ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG ...repository.ub.ac.id/6076/1/TRI WAHYUNI.pdfMetode...
Transcript of ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG ...repository.ub.ac.id/6076/1/TRI WAHYUNI.pdfMetode...
-
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI
BROKOLI (Brassica oleracea L.) (Studi Kasus di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Batu)
SKRIPSI
Oleh
TRI WAHYUNI
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2017
-
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI
BROKOLI (Brassica oleracea L.) (Studi Kasus di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Batu)
Oleh:
TRI WAHYUNI
105040100111087
Minat Ekonomi Pertanian
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
-
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, Juli 2017
Tri Wahyuni
105040100111087
-
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Blitar pada tanggal 27 Desember 1991 sebagai putri tunggal
dari ayah bernama Matius Mujiono dan ibu Easter Suriyah. Penulis menempuh
pendidikan sekolah dasar di SDN Bacem 2 pada tahun 1998-2004 dan
melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Ponggok (2004-
2007). Pada tahun 2007 penulis menempuh pendidikan sekolah menengah
kejuruan di SMKN 2 Kediri dan lulus pada tahun 2010. Selepas SMK, Universitas
Brawijaya menjadi pilihan penulis untuk melanjutkan pendidikannya. Melalui
Jalur SNMPTN, penulis diterima di Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya.
Selama masa studi, penulis aktif dalam kegiatan organisasi di Christian
Community. Pada tahun 2012 penulis menjadi pengurus untuk Bidang 2 atau Sie
Acara. Di tahun yang sama, penulis menjadi Ketua Pelaksana kegiatan Ibadah
Padang. Selain itu penulis juga pernah menjadi Steering Committee (SC) untuk
kegiatan Retreat Christian Community pada tahun 2014.
-
i
ABSTRAK
TRI WAHYUNI. 105040100111087. ANALISIS PENDAPATAN DAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI
BROKOLI (Brassica oleracea L.) STUDI KASUS DI DUSUN TEGALSARI,
DESA SUMBERGONDO, KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU. Dibawah
bimbingan Sujarwo, SP., MP., M.Sc. dan Nur Baladina, SP., MP.
Komoditas hortikultura di Indonesia memiliki prospek dan peluang yang besar
untuk dikembangkan. Brokoli merupakan salah satu komoditi sayuran binaan
pemerintah, oleh karena itu hingga saat ini pengembangan terhadap komoditi ini terus
dilakukan. Salah satu sentra produksi brokoli di Jawa Timur ialah Kota Batu.
Produksi brokoli di Kota Batu pada tahun 2014 mencapai angka 572,9 ton, angka
produksi tersebut meningkat cukup tajam dari tahun 2013 yaitu sebesar 347,4 ton.
Sama halnya dengan jumlah produksi, luas lahan panen brokoli juga mengalami
kenaikan dari tahun sebelumnya. Tahun 2013 luas lahan panen sayur brokoli di Kota
Batu sebesar 215 ha dan meningkat menjadi 337 pada tahun 2014. Dusun Tegalsari,
Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu ialah salah satu sentra brokoli di
Kota Batu. Produksi brokoli di Dusun Tegalsari ini cukup tinggi sehingga menjadikan
daerah ini sebagai sentra produksi komoditi brokoli. Produksi yang tinggi belum tentu
optimal dalam penggunaan faktor-faktor produksinya.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian mengenai pendapatan dan faktor-faktor
yang mempengaruhi produksi usahatani brokoli di Dusun Tegalsari, Desa
Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu penting untuk dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk : (1) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi
usahatani brokoli di Dusun Tegalsari, (2) Menganalisis tingkat efisiensi teknis yang
dicapai oleh petani brokoli di Dusun Tegalsari, dan (3) menganalisis besarnya biaya,
penerimaan dan pendapatan usahatani brokoli di Dusun tegalsari, Desa Sumbergondo,
Batu. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis fungsi produksi Cobb-Douglas
yang ditrasnformasikan kedalam analisis inferensia Principal Component Analysis
(PCA), analisis efisiensi teknis dengan Stochastic frontier dan analisis pendapatan.
Hasil yang diperoleh yaitu: (1) Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
usahatani brokoli di daerah penelitian adalah luas lahan, bibit, pupuk kimia, pupuk
kandang, pestisida dan tenaga kerja. Dari keenam variabel tersebut berdasarkan
analisis dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang difaktorkan
dengan Principal Component Analysis (PCA) menunjukkan bahwa semua variabel
berpengaruh nyata terhadap produksi brokoli. (2) Tingkat efisiensi teknis yang
dicapai oleh petani responden di Dusun Tegalsari tergolong tinggi dan cenderung
sudah efisien. Rata-rata tingkat efisiensi teknis sebesar 0,99. Hal ini dikarenakan
penggunaan faktor produksi berpengaruh nyata terhadap produksi usahatani brokoli.
(3) Rata-rata besarnya penerimaan yang didapatkan oleh petani brokoli di daerah
penelitian adalah sebesar Rp. 75.284.062,5 ha per musim tanam dan rata-rata total
biaya adalah sebesar Rp. 25.051.538 ha per musim tanam. Dengan demikian rata-rata
pendapatan yang diterima oleh petani responden adalah Rp. 50.232.524,5 ha per
musim tanam.
-
ii
Saran untuk penelitian ini adalah (1) Agar tingkat efisiensi teknis dan
pendapatan tetap berada dalam nilai yang positif, maka pelaksanaan usahatani brokoli
di daerah penelitian perlu mempertahankan penggunaan luas lahan, bibit, pupuk
kimia, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja dengan tepat. (2) Keterbatasan
penelitiaan ini adalah belum membedakan penggunaan tenaga kerja berdasarkan jenis
kelamin. Sehingga pada penelitian selanjutnya diharapkan dibedakan antara tenaga
kerja wanita dan pria sehingga penelitian selanjutnya penggunaan tenaga kerja lebih
optimum.
-
iii
ABSTRACT
TRI WAHYUNI. 105040100111087. AN ANALYSIS OF INCOME AND
FACTORS AFFECTING THE PRODUCTION OF BROCCOLI FARM
(Brassica oleracea L.) CASE STUDY AT TEGALSARI HAMLET,
SUMBERGONDO VILLAGE, BUMIAJI DISTRICT, BATU. Supervisor:
Sujarwo, SP., MP., M.Sc., Co-Supervisor: NurBaladina, SP., MP.
Horticultural commodities in Indonesia have great prospects and opportunities
to develop. Brocccoli is one of the vegetable commodities targeted by the
government; therefore up until now its development is still on going. One of the
vegetable commodity centers is in Batu. On 2014 broccoli production reached 572,9
ton, the number has increased from the previous year on 2013 which is 347,4 ton. As
the number of production, the land area has also increased from the previous year. On
2013 the land area for broccoli in Batu is 215 ha and increased to 227 ha on
2014.Tegalsari hamlet, Sumbergondo village, Bumiaji District, Batu is one of
broccoli centers in Batu City.Broccoli’s production at Tegalsari hamlet is high
enough to make this area as the broccoli commodity center. The high production
number doesn’t define that the using of production factors is optimal.
Based on the description above, a research about the income and factors
affecting the production of broccoli farm at Tegalsari hamlet, Sumbergondo Village,
Bumiaji District, Batu is important to be done. The purposes of this research are: (1)
To analyze the factors that affect the production of broccoli farm at Tegalsari hamlet,
(2) to analyze the technical efficiency level achieved by broccoli’s farmers at
Tegalsari hamlet, and (3) to analyze the amount of cost, revenue, and income of
broccoli farmat Tegalsari hamlet, Sumbergondo village, Batu. The analysis methods
used are production function analysis Cobb-Douglas transformed to the inferential
analysis Principal Component Analysis (PCA), technical efficiency analysis using
Stochastic frontier and income analysis.
The results are: (1) The factors used in broccoli farm at the research area are
land area, seed, fertilizer, manure, pesticide, and labor. Based on the production
function analysis using Cobb Douglas that factorized to Principal Component
Analysis (PCA) shows that all the six factors are significantly affect the broccoli
production. (2) The technical efficiency level achieved by the farmer respondents at
Tegalsari hamlet is high and efficient. The average technical efficiency is 0,99. (3)
The average revenue of the broccoli farmers at the research area is Rp. 75.284.062,5
ha per growing season and the average cost is Rp. 25.051.538 ha per growing season.
Based on that we can conclude that the average income is Rp. 50.232.524,5 ha per
growing season.
The advices inthis research are: (1) In order to keep the technical efficiency
level and income in a positive value, the implementation of broccoli farm at the
research area needs to maintain the production factors properly. (2) The next research
can be more specific about determining the optimal number of labor needed based on
the gender to do different kind of job.
-
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena dengan kasih dan
limpahan berkat-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan skripsi dengan judul
“Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani
Brokoli (Brassica oleracea L.) di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan
dalam rangka menyelesaikan satu tugas akhir Strata Satu (S-1) di Fakultas
Pertanian Universitas Brawijaya Malang.
Penelitian ini dilakukan karena penulis mengganggap penting mengetahui
faktor-faktor produksi dalam usahatani brokoli. Hal tersebut menjadikan penulis
merumuskan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi produksi usahatani brokoli, tingkat efisiensi serta pendapatan
usahatani brokoli di daerah penelitian. Sehingga harapan penulis, skripsi ini dapat
menjadi acuan atau saran terhadap peningkatan pendapatan petani brokoli.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bimbingan, dorongan serta doa tersebut
sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut di atas
penulis menyampaikan hormat dan terimakasih kepada:
1. Bapak Sujarwo, SP., MP., M.Sc. dan Ibu Nur Baladina, SP., MP. sebagai
pembimbing utama dan pembimbing pendamping yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dan bantuan dalam menyusun skripsi ini.
2. Bapak Ir. Heru Santoso H.S., SU. dan Bapak Sugeng Riyanto, SP., M.Si.
selaku dosen penguji atas nasihat, arahan, serta bimbingan kepada penulis.
