakteristik social capital bagi BMT terutama
BMT Itqan.
2. Memberikan gambaran pengaruh social capital terhadap repayment rate di
BMT Itqan.
3. Memberikan pengetahuan mengenai pembiayaan berkelompok atau Group
Lending Model bagi masyarakat.
4. Sebagai referensi dalam penelitian selanjutnya bagi akademisi.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengambil studi kasus di BMT Itqan. Kantor Cabang
Padasuka merupakan tempat yang ditentukan untuk pelaksanaan proses
wawancara dengan responden karena telah beroperasi lebih dari 5 tahun
dibandingkan dengan 6 outlet lainnya dan merupakan lokasi pertama sejak tahun
2010 yang melakukan pembiayaan berkeleompok. Populasi dalam penelitian ini
adalah nasabah yang memiliki repayment rate lancar dan repayment rate tidak
lancar.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Social Capital
Coleman (1986) menyatakan “Social capital is defined by its function. It is
not a single entity but a variety of different entities, with two elements in common;
they all consist of some aspect of social structures, and they facilitate certain
actions of actors–whether persons or corporate actors–within the structure”.
Social capital didefinisikan oleh fungsinya. Hal tersebut bukan merupakan satu
kesatuan melainkan berbagai entitas yang berbeda dengan dua elemen umum;
mereka terdiri dari beberapa aspek struktur sosial, dan mereka memfasilitasi
tindakan terentu baik dari perorangan ataupun korporasi dalam struktur.
Putnam (1993) menyatakan “Social capital refers to features of social
organization, such as networks, norms, and trust, that facilitate coordination and
cooperation for mutual benefit. Social capital enhances the benefits of investment
in physical and human capital.” Social capital ditandai oleh ciri-ciri organisasi
sosial seperti jaringan sosial, norma, dan kepercayaan yang memfasilitasi
koordinasi dan kerja sama yang saling menguntungkan. Social capital dapat
meningatkan manfaat investasi dalam modal fisik dan modal manusia.
Fukuyama (2000) menyatakan “social capital is an instantiated informal
norm that promotes cooperation between two or more individuals”. Social capital
adalah norma informal yang terwakili untuk mempromosikan kerjasama antara
dua atau lebih individu. Norma-norma yang merupakan modal sosial dapat bekisar
dari norma timbal balik (resiprocity) antara dua orang teman. Selain itu,
Fukuyama menjelaskan bahwa kepercayaan, jaringan, masyarakat sipil, dan
sebagainya bersifat epiphenomenial, yaitu terbentuk sebagai akibat dari adanya
modal sosial tetapi tidak merupakan modal sosial itu sendiri.
Hasbullah (2006) menjelaskan unsur-unsur pokok dalam social capital
meliputi:
1. Partisipasi dalam suatu jaringan
Social capital dibangun oleh kelompok yang bersosialisasi atas
prinsip kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan
(freedom), dan keadaban (civility). Keberhasilan social capital terletak
pada kemampuan sekelompok orang dalam melibatkan diri dalam suatu
jaringan sosial. Jaringan sosial terbentuk secara tradisional atas
kesamaan garis keturunan (lineage), pengalaman-pengalaman sosial
turun temurun (repeated social experiences), dan kesamaan
kepercayaan pada dimensi ketuhanan (religious beliefs) yang memiliki
kohesifitas tinggi, tetapi rentang jaringan maupun trust yang sempit.
Sedangkan kelompok yang memiliki orientasi dan tujuan sama akan
mendorong partisipasi anggota yang lebih baik dan jaringan yang lebih
luas.
2. Resiprocity (Timbal balik)
Saling membantu dalam kelompok atas dasar altruism (semangat
untuk membantu dan mementingkan kepentingan orang lain) adalah hal
yang mewarnai social capital. Seperti dalam konsep agama Islam yaitu
semangat membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan atau yang
6
disebut sebagai keikhlasan. Hal tersebut akan mendorong kepedulian
sosial untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Resiprositas yang kuat
pada kelompok yang memiliki ciri masyarakat yang tertutup, akan
bernilai positif bagi lingkungan sosial setempat, tetapi belum tentu
menghasilkan nilai positif bagi kelompok lain. Sedangkan pada suatu
kelompok yang mempunyai ciri sebagai masyarakat yang terbuka dan
resiprositas yang kuat akan lebih memungkinkan untuk memberikan
dampak positif yang lebih luas.
3. Trust (Kepercayaan)
Rasa percaya merupakan bentuk keinginan untuk mengambil
risiko dalam hubungan-hubungan sosial yang didasari perasaan yakin
bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan
akan bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung dan
tidak akan merugikan diri dan kelompoknya. Trust akan kehilangan
daya optimalnya jika rentang rasa mempercayai (the radius of trust)
diabaikan. Jika hal itu terjadi, maka sulit untuk mengembangkan social
capital yang kuat dan menguntungkan bagi kelompok.
4. Norma sosial
Norma merupakan sekumpulan aturan yang diharapkan dapat
dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial
tertentu. Norma-norma sosial berfungsi untuk mengontrol berbagai
bentuk prilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Norma sosial biasanya
bersifat tidak tertulis tetapi dapat dipahami oleh anggota
masyarakatnya, mengandung sanksi sosial, dan menentukan pola
tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial.
Contohnya adalah menghormati yang lebih tua, mengormati pendapat
orang lain, hidup sehat, dan lain sebagainya. Kelompok yang
menumbuhkan, mempertahankan, dan memperkuat norma-norma sosial
akan mempekuat masyarakat itu sendiri.
5. Nilai-nilai
Sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting
oleh anggota kelompok masyarakat. Dilihat dari perspektif social
capital yang bersifat bonding, nilai-nilai individualistik akan membawa
potensi social capital ke arah yang lebih buruk sedangkan nilai-nilai
kebersamaan akan mendorong potensi social capital ke arah yang lebih
baik.
6. Tindakan yang proaktif
Keinginan yang kuat dari anggota kelompok untuk tidak saja
berpatisipasi tetapi senantiasa mencari jalan bagi keterlibatan mereka
dalam suatu kegiatan masyarakat. Masyarakat perlu memperkaya diri
tidak hanya dari sisi material tetapi juga perlu dari hubungan-hubungan
sosial seperti memungut sampah, menjaga keamanan, dan kepedulian
yang diikuti inisiatif individu yang kemudian menjadi inisiatif
kelompok.
7
Baitul Maal Tamwil
Hosen et al. (2008) menjelaskan beberapa poin tentang Baitul Maal Tamwil,
yaitu:
a. Pengertian
Baitul Maal Tamwil (BMT) adalah lembaga keuangan mikro
yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuhkembangkan
bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta
membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa
dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan
berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam yaitu berintikan
keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan.
BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang
salaam, yaitu penuh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraaan.
Prinsip dasar BMT, adalah :
1. Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), Thayyiban (terindah), ahsanu
‘amala (memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai
salaam yaitu keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.
2. Barokah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan
jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab
sepenuhnya kepada masyarakat.
3. Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah).
4. Demokratis, partisipatif, dan inklusif.
5. Keadilan sosial dan kesetaraan jender, non-diskriminatif.
6. Ramah lingkungan.
7. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta
keanekaragaman budaya.
8. Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan
meningkatkan kemampuan diri dan lembaga masyarakat lokal.
b. Sifat, Peran, dan Fungsi
BMT bersifat terbuka, independen, tidak partisan, berorientasi
pada pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung
bisnis ekonomi yang produktif bagi anggota dan kesejaheraan sosial
masyarakat sekitar, terutama usaha mikro dan fakir miskin. Peran BMT
di masyarakat, adalah sebagai :
1. Motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak.
2. Ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi syariah.
3. Penghubung antara kaum aghnia (kaya) dan kaum dhu’afa
(miskin).
4. Sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup
yang barakah, ahsanu ‘amala, dan salaam melalui spiritual
communication dengan dzikir qalbiyah ilahiah.
Fungsi BMT di masayarakat, adalah untuk :
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia anggota, pengurus,
dan pengelola menjadi lebih profesionaal, salaam (selamat,
damai, dan sejahtera), dan amanah sehingga semakin utuh dan
tangguh dalam berjuang dan berusaha (beribadah) menghadapi
tantangan global.
8
2. Mengorganisir dan memobilisasi dana sehingga dana yang
dimiliki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di
dalam dan di luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak.
3. Mengembangkan kesempatan kerja.
4. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar
produk-produk anggota.
5. Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga
ekonomi dan sosial masyarakat banyak.
Group Lending Model
Model pembiayaan kelompok (Group Lending Model) adalah suatu bentuk
pembiayaan yang diberikan kepada nasabah yang tergabung dalam kelompok.
Lukman et al. (2008) menjelaskan hal tersebut telah diterapkan di negara lain
seperti Grameen Bank di Bangladesh, BancoSol di Bolivia, FINCA dan ROSCA
di Afrika, yang menerapkan mekanisme tanggung renteng (joint liability) dalam
pembiayaan berkelompok. Di Indonesia, model pendekatan pembiayaan
kelompok telah diterapkan oleh BRI, namun masih menggunakan mekanisme
jaminan individu atau agunan.
Pembiayaan berbasis kelompok ini tidak memiliki agunan dalam
pembiayaannya tetapi tanggung jawab atas pembayaran utang atau tanggung
renteng dilakukan oleh semua anggota kelompok (Devi et al. 2013). Grameen
Bank merupakan salah satu lembaga keuangan mikro paling tua dan terkenal di
dunia (Laemmermann, 2012) serta salah satu contoh Group Lending Model yang
berhasil dilihat dari perkembangan dan Penghargaan Pedamaian Nobel pada tahun
2006. Esty (2014) memaparkan Grameen Bank telah memberikan pembiayaan
terhadap kurang lebih 97% nasabah perempuan miskin, hal tersebut terjadi karena
beberapa alasan Muhammad Yunus sebagai pendiri Grameen Bank, yaitu:
1. Perempuan mampu mengalokasikan pembiayaan dengan baik dibandingkan
dengan laki-laki.
2. Perempuan memiliki repayment rate yang lebih baik.
3. Sebagian besar perempuan merupakan tenaga kerja kurang dimanfaatkan
dengan baik sehingga perlu didorong untuk menjadi pengusaha kecil.
4. Perempuan membutuhkan hak atas pembiayaan yang selama ini banyak
laki-laki dapatkan.
5. Perempuan yang menerima pembiayaan melakukan gaya hidup sehat yang
membantu untuk mengentaskan kemiskinan. Bahkan juga menyangkut
besarnya plafon yang harus disetujui. Lebih dari itu, manakala terjadi
kerugian piutang maka pelunasannya harus ditanggung renteng seluruh
anggota, minimal yang menjadi anggota kelompoknya.
Tanggung Renteng
Arifin (2008) menjelaskan tanggung renteng adalah sebuah sistem yang
membagi risiko bersama proporsional terhadap kemungkinan terjadinya tidak
tertagihnya piutang koperasi. Sistem tanggung renteng juga diimplementasikan
dalam wujud musyawarah untuk berbagai kepentingan pengambilan keputusan
seperti menentukan boleh tidaknya anggota melakukan pinjaman dan besarnya
9
plafon yang harus disetujui. Di Indonesia, sistem tanggung renteng mulai
diprakarsai oleh ibu Mursiah Zaafril pada kelompok arisannya yang berlanjut
dengan terbentuknya Koperasi Setia Budi Wanita di Malang, Jawa Timur.
