ANALISIS PEMASARAN BUAH MANGGA ARUMANIS …/Analisis... · merupakan bidang pertanian yang cukup...
Transcript of ANALISIS PEMASARAN BUAH MANGGA ARUMANIS …/Analisis... · merupakan bidang pertanian yang cukup...
1
ANALISIS PEMASARAN
BUAH MANGGA ARUMANIS (Mangifera indica L.)
DI KABUPATEN MAGETAN
A. SKRIPSI
Oleh :
Erwanto
H 1306010
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
2
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan sub sektor tanaman holtikultura pada dasarnya merupakan
bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian dalam
upaya mewujudkan program pembangunan secara nasional. Hortikultura
merupakan bidang pertanian yang cukup luas yang mencakup buah-buahan,
sayur-sayuran dan bunga yang secara keseluruhan dapat ditemukan pada
ketinggian 0 – 1000 m di atas permukaan air laut, maka dari itu areal yang ada
di Indonesia hampir seluruhnya dapat digunakan dalam penguasaan tanaman
hortikultura (Rahardi et. al., 2003).
Usahatani hortikultura khususnya buah-buahan di Indonesia selama ini
hanya dipandang sebagai usaha sampingan yang sederhana serta ditanam di
pekarangan atau areal sempit, penerapan teknik budidaya, dan penanganan
pasca panen yang masih sederhana. Permintaan pasar terhadap buah baik dari
pasar lokal maupun pasar ekspor yang menghendaki mutu tertentu, ukuran
seragam dan pasokan buah yang berkesinambungan. Oleh karena itu dalam
rangka mengembangkan buah-buahan di Indonesia dan untuk meningkatkan
daya saingnya baik di pasar lokal maupun pasar ekspor, pemerintah
menggalangkan pembangunan pertanian bidang hortikultura dan strategi
pemasarannya (Arifin et. al., 1997).
Pemasaran komoditi pertanian Indonesia merupakan bagian yang paling
lemah dalam mata rantai perekonomian. Hal ini berarti efisiensi dibidang
pemasaran masih rendah sehingga kemungkinan untuk mempertinggi tingkat
efisiensi masih besar (Mubyarto, 1995). Pemasaran merupakan faktor yang
sangat penting dalam dunia usaha, tanpa adanya suatu pemasaran maka
pendistribusian produksi hasil olahan maupun pertanian akan terhambat atau
tidak sampai pada konsumen ataupun sasaran yang dituju. Untuk itulah
pemasaran sangat penting untuk mewujudkan pembangunan pertanian
Indonesia.
1
3
Aspek pemasaran memang penting bila mekanisme pemasaran berjalan
baik, maka semua pihak yang terlibat akan diuntungkan. Oleh karena itu
peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak,
pedagang pengumpul, eksportir, importir atau lainnya menjadi amat penting.
Lembaga pemasaran ini, khususnya bagi negara berkembang, yang dicirikan
oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian, akan menentukan mekanisme pasar
(Soekartawi, 2001).
Mangga adalah buah yang berasal dari India, oleh karena itu bernama
latin Mangifera indica. Tercatat ada 2000 jenis varietas di dunia. Mangga
memiliki kandungan Vitamin A, C dan E yang sangat bagus untuk keremajaan
kulit dan mencegah kanker. Mangga mengandung karotenoid yang disebut
crytoxanthin, yaitu bahan penumpas kanker yang baik. Kandungan asam galat
yang ada di mangga, sangat baik untuk pencernaan, selain itu kandungan
riboflavin-nya baik untuk menjaga kesehatan mata, mulut dan tenggorokan
(Pradnyamita, 2008).
Thailand adalah salah satu produsen utama buah-buahan tropis di dunia.
Walaupun kebanyakan dari buah-buahan tropis dari Thailand dikonsumsi
dalam negeri, namun banyak juga yang diekspor. Buah-Buahan yang diekspor
adalah harus bermutu tinggi salah satunya adalah buah mangga. Pemerintah
Thailand telah mengeluarkan kebijakan nasional untuk memusatkan pada
peningkatan mutu, efisiensi ekonomi, pemasaran dan berdagang buah mangga.
Mangga sudah ditanam di Indonesia dan Myanmar lebih dari 4,000 tahun.
Mangga adalah salah satu buah-buahan Thailand populer seperti halnya dari
banyak lain Negara-Negara Asia. Thailand mempertimbangkan berbagai
cultivar mangga untuk di usahakan secara komersial, diproduksi dan dijual.
Mangga di Thailand digunakan sebagai buah pencuci mulut dan dimakan
dalam kondisi belum masak. Kelebihannya adalah mempunyai daging yang
enak dan sangat manis biasanya dimakan dengan beras/nasi lengket Pada
tahun 2005, penanaman mangga di Thailand menggunakan area seluas
316.032.16 ha dan produksinya sebesar 2.080.650 ton. Kebanyakan produksi
4
mangga dikonsumsi dalam negeri, hanya sebagian yang diekspor sekitar
17.158 ton (Chomchalow et. al., 2008).
Buah-Buahan adalah suatu sub-sector penting di sektor pertanian di
Pakistan. Komoditi buah unggulan di Pakistan adalah buah mangga. Tanaman
mangga mangga menduduki posisi paling utama kedua setelah pohon jeruk.
Luas area dan produksi buah jeruk sekitar 173 ribu hektar dan mangga sekitar
86 ribu hektar). Konsumen Mangga semakin banyak seiring dengan tingkat
konsumsi buah. Kelezatan/ kehalusan, dan bahan gizi menjadikan buah
mangga banyak digemari penduduk Pakistan. Produsen Mangga dituntut untuk
meningkatkan produksinya sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan
penghasilan produsen mangga, dan diharapkan mampu melakukan ekspor
mangga baik skala Timur Tengah Maupun Eropa. Produksi buah mangga
Pakistan masih rendah, sekitar 8-9 ton/ha, hal ini disebabkan petani yang
miskin, manajemen praktek yang kurang baik sehingga menyebabkan
kerugian. Pemerintah Pakistan mengelurakan kebijakan penggunaan pupuk
secara efektif, irigasi tepat waktu. Penanganan pasca panen yang baik, petik
buah dewasa, dan pengangkutan yang baik. Selain itu menyediakan pasar buah
dan menguraikan operasi serta struktur saluran pemasaran mangga dan untuk
mengukur memasarkan garis tepi produsen dan para perantara pasar
(Muhammed dan Laurence, 1996).
Komoditas pertanian Indonesia termasuk mangga sudah memasuki era
perdagangan bebas, status pasarnya sudah mendunia, persaingan pemasaran
tidak terbatas pada Negara ASEAN (AFTA) tetapi secara frontal sudah masuk
ke pasar Internasional. Produk mangga Indonesia harus bersaing dengan
mangga dari Negara lain seperti mangga Thailand, Philipina, India, Meksiko,
Brazil dan Australia. Lebih jauh, arena persaingan tidak saja terjadi di pasar
ekspor/luar negeri tetapi juga terjadi di pasar dalam negeri terutama pasar
modern seperti supermarket, hypermarket, fruitshop, hotel berbintang, dan
usaha katering, sejalan dengan terbukanya pintu impor mangga luar
(Sumarno, 2003).
5
Pradnyamita (2008) mengungkapkan, mangga merupakan satu genus
tumbuhan yang terdiri dari pada 35 spesies pokok buah tropika dalam Famili
Anacardiaceae. Mangga merupakan tanaman tahunan dan salah satu
komoditas buah-buahan yang ada di Indonesia. Mangga banyak mengandung
sumber vitamin dan mineral, mangga juga memiliki nilai ekonomi yang cukup
tinggi.
Mangga (Mangifera indica) termasuk komoditas buah unggulan
Nasional yang mampu berperan sebagai sumber vitamin dan mineral,
meningkatkan pendapatan petani, serta mendukung perkembangan industri
dan ekspor. Pada tahun 2003, volume ekspor mangga Indonesia mencapai 559
ribu ton atau setara dengan 461 ribu US$ sedangkan volume impor mencapai
348 ribu ton atau setara dengan 329 ribu US$. Jadi volume ekspor mangga
Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan volume impor sebanyak 211 ribu
ton atau setara dengan 132 US$ (Ditjen Hortikultura, 2004). Pengembangan
mangga Nasional diarahkan ke wilayah-wilayah sentra produksi yang sudah
dikenal, paling luas berturut-turut ke wilayah Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Bali, NTB, Sulawesi Selatan, dan NTT.
Dalam upaya meningkatkan daya saing pemasaran, baik di pasar dalam
negeri maupun pasar internasional, tidak ada jalan lain bagi petani mangga
Indonesia melainkan harus bekerja keras, menyediakan produk melimpah
dengan mutu tinggi dan diproduksi dengan biaya efisien.
Kusumo et. al., (1989) menginformasikan bahwa selama ini upaya
pemasaran mangga Indonesia menjumpai beberapa permasalahan yaitu produk
tidak seragam ukurannya, penampilan kurang menarik, tingkat kematangan
tidak menentu, kehilangan hasil sekitar 5-15 persen, dan belum ada
karakterisisasi patologi untuk menentukan perlakuan pasca panen/pestisida. Di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Buah Mangga merupakan salah satu
komoditas buah unggulan diantara komoditas lainnya seperti durian, pisang,
rambutan, sawo, dan salak. Kelebihan buah mangga jenis Arumanis adalah
rasa buah ini amat manis dan baunya lebih harum menyengat bercampur
6
manis, dengan sedikit mempunyai rasa masam. Tekstur buah yang lembut
dengan sedikit berserat dan berkulit buah yang tipis.
Dalam kurun waktu 5 (lima) tahun (2004 – 2008), produksi buah
mangga Arumanis berfluktuasi. Adapun data produksi buah di Kabupaten
Magetan tersaji pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1. Produksi Buah di Kabupaten Magetan Tahun 2004 – 2008
Total Produksi (Ton) No. Komoditas 2004 2005 2006 2007 2008
1. Durian 1.158 5.433 - 2.245 7.085 2. Mangga 246.259 126.978 275.001 74.026 292.259 3. Pisang 94.551 143.324 91.327 93.362 127.006 4. Rambutan 11.550 1.980 6.377 7.767 25.887 5. Sawo 788 758 414 613 11.119 6. Salak 135 90 383 393 986
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi mangga Arumanis
di Kabupaten Magetan tertinggi apabila dibandingkan dengan produksi buah-
buahan yang lain. Produksi buah mangga tertinggi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 292.259 ton. Tahun 2004 ke tahun 2005 produksi buah mangga yang
semula 246.259 ton menjadi 126.978 ton mengalami penurunan sebesar
119.281 ton. Tahun 2006 mengalami kenaikan produksi menjadi 275.001 ton.
Tahun 2007 produksi buah mangga mengalami penurunan menjadi 74.026 ton.
Pada tahun 2008, produksi buah mangga mengalami peningkatan yang cukup
tinggi menjadi 292.259, peningkatannya sebesar 218.233 ton.
Produksi buah mangga yang berfluktuatif ini disebabkan oleh tingkat
perawatan pohon mangga yang berbeda tiap tahunnya dan kondisi cuaca yang
tidak menentu tiap tahunnya. Dalam hal pemasaran, buah mangga Arumanis
masih terbatas Jawa Barat dan Surabaya. Alasannya ternyata sampai saat ini
masih dijumpai beberapa kendala diantaranya mencakup pola saluran, biaya,
margin, keuntungan dan efisiensi pemasaran. Hal ini sangat mempengaruhi
pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten Magetan. Melihat potensi
yang ada dan permintaan pasar yang terus meningkat seiring bertambahnya
jumlah penduduk serta produksi yang masih bisa ditingkatkan lagi maka
7
mendorong peneliti mengadakan suatu penelitian mengenai analisis pemasaran
buah mangga Arumanis (Mangifera indica L.) di Kecamatan Parang
Kabupaten Magetan.
Pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten
Magetan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumen di Kecamatan
Parang Kabupaten Magetan saja, akan tetapi juga dipasarkan ke luar
Kabupaten Magetan, antara lain Surabaya dan Jakarta. Untuk menjangkau
pasar yang lebih luas tersebut produsen tidak mampu apabila hanya
mengandalkan penjualan langsung kepada konsumen. Sehingga dalam
pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan
melibatkan beberapa lembaga pemasaran agar dapat menyalurkan produk
dengan cepat dan tepat.
Peran dari lembaga pemasaran sangat penting dalam rangka
menyampaikan hasil produksi kepada konsumen. Mengingat buah mangga
Arumanis di Kabupaten Magetan berpotensi untuk lebih dikembangkan agar
dapat memenuhi kebutuhan akan buah di Kecamatan Parang Kabupaten
Magetan maupun di luar Kabupaten Magetan. Hal ini yang mendorong
peneliti untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pemasaran buah mangga
Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
B. Perumusan Masalah
Komoditi mangga di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan cukup
terkenal terutama mangga Gadung atau mangga Arumanis, baik dikenal
masyarakat Kabupaten Magetan maupun luar Kabupaten Magetan. Harga
mangga yang relatif murah pada musin panen raya, selain itu buah mangga
Arumanis memiliki kelebihan tekstur buah yang lembut sedikit serat, manis
dan harum aroma buahnya, hal inilah yang menjadikan produk buah mangga
Arumanis banyak diminati konsumen.
Pemasaran mangga Arumanis di Kabupaten Magetan agar dapat
menjangkau pemasaran mangga yang luas yaitu lokal maupun luar Kabupaten
Magetan, maka produsen mangga tidak akan mampu bila hanya
8
mengandalkan penjualan secara langsung kepada konsumen. Untuk itu
diperlukan adanya saluran distribusi yang berupa lembaga penyalur yaitu
penebas, pedagang pengumpul, pedagang besar, Agen dan pedagang pengecer
agar produk dapat tersalurkan dengan cepat dan tepat. Hal ini disebabkan buah
mangga Arumanis sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Magetan
mempunyai sifat mudah busuk dan tidak tahan lama, dengan alasan itu maka
mangga harus segera sampai ke konsumen jika produsen mangga dan lembaga
pemasaran tidak ingin mengalami kerugian yang lebih besar. Banyaknya
lembaga atau pedagang buah mangga Arumanis tidak termanfaatkan dengan
baik oleh petani untuk menjual hasil produksinya untuk mendapatkan tingkat
harga yang lebih tinggi, petani cenderung tidak mau mencari informasi terkait
harga buah mangga Arumanis atau pedagang yang mau membeli buah mangga
Arumanisnya dengan harga yang lebih tinggi dimana kebiasaan petani menjual
buah mangga Arumanisnya dengan sistem tebasan maupun ijon. Menurunnya
mutu setiap musim panen buah mangga Arumanis menyebabkan harga jual
buah mangga Arumanis rendah apalagi setelah musim hujan datang dimana
kualitas buah mangga Arumanis menurun dan berdampak pada pendapatan
petani.
Berdasar uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Bagaimana pola saluran pemasaran buah mangga Arumanis di Kabupaten
Magetan ?
2. Bagaimana tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah mangga
Arumanis di Kabupaten Magetan.
3. Berapa besar biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga
Arumanis di Kabupaten Magetan ?
4. Saluran pemasaran manakah dari pemasaran buah mangga Arumanis di
Kabupaten Magetan yang paling efisien secara ekonomi ?
9
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pola saluran pemasaran buah mangga Arumanis di
Kabupaten Magetan.
2. Untuk mengetahui tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah
mangga Arumanis di Kabupaten Magetan.
3. Untuk menganalisis biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah
mangga Arumanis di Kabupaten Magetan.
4. Untuk mengetahui saluran pemasaran buah mangga Arumanis di
Kabupaten Magetan yang paling efisien secara ekonomi.
D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini meliputi :
1. Bagi Peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan, diharapkan dapat dijadikan
sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan, serta dapat
memberikan sumbangan pemikiran, evaluasi terhadap penetapan
kebijakan, terutama kaitannya dengan pemasaran buah mangga Arumanis
di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
3. Bagi petani buah mangga Arumanis, hasil dari penelitian ini dapat
memberikan informasi tentang pentingnya sebuah pemasaran sehingga
diharapkan mampu meningkatkan pendapatan ditingkat petani mangga.
Diharapkan petani mampu menjual buah mangga Arumanisnya ke
pedagang yang membeli dengan harga tinggi.
4. Bagi lembaga pemasaran, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
tentang strategi pemasaran dan saluran pemasaran yang paling efisien
sehingga diharapkan mampu meningkatkan keuntungan bagi masing-
masing lembaga pemasaran tersebut.
10
5. Bagi pembaca dan peminat permasalahan yang sama, diharapkan dapat
dijadikan sebagai bahan kajian guna menambah wawasan dan pengetahuan
serta sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
11
Petani K onsum en (E ksportir)
Petani Pedagang Pengumpul Konsumen (Eksportir)
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian dari Kumalawati, E (2004) dengan judul Analisis Pemasaran
Komoditi White Melon di Kabupaten Sragen terdapat dua saluran yaitu :
1. Saluran I :
2. Saluran II :
Saluran yang paling banyak digunakan oleh petani white melon di
Kabupaten Sragen adalah saluran I. Pada saluran pemasaran I biaya
pemasaran untuk grade A sebesar Rp 605,44/kg dan untuk grade B sebesar
Rp 498,62/kg dan pada saluran pemasaran II biaya pemasaran untuk grade
A sebesar Rp 479,19/kg sedangkan untuk grade B sebesar Rp 409,15/kg.
Total biaya pemasaran terbesar dikeluarkan oleh saluran I pada grade A.
Lembaga pemasaran dalam hal ini pedagang pengumpul
mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya transportasi/pengangkutan,
resiko, sewa gudang dan bongkar muat. Keseluruhan biaya pemasaran
yang dikeluarkan pedagang pengumpul untuk grade A sebesar Rp 352,9/kg
(35,29%) dan untuk grade B sebesar Rp 315,4 kg (42,05%).
Besarnya keuntungan pemasaran pada saluran pemasaran II adalah
Rp 47,1/kg untuk grade A dan Rp 179,63/kg untuk grade B. Besarnya
marjin pemasaran pada saluran pemasaran I adalah Rp 605,44/kg untuk
grade A dan Rp 498,64/kg untuk grade B dan pada saluran pemasaran II
adalah Rp 526,29/kg untuk grade A dan Rp 588,78/kg untuk grade B.
Marjin pemasaran terbesar dimiliki oleh saluran pemasaran I untuk grade
A. Nilai farmer’s share pada saluran I untuk grade A adalah 39,46% dan
untuk grade B sebesar 33,52% sedangkan pada saluran pemasaran II nilai
farmer’s shahrenya untuk grade A 47,37% dan untuk grade B 21,5%.
10
12
Petani Pedagang Besar Konsumen
Pedagang Pengumpul Pedagang Pengecer KonsumenPetani
Pedagang Pengumpul Pedagang Besar KonsumenPetani
Saluran pemasaran I untuk grade A merupakan saluran yang secara
ekonomis lebih efisien dengan marjin pemasaran terendah (52,63%) dan
bagian petani yang diterima petani tertinggi (47,37%).
Penelitian dari Susilo, H (2006) dengan judul Efisiensi Pemasaran Melon
di Kabupaten Klaten menyatakan terdapat tiga (3) macam saluran pemasaran
yaitu :
1. Saluran I :
2. Saluran II :
3. Saluran III :
Saluran yang banyak digunakan untuk petani adalah pada saluran I
sebanyak 29 responden atau sebesar 72,5%.
Rata-rata biaya pada saluran I sebesar Rp 944,00/kg (25,51%) yang
terdiri dari Rp 17,00/kg dikeluarkan oleh petani dan Rp 927,00/kg oleh
pedagang besar. Pada saluran II biaya sebesar Rp 1133,00/kg (36,65%)
terdiri dari petani mengeluarkan Rp 28,00/kg, pedagang pengumpul
sebesar Rp 675,00/kg dan pedagang besar Rp 431,00/kg sedangkan pada
saluran III sebesar Rp 1805,00/kg (40,11%) terdiri dari biaya petani Rp
18,00/kg, biaya pedagang pengumpul Rp 722,00/kg dan biaya pengecer Rp
1065,00/kg, biaya terbesar pada saluran III.
Besarnya keuntungan yang diambil lembaga pemasaran tertinggi
pada saluran III sebesar Rp 1013,00/kg (22,50%) terdiri dari keuntungan
pedagang pengumpul Rp 578,00/kg (12,84%) dan pengecer Rp 435,00/kg
(9,66%). Saluran I mengambil keuntungan sebesar Rp 224,00/kg (6,06%)
dan saluran II sebesar Rp 894,00/kg (23,96%).
13
Selisih harga dari produsen ke konsumen atau yang lebih dikenal
dengan marjin pemasaran terbesar pada saluran III, sebesar Rp 2818,00/kg
(62,62%) terdiri dari marjin dari petani.
Penelitian Ekawati, S (2008) dengan judul Analisis Pemasaran Mangga
(Mangifera indica L.) Di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu
terdapat tiga macam saluran pemasaran yaitu :
1. Saluran I :
2. Saluran II :
3. Saluran III :
Saluran pemasaran yang paling banyak digunakan petani adalah
saluran pemasaran II yaitu sebesar 48,72%.
Marjin pemasaran yang paling besar dari keempat jenis mangga
adalah jenis mangga Gedong, yaitu sebesar Rp 2750,00/kg, paling kecil
adalah jenis mangga Arumanis sebesar Rp 975,00/kg. Marjin pemasaran
pada saluran I yang paling rendah yaitu pada mangga Arumanis sebesar Rp
975,00/kg dengan farmer’s share sebesar 51,25%, paling besar dan bagian
yang diterima petani besar adalah mangga Gedong, yaitu sebesar Rp
2750,00/kg dengan farmer’s share 42,10%. Saluran pemasaran II yang
paling rendah farmer’s sharenya adalah mangga Arumanis, yaitu sebesar
28,26%. Saluran pemasaran efisien karena memiliki marjin yang rendah
yaitu sebesar Rp 500,00/kg dan farmer’s share yang tinggi, yaitu sebesar
66,67%.
14
Penelitian-penelitian diatas dijadikan sebagai acuan atau bahan
referensi acuan peneliti untuk menganalisis pemasaran Buah Mangga
Arumanis (Mangifera indica L.) di Kabupaten Magetan. Berdasarkan
penelitian sebelumnya diketahui bahwa terdapat beberapa kesamaan,
sehingga menjadi pertimbangan peneliti dalam menyusun rencana
penelitian, adapun kesamaan-kesamaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Adanya kesamaan dalam grading buah untuk pemasaran dalam
penelitian Kumalawati, E (2004)
2. Adanya kesamaan topik dalam bidang kajian penelitian, yaitu
mengenai pemasaran mangga dalam penelitian Ekawati, S (2008).
3. Berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui lembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran tanaman hortikultura serta
pendeknya saluran pemasaran hortikultura merupakan salah satu faktor
penentu efisiensi pemasaran yang dilakukan.
4. Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semakin
pendek saluran pemasaran suatu produk dengan marjin pemasaran
rendah serta farmer’s share yang tinggi, maka pemasaran akan
semakin efisien serta memberikan keuntungan kepada produsen.