3. Bapak dan Ibu serta keluarga yang telah memberikan dorongan moral dan
spiritual untuk penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bila dalam penyusunan skripsi ini masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun serta
sumbangan pemikiran yang konstruktif sangat penulis harapkan.
Malang, Juli 2017
Penulis
-
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................................ i
SUMMARY ............................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Penelitian Terdahulu ......................................................... 8
2.2 Botani dan Budidaya Brokoli ........................................................ 9
2.3 Tinjauan Teoritis Usahatani .......................................................... 11
2.3.1 Biaya ................................................................................... 11
2.3.2 Penerimaan .......................................................................... 13
2.3.3 Pendapatan .......................................................................... 13
2.4 Tinjauan Teori Tentang Produksi .................................................. 13
2.5 Tinjauan Teori Fungsi Produksi Cobb-Douglas ........................... 17
2.6 Tinjauan Teori Tentang Fungsi Produksi Frontier ....................... 18
2.7 Tinjauan Teori Tentang Pendapatan ............................................. 20
2.8 Tinjauan Teori Efisiensi ................................................................ 21
III. KERANGKA TEORITIS
3.1 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 24
3.2 Hipotesis ....................................................................................... 28
3.3 Batasan Masalah ........................................................................... 28
3.4 Ruang Lingkup dan Definisi Operasional ..................................... 28
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Penentuan Lokasi Penelitian ......................................................... 32
4.2 Metode Penentuan Sampel ............................................................ 32
4.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................... 34
4.4 Metode Analisis Data .................................................................... 35
4.4.1 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani
Brokoli ................................................................................ 35
4.4.2 Analisis Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Brokoli ......... 36
4.4.3 Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
Brokoli ................................................................................ 37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................................ 38
5.2 Kondisi Demografi Daerah Penelitian .......................................... 38
5.2.1 Jumlah Penduduk ................................................................ 38
-
vii
5.2.2 Mata Pencaharian ................................................................ 39
5.3 Karakteristik Responden ............................................................... 40
5.3.1 Karakteristik Umur Petani Responden ................................ 40
5.3.2 Karakteristik Tingkat Pendidikan ....................................... 41
5.3.3 Karakteristik Pengalaman Berusahatani ............................. 42
5.3.4 Karakteristik Luas Lahan Brokoli ....................................... 43
5.3.5 Karakteristik Status Kepemilikan Lahan ............................ 44
5.3.6 Karakteristik Jumlah Anggota Keluarga ............................. 45
5.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani
Brokoli .......................................................................................... 46
5.5 Analisis Tingkat Efisiensi Teknis Usahatani Brokoli ................... 51
5.6 Analisis Biaya, Penerimaan dan Pendapatan ................................ 52
5.6.1 Analisis Biaya ..................................................................... 52
5.6.2 Analisis Penerimaan dan Pendapatan ................................. 55
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................... 57
6.2 Saran ............................................................................................. 57
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 58
LAMPIRAN ............................................................................................... 61
-
viii
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
Teks
1. Jumlah penduduk Desa Sumbergondo berdasarkan jenis kelamin ......................................................................................... 38
2. Jumlah penduduk Dusun Tegalsari berdasarkan jenis kelamin ... 39 3. Distribusi penduduk Desa Sumbergondo berdasarkan Mata
pencaharian .................................................................................. 40
4. Karakteristik petani responden berdasarkan umur ....................... 41 5. Distribusi tingkat pendidikan penduduk di Dusun Tegalsari ....... 42 6. Karakteristik petani responden berdasarkan pengalaman ber-
usahatani ...................................................................................... 43
7. Karakteristik responden berdasarkan luas lahan garapan brokoli 44 8. Karakteristik responden berdasarkan status kepemilihan lahan ... 44 9. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anggota keluarga ... 45 10. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
Brokoli di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan
Bumiaji, Kota Batu ...................................................................... 46
11. Hasil estimasi fungsi produksi stochastic frontier usahatani brokoli .......................................................................................... 51
12. Kategori tingkat efisiensi teknis petani brokoli ........................... 52 13. Rata-rata biaya tetap usahatani brokoli dalam satu kali musim
Tanam di daerah penelitian .......................................................... 53
14. Rata-rata biaya variabel usahatani brokoli dalam satu kali musim Tanam di daerah penelitian .......................................................... 53
15. Rata-rata biaya total usahatani brokoli dalam satu kali musim Tanam di daerah penelitian .......................................................... 55
16. Rata-rata penerimaan usahatani brokoli dalam satu kali musim Tanam di daerah penelitian .......................................................... 55
17. Rata-rata pendapatan usahatani brokoli dalam satu kali musim Tanam di daerah penelitian .......................................................... 56
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
Teks
1. Daerah produksi dan elastisitas produksi ..................................... 15 2. Kurva fungsi produksi stochastic frontier ................................... 19 3. Efisiensi teknis dan alokatif ......................................................... 22 4. Kerangka pemikiran pendapatan dan faktor-faktor pro-
duksi usahatani brokoli ................................................................ 27
-
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk Indonesia.
Berdasarkan survei pada bulan Agustus tahun 2014, terlihat persentase jumlah
penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian sebesar 34%. Selain itu,
besarnya kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional Indonesia
dapat dilihat dari besarnya peningkatan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai
PDB atas dasar harga berlaku sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar
9,8% dimana pada tahun 2012 sebesar Rp 1.193.452,90 milyar meningkat menjadi
Rp 1.311.037,30 milyar pada tahun 2013 (Badan Pusat Statistik, 2014).
Wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan
pengembangan berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun
hortikultura subtropis, yang mencakup 323 jenis komoditas, yang terdiri dari 60
jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas
biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias (Kementerian Pertanian, 2009).
Hortikultura menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang
berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini menunjukkan peran penting subsektor
hortikultura dalam mendukung perekonomian nasional, khususnya dalam upaya
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Komoditas hortikultura memiliki prospek dan peluang yang besar untuk
dikembangkan. Produksi hortikultura di dataran tinggi Indonesia memiliki nilai
ekspor yang cukup tinggi, bahkan pada tahun 2011 ekspor sayur mayur Indonesia
mencapai 21.105 ton dari 487.336 ton total impor sayur mayur Singapura. Hal ini
menunjukkan bahwa sayur mayur Indonesia mampu bersaing dengan sayur mayur
di negara tetangga tersebut (Kementerian Pertanian, 2014).
Brokoli merupakan salah satu komoditi sayur binaan Direktorat Jenderal
Hortikultura sesuai Keputusan Menteri Pertanian RI pada tahun 2006, oleh karena
itu hingga saat ini pengembangan terhadap komoditi ini terus dilakukan. Brokoli
memiliki banyak zat bergizi yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dalam 156
gram (1 mangkuk) brokoli kukus terkandung protein sebesar 4,66 gr, zat besi 1,37
mg, vitamin A, Vitamin B, serat dan masih banyak lagi. Selain itu brokoli juga
-
2
memiliki zat indoles dan sulforaphane yang mampu melawan penyakit kanker,
diabetes, jantung dan tekanan darah tinggi (Armanda, 2010).
Menurut Kementerian Pentanian dan Kehutanan Jawa Timur (2015) pada
tahun 2010 hingga tahun 2013, perkembangan produksi tanaman brokoli di Jawa
Timur sangat fluktuatif. Dari jumlah produksi per tahun, dapat dilihat bahwa
kenaikan produksi paling tinggi terjadi pada tahun 2011. Angka produksi pada
tahun 2010 sebesar 11.921 ton meningkat menjadi 22.563 ton pada tahun 2011.
Kenaikan jumlah produksi tersebut berbanding lurus dengan luas areal panen dan
produktivitas. Berbeda dengan tahun 2011, pada tahun 2012 luas areal panen
meningkat akan tetapi produksi dan produktivas menurun. Sedangkan pada tahun
2013, produksi dan produktivitas mengalami peningkatan akan tetapi luas areal
lahan mengalami penurunan. Angka produksi tahun 2012 sebesar 22.436 ton
meningkat menjadi 25.044 ton, produktivitas tahun 2011 sebesar 11,85 ton/ha
meningkat menjadi 13,66 ton/ha.
Menurut Mirza (2015), Kota Batu merupakan salah satu sentra penghasil
komoditi sayuran di Jawa Timur, dan brokoli adalah salah satu komoditi sayuran
yang dihasilkan oleh kota tersebut. Pada tahun 2014 produksi brokoli di kota Batu
mencapai angka 572,9 ton, angka produksi tersebut meningkat cukup tajam dari
tahun 2013 yaitu sebesar 347,4 ton. Sama halnya dengan jumlah produksi, luas
lahan panen brokoli juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Tahun 2013
luas lahan panen sayur brokoli di Kota Batu sebesar 215 ha dan meningkat
menjadi 337 pada tahun 2014 (Kementerian Pertanian dan Kehutanan Kota Batu,
2015). Dengan demikian pada tahun 2013 ke tahun 2014 terjadi kenaikan
produktivitas sebesar 0,1 ton/ha. Kenaikan angka produktivitas tersebut
menunjukkan bahwa kegiatan usahatani di Kota Batu cenderung menguntungkan,
namun usahatani tersebut belum tentu efisien secara teknis apabila belum
mencapai keuntungan yang optimal.
Produksi dan luas panen pada tiap kecamatan di Kota Batu memiliki selisih
yang cukup besar. Akan tetapi produktivitas pada masing-masing kecamatan tidak
jauh berbeda. Kecamatan Batu memiliki produksi tanaman brokoli yang paling
tinggi dibandingkan kecamatan Bumiaji dan kecamatan Junrejo. Demikian juga
luas lahan panen yang dimiliki oleh kecamatan Batu yaitu sebesar 99,5 ha,
-
3
sedangkan kecamatan Bumiaji dan Kecamatan Junrejo sebesar 38 ha dan 24,5 ha.
