ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG ...repository.ub.ac.id/6076/1/TRI WAHYUNI.pdfMetode...

74
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI BROKOLI (Brassica oleracea L.) (Studi Kasus di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Batu) SKRIPSI Oleh TRI WAHYUNI JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017

Transcript of ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG ...repository.ub.ac.id/6076/1/TRI WAHYUNI.pdfMetode...

  • ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI

    BROKOLI (Brassica oleracea L.) (Studi Kasus di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Batu)

    SKRIPSI

    Oleh

    TRI WAHYUNI

    JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

    2017

  • ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

    MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI

    BROKOLI (Brassica oleracea L.) (Studi Kasus di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Batu)

    Oleh:

    TRI WAHYUNI

    105040100111087

    Minat Ekonomi Pertanian

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

    JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2017

  • PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

    yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan

    Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

    yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

    diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

    Malang, Juli 2017

    Tri Wahyuni

    105040100111087

  • v

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis lahir di Blitar pada tanggal 27 Desember 1991 sebagai putri tunggal

    dari ayah bernama Matius Mujiono dan ibu Easter Suriyah. Penulis menempuh

    pendidikan sekolah dasar di SDN Bacem 2 pada tahun 1998-2004 dan

    melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Ponggok (2004-

    2007). Pada tahun 2007 penulis menempuh pendidikan sekolah menengah

    kejuruan di SMKN 2 Kediri dan lulus pada tahun 2010. Selepas SMK, Universitas

    Brawijaya menjadi pilihan penulis untuk melanjutkan pendidikannya. Melalui

    Jalur SNMPTN, penulis diterima di Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

    Brawijaya.

    Selama masa studi, penulis aktif dalam kegiatan organisasi di Christian

    Community. Pada tahun 2012 penulis menjadi pengurus untuk Bidang 2 atau Sie

    Acara. Di tahun yang sama, penulis menjadi Ketua Pelaksana kegiatan Ibadah

    Padang. Selain itu penulis juga pernah menjadi Steering Committee (SC) untuk

    kegiatan Retreat Christian Community pada tahun 2014.

  • i

    ABSTRAK

    TRI WAHYUNI. 105040100111087. ANALISIS PENDAPATAN DAN

    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI

    BROKOLI (Brassica oleracea L.) STUDI KASUS DI DUSUN TEGALSARI,

    DESA SUMBERGONDO, KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU. Dibawah

    bimbingan Sujarwo, SP., MP., M.Sc. dan Nur Baladina, SP., MP.

    Komoditas hortikultura di Indonesia memiliki prospek dan peluang yang besar

    untuk dikembangkan. Brokoli merupakan salah satu komoditi sayuran binaan

    pemerintah, oleh karena itu hingga saat ini pengembangan terhadap komoditi ini terus

    dilakukan. Salah satu sentra produksi brokoli di Jawa Timur ialah Kota Batu.

    Produksi brokoli di Kota Batu pada tahun 2014 mencapai angka 572,9 ton, angka

    produksi tersebut meningkat cukup tajam dari tahun 2013 yaitu sebesar 347,4 ton.

    Sama halnya dengan jumlah produksi, luas lahan panen brokoli juga mengalami

    kenaikan dari tahun sebelumnya. Tahun 2013 luas lahan panen sayur brokoli di Kota

    Batu sebesar 215 ha dan meningkat menjadi 337 pada tahun 2014. Dusun Tegalsari,

    Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ialah salah satu sentra brokoli di

    Kota Batu. Produksi brokoli di Dusun Tegalsari ini cukup tinggi sehingga menjadikan

    daerah ini sebagai sentra produksi komoditi brokoli. Produksi yang tinggi belum tentu

    optimal dalam penggunaan faktor-faktor produksinya.

    Berdasarkan uraian tersebut, penelitian mengenai pendapatan dan faktor-faktor

    yang mempengaruhi produksi usahatani brokoli di Dusun Tegalsari, Desa

    Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu penting untuk dilakukan. Penelitian ini

    bertujuan untuk : (1) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi

    usahatani brokoli di Dusun Tegalsari, (2) Menganalisis tingkat efisiensi teknis yang

    dicapai oleh petani brokoli di Dusun Tegalsari, dan (3) menganalisis besarnya biaya,

    penerimaan dan pendapatan usahatani brokoli di Dusun tegalsari, Desa Sumbergondo,

    Batu. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis fungsi produksi Cobb-Douglas

    yang ditrasnformasikan kedalam analisis inferensia Principal Component Analysis

    (PCA), analisis efisiensi teknis dengan Stochastic frontier dan analisis pendapatan.

    Hasil yang diperoleh yaitu: (1) Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam

    usahatani brokoli di daerah penelitian adalah luas lahan, bibit, pupuk kimia, pupuk

    kandang, pestisida dan tenaga kerja. Dari keenam variabel tersebut berdasarkan

    analisis dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang difaktorkan

    dengan Principal Component Analysis (PCA) menunjukkan bahwa semua variabel

    berpengaruh nyata terhadap produksi brokoli. (2) Tingkat efisiensi teknis yang

    dicapai oleh petani responden di Dusun Tegalsari tergolong tinggi dan cenderung

    sudah efisien. Rata-rata tingkat efisiensi teknis sebesar 0,99. Hal ini dikarenakan

    penggunaan faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani brokoli.

    (3) Rata-rata besarnya penerimaan yang didapatkan oleh petani brokoli di daerah

    penelitian adalah sebesar Rp. 75.284.062,5 ha per musim tanam dan rata-rata total

    biaya adalah sebesar Rp. 25.051.538 ha per musim tanam. Dengan demikian rata-rata

    pendapatan yang diterima oleh petani responden adalah Rp. 50.232.524,5 ha per

    musim tanam.

  • ii

    Saran untuk penelitian ini adalah (1) Agar tingkat efisiensi teknis dan

    pendapatan tetap berada dalam nilai yang positif, maka pelaksanaan usahatani brokoli

    di daerah penelitian perlu mempertahankan penggunaan luas lahan, bibit, pupuk

    kimia, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja dengan tepat. (2) Keterbatasan

    penelitiaan ini adalah belum membedakan penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenis

    kelamin. Sehingga pada penelitian selanjutnya diharapkan dibedakan antara tenaga

    kerja wanita dan pria sehingga penelitian selanjutnya penggunaan tenaga kerja lebih

    optimum.

  • iii

    ABSTRACT

    TRI WAHYUNI. 105040100111087. AN ANALYSIS OF INCOME AND

    FACTORS AFFECTING THE PRODUCTION OF BROCCOLI FARM

    (Brassica oleracea L.) CASE STUDY AT TEGALSARI HAMLET,

    SUMBERGONDO VILLAGE, BUMIAJI DISTRICT, BATU. Supervisor:

    Sujarwo, SP., MP., M.Sc., Co-Supervisor: NurBaladina, SP., MP.

    Horticultural commodities in Indonesia have great prospects and opportunities

    to develop. Brocccoli is one of the vegetable commodities targeted by the

    government; therefore up until now its development is still on going. One of the

    vegetable commodity centers is in Batu. On 2014 broccoli production reached 572,9

    ton, the number has increased from the previous year on 2013 which is 347,4 ton. As

    the number of production, the land area has also increased from the previous year. On

    2013 the land area for broccoli in Batu is 215 ha and increased to 227 ha on

    2014.Tegalsari hamlet, Sumbergondo village, Bumiaji District, Batu is one of

    broccoli centers in Batu City.Broccoli’s production at Tegalsari hamlet is high

    enough to make this area as the broccoli commodity center. The high production

    number doesn’t define that the using of production factors is optimal.

    Based on the description above, a research about the income and factors

    affecting the production of broccoli farm at Tegalsari hamlet, Sumbergondo Village,

    Bumiaji District, Batu is important to be done. The purposes of this research are: (1)

    To analyze the factors that affect the production of broccoli farm at Tegalsari hamlet,

    (2) to analyze the technical efficiency level achieved by broccoli’s farmers at

    Tegalsari hamlet, and (3) to analyze the amount of cost, revenue, and income of

    broccoli farmat Tegalsari hamlet, Sumbergondo village, Batu. The analysis methods

    used are production function analysis Cobb-Douglas transformed to the inferential

    analysis Principal Component Analysis (PCA), technical efficiency analysis using

    Stochastic frontier and income analysis.

    The results are: (1) The factors used in broccoli farm at the research area are

    land area, seed, fertilizer, manure, pesticide, and labor. Based on the production

    function analysis using Cobb Douglas that factorized to Principal Component

    Analysis (PCA) shows that all the six factors are significantly affect the broccoli

    production. (2) The technical efficiency level achieved by the farmer respondents at

    Tegalsari hamlet is high and efficient. The average technical efficiency is 0,99. (3)

    The average revenue of the broccoli farmers at the research area is Rp. 75.284.062,5

    ha per growing season and the average cost is Rp. 25.051.538 ha per growing season.

    Based on that we can conclude that the average income is Rp. 50.232.524,5 ha per

    growing season.

    The advices inthis research are: (1) In order to keep the technical efficiency

    level and income in a positive value, the implementation of broccoli farm at the

    research area needs to maintain the production factors properly. (2) The next research

    can be more specific about determining the optimal number of labor needed based on

    the gender to do different kind of job.

  • iv

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena dengan kasih dan

    limpahan berkat-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan skripsi dengan judul

    “Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani

    Brokoli (Brassica oleracea L.) di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo,

    Kecamatan Bumiaji, Kota Batu”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

    dalam rangka menyelesaikan satu tugas akhir Strata Satu (S-1) di Fakultas

    Pertanian Universitas Brawijaya Malang.

    Penelitian ini dilakukan karena penulis mengganggap penting mengetahui

    faktor-faktor produksi dalam usahatani brokoli. Hal tersebut menjadikan penulis

    merumuskan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

    mempengaruhi produksi usahatani brokoli, tingkat efisiensi serta pendapatan

    usahatani brokoli di daerah penelitian. Sehingga harapan penulis, skripsi ini dapat

    menjadi acuan atau saran terhadap peningkatan pendapatan petani brokoli.

    Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dorongan dari

    berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bimbingan, dorongan serta doa tersebut

    sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut di atas

    penulis menyampaikan hormat dan terimakasih kepada:

    1. Bapak Sujarwo, SP., MP., M.Sc. dan Ibu Nur Baladina, SP., MP. sebagai

    pembimbing utama dan pembimbing pendamping yang telah meluangkan

    waktu untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini.

    2. Bapak Ir. Heru Santoso H.S., SU. dan Bapak Sugeng Riyanto, SP., M.Si.

    selaku dosen penguji atas nasihat, arahan, serta bimbingan kepada penulis.

    3. Bapak dan Ibu serta keluarga yang telah memberikan dorongan moral dan

    spiritual untuk penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan skripsi ini masih

    terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun serta

    sumbangan pemikiran yang konstruktif sangat penulis harapkan.

    Malang, Juli 2017

    Penulis

  • vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    RINGKASAN ............................................................................................ i

    SUMMARY ............................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR ............................................................................... iv

    RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v

    DAFTAR ISI .............................................................................................. vi

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix

    DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x

    I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1

    1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 4

    1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 6

    1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ......................................................... 8

    2.2 Botani dan Budidaya Brokoli ........................................................ 9

    2.3 Tinjauan Teoritis Usahatani .......................................................... 11

    2.3.1 Biaya ................................................................................... 11

    2.3.2 Penerimaan .......................................................................... 13

    2.3.3 Pendapatan .......................................................................... 13

    2.4 Tinjauan Teori Tentang Produksi .................................................. 13

    2.5 Tinjauan Teori Fungsi Produksi Cobb-Douglas ........................... 17

    2.6 Tinjauan Teori Tentang Fungsi Produksi Frontier ....................... 18

    2.7 Tinjauan Teori Tentang Pendapatan ............................................. 20

    2.8 Tinjauan Teori Efisiensi ................................................................ 21

    III. KERANGKA TEORITIS

    3.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 24

    3.2 Hipotesis ....................................................................................... 28

    3.3 Batasan Masalah ........................................................................... 28

    3.4 Ruang Lingkup dan Definisi Operasional ..................................... 28

    IV. METODE PENELITIAN

    4.1 Penentuan Lokasi Penelitian ......................................................... 32

    4.2 Metode Penentuan Sampel ............................................................ 32

    4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 34

    4.4 Metode Analisis Data .................................................................... 35

    4.4.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani

    Brokoli ................................................................................ 35

    4.4.2 Analisis Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Brokoli ......... 36

    4.4.3 Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani

    Brokoli ................................................................................ 37

    V. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................................ 38

    5.2 Kondisi Demografi Daerah Penelitian .......................................... 38

    5.2.1 Jumlah Penduduk ................................................................ 38

  • vii

    5.2.2 Mata Pencaharian ................................................................ 39

    5.3 Karakteristik Responden ............................................................... 40

    5.3.1 Karakteristik Umur Petani Responden ................................ 40

    5.3.2 Karakteristik Tingkat Pendidikan ....................................... 41

    5.3.3 Karakteristik Pengalaman Berusahatani ............................. 42

    5.3.4 Karakteristik Luas Lahan Brokoli ....................................... 43

    5.3.5 Karakteristik Status Kepemilikan Lahan ............................ 44

    5.3.6 Karakteristik Jumlah Anggota Keluarga ............................. 45

    5.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani

    Brokoli .......................................................................................... 46

    5.5 Analisis Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Brokoli ................... 51

    5.6 Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan ................................ 52

    5.6.1 Analisis Biaya ..................................................................... 52

    5.6.2 Analisis Penerimaan dan Pendapatan ................................. 55

    VI. KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan ................................................................................... 57

    6.2 Saran ............................................................................................. 57

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 58

    LAMPIRAN ............................................................................................... 61

  • viii

    DAFTAR TABEL

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Jumlah penduduk Desa Sumbergondo berdasarkan jenis kelamin ......................................................................................... 38

    2. Jumlah penduduk Dusun Tegalsari berdasarkan jenis kelamin ... 39 3. Distribusi penduduk Desa Sumbergondo berdasarkan Mata

    pencaharian .................................................................................. 40

    4. Karakteristik petani responden berdasarkan umur ....................... 41 5. Distribusi tingkat pendidikan penduduk di Dusun Tegalsari ....... 42 6. Karakteristik petani responden berdasarkan pengalaman ber-

    usahatani ...................................................................................... 43

    7. Karakteristik responden berdasarkan luas lahan garapan brokoli 44 8. Karakteristik responden berdasarkan status kepemilihan lahan ... 44 9. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 45 10. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan

    Brokoli di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan

    Bumiaji, Kota Batu ...................................................................... 46

    11. Hasil estimasi fungsi produksi stochastic frontier usahatani brokoli .......................................................................................... 51

    12. Kategori tingkat efisiensi teknis petani brokoli ........................... 52 13. Rata-rata biaya tetap usahatani brokoli dalam satu kali musim

    Tanam di daerah penelitian .......................................................... 53

    14. Rata-rata biaya variabel usahatani brokoli dalam satu kali musim Tanam di daerah penelitian .......................................................... 53

    15. Rata-rata biaya total usahatani brokoli dalam satu kali musim Tanam di daerah penelitian .......................................................... 55

    16. Rata-rata penerimaan usahatani brokoli dalam satu kali musim Tanam di daerah penelitian .......................................................... 55

    17. Rata-rata pendapatan usahatani brokoli dalam satu kali musim Tanam di daerah penelitian .......................................................... 56

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor Halaman

    Teks

    1. Daerah produksi dan elastisitas produksi ..................................... 15 2. Kurva fungsi produksi stochastic frontier ................................... 19 3. Efisiensi teknis dan alokatif ......................................................... 22 4. Kerangka pemikiran pendapatan dan faktor-faktor pro-

    duksi usahatani brokoli ................................................................ 27

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk Indonesia.

    Berdasarkan survei pada bulan Agustus tahun 2014, terlihat persentase jumlah

    penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian sebesar 34%. Selain itu,

    besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional Indonesia

    dapat dilihat dari besarnya peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai

    PDB atas dasar harga berlaku sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar

    9,8% dimana pada tahun 2012 sebesar Rp 1.193.452,90 milyar meningkat menjadi

    Rp 1.311.037,30 milyar pada tahun 2013 (Badan Pusat Statistik, 2014).

    Wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan

    pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun

    hortikultura subtropis, yang mencakup 323 jenis komoditas, yang terdiri dari 60

    jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas

    biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias (Kementerian Pertanian, 2009).

    Hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang

    berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini menunjukkan peran penting subsektor

    hortikultura dalam mendukung perekonomian nasional, khususnya dalam upaya

    peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

    Komoditas hortikultura memiliki prospek dan peluang yang besar untuk

    dikembangkan. Produksi hortikultura di dataran tinggi Indonesia memiliki nilai

    ekspor yang cukup tinggi, bahkan pada tahun 2011 ekspor sayur mayur Indonesia

    mencapai 21.105 ton dari 487.336 ton total impor sayur mayur Singapura. Hal ini

    menunjukkan bahwa sayur mayur Indonesia mampu bersaing dengan sayur mayur

    di negara tetangga tersebut (Kementerian Pertanian, 2014).

    Brokoli merupakan salah satu komoditi sayur binaan Direktorat Jenderal

    Hortikultura sesuai Keputusan Menteri Pertanian RI pada tahun 2006, oleh karena

    itu hingga saat ini pengembangan terhadap komoditi ini terus dilakukan. Brokoli

    memiliki banyak zat bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dalam 156

    gram (1 mangkuk) brokoli kukus terkandung protein sebesar 4,66 gr, zat besi 1,37

    mg, vitamin A, Vitamin B, serat dan masih banyak lagi. Selain itu brokoli juga

  • 2

    memiliki zat indoles dan sulforaphane yang mampu melawan penyakit kanker,

    diabetes, jantung dan tekanan darah tinggi (Armanda, 2010).

    Menurut Kementerian Pentanian dan Kehutanan Jawa Timur (2015) pada

    tahun 2010 hingga tahun 2013, perkembangan produksi tanaman brokoli di Jawa

    Timur sangat fluktuatif. Dari jumlah produksi per tahun, dapat dilihat bahwa

    kenaikan produksi paling tinggi terjadi pada tahun 2011. Angka produksi pada

    tahun 2010 sebesar 11.921 ton meningkat menjadi 22.563 ton pada tahun 2011.

    Kenaikan jumlah produksi tersebut berbanding lurus dengan luas areal panen dan

    produktivitas. Berbeda dengan tahun 2011, pada tahun 2012 luas areal panen

    meningkat akan tetapi produksi dan produktivas menurun. Sedangkan pada tahun

    2013, produksi dan produktivitas mengalami peningkatan akan tetapi luas areal

    lahan mengalami penurunan. Angka produksi tahun 2012 sebesar 22.436 ton

    meningkat menjadi 25.044 ton, produktivitas tahun 2011 sebesar 11,85 ton/ha

    meningkat menjadi 13,66 ton/ha.

    Menurut Mirza (2015), Kota Batu merupakan salah satu sentra penghasil

    komoditi sayuran di Jawa Timur, dan brokoli adalah salah satu komoditi sayuran

    yang dihasilkan oleh kota tersebut. Pada tahun 2014 produksi brokoli di kota Batu

    mencapai angka 572,9 ton, angka produksi tersebut meningkat cukup tajam dari

    tahun 2013 yaitu sebesar 347,4 ton. Sama halnya dengan jumlah produksi, luas

    lahan panen brokoli juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Tahun 2013

    luas lahan panen sayur brokoli di Kota Batu sebesar 215 ha dan meningkat

    menjadi 337 pada tahun 2014 (Kementerian Pertanian dan Kehutanan Kota Batu,

    2015). Dengan demikian pada tahun 2013 ke tahun 2014 terjadi kenaikan

    produktivitas sebesar 0,1 ton/ha. Kenaikan angka produktivitas tersebut

    menunjukkan bahwa kegiatan usahatani di Kota Batu cenderung menguntungkan,

    namun usahatani tersebut belum tentu efisien secara teknis apabila belum

    mencapai keuntungan yang optimal.

