Analisis Penerapan Open Access Dan Unbundling Lampung (2)
-
Upload
bonifarefsiii -
Category
Documents
-
view
36 -
download
10
Transcript of Analisis Penerapan Open Access Dan Unbundling Lampung (2)
ANALISIS PENERAPAN Unbundling dan OPEN ACCESS DI INDONESIA
Dr. Fahmy Radhi, MBAPeneliti PSE UGM
Liberalisasi Tata Kelola Gas Melalui Unbundling dan Open Access
• Open access dan unbundling merupakan salah satu usaha untuk: – mewujudkan kompetisi usaha yang sehat dan
menghasilkan industri gas bumi yang berjalan sesuai mekanisme pasar.
– memberikan kesetaraan usaha yang seimbang untuk menciptakan persaingan usaha yang sehat,
– memberikan pilihan terbaik dengan harga murah dalam memenuhi kebutuhan gas bagi pengguna akhir.
– penciptaan persaingan usaha yang sehat melalui liberalisasi industri gas bumi diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
04/21/23 [email protected]
2
04/21/23 [email protected]
3
Liberalisasi Tata Kelola Gas Bumi
• UU Migas No. 22 Tahun 2001: – Migas bukan sebagai komoditi strategis, melainkan
sebagai komoditi pasar, – Penetapan harga sepenuhnya diserahkan pada
mekanisme pasar– Unbundling secara vertikal antara kegiatan hulu dan hilir
• PP No. 36 Tahun 2004 dan Permen ESDM No. 19 Tahun 2009:– pengangkutan dan niaga gas dilakukan dengan prinsip usaha terpisah
(unbundling)
– Usaha pengangkutan dan niaga harus berupa badan usaha yang terpisah
• Permen ESDM No. 19 Tahun 2009 dan Peraturan BPH Migas No. 15 tahun 2008 – Liberalisasi melalui skema open access
– Mengijinkan Trader Non-infrastructure dalam perniagaan gas
Dampak Liberalisasi
• Munculnya trader Non-infrastruktur mencapai 63 badan usaha.
• Intensitas persaingan meningkat yang mengarah Unfair Competition antara BUMN pemilik infrasrtutur dengan trader infrastruktur
• Memicu “perseteruan” antara Pertamina dan PGN• Pengembangan jaringan pipa mandek, trader tidak
bersedia membangun infrastruktur sendiri, penyebabnya:– Tidak diwajibkan oleh regulasi, – Pengembangan infrastruktur termasuk high risk-low
return
04/21/23 [email protected]
4
04/21/23 [email protected]
5
Tindakan Pertamina Melarang Pelaksanaan Crossing Pipa di Jawa Barat
MKR
MBK
RMJ
CMG
SRP
BTG
CKD
BJN
LBM
TBB
LAMPUNG
PDU
PLBGas CoPhi, PTM,
Suban & JOB JM
Banten Barat
Banten Timur
DKI JAKARTA
Bogor
Bekasi
Karawang&Purwakarta
Keterangan:Pipa PGN-Transmisi Eksisting
Pipa Pertamina (aliran )
1 crossing
Pembangunan Pipa Distribusi PGN merupakan kelanjutan Proyek Distribusi Jawa Barat dalam rangka meningkatkan kehandalan penyaluran gas ke Pelanggan, meliputi1.Cikande– Bitung (CP 3B) - 1 crossing2.Muara Bekasi – Muara Karang (Ringline 1) – 1 crossing3.Bitung – Cimanggis (Ringline 2) – 2 crossing4.Distribusi pelanggan – 7 crossing
CKD
Pipa Pertagas tidak dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan gas dari Bojonegara ke Serpong karena:Arah aliran kedua pipa berlawanan.Pipa PGN merupakan pipa Distribusi (ibarat jalan arteri) sedangkan pipa Pertagas merupakan pipa Transmisi (ibarat jalan tol) dengan tekanan operasi yang jauh berbeda.Memang diperlukan penambahan kapasitas jaringan pipa untuk mengantisipasi penambahan pasokan gas dari LNG.
