ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PADI SAWAH TERHADAP …repository.utu.ac.id/606/1/BAB I_V.pdf ·...
Transcript of ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PADI SAWAH TERHADAP …repository.utu.ac.id/606/1/BAB I_V.pdf ·...
ANALISIS PENGARUH PRODUKSI PADI SAWAH
TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT
DI KECAMATAN SEUNAGAN TIMUR
KABUPATEN NAGAN RAYA
SKRIPSI
OLEH :
NIENGSIH BAIZHURAH
NIM : 09C20101117
]
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi
Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH - ACEH BARAT
TAHUN 2014
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Negara Indonesia sejak dulu dikenal dengan negara agraris, dimana
Indonesia hidup dari petanian dan berjaya dengan pertaniannya. Hal ini dapat kita
lihat pada masa Presiden Soeharto, Negara Indonesia pernah menjadi pengekspor
beras di Asia Tenggara dan kita dapat berswasembada beras saat itu. Pertumbuhan
ekonomi pedesaan naik pada saat Indonesia berhasil berswasembada beras. Hal
ini terjadi karena produktivitas padi Indonesia tinggi.
Indonesia sebagai Negara yang subur dan memiliki Sumber Daya Alam
(SDA) yang baik sangat berpotensi untuk terus meningkatkan pertanian baik
secara nasional maupun internasional. Indonesia dapat memanfaatkan kekayaan
alam yang ada untuk memajukan negara ini yaitu dalam bidang pangan petanian.
Saat ini, di zaman globalisasi sektor pertanian tidak mendapat perhatian penuh
dari pemerintah. Pemerintah lebih berfokus pada sektor industri yang penuh
ketergantungan pada impor, sehingga pembangunan infrastruktur di pedesaan
untuk bidang pertanian terabaikan.
Salah satu provinsi di Indonesia yang maju dalam bidang petanian adalah
Provinsi Aceh. Provinsi Aceh memiliki kekayaan alam yang cukup luas, sehingga
banyak masyarakat memanfaatkannya untuk pertanian. Salah satu diantaranya
adalah padi sawah, sentral produksi padi Aceh berada di Kabupaten Aceh Utara,
Bireun, dan Aceh Besar. Pemerintah Provinsi Aceh bersama dengan Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) mengadakan penyuluhan pertanian
dengan tujuan memilih beberapa kabupaten yang ada di Provinsi Aceh untuk
2
menjadi model pengembangan inovasi teknologi pertanian padi sawah dalam
upaya meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani
(http/ATJEHPOST.com diakses pada tgl 10 April 2013).
Nagan Raya merupakan salah satu kabupaten di aceh yang menjadi model
pengembangan inovasi teknologi pertanian. Lahan yang tersedia di Kabupaten
Nagan Raya untuk budidaya pertanian masih cukup luas. Lahan tersebut
diharapkan akan menjadi model ke depan dalam pengembangan pertanian dan
meningkatkan produktivitas tanaman padi sawah, sehingga akan menambah
pendapatan para petani di Kabupaten Nagan Raya.
Perkembangan petani padi sawah di Kabupaten Nagan Raya dari tahun
ketahun semakin meningkat, hal ini dapat kita lihat dari luas lahan area tanam dan
panen padi sawah yang semakin luas. Pada tahun 2007 luas area tanam dan panen
sebesar 15.526 ha dan pada tahun 2011 luas area tanam dan panen sebesar 16.744
ha. Meningkatnya luas area tanam dan panen berbanding terbalik dengan jumlah
produksi, hal ini disebabkan oleh hama dan penyakit yang menyerang pada
tanaman padi. Jumlah produksi pada tahun 2007 sebanyak 119.45 ton dan pada
tahun 2011 menurun menjadi sebanyak 96.670 ton. Luas tanam dan panen yang
semakin meningkat ternyata tidak menjamin banyaknya produksi yang dihasilkan,
hal ini secara tidak langsung mengurangi pendapatan petani padi sawah di
Kabupaten Nagan Raya (BPS Nagan Raya 2013).
Sektor pertanian padi sawah di Kabupaten Nagan Raya khususnya di
Kecamatan Seunagan Timur terdapat 34 gampong yang ada di Kecamatan
Seunagan Timur. Data jumlah petani dan jumlah produksi pertanian padi sawah di
Kabupaten Nagan Raya pada tahun 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
3
Tabel 1.
Jumlah Produksi Padi Sawah dan Jumlah Petani Padi Sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten NaganRaya
Tahun 2013
No Gampong Produksi (Ton)
Jumlah Petani Padi Sawah (KK)
1
2 3 4
5 6
7 8 9
10 11
12 13 14
15 16 17
18 19
20 21 22
23 24
25 26 27
28 29
30 31 32
33 34
Blang Geudong
Sawang Mane Kandeh Blang Teungku
Kila Tuwi Meulusong
Blang Lango Cot Teuku Dek Paya
Lhok Mesjid Cot Punti
Blang Bayu Blang Preh Krueng Kulu
Blang Ara Gampong Blang Ara Keude Mon Bateung
Suak Peurubong Ie Beudoh
Sapeng Peulekung Keude Neulop
Lhok Pange Blang Panyang
Meugat Meh Keude Linteng Uteun Pulo
Cot Manyang Cot Dirui
Meurandeh Suak Kabu Baroh Kabu Tunong
Cot Gud Pulo Teungeh
1.089
726 397 815
375 684
410 795 666
1.604 540
817 693
1.026
738 1.270 1.172
1.055 1.941
724 970 704
959 1.246
1.230 1.378 928
644 467
632 666 625
670 498
190 KK
100 KK 37 KK 95 KK
67 KK 65 KK
104 KK 41 KK 98 KK
150 KK 50 KK
125 KK 84 KK 100 KK
100 KK 150 KK 149 KK
84 KK 150 KK
118 KK 224 KK 95 KK
100 KK 195 KK
104 KK 75 KK 125 KK
50 KK 35 KK
75 KK 150 KK 125 KK
175 KK 49 KK
Jumlah 29.155 3.634 KK
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Nagan Raya Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa produksi padi sawah di gampong
Ie Beudoh adalah yang paling tertinggi sebesar 1.941 ton dibandingkan dengan
desa lain di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
4
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Pengaruh Produksi Padi Sawah terhadap Pendapatan
Masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka
perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana pengaruh produksi padi
sawah terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah
dikemukakan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
produksi padi sawah terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya.
1.4. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, manfaat yang akan diperoleh
dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1. Manfaat Teoritis
1. Penulis
Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori yang
telah dipelajari dengan praktek yang dilakukan dilapangan.
2. Lingkungan Akademik
5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam menambah bahan bacaan
bagi mahasiswa Universitas Teuku Umar khususnya bagi mahasiswa Fakultas
Ekonomi.
1.4.2. Manfaat Praktis
Bagi Pemda (Pemerintahan Daerah) atau BPS yakni hasil penelitian dan
analisa yang didapat diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
pemerintah untuk menentukan kebijaksanaan dalam meningkatkan hasil-hasil
produksi dan pendapatan masyarakatdi Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya.
1.5. Sistematika Pembahasan
Secara garis besar sistematika pembahasan dalam karya skripsi ini terdiri
dari lima bagian yaitu :
Bagian pertama terdiri dari, Pendahuluan tentang Latar Belakang,
Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan
Sistematika Pembahasan.
