ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DITINJAU DARI GAYA ... · fisika dengan gaya belajar yang dimiliki...
Transcript of ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DITINJAU DARI GAYA ... · fisika dengan gaya belajar yang dimiliki...
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6 BULUKUMBA
SKRIPSI
ELGHARILLA MUQSHITUN MR
10539 1375 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
2020
i
ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP FISIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6 BULUKUMBA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh Elgharilla Muqshitun MR
NIM 10539 1375 15
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Jalani hidupmu dengan sebaik mungkin karena-Nya
Jangan berhenti menjadi baik
Jadilah dirimu sendiri
Bukan kesulitan yang membuat takut tetapi ketakutan yang membuatnya sulit
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini untuk :
Kedua Puang dan Amma Tersayang
Kedua orang tua yang terkasih
Semua Om dan Tante yang Tercinta
Para Adik-adikku yang Tercinta
Dan untuk para sahabat yang senantiasa mendo’akan
serta mencintai dengan tulus, special thanks untuk
sahabat Calon Bidadari Syurga (CBS)
vii
ABSTRAK
Elgharilla Muqshitun MR. 2019. Analisis Pemahaman Konsep Fisika Ditinjau dari Gaya Belajar Peserta Didik SMA Negeri 6 Bulukumba. Skripsi. Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Rahmini Hustim dan pembimbing II Aisyah Azis
Penelitian ini adalah penelitian ex post facto yang bertujuan untuk (1) mengetahui karakteristik gaya belajar peserta didik SMA Negeri 6 Bulukumba, (2) mengetahui gambaran pemahaman konsep peserta didik SMA Negeri 6 Bulukumba, (3) mengetahui hubungan gaya belajar dengan pemahaman konsep fisika SMA Negeri 6 Bulukumba. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan november 2019. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling yaitu dengan cara mengundi kelas yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket skala Likert untuk gaya belajar dan tes pemahaman konsep berupa soal-soal pilihan ganda.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan pada pemahaman konsep
fisika dengan gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba. Gambaran pemahaman konsep fisika terhadap gaya belajar peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba berada di kategori tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar dengan pemahaman konsep fisika peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba.
Kata kunci: Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr. Wb
Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik
Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya
jumlah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis
Pemahaman Konsep Fisika Ditinjau dari Gaya Belajar Peserta Didik SMA
Negeri 6 Bulukumba.
Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa
adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik
untuk memberikan dukungan, bimbingan baik secara langsung maupun tidak
langsung bagi penulis, oleh karena itu disamping rasa syukur kehadirat Allah SWT,
penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada pihak yang
selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua
kakek dan nenekku tercinta dan terkasih, Puang Marzuki dan Amma Sulhang, Ibu
Sumarti (Tatti), para Om dan tante, kedua orang tuaku Ayahanda Muhammad
Rusman dan Ibunda Ismawati Semma atas segala jerih payah, pengorbanan dalam
mendidik, membimbing penulis dalam setiap langkah menjalani hidup selama ini
hingga selesainya skripsi ini. Tak pula kepada CBS, adik-adikku, dan anggota kelas
ix
KINEMATIKA B yang selalu mendo’akan, mendukung, dan selalu menyempatkan
waktu untuk selalu membantu.
Dalam penyusnan skripsi ini, penulis mengalami hambatan, namun berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan dan
setulusnya kepada Ibunda Dra. Hj. Rahmini Hustim, M.Pd selaku pembimbing 1 dan
Ibunda Dra. Hj. Aisyah Azis, S.Pd., M.Pd selaku pembimbing II yang selalu bersedia
meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, serta memberikan ilmu dan
pengetahuan yang berharga dalam bimbingan ini. Semoga Allah SWT memberikan
perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang
telah dicurahkan.
Selain itu ucapan terima kasih juga pada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Ayahanda Erwin Akib, S.Pd., M.Pd, Ph.D.
selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar, Ibunda Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd. selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar,
Ayahanda Ma’ruf, S.Pd., M.Pd. selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Fisika Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak dan
Ibu Dosen Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membagikan ilmunya kepada penulis.
Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia yang
tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa
x
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya
yang lebih baik lagi. Amin Yaa Rabbal Alamin.
Makassar, 31 Januari 2020
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................ iii
SURAT PERNYATAAN ......................................................................................... iv
SURAT PERJANJIAN ............................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3 D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................... 4
A. Pemahaman Konsep ....................................................................................... 4 B. Gaya Belajar Siswa ........................................................................................ 9 C. Kerangka Pikir ............................................................................................. 28
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 29
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 29 B. Populasi dan Sampel .................................................................................... 29 C. Variabel Penelitian ....................................................................................... 29 D. Definisi Operasional Variabel ...................................................................... 29 E. Prosedur Penelitian ....................................................................................... 30 F. Instrumen Penelitian ..................................................................................... 30 G. Teknik Pengumpulan data ............................................................................. 31 H. Uji Validitas dan Reabilitas ......................................................................... 32 I. Teknik Analisis Data .................................................................................... 33
xii
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ............................................... 43
A. Hasil Peneletian............................................................................................ 43 B. Pembahasan ................................................................................................. 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 55
1. Kesimpulan .................................................................................................. 55 2. Saran ............................................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 56
LAMPIRAN
LAMPIRAN A ....................................................................................................... 59
LAMPIRAN B ........................................................................................................ 71
LAMPIRAN C ........................................................................................................ 83
LAMPIRAN D ....................................................................................................... 87
LAMPIRAN E ........................................................................................................ 98
LAMPIRAN F ...................................................................................................... 101
LAMPIRAN G ..................................................................................................... 115
LAMPIRAN H ..................................................................................................... 117
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir .......................................................................................... 29
4.1 Diagram Persentase Gaya Belajar Peserta Didik ........................................ 49
4.2 Diagram Persentase Kategori Tingkat Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik ................................................................................................................ 51
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Tabel Tabulasi 2 x 2 ............................................................................... 35
3.2 Angket Check List.................................................................................. 36
3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r .................................................... 43
4.1 Statistik Deskriptif Skor Gaya Belajar .................................................... 46
4.2 Rekapitulasi Kecenderungan Gaya Belajar ............................................. 47
4.3 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar…. ..................................................... 48
4.4 Statistik Deskriptif Skor Pemahaman Konsep ......................................... 49
4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengkategorian Skor Pemahaman Konsep
Fisika ..................................................................................................... 50
4.6 Standar Deviasi Skor Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik ............. 52
4.7 Hasil Uji Normalitas Gaya Belajar Visual terhadap Pemahaman Konsep
Fisika ..................................................................................................... 53
4.8 Hasil Uji Normalitas Gaya Belajar Auditory terhadap Pemahaman Konsep
Fisika ..................................................................................................... 53
4.9 Hasil Uji Normalitas Gaya Belajar Visual terhadap Pemahaman Konsep
Fisika…………………………………………………………………….. 54
4.10 Hasil Uji Linearitas Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep Fisika Peserta
Didik ..................................................................................................... 54
4.11 Korelasi Gaya Belajar terhadap Pemahaman Konsep .............................. 56
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu
semakin pesat. Hal ini mengakibatkan adanya persaingan di segala bidang
kehidupan, salah satunya di bidang pedidikan.
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar yang dilakukan untuk
meningkatkan sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran.
Dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan harus mampu menciptakan
sumber daya manusia (SDM) yang tangguh, oleh karena itu perlu adanya
peningkatan mutu pendidikan khususnya di Indonesia. Pendidikan pada
intinya adalah upaya sadar yang diberikan oleh peserta didik dalam rangka
membawa peserta didik yang memiliki intelektual yang dicita–citakan.
Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik peserta didik dalam
pembelajaran merupakan salah satu modal utama penyampaian bahan ajar
dan menjadi indikator suksesnya pembelajaran. Pada proses pembelajaran,
guru seharusnya memahami hakikat pelajaran yang diajarkannya agar mampu
mengajarkan materi dengan tenang, santai, dan menarik. Terutama level-level
kognitif yang tinggi dapat diajarkan dengan bahasa yang menarik sehingga
konsep atau pemahaman yang sulit menjadi mudah untuk dimengerti peserta
didik.
Faktanya, fisika adalah salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit
oleh peserta didik dan di hindari oleh peserta didik karena memerlukan
keseriusan dan ketekunan yang tinggi. Fisika erat kaitannya dengan
matematika, dimana dalam menyelesaikan soal-soal fisika kebanyakan m
2
menggunakan analisis perhitungan dan sebagian besar peserta didik memiliki
kemampuan rendah dalam perhitungan.
Permasalahan tersebut banyak ditemukan di sekolah-sekolah.
Berdasarkan observasi yang di lakukan pada saat Magang 3 (PPL),
kebanyakan guru terkhusus guru mata pelajaran fisika itu sendiri hanya
menggunakan 1 gaya belajar misalnya gaya belajar audio/visual saja pada
saat mengajar. Hal inilah yang terkadang membuat peserta didik masih
bingung dan bersifat pasif dalam proses pembelajaran serta interaksi dan
minat peserta didik terhadap mata pelajaran fisika rata-rata masih kurang.
Kurangnya perhatian guru dalam memahami karakteristik setiap peserta didik
adalah faktor utama sehingga kurangnya minat peserta didik dalam belajar
khususnya mata pelajaran fisika itu sendiri. Akibatnya peserta didik hanya
duduk ber jam–jam mendengarkan informasi tanpa menyimpan informasi
yang diperoleh seakan–akan belajar hanya dianggap hal yang membosankan.
Perkembangan teknologi memberikan banyak peluang bagi pendidik
untuk meningkatkan metode pembelajarannya dalam proses PBL. Salah
satunya penggunaan gaya belajar audio, visual, audio-visual, dan kinestetik.
Gaya belajar tersebut mampu merangsang indera penglihatan, indera
pendengaran maupun indera peraba peserta didik dan metode ini dapat
membantu peserta didik untuk lebih memahami sebuah konsep materi dan
dapat mempertajam ingatan mereka dalam mata pelajaran fisika.
Oleh karena itu, untuk lebih mempermudah proses pembelajaran di kelas
maka digunakanlah salah satu metode yang menarik yaitu gaya belajar. Maka
dari itu penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Analisis
3
Pemahaman Konsep Fisika ditinjau dari Gaya Belajar Peserta Didik SMA
Negeri 6 Bulukumba”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran gaya belajar peserta didik?
2. Bagaimana gambaran pemahaman konsep peserta didik?
3. Apakah terdapat hubungan antara gaya belajar dengan pemahaman
konsep?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui karakteristik gaya belajar peserta didik
2. Untuk mengetahui gambaran pemahaman konsep peserta didik.
3. Untuk mengetahui hubungan gaya belajar dengan pemahaman konsep
D. Manfaat Penelitian
1. Guru dapat memahami karakteristik gaya belajar peserta didiknya
2. Guru dapat mengetahui gambaran pemahaman konsep peserta didik.
3. Guru mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap pemahaman konsep
peserta didik
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pemahaman Konsep
Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang
dapat diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Siswa
dapat dikatakan paham jika siswa tersebut mampu menyerap materi yang
dipelajarinya. Lebih lanjut Michener (Herdian, 2010) menyatakan bahwa
pemahaman merupakan salah satu aspek dalam Taksonomi Bloom. Untuk
memahami suatu objek secara mendalam seseorang harus mengetahui 1)
objek itu sendiri, 2) relasinya dengan objek lain yang sejenis, 3) relasinya
dengan objek lain yang tidak sejenis, 4) relasi dual dengan objek lainnya yang
sejenis, 5) relasi dengan objek dalam teori lainnya.
Pemahaman merupakan Salah satu aspek pada ranah kognitif yang
dikemukakan oleh Bloom (dalam Irmayanti, 2012: 30-31), menyatakan
pemahaman yaitu ketika peserta didik dihadapkan pada suatu komunikasi dan
dapat menggunakan ide yang terkandung di dalamnya. Komunikasi yang
dimaksud dapat dalam bentuk lisan atau tulisan dalam bentuk verbal atau
simbolik. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna dan arti
dari suatu konsep (Sudjana, 2013: 50).
Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil
belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan
menangkap makna atau arti dari suatu konsep. Untuk itu diperlukan adanya
hubungan atau pertautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep
5
tersebut (Sudjana, 2013: 50). Hubungan antara konsep dengan makna tersebut
akan menghasilkan perubahan perilaku.
Menurut Rosser (1984) (dalam Dahar, 2011: 63), Konsep adalah suatu
abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan
yang mempunyai atribut yang sama. Konsep adalah abstraksi-abstarksi yang
berdasarkan pengalaman seseorang. Belajar konsep merupakan hasil utama
pendidikan. Menurut Wingkel (dalam Bukhori, 2012: 12), belajar konsep
merupakan bentuk belajar yang dilakukan dengan mengadakan abstraksi yaitu
dalam semua objek yang meliputi benda, kejadian, dan orang; hanya ditinjau
aspek-aspek tertentu yang merupakan sebuah pengetahuan konseptual.
Menurut Anderson & Krathwohl (dalam Pickard, 2007: 49) menyatakan
pengetahuan konseptual lebih kompleks daripada pengetahuan faktual dan
mencakup tiga subtipe: 1) pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, 2)
pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan generalisasi, dan 3) pengetahuan
tentang teori, model, dan struktur. Pengetahuan konseptual diperlukan peserta
didik sebagai dasar dan acuan dalam melakukan perilaku-perilaku tertentu.
Menurut Ausbel (dalam Dahar, 2011: 64), konsep diperoleh dengan dua
cara, yaitu pembentukan konsep dan asimilasi konsep. Pembentukan konsep
merupakan proses induktif dan merupakan belajar penemuan yang
diperuntukkan untuk orang yang lebih tua dalam kehidupan nyata dan
laboratorium dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi. Asimilasi konsep
merupakan proses deduktif dengan menghubungkan atribut-atribut tertentu
dengan gagasan-gagasan yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif
mereka.
6
Menurut Depdiknas, pemahaman konsep merupakan kompetensi yang
ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur
(algoritma) secara luwes, akurat, efisien dan tepat. Menurut Suprijono,
pemahaman konsep adalah tindakan memahami kategori- kategori atau
konsep-konsep yang sudah ada sebelumnya.
Didalam salah satu ranah kognitif yang mengacu pada taksonomi
Bloom adalah pemahaman, yang merupakan kemampuan untuk menangkap
arti materi yang dapat berupa kata, angka, dan menjelaskan sebab akibat.
Belajar konsep merupakan kemampuan seseorang mengembangkan ide
abstrak yang memungkinkannya untuk mengelompokkan/menggolongkan
suatu objek. Bahwa konsep adalah berjenjang, dapat dilihat dari contoh
konsep tentang fungsi bijektif dikembangkan dari konsep relasi dan
sebagainya.
