ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN …
Transcript of ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN …
1
ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2018
TESIS
DARMAWANTI 1602011243
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
2018
2
ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2018
TESIS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memeroleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.)
pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Manajemen Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia
DARMAWANTI 1602011243
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAoS KESEHATAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA MEDAN
2018
3
4
Telah di uji pada tanggal: 03 Juli 2019
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr.Ismail Efendy, M.Si Anggota : 1. Anto, SKM, M.Kes, MM 2. Dr. Ns. Asyiah Simanjorang, S.Kep, M.Kes 3. dr. Jamaluddin, MARS
5
6
7
ABSTRAK
ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2018
DARMAWANTI 1602011243
Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) merupakan sebuah
sistem yang menyediakan informasi untuk menunjang pengambilan keputusan. RSUD dr. Fauziah Bireuen menerapkan SIMRS sejak Januari 2018, keterlambatan penerapan sistem ini karena perangkat dan sarana prasarana baru terpenuhi. Sehingga penggunaan SIMRS belum menyeluruh, hanya pada bagian loket pendaftaran dan laboratorium saja, sedangkan pada bagian lain masih menggunakan HMIS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas sistem informasi manajemen di Rumah Sakit di RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2018.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode wawancara. Informan utama dalam penelitian ini adalah direktur, kepala instalasi SIMRS, Staf SIMRS dan operator SIMRS sedangkan informan triangulasi adalah penerima pelayanan kesehatan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tahapan reduksi data, penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak meratanya persediaan komputer, kabel konektor, sarana dan prasarana, kurangnya tenaga programmer, gangguaan server, kurangnya anggaran, ketidaksesuaian aplikasi, tidak ada pelatihan rutin, ketidakdisiplinan petugas , tidak adanya reward dan punishment, adanya SOP dan kerja sama rumah sakit dengan Telkom
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kurangnya kualitas SIMRS di tinjau dari infrastruktur dan SDM. Disarankan pihak manajemen mengalokasikan dana khusus pada RBA atau kolaborasi dengan APBD dalam menyediakan segala kekurangan infrastruktur, melakukan rekrutment tenaga, adanya ketegasan dari pihak manajemen untuk meningkatkan kedisiplinan, memberikan reward bagi yang menjalankan tugasnya dengan baik dan punishment bagi yang melalaikan tugasnya. Kata kunci : Kualitas, Sistem Informasi, Manajemen Rumah Sakit, Sarana MmmmmmmiPrasarana
8
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
tesis yang berjudul “Analisis Kualitas Sistem Informasi Manajemen di Rumah
Sakit di RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2018”.
Proposal tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Magister Kesehatan Masyarakat (M.K.M.) pada Program
Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa proposal tesis ini tidak dapat diselesaikan tanpa
bantuan berbagai pihak, baik dukungan moril, materil dan sumbangan pemikiran.
Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. dr. Hj. Razia Begum Suroyo, M.Sc., M.Kes., selaku ketua Pembina
Institut Helvetia Medan.
2. Iman Muhammad, S.E, S.Kom, M.M, M.Kes, selaku Ketua Yayasan
Helvetia Medan
3. Dr. Ismail Efendi, M.Si., selaku Rektor Institut Kesehatan Helvetia Medan
sekaligus pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan dan mencurahkan
waktu, perhatian, ide, dan motivasi selama penyusunan proposal tesis ini.
4. Dr. Ns. Asriwati, S.Pd, S.Kep, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia.
5. Anto, SKM, M.Kes, MM, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia sekaligus pembimbing II yang telah
9
meluangkan waktu dan memberikan pemikiran dalam membimbing penulis
selama penyusunan proposal tesis ini.
6. Dr. Ns. Asyiah Simanjorang, S.Kep, M.Kes, selaku Dosen Penguji yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan saran dan kritikan yang lebih
membangun.
7. dr. Jamaluddin, MARS, selaku Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan saran dan kritikan yang lebih membangun.
8. dr. Mukthar, MARS, selaku pimpinan RSUD dr.Fauziah Bireuen yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan rancangan penelitian di
rumah sakit tersebut.
9. Seluruh Dosen Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah
mendidik dan mengajarkan berbagai ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
10. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda yang selalu memberikan
pandangan, mendukung baik moril maupun materil, mendoakan dan selalu
memotivasi penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran demi kesempurnaan tesis ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan Hidayah-Nya atas segala
kebaikan yang telah diberikan.
Medan, Maret 2019 Penulis,
Darmawanti
10
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Darmawanti, lahir di Blang Pulo tanggal 05 November 1977,
beragama islam. Orang tua penulis bernama Mahyuddin.HS dan Zainabon. Anak
ke 1 (satu), beralamat di Aceh Utara. Pada tahun 1984-1989 penulis
berpendidikan di SD Negri Paloh, tahun 1989-1992 penulis melanjutkan
pendidikan di SMP Negri Kreung Geukueh, tahun 1992-1995 penulis melanjutkan
pendidikan di SMA Negri Kreung Geukueh, tahun 1995-2004 penulis
melanjutkan pendidikan di Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung,
dan pada Tahun 2017 sampai dengan Selesai penulis melanjutkan pendidikan di
S2 Magister Kesehatan Masyarakat Institut Helvetia Medan.
11
DAFTAR ISI Halaman LEMBARAN PENGESAHAN ABSTRACT ......................................................................................................... i ABSTRAK .......................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTRA RIWAYAT HIDUP ........................................................................... v DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2. Tujuan penelitian ........................................................................... 8 1.3. Permasalahan ................................................................................. 9 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu ............................................................. 12 2.2. Telaah Teori ..................................................................................... 28
2.2.1. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) ........... 28 2.2.2. Standar SIMRS pada rumah sakit kelas B ............................. 43 2.2.3. Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Sistem Informasi
Manajemen nRumah Sakit ................................................... 46 2.2.3.1. Infrastruktur.............................. ................................. 46 2.2.3.2. SDM .................................. ...................................... 54 2.2.3.3. Prosedur .................................. ................................ 63
2.3. Landasan teori ................................................................................ 67 2.4. Kerangka konsep ............................................................................ 68 2.5. Kerangka berfikir ............................................................................ 68
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 70 3.1. Desain Penelitian ............................................................................. 70
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 70 3.2.1. Lokasi Penelitian .................................................................... 70 3.2.2. Waktu Penelitian .................................................................... 70
3.2.3. Populasi dan Sampel .............................................................. 70 3.2.3.1. Subyek penelitian ..................................................... 70 3.2.3.2. Informan penelitian .................................................. 71
3.2.4.Metode pengumpulan data ..................................................... 72 3.2.4.1. Jenis data ................................................................... 72 3.3. Tehnik pengumpulan data .............................................................. 72
3.3.1 Definisi operasional penelitian .............................................. 73 3.3.2. Metode Analisa Data ........................................................... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 76
12
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................. 76 4.2. Analis Data Penelitian ..................................................................... 80
4.2.1. Gambaran tentang kualitas SIMRS ........................................ 81 4.2.2. Karakteristik Informan utama/ kunci ..................................... 81 4.2.3. Karakteristik Informan Pendukung/ triagulasi ....................... 81
4.3. Pembahasan ..................................................................................... 100 4.3.1. Infrastruktur ........................................................................... 100 4.3.2. SDM ....................................................................................... 107 4.3.3. Prosedur ................................................................................. 110 4.3.4. Implikasi Penelitian ............................................................... 114 4.3.5. Keterbatasan Penelitian……………………………………. 115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 116
5.1. Kesimpulan ..................................................................................... 116 5.2 Saran ................................................................................................. 117
DAFTAR PUSTAKA
13
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 2.1 Standar SIMRS pada rumah sakit kelas B ............................. 45
Gambar 2.2 Kerangka fishbone................................................................... 54
Gambar 2.3. Bagan organisasi rekam medis………………. ...................... 59
Gambar 2.4 Kerangka Teori ....................................................................... 67
Gambar 2.5. Kerangka Konsep ................................................................... 68
Gambar 2.6. Kerangka Berfikir .................................................................. 69
Gambar 4.1 peta hasil penelitian ................................................................. 99
14
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman Tabel 4.1. Karakteristik Informan utama/kunci ........................................ 82 Tabel 4.2. Karakteristik Informan Pendukung/ triagulasi ......................... 82
Tabel 4.3. Matrik analisis informan kunci tentang kelengkapan
perangkat komputer di setiap ruangan di RSUD Fauziah Bireuen Tahun 2018 ................................................................. 83
Tabel 4.4. Matrik analisis informan triagulasi tentang kelengkapan
perangkat komputer di setiap ruangan di RSUD Fauziah Bireuen Tahun 2018 ................................................................. 89
Tabel 4.5. Matrik analisis tentang infrastruktur SIMRS di RSUD
dr.Fauziah Bireuen Tahun 2018 ............................................... 89 Tabel 4.6. Matrik analisis informan kunci tentang SDM di RSUD
Fauziah Bireuen Tahun 2018 ................................................... 91 Tabel 4.7. Matrik analisis informan triagulasi tentang SDM di RSUD
Fauziah Bireuen Tahun 2018 ................................................... 95 Tabel 4.8. Matrik analisis tentang infrastruktur SIMRS di RSUD
dr.Fauziah Bireuen Tahun 2018 ............................................... 95 Tabelii4.9 Matrik analisis informan kunci tentang prosedur SIMRS di
RSUD Fauziah Bireuen Tahun 2018 ....................................... 97 Tabel 4.10. Matrik analisis informan triagulasi tentang prosedur
pelaksanaan SIMRS di RSUD Fauziah Bireuen Tahun 2018 .......................................................................................... 98
15
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Halaman
Lampiran 1 : Pedoman wawancara ..................................................... 122
Lampiran 2 : Jawaban responden ....................................................... 131
Lampiran 3 : Surat survei awal ........................................................... 153
Lampiran 4 : Balasan surat survei awal .............................................. 154
Lampiran 5 : Surat izin penelitian ...................................................... 155
Lampiran 6 : Balasan surat izin penelitian .......................................... 156
Lampiran 7 : Dokumentasi ................................................................. 156
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penyelenggaraan rumah sakit pada zaman modern tidak sesederhana
seperti dulu lagi. Kebutuhan untuk mengelola rumah sakit dengan prinsip bisnis
tidak lagi dapat dielakkan. Penyelenggaraan rumah sakit masa sekarang
membutuhkan modal yang cukup besar terutama dengan makin banyaknya
teknologi baru yang harus disediakan, tenaga yang cukup banyak sehingga
memerlukan pengorganisasian yang lebih profesional, dan tersedianya tenaga-
tenaga teknis yang mahir untuk menangani alat-alat yang makin canggih.
Ditambah lagi dengan adanya perubahan tuntutan dari masyarakat pemakai jasa
rumah sakit berupa kenyamanan dan kemudahan dalam pelayanan kesehatan (1).
Sistem informasi manajemen sebagai dasar dan alat bantu perputaran
informasi serta pengambilan keputusan menjadi penting keberadaannya terutama
terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan dalam rumah sakit. Informasi yang
terintegrasi dan termodifikasi sesuai kebutuhan rumah sakit tidak hanya berperan
dalam penyederhanaan proses pelayanan serta prosedur operasional seluruh
aktivitas rumah sakit melainkan juga dalam proses pengambilan keputusan untuk
pengembangan dan kemajuan rumah sakit (1).
Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dengan
memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam
menghadapi dan menangani masalah medik untuk pemulihan dan pemeliharaan
kesehatan yang baik. Teknologi informasi memiliki peran penting dalam
2
pelayanan kesehatan saat ini. Dimana kualitas pengolahan informasi merupakan
faktor penting bagi keberhasilan institusi pelayanan kesehatan. Sistem informasi
yang baik dapat mendukung alur kerja klinis dengan berbagai cara yang akan
memberikan kontribusi untuk perawatan pasien yang lebih baik (1).
Sistem informasi mempunyai 3 peranan penting dalam mendukung proses
pelayanan kesehatan, yaitu: mendukung proses dan operasi pelayanan kesehatan,
mendukung pengambilan keputusan staf dan manajamen serta mendukung
berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif (2). Sistem informasi rumah sakit
(SIMRS) dapat dicirikan dengan fungsinya melalui informasi dan jenis layanan
yang ditawarkan. Untuk mendukung perawatan pasien dan administrasinya,
SIMRS mendukung penyediaan informasi, terutama tentang pasien, dalam cara
yang benar, relevan dan terbarukan, mudah diakses oleh orang yang tepat pada
tempat/lokasi yang berbeda dan dalam format yang dapat digunakan. Transaksi
data pelayanan dikumpulkan, disimpan, diproses, dan didokumentasikan untuk
menghasilkan informasi tentang kualitas perawatan pasien dan tentang kinerja
rumah sakit serta biaya. Ini mengisyaratkan bahwa sistem informasi rumah sakit
harus mampu mengkomunikasikan data berkualitas tinggi antara berbagai unit di
rumah sakit (3).
Selain komunikasi, tujuan penting lain dari SIMRS adalah pertukaran data
elektronik antar penyedia layanan kesehatan (dokter praktik, fasilitas primer dan
rumah sakit) sehingga dapat menjamin ketersediaan informasi pasien secara
komprehensif dan efisiensi pelayanan (4). Dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan akan hal itu, pemerintah maupun pihak swasta berupaya menyediakan
pelayanan kesehatan masyarakat yang dinilai cukup lengkap yaitu rumah sakit.
3
Rumah sakit merupakan hal yang paling utama sebagai sarana pelayanan
kesehatan maupun sebagai bagian dari mata rantai rujukan pelayanan kesehatan
(5).
Informasi merupakan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna
dan lebih berarti bagi yan menerimanya. Adapun kualitas informasi tergantung
dari 3 hal yang sangat dominan yaitu relevansi, ketepatan waktu, dan keakuratan
informasi. Ketiga hal tersebut dapat dijelaskan seperti berikut. Relevansi berarti
bahwa informasi harus memberikan manfat bagi pemakai, sebab informasi ini
akan digunakan untuk pengambilan suatu keputusan dalam pemecahan suatu
permasalahan. Ketepatan waktu menyatakan usia dari sebuah data yang sesuai
dengan pengambilan keputusan. Informasi yang diterima harus tepat waktunya,
sebab kalau informasi yang diterima terlambat maka informasi tersebut sudah
tidak berguna lagi dalam pengambilan keputusan. Keakuratan informasi
menunjukan derajat kebenaran dari suatu informasi dan menentukan kehandalan
atau reliabiltas informasi. Informasi akurat merupakan informasi yang bebas dari
kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan bagi orang yang menerima informasi
tersebut (6).
Sistem informasi manajemen bukanlah sekedar suatu perkembangan
teknologis. Menurut Davis dalam karya tulis Wicaksono SIM juga berhubungan
dengan organisasi dan dengan manusia pengolahnya. Sistem informasi
manajemen adalah sebuah sistem antara manusia & mesin yang terpadu
(terintegrasi) untuk menyajikan informasi guna mendukung fungsi operasional,
manajemen dan pengambilan keputusan untuk menyajikan informasi manajemen.