B. Tinjauan Pustaka
1. Komoditi Mangga (Mangifera indica L)
Menurut AAK (1996), sistematika mangga (Mangifera indica L.)
adalah sebagai berikut :
Spesies (Jenis) : Mangifera indica L
Genus : Mangifera
Famili : Anacardiaceae
Ordo : Sapindales
Kelas : Dicotyledoneae (berkeping dua)
Sub devisi : Angiospermae (berbiji tertutup)
Devisi : Spermatophyta (tumbuhan biji)
15
Tanaman mangga memiliki toleransi tumbuh yang tinggi, baik di
dataran rendah maupun dataran tinggi dengan keadaan volume curah hujan
sedikit atau banyak. Akan tetapi untuk memperoleh pertumbuhan dan hasil
produksi yang optimum sebaiknya mangga ditanam pada suatu areal yang
memiliki ketinggian maksimum 500 m diatas permukaan laut. Dengan
temperatur 24 – 270C. Tanaman mangga sangat cocok ditanam pada tanah
ringan, lempung berpasir dengan perbandingan yang seimbang
(Sandy Loams) dengan pH ideal 5,5 – 6,0 (AAK, 1996).
Menurut Pracaya (2001), bahwa buah mangga terdiri dari kulit,
kurang lebih 11% – 18%, pelok 14% – 22%, sedangkan daging buah
menduduki bagian yang paling besar, yakni 60% – 75%. Adapun susunan
nilai makanan dan komposisi kimia buah mangga, dapat diuraikan sebagai
berikut :
Tabel 2. Komposisi Kimia dan Nilai Makanan Buah Mangga
Nilai Rata-rata Buah Manga Unsur-unsur yang terkandung Masih Mentah Sudah Masak
Air 90,0% 86,1% Protein 0,7% 0,6% Lipid/lemak 0,1% 0,1% Gula 8,8% 11,8% Serat - 1,1% Bahan Mineral 0,4% 0,3% - Kapur 0,01% 0,01% - Fosfor 0,02% 0,02% - Besi 4,5 mg/gr 0,3 mg/gr Vitamin - Vitamin A 41 mg 38 mg - Riboflamin (Vit. B2) 0,03 mg/100 gr 0,05 mg/100 gr - Thiamin(Vit. B1) - 0,04 mg/100 gr - Vitamin C 3 mg/100 gr 13 mg/100 gr - Asam nicotinat - 0,3 mg/100 gr Nilai kalori setiap 100 g 39 gr 50-60 gr
Sumber : Pracaya, 2001
Mangga ranum segar mengandung air sekitar 90 persen, sedangkan
yang sudah masak sekitar 86 persen. Vitamin A sebesar 41 mg pada
mangga ranum, dan 38 mg mangga yang sudah masak, selain itu juga
16
mengandung Vitamin C, B1, dan B2. Unsur gula pada mangga mentah
8,8% dan masak 11,8%. Serat pada mangga mentah tidak ada sedangkan
untuk mangga masak 1,1%. Beberapa bahan mineral yang terkandung
pada mangga diantaranya; Kapur, Fosfor, dan Besi. Nilai kalori dalam
setiap 100 gram mangga muda mencapai 39 gram, dan mangga yang sudah
masak 50 – 60 gram. Kalori dalam mangga muda rendah karena lebih
banyak mengandung zat pati, yang akan berubah menjadi gula dalam
proses pematangan.
Mangga tergolong kelompok buah “batu” berdaging dengan
bentuk, ukuran, warna, dan citarasa (aroma-rasa-tekstur) beraneka. Bentuk
mangga ada yang bulat penuh, seperti mangga Gedong, dan bulat panjang,
seperti mangga Arumanis dan mangga Manalagi, Mangga Kopek
berbentuk bulat pipih, sedang mangga Golek lonjong (Pracaya, 2001).
Kandungan Vitamin C mangga cukup layak diperhitungkan. Setiap
100 gram bagian mangga masak yang dapat dimakan memasok Vitamin C
sebanyak 41 mg, mangga muda bahkan hingga 65 mg. Berarti, dengan
mengkonsumsi mangga ranum 150 gram atau mangga golek 200 gram (1/2
buah ukuran kecil), kecukupan Vitamin C yang dianjurkan untuk laki-laki
dan perempuan dewasa per hari (masing-masing 60 mg) dapat terpenuhi
(Deptan, 2009).
Mangga Arumanis (sebutan Probolinggo) AAK (1996), berasal dari
kata harum dan manis, yang memiliki ciri khas dan perbedaan yang nyata
apabila dibandingkan dengan mangga jenis lainnya. Adapun tanda-
tandanya adalah :
a. Berat rata-rata 385 gram/buah, panjang 13 cm, lebar 8 cm dan tebal
7,5 cm.
b. Bentuk agak panjang, melengkung sedikit, bahunya tegak lebar, ujung
agak bundar.
c. Kulit tipis, warna hijau tua sampai hijau biru-biruan, bertotol-totol
coklat keputihan.
17
d. Buah yang sudah tua siap dipetik, diselimuti lapisan lilin halus, pada
tampuk (pangkal buah) berwarna hijau kecoklat-coklatan.
e. Dagingnya kuning belerang, serat halus, berair dan berbau harum
menyengat
Mangga Arumanis yang berasal dari daerah Probolinggo, Jawa
Timur ini merupakan salah satu varietas unggul yang telah dilepas oleh
Menteri Pertanian. Buahnya berbentuk jorong, berparuh sedikit, dan
ujungnya meruncing. Pangkal buah berwarna merah keunguan, sedangkan
bagian lainnya berwarna hijau kebiruan. Kulitnya tidak begitu tebal,
berbintik-bintik kelenjar berwarna keputihan, dan ditutupi lapisan lilin.
Daging buahnya tebal, berwarna kuning, lunak, tak berserat, dan tidak
begitu banyak mengandung air. Rasanya manis segar, tetapi pada bagian
ujungnya kadang-kadang terasa asam. Bijinya kecil, lonjong pipih, dan
panjangnya antara 13-14 cm. Panjang buahnya dapat mencapai 15 cm
dengan berat rata-rata per buah 450 g. Produktivitasnya cukup tinggi,
dapat mencapai 54 kg/pohon (Anonimb, 2005).
Mangga Arumanis mempunyai keunggulan apabila dibandingkan
dengan mangga jenis lain. Bentuknya agak panjang dan lebar, berkulit
tipis, warna hijau tua sampai hijau biru-biruan, bertotol-totol coklat
keputihan dengan rasa manis yang unik menjadi keunggulannya. Nilai
lebih mangga ini makin lengkap bila mencium aromanya yang khas yaitu
harum bercampur manis, tidak cuma dari baunya, mangga Arumanis ini
apabila masak berwarna kuning belerang, serat halus, dan berair.
Kelebihan mangga Arumanis terletak pada aroma dan rasanya.
Mangga Arumanis setelah dipetik dari pohon, bisa awet sampai sepuluh
hari dan tidak membusuk. Hal itulah yang membedakannya dengan
mangga jenis lain yang tiga hari saja warnanya menguning dan cepat
membusuk. Perbedaan lainnya juga ada pada aroma. Aroma mangga
Arumanis lebih menusuk. Rasa manisnya juga lebih "legit" dan dagingnya
"pulen" karena seratnya sedikit dan halus (Anonim, 2005).
18
2. Pasca Panen Buah Mangga Arumanis
Mutu buah mangga dapat berkurang setelah dipanen apabila tidak
diambil tindakan-tindakan yang memadai untuk mengawetkan buah.
(Anonima, 2002). Dikatakan bahwa di Indonesia sekitar 50% dari hasil
panen musnah karena penanganan pasca-panen yang tidak memadai.
Sehingga diperlukan penanganan yang baik, diantaranya :
a. Pemanenan
Tingkat ketuaan buah saat dipanen berpengaruh terhadap mutu
dan rasa buah setelah panen. Buah yang dipanen haruslah yang sudah
cukup tua tapi belum matang, sehingga perkembangan buah sudah
maksimal dan buah siap memasuki periode pematangan. Buah mangga
dipanen dengan tangan. Memanen mangga sangat mudah karena
dengan tarikan yang lemah buah yang sudah masak akan lepas.
Pemanen biasanya memanjat pohon mangga dan langsung mengambil
buahnya atau menggunakan keranjang yang diikatkan pada sebatang
galah panjang. Kadang-kadang diikatkan pula gunting pada galah
untuk memotong tangkai buah. Bila digunakan gunting, sebuah
keranjang yang diikatkan pada sebatang galah ditempatkan di bawah
buah yang akan dipotong, untuk mencegah jatuhnya buah ke tanah.
Tidak baik merontokkan, melempar, atau menjatuhkan buah mangga
langsung ke tanah karena akan membuat tekstur buah rusak. Buah
mangga yang telah dipanen tidak boleh langsung terkena sinar
matahari, angin, atau hujan, baik di lapangan mapun waktu diangkut.
b. Sortasi
Buah hasil panen dikumpulkan di tempat yang teduh dan bersih
untuk diseleksi (gudang). Seleksi dilakukan untuk memisahkan buah
yang tidak dikehendaki, seperti buah busuk, buah muda, buah
matang/lewat matang, buah cacat karena hama/penyakit, buah memar,
luka atau pecah karena jatuh, dan buah berukuran/berbentuk tidak
normal disingkirkan. Sortasi biasanya dilakukan dengan tangan yang
dikerjakan oleh karyawan-karyawan penyortir. Pengukuran buah
19
dilakukan dengan mata, atau di perusahaan-perusahaan besar dengan
menggunakan timbangan yang bekerja secara otomatis.
c. Grading
Buah mangga yang telah melewati tahap sortasi kemudian
ditata kedalam peti berdasarkan ukuran atau grading untuk kemudian
dilakukan pengemasan dan pemeraman. Macam dan kriteria grade
mangga ditentukan oleh pemilik/pedagang buah ataupun permintaan
pasar. Disamping itu, tidak ada standar buah mangga, yang
menggolongkan mutu buah mangga ke dalam Mutu-mutu yang
diinginkan.
d. Pengepakan dan Pemeraman
Buah yang lolos sortir kemudian dimasukkan ke dalam wadah
berupa peti/kotak untuk dilakukan pemeraman sesuai dengan grade
yang diinginkan oleh pedagang. Pada peti/kotak buah untuk
pemeraman bagian dasar dan dinding keranjang harus dilapisi dengan
kertas semen atau daun-daunan dan jerami agar tidak menyebabkan
lecet pada kulit buah. Tidak dianjurkan menggunakan koran karena
tintanya dapat mengotori kulit buah. Buah harus dilindungi dari sinar
matahari selama dalam pengangkutan untuk menghindari kelayuan.
Selain itu juga diperlukan gas etilen dari karbid, belerang, dan kunyit
untuk mempercepat proses pemasakan buah dan menambah warna
buah serta aroma buah. Kertas semen ternyata tidak dapat mencegah
pembusukan buah akibat penyimpanan/pemeraman
3. Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam menjalankan
usaha pertanian, karena pemasaran merupakan tindakan ekonomis yang
sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani. Produksi
yang baik akan sia-sia dengan harga pasar yang rendah karena tingginya
produksi tidak mutlak memberi keuntungan yang tinggi tanpa disertai
dengan pemasaran yang baik dan efisien (Mubyarto, 1995).
20
Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan
dan kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa
besarnya, menentukan pasar-pasar target mana yang paling baik dilayani
oleh organisasi, dan menentukan berbagai produk, jasa dan program yang
tepat untuk melayani pasar tersebut. Jadi pemasaran berperan sebagai
penghubung antara kebutuhan-kebutuhan masyarakat dengan pola jawaban
industri (dalam hal ini termasuk industri di bidang pertanian) yang
bersangkutan (Kotler, 1992).
Menurut Swastha dan Sukotjo (2000) mendefinisikan pemasaran itu
adalah sistem keseluruhan dari usaha yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa
yang dapat memuaskan kebutuhan pembeli yang ada maupun pembeli
potensial.
Ditinjau dari aspek ekonomi kegiatan pemasaran pertanian dikatakan
sebagai kegiatan produktif sebab pemasaran pertanian dapat meningkatkan
guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), guna bentuk (form
utility) dan guna pemilikan (possesion utility). Komoditi pertanian yang
sudah mengalami peningkatan guna waktu, guna tempat dan guna bentuk
baru dapat memenuhi kebutuhan konsumen, apabila sudah terjadi
pemindahan hak milik dari produsen atau lembaga pemasaran kepada
konsumen (Sudiyono, 2002). Banyak definisi mengenai pemasaran, tetapi
dalam pengertian ini pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa
yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari produsen ke titik
konsumen (Anindita, 2004).
4. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran merupakan jalur dari lembaga-lembaga penyalur
yang mempunyai kegiatan meyalurkan barang dari produsen ke konsumen.
Penyalur ini secara aktif akan mengusahakan perpindahan bukan hanya
secara fisik tapi dalam arti agar barang-barang tersebut dapat dibeli
konsumen (Stanton, 1993).
21
Kotler (1992), mendefinisikan saluran pemasaran merupakan
saluran distribusi yang terdiri dari seperangkat lembaga yang melakukan
semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan
status kepemilikannya dari produsen ke konsumen.
Saluran distribusi atau saluran pemasaran merupakan suatu alur
yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara dan
akhirnya sampai pada pemakai. Saluran pemasaran merupakan suatu
struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri
atas agen, dealer, pedagang besar, pengecer, melalui mana sebuah
komoditi, produk atau jasa dipasarkan (Swastha dan Handoko, 1997).
Dalam rangka kegiatan memperlancar arus barang/jasa dari
produsen ke konsumen, maka salah satu faktor penting yang tidak boleh
diabaikan adalah memilih secara tepat saluran pemasaran yang akan
digunakan dalam rangka usaha pemasaran barang-barang/jasa-jasa dari
produsen ke konsumen. Yang disebut dengan saluran pemasaran adalah
lembaga-lembaga pemasaran yang mempunyai kegiatan untuk
meyalurkan/penyampaian barang-barang/jasa-jasa dari produsen ke
konsumen. Distributor-distributor/penyalur ini bekerja secara aktif untuk
mengusahakan perpindahan bukan hanya secara fisik tetapi dalam arti agar
barang-barang tersebut dapat dibeli oleh konsumen (Semito, 1993).
5. Lembaga Pemasaran
Dalam hal melancarkan penyampaian dan memindahtangankan
barang-barang dari produsennya ke pasar (para konsumen) peranan
lembaga-lembaga pemasaran (marketing institutions) adalah besar. Yang
dimaksud dengan lembaga-lembaga pemasaran yaitu segala usaha yang
berkait dalam jaringan lalu lintas barang-barang di masyarakat, seperti
halnya jasa-jasa yang ditawarkan oleh agen-agen atau perusahaan dagang,
perbankan, perusahaan pengepakan dan peti kemas, perusahaan angkutan,
usaha pertanggungan (asuransi) dan lain sebagainya (Kartasapoetra, 1992).
Menurut Sudiyono (2002), lembaga pemasaran adalah orang atau
badan usaha atau lembaga yang secara langsung terlibat didalam
22
mengalirkan barang dari produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga
pemasaran ini dapat berupa tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang
besar dan pedagang pengecer. Lembaga-lembaga dapat didefinisikan
sebagai berikut :
a. Tengkulak, yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung
berhubungan dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan
petani baik secara tunai, ijon maupun dengan kontrak pembelian.
b. Pedagang pengumpul, yaitu membeli komoditi pertanian dari tengkulak
biasanya relatif kecil.
c. Pedagang besar, yaitu melakukan proses pengumpulan komoditi dari
pedagang pengumpul, juga melakukan proses distribusi ke agen
penjualan ataupun pengecer.
d. Pedagang pengecer merupakan lembaga pemasaran yang berhadapan
langsung dengan konsumen.
6. Biaya Pemasaran
Secara umum biaya merupakan pengorbanan yang dikeluarkan
oleh produsen dalam mengelola usaha taninya untuk mendapatkan hasil
yang maksimal. Biaya merupakan pengorbanan yang diukur untuk suatu
alat tukar berupa uang yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu
dalam usahataninya. Biaya pemasaran merupakan biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan atau aktifitas usaha pemasaran komoditas pertanian. Biaya
pemasaran komoditas pertanian meliputi biaya transportasi/biaya angkut,
biaya pungutan retribusi, biaya penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya
pemasaran berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan lokasi pemasaran,
lembaga pemasaran (pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan
sebagainya) dan efektifitas pemasaran yang dilakukan serta macam
komoditas (Rahim dan Hastuti, 2007).
Seringkali komoditi pertanian yang nilainya tinggi diikuti dengan
biaya pemasaran yang tinggi pula. Peraturan pemasaran di suatu daerah
juga kadang-kadang berbeda satu sama lain. Begitu pula macam lembaga
pemasaran dan efektivitas pemasaran yang dilakukan. Makin efektif
23
pemasaran yang dilakukan, maka akan semakin kecil biaya pemasaran
yang dikeluarkan (Soekartawi, 1993).
Istilah biaya pemasaran yang digunakan mencakup jumlah
pengeluaran perusahaan untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang
berhubungan dengan penjualan hasil produksinya dan jumlah pengeluaran
oleh lembaga pemasaran (badan perantara) dan laba (profit) yang diterima
oleh badan bersangkutan (Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Selanjutnya
biaya pemasaran suatu macam produk biasanya diukur secara kasar
dengan marjin atau spread. Marjin adalah suatu istilah yang digunakan
untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama
dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir.
7. Keuntungan Pemasaran
Keuntungan pemasaran merupakan selisih harga di tingkat produsen
produsen dan harga yang di bayarkan oleh konsumen dikurangi dengan
biaya pemasaran. Jarak yang mengantarkan produksi pertanian dari
produsen ke konsumen menyebabkan terjadinya perbedaan besarnya
keuntungan. Perbedaan harga di masing-masing lembaga pemasaran
sangat bervariasi tergantung besar kecilnya keuntungan yang diambil oleh
masing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 1993).
Pertimbangan lain dalam menetapkan mata rantai saluran pemasaran
adalah dengan jalan membandingkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan.
Secara umum maka menggunakan mata rantai saluran pemasaran yang
selalu panjang akan menimbulkan biaya-biaya yang lebih besar sehingga
mendorong harga jual yang lebih tinggi, sehingga kelancaran penjualan
barang-barang tersebut dapat terganggu. Hal ini dapat dimaklumi sebab
setiap mata rantai menginginkan keuntungan yang layak sebagai kegiatan
imbalan mereka. Untuk dapat menekan harga penjualan agar tidak terlalu
tinggi maka perusahaan harus merelakan agar komisi dari mata rantai
tersebut menjadi lebih kecil (Semito, 1993). Selanjutnya karena persaingan
yang semakin tajam dapat mendorong harga penjualan menjadi lebih
rendah. Dalam keadaan yang demikian maka tingkat keuntungan dari
24
perusahaan mempergunakan mata rantai saluran pemasaran yang sangat
panjang, dapat menyebabkan harga ke konsumen menjadi sangat tinggi
dan ini mengganggu kelancaran penjualan barang-barang tersebut.
Berdasarkan keadaan tersebut maka makin tipis keuntungan suatu
perusahaan maka akan lebih cenderung menggunakan mata rantai saluran
pemasaran pendek atau langsung bilamana hal ini dimungkinkan.
8. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah selisih harga dari dua tingkat rantai
pemasaran atau selisih harga yang dibayarkan di tingkat pengecer dengan
harga yang diterima oleh produsen (petani). Dengan kata lain, marjin
pemasaran menunjukkan perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam
sistem pemasaran. Hal tersebut juga dapat didefinisikan sebagai perbedaan
antara apa yang dibayar oleh konsumen dan apa yang diterima oleh
produsen untuk produk pertaniannya.
Saluran pemasaran ditinjau sebagai satu kelompok atau satu tim
operasi, maka marjin dapat dinyatakan sebagai suatu pembayaran yang
diberikan kepada mereka atas jasa-jasanya. Jadi, margin merupakan suatu
imbalan, atau harga atas suatu hasil kerja. Apabila ditinjau sebagai
pembayaran atas jasa-jasa, margin menjadi suatu elemen yang penting
dalam strategi pemasaran. Konsep marjin sebagai suatu pembayaran pada
penyalur mempunyai dasar logis dalam konsep tentang nilai tambah.
Marjin didefinisikan sebagai perbedaan antara harga beli dengan harga jual
(Swastha, 1992).
Menurut Sudiyono (2002) marjin pemasaran didefinisikan dengan
dua cara yaitu :
a. Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga, antara harga yang
dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani, secara
sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
M = Pr – Pf
Keterangan :
M : Marjin
25
Pr : Harga di tingkat konsumen
Pf : Harga di tingkat produsen
b. Marjin pemasaran terdiri dari komponen yang terdiri dari biaya-biaya
yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan
fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Secara
sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut :
M = Bp + Kp
Keterangan :
M : Marjin
Bp : Biaya pemasaran
Kp : Keuntungan pemasaran
9. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi pemasaran menurut Soekartawi (2002) adalah persentase
antara biaya pemasaran dengan nilai produk yang dipasarkan. Pemasaran
tidak akan efisien jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk
yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar.
Sistem pemasaran dianggap efisien apabila mampu menyampaikan
hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya murah dan
mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang
dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam
kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut (Mubyarto, 1995).
Pemasaran dianggap efisien bila memenuhi dua syarat yaitu : (1) mampu
menyampaikan hasil produksi dari produsen kepada konsumen dengan
biaya yang semurah-murahnya dan (2) mampu mengadakan pembagian
yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir kepada
semua pihak yang terkait dalam kegiatan pemasaran tersebut
(Mubyarto, 1979).
Pengukuran efisiensi pemasaran pertanian yang menggunakan
perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya
dapat digunakan untuk memperbaiki efisiensi pemasaran dengan
mengubah keduanya. Upaya perbaikan efisiensi pemasaran dapat
26
dilakukan dengan meningkatkan output pemasaran atau mengurangi biaya
pemasaran (Sudiyono, 2002).
Menurut (Soekartawi, 1993) faktor-faktor yang dapat sebagai
ukuran efisiensi pemasaran adalah sebagai berikut:
a. Keuntungan pemasaran
b. Harga yang diterima konsumen
c. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran yang memadai untuk melancarkan
transaksi jual beli barang, penyimpanan, transportasi
d. Kompetisi pasar, persaingan diantara pelaku pemasaran
Salah satu indikator untuk mengukur efisiensi pemasaran adalah
bagian yang diterima oleh petani. Komoditi yang diproduksi secara tidak
efisien maka harus dijual dengan harga per unit yang tinggi sehingga
komoditi yang diproduksikan secara tidak efisien menyebabkan bagian
yang diterima petani menjadi kecil (Sudiyono, 2002).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Proses pemasaran, petani membutuhkan bantuan pihak lain untuk
memasarkan hasil produksinya. Untuk itulah diperlukan peranan lembaga
pemasaran untuk menyalurkan hasil produksi kepada konsumen. Jejak
penyaluran dari petani sampai dengan konsumen akhir disebut dengan saluran
pemasaran. Bentuk saluran pemasaran dalam satu jenis komoditi bisa
beranekaragam.
Dalam menyampaikan barang dari produsen (petani) ke konsumen
akhir, akan dibutuhkan biaya pemasaran. Menurut Soekartawi (1993), biaya
pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya
pemasaran meliputi biaya angkut, biaya pengepakan atau pengemasan, biaya
bongkar muat (tenaga), biaya penyusutan dan lain-lain. Besarnya biaya
pemasaran ini berbeda satu sama lain disebabkan karena macam komoditi,
lokasi pemasaran dan macam lembaga pemasaran dan efektivitas pemasaran
yang dilakukan. Untuk menghitung besarnya biaya pemasaran dapat
diperhitungkan dengan cara menjumlahkan semua biaya pemasaran dari tiap-
27
tiap lembaga pemasaran. Perhitung besarnya biaya pemasaran dapat
diperhitungkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Bp = Bp1 + Bp2 +......Bpn
Keterangan :
Bp : Biaya pemasaran
Bp1,Bp2...Bpn : Biaya pemasaran tiap-tiap lembaga pemasaran
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran mempunyai
tujuan untuk memperoleh keuntungan. Besar kecilnya keuntungan pemasaran
yang diambil biasanya sesuai dengan biaya pemasaran yang telah dikeluarkan
oleh lembaga pemasaran. Besarnya keuntungan pemasaran diperoleh dari
penjumlahan keuntungan pemasaran dari tiap-tiap lembaga pemasaran.