Bagian kedua berisi tentang Tinjauan Pustakaan yang digunakan sebagai
dasar pijakan dalam penulisan skripsi dan Perumusan Hipotesis.
Bagian ketiga berisi tentang Metode Penelitian, Populasi, Data Penelitian,
Jenis dan Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Metode Analisis Data,
Definisi Operasional Variabel, dan pengujian hipotesis.
Bagian keempat berisi tentang Statistik Deskriptif Variabel Penelitian,
Hasil Pengujian Hipotesis, Pembahasan Hasil Penelitian.
Bagian kelima tentang Kesimpulan dan saran.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pertanian
2.1.1. Pengertian Pertanian
Pertanian adalah pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam
hayati terutama tanaman poduktif yang menghasilkan dan dapat dipergunakan
sebagai kehidupan manusia. Sedangkan pengertian pertanian dalam arti sempit
adalah suatu proses bercocok tanam di suatu lahan yang telah disiapkan
sebelumnya dalam skala kecil pola perdagangan lokal, serta menggunakan cara
manual tanpa terlalu banyak memakai manajemen.
Menurut Slamet (2001, h.79-80) dalam bukunya terdapat pengertian
pertanian adalah kegiatan ekonomi utama penduduk Indonesia, sebab lebih dari
80 persen penduduk bekerja pada sektor pertanian. Menurut Karwan dalam
Slamet pertanian merupakan bagian Agro Ekosistem yang tak terpisahkan dengan
subsistem kesehatan dan lingkungan alam, manusia, dan budaya saling mengait
dalam suatu proses produksi untuk kelangsungan hidup bersama. Menurut
Wartaya dalam Slamet pertanian adalah hal yang subtansial dalam pembangunan,
yaitu sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, penyedia bahan mentah untuk
industri, penyedia lapangan kerja, dan penyumbang devisa negara.
Kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh kutipan para ahli tentang
pengertian pertanian, maka dapat disimpulkan bahwa pertanian adalah kegiatan
pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan
bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola
lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk
7
dalam pertanian bisa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok
tanam, serta pembesaran hewan ternak. Meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikro organisme dan bio enzim dalam pengolahan produk lanjutan,
seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti
penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.
2.1.2. Padi
Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya terpenting
dalam peradaban manusia, yang merupakan komoditas utama yang berperan
sebagai pemenuh kebutuhan pokok karbohidrat bagi mayoritas penduduk dunia.
Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan
utama yang setiap tahunnya meningkat sebagai akibat pertambahan jumlah
penduduk yang besar, serta berkembangnya industri pangan dan pakan (Yusuf,
2010, h.9).
Tanaman padi tergolong tumbuhan graminae dengan batang yang tersusun
dari ruas-ruas. Rumpun tanaman padi terbentuk dari anakan yang biasanya
tumbuh pada dasar batang. Pembentukan padi terjadi secara bersusun mulai dari
batang pokok yang menumbuhkan anakan pertama, anakan ketiga tumbuh pada
buku anakan kedua dan seterusnya. Semua anakan memiliki bentuk yang serupa
dan membentuk perakarannya sendiri (Luh, 2000, h.51).
Secara umum padi dikatakan sudah siap untuk dipanen apabila bulir
gabahnya sudah menguning hingga 80 persen dan tangkainya sudah menunduk.
Tangkai padi dapat merunduk karena sarat dengan bulir gabah isi (bernas). Untuk
lebih memastikan padi sudah siap dipanen dapat dilakukan dengan cara manual
8
yaitu menekan bulir gabah, bulir yang sudah keras berisi menunjukkan siap untuk
dipanen (Andoko, 2004, h.17).
Padi dapat tumbuh pada iklim yang beragam, mulai dari daerah tropis
hingga subtropics pada kisaran 450 LU dan 450 LS dengan cuaca panas dan
kelembaban tinggi dengan musim hujan empat bulan. Di dataran rendah padi
dapat tumbuh pada ketinggian 0-650 m dpl dengan kisaran temperatur rata-rata
harian 22-270 C sedangkan didataran tinggi tanaman padi masih dapat tumbuh
pada ketinggian 650-1500 m dpl dengan kisaran temperatur rata-rata harian 19-
230C. Tanaman padi dapat tumbuh baik didaerah yang bersuhu panas dan banyak
mengandung uap air. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan adalah 200 mm
per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Curah hujan yang
dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm (Warintek, 2008, h.21).
Temperatur sangat mempengaruhi proses pengisian bulir padi. Hal ini
berkaitan dengan mekanisme membuka nan menutupnya lemma dan palea pada
saat pembuahan. Temperatur yang rendah yang disertai kelembaban tinggi pada
waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan dan dapat
mengakibatkan gabah menjadi hampa. Temperatur yang rendah pada saat
tanaman padi memasuki fase bunting dapat menyebabkan rusaknya pollen dan
menunda pembukaan tepung sari (Luh, 2000, h.52).
2.2. Produksi
2.2.1. Pengertian Produksi
Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi
dimana dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi,
informasi modal dan tindakan manajemen.
9
Berbagai pendapat para ahli yang menyatakan pengertian produksi
diantaranya (Soeharno, 2009, h.113) mengemukakan bahwa pengertian produksi
adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan manfaat dengan cara
mengkombinasikan faktor-faktor produksi yaitu kapital, tenaga kerja, teknologi
dan manajemen skill. Selain itu produksi padi merupakan usaha untuk
meningkatkan manfaat dengan cara mengubah bentuk (Form utility),
memindahkan tempat (Place utility) dan menyimpan (Store utility).
Menurut Fuad (2006, h.56) mendefisikan produksi adalah sebagai suatu
kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran dalam
arti sempit. Pengertian produksi hanya di maksudkan sebagai kegiatan yang
menghasilkan barang, baik barang jadi atau setengah jadi, barang industri, suku
cadang maupun komponen-komponen penunjang.
Ditambahkan Aristanti dan Bambang, (2007, h.121) Produksi merupakan
kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Pengertian produksi secara sempit
adalah perbuatan atau kegiatan manusia untuk membuat suatu barang atau
mengubah suatu barang menjadi barang lain. Secara luas produksi dapat diartikan
sebagai segala perbuatan atau kegiatan manusia baik secara langsung maupun
tidak langsung, yang di tunjukan untuk menambah atau mempertinggi nilai dan
guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjelasan diatas adalah bahwa
produksi adalah suatu proses atau cara untuk meningkatkan bahan baku menjadi
produk jadi dengan mengkombinasikan produksi tenaga kerja dan teknologi
dalam mengolahnya. hasil produksi padi sawah dengan nilai jual yang tinggi,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup petani.
10
2.2.2. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah berapa banyak jumlah maksimum output
yang dapat diproduksi apabila sejumlah input yang tertentu dipergunakan
pada proses produksi. Fungsi Produksi juga merupakan suatu fungsi atau
persamaan yang menunjukan hubungan antara tingkat output dan tingkat
penggunaan input- input. Setiap produsen dalam teori dianggap mempunyai suatu
fungsi produksi yaitu :
Q = f (X1, X2, X3.................Xn)
Q = Tingkat Produksi (Output)
(X1, X2, X3.......Xn ) = Berbagai Input produksi yang digunakan.