Sistem informasi manajemen Rumah Sakit (SIM-RS) merupakan sistem informasi
4
manajemen yang diterapkan di rumah sakit. Tujuan dan manfaat sistem informasi
manajemen rumah sakit secara umum yaitu dapat memberikan informasi yang
akurat, tepat waktu untuk pengambilan keputusan diseluruh tingkat administrasi
dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian
(evaluasi) di rumah sakit (6).
Penerapan sistem informasi dalam suatu manajemen akan mampu dengan
cepat mengetahui hal apa saja yang dibutuhkan dan yang terjadi pada rumah sakit
dalam waktu singkat. Informasi yang cepat akan membuat pihak rumah sakit
dapat mengambil keputusan yang tepat atas apa yang telah terjadi. Pada akhirnya
keputusan yang tepat, akan memotong banyak
biaya yang tidak diperlukan dan memperbesar keuntungan. Sistem informasi
manajemen (SIM) adalah sistem informasi yang digunakan untuk mendukung
operasi, manajemen dan pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi
biasanya, sistem informasi manajemen menyediakan informasi untuk operasi
organisasi (6).
Sistem informasi manajemen sebagai dasar dan alat bantu perputaran
informasi serta pengambilan keputusan menjadi penting keberadaannya
terutama terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan dalam rumah sakit.
Informasi yang terintegrasi dan termodifikasi sesuai kebutuhan rumah sakit
tidak hanya berperan dalam penyederhanaan proses pelayanan serta prosedur
operasional seluruh aktivitas rumah sakit melainkan juga dalam proses
pengambilan keputusan untuk pengembangan dan kemajuan rumah sakit (6).
mmmmUntuk penunjang kinerja pelayanan rumah sakit saat ini, banyak
rumah sakit yang sudah menggunakan komputerisasi. Komputerisasi ini
5
berpusat dalam sistem informasi. Sistem informasi digunakan oleh organisasi
untuk membantu operasi organisasi menjadi lebih efisien sampai dengan
perannya sebagai alat untuk memenangkan kompetisi. Selain untuk membantu
operasi rutin rumah sakit agar menjadi lebih efisien, sistem informasi juga
merupakan faktor pembeda kompetitif yang utama. Sistem informasi
digunakan untuk menyediakan informasi bagi manajemen dalam mengambil
keputusan dan juga untuk menjalankan operasional, dimana sistem tersebut
merupakan kombinasi dari orang-orang, teknologi informasi dan prosedur-
prosedur yang terorganisasi. Sistem informasi mempunyai 3 peranan penting
dalam mendukung proses pelayanan kesehatan, yaitu: mendukung proses dan
operasi pelayanan kesehatan, mendukung pengambilan keputusan staf dan
manajamen serta mendukung berbagai strategi untuk keunggulan kompetitif
(7).
Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sebuah sistem mesin
pemakai yang terintegrasi yang menyediakan informasi untuk menunjang
operasi manajemen dan fungsi-fungsi pengambilan keputusan didalam sebuah
organisasi Sistem tersebut memanfaatkan perangkat keras dan lunak
komputer, dan prosedur-prosedur manual seperti model-model untuk analisis,
perencanaan pengawasan, pengambilan keputusan dan suatu database. Sistem
informasi rumah sakit (SIMRS) dapat dicirikan dengan fungsinya melalui
informasi dan jenis layanan yang ditawarkan. Untuk mendukung perawatan
pasien dan administrasinya, SIMRS mendukung penyediaan informasi,
terutama tentang pasien, dalam cara yang benar, relevan dan terbarukan,
mudah diakses oleh orang yang tepat pada tempat atau lokasi yang berbeda
6
dan dalam format yang dapat digunakan Transaksi data pelayanan
dikumpulkan, disimpan, diproses, dan didokumentasikan untuk menghasilkan
informasi tentang kualitas perawatan pasien dan tentang kinerja rumah sakit
serta biaya. Ini mengisyaratkan bahwa sistem informasi rumah sakit harus
mampu mengkomunikasikan data berkualitas tinggi antara berbagai unit di
rumah sakit (7). Untuk kelancaran tersebut, maka terdapat komponen yang
mendasari implementasi SIMRS yaitu perangkat instrument, perangkat SDM
dan sarana prasarana. Komponen tersebut merupakan faktor utama dalam
menjalankan SIMRS. Perangkat teknologi berperan pada tingkat
kesulitan/kemudahan dalam penerapan serta manfaat bagi individu maupun
rumah sakit, sehingga masing-masing komponen dapat menjadi masalah dan
menyebabkan gangguan dalam implementasi SIMRS.
Setiap kelas rumah sakit mempunyai karakteristik yang berbeda. Pada
rumah sakit kelas A mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan
subspesialis luas oleh pemerintah, rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai
tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut juga
rumah sakit pusat. Pada rumah sakit kelas B mampu memberikan pelayanan
kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan
rumah sakit kelas B didirikan disetiap ibukota propinsi (provincial hospital)
yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Sedangkan
pada rumah sakit kelas C mampu memberikan pelayanan kedokteran
subspesialis terbatas. Terdapat empat macam pelayanan spesialis disediakan
yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak,
serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Akan tetapi, dari ketiga kelas
7
rumah sakit tersebut terdapat kesamaan terhadap pendaftaran pasien baru
rawat jalan dengan standar sistem manajemen rumah sakit (SIMRS). Setiap
pasien baru diterima di tempat loket pendaftaran, diwawancarai oleh petugas
guna mendapatkan data identitas yang akan diisikan pada formulir ringkasan
riwayat klinik. Setiap pasien baru akan memperoleh nomor pasien yang akan
digunakan sebagai kartu pengenal, yang harus dibawa pada setiap kunjungan
berikutnya ke rumah sakit yang sama. Setelah selesai dalam proses
pendaftaran, pasien baru dipersilahkan menunggu di poliklinik yang dituju
dan petugas rekam medis mempersiapkan berkas rekam medisnya kemudian
dikirim ke poliklinik tujuan pasien. Pada proses pendaftaran tersebut, data
pasien terdaftar dengan menggunakan SIMRS, sehingga data pasien terekam
semua bidang pelayanan seperti laboratorium, fisiotrapi, radiologi dan
sebagainya (7).
Rumah Sakit Umum dr. Fauziah Bireuen merupakan rumah sakit
regional untuk wilayah utara dan tengah Aceh dengan kelas B, berkomitmen
untuk meningkatkan mutu pelayanan, salah satu upayanya dengan
mengimplementasikan. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
penulis terhadap petugas SIMRS RSUD dr. Fauziah Bireuen didapatkan
informasi bahwa SIMRS berfungsi sejak Januari 2018, keterlambatan
penerapan sistem ini dikarenakan perangkat instrument dan sarana prasarana
baru terpenuhi. Seharusnya penerapan SIMRS di rumah sakit tersebut harus
sejalan. Akan tetapi pada kenyataannya, SIMRS pada rawat jalan hanya
berlaku sebatas loket pendaftaran saja, pada UGD SIMRS belum berfungsi
8
maximal, pada penunjang SIMRS hanya berfungsi pada laboratorium
sedangkan pada radiologi dan fisiotrapi sistem belum berfungsi, sedangkan
pada rawat inap belum sama sekali menerapkan SIMRS tersebut, mereka
masih menggunakan sistem lama yaitu HMIS (Healht Management Informasi
System). Hal ini yang menghambat proses dan integrasi seluruh alur layanan
kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.
mmmmBerdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengambil judul
“Analisis Kualitas Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2018”.
1.2. Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kualitas sistem
informasi manajemen di Rumah Sakit di RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun
2018
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk menilai gambaran kualitas sistem informasi manajemen rumah
sakit berdasarkan infrastruktur di RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun
2018
2. Untuk menilai gambaran kualitas sistem informasi manajemen rumah
sakit berdasarkan SDM di RSUD dr. Fauziah Bireuen Tahun 2018
9
3. Untuk menilai gambaran kualitas sistem informasi manajemen rumah
sakit berdasarkan prosedur di RSUD dr. Fauziah Bireuen
tahun 2018
1.3. Permasalahan
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sebuah sistem
informasi yang terintegrasi yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses
manajemen rumah sakit, mulai dari pelayanan diagnosa dan tindakan untuk
pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, database personalia,
penggajian karyawan, proses akuntansi sampai dengan pengendalian oleh
manajemen.
Penggunaan SIMRS di rumah sakit dapat mengatasi hambatan–hambatan
dalam pelayanan kesehatan di rumah Sakit, keberadaan SIMRS sangat
dibutuhkan, sebagai salah satu strategik manajemen dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan memenangkan persaingan bisnis. Sistem informasi
manajemen merupakan prosedur pemprosesan data berdasarkan teknologi
informasi yang terintegrasi dan diintergrasikan dengan prosedur manual dan
prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif
untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
Akan tetapi, ada beberapa permasalahan dalam penelitian ini yang
memengaruhi kualitas sistem informasi manajemen rumah sakit di RSUD dr.
Fauziah Bireuen Tahun 2018 yaitu perangkat infrastruktur, perangkat SDM dan
prosedur (tata cara). Pada RSUD dr. Fauziah Bireuen 3 perangkat tersebut baru
terpenuhi, seharusnya penerapan SIMRS di rumah sakit harus sejalan dengan
perkembangan 3 perangkat tersebut. Hal ini yang menyebabkan SIMRS pada
10
rawat jalan hanya berlaku sebatas loket pendaftaran dan laboratorium, sedangkan
pada rawat inap menggunakan sistem lama yaitu HMIS (Healht Management
Informasi System). Hal ini yang menghambat proses dan integrasi seluruh alur
layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Seharusnya, sebagai standar rumah sakit kelas B semua sistem harus
menggunakan SIMRS. Oleh karena itu, untuk mendapatkan informasi yang lebih
lanjut dalam penelitian ini maka informan yang akan diwawancarai peneliti adalah
Direktur, kepala instalasi SIMRS, staf SIMRS, operator SIMRS dan penerima
pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut rumusan masalah dapat digambarkan sebagai
berikut: “Bagaimana Gambaran Kualitas Sistem Informasi Manajemen Rumah
Sakit berdasarkan input, proses, output di RSUD dr.Fauziah Bireuen ? “
1.4 Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat secara teoritis
maupun secara praktis, yaitu:
1.4.1. Secara Teoritis
1) Bagi informan
Sebagai bahan tolak ukur apa saja yang telah diketahui oleh informan
tentang pelaksanaan Informasi Manajemen Rumah Sakit
11
2) Penelitian selanjutnya
Penelitian selanjutnya dapat meneruskan penelitian ini dengan meneliti
lebih lanjut untuk pengembangan ilmu khususnya tentang sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit.
1.4.2. Secara Praktis
1) Manajerial
Sebagai masukan bagi manajerial dan pejabat yang berwewenang di
RSUD dr. Fauziah, meningkatkan kualitas pelayanan untuk mencapai hasil
yang optimal dan sebagai masukkan untuk mengembangkan SIMRS di
RSUD dr.Fauziah Bireuen.
2) Organisasi
Sebagai masukan bagi organisasi untuk mengetahui kendala dalam
penerapan SIMRS
3) Operasional
Sebagai masukan bagi operasional terhadap kendala dan inspirasi dalam
penanganan SIMRS agar dapat meningatkan kelancaran sistem dan
kualitas pelayanan rumah sakit
4) Umum
Sebagai masukan dan pengetahuan tentang tata cara kinerja SIMRS dalam
meningkatkan pelayanan rumah sakit
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu
1) Eko Nugroho, “Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) di Yogyakarta”, metode penelitian ini menggunakan Penelitian
deskriptif kuantitatif dilakukan dengan melibatkan 66 rumah sakit yang ada di
DI Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner
yang diadopsi dari EMRAMtool Healthcare Information and Management
Systems Society (HIMSS) untuk menilai pengelolaan sistem informasi rumah
sakit, penggunaan dan kedalaman sistem informasi di rumah sakit, serta
pertukaran data elektronik. Hasil penelitian disimpulkan bahwa penggunaan
sistem informasi manajemen rumah sakit sudah diimplementasikan di 48
rumah sakit di DIY. Penggunaan sistem ini masih terfokus pada fungsi
administrasi walaupun sudah mengarah pada fungsi klinis. Peran organisasi
(ketersediaan unit sistem informasi) dan sumber daya manusia dengan latar
belakang TI sangat mendukung terhadap pengembangan dan keberlangsungan
SIMRS (2).
2) Sri rahayu, Pengembangan model sistem informasi rumah sakit pada instalasi
radiologi rawat jalanuntuk mendukung evaluasi pelayanan di rumah sakit
paru dr. Ario wirawan salatiga. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pengembangan model sistem informasi instalasi radiologi mampu
mengatasi permasalahan pada sistem informasi sebelum dikembangkan. Hasil
analisis menunjukkan skor rata-rata tertimbang sebelum pengembangan
13
sistem adalah 1,95 dan sesudah dilakukan pengembangan sistem adalah 3,40,
artinya ada peningkatan persepsi informan terhadap sistem informasi sesudah
dilakukan pengembangan. Dari sisi kualitas informasi antara sistem lama dan
sistem yang dikembangkan mempunyai perbedaan yang signifikan, hal ini
ditunjukkan dengan hasil uji statistik Sign Test, dimana probabilitas 0,0001
(p<0,05), artinya ada perbedaan kualitas informasi ya g signifikan antara
sistem yang lama dengan sistem yang baru (6).
3) Renita khilfida khaula, evaluasi sistem informasi kesehatan ditinjau dari
kualitas data di unit rekam medis asri medical center universitas
muhammadiyah yogyakarta (amc umy). Metode penelitian ini adalah
penelitian kualitatif studi kasus (case study). Populasi objek penelitian ini
adalah aplikasi sistem informasi kesehatan AMC UMY sedangkan populasi
subjek adalah petugas rekam medis, petugas pendaftaran dan petugas
Teknologi Informasi AMC UMY. Hasipenelitian menunjukkan sistem
informasi kesehatan di AMC UMY tidak berkualitas karena tidak
ditemukannya unsur akurat, mudah akses, ajeg, menyeluruh, up to date, tepat,
definisi, relevant pada sistem informasi kesehatan (7).
4) Andreasta Meliala. Analisis Sistem Dan Teknologi Informasi Sebagai Acauan
Dalam Perancangan Rencana Strategis Sistem Informasi Dan Teknologi
Informasi (RENSTRA SI/TI) Di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI .
Pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara,
FGD kepada manajemen dan observasi, serta telaah dokumen.Rumah Sakit
Islam Yogyakarta PDHI sudah menerapkan SIMRS, namun sistem informasi
yang ada belum di dukung dengan dokumen legal yang digunakan sebagai
14
arahan organisasi dalam pengembangan SI/TI, selain itu RSIY PDHI belum
menyesuaikan dengan standar dan protokol arsitektur SI/TI, serta
pengembangan SIM-RS yang berlaku. Berdasarkan hasil tersebut,
menunjukkan bahwa masih ada kesenjangan antara kondisi SI/TI di RSIY
PDHI dengan standar tata kelola dan arsitektur SI/TI, serta standar
pengelolaan SIMRS. Sehingga berdasarkan hasil analisis tersebut, maka
RSIY PDHI harus menyusun Rencana Strategis SI/TI yang disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan pengembangan SIM-RS, baik dari segi tata
kelola dan standar yang berlaku (8).