Menurut Bloom et al. (1956: 89) pemahaman konsep dapat dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu translasi (translation), interpretasi (interpretation)
dan ekstrapolasi (extrapolation).
a. Translasi (Translation)
Translasi Sebagai kemampuan seseorang untuk memahami sesuatu
yang dinyatakan dengan cara lain dari pernyataan asli yang telah dikenal
sebelumnya. Bloom et al. (1956: 91-92) mengemukakan indikator
pencapaian kemampuan-kemampuan translasi sebagai a) the ability to
translate a problem given in tehnical or abstract phraseology into concrete
or less abstract phraseologi. Hal ini berarti kemampuan menerjemahkan
suatu masalah yang diberikan dengan kata-kata abstrak menjadi uraian
7
kata-kata yang kongkret; b) the ability to translate relationships expressed
in symbolic form, including illustration, maps, tables, diagrams, graphs
and mathematical and other formulas, to verbal form or vice versa. Hal ini
menunjukkan kemampuan menerjemahkan hubungan yang terkandung
dalam bentuk simbolik, meliputi ilustrasi, peta, tabel, diagram, grafik,
persamaan matematis, dan rumus-rumus lain ke dalam bentuk verbal dan
sebaliknya. Contoh kemampuan pemahaman translasi dalam fisika
misalnya ketika peserta didik diberikan persamaan tekanan hidrostatik,
peserta didik dapat menerjemahkan hubungan antara variabel-variabel
dalam persamaan itu kedalam sebuah bentuk grafik.
b. Interpretasi (Interpretation)
Interpretasi adalah kemampuan sesorang untuk memahami sesuatu
yang direkam, diubah atau disusun dalam bentuk lain seperti grafik, tabel,
diagram dan lain-lain. interpretasi/penafsiran juga merupakan kemampuan
untuk memaknai grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, dan
kemampuan membedakan yang pokok dan yang bukan pokok (Sudjana,
2013 : 51). Contoh kemampuan pemahaman interpretasi misalnya ketika
peserta didik diberikan tabel hasil percobaan Archimedes yaitu berat benda
di udara dan di air yang dipindahkan peserta didik dapat memaknai bahwa
semakin selisih antara berat benda di udara dan di air merupakan besarnya
gaya ke atas yang dialami benda.
c. Ekstrapolasi (Extrapolation)
Ekstrapolasi adalah kemampuan seseorang menyimpulkan dan
menyatakan lebih eksplisit suatu bentuk grafik; data-data; memprediksi
8
konsekuensi-konsekuensi dari tindakan yang digambarkan dari sebuah
komunikasi; sensitif atau peka terhadap faktor yang mungkin membuat
prediksi menjadi akurat. Contoh kemampuan ekstrapolasi misalnya ketika
peserta didik diberikan gambar tiga pipa berhubungan yang berbeda
ukurannya semakin kecil pada pipa 3, dengan kecepatan aliran fluida di
setiap pipa masing-masing v1 , v2 dan v3 . Berdasarkan data dan gambar
peserta didik dapat memahami dengan mampu memprediksi kecepatan
aliran fluida pada pipa 3.
Adapun indikator dari pemahaman konsep menurut Bloom (Anderson.
Et al. 2010: 100) adalah sebagai berikut:
1. Menafsirkan yaitu mengubah dari suatu bentuk informasi ke bentuk
informasi
2. Mengklasifikasikan yaitu mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena)
masuk dalam kategori tertentu.
3. Menyimpulkan yaitu menemukan suatu pola dari sederetan contoh atau
fakta.
4. Menjelaskan yaitu membangun dan menggunakan model sebab akibat
Skor pemahaman konsep peserta didik dapat dikategorikan menurut
penilaian acuan patokan. Tujuan penggunaan acuan patokan (kriteria)
berfokus pada kelompok perilaku peserta didik yang khusus yang didasarkan
pada kriteria atau standar khusus (Mansyur dkk, 2009: 106). Hal tersebut
diperlukan dalam penilaian karena skor individu tidak dapat memberikan
informasi yang banyak. Sehingga, diperlukan pengkategorian skor individu
dalam sebuah pembagian kelompok yang seimbang. Salah satu cara membagi
9
atau mengkategorikan skor pemahaman konsep peserta didik adalah dengan
membuat interval kelompok dengan memggunakan skor terendah dan skor
tertinggi yang memungkinkan untuk dicapai peserta didik dan jumlah
kategori yang dinginkan (Irianto, 2004: 36).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
pemahaman konsep adalah suatu tingkatan dimana peserta didik mampu
menangkap makna dari suatu konsep baik yang berupa verbal maupun tulisan
sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang
dimaksud adalah perubahan kemampuan mentranslasi, menginterpretasi dan
mengekstrapolasi.
B. Gaya Belajar Siswa
1. Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar adalah cara yang cenderung dipilih seseorang untuk
menerima informasi dari lingkungannya dan memproses informasi tersebut
atau cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari
lingukungan dan memproses informasi tersebut.
Gaya belajar adalah cara konsisten yang dilakukan oleh seorang murid
dalam menangkap stimulus dan informasi, cara mengingat atau berpikir,
dan memecahkan soal. Cara belajar ini berkaitan erat dengan pribadi
seseorang yang tentu dipengaruhi oleh pendidikan dan riwayat
pendidikannya.
Berikut adalah pemamparan para ahli dalam mendefinisikan
pengertian dari gaya belajar :
10
a. Menurut James and Gardner (Nur. 2012) gaya belajar adalah cara
yang kompleks dimana para siswa menganggap dan merasa paling
efektif dan efisien dalam memproses, menyimpan dan memanggil
apa yang telah mereka pelajari.
b. Menurut Kolb mengatakan bahwa gaya belajar merupakan metode
yang dimiliki indivu untuk mendapatkan informasi, sehingga pada
prinsipnya gaya belajar merupakan bagian integral dan siklus
belajar.
c. Menurut Keefe gaya belajar adalah factor-faktor kognitif, afektif,
dan fisiologis yang menyajikan beberapa indicator yang relative
stabil tentang bagaimana para siswa merasa, berhubungan dengan
lainya dan breaksi terhadap lingkungan belajar.
d. Gordon Dryden dan Dr. Jeanette Gaya belajar adalah cara yang
diambil oleh masing masing orang dalam menyerap informasi baru
dan sulit, bagaimana mereka berkonsentrasi memproses dan
menampung informasi yang masuk ke otak.
e. Menurut Adi W. Gunawan Pengertian gaya belajar adalah cara
yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir,
memproses dan mengerti suatu informasi.
f. Bobby Deporter Gaya belajar adalah seseorang yang belajar
dengan menggunakan cara berbeda-beda, dan semua cara sama
baiknya. Setiap cara mempunyai kekuatan sendiri-sendiri. Dalam
kenyataannya kita semua memiliki gaya belajar itu (audio, visual,
dan kinestetik) hanya saja biasanya satu gaya yang mendominasi.
11
g. Menurut Joko Susilo gaya belajar adalah cara yang cenderung
dipilih seorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan
memperoleh informasi tersebut.
Berdasarkan pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
gaya balajar adalah cara yang cenderung dipilih atau dilakukan karena
kebiasaan untuk menerima informasi dari sekolah sebagai perolehan
informasi dari pengetahuan, keterampilan atau sikap-sikap dalam
memproses informasi tersebut melalui belajar atau pengalaman.
Pada awal pengalaman belajar, salah satu diantara langkah pertama
adalah mengenali modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial
atau kinestetik. Orang visual belajar melalui dari apa yang mereka lihat,
pelajar auditorial belajar dari apa yang mereka dengar, pelajar kinestetik
lewat gerak atau sentuhan. Walaupun masing-masing dari kita belajar
dengan menggunakan ketiga modalitas pada tahapan tertentu kebanyakan
orang lebih cenderung pada salah satu diantara ketiganya.
2. Jenis-jenis Gaya Belajar
Bunda Lucy dalam bukunya berjudul Panduan Praktis Tes Minat dan
Bakat Anak mengemukakan tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas
yang digunakan individu dalam memproses informasi ketika gaya belajar
itu adalah:
a. Gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat)
Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitik beratkan pada
ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus
diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham Gaya belajar
12
seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya
untuk kemudian bisa mempercayainya. Pelajar visual membuat
banyak simbol dan gambar dalam catatan mereka.
Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang
menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat
sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya
atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap
warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah
artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara
langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit
mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah
menginterpretasikan kata atau ucapan.
Adapun ciri-ciri gaya belajar visual adalah sebagai berikut:
1) Berbicara dan membaca dengan cepat
2) Mengingat apa yang dilihat, daripada yang didengar
3) Mengingat dengan asosiasi visual
4) Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga
penampilan
5) Biasanya tidak terganggu oleh keributan
6) Pembaca cepat dan tekun
7) Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon
dan dalam rapat
8) Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya
atau tidak
13
9) Memperhatikan gerak gerik lawan bicara
10) Lebih suka seni daripada musik
b. Auditorial (belajar dengan cara mendengar)
Gaya belajar ini mengandalkan pendengaran untuk memahami
sekaligus mengingatnya. Mereka menikmati saat-saat mendengarkan
apa yang disampaikan oleh orang lain. Karateristik model belajar ini
benar- benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama untuk
menyerap informasi tertentu, anak harus mendengarnya terlebih
dulu. Artinya anak harus mendengar baru kemudian bisa mengingat
dan memahami informasi yang diterima.
Untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan siswanya
hingga ke alat pendengarannya. Cobalah untuk menerjemahkan
pengalaman anak dengan suara. Anak auditori dapat mencerna yang
disampaikan melalui intonasi suara, pitch tinggi rendahnya,
kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis
terkadang mempunyai makna yang minim bagi pelajar auditorial.
Pelajar auditorial biasanya dapat menghafal lebih cepat pada saat
membaca teks dengan keras atau mendengarkan kaset.
Pelajar auditori cenderung menyukai cara belajar dengan cara
mendengarkan, contoh mendengarkan cerita, serta mengulang
informasi adalah cara utama dalam belajar mereka. Para pelajar
auditori mungkin lebih suka merekam dengan kaset daripada
mencatat, karena mereka suka mendengarkan informasi berulang-
ulang.
14
Ciri-ciri gaya belajar Auditori yaitu sebagai berikut:
1) Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja
2) Mudah terganggu oleh keributan
3) Menggunakan bibir dalam mengucapkan tulisan di buku
ketika membaca.
4) Senang membaca dengan keras dan mendengarkan
5) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama
dan warna suara
6) Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam
bercerita
7) Berbicara dalam irama yang terpola
8) Biasanya pembicara yang fasih
9) Lebih suka musik daripada seni
10) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada yang dilihat
c. Kinestetik (Belajar dengan cara bergerak,
bekerja dana menyentuh)
Gaya belajar Kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan
individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada
beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua
orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan
tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus
mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang
15
memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca
penjelasannya.
Ciri-ciri gaya belajar Kinestetik adalah sebagai berikut:
1) Berbicara dengan perlahan
2) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang
3) Belajar melalui manipulasi dan praktik
4) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca
5) Banyak menggunakan isyarat tubuh
6) Dalam keadaan santai mereka biasanya lebih menyukai
bermain games dan berolahraga
7) Tidak dapat diam dalam waktu yang lama
8) Menanggapi perhatian fisik
9) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
10) Menghafal dengan cara melihat
d. Teori Gaya Belajar Menurut Bobbi Deporter
Menurut Bobby Depoter dalam Quantum Learning
mengemukakan bahwa “ Jika Anda akrab dengan gaya belajar anda
sendiri, Anda dapat mengambil langkah-langkah penting untuk
membantu diri anda belajar lebih cepat dan lebih mudah yang dapat
meningkatkan hasil belajar anda.
Pada awal pengalaman belajar, salah satu di antara langkah-
langkah pertama kita adalah mengenali modalitas seseorang sebagai
modalitas seseorang sebagai modalitas visual, auditorial, atau
kinestetik (V-A-K).
16
Seperti yang diusulkan istilah-istilah ini, orang visual belajar
melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial melakukanya
melalui apa yang mereka apa yang mereka dengar, dan pelajar
kinestetik belajar lewat gerak dan sentuhan walaupun masing-masing
dari kita belajar dengan menggukan salah satu diantara ketiganya
modalilitas ini pada tahap tertentu, kebanyakan orang lebih
cenderung pada salah satu diantara ketiganya.
Gaya belajar adalah kunci untuk mengembangkan kinerja
dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi.
Ketika seseorang menyadari bagaimana cara belajarnya, maka
seseorang tersebut akan lebih mudah untuk belajar dan menyerap
informasi yang di dapat dengan menggunakan gaya belajarnya
sendiri.
Dalam teori diatas dijelaskan bahwa gaya belajar adalah kunci
kesuksesan seseorang dalam mengembangkan potensi yang ada pada
diri seseorang. Sebuah keunikan individu perlu diperhatikan bukan
sebagai gangguan tetapi sebagai perbedaan, dengan perspektif ini
maka pribadi yang unik dapat dipandang sebagai pribadi yang utuh,
pribadi yang utuh akan melakukan proses belajar dengan gaya-gaya
belajar yang unik pula.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar
Rita Dunn, seorang pelopor di bidang gaya belajar, telah
menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang,
yaitu:
17
1) faktor fisik
2) faktor emosional
3) faktor sosiologis, dan
4) faktor lingkungan.
Sebagian orang, misalnya, dapat belajar paling baik dengan cahaya
yang terang, sedang sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram.
Ada orang yang belajar paling baik secara berkelompok, sedang yang lain
lagi memilih adanya figur otoriter seperti orangtua atau guru, yang lain
lagi merasa bahwa bekerja/belajar sendirilah yang paling efektif bagi
mereka. Sebagian orang memerlukan musik sebagai latar belakang, sedang
yang lain tidak dapat berkonsentrasi kecuali dalam ruangan sepi. Ada
orang-orang yang memerlukan lingkungan kerja yang rapi dan teratur,
tetapi yang lain lagi lebih suka menggelar segala sesuatunya supaya
terlihat.
Ketika belajar siswa perlu berkonsentrasi dengan baik. Untuk bisa
berkonsentrasi dengan baik, perlu adanya lingkungan yang mendukung
belajar siswa. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi
belajar siswa antara lain:
1) Suara
Tiap siswa mempunyai reaksi yang berbeda-beda terhadap suara, ada
yang menyukai belajar dengan mendengarkan musik lembut, keras
ataupun nonton televisi. Ada juga yang menyukai belajar dalam suasana
sepi dan ada juga yang menyukai belajar dalam suasana ramai dalam
belajar kelompok.
18
2) Pencahayaan
Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang dirasakan
dibandingkan pengaruh suara. Hal ini dapat diatur dengan mudah dan
pencahayaan yang dibutuhkan siswa agar dapat berkonsentrasi dalam
belajar.
3) Temperatur
Tiap siswa juga mempunyai selera yang berbeda- beda. Ada yang
suka tempat sejuk, ada juga yang lebih menyukai tempat yang hangat.
4) Desain belajar
Desain belajar ada dua macam, yaitu desain belajar formal dan desain
belajar tidak formal. Desain formal contohnya belajar di meja belajar
lengkap dengan alat-alatnya, sedang desain tidak formal belajar dengan
santai, duduk di lantai, duduk di sofa ataupun sambil tiduran.
Menurut Lou Russel (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi
proses pembelajaran bagi beragam pembelajar di antaranya adalah waktu,
pencahayaan, suhu, peran figur otoritas (apa yang diharapkan oleh orang
lain), peran diri sendiri (apa yang mereka harapkan sendiri), bekerja
dengan orang lain atau sendirian, makan atau tidak ketika proses
pembelajaran berlangsung, dan memiliki banyak pilihan ketika belajar.
Banyak pula faktor-faktor yang mempengaruhi dari luar diri siswa
(faktor ekstern), di samping faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri
(faktor intern). Faktor-faktor intern yang mempengaruhi gaya belajar siswa
antara lain:
19
1) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah mencakup dua bagian yaitu kesehatan dan cacat
tubuh. Faktor kesehatan berpengaruh pada kegiatan belajar. Proses belajar
akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga akan
cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk bila badannya
lemah, kurang darah ataupun ada gangguan pada alat indera serta tubuh.
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh. Cacat itu bisa berupa buta, setengah buta, tuli,
setengah tuli, patah kaki, lumpuh dan lain- lain. Keadaan cacat tubuh
demikian juga mempengaruhi kegiatan belajar seseorang.
2) Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan.
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada manusia walaupun susah dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani (bersifat psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan menurunnya
daya tahan tubuh. Adapun kelelahan rohani dapat dilihat dengan
kurangnya minat belajar, kelesuan dan kebosanan untuk belajar, sehingga
minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Faktor kelelahan
dalam diri seseorang berbeda-beda. Oleh karena, itu perlu cara atau gaya
belajar yang berbeda.
20
Faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi gaya belajar siswa di
antaranya:
1) Faktor keluarga
Seseorang yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa cara orangtua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana
rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang akan mempengaruhi cara atau gaya belajar
siswa antara lain metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan
siswa, hubungan siswa dengan siswa, disiplin atau tata tertib sekolah,
suasana belajar, standar pelajaran, keadaan gedung, letak sekolah dan
lainnya. Faktor guru misalnya, kepribadian guru, kemampuan guru
memfasilitasi siswa dan hubungan antara guru dengan siswa turut
mempengaruhi cara atau gaya belajar siswa.
3) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga mempengaruhi
terhadap gaya belajar siswa. Faktor- faktor masyarakat yang
mempengaruhi gaya belajar siswa meliputi kegiatan peserta didik dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan terhadap masing-
masing dari tipe gaya belajar agar dapat optimal saat belajar.
1) Gaya Belajar Visual
Pendekatan yang bisa dilakukan terhadap gaya belajar visual antara
lain :
21
a) Gunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan
informasi atau materi pelajaran. Perangkat grafis itu bisa berupa
film, slide, gambar ilustrasi, coretan-coretan, kartu bergambar,
catatan dan kartu-kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk
menjelaskan suatu informasi secara berurutan.
b) Koleksi beberapa buku, baik pelajaran maupun non pelajaran. Anak
tipe visual lebih menyukai membaca daripada dibacakan. Tidak ada
salahnya sesekali mengajak siswa belajar di perpustakaan agar bisa
memilih buku sesuai yang disukai.
c) Ajari siswa membuat peta konsep (mind mapping). Warna dan
gambar yang digunakan dalam pembuatan mind mapping sangat
membantu anak dalam belajar.
d) Highlighter: anak tipe visual lebih peka terhadap warna. Oleh
karena itu, ada baiknya menampilkan media dengan beberapa
warna highlighter untuk siswa.
e) Alat peraga sebagai media pembelajaran sangat membantu anak
tipe visual.
f) Perhatikan penerangan di tempat belajar, anak visual lebih dominan
menggunakan indra penglihatan. Oleh karenanya, ruangan yang
sangat terang sangat dibutuhkan oleh anak tipe ini. Jika
memungkinkan, sesekali mengajak siswa belajar di tempat yang
berbeda atau ruangan lain agar siswa mendapatkan suasana baru
sehingga dapat mendongkrak semnagat belajarnya.
22
g) Disiplin ditegakkan dengan „teladan‟: anak tipe visual tidak
membutuhkan perkataan panjang lebar, tetapi cukup mencontoh
perbuatan figur seperti orangtua atau guru.
2) Gaya Belajar Auditori
Pendekatan yang bisa dilakukan bila siswa memiliki kesulitan belajar
pada tipe auditori antara lain:
a) Gunakan alat perekam sebagai alat bantu. Alat ini digunakan untuk
merekam bacaan atau catatan yang dibacakan atau ceramah pengajar
di depan kelas untuk kemudian didengarkan kembali.
b) Sering mengajak anak berdiskusi.
c) Mencoba untuk membaca informasi, kemudian diringkas dalam
bentuk lisan dan direkam untuk kemudian didengarkan dan dipahami.
d) Melakukan review secara verbal dengan teman atau pengajar.
e) Menegakkan disiplin cukup dengan kata-kata.
f) Menjauhkan anak dari suara-suara berisik karena akan mengganggu
konsentrasi belajarnya.
3) Gaya Belajar Kinestetik
Anak yang bertipe kinestetik, dapat melakukan pendekatan dengan
cara sebagai berikut:
a) Gunakan komputer/laptop sebagai sarana penunjang alat belajar siswa.
Karena dengan alat tersebut siswa bisa terlihat aktif dalam melakukan
sentuhan, sekaligus menyerap informasi dalam bentuk gambar dan
tulisan.
b) Penegakan disiplin paling efektif dengan teknik time out.
23
c) Mencari buku-buku pelajaran bergambar. Anak tipe kinestetik
biasanya merasa lebih mudah menyerap dan memahami informasi
dengan cara menjiplak gambar atau kata-kata untuk belajar
mengucapkannya atau memahami fakta.
d) Metode belajar sambil bermain. Anak tipe kinestetik tidak dapat
menyerap informasi pelajaran yang disampaikan secara formal
(komunikasi satu arah atau duduk manis). Dalam pembelajaran sains
misalnya, ada baiknya mengajak siswa melakukan percobaan
sederhanaatau menggunakan beberapa model atau peraga serta study
langsung fakta di lapangan.
e) Buat jeda di tengah waktu belajar secara tetap. Anak tipe kinestetik
tidak akan mampu menyerap pelajaran jika duduk manis dalam waktu
yang lama. Oleh karena itu, belajar 30 menit lalu jeda 3-6 menit untuk
melakukan aktivitas ringan, lalu dilanjutkan belajar lagi akan lebih
baik daripada belajar 1 jam lalu istirahat 15-20 menit.
4. Karakteristik Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan kecenderungan siswa untuk mengadaptasi
strategi tertentu dalam belajarnya sebagai bentuk tanggung jawabnya
untuk mendapatkan satu pendekatan belajar yang sesuai dengan tuntutan
belajar di kelas/sekolah maupun tuntutan dari mata pelajaran
(Slamento,2003).
Fleming dan Mills (1992) dalam Slamento (2003) mengajukan
kategori gaya belajar (Learning Style) VARK ( Visual, Auditory, Read-
write, Kinestetic) tersebut sebagai berikut :
24
1. Visual (V)
Kecenderungan ini mencakup menggambarkan informasi dalam
bentuk peta, diagram, garfik, flow chart dan symbol visual seperti
panah, lingkaran, hirarki dan materi lain yang digunakan instruktur
untuk mempresentasikan hal-hal yang dapat disampaikan dalam kata-
kata. Hal ini mencakup juga desain, pola, bentuk dan format lain yang
digunkan untuk menandai dan menyampaikan informasi.
Beberapa karakteristik Visual Learner adalah :
a. Senantiasa melihat bibir guru yang sedang mengajar
b. Menyukai instruksi tertulis, foto dan ilustras untuk dilihat
c. Saat petunjuk untuk melakukan sesuatu diberikan biasanya kan
melihat teman-teman lainnya baru dia sendiri bertindak.
d. Cenderung menggunakan gerakan tubuh untuk mengekspresikan
atau mengganti sebuah kata saat mengungkapkan sesuatu.
e. Kurang menyukai berbicara di depan kelompok dan kurang
menyukai untuk mendengarkan orang lain.
f. Biasanya tidak dapat mengingat informasi yang diberikan secara
lisan.
g. Menyukai diagram, kalender maupun grafik time-line untuk
mengingat bagian peristiwa.
h. Selalu mengamati seluruh elemen fisik dari lingkungan belajar.
i. Lebih menyukai peragaan daripada penjelasan lisan.
j. Biasanya tipe ini dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut
atau ramai tanpa merasa terganggu.
25
k. Mengorganisir materi belajarnya dengan hati-hati.
l. Berusaha mengingat dan memahami menggunakan diagram, table
dan peta.
m. Mempelajari materi dengan membaca catatan dan membuat
ringkasan.
2. Aural atau Auditory Learning (A)
Modalitas ini menggambarkan preferensi terhadap informasi yang
didengar atau diucapkan. Siswa dengan modalitas ini belajar secara
maksimal dari ceramah, tutorial, tape diskusi kelompok, bicara dan
membicarakan materi. Hal ini mencangkup berbicara dengan suara
keras atau bicara kepada diri sendiri.
Beberapa karakteristik Auditory Learner antara lain :
a. Mampu mengingat dengan baik apa yang mereka katakana maupun
yang orang lain sampaikan.
b. Mengingat dengan baik dengan jalan selalu mengucapkan dengan
nada keras dan mengulang-ulang kalimat.
c. Sangat menyukai diskusi kelompok.
d. Menyukai diskusi yang lebih lama terutama untuk hal-hal yang
kurang mereka pahami.
e. Mampu menginngat dengan baik materi yang didiskusikan dalam
kelompok atau kelas.
f. Mengenal banyak sekali lagu atau iklan TV dan bahkan dapat
menirukannya secara tepat dan komplit.
g. Suka berbicara.
26
h. Kurang suka tugas membaca (dan pada umumnya bukanlah pembaca
yang baik).
i. Kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
j. Kurang dalam mengerjakan tugas mengarang atau menulis.
k. Kurang memperhatikan hal-hal baru dalam lingkungan sekitarnya
seperti : hadirnya anak baru, adanya papan pengumuman yang baru
dsb.
l. Sukar bekerja dengan tenang tanpa menimbulkan suara.
m. Mudah terganggu konsentrasi karena suara dan juga susah
berkonsentrasi bila tidak ada suara sama sekali.
3. Kinestetic atau Tactile Learner (K)
Berdasarkan definisi, modalitas ini mengarah pada pengalaman
dan latihan (simulasi atau nyata, meskipun pengalaman tersebut
melibatkan modalitas lain. Hal ini mencakup demonstrasi, simulasi,
video dan film dari pelajaran yang sesuai aslinya, sama halnya dengan
studi kasus, latihan dan aplikasi. Beberapa karakteristiknya adalah :
a. Suka menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya
b. Sulit untuk berdiam diri
c. Suka mengerjakan segala sesuatu dengan menggunakan tangan
d. Biasanya memiliki koordinasi tubuh yang baik
e. Suka menggunakan objek yang nyata sebagai alat bantu belajar
f. Mempelajari hal-hal yang abstrak (symbol matematika, peta dsb)
g. Mengingat secara baik bila secara fisik terlibat aktif dalam proses
pembelajaran
27
h. Menikmati kesempatan untuk menyusun atau menangani secara fisik
materi pembelajaran
i. Sering berusaha membuat catatan hanya untuk menyibukkan diri
tanpa memanfaatkan hasil catatan tersebut
j. Menyukai penggunaan computer
k. Mengungkapkan minat dan ketertarikan terhadap sesuatu secara fisik
dengan bekerja secara antusias
l. Sulit apabila diminta untik berdiam diri atau berada disuatu tempat
untuk beberapa lama tanpa aktifitas fisik
m. Sering bermain-main dengan benda disekitarnya sambil
mendengarkan atau mengerjakan sesuatu
C. Kerangka Pikir
Gaya belajar sebagai cara seseorang dalam menerima pelajaran dengan
tingkat penerimaan yang optimal dibandingkan dengan cara yang lain. Guru
harus mengetahui karakter belajar pada peserta didik agar dapat
mengaplikasikan strategi serta pendekatan yang tepat. Hal ini dapat dilihat
dari pemahaman konsep peserta didik. Dapat dilihat pada bagan berikut ini :
28
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Karakteristik Peserta Didik
Gaya Belajar Pemahaman Konsep
Visual
Auditori
Kinestetik
Menafsirkan
Mengklasifikasikan
Menyimpulkan
Menjelaskan
29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimen (expost facto) yang
bersifat deskriptif dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif dimana
penelitian ini mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, atau kejadian yang
terjadi secara faktual, sistematis, dan akurat.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA
Negeri 6 Bulukumba.
Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa peserta didik yang terpilih
melalui teknik random sampling. Penentuan jumlah sampel mengacu/merujuk
pada penentuan sampel minimum berdasarkan tabel Harry King.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian adalah pemahaman konsep dan gaya belajar.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Gaya belajar yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu cara yang
digunakan siswa secara dominan dalam proses belajar yang terdiri dari 3
jenis, yaitu visual (melihat), auditorial (mendengar), dan kinestetik
(bergerak) yang dinyatakan dengan skor diperoleh melalui koesioner yang
berbentuk skala.
2. Pemahaman konsep fisika dalam penelitian ini yaitu skor total yang
diperoleh peserta didik setelah diberikan tes pemahaman konsep fisika
30
yang meliputi indikator-indikator di antaranya menafsirkan,
mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, membandingkan,
menyimpulkan, serta menjelaskan.
E. Prosedur Penelitian
Adapun langkah-langkah yang di gunakan dalam penelitian ini sebagai
berikut :
1. Melakukan observasi terhadap sekolah.
2. Memilih beberapa peserta didik dari keseluruhan peserta didik yang
dijadikan objek dalam penelitian ini.
3. Memberikan beberapa kuisoner kepada beberapa peserta didik untuk
mengetahui karakteristik gaya belajar pada peserta didik tersebut.
4. Mencari persentase karakteristik gaya belajar peserta didik dari kuisoner
tersebut.
5. Menyebarkan angket berupa kuisoner dengan test (essay) kepada peserta
didik untuk mengetahui sejauh mana peserta didik memahami materi
pelajaran yang telah diberikan sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki.
6. Menyusun laporan penelitian.
F. Instrumen Penelitian
1. Angket
Untuk mendukung proses pengumpulan data dan memperoleh data
yang diinginkan, peneliti menggunakan instument berupa metode angket
atau kuesioner adalah suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang
pada umumnya menyangkut kepentingan umum (orang banyak),
dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa
31
angket diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk
mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon) tertulis sepenuhnya.
Angket ini berisi pernyataan-pernyataan yang mencakup ciri-ciri
gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Angket ini diisi langsung
oleh peserta didik dengan memberikan tanda ceklis pada kolom yang
sudah disediakan. Pilihan jawaban yang digunakan dalam kuesioner ini
terdiri dari 4 pilihan yaitu sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju
(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).
2. Tes Pemahaman Konsep
Untuk mendukung proses pengumpulan data dan memperoleh data
pemahaman konsep fisika peserta didik selama mengikuti pelajaran,
peneliti menggunakan tes soal pilihan ganda.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat
yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan datanya, pengumpulan
data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai cara.
Untuk memperoleh dan mengumpulkan data, peneliti menggunakan 2
instrumen sebagai berikut :
1. Metode Angket
Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden. Dengan
menggunakan metode angket, data dapat dikumpulkan melalui hasil
pengisian angket oleh responden guna untuk mengetahui karakteristik
32
gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik kelas XI di SMA Negeri 6
Bulukumba.
2. Tes Pemahaman Konsep
Tes pemahaman konsep merupakan teknik pengumpulan data di
mana peneliti memberikan seperangkat pertanyaan tertulis dalam bentuk
soal pilihan ganda kepada responden untuk di jawab guna mengetahui
sejauh mana pemahaman konsep fisika peserta didik terhadap materi
yang telah diberikan sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.
H. Uji Validitas dan Reabilitas
1. Uji Validitas Butir Soal Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Validitas butir soal tes berbentuk pilihan ganda (Multiple Choice)
digunakan rumus point biserial. Adapun rumus point biserial sebagai
berikut:
𝛾𝜌𝑏𝑖 =𝑀𝑝 − 𝑀𝑙
𝑆𝑡√
𝑝
𝑞
Keterangan : 𝛾𝜌𝑏𝑖 = koefisien korelasi biserial
𝑀𝑝 = Rata-rata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya
𝑀𝑖 = rata-rata skor total 𝑆𝑡 = Standar deviasi dari skor total proporsi 𝑝 = proporsi siswa yang menjawab benar
𝑝 =𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎
q= proporsi siswa yang menjawab salah (q=1-p)
2. Uji Reabilitas Butir Soal Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Reabilitas butir soal berbentuk pilihan ganda menggunakan rumus
KR-20 sebagai berikut :
33
𝑟11 = (𝑛
𝑛 − 1) (
𝑆2 − Σ𝑝𝑞
𝑆2)
Keterangan :
𝑟11= reabilitas tes secara keseluruhan P = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subyek yang menjawab item yang salah
∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q n = Banyak item S2 = Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Sedangkan rumus varians yang digunakan untuk menghitung
reabilitas, sebagai berikut :
𝑆2 =Σ𝑥2 −
(Σ𝑥)2
𝑁𝑁
Keterangan : S2 = varians (standar deviasi kuadrat)
(∑x)2 = kuadrat jumlah skor yang diperoleh siswa ∑x2 = Jumlah kuadrat skor yang diperoleh siswa
N = Banyaknya subjek pengikut tes
I. Teknik Analisis Data
1. Uji Gregory Analisis uji Gregory yang dimaksudkan untuk melihat layak atau tidak
layaknya suatu instrumen dalam penelitian melalui pakar dengan rumus.