Dengan demikian keuntungan pemasaran mangga Arumanis dapat diketahui
dengan jalan menjumlahkan keuntungan dari tiap-tiap lembaga pemasaran
menggunakan rumus :
Kp = Kp1 + Kp2 + .....+ Kpn
Keterangan:
Kp : Keuntungan pemasaran
Kp1, Kp2,..Kpn : Keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran
Besarnya biaya dan keuntungan akan berpengaruh pada harga di
tingkat eceran. Hal ini mengakibatkan perbedaan besarnya harga yang harus
dibayar konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen (petani).
Perbedaan harga tersebut disebut sebagai marjin pemasaran. Marjin pemasaran
dapat diperhitungkan dengan cara mencari selisih antara harga ditingkat
konsumen dengan harga ditingkat produsen. Marjin pemasaran mangga dapat
diperhitungkan dengan cara harga ditingkat konsumen dikurangi harga
ditingkat produsen menggunakan rumus :
28
Mp = Pr – Pf
Keterangan :
Mp : Marjin pemasaran
Pr : Harga di tingkat konsumen
Pf : Harga di tingkat produsen
Marjin yang diperoleh pedagang perantara dari sejumlah biaya
pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh pedagang
perantara. Marjin pemasaran buah mangga Arumanis diperoleh dari biaya
pemasaran ditambah keuntungan pemasaran dengan menggunakan rumus :
Mp = Bp + Kp
Keterangan :
Mp : Marjin pemasaran
Bp : Biaya pemasaran
Kp : Keuntungan pemasaran
Untuk mengukur efisiensi pemasaran secara ekonomi digunakan
persentase margin pemasaran dan farmer’s share. Persentase margin
pemasaran diperoleh dari harga di tingkat konsumen dikurangi harga ditingkat
produsen/petani dibagi harga di tingkat konsumen itu sendiri kemudian dikali
100%, adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Mp : Marjin pemasaran
Pr : Harga di tingkat konsumen
Pf : Harga ditingkat produsen/ petani
Menurut Sudiyono (2002), bagian yang diterima petani (Farmer’s
Share) ini sama dengan harga yang betul-betul diterima petani dibagi harga
yang dibayarkan oleh konsumen dikalikan 100%. Bagian yang diterima
produsen diperoleh dari 1 dikurangi margin pemasaran dibagi harga di tingkat
konsumen kemudian dikalikan 100%. Secara sistematis dapat ditulis dengan
rumus sebagai berikut :
29
Keterangan
F : Bagian yang diterima produsen
Mp : Marjin Pemasaran
Pr : Harga di tingkat konsumen
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran buah
mangga arumanis dianggap efisien secara ekonomis adalah tiap-tiap saluran
pemasaran mempunyai nilai persentase marjin pemasaran yang rendah dan
mempunyai nilai persentase bagian yang diterima petani mangga yang tinggi.
Bila bagian yang diterima petani < 50% berarti belum efisien, dan bila bagian
yang diterima petani > 50% maka pemasaran dikatakan efisien.
Dari penjelasan diatas dapat digambarkan alur berpikir dalam pemecahan
masalah dalam penelitian sebagai berikut :
30
Gambar 1. Alur Berpikir Dalam Pemecahan Masalah
D. Pembatasan Masalah
1. Komoditi yang dipasarkan adalah buah mangga Arumanis dari Kabupaten
Magetan.
2. Kegiatan pemasaran yang diteliti adalah kegiatan pada bulan Desember
tahun 2009.
3. Pemasaran buah mangga Arumanis yang diteliti disalurkan ke Pasar Induk
Kramat Jati Jakarta Timur.
31
4. Petani yang dimaksud adalah petani yang membudidayakan buah mangga
Arumanis yang memiliki minimal 15 pohon menghasilkan.
5. Harga buah mangga yang diteliti adalah tingkat harga yang berlaku pada
saat penelitian.
E. Hipotesis
1. Diduga terdapat beberapa pola saluran pemasaran mangga Arumanis di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
2. Diduga saluran pemasaran mangga Arumanis yang lebih pendek di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan secara ekonomi lebih efisien.
F. Asumsi
1. Hasil produksi buah mangga dijual seluruhnya oleh petani sampel.
2. Berat buah mangga Arumanis yang dipasarkan tiap peti/kotak berukuran
50 Kg.
G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Pemasaran mangga Arumanis adalah mengalirnya barang produksi khusus
buah mangga Arumanis di produsen ke konsumen yang dapat terjadi
karena adanya lembaga pemasaran.
2. Produsen adalah petani yang mengusahakan kegiatan usahatani komoditas
mangga Arumanis.
3. Konsumen adalah pembeli terakhir dalam saluran pemasaran mangga
Arumanis yang diperoleh dari informasi pedagang pengecer.
4. Penebas adalah orang yang membeli mangga dari petani dengan cara tebas
dalam kondisi buah berada di pohon dan siap panen.
5. Pedagang pengumpul dan penebas adalah pedagang yang membeli
mangga dari penebas dan petani serta mengumpulkannya kemudian dijual
ke pedagang besar.
6. Harga ditingkat konsumen akhir diperoleh dengan pendekatan (proxy)
informasi harga jual ditingkat pedagang pengecer.
32
7. Pedagang besar adalah pedagang yang membeli dari pedagang pengumpul
kemudian dijual ke agen dan pedagang pengecer. Pedagang besar selalu
membeli dan menjual barang dalam partai besar.
8. Agen adalah pedagang yang membeli atau mendapatkan buah mangga
Arumanis dari pedagang besar dalam kuantitas besar kemudian dijual
kembali ke pedagang pengecer.
9. Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual dalam jumlah kecil
atau per satuan secara langsung kepada konsumen akhir.
10. Pedagang luar kabupaten adalah pedagang yang membeli dari pedagang
besar Kabupaten Magetan kemudian dijual ke konsumen akhir luar
kabupaten.
11. Konsumen akhir merupakan proxy melalui wawancara dengan pedagang
pengecer di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur.
12. Pendekatan (Proxy) dimana pedagang pengecer sebagai pihak ketiga yang
saling berhubungan dan berfungsi sebagai perantara yaitu dengan
konsumen akhir buah mangga Arumanis.
13. Lembaga pemasaran adalah badan-badan atau lembaga-lembaga yang
berusaha dalam bidang pemasaran, menggerakkan barang dari produsen ke
konsumen melalui proses jual beli.
14. Harga yang diterima petani produsen adalah harga mangga Arumanis pada
saat terjadi jual beli yang ditentukan berdasarkan keadaan pasar pada saat
terjadi transaksi dan dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).
15. Harga yang diterima pedagang adalah harga pada saat terjadi jual beli yang
ditentukan berdasarkan keadaan pasar pada saat terjadi transaksi diukur
dalam rupiah perkilogram (Rp/kg).
16. Harga yang diterima konsumen adalah harga pada saat terjadi jual beli
yang ditentukan kesepakatan antara penjual dan pembeli pada saat terjadi
transaksi diukur dalam rupiah perkilogram (Rp/kg).
17. Sortasi adalah proses/kegiatan memisahkan buah mangga Arumanis
busuk, muda, matang, memar, luka, pecah, dan bentuk yang tidak normal.
33
18. Grading atau pengkelasan mutu buah mangga Arumanis adalah upaya
pengelompokan buah mangga Arumanis berdasarkan kriteria atau
keberagaman ukuran dan kualitas menjadi beberapa tingkat berdasarkan
perbedaan mutu.
19. Grading buah mangga Arumanis terbagi menjadi empat tingkatan, yaitu :
a. Mega : 1 – 2 buah/Kg
b. Bom : 2 – 3 buah/Kg
c. Super : 4 – 5 buah/Kg
d. A : 6 – 8 buah/Kg
20. Bongkar muat di tingkat pedagang pengumpul adalah kegiatan
memindahkan kotak/peti buah mangga Arumanis dari tempat
penyimpanan ke atas truk.
21. Biaya pemasaran buah mangga Arumanis adalah semua biaya yang
digunakan dalam proses pemasaran yang meliputi biaya transportasi, biaya
pengepakan/pemeraman/merpak, biaya bongkar muat, biaya
pengangkutan, biaya sewa tempat atau lapak, biaya resiko, dan lain-lain
yang dinyatakan dalam rupiah perkilogram (Rp/kg).
22. Keuntungan pemasaran mangga merupakan besarnya keuntungan yang
diperoleh lembaga pemasaran/selisih harga jual dengan harga beli dan
biaya pemasaran dalam rupiah perkilogram (Rp/kg).
23. Margin pemasaran mangga adalah perbedaan harga yang dibayar oleh
konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen, diukur dengan
rupiah perkilogram (Rp/kg).
24. Farmer’s share adalah perbandingan antara harga yang diterima produsen
dengan harga yang diterima konsumen yang dinyatakan dalam persen (%).
25. Efisiensi pemasaran adalah efisiensi ekonomi yang diukur dari besarnya
marjin pemasaran dan bagian yang diterima petani (Farmer’s share)
dinyatakan dalam persentase (%).
34
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah
metode deskriptif analisis dengan menggunakan data berkala (time series),
dimana mempunyai ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah-
masalah yang ada pada masa sekarang dan pada masalah-masalah yang aktual.
Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian
dianalisa (Surakhmad, 1994).
Sedangkan teknik penelitian yang digunakan adalah metode Survey,
yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan
menggunakan Questioner sebagai alat untuk mengumpulkan data
(Singarimbun dan Effendy, 1995).
B. Metode Pengambilan Sampel Responden
1. Pemilihan Daerah Penelitian
Pemilihan daerah penelitian diambil secara sengaja (Purposive)
yaitu Kabupaten Magetan. Pemilihan kecamatan sebagai sampel dilakukan
dengan menggunakan metode Purposive sampling yaitu Kecamatan
Parang, Kabupaten Magetan dengan pertimbangan Kecamatan Parang
mempunyai produktivitas mangga Arumanis terbesar di Kabupaten
Magetan, selain itu merupakan daerah sentra produksi buah mangga
Arumanis karena jumlah produksi buah mangga Arumanis terbesar di
Kabupaten Magetan. Hal ini didukung oleh keadaan iklim, topografi dan
keadaan wilayah di Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan yang
mendukung untuk sentra penanaman buah mangga Arumanis. Produksi
dan Produktivitas Buah Mangga Menurut Kecamatan di Kabupaten
Magetan 2008 tersaji dalam Tabel 3 di bawah ini :
33
35
Tabel. 3. Produksi dan Produktivitas Buah Mangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Magetan 2008
No. Kecamatan Yang Sedang menghasilkan
(Pohon/Rumpun)
Produksi (Kw)
Produktivitas (Kw/Phn)
1. Poncol 5.300 2.650 0,50 2. Parang 354.200 170.016 0,48 3. Lembeyan - - - 4. Takeran - - - 5. Nguntoronadi 21.765 6.747 0,31 6. Kawedanan - - - 7. Magetan 63.825 38.295 0,60 8. Ngariboyo 9.628 2.888 0,30 9. Plaosan - - -
10. Sidorejo 1.216 426 0,35 11. Panekan 48.435 19.374 0,40 12. Sukomoro 14.321 6.444 0,45 13. Bendo - - - 14. Maospati 64.988 23.396 0,36 15. Karangrejo - - - 16. Karas - - - 17. Barat 31.216 10.301 0,33 18. Kartoharjo 36.630 11.722 0,32
∑ 651.524 292.259 0,45
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Magetan, 2009
Kecamatan yang diambil sebagai daerah penelitian adalah
Kecamatan Parang dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Parang
merupakan sentra produksi buah mangga Arumanis dengan produksi
170.016 kwintal, dengan jumlah pohon yang mengasilkan 354.200 pohon
pada tahun 2008.
2. Penentuan Desa Sampel
Kecamatan Parang terdiri dari 13 desa, penentuan desa yang akan
dijadikan sampel adalah Desa Krajan, Desa Tamanarum, dan Desa Pragak.
Penentuan desa sampel dilakukan berdasarkan jumlah pohon dan produksi
buah mangga Arumanis terbanyak. Adapun jumlah pohon mangga,
produksi dan rata-rata produksi buah mangga per desa di Kecamatan
Parang Kabupaten Magetan Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel dibawah
ini :
36
Tabel. 4. Jumlah Tanaman Mangga, Produksi dan Rata-rata Produksi Buah Mangga per desa di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2009
No. Desa/Kelurahan Jumlah Pohon
Produksi (Kg)
Rata – Rata Produksi (Kg/Phn)
1. Sayutan 27.224 408.360 15 2. Nglopang 31.124 622.480 20 3. Mategal 37.245 744.900 20 4. Bungkuk 33.214 498.210 15 5. Trosono 33.216 664.320 20 6. Ngunut 25.227 378.405 15 7. Ngaglik 21.141 317.115 15 8. Parang 32.242 644.840 20 9. Tamanarum 58.271 874.065 15
10. Pragak 48.426 968.520 20 11. Sundul 18.712 280.680 15 12. Krajan 59.134 1.182.680 20 13. Joketro 34.224 513.360 15
∑ 459.400 8.415.050 18,32
Sumber : Kantor Kecamatan Parang, 2009
Tiga desa yang diambil menjadi desa sampel adalah Desa Krajan,
Desa Tamanarum, dan Desa Pragak. Ketiga desa ini dipilih karena
memiliki jumlah pohon dan produksi buah mangga terbesar dari 13 desa di
Kecamatan Parang. Desa Krajan memiliki 59.134 pohon dengan produksi
buah mangganya sebesar 1.182.680 kg. Desa Tamanarum 58.271 pohon
dan produksinya sebesar 874.065 kg, sedangkan Desa Pragak sebesar
968.520 kg dengan memiliki 48.426 pohon. Penurunan jumlah produksi
buah mangga Arumanis (lihat tabel 3) disebabkan banyaknya penebangan
pohon mangga dan peremajaan pohon.
3. Penentuan Responden (Petani sampel)
Singarimbun dan Effendi (1995), data yang dianalisis harus
menggunakan sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti
distribusi normal. Sampel yang tergolong mengikuti distribusi normal
adalah sampel yang jumlahnya ≥ 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut
maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 responden
petani.
Pengambilan petani sampel dilakukan dengan menggunakan
metode Proportional random sampling artinya pengambilan sampel dari
37
keseluruhan populasi, sesuai dengan proporsi masing-masing sub populasi,
yaitu Desa Krajan, Desa Tamanarum, dan Desa Pragak dengan
mempertimbangkan jumlah petani responden yang memenuhi syarat
sebagai petani sampel. Dalam penelitian ini sampel yang diambil sebanyak
30 orang dari 3 (tiga) desa terpilih yang memenuhi syarat yaitu memiliki
pohon mangga Arumanis minimal 15 pohon yang telah menghasilkan,
dengan rumus :
nNNk
ni ´=
Keterangan :
ni : Jumlah sampel petani buah mangga Arumanis dari setiap
kelurahan/desa.
Nk : Jumlah petani buah mangga Arumanis desa dari tiap
kelurahan/desa terpilih.
N : Jumlah keseluruhan populasi petani buah mangga
Arumanis dari desa-desa terpilih.
n : Jumlah sampel petani buah mangga Arumanis yang
dikehendaki (30 responden).
Berdasarkan penggunaan rumus diatas maka sampel petani yang
membudidayakan buah mangga Arumanis tiap kelurahan atau desa yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Jumlah Petani sampel (petani buah mangga Arumanis) di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
No. Kelurahan/Desa Populasi (Orang)
Jumlah petani sampel (orang)
1. Krajan 325 14 2. Tamanarum 287 12 3. Pragak 106 4
∑ 718 30
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2009
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa di Desa Krajan diambil
respondennya sebanyak 14 responden, Desa Tamanarum sebanyak 12
38
responden, sedangkan Desa Pragak pengambilan sampelnya sebanyak 4
(empat) responden.
Pemilihan sampel petani dari desa terpilih dilakukan secara
random (acak) dengan cara undian (Singarimbun dan Effendi, 1995). Cara
undian tersebut dilakukan dengan sistem pengembalian agar setiap petani
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
4. Penentuan Lembaga Pemasaran
Pengambilan responden lembaga pemasaran ditentukan dengan
metode Snowball sampling yaitu dengan cara menelusuri saluran
pemasaran buah mangga Arumanis yang ada di Kecamatan Parang
Kabupaten Magetan mulai dari petani sampai pada konsumen akhir
berdasarkan informasi dari produsen dan pedagang. Sebagian besar
konsumen buah mangga Arumanis berada diluar Kabupaten Magetan yaitu
berada di Jakarta dan sekitarnya.
C. Jenis dan Sumber Data yang Diperlukan
Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu :
1. Data Primer
Data primer diperoleh secara langsung dari responden dimana
memberikan gambaran tentang karakteristik responden. Teknik yang
dipergunakan adalah wawancara secara langsung kepada petani buah
mangga Arumanis dengan menggunakan daftar pertanyaan (Kuisioner).
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan
dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga
yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder diperoleh dari BPS,
Dinas Pertanian, Kantor Kecamatan Parang dan Kantor Kelurahan yang
diambil sebagai desa sampel.
39
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Teknik observasi yaitu metode pengumpulan data dengan
melakukan pengamatan langsung di daerah penelitian sehingga didapatkan
gambaran yang jelas mengenai daerah penelitian.
2. Metode Wawancara
Metode wawancara yaitu metode pengambilan data primer dengan
melakukan wawancara langsung dengan petani sampel dan pedagang atau
lembaga pemasaran menggunakan daftar pertanyaan (quisionare) yang
telah dipersiapkan sebelumnya.
3. Metode Pencatatan
Metode pencatatan yaitu metode pengumpulan data sekunder dan
primer dengan melakukan pencatatan dari segala sumber termasuk
wawancara dengan responden dan observasi dari instansi-instansi
pemerintah atau lembaga yang terkait dengan penelitian ini.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui saluran pemasaran dan lembaga pemasaran buah
mangga Arumanis yang ada di Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan
menggunakan metode deskriptif analisis yaitu penelitian yang didasarkan
pada pemecahan masalah-masalah aktual yang ada pada masa sekarang
dilapang.
2. Untuk mengetahui tugas dan fungsi lembaga-lembaga pemasaran buah
mangga Arumanis di Kabupaten Magetan di peroleh dengan metode
Snowball sampling yaitu menelusuri lembaga/pedagang responden yang
memasarkan buah mangga Arumanis dari di Kecamatan Parang Kabupaten
Magetan mulai dari petani sampai pada konsumen akhir yang berupa
informasi dari produsen dan pedagang.
40
3. Untuk mengetahui biaya pemasaran dan marjin pemasaran di tingkat
lembaga dalam saluran pemasaran digunakan alat analisis biaya dan marjin
pemasaran (cost margin analysis) yaitu dengan menghitung besarnya
biaya, keuntungan, dan marjin pemasaran pada tiap lembaga perantara
pada berbagai saluran pemasaran.
a. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk
memasarkan suatu komoditi dari produsen ke konsumen. Biaya
pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
Bp = Bp1 + Bp2 + Bp3 ……..+ Bpn
Keterangan :
Bp : Biaya pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
Bp1,2,3…n : Biaya pemasaran tiap lembaga pemasaran buah
mangga Arumanis (Rp/Kg).
1,2,3….n : Jumlah lembaga pemasaran buah mangga Arumanis
b. Keuntungan Pemasaran
Keuntungan pemasaran adalah penjumlahan dari keuntungan
yang diterima oleh setiap lembaga pemasaran. Keuntungan pemasaran
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kp = Kp1 + Kp2 + Kp3 +……..+ Kpn
Keterangan :
Kp : Keuntungan pemasaran buah mangga Arumanis
(Rp/Kg).
Kp1 +.....+ Kpn : Keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran buah
mangga Arumanis (Rp/Kg)
c. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran adalah selisih harga tingkat produsen dan
tingkat konsumen akhir. Marjin pemasaran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
41
%100Pr
Pr´÷øö
çèæ -=
PfMp
M = Pr – Pf
Keterangan :
Mp : Marjin Pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
Pr : Harga buah mangga Arumanis di tingkat konsumen (Rp/Kg)
Pf : Harga buah mangga Arumanis di tingkat produsen (Rp/Kg)
Marjin yang diperoleh pedagang perantara dari sejumlah biaya
pemasaran yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh
pedagang perantara dirumuskan sebagai berikut:
Mp = Bp + Kp
Keterangan :
Mp : Marjin Pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
Bp : Biaya pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
Kp : Keuntungan pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
d. Efisiensi Ekonomis
Efisiensi ekonomis dari saluran pemasaran buah mangga
Arumanis dapat dihitung dengan cara memperhitungkan persentase
bagian yang diterima produsen. Persentase marjin pemasaran dari
masing-masing saluran pemasaran dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
1. Persentase Marjin Pemasaran
Keterangan :
Mp : Marjin pemasaran buah mangga Arumanis (%)
Pr : Harga buah mangga Arumanis di tingkat produsen
(Rp/Kg)
Pf : Harga buah mangga Arumanis di tingakat konsumen
(Rp/kg)
Untuk mengetahui efisiensi pemasaran secara ekonomis
dilakukan analisis marjin pemasaran dan memperhitungkan bagian
42
yang diterima oleh petani (farmer’s share) dan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
2. Farmer’s share
Keterangan :
F : Bagian yang diterima petani buah mangga Arumanis (%)
Mp : Marjin Pemasaran buah mangga Arumanis (Rp/Kg)
Pr : Harga buah mangga Arumanis di tingkat konsumen
(Rp/Kg)
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui bahwa pemasaran
buah mangga Arumanis dianggap efisien adalah tiap-tiap saluran
pemasaran mempunyai nilai persentase margin pemasaran yang rendah
dan mempunyai nilai persentase bagian yang diterima petani
(Farmer’s Share) tinggi. Suatu usaha secara normal dikatakan bisa
dilanjutkan apabila tidak mengalami kerugian atau usaha tersebut
mengalami impas. Bila bagian yang diterima petani <50% berarti
belum efisien, dan bila bagian yang diterima petani >50% maka
pemasaran dikatakan efisien (Sudiyono, 2002).
F = %100Pr
1 XMp
÷øö
çèæ -
43
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kabupaten Magetan
1. Keadaan Alam
a. Letak Geografis
Kabupaten Magetan merupakan kabupaten yang terletak di
ujung barat Provinsi Jawa Timur. Secara Astronomis, Kabupaten
Magetan terletak diantara 7° 38′ 30" lintang selatan dan 111° 20′ 30"
bujur timur. Kabupaten magetan merupakan kabupaten terkecil kedua
se Jawa Timur setelah Sidoharjo. Luas wilayahnya sebesar 68.884,74
Ha yang terdiri dari 18 kecamatan dengan 235 desa atau kelurahan.