Fungsi produksi menggambarkan kombinasi penggunaan input yang
dipakai oleh suatu perusahaan. Pada keadaan teknologi tertentu, hubungan antara
input dan output tercermin pada fungsi produksinya. Fungsi produksi
menunjukkan sifat hubungan di antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi
yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan istilah input dan
jumlah produksi selalu juga disebut sebagai output. Dari pengertian diatas dapat
dipahami mengenai fungsi dan faktor- faktor produksi disini yang dimaksud
adalah tanah, modal, tenaga kerja (Sudarman, 2004. h. 119).
2.3. Faktor-faktor Produksi
Dalam bidang pertanian, produksi fisik dihasilkan oleh bekerjanya
beberapa faktor produksi sekaligus, antara lain lahan, tenaga kerja, benih, pupuk,
dan modal serta faktor produksi lainnya. Seorang produsen yang rasionil tentunya
akan mengombinasikan faktor-faktor produksi sedemikian rupa untuk mencapai
usahatani yang efisien (Mubyarto, 2001, h.110).
11
Menurut Prayitno (2000, h.25), ada empat sumber daya yang merupakan
faktor produksi penting dalam usahatani yaitu lahan, tenaga kerja, modal untuk
pembelian input variabel, keterampilan manajemen petani.
2.3.1 Luas Lahan
Lahan pertanian merupakan tempat berlangsungnya usaha tani, luas lahan
pertanian akan mempengaruhi produksi petani, semakin luas lahan yang dimiliki
semakin banyak hasil yang bisa diperoleh petani. Petani juga harus
memperhatikan kesuburan tanah yang sesuai dengan jenis tanaman. Tanaman
yang sesuai dengan kesuburan tanah yang dimiliki akan mempengaruhi
peningkatkan hasil produksi sehingga berpengaruh juga terhadap jumlah produksi
yang dihasilkan oleh petani. Secara umum dikatakan, semakin luas lahan yang
digarap atau ditanami semakin besar jumlah produksi yang dihasilkan oleh lahan
tersebut. Pentingnya faktor produksi lahan bukan saja dilihat dari segi luas atau
sempitnya lahan, tapi juga segi lain misalnya aspek kesuburan tanah macam
penggunaan lahan, (tanah sawah, tegalan dan sebagainya) dan topografi
(Murniningtyas 2006, h.44).
Lahan atau tanah bukanlah sekedar untuk ditanami atau untuk di tinggalin
saja, tetapi termasuk pula di dalamnya segala sumberdaya alam itulah sebabnya
faktor produksi yang pertama ini disebut dengan natural resources disamping.
selain luas lahan yang digarap kesuburan tanah lahan pertanian juga menentukan
jumlah produksi yang lebih tinggi dari pada lahan yang tingkat kesuburannya
rendah. Kalau pun hendak menanam tanaman tertentu karena memang di ajurkan
dari segi konservasi tanah agar tanaman trsebut bias tumbuh dengan baik
(Murniningtyas 2006, h.45).
12
2.3.2. Tenaga Kerja
Pengertian tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggup
bekerja untuk diri sendiri atau anggota keluarga yang tidak menerima bayaran
berupa upah atau mereka yang sesungguhnya bersedia dan mampu untuk bekerja,
dalam arti mereka menggangur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan
kerja (Sumarsono 2003, h.5).
Tenaga kerja dalam pertanian merupakan orang yang melakukan proses
produksi pertanian tanpa tenaga kerja proses pertanian tidak akan terjadi. tenaga
kerja dapat mempengaruhi produktivitas petani karena tenaga kerja berguna untuk
proses pruduksi. Penggunaan tenaga kerja tergantung pada skala usaha tani jika
lahan pertanian kecil biasanya menggunakan tenaga kerja keluarga bila usaha tani
dalam skala besar selain menggunakan tenaga kerja keluarga juga menggunakan
tenaga kerja luar dan juga menggunakan tenaga kerja ahli. Oleh karena itu tenaga
kerja harus dapat dikelola dengan baik untuk meningkatkan produktivitas melalui
kemampuan mengelola usahatani dengan baik.
Menurut Sumarsono (2003, h.7) Berdasarkan kemampuan tenaga kerja
yang digunakan dalam sebuah usaha semakin lama seseorang dalam bekerja
semakin berpangalaman orang tarsebut dalam bidang pekerjaannya. Tenaga kerja
meliputi jumlah buruh dalam perekonomian, keahlian dan keterampilan yang
dimiliki pekerja. Tenaga kerja dapat diklasif ikasikan sebagai berikut :
1. Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang berbekal pendidikan formal
(resmi) tertentu dalam jangka waktu tertentu.
2. Tenaga kerja ahli tetapi belum terlatih yaitu tenaga kerja yang berbekal
pendidikan kerja tertentu dalam jangka waktu tertentu
13
3. Tenaga kerja tidak ahli dan tidak terlatih yaitu tenaga kerja yang tidak
mempunyai pendidikan formal tertentu dan tidak mempunyai pengalaman
kerja tertentu dalam jangka waktu tertentu.
Tenaga kerja merupakan setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri
maupun untuk orang lain. Tenga kerja tidak hanya dilihat dari kemampuan fisik
dalam melakukan suatu pekerjaan tapi tenaga kerja juga dilihat dari kemampuan
sumber daya manusia dalam mengorganisasikan faktor produksi. Dalam proses
produksi pertanian semakin lama seseorang mengusahakan pertanian tersebut
maka akan semakin berpengalaman dalam bidang usahataninya dan akan semakin
meningkat produksi yang dihasilkan petani tersebut.
2.3.3 Modal Usaha
Modal merupakan faktor produksi yang sangat penting Setiap orang yang
ingin mendirikan sebuah usaha harus memiliki modal, modal digunakan untuk
membeli barang yang digunakan untuk proses produksi dan untuk membiayai
operasi usahanya sehari-hari.
Menurut Kasmir (2006, h.38) Modal dalam arti ekonomi perusahaan
merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk memproduksi kembali
atau modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk
mempertahankan atau meningkatkan pendapatan. Agar proses produksinya tetap
mengalami kemajuan, investasi ataupun penanaman modal sangat diperlukan bagi
sebuah perusahaan. Penanaman modal dapat diartikan sebagai pengeluaran sektor
perusaaan untuk membeli atau memperoleh barang-barang modal yang baru yang
lebih modern atau untuk menggantikan barang barang modal lama yang sudah
14
tidak digunakan lagi atau sudah mengalami penyusutan. Modal dapat dibedakan
menjadi dua tipe yaitu :
1. Modal asing yaitu modal yang berasal dari luar perusahaan yang tertanam
dalam perusahaan untuk jangka waktu yang tertentu lamanya.
2. Modal sendiri yaitu modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang
tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya.
Menurut Suratiyah ( 2008, h.26) Modal dalam usaha pertanian dapat
dibedakan menjadi modal tetap yaitu semua benda-benda yang dapat
dipergunakan terus menerus dalam jangka waktu lama seperti tanah, mesin, alat
perkakas pertanian lainnya. Modal habis sekali pekai yaitu modal untuk
membiayai operasi usaha tani seperti pembelian bahan habis sekali pakai seperti
pembayaran upah tenaga kerja, biaya pembelian pupuk, bibit dan biaya perawatan
tanaman termasuk dan berbagai modal lainnya yang harus dikeluarkan oleh petani
dalam proses produksi.