5) Misfariyan,”Analisis Penerimaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Umum Daerah Bangkinang Menggunakan Metode Technology Acceptance
Model (Tam)”, untuk mengetahui Variabel yang paling mempengaruhi dari
kemudahan penggunaan penerimaan Sistem Informasi Manajemen rumah
Sakit (SIMRS). Analisis data dilakukan dengan SEM (Structural Equatio
Modelling) dengan software AMOS (Analysis of Moment Structure). Dari
hasil penilaian dan pengujian dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 Hipotesis
diterima dari 4 Hipotesis yang diajukan. Variabel Peou mempengaruhi PU,
Variabel PU mempengaruhi IT, Variabel IT mempengaruhi AS (9).
6) Dedy Setyawan,“Analisis Implementasi Pemanfaatan Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) Pada RSUD Kardinah Tegal”, Jenis
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
deskriptif yaitu menemukan gambaran yang lebih dalam tentang pemanfaatan
sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) di RSUD Kardinah Tegal.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa SDM user penginput data SIM
15
RS sebagian besar dari tenaga D3 Keperawatan, peran SDM user penginput
data SIM RS di masing – masing unit pelayanan di RSUD Kardinah Tegal
belum semua SDM melakukan input data pada SIMRS, dan memahami
tentang SIMRS, Dilihat dari efisiensi, yaitu membantu pekerjaan menjadi
lebih cepat seperti melakukan entry data. Data dan dokumen mengena telah
auditable dan accountable yaitu dapat diperiksa dan dipertanggung jawabkan
apabila terdapat kesalahan serta didokumentasikan sesuai Standar
Operasional Prosedur (SOP) (10).
7) Indra Gunawan, ”Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) RSUD Brebes Dalam Kesiapan Penerapan Sistem Informasi Rumah
Sakit (SIRS) Online Kemenkes RI Tahun 2013”, Penelitian ini merupakan
jenis penelitian dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif
dilakukan mengenai fenomena yang ditemukan dalam mengevaluasi sistem
informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) RSUD Brebes dalam mendukung
kesiapan pelaporan SIRS online Kemenkes RI. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa SDM user penginput data SIM RS sebagian besar dari
tenaga D3 Keperawatan. Peran SDM user penginput data SIM RS di masing
– masing unit pelayanan di RSUD Brebes belum semua SDM melakukan
input data pada SIM RS, dan memahami tentang SIM RS yang terintegrasi
dan pelaporan SIRS online Kemenkes RI. Sistem komputerisasi SIM RS
RSUD Brebes, untuk input data belum dilakukan secara maksimal, untuk
proses dan output data SIM RS, didalam proses pembuatan laporan RL masih
manual karena SIM RS belum terintegrasi dengan fitur pelaporan SIRS online
yang ada di menu SIM RS. Sedangkan feedback SIMRS juga belum pernah
16
dilakukan oleh mananajemen rumah sakit. Menu Inputan yang di SIM RS
belum sesuai dengan hasil ouputan yang ada SIRS online. Persiapan SIM RS
di masing – masing unit pelayanan RSUD Brebes untuk dapat terintegrasi
dengan laporan SIRS On Line, dari sisi SDM (Sumber Daya Manusia), sarana
prasarana, Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Kebijakan direktur
rumah sakit dinilai belum siap secara keseluruhan (11).
8) Chanif Kurnia Sari,” Analisis Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Di
Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri 2012”, Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa Rumah sakit Amal Sehat Wonogiri sudah memberikan
pelayanan yang cepat dan akurat, memberikan pelayanan kesehatan yang
lebih baik serta meminimalisir kesalahan yang dilakukan oleh petugas.
Pelaksanaan sistem informasi manajemen Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri
menggunakan software Khansa HMS menggunakan jaringan LAN (local area
network) menggunakan kabel UTP cat-6 yang sudah disertai dengan buku
panduanya. Kendala dalam pelaksanaan SIMRS amal sehat wonogiri adalah
petugas SIMRS pada bangsal tidak tertib menginput data pasien ke SIMRS
(12).
9) Muhammad Kurniawan Akbar ,”Sistem Informasi Manajemen Pada Rumah
Khusus Paru-Paru Palembang”, Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
Dengan adanya sistem informasi manajemen pada rumah sakit khusus paru
dapat mempermudah pihak rumah sakit paru-paru dalam penyampaian
informasi mengenai rekam medik pasien secara cepat dan tepat. Dengan
17
adanya sistem informasi manajemen pada rumah sakit khusus paru dapat
mempermudah pihak rumah sakit paru-paru dalam penyampian informasi
mengenai jenis penyakit paru-paru terbanyak untuk pasien berdasarkan jenis
pelayanan atau jaminan tiap tahunnya dan dengan adanya sistem informasi
manajemen pada rumah sakit khusus paru (13).
10) Herti Suherti Rachmi Dewi, ”Analisis Pengaruh Sistem Informasi
Manajemen Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Bidang Sumber Daya
Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat”, Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Metode ini digunakan untuk
menjelaskan fenomena sosial yang dalam hal ini digunakan untuk meneliti
pengaruh Sistem Informasi Manajemen (X) sebagai variabel bebas terhadap
Efektivitas Kerja Pegawai (Y) sebagai variabel terikat. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa Sistem
Informasi Manajemen berpengaruh positif terhadap Efektivitas Kerja Pegawai
pada Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Bahwa secara menyeluruh Sistem Informasi Manajemen telah dilaksanakan
dan dijalankan sesuai dengan ukuran-ukuran Efektivitas Kerja Pegawai (14).
11) Vivi Wahyuni, “Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) Menggunakan Metode Unified Theory Of Acceptance And Use Of
Technology (UTAUT)”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
kesenjangan antara harapan manajemen dan kenyataan yang diterima
diperoleh gap sebesar -1,4. Untuk mengatasi GAP, maka pihak manajemen
harus melakukan evaluasi dan monitoring mengenai penerapan SIMRS pada
18
RSUD Arifin Achmad. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap sikap
penggunaan teknologi (attitude toward using technology) adalah ekspektansi
kinerja (performace expectancy) sedangkan ekpektansi usaha (effort
expectancy) dan pengaruh sosial (social influence) tidak berpengaruh pada
niat dalam memanfaatkan (behavior intention). Variabel niat dalam
memanfaatkan (behaviour intention) adalah kondisi-kondisi pemfasilitasi
(facilitating condition) berpengaruh terhadap sikap penggunaan teknologi
(use bahavior). Berdasarkan hasil penelitian didapat faktor penghambat dari
pengimplementasian SIMRS adalah SIMRS sering mengalami permasalahan
seperti duplikasi data, fitur yang belum berfungsi dan masalah tersebut hanya
diselesaikan secara reaktif dan juga belum adanya dilakukan evaluasi dan
monitoring terhadap pengggunaan SIMRS di RSUD Arifin Achmad (14).
12) Evy Hariana, “Penggunaan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) Di DIY”, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
penggunaan sistem informasi manajemen rumah sakit sudah
diimplementasikan di 48 rumah sakit di DIY. Penggunaan sistem ini masih
terfokus pada fungsi administrasi walaupun sudah mengarah pada fungsi
klinis. Peran organisasi (ketersediaan unit sistem informasi) dan sumber daya
manusia dengan latar belakang TI sangat mendukung terhadap
pengembangan dan keberlangsungan SIMRS (15).
13) Reni Murnita, “Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Farmasi Di Rs
Roemani Muhammadiyah Dengan Metode Hot Fit Model,“ Jenis penelitian
ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Dari hasil
19
penelitian dapat disimpulkan bahwa Kinerja SIM farmasi dikatagorikan baik
karena sudah dapat memenuhi kebutuhan dari aspek ketepatan waktu
penerimaan informasi dan kelengkapan informasinya, dan dari aspek kualitas
informasi bisa dikatakan bahwa sistem informasi farmasi sudah memenuhi
kriteria kelengkapan dan relevansinya tetapi belum dapat memenuhi
keakuratan informasinya seperti halnya pada data jumlah obat yang terekap
pada sistem belum sama seperti data jumlah obat yang ada di gudang. Dari
aspek kecepatan waktu penyediaan informasinya belum terpenuhi karena
pada saat dilihat pada sistem data yang ada tidak akurat dan harus menunggu
akhir bulan setelah penyamaan data obat dengan perhitungan manual baru
dapat dilihat data obat yang akurat. Kinerja SIM farmasi itu dikatagorikan
baik hanya dari aspek technology sedangkan dari aspek human dan
organization dikatagorikan kurang baik seperti halnya belum adanya program
pelatihan tentang sistem informasi pada petugas farmasi, tidak adanya SPO
pada petugas farmasi dan petugas SIM yang menyebabkan keterlambatan
pembetulan jika terjadi masalah pada sistem, tidak adanya masterplan sistem
informasi farmasi dan tidak adanya supervisi pada bagian farmasi oleh kepala
farmasi sehingga tidak bisa melakukan pengawasan pada petugas farmasi.
Dari hal tersebutlah yang menyebabkan belum terpenuhinya kebutuhan
keakuratan dan kecepatan penyediaan informasi (16).
14) Hafis Nur Wicaksono, “Analisis Kesuksesan Sistem Informasi Manajemen
Menggunakan Pendekatan Updated D&M Is Success Model Di Rumah Sakit
Umum Kaliwates Jember”, Penelitian ini merupakan penelitian analitik. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kualitas informasi
20
terhadap intensi memakai. Ada pengaruh kualitas informasi terhadap
kepuasan pengguna dengan. Ada pengaruh kualitas sistem terhadap intense
memakai. ada pengaruh kualitas sistem terhadap kepuasan. Ada pengaruh
kualitas pelayanan terhadap intensi memakai. Ada pengaruh kualitas
pelayanan terhadap kepuasan. Ada pengaruh intensi memakai terhadap
pemakaian. Ada pengaruh pemakaian terhadap kepuasan pengguna. Ada
pengaruh kepuasan pengguna terhadap intensi memakai. Ada pengaruh
pemakaian terhadap manfaat-manfaat bersih. Ada pengaruh manfaat-manfaat
bersih terhadap intensi memakai. Ada pengaruh manfaat-manfaat bersih
dengan kepuasan pengguna. Ada pengaruh kepuasan pengguna terhadap
manfaat-manfaat bersih (17).
15) Erna Yulianti,“Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Modul Farmasi”, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem
informasi yang terintegrasi antara satu modul dengan modul yang lainnya
terbukti dengan adanya pertukaran data antar modul. Perancangan Modul
Farmasi terdiri atas Proses Manajemen Master Data, Manajemen Inventory
Obat, Peracikan Obat, Harga Jual, Penjualan, dan Pelaporan. Rancangan
dibuat dalam bentuk Diagram Konteks, Physical Data Model, Diagram
Berjenjang, Overview Diagram, Diagram Alir Data, Desain User Interface,
dan Relasi Antar Modul. Rancangan dapat dijadikan pedoman bagi
programmer dalam membangun dan mengembangkan Sistem Informasi
Farmasi menggantikan sistem konvensional yang berjalan (25).
21
16) Windi Kisdianata, “Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Dalam
Mendukung Proses Manajemen di Rumah Sakit Gigi dan Mulut UMY”.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dari
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sejak penggunaan sistem di RSGM
UMY, sangat membantu sekali dengan adanya sistem ini. Kemudahan dalam
menggunakan dapat membantu kinerja dari setiap pengguna. Penentuan
skoring pada criteria obyektif hasil penelitian berpedoman pada aturan
Gutman dengan didapatkan hasil setiap aspek dalam PIECES. Kategori baik
meliputi aspek information, economic, control, dan service. Sedangkan
kategori sedang meliputi performance dan efficiency (19).
17) Alexander Harsono, “Analisis Implementasi Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit Umum Daerah (SIM-RSUD) Terintegrasi Di Provinsi
Kalimantan Barat”. Penelitian ini merupakan penelitian analitik. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa SIM rumah sakit (SIMRS) terintegrasi
dirancang untuk mengintegrasi fungsi utama rumah sakit ke dalam satu
sistem terpadu yang disimpan dalam pusat database. Namun, tidak banyak
rumah sakit umum daerah (RSUD) di tingkat Kabupaten yang telah
mengimplementasi SIMRS untuk dapat meningkatkan pelayanan medis
karena berbagai alasan. Di antaranya, pemahaman-manfaat dan implementasi
SIMRS yang masih kurang. Penelitian lapangan (ground research) dilakukan
untuk mengumpulan data, analisis, dan pemetaan sampai pada implementasi
SIMRS dengan metodologi air terjun. Temuan menunjukan bahwa sistem
perangkat lunak SIMRS yang kostumais, pemahaman fungsi dan infrastuktur
Teknologi informasi serta pemetaan yang baik merupakan kunci sukses
22
implementasi SIMRS. Hasil studi ini diharapkan dapat berkontribusi untuk
rumah sakit dan akademik, khususnya bagi pihak yang tertarik dengan
implementasi SIMRS tipe C untuk memperbaiki layanan kesehatan
masyarakat di tingkat Kabupaten-Provinsi (20).
18) Nunung Aini Rahmah, “Hubungan Antara Kualitas Sistem Informasi,
Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, Dan Kualitas Informasi (Studi Kasus di
RSU Cibabat Kota Cimahi)”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang erat signifikan antara variabel Kualitas Sistem
Informasi, kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan kualitas Informasi.
Koefisien Korelasi masing-masing variabel yang menggambarkan hubungan
antara Kualitas Sistem Informasi, Kualitas Pelayanan Sistem Informasi, dan
Kualitas Informasi adalah: koefisien Korelasi antara Kualitas Sistem
Informasi dan Kualitas Pelayanan Sistem sebesar 0,723, koefisien Korelasi
antara Kualitas Sistem Informasi dan Kualitas Informasi sebesar 0,707, dan
koefisien Korelasi antara Kualitas Pelayanan Sistem Informasi (X2) dan
Kualitas Informasi (X3) sebesar 0,909 (21).
19) Tri Haryati, “Pengaruh Karakteristik Informasi Manajemen Rumah Sakit
Terhadap Kinerja Manajerial Di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso
Surakarta”. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif analitik. Rancangan
dalam penelitian ini adalah crosssectional. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa Terdapat pengaruh secara signifikan antara karakteristik
broadscope (p value = 0,027) dan clarity (p value = 0,004) terhadap kinerja
manajerial di Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta; 2.
23
Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara karakteristik aggregation (p
value = 0,761), integration (p value = 0,515),timeliness (p value = 0, 284),
dan accuracy (p value = 0,812) terhadap kinerja manajerial di Rumah Sakit
Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta, dan terdapat pengaruh secara
signifikan antara karakteristik informasi broadscope, aggregation,
integration, timeliness, accuracy dan clarity secara bersama-sama terhadap
kinerja manajerialdi Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakarta
(p value = 0,000) (22).