Berbeda dengan produksi dan luas lahan, produktivitas tanaman brokoli tertinggi
dimiliki oleh kecamatan Junrejo. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa
produksi brokoli di kecamatan Bumiaji cenderung masih rendah apabila
dibandingkan dengan kecamatan lainnya (Kementerian Pertanian dan Kehutanan Kota
Batu, 2015).
Rendahnya produksi menunjukkan belum tercapainya tujuan dari pelaku
usahatani secara maksimal (in-efisiensi). Dalam keterbatasan sumberdaya input
mengakibatkan petani mungkin saja melakukan penyimpangan-penyimpangan
yang mengakibatkan resiko atau konsekuensi pada usahatani yang dikelola.
Penyaluran input yang sesuai pada porsinya dapat meminimalkan resiko
terjadinya in-efisiensi pada usahatani (Adiyoga, 1999). Kajian efisiensi, baik itu
efisiensi teknis, alokatif maupun ekonomis, seringkali digunakan sebagai
indikator kinerja tingkat keberhasilan dalam berusahatani. Pencapaian efisiensi
teknis yang tinggi sangat penting dalam meningkatkan keuntungan suatu
usahatani, termasuk dalam usahatani brokoli (Sukiyono, 2005).
Studi efisiensi ini merupakan penelitian di Dusun Tegalsari, Desa
Sumbergond, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Kota Batu merupakan salah satu
sentra produksi sayuran di Jawa Timur, oleh karena itu sebagian besar sayuran di
daerah Jawa Timur dipasok dari Kota Batu, termasuk sayur brokoli. Desa
Sumbergundu terbagi atas tiga dusun dan Dusun Tegalsari memiliki produksi
brokoli paling tinggi diantara dusun lainnya di Desa Sumbergondo. Potensi yang
tinggi menunjukkan bahwa usahatani sayur dalam hal ini yang dimaksud adalah
brokoli, memiliki nilai jual atau keuntungan yang tinggi juga. Akan tetapi
keuntungan tinggi belum tentu usahatani yang dilakukan efisien. Efisien yang
dimaksud adalah usahatani tidak hanya memberikan kentuntungan, tetapi
bagaimana caranya petani mampu mendapatkan keuntungan yang optimal.
Pada survei pendahuluan yang telah dilakukan, banyak dijumpai faktor atau
fenomena yang menarik. Usahatani brokoli membutuhkan suhu rendah untuk
proses produksi. Akan tetapi keadaan tanah yang mudah tergenang air juga tidak
disarankan untuk tempat menanam brokoli. Kondisi tanah yang sering tergenang
air mengakibatkan akar brokoli terserang penyakit akar bengkak. Penggunaan
-
4
pestisida lebih banyak dari yang biasa digunakan merupakan salah satu pilihan
yang digunakan petani untuk mengatasi penyakit akar bengkak tersebut. Pestisida
yang berlebih juga mengakibatkan petani mengeluarkan biaya yang lebih mahal
dari biasanya. Kepemilikan lahan merupakan salah satu input utama yang
seringkali dihadapi oleh petani. Pada umumnya luas lahan para petani di daerah
penelitian kurang dari satu hektar (rata-rata 0,25 ha), sehingga produksi sayuran
yang dihasilkan kurang optimal dan tidak efisien.
Efisiensi teknis menunjukkan kemampuan petani mengelola input yang
minimal tanpa harus mengurangi hasil produksi yang seharusnya dihasilkan.
Usahatani brokoli di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu dikatakan efisien secara teknis apabila petani mampu menggunakan
input seminimal mungkin dan menghasilkan output yang optimal. Penggunaan
input yang berlebih mempengaruhi biaya yang dikeluarkan dan juga
mempengaruhi keuntungan yang didapatkan.
Berdasarkan uraian di atas guna mendukung angka produksi sayur-mayur
nasional khususnya sayur brokoli meningkat, maka efisiensi teknis usahatani
brokoli penting untuk dilakukan. Efisiensi teknis dapat digunakan untuk melihat
seberapa besar input yang digunakan agar mendapatkan output yang optimal.
Dengan demikian petani dapat menghemat input yang ada dan hasil usahatani atau
keuntungan petani menjadi optimal, sehingga kegiatan usatani dapat
berkelanjutan. Selain itu pasokan brokoli dalam negeri tetap stabil.
1.2 Perumusan Masalah
Produksi merupakan salah satu kegiatan dalam berusahatani yang
mengubah input menjadi output. Input yang digunakan dalam usahatani brokoli
antara lain lahan, bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja. Hubungan antara input
dan output dijelaskan dalam fungsi produksi. Menurut Hanafie (2010), fungsi
produksi merupakan suatu fungsi yang menunjukkan hubungan teknis antara hasil
produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Pada usahatani
brokoli, fungsi produksi menggambarkan jumlah brokoli yang dihasilkan (dalam
satuan kg) dari penggunaan input atau faktor-faktor produksi yang berupa lahan
(ha), bibit (tanaman), pupuk (kg), pestisida (lt) dan tenaga kerja (HOK).
-
5
Setiap pelaku usahatani selalu berusaha agar bisa mendapatkan
keuntungan yang maksimal dalam berusahatani. Pencapaian efisiensi teknis yang
tinggi sangat penting dalam upaya meningkatkan keuntungan suatu usahatani,
termasuk dalam usahatani brokoli (Sukiyono, 2005). Efisiensi petani mengelola
atau mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan usahatani. Penggunaan input yang tidak efisien mengakibatkan adanya
potensi yang tidak atau belum tereksploitasi untuk meningkatkan pendapatan
usahatani sehingga pendapatan menjadi surplus. Akan tetapi apabila petani
bertindak secara efisien dalam menggunakan input produksi, maka produksi akan
meningkat dan keuntungan juga naik.
Desa Sumbergondo bertempat di Kecamatan Bumiaji berpenduduk
mayoritas petani sayur, termasuk brokoli. Penanaman brokoli dilakukan sebagai
rotasi tanam untuk memperbaiki lahan atau kondisi tanah, sehingga dapat
memperbaiki struktur tanah dan penggunaan pupuk dapat diminimalkan. Pupuk
yang digunakan oleh petani di Desa Sumbergondo untuk usahatani brokoli ialah
kimia dan pupuk kandang. Untuk luas lahan 0,25 ha, petani mengaplikasikan
pupuk kandang sebesar 500 kg, dan pupuk kimia (Urea dan ZA) sebanyak 150 kg.
Selain itu kepemilikan lahan sebagai salah satu input utama menjadi kendala yang
paling umum dihadapi oleh para petani. Pada umumnya kepemilikan lahan para
petani kurang dari satu hektar (rata-rata 0,25 ha), sehingga sayuran yang
dihasilkan tidak optimal dan tidak efisien.
Biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja lepas usahatani brokoli di
Desa Sumbergondo sebesar Rp40.000/HOK, sedangkan upah untuk tenaga kerja
tidak lepas berkisar antara Rp30.000/HOK hingga Rp35.000/HOK. Biaya lepas
yang dimaksud ialah tenaga kerja mendapatkan upah tambahan sebagai ganti dari
konsumsi, dan biaya tidak lepas ialah tenaga kerja mendapatkan konsumsi. Nilai
satu HOK ialah 6 jam kerja, yaitu mulai dari jam 7 pagi hingga jam 1 siang.
Brokoli merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup banyak ditanam oleh
petani di Desa Sumbergondo. Jika tanaman ini dapat dibudidayakan dengan baik
tentu saja akan menghasilkan pendapatan yang besar bagi para petani di daerah
tersebut, ditunjang dengan harga brokoli yang relatif stabil. Para petani brokoli di
Dusun Tegalsari tidak pernah kehilangan permintaan brokoli, sehingga harga yang
-
6
diterima petani pun cukup tinggi dan stabil diantara kisaran harga Rp. 3.500/kg
hingga Rp 10.000/kg.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengembangan usahatani brokoli di
Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, lebih
difokuskan pada kemampuan petani dalam meningkatkan total produksi sayuran
brokoli dengan tujuan meningkatkan keutungan atau pendapatan petani. Penelitian
ini mengkaji tentang faktor produksi dan efisiensi teknis serta pendapatan pada
usahatani brokoli di Dusun Tegalsari. Dengan mengacu pada latar belakang dan
permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan usahatani sayuran brokoli,
maka permasalahan penelitian secara umum adalah “Faktor-faktor apa sajakah
yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani brokoli di Dusun
Tegalsari Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu”.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka penelitian dapat di
rumuskan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani brokoli di
daerah penelitian?
2. Bagaimana tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh petani brokoli di daerah
penelitian?
3. Berapakah pendapatan petani brokoli dalam satu kali musim tanam di daerah
penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani brokoli di
daerah penelitian.
2. Menganalisis tingkat efisiensi teknis yang dicapai oleh petani terhadap tingkat
produksi usahatani brokoli di daerah penelitan.
3. Menganalisis pendapatan yang diperoleh petani brokoli dalam satu kali musim
tanam di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi:
1. Peneliti, sebagai pengalaman dan latihan dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh dalam kegiatan perkuliahan
-
7
2. Memberikan informasi mengenai efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi
usahatani brokoli yang dilakukan oleh para petani di Dusun Tegalsari, Desa
Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
3. Pihak-pihak atau institusi terkait sebagai referensi dalam pengambilan
keputusan terkait efisiensi produksi usahatani brokoli.
4. Memberikan manfaat bagi pembaca sebagai bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya pada bidang yang sama.
-
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Telaah penelitian terdahulu berisi beberapa kajian dengan kesamaan objek,
variabel penelitian dan topik dengan penelitian ini, sehingga dapat dijadikan
bahan acuan dan pembanding dalam penelitian ini. Pada sub bab ini juga
dijelaskan beberapa perbedaan penelitian dengan penelitian sebelumnya.
Wibisono (2010) melakukan penelitian di Desa Banyuroto, Kecamatan Sawangan,
Kabupaten Magelang dengan tujuan penelitian untuk mengetahui efisiensi harga
dan efisiensi teknis pada usahatani kubis. Pada penelitian tersebut, variabel yang
digunakan ialah luas lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk NPK, dan
pupuk TSP. Hasil penelitian yang dilakukan Wibisono (2010) menunjukkan
bahwa usahatani kubis belum mencapai efisiensi secara teknis dan secara harga.