Tanggung renteng digunakan sebagai jaminan sosial yang tercipta berdasarkan
nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat, yaitu kebersamaan, tolong
menolong, dan kepercayaan antar anggota masyarakat.
Kerangka Pemikiran
Nasabah yang diberikan pembiayaan oleh Baitul Maal Tamwil berkewajiban
untuk mengembalikan pembiayaan yang diberikan. Kebijakan sistem tanggung
renteng pada BMT yang menjalankan pembiayaan pendekatan terhadap kelompok
(Group Lending Model) tersebut membuat social capital yang ada pada nasabah
memengaruhi repayment rate pembiayaan. Pengaruh social capital yang ada pada
nasabah pembiayaan BMT dianalisis dengan cara melakukan kuesioner terhadap
nasabah BMT.
Gambar 3 Kerangka Pemikiran
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Zamzany et al. (2011) mengenai Pengaruh
Modal Sosial Terhadap Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dan
Kesejahteraan Masyarakat Pada LKMS di Pondok Pesantren Al Islah, Kab.
Cirebon, Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah analisis biplot.
10
Peubah-peubah yang digunakan adalah kelompok, norma, keterpaduan,
kepercayaan vertikal, solidaritas vertikal, kepercayaan, kharisma, solidaritas,
jaringan, dan jaringan vertikal. Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu (1)
kinerja BMT dipengaruhi oleh peran kelompok, peran jaringan vertikal, peran
jaringan, peran norma, peran keterpaduan dan peran kepercayaan vertikal; kinerja
dan dampak terhadap anggota, kinerja organisasi, & kinerja pembiayaan yang
dilakukan oleh BMT memberikan persepsi atau respon yang positif baik
masyarakat.
Dariah (2012) tentang Improving Social Capital of BMT (Baitul Maal
Watamwil): An Experience from BMT Lathifah, Sumedang Indonesia. Metode
yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian tersebut
menjelaskan bahwa meningkatkan social capital dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu: (1) Silaturahim atau pertemuan dengan nasabah untuk melihat kondisi
finansialnya dapat memprediksi potensi pengembalian pinjaman; (2)
mendiskusikan metode pembayaran terbaik seperti pembayaran pinjaman pokok
saja, reschedulling, restructuring, atau hiwalah seperti pengambilalihan utang
kepada pihak ketiga, (3) membentuk kelompok nasabah dengan melakukan
pertemuan rutin bulanan antara manajer dan pelanggan untuk mempererat tali
silaturahmi antara manajer dan pelanggan, sebagai sarana untuk memberikan
program pelatihan bagi anggota, untuk mendengar keluhan tentang layanan,
sosialisasi Ekonomi Islam, membangun kesadaran risiko besar ketika pinjaman
kepada rentenir.
Alfiasari (2009) mengenai Analisis Modal Sosial Pada Kelompok Usaha
Berbasis Komunitas (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor). Metode analisis yang digunakan adalah
deksriptif kualitatif. Variabel yang digunakan adalah kepercayaan atau trust,
Norma sosial atau social norms, Jaringan sosial atau social networking, Aktivitas
Ekonomi Kelompok Usaha, dan Kesejahteraan Ekonomi. Hasil dari penelitian
tersebut yaitu (1) kelompok usaha berbasis masyarakat lokal (komunitas) yang
mempunyai kepercayaan (trust) yang tinggi akan membuat kekompakan
kelompok lebih baik, sehingga ekonomi kelompok dapat dikembangkan lebih
dinamis; (2) peranan jaringan sosial dalam mengembangkan ekonomi rakyat
dalam bentuk kelompok akan semakin kuat jika jumlah anggota yang relatif
sedikit serta cakupan geografis yang terbatas pada komunitas dan peranan; (3)
kepatuhan yang tinggi terhadap perangkat aturan (norma sosial) yang dimiliki
menyebabkan optimalnya pengembangan kelompok usaha ekonomi rakyat; (4)
modal sosial mampu menggerakkan secara efektif aktivitas ekonomi anggota
kelompok usaha dalam pengembangan ekonomi rakyat.
Kurnia (2009) mengenai Analisis Pengaruh Social Capital Terhadap
Repayment Rate Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KBMT
Wihdatul Ummah, Bogor). Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi
binary dengan model probit dan analisis secara deskriptif dengan metode
frekuensi dan tabulasi silang (cross tabs). Variabel dependen yang digunakan
adalah repayment rate, sedangkat variabel independennya adalah indikator social
capital dan indikator diluar social capital. Hasil dari penelitian tersebut yaitu (1)
Tingkat kepercayaan dan tingkat pengembalian kredit yang lebih baik
menunjukkan indikator social capital kredit kelompok lebih baik daripada kredit
perorangan; (2) indikator social capital yang berpengaruh signifikan terhadap
11
repayment rate adalah hubungan antar anggota, jarak antar rumah anggota,
kepercayaan, status keanggotaan, jumlah pertemuan, dan jarak antara rumah
nasabah dengan KBMT; (3) indikator diluar social capital yang berpengaruh
signifikan terhadap repayment rate adalah capital dan character.
Haloho (2010) mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pengembalian Kredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga.
Metode analisis yang digunakan adalah model analisis regresi logistik (logit
biner). Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel independen
yang signifikan pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian Kredit Mikro Utama
(KMU) adalah variabel usia, tingkat pendidikan, dan jaminan kredit. Sedangkan
variabel independen yang tidak signifikan pengaruhnya bagi KMU adalah jenis
kelamin, status nasabah, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset
usaha, omzet usaha, total pendapatan usaha bersih, plafond kredit, jangka waktu
pengembalian kredit, pengalaman kredit, dan tingkat suku bunga.
Postelnicu (2012) mengenai Social Capital and Repayment Performance of
Group Lending in Microfinance. Metode analisis yang digunakan adalah studi
literatur terhadap jurnal atau artikel yang membahas mengenai social capital dan
kinerja repayment pembiayaan kelompok di lembaga keuangan mikro. Hasil dari
penelitian tersebut yaitu (1) efektivitas social capital dalam mengurangi masalah
repayment rate ditentukan oleh kemampuan dan kemauan anggota kelompok
dalam menanfaatkannya serta insentif dari karyawan lembaga keuangan
mikronya; (2) perlu adanya teori dan bukti empirik lebih banyak untuk melihat
pengaruh social capital terhadap kinerja pembayaran kelompok; (3) perbedaan
korelasi pengaruh social capital terhadap kinerja pembayaran kelompok berbeda
karena perbedaan konsep social capital; (4) definisi social capital yang paling
banyak diacu adalah jaringan sosial, kepercayaan sosial, dan norma sosial; (5)
perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai social capital.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik social capital pada
nasabah BMT Itqan dan menganalisis pengaruh social capital terhadap repayment
rate nasabah BMT Itqan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah penggunaan metode regresi logistik dengan studi kasus yang berbeda pada
lembagak keuangan mikro syariah serta perbedaan variabel yang digunakan.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut:
1. Semakin tinggi tingkat social capital (jaringan sosial, kepercayaan
sosial, dan norma sosial) maka tingkat repayment rate akan semakin
tinggi.
2. Diduga adanya pembiayaan berbasis kelompok terjadi akibat adanya
social capital.
3. Diduga adanya sistem tanggung renteng pada kelompok yang
diberikan pembiayaan akan meningkatkan repayment rate nasabah.
12
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli–September 2014 di BMT Itqan
Cabang Padasuka, Kota Bandung. Alasan penulis melakukan penelitian di lokasi
tersebut karena BMT Itqan telah berpengalaman sejak tahun 2010 dalam
melakukan pembiayaan berbasis kelompok.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data primer, yang diperoleh dari wawancara dengan kuesioner kepada
responden. Untuk memperoleh responden, maka digunakan teknik
proporsional sampling yang menggunakan perwalian berimbang
(Bungin 2013) pada 209 kelompok nasabah atau Rembug Pusat di BMT
Itqan Cabang Padasuka, Kota Bandung yang terdiri dari 2 356 anggota
nasabah yang memiliki repayment rate lancar dan 63 anggota nasabah
yang memiliki repayment rate tidak lancar. Responden diwawancarai
dengan metode setengah wawancara sesuai dengan kuesioner yang telah
disusun (Lampiran 1). Jumlah responden yang diperoleh sebanyak 37
responden dari nasabah yang memiliki repayment rate lancar dan 6
responden dari nasabah yang memiliki repayment rate tidak lancar.
2. Data sekunder, meliputi profil dan data keuangan BMT Itqan, serta
data repayment rate nasabah BMT Itqan Cabang Padasuka, Kota
Bandung.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data kuantitatif diolah dengan metode regresi logistik menggunakan
software SPSS 16.0. Regresi logistik atau yang dikenal dengan logit merupakan
bagian dari analisis regresi yang mengkaji hubungan perubah-peubah penjelas (X)
terhadap peubah respon (Y) melalui model persamaan matematis tertentu (Firdaus
et al. 2011).
Batasan dan Definisi Operasional
Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut :
1. Umur
Umur merupakan perhitungan lamanya seseorang hidup menggunakan
tahun.
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan jenjang sekolah yang berhasil
diperoleh responden.
3. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan merupakan jumlah anggota keluarga yang biaya
hidupnya ditanggung oleh kepala rumah tangga.
4. Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan merupakan jumlah uang dalam rupiah yang
diperoleh rumah tangga responden selama satu bulan.
13
5. Lama Bergabung
Lama bergabung merupakan lamanya nasabah menjadi anggota BMT
Itqan dalam satuan tahun.
6. Dummy Kelompok Lain
Dummy kelompok lain merupakan variabel dummy yang menunjukkan
status keaktifan responden di kelompok lain atau non-nasabah (1 =
aktif, 0 = tidak aktif).
7. Dummy Bekerja.
Dummy bekerja merupakan variabel dummy yang menunjukkan
keaktifan responden mencari nafkah dengan bekerja (1 = Bekerja, 2 =
tidak bekerja).
8. Jaringan Sosial
Variabel jaringan sosial berisi beberapa pernyataan mengenai jaringan
sosial yang diketahui responden sebagai nasabah di BMT Itqan.
Semakin besar skor jaringan sosial, maka semakin baik jaringan sosial
nasabah tersebut semakin baik.
9. Kepercayaan Sosial
Variabel kepercayaan sosial berisi beberapa pernyataan mengenai
kepercayaan sosial yang diketahui responden sebagai nasabah BMT
Itqan. Semakin besar skor kepercayaan sosial, maka semakin baik
kepercayaan sosial nasabah tersebut semakin baik.
10. Norma Sosial
Variabel norma sosial berisi beberapa pernyataan mengenai
kepercayaan sosial yang diketahui responden sebagai nasabah BMT
Itqan. Semakin besar skor norma sosial, maka semakin baik
kepercayaan sosial nasabah tersebut semakin baik.
Untuk mengukur variabel social capital yaitu jaringan sosial, kepercayaan
sosial, dan norma sosial digunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau
fenomena dan menggunakan pertanyaan positif untuk mengukur sikap positif dan
bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur sikap negatif. Bentuk jawaban dari
skala likert ialah sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak
setuju (Djali et al. 2007). Untuk penilaiannya digunakan Tabel 2.
