ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA BI, NPF, DAN FDR...
Transcript of ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA BI, NPF, DAN FDR...
i
ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA BI,
NPF, DAN FDR TERHADAP PROFITABILITAS (ROA)
BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
ANDI PRAMUDI YANTO
NIM 21313121
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA BI,
NPF, DAN FDR TERHADAP PROFITABILITAS (ROA)
BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh
ANDI PRAMUDI YANTO
NIM 21313121
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
iv
v
vi
vii
viii
MOTTO
ومااللّذة إال بعد التعب
“Tidak ada kenikmatan kecuali setelah kepayahan”
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)
yang lain, dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
(Q.S Al-Insyirah: 6-8)
“Tetaplah kokoh, tegar, tegak berdiri dalam kehidupanmu layaknya pohon yang
siap meranggas menyikapi kebijaksanaan alam”
(Andi Pramudi Yanto)
ix
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Allah SWT Dzat yang telah menciptakanku, memberikan karunia
nikmat yang tak terhingga, melindungi, membimbing dalam
kehidupanku, Serta Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikanku pengetahuan akan ajaran Tuhanku.
Kedua orang tuatercinta saya Bapak (Suyamto) dan Ibu (Yati), adik
saya (Taufiq Dwi Ardianto) serta keluarga besarku yang telah
memberikan doa, dukungan, semangat dan kepercayaan selama ini.
Kepada seseorang yang telah mendukung, mendampingi dan
memberikan dukungan (Eva Dwi Setyowati)
Untuk teman-teman Perbankan Syariah 2013, khususnya kepada
barisan sahabat penyemangat lintas generasi dan menganggap
dirinya muda (Hajir, Messi, Rifky, Afif, Faiq, Mus-Mus, Agung,
Otong) yang selalu memberikan suntikan energi penyemangat, dan
karena kalianlah saya dapat merasakan nikmat silaturahmi.
Untuk tim sepak bola FEBI 2013
(Bahtiar,Izza,Iqbal,Fuad,Wahyu,Nuril,Ihsan,Colid,Hafiz,Herlambag,
Anton, Wisnu,Rosada,El, Ardhani, Hasyim) khusunya pemain
veteran (Rifky,Afif,Faiq,) yang telah menemani perjuangan akhir
sebagai persembahan untuk fakultas.
x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul: “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, NPF,
dan FDR Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah 2012-2016”
dengan lancartanpa kendala yang berarti. Shalawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada nabi agung baginda Rasulullah SAW,beserta
keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa membawa kita dari zaman
jahiliyah kezaman yang penuh ilmu dan iman.
Skripsi ini diajukan guna memenuhi tugas dan syarat untuk
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) dalam jurusan Program Studi
Perbankan Syariah. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis ucapkan
kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan
bantuan dalam berbagai bentuk. Ucapan terimakasih terutama penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi,M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam IAIN Salatiga.
3. Ibu Fetria Eka Yudiana, M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Perbankan
Syariah IAIN Salatiga dan sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga yang
telah memberikan bekal berbagai teori, ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang sangat bermanfaat bagi penulis.
5. Kedua orangtua yang menjadi wasilah hadirnya saya di dunia, adik serta
keluarga yang senantiasa memberikan semangat, doa, dan menjadi
alasan penulis untuk menyelesaikan studi strata satu.
xi
6. Seluruh teman-teman Perbankan Syariah S1 angkatan 2013 yang telah
setia berjuang bersama-sama mencari ilmu di Fakultas tercinta ini.
7. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa proses pembuatan skripsi ini tidaklah
mudah dan memiliki banyak kendala. Sehingga penyusunan skripsi ini
sangatlah jauh dari kesempurnaan dan tak luput dari kekurangan-
kekurangan. Dengan rendah hati, penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dan memperbaiki karya ilmiah ini sehingga
menjadi lebih baik dalam penyusunan di masa mendatang.
Salatiga, 11 November 2017
Andi Pramudi Yanto
213 13 121
xii
ABSTRAK
Yanto, Andi Pramudi 2017. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, NPF, dan
FDR terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah 2012-2016 .
Skripsi, FakultasEkonomidanBisnis Islam Program Studi S1-Perbankan
Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Fetria Eka Yudiana, M.Si.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
Inflasi, Suku Bunga BI, NPF, dan FDR terhadap profitabilitas (ROA) Bank
Syariah di Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan
populasi Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2012-2013.Pemilihan sampel
menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling
merupakan metode pengambilan sampel yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan
menggunakan alat bantu analisis SPSS versi 21 dan Eviews 7. Hasil penelitian
secara parsial menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap profitabilitas (ROA), variabel suku bunga BI berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA), variabel NPF berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap profitabilitas (ROA), dan variabel FDR
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
Kemampuan prediksi kelima variabel independen terhadap profitabilitas (ROA)
sebesar 56,1 % yang di tunjukkan dari besarnya R² sisanya 43,9% dijelaskan oleh
variabel diluar model penelitian.
Kata Kunci: Inflasi, Suku Bunga BI, NPF, FDR, dan ROA
xiii
DAFTAR ISI
SAMPUL .................................................................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iv
PENGESAHAN ....................................................................................... v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................................................... vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................. vii
MOTTO ................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN .................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................. x
ABSTRAK ............................................................................................... xii
DAFTAR ISI ............................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 10
E. Sistematika Penulisan ................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI................................................................. 13
A. Telaah Pustaka .............................................................................. 13
B. Telaah Teori .................................................................................. 22
1. Konsep Manajemen Risiko ..................................................... 22
2. Bank Syariah ........................................................................... 29
3. Profitabilitas ........................................................................... 35
4. Inflasi....................................................................................... 36
5. Suku Bunga.............................................................................. 41
6. Non Performing Financing (NPF)........................................... 46
7. Financing to Deposit Ratio (FDR).......................................... 48
xiv
C. Kerangka Penelitian ...................................................................... 49
D. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 49
BAB III METODE PENELITIAN.............................................. .......... 54
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 54
B. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................... 54
C. Populasi dan Sampel ..................................................................... 54
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................ 55
E. Definisi Konsep Dan Operasional ................................................. 56
F. Instrumen Penelitian...................................................................... 56
1. Uji Stasioneritas...................................................................... 57
2. Uji Asumsi Klasik.................................................................. 57
3. Uji Ketetapan Model.............................................................. 61
4. Analisis Regresi Berganda..................................................... 63
5. Uji Hipotesis (Uji t)............................................................... . 64
G. Alat Analisis .................................................................................. 64
BAB IV ANALISIS DATA..................................................................... 66
A. Deskripsi Obyek Penelitian ........................................................... 66
B. Analisis Data ................................................................................. 66
1. Uji Stasioneritas ...................................................................... 66
2. Uji Asumsi Klasik................................................................... 67
3. Uji Ketetapan Model............................................................... 74
4. Uji Regresi Linier Berganda................................................... 76
5. Uji Hipotesis (Uji t)................................................................ . 79
C. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................ 80
1. Pengaruh Inflasi Terhadap ROA............................................. 81
2. Pengaruh Suku Bunga Terhadap ROA................................... 82
3. Pengaruh NPF terhadap ROA................................................. 83
4. Pengaruh FDR Terhadap ROA............................................... 84
BAB V PENUTUP................................................................................... 87
A. Kesimpulan ................................................................................... 87
B. Saran .............................................................................................. 88
xv
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 90
LAMPIRAN
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Research Gap.......................................................................... . 7
Tabel 2.1: Penelitian Terdahulu ................................................................ 16
Tabel 2.2: Kriteria Penilaian ROA ............................................................ 36
Tabel 2.3: Hipotesis................................................................................. . 53
Tabel 3.1: Definisi Operasional Variabel.................................................. 56
Tabel 4.1: Kelompok Bank Umum Syariah .............................................. 66
Tabel 4.2: Hasil Uji Stationer TiapVariabel ............................................. 67
Tabel 4.3: Hasil Uji Kolmogrov-Smirnov Test.......................................... 69
Tabel 4.4: Hasil Uji VIF............................................................................ 70
Tabel 4.5: Hasil Uji Run Test .................................................................... 71
Tabel 4.6: Hasil Uji Park .......................................................................... 73
Tabel 4.7: Hasil Uji Determinasi (Adjusted R Square) ............................. 74
Tabel 4.8: Hasil F ...................................................................................... 75
Tabel 4.9: Hasil Analisis Regresi Linear .................................................. 76
Tabel 4.10: Hasil Uji T.............................................................................. 79
Tabel 4.11: Ringkasan Pengujian Hipotesis.............................................. 81
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1: Kerangka Penelitian ............................................................. 49
Gambar 4.1: Uji Normal P-Plot ................................................................ 68
Gambar 4.2: Uji Scatterplot...................................................................... 72
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Inflasi, Suku Bunga, NPF, FDR dan ROA
Lampiran 2 Uji Stationeritas
Lampiran 3 Uji Normalitas
Lampiran 4 Uji Multikoloniearitas
Lampiran 5Uji Autokolerasi
Lampiran 6Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 7 Hasil Uji Regresi Linear Berganda
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perbankan dalam menjalankan kegiatannya mempunyai
tujuan utama yaitu memperoleh profitabilitas atau keuntungan yang
maksimal yang berasal dari kegiatan operasional maupun kegiatan
non operasional. Profitabilitas atau rentabilitas adalah salah satu fokus
utama yang selalu diperhatikan dalam menjalankan suatu usaha,
khususnya perbankan. Ini dikarenakan bank dalam melaksanakan
kegiatan operasionalnya ingin memperoleh keuntungan yang
maksimal (Sudarwantoro, 2009: 3). Profitabilitas merupakan faktor
yang seharusnya mendapat perhatian penting, karena untuk dapat
melangsungkan hidupnya suatu perusahaan harus berada dalam
keadaan yang menguntungkan (profitable). Tanpa adanya keuntungan
(profit), maka akan sangat sulit bagi peusahaan untuk menarik modal
dari luar. Para kreditur, pemilik perusahaan, dan terutama sekali dari
pihak manajemen perusahaan akan berusaha meningkatkan
keuntungan karena disadari benar betapa pentingnya arti dari profit
terhadap kelangsungan dan masa depan perusahaan.
Tingkat profitabilitas suatu bank dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal
tersebut berupa faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif,
manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Sedangkan faktor eksternal
2
yang dapat mempengaruhi profitabilitas adalah nilai tukar, tingkat
suku bunga dan inflasi (Arsani, 2008 dalam Fadjar, 2013). Dalam
mengukur kinerja suatu perusahaan untuk menghasilkan laba atau
profitabilitas, terdapat dua indikator yang digunakan yaitu Return On
Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). Return On Asset (ROA)
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh
earning, sedangkan Return On Equity (ROE) digunakan untuk
mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik perusahaan
(Siamat : 2007). ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak
terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja
perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return)
semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net
income margin dengan perputaran aktiva. Net Income Margin
menunjukkan kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan
yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva
menunjukkan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan
penjualan dari aktiva yang dimilikinya. Apabila salah satu dari faktor
tersebut meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat.
Rasio-rasio yang dapat mempengaruhi naik turunnya Return
On Asset (ROA) diantaranya berasal dari faktor internal dan faktor
eksternal, yaitu faktor eksternal diantaranya meliputi suku bunga dan
Inflasi, kedua faktor makro ekonomi ini merupakan faktor yang sangat
penting dalam hal perekonomian penentu kebijakan moneter yang
3
tentunya akan sangat mempengaruhi kondisi perekonomian di
Indonesia dan perbankan di Indonesia. Sedangkan faktor internal
meliputi Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit
Ratio (FDR). Melalui pengelolaan Non Performing Financing (NPF)
dan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang baik dan memadai maka
peran bank syariah sebagai lembaga perantara keuangan (financial
intermediation) dapat terlaksana dengan baik dan nantinya dapat
mempengaruhi tujuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau
profitabilitas. Alasan dipilihnya industri perbankan karena kegiatan
bank sangat diperlukan bagi lancarnya kegiatan perekonomian di
sektor riil. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik apabila
sektor moneter tidak bekerja dengan baik.
Variabel pertama yang mempengaruhi Return On Asset (ROA)
adalah inflasi. Inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi kenaikan
harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung terus menerus
dalam jangka waktu yang cukup lama, seirama dengan kenaikan
harga-harga tersebut, nilai uang turun secara tajam pula sebanding
dengan kenaikan harga-harga tersebut (Khawalty, 2000: 6). Inflasi
bukan merupakan sebuah peristiwa tingkat tinggi rendahnya suatu
harga, harga yang tinggi belum menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap
terjadi jika terjadi peroses kenaikan suatu harga secara terus menerus
dan saling mempengaruhi. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan
minat masyarakat untuk berinvestasi dan berproduksi menjadi
4
berkurang. Hal ini dikarenakan harga barang dan jasa meningkat
dengan cepat sehingga menyebabkan biaya produksi dan operasional
meningkat pula. Bank akan mengalami kesulitan dalam memperoleh
dana dari pihak ketiga sehinga harus menanggung biaya dari modal
yang ada. Keadaan seperti ini akan menimbulkan risiko yang tinggi
pada bank dan selanjutnya berdampak pada penurunan profitabilitas
bank. Atau dalam kata lain menurut Swandayani (2012) apabila suatu
negara mengalami tingkat inflasi yang tinggi maka akan
mengakibatkan naiknya harga-harga konsumsi (barang dan jasa), hal
ini mengakibatkan perubakan pola saving dan pembiayaan pada
masyarakat yang akan menurun. Perubahan tersebut secara otomatis
akan mempengaruhi kegiatan operasioal perbankan syariah, jumlah
dana yang dihimpun dari masyarakat berkurang sehinga nantinya akan
mempengaruhi kinerja bank dalam menghasilkan profit. Variabel
kedua yang berpengaruh terhadap Return On Asset (ROA) adalah
suku bunga. Menurut Swandayani (2012) menjelaksan bahwa dalam
menentukan tingkat bagi hasil baik dalam pendanaan maupun
pembiayaan, bank syariah masih mengacu kepada tingkat suku bunga
umum sebagai equivalent rate atau masih dijadikan benchmark dalam
penentuan margin bagi hasil (profit sharing). Meningkatnya suku
bunga pada bank konvensional mengakibatkan nasabah akan
memindahkan dananya ke bank konvensional. Naiknya suku bunga
bank konvensional berakibat langsung terhadap sumber dana pihak
5
ketiga bank syariah. Penurunan DPK pada bank syariah akibat
pemindahan dana tersebut tentunya sangat mempengaruhi kegiatan
operasional bank syariah dalam hal pembiayaan dan penyaluran dana.
Bila hal tersebut terjadi, maka pendapatan dan profit bank akan
menurun.
Variabel ketiga yang berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA) adalah Non Performing Financing (NPF). Non Performing
loan (NPL) atau Non Performing Financing (NPF) adalah kredit
bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi kurang lancar,
diragukan dan macet.Termin NPL diperuntukkan bagi bank umum,
sedangkan NPF untuk bank syariah. (Meydianawathi:2007)
menyatakan bahwa, Non Performing Loan (NPL) atau Non
Performing Financing (NPF) menunjukkan kemampuan kolektibilitas
sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan
oleh bank sampai lunas. NPL atau NPF merupakan persentase jumlah
kredit atau pembiayaan bermasalah (dengan kriteria kurang lancar,
diragukan, dan macet) terhadap total kredit atau pembiayaan yang
dikeluarkan bank. NPL atau NPF mempunyai hubungan negatif
dengan penawaran kredit atau pembiayaan. Apabila NPL atau NPF
menunjukan nilai yang rendah maka diharapkan pendapatan akan
meningkat namun sebaliknya jika NPL atau NPF meningkat maka
pendapatan akan menurun sehingga profit yag dihasilkan oleh
perusahaan perbankan akan menurun.
6
Variabel keempat yang berpengaruh terhadap Return On Asset
(ROA) adalah Financing to Deposit Ratio (FDR). Kuncoro (2002)
mengungkapkan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan
perbandingan jumlah pembiayaan kredit yang diberikan dengan
simpanan masyarakat.Dalam perbankan syariah Loan to Deposit Ratio
(FDR) biasa disebut sebagai Financing to Deposit Ratio (FDR).
Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dianggap sehat
apabila FDR-nya antara 80% – 110%. Pada gilirannya bahwa semakin
besar dana yang disalurkan pada masyarakat maka akan memberikan
kesempatan yang besar kepada bank untuk menuai keuntungan yang
besar, walaupun langkah tersebut mengandung resiko yang besar yaitu
berupa resiko kredit (Siamat,1993). Financing to Deposit Ratio (FDR)
merupakan rasio yang menyatakan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan
dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut mengindikasikan bahwa
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank. Hal ini dikarenakan
jumlah dana yang diperlukan untuk pembiayaan semain besar.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh Inflasi, Suku Bunga
bi, NPF , dan FDR terhadap ROA menunjukkan perbedaan hasil
penelitian sebagai berikut :
7
Tabel 1.1 Research Gap
Gap Penulis Hasil Isu: Inflasi, Suku Bunga BI, Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit
Ratio (FDR), dan Return On Asset (ROA).
Research Gap : Terdapat perbedaaan hasil penelitian pengaruh Inflasi terhadap Return On
Asset (ROA).
Inflasi berpengaruh
terhadap Return On Asset
(ROA)
Sahara (2013) Inflasi berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA
Irfani (2015) Inflasi berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA.
Dwijayanti dan Naomi
(2009)
Inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
Kurniasih (2012) Inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
Inflasi tidak berpengaruh
terhadap Return On Asset
(ROA).
Syaichu (2013) Inflasi tidak berpengaruh
tehadap ROA.
Kusuma (2016) Inflasi tidak bepengaruh
terhadap ROA.
Research Gap : Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh Suku Bunga BI terhadap
Return On Asset (ROA).
Suku Bunga berpengaruh
terhadap Return On Asset
(ROA)
Kurniasih (2012)
Suku Bunga berpengaruh
positif signifikan terhadap
ROA.
Irfani (2015)
Suku Bunga berpengaruh
negatif signifikan terhadap
ROA.
Lailiyah (2016)
Suku Bunga berpengaruh
negatif signifikan terhadap
ROA.
Suku Bunga tidak
berpengaruh terhadap
Return On Asset (ROA).
Wibowo dan Syaichu
(2013)
Suku bunga tidal
berpengaruh terhadap ROA.
Research Gap: Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh Non Performing Finance
(NPF) terhadap Return On Asset (ROA).
Sari (2014) NPF berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA.
Pratiwi (2012) NPF berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
Non Performing Financing
(NPF) berpengaruh
terhadap Return On Asset
(ROA)
Martadireja (2014) NPF berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
Non Performing Financing
(NPF) tidak berpengaruh
terhadap Return On Asset
(ROA)
Kusuma (2016)
NPF tidak berpengaruh
terhadap ROA.
Wibowo (2012)
NPF tidak berpengaruh
terhadap ROA.
Research Gap: Terdapat perbedaan hasil penelitian pengaruh Financing to Deposit Ratio
8
(FDR) terhadap Return On Asset (ROA).
Financing to Deposit Ratio
(FDR) berpengaruh
terhadap Return On Asset
(ROA)
Muhammad dan Habbe
(2012)
FDR berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA.
Crystha Armereo (2015) FDR berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
Anggraeni (2014) FDR berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
Financing to Deposit Ratio
(FDR) tidak berpengaruh
terhadap Return On Asset
(ROA)
Kusuma (2016) FDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
Sholihah (2016) FDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Sumber: Sahara (2013), Irfani (2015), Dwijayanti dan Naomi (2009), Kurniasih (2012), Syaichu
(2013), Kusuma (2016), Lailiyah (2016), Wibowo dan Syaichu (2013), Sari (2014), Pratiwi
(2012), Martadireja (2014), Kusuma (2016), Wibowo (2012), Muhammad dan Habbe (2012),
Anggraeni (2014), dan Sholihah (2016).
Berdasarkan dari beberapa penelitian terdahulu yang telah diuraikan
diatas menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan dengan adanya research
gap tersebut maka perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang inflasi, suku
bunga bi, NPF , dan FDR terhadap profitabilitas ROA, sehingga dalam
penelitian ini akan dikaji ulang dengan harapan hasil penelitian nantinya akan
mempertegas dan memperkuat teori yang ada. Alasan peneliti memilih
profitabilitas untuk diteliti dikarenakan profitabilitas merupakan faktor yang
penting dalam perkembangan perbankan syariah, pengelolaan profitabilitas
yang baik akan membuat bank mampu bertahan dan bersaing dengan bank-
bank lain, dan penelitian tentang pengaruh faktor profitabilitas telah
dilakukan oleh beberapa peneliti namun hasilnya tidak konsisten, sehingga
perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapat kejelasan hasil.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah data yang
digunakan adalah data tahunan pada periode tahun 2012-2016, dan variabel
eksternal hanya menggunakan 2 variabel yaitu inflasi, suku bunga, sedangkan
varabel intenal hanya menggunakan 2 varabel, yaitu NPF dan FDR saja.
9
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
pengaruh faktor internal dan eksternal sebagai variabel independen terhadap
kinerja perusahaan perbankan syariah dalam menghasilkan profit sebagai
variabel dependen. Faktor eksternal yang digunakan adalah inflasi dan suku
bunga (BI rate) , sedangkan faktor internal menggunakan Non Performing
Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR). Kinerja perusahaan
perbankan dalam menghasilkan profit menggunakan Return On Asset (ROA)
Bank Umum Syariah periode 2012-2016. Dengan demikian penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku
Bunga BI, Non Performing Financing (NPF), dan Financing to Deposit
Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas Return On Asset (ROA) Bank Umum
Syariah Periode 2012-2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan penelitian terdahulu dimana di
dapatkan ketidakkonsistennya hasil, maka di perlukan penelitian ulang untuk
menguji hubungan antara variabel inflasi, suku bunga, NPF, dan FDR
terhadap profitabiltas perbankan syariah dengan tujuan mendapatkan
konsistensi hasil.
Dari latar belakang diatas, maka rumuan masalah yang dajukan peneliti
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum
Syariah di Indonesia?
10
2. Bagaimana pengaruh suku bunga BI terhadap profitabilitas (ROA) Bank
Umum Syariah di Indonesia ?
3. Bagaimana pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia ?
4. Bagaimana pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap
profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan peneliti diatas, maka
tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Inflasi terhadap
profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Suku Bunga BI terhadap
profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.
3. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Non Performing Financing
(NPF) terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.
4. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh Financing to Deposit Ratio
(FDR) terhadap profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, diharapkan penelitian ini bermanfaat untuk memperluas
pengetahuan mengenai dunia perbankan syariah, dan menerapkan ilmu
yang didapat saat mengikuti perkuliahan, berpikir kritis, dan sistematis.
2. Bagi pembaca akademisi, diharapkan dapat menambah wawasan di
bidang perbankan khususnya perbankan syariah dalam hal yang
11
berkaitan dengan kinerja perbankan syariah dalam menghasilkan
profitabilitas Return On Asset (ROA), serta diharapkan dapat menjadi
rujukan dan referensi bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian
tentang profitabilitas Return On Asset (ROA) perbankan syariah.
3. Bagi perbankan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan
dalam pengambilan keputusan yang akan diambil terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi kinerja perbankan syariah dalam menghasilkan
profitabilitas Return On Asset (ROA) sehingga nantinya kegiatan
perbankan dapat berjalan dengan baik.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan penelitian yang digunakan penulis dalam
penyusunan peneliti ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian tentang latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TELAAH PUSTAKA
Bab ini menjelaskan tentang telaah teori dan penelitian terdahulu, kerangka
pemikiran serta hipotesis yang dikemukakan penulis.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan tentang variabel penelitian dan defisini operasional,
populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan
metode analisis data yang digunakan untuk memperoleh hasil penelitian.
12
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan mengenai deskripsi objek penelitian, analisis data, dan
pembahasan penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan secara singkat mengenai kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan pada penelitian
serta saran mengenai hasil penelitian.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Penelitian tentang pengaruh Inflasi, Suku Bunga, NPF, dan FDR
terhadap Profitabilitas ROA telah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini antara
lain sebagai berikut :
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahara (2013)
dengan judul Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI, dan Produk
Domestik Bruto Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Syariah Di
Indonesia menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif signifikan
terhadap Return On Asset (ROA), hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Irfani (2015), dan Lailiyah (2016) yang menyatakan
inflasi berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).
Hasil penelitian tersebut bertantangan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Armaya (2015) yang menyatakan inflasi berpengaruh
negatif dan tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA) serta
Kurniasih (2012), Dwijayanthi dan Naomi (2009), dan Purnamasari dan
Jumono (2013) yang menyatakan inflasi berpengaruh negatif signifikan
terhadap Return On Asset (ROA). Sedangkan hasil penelitian Wibowo
dan Syaichu (2013), dan Kusuma (2016) menyatakan bahwa inflasi
tidak berpengaruh terhadap ROA.
14
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih (2012) yang
berjudul Pengaruh CAR, NPF, FDR, BOPO, Suku Bunga dan Inflasi
Terhadap Profitabilitas (Perbandingan Bank Umum Syariah dan
Konvensional periode 2007-2011) menyatakan suku bunga berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Namun hasil
penelitian tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Irfani (2015),
Sahara (2013), dan Lailiyah (2016) menyatakan bahwa suku bunga
berpengaruh negatif signifikan terhadap Retun On Asset (ROA). Hasil
penelitian Armaya (2015) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap ROA. Sedangkan penelitian Wibowo
dan Syaichu (2013) menyatakan bahwa suku bunga tidak berpengaruh
terhadap Return On Asset (ROA). Dengan demikian perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh suku bunga terhadap Return
On Asset (ROA).
Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) yang
berjudul Analisis Pengaruh Variabel NPF, FDR, dan CAR Terhadap
Tingkat Profitabilitas Pada Bank Umum Syariah, menyatakan bahwa
Non Performing Financing (NPF) berpengaruh positif signifikan
terhadap Return On Asset (ROA). Hasil penelitian tersebut bertentangan
dengan hasil penelitian Pratiwi (2012) dan Martadireja (2014)
menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh
negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal yang sama
dikemukakan oleh Dewi, Nyoman, dan Sulindawati (2015), yang
15
menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas perbankan. Penelitian ini didukung juga dari peneliti Didik
dan Bambang (2013) yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh negatif
signifikan terhadap profitabilitas perbankan. Sedangkan hasil penelitian
Kurniasih (2012) menyatakan bahwa NPF berpengaruh negatif tetapi
tidak signifikan dengan ROA. Hasil penelitian lain juga didapat Kusuma
(2016) dan Wibowo (2012) yang menyatakan bahwa Non Peforming
Financing (NPF) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset
(ROA).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sabir, Muhammad dan
Habbe (2012) yang berjudul Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap
Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dan Konvensional di Indonesia,
dan Pratiwi (2012) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh CAR,
BOPO, NPF, dan FDR Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum
Syariah di Indonesia Tahun 2005-2010, menyatakan bahwa Financing to
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On
Asset (ROA). Hasil penelitan tersebut bertentangan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Anggraeni (2014), Armereo (2015),
Indyarwati dan Handayani (2016) yang menyatakan bahwa Financing to
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On
Asset (ROA). Hasil penelitian lain yang dilakukan Kusuma (2016)
menyatakan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Sedangkan
16
hasil penelitian Arifin (2016) menyatakan bahwa FDR berpengaruh
negatif tidak signifikan terhadap ROA.
Berdasarkan uraian tentang penelitian-penelitian terdahulu
diatas, maka akan disajikan tabel research gap dibawah ini :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Sumber Hasil
Penelittian
Pengaruh Inflasi terhadap Profitabilitas (ROA)
1. Ayu Yanita
Sahara
(2013)
Analisis Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga
BI, dan Produk
Domestik Bruto
Terhadap Return
On Asset (ROA)
Bank Syariah Di
Indonesia.
Jurnal Ilmu
Manajemen (JIM)
Vol. 1, No 1 2013
Inflasi berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA.
2. Arifin
Achmad
Irfani (2015)
Analisis Pengaruh
Inflasi dan Suku
Bunga Bank
Indonesia Terhadap
Kinerja Keuangan
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia (Periode
2012-2014)
E-Repository
Perpus IAIN
Salatiga, 2016
Inflasi berpengaruh Positif
signifikan terhadap ROA.
3. Nur Hidayah
Lailiyah
(2016)
Analisis Pengaruh
Inflasi, BI Ratedan
Nilai Tukar Mata
Uang Asing
Terhadap
ProfitabilitasPada
Bank BRI Syariah
Periode 2011-2015
Digital Library
IAIN Surakarta
2016
Inflasi berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA.
17
4. Edhi Satriyo
Wibowo,
Muhammad
Syaichu
(2013)
Analisis Pengaruh
Suku Bunga,
Inflasi, CAR,
BOPO, NPF
Terhadap
Profitabilitas Bank
Syariah.
Jurnal Manajemen
UNDIP Vol. 2 No.
2 2013
Inflasi tidak berpengaruh
terhadap ROA.
5. Febriana
Dwijayanthi
dan Prima
Naomi
(2009)
Pengruh Inflasi, BI
Rate, dan Nilai
Tukar Mata Uang
Terhadap
Profitabilitas Bank
Jurnal Karisma
Vol. 3 (2): 87-98,
2009.
Inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
6. Meuthia
Armaya
(2015)
Analisis Penngaruh
Suku Bunga,
Inflasi, Capital
Adequacy Ratio,
Beban Operasional,
dan Non
Performing
Financing
Terhadap
Profitabiltas Bank
Umum Syariah Di
Indonesia.
Repository
Universitas
Sumatera Utara
2015
Inflasi berpengaruh negatif
dan tidak signifikan
terhadap ROA.
7. Erni
Kurniasih
(2012)
Pengaruh CAR,
NPF, FDR, BOPO,
Suku Bunga dan
Inflasi Terhadap
Profitabilitas
(Perbandingan
Bank Umum
Syariah dan
Konvensional
periode 2007-
2011).
Digital Library
UIN Sunan
Kalijaga 2012
Inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
8. Nur
Purnamasari
dan Sapto
Jumono
(2013)
Kinerja Keuangan
Industri Perbankan
Studi Kasus Bank
di Indonesia
2002Q1-2012Q4
Jurnal Universitas
Esa Unggul 2013
Inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
18
9. Dimas
Purwaningtya
s Kusuma
(2016)
Analisis Pengaruh
Suku Bunga,
Inflasi, NPF dan
FDR Terhadap
Profitabilitas Bank
Umum Syariah
(Periode 2011-
2015).
Digital Library
UIN Sunan
Kalijaga 2016
Inflasi tidak berpengaruh
terhadap ROA.
Pengaruh Suku Bunga BI terhadap Profitabiliitas (ROA)
1. Erni
Kurniasih
(2012)
Pengaruh CAR,
NPF, FDR, BOPO,
Suku Bunga dan
Inflasi Terhadap
Profitabilitas
(Perbandingan
Bank Umum
Syariah dan Bank
Umum
Konvensional
periode 2007-
2011).
Digital Library
UIN Sunan
Kalijaga 2012
Suku Bunga berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap ROA.
2. Edhi Satriyo
Wibowo,
Muhammad
Syaichu
(2013)
Analisis Pengaruh
Suku Bunga,
Inflasi, CAR,
BOPO, NPF
Terhadap
Profitabilitas Bank
Syariah
Jurnal Manajemen
UNDIP Vol. 2 No.
2 2013
Suku Bunga tidak
berpengaruh terhadap
ROA.
3. Arifin
Achmad
Irfani (2015)
Analisis Pengaruh
Inflasi dan Suku
Bunga Bank
Indonesia Terhadap
Kinerja Keuangan
Bank Umum
Syariah Di
Indonesia (Periode
2012-2014)
E-Repository
Perpus IAIN
Salatiga, 2016
Suku Bunga BI
berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
4. Anas Tinton
Saputra
(2015)
Pengaruh Variabel
Makro Ekonomi
Terhadap
Profitabilitas
Perbankan Syariah
di Indonesia
periode 2010-2013.