Hal tersebut dikarenakan penggunaan dosis faktor produksi tidak sesuai dengan
yang dianjurkan. Penelitian oleh Wibisono (2010) memiliki persamaan dengan
penelitian ini, yaitu sama-sama mengukur tingkat efisiensi teknis.
Penelitian dilakukan oleh Sidauruk (2015) di Kecamatan Pujon Kabupaten
Malang, bertujuan untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis usahatani kubis dan
faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi efisiensi teknis. Variabel yang
digunakan adalah luas lahan, bibit, pupuk kimia, pupuk kandang, pestisida dan
tenaga kerja, menunjukkan hasil bahwa: (1) Faktor-faktor yang memperngaruhi
produksi usahatani kubis adalah luas lahan, bibit dan pestisida. (2) Variabel pupuk
kimia, pupuk kandang dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi
teknis. (3) Nilai efisiensi teknis masih dapat ditingkatkan sebesar 17 persen. (4)
Faktor yang mempengaruhi efisiensi teknis petani kubis adalah umur, pendidikan
formal, dan jumlah anggota keluarga. Penelitian oleh Sidauruk (2015) memiliki
persamaan dengan penelitian skripsi ini, yaitu: (1) Sama-sama menggunakan
variabel luas lahan, bibit, pupuk kimia, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja.
(2) Alat analisis yang digunakan ialah stochastic frontier yang diestimasi dengan
metode Maximum Likelihood Estimation (MLE).
Sembiring (2017) menganalisis efisiensi teknis usahatani kubis dan
pengaruhnya terhadap pendapatan petani, dengan menggunakan metode analisis
stochastic frontier. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pendapatan dan
-
9
produksi usahatani petani kubis sudah tergolong tinggi. Tingkat efisiensi teknis
yang dicapai oleh petani kubis juga tergolong tinggi akan tetapi belum full efisien
secara teknis yaitu sebesar 0,839. Faktor yang berpengaruh nyata terhadap tingkat
efisiensi teknis ialah pendidikan pada taraf kepercayaan 99 persen, sedangkan
faktor lainnya (umur dan pengalaman) tidak berpengaruh nyata terhadap efisiensi
teknis. Efisiensi teknis berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan usahatani
kubis di Desa Sumberbrantas. Penelitian oleh Sembiring (2017) memiliki
persamaan dengan penelitian pada skripsi ini, yaitu (1) sama-sama menghitung
pendapatan petani. (2) Menggunakan alat analisis stochastic frontier.
Perbedaannya ialah penambahan analisis pengaruh efisiensi teknis yang
dicapai petani terhadap tingkat produksi dan pendapatan usahatani brokoli.Dari
lima penelitian terdahulu yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa dari berbagai macam faktor produksi tidak semuanya berpengaruh nyata
terhadap produksi usahatani. Penelitian ini menggunakan factor produksi luas
lahan, bibit, pupuk kimia, pupuk kandang, pestisida dan tenaga kerja. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan alat
analisis stochastic frontier untuk mengukur efisiensi teknis. Sedangkan
perbedaannya ialah adanya penambahan analisis pengaruh efisiensi yang telah
dicapai oleh petani terhadap tingkat produksi dan pendapatan usahatani.
2.2 Botani dan Budidaya Brokoli
Menurut Cahyono (2001) brokoli (Brassica oleracea L.) adalah tanaman
sayuran yang termasuk dalam suku kubis-kubisan atau Brassicaceae. Brokoli
berasal dari Laut Tengah dan sudah sejak masa Yunani Kuno dibudidayakan.
Sayuran ini masuk ke Indonesia belum lama (sekitar 1970-an) dan kini cukup
popular sebagai bahan pangan.
Bagian brokoli yang dimakan adalah kepala bunga berwarna hijau yang
tersusun rapat seperti cabang pohon dengan batang tebal. Sebagian besar kepala
bunga tersebut dikelilingi dedaunan. Brokoli paling mirip dengan kembang kol
(kubis bunga putih), namun brokoli berwarna hijau, sedangkan kembang kol
putih. Berikut merupakan taksonomi dari brokoli:
-
10
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji) atau Embryophyta
Siphonogomo
Kelas : Angiospermae (berbiji tertutup)
Ordo : Brassicales (Rhoedales)
Famili : Brassicaceae (Creciferae)
Genus : Brassica
Spesies : Oleraceae L
Temperature optimum untuk pertumbuhan dan produksi jenis sayuran
seperti brokoli adalah 15,5-18,0 oC. Brokoli merupakan tanaman yang sangat peka
terhadap temperatur, terutama pada periode pembentukan bunga. Keadaan tanah
tempat brokoli ditanam haruslah subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah
tergenang air, kisaran pH tanah adalah 5,5-6,5 dan pengairannya cukup.
Lebih lanjut Cahyono (2001) menjelaskan mengenai budidaya usahatani
brokoli. Hal yang dilakukan pertama kali ialah mempersiapkan lahan penanaman.
Kegiatan persiapan lahan meliputi pengolahan tanah untuk persemaian benih,
pengolahan tanah untuk penanaman bibit, pembuatan bedeng dan parit-parit,
pengapuran, pemupukan dasar dan pemasangan mulsa plastic hitam perak.
Penanganan panen dan pasca panen sangat mempengaruhi kualitas masa bunga
yang dipanen. Hal-hal yang harus diperhatikan selama masa panen adalah
pemotongan harus cepat sehingga tidak melukai masa bunga, waktu panen harus
tepat, masa bunga harus diletakkan di tempat yang tepat. Penanganan pasca panen
antara lain meliputi pembersihan dan pengeringan, sortasi dan grading,
penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan, serta pemasaran.
Menurut Rukmana (1994), pemanenan brokoli dapat dilakukan pada saat
bunga (curd) mencapai ukuran maksimal dan telah padat, tetapi kuncupnya belum
mekar. Umur panen bervariasi tergantung varietas yang ditanam umumnya 55-60
hari setelah tanam. Waktu panen yang tepat adalah pagi atau sore hati, yaitu
dengan memotong tangkai bunga bersama sebagian batang dan daunnya
sepanjang 25 cm. Setelah dipanen, brokoli disortir menurut ukuran diameter dan
beratnya. Bunga brokoli dibungkus kertas Koran atau dikemas dalam plastik
pholyethylene. Agar tahan 14-18 hari, brokoli disimpang dalam pendingin bersuhu
-
11
kurang lebih 5oC dan kelembaban 85-95%. Penangan pasca panen bertujuan untuk
mempertahankan kualitas hasil panen yang diperoleh pada saat panen sehingga
tetap baik sampai ke konsumen. Penanganan ini penting dilakukan karena brokoli
termasuk dalam jenis sayuran yang sangat mudah mengalami kerusakan.
Agromedia (2008), mengatakan bahwa brokoli biasanya direbus atau
dikukus, atau dapat pula dimakan mentah. Brokoli mengandung vitamin C dan
serat makanan dalam jumlah banyak. Brokoli juga mengandung senyawa
glukorafanin, yang merupakan bentuk alami senyawa antikanker sulforafana
(sulforaphane). Selain itu, brokoli mengandung senyawaan isotiosianat yang,
sebagaimana sulforafana, diyakini memiliki aktivitas antikanker. Manfaat brokoli
bagi kesehatan tubuh adalah sebagai berikut:
1. Memperkecil resiko terjadinya kanker kerongkongan, perut, usus besar, paru,
larynx, parynx, prostat, mulut dan payudara.
2. Membantu menurunkan resiko gangguan jantung dan stroke.
3. Mengurangi resiko terkena katarak.
4. Membantu melawan anemia.
5. Mengurangi resiko terkena spina bifida (salah satu jenis gangguan kelainan
tulang belakang).
2.3 Tinjauan Teoritis Usahatani
Menurut Soekartawi (1995) dalam Mendra (2007), ilmu usahatani dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang bagaimana seseorang
mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan
memperoleh hasil yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila
seseorang dengan input tertentu mampu menggunakannya dengan sebaik-baiknya.
Dan dikatakan efisien apabila pemanfaatan sumberdaya yang ada (input) tersebut
dapat menghasilkan output melebihi input yang telah digunakan.
2.3.1 Biaya
Menurut Sukirno (2005) biaya merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan
untuk memenuhi kebutuhan produksi usahatani, meliputi Biaya Total (Total
Cost), Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) dan Biaya Tidak Tetap Total (Total
Variable Cost).
-
12
a. Biaya Total (Total Cost)
Biaya total ialah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk biaya produksi
usahatani. Biaya total atau total cost diperoleh dari penjumlahan biaya tetap
total atau TFC (total fixed cost) dan biaya tidak tetap atau TVC (total variable
cost). Dengan demikian dapat dituliskan rumus sebagai berikut:
TC = TFC + TVC
Dimana:
TC = Total Cost (Rp)
TFC = Total Fixed Cost (Rp)
TVC = Total Variable Cost (Rp)
b. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
Biaya tetap total merupakan total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
faktor produksi (input) yang tidak dapat diubah jumlahnya. Contoh biaya tetap
total ialah biaya yang digunakan untuk membeli mesin, mendirikan bangunan,
membeli peralatan yang dianggap tidak mengalami perubahan dalam jangka
pendek. Biaya tetap total dapat dihitung dengan rumus berikut:
∑
Dimana:
TFC = Total Fixed Cost (Rp)
FC = Fixed Cost (Rp)
c. Biaya Tidak Tetap Total (Total Variable Cost)
Biaya tidak tetap total adalah jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh faktor produksi yang dapat dirubah jumlahnya. Dapat
dimisalkan bahwa factor produksi yang dapat berubah jumlahnya ialah tenaga
kerja. Biaya tidak tetap total dapat dihitung dengan rumus berikut:
∑
VC = Pxi . Xi
Dimana:
TVC = Total Variable Cost (Rp)
VC = Variable Cost (Rp)
-
13
Pxi = Harga input ke-i
Xi = Jumlah input ke-i
2.3.2 Penerimaan
Penerimaan usahatani atau pendapatan kotor usahatani ialah seluruh nilai
hasil total produksi usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual
ataupun yang tidak dijual. Guna memperkirakan harga yang tidak dijual,
digunakan nilai yang sama berdasarkan harga pasar, yaitu dengan cara
mengalikan jumlah hasil produksi dengan harga pasar (Soekartawi, 1986).