𝑉𝑖 =𝐷
𝐴 + 𝐵 + 𝐶 + 𝐷
Dengan bantuan tebel tabulasi silang 2×2 seperti di bawah ini :
34
Tabel 3.1 Tabel Tabulasi 2×2
Rater 1
Kurang Sangat relevan skor 1-2
Sangat relevan skor
3-4
Rater 2
Kurang relevan skor 1-2
A
B
Sangat relevan skor 3-4
C
D
Dengan
Vi = Validitas Konstruk A = Kedua rater tidak setuju B = Rater I setuju, rater II tidak setuju C = Rater II setuju, rater I tidak setuju D = Kedua rater setuju
2. Analisis Statistik
a. Angket
Analisis data angket gaya belajar tentang kecenderungan gaya
belajar yang dimiliki peserta didik. Kuesioner ini terdiri dari 60 butir
pertanyaan dan memuat 4 butir pilihan jawaban : Sangat Setuju, setuju,
tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Setiap item soal memiliki skor
yang berbeda sesuai dengan jawaban yang dipilih seperti pada tabel
berikut.
Tabel 3.2 Angket Chek List
No Jawaban Skor
1. Sangat setuju 4
2. Setuju 3
3. Tidak setuju 2
4. Sangat tidak setuju 1
35
Dengan penyebaran indikator gaya belajar peserta didik pada soal,
maka kuesioner ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
● No 1-20 menunjukkan aspek Visual
● No 21-40 menunjukkan aspek Auditorial
● No 41-60 menunjukkan aspek Kinestetik
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya
peresentas kecenderungan gaya belajar peserta didik Analisis gaya
belajar peserta didik melalui tes menggunakan persentase sebagai
berikut:
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 (%) =𝑆
𝑁× 100%
Keterangan : % : Presentase S : Jumlah peserta didik dengan gaya belajar auditory, visual, dan kinestetik N : Jumlah keseluruhan sampel
Setelah dilakukan penghitungan skor maka dilakukan
penggolongan kecenderungan gaya belajar peserta didik, masing-
masing gaya belajar dihitung jumlah peserta didik dan dibandingkan
dengan jumlah siswa seluruhnya, dilakukan pemberian tingkatan gaya
belajar perta didik (viual, auditori, dan kinestetik).
b. Pemahaman Konsep
Deskriptif kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan
pemahaman konsep fisika peserta didik terhadap karakteristik gaya
belajar peserta didik dalam hubungannya dengan penguasaan materi
yang diajarkan oleh guru.
36
Analisis pemahaman konsep fisika peserta didik, yaitu :
1) Skor rata-rata pada pemahaman konsep fisika peserta didik
diperoleh dengan menggunakan
�̅� =∑ 𝑥𝑖
𝑘𝑖=1
𝑛
Keterangan : �̅� : Nilai rata-rata
∑ 𝑥𝑖𝑘𝑖=1 : Sigma yang menunjukkan penjumlahan dari sekelompok data
𝑛 : banyaknya data dari 𝑖 = 1 sampai 𝑘
2) Menggunakan skor deviasi
Untuk memperoleh skor deviasi pada penelitian ini
digunakan perhitungan standar deviasi untuk data bergolongan,
yaitu
𝑆 = √Σ𝑓𝑖 (𝑥𝑖 − �̅�)2
(𝑛 − 1)
3) Kategori
Menurut (Riduwan, 2012:41), skor yang diperoleh peserta
didik dapat dikelompokkan ke dalam lima kriteria sesuai dengan
jumlah skor ideal dari tiap instrumen.
Tabel 3.3 Kriteria Interpretasi Skor
Interval Skor Kriteria Interpretasi
10 - 120 Sangat Tinggi
21 - 140 Tinggi
41 - 160 Cukup
61 - 180 Rendah
81 - 100 Sangat Rendah
37
(Riduwan, 2012:41
3. Analisis Infrensial
a. Uji Normalitas
Uji prasyarat analisis pada penelitian ini menggunakan uji
normalitas, bertujuan untuk mengetahui sebaran data pada variable
gaya belajar dan hasil belajar fisika. Uji normalitas dilakukan
menggunakan uji Chi Kuadrat. Adapun rumus yang digunakan
yaitu
𝑋2 = ∑(𝑂𝑖 − 𝐸𝑖 )2
𝐸𝑖
Dengan : Oi = Frekuensi observasi Ei = Frekuensi harapan
Jika nilai X2 hitung < nilai X2 tabel maka data tersebut
terdistribusi normal.
b. Analisis Linearitas
Pengujian linieritas dilakukan untuk menguji garis regresi
antara variabel bebas dengan variabel terikat merupakan garis lurus
atau tidak sehingga dapat dilakukan peramalan. Adapun rumus-rumus
yang digunakan dalam uji linieritas adalah:
1) Rumus menghitung jumlah kuadrat regresi (JKreg(a)):
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎) =(∑ Y)2
N
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎) =(∑ Y)2
n
38
dengan: ∑Y = Jumlah skor Y N = Jumlah responden
2) Rumus menghitung jumlah kuadrat regresi b/a (JKreg(b/a)):
dengan: ∑X = Jumlah skor X ∑Y = Jumlah skor Y ∑XY = Jumlah hasil perkalian skor X dan Y N = Jumlah responden
3) Rumus menghitung jumlah kuadrat residu (JKres):
dengan: ∑Y2 = Jumlah skor X
4) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a (RJKreg(a)):
5) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a
(RJKreg(b/a)):
6) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKres):
dengan: N = Jumlah responden
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑏/𝑎) = b (∑ XY −∑ X ∑ Y
N)
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑏/𝑎) = b (∑ XY −∑ X ∑ Y
n)
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 = ∑ Y2 − 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑏/𝑎) − 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎)
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 = ∑ Y2 − 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑏/𝑎) − 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎)
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎) = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎)
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎) = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎)
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑏/𝑎) = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑏/𝑎)
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑏/𝑎) = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑏/𝑎)
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
N − 2
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
n − 2
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 =𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
n − 2
39
7) Rumus menghitung jumlah kuadrat error (JKE):
dengan: ∑Y = Jumlah skor Y ∑Y2 = Jumlah hasil kuadrat skor Y N = Jumlah responden
Untuk menghitung JKE urutkan data x mulai dari data yang
paling kecil sampai data yang paling besar berikut disertai dengan
pasangannya.
8) Rumus menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC):
9) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC):
dengan: 𝐽𝐾𝑇𝐶 = Jumlah kuadrat tuna cocok k = Jumlah kelompok
10) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE):
dengan: 𝑁 = Jumlah responden k = Jumlah kelompok
𝐽𝐾𝐸 = ∑ {∑ Y2 −(∑ Y)2
N}
k
𝐽𝐾𝐸 = ∑ {∑ Y2 −(∑ Y2)
n}
k
𝐽𝐾𝐸 = ∑ {∑ Y2 −(∑ Y2)
n}
k
𝐽𝐾𝐸 = ∑ {∑ Y2 −(∑ Y2)
n}
k
𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 − 𝐽𝐾𝐸
𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 − 𝐽𝐾𝐸
𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 − 𝐽𝐾𝐸
𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 − 𝐽𝐾𝐸
𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 =𝐽𝐾𝑇𝐶
𝑘 − 2
𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 =𝐽𝐾𝑇𝐶
𝑘 − 2
𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 =𝐽𝐾𝑇𝐶
𝑘 − 2
𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 =𝐽𝐾𝑇𝐶
𝑘 − 2
𝑅𝐽𝐾𝐸 =𝐽𝐾𝐸
𝑁 − 𝑘
𝑅𝐽𝐾𝐸 =𝐽𝐾𝐸
𝑛 − 𝑘
𝑅𝐽𝐾𝐸 =𝐽𝐾𝐸
𝑛 − 𝑘
𝑅𝐽𝐾𝐸 =𝐽𝐾𝐸
𝑛 − 𝑘
40
11) Rumus nilai uji F:
Kriteria pengukuran: jika nilai uji F < nilai tabel F, maka
distribusi berpola linier. Rumus Ftabel = F(1 – α)(db TC, db E) di mana
db TC = k – 2 dan db E = n – k (Muhidin dan Abdurahman,
2007:89).
c. Pengujian Hipotesis
Untuk mengetahui tingkat hubungan dari data korelasi yaitu
variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) dengan bentuk data
interval atau ratio menggunakan uji pearson product moment atau
analisis korelasi.
Korelasi pearson product moment dilambangkan dengan (r)
dimana terdapat ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ +
1). Jika r = -1 maksudnya korelasinya negatif sempurna, r = 0
artinya tidak ada korelasi, dan r = 1 berarti korelasinya sempurna
positif (sangat kuat). Sedangkan harga r akan dikonsultasikan pada
tabel interpretasi niali r berikut
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Cukup 0,60 – 0,799 Tinggi 0,80 – 1,000 Sangat Tinggi
(Riduwan 2012:228)
𝐹 =𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶
𝑅𝐽𝐾𝐸
𝐹 =𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶
𝑅𝐽𝐾𝐸
𝐹 =𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶
𝑅𝐽𝐾𝐸
𝐹 =𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶
𝑅𝐽𝐾𝐸
41
Adapun langkah-langkah uji korelasi pearson menurut
(Riduwan, 2012:229) adalah sebagai berikut:
1) Membuat Ha dan H0 dalam bentuk kalimat:
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Terdapat hubungan antara daya retensi dengan hasil belajar
fisika peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6
Bulukumba
H0 : Tidak terdapat hubungan antara daya retensi dengan hasil
belajar fisika peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6
Bulukumba
2) Membuat Ha dan H0 dalam bentuk statistik:
Ha : r ≠ 0
H0 : r = 0
3) Membuat tabel penolong untuk menghitung nilai korelasi
4) Memasukkan angka-angka statistik dari tabel penolong dengan
rumus:
dengan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y. X = Skor pertama, dalam hal ini merupakan skor-skor pada
item ke-i yang akan diuji validitasnya. Y = Skor kedua, dalam hal ini merupakan jumlah skor pada
item ke-i yang diperoleh tiap responden. ∑ X = Jumlah skor X. ∑ Y = Jumlah skor Y. ∑ XY = Jumlah hasil perkalian X dan Y. ∑ X2 = Jumlah hasil kuadrat skor X.
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
𝑟𝑥𝑦 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
42
∑ Y2 = Jumlah hasil kuadrat skor Y. N = Jumlah responden.
5) Menentukan besarnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat
ditentukan dengan rumus koefisien determinan sebagai berikut:
dengan:
KP = besarnya koefisien penentu (determinan) r = koefisien korelasi
6) Menguji signifikansi dengan rumus thitung:
dengan: r = koefisien korelasi N = banyaknya data Kriteria pengujian yaitu jika thitung ≥ dari ttabel, maka signifikan
dan jika thitung ≤ dari ttabel, maka tidak signifikan.
7) Ketentuan tingkat kesalahan (α) = 0,05 atau 0,01 dengan rumus
derajad bebas (db) = N – 2.
8) Membuat kesimpulan.
𝐾𝑃 = 𝑟2 × 100%
𝑟𝑥𝑦
=𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
𝑟𝑥𝑦
=𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
𝑟𝑥𝑦
=𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑟√𝑁 − 2
√1 − 𝑟2
𝑟𝑥𝑦
=𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
𝑟𝑥𝑦
=𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
𝑟𝑥𝑦
=𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√{𝑁 ∑ 𝑋2 − (∑ 𝑋)2}{𝑁 ∑ 𝑌2 − (∑ 𝑌)2}
43
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 Bulukumba. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya belajar yang dimiliki peserta didik
terhadap pemahaman konsep mata pelajaran fisika kelas XI di SMA Negeri 6
Bulukumba.
1. Analisis Deskriptif
a. Gaya Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri
6 Bulukumba pada kelas XI MIPA yang berjumlah 87 orang peneliti
dapat mengumpulkan data-data melalui angket gaya belajar yang diisi
oleh responden kelas XI MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba, kemudian
diberikan skor masing-masing item pernyataan sehingga diperoleh skor
tertinggi pada masing masing gaya belajar peserta didik. Berdasarkan
skor tertinggi tersebut maka dapat di analisis secara deskriptif. Hasil
analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah.
Setelah data selesai di analisis, selanjutnya dilakukan perhitungan
jumlah skor yang diperoleh dari masing-masing gaya belajar (visual,
auditory, kinestetik). Setelah perhitungan jumlah skor pada setiap gaya
belajar, dapat diketahui skor tertinggi diantara gaya belajar peserta didik.
Berdasarkan jumlah skor tertinggi maka setiap peserta didik
dikelompokkan kedalam kecenderungan gaya belajar visual, auditory,
atau kinestetik. Hasil pengklasifikasian peserta didik berdasarkan
kecenderungan gaya belajarnya dapat dilihat pada tabel 4.2.
44
Tabel 4.1 Statistik deskriptif skor gaya belajar peserta didik Statistik Skor Statistik
Jumlah responden 87
Skor maksimum 240
Skor minimum 0
Skor tertinggi 77
Skor terendah 40
Rentang 37
Rata-rata 59,98
Standar deviasi 5,64
Tabel 4.2 : Rekapitulasi Kecenderungan Gaya Belajar Peserta Didik
SMA Negeri 6 Bulukumba No Gaya Belajar Jumlah Responden
1 Visual 18
2 Auditory 30
3 Kinestetik 39
Jumlah 87
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 60 pernyataan
pada angket terlihat dari skor tertinggi pada setiap gaya belajar diperoleh
18 peserta didik yang gaya belajarnya dominan visual, 30 peserta didik
dominan gaya belajar auditory, dan 39 peserta didik yang dominan pada
gaya belajar kinestetik. Selanjutnya dihitung persentase masing-masing
gaya belajar (Visual. Auditory, dan kinestetik). Dengan membandingkan
jumlah peserta didik yang memiliki kecenderungan gaya belajar tertentu
dengan jumlah keseluruhan peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri
45
6 Bulukumba. Berikut disajikan cara mengetahui kecenderungan gaya
belajar peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 6 Bulukumba.
a. Persentase Gaya Belajar Visual = 18
87× 100% = 20,69%
b. Persentase Gaya Belajar Auditory =30
87× 100% = 34,48%
c. Persentase Gaya Belajar Kinestetik =39
87× 100% = 44,83%
Berikut sajian tabel distribusi frekuensi peserta didik berdasarkan
kecenderungan gaya belajar beserta persentasenya.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Peserta Didik Kelas XI MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba
No. Gaya Belajar Jumlah Responden Persentase 1 Visual 18 20.69% 2 Auditory 30 34.48% 3 Kinestetik 39 44.83%
Jumlah 87 100% Data persetase Gaya Belajar Peserta Didik SMA Negeri 6
Bulukumba dalam bentuk diagram batang pada gambar 1 :
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa besarnya
persentase gaya belajar visual adalah 20.69%, gaya belajar auditory
adalah 34.48%, dan gaya belajar kinestetik adalah 44.83%. Setelah
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
Visual Auditory Kinestetik
Fre
kuen
si
Tipe Gaya Belajar
46
persentase diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kecenderungan
gaya belajar yang dimiliki peserta didik kelas XI MIPA di SMA
Negeri 6 Bulukumba yang paling besar adalah gaya belajar kinestetik.
b. Pemahaman Konsep Fisika
Berikut adalah hasil dari analisis statistik deskriptif pemahaman
konsep fisika peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 6 Bulukumba.
Tabel 4.4 Statistik deskriptif skor pemahaman konsep fisika peserta didik Statistik Skor Statistik
Jumlah responden 87
Skor maksimum 20
Skor minimum 0
Skor tertinggi 19
Skor terendah 7
Rentang 12
Rata-rata 12.56
Deviasi standar 2.91
Berdasarkan kriteria interpretasi skor dapat diperoleh distribusi
skor pemahaman konsep fisika yang ditunjukkan pada tabel 4.7 di bawah
ini.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengkategorian Skor Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik
Interval Skor Frekuensi Frekuensi (%) Keterangan
0 – 3 0 0 Sangat rendah
4 – 7 2 2 rendah
8 – 11 32 37 sedang
47
12 – 15 36 41 Tinggi
16 – 20 17 20 Sangat Tinggi
Jumlah 87 100 -
Dari tabel 4.8 diatas, distribusi frekuensi tingkat pemahaman
konsep fisika peserta didik dapat ditunjukkan dalam diagram pada
gambar 4.2 di bawah ini.