Jurnal Universitas
Muhammadiyah
Surakarta 2015
Suku Bunga BI
berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
19
5. Nur Hidayah
Lailiyah
(2016)
Analisis Pengaruh
Inflasi, BI Ratedan
Nilai Tukar Mata
Uang Asing
Terhadap
ProfitabilitasPada
Bank BRI Syariah
Periode 2011-2015
Digital Library
IAIN Surakarta
2016
Suku Bunga BI
berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
6. Ayu Yanita
Sahara
(2013)
Analisis Pengaruh
Inflasi, Suku Bunga
BI, dan Produk
Domestik Bruto
Terhadap Return
On Asset (ROA)
Bank Syariah Di
Indonesia.
Jurnal Ilmu
Manajemen (JIM)
Vol. 1, No 1 2013
Suku Bunga berpengaruh
negatif teradap ROA.
7. Meuthia
Armaya
(2015)
Analisis Pengaruh
Suku Bunga,
Inflasi, Capital
Adequacy Ratio,
Beban Operasional,
dan Non
Performing
Financing
Terhadap
Profitabiltas Bank
Umum Syariah Di
Indonesia.
Repository
Universitas
Sumatera Utara
2015
Suku bunga berpengaruh
negatif tidak signifikan
terhadap ROA.
Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Profitabilit(ROA)
1. Erni
Kurniasih
(2012)
Pengaruh CAR,
NPF, FDR, BOPO,
Suku Bunga dan
Inflasi Terhadap
Profitabilitas
(Perbandingan
Bank Umum
Syariah dan Bank
Umum
Konvensional
2007-2011).
Digital Library
UIN Sunan
Kalijaga 2012
NPF berpengaruh negatif
tidak signifikan terhadap
ROA.
2. Dhian
Dayinta
Pratiwi
(2012)
Pengaruh CAR,
BOPO, NPF, dan
FDR Terhadap
Return On Asset
(ROA) Bank
Umum Syariah di
Indonesia 2005-
2010.
Jurnal Manajemen
UNDIP 2012
NPF berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
20
3. Asmaya
Martadireja
(2014)
PengaruhNPF,
NIM Terhadap
Profitabiltas Bank
(studi kasus pada
bank Muamalat
Indonesia, periode
2006-2013).
Digital Library
UNIKOM 2014
NPF berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
4. Luh Eprima
Dewi,
Nyoman
Trisna
Herawati,
Luh Gede
Erni
Sulindawati
(2015)
“Analisis Pengaruh
NIM, BOPO, LDR,
dan NPL terhadap
Profitabilitas (Bank
Umum Swasta
Nasional yang
terdaftar pada BEI
2009-2013)”
E- Journal S1 Ak.
Universitas
Pendidikan
Ganesha Jurusan
Akuntansi Program
S1 Volume. 3, No.
1 Tahun 2015
Rasio NPL berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap roa.
5. Didik
Purwoko dan
Bambang
Sudiyatno
(2013)
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Kinerja Bank
(Studi Empirik
pada Industri
Perbankan di BEI)
Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE)
Volume. 20,
Nomor. 1, Maret
2013
Rasio NPL berpengaruh
negatif dan signifikan
terhadap ROA.
6. Dimas
Purwaningtya
s Kusuma
(2016)
Analisis Pengaruh
Suku Bunga,
Inflasi, NPF dan
FDR Terhadap
Profitabilitas Bank
Umum Syariah
(Periode 2011-
2015)
Digital Library
UIN Sunan
Kalijaga 2016
NPF tidak berpengaruh
terhadap ROA.
7. Edhi Satriyo
Wibowo
(2012)
Analisis Pengaruh
Suku Bunga,
Inflasi, CAR,
BOPO, NPF
Terhadap
Profitabilitas Bank
Syariah.
Jurnal Manajemen
UNDIP 2012
NPF tidak berpengaruh
terhadap ROA.
8. Wida
Anindya Sari
(2014)
Analisis Pengaruh
Variabel NPF,
FDR, dan CAR
Terhadap Tingkat
Profitabilitas Pada
Bank Umum
Syariah.
Jurnal Kajian
Ilmiah Akuntansi
Fakultas Ekonomi
UNTAN Vol. 3,
No. 4 2014
NPF berpengaruh positif
signifkan terhadap ROA.
21
Pengaruh Financing Deposit Ratio (FDR) terhadap Profitabilitas (ROA)
1. Muh Sabir,
Ali
Muhammad,
dan Abd.
Hamid
Habbe (2012)
Pengaruh Rasio
Kesehatan Bank
Terhadap Kinerja
Keuangan Bank
Umum Syariah dan
Konvensional di
Indonesia.
Jurnal Analisis, Vol
1, No 1, Juni 2012
FDR berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA.
2. Dhian
Dayinta
Pratiwi
(2012)
Pengaruh CAR,
BOPO, NPF, dan
FDR Terhadap
Return On Asset
(ROA) Bank
Umum Syariah di
Indonesia Tahun
2005-2010.
Jurnal Manajemen
UNDIP 2012
FDR berpengaruh positif
signifikan terhadap ROA.
3. Dimas
Purwaningtya
s Kusuma
(2016)
Analisis Pengaruh
Suku Bunga,
Inflasi, NPF dan
FDR Terhadap
Profitabilitas Bank
Umum Syariah
(Periode 2011-
2015)
Digital Library
UIN Sunan
Kalijaga 2016
FDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA.
4. Mar’atush
Sholihah
(2016)
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Profitabilitas Bank
Syariah di
Indonesia Tahun
2011-2014
Jurnal Universitas
Muhammadiyah
Surakarta 2016
FDR tidak berpengaruh
signfikan terhadap ROA.
5. Mei
Anggraeni
(2014)
Analisis Pengaruh
FDR dan LAR
Terhadap
Profitabilitas
Perbankan Syariah
di Indonesia (Studi
Kasus Pada Bank
Umum Syariah
Periode 2009-2013)
Jurnal Universitas
Muhammadiyah
Surakarta 2014
FDR berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
6.
Emmy
Visima
Indyarwati
dan Nur
Handayani
(2016)
Pengaruh Rasio
CAMEL Terhadap
Kinerja Keuangan
Perbankan Syariah
Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi
Vol. 6, nomor 8,
Agustus 2017
FDR berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA.
7. Crystha
Armereo
(2015)
Analisis Faktor-
Faktor Yang
Mempengaruhi
Jurnal Ilmiah
Ekonomi Global
Masa Kini volume
22
B. Telaah Teori
1. Konsep Manajemen Resiko
Konsep manajemen risiko dalam bidang perbankan merupakan
suatu kejadian potensial, baik yang dapat diperkirakan (anticipatied)
maupun tidak dapat diperkirakan (unancipatied) yang berdampak negatif
pada pendapatan maupun permodalan bank. Menurut Djojosoedarso
(2003;4) konsep manajemen risiko adalah pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen dalam penanggulangan resiko, terutama resiko yang dihadapi
oleh organisasi atau perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup
kegiatan merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin atau
mengkoordinir, dan mengawasi (termasuk mengevaluasi) program
penanggulangan resiko. Setiap perbankan bukan hanya dibank
konvensional tapi juga di perbankan syariah akan selalu berhadapan
dengan berbagai macam risiko baik itu eksternal maupun internal yang
melekat pada perusahaan. Seperti juga perbankan pada umumnya, maka
bank syariah juga memerlukan prosedur dan tata kelola yang digunakan
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan risiko
yang timbul dari kegiatan usaha yang dilakukannya, yang disebut sebagai
Profitabilitas Bank
Syariah Yang
Terdaftar di BEI.
6, No.1 Desember
2015
8. Moch Arifin
(2016)
Analisis Pengaruh
CAR, Efisiensi,
FDR , dan Quick
Ratio Terhadap
Return On Asset
(ROA) Bank
Umum Syariah.
E-Repository
Perpus IAIN
Salatiga, 2016
FDR berpengaruh negatif
tidak signifikan teradap
ROA.
23
manajemen risiko. Proses manajemen risiko merupakan sistem yang
komprehensif yang meliputi penciptaan lingkungan manajemen risiko
yang kondisif, memelihara pengukuran risiko yang efesien, proses mitigasi
dan monitoring, serta menciptakan sistem kontrol internal yang memadai.
Perbedaan antara rumusan teoritis dan realita dari perbankan
syariah dapat diidentifikasikan dengan jelas. Secara teoritis, para ekonom
muslim menjelaskan bahwa pada sisi liabilitas, bank syariah hanya
memiliki dana investasi (investment deposit). Sedangkan pada sisi aset,
dana investasi ini selanjutnya akan disalurkan melalui bagi hasil (profit
sharing). Berdasarkan sistem ini, gejolak yang terjadi pada sisi aset, secara
otomatis ditompang oleh konsep berbagi risiko (risk sharing) sebagai
karakteristik dari dana investasi. Dengan demikian, secara teoritis
perbankan syariah menawarkan alternatif yang lebih stabil dibandingkan
sistem perbarbankan konvensional.Adapun karakteristik sistemik dari
sistem ini adalah sebanding dengan risiko yang melekat pada reksadana
(mutual fund).
Agar dapat menerapkan manajemen risiko diperbankan syariah
maka perlu diketahui jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh perbankan.
Adapun jenis resiko yang dikelola oleh bank adalah :
a.) Risiko Kredit (credit risk) atau Risiko Pembiayaan
Adalah risiko yang timbul akibat kegagalan pihak lawan
(counterparty) memenuhi kewajibannya atau risiko kerugian yang
berhubungan dengan kemungkinan bahwa suatu counterparty akan
24
gagal untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya ketika jatuh tempo.
Pada bank umum disebut pinjaman, sementara di bank syariah disebut
pembiayaan, sedangkan untuk balas jasa yang diberikan atau diterima
pada bank umum berupa bunga (interest loan atau deposit) dalam
persentase yang sudah ditentukan sebelumnya. Pada bank syariah,
tingkat balas jasa terukur oleh sistem bagi hasil dari usaha. Selain itu,
persyaratan pengajuan kredit pada perbankan syariah lebih ketat dari
perbankan konvensional sehingga risiko kredit dari perbankan syariah
lebih kecil dari perbankan konvensional.
Oleh sebab itu pada sisi kredit, dalam aturan syariah bank
bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli
murabahah. Dengan demikian debitor yang dinilai tidak cacat hukum
dan kegiatan usahanya berjalan baik akan mendapat prioritas, dengan
demikian risiko yang diterima lebih kecil dibanding bank
konvensional. Bank syariah tidak akan mengalami negative spread,
karena dari dana yang dikucurkan untuk pembiayaan akan diperoleh
pendapatan, bukan bunga seperti di bank biasa.
Esensi konsep manajemen risiko pada penelitian ini adalah
terletak pada variabel Non Performing Financing (NPF) atau dalam
kata lain sebagai pembiayaan atau kredit bermasalah yang terdiri dari
kredit yang berklasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet.
Pengelolaan pembiayaan sangat diperlukan oleh bank, mengingat
fungsi pembiayaan sebagai penyumbang pendapatan terbesar bagi
25
bank syariah. Tingkat kesehatan pembiayaan NPF ikut mempengaruhi
pencapaian laba bank. Sehingga semakin tinggi NPF maka akan
semakin semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan
jumlah kredit bermasalah semakin besar, hal ini mengindikasikan
kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar,
sebaliknya apabila semakin rendah NPF maka bank tersebut akan
semakin naik keuntungannya.
b.) Risiko Pasar (market risk)
Risiko yang muncul disebabkan oleh adanya pergerakan variabel
pasar (adverse movement) dari portofolio yang dimiliki yang dapat
merugikan bank.Variabel pasar dalam hal ini adalah suku bunga dan
nilai tukar termasuk derivasi dari kedua jenis risiko pasar tersebut yaitu
perubahan option.Risiko pasar antara lain terdapat pada aktifitas bank,
seperti kegiatan treasury dan investasi dalam bentuk surat berharga,
penyediaan dana (pinjaman dan bentuk sejenis), dan kegiatan
pendanaan dan penerbitan surat utang, serta kegiatan pembiayaan
perdagangan.
Esensi konsep manajemen risiko dalam penelitian ini adalah
terletak pada variabel suku bunga. Suku bunga yang dianut di negara
Indonesia adalah suku bunga bi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
melalui Dewan Gubernur Indonesia dan di implementasikan melalui
pengelolaan likuiditas di pasar uang yang kemudian akan diikuti
perkembangannya pada suku bunga deposito dan pada suku bunga
26
kredit perbankan. Pengelolaan risiko atas tingkat suku bunga sangatlah
penting bagi perbankan. Meningkatnya suku bunga akan diikuti
peningkatan suku bunga tabungan, sehingga akan mengakibatkan
nasabah memindahkan dananya ke bank konvensional, untuk
memperoleh pengembalian yang lebih tinggi. Naiknya suku bunga
bank konvensional akan mempengaruhi kegiatan operasional bank
syariah yaitu dalam hal pembiayaan dan penyaluran dana. Bila hal
tersebut terjadi, maka pendapatan dan profit bank syariah akan
menurun (Karim, 2006).
Tingkat suku bunga suatu negara sangat erat hubugannya
dengan jumlah peredaran uang dan tingkat inflasi di suatu negara.
Tingkat suku bunga kedit mempunyai andil dalam pengaruh tingkat
inflasi suatu negara, karena secara tidak langsung mempengaruhi
kondisi moneter yang berhubungan dengan inflasi. Jika tingkat suku
bunga tinggi maka tentunya orang akan enggan untuk meminjam uang,
dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap penurunan jumlah uang
yang beredar yang akan berimbas pada penurunan tingkat inflasi.
Sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah maka akan membuat orang
lebih berani dalam meminjam uang, selanjutnya akan membuat
peredaran jumlah uang lebih tinggi dan berimbas pada peningkatan
tingkat inflasi.
Esensi dalam penelitian ini adalah terletak pada variabel
inflasi. Tingkat tinggi rendahnya inflasi akan mempengaruhi keadaan
27
perekonomian secara keseluruhan tak terkecuali pada perbankan. Bagi
bank terjadinya inflasi dapat mempengaruhi kinerja keuangannya dan
inflasi yang tinggi juga menebabkan ketidakstabilan makro yang
meningkatnya risiko bank dan selanjutnya akan berdampak pada
profitabilitas bank syariah. Dalam kata lain Inflasi yang meningkat
akan menyebabkan nilai riil tabungan merosot dan membuat semangat
masyarakat untuk menabung berkurang (turunnya Marginal Propensity
to Save) karena masyarakat akan mempergunakan hartanya untuk
mencukupi biaya pengeluaran akibat naiknya harga-harga barang,
sehingga akan mempengaruhi profitabilitas bank.
c.) Risiko Likuiditas (liquidity risk)
Risiko yang antara lain disebabkan karena bank tidak mampu
memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo. Bank memiliki dua
sumber utama bagi likuiditasnya, yaitu aset dan liabilitas. Apabila
bank menahan aset seperti surat-surat berharga yang dapat dijual untuk
memenuhi kebutuhan dananya, maka resiko likuiditasnya bisa lebih
rendah. Sementara menahan aset dalam bentuk surat- surat berharga
membatasi pendapatan, karena tidak dapat memperoleh tingkat
penghasilan yang lebih tinggi dibandingkan pembiayaan. Faktor
kuncinya adalah bank tidak dapat leluasa memaksimumkan
pendapatan karena adanya desakan kebutuhan likuiditas. Oleh karena
itu bank harus memperhatikan jumlah likuiditas yang tepat.