Penerimaan usahatani dapat dihitung dengan rumus:
TR = Y . Py
Dimana:
TR = Total penerimaan (Rp)
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (unit)
Py = Harga Y (Rp/unit)
2.3.3 Pendapatan
Pendapatan usahatani merupakan nilai selisih dari penerimaan yang
diperoleh dengan biaya yang telah dikeluarkan. Menurut Soekartawi (1986),
pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran besarnya keuntungan usahatani
yang dapat dipakai untuk membandingan hasil dari usahatani satu dengan
usahatani lainnya. Pendapatan usahatani dapat dihitung dengan rumus berikut:
Pd = TR –TC
Dimana:
Pd = Pendapatan usahatani (Rp)
TR = Total penerimaan (Rp)
TC = Total biaya (Rp)
2.4 Tinjauan Teoritis Tentang Produksi
Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa. Semberdaya yang
digunakan untuk memproduksi barang dan jasa disebut faktor-faktor produksi.
Umumnya faktor-faktor produksi terdiri dari lahan, tenaga kerja, dan input-input
lain seperti bahan mentah (raw material), dan lain-lain.
-
14
Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input yang digunakan
dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan (Lipsey, 1999).
Mubyarto (1986) mendefinisikan fungsi produksi sebagai suatu fungsi yang
menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor
produksi input). Sedangkan Soekartawi (1987) menjelaskan bahwa fungsi
produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan (Y) dengan
variabel yang menjelaskan (X). Variabel yang dijelaskan (Y) merupakan output,
dan variabel yang menjelaskan merupakan input. Secara sistematis fungsi
produksi dapat dituliskan sebagai berikut :
Y = f (X1, X2, …, Xn)
Keterangan :
Y = Hasil produksi fisik (output)
X1, X2, …, Xn = Faktor produksi (input)
Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh “Hukum kenaikan Hasil yang
Semakin Berkurang” (The Law of Diminishing Returns). Hukum ini menjelaskan
bahwa jika faktor produksi variabel dengan jumlah tertentu ditambahkan secara
terus-menerus pada sejumlah faktor produksi tetap, akhirnya akan dicapai suatu
kondisi dimana setiap penambahan satu unit faktor produksi variabel akan
menghasilkan tambahan produksi yang besarnya semakin berkurang. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam memilih fungsi produksi (Soekartawi, 1986),
yaitu:
1. Fungsi produksi harus dapat menggambarkan keadaan usahatani yang
sebenarnya terjadi.
2. Fungsi produksi dapat dengan mudah diartikan khususnya arti ekonomi dan
parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut.
3. Fungsi produksi harus mudah diukur atau dihitung secara statistik. Untuk
mengukur tingkat produktivitas dari suatu proses produksi terdapat dua tolak
ukur yaitu produk marjinal dan produk rata-rata. Produk marjinal (PM) adalah
tambahan produk yang dihasilkan dari setiap menambah satu-satuan faktor
produksi yang dipakai. Sedangkan Produk Rata-rata (PR) adalah tingkat
produktivitas yang dicapai setiap satuan produksi.
-
15
Untuk melihat perubahan dari produk yang dihasilkan disebabkan oleh
faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi.
Elastisitas produksi (Ep) adalah rasio tambahan relatif produk yang dihasilkan
dengan perubahan relatif faktor produksi yang dipakai atau presentase perubahan
dari produk yang dihasilkan sebagai akibat presentase perubahan faktor produksi
yang digunakan.
Fungsi produksi klasik menunjukkan tiga daerah produksi yang berbeda.
Daerah-daerah tersebut dibedakan berdasarkan elastisitas produksi, yaitu
perubahan produk yang dihasilkan karena perubahan faktor produksi yang
digunakan (Coelli, 1998). Pada gambar 1, ditunjukkan daerah-daerah berdasarkan
elastisitas produksi.
Gambar 1. Daerah Produksi dan Elastisitas Produksi Sumber: Coelli, Rao and Battese, 1998
Daerah I memperlihatkan Marginal Product (MP) lebih besar dari
Average Product (AP), hal ini mengindikasikan bahwa tingkat rata-rata variabel
input (X) ditransformasikan ke dalam produk (Y) meningkat hingga AP mencapai
maksimal pada akhir daerah I. Daerah produksi I yang terletak antara 0 dan X2,
memiliki nilai elastisitas lebih dari satu, artinya bahwa setiap penambahan faktor
produksi sebesar satu-satuan, akan menyebabkan pertambahan produksi yang
-
16
lebih besar dari satu satuan. Pada kondisi ini, keuntungan maksimum belum
tercapai karena produksi masih dapat ditingkatkan dengan menggunakan faktor
produksi lebih banyak. Daerah produksi I disebut juga daerah irasional.
Daerah II terjadi ketika MP menurun dan lebih rendah dari AP. Pada
keadaan ini MP sama atau lebih rendah dari AP, tapi sama atau lebih tinggi dari 0.
Daerah produksi II memiliki nilai elastisitas produksi antara nol dan satu. Artinya
setiap penambahan faktor produksi sebesar satu satuan akan menyebabkan
penambahan produksi paling besar satu satuan dan paling kecil nol satuan. Daerah
ini menunjukkan tingkat produksi memenuhi syarat keharusan tercapainya
keuntungan maksimum, daerah ini juga dicirikan dengan penambahan hasil
produksi yang semakin menurun (diminishing return). Pada tingkat tertentu dari
penggunaan faktor-faktor produksi di daerah ini akan memberikan keuntungan
maksimum. Hal ini menunjukkan penggunaan faktor-faktor produksi telah
optimal sehingga daerah ini disebut juga daerah rasional (rational region atau
rational stage of production).
Daerah produksi III adalah daerah dengan elastisitas produksi lebih kecil
dari nol. Pada daerah ini produksi total mengalami penurunan yang ditunjukkan
oleh produk marjinal yang bernilai negatif yang berarti setiap penambahan faktor
produksi akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan.
Penggunaan faktor produksi pada daerah ini sudah tidak efisien sehingga disebut
daerah irasional (irrational region atau irrational stage of production).
Soekartawi (1987), medefinisikan skala usaha (return to scale) sebagai
penjumlahan dari semua elastisitas faktor-faktor produksi. Skala usaha dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1. Kenaikan hasil yang meningkat (increasing return to scale). Pada daerah ini
ep>1, yang berarti proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan
tambahan produksi yang proporsinya lebih besar.
2. Kenaikan hasil yang tetap (constant return to scale). Pada daerah ini ep=1,
yang berarti penambahan faktor produksi akan proporsional dengan
penambahan produksi yang diperoleh. Pada daerah ini produk rata-rata
mencapai maksimum atau produk rata-rata sama dengan produk marjinalnya.
-
17
3. Kenaikan hasil yang menurun (decreasing return to scale). Pada daerah ini
ep
-
18
Menurut Soekartawi (1990), ada tiga alasan pokok mengapa fungsi produksi
Cobb-Douglas lebih banyak dipakai oleh para peneliti, yaitu:
a. Penyelesaian fungsi produksi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan
dengan fungsi yang lain, seperti fungsi kuadratik karena fungsi produksi Cobb-
Douglas dapat dengan mudah ditransfer ke bentuk linier.
b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb-Douglas akan
menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran
elastisitas.
c. Jumlah elastisitas tersebut sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to
scale.
2.6 Tinjauan Teori Tentang Fungsi Produksi Frontier
Fungsi produksi frontier merupakan fungsi produksi yang paling praktis
atau menggambarkan produksi maksimal yang dapat diperoleh dari variabel
kombinasi faktor produksi pada tingkat pengetahuan dan teknologi tertentu (Doll
and Orazem, 1984). Menurut Soekartawi (1994), fungsi produksi frontier
merupakan kumpulan titik yang menggambarkan produksi maksimum yang
berpotensi dihasilkan dari sejumlah penggunaan input. Fungsi produksi adalah
hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi frontier
adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang posisinya
terletak pada garis isokuan. Garis isokuan adalah tempat kedudukan titik-titik
yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan atau input produksi yang
optimal.
Coelli, et al (1998) menyatakan bahwa fungsi produksi frontier merupakan
fungsi produksi yang menggambarkan output maksimum yang dapat dicapai dari
setiap tingkat penggunaan input. Apabila suatu usahatani berada pada titik di
fungsi produksi frontier, berarti usahatani tersebut efisien secara teknis. Apabila
fungsi produksi frontier sudah diketahui, maka inefisiensi teknis dapat diestimasi
melalui perbandingan posisi actual relatif terhadap frontier.
Terdapat dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi suatu usahatani, yaitu Stochastic Frontier dan Linear Programming
(Data Envelopment Analysis atau DEA). Metode Stochastic Frontier berkaitan
-
19
dengan pengukuran kesalahan acak dimana keluaran dari usahatani merupakan
fungsi produksi dari faktor produksi, kesalahan acak, dan inefisiensi. Sedangkan
metode Linear Programming (Data Envelopment Analysis atau DEA) tidak
mempertimbangkan adanya kesalahan acak sehingga efisiensi teknis tersebut
dapat menjadi bias (Seinford dan Trail (1990) dalam Coelli et al (2005)).