2.4. Biaya
2.4.1. Pengertian Biaya
Biaya adalah nilai korbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil.
Menurut kerangka waktu, biaya dapat dibedakan menjadi biaya jangka pendek
dan biaya jangka panjang. Biaya jangka pendek terdiri dari biaya tetap (fixed cost)
dan biaya variabel (variabel cost), sedangkan dalam jangka panjang semua biaya
dianggap per diperhitungkan sebagai biaya variabel (Fuad, 2000, h.98).
Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha
memerlukan pengorbanan fisik non fisik, baik langsung maupun tidak langsung.
Dalam kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau
15
jasa diperlukan pengorbanan dari barang atau jasa lain dengan demikian
perngorbanan ini diartikan sebagai modal atau baiya. Biaya produksi dalam usaha
tani dapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan
tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Slamet,
2001, h.113).
Biaya dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:
1. Biaya tetap, biaya yang harus dikeluarkan oleh para petani yang
penggunaannya tidak habis dalam masa satu kali produksi, seperti membajak
tanah pertanian, retribusi air, gaji karyawan tetap, premi asuransi, penyusutan
alat dan bangunan pertanian.
2. Biaya variabel, yaitu biaya yang besar dan kecilnya tergantung pada jumlah
produksi seperti biaya pupuk, herbisida, upah langsung petani, dan alat-alat
pertanian.
3. Biaya semi variabel, adalah biaya yang sifatnya bisa di anggap tetap, namun
bisa juga di anggap variabel, seperti biaya pemeliharaan dan perawatan padi
sawah secara langsung bisa berpengaruh pada produksititas pertanaman dan
karyawan harian (Supari, 2001, h.13).
Kesimpulan dari beberapa pendapatan diatas adalah dalam melakukan
usahatani padi sawah akan ada biaya yang dikeluarkan baik biaya tetap maupun
biaya tidak tetap, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi padi sawah.
2.5. Penerimaan
Menurut Karwan (2001, h.132), penerimaan merupakan suatu hasil
penjualan dari barang tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang
pada pihak lain. Jumlah penerimaan (total revenue) didefinisikan sebagai
16
penerimaan dari penjualan dari barang tertentu yang peroleh dari sejumlah satuan
barang yang terjual di kalikan harga penjualan setiap satuan barang.
Penerimaan dibidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam
betuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya pegeluaran selama kegiatan
usaha tani tersebut. Penerimaan usahatani merupakan total penerimaan dari
kegiatan usahatani yang diterima pada akhir proses produksi. Penerimaan
usahatani dapat pula diartikan sebagai keuntungan material yang diperoleh
seorang petani atau bentuk imbalan jasa petani maupun keluarganya sebagai
pengelola usahatani maupun akibat pemakaian barang modal yang dimilikinya.
Penerimaan usahatani dipengaruhi oleh produksi fisik yang dihasilkan, dimana
produksi fisik adalah hasil fisik yang diperoleh dalam suatu proses produksi
dalam kegiatan usahatani selama satu musim tanam. Penerimaan usahatani akan
meningkat jika produksi yang dihasilkan bertambah dan sebaliknya akan menurun
bila produksi yang dihasilkan berkurang. Disamping itu, bertambah atau
berkurangnya produksi juga dipengaruhi oleh tingkat penggunaan input pertanian.
(Slamet, 2001, h.121).
2.6. Pendapatan
2.6.1 Pengertian Pendapatan
Menurut Dianto (2001, h.91) pendapatan diperlukan oleh keluarga petani
untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tidak tetap melainkan terus menerus. Oleh
karena itu, pendapatan yang dimaksimal itulah yang selalu diharapkan petani dari
usaha tani. Wartaya (2001, h.86) menambahkan pendapatan merupakan produksi
yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan
selama kegiatan usaha tani.
17
Menurut Soemarjono (2000, h.162), pendapatan seseorang individu di
definisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa-jasa produksi
yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya dari harta kekayaannya, sedangkan
pendapatan tidak lebih dari pada penjumlahan dari semua pendapatan individu.
Menurut Soekarwati (2000, h.151), pendapatan dibedakan atas dua
pengertian yaitu:
1. Pendapatan kotor usahatani merupakan sebagai nilai produksi usahatani
dikalikan harga dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang
dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada
digudang pada akhir tahun.
2. Pendapatan bersih usahatani merupakan selisih antara pendapatan kotor
dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani.
Hubungan biaya dengan pendapatan dapat diperitungkan untuk seluruh
usaha tani sebagai satu unit selama periode tertentu, misalnya pada musim tanam.
Dalam hal ini semua biaya semua produksi dijumlahkan kemudian di bandingkan
dengan pendapatan diperoleh (Fuad, 2006, h.56).
Menurut Kuncoro (2004, h.67) pendapatan adalah hasil dari penjualan
faktor- faktor produksi yang dimilikinya kepada sektor produksi. Pendapatan
adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat dicapai daripada
penggunaan faktor-faktor produksi.
Selanjutnya Soekarwati (2000, h.141) melanjutkan berkaitan dengan
ukuran pendapatan dan keuntungan, mengemukakan beberapa definisi pendapatan
yaitu:
18
a. Penerimaan tunai usahatani merupakan nilai uang yang diterima dari
penjualan produk usaha tani.
b. Pengeluaran tunai usahatani adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk
pembelian barang dan jasa bagi usaha tani.
c. Pendapatan tunai usaha tani adalah produk usaha tani dalam jangka waktu
tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual.
d. Penerimaan total usaha tani merupakan nilai semua yang habis terpakai atau
dikeluarkan dalam produksi termasuk biaya yang diperhitungkan.
e. Pengeluaran total usaha tani merupakan selisih antara penerimaan kotor usaha
tani dan pengeluaran total usaha tani.
Menurut Soekarwati (2000, h.143), pendapatan keluarga mencerminkan
tingkat kekayaan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar
mencerminkan dana yang besar dalam usahatani, sedangkan pendapatan yang
rendah dapat menyebabkan menurunnya investasi dan upaya pemupukan modal,
Sementara pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan
kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan usahatani
dipengaruhi oleh penerimaan usahatani dan biaya produksi. Pendapatan usahatani
ditentukan oleh harga jual produk yang diterima ditingkat petani maupun harga-
harga faktor produksi yang dikeluarkan petani sebagai biaya produksi. Jika harga
produk atau harga faktor produksi berubah, maka pendapatan usahatani juga akan
mengalami perubahan.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa definisi diatas bahwa
pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah
dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani. Pendapatan
19
dibedakan atas dua pengertian yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih dari
hasil produksi.
2.6.2 Jenis-jenis Pendapatan
Menurut Noor (2008, h. 186) jenis-jenis pendapatan dapat dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Pendapatan Total (Total Revenue)
Pendapatan total adalah jumlah seluruh pendapatan dari penjualan. Total
revenue ini dalah hasil perkalian dari jumlah unit yang terjual (Q), dengan
harga jual perunit (P), hal ini dinayatakan dengan persamaan matematis :
TR = P. Q
2. Pendapatan Rata-rata (Average Revenue) atau Pendapatan Per Unit Barang
dan Jasa.