Tabel 2 Skoring Skala Likert
Pertanyaan positif Pertanyaan negatif
1 = Sangat tidak Setuju 1 = Sangat setuju
2 = Tidak Setuju 2 = Setuju
3 = Ragu-ragu 3 = Ragu-Ragu
4 = Setuju 4 = Tidak Setuju
5 = Sangat Setuju 5 = Sangat Tidak Setuju
Penelitian ini menggunakan model logit untuk mengetahui pengaruh
variabel social capital terhadap repayment rate nasabah, dengan model regresi
sebagai berikut :
14
Keterangan:
= Repayment rate atau tingkat kelancaran nasabah untuk membayar
pembiayaan BMT (1 jika lancar, 0 tidak lancar)
= Intersep
= Parameter peubah
= Variabel prediktor yang pengaruhnya akan diteliti
= Umur (tahun)
= Tingkat Pendapatan (Rupiah)
= Tingkat Pendidikan (1 = SD, 2 = SMP, 3 = SMA/Sederajat, 4 =
Diploma)
= Jumlah Tanggungan (orang)
= Lama Bergabung (tahun)
= Dummy Kelompok Lain ( 1 = aktif, 0 = tidak aktif)
= Dummy Bekerja ( 1 = bekerja, 0 = tidak bekerja)
= Jaringan Sosial (skor)
= Kepercayaan Sosial (skor)
= Norma Sosial (skor)
Odds Ratio adalah rasio peluang terjadinya pilihan 1 (repayment rate lancar)
terhadap peluang terjadinya pilihan 0 (repayment rate tidak lancar). Nilai odds
menjadi suatu nilai indikator kecenderungan nasabah untuk menuntukan pilihan 1
(repayment rate lancar). Nilai odds semakin besar menandakan peluang nasabah
memiliki repayment rate lancar semakin besar. Hubungan antara parameter dan
odds ratio yaitu :
Keterangan:
= Rasio peluang terjadi pilihan 1
Gambaran Umum BMT Itqan
BMT Itqan didirikan pada tahun 2007 dari inisiatif anggota kelompok
pengajian di Bandung untuk membentuk suatu amal usaha yang bertujuan
mengimplementasi nilai-nilai kebenaran Agama Islam dalam wujud nyata.
Mereka ingin membentuk amal usaha yang mampu bergerak di bidang ekonomi,
sosial, pendidikan dan kesehatan. Dipilihlah Baitul Maal wat Tamwil sebagai
bentuk usaha mereka dengan nama BMT Itqan yang disahkan dalam bentuk
15
koperasi oleh Dinas Koperasi Kotamadya Bandung pada tanggal 19 April 2007
dengan Nomor Badan Usaha 518/BH.32/DISKOP/2007. Saat itu BMT Itqan
mengelola sebagian kecil dana zakat dan memulai usaha Payment Point
Pembayaran Listrik dengan menyewa ruangan berukuran 2 × 2 m2.
Berkembangnya kepercayaan dari masyarakat, maka BMT Itqan sejak awal
2008 mulai menggulirkan pembiayaan untuk usaha mikro dengan jumlah
pembiayaan awal berkisar Rp200 ribu sampai Rp1 juta. Di tahun tersebut juga
BMT Itqan mulai menghimpun dana dari anggota dan calon anggota serta ikut
aktif di Asosasi BMT Seluruh Indonesia (ABSINDO) Kota Bandung dan Jawa
Barat. Memasuki tahun 2009 meluncurkan beasiswa bagi pelajar yang tidak
mampu, pindah ke lokasi kantor yang berukuran 2 × 6 m2, dan menyewa rumah
untuk panti asuhan atau Rumah Bina Yatim Dhuafa Itqan.
Tahun 2010, BMT Itqan menjadi anggota Induk Koperasi Syariah
(INKOPSYAH) dan mendapatkan modal dari berbagai lembaga keuangan
lainnya. Di tahun tersebut, BMT Itqan melakukan studi literatur tentang
keberhasilan metodologi pembiayaan mikro pola kelompok oleh Professor
Muhammad Yunus pada Grameen Bank di Bangladesh dan studi banding dengan
lembaga keuangan mikro lainnya yang mempraktikkan pola Grameen Bank di
Indonesia. Oleh karena itu, BMT Itqan memutuskan untuk mengadopsi pola
pembiayaan Grameen Bank yang dimodifikasi menjadi pola syariah. Melalui
metodologi yang diterapkan, hasilnya lebih efektif dalam menjangkau nasabah
keluarga prasejahtera (keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu dari 5
kebutuhan dasar yaitu pengajaran agama, pangan, papan, sandang, dan kesehatan)
karena pola yang digunakan tidak mengharuskan nasabah memiliki agunan serta
mampu menggarap segmen masyarakat miskin yang nota bene selalu
mendapatkan diskriminasi dalam memperoleh akses pembiayaan formal yang
murah dan profesional.
Pada tahun 2011, BMT Itqan menjadi anggota Perhimpunan BMT Seluruh
Indonesia dan mendapatkan berbagai kerja sama dengan lembaga keuangan
lainnya. Di tahun 2012, BMT Itqan memperbesar aset dan membuka cabang di
daerah lain sebanyak 3 cabang di kota Bandung yaitu cabang Ujung Berung,
cabang Soreang, dan Katapang. Di tahun 2013, menambah 2 cabang yaitu cabang
Pasir Jambu di Bandung dan cabang Kadungora di kabupaten Garut; melakukan
penggabungan cabang Katapang di cabang Soreang; mendapatkan penghargaan
dari Dinas Koperasi sebagai koperasi terbaik peringkat dua di kota Bandung;
memiliki yayasan pendidikan sekolah dasar, dan mobil ambulans yang gratis
untuk masyarakat umum. Di tahun 2014, BMT Itqan membuka cabang lagi yaitu
cabang Cimaung; kantor Padasuka yang merupakan kantor pusat menjadi kantor
cabang utama dan kantor pusat dipindahkan ke Surapati; bapak Yudi Haryadi
sebagai ketua pengurus BMT Itqan memperoleh penghargaan sebagai Tokoh
Koperasi Tingkat Nasional pada tanggal 25 September tahun tersebut.
16
Lokasi Outlet / Cabang
1. Kantor Pusat Surapati Core
Komplek Niaga Surapati Core, Blok K7
Jln. P.H.H. Mustofa No. Telp : (022) 70071110
2. Kantor Cabang Utama Padasuka
Jln. Padasuka 160, Pasirlayung, Bandung
No. Telp : (022) 7209247
3. Kantor Cabang Ujung Berung
Jln. Cinangka No. 94, Ujung Berung, Bandung
No. Telp : (022) 61826347
4. Kantor Cabang Soreang
Komplek Soreang Square Blok A-7
Jln. Raya Bandung Soreang
5. Kantor Cabang Pasir Jambu
Komplek Vila Ciwidey
6. Kantor Cabang Kadungora
Jln. Kadungora, Garut
7. Kantor Cabang Cimaung
Cimaung, Banjaran Bandung
Visi Misi & Tujuan
Visi BMT Itqan : Menyediakan akses jasa keuangan mikro syariah bagi
sebanyak-banyaknya keluarga prasejahtera dengan amanah
dan profesional
Misi BMT Itqan : Pengentasan kemiskinan melalui jasa keuangan mikro syariah
Tujuan :
a. Memberikan pelayanan pembiayaan bagi kelompok
masyarakat pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) yang secara umum masih sangat rendah
aksebilitasnya terhadap lembaga keuangan formal.
b. Meminimalkan ketergantungan pelaku UMKM terhadap
pelepas uang tidak resmi.
c. Membuka peluang usaha mandiri bagi Sumber Daya
Manusia (SDM) yang kurang atau belum dimanfaatkan
sepenuhnya.
d. Memberikan peluang peningkatan kondisi sosial
ekonomi kepada masyarakat untuk membiayai kegiatan
ekonomi serta mengembangkan budaya menabung
melalui bentuk organisasi yang dapat dipahami dan
dikelola bersama.
e. Memutuskan lingkaran “Pendapatan Rendah–Tabungan
Rendah–Investasi Rendah–Pendapatan Rendah” menjadi
“Pendapatan Rendah–Kredit–Investasi–Peningkatan
Pendapatan–Pertambahan Kredit–Peningkatan Investasi–
Peningkatan Pendapatan”
17
Bidang Usaha
BMT Itqan bergerak di bidang usaha sharia microfinance atau lembaga
keuangan mikro syariah. Sesuai dengan misinya BMT Itqan memberikan
pembiayaan mikro syariah kepada keluarga prasejahtera khususnya kaum
perempuan dengan membuat Program Pembiayaan Metode Kumpulan Itqan
(PPMK). Program ini merupakan pola pembiayaan mengadopsi metode Grameen
Bank yang dinilai dapat memberikan terobosan untuk memberikan jasa keuangan
baik simpanan, pembiayaan, pembayaran, transfer, dan ta’awun dengan tujuan
agar keluarga prasejahtera dapat menjadi lebih produktif dan terlayani dengan
baik.
Grameen Bank di Bangladesh memberikan fokus pembiayaan terhadap
perempuan. Hal tersebut juga ditiru oleh BMT Itqan dalam menjalankan PPMK.
Sebagian besar nasabah adalah perempuan. Nasabah dapat mengajukan
pembiayaan, menabung, dan membayar ZISWAF (zakat, infak, sedekah, dan
waqaf). Laki-laki dapat bergabung dalam kelompok nasabah hanya sebatas
menjadi anggota pasif yang mendapatkan pelayanan non-pembiayaan yaitu
simpanan dan tidak memiliki wewenang dalam pengelolaan kelompok nasabah.
Untuk melakukan pembentukan kelompok nasabah atau Rembug Pusat
digunakan skema berikut :
Gambar 4 Skema Program Pembiayaan Metode Kumpulan BMT Itqan
(Sumber: BMT Itqan)
Survei lokasi BMT Itqan dilakukan dengan memperhatikan akses jarak dan
keadaan ekonomi lokasi tersebut. Jika lokasi itu dinilai layak, maka akan diadakan
pertemuan umum atau sosialisasi dengan penduduk melalui pihak setempat seperti
pejabat RT, RW, kelurahan, atau kecamatan. Setelah itu dilakukan Uji Kelayakan
(UK) calon nasabah, pembentukan kelompok, latihan wajib kumpulan,
pembentukan kelompok nasabah (Rembug Pusat), dan pengelolaan.
18
Pengelolaan Rembug Pusat dilakukan di tempat yang mampu menampung
keseluruhan anggota dan waktu yang adalah antara pukul 8.00 sampai pukul 11.00
pada hari kerja (Senin–Kamis). Center Manager (CM) adalah petugas lapangan
dari BMT Itqan yang bertugas mengelola Rembug Pusat dalam hal rekrutmen
anggota, melatih anggota dalam latihan wajib kumpulan, melakukan transaksi
pencairan pembiayaan, pengumpulan angsuran, penyetoran dan penarikan
simpanan. Setiap CM dapat menangani 3–6 Rembug Pusat dalam satu hari
sehingga waktu pengelolaannya dapat lebih sedikit, lebih lama, ataupun dapat
dilakukan di luar jam tersebut. Perbedaan tersebut terjadi karena adanya beberapa
faktor seperti lokasi rumah yang jauhnya berbeda (1–10 kilometer), jumlah
nasabah dalam Rembug Pusat yang berbeda (3–20 orang), repayment rate yang
berbeda, dan lain-lain.