    Produksi dan luas panen pada tiap kecamatan di Kota Batu memiliki selisih

    yang cukup besar. Akan tetapi produktivitas pada masing-masing kecamatan tidak

    jauh berbeda. Kecamatan Batu memiliki produksi tanaman brokoli yang paling

    tinggi dibandingkan kecamatan Bumiaji dan kecamatan Junrejo. Demikian juga

    luas lahan panen yang dimiliki oleh kecamatan Batu yaitu sebesar 99,5 ha,

  • 3

    sedangkan kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo sebesar 38 ha dan 24,5 ha.

    Berbeda dengan produksi dan luas lahan, produktivitas tanaman brokoli tertinggi

    dimiliki oleh kecamatan Junrejo. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa

    produksi brokoli di kecamatan Bumiaji cenderung masih rendah apabila

    dibandingkan dengan kecamatan lainnya (Kementerian Pertanian dan Kehutanan Kota

    Batu, 2015).

    Rendahnya produksi menunjukkan belum tercapainya tujuan dari pelaku

    usahatani secara maksimal (in-efisiensi). Dalam keterbatasan sumberdaya input

    mengakibatkan petani mungkin saja melakukan penyimpangan-penyimpangan

    yang mengakibatkan resiko atau konsekuensi pada usahatani yang dikelola.

    Penyaluran input yang sesuai pada porsinya dapat meminimalkan resiko

    terjadinya in-efisiensi pada usahatani (Adiyoga, 1999). Kajian efisiensi, baik itu

    efisiensi teknis, alokatif maupun ekonomis, seringkali digunakan sebagai

    indikator kinerja tingkat keberhasilan dalam berusahatani. Pencapaian efisiensi

    teknis yang tinggi sangat penting dalam meningkatkan keuntungan suatu

    usahatani, termasuk dalam usahatani brokoli (Sukiyono, 2005).

    Studi efisiensi ini merupakan penelitian di Dusun Tegalsari, Desa

    Sumbergond, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Kota Batu merupakan salah satu

    sentra produksi sayuran di Jawa Timur, oleh karena itu sebagian besar sayuran di

    daerah Jawa Timur dipasok dari Kota Batu, termasuk sayur brokoli. Desa

    Sumbergundu terbagi atas tiga dusun dan Dusun Tegalsari memiliki produksi

    brokoli paling tinggi diantara dusun lainnya di Desa Sumbergondo. Potensi yang

    tinggi menunjukkan bahwa usahatani sayur dalam hal ini yang dimaksud adalah

    brokoli, memiliki nilai jual atau keuntungan yang tinggi juga. Akan tetapi

    keuntungan tinggi belum tentu usahatani yang dilakukan efisien. Efisien yang

    dimaksud adalah usahatani tidak hanya memberikan kentuntungan, tetapi

    bagaimana caranya petani mampu mendapatkan keuntungan yang optimal.

    Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan, banyak dijumpai faktor atau

    fenomena yang menarik. Usahatani brokoli membutuhkan suhu rendah untuk

    proses produksi. Akan tetapi keadaan tanah yang mudah tergenang air juga tidak

    disarankan untuk tempat menanam brokoli. Kondisi tanah yang sering tergenang

    air mengakibatkan akar brokoli terserang penyakit akar bengkak. Penggunaan

  • 4

    pestisida lebih banyak dari yang biasa digunakan merupakan salah satu pilihan

    yang digunakan petani untuk mengatasi penyakit akar bengkak tersebut. Pestisida

    yang berlebih juga mengakibatkan petani mengeluarkan biaya yang lebih mahal

    dari biasanya. Kepemilikan lahan merupakan salah satu input utama yang

    seringkali dihadapi oleh petani. Pada umumnya luas lahan para petani di daerah

    penelitian kurang dari satu hektar (rata-rata 0,25 ha), sehingga produksi sayuran

    yang dihasilkan kurang optimal dan tidak efisien.

    Efisiensi teknis menunjukkan kemampuan petani mengelola input yang

    minimal tanpa harus mengurangi hasil produksi yang seharusnya dihasilkan.

    Usahatani brokoli di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji,

    Kota Batu dikatakan efisien secara teknis apabila petani mampu menggunakan

    input seminimal mungkin dan menghasilkan output yang optimal. Penggunaan

    input yang berlebih mempengaruhi biaya yang dikeluarkan dan juga

    mempengaruhi keuntungan yang didapatkan.

    Berdasarkan uraian di atas guna mendukung angka produksi sayur-mayur

    nasional khususnya sayur brokoli meningkat, maka efisiensi teknis usahatani

    brokoli penting untuk dilakukan. Efisiensi teknis dapat digunakan untuk melihat

    seberapa besar input yang digunakan agar mendapatkan output yang optimal.

    Dengan demikian petani dapat menghemat input yang ada dan hasil usahatani atau

    keuntungan petani menjadi optimal, sehingga kegiatan usatani dapat

    berkelanjutan. Selain itu pasokan brokoli dalam negeri tetap stabil.

    1.2 Perumusan Masalah

    Produksi merupakan salah satu kegiatan dalam berusahatani yang

    mengubah input menjadi output. Input yang digunakan dalam usahatani brokoli

    antara lain lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Hubungan antara input

    dan output dijelaskan dalam fungsi produksi. Menurut Hanafie (2010), fungsi

    produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan teknis antara hasil

    produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Pada usahatani

    brokoli, fungsi produksi menggambarkan jumlah brokoli yang dihasilkan (dalam

    satuan kg) dari penggunaan input atau faktor-faktor produksi yang berupa lahan

    (ha), bibit (tanaman), pupuk (kg), pestisida (lt) dan tenaga kerja (HOK).

  • 5

    Setiap pelaku usahatani selalu berusaha agar bisa mendapatkan

    keuntungan yang maksimal dalam berusahatani. Pencapaian efisiensi teknis yang

    tinggi sangat penting dalam upaya meningkatkan keuntungan suatu usahatani,

    termasuk dalam usahatani brokoli (Sukiyono, 2005). Efisiensi petani mengelola

    atau mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya dapat mempengaruhi tingkat

    pendapatan usahatani. Penggunaan input yang tidak efisien mengakibatkan adanya

    potensi yang tidak atau belum tereksploitasi untuk meningkatkan pendapatan

    usahatani sehingga pendapatan menjadi surplus. Akan tetapi apabila petani

    bertindak secara efisien dalam menggunakan input produksi, maka produksi akan

    meningkat dan keuntungan juga naik.

    Desa Sumbergondo bertempat di Kecamatan Bumiaji berpenduduk

    mayoritas petani sayur, termasuk brokoli. Penanaman brokoli dilakukan sebagai

    rotasi tanam untuk memperbaiki lahan atau kondisi tanah, sehingga dapat

    memperbaiki struktur tanah dan penggunaan pupuk dapat diminimalkan. Pupuk

    yang digunakan oleh petani di Desa Sumbergondo untuk usahatani brokoli ialah

    kimia dan pupuk kandang. Untuk luas lahan 0,25 ha, petani mengaplikasikan

    pupuk kandang sebesar 500 kg, dan pupuk kimia (Urea dan ZA) sebanyak 150 kg.

    Selain itu kepemilikan lahan sebagai salah satu input utama menjadi kendala yang

    paling umum dihadapi oleh para petani. Pada umumnya kepemilikan lahan para

    petani kurang dari satu hektar (rata-rata 0,25 ha), sehingga sayuran yang

    dihasilkan tidak optimal dan tidak efisien.

    Biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja lepas usahatani brokoli di

    Desa Sumbergondo sebesar Rp40.000/HOK, sedangkan upah untuk tenaga kerja

    tidak lepas berkisar antara Rp30.000/HOK hingga Rp35.000/HOK. Biaya lepas

    yang dimaksud ialah tenaga kerja mendapatkan upah tambahan sebagai ganti dari

    konsumsi, dan biaya tidak lepas ialah tenaga kerja mendapatkan konsumsi. Nilai

    satu HOK ialah 6 jam kerja, yaitu mulai dari jam 7 pagi hingga jam 1 siang.

    Brokoli merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup banyak ditanam oleh

    petani di Desa Sumbergondo. Jika tanaman ini dapat dibudidayakan dengan baik

    tentu saja akan menghasilkan pendapatan yang besar bagi para petani di daerah

    tersebut, ditunjang dengan harga brokoli yang relatif stabil. Para petani brokoli di

    Dusun Tegalsari tidak pernah kehilangan permintaan brokoli, sehingga harga yang

  • 6

    diterima petani pun cukup tinggi dan stabil diantara kisaran harga Rp. 3.500/kg

    hingga Rp 10.000/kg.

    Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan usahatani brokoli di

    Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, lebih

    difokuskan pada kemampuan petani dalam meningkatkan total produksi sayuran

    brokoli dengan tujuan meningkatkan keutungan atau pendapatan petani. Penelitian

    ini mengkaji tentang faktor produksi dan efisiensi teknis serta pendapatan pada

    usahatani brokoli di Dusun Tegalsari. Dengan mengacu pada latar belakang dan

    permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usahatani sayuran brokoli,

    maka permasalahan penelitian secara umum adalah “Faktor-faktor apa sajakah

    yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani brokoli di Dusun

    Tegalsari Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu”.

    Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penelitian dapat di

    rumuskan sebagai berikut:

    1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani brokoli di

    daerah penelitian?

    2. Bagaimana tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh petani brokoli di daerah

    penelitian?

    3. Berapakah pendapatan petani brokoli dalam satu kali musim tanam di daerah

    penelitian?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

    1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani brokoli di

    daerah penelitian.

    2. Menganalisis tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh petani terhadap tingkat

    produksi usahatani brokoli di daerah penelitan.

    3. Menganalisis pendapatan yang diperoleh petani brokoli dalam satu kali musim

    tanam di daerah penelitian.

    1.4 Kegunaan Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi:

    1. Peneliti, sebagai pengalaman dan latihan dalam menerapkan ilmu yang telah

    diperoleh dalam kegiatan perkuliahan

  • 7

    2. Memberikan informasi mengenai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi

    usahatani brokoli yang dilakukan oleh para petani di Dusun Tegalsari, Desa

    Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.