Pendapatan rata-rata adalah pendapatan rat dari setiap unit penjualan, oleh
karena itu pendapatan rata-rata dapat dirumuskan sebagai hasil dari
pendapatan total perunit dengan jumlah unit yang terjual (Q). Bentuk
matematisnya adalah AR = TR/Q= PQ/Q=P
3. Pendapatan Tambahan atau Penerimaan Marjinal
Pendapatan tambahan adalah tambahan pendapatan yang didapat untuk setiap
unit penjualan atau produksi. Karena tambahan ini dapat terjadi pada setiap
tindakan produksi.
2.6.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Pengeluaran usaha tani secara umum meliputi biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap adalah biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh jumlah
20
produksi yang dihasilkan. Biaya tetap dapat berupa biaya sewa lahan, pajak, dan
bunga pinjaman. Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya dipengaruhi jumlah
produksi yang dihasilkan. Biaya variabel dapat berupa biaya yang dikeluarkan
untuk benih, pupuk, pestisida, dan upah tenaga kerja.
Pendapatan usaha tani terbagi atas pendapatan kotor usaha tani dan
pendapatan bersih usaha tani. Pendapatan kotor usaha tani mengukur pendapatan
kerja petani tanpa memasukan biaya yang diperhitungkan sebagai komponen
biaya. Pendapatan kotor usaha tani merupakan selisih dari penerimaan usaha tani
dengan biaya tunai usaha tani. Sedangkan pendapatan bersih usaha tani mengukur
pendapatan kerja petani dari seluruh biaya usaha tani yang dikeluarkan.
Pendapatan bersih usaha tani diperoleh dari selisih penerimaan usaha tani dengan
biaya total usaha tani.
Menurut Saputra dan Dian (2011, h. 43) faktor- faktor yang mempengaruhi
pendapatan petani padi sawah yang penting untuk diperhatikan adalah :
a. Modal yaitu modal awal yang akan dikeluarkan dan harus dipersiapkan untuk
membeli kebutuhan pertanian pada saat bercocok tanam.
b. Luas lahan yaitu menghitung jumlah modal yang ada dengan luas lahan yang
akan ditanami, sehingga hasil di dapat sesuai dengan harapan.
c. Tenaga kerja yaitu modal yang tersedia dan luas lahan yang akan ditanami
harus sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan untuk
menanami lahan tersebut, sehingga penghitungan pengeluaran dan
pendapatan dapat dihitung dengan baik.
21
2.6. Pemasaran
Pengertian sehari-hari arti pemasaran adalah aktivitas jual beli dalam
bidang ekonomi pemasaran tidak terbatas pada kegiatan jual beli saja akan tetapi
semua aktivitas ekonomi uang memungkinkan barang dan jasa bergerak dari
produsen sampai ke konsumen.
Menurut Soekarwati (2000, h.153) pemasaran atau marketing pada
prinsipnya adalah aliran barang dari produsen ke konsumen, aliran barang ini
dapat terjadi karena adanya lembaga pemasaran. Tataniaga atau pemasaran
diartikan sabagai suatu kegiatan ekonomi yang mengakibatkan terjadinya
pemindahan milik barang dan jasa untuk menyalurkan distiribusi dari produsen ke
konsumen.
Fungsi dan peranan tataniaga atau pemasaran yaitu mengusahakan agar
pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat, waktu, bentuk dan
harga yang tepat. Fungsi utama dari tataniaga atau pemasaran adalah menyangkut
penyimpanan, pengolahan dan pembiayaan.
Menurut Saputra dan Dian (2011, h.55) fungsi- fungsi pemasaran
mencakup semua kegiatan yang perlu diselengarakan dalam proses memasarkan
barang/jasa hingga barang tersebut sampai ketangan konsumen. Sedangkan
lembaga tataniaga adalah orang, badan atau perusahaan yang terlibat dalam proses
pemasaran.
Selanjutnya Soekarwati (2000, h.155) mengemukakan bahwa saluran
pemasaran dapat berbentuk secara sederhana dan dapat pula rumit sekali, hal
demikian tergantung dari macam komonditi lembaga pemasaran dan sistem pasar
(iklim pasar). Sedangkan yang dimaksud dengan saluran pemasaran adalah suatu
22
jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan sampai
akhiranya ketangan konsumen. Selain itu pemasaran juga memerlukan biaya, dan
biaya ini makin besar dengan perkembangan pertanian maupun peternakan dan
makin kompleksnya tataniaga atau pemasaran tersebut.
Menurut Kuncoro (2004, h.70) setiap kegiatan pemasaran memerlukan
biaya mulai dari pengumpulan, pengangkutan, pengolahan pembayaran retribusi,
bongkar muat dan lain- lain. Jadi bias disimpulkan biaya pemasaran adalah biaya
yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil
pertanian dari produsen ke konsumen.
Menurut Wartaya (2000, h.95) margin pemasaran adalah selisih antara
harga yang di bayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen.
margin ini akan diterima oleh lembaga niaga yang terlibat dalam proses
pemasaran tersebut. Sedangkan keuntungan pemasaran adalah selisih margin
pemasaran pedagang dengan biaya pemasaran yang dikeluarkan selama proses
mengalirnya barang (produk) dari produsen ke konsumen.
Kesimpulan dari penjelasan diatas adalah pemasaran yang dilakukan oleh
petani padi sawah atau transaksi jual beli, dan mendapatkan kesepakatan harga
antara produsen dan konsumen.
2.7. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga
produksi padi sawah berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan
masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Jumlah gampong di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
yang menjadi objek penelitian sebanyak 34 gampong, mengingat luasnya aspek
analisis dalam penelitian ini populasi yang diambil hanya 3 gampong yang
terbanyak jumlah produksi padi sawah. Menurut Arikunto (2006, h.130)
mengemukakan bahwa apabila objek penelitian kurang dari 100, lebih baik
diambil semuanya, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi dan apabila
jumlah populasi lebih dari 100, maka dapat diambil 10-15 persen atau 20-25
persen atau lebih. Berikut ini data jumlah produksi padi sawah terbanyak dan
populasi (KK) Seperti yang terlihat pada tabel 2 :
Tabel 2
Jumlah Produksi Padi Sawah Terbanyak di Kecamatan Seunagan Timur
Tahun 2013
No Gampong Jumlah Populasi (KK) Sampel (20%)
1 Ie Beudoh 150 KK 30
2 Lhok Mesjid 150 KK 30
3 Keude Linteng 75 KK 15
Jumlah 375 KK 75
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Nagan Raya (2013)
Dari tabel di atas jumlah populasi adalah sebanyak 375 Petani padi sawah
di Kecamatan Seunagan Timur. Sampel yang diambil adalah 75 petani (20 persen)
padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
24
3.2. Data Penelitian
3.2.1. Jenis dan Sumber Data
a. Data Sekunder
Sumber data yang berbentuk dalam rangkaian waktu ini bersumber dari
Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian Kabupaten Nagan Raya
dan instansi lain yang terkait yang mempunyai relevansi dengan pokok
permasalahan diatas.
b. Data Primer
Data yang mendukung data sekunder dan data yang diperoleh langsung dari
lapangan antara lain dengan menggunakan data hasil wawancara dengan
masyarakat, khususnya petani padi sawah.