28
Esensi teori Manajemen Risiko dalam penelitian ini adalah
terletak pada variabel Financing to Deposit Ratio (FDR). Financing to
Deposit Ratio (FDR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan bank untuk
memenuhi permintaan pembiayaan dengan menggunakan total aset
yang dimiliki bank. Secara teori semakin tinggi FDR maka yang laba
bank semakin meningkat apabila bank tersebut mampu menyalurkan
pembiayaan dengan efektif, namun apabila bank tidak bisa melakukan
pembiayaan dengan efektif yang terjadi akan meningkatkan resiko
pembiayaan, dengan meningkatnya resiko pembiayaan maka akan
mengakibatkan hilangya kesempatanuntuk memperoleh pendapatan
dari pembiayaan yang dibeikan sehingga akan mempengaruhi
perolehan laba dan berpengaruh memperburuk ROA.
d.) Risiko Operasional (operational risk)
Risiko operasional adalah resiko akibat dari kurangnya sistem
informasi atau sistem pengawasan internal yang akan menghasilkan
kerugian yang tidak diharapkan. Resiko ini lebih dekat dengan
keasalahan manusiawi (human error), adanya ketidakcukupan dan atau
tidak berfungsinya proses internal, kegagalan sistem atau adanya
problem eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Tidak ada
perbedaan yang cukup signifikan antara bank syariah dan bank
konvensional terkait dengan risiko operasional.
29
e.) Risiko Hukum (legal risk)
Risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis.
Kelemahan ini antara lain disebabkan oleh adanya tuntutan hukum,
ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau
kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak
dan pengikatan agunan yang tak sempurna.
f.) Risiko Reputasi (reputation risk)
Risiko yang disebabkan oleh adanya publikasi negatif yang
terkait dengan kegiatan usaha bank atau persepsi negatif dari
masyarakat terhadap bank.
g.) Risiko Strategik (strategic risk)
Risiko yang disebabkan adanya penetapan dan pelaksanaan
strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang
tidak tepat atau kurang responsifnya bank terhadap perubahan
eksternal.
h.) Risiko Kepatuhan (compliance risk)
Risiko yang disebabkan karena tidak mematuhi atau tidak
melaksanakan perturan perundang-undangan atau ketetapan lain yang
berlaku. Didalam prakteknya risiko kepatuhan melakat pada risiko
bank yang terkait dengan peraturan perundang-undangan.
2. Bank Syariah
Menurut Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 1998,
30
pengertian bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan definisi tersebut,
terlihat bahwa aktivitas utama bank adalah menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan yang menjadi sumber dana bank,
kemudian menyalurkannya dalam bentuk kredit, yang sebaiknya tidak
hanya didorong oleh motif memperoleh keuntungan sebesar besarnya bagi
pemilik tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Menurut UU No.19 tahun 1998, tugas bank adalah membantu
pemerintah dalam hal mengatur, menjaga, dan memelihara stabilitas nilai
rupiah, mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna peningkatan taraf hidup rakyat
banyak. Sedangkan fungsi bank pada umumnya (Kasmir, 2013: 24).
a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi.
b. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.
c. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.
Dari latar belakang masyarakat Indonesia yang mayoritas
beragama Islam, perkembangan bank syariah di Indonesia berawal dari
pembentukan kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam oleh MUI
pada 1990 yang saat itu muncullah bank syariah pertama di Indonesia
yaitu Bank Muamalat. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah
31
membuat beberapa bank konvensional dilikuidasi karena tidak mampu
melaksanakan kewajibannya terhadap nasabah sebagai akibat dari
kebijakan bunga yang tinggi yang ditetapkan pemerintah selama krisis
berlangsung, namun tidak bagi bank syariah. Bank syariah membuktikan
sebagai lembaga keuangan yang dapat bertahan ditengah krisis
perekonomian yang semakin parah. Hal ini menjadi pemicu perkembangan
bank syariah di Indonesia yang cukup signifikan, hal ini terlihat dari data
yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia. Pada Desember 2003 hanya
terdapat 2 Bank Umum Syariah (BUS), 8 Unit Usaha Syariah (UUS), dan
84 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Sedangkan pada Desember
2016 di Indonesia terdapat 13 Bank Umum Syariah (BUS), 21 Unit Usaha
Syariah (UUS), dan 164 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Dari
data tersebut dapat dikatakan bahwa industri perbankan syariah di
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang
(Statistik Perbankan Syariah, Desember 2016). Saat ini keberadaan bank
syariah di Indonesia sudah diatur dalam UU no 10/ 1998 tentang
Perubahan UU No. 7 1992 tentang perbankan.
Perbankan syariah memiliki tujuan yang sama seperti perbankan
konvensional, yaitu agar lembaga perbankan dapat menghasilkan
keuntungan dengan cara meminjamkan modal, menyimpan dana,
membiayai kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai. Akan tetapi
perbedaanya terdapat pada prinsip pelaksanaanya yaitu berdasarkan
32
prinsip hukum Islam yang melarang unsur-unsur di bawah ini (Antonio,
2001):
a. Perniagaan atas barang-barang haram
b. Bunga (riba)
c. Perjudian dan spekulasi yang disengaja (maysir)
d. Ketidakjelasan dan manipulatif (gharar).
Menurut Muhamad (2002:84) prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai
berikut :
1. Prinsip Simpanan Murni (al- Wadi’ah)
Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank
Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana
untk menyimpan danannya dalam bentuk al-Wadi’ah. Fasilitas al-Wadi’ah
biasa diberikan untuk investasi guna mendapatkan keuntungan seperti
halnya tabungan dan deposito. Dalam duna perbankan konvensional al-
Wadi’ah identik dengan giro.
2. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil
usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana.Pembagian hasil usaha
ni dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, amupun antara bank
dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk pada prinsip ini adalah
mudharabah (dipergunakan untuk dasar baik produk pendanaan tabungan
33
dan deposito maupun pembiayaan), dan musyarakah (sebagai
pembiayaan).
3. Prinsip Jual Beli (at-Tijarah)
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau
mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas
nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah
dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan.
4. Prinsip Sewa (al-Ijarah).
Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan
atas barang itu sendiri.
5. Prinsip Jasa/fee (al-Ajr walumullah). Prinsip ini meliputi seluruh layanan
non pembiayaan yang diberikan bank.
Bank dalam menjalankan aktivitasnya berfungsi sebagai financial
intermediary. Sehingga setelah berhasil menghimpun dana pihak ketiga, bank
syariah berkewajiban untuk menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan.
Alokasi penggunaan dana bank syariah pada dasarnya dapat dibagi dalam dua
bagian penting (Pratiwi, 2012), yaitu:
a. Aktiva yang menghasilkan (Earning Asset) Aktiva yang dapat menghasilkan
atau earning Asset adalah aset bank yang digunakan untuk menghasilkan
pendapatan. Aset ini disalurkan dalam bentuk investasi yang terdiri atas:
1) Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah).
34
2) Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah).
3) Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Al Bai’)
4)Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah dan Ijarah waIqtina)
5) Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.
b. Aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Asset)
1) Aktiva dalam bentuk tunai (cash Asset), terdiri dari uang tunai, cadangan
likuiditas (primary reserve) yang harus dipelihara pada bank sentral, giro
pada bank dan item-item tunai lain yang masih dalam proses penagihan
(collections).
2) Pinjaman (qard), merupakan salah satu kegiatan bank syariah dalam
mewujudkan tanggung jawab sosialnya sesuai dengan ajaran Islam.
3) Penanaman dana dalam aktiva tetap dan inventaris (premises
dan equipment).
Mengingat semakin pesatnya pertumbuhan perbankan syariah di
Indonesia maka perlu dibentuk sebuah peraturan yang mengatur sistem
perbankan syariah dan badan pengawas syariah agar prinsip syariah
dijalankan sebagaimana mestinya. Pada tahun 2008 ditetapkanlah UU no. 21
tahun 2008 yang mengatur tentang Perbankan Syariah. Selain itu juga
dibentuk Dewan Pengawas Syariah yang berperan sebagai badan
independen yang mengawasi jalannya Lembaga Keuangan Syariah sehari-
hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah.
35
Mengingat pentingnya perkembangan perbankan syariah di Indonesia,
maka pihak bank syariah perlu meningkatkan kinerjanya agar tercipta
perbankan dengan prinsip syariah yang sehat dan efisien. Profitabilitas
merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank
(Sofyan, 2002).
3. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan bank untuk menghasilkan
atau memperoleh laba secara efektif dan efisien. Profitabilitas juga
merupakan indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu bank
(Sofyan, 2002). ReturnOn Asset (ROA) dan Return OnEquity (ROE)
merupakan rasio profitabilitas yang utama dalam mengukur profitabilitas
suatu bank. Return on Asset (ROA) memfokuskan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba dalam operasi perusahaan, sedangkan Return on
Equity (ROE) hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi
pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut (Mawardi, 2005). Dalam
penelitian ini, nantinya profitabilitas perbankan syariah di ukur
menggunakan Return On Asset (ROA). Alasan dipilihnya Return On Asset
(ROA) sebagai ukuran profitabilitas dikarenakan Return On Asset (ROA
dipandang sebagai alat ukur yang mampu untuk memperlihatkan
bagaimana pihak manajemen dalam perusahaan perbankan syariah untuk
mengelola sumber daya total yang dimiliki oleh perusahaan untuk
menghasilkan profitabilitas. Profitabiltas pada dasarnya adalah laba
36
(rupiah) yang dinyatakan dalam pesentase profit (Hasibuhan:2002). Return
On Asset (ROA) dapat dihitung dengan cara :
Menurut Kasmir (2012: 197), nilai ROA yang semakin mendekati
nilai 1, berarti semakin baik profitabilitas perusahaan karena setiap aktiva
yang ada dapat menghasilkan laba. Berikut adalah tabel kriteria penilaian
ROA :
Tabel 2.2 Kriteria Penilaian ROA
Kriteria Keterangan
Peringkat 1: ROA > 1,5% Sangat Baik
Peringkat 2: 1,25% < ROA ≤ 1,5% Baik
Peringkat 3: 0,5% < ROA ≤ 1,25% Cukup Baik
Peringkat 4: 0% < ROA ≤ 0,5% Kurang Baik
Peringkat 5: ROA ≤ 0% Lemah
Sumber: www.bi.go.id
4. Inflasi
Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang
secara terus-menerus (Nopirin, 2007:25). Kenaikan harga dari satu atau
dua macam barang saja tidak dapat dikatakan sebagai inflasi kecuali
kenaikan tersebut membawa dampak terhadap kenaikan harga sebagian
besar barang-barang lain. Sedangkan menurut Sukirno (2006:14), inflasi
merupakan suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu
perekonomian. Dapat diartikan sebagai proses menurunnya nilai mata
uang secara kontinu. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat
perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung
37
secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi (Wibowo,
2012:19). Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya
harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling
sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Menurut Sukirno (2003), mengelompokkan inflasi berdasarkan
tingkat keparahannya, yaitu:
a. Inflasi Ringan, apabila kenaikan harga berada di bawah 10% setahun.
b. Inflasi Sedang, apabila kenaikan harga berada di antara 10%-30%
setahun.
c. Inflasi Berat, apabila kenaikan harga berada di antara30%-100%
setahun.
d. Hiperinflasi, apabila kenaikan harga di atas 100% setahun.
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase
perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
a. Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah
indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli
oleh konsumen.
b. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
c. Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari
barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses
produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa
38
depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi,
yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
d. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditaskomoditas tertentu.
e. Indeks harga barang-barang modal
Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua
barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa (www.bi.go.id).
a. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
Menurut (Nopirin, 2009: 28), jenis inflasi menurut sebabnya ada 2
macam yaitu:
1.) Demand Pull Inflation atau inflasi permintaan
Pengertian demand pull inflation adalah inflasi yang timbul akibat
dari kenaikan permintaan masyarakat. Inflasi ini bermula dari adanya
kenaikan permintaan total (agregatedemand), sedangkan produksi
telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir
mendekati kesempatan kerja penuh. Dalam keadaan kesempatan kerja
hampir penuh, kenaikan permintaan total disamping kenaikan harga
dapat juga menaikkan hasil produksi (output). Apabila kesempatan
kerja penuh (fullemployment) telah tercapai, penambahan permintaan
selanjutnya hanyalah akan menaikkan harga saja. Apabila kenaikan
permintaan ini menyebabkan keseimbangan GNP berada di atas atau
melebihi GNP pada kesempatan kerja penuh akan terdapat adanya
inflationary gap yang kemudian akan menyebabkan inflasi.
39
2.) Cost Push Inflation atau inflasi biaya
Cost push inflation adalah inflasi yang timbul akibat dari biaya
produksi barang dan jasa. Cost push inflation biasanya ditandai dengan
kenaikkan harga serta turunnya produksi atau inflasi yang dibarengi
dengan resesi. Keadaan ini timbul biasanya dimulaiv dengan adanya
penurunan dalam penawaran total (agregatsupply) sebagai akibat
kenaikan biaya.
b. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Asal atau Sumbernya
1.) Inflasi dalam Negeri
Inflasi dalam negeri adalah inflasi yang terjadi akibat defisit
anggaran belanja negara (APBN) sehingga pencetakan uang baru dan
gagalnya pasar yang mengakibatkan tingginya harga bahan makanan.
2.) Inflasi Luar Negeri
Inflasi luar ngeri adalah inflasi yang disebabkan naiknya harga
barang impor yang berasal dari biaya produksi barang di luar negeri
yang tinggi atau naiknya tarif impor barang.
c. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Pengaruh terhadap Harga Barang
1.) Inflasi Tertutup atau (Closed Inflation)
Inflasi tertutup adalah inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga
antara satu atau dua barang tertentu.
2.) Inflasi Terbuka (Open Inflation)
Inflasi terbuka adalah inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga
semua barang.
40
d. Cara Mencegah Inflasi
Menurut (Nopirin, 2009: 34), cara mencegah inflasi ada 2 macam
yaitu:
1.) Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar. Salah satu komponen jumlah uang adalah uang giral
(demand deposit). Uang giral dapat terjadi melalui dua cara; pertama,
apabila seseorang memasukkan uang kas ke dalam bank dalam bentuk
giro. Kedua, apabila seseorang memperoleh pinjaman dari bank tidak
diterima kas tetapi dalam bentuk giro. Deposito yang timbul dengan
cara kedua sifatnya lebih inflatoir daripada cara pertama. Sebab cara
pertama hanyalah pengalihan bentuk saja dari uang kas ke uang giral.
2.) Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat
mempengaruhi permintaan total dan dengan demikian akan
mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah melalui penurunan
permintaan total. Kebijaksanaan fiskal yang berupa pengurangan
pengeluaran pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi
permintaan total, sehingga inflasi dapat ditekan.
3.) Kebijakan yang Berkaitan Dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan jumlah
output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijakan penurunan bea
41
masuk sehingga impor barang cenderung meningkat. Bertambahnya
jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan harga.
4.) Kebijakan Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan ceiling harga, serta mendasarkan
pada indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (dengan demikian
gaji secara riil tetap). Kalau indeks harga naik, maka gaji juga
dinaikkan.
5. Suku Bunga
Menurut Siamat (2004:220) SBI adalah surat berharga dalam mata
uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek dan diperjualbelikan dengan diskonto. BI
rate menurut Bank Indonesia adalah suku bunga kebijakan yang
mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh
bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id). BI rate
diumumkan oleh Dewan Gubernur Indonesia setiap Rapat Dewan
Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity
management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
moneter (www.bi.go.id). Sasaran operasional kebijakan moneter
dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank
Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan
akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito, dan pada
gilirannya suku bunga kredit perbankan (www.bi.go.id). Dengan
42
mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank
Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI rate apabila inflasi ke depan
diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya Bank
Indonesia akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan diperkirakan
berada di bawah sasaran yang telah ditentukan (www.bi.go.id).
Suku Bunga SBI dijadikan variabel independen yang dapat
mempengaruhi ROA didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank
yang bermuara pada profitabilitas bank atau ROA. Kenaikan yang terjadi
pada suku bunga sangat berdampak terhadap profitabilitas perbankan
syariah, selisih 0.5% saja nasabah bisa pindah ke bank konvensional.
Perpindahan dana nasabah ke bank konvensional sangat wajar karena
mustahil bagi hasil bisa bersaing dengan suku bunga yang begitu tinggi.
Dalam hal ini bank syariah dihadapkan kepada dua pilihan, menurunkan
pricing atau menaikkan bagi hasil untuk nasabah.