    3. Pihak-pihak atau institusi terkait sebagai referensi dalam pengambilan

    keputusan terkait efisiensi produksi usahatani brokoli.

    4. Memberikan manfaat bagi pembaca sebagai bahan referensi bagi penelitian

    selanjutnya pada bidang yang sama.

  • 8

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

    Telaah penelitian terdahulu berisi beberapa kajian dengan kesamaan objek,

    variabel penelitian dan topik dengan penelitian ini, sehingga dapat dijadikan

    bahan acuan dan pembanding dalam penelitian ini. Pada sub bab ini juga

    dijelaskan beberapa perbedaan penelitian dengan penelitian sebelumnya.

    Wibisono (2010) melakukan penelitian di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan,

    Kabupaten Magelang dengan tujuan penelitian untuk mengetahui efisiensi harga

    dan efisiensi teknis pada usahatani kubis. Pada penelitian tersebut, variabel yang

    digunakan ialah luas lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk NPK, dan

    pupuk TSP. Hasil penelitian yang dilakukan Wibisono (2010) menunjukkan

    bahwa usahatani kubis belum mencapai efisiensi secara teknis dan secara harga.

    Hal tersebut dikarenakan penggunaan dosis faktor produksi tidak sesuai dengan

    yang dianjurkan. Penelitian oleh Wibisono (2010) memiliki persamaan dengan

    penelitian ini, yaitu sama-sama mengukur tingkat efisiensi teknis.

    Penelitian dilakukan oleh Sidauruk (2015) di Kecamatan Pujon Kabupaten

    Malang, bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani kubis dan

    faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi efisiensi teknis. Variabel yang

    digunakan adalah luas lahan, bibit, pupuk kimia, pupuk kandang, pestisida dan

    tenaga kerja, menunjukkan hasil bahwa: (1) Faktor-faktor yang memperngaruhi

    produksi usahatani kubis adalah luas lahan, bibit dan pestisida. (2) Variabel pupuk

    kimia, pupuk kandang dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi

    teknis. (3) Nilai efisiensi teknis masih dapat ditingkatkan sebesar 17 persen. (4)

    Faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis petani kubis adalah umur, pendidikan

    formal, dan jumlah anggota keluarga. Penelitian oleh Sidauruk (2015) memiliki

    persamaan dengan penelitian skripsi ini, yaitu: (1) Sama-sama menggunakan

    variabel luas lahan, bibit, pupuk kimia, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja.

    (2) Alat analisis yang digunakan ialah stochastic frontier yang diestimasi dengan

    metode Maximum Likelihood Estimation (MLE).

    Sembiring (2017) menganalisis efisiensi teknis usahatani kubis dan

    pengaruhnya terhadap pendapatan petani, dengan menggunakan metode analisis

    stochastic frontier. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan dan

  • 9

    produksi usahatani petani kubis sudah tergolong tinggi. Tingkat efisiensi teknis

    yang dicapai oleh petani kubis juga tergolong tinggi akan tetapi belum full efisien

    secara teknis yaitu sebesar 0,839. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat

    efisiensi teknis ialah pendidikan pada taraf kepercayaan 99 persen, sedangkan

    faktor lainnya (umur dan pengalaman) tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi

    teknis. Efisiensi teknis berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan usahatani

    kubis di Desa Sumberbrantas. Penelitian oleh Sembiring (2017) memiliki

    persamaan dengan penelitian pada skripsi ini, yaitu (1) sama-sama menghitung

    pendapatan petani. (2) Menggunakan alat analisis stochastic frontier.

    Perbedaannya ialah penambahan analisis pengaruh efisiensi teknis yang

    dicapai petani terhadap tingkat produksi dan pendapatan usahatani brokoli.Dari

    lima penelitian terdahulu yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan

    bahwa dari berbagai macam faktor produksi tidak semuanya berpengaruh nyata

    terhadap produksi usahatani. Penelitian ini menggunakan factor produksi luas

    lahan, bibit, pupuk kimia, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja. Persamaan

    penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan alat

    analisis stochastic frontier untuk mengukur efisiensi teknis. Sedangkan

    perbedaannya ialah adanya penambahan analisis pengaruh efisiensi yang telah

    dicapai oleh petani terhadap tingkat produksi dan pendapatan usahatani.

    2.2 Botani dan Budidaya Brokoli

    Menurut Cahyono (2001) brokoli (Brassica oleracea L.) adalah tanaman

    sayuran yang termasuk dalam suku kubis-kubisan atau Brassicaceae. Brokoli

    berasal dari Laut Tengah dan sudah sejak masa Yunani Kuno dibudidayakan.

    Sayuran ini masuk ke Indonesia belum lama (sekitar 1970-an) dan kini cukup

    popular sebagai bahan pangan.

    Bagian brokoli yang dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau yang

    tersusun rapat seperti cabang pohon dengan batang tebal. Sebagian besar kepala

    bunga tersebut dikelilingi dedaunan. Brokoli paling mirip dengan kembang kol

    (kubis bunga putih), namun brokoli berwarna hijau, sedangkan kembang kol

    putih. Berikut merupakan taksonomi dari brokoli:

  • 10

    Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

    Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) atau Embryophyta

    Siphonogomo

    Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)

    Ordo : Brassicales (Rhoedales)

    Famili : Brassicaceae (Creciferae)

    Genus : Brassica

    Spesies : Oleraceae L

    Temperature optimum untuk pertumbuhan dan produksi jenis sayuran

    seperti brokoli adalah 15,5-18,0 oC. Brokoli merupakan tanaman yang sangat peka

    terhadap temperatur, terutama pada periode pembentukan bunga. Keadaan tanah

    tempat brokoli ditanam haruslah subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah

    tergenang air, kisaran pH tanah adalah 5,5-6,5 dan pengairannya cukup.

    Lebih lanjut Cahyono (2001) menjelaskan mengenai budidaya usahatani

    brokoli. Hal yang dilakukan pertama kali ialah mempersiapkan lahan penanaman.

    Kegiatan persiapan lahan meliputi pengolahan tanah untuk persemaian benih,

    pengolahan tanah untuk penanaman bibit, pembuatan bedeng dan parit-parit,

    pengapuran, pemupukan dasar dan pemasangan mulsa plastic hitam perak.

    Penanganan panen dan pasca panen sangat mempengaruhi kualitas masa bunga

    yang dipanen. Hal-hal yang harus diperhatikan selama masa panen adalah

    pemotongan harus cepat sehingga tidak melukai masa bunga, waktu panen harus

    tepat, masa bunga harus diletakkan di tempat yang tepat. Penanganan pasca panen

    antara lain meliputi pembersihan dan pengeringan, sortasi dan grading,

    penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan, serta pemasaran.

    Menurut Rukmana (1994), pemanenan brokoli dapat dilakukan pada saat

    bunga (curd) mencapai ukuran maksimal dan telah padat, tetapi kuncupnya belum

    mekar. Umur panen bervariasi tergantung varietas yang ditanam umumnya 55-60

    hari setelah tanam. Waktu panen yang tepat adalah pagi atau sore hati, yaitu

    dengan memotong tangkai bunga bersama sebagian batang dan daunnya

    sepanjang 25 cm. Setelah dipanen, brokoli disortir menurut ukuran diameter dan

    beratnya. Bunga brokoli dibungkus kertas Koran atau dikemas dalam plastik

    pholyethylene. Agar tahan 14-18 hari, brokoli disimpang dalam pendingin bersuhu

  • 11

    kurang lebih 5oC dan kelembaban 85-95%. Penangan pasca panen bertujuan untuk

    mempertahankan kualitas hasil panen yang diperoleh pada saat panen sehingga

    tetap baik sampai ke konsumen. Penanganan ini penting dilakukan karena brokoli

    termasuk dalam jenis sayuran yang sangat mudah mengalami kerusakan.

    Agromedia (2008), mengatakan bahwa brokoli biasanya direbus atau

    dikukus, atau dapat pula dimakan mentah. Brokoli mengandung vitamin C dan

    serat makanan dalam jumlah banyak. Brokoli juga mengandung senyawa

    glukorafanin, yang merupakan bentuk alami senyawa antikanker sulforafana

    (sulforaphane). Selain itu, brokoli mengandung senyawaan isotiosianat yang,

    sebagaimana sulforafana, diyakini memiliki aktivitas antikanker. Manfaat brokoli

    bagi kesehatan tubuh adalah sebagai berikut:

    1. Memperkecil resiko terjadinya kanker kerongkongan, perut, usus besar, paru,

    larynx, parynx, prostat, mulut dan payudara.

    2. Membantu menurunkan resiko gangguan jantung dan stroke.

    3. Mengurangi resiko terkena katarak.

    4. Membantu melawan anemia.

    5. Mengurangi resiko terkena spina bifida (salah satu jenis gangguan kelainan

    tulang belakang).

    2.3 Tinjauan Teoritis Usahatani

    Menurut Soekartawi (1995) dalam Mendra (2007), ilmu usahatani dapat

    diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana seseorang

    mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan

    memperoleh hasil yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila

    seseorang dengan input tertentu mampu menggunakannya dengan sebaik-baiknya.

    Dan dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya yang ada (input) tersebut

    dapat menghasilkan output melebihi input yang telah digunakan.

    2.3.1 Biaya

    Menurut Sukirno (2005) biaya merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan

    untuk memenuhi kebutuhan produksi usahatani, meliputi Biaya Total (Total

    Cost), Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) dan Biaya Tidak Tetap Total (Total

    Variable Cost).