3.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Studi Kepustakaan (Library Research)
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dengan
cara membaca buku-buku dan literatur lainnya baik yang di wajibkan
maupun yang dianjurkan yang berhubungan dan ada kaitannya dengan
masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab secara
langsung kepada pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan yang
berhubungan dengan masalah yang akan dibahas. Dalam penelitian ini,
25
penulis melakukan wawancara langsung dengan petani padi di Kecamatan
Seunagan Timur.
3.3. Model Analisa Data
Metode yang digunakan sebagai alat analisa dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan Analisa Regresi Linear Sederhana, dengan penjelasan
sebagai berikut :
3.3.1. Analisis Regresi Linear Sederhana
Menurut Dwi Priyatno (2011, h. 223) Analisa regresi linear sederhana ini
digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan
satu variabel dependen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi.
Variabel independen dilambangkan dengan X sedangkan variabel dependen
dilambangkan dengan Y. Persamaan regresi linear sederhana yang telah
ditransformasikan tanpa mengunakan konstanta adalah sebagai berikut :
Y = b X + e ............................................................................................. (1)
Keterangan :
Y = Pendapatan Masyarakat
X = Produksi Padi Sawah
b = Koefisien Regresi
e = Error Term (Kesalahan Penggangu)
26
3.3.2. Analisis korelasi (r)
a. Koefisien korelasi (r)
Koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk menyatakan ada atau tidaknya
hubungan yang signifikan antara variabel satu dengan variabel lainnya, dan
dinyatakan dalam lambang r.
b. Koefisien determinasi (r2)
Koefisien determinasi atau koefisien penentu adalah untuk menyatakan
besarnya sumbangan variabel satu (X) terhadap variabel lainnya (Y), yang
dinyatakan dalam persen.
3.4. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel dalm penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pendapatan masyarakat (Y) adalah merupakan selisih dari jumlah penerimaan
dengan biaya – biaya penjualan produksi, yang diukur dengan satuan Rupiah .
2. Produksi padi sawah (X) adalah seluruh hasil produksi padi sawah dalam satu
kali panen yang diukur dalam satuan kg.
3.5. Pengujian Hipotesis
3.5.1. Uji t
Uji t digunakan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel bebas
(produksi padi sawah) terhadap variabel terikat (pendapatan petani padi sawah)
secara individual atau parsial.
3.5.1. Uji F
Uji F digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara simultan atau bersama-sama yaitu untuk menguji
27
pengaruh produksi padi sawah terhadap pendapatan petani padi sawah secara
bersama-sama.
Formulasi pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
H0 ;β = 0, Hasil produksi padi sawah yang diteliti tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
H1 ; β≠0, Hasil produksi padi sawah yang diteliti berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
Kriteria uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
a. Apabila th> t1, maka H0 ditolak H1 diterima, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya.
b. Apabila th< t1, maka H0 diterima H1 ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya.
c. Apabila Fh > Ft maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya secara simultan
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat di
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
d. Apabila 𝐹ℎ < 𝐹𝑡 maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya secara simultan
tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan masyarakat di
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.I. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Kondisi Geografis
Kecamatan Seunagan Timur merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Nagan Raya. Ibukota Kecamatan Seunagan Timur terletak di Keude
Linteung, dengan luas kecamatan 251,61 Km2. Kecamatan Seunagan Timur
mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Keucamatan Aceh Barat
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Seunagan
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Beutong
Persentase luas kecamatan terhadap luas kabupaten sebesar 7,70 persen,
dengan jumlah kemukiman adalah 4 mukim dan terdiri dari 34 gampong yaitu Blang
Geudon, Sawang Mane, Kandeh, Blang Teungku, Kila,Tuwi Meulusong, Blang
lango, Cot teuku Dek, Paya, Lhok Masjid, Cot Punti, Blang Bayu, Blang Preh,
Krueng Kulu,Blang Ara Gampong, Blang Ara Keude, Mon Bateung, Suak
Peureubong, Ie Beudoh, Sapeng, Peuleukung, Keude Neulop, Lhok Pange, Blang
Panyang, Meugat Meh, Keude Linteung, Uteun Pulo, Cot Manyang, Cot Dirui,
Meurandeh Suak, Kabu Baroh, Kabu Tunong, Cot Gut dan Pulo Teungoh (Nagan
Raya Dalam Angka, 2013).
29
4.2. Karakteristik Petani
Karakteristik petani sampel dalam penelitian ini adalah gambaran atau
keadaan atau ciri-ciri petani sampel yang menjalankan usahatani padi sawah di
kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. Adapun karakteristik petani
sampel meliputi umur, pendidikan, pengalaman dan luas lahan. Karakteristik ini
memiliki keterkaitan dengan tingkat pendapatan dan kesejahteraan hidup petani
sampel. Karakteristik ini mencerminkan kemampuan bekerja, produktivitas, pola
pikir, perencanaan, dan sebagai kemampuan lainnya terutama dalam meningkatkan
pendapatkan usahatani padi sawah.
4.2.1. Karakteristik Petani Berdasarkan Umur
Karakteristik berdasarkan tingkat umur petani padi sawah di Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya tahun 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
Tabel 3.
Karakteristik petani berdasarkan umur
No Umur
(tahun)
Frekuensi
(petani)
Persentase
(%)
1 21 – 30 20 26,67
2 31 – 40 24 32
3 41 – 50 12 16
4 51 – 60 11 14,67
5 61 – 70 8 10,67
Total 75 100
Sumber: Data Primer diolah Februari 2014
30
Dari data tabel tersebut dapat dilihat petani padi sawah di Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya yang menjadi sampel dalam penelitian ini
adalah berada pada interval umur 21-30 tahun sebanyak 20 orang atau 26,67 persen,
interval umur 31-40 tahun sebanyak 24 orang atau 32 persen, interval umur 41-50
tahun sebanyak 12 orang atau 16 persen, interval umur 51-60 tahun sebanyak 11
orang atau 14,67 persen, interval umur 61-70 tahun sebanyak 8 orang atau 10,67
persen. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas bahwa petani paling banyak rata-rata
berusia antara 31-40 tahun yaitu sebanyak 32 persen dari total petani yang ada di
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
4.2.2. Karakteristik Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan petani sangat erat hubungannya dengan kemampuan petani dalam
mengadopsi teknologi baru yang dapat menunjang peningkatan optimasi penggunaan
input dalam usahatani nya. Pendidikan petani yang semakin tinggi membuat petani
lebih mudah dalam mengadopsi teknologi yang diperoleh dari penyuluh-penyuluh
pertanian yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan produksi dalam usahatani
tersebut.