Gambar 4.2 Diagram Batang Persentase Kategori Tingkat
Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik SMA Negeri 6 Bulukumba
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa pemahaman konsep fisika peserta
didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba yang paling besar
kriteria interpretasinya adalah kategori kuat yaitu sebanyak 41%, kategori
cukup sebanyak 37%, kategori sangat kuat sebanyak 20%, dan kategori
lemah hanya 2% saja.
Setelah memperoleh skor pemahaman konsep fisika peserta didik
kelas XI MIPA di SMA Negeri 6 Bulukumba yang di sajikan dalam tabel
statistik deskriptif dan diagram batang, selanjutnya mengetahui standar
0%5%
10%15%20%25%30%35%40%45%
Sangatrendah
rendah sedang tinggi sangattinggi
Fre
kuen
si
Kriteria Interpretasi
48
deviasi yang diperoleh dari analisis deskriptif melalui SPSS dan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6 Standar Deviasi Skor Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 6 Bulukumba
Descriptive Statistics
N Range Sum Mean Std.
Deviation Variance
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic Statistic
Pemahaman Konsep
87 12.00 1093.00
12.5632
.31223 2.91229 8.481
Valid N (listwise) 87
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, standar deviasi (δ) yang di peroleh
dari skor pemahaman konsep fisika peserta didik yaitu sebesar 2.912
dengan rata-rata (mean) sebesar 12.56 dan memiliki nilai varians (s)
sebesar 8.
2. Analisis Infrensial
Analisis infrensial digunakan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetaui
hubungan antara gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik dengan
pemahaman konsep fisika peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6
Bulukumba. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel di atas adalah sebagai berikut :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan apakah data-data yang
digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian
49
ini dimaksudkan untuk menguji variabel gaya belajar terhadap
pemahaman konsep fisika peserta didik. Pengujian normal tidaknya data
penelitian ini menggunakan SPSS versi 24 melalui uji Kolmogorov
Simirnov.
Uji Kolmogorov Simirnov adalah pengujian yang banyak dipakai,
terutama setelah adanya banyak program statistic yang beredar.
Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan banyak
perbedaan presepsi diantara satu pengamat dengan pengamat yang lain.
Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Simirnov adalah
membandingkan distribusi data (yang diuji normalitasnya) dengan
distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah
ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Uji
ini digunakan untuk uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan
data normal baku. Penerapan pada uji Kolmogorov Simirnov adalah
bahwa jika nilai Sig. di atas 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dengan data normal baku yang artinya data tersebut normal.
Berikut hasil uji normalitas yang didapatkan dari variabel yang diteliti :
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Gaya Belajar terhadap Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik kelas XI MIPA Variabel K-SZ Signifikan Keterangan
Gaya Belajar Visual 0,081 0,200 Normal
Pemahaman Konsep 0,076 0,200 Normal
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Gaya Belajar Auditory terhadap Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik kelas XI MIPA
Variabel K-SZ Signifikan Keterangan
50
Gaya Belajar Auditory 0,071 0,200 Normal
Pemahaman Konsep 0,076 0,200 Normal
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Gaya Belajar Kinestetik terhadap Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik kelas XI MIPA
Variabel K-SZ Signifikan Keterangan
Gaya Belajar Kinestetik 0,075 0,200 Normal
Pemahaman Konsep 0,076 0,200 Normal
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov
Siminov di atas diperoleh nilai Sig.(2-tailed) untuk variabel gaya belajar
sebesar 0,200 dan variabel pemahaman konsep juga sebesar 0,200. Hasil
uji normalitas yang diperoleh lebih besar > 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa data yang diperoleh berdistribusi normal.
b. Uji Linearitas Uji linearitas adalah uji yang akan memastikan apakah data yang
dimiliki sesuai dengan garis linear atau tidak. Uji linearitas dilakukan
untuk mengetahui apakah variabel-variabel dalam penelitian memiliki
hubungan atau tidak. Uji linearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan analisis varians. Kaidah pengambilan keputusan digunakan
jika Deviation from linearyti (sig) > 0,05 maka terdapat hubungan linear
secara signifikan antara kedua variabel atau FHitung<FTabel maka hubungan
kedua variabel tersebut adalah linear. Kesimpulan hasil uji linearitas
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.10 Hasil Uji Linearitas Gaya Belajar dengan Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba
Korelasi F Signifikan Keterangan
51
Pemahaman Konsep
Visual 2,371 0,014
Linear Auditory 1,398 0,192
Kinestetik 1,145 0,340
Berdasarkan pada tabel diatas diperoleh hasil uji linearitas gaya
belajar terhadap pemahaman konsep diperoleh nilai Deviation from
Linearity (Sig.) dimana gaya belajar visual sebesar 0.014, gaya belajar
auditory sebesar 0.192, gaya belajar kinestetik 0.340 dengan rata-rata
keseluruhan yaitu 0.182 dimana nilai 0.182 > 0.05 yang berarti data
tersebut linear.
c. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan analisis regresi sederhana dengan satu predictor yaitu
pemahaman konsep (X) sebagai variabel terikat dan gaya belajar (Y)
sebagai variabel bebas. Berdasarkan analisis regresi dapat diketahui
model regeresi yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan
antara pemahaman konsep dan gaya belajar.
Analisis regresi dihitung menggunakan program SPSS versi 24
berdasarkan lampiran 7 yang diperoleh bahwa persamaan regresi
sederhana pemahaman konsep terhadap gaya belajar peserta didik
sebesar Y = 59,583 + 0,032 X. Regresi sederhana dapat dilihat pada
kolom pada tabel Coefficientsa.
d. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis dihitung melalui korelasi produk moment dengan
bantuan SPSS versi 24.
52
Ha = Terdapat hubungan positif pada gaya belajar terhadap pemahaman
konsep fisika peserta didik
Ho = Tidak terdapat hubungan positif gaya belajar terhadap pemahaman
konsep fisika peserta didik
Tabel 4.11 Korelasi Gaya Belajar terhadap Pemahaman Konsep Correlations
Gaya Belajar Pemahaman
Konsep Gaya Belajar Pearson Correlation 1 .878
Sig. (2-tailed) .017 N 87 87
Pemahaman Konsep Pearson Correlation .878 1 Sig. (2-tailed) .017 N 87 87
Berdasarkan hasil output korelasi SPSS 24 di atas diperoleh nilai
koefisien korelasi (r) sebesar = 0,878 dengan nilai r2 (determiansi) =
0,7710. Karena nilai koefisien korelasi tidak sama dengan 0, maka Ha (ada
hubungan) diterima dan Ho( tidak ada hubungan) ditolak.
Berdasarkan nilai sig.(2-tailed) dari hasil output correlation SPSS
24 di atas diketahui nilai signifikan antara gaya belajar dan pemahaman
konsep adalah sebesar 0,017 < 0,05 yang berarti bahwa terdapat korelasi
yang signifikan antara gaya belajar dengan pemahaman konsep fisika
peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari analisis statistic
deskriptif menunjukkan bahwa dari 87 orang peserta didik di kelas XI
MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba yang mengisi angket kecenderungan
gaya belajar visual sebanyak 18 orang responden dengan persentase
20.69%, reponden yang mengisi angket kecenderungan gaya belajar
53
auditory sebanyak 30 orang dengan persentase 34.48%, dan yang mengisi
angket kecenderungan gaya belajar kinestetik sebanyak 39 orang responden
dengan persentase 44.83%. Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar
peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 6 Bulukumba jika dilihat dari
pemahaman konsep fisika yang diperoleh pada setiap tipe terlihat bahwa
gaya belajar yang dominan adalah gaya belajar kinestetik.
Selanjutnya dari hasil analisis deskriptif didapatkan pula hasil untuk
pemahaman konsep fisika peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 6
Bulukumba yaitu berada pada kategori tinggi dengan skor rata-rata sebesar
12.56. Hal ini ditunjukkan dengan persentase 2% peserta didik berada pada
kategori rendah, 37% peserta didik berada pada kategori sedang, 41%
peserta didik berada pada kategori tinggi, dan 20% peserta didik berada
pada kategori sangat tinggi.
Pada analisis korelasi secara umum, hasil yang diperoleh dari analisis
korelasi menggunakan SPSS 24 menunjukkan bahwa terdapat hubungan
secara positif antara gaya belajar dengan pemahaman konsep fisika peserta
didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba. Adapun nilai koefisien
korelasinya adalah r = 0,878 dan nilai sig.(2-tailed) 0,017 < 0,05 dimana
kedua variabel memiliki korelasi kuat secara positif dan signifikan. Untuk
korelasi determinasi (r2) sebesar 0,7710 yang berarti persentase keeratan
hubungan anatara pemahaman konsep dengan gaya belajar adalah 77,10%.
Jika berdasarkan hasil korelasi antara gaya belajar dengan
pemahaman konsep diperoleh tingkat korelasi dan kontribusi yang berbeda-
beda. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada nilai koefisien korelasi (r) dan
54
koefisien determinasi. Berdasarkan hasil tersebut dikemukakan bahwa
konstribusi gaya belajar auditory dan gaya belajar kinestetik. Dimana ciri
dari gaya belajar auditory adalah lebih mengandalkan pendengaran untuk
menerima dan mengolah informasi, ciri dari gaya belajar kinestetik adalah
mengandalkan gerakan atau rasa dalam menangkap informasi.
Fakta yang diperoleh dari hasil penelitian ini memberikan indikasi
bahwa pemahaman konsep fisika cenderung dipengaruhi oleh gaya belajar
peserta didik secara keseluruhan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Siti Nuryanti dan Indriani Pratiwi yang
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan secara positif antara gaya belajar
dengan keterampilan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran
Kimia Kelas X SMKN 1Bengku Tengah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh jumardi mengenai “pengaruh
pendekatan pembelajaran gaya belajar terhadap hasil belajar sejarah sisiwa”
yang menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan gaya belajar visual
lebih tinggi dari gaya belajar auditori. Ada interaksi antara pendekatan
pembelajaran dengan gaya belajar.
Jadi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan, dapat di simpulkan Sesutu yang berhubungan dengan gaya
belajar akan memberikan hasil yang baik dalam proses pembelajaran baik
itu berupa pemahaman konsep yang baik, hasil belajar maupun
keterampilan berpikir kritis
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang
telah dijelaskan di bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa :
a. Karakteristik gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik kelas XI MIPA
SMA Negeri 6 Bulukumba adalah gaya belajar visual, auditory, dan
kinestetik dan gaya belajar yang mendominasi adalah gaya belajar
kinestetik kemudian gaya belajar auditory dan yang terakhir adalah gaya
belajar visual.
b. Pemahaman konsep fisika terhadap gaya belajar peserta didik kelas XI
MIPA SMA Negeri 6 Bulukumba berada di kategori tinggi.
c. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar dengan
pemahaman konsep fisika peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 6
Bulukumba.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti peroleh maka terdapat saran
yang akan diberikan. Adapun sarannya yaitu bagi peneliti selanjutnya untuk
lebih memperbaiki kelemahan yang terdapat pada karya tulis ini.
56
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman dan Muhidin. 2007. Analisis Korelasi, Regresi dan Jalur Penelitian. Bandung : CV. Pustaka Setia
Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anonim. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar”. http://Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Gaya Belajar_Wawasan Pendidikan.htm. Diakses pada 21 Juni 2019
Anonim. “Gaya Belajar Siswa, Pengertian Tipe dan Faktor yang
Mempengaruhi”. http://Gaya Belajar Siswa, Pengertian Tie Dan Faktor
Yang Mempengaruhi_ Pendidikan Kewarganegaraan. htm. Diakses pada 21 Juni 2019.Suprijono, Agus. 2010. Cooveratif Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pusaka Pelajar
Bloom et al. 1956. Taxonomy of Education Objectives. U.S.A: Longmans
Bukhori, M.A.F. 2012. Pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Optimalisasi Pemahaman Konsep Fisika pada Peserta didik di SMA Negeri 4 Magelang, Jawa Tengah. Magelang: Berkala Fisika Indonesia volume 4 nomor 1 &2 januari & juli 2012
Dahar, R.W. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
DePorter, Bobby dan Hernacki, Mike. 2013. Quantum Learning : Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung : Kaifa
Gufran, A. Nur dan Rini Risnawati, S. 2012. Gaya Belajar : Kajian Teoritik, Cet.
1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Dryden, G dan Vos, J. 2003. Revolus Gaya Belajar, Bagian 1”Keajaiban Pikiran
Sekolah Masa Depan. Bandung : Kaifa Dunn, Rita & Kenneth Dunn. 1993. Teaching Secondary Student Through Their
Individual Learning Style : practical approaches for grade 7-12. Massachussetts : Allyn and Bacon. http://docs.google.com/www.Akademik.unsri.ac.id (diakses 21 Juni 2019)
Gunawan, AW. 2004. Genius Learning Strategy. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika.
http://herdy07.wordpress.co/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis/ (diakses 27 Januari 2019
57
Irianto, A. 2004. Statistik (Konsep Dasar, Aplikasi dan Pengembangannya). Jakarta: Kencana Prenada Medi Group
Irmayanti. 2012. Pengaruh Penggunaan Simulasi Computer Terhadap
Pemahaman Konsep Fisika Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 11 Makassar. Makassar : Skripsi (Tidak diterbitkan)
Lucy. 2016. Panduan Praktis Tes Minat & Balat Anak, Cet. 1. Jakarta : Penebar
Swadaya Group Mansyur, dkk. 2009. Asesmen Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Multi
Pressindo Pickard, M. J. 2007. The New Blooms Taxonomy An Overview For Family and
Consumer Sciences. Journal Of Family and Consumer Sciencer education.25(1)
Riduwan. 2012. Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika, Cet. 1. Bandung :
Alfabeta Russel, Lou. 2012. The Accelerated Learning Fieldbook: Panduan Belajar Cepat
untuk Pelajar dan Umum. Bandung: Nusa Media Slamento. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta Sudjana, Nana. 2013. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Susilo, Joko. 2009. Sukses dengan Gaya Belajar. Yogyakarta : PINUS
58
L
A M
P I
R A
N
59
LAMPIRAN A
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
60
Instrumen Gaya Belajar
Variabel Sub
Variabel Indikator
No.