Adapun batas-batas wilayah Kabupaten magetan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Ngawi, Kabupaten Madiun
Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Ponorogo
Sebelah Barat : Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kabupaten Madiun, Kabupaten Ponorogo
Kabupaten Magetan merupakan kabupaten yang berpotensi di
bidang pertanian dan pariwisata. Letak Kabupaten Magetan yang diapit
oleh kabupaten-kabupaten yang lain, memungkinkan hasil-hasil
pertanian dapat dipasarkan keluar terutama buah-buahan dan sayur-
sayuran, maka hal ini akan menguntungkan bagi petani dan pedagang
dalam hal ini adalah petani dan pedagang buah mangga Arumanis
untuk memasarkan hasil produksi mereka kepada konsumen luar kota
atau kabupaten.
b. Topografi
Kabupaten Magetan sebagian besar wilayahnya merupakan
daerah perbukitan dengan tingkat kemiringan tanahnya rata-rata 0 – 30
%. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan tinggi,
maka tidak terjadi genangan air. Kabupaten Magetan berada pada
ketinggian antara 60 sampai dengan 1.660 meter diatas permukaan air
laut. Hal ini yang menjadikan Kabupaten Magetan mampu
42
44
mencanangkan penanaman buah-buahan yang tersentra. Sebagai
contoh penanaman buah mangga Arumanis tersentra di Kecamatan
Parang.
c. Iklim
Kabupaten Magetan sebagian wilayahnya adalah perbukitan
yaitu dibawah lereng Gunung Lawu sebelah timur sehingga relatif
lebih dingin, suhu udara berkisar antara 16 – 20° C di daerah
pegunungan dan 22 – 26° C di dataran rendah. Curah hujan yang turun
mencapai 1.481 – 2.345 mm pertahun di dataran tinggi dan 876 –
1.551 mm pertahun di dataran rendah. Curah hujan mempengaruhi
produksi hasil pertanian, dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah
produksi buah mangga Arumanis, dimana curah hujan rendah produksi
melimpah sedangkan curah hujan yang tinggi produksi menurun.
d. Pemanfaatan Lahan
Jenis tanah mempunyai pengaruh terhadap kesuburan tanah
sehingga akan berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan
wilayah. Penggunaan lahan di Kabupaten Magetan bermacam-macam
sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dari kemampuan wilayah
tersebut. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan wilayah di
Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 6. Luas Lahan Menurut Pemanfaatannya di Kabupaten Magetan Tahun 2008
Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%) Sawah 28.355,98 41,16 Tegal 12.884,97 18,71 Bangunan/pekarangan 15.518,77 22,53 Hutan Negara 9.196,95 13,35 Hutan Rakyat 383,01 0,56 Lain-lain 2.545,06 3,70
∑ 68.884,74 100,00
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009
Lahan di Kabupaten Magetan sebagian besar dimanfaatkan
untuk sektor pertanian. Lebih dari sepertiganya dimanfaatkan untuk
sawah yaitu sebesar 41,16 % atau 28.355,98 ha. Urutan kedua adalah
45
bangunan dan pekarangan, yaitu sebesar 15.518,77 ha atau 22,53 %.
Lahan tegalan berada di urutan ketiga yaitu sebesar 12.884,97 ha atau
18,71 %. Kabupaten Magetan memiliki hutan negara seluas 13,35 %
atau 9.196,95 ha; yang ditanami mahoni, pinus, sono, keling dan jati.
Pemanfaatan lahan tersempit adalah hutan rakyat seluas 0,56 % atau
sebesar 383,01 ha yang ditanami tanaman serupa. Pemanfaatan lahan
untuk keperluan lainnya seluas 2.545,06 ha atau 3,70 % dari
keseluruhan luas wilayah Kabupaten Magetan. Dari data tersebut
dapat diketahui jika lahan yang berpotensi untuk pengembangan
tanaman buah mangga Arumanis adalah lahan sawah, pekarangan dan
tegal seluas 56.759,72 ha atau 82,40 % dari keseluruhan luas wilayah
Kabupaten Magetan. Jenis lahan ini sangat mendukung untuk
usahatani buah mangga Arumanis. Biasanya tanaman buah mangga
Arumanis ditanam di areal persawahan, pekarangan dan tegalan.
2. Keadaan Penduduk
a. Pertumbuhan Penduduk
Penduduk merupakan sasaran dan pelaku dari pembangunan.
Oleh karena itu salah satu keberhasilan pembangunan dipengaruhi
oleh keadaan penduduk suatu daerah. Pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Magetan mengalami peningkatan dari tahun 2003 – 2007.
Peningkatan jumlah penduduk dari lima tahun terakhir tidak begitu
signifikan. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang masuk atau
menetap dan menetap lebih banyak daripada penduduk yang mati atau
pindah keluar Kabupaten Magetan. Jumlah penduduk di Kabupaten
Magetan dari tahun 2003 hingga tahun 2007 dapat ditunjukkan pada
Tabel 7 di bawah ini :
46
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Magetan dari Tahun 2004 – 2008
No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) 1. 2004 687.773 - 2. 2005 689.445 2,4 3. 2006 691.185 2,5 4. 2007 692.248 1,5 5. 2008 693.274 1,5
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 7 diatas terlihat bahwa pada tahun 2004
jumlah penduduk Kabupaten Magetan sebanyak 687.773 jiwa. Tetapi
setiap tahun mengalami pertumbuhan rendah. Pada tahun 2004 sampai
tahun 2005 mengalami kenaikan sebesar 2,4 %. Tahun 2005 sampai
tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 2,5 %. Kemudian pada tahun
2006 sampai tahun 2007 naik sebesar 1,5 %. Sedangkan pada tahun
2007 sampai dengan tahun 2008 pertumbuhannya sebesar 1,5 %.
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Magetan dari tahun 2004 sampai
tahun 2008 rata-rata kenaikannya sebesar 1,6 %. Kenaikan jumlah
penduduk ini akan berpengaruh terhadap berbagai sektor terutama
sektor pertanian. Kabupaten Magetan yang sebagian penduduknya
bermata pencaharian sebagai petani merupakan daerah yang potensial
untuk usahatani dan pemasaran buah mangga Arumanis.
b. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
mempengaruhi besarnya tenaga kerja terutama disektor pertanian yang
dibutuhkan dalam usahatani, karena besarnya tenaga yang dihasilkan
antara laki-laki dan perempuan itu berbeda. Keadaan penduduk
menurut jenis kelamin di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Tabel
8 berikut :
47
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Magetan Tahun 2004-2008
Jumlah penduduk (jiwa) Tahun Laki-laki Perempuan Total
Sex ratio
2004 332.352 355.421 687.773 93,51 2005 333.172 356.273 689.445 93,52 2006 334.177 357.008 691.185 93,60 2007 334.722 357.526 692.248 93,62 2008 335.292 357.982 693.274 93,66
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan yang terkecil terjadi pada tahun 2004 yaitu
332.352 jiwa untuk penduduk laki-laki dan 355.421 jiwa untuk
penduduk perempuan. Sedangkan jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan yang terbesar terjadi pada tahun 2008 yaitu 335.292 jiwa
untuk penduduk laki-laki dan 357.982 jiwa untuk penduduk
perempuan. Dari tahun 2003 sampai 2008 jumlah penduduk
perempuan lebih banyak apabila dibandingkan dengan jumlah
penduduk laki-laki. Dari tahun ketahun rasio jumlah penduduk laki-
laki dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan terus
meningkat. Dilihat dari nilai sex ratio yang hampir selalu mendekati
100%, ini berarti kesempatan kerja antara penduduk laki-laki dan
perempuan relatif sama.
c. Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur
Keadaan penduduk berdasarkan kelompok umur dapat
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif
dan penduduk usia produktif. Data mengenai penduduk berdasarkan
kelompok umur di Kabupaten Magetan adalah sebagai berikut :
48
Tabel 9. Jumlah Penduduk Kabupaten Magetan Menurut Golongan Umur Tahun 2008
Jenis Kelamin Kelompok Umur (Tahun) Laki-laki Perempuan
Jumlah (Jiwa)
0 – 14 68.735 67.097 135.832 15 – 64 236.298 246.039 482.337
65 + 30.480 45.211 75.691 ∑ 335.513 358.347 693.860
ABT 42 46 44
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009
Pada Tabel 9 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk
menurut kelompok usia produktif yaitu usia 15 – 64 tahun lebih besar
daripada usia non produktif yang terdiri dari usia 0 – 14 tahun dan ≥
65 tahun. Banyaknya penduduk usia produktif ini mendukung untuk
dikembangkannya usahatani mangga Arumanis karena pada umumnya
usia produktif mempunyai tenaga untuk melakukan kegiatan usahatani
lebih baik daripada usia non produktif. Angka Beban Tanggungan
bernilai 44 yang berarti setiap 100 penduduk usia produktif harus
menanggung 44 penduduk non produktif.
d. Keadaaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Keberhasilan sektor pertanian suatu wilayah dapat dilihat dari
tingkat tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian. Besarnya
penyerapan tenaga kerja akan dapat meningkatkan pendapatan per
kapita penduduk, sehingga dapat menyejahteraan hidup penduduk pada
wilayah tersebut. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di
Kabupaten Magetan dapat dilihat pada Tabel 10. berikut ini:
49
Tabel 10. Jumlah Penduduk di Kabupaten Magetan Menurut Mata Pencaharian Utama Tahun 2004-2008 (orang)
Tahun No. Sektor Perekonomian 2004 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 253.244 260.218 264.071 278.251 275.060
2. Pertambangan & galian
34 40 42 44 44
3. Industri Pengolahan
34.825 34.688 35.746 35.831 35.420
4. Listrik, Gas dan Air Minum
534
547
532
527
522
5. Konstruksi 12.467 12.571 12.516 12.618 12.472
6. Perdagangan, Hotel
60.692 61.673 6.176 61.770 61.062
7. Angkutan & Komunikasi
6.532
5.491
5.561
6.506
6.432
8. Keuangan 1.643 1.653 1.689 1.758 1.738 9. Jasa 39.453 40.091 40.930 41.326 40.852
10. Lainnya 971 980 1.089 1.015 1.000 ∑ 410.39 408.94 368.35 439.65 434.60
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 10 di atas diketahui bahwa sebagian besar
penduduk di Kabupaten Magetan bekerja di sektor pertanian. Sektor
terbesar urutan kedua yang berperan dalam penyerapan tenaga kerja
adalah sektor perdagangan, kemudian disusul oleh sektor jasa pada
urutan ketiga, sektor industri urutan keempat dan urutan terakhir
adalah pada sektor pertambangan dan galian.
3. Keadaan Perekonomian dan Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan dari tahun ke tahun terus
berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi guna meningkatkan
kesejahteraan penduduk Kabupaten Magetan. Pertumbuhan ekonomi dapat
diukur melalui pertumbuhan Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB) yang merupakan tolak ukur kinerja perekonomian. Pertumbuhan
PDRB dari tahun ke tahun setelah adanya krisis ekonomi belum
menampakkan hasil yang maksimal. Hal ini nampak dari besarnya
pertumbuhan ekonomi masih rendah meskipun relative positif yaitu yang
ditunjukkan pada PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) tiap-tiap
sektor, sehingga usaha pemulihan perekonomian Kabupaten Magetan
perlu untuk ditingkatkan. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk
50
melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang PDRB atas dasar harga
konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke
tahun.
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah
seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit
ekonomi di suatu wilayah. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB)
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga pada setiap tahun. Besarnya PDRB atas harga berlaku tersaji pada
Tabel 11 dibawah ini :
Tabel 11. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Magetan Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Tahun 2004 - 2008
PDRB (%) No. Sektor Perekonomian 2006 2007 2008
1. Pertanian 32,83 32,30 31,48 2. Pertambangan & galian 0,70 0,64 0,61 3. Industri Pengolahan 8,11 8,21 8,33
4. Listrik, Gas dan Air Minum
1,11
1,15
1,09
5. Konstruksi 6,36 6,45 6,64 6. Perdagangan, Hotel 23,86 24,13 24,76 7. Angkutan & Komunikasi 2,57 2,50 2,40 8. Keuangan 3,76 3,76 3,73 9. Jasa 20,70 20,86 20,95
∑ 100 100 100
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa PDRB didominasi oleh
sektor pertanian dan perdagangan dan perhotelan. Dapat diketahui bahwa
sumbangan sektor pertanian untuk Kabupaten Magetan masih dominan,
sehingga jika sektor pertanian mengalami kenaikan secara signifikan maka
dimungkinkan besaran PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), tahun
2008 menyumbang 31,48 % yang berarti meningkat 0,18 % jika
dibandingkan tahun 2007. Untuk kontribusi PDRB, selain sektor pertanian
dan perdagangan yang memberikan kontribusi PDRB selain kedua sektor
51
tersebut yaitu sektor jasa, industri pengolahan, kontruksi, keuangan,
angkutan dan komunikasi, listrik, gas, dan air minum serta pertambangan
dan galian.
PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) menunjukkan nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun
tertentu sebagai dasar, di mana dalam penghitungan ini digunakan harga
tahun 2000. Besarnya PDRB atas harga konstan tersaji pada Tabel 12
dibawah ini :
Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Magetan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 2006 - 2008
PDRB (%) No. Sektor Perekonomian 2006 2007 2008
1. Pertanian 35,88 35,56 35,85 2. Pertambangan & galian 0,59 0,58 0,57 3. Industri Pengolahan 8,17 8,29 8,50 4. Listrik, Gas dan Air Minum 0,93 0,91 0,90 5. Konstruksi 6,02 5,90 5,87 6. Perdagangan, Hotel 23,74 24,14 24,92 7. Angkutan & Komunikasi 2,04 2,00 2,00 8. Keuangan 4,17 4,23 4,33 9. Jasa 18,46 18,40 18,56
∑ 100 100 100
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009
Besarnya nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat
digunakan untuk mengetahui struktur perekonomian suatu daerah.
Berdasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa kegiatan perekonomian di
Kabupaten Magetan ditopang oleh sembilan sektor perekonomian, antara
lain sektor pertanian; sektor pertambangan dan galian; sektor industri
pengolahan; sektor listrik, gas, dan air minum; sektor
bangunan/konstruksi; sektor perdagangan, hotel; sektor angkutan dan
komunikasi; sektor keuangan; serta sektor jasa-jasa. Laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Magetan dari Sembilan yang ada pada PDRB, 5
(lima) sektor menghasilkan pertumbuhan yang positif. Sektor yang
menghasilkan pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor perdagangan,
perhotelan 0,78 %. Sektor pertanian mampu memberikan sumbangan
52
0,29%, sektor industry pengolahan 21%, sektor jasa sebesar 16%, dan
sektor keuangan 10%.
4. Keadaan Pertanian
a. Sektor Pertanian
Sektor pertanian di Kabupaten Magetan ditunjang oleh lima
subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor
perkebunan, subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor
perikanan. Sektor pertanian menyumbang 32,48 % dari total PDRB
Kabupaten Magetan. Pada subsektor tanaman pangan komoditi yang
dihasilkan yaitu; padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah,
kedelai, dan kacang hijau. Disamping tanaman pangan dengan padi
sebagai bahan pangan pokok masyarakat, Kabupaten Magetan
memiliki tanaman unggulan lainnya yaitu tanaman buah Mangga
Arumanis dan Buah Jeruk Pamelo, serta buah-buahan lainnya. Hasil
sub sektor tanaman bahan pangan tersebar di 18 kecamatan yang
berada di Kabupaten Magetan. Jenis tanaman bahan pangan di
Kabupaten Magetan tersaji pada Tabel 13 berikut :
53
Tabel 13. Jenis-jenis Komoditi Tanaman Pangan di Kabupaten Magetan tahun 2008
No. Jenis Komoditi Produksi (Kw) A. Padi dan Palawija
1. Padi 2. Jagung 3. Ubi kayu 4. Ubi jalar 5. Kacang tanah 6. Kedalai 7. Kacang hijau
2.140.255
849.319 1.110.678
536.221 78.614 26.758 1.035
B. Sayur-Sayuran 1. Bawang putih 2. Bawang merah 3. Buncis 4. Kentang 5. Kubis 6. Sawi 7. Tomat 8. Wortel 9. Bayam 10. Cabe 11. Terong 12. Waluh 13. Bawang daun 14. Mentimun 15. Kangkung 16. Kacang Panjang 17. Melinjo
456
56.326 9.339
54.263 140.200
56.554 7.078
51.801 514
3.463 24.163 6.165
48.355 3.947 1.449 5.660
21.382 C. Buah-Buahan
1. Nangka 2. Sirsak 3. Alpokat 4. Blimbing 5. Semangka dan Melon 6. Jambu biji 7. Manggis 8. Pepaya 9. Sukun 10. Jeruk besar 11. Jeruk keprok 12. Durian 13. Mangga 14. Pisang 15. Rambutan
11.655
477 26.887
354 19.594
3.306,6 44,75
21.281 643
278.623 23.438 6.998
292.259 127.006
25.888
54
16. Sawo 17. Salak
1.119 257
Sumber : Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat diketahui bahwa komoditi
subsektor tanaman bahan pangan terbesar adalah komoditi padi dengan
jumlah produksi 2.140.255 kw, produksi yang terkecil adalah komoditi
kacang hijau yaitu sebesar 1.035 kw. Sedangkan untuk komoditi jenis
sayur-sayuran produksi terbesar yang dihasilkan adalah kubis yaitu
140.200 kw, dan produksi terendah adalah komoditi bawang putih
sebesar 456 kw. Kategori buah-buahan yang produksinya terbesar
adalah buah mangga Arumanis sebesar 292.259 kw, sedangkan
produksi buah terendah adalah buah manggis yaitu 44,75 kw.
b. Keadaan Usahatani Buah Mangga Arumanis
Sekitar tahun 1995 buah mangga Arumanis telah masuk dan
mulai ditanam di lahan ataupun pekarangan masyarakat. Hal ini
merupakan bentuk program penanaman pohon mangga Arumanis dari
Dinas Pertanian Kabupaten Magetan. Dimana penanamannya adalah
tersentra di Kecamatan Parang. Hingga saat ini Kecamatan Parang
menjadi sentra produksi buah mangga Arumanis dimana produk
unggulannya adalah buah mangga Arumanis yang mampu dipasarkan
keluar Kabupaten Magetan diantaranya Surabaya, Pasar Induk
Keramat Jati Jakarta Timur dan sekitarnya. Akhir tahun 2009 telah
diterapkan pengolahan buah mangga Arumanis yang masih dalam
kondisi mentah menjadi keripik mangga.
B. Keadaan Umum Kecamatan Parang
Kecamatan Parang merupakan kecamatan yang terletak di bagian
selatan Kabupaten Magetan dan berada pada ketinggian antar 275 sampai
dengan 1.000 meter diatas permukaan laut, berjarak ± 15 Km dari pusat
pemerintahan Kabupaten Magetan. Luas wilayah Kecamatan Parang adalah
7.254,47 Ha yang terdiri dari 1 kelurahan dan 12 desa dengan 106 RW, 294
55
RT dan 54 lingkungan atau dusun. Kecamatan Parang merupakan penghasil
produksi buah mangga Arumanis terbesar di Kabupaten Magetan. Batas
wilayah Kecamatan Parang adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Ngariboyo
Sebelah Timur : Kecamatan Lembeyan dan Kawedanan
Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo.
Sebelah Barat : Kecamatan Poncol, Propinsi Jawa Tengah,
Kabupaten Wonogiri.
1. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Parang
Kecamatan Parang merupakan kecamatan yang memiliki potensi
daerah untuk dikembangkannya usahatani mangga Arumanis. Adapun
penggunaan lahan di Kecamatan Parang dapat ditunjukkan pada Tabel 14
dibawah ini :
Tabel 14. Luas Penggunaan Lahan Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008
No. Penggunaan Lahan Luas (Ha) 1. Sawah pengairan teknis 1.221,00 3. Sawah pengairan irigasi sederhana 168,00 4. Sawah Tadah hujan 541,44 5. Tegal/ kebun 2.655,25 6. Hutan Negara 703,00 7. Pekarangan 1.713,83 8. Lainnya 251,95
∑ 7.254,47
Sumber : Kecamatan Parang Dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 14 diatas dapat diketahui bahwa penggunaan
lahan di Kecamatan Parang paling besar dipergunakan untuk sawah
pengairan teknis yaitu seluas 1.221,00 Ha. Sedangkan penggunaan lahan
kedua adalah untuk tegal/ kebun seluas 2.665,25 Ha dimana
penggunaannya adalah untuk tanaman jagung, kacang tanah, kedelai, dan
terutama buah mangga Arumanis. Kondisi lahan yang cenderung berbukit,
sedikit curah hujan dan kelembaban tanah yang sesuai cukup baik untuk
usahatani buah mangga Arumanis.
2. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan
56
Salah satu indikator kemajuan masyarakat suatu daerah dapat
dilihat dari tingkat pendidikannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang
ditempuh oleh penduduk suatu daerah, maka bisa dikatakan semakin maju
pula daerah tersebut, dimana potensi untuk mengembangkan daerah
tersebut juga besar. Tingkat pendidikan disuatu daerah dipengaruhi antara
lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial
ekonomi serta ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaaan
penduduk menurut pendidikan di Kabupaten Magetan dapat dilihat pada
Tabel 15 dibawah ini :
Tabel 15. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008
No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) % 1. Belum/Tidak sekolah 6.980 15,2 2. Tidak Tamat SD 9.419 20,5 3. Tamat SD 19.015 40,4 4. Tamat SMP 5.871 11,7 5. Tamat SMA 4.405 8,6 6. Tamat P.T. 351 6,6
∑ 45.951 100
Sumber : Kecamatan Parang Dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 15 tampak bahwa prosentase penduduk yang
belum/tidak sekolah adalah sebesar 15,2 %. Penduduk yang tidak tamat
tamat SD adalah sebesar 20,5 %. Penduduk yang tamat SD sebesar 40,4 %
dari total jumlah penduduk, dimana jumlah ini memiliki prosentase
terbesar. Prosentase penduduk di Kecamatan Parang yang hanya tamatan
SD yang besar ini disebabkan karena sebagian sedang menempuh
pendidikan tingkat SMP, dan masyarakat yang usia lanjut pada masa itu
belum terfasilitasi untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi serta
kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi sebagian
penduduk, hal ini disebabkan karena alasan ekonomi yang lemah, sehingga
tidak mampu mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Rendahnya
tingkat penduduk tersebut akan berdampak pada pola pikir penduduk yang
cenderung susah untuk menerima adanya perubahan kearah yang lebih
baik serta cenderung memiliki pandangan dan pengetahuan yang sempit.
57
Salah satu contohnya adalah kesadaran dan kemampuan untuk merawat
dan mengusahakan usahatani buah mangga Arumanis yang lebih baik,
dimana cara perawatan pohon yang kurang maksimal sehingga berdampak
pada produksi buah mangga Arumanis itu sendiri, hal ini ditunjukkan hasil
produksi buah berukuran kecil, tingkat serangan hama dan penyakit
meningkat.