Rencana Pipa Pertamina
Pipa PGN-Distribusi Eksisting (aliran )Pipa konstruksi PGN
• Pembangunan pipa PGN sudah hampir selesai namun hanya tinggal 30 meter di area crossing.
Stagnansi Infrastruktur Penyaluran Gas
• Pada 2010 jaringan pipa transmisi dan distribusi gas nasional mencapai sepanjang 7.800 km naik menjadi 8.000 km pada 2012, hanya ada kenaikan 200 km selama 2 tahun.
• Bandingkan dengan Turki yang mampu menambah pipa baru sepanjang 4.410 km pada 2012.
• Sumber: data BPH Migas
04/21/23 [email protected]
6
<1998
Add. 536 km
Grissik - Duri
1998 2002
TGI Est.
Add. 470 km
Grissik – Singapore
2003 2005
Total P/L6886 km
Add. 1002 km
SSWJ
2007 2010
Total P/L7800 km
2012
Total P/L8000 km
>2012 ???
Add. 200 km
Dampak Stagnasi Pipa Picu Krisis Gas
• Krisis Gas di Medan – Permintaan gas melebihi pasokan yang tersedia. – Jaringan pipa gas terisolasi sehingga kebutuhan gas di Medan
hanya dipasok dari sumber gas di sekitarnya saja, – Dampaknya, krisis Gas Medan tidak bisa dihindari sehingga
menyebabkan empat industri besar konsumen gas harus menutup usahanya.
• Krisis Gas di Jawa Timur – Terjadi kelebihan pasokan gas di atas permintaan (over supply). – Seluruh pasokan gas tidak dapat sepenuhnya diserap oleh pasar,
daya serap pasar (existing market) terbatas – Upaya untuk menyalurkan kelebihan gas tidak dapat dilakukan
karena tidak tersedia jaringan pipa yang melintas di daerah baru.
04/21/23 [email protected]
7
04/21/23 [email protected]
8
04/21/23 [email protected]
8
Dampak Implementasi Unbundling Terhadap Rantai Bisnis Gas Bumi Indonesia
Produsen GasProdusen Gas Pengangkutan dan Niaga Oleh PGN
Pengangkutan dan Niaga Oleh PGN
Pengguna Akhir
Pengguna Akhir
PengangkutanPengangkutan Shipper PLNShipper PLN
Eksisting
Implementasi Open Access dan Unbundling Secara Lengkap
Produsen GasProdusen Gas Transmisi – PGAS SSWJTransmisi – PGAS SSWJ
Distribusi – PGAS JBB
Distribusi – PGAS JBB
PGNNiaga JBB
PGNNiaga JBB
Pengguna Akhir
Pengguna Akhir
Shipper PLNShipper PLN
Harga di Pengguna Akhir:Harga Beli + Biaya Pengangkutan Transmisi + Distribution Cost (Bundled di Distribusi)
Harga di Pengguna Akhir:Harga Beli + Biaya Pengangkutan Transmisi + Biaya Pengangkutan Distribusi + Biaya Trader (Margin Niaga)
Rekomendasi – Action Plan
1. Peninjauan ulang Peraturan Liberalisasi melalui Unbundling dan Open Acces agar selaras dengan amanah konstitusi UUD 1945, utamanya pasal 33 ayat 2
2. Penetapan jatah alokasi Gas dari Hulu dan Penetapan harga jual dilakukan oleh pemerintah secara regulated
3. Pengembangan infrastruktur gas akan efektif jika dilakukan oleh satu badan usaha dengan skema monopoli alamiah secara bundled dan closed acces.
4. Pemberian jaminan pengembalian investasi bagi Badan Usaha dalam pembangunan infrastruktur gas melalui peran baik sebagai transporter, maupun trader
5. Penguatan peran BUMN Gas dengan melakukan merger antara PGN dengan Pertagas yang melakukan usaha di hilir, sedangkan usaha Gas di hulu dilakukan oleh Pertamina
04/21/23 [email protected]
9