item
Gaya
Belajar
Visual
1. Berbicara/membaca dengan cepat 2,17
2. Mengingat apa yang dilihat daripada
yang didengar 9,11
3. Mengingat dengan asosiasi visual 1,13
4. Teratur, memperhatikan segala sesuatu,
dan menjaga penampilan 10,15
5. Biasanya tidak terganggu dengan
keributan 8,12
6. Pembaca cepat dan tekun 5,14
7. Mencoret-coret tanpa arti selama
berbicara di telepon atau di dalam rapat 6,18
8. Sering menjawab pertanyaan dengan
jawaban singkat ya atau tidak 7,19
9. Memperhatikan gerak-gerik lawan
bicara 3,16
10. Lebih suka seni gambar daripada musik 4,20
Auditorial
1. Berbicara kepada diri sendiri saat
bekerja 10, 4
2. Mudah terganggu oleh keributan 7,35
3. Menggunakan bibir dalam
mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca
8,38
4. Senang membaca dengan keras dan
mendengarkan 3,36
5. Dapat mengulangi kembali dan
menirukan nada, irama, dan warna
suara
31,39
61
6. Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi
hebat dalam bercerita 9,37
7. Suka berdiskusi 1,34
8. Biasanya pembicara yang fasih 2.33
9. Lebih suka musik daripada seni 32,40
10. Belajar dengan mendengarkan dan
mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat
5, 6
Kinestetik
1. Berbicara dengan perlahan 3,60
2. Berdiri dekat ketika berbicara dengan
orang 4,57
3. Belajar melalui manipulasi dan praktik 1,53
4. Menggunakan jari sebagai penunjuk
ketika membaca 6,59
5. Banyak menggunakan isyarat tubuh 2,51
6. Dalam keadaan santai mereka biasanya
lebih menyukai bermain games dan
berolahraga
7,55
7. Tidak dapat diam dalam waktu yang
lama 5,56
8. Menanggapi perhatian fisik 10,52
9. Selalu berorientasi pada fisik dan
banyak bergerak 8,58
10. Menghafal dengan cara melihat 9,54
62
KISI- KIS TES PEMAHAMAN KONSEP Indikator Nomor Soal Kunci Jawaban Jumlah Soal
Translasi 18, 22, 25, 27 D, A, A, C, C, A, A, A, A 4
Interpretasi 9, 14, 16, 1728, 30, 34, 37, 19, 20 B, C, B, C, D, B, A, C, B, B, D, C, A, C, D, D, B, B
9
Ekstrapolasi 1, 2, 3, 4, 13, 20, 31 A, B, D, A, A, C, D, C, A, C, A, B, B
7
Indikator Sub. materi Soal KJ Aspek KPS
Menyimpulkan hubungan antara kalor dengan massa benda
Pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda
1. Perhatikan tabel hasil percobaan berikut ini ! Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Air Massa 50 gram 100 g Pemanasan 60°C 60°C Waktu 8 menit 16 menit
Berdasarkan data tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa…… A. Banyaknya kalor yang diperlukan benda
sebanding dengan waktu B. Banyakanya kalor yang diperlukan benda
sebanding dengan massa benda C. Banyaknya kalor yang diperlukan benda
B Ekstrapolasi
63
berbanding terbalik dengan massa benda D. Banyakanya kalor yang diperlukan benda
berbanding terbalik dengan waktu Menyimpulkan hubungan antara kalor dengan jenis zat
Pengaruh kalor terhadap perubahan suhu benda
2. Perhatikan tabel hasil percobaan berikut ini ! Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Minyak goring Massa 50 gram 50g Pemanasan 30°C 30°C Waktu 8 menit 6,5 menit
Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kalor yang diperlukan zat untuk menaikkan suhu….. a. Bergantung pada gelasnya b. Bergantung pada jenis zatnya c. Tidak bergantung pada massanya d. Tidak bergantung pada jenis zatnya
B Ekstrapolasi
Menyimpulkan percobaan dengan mengubah bahan kamper
Pengaruh kalor terhadap perubahan wujud zat
3. Sekelompok siswa melakukan percobaan dengan menggunakan 3 buah kamper. Kemudian kamper tersebut dimasukkan ke dalam bejana dan dipanaskan. Setelah beberapa lama dipanaskan, ternyata tercium bau harum dari kamper. Kesimpulan dari percobaan tersebut adalah…… a. Kamper berubah wujud dari padat menjadi cair b. Kamper berubah wujud dari padat menjadi gas c. Kamper berubah wujud dari cair menjadi padat d. Kamper berubah wujud daric air menjadi gas
D Pada Ekstrapolasi
64
Menyimpulkan percobaan
Penguapan 4. Air bermassa 50 ml dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian dipanaskan. Semakin lama air dipanaskan maka akan mendidih dan terlihat uap air dari permukaan air. Berdasarkan percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa…… a. waktu menguap zat memerlukan kalor b. Pada waktu menguap zat melepaskan kalor c. Pada waktu mengembun zat memerlukan kalor d. Pada waktu mengembun zat memerlukan kalor
A Ekstrapolasi
Menghitung pertambahan panjang benda
Pemuaian 5. Kabel listrik yang terbuat dari tembaga untuk penyalur tegangan ekstra tinggi pada temperature 20°C, panjang 60 m ( α = 17×10-6/°C). Panjang kawat tembaga tersebut pada suhu 40°C adalah….. a. 60,34 m b. 60,24 m c. 60,20 m d. 60,03 m
C Interpretasi
Menunjukkan terjadinya aliran kalor
Kalor 6. Dua buah benda sejenis memiliki suhu dan massa yang berbeda, yaitu suhu TA dua kali lebih besar dari suhu TB dan massa mB dua kali lebih besar dari massa mA. Kedua benda tersebut dihubungkan dengan suatu logam yang memiliki harga konduktivitas yang tinggi, maka…… a. Terjadinya aliran kalor dari benda A ke benda B.
karena TB<TA b. Terjadinya aliran kalor dari benda B ke benda A.
D Ekstrapolasi
65
maka mB>mA c. tidak terjadinya aliran kalor dari benda A ke
benda B maupun dari benda B kebenda A d. tidak terjadinya aliran kalor dari benda A ke
benda B maupun dari benda B kebenda A Menerapkan Azas Black
Kalor 7. Dua gelas air bersuhu 40°C dan suhu gelas air yang bersuhu 10°C dicampur dalam satu wadah yang kapasitas kalornya dapat diabaikan. Berapa suhu akhir campuran tersebut? a. 15°C b. 25°C c. 30°C e. 45°C
C Interpretasi
Menginterpretasikan kalor terhadap perubahan wujud dalam grafik
Perubahan wujud
8. Grafik di bawah ini menunjukkan hubungan suhu benda dan kalor yang diberikan kepadanya. Bagian grafik yang menunjukkan benda mengalami perubahan wujud yaitu……
Suhu (°C)
F
D E
D Interpretasi
66
B C
A
Waktu (menit)
a. AB dan BC b. AB dan CD c. CD dan EF e. BC dan DE
Mengubah bentuk penyajian data dari uraian ke bentuk tabel
Penguapan 9. Sekelompok siswa melakukan percobaan tentang penguapan air yang terjadi pada cangkir dan piring kecil. Percobaan tersebut dimulai dengan menuangkan air panas ke dalam cangkir dan piring kecil secara bersamaan sebanyak 50 ml. suhu air panas yang berada di cangkir dan piring kecil dibaca dengan menggunakan thermometer setiap 2 menit (dimulai dari 0 – 6 menit). Setelah dilakukan empat kali pengukuran pada cangkir diperoleh hasil sebagai berikut: 53, 48, 43, dan 35. Sedangkan pada piring kecil diperoleh hasil sebagai berikut : 53, 44, 36, dan 30. Data tabel yang sesuai dengan hasil pengamatan
B Interpretasi
67
tersebut adalah….. a.
b. d.
Waktu (menit) 0 2 4 6
Suhu air di cangkir (°C) 53 44 36 30
Suhu air di piring kecil (°C) 53 48 43 35
Waktu (menit) 0 2 4 6
Suhu air di cangkir (°C) 53 48 43 35
Suhu air di piring kecil (°C) 53 44 36 30
c.
Waktu (menit) 0 1 3 6
Suhu air di cangkir (°C) 53 48 43 35
Suhu air di piring kecil (°C) 53 44 36 30
Waktu (menit) 0 1 3 6
68
d.
Suhu air di cangkir (°C) 35 43 48 53
Suhu air di piring kecil (°C) 30 36 44 53
Menjelaskan pengaruh kalor terhadap perubahan wujud
Perubahan wujud
10. Air yang sedang mendidih pada suhu 100°C dipanaskan terus menerus, ternyata suhu airnya tidak berubah. Hal ini menunjukkan bahwa….. a. Kalor yang diberikan tidak cukup untuk
menaikkan suhu b. Kalor yang diberikan berfungsi untuk mengubah
wujud zat c. Kalor yang diberikan menghambat perubahan suhu
e. Kalor yang diberikan sama dengan kalor yang dilepaskan
A Translasi
Menerapkan persamaan Azas Black
Kalor 11. Sebuah logam bermassa 2 kg dimasukkan ke dalam wadah berisi 4 liter air. Suhu logam dan air masing-masing adalah 80°C dan 10°C. Jika kalor jenis logam 0,11 kal/g°C dan kalor jenis air 1 kal/g°C, tentukan suhu keduanya setelah setimbang! (𝜌𝑎𝑖𝑟 = 1 𝑔/𝑚𝐿). a. 13,65°C b. 14,41°C c. 15,32°C d. 17,17°C
A Ekstrapolasi
69
Menyimpulkan ilustrasi
Kalor 12. Letakkan sebuah sendok logam ke dalam mangkuk yang berisi sup panas. Sentuhlah ujung sendok yang tidak terendam dalam sup. Ujung sendok tersebut terasa panas walaupun ujung sendok tersebut tidak bersentuhan langsung dengan sumber kalor (sup panas). Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan terjadi perpindahan kalor secara …. a. Radiasi b. Konveksi c. Konduktor d. Isolator
A Translasi
Menjelaskan perubahan suhu terhadap waktu
Suhu 13. Angin lembah terjadi saat suhu di lembah lebih kecil dibanding di puncak gunung. Jika pada suatu saat perbedaan suhunya ∆T maka angin lembah tersebut
memindahkan energi perdetik sebesar P. Pada saat beda suhunya 3∆T maka energi angin yang dirambatkan perdetik… a. 2P b. 5P c. 4P d. 3P
A Translasi
Menjelaskan persamaan pada kalor
Perubahan wujud zat
14. Jika jenis zat cair dipanaskan dengan massa (m) dipanaskan ke suhu tertentu (∆T), sehingga tidak
semua bahan yang mempunyai sifat sama jika dipanaskan, ada suatu kalor jenis (c) tertentu dari tiap zat. Secara matematis dapat ditulis m.c.∆T, persamaan
A Translasi
70
tersebut digunakan untuk menghitung… a. Kalor b. koefisien muai luas c. koefisien muai volume d. kapasitas kalor
Menghitung perubahan panjang benda
Pemuaian 15. Dua batang besi A dan B bersuhu 20°C dengan panjang berbeda masing-masing 4m dan 6m. Saat dipanasi sampai suhu 50°C, ternyata batang besi A panjangnya menjadi 4,15m. Jika besi B dipanasi sampai suhu 60°C, maka panjang akhirnya menjadi…. a. 6,10 m b. 6,45 m c. 6,30 m d. 6,20 m
C Interpretasi
Menguraikan perubahan skala Thermometer
Skala Thermometer
16. Pada sebuah thermometer skala X, titik beku air adalah 10°X dan titik didih air adalah 70°X. Bila suhu suatu zat diukur dengan thermometer skala X adalah 25°X, maka bila diukur dengan thermometer Celsius menunjukkan angka…. a. 15°C b. 25°C c. 24°C e. 20°C
B Interpretasi
Mengklasifikasikan besaran dalam suhu
Besaran dalam peruabahan
17. Ketika es sedang mencair, besaran yang tidak berubah diantaranya : (1) Massa totalnya
B Ekstrapolasi
71
wujud zat (2) Volume totalnya (3) Suhu (4) Massa jenis Pernyataan yang benar adalah…
a. 1,2, dan 3 b. 1 dan 3 c. 2 dan 4 d. 4 saja
Menafsirkan proses dalam perubahan wud zat
Perubahan wujud zat
18. Perhatikan gambar berikut!
1 6
2 5
3
4
Berdasarkan diagram di atas, penunjukan nomor 1 dan 6 merupakan perubahan wujud….
a. membeku dan mengembun b. mencair dan menguap c. melebur dan menyublim d. menyublim dan menguap
A Interpretasi
GAS
CAIR PADAT
72
Menghitung besar gaya gesek pada kalor
Kalor 19. Sebuah balok es dengan massa 50 kg, pada 0°C, didorong di atas papan horizontal yang juga mempunyai suhu 0°C sejauh 21 m. Ternyata 25g es mencair karena gesekan. Jika kalor lebur es = 80 kal/g, maka besarnya koefisien gesekan adalah…. a. 0,5 b. 0,6 c. 0,7 e. 0,8
D Interpretasi
Menguraikan pertambahan kalor pada zat
Perpindahan kalor pada zat
20. Untuk keadaan barometer 76 cmHg, kalor jenis air = 4200 J/kg°C kalor didih air = 2,26×106 J/kg, kalor jenis uap air = 12.600 J/kg°C, keadaan akhir yang dapat dicapai jika pada 100g air bersuhu 20°C diberi kalor sejumlah 2,5×105 J adalah…. a. air bersuhu di bawah 100°C b. air bersuhu tepat 100°C c. air tepat menguap semua d. uap air beesuhu di atas 100°C
B Interpretasi
73
LAMPIRAN B
INSTRUMEN PENELITIAN
1. ANGKET GAYA BELAJAR 2. TES PEMAHAMAN KONSEP
FISIKA
74
ANGKET GAYA BELAJAR
Petunjuk pengisian angket :
Pada lembar angket respon peserta didik ini terdapat 60 butir pertanyaan yang masing-masing terdiri dari 20 pertanyaan untuk gaya belajar visual, auditory, dan kinestetik.
Silahkan memberi salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda untuk setiap pernyataan berikut dengan cara memberi tanda centang () pada kolom yang tersedia. Keterangan : SS (Sangat Setuju) TS (Tidak Setuju) S (Setuju) STS (Sangat Tidak Setuju)
Sebelum memberikan penilaian, mohon mengisi identitas terlebih dahulu. IDENTITAS Nama :…………………………………………. NIS :…………………………………………. Kelas :…………………………………………. Sekolah :………………………………………….
No Pernyataan SS S TS STS
1.
Ketika saya sedang belajar keterampilan
baru, saya nyaman melihat apa yang
dilakukan pengajar
2. Saya lancar berbicara ketika
menyampaikan pendapat
3.
Ketika berbicara dengan seseorang, saya
suka memperhatikan gerak-gerik lawan
bicara saya
4. Saya lebih menyukai lukisan daripada
musik
5.
Ketika saya mengerjakan sesuatu, saya
selalu membaca instruksinya terlebih
dahulu
75
6. Saya sering mencoret-coret kertas saat
berbicara di telepon
7. Saya dapat melakukan penjumlahan dan
perkalian dengan cepat dalam pikiran saya
8.
Ketika saya melakukan sesuatu, saya tidak
gampang terusik oleh suara/keributan
yang ada di sekitar saya
9. Saya lebih suka membaca dari pada
mendengarkan cerita
10. Saya termasuk orang yang rapi dalam
berpakaian
11.
Saya merasa kesulitan memahami materi
pembelajaran yang disampaikan secara
lisan oleh guru/orang lain.
12.
Saya tidak merasa terganggu ketika dalam
memperhatikan guru mengajar ada teman
yang berbicara
13. Saya memperhatikan ilustrasi gambar atau
warna yang terdapat dalam buku teks
14. Saya dapat membaca buku dalam waktu
yang singkat.
15.
Ketika saya melakukan sesuatu, saya akan
mengecek kembali apa yang saya lakukan
tersebut
16. Saya suka memperhatikan apa yang
dilakukan orang lain di hadapan saya
76
17. Ketika saya membaca tulisan di suatu
tempat, saya membacanya dengan cepat
18. Ketika berbicara dengan seseorang, saya
suka mencoret-coret kertas
19. Saya suka menjawab pernyataan dengan
cepat
20. Saya tidak terlalu menyukai musik
21.
Sebagian besar waktu luang saya habiskan
dengan berbincang-bincang dengan
teman-teman
22.
Ketika saya berkonsentrasi, saya paling
sering membahas masalah dan
memikirkan solusi yang mungkin dapat
dilakukan
23. Ketika membaca, anda melakukannya
dengan bersuara
24.
Saat mengingat suatu pengalaman, saya
sering kali mendengar suara dan berbicara
pada diri saya mengenai pengalaman
25. Saya dapat mengingat dengan mudah apa
yang dikatakan orang
26.
Saya belajar melalui mendengar dan
mengingat apa yang didiskusikan daripada
yang dilihat
27.
Saya akan sangat terganggu apabila ada
orang yang berbicara pada saat saya
sedang menonton televisi
77
28. Saya menggerakkan bibir/melafalkan kata
saat membaca
29. Saya merasa lebih menyukai bercerita
daripada menulis
30. Saya berbicara pada diri sendiri saat
beraktivitas
31. Saya dapat menirukan nada bicara orang
lain
32. Saya sangat menyukai musik
33. Saya suka berbicara di depan cermin
34. Saya sangat suka mengungkapkan
pendapat dalam diskusi kelompok
35. Saya merasa nyaman belajar di tempat
yang sunyi
36. saya suka membaca sambil mendengarkan
musik
37. Saya menulis dengan tidak rapi tapi saya
suka berbicara di depan kelas
38.