Proses pengelolaan setiap Rembug Pusat oleh CM dilakukan dengan cara
berikut :
1. Absensi
Setiap nasabah perlu dipastikan kehadirannya untuk memulai segala
transaksi karena dalam Program Pembiayaan Metode Kumpulan
(PPMK) ini kehadiran seluruh anggota adalah agunannya. Nasabah
diharapkan untuk saling mengingatkan mengenai kehadiran dalam
kelompok atau Rembug Pusat-nya. Sesama nasabah dalam Rempug
Pusat yang sama perlu melakukan kontak atau menjemput anggota
yang belum datang. Jika ada nasabah lain yang berhalangan, maka
angsurannya dibayar dari simpanannya atau diberlakukan sistem
tanggung renteng.
2. Pembukaan
Ucapan salam, syukur, shalawat, dan ikrar staf yang berisi tujuan
BMT Itqan untuk membantu usaha yang halal tanpa membedakan
suku, politik, dan agama.
3. Transaksi
Pencairan pembiayaan, penarikan angsuran, penyetoran, dan
penarikan simpanan. Seluruh anggota nasabah menjadi saksi atas
ijab qabul yang dilakukan antara salah satu anggota dengan staf
ketika mengajukan dan pencairan pembiayaan. Oleh karena itu
proses pencairan pembiayaan (dropping) bisa ditunda jika ada
anggota nasabah yang tidak hadir. Sedangkan mekanisme transaksi
yang lain disesuaikan kesepakatan Rembug Pusat.
4. Pengumpulan sedekah
Pengumpulan sedekah ini dinamkan program “berseri” yang berarti
bersedekah setiap hari. Sedekah tersebut akan dikelola oleh Baitul
Maal Itqan yang akan digunakan untuk bantuan sosial seluruh
nasabah seperti menolong anggota nasabah yang sakit atau
meninggal dunia di kelompoknya ataupun Rembug Pusat yang lain.
5. Penutupan
Pengumuman dari staff BMT Itqan dilanjutkan dengan do’a bersama
yang berisi permohonan keselamatan, kesehatan, dan kelancaran
dalam menggunakan pembiayaan. Do’a dipimpin oleh nasabah atau
CM.
19
6. Ramah tamah
Ramah tamah (jika CM memiliki waktu kosong sebelum berpindah
ke Rembug Pusat yang lain) dilakukan untuk saling bertukar
informasi baik mengenai kegiatan pengelolaan kumpulan tersebut
atau di luar kumpulan.
Rembug Pusat yang telah terbentuk dapat melakukan perekrutan anggota
baru dengan cara berikut :
1. Pendaftaran
a. Minggu ke-1 calon anggota datang ke pertemuan Rembug Pusat
yang dimaksud.
b. Staf mencatat data calon anggota pada formulir Uji Kelayakan (UK)
dan Progress out of Poverty Index (PPI).
c. Membuat perjanjian untuk UK dan survey yang memungkinkan
untuk bertemu dengan suami anggota, serta mempersiapkan foto
kopi KTP istri dan suami dan uang pecahan Rp5 000 yang
diperlukan ketika pengujian.
d. Staf mempersilahkan calon anggota beserta suami untuk pulang, lalu
staf mempertanyakan persetujuan nasabah Rembug Pusat lainnya
untuk merekrut calon anggota tersebut.
2. Uji Kelayakan
a. UK dilakukan di rumah calon anggota pada waktu yang telah
ditentukan dengan wawancara yang mudah dimengerti calon
anggota.
b. Setelah melakukan wawancara, calon anggota dan suami
menandatangani formulir UK dan PPI.
c. CM meminta uang Rp5 000 dan mencatat nomor seri uang tersebut
kemudian diserahkan kembali ke calon anggota untuk dibawa ke
pertemuan Rembug Pusat minggu berikutnya.
d. Hasil UK & PPI diserahkan untuk diseleksi Branch Manager (BM)
3. Hasil Uji Kelayakan
a. Pada pertemuan minggu ke-2 calon anggota yang mulai terdaftar
sebagai nasabah baru Rembug Pusat. Namun jika sebelumnya ada
nasabah lain yang tidak setuju dengan alasan diterima, maka calon
nasabah tersebut tidak lulus uji kelayakan atau tidak terdaftar sebagai
nasabah baru.
b. Proses penerimaan anggota Rembug Pusat sesuai mekanisme
masing-masing Rembug Pusat. Pada pertemuan minggu ke-3,
anggota baru tersebut dapat melakukan pengajuan pembiayaan dan
proses dropping (pencairan) dilakukan di minggu ke-4.
Nasabah Rembug Pusat yang akan habis masa pelunasan pembiayaannya
dapat mengajukan pembiayaan kembali. Syaratnya anggota tersebut harus
memiliki repayment rate lancar dan dilakukan paling lambat 2 minggu untuk
mempersiapkan syarat administrasi sebelum waktu pelunasan. Jika hal tersebut
dapat dipenuhi, maka anggota tersebut melakukan UK dan PPI kembali.
Pengajuan pembiayaan dapat dilakukan saat pembiayaan sebelumnya berhasil
dilunasi atau sesuai aturan yang berlaku dan proses dropping sesuai waktu yang
ditentukan.
20
Produk dan Jasa
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah baik yang bersifat produktif
atau konsumtif memiliki upah atau ujrah setara 3% perbulan dari jumlah
pembiayaan yang diberikan. Tempo pembiayaan adalah selama 6 bulan dengan
jumlah pembiayaan maksimal sebesar Rp2 juta bagi nasabah baru, sedangkan
nasabah yang telah habis tempo pembiayaan tersebut dapat mengajukan kembali
dengan tempo pembiayaan selama 6 bulan ataupun 1 tahun dengan jumlah
pembiayaan yang lebih besar (sesuai akad atau kesepakatan). Produk pembiayaan
BMT Itqan terdiri dari:
1. Pembiayaan Modal Kerja : Pembiayaan produktif yang diberikan untuk
penambahan modal kerja usaha seperti
untuk pembelian bahan baku, penambahan
persediaan, peningkatan omzet, lain-lain.
2. Pembiayaan Investasi : Pembiayaan produktif yang diberikan
untuk membeli alat-alat investasi, seperti,
mesin-mesin, alat produksi, kendaraan
operasional, lain-lain.
3. Pembiayaan Konsumtif : Pembiayaan yang diberikan untuk
keperluan konsumtif seperti pembelian
kendaraan, pembelian alat komunikasi,
uang sekolah, lain-lain.
Akad yang digunakan, yaitu :
1. Al-Murabahah : Akad jual beli dimana pembeli dan penjual
mengetahui berapa ribh/margin (keuntungan) yang
diambil oleh penjual. Dalam hal ini BMT sebagai
penjual dan nasabah sebagai pembeli yang
membayar secara angsuran.
2. Al-Mudharabah : Akad persekutuan dimana BMT sebagai shahibul
maal memberikan dana-nya kepada nasabah
sebagai mudharib untuk dikelola sebagai modal
usaha mudharib. Hasil dari usaha dibagikan sesuai
nisbah yang disepakati kedua belah pihak.
3. Al-Ijarah : Akad sewa, dimana BMT sebagai pemilik hak aset
yang menyewakan kepada penyewa (nasabah)
mendapatkan hak kepemilikan aset tersebut.
Produk simpanan yang digunakan, yaitu :
1. Setoran Pokok : Simpanan yang besarnya Rp5 000 yang merupakan
bukti sebagai anggota BMT Itqan, tidak dapat
ditarik walaupun sudah keluar dari anggota.
2. Simpanan Investasi (Sinves Itqan) : Simpanan yang besarnya
ditentukan berdasarkan jumlah pembiayaan yang
dinikmati, dan dibayar setiap minggu.
3. Simpanan Sukarela Itqan (Sirela Itqan) : Simpanan yang besarnya tidak
ditentukan namun ditekankan kepada anggota
untuk menabung setidaknya Rp1 000 sehari
(program menabung setiap hari atau “mentari”).
Nilai bagi hasil setara dengan 6% pertahun.
21
4. Simpanan Berjangka Itqan (Sijaka Itqan) : Simpanan dengan nominal
(minimal Rp500 000) dan jangka waktu tertentu
(minimal 3 bulan). Nilai bagi hasil setara dengan
12–13% pertahun.
5. Simpanan Rencana Itqan (Sirena Itqan) : Simpanan untuk kebutuhan di
masa depan yang direncanakan dan ditabung
dengan perencanaan setoran setiap minggu atau
setiap bulan. Nilai bagi hasil setara dengan 8%
pertahun ditambah asuransi atau ta’awun.
Struktur Organisasi
BMT Itqan memiliki struktur organisasi untuk dapat menjalankan kegiatan
operasionalnya agar mencapai tujuan. Kedudukan tertinggi merupakan Rapat
Anggota yang dilakukan setiap tahun (RAT) oleh seluruh pengurus dan seluruh
nasabah BMT Itqan untuk mengevaluasi dan menilai laporan pertanggungjawaban
pengurus; membuat dan mengesahkan rencana kerja dan anggaran; merevisi
anggaran; mengangkat dan menetapkan Dewan Pengawas Syariah. Di bawah
Rapat Anggota terdapat Dewan Pengawas yang mengawasi kepengurusan BMT
Itqan yang dimulai dari Dewan Pengurus, Managing Director, Chief Executive
Office (CEO), Chief Financial Officer (CFO), dan Chief Operations Officer
(COO) yang membawahi Branch Manager. Lalu, Branch Manager berada di atas
Accounting and Administration Manager dan Center Manager.
Gambar 5 Struktur Organisasi BMT Itqan (Sumber: BMT Itqan)
22
Kinerja Keuangan BMT Itqan
Rasio kinerja keuangan BMT Itqan dari semua cabang selama 6 tahun
terakhir dilihat dari Capital Adequacy Ratio (CAR) pembiayaan dan aset total,
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Biaya Operasional versus
Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Finance (NPF), dan Financing
to Deposit Ratio (FDR). Rasio kinerja keuangan tersebut disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Rasio Kinerja Keuangan BMT Itqan Tahun 2008–2013
Rasio (%)
Tahun
Rata-Rata
Per-
tumbuhan
pertahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013
CAR
Pembiayaan 15.44 43.20 20.24 13.70 17.61 34.75 3.86
Aset Total 10.74 22.39 8.83 6.88 10.69 18.21 1.49
ROA 1.51 0.73 0.89 0.75 1.15 1.15 -0.07
ROE 14.03 3.28 10.12 10.96 10.75 6.32 -1.54
BOPO 93.12 97.05 93.24 95.78 93.52 94.97 0.37
NPF 2.27 2.31 1.06 1.01 0.43 0.39 -0.38
FDR 77.88 66.79 47.79 53.88 67.54 63.66 -2.84
Sumber : BMT Itqan
BMT Itqan mengalami peningkatan CAR (pembiayaan & aset total) dan
mengalami penurunan pada ROA, ROE, BOPO, NPF, dan FDR di akhir tahun
2009. Akhir tahun 2010 terjadi penurunan kedua CAR dan FDR, sedangkan
peningkatan terjadi pada ROA, ROE, BOPO, dan NPF. Di akhir tahun 2011
terjadi penurunan pada kedua CAR, ROA, dan BOPO; sedangkan ROE, NPF, dan
FDR mengalami peningkatan. Di akhir tahun 2012 semua rasio mengalami
peningkatan kecuali ROE, sedangkan pada akhir tahun 2013 juga terjadi
penurunan pada ROE, BOPO, dan FDR.