Menurut Darmawi dikutip dari (Irfani : 2015) tingkat bunga
merupakan harga yang harus dibayar oleh peminjam untuk memperoleh
dana dari pemberi pinjaman untuk jangka waktu yang disepakati. Dengan
kata lain, tingkat bunga dalam hal ini merupakan harga dari kredit. Namun
harga itu tidak sama dengan harga barang di pasar komoditi karena tingkat
bunga sesungguhnya merupakan suatu angka perbandingan, yaitu jumlah
biaya pinjaman dibagi jumlah uang yang sesungguhnya dipinjam, biasanya
dinyatakan dalam persentase per tahun. Suku bunga terdiri dari suku
bunga riil dan suku bunga nominal. Mankiw (2013:89) menyatakan bahwa
43
“the nominalinterest rate is sum of the real interest rate and the inflation
rate”. Suku bunga nominal adalah jumlah suku bunga riil ditambah laju
inflasi, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
R = i – π
Dimana :
r = suku bunga riil
i = suku bunga nominal 27
π = laju inflasi
Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang digunakan
sebagai ukuran untuk menentukan besarnya bunga yang harus dibayar oleh
pihak peminjam dana. Sedangkan tingkat bunga riil menunjukkan
presentase dari nilai riil modal ditambah bunganya dalam setahun,
dinyatakan sebagai persentase dari nilai riil modal sebelum dibungakan
(Sukirno, 2000:386). Sedangkan Sjahrial (2006:7) menyatakan bahwa
tingkat bunga adalah kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam kepada
yang memberikan pinjaman. Dari sudut peminjam merupakan biaya dari
dana yang mereka pinjam.
Menurut (Kasmir 2008:137), faktor-faktor utama yang
mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan Dana
Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu
seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank
44
kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, yang
dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan
meningkatkan suku bunga simpanan. Namun, peningkatan suku bunga
simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya,
apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara
permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena
hal ini merupakan beban.
2. Target Laba yang diinginkan
Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan
target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar
kecilnya suku bunga pinjaman.
3. Kualitas Jaminan
Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman.
Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, semakin
rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.
4. Kebijaksanaan Pemerintah
Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga
pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh
pemerintah.
5. Jangka Waktu
Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka
waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan
45
besarnya kemungkinan resiko macet di masa mendatang. Demikian pula
sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.
6. Reputasi Perusahaan
Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama
untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan
memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan
dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid
kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil.
7. Produk yang Kompetitif
Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif
rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal
ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya
tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar.
8. Hubungan Baik
Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan
kepada seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya, bank
menggolongkan nasabah antara nasabah utama dan nasabah biasa.
Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah
yang bersangkutan kepada bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik
dengan bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan
nasabah biasa.
46
9. Persaingan
Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara
tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat,
maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. Untuk bunga
pinjaman, harus berada di bawah bunga pesaing agar dana yang
menumpuk dapat tersalurkan, meskipun margin laba mengecil.
10. Jaminan Pihak Ketiga
Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk
menanggung segala risiko yang dibebankan kepada penerima kredit.
Biasanya apabila pihak yang memberikan jaminan bonafide, baik dari
segi kemampuan membayar, nama baik, maupun loyalitasnya terhadap
bank, bunga yang dibebankan pun juga berbeda begitu pun sebaliknya.
6. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL)
adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi
kurang lancar, diragukan dan macet.Non Performing Financing (NPF)
pada bank syariah analog dengan Non Performing Loan (NPL) pada bank
konvensional . Non Performing Financing(NPF)menunjukan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan
oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin semakin
buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah
semakin besar, hal ini mengindikasikan kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin besar.
47
NPF adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan
kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat kredit macet pada
bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non
Lancar terhadap Total Pembiayaan. Apabila semakin rendah NPF maka
bank tersebut akan semakin naik keuntungannya, sebaliknya bila tingkat
NPF tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan
tingkat pengembalian kredit macet.
Jadi NPF merupakan rasio yang mengukur tingkat pembiayaan
bermasalah atas pemberian pembiayaan dari bank kepada masyarakat.
NPF dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
NPF =
x 100%
NPL/ NPFbank yang sehat apabila bank tersebut memiliki NPL/ NPF
tidak lebih dari 5%, peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/ PBI/2004
tanggal 12 April 2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank
umum. NPL/ NPF yang tinggi akan menyebabkan menurunnya laba yang
akan diterima oleh bank..Pembiayaan bermasalah merupakan resiko
penyaluran dana. Kriteria penilaian tingkat NPF adalah < 2% pada
kategori lancar, 2%-5% pada kategori dalam perhatian khusus, 5%-8%
pada kategori kurang lancar, 8%-12% pada kategori diragukan dan >12%
pada kategori macet. Penyebab utama terjadinya risiko pembiayaan adalah
terlalu mudahnya bank memberikan pembiayaan atau melakukan investasi
48
karena terlalu dituntut untuk memanfaatkan kelebihan likuiditas yang
dimiliki oleh bank tersebut.
7. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2005). Rasio FDR sama halnya
dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional adalah rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan
kemampuan bank untuk memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan
total aset yang dimiliki bank (Dendawijaya, 2003). Hutagalung, dkk
(Dikutip dari Linda,2015) menjelaskan semakin tinggi LDR maka laba
bank semakin meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu
menyalurkan kreditnya dengan efektif), dengan meningkatnya laba bank,
maka kinerja bank juga meningkat.Dalam perbankan syariah, rasio FDR
dapat digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas pembiayaan yang
disalurkan, sehingga apabila rasio FDR meningkat maka laba bank juga
akan meningkat dengan asumsi bahwa bank dapat menyalurkan pembiayaan
secara efektif. Nilai FDR dapat dirumuskan sebagai berikut:
FDR=
x 100%
49
C. Kerangka Penelitian
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
D. Hipotesis
(Nasution:2000) meyatakan definisi hipotesis adalah pernyataan
tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita
amati dalam usaha memahamiya. Hipotesis merupakan pernyataan singkat
berisi dugaan yang disimpulkan sebagai jawaban sementara atau
permasalahan yang akan diteliti. Suatu hipotesis akan diterima sebagai
sebuah keputusan apabila hasil analisis data dapat membuktikan hipotesis
tersebut benar. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
50
1. Pengaruh Inflasi Terhadap ROA Bank Umum Syariah
Inflasi merupakan proses kenaikan harga-harga umum
suatu barang secara terus-menerus, atau dengan kata lain adanya
penurunan dari nilai mata uang yang berlaku (Nopirin,
1998:25).Peningkatan pada inflasi akan menyebabkan nilai riil
tabungan merosot dan membuat semangat masyarakat untuk
menabung berkurang (turunnya Marginal Propensity to Save)
karena masyarakat akan mempergunakan hartanya untuk
mencukupi biaya pengeluaran akibat naiknya harga-harga barang,
sehingga akan mempengaruhi profitabilitas bank. Penelitian yang
dilakukan oleh Kurniasih (2012), hasil penelitian menyatakan
bahwa Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Inflasi
yang terjadi akan mengakibatkan ketidakstabilan makro yang
mengakibatkan meningkatnya risiko bank dan selanjutnya akan
berdampak pada profitabilitas bank. Berdasarkan kajian teori dan
penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut :
H1: Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Bank
Umum Syariah.
2. Pengaruh Suku Bunga terhadap ROA Bank Umum Syariah
Tingkat suku bunga bi atau bi rate adalah suku bunga
kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang
51
ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik.
Karim (2006) Ketika suku bunga naik, maka akan diikuti oleh
naiknya suku bunga deposito yang berakibat langsung pada
penurunan sumber dana pihak ketiga bank syariah. Penurunan dana
pihak ketiga bank syariah ini sebagai akibat dari pemindahan dana
masyarakat ke bank konvensional untuk mendapatkan imbalan
bunga atau pengembalian yang lebih tinggi. Apabila dana pihak
ketiga menurun maka profitabilitas bank syariah juga akan
mengalami penurunan. Penelitian yang dilakukan oleh Irfani
(2015) menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif
signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah. Berdasarkan kajian
teori dan penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut :
H2 : Suku bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA
Bank Umum Syariah.
3. Pengaruh NPF Terhadap ROA Bank Umum Syariah
Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio
keuangan yang bekaitan dengan risiko pembiayaan. Non
Performing Financing adalah perbandingan antara total
pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang di berikan
kepada debitur. Rasio Non Performing Financing sama halnya
dengan Non Performing Loan pada bank konvensional. Karena
52
pada bank syariah tidak mengenal adanya pinjaman namun
menggunakan istilah pembiayaan.Terdapat beberapa macam risiko
yang harus dikelola oleh bank salah satunya adalah risiko kredit
(credit risk) atau pembiayaan. NPF mencerminkan Risiko kredit
(credit risk) yaitu risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan
pihak debitur atau nasabah memenuhi kewajibannya pada saat
jatuh tempo. Tingkat kesehatan pembiayaan (NPF) ikut
mempengaruhi pencapaian laba bank. Bertambahnya NPF akan
mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk memperoleh
pendapatan dari pembiayaan yang diberikan sehingga
mempengaruhi perolehan laba dan berpengaruh buruk pada ROA.
Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi (2012), yang menyatakan
bahwa NPF Berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Bank
Umum Syariah. NPF yang meningkat akan meningkatkan biaya
cadangan aktiva produktif. Berdasarkan kajian teori dan penelitian
terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H3 : NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Bank
Umum Syariah.
4. Pengaruh FDR Terhadap ROA Bank Umum Syariah
Financing to Deposit Ratio (FDR) sama halnya dengan
Loan to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensional, merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang
53
menunjukkan kemampuan bank untuk memenuhi permintaan
kredit dengan menggunakan total asetyang dimiliki bank oleh
(Dendawijaya, 2009). Dalam konsep manajemen risko apabila
Financing to Deposit Ratio (FDR) naik dan bank tidak bisa
melakukan pembiayaan dengan efektif yang terjadi akan
meningkatkan resiko pembiayaan, dengan meningkatnya resiko
pembiayaan maka akan mengakibatkan hilangya kesempatan untuk
memperoleh pendapatan dari pembiayaan yang diberikan atau
disalurkan sehingga akan mempengaruhi perolehan laba dan
berpengaruh memperburuk ROA. Penjabaran teori diatas sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2014) dan
Armereo (2015) menyatakan bahwa Financing to Deposit Ratio
(FDR) berpengaruh negatif signifikan terhadap Return On Asset
(ROA). Berdasarkan kajian teori dan penelitian terdahulu, maka
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: FDR Berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
Tabel 2.3 Hipotesis
No. Hipotesis
H1 Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
H2 Suku Bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
H3 NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA.
H4 FDR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA. Sumber: Kurniasih (2012), Irfani (2015), Pratiwi (2012), Anggraeni (2014), dan
Armereo (2015)
54
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif-
kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berfungsi
menggambarkan sebuah data lapangan atau fenomena yang sifatnya hanya
sebatas deskripsi. Menurut Wijaya (2013: 6), penelitian kuantitatif adalah
pengukuran data kuantitatif secara objektif dan statistik melalui
perhitungan secara ilmiah berasal dari sampel orang atau orang-orang yang
diminta untuk menjawab sejumlah pertanyaan tentang hal yang disurvei
dan bertujuan menguji hipotesis.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Bank Umum Syariah yang ada di
Indonesia yang terdaftar di OJK yaitu berjumlah 13 Bank Syariah. Waktu
penelitian dilaksanakanpada akhir bulan Agustus sampai dengan akhir
November 2017.
C. Populasi dan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek
atau objek yang memiliki karakter & kualitas tertentu yang ditetapkan
oleh seorang peneliti untuk dipelajari yang kemudian ditarik sebuah
kesimpulan (Sugiyono, 2008). Populasi yang digunakan pada penelitian ini
adalah seluruh perusahaan perbankan yang berbasis syariah yang terdapat
di Indonesia pada periode 2012-2016.
55
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh suatu populasi (Sugiyono, 2008).Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah purposive sampling dengan tujuan untuk
mendapatkan sampel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Metode
purposive sampling merupakan metode pengambilan sampel yang
didasarkan pada beberapa pertimbangan atau kriteria tertentu. Kriteria
bank yang akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Melaporkan data keuangan tahunan kepada masyarakat.
2. Memiliki data laporan keuangan yang disebar-luaskan sejak
tahun 2012-2016.
3. Melampirkan data ROA, NPF,dan FDR dalam laporan keuangan
tahunan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode
studi pustaka dan metode dokumentasi. Metode studi pustaka dilakukan
dengan mengumpulkan data informasi dari artikel, jurnal, literature, dan
hasil penelitian terdahulu yang digunakan untuk mempelajari dan
memahami literature yang memuat pembahasan yang berkaitan dengan
penelitian. Metode dokumentasi adalah proses pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini, yang diperoleh dari laporan keuangan
bank yang menjadi sampel penelitian.
56
E. Definisi Konsep dan Operasional
Menurut Sarwono (2006:38-39), definisi operasional adalah
penjelasan tentang variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Terdapat dua variable dalam penelitian ini, yaitu variabel independent,
dan dependent.
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Variabel Penjelasan Rumus
ROA Rasio antara laba sebelum pajak
terhadap total asset bank
ROA=
INFLASI Proses meningkatnya harga-harga
secara terus menerus (kontinu)
berkaitan dengn mekanisme pasar
IHK =
SUKU
BUNGA
Suku bunga Bank Indonesia
Suku Bunga Bank Indonesia
NPF Perbandingan antara total beban
operasional dengan total
pendapatan operasional.
NPF=
x100%
FDR Perbandingan antara pembiayaan
yang diberikan oleh bank dengan
dana pihak ketiga yang berhasil
dikerahkan oleh bank.
FDR =
x 100%
Sumber : Data sekunder diolah.
F. Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-
kuantitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan ciri
tertentu dari suatu fenomena (Sumanto, 1995), sedangkan untuk
menguji data kuantitatif dari penelitian ini digunakan uji stasioneritas,
dan uji asumsi klasik.
57
Analisis data adalah proses mengatur data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar (Platto, 1980). Plato membedakannya dengan penafsiran yaitu
memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola
uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.
Analisis data dalam penelitian ini adalah:
1. Uji Stationeritas
Uji stasioneritas digunakan untuk menguji data time series agar
data yang digunakan bersifat flat, tidak mengandung komponen trend,
dengan keragaman konstan dan tidak terjadi fluktuasi periodik
(Winarno, 2105). Uji yang digunakan adalah uji Unit Root Test dengan
uji Augmented-Dickey-Fuller. Berdasarkan data yang diperoleh dari
laporan keuangan bulanan gabungan Bank Umum Syariah periode
2012-2016
2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum dilakukan analisis regresi terlebih dahulu dilakukan uji
asumsi klasik terlebih dahulu. Pengujian dilakukan atas model
penelitian supaya bisa dinyatakan bebas dari penyimpangan asumsi
klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, autokorelasi, dan
heteroskedastisitas. Dari uji asumsi klasik tersebut dapat dinyatakan
bahwa data penelitian ini memenuhi asumsi klasik.
58
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilihat melalui grafik probability
plot. Apabila titik-titik telah mengikuti garis lurus, maka dapat
dikatakan residual telah mengikuti distribusi normal. Apabila titi-
titik tersebar atau jauh dari garis lurus, maka dikatakan residual
mengikuti distribusi tidak normal (Astuti, 2013:52).
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk
menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau
tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai
residual yang terdistribusi secara normal. Metode pengujian uji
normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji
grafik probability plot.
Cara mendeteksinya adalah dengan melihat penyebaran
data pada sumber diagonal pada grafik normal P-P plot of
regression standardizedresidual sebagai dasar pengambilan
keputusan. Jika menyebar sekitar garis dan mengikuti garis
diagonal maka residual pada model regresi tersebut terdistribusi
secara normal (Priyatno, 2011:289).
Dari grafik normal probability plot dapat dilihat, jika titik-
titik plot yang menyebar mengikuti garis diagonal, berarti data
berdistribusi secara normal. Namun demikian dengan melihat
grafik normal probability plot saja tidaklah cukup dan kadang
menyesatkan. Untuk itu kita perlu melalukan uji statistik one-
59
samplekolmogorov-smirnov test untuk memastikan apakah data
kita normal atau tidak. Jika nilai output Asymp. Sig. (2-tailed)
lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi normal (Latan dan
Temalagi, 2013:61-63).