Saya suka melafalkan kata-kata yang akan
saya tuliskan kedalam pesan yang akan
dikirim kepada teman saya
39.
Saya dapat mengulangi apa yang
dikatakan oleh orang lain dengan warna
suara yang sama
40. Saya senang mengunjungi pentas seni
suara
78
41.
Jika saya menjelaskan kepada seseorang,
saya cenderung memotivasi mereka untuk
mencoba dan menyampaikan ide saya
selagi mereka melakukan kegiatan
42.
Jika saya mengajar seseorang tentang
sesuatu yang baru, saya cenderung untuk
mendemonstrasikan terlebih dahulu dan
kemudian membiarkan mereka berlanjut
43. Ketika berbicara, saya lebih suka
berbicara dengan tempo lambat
44. Saat saya berbicara dengan seseorang,
saya cenderung berdiri dekat dengannya
45. Saya tidak bisa duduk tenang dalam waktu
lama
46. Saya biasanya menunjukkan kalimat yang
saya baca
47. Saya lebih suka berolahraga daripada
membaca
48. Saya paling mudah belajar sambil
mempraktikkan/melakukan
49. Saya menghafal dengan cara berjalan
50.
Saya suka merancang, mengerjakan, dan
membuat sesuatu dengan kedua tangan
saya
51. Ketika menjelaskan sesuatu dalam
kegiatan diskusi atau belajar kelompok,
tangan saya tidak bisa diam, pasti ikut
79
menerangkan juga
52. Saya tidak peka terhadap perubahan
ekspresi teman saya ketika berbicara
53. Saya lebih mudah memahami suatu
pelajaran melalui praktik
54. Ketika saya menghafal sesuatu, saya lebih
suka membacanya sambil mengingatnya
55. Saya suka menghabiskan waktu luang
dengan bermain games
56. Saya tidak suka menunggu dalam waktu
yang lama
57.
Saat mendengarkan apa yang dibicarakan
oleh lawan bicara saya, saya suka
mendengarkannya secara saksama dengan
cara mendekatinya
58. Saya suka menyentuh barang-barang yang
ada di sekitar saya
59. Saya suka menunjuk kalimat yang saya
baca
60. saya berbicara dengan pelan
Terima kasih atas kerjasamanya *_^
80
LEMBAR SOAL Petunjuk Mengerjakan Soal : Membaca do’a sebelum mengerjakan soal Periksalah dan bacalah soal-soal secara saksama sebelum Anda
mengerjakan nya
Laporkan pada pengawas jika terdapat tulisan yang kurang jelas, rusak, atau jumlah soal kurang
Dahulukan menjawab soal-soal yang Anda anggap mudah
Jumlah soal sebanyak 40 butir pilihan ganda Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang Anda anggap paling
benar
Pada soal pilihan ganda : Apabila ada jawaban yang Anda anggap salah kemudian ingin memperbaikinya, coretlah dengan dua garis lurus mendatar (=) pada jawaban Anda yang salah kemudian berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap benar
Sebelum memberikan penilaian, mohon mengisi identitas terlebih dahulu. IDENTITAS Nama :…………………………………………. NIS :…………………………………………. Kelas :…………………………………………. Sekolah :………………………………………….
SOAL
1. Perhatikan tabel hasil percobaan berikut ini ! Gelas A Gelas B
Jenis Zat Air Air Massa 50 gram 100 g Pemanasan 60°C 60°C Waktu 8 menit 16 menit
Berdasarkan data tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa…… a. Banyaknya kalor yang diperlukan benda sebanding dengan waktu b. Banyakanya kalor yang diperlukan benda sebanding dengan massa benda c. Banyaknya kalor yang diperlukan benda berbanding terbalik dengan massa
benda d. Banyakanya kalor yang diperlukan benda berbanding terbalik dengan
waktu 2. Perhatikan tabel hasil percobaan berikut ini !
Gelas A Gelas B Jenis Zat Air Minyak goring Massa 50 gram 50g Pemanasan 30°C 30°C
81
Waktu 8 menit 6,5 menit Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa kalor yang diperlukan zat untuk menaikkan suhu…..
a. Bergantung pada gelasnya b. Bergantung pada jenis zatnya c. Tidak bergantung pada massanya d. Tidak bergantung pada jenis zatnya
3. Sekelompok siswa melakukan percobaan dengan menggunakan 3 buah kamper. Kemudian kamper tersebut dimasukkan ke dalam bejana dan dipanaskan. Setelah beberapa lama dipanaskan, ternyata tercium bau harum dari kamper. Kesimpulan dari percobaan tersebut adalah……
a. Kamper berubah wujud dari padat menjadi cair b. Kamper berubah wujud dari padat menjadi gas c. Kamper berubah wujud dari cair menjadi padat d. Kamper berubah wujud daric air menjadi gas
4. Air bermassa 50 ml dimasukkan ke dalam gelas beker kemudian dipanaskan. Semakin lama air dipanaskan maka akan mendidih dan terlihat uap air dari permukaan air. Berdasarkan percobaan tersebut dapat disimpulkan bahwa……
a. Pada waktu menguap zat memerlukan kalor b. Pada waktu menguap zat melepaskan kalor c. Pada waktu mengembun zat memerlukan kalor d. Pada waktu mengembun zat memerlukan kalor
5. Kabel listrik yang terbuat dari tembaga untuk penyalur tegangan ekstra tinggi pada temperature 20°C, panjang 60 m ( α = 17×10-6/°C). Panjang kawat tembaga tersebut pada suhu 40°C adalah….. a. 60,34 m b. 60,24 m c. 60,20 m d. 60,03 m
6. Dua buah benda sejenis memiliki suhu dan massa yang berbeda, yaitu suhu TA dua kali lebih besar dari suhu TB dan massa mB dua kali lebih besar dari massa mA. Kedua benda tersebut dihubungkan dengan suatu logam yang memiliki harga konduktivitas yang tinggi, maka…… a. Terjadinya aliran kalor dari benda A ke benda B. karena TB<TA b. Terjadinya aliran kalor dari benda B ke benda A. maka mB>mA c. tidak terjadinya aliran kalor dari benda A ke benda B maupun dari benda
B kebenda A d. tidak terjadinya aliran kalor dari benda A ke benda B maupun dari benda
B kebenda A
82
7. Dua gelas air bersuhu 40°C dan suhu gelas air yang bersuhu 10°C dicampur dalam satu wadah yang kapasitas kalornya dapat diabaikan. Berapa suhu akhir campuran tersebut? a. 15°C b. 25°C c. 30°C d. 45°C
8. Grafik di bawah ini menunjukkan hubungan suhu benda dan kalor yang diberikan kepadanya. Bagian grafik yang menunjukkan benda mengalami perubahan wujud yaitu…… Suhu (°C) F
D E
B C
A
Waktu (menit) a. AB dan BC b. AB dan CD c. CD dan EF d. BC dan DE
9. Sekelompok siswa melakukan percobaan tentang penguapan air yang terjadi pada cangkir dan piring kecil. Percobaan tersebut dimulai dengan menuangkan air panas ke dalam cangkir dan piring kecil secara bersamaan sebanyak 50 ml. suhu air panas yang berada di cangkir dan piring kecil dibaca dengan menggunakan thermometer setiap 2 menit (dimulai dari 0 – 6 menit). Setelah dilakukan empat kali pengukuran pada cangkir diperoleh hasil sebagai berikut: 53, 48, 43, dan 35. Sedangkan pada piring kecil diperoleh hasil sebagai berikut : 53, 44, 36, dan 30. Data tabel yang sesuai dengan hasil pengamatan tersebut adalah…..
a.
b.
Waktu (menit) 0 2 4 6
Suhu air di cangkir (°C) 53 44 36 30
Suhu air di piring kecil (°C) 53 48 43 35
Waktu (menit) 0 2 4 6
Suhu air di cangkir (°C) 53 48 43 35
Suhu air di piring kecil (°C) 53 44 36 30
Waktu (menit) 0 1 3 6
83
c.
d.
10. Air yang sedang mendidih pada suhu 100°C dipanaskan terus
menerus, ternyata suhu airnya tidak berubah. Hal ini menunjukkan bahwa….. a. Kalor yang diberikan tidak cukup untuk menaikkan suhu b. Kalor yang diberikan berfungsi untuk mengubah wujud zat c. Kalor yang diberikan menghambat perubahan suhu d. Kalor yang diberikan sama dengan kalor yang dilepaskan
11. Sebatang tembaga dipanaskan sampai 300°C lalu dijepit dengan kuat sehingga tidak dapat menyusut ketika suhunya turun. Jika tengangan patahnya 220×106 N/m2, pada suhu berapakah batang akan mulai putus saat suhunya diturunkan? Diketahui : Modulus Young tembaga 110×109 N/m2 dan koefisien muai panjangnya 15×10-6 K a. 100°C b. 123°C c. 155°C d. 167°C
12. Letakkan sebuah sendok logam ke dalam mangkuk yang berisi sup panas. Sentuhlah ujung sendok yang tidak terendam dalam sup. Ujung sendok tersebut terasa panas walaupun ujung sendok tersebut tidak bersentuhan langsung dengan sumber kalor (sup panas). Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan terjadi perpindahan kalor secara …. a. Radiasi b. Konveksi c. Konduktor d. Isolator
13. Angin lembah terjadi saat suhu di lembah lebih kecil dibanding di puncak gunung. Jika pada suatu saat perbedaan suhunya ∆T maka angin lembah
tersebut memindahkan energi perdetik sebesar P. Pada saat beda suhunya 3∆T
maka energi angin yang dirambatkan perdetik… a. 2P b. 5P c. 4P d. 3P
14. Jika jenis zat cair dipanaskan dengan massa (m) dipanaskan ke suhu tertentu (∆T), sehingga tidak semua bahan yang mempunyai sifat sama jika
Suhu air di cangkir (°C) 53 48 43 35
Suhu air di piring kecil (°C) 53 44 36 30
Waktu (menit) 0 1 3 6
Suhu air di cangkir (°C) 35 43 48 53
Suhu air di piring kecil (°C) 30 36 44 53
84
dipanaskan, ada suatu kalor jenis (c) tertentu dari tiap zat. Secara matematis dapat ditulis m.c.∆T, persamaan tersebut digunakan untuk menghitung… a. Kalor b. koefisien muai luas c. koefisien muai volume d. kapasitas kalor
15. Dua batang besi A dan B bersuhu 20°C dengan panjang berbeda masing-masing 4m dan 6m. Saat dipanasi sampai suhu 50°C, ternyata batang besi A panjangnya menjadi 4,15m. Jika besi B dipanasi sampai suhu 60°C, maka panjang akhirnya menjadi…. a. 6,10 m b. 6,45 m c. 6,30 m d. 6,20 m
16. Pada sebuah thermometer skala X, titik beku air adalah 10°X dan titik didih air adalah 70°X. Bila suhu suatu zat diukur dengan thermometer skala X adalah 25°X, maka bila diukur dengan thermometer Celsius menunjukkan angka…. a. 15°C b. 25°C c. 24°C d. 20°C
17. Ketika es sedang mencair, besaran yang tidak berubah diantaranya : (5) Massa totalnya (6) Volume totalnya (7) Suhu (8) Massa jenis Pernyataan yang benar adalah… a. 1,2, dan 3 b. 1 dan 3 c. 2 dan 4 d. 4 saja
18. Perhatikan gambar berikut!
1 6
3
4
Berdasarkan diagram di atas, penunjukan nomor 1 dan 6 merupakan perubahan wujud….