20) Fathoni,“PengembangannModelnSistemnInformasi Rumah Sakit”. Jenis
penelitian adalah penelitian deskriptif analitik. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kualitas layanan dan manajemen rumah sakit
sangat penting dalam usaha meningkatkan status kesehatan masyarakat,
karena saat ini rumah sakit dituntut bukan hanya melaksanakan upaya kuratif
danrehabilitatif tetapi juga upaya preventif dan promotif. Untuk menilai
peningkatan kinerja rumah sakit tersebut diperlukan suatu model sistem yang
di dasarkan pada 4 dimensi utama pengukuran kinerja, yaitu faktor kinerja
pertumbuhan dan pembelajaran yang akan mempengaruhi faktor kinerja
proses bisnis internal, selanjutnya faktor kinerja proses bisnis internal akan
berpengaruh kepada faktor kinerja pelanggan. Pada akhirnya ketiga faktor
tersebut akan mempengaruhi kepada faktor kinerja keuangan. Pada akhirnya,
model sistem sistem penilaian kinerja rumah sakit akan semakin lengkap
dengan menambahkan faktor pelayanan kedalam model sistem yang
dihasilkan. Pemanfatan teknologi informasi sebagai alat bantu dalam
pemroresan penilaian kinerja rumah sakit akan dapat mempercepat serta
24
menghindari kesalahan seminimal mungkin serta dapat menghasilkan
informasi tentang tingkat kesehatan rumah sakit, variabel penilaian yang
belum memenuhi target dan variabel penilaian yang harus dipertahankan,
sehingga membantu manajemen dalam pengambilan kebijakan yang akan
dijalankan rumah sakit (23).
21) Flourensia Sapty Rahayu, “Analisa Implementasi Sistem Informasi dan
Perencanaan Strategis E-Business di RS.X“. Jenis penelitian adalah penelitian
deskriptif analitik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa analisa
yang dilakukan terhadap RS.X selain berdasarkan input dari strategi bisnis
dan kondisi bisnis saat ini, juga menitikberatkan pada konfigurasi dan
spesifikasi dari teknologi informasi yang dimiliki perusahaan, karena pada
hakekatnya untuk pengembangan teknologi informasi di masa mendatang
dibangun di atas infrastruktur yang dimiliki saat ini (baseline), bukan
membuat sesuatu yang sama sekali baru (paling tidak jika diputuskan untuk
sama sekali tidak menggunakan infrastruktur yang ada sekarang, tetap saja
diperlukan strategi untuk facing out (24).
22) Adhi Susano, “Pengembangan Sistem Informasi Rekam Medis Dengan
Menggunakan Pendekatan Fast (Framework For The Application Of System
Techniques) Untuk Mendukung Evaluasi Pelayanan Rumah Sakit Umum Di
Tangerang”. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem informasi
rekam medis untuk mendukung evaluasi pelayanan yang ada saat ini terdapat
masalah-masalah yaitu: dalam input data (data pasien yang ditulis oleh
petugas tidak lengkap), proses (pengelolaan data masih dilakukan secara
25
manual dan belum menggunakan SMBD) dan output (laporan/informasi
hanya berupa rasio kunjungan pasien lama dan baru, rasio kunjungan pasien
poli umum dan spesialis) sehingga kegiatan evaluasi pelayanan yang
dilakukan oleh manajer khususnya untuk mengetahui produktivitas pelayanan
menjadi terhambat. Informasi untuk mendukung evaluasi pelayanan yang
dibutuhkan oleh pihak manajemen yaitu: a) Laporan pemeriksaan pasien
sesuai data hasil pemeriksaan, b) Sensus harian, c) Laporan kunjungan
pasien, d) Laporan sepuluh besar penyakit, e) Laporan pemakaian obat dan
reagen, f) Laporan pemeriksaan penunjang, dan g) Laporan kegiatan rumah
sakit untuk evaluasi pelayanan. Basis data sistem informasi rekam medis
untuk mendukung evaluasi pelayanan yang dikembangkan adalah: pasien,
bagian pelayanan, bagian registrasi, dokter, penyakit, pemeriksaan, transaksi
pemeriksaan, jadwal, barang/obat, grup barang, golongan barang, grup
farmakologi, produsen, bentuk sediaan, standar unit. Proses yang terjadi
berupa pengolahan data dari sumber data dan jenis data yang ada menjadi
informasi berupa laporan. Output yang dihasilkan berupa: laporan
pemeriksaan pasien sesuai data hasil pemeriksaan, laporan kunjungan pasien
per bulan, laporan sepuluh besar penyakit, laporan pemakaian obat per bulan,
laporan pemakaian reagen per bulan, laporan pemeriksaan penunjang, laporan
kegiatan rumah sakit untuk evaluasi pelayanan. Sistem informasi rekam
medis yang digunakan untuk mendukung evaluasi pelayanan saat ini belum
berjalan dengan baik karena petugas yang mengelola bagian rekam medis
terbatas dengan tugas yang komplek, sehingga untuk mengevaluasi pelayanan
26
kesehatan dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan dan pelaporan data
masih sulit dilaksanakan (25).
23) Ayuliana, “Perancangan Sistem Informasi Manajemen Pada Klinik Skala
Kecil”. Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan metode analisis yang
meliputi studi kepustakaan, pemeriksaan dokumentasi, observasi, dan
wawancara. Sedangkan dalam perancangan, metode yang digunakan adalah
meliputi perancangan aplikasi menggunakan metode waterfall model,
perancangan basis data, serta perancangan layar aplikasi menggunakan State
Transition Diagram. Hasil yang dicapai dari penelitian ini adalah sebuah
aplikasi basis data manajemen rumah sakit. Dengan aplikasi basis data, semua
data dan informasi dapat diintegrasikan dengan baik sehingga dapat
membantu meningkatkan kualitas pelayanan klinik serta mempermudah
dalam penyimpanan dan pengaksesan data. Simpulan yang didapat dari
penelitian ini yaitu dengan adanya aplikasi basis data manajemen rumah sakit
membantu dalam menghasilkan informasi yang cepat dan akurat yang
digunakan untuk mendukung kegiatan operasional dan dalam pengambilan
keputusan pada Klinik (26).
24) Heru Cahya Rustamaji, ”Sistem Informasi Rumah Sakit Berbasis Web
Menggunakan Java Server Pages”. Jenis penelitian adalah penelitian
deskriptif analitik. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem
komputerisasi dalam segala bidang khususnya bagian rekam medis. Dengan
bantuan komputerisasi tersebut, dapat meningkatkan mutu serta mempercepat
pelayanan medis. Sistem informasi rumah sakit ini menggunakan metode
pengembangan GRAPPLE (Guidelines for Rapid APPLication Engineering)
27
yang terdiri dari 5 tahapan yaitu :requirement gathering, analysis, design,
developnment, dan deployment. Tahapan dalam GRAPPLE tidak disusun
dalam bentuk statis sehingga tahapan dapat dikerjakan berulang kali dengan
urutan kerja yang tidak harus sesuai dengan urutan yang ada. Teknologi yang
dipakai untuk membangun sistem informasi berbasis web ini adalah
menggunakan JSP dan apache Tomcat. Tomcat merupakan servlet engine
open source yang termasuk dalam proyek Jakarta yang dikerjakan oleh
Apache Software Foundation (27).
25) Mohamad Topan, “Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
Berbasis Web Studi Kasus : Rumah Sakit TNI AU Lanud Sam Ratulangi”.
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif analitik. Dari hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit berbasis
web yang telah dihasilkan pada perancangan ini dapat digunakan untuk
mengelola data pasien rawat jalan, rawat inap, pelayanan apotik dan
pelayanan kasir. Adapun setiap bagian pelayanan dapat merekap seluruh data
pasien maupun data keuangan untuk bagian kasir dan apotik. Untuk
menghasilkan sistem informasi manajemen yang sesuai dengan kebutuhan
manajemen rumah sakit, harus dilakukan komunikasi yang baik dengan pihak
manajemen sebelum sistem diterjemahkan kedalam bahasa pemrograman.
Komunikasi yang baik akan menghasilkan informasi-informasi yang
diperlukan untuk analisa kebutuhan manajemen rumah sakit. Dalam
perancangan suatu sistem informasi manajemen rumah sakit berbasis web ,
sangat diperlukan kemampuan bahasa pemrograman web seperti PHP,
28
HTML, CSS dan javascript agar sistem dapat diselesaikan dengan lebih
efisien baik dari segi waktu maupun kode sumber sistem (28).
2.2. Telaah Teori
2.2.1. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
Sistem informasi manajemen rumah sakit adalah kumpulan dari sub-sub
sistem yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerja sama secara harmonis
untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang
diperlukan untuk mendukung melaksanakan fungsi pelayanan rumah sakit dan
pengambilan keputusan manajemen (29).
Selain itu, Sistem informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) merupakan
himpunan atau kegiatan dan prosedur yang terorganisisasikan, saling berkaitan
serta saling ketergantungan dan dirancang sesuai dengan rencana dalam usaha
menyajikan info yang akurat dan tepat waktu dirumah sakit.
Selain itu, sistem ini berguna untuk menunjang proses fungsi-fungsi
manajemen dan pengambilan keputusan dalam memberikan pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Sistem tersebut, saat ini ditujukan untuk menunjang fungsi
perencanaan dan evaluasi dari penampilan kerja rumah sakit antara lain adalah
jaminan mutu pelayanan rumah sakit yang bersangkutan, pengendalian keuangan
dan perbaikan hasil kerja rumah sakit tersebut, kajian dalam penggunaan dan
penaksiran permintaan pelayanan kesehatan rumah sakit oleh masyarakat,
perencanaan dan evaluasi program rumah sakit, penyempurnaan laporan rumah
sakit serta untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan (30).
29
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR
1171/MENKES/PER/VI/2011 Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) adalah suatu
proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian data rumah sakit se-Indonesia.
Sistem Informasi ini mencakup semua Rumah Sakit umum maupun khusus, baik
yang dikelola secara publik maupun privat sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Sistem
Informasi Rumah Sakit haruslah meliputi:
a. data identitas rumah sakit.
b. data ketenagaan yang bekerja di rumah sakit.
c. data rekapitulasi kegiatan pelayanan.
d. data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat inap.
e. data kompilasi penyakit/morbiditas pasien rawat jalan.
2.2.1.1. Fungsi SIMRS
Fungsi sistem informasi manajemen dalam rumah sakit adalah:
1. Mendukung fungsi pelayanan, yaitu mampu memberikan informasi yang
dibutuhkan dalam pelayanan rumah sakit sehari-hari, misalnya informasi
kualitas dan kuantitas pelayanan kepada pasien, informasi yang mendukung
pengendalian biaya, informasi yang mendukung pengendalian pendapatan dan
sebagainya.
2. Mendukung fungsi pengambilan keputusan, yaitu memberikan informasi yang
cepat, tepat dan akurat yang akan digunakan oleh user dalam hal ini
manajemendalam mengambil keputusan atau dokter dalam menentukan
diagnosis dan terapi, atau oleh pasien untuk mengambil keputusan menerima
atau menolak tindakan medis/pelayanan rumah sakit yang ditawarkan.
30
3. Mendukung fungsi komunikasi, yaitu memberikan suatu informasi yang cepat,
tepat dan akurat dalam proses komunikasi/konsultasi, dengan teman sejawat
dokter atau dengan pasien yang sedang dilayani.
4. Mendukung fungsi hukum, yaitu menyimpan data transaksi pelayanan yang
diberikan kepada pasien secara objektif dan kronologis, sehingga dapat
dijadikan bahan bukti yang sah.
5. Mendukung fungsi perencanaan, yaitu memberikan informasi tentang
permasalahan yang terdapat dalam pelayanan, masalah logistik, masalah
keuangan, masalah sumber daya rumah sakit, dan sebagainya untuk dilakukan
suatu perencanaan kegiatan/program yang dapat mengatasi permasalahan
tersebut dengan tepat.
6. Mendukung fungsi pendidikan dan penelitian, yaitu memberikan data penyakit
yang diderita pasien secara kronologis, akurat dan up to date, sehingga dapat
dipelajari dan diteliti untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
khususnya di bidang kesehatan (30).
2.2.1.2. Tujuan SIMRS
Tujuan sistem informasi manajemen dalam rumah sakit adalah menyiapkan
informasi bagi manajer dan dokter serta pasien sebagai pengambil keputusan atau
sebagai penentu diagnosis, dengan analisis data yang seefisien mungkin sehingga
dapat memberikan kontribusi terhadap mutu pelayanan rumah sakit. Sistem
informasi yang digunakan dalam rumah sakit harus dapat berperan dalam
menerapkan strategi rumah sakit:
a. Strategi biaya
b. Strategi diferensiasi (membuat produk yang unik)
31
c. Strategi inovasi (32).
Sistem informasi manajemen harus berperan dalam meningkatkan kualitas
produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan, dalam hal ini jasa rumah sakit. Jasa
rumah sakit adalah jasa memberikan pelayanan kesehatan yang prima termasuk
pemeriksaan penunjang terhadap pasien sebagai
kesesuaian antara spesifikasi yang dibutuhkan dibandingkan dengan spesifikasi
yang dihasilkan oleh rumah sakit. Sistem informasi manajemen dalam rumah sakit
harus dapat memperkecil kesenjangan persepsi mutu pelayanan kesehatan antara
dokter yang memberikan pelayanan kesehatan dengan pasien yang menerima
pelayanan kesehatan. Sehingga dapat memperkecil kemungkinan timbulnya
tuntutan hukum akibat ketidakpuasan pasien atas mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan tenaga medis di rumah sakit. J. R. Griffith dalam buku the Well
Managed Community Hospital seperti yang dikutip oleh Tjandra Yoga Aditama
menyatakan bahwa sistem informasi mempunyai peranan penting dalam sistem
pengawasan melalui tiga pendekatan:
1) Sistem informasi manajemen akan mempercepat dan meningkatkan akurasi
transaksi karena semuanya terekam dan terkomunikasikan antar berbagai unit.
2) Sistem informasi manajemen dapat menyajikan data mutahir yang ada, dan
membandingkannya dengan ekspektasi/rencana/standar.
3) Sistem informasi manajemen dapat merekam data yang besar sehingga
memungkinkan pemahaman yang menyeluruh untuk penyesuaian bila
diperlukan (32).
32
Selanjutnya, J. R. Griffith menyatakan bahwa sistem informasi manajemen
rumah sakit amat berperan dalam akuntansi manajemen dan juga audit medik.
Dalam hal akuntansi manajemen, sistem informasi meliputi:
a. Penagihan pembayaran pasien.
b. Pembayaran gaji dan insentif sesuai beban kerja.
c. Pemesanan logistik rumah sakit.
d. Pengurusan dengan pihak ketiga dalam asuransi.
e. Perencanaan keuangan.
Dalam hal audit medik, sistem informasi manajemen rumah sakit amat
diperlukan mengingat terjadi tiga hal penting di rumah sakit:
1) Teknologi kedokteran kini makin berkembang, makin kompleks, makin kuat,
makin mempunyai risiko bahaya dan makin mahal, karena itu memerlukan
pengawasan yang ketat.
2) Teknologi sistem informasi pun kian canggih sehingga memungkinkan
melakukan pengawasan ketat dengan biaya yang wajar.