  • 12

    a. Biaya Total (Total Cost)

    Biaya total ialah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk biaya produksi

    usahatani. Biaya total atau total cost diperoleh dari penjumlahan biaya tetap

    total atau TFC (total fixed cost) dan biaya tidak tetap atau TVC (total variable

    cost). Dengan demikian dapat dituliskan rumus sebagai berikut:

    TC = TFC + TVC

    Dimana:

    TC = Total Cost (Rp)

    TFC = Total Fixed Cost (Rp)

    TVC = Total Variable Cost (Rp)

    b. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)

    Biaya tetap total merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

    faktor produksi (input) yang tidak dapat diubah jumlahnya. Contoh biaya tetap

    total ialah biaya yang digunakan untuk membeli mesin, mendirikan bangunan,

    membeli peralatan yang dianggap tidak mengalami perubahan dalam jangka

    pendek. Biaya tetap total dapat dihitung dengan rumus berikut:

    Dimana:

    TFC = Total Fixed Cost (Rp)

    FC = Fixed Cost (Rp)

    c. Biaya Tidak Tetap Total (Total Variable Cost)

    Biaya tidak tetap total adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan

    untuk memperoleh faktor produksi yang dapat dirubah jumlahnya. Dapat

    dimisalkan bahwa factor produksi yang dapat berubah jumlahnya ialah tenaga

    kerja. Biaya tidak tetap total dapat dihitung dengan rumus berikut:

    VC = Pxi . Xi

    Dimana:

    TVC = Total Variable Cost (Rp)

    VC = Variable Cost (Rp)

  • 13

    Pxi = Harga input ke-i

    Xi = Jumlah input ke-i

    2.3.2 Penerimaan

    Penerimaan usahatani atau pendapatan kotor usahatani ialah seluruh nilai

    hasil total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual

    ataupun yang tidak dijual. Guna memperkirakan harga yang tidak dijual,

    digunakan nilai yang sama berdasarkan harga pasar, yaitu dengan cara

    mengalikan jumlah hasil produksi dengan harga pasar (Soekartawi, 1986).

    Penerimaan usahatani dapat dihitung dengan rumus:

    TR = Y . Py

    Dimana:

    TR = Total penerimaan (Rp)

    Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (unit)

    Py = Harga Y (Rp/unit)

    2.3.3 Pendapatan

    Pendapatan usahatani merupakan nilai selisih dari penerimaan yang

    diperoleh dengan biaya yang telah dikeluarkan. Menurut Soekartawi (1986),

    pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran besarnya keuntungan usahatani

    yang dapat dipakai untuk membandingan hasil dari usahatani satu dengan

    usahatani lainnya. Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan rumus berikut:

    Pd = TR –TC

    Dimana:

    Pd = Pendapatan usahatani (Rp)

    TR = Total penerimaan (Rp)

    TC = Total biaya (Rp)

    2.4 Tinjauan Teoritis Tentang Produksi

    Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Semberdaya yang

    digunakan untuk memproduksi barang dan jasa disebut faktor-faktor produksi.

    Umumnya faktor-faktor produksi terdiri dari lahan, tenaga kerja, dan input-input

    lain seperti bahan mentah (raw material), dan lain-lain.

  • 14

    Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input yang digunakan

    dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan (Lipsey, 1999).

    Mubyarto (1986) mendefinisikan fungsi produksi sebagai suatu fungsi yang

    menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor

    produksi input). Sedangkan Soekartawi (1987) menjelaskan bahwa fungsi

    produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan

    variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan (Y) merupakan output,

    dan variabel yang menjelaskan merupakan input. Secara sistematis fungsi

    produksi dapat dituliskan sebagai berikut :

    Y = f (X1, X2, …, Xn)

    Keterangan :

    Y = Hasil produksi fisik (output)

    X1, X2, …, Xn = Faktor produksi (input)

    Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh “Hukum kenaikan Hasil yang

    Semakin Berkurang” (The Law of Diminishing Returns). Hukum ini menjelaskan

    bahwa jika faktor produksi variabel dengan jumlah tertentu ditambahkan secara

    terus-menerus pada sejumlah faktor produksi tetap, akhirnya akan dicapai suatu

    kondisi dimana setiap penambahan satu unit faktor produksi variabel akan

    menghasilkan tambahan produksi yang besarnya semakin berkurang. Beberapa

    hal yang perlu diperhatikan dalam memilih fungsi produksi (Soekartawi, 1986),

    yaitu:

    1. Fungsi produksi harus dapat menggambarkan keadaan usahatani yang

    sebenarnya terjadi.

    2. Fungsi produksi dapat dengan mudah diartikan khususnya arti ekonomi dan

    parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.

    3. Fungsi produksi harus mudah diukur atau dihitung secara statistik. Untuk

    mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi terdapat dua tolak

    ukur yaitu produk marjinal dan produk rata-rata. Produk marjinal (PM) adalah

    tambahan produk yang dihasilkan dari setiap menambah satu-satuan faktor

    produksi yang dipakai. Sedangkan Produk Rata-rata (PR) adalah tingkat

    produktivitas yang dicapai setiap satuan produksi.

  • 15

    Untuk melihat perubahan dari produk yang dihasilkan disebabkan oleh

    faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi.

    Elastisitas produksi (Ep) adalah rasio tambahan relatif produk yang dihasilkan

    dengan perubahan relatif faktor produksi yang dipakai atau presentase perubahan

    dari produk yang dihasilkan sebagai akibat presentase perubahan faktor produksi

    yang digunakan.

    Fungsi produksi klasik menunjukkan tiga daerah produksi yang berbeda.

    Daerah-daerah tersebut dibedakan berdasarkan elastisitas produksi, yaitu

    perubahan produk yang dihasilkan karena perubahan faktor produksi yang

    digunakan (Coelli, 1998). Pada gambar 1, ditunjukkan daerah-daerah berdasarkan

    elastisitas produksi.

    Gambar 1. Daerah Produksi dan Elastisitas Produksi Sumber: Coelli, Rao and Battese, 1998

    Daerah I memperlihatkan Marginal Product (MP) lebih besar dari

    Average Product (AP), hal ini mengindikasikan bahwa tingkat rata-rata variabel

    input (X) ditransformasikan ke dalam produk (Y) meningkat hingga AP mencapai

    maksimal pada akhir daerah I. Daerah produksi I yang terletak antara 0 dan X2,

    memiliki nilai elastisitas lebih dari satu, artinya bahwa setiap penambahan faktor

    produksi sebesar satu-satuan, akan menyebabkan pertambahan produksi yang

  • 16

    lebih besar dari satu satuan. Pada kondisi ini, keuntungan maksimum belum

    tercapai karena produksi masih dapat ditingkatkan dengan menggunakan faktor

    produksi lebih banyak. Daerah produksi I disebut juga daerah irasional.

    Daerah II terjadi ketika MP menurun dan lebih rendah dari AP. Pada

    keadaan ini MP sama atau lebih rendah dari AP, tapi sama atau lebih tinggi dari 0.

    Daerah produksi II memiliki nilai elastisitas produksi antara nol dan satu. Artinya

    setiap penambahan faktor produksi sebesar satu satuan akan menyebabkan

    penambahan produksi paling besar satu satuan dan paling kecil nol satuan. Daerah

    ini menunjukkan tingkat produksi memenuhi syarat keharusan tercapainya

    keuntungan maksimum, daerah ini juga dicirikan dengan penambahan hasil

    produksi yang semakin menurun (diminishing return). Pada tingkat tertentu dari

    penggunaan faktor-faktor produksi di daerah ini akan memberikan keuntungan

    maksimum. Hal ini menunjukkan penggunaan faktor-faktor produksi telah

    optimal sehingga daerah ini disebut juga daerah rasional (rational region atau

    rational stage of production).

    Daerah produksi III adalah daerah dengan elastisitas produksi lebih kecil

    dari nol. Pada daerah ini produksi total mengalami penurunan yang ditunjukkan

    oleh produk marjinal yang bernilai negatif yang berarti setiap penambahan faktor

    produksi akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan.

    Penggunaan faktor produksi pada daerah ini sudah tidak efisien sehingga disebut

    daerah irasional (irrational region atau irrational stage of production).

    Soekartawi (1987), medefinisikan skala usaha (return to scale) sebagai

    penjumlahan dari semua elastisitas faktor-faktor produksi. Skala usaha dibagi

    menjadi tiga, yaitu:

    1. Kenaikan hasil yang meningkat (increasing return to scale). Pada daerah ini

    ep>1, yang berarti proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan

    tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.

    2. Kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale). Pada daerah ini ep=1,

    yang berarti penambahan faktor produksi akan proporsional dengan

    penambahan produksi yang diperoleh. Pada daerah ini produk rata-rata

    mencapai maksimum atau produk rata-rata sama dengan produk marjinalnya.

  • 17

    3. Kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale). Pada daerah ini

    ep

  • 18

    Menurut Soekartawi (1990), ada tiga alasan pokok mengapa fungsi produksi

    Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu:

    a. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan

    dengan fungsi yang lain, seperti fungsi kuadratik karena fungsi produksi Cobb-

    Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linier.

    b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb-Douglas akan

    menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran

    elastisitas.

    c. Jumlah elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to

    scale.

    2.6 Tinjauan Teori Tentang Fungsi Produksi Frontier

    Fungsi produksi frontier merupakan fungsi produksi yang paling praktis

    atau menggambarkan produksi maksimal yang dapat diperoleh dari variabel

    kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi tertentu (Doll

    and Orazem, 1984). Menurut Soekartawi (1994), fungsi produksi frontier

    merupakan kumpulan titik yang menggambarkan produksi maksimum yang

    berpotensi dihasilkan dari sejumlah penggunaan input. Fungsi produksi adalah

    hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi frontier

    adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang posisinya

    terletak pada garis isokuan. Garis isokuan adalah tempat kedudukan titik-titik

    yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan atau input produksi yang

    optimal.

    Coelli, et al (1998) menyatakan bahwa fungsi produksi frontier merupakan

    fungsi produksi yang menggambarkan output maksimum yang dapat dicapai dari

    setiap tingkat penggunaan input. Apabila suatu usahatani berada pada titik di

    fungsi produksi frontier, berarti usahatani tersebut efisien secara teknis. Apabila

    fungsi produksi frontier sudah diketahui, maka inefisiensi teknis dapat diestimasi

    melalui perbandingan posisi actual relatif terhadap frontier.

    Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat

    efisiensi suatu usahatani, yaitu Stochastic Frontier dan Linear Programming

    (Data Envelopment Analysis atau DEA). Metode Stochastic Frontier berkaitan

  • 19

    dengan pengukuran kesalahan acak dimana keluaran dari usahatani merupakan

    fungsi produksi dari faktor produksi, kesalahan acak, dan inefisiensi. Sedangkan

    metode Linear Programming (Data Envelopment Analysis atau DEA) tidak

    mempertimbangkan adanya kesalahan acak sehingga efisiensi teknis tersebut

    dapat menjadi bias (Seinford dan Trail (1990) dalam Coelli et al (2005)).