Secara keseluruhan, rata-rata pertumbuhan rasio kinerja keuangan BMT
Itqan mengalami peningkatan dan penurunan. Rasio kinerja keuangan yang
mengalami peningkatan adalah CAR (pembiayaan) dengan peningkatan sebesar
3.86% pertahun, CAR (aset total) dengan peningkatan sebesar 1.49% pertahun,
dan BOPO dengan peningkatan sebesar 0.37% pertahun. Sedangkan rasio kinerja
keuangan yang mengalami rata-rata penurunan pertahun adalah ROA dengan
penurunan sebesar 0.07% pertahun, ROE dengan penurunan sebesar 1.54%
pertahun, NPF dengan penurunan sebesar 0.38% tahun, dan FDR dengan
penurunan sebesar 2.84% pertahun.
Nilai kinerja keuangan BMT Itqan dari semua cabang selama 6 tahun
terakhir dilihat dari nilai pembiayaan, DPK (Dana Pihak Ketiga), aset, modal, laba
atau rugi, dan jumlah anggota. Nilai kinerja keuangan tersebut disajikan pada
Tabel 4.
23
Tabel 4 Nilai Kinerja Keuangan BMT Itqan Tahun 2008–2013
Tahun
Rata-Rata
Per-
tumbuhan
pertahun 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Keuangan
(juta rupiah)
Pembiayaan 225 314 752 1 385 4 347 9 491
1 853.2
DPK 289 471 1 573 2 571 6 436 14 908 2 923.8
Aset 324 607 1 724 2 758 7 158 18 110 3 537
Modal 35 136 152 190 765 3 298 652.6
Laba (Rugi) 4.88 4. 45 15.31 20.78 82.25 208.5 40.724
Jumlah
nasabah
(orang) 153 250 641 1 301 4 394 6 507
1 270.8
Sumber : BMT Itqan
BMT Itqan mengeluarkan pembiayaan sebesar Rp225 juta dan terus
meningkat hingga pada akhir tahun 2013 bernilai Rp9.491 miliar. DPK (Dana
Pihak Ketiga) yang diperoleh dari simpanan nasabah dan dana bank pada tahun
2008 hanya Rp289 juta, lalu meningkat setiap tahun menjadi Rp14.908 miliar.
Aset yang dimilki BMT Itqan pada akhir tahun 2008 sebesar Rp324 juta dan terus
meningkat setiap tahun hingga akhir tahun 2013 senilai Rp18.11 miliar. Jumlah
modal pada 2008 bernilai Rp35 juta dan terus meningkat pada akhir tahun 2013
menjadi Rp3.298 miliar. Laba yang bernilai Rp4.88 juta pada tahun 2008 turun
pada tahun 2009 menjadi Rp4.45 juta tetapi terus naik hingga akhir tahun 2013
tercapai Rp208.5 juta. Dilihat dari jumlah anggota, BMT Itqan pada awalnya
memiliki 153 orang nasabah dan pada akhir tahun 2013 memiliki 6 507 orang
nasabah.
Nilai kinerja keuangan BMT Itqan mengalami peningkatan dilihat dari rata-
rata pertumbuhan pertahun. Nilai pembiayaan yang dikeluarkan mengalami
peningkatan sebanyak Rp1.853 miliar pertahun, nilai DPK mengalami
peningkatan sebanyak Rp2.923 miliar pertahun, nilai aset mengalami peningkatan
sebanyak Rp3.537 miliar pertahun, nilai modal mengalami peningkatan sebanyak
Rp652.6 juta pertahun, dan nilai laba mengalami peningkatan sebanyak Rp40.724
juta pertahun. Sedangkan jumlah nasabah BMT Itqan mengalami peningkatan
rata-rata 1 270.8 orang pertahun. Secara keseluruhan BMT Itqan mengalami
peningkatan dari sisi kinerja keuangan dan jumlah anggota (Lampiran 3).
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini merupakan nasabah Rembug Pusat BMT
Itqan Cabang Padasuka, Kota Bandung yang memiliki repayment rate lancar dan
tidak lancar. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur, status
pernikahan, agama, pendidikan terakhir, jumlah tanggungan, dan pendapatan
perbulan.
Tabel 5 Statistik Deskriptif Karakteristik Responden
Sumber : Data Primer, diolah
Variabel Jumlah Persentase (dalam %)
Jenis Kelamin
Laki-laki 0 0.00
Perempuan 43 100.00
Umur (tahun)
20–30 3 6.97
30–40 10 23.26
40–50 19 44.19
50–60 11 25.58
Status Pernikahan
Berkeluarga 38 88.37
Janda 5 11.63
Agama
Islam 43 100.00
Pendidikan Terakhir
Tidak tamat SD 1 2.32
SD 26 60.47
SMP 5 11.63
SMA/Sederajat 8 18.60
Diploma 3 6.98
Jumlah Tanggungan
Tidak ada 6 13.96
1 orang 9 20.93
2 orang 18 41.86
3 orang 4 9.30
4 orang 6 13.95
Pendapatan perbulan (rupiah)
Kurang dari 1 000 000 4 9.30
1 000 000–1 500 000 8 18.60
1 500 001–2 000 000 4 9.30
2 000 001–2 500 000 8 18.60
2 500 000–5 000 000 19 44.20
25
Tabel 5 menunjukkan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini
memiliki jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 43 responden. Tidak ada
responden yang memiliki jenis kelamin laki-laki. Persentase untuk jenis kelamin
responden adalah 100% perempuan dan 0% laki-laki.
Sebagian besar (44.19%) umur responden nasabah BMT Itqan berada pada
interval 40–50 tahun yaitu sebanyak 19 responden. Sebanyak 10 responden
(23.26%) berada pada interval 30–40 tahun dan sebanyak 11 responden (25.58%)
berada pada interval 50–60 tahun. Sebagian kecil (6.97%) responden berada pada
interval 20–30 tahun yaitu sebanyak 3 responden.
Status pernikahan responden menunjukkan sebanyak 38 responden
(88.37%) adalah berkeluarga. Sebanyak 5 responden (11.63%) memiliki status
pernikahan janda. Sebanyak 43 responden (100%) nasabah BMT Itqan memeluk
agama islam.
Jenjang pendidikan terakhir yang paling banyak diperoleh responden
nasabah BMT Itqan adalah tingkat SD yaitu sebanyak 26 responden (60.47%).
Kedua adalah tingkat SMA atau sederajat yaitu sebanyak 8 responden (18.60%).
Ketiga adalah tingkat SMP yaitu sebanyak 5 responden (11.63%). Keempat
adalah tingkat Diploma yaitu sebanyak 3 responden (6.98%). Lalu, yang terendah
adalah yaitu 1 responden (2.32%) yang tidak tamat SD.
Dalam anggota keluarga responden terdapat orang yang biaya hidupnya
ditanggung oleh responden. Kebanyakan responden memiliki jumlah tanggungan
2 orang dengan 18 responden (41.86%). Sebanyak 9 responden (20.93%)
memiliki jumlah tanggungan 1 orang, 6 responden (13.95%) tidak memiliki
tanggungan, dan 6 responden (13.95%) memiliki jumlah tanggungan 4 orang.
Lalu, hanya 4 responden (9.30%) yang memiliki jumlah tanggungan 3 orang.
Sebanyak 19 responden (44.20%) memiliki besar pendapatan perbulan pada
interval 2.5–5 juta rupiah. Sebanyak 8 responden (18.60%) memiliki besar
pendapatan perbulan pada interval 2–2.5 juta rupiah dan 8 responden (18.60%)
lainnya memiliki besar pendapatan perbulan pada interval 1–1.5 juta rupiah.
Sebanyak 4 responden (9.30%) memiliki besar pendapatan perbulan kurang dari 1
juta rupiah dan 4 responden (9.30%) lainnya memiliki besar pendapatan perbulan
pada interval 1.5–2 juta rupiah.
Jenis Pekerjaan Responden
Berdasarkan jenis pekerjaan, responden dalam penelitian ini memiliki jenis
yang beragam, seperti bidang perdagangan, industri pengolahan, jasa, pertanian,
dan peternakan. Jumlah responden yang bekerja adalah sebanyak 34, sedangkan
jumlah responden yang tidak bekerja atau berperan sebagai ibu rumah tangga
adalah sebanyak 9 responden. Persentase masing-masing jenis pekerjaan pada
responden nasabah BMT Itqan dapat dilihat pada Gambar 6.
26
Gambar 6 Jenis Pekerjaan Responden
Jenis pekerjaan responden nasabah BMT Itqan yang paling banyak adalah
bidang perdagangan seperti pedagang warung, masakan, tas, bahan pokok,
pakaian, dan peralatan yaitu sebanyak 25 responden (58%), sedangkan yang
paling sedikit adalah usaha dalam bidang peternakan yaitu sebanyak 1 responden
(2%). Untuk jenis usaha di bidang lain adalah 3 responden (7%) di bidang industri
pengolahan, 3 responden (7%) di bidang jasa, dan 2 responden (5%) di bidang
pertanian. Sisanya, sebanyak 9 responden (21%) sebagai ibu rumah tangga yang
mendapatkan pembiayaan konsumtif.
Status Keanggotaan
Status keanggotaan responden dalam penelitian ini adalah sebagai anggota
atau pengurus dalam Rembug Pusat BMT Itqan. Pengurus adalah anggota nasabah
yang diberikan tugas tambahan seperti penyedia tempat berkumpul kelompok,
sumber informasi dan komunikasi, dan fungsi pengelolaan kelompok lainnya.
Jabatan pengurus ini bersifat informal dan setiap anggota diberikan kesempatan
untuk menjadi pengurus sesuai kesepakatan dan budaya dalam kelompok. Jumlah
dan persentase responden dilihat dari status keanggotaannya dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6 Status Keanggotaan Responden dalam Rembug Pusat
Status Keanggotaan Jumlah Responden Persentase (%)
Anggota 21 48.84
Pengurus 22 51.16
Sumber : Data Primer, diolah
Sebanyak 22 responden (51.16%) memiliki status keanggotaan sebagai
pengurus. Responden yang memiliki status keanggotaan sebagai anggota
sebanyak 21 responden (48.84%).
Sumber : Data Primer, diolah
27
Tahun Bergabung
Tahun bergabungnya responden dalam kelompok nasabah atau Rembug
Pusat BMT Itqan masing-masing dimulai dari tahun 2009–2014. Sebagian besar
responden bergabung pada tahun 2012 yaitu sebanyak 21 responden (48.8%).
Sebagian kecil responden bergabung pada tahun 2009 dan 2014 dengan jumlah
masing-masing sebanyak 1 responden (2.3%).