3) Situasi lingkungan yang mengharuskan pelayanan kesehatan di rumah sakit
dilakukan seefektif dan seefisien mungkin (33).
Rowland dan Rowland dalam buku Hospital Administration Handbook
seperti yang dikutip oleh Tjandra Yoga Aditama menyatakan bahwa ada berbagai
manfaat yang akan didapat dari pelaksanaan sistem informasi manajemen di
rumah sakit, antara lain:
a. Penggunaan tenaga secara lebih patut (reliable).
b. Penghematan bahan: formulir, obat-obatan, makanan.
c. Perbaikan manajemen.
33
d. Perbaikan keuangan: perbaikan biling dan penagihan.
e. iPerbaikan umum: penurunan lama hari rawat, perbaikan jadwal kerja
karyawan mpemanfaatan ruangan/alat lebih optimal.
Pada dasarnya, efektifitas sistem informasi terpadu dapat memberikan
peranan yang meliputi:
1. General (pada umumnya )
a. Reporting (laporan) di semua level management lebih tepat waktu dan
akurat.
b. Minimalisasi proses antar subsistem.
c. Minimalisasi dokumen berjalan.
2. Operational Control (mengontrol secara operasional)
a. Subsistem admission (sub sistem administrasi) memudahkan :
1) Pencarian nomor rekam medis dan pembuatan nomor baru.
2) Status kamar: isi atau kosong terupdate secara langsung pada proses
registrasi, mutasi (pemindahan) dan invoicing. (dokumen yang digunakan
sebagai suatu bukti)
b. Subsistem rekam medis terintegrasi dengan subsistem admission dan invoicing,
nnsehingga :
1) Mencegah duplikasi nomor rekam medis karena hanya satu master pasien.
2) Jumlah pasien lama/baru, jumlah pasien per spesialis, jumlah resep dan
jumlah pasien per business unit serta jumlah tingkat hunian langsung
tercreate.
3) Klasifikasi penyakit (ICD) (merupakan singkatan dari International
Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems dimana
34
memuat klasifikasi diagnostik penyakit dengan standar internasional yang
disusun berdasarkan sistem kategori dan dikelompokkan dalam satuan
penyakit menurut kriteria yang telah disepakati pakar internasional.per
pasien menghasilkan laporan morbiditas)
c. Subsistem inventory terintegrasi dengan subsistem invoicing dan purchasing,
nnsehingga :
1) Penambahan dan pengurangan stock terjadi otomatis.
2) Kartu stock dan mutasi stock langsung tercreate tidak ada retype (banyak
tipe transaksi) transaksi.
3) Posisi stock selalu up to date.
4) Klasifikasi slow moving, fast moving dan dead stock dapat dianalisis.
5) Dengan fixed stock (min dan max) dan suatu formula maka dapat dicreate
purchase request ( permintaan pembelian) secara otomatis.
d. Subsistem piutang terintegrasi dengan subsistem invoicing (dokumen yang
mndigunakan sebagai suatu bukti) sehingga :
1) Penambahan dan pelunasan piutang terjadi otomatis.
2) Kartu piutang per pasien atau perusahaan penjamin langsung tercreate
tidak ada retype transaksi (jenis transaksi).
3) Posisi piutang selalu up to date.
4) Total transaksi tagihan dapat dimonitor setiap saat sehingga
memungkinkan untuk meminta tambahan uang muka pasien untuk
memperkecil bad debt (rawat inap).
5) Umur piutang (A/R Aging) (Piutang usaha) sebagai data untuk prediksi
pendapatan ke depan (cash flow).
35
e. Subsistem hutang terintegrasi dengan sub sistem purchasing sehingga :
1) Penambahan dan pelunasan hutang terjadi otomatis.
2) Kartu hutang per supplier langsung tercreate tidak ada retype transaksi
3) Posisi hutang selalu up to date.
4) Umur hutang (A/P Aging) (hutang usaha ) sebagai data untuk prediksi
pengeluaran ke
2) depan (cash flow).
f. Subsistem treasury/finance terintegrasi dengan subsistem invoicing, A/R dan
nnA/P, sehingga :
1) Pemasukan dan pengeluaran cash/bank terjadi otomatis.
2) Cash and bank book langsung tercreate tidak ada retype transaksi.
g. Subsistem payroll dan jasa dokter terintegrasi dengan subsistem invoicing,
niinmenghasilkan keluaran:
1) Slip gaji karyawan dan pajak penghasilan.
2) Jasa dokter dan jasa pihak ketiga.
3) Rekapitulasi gaji per departemen dan business unit.
4) Pajak tahunan/SPT form 1721-A1 dan 1721-A.
h.iSubsistem fixed assets terintegrasi dengan subsistem /P menghasilkan
nnkeluaran:
1) Proses depresiasi dilakukan otomatis oleh sistem.
2) Daftar fixed asset (aset tetap) dengan nilai bukunya.
i. Subsistem general ledger merupakan muara semua subsistem menghasilkan
mnkeluaran:
1) Financial statement (Laporan keuangan)
36
2) Relatif hampir tidak ada proses retype journal.
3. Management control
a. Time-efficient and cost-effective (Hemat waktu dan hemat biaya.)
b. Gross profit per business unit ( Laba kotor per unit bisnis)
c. Pricing strategy ( Strategi penetapan harga)
d. Cash flow ( Arus kas)
4. Strategic Planning (Perencanaan strategis)
Memberikan gambaran kinerja intenal untuk mendukung proses evaluasi
dengan lingkungan luar organisasi untuk penetapan kebijakan dan strategi ke
depan. Dengan demikian, sistem informasi dapat digunakan sebagai sarana
strategis untuk memberikan pelayanan luas yang berorientasi kepada kepuasan
pelanggan. Pelanggan rumah sakit sendiri bukan hanya pasien saja. Pelanggan
rumah sakit dapat berupa pelanggan internal dan juga eksternal. Pelanggan
internal adalah pemilik, pemimpin dan seluruh karyawan rumah sakit itu
sendiri. Sementara, pelanggan eksternal dapat mulai dari pasien, keluarganya,
rekanan pemasok dan juga masyarakat luas. Sistem informasi rumah sakit
sangat berperan dalam memadukan berbagai kepentingan dari berbagai
pelanggan rumah sakit. Sistem informasi manajemen dalam rumah sakit
diharapkan dapat berfungsi memadukan kepentingan pelanggan dalam derap
bersama mencapai visi dan misi rumah sakit. Informasi yang dihasilkan sistem
informasi manajemen dalam rumah sakit merupakan sarana potensial untuk
memberdayakan pelanggan internal dan eksternal suatu rumah sakit (34).
37
Sistem informasi yang dibutuhkan manajemen rumah sakit adalah:
1. Sistem informasi akuntansi keuangan
2. Sistem informasi alat dan bahan/inventori (Farmasi, Laboratorium,
Radiologi,
3. OK, ICU, Psikhoterapi, Ruangan, Umum, Laundry, Katering)
4. Sistem informasi asset
5. Sistem informasi admition
6. Sistem informasi medical record (rekam medis)
7. Sistem informasi sumber daya manusia
8. Sistem informasi pemasaran
9. Sistem informasi executive
Subsistem-subsistem tersebut harus saling berhubungan satu sama lain dan
bekerja sama secara harmonis, sehingga terintegrasi membentuk satu sistem
informasi manajemen di rumah sakit. Masing-masing subsistem tersebut memiliki
komponen perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), manusia
(brainware), prosedur (procedure), basis data (database) dan jaringan komunikasi
(comunication network). Antara komponen-komponen ini ada hubungan saling
mempengaruhi sehingga harus terintegrasi secara harmonis pula (36).
Pengembangan sistem informasi manajemen di rumah sakit dapat dilakukan
dengan cara membeli jadi, membuat sendiri, atau membuat dibantu pihak lain
(outsourcing). Cara manapun yang dipilih, ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi pemasok:
38
1. Efektifitas, yaitu kemampuannya untuk menyediakan sistem yang sesuai
kebutuhan rumah sakit.
2. Produk komparatif, yaitu variabilitas produk yang luas.
3. Kompatibilitas, yaitu kemampuannya untuk dihubungkan dengan sistem
lain.
4. Kemampuan pemeliharaan sehingga sistem dapat terus berjalan baik.
5. Harga yang wajar dan bersaing.
Sistem informasi yang diperlukan harus dapat dipercaya, dapat
meningkatkan informasi manajemen secara baik, tidak terlalu meningkatkan
biaya serta cukup fleksibel terhadap bentuk pelayanan baru dan peningkatan
jumlah pelayan yang berarti (5).
Rowland dan Rowland dalam buku Hospital Administration Handbook
seperti yang dikutip oleh Tjandra Yoga Aditama, menyatakan bahwa tahap
pertama dalam menentukan kebutuhan dan bentuk sistem informasi manajemen
di rumah sakit adalah dengan membentuk semacam komite/kepanitiaan khusus.
Komite ini kemudian perlu melakukan lima tahapan kegiatan:
1. Menentukan tujuan organisasi rumah sakit dan kaitannya terhadap sistem
informasi yang diperlukan.
2. Menentukan berbagai kebutuhan informasi yang dibutuhkan untuk berbagai
jenjang kepegawaian.
3. Menentukan keadaan sistem informasi yang kini berjalan.
4. Menentukan sistem informasi yang akan dipakai.
5. Mengembangkan sistem yang ada dan melihat hubungannya dengan
perkembangan rumah sakit.
39
Greer dan Howard dalam tulisan Management Decision Support Systems
for a Medical Group Practice (Sistem Pendukung Keputusan untuk Praktek Grup
Medis ) menyarankan sistem informasi manajemen dengan lima subsistem yaitu:
1. Registration-billing system. Sistem biling pendaftaran
2. Financial control system. Sistem kontrol keuangan.
3. Time management system. Sistem manajemen waktu
4. Medical record tracking system. Sistem pelacakan rekam medis
5. External data data gathering system. Sistem pengumpulan data data eksternal
Agar sistem informasi manajemen di rumah sakit berhasil maka selain
pihak internal perlu pula mempertimbangkan pihak eksternal. Dengan demikian,
sistem informasi manajemen di rumah sakit harus mengakomodasi para
stakeholders-nya. Pauloudi dalam penelitian Information Technology for
Collaborative Advantage in Healthcare Revisited mengunakan stakeholder
analysis, dengan stakeholders yang mencakup:
1. National Health Service executive. Eksekutif Layanan Kesehatan Nasional
2. Doctors.
3. Hospitals.
4. Health agencies.
5. Local communication management groups. Grup manajemen komunikasi lokal.
6. The Prescription Pricing Authority. Otoritas Penentuan Harga Resep.
7. Patients. Pasien
8. The Data Protection Registrar. Registrar Perlindungan Data.
9. Insurance and pharmaceutical companies. Perusahaan asuransi dan farmasi.
40
10. Suppliers of computer systems and telecomunication services. Pemasok sistem
komputer dan layanan telekomunikasi
11. Consultants on computing and security issues. Pemasok sistem komputer dan
layanan telekomunikasi. Konsultan pada masalah komputasi dan keamanan.
Pengelolaan data yang sangat besar baik berupa data medis pasien
(medical record) maupun data administrasi yang dimiliki oleh Rumah Sakit
mengakibatkan beberapa hambatan / kendala, antara lain:
1. Redudansi Data, pencatatan data yang berulang-ulang menyebabkan duplikasi
data sehingga kapasitas yang di perlukan membengkak dan pelayanan menjadi
lambat, tumpukan filing sehingga memerlukan tempat filing yang cukup luas.
2. Unintegrated Data, penyimpanan data yang tidak terpusat menyebabkan data
tidak sinkron, informasi pada masing-masing bagian mempunyai asumsi yang
berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing unit /Instalasi
3. Human Error, proses pencatatan yang dilakukan secara manual menyebabkan
terjadinya kesalahan pencatatan yang semakin besar dan tidak singkrong dari
unit satu ke yang lainya dan akan menimbulkan banyaknya perubahan data
(efeknya banyak pelayanan akan berdasarkan sesuka perawat/dokter sehinga
dokter / perawat bisa menambah bahkan mengurangi data/tarif sesuai dengan
kondisi saat itu, misal yang berobat adalah saudaranya maka dengan seenaknya
dokter/perawat memberikan diskon tanpa melalu prosedur yang tepat, sehingga
menimbulkan kerugian pada pihak rumah sakit.
4. Terlambatnya Informasi, dikarenakan dalam penyusunan informasi harus
direkap secara manual maka penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang
dapat dipercaya kebenarannya.
41
Untuk mengatasi hambatan–hambatan dalam pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit, keberadaan aplikasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
sangat dibutuhkan, sebagai salah satu langkah strategis dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan dan memenangkan persaingan bisnis. Rumah Sakit sebagai
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat sudah seharusnya menerapkan Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit untuk mendukung proses pelayanan.
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit yang selanjutnya disingkat
SIMRS adalah suatu sistem teknologi informasi komunikasi yang memproses dan
mengintegrasikan seluruh alur proses pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk
jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi untuk memperoleh
informasi secara tepat dan akurat, dan merupakan bagian dari Sistem Informasi
Kesehatan. Adapun keberadaan SIMRS sendiri telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No 82 Tahun 2013. Pengaturan SIMRS ini bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi, efektivitas, profesionalisme, kinerja, serta akses dan
pelayanan Rumah Sakit.
2.3. Standar SIMRS Pada Rumah Sakit Kelas B
Rumah Sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan
pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas.
Direncanakan rumah sakit tipe B didirikan di setiap ibukota propinsi (provincial
42
hospital) yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. Rumah
sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah
sakit tipe B. Berdasarkan Jumlah Tempat Tidur, Pemilik, dan Pengelola Rumah
sakit kelas B memiliki 400-1000 tempat tidur. Kelas B II mempunyai fasilitas dan
kemapuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-spesialistik terbatas. Kelas B
I mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-
kurangnya 11 jenis spesialistik (36).
Dalam menjalankan fungsi pembinaan upaya kesehatan, direktorat jendral
yang menyelenggarakan urusan dibidang upaya kesehatan kementrian kesehatan
yang membutuhkan informasi yang handal, tepat, cepat dan terbaru (up to date)
untuk mengdukung proses pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan
secara merata. Sebagai salah satu bentuk fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelanggarakan upaya kesehatan, rumah sakit sering mengalami kesulitan
dalam pengelolaan informasi melalui sistem pelayanan dengan memanfaatkan
teknologi informasi melalui penggunaan sistem sistem informasi berbasis
computer. Pesatnya kemajuan teknologi di bidang informasi telah melahirkan
perubahan tatanan kehidupan bermasyarakat, beebangsa dan bernegara. Dalam
kaiatan ini, peran dan fungsi pelayanan darta dan informasi dilaksanaakan oleh
runah sakit sebagai salah satu unit kerjan pengelolaan data dan informasi dituntut
untuk mampu melakukan berbagai penyesuaian dan perubahan.