    Gambar 2. Kurva Fungsi Produksi Stochastic Frontier Sumber : Coelli et al, 2005

    Menurut Soekartawi (1990), fungsi produksi frontier menunjukkan

    kedudukan produksi aktual yang dicapai petani terhadap produksi potensial yang

    seharusnya mampu dicapai petani. Fungsi produksi frontier merupakan hubungan

    fisik antara faktor produksi dan produksi pada frontier yang terletak pada tempat

    titik-titik yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan produksi yang

    optimal (isokuan). Garis isokuan adalah tempat kedudukan titik-titik yang

    menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan produksi yang optimal. Secara

    umum, model fungsi produksi Stochastic Frontier adalah sebagai berikut:

    Yi = Xiβ + (vi - ui)

    qA = exp (β0+β1 Ln X1+ vA-uA)

    qB = exp (β0+β1 Ln X1+ vB-uB)

    q*

    B = exp (β0+β1 Ln X1+ vB)

    q*

    A = exp (β0+β1 Ln X1+ vA)

    XB X

    A

    Production Fuction :

    q = exp (β0+β1 Ln X1)

    Noise

    effect Noise Effect

    Inefficiency

    effect

    x

    Inefficiency

    effect

    qA = exp (β0+β1 Ln XA+ vA-uA)

    qB = exp (β0+β1 Ln XB+ vB-uB)

    q*B = exp (β0+β1 Ln XB+ vB)

    q*A = exp (β0+β1 Ln XA+ vA)

    XB XA

    Production Fuction :

    q = exp (β0+β1 Ln X1)

    Noise

    effect Noise Effect

    Inefficiency

    effect

    x

    Inefficiency

    effect

    Xi

    Yi

  • 20

    Dimana:

    Yi = Produksi yang dihasilkan pada waktu ke-t

    i = 1, 2, 3, …..,n

    Xi = Vektor masukan yang digunakan pada waktu ke-t

    β = Vektor parameter yang diestimasi

    Vi = Variabel acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal (iklim,

    hama), sebenarnya simetris dan menyebar normal

    Ui = Variabel acak non negative, diasumsikan mempengaruhi tingkat

    inefisiensi teknis dan berkaitan dengan factor-faktor internal, sebarannya

    bersifat setengah normal

    Model fungsi produksi pada gambar diatas digambarkan dengan

    mengaplikasikan asumsi diminising return to scale. Aktifitas produksi pada 2

    (dua) perusahaan digambarkan oleh symbol A dan B. Nilai input diukur sepanjang

    sumbu horizontal (Xi) dan nilai ouput diukur pada sumbu vertikal (Yi).

    Perusahaan A mengunakan input sebesar XA dan menghasilkan ouput sebesar qA,

    sedangkan perusahaan B menggunakan input sebesar XB dan menghasilkan output

    qB. Nilai output observasi ditandai dengan notasi O, sedangkan nilai frontier

    ditunjukkan dengan gambar.

    Output frontier perusahaan A berada diatas fungsi produksi. Hal ini terjadi

    karena aktivitas produksi perusahaan tersebut berada pada kondisi

    menguntungkan, dimana variabel VA bernilai positif (VA > 0). Akan tetapi ouput

    observasi perusahaan A berada di bawah fungsi produksi frontier karena

    penjumlahan noise effect dan efficiency effect bernilai negatif (VA-UA < 0 ).

    Sementara itu, aktivitas produksi perusahaan B berada dibawah fungsi produksi,

    karena aktivitas produksi perusahaan tersebut berada pada kondisi tidak

    menguntungkan, dimana variabel VB bernilai negatif.

    2.7 Tinjauan Teori Tentang Pendapatan

    Fungsi pendapatan menjelaskan tentang hubungan antara jumlah pendapatan

    yang diterima dari usahatani dengan jumlah produksi serta biaya yang dikeluarkan

    pada masing-masing input produksi. Menurut Soekartawi (1986), pendapatan

    usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan

  • 21

    pengeluaran total usahatani. Maka secara teoritis, suatu fungsi produksi harus

    menggambarkan pengaruh dari total produksi usahatani dan biaya total terhadap

    pendapatan yang diterima oleh petani.

    Analisis yang digunakan untuk mengukur variabel yang berpengaruh pada

    pendapatan adalah dengan menggunakan Cobb-Douglas. Hal ini dikarenakan

    fungsi pendapatan melibatkan dua atau lebih variabel. Salah satu variabel disebut

    bariabel dependen (Y) dan variabel lain disebut variabel independen (X). Sama

    halnya pada analisis fungsi produksi, pada analisis fungsi pendapatan juga

    memerlukan adanya uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa persamaan bebas

    dari penyimpangan asumsi klasik.

    Telaah ini digunakan sebagai acuan untuk mengukur pengaruh tingkat

    efisiensi yang dicapai petani terhadap pendapatan usahatani brokoli di daerah

    penelitian. Sehingga dapat diketahui apakah efisiensi teknis berpengaruh positif

    atau negatif terhadap pendapatan, agar dapat menjadi masukan peningkatan

    pendapatan usahatani brokoli.

    2.8 Tinjauan Teori Efisiensi

    Dalam kaitannya dengan proses produksi, efisiensi adalah suatu ukuran

    jumlah relatif dari beberapa input yang digunakan untuk menghasilkan output

    tertentu (Lipsey, Steiner, Purvis dan Courant 1999). Asumsi dasar dari efisiensi

    adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan biaya minimum sehingga

    dalam melakukan produksi, seorang petani yang rasional akan bersedia

    menambah input selama nilai tambah yang dihasilkan oleh tambahan input

    tersebut sama atau lebih besar dengan tambahan biaya yang diakibatkan oleh

    penambahan sejumlah input tersebut.

    Coelli, Rao dan Battese (1998) membedakan efisiensi menjadi tiga, yaitu

    efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga atau alokatif (allocative

    efficiency), dan efisiensi ekonomis (economic efficiency). Efisiensi teknis, atau

    efisiensi fisik berhubungan dengan kemampuan petani untuk menghindari

    penghamburan dengan memproduksi output semaksimal mungkin dengan

    penggunaan sejumlah input tertentu, atau dengan menggunakan input seminimal

    mungkin untuk menghasilkan output maksimum. Dengan demikian analisis

  • 22

    efisiensi teknis bisa berorientasi pada peningkatan jumlah output atau

    penghematan input. Efisiensi alokatif, atau efisiensi harga berhubungan dengan

    kemampuan petani untuk mengkombinasikan input dan output dalam proporsi

    optimal pada tingkat harga tertentu. Dengan kata lain, efisiensi harga atau alokatif

    mengukur tingkat keberhasilan petani dalam usahanya untuk mencapai

    keuntungan maksimum yang dicapai pada saat nilai produk marjinal setiap faktor

    produksi yang diberikan sama dengan biaya marjinalnya. Efisiensi ekonomis

    adalah kombinasi dari efisiensi teknis dan efisiensi alokatif atau efisiensi

    ekonomis terjadi ketika efisiensi teknis dan efisiensi alokatif sudah tercapai.

    Gambar 3. Efisiensi Teknis dan Alokatif Sumber: Coelli, Rao dan Battese, 2005

    Pada gambar 2, garis SS’ adalah garis isoquant dari berbagai kombinasi

    input x1 dan x2 untuk mendapatkan sejumlah y tertentu yang optimal. Garis ini

    sekaligus menunjukkan garis frontier dari fungsi produksi rata-rata. Garis AA’

    adalah garis biaya yang merupakan tempat kedudukan titik-titik kombinasi dari

    biaya berapa dapat dialokasikan untuk mendapat sejumlah input x1 dan x2

    sehingga mendapatkan biaya yang optimal. Sedangkan garis OP yang

    menggambarkan jarak sampai seberapa jauh penggunaan teknologi dari sebuah

    usaha. Dari gambar diatas dapat diukur nilai efisiensi tekni, efisiensi alokatif dan

    efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis diukur dengan rasio ET=OQ/OP, efisiensi

    alokatif diukur dengan rasio E=OR/OQ, dan efisiensi ekonomi diukur dengan

  • 23

    rasio EE=OR/OP. secara sistematik hubungan antara efisiensi teknis dan efisiensi

    alokatif menghasilkan efisiensi ekonomi, dimana :

    ET x EA = (OQ/OP) x (OR/OQ) = (OR/OP) = EE

    Pendekatan input dijelaskan melalui kurva isocost yang ditunjukan oleh

    kurva AA’ dan isoquant yang ditunjukan oleh kurva SS’. Misalkan usahatani yang

    diuji efisiensinya berada di titik P. Jarak antara QP menunjukan adanya inefisiensi

    teknis yang merupakan jumlah input yang dapat dikurangi tanpa mengurangi

    jumlah output. Pengurangan input ini biasanya dipersentasekan dengan rasio

    QP/0P untuk mencapai produksi yang efisien secara teknis. Titik Q merupakan

    titik yang efisien secara teknis karena berada di kurva isoquant.

    Jika rasio harga input ditunjukan oleh kurva isocost AA’. Efisiensi alokatif

    dapat dihitung berdasarkan rasio 0R/0Q. Jarak RQ menunjukan pengurangan

    biaya yang dapat dilakukan guna mencapai efisiensi secara alokatif. Dan pada

    akhirnya titik yang efisien secara alokatif dan teknis (efisiensi ekonomis) adalah

    di titik Q’. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio dari input

    atau biaya batas terhadap output yang diobservasi. Pendekatan output melihat

    seberapa besar peningkatan jumlah output tanpa meningkatkan jumlah

    penggunaan input. Ilustrasinya adalah kombinasi dua output dengan satu input,

    kurva yang dilihat adalah kurva kemungkinan produksi dan isorevenue. Inefisiensi

    yang dihasilkan melalui pendekatan output menunjukan jumlah output yang dapat

    ditingkatkan tanpa penambahan input. Untuk pendekatan input dan output akan

    memberikan perhitungan yang setara akan efisiensi teknis dalam constant return

    to scale.