3. Keadaan Jumlah Penduduk dan Mata Pencaharian Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan parang sampai dengan Bulan
Desember 2008 adalah sebanyak 46.041 jiwa, dimana terbagi atas
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22.379 jiwa,
perempuan sebanyak 23.662 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 13.371 KK. Adapun jumlah penduduk menurut jenis mata
pencaharian di Kecamatan Parang tersaji pada Tabel 16 dibawah ini :
Tabel 16. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008
No. Mata Pencaharian Jumlah (orang) 1 Petani 11.871 2 Buruh tani 3.359 3 Pengusaha industri 885 4 Buruh industri 488 5 Pengusaha bangunan 3 6 Buruh bangunan 829 7 Pedagang 1.808 8 Pengangkutan/transportasi 240 9 Pegawai Negeri Sipil 791
10 Pegawai swasta 129 11 TNI/POLRI 55 12 Pensiunan 298 13 Lain-lain 1.152
∑ 21.908
Sumber : Kecamatan Parang Dalam Angka 2009
Berdasarkan Tabel 16 diatas dapat diketahui bahwa jumlah
penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan Parang sebagian besar
bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 11.871 orang. Hal ini
disebabkan karena luas lahan pertanian dan kemampuan penduduk untuk
kepemilikan lahan pertanian cukup banyak. Sebagian besar lahan pertanian
58
penduduk dipergunakan untuk menanam padi dan palawija dan sebagian
lagi adalah untuk menanam pohon buah mangga Arumanis. Mata
pencaharian digunakan untuk mengetahui tingkat sosial ekonomi dan
karakteristik daerah dengan melihat mata pencaharian yang dipilih untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Keadaan ini menunjukkan bahwa untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya penduduk di Kecamatan Parang masih mengandalkan sektor
pertanian. Hal ini merupakan peluang untuk lebih mengembangkan sektor
pertanian termasuk tanaman hortikultura khususnya buah mangga
Arumanis, dimana jumlah penduduk pada sektor ini dan luas lahan
pertanian juga termasuk petani buah mangga Arumanis yang biasanya
ditanam di pematang sawah, lahan-lahan kurang subur bahkan sebagian
ada yang menggunakan lahan sawahnya khusus untuk buah mangga
Arumanis.
4. Keadaan Pertanian
Kecamatan Parang memiliki luas lahan pertanian yang cukup besar
yaitu 7.254,47 Ha, dimana penggunaannya adalah untuk tanaman padi dan
palawija; buah-buahan dan sayuran. Adapun produksi tanaman pangan
menurut jenis tanaman bahan pangan tersaji pada Tabel 17 berikut :
Tabel 17. Produksi Tanaman Pangan Menurut Jenis Tanaman Bahan Pangan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Tahun 2008
No. Jenis Tanaman Produksi (kw) A. Padi dan Palawija
1. Padi 2. Jagung 3. Ubi kayu 4. Kacang tanah 5. Kedelai
127.231
78.394 272.828
33.054 197
B. Sayur-sayuran 1. Kentang 2. Kubis 3. Bayam 4. Cabe rawit 5. Terong 6. Kangkung 7. Kacang Panjang
160
30 226
1.026 60
685 956
C. Buah-buahan 1. Nangka
1.525
59
2. Pepaya 3. Jeruk besar 4. Jeruk keprok 5. Sirsak 6. Mangga 7. Pisang 8. Rambutan 9. Salak 10. Sawo
3.252 3
800 89
170.016 17.436
250 240 625
Sumber : Dinas Kecamatan Parang, 2009
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa komoditi tanaman
bahan pangan kelompok jenis padi dan palawija terbesar adalah produksi
Ubi kayu sebesar 272.828 kw hal ini disebabkan karena lahan sawah lebih
sedikit dibandingkan dengan lahan tegalan. Kelompok sayur-sayuran
produksi terbesar adalah cabe rawit yaitu 1.026 kw, sedangkan kelompok
tanaman buah-buahan produksi terbesarnya adalah buah mangga Arumanis
sebesar 170.016 kw dan produksi terbesar kedua adalah buah pisang
sebesar 17.436 kw. Biasanya tanaman sayuran dan buah-buahan tersebut
ditanam di lahan tegalan atau pekarangan. Buah mangga Arumanis
merupakan salah satu komoditi buah unggulan di Kabupaten Magetan,
terutama di Kecamatan Parang yang sebagian besar penduduknya
mengusahakan buah mangga Arumanis. Kondisi wilayah, iklim, dan
topografi Kecamatan Parang sesuai untuk penanaman buah mangga
Arumanis.
Syarat tumbuh dan kemampuan produksi tanaman buah mangga
Arumanis baik di daerah kering. Kecamatan Parang memiliki curah hujan
terbesar 636 mm/th. Tanaman buah mangga secara vegetatif lebih baik
tumbuh pada wilayah yang memiliki curah hujan 1200-1500 mm/th
sedangkan kemampuan produksi generatif maksimal apabila curah
hujannnya < 750 mm/th. Suhu optimal yang dibutuhkan tanaman buah
mangga Arumanis antara 22-27 0C pada ketinggian tempat yang baik 1250
meter dpl. Perkebunan mangga yang baik pada ketinggian 600-700 meter
dpl, hal ini sesuai dengan daerah penelitian dimana Kecamatan Parang
60
berada pada ketinggian tempat 275-1000 meter dpl. Suhu berkisar antara
20-25 0C.
61
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Dalam penelitian pemasaran buah mangga Arumanis ini analisis data
yang dilakukan meliputi karakteristik usahatani buah mangga Arumanis,
identitas petani responden, identitas pedagang, saluran pemasaran yang ada,
lembaga pemasaran, analisis biaya, keuntungan, marjin pemasaran dan
efisiensi pemasaran dari buah mangga Arumanis.
1. Karakteristik Usahatani Buah Mangga Arumanis
Tanaman buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten
Magetan merupakan bentuk program pemerintah Kabupaten Magetan yang
menjadikan Kecamatan Parang menjadi sentra penanaman buah mangga
Arumanis, program ini mulai dijalankan pada tahun 1995. Tanaman buah
mangga Arumanis Pohon mangga berumur 2 (dua) tahun dapat
menghasilkan 5 kg buah, sedangkan pada umur 10 tahun, 100 kg buah.
Hasil panen dari pohon mangga Arumanis berumur 10 tahun sebesar 170
kg/pohon. Hasil panen maksimum didapatkan setelah pohon mangga
berumur lebih dari 10 tahun. Kemudian untuk 15 - 20 tahun kemudian,
masih produktif, walaupun ditemukan pohon mangga yang berumur lebih
dari 100 tahun yang masih produktif. Masa panen raya berkisar antara
bulan Juni hingga Desember. Produktivitas tanaman buah mangga
Arumanis tergantung pada kualitas bibit mangga yang ditanam, perawatan
yang dilakukan yang meliputi; pemupukan, pengairan, penyemprotan
bunga, pengendalian hama, bila dimungkinkan penjarangan buah, serta
pemangkasan (wiwil) pasca panen yaitu dengan cara memangkas ranting-
ranting tua.
2. Identitas Petani Responden
Identitas responden merupakan gambaran secara umum dan latar
belakang dalam menjalankan suatu kegiatan usahatani baik yang bersifat
subsisten maupun usahatani yang sudah komersil. Dalam menjalankan
usahatani dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya umur dari petani itu
59
62
sendiri, tingkat pendidikan, jumlah pemilikan pohon yang diusahakan,
jenis mangga yang diusahakan dan pengalaman berusahatani.
a. Umur Petani Responden
Usia produktif dan usia tidak produktif dapat mempengaruhi
kegiatan yang dilakukan petani. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, diperoleh data jumlah petani responden berdasarkan umur.
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan
No. Kelompok Umur Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 1. 35 – 39 2 6,67 2. 40 – 44 5 16,67 3. 45 – 49 5 16,67 4. 50 – 54 6 20 5. 55 – 59 4 13,33 6. 60 – 64 8 26,67
∑ 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa jumlah petani
responden yaitu 30 orang yang semuanya masih berusia produktif.
Pada responden usia produktif, 2 (dua) orang atau 6,67 % berada pada
kisaran umur 35-39 tahun, 5 (lima) orang atau 16,67 % berumur antara
40-44 tahun, 5 (lima) orang atau 16,67% berumur 45-49 tahun, 6
(enam) orang atau 20 % berumur 50-54 tahun, dan 4 (empat) orang
atau 13,33 % berumur 55-69 tahun, sedangkan kisaran umur 60-64
tahun lebih banyak yaitu 8 (delapan) orang.
Usia petani responden termasuk dalam kelompok usia yang
produktif. Dimana usia ini berpengaruh terhadap produktivitas kerja
petani. Dengan banyaknya petani dalam kelompok umur produktif di
suatu daerah memungkinkan daerah tersebut dapat berkembang. Hal
ini disebabkan petani pada umumnya lebih mudah menerima informasi
dan inovasi baru serta lebih cepat mengambil keputusan dalam
penerapan teknologi baru yang berhubungan dengan usahataninya.
Dengan kondisi usia tersebut juga diharapkan petani mampu membaca
63
pasar dan memanfaatkan peluang untuk meningkatkan penerimaan
usahataninya.
b. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi petani dalam
menjual mangga Arumanisnya. Semakin banyak jumlah anggota
keluarga menuntut petani untuk mendapatkan uang yang lebih cepat
guna memenuhi kebutuhannya. Anggota keluarga yang aktif dalam
usahatani mangga Arumanis tersebut hanya dua orang yaitu bapak dan
ibu sedangkan anggota keluarga yang lain hanya membantu seperlunya
saja. Berikut ini merupakan jumlah anggota kelurga dari petani
responden.
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
No. Anggota Keluarga Jumlah % 1. 2.
1 – 4 5 – 8
10 20
33,33 66,67
∑ 30 100
Sumber: Analisis data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 19 bahwa jumlah anggota keluarga petani
responden yang memiliki jumlah anggota terbanyak kisaran 5-8
sebanyak 20 orang atau 66,67 %. Hal ini berarti bahwa selain
responden, terdapat anggota keluarga lain yang dapat diajak untuk
bermusyawarah dalam pengambilan keputusan. Selain itu anggota
keluarga responden tersebut dapat diikutsertakan secara aktif dalam
usahatani mangga Arumanis dan pemasarannya.
c. Pendidikan Petani Responden
Pendidikan petani responden merupakan salah satu faktor
penting menerima dan menerapkan teknologi baru disamping
kemampuan dan ketrampilan petani itu sendiri. Di samping itu sangat
mempengaruhi pola pikir dan pengambilan keputusan dalam
pengolahan usahatani mangga dan pemasaran mangga yang dihasilkan.
64
Tabel 20. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Pendidikan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Petani (Orang) Persentase (%) 1. Tamat SD 22 73,33 2. Tamat SMP 2 6,67 3. Tamat SLTA 3 10 4. Sarjana 3 10
∑ 30 100
Sumber : Analisis data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa sebagian besar
petani responden adalah tamatan SD sebanyak 22 orang atau 73,33 %.
Petani responden yang tamat SMP ada 2 (dua) orang atau 6,67 %,
petani yang tamat SMA ada 3 (tiga) orang atau 10 % dan yang sarjana
ada 3 orang atau 10 %.
Pendidikan merupakan salah satu faktor untuk keberhasilan
penerapan teknologi baru pada suatu daerah yang berhubungan dengan
usahatani setempat. Tingkat pendidikan formal maupun non formal
sangat mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan mengenai
pelaksanaan usahatani. Di Kecamatan Parang dapat dikatakan
pendidikan masih rendah, ditandai dengan kesadaran untuk menuntut
ilmu sebagian besar hanya tamatan SD. Pendidikan yang dimiliki
diharapkan dapat menjadi modal bagi petani untuk memperhatikan
keadaan pasar, harga yang terjadi dan pemilihan pedagang yang mau
membeli buah mangga Arumanis dengan harga tinggi untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Tingkat pendidikan
yang rendah ini tentu saja berpengaruh terhadap bagaimana teknik
budidaya buah mangga Arumanis yang baik sehingga akan
berpengaruh terhadap produktivitas buah mangga Arumanis,
pemahaman petani responden mengenai bibit mangga yang ditanam,
perawatan yang dilakukan yang meliputi; pemupukan, pengairan,
penyemprotan bunga, pengendalian hama, bila mdimungkinkan
penjarangan buah, serta pemangkasan (pipil) pasca panen yang belum
sepenuhnya dilakukan oleh petani responden. Awal tahun 2008 telah
65
dibentuk kelompok-kelompok tani diharapkan petani dapat menyerap
informasi baru sehingga dapat diaplikasikan pada usahatani buah
mangganya. Akan tetapi sebagian besar petani pemilik tanaman
mangga Arumanis tidak begitu aktif dalam setiap penyuluhan yang
diadakan oleh ketua Gapoktan dan PPL setempat.
d. Jumlah Kepemilikan Tanaman Mangga
Jumlah kepemilikan tanaman mangga petani merupakan jumlah
mangga Arumanis. Jumlah kepemilikan tanaman juga akan
berpengaruh pada hasil produksi. Dari hasil wawancara dengan petani
maka pemilikan tanaman mangga Arumanis dapat dikelompokkan di
bawah ini :
Tabel 21. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Jumlah Pemilikan Tanaman Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan
No. Jumlah Pemilikan Mangga (Pohon)
Jumlah Petani
Persentase (%)
1. 18 – 27 5 16,67 2. 28 – 37 5 16,67 3. 38 – 47 5 16,67 4. 48 – 57 2 6,67 5. 58 – 67 5 16,67 6. 68 – 77 2 6,67 7. 78 – 87 3 10,00 8. 88 – 97 - - 9. ≥ 98 3 10,00
∑ 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa jumlah kepemilikan
tanaman mangga Arumanis kisaran 18-27, 28-37, 38-47, dan 58-67
pohon sebanyak 5 (lima) orang atau 16,67 %. Sedangkan petani
responden yang memiliki ≥ 98 pohon adalah 3 (tiga) orang. Jumlah
pemilikan pohon yang produktif atau menghasilkan menentukan
besarnya pendapatan petani, semakin banyak jumlah pohon mangga
Arumanis yang ditanam maka pendapatan yang diterima petani besar.
Dari hasil penelitian petani responden memperoleh tingkat pendapatan
yang lebih besar apabila jumlah luas pertanaman dan jumlah pohon
66
mangga Arumanis banyak. Jumlah pohon mangga Arumanis yang
ditanam tergantung dari luas lahan yang dimiliki petani mangga, rata-
rata luas lahan yang dimiliki petani yaitu 0,37 Ha.
e. Luas Lahan Usahatani Mangga Arumanis
Kepemilikan lahan petani akan berpengaruh pada produksi yang
dihasilkan. Lahan merupakan salah satu faktor produksi yang penting.
Jika jumlah produksi yang dihasilkan banyak maka akan berpengaruh
juga pada penerimaan dan pendapatan petani. Berikut ini merupakan
luas lahan usahatani mangga Arumanis dari petani responden.
Tabel 22. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Luas Lahan di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
No. Luas Tanam (Ha) Jumlah Petani (Orang) % 1. 2. 3.
≤ 0,5 0,51 ≤ 1
>1
26 4 0
86,6 13,3
0 ∑ 30 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2009
Luas lahan tanam akan berpengaruh pada hasil produksi.
Keberadaan lahan akan mempengaruhi besar kecilnya peneriaan
petani, semakin luas lahan tanamnya semakin banyak pohon mangga
Arumanis yang ditanam. Pada lokasi penelitian diketahui bahwa
sebagian besar petani responden atau 86,6 % memiliki luas lahan ≤ 0,5
Ha. Mayoritas petani buah mangga Arumanis didaerah penelitian
adalah petani kecil karena mempunyai luas lahan ≤ 0,5 ha. Sebagian
besar petani menanam pohon mangga di areal persawahan, tegalan,
dan pekarangan rumah.
f. Pengalaman Usahatani Mangga Arumanis
Keberhasilan usahatani mangga Arumanis tidak terlepas dari
pengalaman dalam berusahatani mangga Arumanis. Dari hasil
wawancara maka jumlah petani berdasarkan pengalamannya, dapat
dikelompokkan seperti tercantum pada Tabel 23 berikut :
67
Tabel 23. Jumlah dan Persentase Petani Responden Berdasarkan Pengalaman Usahatani Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
No. Pengalaman Usahatani (Tahun)
Jumlah Petani (Orang)
Persentase (%)
1. 5 – 11 23 76,67 2. 12 – 18 7 23,33
∑ 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa pengalaman petani
mangga Arumanis antara 5-11 tahun adalah 23 orang atau 76,67 % .
Lama pengalaman ini dipengaruhi oleh adanya program pemerintah
melalui Dinas Pertanian Kabupaten Magetan pada tahun 1995 yang
menjadikan Kecamatan Parang sebagai sentra penanaman buah
mangga Arumanis. Pengalaman tersebut menunjukkan lamanya waktu
petani/produsen dalam mengusahakan mangga serta keuletan dalam
budidaya dan pemasaran mangga. Semakin lama pengalaman tersebut
maka keberhasilan dalam usahatani mangga akan lebih mudah dalam
pengelolaan maupun dalam pemasarannya. Berdasarkan pengalaman
yang telah dimiliki oleh petani buah mangga Arumanis diharapkan
untuk kedepannya petani mampu lebih baik lagi dalam menjalankan
usahatani buah mangga Arumanisnya, sehingga mampu
mempertahankan serta meningkatkan produktivitas dan
pendapatannya.
3. Identitas Responden Lembaga Pemasaran
Pedagang/lembaga pemasaran yang terlibat pemasaran buah
mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan adalah
pedagang penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer, dan
pada akhir tahun 2009 ini sedang dikembangkan pengolahan manisan dari
buah mangga Arumanis yang dijalankan oleh kelompok petani. Dari
petani buah mangga Arumanis menjual ke pedagang/lembaga pemasaran.
Layaknya suatu pengalaman dan pola pikir yang cermat yang dalam hal
ini pengalaman, umur, dan pendidikan sangat mempengaruhi keberhasilan
68
dalam berdagang. Berdasarkan hasil penelitian pemasaran buah mangga
Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, lembaga pemasaran
yang terlibat dalam proses penyampaian buah mangga Arumanis dari
petani sampai ke konsumen terdapat beberapa lembaga pemasaran.
Berikut ini identitas responden lembaga perantara pemasaran buah
mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, tersaji pada
Tabel 24, 25, 26, 27, dan Tabel 28 berikut :
a. Pedagang Penebas
Pedagang penebas pada umumnya mendapatkan buah mangga
Arumanis langsung dari petani dengan cara sistem tebasan dan per
kilogram. Berikut ini identitas responden pedagang penebas buah
mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :
Tabel 24. Identitas Responden Pedagang Penebas Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Status Lembaga Pemasaran No. Uraian Pedagang Penebas (Orang) Persentase %
1. Umur (Tahun) a. 32 – 36 1 16,67 b. 37 – 40 0 0 c. 41 – 44 0 0 d. 45 – 48 1 16,67 e. 49 – 52 2 33,33 f. 53 – 56 2 33,33
∑ 6 100
2. Pendidikan a. Tidak Tamat SD 0 0 b. Tamatan SD 2 33,33 c. Tamatan SMP 3 50 d. Tamatan SMA 1 16,67 e. Diploma/Sarjana 0 0
∑ 6 100
3. Pengalaman Usaha (Tahun) a. ≤ 3 3 50 b. 4 – 10 3 50
c. 11 – 17 0 0
d. 18 – 24 0 0 e. 25 – 31 0 0
∑ 6 100
Sumber : Analisis data Primer, 2009
69
Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa umur responden
pedagang penebas buah mangga Arumanis tergolong dalam usia
produktif antara 32-56 tahun. Pada umur kisaran 32-36 tahun sebanyak
1 (satu) orang atau 16,67%, begitu juga kisaran umur 45-48 tahun.
Sedangkan untuk kisaran umur 49-52 tahun dan 53-56 tahun yang
masing-masing sebanyak 2 (dua) orang atau 33,33%. Pada usia ini
pedagang penebas masih mampu bekerja dengan baik, sehingga
pedagang yang usianya masih produktif.
Tingkat pendidikan responden pedagang penebas dalam
pemasaran buah mangga Arumanis adalah tamatan SD sebanyak 2
orang atau 33,33%, tamatan SMP sebanyak 3 orang (50%) dan tamat
SMA sebanyak 1 orang (16,57%). Tingkat pendidikan pada pedagang
penebas yang mayoritas tamatan SMP mempengaruhi strategi
penjualan ke Pedagang Pengumpul sehingga dalam menjalankan
kegiatan penjualan buah mangga Arumanis pedagang penebas tidak
melakukan Grading buah mangga Arumanis. Hal ini disebabkan
karena kurangnya pengalaman dan tidak mau mengelurakan biaya
sortir serta waktu.
Lama berusaha akan mempengaruhi pengalaman mereka dalam
memasarkan buah mangga Arumanis. Lama usaha pada pedagang
penebas sekitar 3–10 tahun. Semakin lama pengalaman berdagang
semakin mudah bagi mereka untuk mendapatkan produksi buah
mangga Arumanis hal ini disebabkan karena mereka sudah dikenal
oleh produsen/petani.
b. Pedagang Pengumpul
Pedagang Pengumpul pada umumnya mendapatkan buah
mangga Arumanis langsung dari petani dan pedagang penebas yang
mengantarkan ke tempat pedagang pengumpul, selain itu pedagang
pengumpul juga melakukan peran ganda yaitu melakukan pembelian
buah mangga Arumanis dengan cara tebasan dan per kilogram dari
70
petani. Berikut ini identitas responden Pedagang Pengumpul buah
mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :
Tabel 25. Identitas Responden Pedagang Pengumpul Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Status Lembaga Pemasaran No. Uraian Pedagang Pengumpul
(Orang) Persentase
% 1. Umur (Tahun) a. 41 – 43 1 25 b. 44 – 46 1 25 c. 47 – 49 1 25 d. 50 – 52 0 0 e. 53 – 55 0 0 f. 56 – 58 1 25
∑ 4 100
2. Pendidikan
a. Tidak Tamat SD 0 0
b. Tamatan SD 2 50
c. Tamatan SMP 1 25
d. Tamatan SMA 0 0
e. Diploma/Sarjana 1 25
∑ 4 100
3. Pengalaman Usaha (Tahun)
a. ≤ 3 0 0
b. 4 – 10 3 75
c. 11 – 17 1 25
d. 18 – 24 0 0
e. 25 – 31 0 0
∑ 4 100
Sumber : Analisis data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 25 dapat diketahui bahwa umur Pedagang
Pengumpul buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif
antara 41-58 tahun. Pada usia ini pedagang pengumpul masih mampu
bekerja dengan baik didukung dengan fisik yang kuat serta mental
dalam melaksanakan peran sebagai penyalur pemasaran buah mangga
Arumanis dari petani ke konsumen.
Tingkat pendidikan Pedagang Pengumpul adalah tamatan SD
sebanyak 2 (dua) orang atau 50%, tamatan SMP sebanyak 1 (satu)
71
orang atau 25%, dan tamatan S1 sebanyak 1 (satu) atau 25%.
Keseluruhan responden lembaga pemasaran sudah mengikuti
pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda. Tingkat
pendidikan akan mempengaruhi lembaga pemasaran dalam membaca
informasi pasar dan perubahan teknologi yang ada dengan proses
bertahap. Perbedaan tingkat pendidikan ini mempengaruhi perlakuan
buah mangga Arumanis pada saat sortasi.
Lama berusaha juga akan berpengaruh terhadap pengalaman
mereka dalam memasarkan buah mangga Arumanis. Lama usaha pada
responden pedagang pengumpul 4-10 tahun sebanyak 3 (tiga) orang
atau sebesar 75%, dan 11-17 tahun sebesar 1 (satu) atau sebesar 25%.