Sistem informasi dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data dan
informasi dengan lebig produktif, transparan, tertib, cepat, mudah, akura, terpadu,
aman dan efisien, khusunya membantu dalam melancarkan dan mempermudah
pembentukan kebijakan dalam meningkatkan sistem pelayanan kesehatan
43
khususnya dalam bidang penyelenggaraan rumah sakit d Indonesia. Banyak
rumah sakit yang berupaya untuk membangun dan mengembangkan sistem
informasi, namun sebagian mengalami kegagalan, dan sebagaian rumah sakit
memilih untuk melakukan kerja sama operasional dengan biaya relative besar yag
pada akhirnya ikut membebani biaya kesehatan bagi pasien/masyarakat.
Berdasarakan hal tersebut diatas, direktorat jenderal yang
menyelenggarakan urusan di bidang upaya kesehatan kementrian kesehatan
memandang perkunya membangun kerangka acuan kerja dan perangkat lunak
aplikasi sistem informasi rumah sakit yang bersifat sumber terbuka umum untuk
rumah sakit. Dengan adanya software aplikasi sistem manajemen rumah sakit
(SIMRS) diharapkan rumah sakit dapat menggunakan, mengembangkan,
mengimplentasi dan memelihara sendiri. Sehingga akan terdapat keseragaman
data yang dikirim.
Setiap rumah sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan
lainnya), tetapi secara unum memiliki prosedur pelayanan terintegrasi yang sama
yaitu pendaftaran, proses rawat (jalan dan inap) dan proses pulang. Data yang
dimasukkan pada proses awal akan digunakan pada proses rawat dan pulang.
Selama proses perawatan, pasien akan menggunakan sumber daya, mendapat
layanan dan tindakan dari unit unit seperti farmasi, laboratorium, radiologi, gizi,
bedah dan lainnya. Unit tersebut mendapat order/pesanan dari dokter (misalnya
berupa resep untuk farmasi, formulir lab dan sejenisnya) dan perawat. Jadi
petugas kesehatan sebagai SDM inti pada rumah sakit (11).
44
Rawat jalan
Rawat inap
Registrasi IGD
Kas
Farmasi
Pasien Laboratorium
Radiologi
Biaya pengeluaran
Rekam medis
Fisiotrapi
Instalasi gizi
Kamar operasi
Gambar 2.1 Matrik standar SIMRS tipe B
Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa SIMRS yang berjalan di
rumah sakit harus saling berkaitan untuk mendapatkan data yang akurat. Akan
tetapi yang terjadi di RSUD dr.Fauziah Bireuen, SIMRS hanya berlaku pada
loket pendaftaran /register dan laboratorium. Oleh karena itu, untuk mendukung
pelayanan tersebut, maka infrastruktur jaringan komunikasi data yang disyaratkan
adalah meningkatkan unjuk kerja yang memudahkan untuk melakukan
manajemen lalu lintas pada jaringan komputer seperti segmen jaringan dan
memiliki jalur fiber optic yang memperkuat kinerja jaringan. Adapun keamanan
SIMRS adalah keamanan jaringan untuk mencegah penyalahgunaan sumber daya
yang tidak sah yang perlu dikontrol oleh petugas keamanan/ administrator
jaringan, informasi (data) hanya bisa diakses oleh pihak yang memiliki
wewenang, informasi hanya dapat di ubah oleh pihak yang berwenang dan
pengirim suatu inforasmi dapat di identifikasi dengan benar dan ada jaminan
bahwa identitas tidak dapat dipalsukan.
45
2.2.3 Beberapa hal yang Memengaruhi kualitas Sistem Informasi mmm
mmmiManajemen Rumah Sakit
2.2.3.1. Infrastruktur
Infrastruktur dapat didefinisikan sebagai kebutuhan dasar fisik
pengorganisasian sistem struktur yang diperlukan untuk jaminan publik dan sektor
privat . Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik
yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas antara lain terdapat
pengelolahan telekomunikasi (37).
Infrastruktur memiliki kegunaan untuk mendukung dalam melakukan
upaya pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit, alat kesehatan yang
disediakan oleh rumah sakit sebagai sarana pendukung penyelenggaraan
pelayanan kesehatan. Infrastruktur digunakan di rumah sakit baik peralatan medis
dan nonmedis harus memenuhi standar pelayanan mutu, keamanan, keselamatan
dan digunakan sesuai dengan indikasi medis pasien yang pengoperasian dan
pemeliharaannya dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi
dibidangnya (3). Pada SIMRS yang termasuk infrastruktur adalah perangkat
instrument, perangkat input dan perangkat penyimpanan.
2.2.3.1.1. Perangkat instrument
Perangkat instrument yang merupakan software atau perangkat lunak pada
program komputer yang berfungsi sebagai sarana interaksi (penghubung) antara
pengguna (user) dan perangkat keras (hardware). Software bisa juga dikatakan
sebagai "penerjemah" perintah-perintah yang dijalankan pengguna komputer
untuk diteruskan atau diproses oleh perangkat keras (hardware). Software adalah
46
program komputer yang isi intruksinya dapat diubah dengan mudah. Software
pada umumnya digunakan untuk mengontrol perangkat keras (yang sering disebut
device driver), melakukan proses perhitungan, berinteraksi dengan software yang
lain dan lebih mendasar (seperti sistem operasi, dan bahasa pemrograman), dan
lain-lain (37).
Salah satu bentuk software yang mendukung jalannya SIMRS adalah
server. Web server adalah sebuah aplikasi server yang melayani permintaan HTTP
atau HTTPS dari browser dan mengirimkannya kembali dalam bentuk halaman-
halaman web. Halaman-halaman web yang dikirim oleh web server biasanya
berupa file-file HTML yang nantinya akan diparsing atau ditata oleh browser
sehingga menjadi halaman-halaman web yang bagus dan mudah dibaca. Cara
kerja dari web server sebenarnya sangat mudah kita pahami. Contoh paling mudah
seperti berikut; kita akan membuka sebuah halaman website, yang biasanya
berupa URL http://www.wikipedia.org/home.htm. Kita akan mengetikkan URL
tersebut di peramban atau browser kemudian menekan tombol enter, tanpa kita
ketahui proses yang terjadi di belakanglayar atau di dalam browser itu sendiri,
maka akan muncullah halaman website di layar monitor komputerkita. Proses
yang akan terjadi pada browser adalah browser akan membentuk koneksi dengan
web server, meminta halaman website dan menerimanya. Web server kemudian
mengecek permintaan tersebut apakah tersedia atau tidak. Apabila tersedia, maka
web server akan mengirimkan data kepada browser. Apabila permintaan tidak
ditemukan atau terjadi error maka web server akan mengirimkan pesan error
kepada browser (12).
47
Salah satu contoh software yang digunakan pada SIMRS adalah
Complete Medical Software Management atau disingkat CMSM merupakan
software rumah sakit dengan berbagai modul yang lengkap, dapat bekerja secara
individual atau terintegrasi secara penuh. Dikembangkan dengan pemrograman
Java Desktop dan database MySQL Server, menjadikan Software Rumah Sakit –
CMSM menjadi program yang dapat diandalkan selama 24 Jam Non Stop, kami
memberikan jaminan UpTime program mencapai 99.95% selama 1 tahun atau
total waktu DownTime selama 1 tahun hanya selama 10 menit. Aplikasi CMSM
memiliki fitur XEngine, adalah sebuah fitur dimana setiap transaksi yang bersifat
write (insert, delete, update) akan dicatat dalam Log Database: nama user, IP PC
yang digunakan, tanggal, jam transaksi dan versi program yang digunakan,
sehingga rumah sakit dapat melakukan Audit IT dengan mudah.
CMSM juga memiliki fitur ASFS (Auto Switching Failure Server), fitur
ini dapat memindah atau mengarahkan ke alamat IP dari server backup apabila
server utama sedang bermasalah, untuk dapat menggunakan fitur ini dibutuhkan 2
buah PC Server dengan spesifikasi yang sama. Aplikasi CMSM juga
menyediakan mobile support untuk smartphone Android, ada 3 jenis aplikasi yang
disediakan adalah aplikasi yang ditujukan kepada Manajemen, Dokter atau
Pasien. Masing-masing aplikasi memiliki user interface dan kegunaan yang
berbeda-beda sesuai peruntukkannya, berikut adalah contoh gambar aplikasi
Dashboard yang ditujukan untuk manajemen. Selain itu aplikasi juga support
untuk bridging dengan BPJS Kesehatan dan dapat terintegrasi dengan alat
laboratorium seperti Sysmex, Urit, dan juga memiliki fitur Display Antrian, SMS
Gateway, dan Informasi Billing Rawat Inap, informasi lebih lengkap silahkan link
48
berikut ini Integration System. Berikut adalah modul-modul yang tersedia pada
aplikasi :
- Registrasi (papendaftaran baik rawat inap atau rawat jalan)
- Kasir (support single kasir atau multi kasir misal Kasir rawat jalan dan kasir
rawat inap)
- Apotek (support single farmasi atau multifarmasi misal: apotek rawat jalan
dan rawat inap)
- Gudang Logistik (support single gudang atau multigudang misal : gudang
medis, gudang non medis)
- Rekam Medis
- UGD/IGD
- Rawat Jalan (support hingga 100 jenis spesialisasi)
- Rawat Inap
- Kardiologi
- Laboratorium (support bridging LIS dengan SYSMEX, METROLAB 2300
PLUS dan URIT-300)
- Radiologi
- Kamar Operasi
- VK
- Keuangan (Laporan Keuangan Terpadu)
- Akuntansi (Sistem Informasi Akuntansi dengan autojurnal atau jurnal
manual)
- Penjamin (support Bridging BPJS dan bridging dengan asuransi lainnya)
- Boga (Dapur)
49
- Gizi
- Administrator
- dan lainnya (37).
2.2.3.1.2. Perangkat Input
Perangkat input adalah alat yang digunakan untuk memasukan data untuk
diolah oleh computer. Contoh alat input computer adalah sebagai berikut :
a. Keyboard
Keyboard adalah sebuah papan kunci yang terdiri dari deretan huruf dan angka.
Keyboard QWERTY adalah keyboard yang susunan hurufnya diambil dari
susunan huruf QWERT yang berada di sebelah kiri.Tata letak ini ditemukan
oleh Scholes, Glidden dan Soule pada tahun 1878, dan kemudian menjadi
standar mesin tik komersial pada tahun 1905. Keyboar QWERTY memiliki
beberapa tombol yaitu tombol fungsi,tombol alfanumerik, tombol control dan
tombol numerik.
b. Mouse
Mouse adalah alat yang digunakan untuk menggerakan kursor dan menunjuk
aplikasi program pada layar monitor .
c. Monitor
Monitor adalah alat yang digunakan untuk menampilkan hasil pengolahan data
berupa grafis. Monitor sendiri terbagi menjadi 2 jenis yaitu :
- Monitor CRT (Cathode ray Tube)
- LCD (Liquid Crystal Display)
d. Printer
50
Printer adalah alat yang digunakan untuk mencetak hasil pengolahan pada
komputer menjadi hardcopy (38).
2.2.3.1.3. Prangkat Proses
Alat proses adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengolahan data
pada computer. Berikut adalah alat-alat proses yang ada pada computer :
a. Processor
Processor adalah sebuah chip yang berfungsi untuk mengontrol dan mengolah
data pada computer.
b. Motherboard
Motherboard adalah sebuah papan induk dimana semua komponen alat proses
di installkan. Yang perlu di perhatikan adalah antara motherboard untuk
processor intel dan processor AMD adalah berbeda. Karena setiap motherboard
dibuat khusus untuk processor tertentu.
c. RAM (Random Acces Memory)
RAM adalah sebuah memori yang bersifat volatile (sementara) yang berfungsi
membantu kecepatan eksekusi pada pengolahan data. Semakin tinggi RAM
yang digunakan maka semakin baik pula computer akan berjalan.
d. VGA
Video Graphic Adapter adalah perangkat keras computer yang berfungsi untuk
mengolah grafis pada computer. Semakin tinggi resolusi suatu VGA makan
tampilan akan semakin baik. VGA pertama kali di produksi dan dipasarkan
oleh IBM pada tahun 1987.
e. Power Supply
51
Power supply adalah suatu perangkat keras computer yang berfungsi memasok
daya listrik ke seluruh komponen perangkat keras computer (39).
2.2.3.1.4. Perangkat Penyimpanan
Alat penyimpanan adalah alat yang digunakan untuk menyimpan data
hasil yang merupakan suatu pengolahan agar dapat kembali dibuka jika
diperlukan.
Berikut adalah media penyimpanan yang sering digunakan pada computer :
a. Disket
Disket adalah media penyimpanan yang terbuat dari bahan yang bersifat
magnetic.
b. Optical Disc
Optical disc adalah media penyimpanan yang dapat menampung data cukup
besar biasanya optical disc menggunakan media penyimpanan CD (Compact
Disc) yang memiliki kapasitas penyimpanan sekitar 700 MB dan DVD (Digital
Video Disc)
c. Flashdisk
Flashdish adalah media penyimpanan yang sangat popular dikalangan
masyarakat saat ini selain praktis dan mudah digunakan flashdish dapat
menampung data yang cukup besar dari 512 MB, 1 GB, 2 GB, 4 GB sampai
sekarang masih terus berkembang (40).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 24
Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan Prasarana Rumah Sakit
menjelaskan bahwa pengadaan perangkat komputer disesuaikan dengan jumlah
kebutuhan rumah sakit. Oleh karena itu, jika rumah sakit terkendala dalam
52
menjalankan operasional maka pihak manajemen rumah sakit dapat melakukan
pengadaan sesuai dengan kebutuhan dengan biayanya dibebankan pada RBA
(Rencana Bisnis dan Anggaran) (59). Begitu pula kebutuhan ruangan di ruang
disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan pelayanan serta ketersediaan SDM di
Rumah Sakit.
Berikut adalah diagram fishbone SIMRS Berbasis komputer di RSUD
dr.Fauziah Bireuen. Diagram tulang ikan atau fishbone adalah salah satu metode /
tool di dalam meningkatkan kualitas (41). Berdasarkan analisis fishbone
ditemukan beberapa akar masalah yang menjadi penyebab belum berjalannya
SIMRS berbasis komputer di RSUD dr.Fauziah Bireuen.
Gambar 2.2 Kerangka fishbone RSU dr.Fauziah Bireuen
Man Methode
Enviroment Material Machine
Tidak sesuai
aplikasi yang
tersedia
Tidak ada pelatihan
rutin
Kurangnya
kedisiplinan
Kurangnya sarana dan
prasarana lainnya
Belum lengkap
sarana komputer di
setiap unit
Tidak tersedianya
kabel‐kabel konektor
Adanya masalah pada
server
Tidak sesuai aplikasi yang
tersedia
Kurangnya
Programmer
Tidak ada
reward and
punisment
53
2.2.3.2 SDM
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam suatu perusahaan ataupun instansi pemerintahan. Oleh karena itu,
SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kinerja. Berdasarkan definisi manajemen SDM diatas merupakan keseluruhan
penentuan dan pelaksanaan berbagai aktivitas dan program yang bertujuan untuk
mendapatkan tenaga kerja, pengembangan dan pemeliharaan dalam usaha
meningkatkan dukungannya terhadap peningkatan efektivitas organisasi dengan
cara yang etis dan sosial dapat dipertanggungjawabkan artinya semua aktivitas
dilakukan dengan tidak bertentangan dengan norma-norma dalam masyarakat
yang berlaku (42).