  • 24

    III. KERANGKA TEORITIS

    3.1 Kerangka Pemikiran

    Produksi adalah suatu kegiatan dalam mengubah input menjadi output.

    Input dalam kegiatan usahatani brokoli diantaranya lahan, benih, pupuk, pestisida,

    dan tenaga kerja. Output dari hasil usahatani tersebut adalah sayur brokoli. Input

    yang digunakan untuk kegiatan tersebut memiliki pengaruh terhadap produksi

    brokoli yang dilakukan petani.

    Usahatani pada dasarnya mengandung pengertian kegiatan organisasi pada

    sebidang tanah dalam hal bagaimana seseorang atau sekelompok orang berusaha

    mengatur unsur-unsur alam, tenaga kerja, dan modal untuk memperoleh hasil

    produksi pertanian yang dinilai dari biaya yang dikeluarkan petani, dan

    penerimaan yang diperoleh petani. Adanya usahatani yang tidak efisien biasanya

    terjadi karena adanya kekurangan pengetauan, modal untuk melakukan usahatani

    terbatas, dan kepemilikan lahan yang sempit (kurang dari 1 ha). Dilihat dari segi

    ekonomi, pada usahatani yang belum efisien adalah terbatasnya sumberdaya untuk

    berusahatani, termasuk di dalamnya jenis komoditi yang diusahakan, rendahnya

    usaha pengembangan, dan ketidakpastian di dalam pengelolaannya.

    Pada kondisi riil, pertanian di Indonesia masih dihadapkan dengan

    berbagai permasalahan teknis dan manajerial di lapang. Tahun 2012 produksi

    tanaman brokoli dan luas area panen meningkat, akan tetapi produktivitas

    menurun dari 12,02 ton/ha menjadi 11,53 ton/ha. Banyak faktor yang menjadi

    penyebab menurunnya produktivitas tersebut, salah satu diantaranya ialah

    kurangnya kemampuan manajerial di lapang.

    Dusun Tegalsari yang terletak di Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji,

    Kota Batu memiliki potensi untuk dijadikan sentra pengembangan usahatani

    brokoli, dilihat dari potensi lahan dan cuaca yang mendukung untuk budidaya

    usahatani brokoli. Pada kegiatan usahatani brokoli ini, kendala yang dihadapi oleh

    petani di Dusun Tegalsari adalah rendahnya produktivitas yang dihasilkan yaitu

    hanya sebesar 8 ton/ha. Selain itu biaya produksi yang cukup tinggi,

    menyebabkan pendapatan petani tidak sebanding dengan usaha yang mereka

    lakukan.

  • 25

    Produktivitas usahatani yang baik dapat dicapai apabila faktor-faktor

    produksi usahatani brokoli dapat dikelola dengan baik. Faktor produksi yang

    diduga berpengaruh terhadap produksi brokoli di dusun Tegalsari meliputi luas

    lahan, benih brokoli, penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan anjuran

    kebutuhan tanaman, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani

    brokoli. Di lain pihak, ketika petani dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam

    melaksanakan usahataninya, maka mereka tetap mencoba untuk terus

    meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala biaya usahatani yang terbatas.

    Oleh karena itu, salah satu tindakan yang bisa dilakukan bagaimana memperoleh

    keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya.

    Hal ini dikenal dengan meminimalkan biaya atau cost minimization.

    Komponen utama dari pendapatan terdiri dari total penerimaan dan total

    biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh

    dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan

    selama proses usahatani berlangsung. Semakin besar penerimaan yang diterima

    san semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka petani akan memperoleh

    pendapatan yang tinggi, begitu pula sebaliknya bahwa semakin kecil penerimaan

    yang diterima sedangkan biaya yang dikeluarkan semakin besar, maka petani akan

    memperoleh kerugian. Komponen penerimaan terdiri dari banyaknya produk yang

    dihasilkan dan harga jual produk tersebut.

    Secara teoritis, produksi merupakan fungsi dari faktor produksi (input)

    sehingga dikatakan bahwa perubahan produksi dipengaruhi oleh adanya

    perubahan faktor produksi (input) yang digunakan. Pada penelitian ini, salah satu

    cara yang dapat digunakan untuk mengkaji hubungan antara produksi yang

    dihasilkan dengan faktor produksi (input) yang digunakan adalah dengan

    menggunakan analisis fungsi Cobb-Douglas. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas

    ini akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran

    elastisitas. Jumlah dari besaran elastisitas tersebut menunjukkan tingkat “return to

    scale”.

    Untuk mencapai peningkatan produktivitas usahatani brokoli yang

    menghasilkan pendapatan tinggi, dibutuhkan pengalokasian faktor produksi yang

    efisien agar yang dihasilkan juga efisien. Soekartawi (1995) mengatakan bahwa

  • 26

    efisiensi dapat dicapai dengan tiga cara yaitu efisiensi teknis (technical

    efficiency), efisiensi alokatif (allocative efficiency), dan efisiensi ekonomis

    (economic efficiency). Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan untuk

    mengukur tingkat efisiensi petani yaitu dengan tingkat efisiensi teknis.Dengan

    tujuan utamanya adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan petani dalam

    usahanya meningkatkan produksi (output) dan pendapatan. Efisiensi teknis

    penggunaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani di Dusun

    Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu diduga masih

    belum efisien dikarenakan dalam kenyataannya produktivitas masih rendah.

    Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani pasti berharap untuk

    memperoleh keuntungan yang maksimal sehingga munculah suatu konsep profit

    maximization. Output yang tinggi akan membentuk total penerimaan yang tinggi,

    sehingga agar keuntungan menjadi tinggi maka diupayakan kegiatan yang

    menyebabkan output menjadi tinggi. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk

    meningkatkan output adalah mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi

    yang dimiliki petani. Pengoptimalan faktor-faktor produksi ini diharapkan dapat

    meningkatkan produktivitas tanpa harus menambah biaya produksi atau dapat

    menekan biaya variabel tanpa harus mengurangi jumlah produksi yang telah

    dicapai. Kondisi usahatani yang menghasilkan keuntungan yang optimal

    diharapkan dapat menjaga petani brokoli di daerah penelitian untuk terus

    melanjutkan usahataninya.

    Berdasarkan penjelasan pada uraian di atas peneliti menggunakan alat

    analisis diantaranya alat analisis biaya, analisis pendapatan dan penerimaan untuk

    mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh petani. Alat analisis untuk

    mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi

    brokoli adalah alat analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan untuk mengetahui

    tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi menggunakan alat analisis

    fungsi produksi frontier. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pemerintah

    terkait dan dinas pertanian dapat menerapkan suatu kebijakan yang dapat

    membantu dalam mencapai kesejahteraan petani, kepada petani juga diharapkan

    adanya timbal balik untuk melakukan usahatani brokoli, sehingga hal ini dapat

  • 27

    meningkatkan produktivitas petani, juga diiringi dengan peningkatan pendapatan

    usahatani brokoli. Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut.

    Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi

    Usahatani Brokoli (Brassica oleracea L.)

    Usahatani Brokoli

    Potensi:

    1. Karakteristik tempat yang cocok dengan budidaya

    brokoli

    2. Permintaan yang semakin

    meningkat

    Kendala:

    1. Luas lahan yang dimiliki petani sempit

    2. Produktivitas rendah

    3. Penggunaan faktor-faktor

    produksi yang belum

    efisien

    Faktor-faktor produksi:

    1. Luas Lahan (X1) 2. Bibit (X2)

    3. Pupuk Kandang (X3)

    4. Pupuk Kimia (X4)

    5. Pestisida (X5)

    6. Tenaga Kerja (X6)

    Tingkat efisiensi teknis usahatani

    brokoli

    Pendapatan usahatani brokoli

    Stochastic Frontier dengan

    Principal Component Analysis

    Analisis biaya, penerimaan dan

    keuntungan

    1. Rekomendasi dalam pengelolaan penggunaan faktor produksi

    2. Rekomendasi upaya peningkatan pendapatan usahatani brokoli

    1. Peningkatan produksi usahatani brokoli

    2. Peningkatan pendapatan petani brokoli

    Keterangan:

    Alur analisis

    Alat analisis

    Faktor-faktor yang mempengaruhi

    produksi usahatani brokoli

    Analisis faktor dengan Principal

    Component Analysis

  • 28

    3.2 Hipotesis

    Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan

    sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai

    berikut:

    1. Penggunaan faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk kimia,

    pestisida dan tenaga kerja berpengaruh secara positif terhadap produksi

    usahatani brokoli.

    2. Produksi usahatani brokoli di daerah penelitian masih belum efisien secara

    teknis.

    3. Pendapatan petani dari usahatani brokoli di daerah penelitian menguntungkan.

    3.3 Batasan Masalah

    Untuk menghindari luasnya pokok bahasan dalam penelitian ini, maka

    diperlukan batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Analisis faktor produksi dalam penelitian ini adalah analisis faktor produksi

    usahatani brokoli pada musim taniam Februari 2016 – Mei 2016.

    2. Analisis efisiensi yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis efisiensi

    teknis.

    3. Pendapatan usahatani yang dimaksud adalah pendapatan dari usahatani

    brokoli pada musim tanam Februari 2016 – Mei 2016.

    3.4 Ruang Lingkup dan Definisi Operasional

    1. Jumlah Produksi

    Jumlah produksi adalah jumlah total produksi usahatani brokoli yang

    diproduksi oleh petani pada musim tanam (3 bulan) yang terakhir yaitu

    Februari 2016 – Mei 2016. Satuan yang dipakai adalah kilogram (kg).

    2. Luas Lahan

    Luas lahan yaitu luas lahan yang diusahakan untuk mengelola sejumlah input

    produksi (usahatani brokoli) oleh petani di Dusun Tegalsari, Desa

    Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Luas lahan dinyatakan dalam

    hektar (ha).

  • 29

    3. Bibit

    Bibit adalah jumlah pemakaian bibit brokoli yang digunakan pada waktu

    sekali musim tanam (3 bulan) yang terakhir. Satuan yang digunakan adalah

    tanaman.

    4. Pupuk kandang

    Pupuk adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan untuk menanam pada

    satu kali musim tanam (3 bulan) yang terakhir.Satuan yang digunakan adalah

    kilogram (kg).