Gambar 7 Tahun Bergabung Responden
Alasan Bergabung
Sebagian besar yaitu sebanyak 25 responden (58%) tergabung dalam
kelompok nasabah atau Rembug Pusat BMT Itqan karena kemauan diri sendiri.
Sebanyak 15 responden (35%) bergabung karena memerlukannya sebagai syarat
untuk mendapatkan pembiayaan, 2 responden (5%) karena pengaruh keluarga,
sedangkan yang terendah sebanyak 1 responden (2%) karena ajakan teman.
Gambar 8 Alasan Bergabung Responden
Sumber : Data Primer, diolah
Sumber : Data Primer, diolah
28
Tergabung di Kelompok Lain
Selain bergabung dengan Rembug Pusat BMT Itqan, responden tergabung
dengan kelompok lain di lingkungan tempat tinggalnya. Diantaranya terdapat
kelompok pengrajin, PKK, Posyandu, arisan, pengajian, dan sisanya tidak
tergabung dengan kelompok lain. Sebanyak 26 responden (60.47%) tidak
tergabung dengan kelompok lain, 5 responden (11.62%) tergabung di kelompok
pengajian, 5 responden (11.62%) tergabung di kelompok arisan, 1 responden
(2.33%) tergabung di kelompok pengrajin, 1 responden (2.33%) tergabung di
kelompok Posyandu dan arisan, 1 responden (2.33%) tergabung di kelompok
PKK, dan 4 responden (9.3%) tergabung di kelompok Posyandu dan PKK.
Gambar 9 Responden yang Tergabung di Kelompok Lain
Riwayat Pinjaman Lain
Selain memiliki pembiayaan di BMT Itqan, responden memiliki riwayat
pinjaman lain seperti pinjaman dari tempat atau orang lain sebelum atau sesudah
menjadi nasabah. Selain itu, ada pinjaman tanggung renteng yang dibebani kepada
nasabah lain kelompoknya untuk melunasi kewajiban responden untuk membayar
pembiayaannya yang jatuh tempo di BMT Itqan.
Tabel 7 Riwayat Pinjaman Lain Responden
Riwayat Pinjaman Lain Jumlah Responden Persentase (%)
Tanggung renteng
Tidak pernah 36 83.72
Pernah 7 16.28
Dari tempat lain
Tidak pernah 22 51.16
Bank Umum 15 34.89
Rentenir 6 13.95
Sumber : Data Primer, diolah
Dilihat dari Tabel 7, sebanyak 36 responden (83.72%) tidak pernah
memiliki pinjaman tanggung renteng dan sebanyak 6 responden (16.28%) pernah
9.3%
2.33%
Sumber : Data Primer, diolah
29
memiliki pinjaman tanggung renteng. Lalu, sebanyak 15 responden (34.89%)
memiliki riwayat pinjaman dari bank umum dan sebanyak 6 responden (13.95%)
memiliki riwayat pinjaman dari rentenir. Sisanya, sebanyak 22 responden
(51.16%) tidak pernah meminjam dari tempat lain.
Taksiran Aset
Nilai aset responden dalam penelitian menggunakan taksiran yang dibagi
menjadi berbagai interval. Sebanyak 20 responden (46.5%) memiliki nilai taksiran
aset di bawah 100 juta rupiah, sebanyak 13 responden (30.23%) memiliki taksiran
aset pada interval 100–200 juta rupiah, sebanyak 5 responden (11.63%) memiliki
taksiran aset pada interval 200–300 juta rupiah. Sebanyak 3 responden (6.98%)
memiliki nilai taksiran aset pada interval 300–400 juta rupiah. Jumlah responden
yang memiliki nilai taksiran aset pada interval 400 juta–1 miliar rupiah adalah
sebanyak 2 responden (4.66%). Taksiran aset responden disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Taksiran Aset Responden
Taksiran Aset (Rupiah) Jumlah Responden Persentase (%)
Kurang dari 100 000 000 20 46.50
100 000 000–200 000 000 13 30.23
200 000 001–300 000 000 5 11.63
300 000 001–400 000 000 3 6.98
400 000 000–1 000 000 000 2 4.66
Sumber : Data Primer, diolah
Social Capital Pada Nasabah BMT Itqan
Social Capital dalam nasabah BMT Itqan perlu diketahui untuk mengukur
atau menganalisis perngaruhnya dalam memberikan repayment rate yang baik
terhadap pembiayaan nasabah. Analisis tersebut dilakukan dengan analisis
deskriptif, yaitu dengan melihat nilai mean, minimum, dan maksimum yang
terdapat pada variabel jaringan sosial, kepercayaan sosial, dan norma sosial.
Jaringan sosial merupakan suatu struktur sosial yang terbentuk dari
hubungan individu-individu atau kelompok yang memiliki kesamaan dalam
beberapa hal seperti nilai, visi, ide, teman, keturunan, dan lain-lain. Analisis
jaringan sosial pada nasabah BMT Itqan disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9 Jaringan Sosial Nasabah BMT Itqan
No. Variabel Mean
1 Jaringan Sosial 1 : Aktif di organisasi atau kelompok
masyarakat
3.4
2 Jaringan Sosial 2 : Memiliki sahabat dekat 4.2
3 Jaringan Sosial 3 : Menganggap anggota kelompok sebagai
sahabat
3.8
4 Jaringan Sosial 4 : Siap membantu anggota kelompok yang
kesulitan keuangan
3.9
5 Jaringan Sosial 5 : Merasa mudah mendapat pinjaman uang
dari anggota kelompok
3.6
Rata-Rata 3.8
Sumber : Data Primer, diolah
30
Hasil penelitian tersebut menunjukkan skor rata-rata (mean) jawaban
responden pada variabel jaringan sosial bernilai lebih dari skala 3, sehingga
menunjukkan jaringan sosial pada nasabah BMT Itqan cukup baik. Nilai rata-rata
tertinggi dari variabel jaringan sosial adalah pernyataan nomor 2 dengan nilai 4.2
yaitu nasabah BMT Itqan memiliki sahabat dekat. Nilai rata-rata terkecil dari
variabel jaringan sosial adalah pernyataa nomor 1 dengan nilai 3.4 yaitu keaktifan
nasabah BMT Itqan di organisasi atau kelompok masyarakat. Rata-rata total skor
mean jaringan sosial adalah 3.8
Kepercayaan sosial merupakan bentuk keinginan untuk mengambil risiko
dalam hubungan sosial yang didasari perasaan yakin bahwa yang lain akan
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan bertindak dalam suatu pola
tindakan yang saling mendukung dan tidak merugikan diri dan kelompoknya.
Analisis kepercayaan sosial dalam nasabah BMT Itqan disajikan dalam Tabel 10.
Tabel 10 Kepercayaan Sosial Nasabah BMT Itqan
No. Variabel Mean
1 Kepercayaan Sosial 1 : Mempercayai banyak orang dalam
kelompok
3.2
2 Kepercayaan Sosial 2 : Mempercayai banyak anggota yang giat
bekerja dalam kelompok
3.8
3 Kepercayaan Sosial 3 : Merasa aman dalam kelompok 4.3
4 Kepercayaan Sosial 4 : Tidak perlu waspada anggota kelompok
mengambil keuntungan lebih
4.2
5 Kepercayaan Sosial 5 : Meyakini anggota kelompok lain dapat
membantu jika dibutuhkan
4.1
6 Kepercayaan Sosial 6 : Mempercayai satu sama lain dalam hal
pinjam dan meminjam uang
3.7
Rata-Rata 3.9
Sumber : Data Primer, diolah
Hasil penelitian tersebut menunjukkan skor rata-rata (mean) jawaban
responden pada variabel kepercayaan sosial bernilai lebih dari skala 3, sehingga
menunjukkan kepercayaan sosial pada nasabah BMT Itqan cukup baik. Nilai rata-
rata tertinggi dari variabel jaringan sosial adalah pernyataan nomor 3 dengan nilai
4.3 yaitu perasaan aman nasabah BMT Itqan. Nilai rata-rata terkecil dari variabel
jaringan sosial adalah pernyataan nomor 1 dengan nilai 3.2 yaitu mempercayai
banyak orang dalam kelompok. Rata-rata total skor mean kepercayaan sosial
adalah 3.9
Norma sosial merupakan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh
anggota masyarakat tertentu. Analisis norma sosial nasabah BMT Itqan disajikan
dalam Tabel 11.
31
Tabel 11 Norma Sosial Nasabah BMT Itqan
No. Variabel Mean
1 Norma Sosial 1 : Meyakini ada aturan tertulis dalam kelompok 3.9
2 Norma Sosial 2 : Meyakini ada aturan tidak tertulis dalam
kelompok
3.4
3 Norma Sosial 3 : Meyakini ada nilai-nilai tradisional yang
dijunjung tinggi dalam kelompok
4
Rata-Rata 3.8
Sumber : Data Primer, diolah
Hasil penelitian tersebut menunjukkan skor rata-rata (mean) jawaban
responden pada variabel norma sosial bernilai lebih dari skala 3, sehinnga
menunjukkan norma sosial pada nasabah BMT Itqan cukup baik. Nilai rata-rata
tertinggi dari variabel jaringan sosial adalah pernyataan nomor 3 dengan nilai 4
yaitu meyakini ada nilai-nilai tradisional yang dijunjung tinggi dalam kelompok.
Nilai rata-rata terkecil dari variabel jaringan sosial adalah pernyataan nomor 1
dengan nilai 3.9 yaitu meyakini adanya aturan tertulis dalam kelompok. Rata-rata
total skor mean norma sosial adalah 3.8.
Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate BMT
Keberlangsungan operasional BMT untuk meningkatkan ekonomi kaum
menengah ke bawah memerlukan modal uang yang diperoleh dari keuntungan
nisbah bagi hasil pembiayaan yang diberikan. Disamping hal tersebut, perlu
diketahui modal sosial atau social capital dalam masyarakat sebagai salah satu
faktor untuk mengurangi risiko repayment rate tidak lancar atau gagal bayar.
Analisis pengaruh social capital terhadap repayment rate BMT dilakukan dengan
model logit, seperti yang dapat dilihat pada tabel 12.
Tabel 12 Hasil Pendugaan Parameter Model Logit
Prediksi
Observasi
Nasabah Nasabah Percentage Correct
Tidak Lancar Lancar (%)
Repayment Rate
Tidak Lancar
4
2
66.7
Lancar 1 36 97.3
Overall Percentage 93.0
Sumber : Data Primer, diolah
Hasil pendugaan parameter di atas menyatakan bahwa model dapat
mengklasifikasikan responden sebagai nasabah yang memiliki repayment rate
tidak lancar di BMT Itqan sebesar 66.7% dan nasabah yang memiliki repayment
rate lancar di BMT Itqan sebesar 97.3%. Model mampu mengklasifikasikan
secara keseluruhan responden sebagai nasabah yang memiliki repayment rate
tidak lancar mapun lancar sebesar 93.0%. Analisis uji koefisien determinasi
dilihat dari nilai yang diperoleh Nagerlkerke R Square (Lampiran 2), yaitu sebesar
0.707 yang menunjukkan bahwa variabel-variabel dalam model mampu
menjelaskan repayment rate sebesar 70.7% dan sisanya dijelaskan oleh faktor
32
lain. Hasil uji Goodness-of-fit oleh Chi-Square Hosmer and Lemeshow Test
(Lampiran 2) menunjukkan nilai Chi-Square sebesar 5.368 dengan P-Value
0.718> 0.05 sehingga dapat diketahui bahwa model logit secara keseluruhan dapat
menjelaskan pengaruh social capital terhadap repayment rate di BMT Itqan.