Gambar 2. Kurva Fungsi Produksi Stochastic Frontier Sumber : Coelli et al, 2005
Menurut Soekartawi (1990), fungsi produksi frontier menunjukkan
kedudukan produksi aktual yang dicapai petani terhadap produksi potensial yang
seharusnya mampu dicapai petani. Fungsi produksi frontier merupakan hubungan
fisik antara faktor produksi dan produksi pada frontier yang terletak pada tempat
titik-titik yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan produksi yang
optimal (isokuan). Garis isokuan adalah tempat kedudukan titik-titik yang
menunjukkan titik kombinasi penggunaan masukan produksi yang optimal. Secara
umum, model fungsi produksi Stochastic Frontier adalah sebagai berikut:
Yi = Xiβ + (vi - ui)
qA = exp (β0+β1 Ln X1+ vA-uA)
qB = exp (β0+β1 Ln X1+ vB-uB)
q*
B = exp (β0+β1 Ln X1+ vB)
q*
A = exp (β0+β1 Ln X1+ vA)
XB X
A
Production Fuction :
q = exp (β0+β1 Ln X1)
Noise
effect Noise Effect
Inefficiency
effect
x
Inefficiency
effect
qA = exp (β0+β1 Ln XA+ vA-uA)
qB = exp (β0+β1 Ln XB+ vB-uB)
q*B = exp (β0+β1 Ln XB+ vB)
q*A = exp (β0+β1 Ln XA+ vA)
XB XA
Production Fuction :
q = exp (β0+β1 Ln X1)
Noise
effect Noise Effect
Inefficiency
effect
x
Inefficiency
effect
Xi
Yi
-
20
Dimana:
Yi = Produksi yang dihasilkan pada waktu ke-t
i = 1, 2, 3, …..,n
Xi = Vektor masukan yang digunakan pada waktu ke-t
β = Vektor parameter yang diestimasi
Vi = Variabel acak yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal (iklim,
hama), sebenarnya simetris dan menyebar normal
Ui = Variabel acak non negative, diasumsikan mempengaruhi tingkat
inefisiensi teknis dan berkaitan dengan factor-faktor internal, sebarannya
bersifat setengah normal
Model fungsi produksi pada gambar diatas digambarkan dengan
mengaplikasikan asumsi diminising return to scale. Aktifitas produksi pada 2
(dua) perusahaan digambarkan oleh symbol A dan B. Nilai input diukur sepanjang
sumbu horizontal (Xi) dan nilai ouput diukur pada sumbu vertikal (Yi).
Perusahaan A mengunakan input sebesar XA dan menghasilkan ouput sebesar qA,
sedangkan perusahaan B menggunakan input sebesar XB dan menghasilkan output
qB. Nilai output observasi ditandai dengan notasi O, sedangkan nilai frontier
ditunjukkan dengan gambar.
Output frontier perusahaan A berada diatas fungsi produksi. Hal ini terjadi
karena aktivitas produksi perusahaan tersebut berada pada kondisi
menguntungkan, dimana variabel VA bernilai positif (VA > 0). Akan tetapi ouput
observasi perusahaan A berada di bawah fungsi produksi frontier karena
penjumlahan noise effect dan efficiency effect bernilai negatif (VA-UA < 0 ).
Sementara itu, aktivitas produksi perusahaan B berada dibawah fungsi produksi,
karena aktivitas produksi perusahaan tersebut berada pada kondisi tidak
menguntungkan, dimana variabel VB bernilai negatif.
2.7 Tinjauan Teori Tentang Pendapatan
Fungsi pendapatan menjelaskan tentang hubungan antara jumlah pendapatan
yang diterima dari usahatani dengan jumlah produksi serta biaya yang dikeluarkan
pada masing-masing input produksi. Menurut Soekartawi (1986), pendapatan
usahatani merupakan selisih antara penerimaan kotor usahatani dengan
-
21
pengeluaran total usahatani. Maka secara teoritis, suatu fungsi produksi harus
menggambarkan pengaruh dari total produksi usahatani dan biaya total terhadap
pendapatan yang diterima oleh petani.
Analisis yang digunakan untuk mengukur variabel yang berpengaruh pada
pendapatan adalah dengan menggunakan Cobb-Douglas. Hal ini dikarenakan
fungsi pendapatan melibatkan dua atau lebih variabel. Salah satu variabel disebut
bariabel dependen (Y) dan variabel lain disebut variabel independen (X). Sama
halnya pada analisis fungsi produksi, pada analisis fungsi pendapatan juga
memerlukan adanya uji asumsi klasik untuk memastikan bahwa persamaan bebas
dari penyimpangan asumsi klasik.
Telaah ini digunakan sebagai acuan untuk mengukur pengaruh tingkat
efisiensi yang dicapai petani terhadap pendapatan usahatani brokoli di daerah
penelitian. Sehingga dapat diketahui apakah efisiensi teknis berpengaruh positif
atau negatif terhadap pendapatan, agar dapat menjadi masukan peningkatan
pendapatan usahatani brokoli.
2.8 Tinjauan Teori Efisiensi
Dalam kaitannya dengan proses produksi, efisiensi adalah suatu ukuran
jumlah relatif dari beberapa input yang digunakan untuk menghasilkan output
tertentu (Lipsey, Steiner, Purvis dan Courant 1999). Asumsi dasar dari efisiensi
adalah untuk mencapai keuntungan maksimum dengan biaya minimum sehingga
dalam melakukan produksi, seorang petani yang rasional akan bersedia
menambah input selama nilai tambah yang dihasilkan oleh tambahan input
tersebut sama atau lebih besar dengan tambahan biaya yang diakibatkan oleh
penambahan sejumlah input tersebut.
Coelli, Rao dan Battese (1998) membedakan efisiensi menjadi tiga, yaitu
efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga atau alokatif (allocative
efficiency), dan efisiensi ekonomis (economic efficiency). Efisiensi teknis, atau
efisiensi fisik berhubungan dengan kemampuan petani untuk menghindari
penghamburan dengan memproduksi output semaksimal mungkin dengan
penggunaan sejumlah input tertentu, atau dengan menggunakan input seminimal
mungkin untuk menghasilkan output maksimum. Dengan demikian analisis
-
22
efisiensi teknis bisa berorientasi pada peningkatan jumlah output atau
penghematan input. Efisiensi alokatif, atau efisiensi harga berhubungan dengan
kemampuan petani untuk mengkombinasikan input dan output dalam proporsi
optimal pada tingkat harga tertentu. Dengan kata lain, efisiensi harga atau alokatif
mengukur tingkat keberhasilan petani dalam usahanya untuk mencapai
keuntungan maksimum yang dicapai pada saat nilai produk marjinal setiap faktor
produksi yang diberikan sama dengan biaya marjinalnya. Efisiensi ekonomis
adalah kombinasi dari efisiensi teknis dan efisiensi alokatif atau efisiensi
ekonomis terjadi ketika efisiensi teknis dan efisiensi alokatif sudah tercapai.
Gambar 3. Efisiensi Teknis dan Alokatif Sumber: Coelli, Rao dan Battese, 2005
Pada gambar 2, garis SS’ adalah garis isoquant dari berbagai kombinasi
input x1 dan x2 untuk mendapatkan sejumlah y tertentu yang optimal. Garis ini
sekaligus menunjukkan garis frontier dari fungsi produksi rata-rata. Garis AA’
adalah garis biaya yang merupakan tempat kedudukan titik-titik kombinasi dari
biaya berapa dapat dialokasikan untuk mendapat sejumlah input x1 dan x2
sehingga mendapatkan biaya yang optimal. Sedangkan garis OP yang
menggambarkan jarak sampai seberapa jauh penggunaan teknologi dari sebuah
usaha. Dari gambar diatas dapat diukur nilai efisiensi tekni, efisiensi alokatif dan
efisiensi ekonomis. Efisiensi teknis diukur dengan rasio ET=OQ/OP, efisiensi
alokatif diukur dengan rasio E=OR/OQ, dan efisiensi ekonomi diukur dengan
-
23
rasio EE=OR/OP. secara sistematik hubungan antara efisiensi teknis dan efisiensi
alokatif menghasilkan efisiensi ekonomi, dimana :
ET x EA = (OQ/OP) x (OR/OQ) = (OR/OP) = EE
Pendekatan input dijelaskan melalui kurva isocost yang ditunjukan oleh
kurva AA’ dan isoquant yang ditunjukan oleh kurva SS’. Misalkan usahatani yang
diuji efisiensinya berada di titik P. Jarak antara QP menunjukan adanya inefisiensi
teknis yang merupakan jumlah input yang dapat dikurangi tanpa mengurangi
jumlah output. Pengurangan input ini biasanya dipersentasekan dengan rasio
QP/0P untuk mencapai produksi yang efisien secara teknis. Titik Q merupakan
titik yang efisien secara teknis karena berada di kurva isoquant.
Jika rasio harga input ditunjukan oleh kurva isocost AA’. Efisiensi alokatif
dapat dihitung berdasarkan rasio 0R/0Q. Jarak RQ menunjukan pengurangan
biaya yang dapat dilakukan guna mencapai efisiensi secara alokatif. Dan pada
akhirnya titik yang efisien secara alokatif dan teknis (efisiensi ekonomis) adalah
di titik Q’. Pengukuran efisiensi teknis dari sisi input merupakan rasio dari input
atau biaya batas terhadap output yang diobservasi. Pendekatan output melihat
seberapa besar peningkatan jumlah output tanpa meningkatkan jumlah
penggunaan input. Ilustrasinya adalah kombinasi dua output dengan satu input,
kurva yang dilihat adalah kurva kemungkinan produksi dan isorevenue. Inefisiensi
yang dihasilkan melalui pendekatan output menunjukan jumlah output yang dapat
ditingkatkan tanpa penambahan input. Untuk pendekatan input dan output akan
memberikan perhitungan yang setara akan efisiensi teknis dalam constant return
to scale.
-
24
III. KERANGKA TEORITIS
3.1 Kerangka Pemikiran
Produksi adalah suatu kegiatan dalam mengubah input menjadi output.