Pengalaman Pedagang Pengumpul ini mempengaruhi strategi
pemasaran dan perlakuan buah mangga Arumanis dari hasil pembelian
atau tebasan.
c. Pedagang Besar
Pedagang Besar mendapatkan buah mangga Arumanis dari
kiriman Pedagang Pengumpul dan volume pembeliannya besar
berkisar 8 (delapan) sampai 12 ton setiap sekali transaksi. Pedagang
Besar dalam penelitian ini berada di Pasar Induk Keramat Jati Jakarta
Timur. Berikut ini identitas responden Pedagang Besar buah mangga
Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :
72
Tabel 26. Identitas Responden Pedagang Besar Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Status Lembaga Pemasaran No. Uraian
Pedagang Besar (Orang) Persentase
% 1. Umur (Tahun) a. 45 – 46 1 50 b. 47 – 48 0 0 c. 49 – 50 0 0 d. 51 – 52 0 0 e. 53 – 54 1 50
∑ 2 100
2. Pendidikan
a. Tidak Tamat SD 0 0
b. Tamatan SD 0 0
c. Tamatan SMP 0 0
d. Tamatan SMA 1 50
e. Diploma/Sarjana 1 50
∑ 2 100
3. Pengalaman Usaha (Tahun)
a. ≤ 3 0 0
b. 4 – 10 0 0
c. 11 – 17 1 50
d. 18 – 24 1 50
e. 25 – 31 0 0
∑ 2 100
Sumber : Analisis data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa umur Pedagang
Besar buah mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara
45-54 tahun. Tingkat pendidikan pedagang besar adalah tamat SMA
sebanyak 1 (satu) orang (50%) dan tamat Diploma/Sarjana sebanyak 1
(satu) orang (50%). Keseluruhan responden lembaga pemasaran sudah
mengikuti pendidikan formal dengan tingkat pendidikan yang berbeda.
Lama usaha berdagang pada responden Pedagang Besar buah mangga
Arumanis yaitu berkisar antara 11-17 tahun sebanyak 1 (satu) orang
(50%) dan 18-24 tahun sebanyak 1 (satu) orang (50%). Hal inilah yang
mempengaruhi strategi pemasaran buah mangga Arumanis, dimana
Pedagang Besar mampu membaca kondisi pasar dan persaingan harga.
73
d. Agen
Agen mendapatkan buah mangga Arumanis dari Pedagang
Besar dengan sistem pembayaran buka tutup. Agen dalam penelitian
ini berada di Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur. Berikut ini
identitas responden Agen buah mangga Arumanis di Kecamatan
Parang Kabupaten Magetan :
Tabel 27. Identitas Responden Agen Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Status Lembaga Pemasaran No. Uraian
Agen (Orang) Persentase
% 1. Umur (Tahun) a. 39 – 42 2 22,22 b. 43 – 46 2 22,.22 c. 47 – 50 4 44,44 d. ≥ 51 1 11,11
∑ 9 100
2. Pendidikan
a. Tidak Tamat SD 0 0
b. Tamatan SD 0 0
c. Tamatan SMP 1 11,11
d. Tamatan SMA 8 88,89
e. Diploma/Sarjana 0 0
∑ 9 100
3. Pengalaman Usaha (Tahun)
a. ≤ 3 1 11,11
b. 4 – 10 5 55,56
c. 11 – 17 3 33,33
d. 18 – 24 0 0
e. 25 – 31 0 0
∑ 9 100
Sumber : Analisis data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 27 dapat diketahui bahwa umur Agen buah
mangga Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 39 - ≥51
tahun. Umur Agen buah mangga Arumanis paling banyak pada kisaran
umur 47-50 tahun yaitu 4 (empat) orang atau 44,44%. Tingkat
pendidikan Agen adalah tamatan SMP sebanyak 1 (satu) orang atau
11,11% dan tamatan SMA sebanyak 8 (delapan) orang atau sebesar
74
88,89%. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi strategi pemasaran dan
mengakses informasi serta kondisi pasar. Keseluruhan responden
lembaga pemasaran sudah mengikuti pendidikan formal dengan tingkat
pendidikan yang berbeda. Lama usaha berdagang pada responden
Agen buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten
Magetan yaitu ≤ 3 tahun sebanyak 1 satu orang atau 11,11%, antara 4-
5 tahun sebanyak 5 (lima) orang (55,56%), dan antara 11-17 tahun
sebanyak 3 orang (33,33%). Tingkat pengalaman ini mempengaruhi
strategi pemasaran yang digunakan.
e. Pedagang pengecer
Pedagang pengecer mendapatkan buah mangga Arumanis dari
Agen. Pedagang pengecer dalam penelitian ini berada di daerah Jakarta
dan sekitarnya. Berikut ini identitas responden pedagang pengecer
buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :
75
Tabel 28. Identitas Responden Pedagang Pengecer Buah Mangga Arumanis Di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Status Lembaga Pemasaran No. Uraian
Pedagang Pengecer (Orang) Persentase
% 1. Umur (Tahun) a. 22 – 27 0 0 b. 28 – 33 0 0 c. 34 – 39 6 15,79 d. 40 – 45 16 42,11 e. 46 – 51 9 23,68 f. 52 – 57 7 18,42
∑ 38 100
2. Pendidikan a. Tidak Tamat SD 0 0 b. Tamatan SD 2 5,26 c. Tamatan SMP 9 23,68 d. Tamatan SMA 19 50 e. Diploma/Sarjana 8 21,05
∑ 38 100
3.
Pengalaman Usaha (Tahun)
a. ≤ 3 0 0
b. 4 – 10 36 94,74
c. 11 – 17 2 5,26
d. 18 – 24 0 0
e. 25 – 31 0 0
∑ 38 100
Sumber : Analisis data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui pedagang pengecer
berjumlah banyak yaitu 38 responden, hal ini dikarenakan jumlah
kegiatan pemasaran buah mangga Arumanis melibatkan banyak
pedagang pengecer, baik pedagang pengecer didalam Kabupaten
Magetan maupun pedagang pengecer diluar Kabupaten Magetan yaitu
daerah Jakarta dan sekitarnya. Umur pedagang pengecer buah mangga
Arumanis tergolong dalam usia produktif antara 22-57 tahun. Sebagian
besar pedagang pengecer berumur antara 40-45 tahun yaitu sebanyak
16 orang atau 42,11%. Tingkat pendidikan pedagang besar adalah
tamatan SD sebanyak 2 (dua) orang atau 5,26%, tamatan SMP
76
sebanyak 9 (Sembilan) orang ataun 23,68%, tamatan SMA sebanyak
19 orang (50%), sedangkan tamatan Diploma/Sarjana sebanyak 8
(delapan) orang atau 21,05%. Keseluruhan responden lembaga
pemasaran sudah mengikuti pendidikan formal dengan tingkat
pendidikan yang berbeda. Lama usaha berdagang pada responden
pedagang pengecer buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang
Kabupaten Magetan yaitu berkisar antara 4-10 tahun sebanyak 36
orang (94,74%) dan 11-17 tahun sebanyak 2 (dua) orang atau 5,26%.
Tingkat pendidikan dan pengalaman berdagang ini mempengaruhi
bagaimana cara memasarkan buah mangga Arumanis dan mampu
mengikuti kondisi pasar.
f. Konsumen Buah Mangga Arumanis
Konsumen buah mangga Arumanis adalah orang-orang yang
membeli buah mangga Arumanis untuk dikonsumsi sendiri. Konsumen
buah mangga Arumanis diperoleh menggunakan pendekatan (proxy) dari
pedagang pengecer (konsumen luar Kabupaten Magetan). Berdasarkan
hasil penelitian konsumen buah mangga Arumanis dikonsumsi dalam
skala rumah tangga. Biasanya volume pembeliannya dalam jumlah kecil
berkisar antara 2-10 kg. Konsumen akhir buah mangga Arumanis pada
saluran I dan II adalah konsumen dalam Kabupaten Magetan dan
sekitarnya yaitu Ngawi, Madiun, dan Ponorogo. Sedangkan konsumen
pada saluran III dan IV adalah konsumen luar Kabupaten Magetan yaitu
konsumen di daerah Jakarta dan sekitarnya.
g. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis di
Kecamatan parang Kabupaten Magetan
Dalam rangka proses penyampaian hasil produksi dari petani
sebagai produsen sampai ke konsumen. Lembaga pemasaran memiliki arti
penting dalam proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen.
Hubungan antara produsen dan pedagang sama-sama menguntungkan
kedua belah pihak, produsen memerlukan jasa pedagang untuk
memasarkan barang produksinya dan pedagang memerlukan produsen
77
sebagai penyedia barang dagangan. Selain itu konsumen juga memerlukan
produsen dan pedagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari
produsen sampai kepada konsumen akhir. Serta mempunyai hubungan
dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas lembaga pemasaran
adalah menjalankan fungsi pemasaran serta memenuhi kebutuhan
konsumen (Sudiyono, 2002). Berdasarkan hasil penelitian maka tugas dan
fungsi lembaga pemasaran buah mangga Arumanis yang ada di Kecamatan
Parang Kabupaten Magetan tersaji pada Tabel 29 berikut :
Tabel 29. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis Yang Ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan
No. Lembaga Pemasaran Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran 1. Pedagang Penebas - Melakukan fungsi pembelian dengan sistem tebasan
dan penjualan - Melakukan fungsi pengangkutan - Melakukan fungsi pelancar yaitu penanggungan resiko
rusak 2. Pedagang Pengumpul - Melakukan fungsi pembelian dengan sistem tebasan
maupun per kilogram dan penjualan - Melakukan fungsi pengepakan, pemeraman,
pengangkutan dan penyimpanan sementara - Melakukan Grading pada buah mangga Arumanis - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi
penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (konsumen dan pedagang besar)
3. Pedagang Besar - Melakukan fungsi pembelian dan penjualan - Melakukan fungsi penyimpanan sementara - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi
penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (Agen)
4. Agen - Melakukan fungsi pembelian, penjulan, dan penyimpanan sementara
- Melakukan fungsi pelancar yang meliputi penanggungan resiko rusak dan penyampaian informasi kepada pihak yang membutuhkan (pedagang pengecer)
5. Pedagang Pengecer - Melakukan fungsi pembelian dan penjualan - Melakukan fungsi pengangkutan dan penyimpanan
sementara - Melakukan fungsi pelancar yang meliputi
penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan (konsumen)
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
78
Berdasarkan hasil penelitian pemasaran mangga Arumanis di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan lembaga pemasaran yang terlibat
untuk memperlancar penyampaian mangga Arumanis dari petani sampai
ke konsumen terdapat beberapa lembaga pemasaran yaitu:
1. Pedagang Penebas
Pedagang penebas adalah pedagang atau orang yang melakukan
pembelian mangga Arumanis yang mendatangi langsung petani dan
membeli semuanya dengan menebas buah mangga Arumanis yang
masih berbunga di pohon atau buah mangga Arumanis yang sudah siap
dipanen. Penebas ini biasanya berasal dari desa setempat. Dalam
melakukan kegiatan pemasaran yaitu hanya pemanenan dan
pengangkutan, serta penjualan. Penebas setelah melakukan pemanenan
biasanya menjual langsung ke padagang pengumpul langganan tiap
tahunnya, yang bertujuan untuk mengurangi resiko. Resiko yang
ditanggung oleh penebas yaitu penyusutan berat mangga dan
kehilangan. Penebas melakukan pengangkutan menggunakan alat
angkut sepeda motor apabila jarak yang di tempuh dekat dari tempat
pemanenan dan untuk jarak yang cukup jauh dari tempat pemanenan
menggunakan Pick up dengan yang disesuaikan dengan volume
pemanenan.
2. Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul di Kecamatan Parang yaitu pedagang yang
membeli mangga dari penebas mangga dan petani serta
mengumpulkannya kemudian dijual ke pedagang besar dan pengecer.
Pedagang pengumpul biasanya pedagang yang memiliki modal kecil
dan pada umumnya berjualan dekat dengan tempat tinggalnya.
Pedagang pengumpul dalam pembelian mangga biasanya didatangi
oleh penebas dan petani selain sebagai pengumpul. pedagang
pengumpul pada umumnya juga melakukan kegiatan tebasan yaitu
menebas langsung dari petani kemudian menjualnya ke pedagang
besar, sedangkan untuk menjual ke pengecer biasanya pedagang
79
pengecer yang mendatangi pedagang pengumpul. Pedagang
pengumpul ini juga melakukan pembelian, sortasi, pengGradingan,
pengepakan, pemeraman dan pengangkutan. Pedagang Pengumpul
melakukan pengiriman buah mangga Arumanis keluar Kabupaten
Magetan yaitu daerah Jawa Barat (Pasar Induk Keramat Jati Jakarta
Timur) untuk saluran pemasaran III dan IV. Pedagang Pengumpul
yang menjual ke luar kota biasanya pedagang diberi modal terlebih
dahulu dari pedagang besar.
3. Pedagang Besar
Pedagang besar yaitu pedagang yang membeli mangga
Arumanis dalam volume yang relatif banyak dan memiliki modal yang
cukup besar. Biasanya pedagang besar membeli mangga Arumanis dari
pedagang pengumpul secara aktif. Maksudnya pedagang besar yang
memberi informasi bahwa mangga Arumanis dari Pedagang
Pengumpul telah terjual semua dan memesan kembali untuk
melakukan pengiriman ke pedagang besar. Pedagang besar ini
berdomisili di luar Kabupaten Magetan yaitu Jakarta. Volume
pembelian pedagang besar dalam jual beli transaksi rata-rata
sebanyak 8000-12000 kg untuk tiap kali pengiriman dan tergantung
dengan transaksi yang terjadi. Pedagang besar juga melakukan fungsi
pemasaran yaitu pembelian, bongkar muat, resiko, dan retribusi.
Setelah itu pedagang besar melakukan penjualan ke Agen. Pedagang
besar memberikan nota tertulis mangga yang dibawa oleh Agen.
4. Agen
Agen membeli buah mangga Arumanis dari Pedagang Besar
dalam kondisi per peti/kotak. Sistem pembayaran Agen ini adalah buka
tutup, maksudnya Agen melihat dahulu isi dari peti/kotak buah
mangga Arumanis, apabila terjadi kecocokan barang dan harga
kemudian Agen membawa buah mangga Arumanis dengan membayar
kemudian setelah buah mangga Arumanis tersebut terjual semua ke
80
pedagang pengecer. Agen juga melakukan fungsi pemasaran yaitu
pembelian, resiko, buka tutup, dan sewa tempat dan retribusi.
5. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer ini membeli mangga dari Agen yang sudah
masak dalam kotak jadi tidak memerlukan pemeraman. Pedagang
pengecer ini biasanya mengambil keuntungan anatar 200-1000 per
kilogram buah mangga Arumanis. Pedagang pengecer juga melakukan
fungsi pemasaran seperti penimbangan, resiko, retribusi, dan
pengangkutan.
h. Saluran Pemasaran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat
diuraikan mengenai pola saluran pemasaran mangga Arumanis di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Pengumpulan data untuk
mengetahui berbagai hasil pemasaran mangga Arumanis yang digunakan.
diperoleh dengan cara penelusuran jalur pemasaran mangga Arumanis
mulai dari petani sampai pada pedagang pengecer.
81
Berikut ini merupakan tipe saluran pemasaran buah mangga
Arumanis yang ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan :
Gambar 2. Bagan Saluran I Pemasaran buah mangga Arumanis di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Gambar 3. Bagan Saluran II Pemasaran buah mangga Arumanis di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Gambar 4. Bagan Saluran III Pemasaran buah mangga Arumanis di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Gambar 5. Bagan Saluran IV Pemasaran buah mangga Arumanis di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan.
Jika digambarkan dalam satu kesatuan, saluran pemasaran yang
digunakan produsen buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang
Kabupaten Magetan tersaji seperti di bawah ini :
82
Gambar 6. Saluran Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Untuk Saluran I dan II.
Gambar 7. Saluran Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Untuk Saluran III dan IV.
I I
I
I
II
II
II
III III
III
III
III
III
IV
IV
IV
IV
IV
83
Berdasarkan bagan saluran pemasaran mangga Arumanis di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan, melalui bebarapa saluran yaitu :
a. Saluran Pemasaran I
Pada saluran pemasaran I ini, petani menjual dengan cara
menebaskan ke pedagang penebas. Kegiatan penjualan dengan cara
pedagang penebas mendatangi petani. Biaya panen, pemetikan, dan
pengangkutan ditanggung oleh pedagang penebas. Kemudian dari
pedagang penebas, mangga dijual ke pedagang pengumpul. Pedagang
pengumpul menjualnya ke pedagang pengecer, kemudian pedagang
pengecer menjual ke konsumen di pasar kabupaten. Pasar Baru
Kabupaten Magetan. Pada saluran I pemasaran komoditi mangga
Arumanis bertujuan untuk memenuhi permintaan dalam kota.
b. Saluran Pemasaran II
Pada saluran pemasaran II ini, petani menjual buah mangga
Arumanis ke Pedagang Pengumpul dengan cara mengantarkan buah
mangga Arumanis. Kemudian dari penebas dan pengumpul, mangga
Arumanis dijual ke pedagang pengecer yang ada di tingkat Kecamatan
Parang maupun Kabupaten Magetan. Pedagang pengumpul sebelum
menjual buah mangga Arumanis ke pedagang pengecer terlebih dahulu
melakukan kegiatan penyortiran sesuai tingkat warna kulit buah kulit
buah yang bercak-bercak karena serangan hama dan penyakit dan
besar kecilnya ukuran buah, untuk harga jual buah mangga Arumanis
saluran I maupun saluran II disesuaikan dengan ukuran dan kondisi
buah yang dijual. Semakin halus warna kulit buah dan semakin besar
ukuran buah maka harga jualnyapun lebih tinggi. Kemudian dari
pedagang pengecer, mangga Arumanis dijual ke konsumen ditingkat
Kecamatan Parang, dan dalam Kabupaten Magetan.
c. Saluran Pemasaran III
Pada saluran pemasaran III, petani menjual ke pedagang
penebas dengan sistem tebasan, maksudnya pedagang penebas
membeli buah masih berada dipohon berdasarkan jumlah pohon
84
maupun berdasarkan volume buah mangga yang masih berada
dipohon. Biaya pemetikan dan pengangkutan merupakan tanggungan
pedagang penebas. Dari pedagang penebas mangga kemudian dijual
ke Pedagang Pengumpul. Setelah berada di Pedagang Pengumpul,
dilakukan sortasi sesuai dengan ukuran buah (Grading), pengepakan,
pemeraman, dan pengangkutan. Setelah buah setengah masak dalam
peti/kotak kegiatan selanjutnya adalah mengirim ke Pedagang Besar
luar Kabupaten Magetan. Buah mangga Arumanis yang berada di
Pedagang Besar kemudian dijual ke Agen dengan sisitem pembayaran
buka tutup yaitu membayar setelah buah mangga di Agen terjual. Dari
Agen kemudian dijual kembali ke pedagang pengecer, biasanya
pedagang pengecer ini berdomisili di Bekasi, Karawang, dan
sekitarnya, kemudian pedagang pengecer menjual buah mangga
Arumanis tersebut ke konsumen.
d. Saluran Pemasaran IV
Pada saluran pemasaran IV, petani menjual ke Pedagang
Pengumpul dimana petani mendatangi pedagang. Petani harus
menaggung biaya pemetikan dan pengangkutan. Dari pedagang
pengumpul melakukan sortasi sesuai dengan ukuran buah (grade),
pengepakan, pemeraman, dan pengangkutan, Pemasaran yang
dilakukan adalah mengirim buah ke Pedagang Besar yang berada
diluar Kabupaten Magetan, Daerah tujuan pemasaran yaitu Pasar Induk
Keramat Jati Jakarta Timur. Pemasaran luar kota dengan volume yang
cukup besar yaitu kurang lebih 8 (delapan) ton mangga/pengiriman.
Dengan alasan untuk mendapatkan keuntungan yang besar,
mengurangi biaya pengiriman, dan untuk memenuhi permintaan
konsumen luar kota. Setelah buah mangga Arumanis berada di
Pedagang Besar kemudian di jual ke Agen, dari Agen dijual kembali
ke pedagang pengecer, konsumen bisa membeli buah mangga ditingkat
pedagang pengecer.
85
Adapun jumlah petani berdasarkan saluran pemasaran buah
mangga Arumanis yang digunakan dalam mendistribusikan mangga
Arumanis dapat dilihat pada Tabel 25 dibawah ini :
Tabel 30. Jenis Saluran Pemasaran dan Jumlah Petani Responden di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan
No. Saluran Pemasaran Jumlah Petani % 1. Saluran I 3 10 2. Saluran II 7 23,33 3. Saluran III 6 20 4. Saluran IV 14 46,67
∑ 30 100
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 30 diketahui bahwa saluran pemasaran IV
merupakan saluran yang paling banyak digunakan oleh petani yaitu
sebesar 14 petani responden atau 46,72 % dari 30 petani. Hal ini
disebabkan petani lebih memilih menjual buah mangga Arumanis
langsung ke Pedagang Pengumpul karena setiap tahunnya Pedagang
Pengumpul ini sudah berlangganan, selain itu pedagang yang aktif
mendatangi tegalan atau pekarangan untuk membeli buah mangga
Arumanis. Sehingga petani tidak menanggung resiko selama belum
dipanen dan petani lebih memilih mengalokasikan waktunya untuk
kegiatan menambah penghasilan lainya, serta tidak mengeluarkan biaya
yang lebih besar. Hal ini dikarenakan biaya pemanenan dan pengangkutan
di tanggung Pedagang Pengumpul, maka petani mangga tidak khawatir
hasil produknya tidak terjual.
Saluran pemasaran I merupakan saluran yang lebih sedikit
digunakan oleh petani dibandingkan saluran pemasaran II, yaitu sebesar
10 %. Saluran pemasaran I ini lebih sedikit digunakan oleh petani karena
petani cenderung lebih memilih untuk menjual sendiri ke pedagang
pengumpul, dan sebagian besar petani sudah berlangganan dengan
Pedagang Pengumpul.
Saluran pemasaran II terbesar ke 2 (dua) setelah saluran IV yaitu
sebesar 23,33%. Saluran pemasaran ini hanya dilakukan sebagian petani
86
saja. Hal ini dikarenakan petani merasa enggan untuk menjual buah
mangganya ke pedagang pengumpul karena harus mengelurakan biaya
pengangkutan.
Sedangkan saluran III yaitu sebesar 20 %. Saluran pemasaran ini
menunjukkan bahwa petani petani memilih menjual buah mangga
Arumanisnya kepada pedagang penebas. Hal ini dilakukan karena petani
tidak mau mengelurakan biaya lagi. Sehingga yang menanggung biaya
pemetikan dan pengangkutan adalah pedagang penebas.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis pertama
bahwa diduga terdapat beberapa saluran pemasaran buah mangga
Arumanis dapat diterima. Pada saluran pemasaran buah mangga Arumanis
di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan terdapat 4 (empat) pola saluran
pemasaran.
i. Biaya, Marjin dan Keuntungan Pemasaran
Proses mengalirnya barang dari produsen ke konsumen
memerlukan suatu biaya, dengan adanya biaya pemasaran maka suatu
produk akan meningkat harganya. Semakin panjang rantai pemasaran
maka biaya yang dikeluarkan dalam pemasaran akan semakin meningkat.
Adapun besarnya biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga
Arumanis pada saluran I, II, III, dan IV yang digunakan oleh produsen
buah mangga Arumanis tersaji pada Tabel 31, 32, 33, dan 34 berikut :
87
Tabel 31. Rata-Rata Biaya, Keuntungan Dan Margin Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Pada Saluran Pemasaran I
No. Uraian Rp/Kg %
Petani
a. Harga di Tingkat Petani 1266,67 42,22
b. Biaya Pemasaran
1) Biaya Panen 0 0
2) Biaya Pengangkutan 0 0
Jumlah Biaya 0 0
1.
c. Harga yang di terima petani 1266,67 42,22
Penebas
a. Harga Beli 1266,67 42,22
b. Biaya Pemasaran
1) Biaya Pemetikan 42,88 1,43
2) Biaya Pengangkutan 41,29 1,38
Jumlah Biaya 84,16 2,81
c. Keuntungan 115,84 3,86
d. Marjin Pemasaran 200 6,67
2.
e. Harga Jual 1466,67 48,89
Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli 1466,67 48,89
b. Biaya Pemasaran
1) Sortasi 10 0,33
2) Pengepakan 200 6,67
3) Pengangkutan 71,46 2,38
4) Parkir 2,49 0,08
3.