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas (kolinearitas ganda) yaitu adanya
hubungan linear yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau
semua variabel independen dari model regresi ganda (Setiawan
dan Kusrini, 2010:82). Penyimpangan asumsi model klasik adalah
multikoleniaritas dalam model regresi yang dihasilkan. Artinya
antar variabel independen yang terdapat dalam model memiliki
hubungan yang sempurna atau mendekati sempurna (koefisien
korelasinya tinggi atau bahkan 1).
Penelitian ini menggunakan output nilai tollerance value
atau Variance Inflation Factor (VIF). Variabel independen
mengalami multikolinearitas jika α hitung < α dan VIF hitung >
VIF. Nilai α adalah 5% atau 0,05 dan nilai VIF adalah 5 (Ghozali,
2011).
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Astuti,
2013:57). Autokorelasi dalam konsep regresi linear berarti
60
komponen error berkorelasi berdasarkan urutan waktu (pada data
berkala) atau urutan ruang (pada data tampang lintang), atau
korelasi pada dirinya sendiri (Setiawan dan Kusrini, 2010:136).
Penyimpangan asumsi ini biasanya muncul pada observasi
yang menggunakan data time series. Konsekuensi dari adanya
autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel
tidak dapat menggambarkan varians populasinya (Algifari,
2013:90). Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mendeteksi ada tidaknya problem autokorelasi pada model regresi
yaitu dengan melakukan uji statistik durbin-watson, uji runs test
dan uji box-ljung. Penelitian ini menggunakan uji run test.
Run test adalah bagian dari uji statistik non parametrik
yangdigunakan untuk menguji apakah antar residual ada korelasi
yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi,
maka dikatakan bahwa residual terjadi secara random atau tidak
sistematis (Ghozali, 2011:87).
d. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi regresi linear yang harus dipenuhi
adalah homogenitas variansi dari error. Homoskesdatisitas berarti
bahwa variansi dari error bersifat konstan (tetap) atau disebut
juga identik. Kebalikanya dalah Heteroskesdatisitas, yaitu jika
kondisi variansi error atau variabel Y tidak identik (Setiawan dan
Kusrini, 2010:103).
61
Konsekuensi adanya heterokedastisitas dala model regresi
adalah penaksir yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel
kecil maupun sampel besar, walaupun penaksir yang diperoleh
menggambarkan populasinya tidak bisa dan bertambahnya sampel
yang digunakan akan mendekati nilai sebenarnya (konsisten). Ini
disebabkan oleh varians yang tidak minimum (tidak efisien).
Diagnosis adanya heteroskedastisitas secara kuantitatuf dalam
suatu regresi dapat dilakukan dengan melalukan pengujian
korelasi rangking sperman (Algifari, 2013:92).
Uji dalam penelitian ini menggunakan uji scatter plotdan
uji park. Suatu model dinyatakan tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas apabila titik-titik menyebar dengan pola tidak
jelas di atas ayau di bawah angka nol pada suatu sumbu Y
(Priyatno, 2011:288). Selain uji scatter plotdigunakan uji park
untuk melihat apakah data terjadi heteroskedastisitas atau tidak.
Jika signifikan korelasi nilai residual dengan masing-masing
variabel independen < 0,05 maka pada model regresi terjadi
masalah heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
3. Uji Ketepatan Model
a. Uji Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi (AdjustedRSquare)pada intinya
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel terikat (Kuncoro, 2009:246). Adjusted R Square
62
dipilih untuk menggeneralisasikan R2pada populasi, karena ada
unsur estimasi populasi di dalamnya (mengarah pada penelitian
populasi). Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
sampai sejauh mana ketepatan atau kecocokan garis regresi yang
terbentuk dalam mewakili kelompok data hasil observasi.
Koefisien determinasi menggambarkan bagian dari variasi
total yang dapat diterangkan oleh model. Semakin besar nilai
Adjusted R square mendekati 1, maka ketepatannya dikatakan
semakin baik. Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
sampai sejauh mana variabel bebas dapat menjelaskan variabel
terikat (Suharjo, 2008:79).
b. Uji F Statistik
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat dan
mengetahui apakah model regresi yang digunakan sudah tepat
(Kuncoro, 2013: 245). Koefisien regresi diuji secara serentak
dengan menggunakan ANOVA, untuk mengetahui apakah
keserempakan tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap model. Uji ini dilakukan untuk membandingkan pada
nilai signifikansi (α = 5%) pada tingkat derajat 5%. (Setiawan dan
Kusrini, 2010:63).
63
Uji F statistik ini menentukan model linear berganda dapat
digunakan atau tidak sebagai model analisis dengan
menggunakan kriteria ini, jika Ho ditolak maka model dapat
digunakan karena, baik besaran maupun tanda (+/-) koefisien
regresi dapat digunakan untuk memprediksi perubahan variabel
terikat akibat perubahan variabel bebas.
4. Analisis Regresi Berganda
Regresi berganda diamati untuk menggambarkan hubungan
antara variabel terikat dengan beberapa variabel bebas. Dalam
pembentukan regresi berganda, lebih sesuai dengan kenyataan di
lapangan bahwa suatu variabel terikat tidak hanya dapat dijelaskan
oleh satu variabel bebas saja tetapi perlu dijelaskan oleh beberapa
variabel bebas (Suharjo, 2008: 71).
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan : Y = ROA
a = Konstanta
e = error/ residual
b = Koefisien regresi
X1= Inflasi
X2 = Suku Bunga
X3 = NPF
64
X4 = FDR
5. Uji Hipotesis (Uji t)
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel
terikat. Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas
secara parsial terhadap variabel terikat. Pengambilan keputusan
dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-masing
koefisien regresi dengan nilai ttabel sesuai dengan signifikan yang
digunakan.
a. Jika thitung < ttabel,artinya variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
variabel terikat.
b. Jika thitung> ttabel, artinya variabel bebas berpengaruh terhadap
variabel terikat. (Algifari, 2013: 71).
G. Alat analisis
Analisis penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda.
Tahap analisa data merupakan tahapan yang penting dan rawan, oleh
karena itu dalam tahapan ini akan dilakukan secara hati – hati dan cermat,
salah satu pendukungnya adalah teknologi komputer menggunakan
aplikasi SPSS for windows 23.0. SPSS (Statistical Product and Service
Solution) merupakan sebuah program aplikasi komputer yang berfungsi
untuk membantu dalam mengolah data statistik dengan hasil output sesuai
dengan yang dikehendaki oleh penggunanya. Program SPSS ini sangat
membantu para penggunanya dalam memproses data-data statistik secara
65
tepat dan cepat, serta menghasilkan berbagai output yang dikehendaki oleh
para pengambil keputusan. Statistik dapat di artikan sebagai suatu kegiatan
yang bertujuan untuk mengumpulkan data, meringkas atau menyajikan
data, kemudian menganalisis data dengan menggunakan metode tertentu,
dan menginterprestasikan hasil dari analisa tersebut.
66
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Deskripsi Obyek Penelitian
Penelitian ini meneliti tentang pengaruh inflasi, suku bunga, NPF,
dan FDR terhadap profitabilitas Bank Umum Syariah yang diwakili oleh
return on asset (ROA) bank syariah yang sesuai dengan kriteria
penelitian. Dari 13 Bank Umum Syariah yang terdaftar di OJK, hanya
dapat diambil 11 bank saja dikarenakan 2 bank lain tidak memenuhi syarat
data yang diperlukan yaitu mencantumkan data ROA dan NPF dan FDR
kepada publik sejak 2012 – 2016.
Tabel 4.1 Kelompok Bank Umum Syariah
Nomor Keterangan Jumlah
1 Jumlah Bank Umum
Syariah yang terdafdar
di OJK
13
2 Jumlah Bank Umum
Syariah yang tidak
memiliki data lengkap
2
3 Jadi jumlah Bank
Umum Syariah yang
akan diteliti dalam
penelitian ini
11
Sumber: Data Diolah
B. Analisis Data
1. Uji Stationeritas
Uji stasioneritas digunakan untuk menguji data time series agar
data yang digunakan bersifat flat, tidak mengandung komponen
67
trend, dengan keragaman konstan dan tidak terjadi fluktuasi periodik.
Uji yang digunakan adalah uji Unit Root dengan uji Augmented-
Dickey-Fuller. Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan
keuangan bulanan gabungan Bank Umum Syariah periode 2012-
2016, maka hasil uji stasioneritas data adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil uji stasioner tiap variabel
No. Variabel Prob.* Keterangan
1 Inflasi 0.0000 Data Stasioner
2 Suku Bunga 0.0000 Data Stasioner
3 NPF 0.0005 Data Stasioner
4
5
FDR
ROA
0.0258
0,0000
Data Stasioner
Data Stationer
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2017.
Hasil output yang dihasilkan, terlihat bahwa nilai Prob*<0,05. Dengan
demikian semua variabel menunjukkan data stasioner.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk
menguji apakah nilai residual terdistribusi secara normal atau tidak
(Priyatno, 2011:277). Jadi yang terjadi dalam hal ini yang diuji
normalitas bukan masing-masing variabel independen dan
dependen tetapi nilai residual yang dihasilkan dari model regresi.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang
berdistribusi normal.
Jika nilai residualnya teristribusi normal maka nilai sebaran
datanya akan terletak disekitar garis lurus diagonal. Namun jika
68
data tersebut menjauhi garis lurus diagonal, maka data dapat
dipastikan bahwa pendistribusian data tidak normal. Berikut ini
disajikan hasil normal p-plot dari data yang telah diolah.
Gambar 4.1 Uji Normal P-Plot
Sumber:data sekunder diolah, 2017.
Dari hasil olahan data, dapat dilihat hasil normal p-plot
pada gambar 4.1 menunjukkan titik-titik secara keseluruhan
mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa
dalam penelitian ini memenuhi asumsi normalitas. Sedangkan
untuk mengetahui nilai signifikansinya apakah data berdistribusi
normal atau tidak maka menggunakan uji kolmogorov-smirnov test.
Data dinyatakan berdistribusi normal jika nilai Asymp. Sig. (2-
tailed) dari hasil perhitungan kolmogorov-smirnov lebih besar dari
0,05 (Latan dan Temalagi, 2013:73).
69
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 55
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.02655921
Most Extreme
Differences
Absolute .104
Positive .069
Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z .771
Asymp. Sig. (2-tailed) .593
a. Test distribution is Normal.
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Dari tabel di atas, menunjukkan hasil ouput dari uji
normalitas yang dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,593 lebih dari 0,05. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa
data dari penelitian ini berdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Adanya multikolinearitas
dapat dilihat pada Variance Inflation Factor (VIF) atau nilai
tollerance.
70
Nilai tollerance adalah besarnya kesalahan yang dibenarkan
secara statistik (ɑ), sedangkan nilai Variance Inflation Factor
(VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat. Variabel
bebas mengalami multikolinearitas jika: ɑ hitung <ɑ dan VIF
hitung > VIF. Sedangkan variabel bebas tidak mengalami
multikolinearitas jika: ɑ hitung >ɑ dan VIF hitung < VIF. Nilai ɑ
adalah 5% atau 0,05 dan nilai VIF adalah 5.
Tabel 4.4 Hasil Uji VIF
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Hasil uji multikolinearitas pada tabel di atas menunjukkan
bahwa jika menggunakan tolerance = 0,05 dan VIF = 5. Dari
output nilai tolerance variabel independen (Inflasi = 0,623, Suku
Bunga = 0,607, NPF = 0,952, FDR = 0,982) lebih dari 0,05. Hasil
output dari nilai VIF hitung (Inflasi = 1,606, Suku Bunga = 1,646,
NPF = 1,050, FDR = 1,018) juga kurang dari 5. Jadi, dapat
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.880 1.216 2.369 .022
Inflasi .351 .135 .298 2.604 .012 .623 1.606
Suku_Bunga -.438 .191 -.265 -2.287 .026 .607 1.646
NPF -.388 .050 -.713 -7.718 .000 .952 1.050
FDR .003 .006 .042 .456 .650 .982 1.018
a. Dependent Variable: ROA
71
disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel
independent.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Astuti,
2013: 57). Persaaman regresi yang baik adalah yang tidak memiliki
autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut
menjadi tidak baik.
Run test adalah bagian dari uji statistik non parametrik yang
digunakan untuk menguji apakah antar residual ada korelasi yang
tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi, maka
dikatakan bahwa residual terjadi secara random atau tidak
sistematis (Ghozali, 2011:87).
Tabel 4.5 Uji Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .10340
Cases < Test Value 27
Cases >= Test Value 28
Total Cases 55
Number of Runs 24
Z -1.223
Asymp. Sig. (2-tailed) .221
a. Median
72
Dilihat dalam tabel 4.5 bahwa hasil menunjukkan tingkat
signifikan 0,221> 0,05 maka dapat disimpulkan data tidak terjadi
autokerelasi.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdatisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas (titik-titik menyebar) maka tidak
terjadi heteroskedastisitas(Astuti, 2014:66).
Uji dalam penelitian ini menggunakan uji scatter plot.
Suatu model dinyatakan tidak terjadi masalah heteroskedastisitas
apabila titik-titik menyebar dengan pola tidak jelas di atas atau di
bawah angka nol pada suatu sumbu Y (Priyatno, 2011: 288).
Gambar 4.2 Uji Scatterplot
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
73
Pada gambar grafik scatter plot menunjukkan bahwa titik-
titik menyebar dan tidak membentuk pola tertentu dan titik tersebut
berada di atas dan bawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat
disimpulkan penelitian ini tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.
Sedangkan untuk mengetahui nilai signifikansinya apakah
terjadi heteroskedastisitas atau tidak maka dilakukan uji park. Jika
signifikan korelasi nilai residual dengan masing-masing variabel
independen < 0.05 maka pada model regresi terjadi masalah
heteroskedastisitas. Hasil uji park sebagai berikut:
Tabel 4.6 Uji Park
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Berdasarkan tabel 4.6 hasil output di atas dijelaskan bahwa
untuk kelima variabel independen (Inflasi= 0,790, Suku Bunga=
0,602, NPF = 0,345, FDR = 0,156 ) bernilai signifikan > 0.05,
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.278 2.753 .464 .645
Inflasi .082 .305 .047 .268 .790
Suku_Bunga -.227 .433 -.093 -.524 .602
NPF .108 .114 .134 .953 .345
FDR -.021 .015 -.200 -1.441 .156
a. Dependent Variable: ln_res1_kuadrat
74
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat
heteroskedastisitas. Hal ini konsisten dengan hasil uji scatter plot.
3. Uji Ketepatan Model
a. Uji Determinasi (Adjusted R Square)
Koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel terikat. (Kuncoro, 2009:240).Koefisien determinasi
menggambarkan bagian dari variasi total yang dapat diterangkan
oleh model. Semakin besar nilai R2 (mendekati 1), maka
ketepatanya dikatakan semakin baik. Koefisien determinasi (R2)
digunakan untuk mengetahui sampai sejauh mana variabel bebas
dapat menjelaskan variabel terikat (Suharjo, 2008:79).
Adjusted R Squaredipilih untuk menggeneralisasikan
R2pada populasi, karena ada unsur estimasi populasi di dalamnya
(mengarah pada penelitian populasi). Adjusted R Squaredapat
dilihat pada output SPSS dalam tabel model summary hasil output
koefisien determinasi (Adjusted R Square) adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Determinasi (Adjusted R Square)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .770a .593 .561 1.06683
a. Predictors: (Constant), FDR, NPF, Inflasi, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: ROA
75
Pada tabel model summary diatas menunjukkan nilai
Adjusted R Square dalam penelitian ini adalah 0,561, yang berarti
bahwa variabel Inflasi, Suku bunga, NPF dan FDR dapat
menjelaskan variabel ROA sebesar 56,1%. Sedangkan sisanya
43,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar penelitian.
b. Uji F Statistik
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat (Kuncoro,
2013:239). Koefisien regresi diuji secara serentak dengan
menggunakan ANOVA, untuk mengetahui apakah keserempakan
tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap model. Uji
ini dilakukan untuk membandingkan pada nilai signifikansi (α =
5%) pada tingkat derajat 5%. (Setiawan dan Kusrini, 2010:63).