Peran manajemen sangat mendukung terhadap berjalannya SIMRS,
keterlibatan manajemen pada SIMRS yaitu direktur, wakil direktur administrasi
umum dan keuangan, bagian perencanaan dan pengembangan, sub bagian rekam
medis monitoring dan evaluasi dan kepala instalasi SIMRS, sedangkan teknisi
yang terlibat dalam menjalankan SIMRS yaitu staf perencanaan dan strategi, staf
operasional, staf jaringan dan infrastruktur beserta seluruh operator SIMRS yang
bertugas (43).
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 56
tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah sakit, pada pasal 23
disebutkan bahwa jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan lain dan tenaga
nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d dan huruf e
disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit (60). Oleh karena itu,
54
jumlah kebutuhan tenaga dan kualifikasi pendidikan pada SIMRS bisa
disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit. Akan tetapi, untuk menunjang
kompetensi tenaga SIMRS perlu dilakukan pelatihan rutin seperti :
Tata kelola SIM-RS
1. Standarisasi data, integrasi dan interoperabilitas system (Standarisasi data,
integrasi dan sistem interoperabilitas
2. Laboratory information management system (Sistem manajemen informasi
laboratorium)
3. Picture archiving dan communications sytem (Pengarsipan gambar dan
sistem komunikasi)
4. Electronic medical record (Rekam medis elektronik)
5. Clinical decision support system (Sistem pendukung keputusan klinis)
6. Alih media digital dan digitasi pelayanan rumah saki
7. Sistem admission discharge dan transfer rumah sakit
Tujuan penelitian SIMRS ini untuk menggembangkan implementasi dan
tata kelola sistem informasi manajemen rumah sakit (SIM-RS), yang disesuaikan
dengan pendekatan-pendekatan yang lebih sederhana dan praktis, serta
mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan rumah sakit untuk meningkatkan
manajemen dan pelayanan yang lebih efektif dan efisien.
Selain itu, di rumah sakit memerlukan SDM pelayanan informasi dari
pengumpulan dan pengolahan data untuk keperluan manajemen dan
kesinambungan pelayanan kesehatan lainnya. Rekam medis merupakan bagian
penting dari sistem pengelolaan rumah sakit dengan kinerjanya dilakukan khusus
oleh staf SIMRS. Berikut penjelasan tentang rekam medis .
55
2.2.3.2.1. Pengertian rekam medis
Rekam medis adalah keterangan, data dan informasi mengenai demografis
pasien, sejarah medis pasien serta tindakan tindakan medis yang pernah diberikan
kepada pasien bersangkutan. Rekam medis bukan hanya merupakan suatu
pencatatan tapi suatu sistem yang berjalan meliputi proses perekaman ,
penyimpanan serta penyajian rekam medis tersebut kepada pihak-pihak yang
membutuhkan. Pada dasarnya struktur rekam medis terdiri dari 2 bagian pokok
yaitu pencatat atau penangkap data dan pengolah data. Ditinjau dari cara
memperoleh data pasien dan mengolah data sampai memperoleh informasi yang
dibutuhkan rumah sakit maka beberapa tempat di luar dan di dalam rekam medis
yang berfungsi sebagai perangkat dan penghasil data rekam medis (44).
2.2.3.2.2.Manfaat Rekam Medis
Manfaat penggunaan rekam medis tidak hanya manfaat administratif.
Manfaat yang dirasakan dokter dan petugas kesehatan adalah kemudahan dalam
mengakses informasi pasien yang pada akhirnya membantu dalam pengambilan
keputusan klinis. Penggunaan rekam medis elektronik berpotensi memberikan
manfaat besar bagi pelayanan kesehatan seperti fasilitas pelayanan dasar maupun
rujukan (rumah sakit). Salah satu manfaat yang dirasakan setelah penggunaan
rekam medis elektronik adalah meningkatkan ketersediaan catatan elektronik
pasien di rumah sakit (44).
Hal ini juga bermanfaat bagi pasien karena meningkatkan efisiensi dalam
proses pelayanan kesehatan. Selain itu bagi tenaga administratif, penggunaan
rekam medis dapat mempermudah retrieval informasi pasien. Sehingga petugas
kesehatan mudah dalam mengakses informasi pasien. Dokter dan petugas
56
kesehatan juga diuntungkan dalam melakukan pelayanan kesehatan atas
kemudahannya dalam mengakses informasi pasien yang pada akhirnya membantu
dalam pengambilan keputusan klinis seperti penegakan diagnosa, pemberian
terapi, menghindari terjadinya reaksi alergi dan duplikasi obat (44).
Dari aspek efisiensi, penggunaan rekam medis memberikan dampak
penurunan biaya operasional dan peningkatan pendapatan di fasilitas pelayanan
kesehatan terutama bagi rumah sakit. Mewujudkan penerapan rekam medis,
sebelumnya diperlukan proses migrasi rekam medis kertas ke rekam medis
elektronik yaitu dengan serangkaian proses yang dimulai dengan pengenalan
rekam medis elektronik berikut manfaatnya, pelatihan penggunaan rekam medis
elektronik pada users (pengguna) sehingga mereka mampu menggunakan saat
memberikan pelayanan kepada pasien. Motivasi kepada users sangat diperlukan
agar mereka memahami pentingnya menggunakan sistem dan senantiasa
menggunakan sistem dalam aktivitas pelayanan kepada pasien, motivasi berupa
penjelasan tentang manfaat sistem, akibat jika tidak menerapkan sistem sehingga
users menganggap sistem adalah suatu kebutuhan (44).
Dukungan manajemen mutlak diperlukan dalam hal pemenuhan kebutuhan
penerapan rekam medis elektronik serta dapat merumuskan kebijakan terkait
dengan penerapan rekam medis elektronik.Penelitian ini bertujuan untuk menilai
manfaat penggunaan sistem berbasis elektronik dari aspek waktu dan kelengkapan
catatan medis pasien pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Aspek sosio-teknis
dalam penerapan pencatatan medis berbasis elektronik juga dinilai untuk melihat
penerimaan pengguna terhadap cara baru dokumentasi medis pasien dan menelaah
aspek sosio-teknis yang mendukung penerapan rekam medis elektronik (44).
57
Wadir administrasi umum dan keuangan
Operator ruangan
Jaringan dan
infrastruktur
Bagian perencanaan dan pengembangan
Sub bagian monitoring rekam medis dan
evaluasi
Kepala Instalasi
SIMRS
Direktur
OperasionalPerencanaan dan
startegi
Pelayanan Rekam Medis merupakan bagian dari pelayanan rumah sakit
(institusi pelayanan kesehatan), dan untuk melaksanakan pengelolaan rekam
medis secara efektif dan efisien, maka perlu adanya suatu manajemen dan
administrasi yang baik. Salah satunya dengan adanya pengorganisasian untuk
pengelolaan rekam medis. Pengorganisasian rekam medis pada suatu rumah sakit
akan berbeda - beda tergantung pada Kelas dan Struktur Organisasi serta Tata
Kerja Rumah Sakit tersebut. Keberadaan Organisasi / Unit / Departemen Rekam
Medis di Rumah Sakit sudah menjadi keharusan seperti pada instrumen akreditasi
versi 2002 mengharuskan pengelolaan rekam medis tersebut ada dalam unit kerja,
serta berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
983/MENKES.SK/XI/1992 tentang pedoman organisasi Rumah Sakit Umum
(RSU). Berikut adalah bagan organisasi rekam medis :
Gambar 2.3 Bagan organisasi rekam medis
58
Sistem informasi bertujuan untuk meringankan beban administratif, baik
dari banyaknya tumpukan kertas, lamanya proses dan sulitnya perhitungan. Sering
kita rasakan dalam pembayaran biaya pasien pulang dimana kecepatan proses dan
keakuratan memakan waktu yang lama jika dalam pelaksanaannya masih
menggunakan pola manual, bayangkan jika setiap hari, sebuah rumah sakit masih
menggunakan metode manual, berapa banyak waktu dan biaya yang dihabiskan
untuk menyelesaikan 1 (satu) kwitansi tagihan pasien (45).
Penggunaan teknologi informasi dirumah sakit dimulai dari Billing System
yang hanya bisa menyediakan data tentang pembayaran sampai kepada yang
terbaru Sistem Informasi Rumah Sakit (SIMRS) berbasis Generik Open Source
yang diluncurkan Kementerian Kesehatan. Pelaksanaan SIMRS di Rumah Sakit
merupakan amanat Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
dimana ketentuan Pasal 52 ayat (1) rumah sakit disebutkan rumah sakit wajib
melakukan pencatatan dan pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan
rumah sakit dalam bentuk sistem informasi manajemen rumah sakit, hal ini
dipertegas dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1171/MENKES/PER/VI/2011 tentang Sistem Informasi Rumah Sakit.
Sistem Informasi merupakan bagian dari proses efisiensi pelaksanaan yang
berhubungan dengan pencatatan, perhitungan dan pelaporan. Sistem akan semakin
dibutuhkan bila rumah sakit makin besar, makin banyak pasien dan makin banyak
proses administrasi yang diperlukan (46).
2.2.3.2.3. Sistem Informasi Administrasi
Sistem informasi administrasi adalah sistem informasi yang berperan
dalam proses administrasi. Proses administrasi disini adalah proses catat mencatat,
59
perhitungan dan surat menyurat. Proses administrasi dirumah sakit biasanya yang
tercakup dengan :
1. Keuangan rumah sakit, baik dari pasien dan untuk kepentingan rumah sakit.
2. Kepegawaian.
3. Penerimaan pasien.
4. Administrasi umum lainnya.
Sistem informasi ini dikembangkan untuk memperoleh kemudahan proses,
mengurangi beban kerja, mengurangi jumlah kertas dan mempercepat proses
dengan beberapa karakteristik antara lain :
1. Menangani pencatatan, sistem informasi administrasi berusaha menangani
pencatatan yang semakin rumit dan komplek seperti penagihan pada pasien,
karena banyaknya pelayanan, maka semakin rumit dan lama, dilain pihak
pasien butuh kecepatan.
2. Menangani perhitungan, seperti pada jumlah barang yang beredar dirumah
sakit sangat banyak jenis dan jumlahnya, monitoring stock obat akan jadi
masalah, maka sistem informasi akan menolong perhitungan secara cepat.
3. Menangani pengarsipan, adanya arsip yang bertumpuk dari kertas-kertas
dapat dikurangi dengan adanya sistem informasi administrasi sehingga akan
menghemat tempat dan kertas.
Pemanfaatan sistem informasi administrasi pada tahap implementasi seperti
keuangan (mengatur akuntansi hutang dan piutang, cost accomuting, Budget
Comparations dan Inventory), kepegawaian (Payroll Accounting) dan penerimaan
pasien. Secara nyata akan member manfaat terhadap kemudahaan proses,
mengurangi beban kerja, mengurangi penggunaan kertas dan tumpukan arsip serta
60
mempercepat proses. Proses ini akan memberikan efisiensi rumah sakit dari segi
biaya, waktu dan pola tata kelola (47).
2.2.3.2.4. Sistem Informasi Klinik
Sistem ini merupakan interaksi langsung antara pasien dengan petugas
kesehatan (dokter, perawat, bidan dan tenaga penunjang medik) secara umum
konsep sistem informasi klinik merupakan interaksi antara pasien dengan petugas
kesehatan dalam rangka pelayanan. Konsep ini sudah ada sejak dahulu dimana
semuanya dilakukan secara manual, dengan catatan dan ingatan seperti catatan
dokter dilembaran status pasien, ada 3 komponen penting dalam pelaksanaan
sistem informasi klinik yaitu pengguna terdiri dari dokter, perawat dan tenaga
kesehatan lainnya, sistem yang digunakan serta output bagi kepentingan pasien.
Sistem informasi klinik mirip dengan sistem informasi administrasi,
dimana perbedaan ada pada data yang digunakan, sistem informasi klinik akan
terkait dengan peningkatan efektivitas pelayanan dan peningkatan mutu pelayanan
terutama aspek-aspek yang sifatnya tulis menulis, kegiatan yang berulang,
pencarian data dan keterkaitan data akan sangat dipercepat dan dipermudah.
Sistem informasi klinik yang baik akan memperhatikan beberapa komponen yang
terkait baik secara langsung dengan pasien maupun tidak seperti pada efektifitas,
efisiensi, peningkatan mutu dan pencapaian harapan, komponen ini tidak terkait
langsung dengan pasien. Informasi pasien, informasi dokter, kemampuan dokter
merupakan komponen yang terkait langsung dengan pasien dan merupakan pokok
dari sistem informasi klinik yang diterapkan. Sistem informasi klinik terkait
61
komponen langsung terutama aspek kerahasian data, keamanan data harus
diperhatikan.
Sistem informasi klinik sangat ditentukan oleh kerjasama berbagai pihak
yang terkait sehingga faktor yang dapat mendorong dan dapat menghambat dapat
diselesaikan secara bersama, diantaranya terkait pelayanan, terkait sistem, terkait
waktu, terkait pemanfaatan sehingga secara bertahap dapat dilakukan perbaikan
yang terus menerus. Beberapa faktor pendorong keberhasilan seperti kejelasan
konsep, dukungan, fokus, ketegasan dan komunikasi merupakan kunci
keberhasilan dalam pelaksanaannya. Sistem informasi klinik harus mendapat
perhatian dari segi jadwal, mana yang lebih dulu dan keterkaitan dengan proses
yang lainnya, jajaran dokter dan perawat serta penyesuaian antara data dan tulisan
(48).
2.2.3.2.5. Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen merupakan hal baru, rumah sakit di
Indonesia sedang berlomba membuat aplikasi sistem informasi manajemen baik
dikembangkan sendiri atau lewat vendor. Kementerian Kesehatan melalui
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1171/MENKES/PER/VI/2011, tentang
SIMRS menjelaskan bahwa sistem informasi manajemen merupakan satu
kesatuan dengan SIMRS secara keseluruhan, adanya anggapan bahwa sistem
informasi manajemen harus terkomputerisasi padahal secara manualpun bisa,
cuma karena sistem informasi administrasi dan klinik dibuat terkomputerisasi
maka kebanyakan rumah sakit di Indonesia menggabungkannya dengan Local
Area Network.
62
Beberapa rumah sakit besar di Indonesia seperti RSCM dan Sardjito
membuat sistem aplikasi manajemen yang komplek, hal ini sangat baik dan tidak
ada permasalahan, tetapi bagi rumah sakit yang baru berkembang sistem ITnya,
perlu memilah informasi apa saja yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi dan
kemampuan rumah sakitnya. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan
dalam sistem informasi manajemen ini :
1. Pengadaan sistem informasi itu apakah secara keseluruhan atau
masingmasing bagian.
2. Dalam rangka transfer informasi, apakah harus terkait keseluruhan atau tiap
area tertentu.
3. Siapa saja petugas yang boleh menggunakannya, sebatas mana kerahasiaan
data.