Adapun tingkat pendidikan petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya sangat bervariasi dari tingkat Tidak Sekolah, SD, SLTP, dan
SMU. Data karakteristik berdasarkan tingkat pendidikan petani padi sawah di
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
31
Tabel 4. Karakteristik Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Frekuensi (Petani) Persentase (%)
1 Tidak Sekolah 9 12
2 Tidak Tamat SD 5 6,6
3 Tamat SD 19 25,3
4 Tamat SLTP 23 30,6
5 Tamat SMU 19 25,3
Total 75 100
Sumber: Data Primer diolah Februari 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat petani padi sawah di Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya didominasi oleh lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP) yaitu 23 orang atau 30,6 persen. Lulusan dari Sekolah Menengah
Umum (SMU) yaitu 19 orang atau 25,3 persen dan Sekolah Dasar (SD) yaitu 19
orang 25,3 persen yang merupakan tingkat pendidikan mayoritas kedua dari
responden penelitian, Petani yang Tidak Sekolah yaitu 9 orang 12 persen. Responden
penelitian yang paling sedikit adalah yang memiliki tingkat pendidikan Tidak tamat
SD yaitu 5 orang atau 6,6 persen.
4.2.3. Karakteristik Petani Berdasarkan Luas Lahan
Lahan merupakan salah satu faktor penting dalam melakukan suatu usahatani.
Luas lahan petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya
dibagikan dalam 3 kategori yaitu < 0,5 hektar sampai 1 hektar, dan > 1 hektar. Data
32
luas lahan petani padi sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Na gan Raya
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5. Karakteristik Petani Berdasarkan Luas Lahan
No Kategori Lahan (ha) Jumlah Sampel
(petani)
Persentase (%)
1 < 0,5 2 2,67
2 0,5 – 1 55 73,33
3 >1 18 24
Total 75 100
Sumber: Data Primer diolah Februari 2014
Dari tabel diatas dapat dilihat luas lahan yang dimiliki oleh petani padi sawah
di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya bervariasi dari < 0,5 ha
hingga > 1 ha. Diketahui bahwa mayoritas petani padi sawah memiliki lahan berada
pada interval 0,5-1 ha, yaitu 55 orang petani atau 73,33 persen. Mayoritas kedua
berada pada interval luas lahan > 1 ha, yaitu 18 petani atau 24 persen. Responden
yang paling sedikit adalah interval luas lahan > 0,5 ha, yaitu 2 orang atau 2,67 persen.
4.2.4. Produksi Padi Sawah di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya.
produksi meerupakan suatu proses atau cara untuk meningkatkan bahan baku
menjadi produk jadi dengan mengkombinasikan produksi tenaga kerja dan teknologi
dalam mengolahnya. hasil produksi padi sawah dengan nila i jual yang tinggi,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup petani. Berikut merupakan data tabel
33
jumlah produksi padi sawah yang diperoleh petani di Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya selama perhitungan satu kali panen.
Tabel 6 Jumlah produksi padi sawah yang diperoleh petani
selama perhitungan 1 kali panen
No Jumlah Produksi
(kg)
Jumlah Sampel
(petani)
1 972 – 1.791 13
2 1.792 – 2.611 22
3 2.612 – 3.431 14
4 3.432 – 4.251 9
5 4.252 - 5.071 7
6 5.072 – 5.886 10
Total 75
Sumber : data primer diolah Februari 2014
Berdasarkan tabel 6 menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
produksi padi sawah dalam sekali panen paling rendah sekitar 972 – 1.791 kg
terdapat 13 orang petani di Kecamatan ini. Sedangkan jumlah produksi yang
merupakan paling banyak diperoleh antara 1.792 – 2.611 kg diperoleh 22 orang
petani dan jumlah produksi paling tinggi antara 5.072 – 5.886 diperoleh 10
orang petani.
4.3.5. Pendapatan
Pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah
dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani. Pendapatan dibedakan
atas dua pengertian yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih dari hasil produksi.
34
Berikut merupakan data tabel pendapatan yang diperoleh petani di Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya selama perhitungan satu kali panen.
Tabel 7
Jumlah Pendapatan yang diperoleh petani selama perhitungan 1 kali panen
No Jumlah Pendapatan
(Rupiah)
Jumlah Sampel
(petani)
1 0 – 5.000.000 11
2 5.000.000 – 10.000.000 28
3 10.000.000 – 15.000.000 19
4 15.000.000 – 20.000.000 11
5 20.000.000 – 25.000.000 6
Total 75
Sumber : data primer diolah Februari 2014
Berdasarkan tabel 7 menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
pendapatan per sekali panen paling rendah antara Rp. 20.000.000 – 25.000.000
terdapat 6 orang petani di Kecamatan ini. Sedangkan jumlah pendapatan paling tinggi
antara Rp. 5.000.000 – 10.000.000 diperoleh 28 orang petani. Berdasarkan tabel di
atas maka dapat dilihat bahwasanya besarnya jumlah pendapatan sangat berpengaruh
terhadap tingkat kesejahteraan petani di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten
Nagan Raya.
4.3. Pembahasan Hasil
Selanjutnya Penulis melakukan analisis statistik yang digunakan untuk
membuktikan hipotesis penelitian dalam hal ini digunakan analisis regresi linear
35
sederhana, analisis korelasi dan koefisien determinasi, dan uji t yang diolah melalui
program SPSS 18, dan hasil pengolahan data tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut :
Tabel 8 Descriptive Statistics
Mean
Root Mean Square
N
Pendapatan 11154026.67 12468585.402 75
Produksi 3174.85 3454.791 75
Sumber : Hasil Regresi (data diolah April 2014)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dengan jumlah Sampel (N)
sebanyak 75 orang petani mempunyai jumlah rata-rata pendapatan (Y) adalah
sebesar Rp. 11154026.67 dan variabel produksi (X) sebesar 3174.85 Kg.
4.3.1. Analisis Regresi Linear Sederhana
Analisis regresi linear sederhana ini digunakan untuk mengetahui pengaruh
antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen yang ditampilkan
dalam bentuk persamaan regresi. Variabel independen dilambangkan dengan X
sedangkan variabel dependen dilambangkan dengan Y. Persamaan regresi linear
sederhana dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
Hasil estimasi pengaruh produksi padi terhadap pendapatan masyarakat
Variabel Koefisien
Regresi
Standar
Error
thitung ttabel sig 𝛼 =alpa
36
Produksi 3571,613 60,289 59,241 1,980 ,000 0.05
Model :
a. R (Koefisien korelasi)= 0 ,990
b. R2 ( Koefisien Determinasi) = 0,979
Sumber : Hasil Regresi (data diolah April 2014)
Berdasarkan tabel tersebut dapat dibuat persamaan regresi linear sederhana
sebagai berikut:
Y = b x + e
Y = 3571,613 X
Berdasarkan persamaan regresi diatas maka dapat diperoleh nilai Koefisien
Regresi X (Produksi ) sebesar 3571,613 ini menyatakan apabila terjadi perubahan
jumlah produksi yaitu penambahan sebesar 1 kg akan menyebabkan terhadap jumlah
pendapatan naik sebesar 3571,613 rupiah.
4.3.2. Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Koefisien korelasi adalah suatu analisa untuk menyatakan ada atau tidaknya
hubungan yang signifikan antara variabel satu dengan variabel lainnya, dan
dinyatakan dalam lambang r. Koefisien korelasi digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel produksi padi sawah terhadap pendapatan masyarakat di
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
Koefisien korelasi variabel produksi padi sawah diperoleh R = 0 ,990
menjelaskan terdapat hubungan yang kuat dan positif terhadap pendapatan
masyarakat dengan keeratan hubungan 99,0 persen, dikarenakan produksi padi
37
sawah mengalami penambahan atau pengurangan akan mempengaruhi pendapatan
masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya.