    5. Pupuk Kimia

    Pupuk kimia adalah jumlah pupuk Urea, Za, dan KCl yang digunakan dengan

    satuan luas usahatani selama satu kali musim tanam, dinyatakan dalam satuan

    kilogram.

    6. Pestisida

    Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,

    memikat, dan mengganggu organisme pengganggu.Satuan yang digunakan

    adalah liter (lt).

    7. Jumlah tenaga kerja

    Adalah banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam mengelola lahan

    pertanian brokoli dalam satu kali musim tanam dengan satuan hari orang kerja

    (HOK).

    8. Tingkat pendidikan petani

    Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun petani jadi responden dalam

    menempuh pendidikan formalnya.

    9. Umur petani

    Umur petani merupakan jumlah umur petani yang berusahatani brokoli yang

    didapat dari hasil wawancara dengan petani responden dalam satuan tahun.

    10. Pengalaman usahatani petani

    Pengalaman usahatani ialah jumlah tahun petani responden sejak melakukan

    usahatani brokoli hingga musim tanam bulan Februari – Mei 2106.

    11. Jumlah anggota keluarga petani

    Jumlah anggota keluarga merupakan jumlah orang dalam keluarga yang

    menjadi tanggungan petani responden.

  • 30

    12. Biaya sewa lahan brokoli

    Biaya sewa lahan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran sewa

    lahan pada kegiatan usahatani brokoli setiap satu kali musim tanam, yang

    dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT)

    13. Biaya bibit brokoli

    Biaya bibit merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk

    membeli bibit padi satu kali musim tanam, dinyatakan dalam satuan rupiah

    per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT).

    14. Biaya pupuk kandang

    Biaya pupuk kandang merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh petani

    brokoli untuk membeli pupuk kandang yang dibutuhkan selama satu kali

    musim tanam dibagi jumlah penggunaan pupuk kandang, dinyatakan dalam

    satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT).

    15. Biaya pupuk kimia

    Biaya pupuk kimia merupakan total biaya yang dikeluarkan petani untuk

    pembelian pupuk kimia pada satu kali musim tanam dibagi jumlah

    penggunaan pupuk kimia, dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per

    musim tanam (Rp/ha/MT).

    16. Biaya pestisida

    Biaya pestisida merupakan total biaya yang dikeluarkan petani untuk

    pembelian pestisida pada satu kali musim tanam dibagi jumlah penggunaan

    pestisida, dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam

    (Rp/ha/MT).

    17. Biaya tenaga kerja

    Biaya tenaga kerja merupakan total biaya yang dikeluarkan petani untuk

    membayar tenaga kerja yang dibutuhkan selama satu kali musim tanam,

    dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT).

    18. Biaya tetap

    Biaya tetap merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani

    dimana besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi dalam satu kali

    musim tanam, dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam

  • 31

    (Rp/ha/MT). Dalam penelitian ini, biaya tetap merupakan penjumlahan dari

    biaya lahan, pajak, biaya alat usahatani.

    19. Biaya variabel

    Biaya veariabel merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam

    usahatani, dimana besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi dalam satu kali

    musim tanam, dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam

    (Rp/ha/MT). Dalam penelitian ini biaya variabel merupakan penjumlahan

    dari biaya bibit, biaya pupuk kandang, biaya pupuk kimia, biaya pestisida dan

    tenaga kerja.

    20. Biaya total usahatani brokoli

    Total biaya merupakan total keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama satu

    kali musim tanam brokoli, yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel.

    Besarnya biaya dapat dihitung dengan menjumlahkan antara biaya tetap

    dengan biaya variabel. Dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim

    tanam (Rp/ha/MT).

    21. Harga jual brokoli

    Harga jual adalah harga jual setiap kilogram brokoli yang diterima petani

    pada saat penjualan, dinyatakan dalam rupiah per berat (Rp/kg).

    22. Penerimaan usahatani brokoli

    Penerimaan usahatani brokoli merupakan hasil perkalian antara jumlah

    produksi brokoli dengan harga jual brokoli selama satu kali musim tanam.

    Satuan yang digunakan adalah rupiah per hektar per musim tanam

    (Rp/ha/MT). Menghitung besarnya penerimaan dengan menggunakan rumus

    TR = P x Q, dimana TR = total penerimaan (Rp/ha/MT), P = harga jual

    brokoli (Rp/ha/MT), Q = jumlah produksi brokoli (Rp/ha/MT).

    23. Pendapatan usahatani brokoli

    Pendapatan usahatai brokoli merupakan selisih antara total penerimaan yang

    diperoleh petani dari usahatani brokoli dengan total biaya dalam satu kali

    musim tanam. Satuan yang digunaan adalah rupiah per hektar per musim

    tanam (Rp/ha/MT). Menghitung besarnya pendapatan dengan menggunakan

    rumus π = TR – TC, dimana π = pendapatan usahatani brokoli (Rp/ha/MT),

    TR = total penerimaan (Rp/ha/MT), TC = total biaya (Rp/ha/MT).

  • 32

    IV. METODE PENELITIAN

    4.1 Penentuan Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo,

    Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini

    dilakukan purposive yang didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi tersebut

    merupakan salah satu sentra produksi sayuran, khususnya sayuran brokoli. Dusun

    Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu perlu mendapat

    perhatian khusus karena kuantitas dan kualitas produksinya cukup baik

    dibandingkan produksi brokoli dari daerah lain di Jawa Timur walaupun masih

    perlu banyak perbaikan dan pengembangan. Penelitian mengenai analisis faktor

    yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani brokoli ini dilakukan

    pada bulan Februari hingga Mei 2016.

    4.2 Metode Penentuan Sampel

    Populasi untuk penelitian ini adalah petani brokoli di Dusun Tegalsari,

    Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Batu. Jumlah populasi petani brokoli di

    lokasi penelitian adalah sebanyak 250 petani. Penentuan sampel pada penelitian

    ini menggunakan metode simple random sampling, yaitu proses pengambilan

    sampel dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi

    untuk menjadi anggota sampel (Cohen, 1994). Pemilihan metode ini dikarenakan

    sampel memilki karakteristik atau sifat yang homogen, dilihat dari luas

    penggunaan lahan usahatani brokoli, dibuktikan dengan besarnya standar deviasi

    (0,0236) lebih kecil dari luas rata-rata penggunaan lahan (0,2867). Pengambilan

    sampel dilakukan atas dasar pendekatan langsung dengan responden, dalam hal

    ini, responden akan diwawancarai sehingga dapat diperoleh informasi lebih

    dalam.

    Ukuran sampel yang diambil harus dihitung terlebih dahulu agar sampel

    yang diambil dapat mewakili populasi. Salah satu rumus yang digunakan untuk

    menentukan jumlah sampel minimal jika diketahui ukuran populasi adalah rumus

    Parel, et al (1973) dengan rumus sebagai berikut:

  • 33

    222

    22

    ZdN

    ZNn

    Keterangan :

    n = jumlah sampel minimal yang harus diambil dari total populasi

    N = jumlah populasi

    2 = varians luas lahan populasi

    d = kesalahan maksimal yang dapat diterima 5% (0,05)

    Z = nilai Z pada daftar tabel sebesar 1,960

    Dimana varian populasi dihitung dengan rumus:

    =

    =

    = 0,0236

    Keterangan :

    2 = varians luas lahan populasi

    Xi = luas lahan anggota populasi ke-i (i = 1, ……, 250)

    µ = rata-rata luas lahan populasi

    N = jumlah populasi

    Dengan demikian jumlah sampel minimal adalah:

    222

    22

    ZdN

    ZNn

    =

    = 31,71

    Pada umumnya persentase kesalahan yang bisa ditolerir pada penelitian

    sosial sebesar 5% - 20% karena pada hasil penelitian sosial sulit dipastikan

    keakuratan data seperti pada penelitian ilmu pasti (Wibowo, 2012). Persentase

    kesalahan yang digunakan dalam penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini

    sebesar 5%. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 32 orang.

  • 34

    4.3 Metode Pengumpulan Data

    Penelitian in imenggunakan dua macam metode pengambilan data, yaitu

    data primer dan data sekunder, dengan penjelasan sebagai berikut:

    1. Data Primer

    Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti sendiri dengan

    melakukan pengamatan secara langsung kelokasi penelitian, serta dari hasil

    wawancara yang diperoleh dari responden (dengan panduan kuisioner). Data

    primer yang digunakan meliputi:

    a. Pengamatan (observasi)

    Observasi digunakan untuk mengetahui fakta yang terjadi di daerah penelitian

    berdasarkan pengamatan sendiri. Pengamatan ini dilakukan secara langsung

    oleh peneliti di lokasi penelitian yaitu Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo,

    Kecamatan Bumiaji, Batu. Data yang diperoleh yaitu mengenai proses

    produksi petani dalam kegiatan usaha tani brokoli.

    b. Wawancara

    Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), wawancara merupakan cara yang

    dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung

    kepada responden. Dalam kegiatan wawancara ini, peneliti menggunakan alat

    bantu pengumpulan data yang berupa kuisioner. Data yang diambil dari

    responden meliputi data karakteristik responden, data jumlah produksi per satu

    kali musim tanam, penggunaan faktor-faktor produksi, harga faktor-faktor

    produksi, biaya-biaya yang dikeluarkan selama satu kali musim tanam dan

    penerimaan dari hasil produksi.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh pihak lain.

    Dapat bersumber dari pustaka atau dikumpulkan oleh pihak terkait dengan

    penelitian ini. Data ini dapat berupa data atau dokumen yang berasal dari

    buku, internet, instansi terkait, surat kabar, penelitian terdahulu yang terkait

    dengan penelitian. Data yang diperoleh diantaranya profil Dusun Tegalsari,

    Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Batu.

  • 35

    4.4 Metode Analisis Data

    Analisis data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah karena

    dengan menganalisis data, maka kita dapat memberikan makna yang bermanfaat

    di dalam memecahkan masalah penelitian serta dapat menghasilkan suatu ide

    untuk pengembangan penelitian yang lainnya. Data yang diperoleh, diolah dan

    dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk

    deskriptif analitik untuk mendukung data kuantitatif. Data informasi yang