Input dalam kegiatan usahatani brokoli diantaranya lahan, benih, pupuk, pestisida,
dan tenaga kerja. Output dari hasil usahatani tersebut adalah sayur brokoli. Input
yang digunakan untuk kegiatan tersebut memiliki pengaruh terhadap produksi
brokoli yang dilakukan petani.
Usahatani pada dasarnya mengandung pengertian kegiatan organisasi pada
sebidang tanah dalam hal bagaimana seseorang atau sekelompok orang berusaha
mengatur unsur-unsur alam, tenaga kerja, dan modal untuk memperoleh hasil
produksi pertanian yang dinilai dari biaya yang dikeluarkan petani, dan
penerimaan yang diperoleh petani. Adanya usahatani yang tidak efisien biasanya
terjadi karena adanya kekurangan pengetauan, modal untuk melakukan usahatani
terbatas, dan kepemilikan lahan yang sempit (kurang dari 1 ha). Dilihat dari segi
ekonomi, pada usahatani yang belum efisien adalah terbatasnya sumberdaya untuk
berusahatani, termasuk di dalamnya jenis komoditi yang diusahakan, rendahnya
usaha pengembangan, dan ketidakpastian di dalam pengelolaannya.
Pada kondisi riil, pertanian di Indonesia masih dihadapkan dengan
berbagai permasalahan teknis dan manajerial di lapang. Tahun 2012 produksi
tanaman brokoli dan luas area panen meningkat, akan tetapi produktivitas
menurun dari 12,02 ton/ha menjadi 11,53 ton/ha. Banyak faktor yang menjadi
penyebab menurunnya produktivitas tersebut, salah satu diantaranya ialah
kurangnya kemampuan manajerial di lapang.
Dusun Tegalsari yang terletak di Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu memiliki potensi untuk dijadikan sentra pengembangan usahatani
brokoli, dilihat dari potensi lahan dan cuaca yang mendukung untuk budidaya
usahatani brokoli. Pada kegiatan usahatani brokoli ini, kendala yang dihadapi oleh
petani di Dusun Tegalsari adalah rendahnya produktivitas yang dihasilkan yaitu
hanya sebesar 8 ton/ha. Selain itu biaya produksi yang cukup tinggi,
menyebabkan pendapatan petani tidak sebanding dengan usaha yang mereka
lakukan.
-
25
Produktivitas usahatani yang baik dapat dicapai apabila faktor-faktor
produksi usahatani brokoli dapat dikelola dengan baik. Faktor produksi yang
diduga berpengaruh terhadap produksi brokoli di dusun Tegalsari meliputi luas
lahan, benih brokoli, penggunaan pupuk yang tidak sesuai dengan anjuran
kebutuhan tanaman, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani
brokoli. Di lain pihak, ketika petani dihadapkan pada keterbatasan biaya dalam
melaksanakan usahataninya, maka mereka tetap mencoba untuk terus
meningkatkan keuntungan tersebut dengan kendala biaya usahatani yang terbatas.
Oleh karena itu, salah satu tindakan yang bisa dilakukan bagaimana memperoleh
keuntungan yang lebih besar dengan menekan biaya produksi sekecil-kecilnya.
Hal ini dikenal dengan meminimalkan biaya atau cost minimization.
Komponen utama dari pendapatan terdiri dari total penerimaan dan total
biaya yang dikeluarkan. Pendapatan usahatani adalah keuntungan yang diperoleh
dari selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan
selama proses usahatani berlangsung. Semakin besar penerimaan yang diterima
san semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka petani akan memperoleh
pendapatan yang tinggi, begitu pula sebaliknya bahwa semakin kecil penerimaan
yang diterima sedangkan biaya yang dikeluarkan semakin besar, maka petani akan
memperoleh kerugian. Komponen penerimaan terdiri dari banyaknya produk yang
dihasilkan dan harga jual produk tersebut.
Secara teoritis, produksi merupakan fungsi dari faktor produksi (input)
sehingga dikatakan bahwa perubahan produksi dipengaruhi oleh adanya
perubahan faktor produksi (input) yang digunakan. Pada penelitian ini, salah satu
cara yang dapat digunakan untuk mengkaji hubungan antara produksi yang
dihasilkan dengan faktor produksi (input) yang digunakan adalah dengan
menggunakan analisis fungsi Cobb-Douglas. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas
ini akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus menunjukkan besaran
elastisitas. Jumlah dari besaran elastisitas tersebut menunjukkan tingkat “return to
scale”.
Untuk mencapai peningkatan produktivitas usahatani brokoli yang
menghasilkan pendapatan tinggi, dibutuhkan pengalokasian faktor produksi yang
efisien agar yang dihasilkan juga efisien. Soekartawi (1995) mengatakan bahwa
-
26
efisiensi dapat dicapai dengan tiga cara yaitu efisiensi teknis (technical
efficiency), efisiensi alokatif (allocative efficiency), dan efisiensi ekonomis
(economic efficiency). Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi petani yaitu dengan tingkat efisiensi teknis.Dengan
tujuan utamanya adalah untuk mengukur tingkat keberhasilan petani dalam
usahanya meningkatkan produksi (output) dan pendapatan. Efisiensi teknis
penggunaan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani di Dusun
Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu diduga masih
belum efisien dikarenakan dalam kenyataannya produktivitas masih rendah.
Dalam melakukan kegiatan usahatani, petani pasti berharap untuk
memperoleh keuntungan yang maksimal sehingga munculah suatu konsep profit
maximization. Output yang tinggi akan membentuk total penerimaan yang tinggi,
sehingga agar keuntungan menjadi tinggi maka diupayakan kegiatan yang
menyebabkan output menjadi tinggi. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan output adalah mengoptimalkan penggunaan faktor-faktor produksi
yang dimiliki petani. Pengoptimalan faktor-faktor produksi ini diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas tanpa harus menambah biaya produksi atau dapat
menekan biaya variabel tanpa harus mengurangi jumlah produksi yang telah
dicapai. Kondisi usahatani yang menghasilkan keuntungan yang optimal
diharapkan dapat menjaga petani brokoli di daerah penelitian untuk terus
melanjutkan usahataninya.
Berdasarkan penjelasan pada uraian di atas peneliti menggunakan alat
analisis diantaranya alat analisis biaya, analisis pendapatan dan penerimaan untuk
mengetahui besarnya pendapatan yang diterima oleh petani. Alat analisis untuk
mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata terhadap produksi
brokoli adalah alat analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan untuk mengetahui
tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi menggunakan alat analisis
fungsi produksi frontier. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan pemerintah
terkait dan dinas pertanian dapat menerapkan suatu kebijakan yang dapat
membantu dalam mencapai kesejahteraan petani, kepada petani juga diharapkan
adanya timbal balik untuk melakukan usahatani brokoli, sehingga hal ini dapat
-
27
meningkatkan produktivitas petani, juga diiringi dengan peningkatan pendapatan
usahatani brokoli. Skema kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Skema Kerangka Pemikiran Pendapatan dan Faktor-Faktor Produksi
Usahatani Brokoli (Brassica oleracea L.)
Usahatani Brokoli
Potensi:
1. Karakteristik tempat yang cocok dengan budidaya
brokoli
2. Permintaan yang semakin
meningkat
Kendala:
1. Luas lahan yang dimiliki petani sempit
2. Produktivitas rendah
3. Penggunaan faktor-faktor
produksi yang belum
efisien
Faktor-faktor produksi:
1. Luas Lahan (X1) 2. Bibit (X2)
3. Pupuk Kandang (X3)
4. Pupuk Kimia (X4)
5. Pestisida (X5)
6. Tenaga Kerja (X6)
Tingkat efisiensi teknis usahatani
brokoli
Pendapatan usahatani brokoli
Stochastic Frontier dengan
Principal Component Analysis
Analisis biaya, penerimaan dan
keuntungan
1. Rekomendasi dalam pengelolaan penggunaan faktor produksi
2. Rekomendasi upaya peningkatan pendapatan usahatani brokoli
1. Peningkatan produksi usahatani brokoli
2. Peningkatan pendapatan petani brokoli
Keterangan:
Alur analisis
Alat analisis
Faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi usahatani brokoli
Analisis faktor dengan Principal
Component Analysis
-
28
3.2 Hipotesis
Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran teoritis yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Penggunaan faktor produksi luas lahan, bibit, pupuk kandang, pupuk kimia,
pestisida dan tenaga kerja berpengaruh secara positif terhadap produksi
usahatani brokoli.
2. Produksi usahatani brokoli di daerah penelitian masih belum efisien secara
teknis.
3. Pendapatan petani dari usahatani brokoli di daerah penelitian menguntungkan.
3.3 Batasan Masalah
Untuk menghindari luasnya pokok bahasan dalam penelitian ini, maka
diperlukan batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Analisis faktor produksi dalam penelitian ini adalah analisis faktor produksi
usahatani brokoli pada musim taniam Februari 2016 – Mei 2016.
2. Analisis efisiensi yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis efisiensi
teknis.
3. Pendapatan usahatani yang dimaksud adalah pendapatan dari usahatani
brokoli pada musim tanam Februari 2016 – Mei 2016.
3.4 Ruang Lingkup dan Definisi Operasional
1. Jumlah Produksi
Jumlah produksi adalah jumlah total produksi usahatani brokoli yang
diproduksi oleh petani pada musim tanam (3 bulan) yang terakhir yaitu
Februari 2016 – Mei 2016. Satuan yang dipakai adalah kilogram (kg).
2. Luas Lahan
Luas lahan yaitu luas lahan yang diusahakan untuk mengelola sejumlah input
produksi (usahatani brokoli) oleh petani di Dusun Tegalsari, Desa
Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Luas lahan dinyatakan dalam
hektar (ha).
-
29
3. Bibit
Bibit adalah jumlah pemakaian bibit brokoli yang digunakan pada waktu
sekali musim tanam (3 bulan) yang terakhir. Satuan yang digunakan adalah
tanaman.
4. Pupuk kandang
Pupuk adalah jumlah pupuk kandang yang digunakan untuk menanam pada
satu kali musim tanam (3 bulan) yang terakhir.Satuan yang digunakan adalah
kilogram (kg).