5) Retribusi 6,22 0,21
6) Resiko 124,4 4,15
Jumlah Biaya 414,57 13,82
c. Keuntungan 452,1 15,07
d. Margin Pemasaran 866,67 28,89
e. Harga Jual 2333,33 77,78
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
88
Lanjutan Tabel 31… Pedagang Pengecer
a. Harga Beli 2333,33 77,78
b. Biaya Pemasaran
1) Pengangkutan 208,1 6,94
4.
2) Parkir 8,32 0,27
3) Retribusi 8,32 0,27
4) Resiko 104,05 3,47
5) Pengemasan 41,62 1,39
Jumlah Biaya 370,41 12,35
c. Keuntungan 296,27 9,88
d. Margin Pemasaran 666,67 22,22
e. Harga Jual 3000 100
5. Harga Beli Konsumen 3000 100
a. Total Biaya Pemasaran 803,14 26,77
b. Total Keuntungan 864,21 28,81
c. Total Margin Pemasaran 1733,34 57,78
6. d. Farmer's Share 42,22
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 31 menunjukkan bahwa saluran pemasaran I
pada komoditi buah mangga Arumanis, lembaga yang terkait pedagang
penebas, pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Petani pada
saluran ini tidak mengeluarkan biaya panen ataupun biaya pengangkutan
dalam kegiatan pemasaran, hal ini disebabkan karena petani menjual buah
mangga Arumanis ke pedagang penebas, sehingga baya panen dan biaya
pengangkutan ditanggung oleh pedagang penebas. Harga yang diterima
sebesar Rp 1266,67 per kg karena kondisi buah mangga masih berada di
pohon dan tidak melakukan Grading.
Pedagang penebas pada saluran I mengeluarkan biaya pemetikan
(panen), dan pengangkutan. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk
pemetikan adalah Rp 42,88 per kg, dan biaya pengangkutan sebesar Rp
41,29 per kg. Kegiatan penjualan pedagang penebas belum dalam bentuk
Grading, hal ini disebabkan karena pedagang penebas tidak paham ukuran
dan kriteria Grading dan menjual ke pedagang pengumpul di tingkat
Kecamatan. Keuntungan yang diperoleh pedagang penebas sebesar Rp
89
115,84 per kg. Margin pemasaran yang dikeluarkan adalah Rp 200 per kg.
Harga jual buah mangga Arumanis ditingkat pedagang penebas sebesar Rp
1466,67 per kg.
Saluran pemasaran I pedagang pengumpul mengeluarkan biaya
yaitu biaya, sortasi, pemeraman/pengepakan, Bongkar muat,
pengangkutan, parkir, dan resiko. Biaya paling tinggi adalah biaya
pemeraman/pengepakan, yaitu sebesar Rp 200 per kg. Hal ini disebabkan
pedagang pengumpul melakukan pengepakan dan pemeraman dalam
bentuk peti/kotak selama kurang lebih 3 (tiga) hari sambil menunggu
pemasakan buah. Pedagang pengumpul dalam kegiatan penjualannya
melakukan sortasi dengan tujuan memisahkan buah mangga Arumanis
antara yang baik dengan yang busuk atau rusak. Biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan sortasi adalah Rp 10 per kg. Resiko yang ditanggung
pedagang pengumpul adalah kemungkinan adanya buah mangga yang
busuk atau rusak dari pembelian. Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk
biaya pemasaran ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 414,1 per kg.
Pedagang pengumpul mendapatkan keuntungan rata-rata Rp 452,1 per kg
dari kegiatan penjualannya. Margin pemasaran sebesar Rp 886,67 per kg
dan harga jual mangga ke pedagang pengecer adalah Rp 2333,33 per kg.
Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengecer
adalah biaya pengangkutan yaitu sebesar Rp 208,1 per kg. Resiko yang
ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu busuk, tidak laku di pasar, dan
persaingan serta permintaan penawaran pasar. Semakin lama buah mangga
Arumanis tersebut dipasarkan maka semakin besar biaya resiko yang
dikeluarkan, resiko yang ditanggung pedagang pengecer sebesar Rp
104,05 per kg. Biaya retribusi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
pedagang pengecer untuk membayar keamanan dan kebersihan dan pajak
di pasar, pemungutannya dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk biaya
pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan
kardus.
90
Pada saluran pemasaran I total biaya pemasaran buah mangga
Arumanis diperoleh dari petani, penjumlahan biaya pedagang penebas,
pedagang pengumpul, dan biaya ditingkat pedagang pengecer. Hasil
penjumlahan tersebut diperoleh total biaya pemasaran sebesar Rp 803,14
per kg. Keuntungan pemasaran juga diperoleh dari penjumlahan
keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran yaitu sebesar Rp
864,21 per kg dan total margin pemasaran adalah Rp 1733,34 per kg.
Farmer's Share merupakan bagian yang diterima petani atau
perbandingan antara harga yang diterima petani/produsen dengan harga
yang diterima konsumen. Farmer's Share pada saluran I adalah 42,22 %
dan harga ditingkat konsumen Rp 3000,00 per kg. Untuk mengukur
efisiensi pemasaran yaitu apabila bagian yang diterima produsen < 50%
berarti pemasaran belum efisien dan bila bagian yang diterima produsen >
50% maka pemasaran dikatakan efisien. Melihat nilai Farmer's Share
yang <50% maka saluran pemasaran I belum efisien secara ekonomi.
Berikut ini rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah
mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan pada saluran
pemasaran II tersaji pada Tabel 32.
91
Tabel 32. Rata-Rata Biaya, Keuntungan Dan Margin Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan Pada Saluran Pemasaran II
No Uraian Rp/Kg %
Petani a. Harga di Tingkat Petani 1700 52,31 b. Biaya Pemasaran 0
1) Biaya Panen 25,07 0,77
2) Biaya Pengangkutan 27,5 0,85
Jumlah Biaya 52,57 1,62
1.
c. Harga yang di terima petani 1700 52,31
Pedagang Pengumpul
a. Harga Beli 1700 52,31
b. Biaya Pemasaran
1) Sortasi 9,39 0,29
2) Pengepakan 204,35 6,29
3) Pengangkutan 165,55 5,09
4) Parkir 2,82 0,09
5) Retribusi 2,82 0,09
6) Resiko 141,22 4,35
Jumlah Biaya 384,94 11,84
c. Keuntungan 592,22 18,22
2.
d. Margin Pemasaran 871,43 26,81 e. Harga Jual 2571,43 79,12
Pedagang Pengecer
a. Harga Beli 2571,43 79,12
b. Biaya Pemasaran
1) Pengangkutan 96,19 2,96
2) Parkir 3,88 0,12
3) Retribusi 3,88 0,12
4) Resiko 97,08 2,99
5) Pengemasan 19,42 0,60
Jumlah Biaya 220,46 6,78
c. Keuntungan 477,5 14,69
d. Margin Pemasaran 697,96 21,48
3.
e. Harga Jual 3250 100 4. Harga Beli Konsumen 3250 100
a. Total Biaya Pemasaran 960,96 29,57
b. Total Keuntungan 1069,72 32,91
c. Total Margin Pemasaran 1569,39 48,29
5.
d. Farmer's Share 52,31
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
92
Berdasarkan Tabel 32 menunjukkan bahwa saluran pemasaran II
pada buah mangga Arumanis lembaga yang terkait yaitu petani, pedagang
pengumpul, dan pedagang pengecer. Petani pada saluran ini mengeluarkan
biaya panen sebesar Rp 25,07 per kg, dan biaya pengangkutan dalam
kegiatan pemasaran sebesar Rp 27,5 per kg, sehingga harga yang diterima
petani sebesar Rp 1700 per kg dari harga konsumen.
Pada saluran pemasaran II pedagang pengumpul mengeluarkan
biaya yaitu biaya sortasi, pemeraman/pengepakan, pengangkutan, parkir,
retribusi, dan resiko. Biaya paling tinggi adalah biaya pengepakan, yaitu
Sebesar Rp 187,7400 per kg. Hal ini disebabkan pedagang pengumpul
harus melakukan pengepakan dan pemeraman dalam bentuk kotak/peti.
Sedangkan biaya resiko sebesar Rp 141,22 per kg, hal ini disebabkan
kemungkinan akibat adanya kebusukan buah pada saat pemeraman.
Jumlah biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 279,21
per kg. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 592,22 per kg, margin
pemasarannya adalah Rp 871,43, dan harga jual buah mangga Arumanis
ditingkat pedagang pengumpul sebesar Rp 2571,43 per kg.
Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengecer
adalah biaya resiko sebesar Rp 97,42 per kg. Resiko yang ditanggung oleh
pedagang pengecer yaitu perubahan selera konsumen, busuk, tidak laku di
pasar, dan persaingan serta permintaan penawaran pasar. Biaya
pengangkutan yang dikeluarkan sebesar Rp 96,19 per kg, karena pedagang
pengecer melakukan pengangkutan. Sedangkan untuk biaya pengemasan
adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan kardus sebagai
tempat buah mangga yang dijual ke konsumen, sehingga pengecer harus
menanggung biaya pengemasan sebesar Rp 19,42 per kg.
Total biaya pemasaran pada saluran pemasaran II sebesar Rp
960,96 per kg dengan keuntungan pemasaran sebesar Rp 1069,72 per kg.
Besarnya biaya dan keuntungan tergantung banyaknya pedagang perantara
yang terlibat dalam saluran pemasaran. Berdasarkan Tabel 27 marjin
pemasarannya sebesar Rp 1569,39 per kg. Besarnya nilai marjin ini
93
disebabkan oleh besarnya biaya pemasaran. Dari saluran pemasaran II
memiliki marjin pemasaran yang rendah hal ini ditunjukkan dengan nilai
farmer’s share sebesar 52,31%, sehingga pendapatan yang diterima petani
(farmer’s share) tinggi. Untuk mengukur efisiensi pemasaran yaitu apabila
bagian yang diterima produsen <50% berarti pemasaran belum efisien dan
bila bagian yang diterima produsen >50% maka pemasaran dikatakan
efisien. Sehingga saluran pemasaran II sudah efisien secara ekonomis.
Rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah mangga
Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan pada saluran
pemasaran III tersaji pada Tabel 33 berikut :
94
95
96
97
Berdasarkan Tabel 33 menunjukkan bahwa saluran pemasaran III
buah mangga Arumanis lembaga yang terkait yaitu pedagang penebas,
pedagang pengumpul, dan pedagang besar, dan pengecer. Pada saluran
pemasaran III ini petani tidak mengeluarkan biaya pemasaran, sehingga
petani memperoleh pendapatan bersih dari hasil penjualan mangga
tersebut. Sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan penebas terdiri
dari biaya pemetikan, dan biaya pengangkutan. Biaya pemasaran yang
paling tinggi dikeluarkan oleh penebas yaitu biaya pengangkutan yaitu
sebesar Rp 54,99 per kg. Biaya pengangkutan adalah biaya yang
dikeluarkan untuk memasarkan mangga sampai ke tangan pedagang
pengumpul.
Biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengumpul adalah
biaya sortasi, biaya pengepakan/pemeraman, bongkar muat, pengangkutan
dan biaya resiko. Sortasi adalah kegiatan memilah-milah buah mangga
Arumanis sesuai dengan ukurannya (grade) dan biayanya sebesar Rp 9,96
per kg. Bongkar muat adalah kegiatan memindahkan peti/kotak-kotak
mangga dari tempat pemeraman ke truk pengangkutan.
Biaya pemeraman/pengepakan yang dikeluarkan pedagang
pengumpul sebesar Rp 202,86 per kg, hal ini dikarenakan pedagang
pengumpul harus mengeluarkan biaya pembelian peti/kotak, tenaga, kertas
(bekas semen), karbit, belerang, jerami, dan lain-lain. Pada tingkat ini
biaya pengangkutan yaitu Rp 519,01 per kg, hal ini disebabkan karena
pedagang pengumpul harus menanggung biaya transportasi dari
Kabupaten Magetan ke Pasar Induk Keramat Jati Jakarta Timur. Biaya
yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengumpul adalah biaya
resiko sebesar Rp 574,97 per kg. Resiko yang ditanggung oleh pedagang
pengumpul yaitu kemungkinan adanya buah mangga yang busuk atau
rusak pada saat pembelian, busuk, rusak diperjalanan.
Kegiatan yang dilakukan pedagang pengumpul yaitu melakukan
penjualan kepada Pedagang Besar diluar Kabupaten Magetan. Biaya yang
paling tinggi dikeluarkan oleh Pedagang Besar adalah biaya resiko, hal ini
98
disebabkan Pedagang Besar harus menanggung kemungkinan adanya
kebusukan buah mangga apabila terlalu lama tidak terjual dan Agen tidak
melakukan pembelian yang volumenya banyak. Bongkar muat adalah
kegiatan menurunkan pati/kotak-kotak buah mangga dari atas truk ke
lapak/kios pedagang besar, biaya yang dikeluarkan adalah Rp 92 per kg.
Penataan peti merupakan kegiatan menata peti/kotak mangga sesuai
dengan grade-nya.
Agen dalam menjalankan kegiatan pemasarannya menanggung
biaya pindah tempat sebesar Rp 64,52 per kg, biaya bongkar peti Rp 9,95
per kg, sewa tempat Rp 64,52 per kg, retribusi sebesar Rp 2,37, dan biaya
resiko Rp 39,46 per kg. Biaya yang dikeluarkan terbesar adalah biaya
pindah tempat dan sewa tempat, dimana Agen harus memindahkan
peti/kotak-kotak buah mangga tersebut dari tempat Pedagang Besar ke
lapak-lapak yang telah disewanya.
Biaya yang paling banyak dikeluarkan oleh pedagang pengecer
adalah biaya pengangkutan sebesar Rp 168,89 per kg. Biaya pengangkutan
besar disebabkan karena pedagang pengecer haraus melakukan pengakutan
peti/kotak-kotak buah mangga dari Pasar Induk Kramat Jati ke kios-kios
penjualannya ditempat lain seperti Bekasi, Cibubur, Ciracas. Resiko yang
ditanggung oleh pedagang pengecer yaitu perubahan selera konsumen,
busuk, tidak laku di pasar, dan persaingan serta permintaan penawaran
pasar. Sedangkan untuk biaya pengemasan adalah biaya yang dikeluarkan
untuk membeli plastik dan kardus sebagai tempat buah mangga yang
dijual ke konsumen, sehingga pengecer harus menanggung biaya
pengemasan sebesar Rp 50,67 per kg.
Pada saluran pemasaran III ini, total biaya pemasaran masing-
masing grade buah mangga Arumanis sebesar Rp 2329,92 per kg, hal ini
dikarenakan rata-rata biaya yang dikeluarkan relatif sama besarnya. Total
keuntungan pemasarannya yang paling besar adalah grade Mega yaitu
sebesar Rp 3891,8 per kg, karena kecenderungan konsumen yang lebih
suka mengkonsumsi buah mangga yang berukuran besar (mega). Total
99
marjin pemasaran terbesar adalah grade Mega yaitu sebesar Rp 23295,33
per kg. Saluran pemasaran III memiliki marjin lebih tinggi jika
dibandingkan dengan saluran I ataupun II. Hal ini dikarenakan adanya
lembaga pemasaran yang terlibat lebih banyak dan jumlah produksi
mangga yang besar. Besarnya marjin mengakibatkan harga di tingkat
konsumen lebih mahal, sehingga saluran pemasaran III baik grade buah
mangga A, Super, Bom, maupun Grade Mega belum efisien secara
ekonomis karena nilai Farmer’s Share-nya dari masing-masing grade
buah < 50 %.
Berikut ini rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran buah
mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan pada saluran
pemasaran IV tersaji pada Tabel 34.
100
101
102
103
Berdasarkan Tabel 34 menunjukkan bahwa saluran pemasaran IV
pada komoditi buah mangga Arumanis Grade A, Super, Bom, dan Grade
Mega. Lembaga yang terkait Pedagang pengumpul, Pedagang Besar,
Agen, dan pedagang pengecer. Petani pada saluran ini mengeluarkan biaya
panen dan biaya pengangkutan dalam kegiatan pemasaran, harga yang
diterima petani sebesar Rp 1325 per kg dari harga konsumen karena petani
dalam penjualannya tidak melakukan Grading buah, hal ini disebabkan
karena petani tidak tahu kriteria dari Grading yang diinginkan oleh
pedagang.
Saluran pemasaran IV pedagang pengumpul mengeluarkan biaya
yaitu biaya sortasi, pemeraman dan pengepakan, Bongkar muat,
pengangkutan, dan resiko. Biaya paling tinggi adalah biaya resiko, yaitu
sebesar Rp 440,16 per kg. Hal ini disebabkan pedagang pengumpul
menanggung kemungkinan akibat permintaan dan penawaran mangga
yang merosot pada waktu musim panen raya, buah mangga yang rusak
pada saat pembelian dan busuk pada saat pemeraman. Biaya pengepakan
dan pemeraman sebesar Rp 198,05 per kg, dimana proses pengepakan
membutuhkan peti/kotak, jerami, karbit, belerang, dan kertas bekas kardus
semen dan lainnya. Grade mangga dengan harga paling tinggi di tingkat
konsumen adalah mangga Grade Mega, yaitu sebesar Rp 6000,00 per kg
dan harga yang paling rendah di tingkat konsumen adalah mangga grade
A, yaitu sebesar Rp 3000,00 per kg. Biaya pengangkutan adalah biaya
yang dikeluarkan untuk memasarkan mangga sampai ke tangan pedagang
besar, dari keempat grade mangga menanggung biaya pengangkutan yang
sama yaitu sebesar Rp 418,44 per kg. Keuntungan yang paling besar
adalah grade Rp 3568,71 per kg, dan keuntungan terkecil adalah grade A
yaitu sebesar Rp 650,73 per kg, perbedaan keuntungan yang berbeda ini
disebabkan karena masing-masing grade mangga harus menanggung biaya
pemasaran yang sama sedangkan selisih harga jualnya besar.
Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh pedagang pengumpul
adalah dengan jalan menjual/mengirim ke Pedagang Besar di Jakarta.
104
Pedagang Besar dalam pemasaran buah mangga Arumanis ini
menanggung biaya bongkar muat, retribusi, penataan peti, dan resiko.
Biaya resiko merupakan biaya terbesar yang harus ditanggung Pedagang
Besar, dimana dari jumlah biaya yang harus ditanggung untuk buah
mangga Arumanis grade A, Super, Bom, dan Grade Mega adalah sama
yaitu Rp 199,26 per kg. Harga jual ditingkat pedagang pengumpul untuk
grade A yaitu Rp 3750,00 per kg, Super Rp 4800 per kg, Rp 5900 per kg
untuk grade Bom, dan Grade Mega Rp 6950 per kg, sehingga keuntungan
yang diperoleh dari hasil penjualan untuk grade A sebesar Rp 550,74 per
kg, Super Rp 600,74 per kg, Bom Rp 700,74 per kg, dan grade Mega
sebesar Rp 750,74 per kg.
Pedagang Besar melakukan penjulan keAgen, Sub grosir menjual
buah mangga Arumanis berbagai grade, dimana sub grosir harus
menaggung biaya pindah tempat, bongkar peti, sewa tempat, retribusi, dan
resiko. Biaya retribusi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pedagang
pengecer untuk membayar keamanan dan kebersihan dan pajak di pasar,
pemungutannya dilakukan setiap hari. Sedangkan untuk biaya pengemasan
adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli plastik dan kardus. Biaya
pindah tempat dan sewa tempat menjadi biaya paling besar yaitu Rp 60,27
per kg. Harga jual grade A sebesar Rp 4200, Rp 5400 per kg untuk grade
Super, Grade Bom sebesar Rp 6400 per kg, dan untuk grade Mega Rp
7500 per kg, sehingga mendatangkan keuntungan yang berbeda pula tiap
gradenya.
Pada saluran pemasaran IV total biaya pemasaran dari empat jenis
grade buah mangga Arumanis sama yaitu Rp 1677,58 per kg dari harga
yang dibayarkan konsumen akhir, dengan keuntungan pemasaran sebesar
Rp 1932,59 per kg untuk grade A, grade super Rp 2634,94 per kg, grade
Bom Rp 4046,73 per kg, dan keuntungan grade mega sebesar Rp 5068,39
per kg. Besarnya biaya dan keuntungan tergantung banyaknya pedagang
perantara yang terlibat dalam saluran pemasaran. Berdasarkan Tabel 29
marjin pemasaran yang paling besar dari keempat jenis grade adalah grade
105
mega, yaitu sebesar Rp 8005,56 per kg. Besarnya nilai marjin ini
disebabkan oleh besarnya biaya pemasaran dan keuntungan. Sedangkan
marjin pemasaran paling kecil adalah grade A sebesar Rp 4109,8 per kg.
Dari empat jenis grade buah mangga Arumanis pada saluran pemasaran
IV memiliki marjin pemasaran yang tinggi sehingga pendapatan yang
diterima petani (farmer’s share) rendah. Masing-masing grade buah
mangga Arumanis nilai farmer’s share < 50%, hal ini untuk mengukur
efisiensi pemasaran, dan hasilnya yaitu apabila bagian yang diterima
produsen <50% berarti pemasaran belum efisien dan bila bagian yang
diterima produsen >50% maka pemasaran dikatakan efisien, sehingga
saluran pemasaran IV dikatakan belum efisien.
Besarnya biaya pemasaran, keuntungan pemasaran dan marjin
pemasaran tiap lembaga pemasaran beragam, hal ini dikarenakan adanya
perbedaan harga jual buah mangga Arumanis, biaya yang dikeluarkan dan
keuntungan tiap-tiap lembaga pemasaran tersebut.
j. Efisiensi Pemasan Buah Mangga Arumanis
Sistem pemasaran dianggap efisien apabila dianggap mampu
menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya
wajar serta mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan
harga yang dibayarkan konsumen.
Tinggi rendahnya marjin pemasaran dan bagian yang diterima
petani dari harga beli di tingkat konsumen/pedagang akhir merupakan
indikator dari efisiensi suatu pemasaran. Semakin rendah marjin
pemasaran dan semakin besar bagian yang diterima petani, maka sistem
pemasaran tersebut dikatakan efisien (Mubyarto, 1995).
Untuk mengetahui efisiensi pemasaran buah mangga Arumanis
secara ekonomis adalah dengan melihat marjin dan bagian yang diterima
petani (Farmer’s Share) pada setiap saluran pemasaran yang ada, dapat
dilihat pada Tabel 34 berikut :
106
Tabel 35. Perbandingan Total Biaya, Keuntungan, dan Total Margin Pemasaran Pada Setiap Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan
No.