Uji F pada output SPSS ditunjukkan pada tabel ANOVA
sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji F
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 82.940 4 20.735 18.219 .000a
Residual 56.906 50 1.138
Total 139.847 54
a. Predictors: (Constant), FDR, NPF, Inflasi, Suku_Bunga
76
Sumber data sekunder diolah, 2017.
Berdasarkan tabel ANOVA di atas diperoleh nilai Fhitung
18,219 dan nilai Ftabel sebesar 2,38. Nilai probabilitas yang
ditunjukkan oleh nilai Sig sebesar 0,000 dan nilai alfa (α) 0,05
(5%). Sehingga Fhitung (18,219) > Ftabel (2,38) dan nilai Sig. (0,000)
< α (0,05), artinya secara statistik model regresi yang digunakan
sudah tepat.
4. Uji Regresi Linier Berganda
Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
besarnya pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen. Berikut ini adalah hasil regresi linier berganda variabel
independen Inflasi, Suku Bunga , Non Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return on Asset (ROA)
Untuk menguji hipotesis penelitian ini digunakan alat analisis
regresi linear berganda, karena dalam modelnya terdapat lebih dari satu
variabel independen. Di bawah ini adalah hasil pengujian data dengan
menggunakan regresi linier berganda dengan bantuan program SPSS
versi 23.0.
b. Dependent Variable: ROA
77
Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Linear
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Dari hasil analisis regresi diatas diperoleh persamaan model regresi
sebagai berikut:
ROA = 2,880 +0,351Inflasi -0,438 Suku Bunga – 0,388 NPF + 0,003 FDR
+ e
Persamaan regresi diatas dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Konstanta sebesar 2,880 menyatakan apabila seluruh variabel
independen yaitu Inflasi, Suku bunga, NPF dan FDR sama dengan nol
makabesarnya ROA sama dengan besarnya konstanta yaitu 2,880.
Artinya apabila variabel independen tidak mengalami perubahan maka
akan menaikkan atau menambah nilai ROA sebesar 2,880. Hal ini
menunjukkan akan terjadi kenaikkan ROA dalam Bank Umum Syariah
(BUS) apabila variabel Inflasi, Suku bunga, NPF dan FDRdianggap
konstan.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.880 1.216 2.369 .022
Inflasi .351 .135 .298 2.604 .012
Suku_Bunga -.438 .191 -.265 -2.287 .026
NPF -.388 .050 -.713 -7.718 .000
FDR .003 .006 .042 .456 .650
a. Dependent Variable: ROA
78
b. Koefisien regresi inflasi sebesar 0,351 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan nilai inflasi maka akan menaikkan ROA sebesar
0,351 satuan. Artinya apabila rasio inflasidi Indonesia meningkat 1
satuan, akan mengakibatkan rasio ROA menaikkan sebesar 0,351
satuan, yang mengakibatkan naiknya efisiensi kinerja bank Bank
Umum Syariah (BUS) juga naik.
c. Koefisien regresi Suku bunga sebesar -0,438 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan nilai Suku bungamaka akan menurunkan ROA
sebesar 0,438 satuan. Artinya apabila Suku bungameningkat 1 satuan,
maka akan menurunkan tingkat ROA pada Bank Umum Syariah
(BUS) sebesar 0,438 satuan. Maka tingkat laba yang dihasilkan Bank
Umum Syariah (BUS) juga menurun.
d. Koefisien regresi NPF sebesar -0,388 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan nilai NPF maka akan menurunkan ROA sebesar
0,388 satuan. Artinya apabila rasio NPF meningkat 1 satuan, maka
akan mengakibatkan rasio ROA Bank Umum Syariah (BUS) menurun
sebesar 0,388. Sehingga ketika tingkat NPF naik, menandakan jumlah
pembiayaan bermasalah juga meningkat, dan mengakibatkan
penurunan profitabilitas Bank Umum Syariah (BUS).
e. Koefisien regresi FDR sebesar 0,003 menyatakan bahwa setiap
penambahan 1 satuan nilai ROA maka akan menurunkan ROA sebesar
0,003 satuan. Artinya apabila rasio FDR meningkat 1 satuan, maka
79
akan mengakibatkan rasio ROA juga naik sebesar 0,003. Maka tingkat
keuntungan yang dihasilkan Bank Umum Syariah (BUS) juga naik.
5. Uji Hipotesis (Uji t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas secara individual dalam menerangkan
variasi variabel terikat. Uji t digunakan untuk menguji secara parsial
atau masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri
terhadap variabel dependen. Uji t dalam output data dapat dilihat pada
tabel Coefficient sebagai berikut:
Tabel 4.10 Uji T
Sumber : data sekunder diolah, 2017.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.880 1.216 2.369 .022
Inflasi .351 .135 .298 2.604 .012
Suku_Bunga -.438 .191 -.265 -2.287 .026
NPF -.388 .050 -.713 -7.718 .000
FDR .003 .006 .042 .456 .650
a. Dependent Variable: ROA
80
Berdasarkan tabel coefficients diatas dapat diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Nilai koefisien regresi parsial dari Inflasi (X1) mempunyai nilai
thitung (2,604) > ttabel (1,67303) dan nilai sig. (0,012) < α (0,05) maka
H1 ditolak, sehingga variabel inflasi (X1) berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA (Y).
b. Nilai koefisien regresi parsial dari Suku bunga (X2) mempunyai
nilai thitung -(2,287) > ttabel (1,67303) dan nilai sig. (0,026) <α (0,05)
maka H2 diterima, sehingga variabel suku bunga (X2)berpengaruh
secara signifikan terhadap ROA (Y).
c. Nilai koefisien regresi parsial dari NPF (X3) mempunyai nilai thitung -
-(7,718) > ttabel (1,67303) dan nilai sig. (0,000) < α (0,05) maka H3
diterima, sehingga variabel NPF (X3) berpengaruh secara signifikan
terhadap ROA (Y).
d. Nilai koefisien regresi parsial dari FDR (X4) mempunyai nilai thitung
(0,456) < ttabel (1,67303) dan nilai sig. (0,650) > α (0,05) maka
H4ditolak, sehingga variabel FDR (X4) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap ROA (Y).
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan perhitungan statistik yang telah dilakukan, dapat dilihat
hasil uji hipotesis dari masing-masing variabel yang dijelaskan dalam tabel
berikut:
81
Tabel 4.11 Ringkasan Pengujian Hipotesis
No Hipotesis Hasil
1 Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Ditolak
2 Suku Bunga berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Diterima
3 NPF berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Diterima
4 FDR berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA Ditolak
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel
dependen dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Inflasi terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengaruh variabel inflasi
terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat diketahui
bahwa, peningkatan atau penurunan nilai inflasi selama periode 2012-
2016 berpengaruh signifikan positif terhadap ROA pada Bank Umum
Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan nilai probabilitas sebesar (0,012) <
α (0,05) dan koefisiennya 0,351. Sehingga H1 ditolak.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan. Jika inflasi meningkat, maka BI
akan meningkatkan suku bunganya, kenaikan pada suku bunga BI ini
kemudian akan diikuti oleh bank syariah dengan meningkatkan bagi
hasil deposito maupun dari pembiayaan yang akan menimbulkan
ketertarikan daripada para nasabah yang kemudian akan terjadi
peningkatan kinerja keuangan, peningkatan kinerja ini akan
mengakibatkan terjadinya peningkatan ROA bank syariah tersebut.
Atau dalam kata lain pada saat inflasi tinggi maka masyarakat lebih
percaya kepada perbankan syariah di banding kepada bank
82
konvensional, hal tersebut akan mengakibatkan kenaikan pada ROA
bank syariah.
Arah hubungan yang ditunjukan dalam pengaruh positif. Hasil
pengujian ini menunjukan bahwa semakin besar inflasi maka ROA
bank umum syariah semakin besar. Hal ini mendukung hasil penelitian
Sahara(2013) yang menunjukan bahwa inflasi berpengaruh positif
terhadap ROA bank syariah di indonesia tahun 2008-2010, hasil
pengujian ini menunjukan bahwa semakin besar inflasi maka ROA
bank syariah semakin besar.
Hasil yang sama ditunjukan oleh hasil penelitian Irfani (2015)
dan Lailiyah (2016) yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh
positif terhadap ROA jika peningkatan harga yang dapat dinikmati
oleh perusahaan yang lebih tinggi dari pada biaya produksi yang
dikeluarkan, maka profitabilitas akan naik.
2. Pengaruh Suku Bunga terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh variabel suku bunga
terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat diketahui
bahwa, peningkatan atau penurunan nilai suku bunga selama periode
2012-2016 berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA pada Bank
Umum Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan nilai probabilitas sebesar
(0,026) <α (0,05) dan koefisiennya -0,438. Sehingga H2 diterima.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh
Irfani (2015), Saputra (2015) dan Lailiyah (2016) dimana disebutkan
83
bahwa suku bunga BI berpengaruh secara signifikan terhadap terhadap
kinerja keuangan bank. Meningkatnya suku bunga BI akan diikuti
peningkatan suku bunga tabungan, sehingga akan mengakibatkan
nasabah memindahkan dananya ke bank konvensional, untuk
memperoleh pengembalian yang lebih tinggi. Naiknya suku bunga
bank konvensional akan mempengaruhi kegiatan operasional bank
syariah yaitu dalam hal pembiayaan dan penyaluran dana. Bila hal
tersebut terjadi, maka pendapatan dan profit bank syariah akan
menurun.
3. Pengaruh NPF terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian variabel pengaruh variabel NPF
terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat diketahui
bahwa, peningkatan atau penurunan nilai NPF selama periode 2012-
2016 berpengaruh signifikan negatif terhadap ROA pada Bank Umum
Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan nilai probabilitas sebesar (0,000)
<α (0,05) dan koefisiennya -0,388. Sehingga H3 diterima.
Kondisiperbankan di Indonesia pada periode 2012–2016
sebagian besar dana bank disalurkan dalam bentukpinjaman atau
fasilitas pembiayaan. Tingginya pembiayaan macet akanmenurunkan
pendapatan operasional bank, yang berdampak pada profitabilitas
bank. Rata-rata NPF Bank Umum Syariah (BUS) periode 2012–2016
sebesar 3,5873% (dibawah 5%). bank syariah dinilai cukup berhati-hati
dalam menjaga kualitas aktiva produktifnya tetap baik (NPF < 5).
84
Namun demikian untuk menurunkan risikopembiayaan (NPF
yang tinggi), fee based income memilikiperanan yang penting.
Pendapatan yang tinggi dari pengelolaan aset (pendapatan non
pembiyaan) dapat menutupi kerugian yang timbul akibat risiko
pembiayaan (Hutagalung, Djumahir dan Ratnawati, 2013:128).
Pengaruh negatif yang ditunjukkan oleh NPF mengindikasikan
bahwa semakin tinggi pembiayaan macet dalam pengelolaan
pembiayaan bank yang ditunjukkan dalam NPF yang makin meningkat
maka akan menurunkan tingkat pendapatan bank yang salah satunya
tercermin melalui rasio ROA. NPF menunjukkan rasio pinjaman yang
bermasalah terhadap total pinjamannya. Hasil penelitian ini konsisten
dengan hasil penelitian Pratiwi (2012) dan Martadireja (2014), yang
menyatakan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh
negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal yang sama
dikemukakan oleh Dewi, Nyoman, dan Sulindawati (2015), yang
menunjukkan bahwa NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap
profitabilitas perbankan. Penelitian ini didukung juga dari peneliti
Didik dan Bambang (2013) yang menyatakan bahwa NPL berpengaruh
negatif signifikan terhadap profitabilitas perbankan.
4. Pengaruh FDR terhadap ROA
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh variabel FDR terhadap
ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dapat diketahui bahwa,
peningkatan atau penurunan nilai FDR selama periode 2012-2016 tidak
85
berpengaruh signifikan positif terhadap ROA pada Bank Umum
Syariah (BUS). Hal ini ditunjukkan nilai probabilitas sebesar (0,650) >
α (0,05) dan koefisiennya 0,003. Sehingga H2 ditolak.
Standar yang digunakan Bank Indonesia untuk rasio Financing
to Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%. Jika angka rasio
Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank berada pada angka di
bawah 80% (misalkan 60%), maka dapat disimpulkan bahwa bank
tersebut hanya dapat menyalurkan sebesar 60% dari seluruh dana yang
berhasil dihimpun. Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai
intermediasi (perantara) antara pihak yang kelebihan dana dengan
pihak yang kekurangan dana, maka dengan rasio Financing to Deposit
Ratio (FDR) 60%, berarti 40% dari seluruh dana yang dihimpun oleh
bank tidak tersalurkan kepada pihak yang kekurangan dana, sehingga
dapat dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya
sebagai lembaga intermediasi (perantara) dengan baik. Kemudian jika
rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank mencapai lebih dari
110%, berarti total pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi
dana yang dihimpun.
Dalam hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa FDR tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap ROA. Hal ini dikarenakan
pembiayaan yang disalurkan oleh pihak bank tidak memberikan
keuntungan yang besar bagi bank, atau dalam kata lain penyaluran
pembiayaan yang dilakukan oleh bank tidak diikuti oleh pengelolaan
86
Non Performing Financing (NPF) yang baik. Penyaluran pembiayaan
yang dilakukan oleh bank seharusnya diikuti juga dengan pengelolaan
Non Performing Financing (NPF), karena walaupun rasio penyaluran
pembiayaan tinggi tetapi tidak di ikuti pengelolaan NPF yang baik
akan membuat penyaluran pembiayaan menjadi kurang efektif atau
kurang menguntungkan. Hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang telah dilakukan Kusuma (2016), dan Sholihah (2016)
yang menyatakan bahwa Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak
berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA).
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya tentang Inflasi, Suku Bunga BI, NPF,
FDR terhadap ROA pada Bank Umum Syariah (BUS) dari tahun 2012-
2016, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Variabel Inflasi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah. Sehingga peningkatan
pada Inflasi akan mengakibatkan meningkatnya Return On Asset
(ROA).
2. Variabel Suku Bunga mempunyai pengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) Bnak Umum Syariah. Sehingga
peningkatan pada Suku Bunga akan mengakibatkan menurunnya
Return On Asset (ROA).
3. Variabel Non Performing Financing (NPF) mempunyai pengaruh
negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum
Syariah. Sehingga peningkatan pada Non Performing Financing (NPF)
akan mengakibatkan menurunnya Return On Asset (ROA).
4. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) mempunyai pengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA) Bank
Umum Syariah. Hal ini dikarenakan pembiayaan yang disalurkan oleh
pihak bank tidak memberikan keuntungan yang besar bagi bank, atau
88
dalam kata lain penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank
tidak diikuti oleh pengelolaan Non Performing Financing (NPF) yang
baik. Penyaluran pembiayaan yang dilakukan oleh bank seharusnya
diikuti juga dengan pengelolaan Non Performing Financing (NPF),
karena walaupun rasio penyaluran pembiayaan tinggi tetapi apabila
tidak di ikuti pengelolaan (Non Performing Financing) NPF yang baik
akan membuat penyaluran pembiayaan menjadi kurang efektif atau
kurang menguntungkan.
B. Saran
Dari hasil penelitian dan olah data yang telah dilakukan peneliti
memberi saran sebagai berikut:
1. Bagi Manajemen
a. Perbankan harus lebih memperhatikan dan menjaga tingkat
kesehatan bank dari berbagai faktor seperti faktor permodalan,
kualitas aktiva, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Jika
faktor-faktor tersebut dapat terjaga dengan baik maka krisis
perbankan tidak akan terjadi dan kepercayaan nasabah akan
terjaga dengan baik.
b. Perbankan harus menjalankan fungsinya dengan baik agar
dapat mendorong terciptanya perekonomian yang baik di
negara ini.