5. Pupuk Kimia
Pupuk kimia adalah jumlah pupuk Urea, Za, dan KCl yang digunakan dengan
satuan luas usahatani selama satu kali musim tanam, dinyatakan dalam satuan
kilogram.
6. Pestisida
Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,
memikat, dan mengganggu organisme pengganggu.Satuan yang digunakan
adalah liter (lt).
7. Jumlah tenaga kerja
Adalah banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam mengelola lahan
pertanian brokoli dalam satu kali musim tanam dengan satuan hari orang kerja
(HOK).
8. Tingkat pendidikan petani
Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun petani jadi responden dalam
menempuh pendidikan formalnya.
9. Umur petani
Umur petani merupakan jumlah umur petani yang berusahatani brokoli yang
didapat dari hasil wawancara dengan petani responden dalam satuan tahun.
10. Pengalaman usahatani petani
Pengalaman usahatani ialah jumlah tahun petani responden sejak melakukan
usahatani brokoli hingga musim tanam bulan Februari – Mei 2106.
11. Jumlah anggota keluarga petani
Jumlah anggota keluarga merupakan jumlah orang dalam keluarga yang
menjadi tanggungan petani responden.
-
30
12. Biaya sewa lahan brokoli
Biaya sewa lahan merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran sewa
lahan pada kegiatan usahatani brokoli setiap satu kali musim tanam, yang
dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT)
13. Biaya bibit brokoli
Biaya bibit merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
membeli bibit padi satu kali musim tanam, dinyatakan dalam satuan rupiah
per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT).
14. Biaya pupuk kandang
Biaya pupuk kandang merupakan total biaya yang dikeluarkan oleh petani
brokoli untuk membeli pupuk kandang yang dibutuhkan selama satu kali
musim tanam dibagi jumlah penggunaan pupuk kandang, dinyatakan dalam
satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT).
15. Biaya pupuk kimia
Biaya pupuk kimia merupakan total biaya yang dikeluarkan petani untuk
pembelian pupuk kimia pada satu kali musim tanam dibagi jumlah
penggunaan pupuk kimia, dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per
musim tanam (Rp/ha/MT).
16. Biaya pestisida
Biaya pestisida merupakan total biaya yang dikeluarkan petani untuk
pembelian pestisida pada satu kali musim tanam dibagi jumlah penggunaan
pestisida, dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam
(Rp/ha/MT).
17. Biaya tenaga kerja
Biaya tenaga kerja merupakan total biaya yang dikeluarkan petani untuk
membayar tenaga kerja yang dibutuhkan selama satu kali musim tanam,
dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/ha/MT).
18. Biaya tetap
Biaya tetap merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam usahatani
dimana besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi dalam satu kali
musim tanam, dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim tanam
-
31
(Rp/ha/MT). Dalam penelitian ini, biaya tetap merupakan penjumlahan dari
biaya lahan, pajak, biaya alat usahatani.
19. Biaya variabel
Biaya veariabel merupakan keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam
usahatani, dimana besarnya dipengaruhi oleh jumlah produksi dalam satu kali
musim tanam, dinyatakan dalam rupiah per hektar per musim tanam
(Rp/ha/MT). Dalam penelitian ini biaya variabel merupakan penjumlahan
dari biaya bibit, biaya pupuk kandang, biaya pupuk kimia, biaya pestisida dan
tenaga kerja.
20. Biaya total usahatani brokoli
Total biaya merupakan total keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama satu
kali musim tanam brokoli, yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel.
Besarnya biaya dapat dihitung dengan menjumlahkan antara biaya tetap
dengan biaya variabel. Dinyatakan dalam satuan rupiah per hektar per musim
tanam (Rp/ha/MT).
21. Harga jual brokoli
Harga jual adalah harga jual setiap kilogram brokoli yang diterima petani
pada saat penjualan, dinyatakan dalam rupiah per berat (Rp/kg).
22. Penerimaan usahatani brokoli
Penerimaan usahatani brokoli merupakan hasil perkalian antara jumlah
produksi brokoli dengan harga jual brokoli selama satu kali musim tanam.
Satuan yang digunakan adalah rupiah per hektar per musim tanam
(Rp/ha/MT). Menghitung besarnya penerimaan dengan menggunakan rumus
TR = P x Q, dimana TR = total penerimaan (Rp/ha/MT), P = harga jual
brokoli (Rp/ha/MT), Q = jumlah produksi brokoli (Rp/ha/MT).
23. Pendapatan usahatani brokoli
Pendapatan usahatai brokoli merupakan selisih antara total penerimaan yang
diperoleh petani dari usahatani brokoli dengan total biaya dalam satu kali
musim tanam. Satuan yang digunaan adalah rupiah per hektar per musim
tanam (Rp/ha/MT). Menghitung besarnya pendapatan dengan menggunakan
rumus π = TR – TC, dimana π = pendapatan usahatani brokoli (Rp/ha/MT),
TR = total penerimaan (Rp/ha/MT), TC = total biaya (Rp/ha/MT).
-
32
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini
dilakukan purposive yang didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi tersebut
merupakan salah satu sentra produksi sayuran, khususnya sayuran brokoli. Dusun
Tegalsari, Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu perlu mendapat
perhatian khusus karena kuantitas dan kualitas produksinya cukup baik
dibandingkan produksi brokoli dari daerah lain di Jawa Timur walaupun masih
perlu banyak perbaikan dan pengembangan. Penelitian mengenai analisis faktor
yang mempengaruhi produksi dan pendapatan usahatani brokoli ini dilakukan
pada bulan Februari hingga Mei 2016.
4.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi untuk penelitian ini adalah petani brokoli di Dusun Tegalsari,
Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Batu. Jumlah populasi petani brokoli di
lokasi penelitian adalah sebanyak 250 petani. Penentuan sampel pada penelitian
ini menggunakan metode simple random sampling, yaitu proses pengambilan
sampel dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi
untuk menjadi anggota sampel (Cohen, 1994). Pemilihan metode ini dikarenakan
sampel memilki karakteristik atau sifat yang homogen, dilihat dari luas
penggunaan lahan usahatani brokoli, dibuktikan dengan besarnya standar deviasi
(0,0236) lebih kecil dari luas rata-rata penggunaan lahan (0,2867). Pengambilan
sampel dilakukan atas dasar pendekatan langsung dengan responden, dalam hal
ini, responden akan diwawancarai sehingga dapat diperoleh informasi lebih
dalam.
Ukuran sampel yang diambil harus dihitung terlebih dahulu agar sampel
yang diambil dapat mewakili populasi. Salah satu rumus yang digunakan untuk
menentukan jumlah sampel minimal jika diketahui ukuran populasi adalah rumus
Parel, et al (1973) dengan rumus sebagai berikut:
-
33
222
22
ZdN
ZNn
Keterangan :
n = jumlah sampel minimal yang harus diambil dari total populasi
N = jumlah populasi
2 = varians luas lahan populasi
d = kesalahan maksimal yang dapat diterima 5% (0,05)
Z = nilai Z pada daftar tabel sebesar 1,960
Dimana varian populasi dihitung dengan rumus:
∑
=
=
= 0,0236
Keterangan :
2 = varians luas lahan populasi
Xi = luas lahan anggota populasi ke-i (i = 1, ……, 250)
µ = rata-rata luas lahan populasi
N = jumlah populasi
Dengan demikian jumlah sampel minimal adalah:
222
22
ZdN
ZNn
=
= 31,71
Pada umumnya persentase kesalahan yang bisa ditolerir pada penelitian
sosial sebesar 5% - 20% karena pada hasil penelitian sosial sulit dipastikan
keakuratan data seperti pada penelitian ilmu pasti (Wibowo, 2012). Persentase
kesalahan yang digunakan dalam penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini
sebesar 5%. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian sebanyak 32 orang.
-
34
4.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian in imenggunakan dua macam metode pengambilan data, yaitu
data primer dan data sekunder, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh oleh peneliti sendiri dengan
melakukan pengamatan secara langsung kelokasi penelitian, serta dari hasil
wawancara yang diperoleh dari responden (dengan panduan kuisioner). Data
primer yang digunakan meliputi:
a. Pengamatan (observasi)
Observasi digunakan untuk mengetahui fakta yang terjadi di daerah penelitian
berdasarkan pengamatan sendiri. Pengamatan ini dilakukan secara langsung
oleh peneliti di lokasi penelitian yaitu Dusun Tegalsari, Desa Sumbergondo,
Kecamatan Bumiaji, Batu. Data yang diperoleh yaitu mengenai proses
produksi petani dalam kegiatan usaha tani brokoli.
b. Wawancara
Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), wawancara merupakan cara yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung
kepada responden. Dalam kegiatan wawancara ini, peneliti menggunakan alat
bantu pengumpulan data yang berupa kuisioner. Data yang diambil dari
responden meliputi data karakteristik responden, data jumlah produksi per satu
kali musim tanam, penggunaan faktor-faktor produksi, harga faktor-faktor
produksi, biaya-biaya yang dikeluarkan selama satu kali musim tanam dan
penerimaan dari hasil produksi.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh pihak lain.
Dapat bersumber dari pustaka atau dikumpulkan oleh pihak terkait dengan
penelitian ini. Data ini dapat berupa data atau dokumen yang berasal dari
buku, internet, instansi terkait, surat kabar, penelitian terdahulu yang terkait
dengan penelitian. Data yang diperoleh diantaranya profil Dusun Tegalsari,
Desa Sumbergondo, Kecamatan Bumiaji, Batu.
-
35
4.4 Metode Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang penting dalam metode ilmiah karena
dengan menganalisis data, maka kita dapat memberikan makna yang bermanfaat
di dalam memecahkan masalah penelitian serta dapat menghasilkan suatu ide
untuk pengembangan penelitian yang lainnya. Data yang diperoleh, diolah dan
dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif disajikan dalam bentuk
deskriptif analitik untuk mendukung data kuantitatif. Data informasi yang