Koefisien determinasi digunakan untuk menyatakan besar kecilnya
sumbangan variabel X (Produksi padi sawah) terhadap variabel Y (Pendapatan
masyarakat).
Adapun koefisien determinasi dapat diketahui dengan menggunakan rumus
koefisien determinasi yaitu:
Koefisien Determinasi = r² X 100%
Koefisien Determinasi =(0,990)2 X 100%
Koefisien Determinasi = 97,9 %
Berdasarkan perhitungan diatas peneliti dapat menjelaskan bahwa koefisien
penentu atau koefisisen determinasi sebesar 97,9 persen ini berarti besarnya
sumbangan variabel produksi padi sawah terhadap pendapatan masyarakat di
Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya. sebesar 97,9 persen. Sedangkan
sisanya sebesar 2,1 persen disebabkan oleh faktor lainnya diluar model penelitian.
4.3.3. Uji t (Uji Parsial )
Uji t merupakan uji parsial untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X
terhadap variabel Y, yang akan diuji secara parsial. Berdasarkan hasil penelitian dapat
dijelaskan bahwa variabel produksi padi sawah diperoleh thitung sebesar 59,241 lebih
besar ttabel sebesar 1,980 artinya variable produksi padi sawah berpengaruh
signifikan terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur. Hal ini
disebabkan apabila jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan oleh petani
38
meningkat atau bertambah maka jumlah pendapatan yang diperoleh juga bertambah.
Sebaliknya apabila jumlah produksi padi sawah yang dihasilkan oleh petani sedikit
atau berkurang maka jumlah pendapatan yang diperoleh petani juga berkurang atau
menurun.
4.3.4. Uji F ( Uji Simultan )
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel produksi padi sawah
(X) secara simultan terhadap Pendapatan masyarakat (Y) di Kecamatan Seunagan
Timur Kabupaten Nagan Raya. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung seperti yang
terlihat pada tabel berikut:
Tabel 10. Anova
Model Sum Of Squares Df Mean Square F Sig
Regresion
11419144769754850.000 1 11419144769754850,000 3509.543 .000c
Residual
240776874225148.970 74 3253741543583,094
Total 11659921643979998.000
d 75
Sumber : Hasil Regresi (data diolah April 2014)
Berdasarkan tabel 10 terlihat bahwa nilai Fhitung sebesar 3509,543 lebih besar
dari Ftabel 3,92 karena nilai Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak H1 diterima hal ini berarti
bahwa variabel produksi padi sawah secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap Pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian ini yaitu
Pengaruh produksi padi sawah terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan
Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya, maka dapat diambil kesimpulan :
1. Produksi padi sawah secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya . Karena nilai thitung lebih besar dari ttabel sebesar (59,241 > 1.980).
2. Produksi padi sawah secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya . Karena nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel sebesar (3509,543 > 3,92).
3. Koefisien korelasi bahwa variabel produksi padi sawah diperoleh R = 0,990
secara positif menjelaskan terdapat hubungan yang kuat dan positif terhadap
pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan
Raya dengan keeratan hubungan sebesar 99,0 persen.
4. Koefisien penentu atau koefisisen determinasi diperoleh sebesar 97,9 persen
ini menunjukkan besarnya sumbangan produksi padi sawah sebesar 97,9
persen terhadap pendapatan masyarakat di Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya. Sedangkan sisanya sebesar 2,1 persen disebabkan
oleh faktor lainnya di luar model penelitian.
40
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Untuk memperbesar produksi usaha padi sawah yang terjadi di tingkat petani
di Kecamatan Seunagan Timur Kabupaten Nagan Raya, diharapkan kepada
petani dapat meningkatkan produksi padi sawah dan pendapatan petani
dengan cara memperluas luas tanam usaha padi sawah.
2. Diharapkan pemerintah kecamatan khususnya PPL setempat agar hendaknya
berperan aktif dalam upaya memberikan masukan-masukan terhadap
peningkatan produksi usaha Padi Sawah di Kecamatan Seunagan Timur
Kabupaten Nagan Raya.
3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang lebih lanjut
mengenal pengaruh produksi padi sawah terhadap pendapatan masyarakat,
maka dapat menggunakan metode-metode yang lain sebagai perbandingan
dan tidak hanya di Kecamatan Seunagan Timur saja tetapi masih banyak
Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Nagan Raya.
4. Kepada Universitas Teuku Umar selaku Perguruan Tinggi Negeri Pertama di
Pantai Barat Selatan, agar dapat melahirkan lulusan yang berkompeten di
bidangnya masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Andoko, (2004). Budidaya Padi Secara Organik. Penebar Swadaya. Jakarta
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek .
Rineka Cipta: Jakarta
Aristanti dan Bambang, (2007). Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani di Kabupaten Langkat. Tesis USU. Medan
Badan Pusat Statiatik (BPS), Nagan Raya Dalam Angka (2013). Kabupaten
Nagan Raya
Dianto, Muin. (2001). Metode Penelitian Pemasaran. Salemba Empat. Jakarta
Dwi, Priyatno. (2011). Statistik Data SPSS . cet. 1 : Yogyakarta: Penerbit: Media
kom.
Karwan A. Saikin. (2001). Pengantar Ilmu Pertanian. Penerbit: Swadaya. Jakarta
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Grafindo Persada. jakarta
Kuncoro, (2004). Pendapatan dan Pembangunan Daerah, Reformasi,
Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga
Luh, (2000). Sistem Informasi. Rineka Cipta: Jakarta
M. Fuad, (2006). Accounting Terminology Bulletin. Penerbit: PT. Bumi Aksara.
Jakarta
Mubyarto, (2001). Prospek Perekenomian Indonesia di Era Otonomi. BPFE:
Yogyakarta
Murningtyas, Endah. 2006. Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian.
Jakarta
Noor, Henry Fayzal. 2008. Ekononomi Manajerial. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Prayitno, (2000). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Salemba Empat: Jakarta
42
Saputra dan Dian, (2011). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani
Padi. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta
Slamet, Margono.(2001). Menata Sistem Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi
Daerah. Bogor. IPB
Soeharno, (2009). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
Soekarwati, (2000). Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani
Kecil. UI-Press. Jakarta
Soemarjono. (2000). Bertanam Padi Sawah. Penerbit Swadaya. Jakarta.
Sumarsono, Sony. 2003. EkonomiManajemen Sumber Daya Manusia dan
Ketenagakerjaan. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sudarman, Ari. 2004. Teori Ekonomi Mikro. BPFE. Yogyakarta
Supari, (2001). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani. Penerbit:
Rajawali Pers. Jakarta
Suratiyah, Ken. 2008. Ilmu Usahatani. Bumi Aksara. Jakarta
Warintek, (2008). Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Rajawali Pers: Jakarta
Wartaya Winangun, (2001).Budidaya Usahatani dan Penelitian untuk
Pengembangan Petani Kecil. Penerbit: Rajawali Pers. Jakarta
Yusuf, (2010). Teknologi Budidaya Padi Sawah. Rineka Cipta: Jakarta
Http://ATJEHPOST.com Berita Seputar Aceh
Diakses 10 April 2013
42