89
2. Bagi Investor
a. Bagi para calon investor dan nasabah sebaiknya
memperhatikan informasi-informasi mengenai inflasi dan suku
bunga melalui informasi dari Bank Indonesia karena dengan
adanya informasi tersebut dapat dijadikan sebagai pengukur
atau memprediksi kinerja perbankan sebelum para calon
invetor maupun calon nasabah melakukan keputusan.
b. Untuk calon investor disarankan sebelum menanamkan
modalnya pada suatu bank agar terlebih dahulu menganalisis
kinerja keuangan suatu bank seperti tingkat kesehatan dan
kemampuan memperoleh laba melalui rasio-rasio seperti NPF
dan FDR maupun yang lainnya.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
referensi bagi peneliti selanjutnya di bidang yang sama yang
akan datang untuk dikembangkan dan diperbaiki, misalnya
dengan memperpanjang periode pengamatan sehingga dapat
lebih mencerminkan hasil penelitian.
b. Penelitian selanjutnya dapat memperbanyak jumlah variabel
yang dipergunakan, karena masih banyak variabel lain yang
berpengaruh pada kinerja keuangan perbankan syariah seperti
CAR, BOPO dan NOM.
90
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, Mei. 2014. Analisis Pengaruh FDR dan LAR Terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus
Pada Bank Umum Syariah Periode 2009-2013). Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Universitas
Muhammadiyah Surakarta 2014.
Antonio, M. Syafi’I. 2001. Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek.
Jakarta: Gema Insani.
Alim, Syahirul. 2014. Analisis Pengaruh Inflasi dan Bi Rate
terhadap Return On Assets (ROA) Bank Syariah di
Indonesia. 10, 201 -220.
Arifin, Moch . 2016. Analisis Pengaruh CAR, Efisiensi, FDR , dan
Quick Ratio Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum
Syariah. Salatiga: Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Armaya, Meuthia. 2015. Analisis Penngaruh Suku Bunga, Inflasi,
Capital Adequacy Ratio, Beban Operasional, dan Non
Performing Financing Terhadap Profitabiltas Bank Umum
Syariah Di Indonesia. Sumatera Utara : Universitas
Sumatera Utara.
Armereo, Crystha. 2015. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank Syariah Yang Terdaftar di BEI. Jurnal
Ilmiah Ekonomi Global Masa Kini volume 6, No.1
Desember 2015
Dewi, L. E., dkk. 2015. Analisis Pengaruh NIM, BOPO, LDR, dan
NPL terhadap Profitabilitas (Bank Umum Swasta Nasional
yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia periode 2009-
2013). E- Journal S1 Ak. Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 Volume 3, (1).
Indyarwati, Emmy Visima dan Handayani, Nur. 2016. Pengaruh
Rasio CAMEL Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi Vol. 6, nomor 8,
Agustus 2017
Irfani, Arifin Achmad. 2015. Analisis Pengaruh Inflasi dan Suku
Bunga Bank Indonesia Terhadap Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah Di Indonesia (Periode 2012-2014). Salatiga:
Intitut Agama Islam Negeri Salatiga.
Kasmir. 2012.AnalisisLaporan Keuangan.Jakarta: Rajawali Pers.
91
Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kasmir.2005.Manajemen Perbankan. Divisi Buku Perguruan Tinggi.
Jakarta: PT.RajaGrafindoPersada.
Kurniasih, Erni. 2012. Pengaruh Capital Adequity Ratio (CAR) Non
PerformingFinancing (NPF) Financing to Deposit Ratio
(FDR) Biaya OperasionalPendapatan Operasional (BOPO)
Suku Bunga dan Inflasi TerhadapProfitabilitas
(Perbandingan Bank Umum Syariah dan Bank Umum
Konvensional Periode 2007-2011). Yogyakarta: Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kusuma, Dimas Purwanigtyas. 2016. Analisis Pengaruh Suku Bunga,
Inflasi, NPF dan FDR Terhadap Profitabilitas Bank Umum
Syariah (Periode 2011-2015). Yogyakarta:Universitas
Sunan Kalijaga.
Laporan Keuangan Publikasi Panin Dubai Syariah Bank. Dari Tahun
2012 sampai Tahun 2016. Diaskes dari
www.paninbanksyariah.co.id
Laporan Keuangan Publikasi BRI Syariah. Dari Tahun 2012 sampai
Tahun 2016. Diaskes dari www.brisyariah.co.id
Laporan Keuangan Publikasi Bank Muamalat. Dari Tahun 2012
sampai Tahun 2016. Diaskes dari www.bankmuamalat.co.id
Laporan Keuangan Publikasi Maybank Syariah. Dari Tahun 2012
sampai Tahun 2016. Diaskes dari
www.maybanksyariah.co.id
Laporan Keuangan Publikasi Bank Mega Syariah. Dari Tahun 2012
sampai Tahun 2016. Diaskes dari www.megasyariah.co.id
Laporan Keuangan Publikasi BJB Syariah. Dari Tahun 2012 sampai
Tahun 2016. Diaskes dari www.bjbsyariah.co.id
Laporan Keuangan Publikasi BCA Syariah. Dari Tahun 2012 sampai
Tahun 2016. Diaskes dari www.bcasyariah.co.id
Laporan Keuangan Publikasi BNI Syariah. Dari Tahun 2012 sampai
Tahun 2016. Diaskes dari www.bnisyariah.co.id
92
Laporan Keuangan Publikasi Bank Victoria Syariah. Dari Tahun 2012
sampai Tahun 2016. Diaskes dari
www.bankvictoriasyariah.co.id
Laporan Keuangan Publikasi Bank Syariah Bukopin. Dari Tahun 2012
sampai Tahun 2016. Diaskes dari
www.syariahbukopin.co.id
Laporan Keuangan Publikasi Bank Mandiri Syariah. Dari tahun 2012
sampai Tahun 2016. Diakses dari
www.syariahmadniri.co.id
Muhamad. 2002. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: UPP AMP
YKPN.
Muh. Sabir. M, Muhammad Ali, Abd. Hamid Habbe. Jurnal
Pengaruh Rasio Kesehatan Bank Terhadap Kinerja
Keuangan Bank Umum Syariah Dan Bank Konvensional Di
Indonesia.2012. Jurnal Analisis, Vol 1, No 1, Juni 2012.
Naomi, Prima dan Febrina Dwijayanthi. 2009. Pengruh Inflasi, BI
Rate, dan Nilai Tukar Mata Uang Terhadap Profitabilitas
Bank. Jakarta: Karisma.
Nopirin. 2009. Ekonomi Moneter. Buku 2. Yogyakarta: BPFE.
Pratiwi, Dhian Dayinta. 2012. Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR
Terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah di
Indonesia Tahun 2005-2010. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Purnamasari, Nur dan Sapto Jumono. 2013. Kinerja Keuangan
Industri Perbankan Studi Kasus Bank Asing di Indonesia
2002Q1-2012Q4. Jakarta : Universitas Esa Unggul.
Purwoko dan Sudiyatno. 2013. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Bank (Studi Empirik pada Industri Perbankan di
BEI). Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE) Volume 20, (1).
Sahara, Ayu Yanita. 2013. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga BI
dan Produk Domestic Bruto Terhadap Return On Asset
(ROA) Bank Syariah di Indonesia, Jurnal Ilmu Manajemen,
Vol. 1, No. 1, Januari 2013.
Sari, Wida Anindya. 2014. Analisis Pengaruh Variabel NPF, FDR,
dan CAR Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Bank
Umum Syariah. Jurnal Kajian Ilmiah Akuntansi Fakultas
Ekonomi UNTAN Vol. 3, No. 4 2014.
93
Sholihah, Mar’atush. 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia
tahun 2011-2014. Surakarta : Universitas Muhamadiyah
Surakarta.
Sukirno, Sadono, 2006. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah,
dan Dasar Kebijakan, Edisi Kedua, Jakarta: Penerbit
Kencana Prenada Media Group.
Wibowo, Edhi Satriyo dan Syaichu, Muhammad. 2013.
Analisis Pengaruh Suku Bunga, Inflasi, Car, Bopo, Npf
terhadap Profitabilitas Bank Syariah. Diponegoro Journal
Of Management Vol. 2 No. 2. 2013.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Inflasi, Suku Bunga, Non Performing Financing (NPF), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Return on Asset (ROA) Bank Umum Syariah Periode
2012-2016 (dalam persen)
Bank Umum Syariah Tahun Inflasi Suku
Bunga BI NPF FDR ROA
Bank Bukopin Syariah 2012 4,28 5,78 4,57 92,29 0,55
2013 6,97 6,41 4,27 100,29 0,69
2014 6,41 7,53 3,34 92,89 0,27
2015 6,39 7,52 2,72 90,56 0,79
2016 3,53 6,77 2,74 88,18 0,76
Bank Victoria Syariah 2012 4,28 5,78 3,19 73,77 1,43
2013 6,97 6,41 3,71 84,65 0,50
2014 6,41 7,53 7,10 95,91 -1,87
2015 6,39 7,52 9,80 95,29 -2,36
2016 3,53 6,77 4,35 100,66 -2,19
Bank Mega Syariah 2012 4,28 5,78 2,09 52,39 2,74
2013 6,97 6,41 2,18 57,41 1,14
2014 6,41 7,53 2,09 68,85 1,16
2015 6,39 7,52 2,81 65,05 1,97
2016 3,53 6,77 2,81 95,24 2,63
Bank Central Asia Syariah 2012 4,28 5,78 0,10 79,90 0,80
2013 6,97 6,41 0,10 83,50 1,00
2014 6,41 7,53 0,10 91,20 0,80
2015 6,39 7,52 0,70 91,40 1,00
2016 3,53 6,77 0,20 90,42 1,10
Bank Muamalat Indonesia 2012 4,28 5,78 5,77 94,15 0,20
2013 6,97 6,41 5,61 99,99 0,27
2014 6,41 7,53 6,55 84,14 0,17
2015 6,39 7,52 7,11 90,30 0,20
2016 3,53 6,77 3,83 95,13 0,22
BRI Syariah 2012 4,28 5,78 3,00 100,96 1,19
2013 6,97 6,41 4,06 102,70 1,15
2014 6,41 7,53 4,60 93,90 0,08
2015 6,39 7,52 4,86 84,16 0,76
2016 3,53 6,77 3,19 122,51 0,95
My Bank Syariah 2012 4,28 5,78 2,49 197,70 2,88
2013 6,97 6,41 2,69 152,87 2,87
2014 6,41 7,53 5,04 157,77 3,61
2015 6,39 7,52 4,93 110,54 -20,13
2016 3,53 6,77 4,60 134,73 -9,51
Bank Panin Syariah 2012 4,28 5,78 0,20 105,66 3,48
2013 6,97 6,41 1,02 90,40 1,03
2014 6,41 7,53 0,53 94,04 1,99
2015 6,39 7,52 2,63 96,43 1,14
2016 3,53 6,77 1,88 91,99 0,37
Bank Jabar Banten Syariah 2012 4,28 5,78 1,01 87,99 -0,59
2013 6,97 6,41 1,16 97,40 0,60
2014 6,41 7,53 5,84 84,02 0,72
2015 6,39 7,52 6,93 104,75 0,25
2016 3,53 6,77 17,91 98,73 -8,09
Bank BNI Syariah 2012 4,28 5,78 1,42 84,99 1,48
2013 6,97 6,41 1,32 97,86 1,23
2014 6,41 7,53 0,97 92,60 1,43
2015 6,39 7,52 1,43 91,94 1,43
2016 3,53 6,77 0,79 90,89 1,45
Bank Mandiri Syariah 2012 4,28 5,78 2,82 94,40 2,25
2013 6,97 6,41 4,32 89,37 1,53
2014 6,41 7,53 6,84 82,13 -0,04
2015 6,39 7,52 6,06 81,99 0,56
2016 3,53 6,77 4,92 79,19 0,59
Sumber :Laporan keuangan Bank Umum Syariah periode 2012-2016
Lampiran 2 Uji Stasioneritas
Inflasi
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 12 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -8.189929 0.0000
Test critical values: 1% level -3.557472
5% level -2.916566
10% level -2.596116 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Suku Bunga BI
Null Hypothesis: SUKU_BUNGA_BI has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 12 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -6.153615 0.0000
Test critical values: 1% level -3.557472
5% level -2.916566
10% level -2.596116 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
NPF
Null Hypothesis: NPF has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 5 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -4.552187 0.0005
Test critical values: 1% level -3.557472
5% level -2.916566
10% level -2.596116 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
FDR
Null Hypothesis: FDR has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 1 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -3.193270 0.0258
Test critical values: 1% level -3.557472
5% level -2.916566
10% level -2.596116 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
ROA
Null Hypothesis: ROA has a unit root
Exogenous: Constant
Bandwidth: 9 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel Adj. t-Stat Prob.* Phillips-Perron test statistic -5.775546 0.0000
Test critical values: 1% level -3.557472
5% level -2.916566
10% level -2.596116 *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Uji Unit Root Test pada level
Tabel 4.2 Hasil uji stasioner tiap variabel
No. Variabel Prob.* Keterangan
1 Inflasi 0.0000 Data Stasioner
2 Suku Bunga 0.0000 Data Stasioner
3 NPF 0.0005 Data Stasioner
4
5
FDR
ROA
0.0258
0,0000
Data Stasioner
Data Stationer
Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2017.
Lampiran 3 Uji Normalitas
Uji Normalitas P-P Plot
Uji Kolmogrov-Smirnov
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual
N 55
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.02655921
Most Extreme
Differences
Absolute .104
Positive .069
Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z .771
Asymp. Sig. (2-tailed) .593
a. Test distribution is Normal.
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Lampiran 4 Uji Multikolinearitas
Uji VIF
Sumber : Data sekunder yang diolah, 2017.
Lampiran 5 Uji Autokolerasi
Uji Run Test
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .10340
Cases < Test Value 27
Cases >= Test Value 28
Total Cases 55
Number of Runs 24
Z -1.223
Asymp. Sig. (2-tailed) .221
a. Median
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.880 1.216 2.369 .022
Inflasi .351 .135 .298 2.604 .012 .623 1.606
Suku_Bunga -.438 .191 -.265 -2.287 .026 .607 1.646
NPF -.388 .050 -.713 -7.718 .000 .952 1.050
FDR .003 .006 .042 .456 .650 .982 1.018
a. Dependent Variable: ROA
Lampiran 6 Uji Heteroskedastisitas
Uji Scatter Plot
Sumber: data sekunder diolah, 2017.
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 2.880 1.216 2.369 .022
Inflasi .351 .135 .298 2.604 .012 .623 1.606
Suku_Bunga -.438 .191 -.265 -2.287 .026 .607 1.646
NPF -.388 .050 -.713 -7.718 .000 .952 1.050
FDR .003 .006 .042 .456 .650 .982 1.018
a. Dependent Variable: ROA
Uji Park
Sumber: data sekunder diolah, 2017
Lampiran 7 Hasil Uji Analisis Regresi Linear Berganda
Variables Entered/Removedb
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 FDR, NPF,
Inflasi,
Suku_Bungaa
. Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data sekunder diolah, 2017.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .774a .598 .566 1.07039
a. Predictors: (Constant), FDR, NPF, Inflasi, Suku_Bunga
Sumber : Data sekunder diolah, 2017.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 1.278 2.753 .464 .645
Inflasi .082 .305 .047 .268 .790
Suku_Bunga -.227 .433 -.093 -.524 .602
NPF .108 .114 .134 .953 .345
FDR -.021 .015 -.200 -1.441 .156
a. Dependent Variable: ln_res1_kuadrat
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 83.642 4 20.910 18.251 .000a
Residual 56.141 49 1.146
Total 139.782 53
a. Predictors: (Constant), FDR, NPF, Inflasi, Suku_Bunga
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data sekunder diolah, 2017.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2.820 1.222 2.308 .025
Inflasi .372 .138 .313 2.703 .009
Suku_Bunga -.457 .193 -.276 -2.362 .022
NPF -.391 .051 -.717 -7.730 .000
FDR .004 .007 .050 .549 .585
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data sekunder diolah, 2017.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Andi Pramudi Yanto
TTL : Kab. Semarang 11 Maret 1994
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Karangduren RT 01 RW 01, Kec.Tengaran, Kab. Semarang
No Hp : 089505254041
Email : [email protected]
Pendidikan Formal
Tahun 2000 TK PGRI Karangduren
Tahun 2001-2006 SDN Karangduren 01
Tahun 2006-2009 SMP N 1 Tengaran
Tahun 2009-2012 SMA N 1 Tengaran
Tahun 2013 IAIN Salatiga