Tabel 13 Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate di BMT Itqan
Variabel Metode Logit
Parameter P-Value Odds Ratio
Konstanta -5.110 0.569 0.006
Umur -10.117 0.042** 0.00004
Tingkat Pendidikan -5.181 0.052* 0.006
Tingkat Pendapatan 1.581 0.125 4.858
Jumlah Tanggungan -0.418 0.673 0.658
Lama Bergabung 5.425 0.050** 226.9
Dummy Kelompok Lain 5.172 0.115 176.252
Dummy Bekerja 2.081 0.495 8.013
Jaringan Sosial -0.395 0.394 0.673
Kepercayaan Sosial 0.932 0.092* 2.541
Norma Sosial 1.384 0.199 3.989
Sumber : Data Primer, diolah Keterangan : * Signifikan pada taraf nyata 10%
** Signifikan pada taraf nyata 5%
Fungsi yang diperoleh dari metode logit di atas adalah = -5.110 -10.117
Umur -5.181 Tingkat Pendidikan +1.581 Tingkat Pendapatan -0.418 Jumlah
Tanggungan +5.425 Lama Bergabung +5.172 Dummy Kelompok Lain +2.081
Dummy Bekerja -0.395 Jaringan Sosial +0.932 Kepercayaan Sosial +1.384
Norma Sosial. Variabel yang signifikan pada taraf nyata 10% adalah tingkat
pendidikan dengan P-Value 0.052 dan kepercayaan sosial dengan P-Value 0.092,
sedangkan variabel yang signifikan pada taraf nyata 5% adalah umur dengan P-
Value 0.042 dan lama bergabung dengan P-Value 0.05.
Variabel umur memiliki nilai odds ratio sebesar 0.00004, artinya nasabah
yang memiliki umur lebih rendah memiliki peluang repayment rate 0.00004 kali
lebih besar dibandingkan dengan nasabah yang memiliki umur yang lebih tinggi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Haloho (2010) yang menyatakan
bahwa variabel usia atau umur yang negatif berpengaruh secara nyata dan
signifikan terhadap kelancaran pengembalian kredit.
Variabel lama bergabung memilki nilai odds ratio sebesar 226.9, artinya
nasabah yang bergabung lebih lama memiliki peluang repayment rate 226.9 kali
lebih besar dibandingkan dengan nasabah yang baru bergabung.
Variabel tingkat pendidikan memiliki nilai odds ratio sebesar 0.006, artinya
nasabah yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah memiliki peluang
repayment rate 0.006 kali lebih besar dibandingkan dengan nasabah yang
memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Haloho (2010) yang menyatakan bahwa variabel tingkat pendidikan
yang negatif berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap kelancaran
pengembalian kredit.
Variabel kepercayaan sosial memiliki nilai odds ratio sebesar 2.541, artinya
nasabah yang memiliki kepercayaan sosial lebih tinggi memiliki peluang
33
repayment rate 2.541 kali lebih besar dibandingkan dengan nasabah yang
memiliki skor kepercayaan sosial yang lebih rendah. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Kurnia (2009) yang menyatakan bahwa variabel kepercayaan
sosial berpengaruh signifikan terhadap repayment rate dan penelitian Alfiasari
(2009) yang menyatakan bahwa variabel kepercayaan sosial dapat
mengembangkan ekonomi kelompok.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik social capital nasabah BMT Itqan Cabang Padasuka, Kota
Bandung dilihat dari skor mean pada variabel jaringan sosial, kepercayaan
sosial, dan norma sosial yang seluruhnya menunjukkan skor di atas rata-
rata. Artinya nasabah BMT Itqan Cabang Padasuka, Kota Bandung
memiliki karakteristik Social Capital yang baik.
2. Variabel social capital yang berpengaruh signifikan terhadap repayment
rate di BMT Itqan Cabang Padasuka, Kota Bandung adalah kepercayan
sosial. Nasabah yang memiliki kepercayaan sosial yang lebih tinggi
memiliki peluang repayment rate yang lebih baik dibandingkan dengan
nasabah yang memiliki kepercayaan sosial yang lebih rendah.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang diberikan adalah:
1. Disamping memberikan pembiayaan terhadap nasabah, pihak BMT perlu
melaksanakan program-program yang dapat meningkatkan atau membangun
social capital nasabah seperti pelatihan upgrading, olah raga, rekreasi,
kompetisi, dan sebagainya sehingga mampu meningkatkan repayment rate
nasabah.
2. Penelitian ini masih memiliki banyak variabel yang belum mampu
menjelaskan metode yang dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan penelitian
lebih lanjut dengan metode dan variabel yang berbeda.
34
DAFTAR PUSTAKA
Alfiasari. 2004. Skripsi. Analisis Modal Sosial Pada Kelompok Usaha Berbasis
Komunitas (Studi Kasus di Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Cibung-
bulang Kabupaten Bogor). Bogor (ID): IPB
Arifin S. 2008. Dinamika Implementasi Konsep Sistem Tanggung Renteng dan
Kontribusinya pada Tercapainya Zero Bad Debt. Jurnal Keuangan dan
Perbankan, Vol. 12, No. 3 September 2008, hal. 517–531. [Internet].
[diunduh pada 2015 Apr 22]. Tersedia pada:
https://jurkubank.files.wordpress.com/2012/01/pdf-september-2008.pdf
Ascarya. 2007. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta (ID): RajaGrafindo
Persada
Badan Pusat Statistik (2009). Stok Modal Sosial 2009. Jakarta (ID): Badan Pusat
Statistik
Bungin HMB. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Format-format
Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan Publik,
Komunikasi, Manajemen, dan Pemasaran. Jakarta (ID): Kencana
Burhan A. 2008. Tesis. Kajian Penilaian Kesehatan Dalam Rangka Mengevaluasi
Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Syariah Baitul Maal Wat Tamwil (Studi
Kasus BMT Bina Umat Sejahtera Lasem Rembang). Bogor (ID): IPB
Coleman JS. 1988. “Social Capital in The Creation of Human Capital”. The
American Journal of Sociology, Vol. 94. [Internet] [diunduh 2014 Apr 21].
Tersedia pada: http://courseweb.lis.illinois.edu/~katewill/for-
china/readings/coleman%201988%20social%20capital.pdf
Dariah AR. 2012. Improving Social Capital of BMT (Baitul Maal Watamwil): An
Experience from BMT Lathifah, Sumedang Indonesia. The International
Journal of Social Sciences 30th November 2012. Vol. 4 No. 1.
Devi A, Rusydiana, AS. 2013. Islamic Group Lending Model (GLM) dan
Keuangan Inklusif: Studi Dampak dan Strategi Pengembangan. [Internet].
[diunduh 2014 Apr 29]. Tersedia pada:
http://www.aamslametrusydiana.com/2013/07/islamic-group-lending-model-
glm-dan.html
Djaali H, Muljono P. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta (ID):
PT Grasindo
Esty K. 2014. 5 Reasons Why Muhammad Yunus Focuses on Lending to Women.
[Internet]. [diakses 2014 Des 29]. Tersedia pada:
http://www.impatientoptimists.org/Posts/2014/01/5-Reasons-Why-
Muhammad-Yunus-Focuses-on-Lending-to-Women
Firdaus M, Harmaini, Afendi FM. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif untuk
Manajemen dan Bisnis. Bogor (ID): IPB Press
Fukuyama, F. 1999. Social Capital and Civil Society. The Institute of Public
Policy, George Mason University. [Internet]. [diunduh 2014 Apr 21].
Tersedia pada:
http://www.imf.org/external/pubs/ft/seminar/1999/reforms/fukuyama.htm#
[Grameen Bank]. 2014. Grameen Bank Performance Indicators & Ratio Analysis.
[Diakses 2014 Nov 22]. Tersedia pada: http://www.grameen-
info.org/index.php?option=com_content&task=view&id=632&Itemid=664
35
Grootaert C, Narayan D, Jones VN, Woolcock M. 2004. Measuring Social Capi-
tal: An Integrated Questionnaire. World Bank Working Paper No. 18. Wash-
ington (US): The World Bank.
Haloho F. 2010. Skripsi. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Pengembalian Kredit Mikro PT BPD Jabar Banten KCP Dramaga. Bogor
(ID): IPB
Hasbullah J. 2006. Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia
Indonesia). Jakarta (ID): MR-United Press.
Hermes N, Lensink R, Teki H. 2003. Peer Monitoring, Social Ties and Moral
Hazard in Group Lending Programmes: Evidence From Eritrea. [Internet].
[diunduh 2015 Apr 4]. Tersedia pada:
https://www.rug.nl/research/portal/publications/pub(5af801e9-20e7-41c1-
a4f8-4862f07455e3).html
Hossain DM. 2013. Social Capital and Microfinance: The Case of Grameen Bank,
Bangladesh. Middle East Journal of Business Vol. 8, issue 4 October 2013.
[Internet]. [diunduh pada 2014 Des 29]. Tersedia pada:
https://www.academia.edu/4645508/Social_Capital_and_Microfinance_The_
Case_of_Grameen_Bank_Bangladesh
Hosen MN, Saraswati H, Perlambang RY. 2008. Lembaga Bisnis Syariah. Jakarta
(ID): Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah Publishing
Taswan I, Ragimun. 2014. Moral Hazard dan Pencegahannya Pada Industri
Perbankan di Indonesia. [Internet]. [diunduh 2015 Apr 4]. Tersedia pada:
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Moral%20Hazard%20Dan%20
Pencegahannya%20Pada%20Industri%20%20Perbankan%20Di%20Indonesi
a.pdf
Khandker RS, Khalily B, Khan Z. 1995. Grameen Bank Performance and
Sustainability. Washington (US): The World Bank. [Internet]. [diunduh 2014
Nop 22]. Tersedia pada:
http://econ.worldbank.org/external/default/main?pagePK=64165259&theSite
PK=469372&piPK=64165421&menuPK=64166093&entityID=000009265_3
961214153703
Kurnia W. 2009. Skripsi. Analisis Pengaruh Social Capital Terhadap Repayment
Rate Pada Lembaga Keuangan Mikro Syariah (Studi Kasus KBMT Wihdatul
Ummah, Bogor). Bogor (ID): IPB
Kurniawan A. Skripsi. 2007. Analysis and Comparison of Microfinance Schemes
in Indonesia; A Case of Six Microfinance Institutions. Bandung (ID): ITB
Laemmermann K. 2012. Crowd Funding. [Internet]. [diakses 2014 Des 29].