Saluran Pemasaran
Total Biaya
(Rp/Kg)
Total Keuntungan
(Rp/Kg)
Total Margin Pemasaran (Rp/Kg)
Farmer's Share
1. Saluran I 803,14 864,21 1733,34 42,22 2. Saluran II 960,96 1069,72 1583,96 52,31
Saluran III
a. Grade A 2326,66 1961,04 4284,62 26,67
b. Grade Super 2326,66 2256,66 9664,15 22,22
c. Grade Bom 2326,66 3340 18259,15 19,04
3. d. Grade Mega 2326,66 3891,8 21962 14,69
Saluran IV
a. Grade A 1677,58 1932,59 2784,8 26,5
b. Grade Super 1677,58 2634,94 4876,15 22,08
c. Grade Bom 1677,58 4046,73 5658,89 18,93
4. d. Grade Mega 1677,58 5068,39 6680,56 16,56
Sumber : Analisis Data Primer, 2009
Berdasarkan Tabel 35, dapat diketahui bahwa saluran pemasaran
III memiliki margin pemasaran yang paling tinggi dibandingkan saluran
pemasaran yang lain, ditunjukkan margin pemasaran pada grade Bom
sebesar Rp 18259,15 per kg. Hal ini disebabkan karena pada saluran
pemasaran III lembaga pemasaran yang terlibat lebih banyak dan biaya
yang dikeluarkan juga semakin tinggi dibandingkan dengan lembaga
pemasaran yang lain. Berdasarkan tinggi dan rendahnya marjin pemasaran
maka saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang efisien di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan. Hal ini dikarenakan lembaga yang
terlibat sedikit yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, dan
konsumen dalam Kabupaten Magetan.
Nilai farmer’s share saluran pemasaran II lebih tinggi dibadingkan
dengan saluran yang lain dimana besarnya 52,31% dibandingkan saluran
yang lain, karena pada saluran pemasaran II lembaga yang berperan lebih
sedikit. Saluran pemasaran mangga II di Kecamatan Parang Kabupaten
Magetan merupakan saluran yang paling efisien secara ekonomis. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 30 bahwa pada saluran pemasaran II total margin
107
pemasaran sebesar Rp 1583,96 per kg yang jauh lebih kecil dari total
margin pemasaran saluran I, III, dan IV disebabkan karena perbedaan
biaya yang dikeluarkan dan tingkat keuntungan.
Saluran pemasaran buah mangga Arumanis III di Kecamatan
Parang Kabupaten Magetan merupakan saluran pemasaran paling banyak
digunakan oleh petani responden yaitu sebanyak 15 responden. Saluran ini
mempunyai nilai farmer’s share paling rendah dibandingkan dengan
saluran pemasaran yang lain. Hal ini disebabkan karena lembaga
pemasaran yang terkait pada saluran ini lebih banyak/panjang, yaitu
perdagang penebas, pedagang pengumpul, Pedagang Besar, Agen, dan
pedagang pengecer.
B. Pembahasan
1. Saluran dan Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis
Pemasaran pada prinsinya merupakan proses penyampaian
barang dari produsen ke konsumen. Pola saluran pemasaran seperti
fungsi pertukaran, fungsi pengadaan barang secara fisik dapat berjalan
dengan baik. Pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam siklus
produksi. Produksi yang baik akan sia-sia karena harga pasar yang rendah,
Oleh karena itu, tingginya produksi tidak mutlak memberikan keuntungan
yang tinggi tanpa disertai pemasaran yang baik.
Dalam memasarkan komoditi pertanian memerlukan keberadaan
lembaga pemasaran yang membantu menyalurkan barang. Dengan adanya
lembaga pemasaran, produsen dapat menjual hasil produksinya kepada
konsumen, dan konsumen bisa mendapatkan barang-barang kebutuhannya.
Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan suatu lembaga pemasaran
sangatlah penting.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa
terdapat 4 (empat) tipe saluran pemasaran yang digunakan oleh petani
buah mangga Arumanis. Dalam kegiatan pemasaran petani ada yang
menjual pada pedagang penebas yang kemudian pedagang penebas
108
tersebut menjualnya kepedagang pengumpul, ada juga yang langsung
menjual ke pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke pedagang
pengecer untuk saluran pemasaran I dan II. Selain itu pada saluran III dan
IV petani yang menjual pada pedagang penebas, dan atau langsung ke
pedagang pengumpul yang kemudian dijual ke pedagang besar, kegiatan
ini berlanjut sampai ke konsumen melalui lembaga pemasaran agen dan
pengecer yang berada pada di luar Kabupaten Magetan, yaitu Pasar Induk
Keramat Jati Jakarta Timur dan sekitarnya.
Pada saluran pemasaran I merupakan saluran yang paling sedikit
digunakan oleh petani buah mangga Arumanis yaitu sebanyak 3 (tiga)
orang dari 30 responden. Petani menjual buah mangga Arumanisnya ke
pedagang penebas dimana buah mangga masih berada dipohon. Terdapat
dua sistem pembelian pada pemasaran buah mangga Arumanis ini yaitu
dengan cara tebasan dimana buah mangga Arumanis masih berada
dipohon sehingga pedagang penebas memetik sendiri buah mangga
Arumanis ataupun dengan cara menjual per kilogram yaitu pedagang
penebas memetik buah mangga Arumanis yang masih berada dipohon
kemudian harga disesuaikan berdasarkan hasil penimbangan (Rp/Kg).
Kemudian Pedagang penebas menjual kembali pada pedagang pengumpul
ditingkat kecamatan, kemudian Pedagang Pengumpul menjual buah
mangga Arumanis yang sudah dalam peti ke pedagang pengecer, dimana
pedagang pengecer mendatangi kios Pedagang Pengumpul.
Saluran pemasaran II digunakan oleh petani responden dalam
memasarkan buah mangga Arumanis sebanyak 7 (tujuh) orang. Dalam
saluran ini, buah mangga Arumanis petani menjual langsung ke pedagang
pengumpul dengan cara pembelian per kilogram dimana petani langsung
mendatangi Pedagang Pengumpul. Dari Pedagang Pengumpul tersebut
kemudian menjualnya pada pedagang pengecer yang ada pada lingkup
Kabupaten Magetan dan sekitarnya yaitu Ngawi, Madiun, dan Ponorogo.
Alasan mengapa sebagian petani menjual buah mangga Arumanis
secara tebasan adalah agar petani tidak menanggung resiko yang tinggi
109
bila hasil panen tidak baik, tidak mengeluarkan biaya karena biaya panen
ditanggung pedagang penebas dan Pedagang Pengumpul. Sedangkan
penjualan dilakukan secara per kilogram petani mempunyai alasan bahwa
mereka mengetahui hasil secara transparan (untung atau rugi) dari hasil
bertani buah mangga tersebut, mengetahui hasil yang sebenarnya dari
usahatani buah mangga Arumanis yang mereka usahakan.
2. Tugas dan Fungsi Lembaga Pemasaran Buah Mangga Arumanis di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan
Berdasarkan hasil penelitian maka tugas dan fungsi lembaga
pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten
Magetan antara lain melakukan penjualan dan pembelian. Fungsi
penjualan dilakukan pedagang penebas, pedagang pengumpul, Pedagang
Besar, Agen, dan pedagang pengecer. Fungsi penjualan merupakan faktor
penting dalam menentukan berapa besar keuntungan pemasaran yang
diperoleh. Sedangkan fungsi pembelian dilakukan oleh pedagang penebas,
pengumpul, Pedagang Besar, agen, dan pedagang pengecer. Fungsi
pembelian merupakan faktor penentu harga jual selanjutnya oleh
pedagang. Semakin kecil harga pembelian maka semakin besar
keuntungan yang ingin diperoleh. Hasil penelitian Agen membeli buah
mangga Arumanis kepada Pedagang Besar dengan sistem buka tutup
dengan kesepakatan harga buah mangga Arumanis tiap-tiap grade per peti,
maksudnya Agen membuka peti buah untuk melihat kondisi buah mangga
Arumanis, sedangkan sistem pembayarannya adalah tempo, setelah buah
mangga Arumanis terjual semua ke pedagang pengecer baru dilakukan
pembayaran ke Pedagang Besar.
Proses pengangkutan/transportasi merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan dalam proses pemasaran buah mangga Arumanis. Fungsi
pengangkutan ini dilakukan sebagian petani responden, pedagang penebas,
pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer. Fungsi pengangkutan
dilakukan untuk menyampaikan hasil produksi dari produsen ke
konsumen. Pada proses penyampaian buah mangga Arumanis dari
110
produsen ke konsumen, pedagang pengumpul melakukan
pemeraman/pengepakan dalam bentuk peti/kotak untuk mengurangi
kerusakan buah mangga Arumanis. Selain itu pedagang penebas,
Pedagang pengumpul, Pedagang Besar, dan Agen melakukan fungsi
penyampaian informasi kepada pihak yang membutuhkan. Pihak yang
membutuhkan informasi dalam hal ini adalah petani serta masing-masing
lembaga pemasaran yaitu Pedagang penebas, Pedagang pengumpul,
Pedagang Besar, dan Agen dan konsumen akhir yang membeli buah
mangga Arumanis. Informasi yang disampaikan mengenai perkembangan
harga dan kualitas buah mangga Arumanis dari tingkat petani sampai
tingkat konsumen.
3. Biaya, Keuntungan dan Margin Pemasaran Buah Mangga Arumanis
Proses pemasaran buah mangga Arumanis di Kecamatan Parang
Kabupaten Magetan, besarnya biaya yang dikeluarkan produsen dan setiap
lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran berbeda-beda.
Besarnya biaya pemasaran sangat dipengaruhi oleh kegiatan petani
didalam menjual buah mangga Arumanis dan setiap saluran pemasaran
buah mangga Arumanis dan lembaga pemasaran tersebut.
Hasil analisis menunjukan bahwa keempat saluran pemasaran
menunjukan bahwa saluran III saluran pemasaran yang paling banyak
mengeluarkan biaya pemasaran, Pada saluran pemasaran ini besarnya
biaya pemasaran adalah Rp 2326,66 per Kg dan tiap-tiap Grading buah
adalah sama, karena tidak ada perlakuan berbeda dari masing-masing
grading, sehingga besarnya biaya dibebankan sama untuk tiap grading-
nya.
Keuntungan merupakan balas jasa yang diterima oleh lembaga
pemasaran atas kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyampaikan
produk-produk sampai pada konsumen akhir. Dalam pemasaran buah
mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan keuntungan
yang diterima oleh produsen dan lembaga pemasaran berbeda-beda,
Keuntungan diperoleh dari selisih margin pemasaran dan biaya pemasaran.
111
4. Efisiensi Pemasaran Buah Mangga Arumanis
Saluran pemasaran dianggap efisien apabila masing-masing saluran
pemasaran mempunyai nilai persentase pemasaran yang rendah dan nilai
Farmer’s Share yang tinggi. Farmer’s Share pada saluran I sebesar
42,22%, saluran II sebesar 52,31%, pada saluran III dan IV terdapat
Grading yang nilai Farmer’s Share berbeda-beda, akan tetapi dari masing-
masing Grading tersebut nilai Farmer’s Share rendah yaitu <50%.
Berdasarkan tinggi rendahnya margin pemasaran dan Farmer’s Share
maka saluran pemasaran II merupakan saluran yang paling efisien secara
ekonomis dibandingkan dengan saluran pemasaran I,III, dan IV. Hal ini
disebabkan karena pada saluran II lembaga yang terlibat dalam pemasaran
sedikit, Sedangkan pada saluran III dan IV melibatkan banyak lembaga
pemasaran lebih dari satu yaitu pedagang penebas, Pedagang pengumpul,
Pedagang Besar, Agen, dan pedagang pengecer.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa petani, pedagang penebas,
dan pedagang pengumpul pada saluran I dan II dalam pembelian dan
penjualannya belum melakukan Grading buah mangga Arumanis karena
konsumen dalam Kabupaten Magetan belum mengenal Grading buah yang
dibelinya. Pada saluran III dan IV petani dan pedagang penebas juga
belum melakukan Grading buah, hal ini disebabkan karena petani maupun
pedagang penebas tidak cukup tahu kriteria Grading yang diinginkan oleh
pedagang pengumpul. Sehingga kegiatan Grading hanya dilakukan oleh
pedagang pengumpul, hal ini merupakan strategi pemasaran yang akan
memberikan keuntungan yang lebih tinggi dan kualitas buah mangga
Arumanis yang dipasarkan.
Tiap-tiap saluran pemasaran sebetulnya semuanya menguntungkan.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa saluran pemasaran II nilai
Farmer’s Share sebesar 52,31%, sedangkan besarnya margin pemasaran
total Rp 1569,39 per kilogram atau 48,29%, secara ekonomis saluran II
efisien daripada saluran pemasaran I, III, dan IV. Hal ini disebabkan
semakin rendah marjin pemasaran atau semakin tinggi bagian yang
112
diterima petani, semakin pendek saluran pemasaran maka saluran
pemasaran semakin efisien. Lembaga yang berperan pada saluran
pemasaran II adalah petani, pedagang penebas, Pedagang Pengumpul,
pedagang pengecer, dan konsumen.
Kendala-kendala yang dihadapi petani dalam pemasaran buah
mangga Arumanis di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan dalam
rangka penyampaian barang dari produsen ke konsumen di daerah
penelitian yaitu :
a. Petani dalam menjual buah mangga Arumanisnya kurang mau mencari
informasi harus kemana menjual untuk mendapatkan harga yang lebih
tinggi serta tidak mau melakukan peng-grading-an buah mangga
Arumanis.
b. Merosotnya harga buah mangga Arumanis pada saat panen raya dan
musim penghujan, bagi petani yang memiliki buah mangga Arumanis
yang mempunyai kualitas yang rendah, misalnya fisik yang kurang
menarik biasanya pada kulit buah timbul bercak-bercak hitam dan
berukuran kecil. Dalam hal ini tentunya tidak menguntungkan bagi
petani.
c. Kerusakan diakibat masaknya buah mangga Arumanis yang tidak
seragam dalam perjalanan dan sebagian peti rusak, keadaan ini
disebabkan buah mangga Arumanis akan dipasarkan untuk jarak jauh,
dan belum adanya sistem pengepakan yang baik sehingga buah
mangga menjadi mudah rusak, dimana bahan kayu pembuatan peti
kurang kuat.
113
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan
mengenai Analisis Pemasaran Buah Mangga Arumanis di Kabupaten Magetan
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Saluran pemasaran buah mangga Arumanis yang digunakan petani di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan terdapat 4 (empat) saluran
pemasaran, yaitu :
a. Saluran Pemasaran I :
Petani → Pedagang Penebas → Pedagang Pengumpul → Pedagang
pengecer → Konsumen Kabupaten Magetan
b. Saluran Pemasaran II :
Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang Pengecer → Konsumen
Kabupaten Magetan
c. Saluran Pemasaran III :
Petani → Pedagang Penebas → Pedagang Pengumpul → Pedagang
Besar Luar Kabupaten Magetan → Agen → Pedagang Pengecer →
Konsumen Luar Kabupaten Magetan
d. Saluran Pemasaran IV :
Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang Besar Luar Kabupaten
Magetan → Agen → Pedagang Pengecer → Konsumen Luar
Kabupaten Magetan
2. Tugas dan fungsi lembaga pemasaran buah mangga Arumanis di
Kecamatan Parang Kabupaten Magetan adalah sebagai berikut :
a. Pedagang Penebas : melakukan pembelian dari petani dan penjulan
kepada pedagang pengumpul. Selain itu pedagang penebas melakukan
fungsi pengangkutan, penjualan, dan penyampaian informasi kepada
pihak yang membutuhkan (petani dan pedagang pengumpul).
b. Pedagang pengumpul : melakukan fungsi pembelian dan penjualan,
Pengepakan dan pemeraman, pengangkutan dan penyimpanan
111
114
sementara, melakukan grading pada buah mangga Arumanis (saluran
III dan IV), dan melakukan fungsi pelancar yang meliputi
penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi kepada
pihak yang membutuhkan (konsumen dan pedagang besar).
c. Pedagang besar : melakukan fungsi pembelian dan penjualan,
penyimpanan sementara, serta melakukan fungsi pelancar yang
meliputi penanggungan resiko rusak, dan menyampaikan informasi
kepada pihak yang membutuhkan (Agen).
d. Agen : melakukan fungsi pembelian, penjulan, dan penyimpanan
sementara, serta melakukan fungsi pelancar yang meliputi
penanggungan resiko rusak dan penyampaian informasi kepada pihak
yang membutuhkan (pedagang pengecer).
e. Pedagang pengecer : melakukan fungsi pembelian, penjualan,
pengangkutan dan penyimpanan sementara, serta melakukan fungsi
pelancar yang meliputi penanggungan resiko rusak, dan
menyampaikan informasi kepada pihak yang membutuhkan
(konsumen).
3. Saluran pemasaran I mengelurkan total biaya pemasaran sebesar Rp
803,14 per kg, margin pemasaran Rp 1733,34 per kg, dan keuntungan
pemasaran sebesar Rp 864,31 per kg. Pada saluran II besarnya total biaya
pemasaran sebesar Rp 960,96 per kg, margin pemasarannya sebesar Rp
1583,96 per kg, dengan keuntungannya sebesar Rp 1069,72 per kg.
Saluran III terdapat 4 (empat) grading, grading buah pada saluran III dan
IV mengeluarkan total biaya pemasaran yang sama. Pada saluran III total
biaya pemasarannya sebesar Rp 2326,66 per kg, margin pemasaran empat
grade berbeda, sehingga keuntungannyapun berbeda tiap grade-nya.
Saluran IV mengeluarkan biaya pemasaran yang sama tiap grade-nya yaitu
sebesar Rp 1677,58 per kg, akan tetapi besarnya margin pemasaran dan
keuntungan yang berbeda pula.
4. Dilihat dari efisiensi secara ekonomis dari keempat saluran pemasaran
yang ada di Kecamatan Parang Kabupaten Magetan maka saluran
115
pemasaran II adalah saluran pemasaran yang paling efisien secara
ekonomis karena nilai Farmer’s Share-nya tertinggi apabila dibandingkan
dengan saluran yang lain dimana nilainya >50% yaitu 52,31%. Hal ini
disebabkan karena lembaga pemasaran yang berperan dalam proses
pemasaran lebih sedikit.
B. Saran
Masalah yang muncul pada saat penelitian adalah petani cenderung
tidak mau menjual sendiri ke Pedagang pengumpul dan tidak mau mencari
informasi harga buah mangga Arumanis, serta grading tidak dilakukan oleh
petani tetapi dimulai ditingkat Pedagang pengumpul, peti/kotak yang
digunakan untuk pengemasan kurang kuat. Berdasarkan permasalah inilah
maka dapat disarankan :
1. Untuk meningkatkan pendapatan, diharapkan petani mampu dan mau
mencari informasi kepada Pedagang Pengumpul terkait peng-grading-an
buah dan petani melakukan penjualan produksinya dalam bentuk grading
sehingga penerimaan ditingkat petani lebih tinggi.
2. Banyaknya saluran pemasaran buah mangga Arumanis, sebaiknya petani
lebih jeli dalam memilih pedagang pemasaran buah mangga Arumanis
dengan cara mencari informasi pasar meliputi harga buah mangga per kg,
dan mencari pedagang yang membeli harga lebih tinggi sehingga petani
mendapatkan harga yang tinggi serta mendapatkan keuntungan yang besar.
3. Pedagang pengumpul hendaknya membuat peti/kotak sendiri berbahan
kayu yang lebih kuat (Lamtoro, Asem, Jati) sehingga peti/kotak yang
dipakai lebih kuat.
116
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1996. Budidaya Tanaman Mangga. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Anandita, R. 2004. Pemasaran Hasil Pertanian. Papyrus. Surabaya.
Anonima. 2002. Penanganan Pasca Panen Mangga. No. 24/1 Mei 2002. Panduan 06-TP2002. Diakses dari http://agribisnis.deptan.go.id. Pada 03 Juni 2010.
b. 2005. Mangga Arumanis 143. Diakses dari http://www.wikipedia.go.id. Pada 15 Desember 2009.
Arifin, B, A., Hudoyo., dan A. Amron. 1997. Pengembangan Pemasaran Buah-Buahan Indonesia. Jurnal sosio ekonomika. Vol 3 No 6 Desember 1997. Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
BPS. 2008. Kabupaten Magetan Dalam Angka 2008. BPS Kabupaten Magetan. Magetan.
____. 2009. Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009. BPS Kabupaten Magetan. Magetan.
____. 2008. Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan Dalam Angka 2008. BPS Kabupaten Magetan. Magetan.
____. 2009. Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan Dalam Angka 2009. BPS Kabupaten Magetan. Magetan.
Chomchalow, N., Somsri, S., dan Na Songkhla, P. 2008. Pemasaran dan Ekspor Buah-Buahan Tropis Utama dari Thailand. Jurnal Internasional U J.T. 11(3): 133-143 (Jan. 2008). Kantor Presiden, Universitas Asumsi.
Bangkok. Thailand.
Departemen Pertanian. 2009. Manfaat Buah Mangga. Diakses dari http://www.deptan.go.id/bpsdm/bbppketindan/index.php/artikel/55-mangga. Pada 17 November 2009.
Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura. 2004. Buku Tahunan Hortikultura Tahun 2003. (Horticulture Year Book). Seri Tanaman Buah. Departemen Pertanian. Jakarta.
Dinas Pertanian. 2008. Data Produksi dan Produktivitas Mangga. Dinas Pertanian Kabupaten Magetan. Magetan.
Djarwanto. 2001. Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian Jilid 1. Liberty. Yogyakarta.
Ekawati, S. 2008. Analisis Pemasaran Mangga (Mangifera indica L.) Di Kecamatan Jatibarang Kabupaten Indramayu. Skripsi Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak dipublikasikan.
117
Hanafiah dan Saefuddin. 1983. Tata Niaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kartasapoetra. 1992. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Rineka Cipta. Jakarta.
Kecamatan Parang. 2009. Data Produksi Mangga. Kecamatan Parang. Parang.
Kotler, P. 1992. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga. Jakarta.
Kumalawati, E. 2004. Analisis Pemasaran Komoditi White Melon di Kabupaten Sragen. Skripsi Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak dipublikasikan.
Kosumo S, Ismiyati, H.S, dan Ria R. 1989. Produksi Mangga di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta.
Mubyarto. 1979. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3S. Yogyakarta.
. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.
Muhammed, K, A., dan Laurence, D, E. 1996. Suatu Analisa Persiapan Pemasaran Mangga di Sindh Provinsi, Pakistan. Jurnal Pengembangan Pakistan Ninjau ulang 35: 3 (Musim gugur 1996) pp. 241—255. Pakistan.
Pradnyamita. 2008. Khasiat Buah Mangga. Diakses dari http://bayivegetarian.com. Pada 16 November 2009. Pracaya. 2001. Bertanam Mangga. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahardi, F.,Yovita, Heti, Indriati., dan Haryono. 2003. Agrobisnis Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rahim, Abd., dan Hastuti, Dwi, R, D. 2007. Ekonomika Pertanian (Pengantar, teori dan Kasus). Penebar Swadaya. Jakarta.
Semito, Niti, A. 1993. Marketing. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Singarimbun, M., dan Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi). Raja Grafindo Persada. Jakarta.
. 2001. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasi). Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Stanton, W,S. 1993. Prinsip Pemasaran Jilid 2. (Diterjemahkan oleh: Sadu Sundaru). Erlangga. Jakarta.
Sudiyono. 2002. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang.
118
Sumarno. 2003. Potensi dan Peluang Usaha Agribisnis Buah Tropika dalam Era Pasar Bebas. Dalam Prosiding Seminar Prospek Sub-Sektor Pertanian Menghadapi Era AFTA Tahun 2003. Ed. Roesmijanto. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Surakhmad, W. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar-Dasar Metoda Teknik. Tarsito. Bandung.
Susilo, H. 2006. Efisiensi Pemasaran Melon Di Kabupaten Klaten. Skripsi Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak dipublikasikan.
Swastha, B., dan Handoko, H. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisa Perilaku Konsumen. BPFE. Yogyakarta.
Swastha dan Sukotjo. 2000. Pengantar Bisnis Modern (Pengantar Ekonomi Perusahaan Modern). Liberty. Yogjakarta.