a. membeku dan mengembun
GAS
CAIR PADAT
85
b. mencair dan menguap c. melebur dan menyublim d. menyublim dan menguap
19. Sebuah balok es dengan massa 50 kg, pada 0°C, didorong di atas papan horizontal yang juga mempunyai suhu 0°C sejauh 21 m. Ternyata 25g es mencair karena gesekan. Jika kalor lebur es = 80 kal/g, maka besarnya koefisien gesekan adalah…. a. 0,5 b. 0,6 c. 0,7 d. 0,8
20. Untuk keadaan barometer 76 cmHg, kalor jenis air = 4200 J/kg°C kalor didih air = 2,26×106 J/kg, kalor jenis uap air = 12.600 J/kg°C, keadaan akhir yang dapat dicapai jika pada 100g air bersuhu 20°C diberi kalor sejumlah 2,5×105 J adalah…. a. air bersuhu di bawah 100°C b. air bersuhu tepat 100°C c. air tepat menguap semua d. uap air beesuhu di atas 100°C
86
LAMPIRAN C
REKAPITULASI SKOR GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK
87
1) Gaya Belajar Visual
Tabel C.1. Rekapitulasi Skor Gaya Belajar Visual Peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 6 Bulukumba
Responden Kelas Skor Gaya Belajar Pemahaman
Konsep
1
XI MIPA 1
53 12
2 52 11
3 53 9
4 58 10
5 64 13
6 57 15
7 62 16
8
XI MIPA 2
57 11
9 53 18
10 55 14
11 59 10
12 61 11
13
XI MIPA 3
65 14
14 54 16
15 66 17
16 58 11
17 65 10
18 66 9
Skor tertinggi 66 18
Skor rata-rata 58,78 12,61
88
2) Gaya Belajar Auditory
Tabel C.2. Rekapitulasi Skor Gaya Belajar Auditory Peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 6 Bulukumba
Responden Kelas Skor Gaya Belajar Pemahaman
Konsep
1
XI MIPA 1
55 16
2 53 15
3 60 17
4 61 16
5 63 12
6 56 16
7 67 14
8 61 13
9 62 16
10
XI MIPA 2
59 13
11 51 12
12 59 17
13 59 18
14 40 11
15 58 12
16 59 15
17 50 13
18 56 14
19 69 19
20 58 16
21 56 16
89
22 59 11
23
XI MIPA 3
56 13
24 56 15
25 65 11
26 62 10
27 69 11
28 69 13
29 59 12
30 65 18
Skor tertinggi 69 19
Skor rata-rata 59,07 14,17
3) Gaya Belajar Kinestetik
Tabel C.3. Rekapitulasi Skor Gaya Belajar Kinestetik Peserta didik kelas XI MIPA di SMA Negeri 6 Bulukumba
Responden Kelas Skor Gaya Belajar Pemahaman
Konsep
1
XI MIPA 1
64 15
2 64 11
3 67 13
4 58 14
5 69 16
6 66 12
7 60 10
8 63 13
9 61 12
90
10 70 17
11 58 11
12 59 12
13 68 19
14
XI MIPA 2
56 18
15 60 13
16 60 14
17 48 12
18 49 12
19 66 19
20 59 16
21 60 15
22 68 16
23
54 14
24 60 17
25
XI MIPA 3
60 15
26 61 17
27 65 18
28 59 11
29 68 17
30 62 15
31 60 13
32 59 11
33 62 15
34 61 12
91
35 59 10
36 77 19
37 61 17
38 59 16
39 57 18
Skor tertinggi 77 19
Skor rata-rata 61,46 14,51
92
LAMPIRAN D
ANALISIS VALIDITAS INSTRUMEN
93
ANALISIS VALIDITAS PEMAHAMAN KONSEP FISIKA
RESPONDEN SKOR TIAP ITEM
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
A1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
A2 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
A3 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1
A4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0
A5 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
A6 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
A7 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0
A8 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1
A9 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1
A10 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0
A11 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
A12 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0
A13 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1
94
A14 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0
A15 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0
A16 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1
A17 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
A18 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0
A19 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
A20 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0
A21 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0
A22 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0
A23 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0
A24 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
A25 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1
A26 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1
A27 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1
A28 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0
A29 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1
95
A30 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
Jumlah 23 17 16 23 19 19 12 20 23 15 18 11 21 16
p 0.767
0.567
0.533
0.767
0.633
0.633
0.400
0.667
0.767
0.500
0.600
0.367
0.700 0.533
q 0.233
0.433
0.467
0.233
0.367
0.367
0.600
0.333
0.233
0.500
0.400
0.633
0.300 0.467
p/q 3.286
1.308
1.143
3.286
1.727
1.727
0.667
2.000
3.286
1.000
1.500
0.579
2.333 1.143
Ʃbenar 631 512 473 641 454 493 310 465 635 373 478 299 610 446
Mp 27.435
30.118
29.563
27.870
23.895
25.947
25.833
23.250
27.609
24.867
26.556
27.182
29.048
27.875
Mt 24.7
St 7.892161104
Mp - Mt 2.735
5.418
4.863
3.170
-0.80
5
1.247
1.133
-1.45
0
2.909
0.167
1.856
2.482 4.34
8 3.175
(Mp-Mt)/St 0.347
0.686
0.616
0.402
-0.10
2
0.158
0.144
-0.18
4
0.369
0.021
0.235
0.314 0.55
1 0.402
96
Squart of p/q 1.813
1.144
1.069045
1.812654
1.314257
1.314257
0.816497
1.414214
1.812654
1 1.224745
0.760886
1.527525
1.069045
rhitung 0.628
0.785
0.658658
0.727979
-0.13
41
0.20772
0.117251
-0.25983
0.668063
0.021118
0.287954
0.239273 0.84
148 0.430
075
status Valid Valid Valid Valid Drop Drop Drop Drop Valid Drop Drop Drop Valid Valid
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1
97
0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0
0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1
1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0
1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0
0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1
0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1
1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1
0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0
0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1
1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
98
0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1
1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0
1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
19 17 20 20 11 23 15 21 19 21 21 15 21 22
0.633 0.567 0.667 0.667 0.367 0.767 0.500 0.700 0.633 0.700 0.700 0.500 0.700 0.733
0.367 0.433 0.333 0.333 0.633 0.233 0.500 0.300 0.367 0.300 0.300 0.500 0.300 0.267
1.727 1.308 2.000 2.000 0.579 3.286 1.000 2.333 1.727 2.333 2.333 1.000 2.333 2.750
489 504 583 591 299 635 345 610 489 515 610 349 610 612
25.737 29.647 29.150 29.550 27.182 27.60
9 23.00
0 29.048 25.737 24.524 29.048 23.267 29.048 27.818
1.037 4.947 4.450 4.850 2.482 2.909 -
1.700 4.348 1.037 -0.176 4.348 -1.433 4.348 3.118
0.131 0.627 0.564 0.615 0.314 0.369 -
0.215 0.551 0.131 -0.022 0.551 -0.182 0.551 0.395
1.314257
1.143544
1.414214
1.414214
0.760886
1.812654
1 1.52752
5 1.31425
7 1.52752
5 1.52752
5 1
1.527525
1.658312
0.172662
0.71681 0.79740
5 0.86908
2 0.23927
3 0.66806
3 -
0.2150.84148
0.172662
-0.0341 0.84148 -0.1816
0.84148 0.65519
7
99
4 1
Valid Valid Valid Valid Drop Valid Drop Valid Drop Drop Valid Drop Valid Valid
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 X X2
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 31 961
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 37 1369
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 37 1369
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 31 961
0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 31 961
0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 30 900
0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 25 625
1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 18 324
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 32 1024
1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 12 144
0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 13 169
1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 26 676
1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 19 361
100
1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 13 169
0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 24 576
1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 28 784
0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 11 121
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 29 841
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 33 1089
1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 14 196
0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 22 484
1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 27 729
0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 11 121
0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 20 400
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 31 961
0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 28 784
0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 29 841
0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 19 361
1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 28 784
101
0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 32 1024
17 18 16 11 23 20 17 22 21 22 20 16 741
20109
0.567 0.600 0.533 0.367 0.767 0.667 0.567 0.733 0.700 0.733 0.667 0.533
0.433 0.400 0.467 0.633 0.233 0.333 0.433 0.267 0.300 0.267 0.333 0.467
1.308 1.500 1.143 0.579 3.286 2.000 1.308 2.750 2.333 2.750 2.000 1.143 ∑p.q
446 493 442 299 572 583 446 577 610 574 581 425
26.235 27.389 27.625 27.182 24.870 29.150 26.235 26.227 29.048 26.091 29.050 26.563
1.535 2.689 2.925 2.482 0.170 4.450 1.535 1.527 4.348 1.391 4.350 1.863
0.195 0.341 0.371 0.314 0.021 0.564 0.195 0.194 0.551 0.176 0.5511
8 0.2359
94
1.143544
1.224745
1.069045
0.760886
1.812654
1.414214
1.143544
1.658312
1.527525
1.658312
1.414214
1.069045
0.222458
0.417275
0.39621
0.239273
0.038945
0.797405
0.222458
0.320913
0.84148
0.29226
0.779486
0.252288
Drop Valid Valid Drop Drop Valid Drop Drop Valid Drop Valid Drop
102
Uji Gregory Gaya Belajar
Bidang Telaah Kriteria Validator
Ket. V1 V2
Soal
1. Pertanyaan sesuai dengan indikator
yang di ukur 3 3 D
2. Pernyataan sesuai dengan aspek yang
di ukur 3 3 D
3. Batasan pertanyaan dirumuskan
dengan jelas 4 4 D
Konstribusi
1. Petunjuk pengisisan angket dinyatakan
dengan jelas 4 4 D
2. Kalimat pernyataan tidak
menimbulkan penafsiran ganda 4 3 D
3. Kalimat pernyataan menggunakan
kalimat tanya atau perintah yang jelas 4 3 C
4. Panjang pernyataan pilihan jawaban
relatif sama 4 3 C
Bahasa
1. Menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang
benar
3 4 D
2. Menggunakan bahasa yang sederhana
dan mudah dimengerti 4 4 D
3. Menggunakan istilah (kata-kata) yang
dikenal peserta didik 4 4 D
Waktu Waktu yang digunakann sesuai 4 3 D
Uji Gregory dengan syarat r > 0,75
𝑟 =𝐷
𝐴 + 𝐵 + 𝐶 + 𝐷
𝑟 =9
0 + 0 + 2 + 9
𝑟 =9
11
103
𝑟 = 0,82
secara keseluruhan komponen yang dinilai sudah memenuhi kriteria
kevalidan, setelah menggunakan uji Gregory dapat dinyatakan bahwa
Instumen Gaya Belajar tersebut sudah layak digunakan karena nilai r
(0,82)> 0,75 namun ada saran/komentar dari ahli yang perlu diperhatikan
sekaligus sebagai revisi perangkat untuk kesempurnaanya dalam
penggunaan penelitian. Saran atau komentar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Sebaiknya untuk setiap indikator, diuraikan menjadi beberapa
pernyataan
2. Beberapa indikator perlu direvisi atau diperjelas kalimatnya
Dengan penilaian umum
V1 : Dapat digunakan dengan sedikit revisi
V2 : Dapat digunakan dengan sedikit revisi
104
Uji Gregory Pemahaman Konsep Fisika
Uji Gregory dengan syarat r > 0,75
𝑟 =𝐷
𝐴 + 𝐵 + 𝐶 + 𝐷
Bidang
Telaah Kriteria
Validator Ket.
V1 V2
Soal
1. Soal- soal sesuai indikator 3 3 D
2. Soal-soal sesuai dengan aspek yang
diukur 3 3 D
3. Batasan pertanyaan dirumuskan
dengan jelas 4 3 D
4. Mencakup materi pelajaran secara
reprensentatif 4 4 D
Konstribusi
1. Petunjuk pengerjaan soal dinyatakan
dengan jelas 4 4 D
2. Kalimat soal tidak menimbulkan
penafsiran 4 4 D
3. Rumusan pertanyaan soal
menggunakan kalimat tanya atau
perintah yang jelas
4 3 D
4. Panjang rumusan pilihan jawaban
relative sama 4 3 D
Bahasa
1. Menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang
benar Menggunakan bahasa yang
sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang benar
4 4 D
2. Menggunakan bahasa yang sederhana
yang mudah dimengerti 4 3 D
3. Menggunakan istilah-istilah yang
dikenal peserta didik 4 4 D
Waktu Waktu yang digunakann sesuai 4 3 D
105
𝑟 =12
0 + 0 + 0 + 12
𝑟 =12
12
𝑟 = 1,00
secara keseluruhan komponen yang dinilai sudah memenuhi kriteria
kevalidan, setelah menggunakan uji Gregory dapat dinyatakan bahwa
Instumen Gaya Belajar tersebut sudah layak digunakan karena nilai r
(1,00)> 0,75 namun ada saran/komentar dari ahli yang perlu diperhatikan
sekaligus sebagai revisi perangkat untuk kesempurnaanya dalam
penggunaan penelitian. Saran atau komentar tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Kesesuaian indikator soal dengan indikator pembelajaran
2. Lebih kontekstual
Dengan penilaian umum
V1 : Dapat digunakan dengan sedikit revisi
V2 : Dapat digunakan dengan sedikit revisi
106
LAMPIRAN E
ANALISIS REALIBILITAS INSTRUMEN
107
ANALISIS REALIBILITAS INSTRUMEN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA
Jumlah Responden : 30
Jumlah Butir Pertanyaan yang valid : 20
Total skor (X) : 773
Rata-rata total skor : 25.77
NO p q ∑pq
1 0.767 0.233 0.179
2 0.567 0.433 0.246
3 0.533 0.467 0.249
4 0.767 0.233 0.179
5 0.633 0.367 0.232
6 0.633 0.367 0.232
7 0.400 0.600 0.240
8 0.667 0.333 0.222
9 0.767 0.233 0.179
10 0.500 0.500 0.250
11 0.600 0.300 0.180
12 0.367 0.400 0.147
13 0.700 0.633 0.443
14 0.533 0.300 0.160
15 0.633 0.367 0.232
16 0.567 0.433 0.245
17 0.667 0.333 0.222
18 0.667 0.333 0.222
19 0.367 0.633 0.232
108
20 0.767 0.233 0.179
21 0.500 0.500 0.250
22 0.700 0.300 0.210
23 0.633 0.367 0.232
24 0.700 0.300 0.210
25 0.700 0.300 0.210
26 0.500 0.500 0.250
27 0.700 0.300 0.210
28 0.733 0.267 0.196
29 0.567 0.433 0.246
30 0.600 0.400 0.240
31 0.533 0.467 0.249
32 0.367 0.633 0.232
33 0.767 0.233 0.179
34 0.667 0.333 0.222
35 0.567 0.433 0.246
36 0.733 0.267 0.196
37 0.700 0.300 0.210
38 0.733 0.267 0.195
38 0.667 0.333 0.222
40 0.533 0.467 0.249
JUMLAH 8,924
Variansi Total
𝑉𝑡 =∑𝑋2 −
(∑𝑋)2
𝑛𝑛
109
=22.955 −
597.52930
30
=22.955 − 19.917,63
30
=3.037,37
30
= 101,25
𝑟11 = (𝐾
𝐾 − 1) (
𝑉𝑡 − ∑𝑝𝑞
𝑉𝑡)
= (27
27 − 1)(
101,25 − 8,924
101,25)
= (1,038)(92,326
101,25) = (1,038)(0,9119) = 0,9465
Dari hasil uji reliabilitas di atas diperoleh nilai r11 = 0,9465 diatas maka instrumen pemahaman konsep fisika memiliki reliabilitas yang tinggi.
110
LAMPIRAN F
1. ANALISIS DESKRIPTIF 2. ANALISIS INFRENSIAL
111
1. Analisis Deskriptif
Gaya Belajar
Lampiran E.1
Descriptive Statistics
N Range
Minimu
m
Maxim
um Sum Mean
Std.
Deviation
Varian
ce
Statistic
Statisti
c
Statisti
c
Statisti
c
Statisti
c
Statisti
c
Std.
Error Statistic
Statisti
c
Gaya Belajar
Visual
87 28 38 66 4690 53.91 .603 5.623 31.619
gaya belajar
auditori
87 29 40 69 4903 56.36 .687 6.405 41.023
gaya belajar
kinestetik
87 49 28 77 4839 55.62 .750 6.999 48.982
Valid N
(listwise)
87
Pemahaman Konsep Fisika
Lampiran E.2
Descriptive Statistics
N Range Sum Mean
Std.
Deviation Variance
Statistic Statistic Statistic Statistic
Std.
Error Statistic Statistic
Pemahaman
Konsep
87 12.00 1093.00 12.5632 .31223 2.91229 8.481
Valid N (listwise) 87
112
2. Analisis Infrensial
Lampiran E.3
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
gaya belajar visual .081 87 .200* .979 87 .172
pemahaman konsep .076 87 .200* .976 87 .102
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran E.5
Correlations
gaya belajar
visual
pemahaman
konsep
gaya belajar visual Pearson Correlation 1 .259*
Sig. (2-tailed) .015
N 87 87
pemahaman konsep Pearson Correlation .259* 1
Sig. (2-tailed) .015
N 87 87
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran E.6
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
gaya belajar auditori .071 87 .200* .984 87 .341
pemahaman konsep .076 87 .200* .976 87 .102
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
113
Lampiran E.7 Correlations
gaya belajar
auditori
pemahaman
konsep
gaya belajar auditori Pearson Correlation 1 .020
Sig. (2-tailed) .851
N 87 87
pemahaman konsep Pearson Correlation .020 1
Sig. (2-tailed) .851
N 87 87
Lampiran E.8
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic Df Sig.
gaya belajar kinestetik .075 87 .200* .961 87 .010
pemahaman konsep .076 87 .200* .976 87 .102
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Lampiran E.9
Correlations
gaya belajar
kinestetik
pemahaman
konsep
gaya belajar kinestetik Pearson Correlation 1 .632**
Sig. (2-tailed) .000
N 87 87
pemahaman konsep Pearson Correlation .632** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 87 87
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
114
Lampiran E.10
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
gaya belajar visual *
pemahaman konsep
Between Groups (Combined) 843.831 12 70.319 2.775 .004
Linearity 182.863 1 182.863 7.215 .009
Deviation from Linearity 660.968 11 60.088 2.371 .014
Within Groups 1875.433 74 25.344
Total 2719.264 86
gaya belajar auditori *
pemahaman konsep
Between Groups (Combined) 608.137 12 50.678 1.284 .246
Linearity 1.481 1 1.481 .038 .847
Deviation from Linearity 606.656 11 55.151 1.398 .192
Within Groups 2919.817 74 39.457
Total 3527.954 86
gaya belajar kinestetik *
pemahaman konsep
Between Groups (Combined) 2052.422 12 171.035 5.859 .000
Linearity 1684.655 1 1684.655 57.713 .000
Deviation from Linearity 367.767 11 33.433 1.145 .340
Within Groups 2160.060 74 29.190
Total 4212.483 86
115
LAMPIRAN G
DOKUMENTASI
116
117
LAMPIRAN H
PERSURATAN
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
Elgharilla Muqshitun MR lahir di Tanuntung, Desa Singa,
Kecamatan Herlang, Kabupaten Bulukumba pada tanggal 05 Juni
1997 dari pasangan suami istri Ayahanda Muhammad Rusman
dan Ibunda Ismawati Semma. Penulis adalah anak pertama dari 5
bersaudara.
Jenjang pendidikan yang telah ditempuh yaitu pada tahun 2003 terdaftar sebagai
murid di SD Negeri 193 Tanuntung, Kecamatan Herlang dan lulus pada tahun
2006. SMP Negeri 2 Batuasang, Kec. Herlang, Kab. Bulukumba lulus tahun 2012.
SMA Negeri 1 Asera, Kel. Wanggudu, Kec. Asera, Kab. Konawe Utara, Sulawesi
Tenggara lulus pada tahun 2015. Di tahun yang sama melanjutkan jenjang
pendidikan S-1 dan terdaftar sebagai salah satu mahasiswi program studi jurusan
Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas
Muhammadiyah Makassar.
RIWAYAT HIDUP