Tersedia pada: https://books.google.co.id/books?id=jyHjGVw-xukC
Lukman S, Lukviarman N, Rivai HA, Husni T, Syafrizal, Maruf. 2008. Kajian
Upaya Penguatan Peran Microbanking dan Pendekatan Pembiayaan
Kelompok dalam Rangka Pengembangan UMK di Sumatera Barat. Penelitian
atas kerjasama antara Bank Indonesia dan Center for Banking Research
Universitas Andalas. [Internet]. [diunduh 2014 Mar 5]. Tersedia pada:
http://www.bi.go.id/id/publikasi/perbankan-dan-
stabilitas/arsitektur/Documents/2f84b49d770343169f9f30798d92bfb0JurnalK
ajianUpayaPenguatanMicrobankingdiSumateraBa.pdf
Nuryartono N. 2011. Membangun Lembaga Keuangan Mikro Indonesia: Solusi
Mengatasi Masalah Kemiskinan dan Pengangguran. [Internet]. [diunduh 2015
36
Apr 5]. Tersedia pada:
http://web.ipb.ac.id/~lppm/lppmipb/penelitian/hasilcari.php?status=buka&id_
haslit=HIKOM/014.11/NUR/m
Maika A, Kiswanto E. 2007. Pemberdayaan Perempuan Miskin Pada Usaha Kecil
di Perdesaan Melalui Layanan Lembaga Keuangan Mikro (Grameen Bank).
[Internet]. [diunduh 2014 Apr 21]. Tersedia pada:
http://www.cpps.or.id/documents/S344_Amelia%20Maika,%20Eddy%20Kis
wanto_Pemberdayaan%20Perempuan%20Miskin%20Pada%20Usaha%20Ke
cil%20di%20Perdesaan%20Melalui%20Layanan%20Lembaga%20Keuangan
%20Mikro.pdf
Mihajat MIS, Hoetoro A. 2010. Banking for the Poor: The Role of Islamic
Banking in Indonesia as Microfinance Instituion through Koperasi. [Internet].
[diunduh 2014 Jun 29]. Tersedia pada:
http://etic.itsr.ir/Admin/Files/maghalat2/79.pdf
Postelnicu L. 2012. Social Capital and Repayment Performance of Group Lending
in Microfinance. CEB Working Paper No.12/032. Brussels (BE): Universite
Libré de Bruxelles
Putnam RD. 1993. The Prosperous Community: Social Capital and Public Life.
The American Prospect No. 13. [Internet]. [diakses 2015 Apr 22]. Tersedia
pada: http://xroads.virginia.edu/~hyper/DETOC/assoc/13putn.html
Ralona M. 2006. Kamus Istilah Ekonomi Populer. Jakarta (ID): Gorga Media
Skjøtt-Larsen J, Henriksen LS. 2009. The Social Differentiation of Trust: Find-
ings from a city in Denmark, Sociologisk Arbejdspapir Nr. 25, 2009. For-
skningsgruppen CASTOR (DE) : Institut for Sociologi, Socialt Arbejde og
Organisation Aalborg Universitet
Soemitra AMA. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta (ID):
Kencana
Viphindrartin S. 2012. Model Pendekatan Modal Sosial Kelompok Peminjam
untuk Optimalisasi Repayment Rate pada Lembaga Keuangan Mikro-
Swadaya Masyarakat. [Internet]. [diunduh 2014 Mar 5]. Tersedia pada:
http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/seminas/article/viewFile/141/88
Zamzany FR, Baehaqie I, Subaki A. 2011. Pengaruh Modal Sosal Terhadap
Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) dan Kesejahteraan Masyarakat
Pada LKMS di Pondok Pesantren Al Islah, Kab. Cirebon, Jawa Barat.
Prosiding dalam rangkaian Seminar Internasional dan Call for Papers
Towards Excellent Small Business, Yogyakarta.
37
LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Analisis Pengaruh Social Capital terhadap Repayment Rate
di BMT Itqan Cabang Padasuka, Kota Bandung
Terima kasih Bapak/Ibu bersedia untuk mengisi kuesioner ini. Saya Ahmad
Nur Fadhian mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi Syariah Ilmu Pertanian Bo-
gor sebagai penulis berharap Bapak/Ibu dapat membantu dan memberikan infor-
masi yang sesuai. Segala jawaban yang Bapak/Ibu isikan akan dirahasiakan dan
digunakan untuk kepentingan penelitian akademik.
Karakteristik Responden
1. Nama Lengkap :
2. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki
b. Perempuan
3. Umur : a. Kurang dari 20 tahun
b. 20–30 tahun
c. 30–40 tahun
d. 40–50 tahun
e. 50–60 tahun
f. Lebih dari 60 tahun
4. Status : a. Belum berkeluarga
b. Berkeluarga
c. Duda/Janda
5. Agama :
6. Pendidikan Terkahir :
a. tidak tamat SD b. SD c. SMP
d. SMA/Sederajat e. Diploma f. Sarjana
g. Pasca Sarjana
7. Jumlah Tanggungan : orang
38
8. Pendapatan perbulan : a. Kurang dari Rp1 000 000
b. Rp1 000 000–Rp1 500 000
c. Rp1 500 000–Rp2 000 000
d. Rp2 000 000–Rp2 500 000
e. Lebih besar dari Rp2 500 000
9. Jenis Usaha :
a. Pertanian b. Peternakan c. Perdagangan
d. Industri Pengolahan e. Jasa f. Lainnya, ...
10. Status dalam kelompok :
a. Pengurus b. Anggota
11. Bergabung di kelompok pada tahun...
12. Alasan bergabung pada kelompok :
a. Pengaruh keluarga
b. Ajakan teman
c. Kemauan diri sendiri
d. Syarat untuk mendapatkan pembiayaan
e. Lainnya, yaitu ...
13. Selain tergabung dalam kelompok tersebut anda tergabung dengan
kelompok lain :
a. Ya, yaitu ...
b. Tidak
14. Memiliki pinjaman dari kelompok :
a. Ya, sebesar ...
b. Tidak
15. Riwayat Pinjaman Terakhir (Lanjutan dari no. 15)
No. Tanggal/Bulan/Tahun Jumlah
1.
2.
3.
16. Memiliki pinjaman dari tempat lain :
a. Ya, sebesar ...
b. Tidak
17. Riwayat Pinjaman Terakhir (Lanjutan dari no. 16)
No. Tanggal/Bulan/Tahun Jumlah
1.
2.
3.
39
18. Aset yang dimiliki
No. Jenis Aset Taksiran Nilai
Beri tanda silang (X) pada penilaian yang menurut Bapak/Ibu sesuai.
Keterangan :
STS = Sangat Tidak Setuju
TS = Tidak Setuju
RR = Ragu-Ragu
S = Setuju
SS = Sangat Setuju
Jaringan Sosial
Kode Pertanyaan Penilaian
STS TS RR S SS
JS1
Saya aktif di organisasi atau
kelompok masyarakat
JS2 Saya memiliki sahabat dekat
JS3 Saya menganggap anggota
kelompok sebagai sahabat
JS4 Saya siap membantu anggota
kelompok yang kesulitan keu-
angan
JS5 Saya merasa mudah mendapat
pinjaman uang dari anggota
kelompok
40
Kepercayaan Sosial
Norma Sosial
Kode Pertanyaan Penilaian
STS TS RR S SS
KS1
Saya tidak mempercayai ban-
yak orang dalam kelompok
KS2 Saya mempercayai banyak
anggota yang malas bekerja
dalam kelompok
KS3 Saya tidak merasa aman da-
lam kelompok ini
KS4 Saya waspada karena anggota
kelompok cenderung
mengambil keuntungan lebih
KS5 Saya meyakini anggota ke-
lompok lain dapat membantu
jika dibutuhkan
KS6 Saya tidak mempercayai satu
sama lain dalam hal pinjam
dan meminjam uang
Kode Pertanyaan Penilaian
STS TS RR S SS
NS1
Anda meyakini ada aturan
tertulis dalam kelompok
NS2 Anda meyakini ada aturan
tidak tertulis dalam kelompok
NS3 Anda meyakini ada nilai-nilai
tradisional yang dijunjung
tinggi dalam kelompok.
41
Lampiran 2 Hasil Olahan Data Regresi Logistik
Model Summary
Step
-2 Log
likelihood
Cox & Snell
R Square
Nagelkerke R
Square
1 13.349a .392 .707
a. Estimation terminated at iteration number 10
because parameter estimates changed by less than
,001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 5.368 8 .718
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Repayment_Rate = Tidak
lancar
Repayment_Rate =
Lancar
Total Observed Expected Observed Expected
Step 1 1 4 3.404 0 .596 4
2 1 1.814 3 2.186 4
3 0 .571 4 3.429 4
4 1 .202 3 3.798 4
5 0 .009 4 3.991 4
6 0 .000 4 4.000 4
7 0 .000 4 4.000 4
8 0 .000 4 4.000 4
9 0 .000 4 4.000 4
10 0 .000 7 7.000 7
42
Classification Tablea
Observed
Predicted
Repayment_Rate Percentage
Correct Tidak lancar Lancar
Step 1 Repayment_Rate Tidak lancar 4 2 66.7
Lancar 1 36 97.3
Overall Percentage 93.0
a. The cut value is ,500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a Umur -10.117 4.963 4.155 1 .042 0.00004
Tingkat_Pendapatan 1.581 1.029 2.358 1 .125 4.858
Tingkat_Pendidikan -5.181 2.663 3.786 1 .052 .006
Jumlah_Tanggungan -.418 .992 .178 1 .673 .658
Lama_Bergabung 5.425 2.772 3.829 1 .050 226.900
Dummy_Kelompok_L
ain 5.172 3.278 2.489 1 .115 176.252
Dummy_Bekerja 2.081 3.050 .465 1 .495 8.013
Jaringan_Sosial -.395 .464 .727 1 .394 .673
Kepercayaan_Sosial .932 .554 2.833 1 .092 2.541
Norma_Sosial 1.384 1.076 1.653 1 .199 3.989
Constant -5.110 8.972 .324 1 .569 .006
a. Variable(s) entered on step 1: Umur, Tingkat_Pendapatan, Tingkat_Pendidikan,
Jumlah_Tanggungan, Lama_Bergabung, Dummy_Kelompok_Lain, Dummy_Bekerja,
Jaringan_Sosial, Kepercayaan_Sosial, Norma_Sosial.
43
Lampiran 3 Laporan Keuangan BMT Itqan
44
45
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Singkawang pada tanggal 9 Desember 1992, dari
pasangan Gunara dan Siti Wiarsih. Penulis adalah anak pertama dari tiga
bersaudara. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah SDN
Arcamanik Endah, SMPN 17 Bandung, dan SMA Taruna Bakti Bandung. Pada
tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa melalui jalur Ujian Talenta
Mandiri IPB pada Progam Studi Ilmu Ekonomi Syariah, Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis aktif sebagai staf Departemen Research and Development
Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
(HIPOTESA) masa kepengurusan 2012–2013. Penulis aktif pada beberapa
kepanitiaan acara yang di IPB yaitu Olimpiade Mahasiwa IPB (OMI) 2012
sebagai staf divisi pertandingan futsal, FEMily Day sebagai staf logstran, FEM
Healthy and Care sebagai staf logstran, EXCHANGE 2012 sebagai kepala divisi
logstran, Pentas Seni Gema Alunan Syukur (PEGAS) 2012 sebagai staf bendahara
humas, Sharia Economics at Seminar Expo and Champaign (SEASON) 8 sebagai
staf acara divisi perlombaan, dan IE Cup 2013 sebagai ketua pelaksana. Prestasi
yang diraih penulis bersama Ilmu Ekonomi Syariah 47 adalah juara 3
pertandingan sepak bola FEM pada acara Sportakuler 2011, juara 2 futsal IE Cup
2013, dan juara 3 futsal IE Cup 2014.