Sistem informasi manajemen bertujuan untuk penentuan tujuan dan
rancangan jangka panjang, kebutuhan dan penyediaan pelayanan, alokasi SDM
dan matrik pembiayaan, penilaian kinerja, pengendalian mutu dan evaluasi
program. Kondisi lingkungan rumah sakit yang berubah dengan cepat
memerlukan adanya informasi yang handal yang dapat dipergunakan untuk
perencanaan jangka panjang sehingga menghasilkan terobosan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sehingga menghindari adanya pemborosan
anggaran (49).
2.2.3.3. Prosedur
2.2.2.3.3.1 Pengertian
63
SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) adalah prosedur pemrosesan
data-data baik data umum rumah Sakit maupun data-data medik pasien sehingga
mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
2.2.3.3.2. Tujuan
Tujuan Umum : Penerapan SIMRS Adalah meningkatkan pelayanan kesehatan
dan keperawatan kepada pasien secara optimal.
Tujuan Khusus a.l :
1. Merubah cara konvensional menjadi cara yang modern
2. Agar dapat bersaing secaraglobal
3. Mengurangi kekeliruan dalam segala aspek pelayanan kesehatan
4. Memotivasi pekerja bekerja lebih praktis
5. Meningkatkan kinerja pekerja
6. Menjadikan rumah sakit pilihan pasien diantara rumah sakit yang lain
7. Efisien dan efektif dalam kebutuan tenaga
8. Mengurangi biaya yang berlebihan
2.2.3.3.3. Kebijakan
Penyelenggaraan SIMRS ini telah tercantum dalam UU Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit dan PERMENKES RI No 82 tahun 2013 tentang SIMRS
menindaklanjuti hal tersebut maka dikeluarkanlah SK Direktur RSUD Fauziah
Bireuen tahun 2016 tentang pembentukan SIMRS di RSUD Fauziah Bireuen.
2.2.3.3.4. Prosedur
Persyaratan : struktur organisasi yang terdiri dari Ketua SIMRS dan Staf
Informasidan Teknologi Fungsional serta
Adanya SDM ;
64
1. Staf analis sistem
2. Staf programmer
3. Staf gardware
4. Staf maintannance jaringan
Peralatan :
1. Alat kerja :
a. Software SIMRS
b. Hardware (komputer, printer dll)
c. Networking (jaringan LAN, Wireless dll)
d. SOP (Standar operasional prosedur)
e. Komitmen (semua unit bekerjasama input data)
f. SDM (sumber daya manusia) sebagai penginput data
2. Alat ukur :
Bisa dilihat dengan adanya data inputan dari masing masing ruangan, baik itu
data kunjungan pasien maupun data tindakan yang dilakukan di masing-masing
ruangan serta kelengkapan data dan kecocokan data antar ruangan tersebut.
Cara kerja :
1. Persiapan
a. Pembentukan struktur organisasi
b. Penyediaan SDM
c. Penyediaan alat yang dibutuhkan
d. Mengadakan pelatihan untuk pengoprasian SIMRS
e. Penepatan masing-masing SDM yang telah terlatih mengoprasikan
mmSIMRS di ruangan masing-masing seperti front office dan back office.
65
2. Melakukan pengawasan, menemukan kelemahan dalam penginputan data dan
mmmencari solusinya serta melakukan perbaikan secara bertahap (45).
2.3 Landasan Teori
Pada penelitian ini, faktor-faktor yang memengaruhi kualitas sistem
informasi manajemen rumah sakit di RSUD dr.Fauziah Bireuen yaitu
infrastruktur, perangkat SDM, dan prosedur. Dalam penelitian ini tiga elemen
tersebut dibagi dalam tiga faktor yaitu predisposisi, pendukung dan pendorong.
Faktor predisposisi antara lain: infrastruktur, faktor pendukung antara lain:
perangkat SDM, faktor pendorong antara lain: prosedur. Berdasarkan uraian
tersebut diatas, kerangka teori menurut Lawrence green dapat dilihat pada bagan
dibawah ini :
Gambar 2.4 Kerangka Teori
Faktor presdisposisi: Infrastruktur
Faktor pendukung : SDM
Faktor pendorong: Prosedur
Kualitas sistem informasi manajemen rumah sakit di RSUD dr.Fauziah
66
2.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian merupakan suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara
panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Berikut kerangka konsep
menurut Notoadmodjo pada penelitian ini:
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
2.5. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan model berfikir atau pendapat tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi
sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan
secara teoritis pertautan antar variabel yang diteliti. Informasi tentang pelaksanaan
SIMRS yang sangat berguna untuk kinerja agar mendapatkan pelayanan yang
optimal, yaitu bagaimana presdisposisi, pendukung dan pendorong dalam kualitas
sistem informasi manajemen rumah sakit. Berikut kerangka berfikir menurut
Notoatmodjo dalam penelitian ini:
Sistem
1. Infrastruktur 2. Perangkat SDM 3. Prosedur
Informan : 1. Direktur 2. Kepala
instalasi SIMRS
3. Staf SIMRS 4. Operator
SIMRS 5. Penerima
pelayanan kesehatan
67
Gambar 2.6 Kerangka Berfikir
Sistem informasi
Informator
Informasi a. SDM b. pelatihan SIMRS c. Kedisiplinan d. Adanya SPO menjalankan SIMRS e. Masalah pada server/ koneksi f. Reward ataupun punishment g. Sarana prasarana di ruangan h. Server i. SIMRS Software j. Adanya kabel-kabel konektor antar
ruangan k. Masalah pada server l. Kerjasama dengan pihak lain
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau
deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif, (52). dengan metode wawancara
semi terstruktur yaitu jenis wawancara yang sudah termasuk dalam kategori in
depth interview yang direkam menggunakan tape recorder dimana dalam
pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara tersruktur (43).
3.2. Lokasi dan Waktu penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum dr.Fauziah Bireuen.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2019
3.2.3. Populasi dan Sampel
3.2.3.1. Subyek Penelitian
Penentuan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada (43). Dalam penelitian ini subyek dibagi dua kategori yaitu informan
utama dan informan triangulasi. Karateristik informan utama (informan kunci)
69
adalah direktur, kepala Instalasi SIMRS, Staf SIMRS dan operator SIMRS
sedangkan informan triangulasi adalah pelayan kesehatan. Adapun subyek dalam
penelitian ini adalah petugas medis berjumlah 5 orang.
3.2.3.2. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah informan, tetapi bisa
tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan komplesitas dari
keragaman fenomena sosial yang diteliti. Proses penentuan informan berdasarkan
informan sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali
informasi terkait topik penelitian yang diperlukan. Pencarian informan akan
dihentikan setelah informasi penelitian dianggap sudah memadai, yang menjadi
Informan dalam penelitian ini yang memiliki kriteria antara lain : seluruh tenaga
kesehatan yang bekerja di RSUD dr.Fauziah yang terlibat dalam pelaksanaan
SIMRS.
Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang. Informan pada penelitian
merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini terdapat informan 5 informan yaitu:
1. Informan utama (kunci) yaitu orang-orang yang sangat memahami
permasalahan yang diteliti. Adapun yang dimaksud sebagai informan kunci
dalam penelitian ini adalah direktur 1 orang, kepala Instalasi SIMRS1 orang,
Staf SIMRS 1 orang dan operator SIMRS 1 orang.
2. Informan triangulasi yaitu orang-orang yang diwawancara untuk memperoleh
kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang utuh mengenai
70
informasi tertentu. Adapun yang dimaksud sebagai informan triangulasi dalam
penelitian ini adalah penerima pelayanan kesehatan 1 orang
3.2.4. Metode Pengumpulan Data
3.2.4.1. Jenis Data
Data pada penelitian ini adalah :
1) Data primer dalam penelitian ini didapat dari jawaban subyek melalui
wawancara mendalam maupun dengan observasi.
2) Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Rumah Sakit Umum
dr.Fauziah Bireuen, meliputi data jumlah kunjungan pasien serta referensi
perpustakaannya yang berhubungan dengan penelitian serta literatur yang
terkait lainnya.
3) Data tertier dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari studi
kepustakaan dan jurnal
3.3 Teknik Pengumpulan Data
1) In-depth interview
Wawancara secara mendalam terhadap informan mengenai kualitas sistem
manajemen rumah sakit di RSUD dr. Fauziah Bireuen
2) Observasi
Untuk melihat kelengkapan perangkat instrument, sarana dan prasarana serta
informan yang di wawancarai tentang sistem informasi manajemen rumah
sakit.
71
3.3.1. Definisi Operasional Penelitian
1) Infrastruktur adalah perangkat pada program komputer yang berfungsi
sebagai sarana interaksi (penghubung) antara pengguna (user) dan perangkat
keras (hardware)
2) SDM adalah keseluruhan penentuan dan pelaksanaan berbagai aktivitas yang
bertujuan untuk meningkatkan efektivitas SIMRS
3) Prosedur adalah suatu acuan yang mendukung dalam melakukan upaya
pelayanan kesehatan terhadap pasien di rumah sakit.
3.3.2. Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
deskriptif kualitatif. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Bilken
merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menentukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (54).
Pada penelitian ini data yang diperoleh dilapangan dianalisis
menggunakan model Miles dan Huberman. Pada model analisis data ini meliputi
pengolahan data dengan tahapan data reduction, data display, dan conclusion or
verification.
1) Data reduction (reduksi data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola sehingga akan
72
memberikan gambaran jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2) Data display (penyajian data)
Penyajian data akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi,
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami. Dalam
kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
dan hubungan antar kategori.
3) Conclusion or verification (kesimpulan atau verifikasi data)
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran
suatu objek yang sebelumnya masih remang remang atau gelap sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, dan dapat berhubungan kausal atau interaktif,
hipotesis atau teori. Kesimpulan awal masih bersifat sementara dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apa bila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti valid dan konsisten
maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Ketiga komponen tersebut saling interaktif yaitu saling memengaruhi dan
saling terkait satu sama lain. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di
lapangan dengan mengadakan observasi yang disebut dengan tahap
pengumpulan data. Karena data yang terkumpul banyak maka perlu dilakukan
tahap reduksi data untuk merangkum, memilih hal pokok, memfokuskan
padahal yang penting, mencari tema, dan polanya. Setelah direduksi kemudian
73
diadakan penyajian data dengan teks yang bersifat naratif. Apabila kedua tahap
tersebut telah selesai dilakukan, maka diambil suatu keputusan atau verifikasi.
4) Triangulasi
Triangulasi merupakan salah satu cara melakukan konfirmasi ulang terhadap
hasil penelitian kualitatif. Triangulasi dalam penelitian ini membandingkan
informasi dari informan yang satu dengan informan yang lain sehingga
informasi yang diperoleh kebenarannya (54).
74
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Sejarah dan Perkembangan RSUD dr. Fauziah Bireuen
Rumah Sakit Umum Bireuen mulai dibangun sejak tahun 1929 (pada masa
Kolonial Belanda) di Kewedanaan Bireuen. Pada tanggal 1 Desember 1971 sesuai
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia bahwa setiap Kecamatan
seluruh Indonesia harus memiliki 1 (satu) Puskesmas Induk, maka berubah status
menjadi Puskesmas Jeumpa, yaitu pada masa kepemimpinan dr. Ali Yazir
Hasibuan.
Berkat terobosan-terobosan yang dilakukan baik oleh Bupati Aceh Utara
(pada saat itu Bireuen masih dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara), maupun
Kepala Puskesmas Jeumpa berserta stafnya, maka status Puskesmas Jeumpa
berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Bireuen sesuai dengan Keputusan
Bupati Aceh Utara Nomor 69 Tahun 1992 dan Persetujuan Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Nomor : 283/YANMED/RS.UMDIK/YANKES/II/1992 tanggal
1 Maret 1992 kemudian disempurnakan dengan Keputusan Bupati Aceh Utara
Nomor II Tahun 1994 tanggal 16 Mei 1994 dengan status kelas D serta telah
mendapat persetujuan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia dengan
Teleknya Nomor : 061/1575/SJ tanggal 4 Mei 1995 dan Persetujuan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor : 310/ I/1996 tanggal
29 Maret 1996 serta surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 514/Menkes/SK/IV/1996 tanggal 5 Juni 1996 tentang peningkatan kelas
76
75
RSUD Bireuen dari kelas D menjadi kelas C dan telah diPerdakan dengan Nomor
12 Tahun 1996.
Pada tanggal 11 Juni 2001 Rumah Sakit Umum Daerah Bireuen
diresmikan namanya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen
sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Bireuen Nomor 017 Tahun 2001 Tanggal
27 Januari 2001 Tentang Pemberian/Pengukuhan Nama Rumah Sakit Umum
Daerah Bireuen menjadi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen.
Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 28 Tahun 2004 memberikan perubahan
kepada Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen, dari sebuah organisasi
UPT Dinas Kabupaten Bireuen menjadi sebuah organisasi berbentuk Badan
dengan nama BLU RSUD dr. Fauziah Bireuen. Keputusan Bupati Bireuen Nomor
561 Tahun 2009 menyetujui pelaksanaan status Pola Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum (PPK-BLU) pada Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah
Bireuen, sehingga rumah sakit dapat mengelola keuangan secara mandiri.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.03/I/2402/2014 Tahun 2014
menetapkan bahwa Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen sebagai
Rumah Sakit Umum Kelas B. Izin operasional tetap Rumah Sakit Umum Kelas B
ditetapkan dalam Keputusan Gubernur Aceh Nomor : 445.1/BP2T/2836/2014.
Selanjutnya perubahan Susunan organisasi dari Kelas C ke Kelas B, diatur dalam
Qanun Kabupaten Bireuen Nomor 1 Tahun 2015. Berdasarkan Keputusan
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Nomor HK.02.03/I/0363/2015 tentang
Penetapan Rumah Sakit Rujukan Provinsi dan Rumah Sakit Rujukan Regional
pada tanggal 13 Februari RSUD dr. Fauziah Bireuen ditetapkan sebagai salah satu
Rumah Sakit Regional di Provinsi Aceh.
76
4.1.2 Profil RSUD dr. Fauziah Bireuen
Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen
Kode Rumah Sakit : 1110075
Kelas Rumah Sakit : B Non Pendidikan
Nama Direktur : dr. Mukhtar, MARS
Status Kepemilikan Rumah Sakit : Pemerintah Daerah Kabupaten Bireuen
Status Kelembagaan : Lembaga Teknis Daerah (Badan)
Status Penggunaan : Non Pendidikan
Status Pengelolaan : Non Swadana
Luas Tanah : 25.461 M (2,5 Ha)
Luas Bangunan : 5.499 M
Surat Ijin Operasional :
Nomor surat ijin : No. 445.1/BP2T/2835
Tanggal surat ijin diterbitkan : 30 November 2014
Surat ijin dari : Gubernur Aceh
Sifat surat ijin : Perpanjang
Masa berlaku surat ijin :5 tahun
Nama Penyelenggara : Pemerintah Daerah Kabupaten Bireuen
Alamat Lengkap : Jalan Mayjen T.Hamzah Bendahara No.13
Nomor Telpon : (0644) 21228
Faximile : (0644) 21228
E-Mail : [email protected]
4.1.3 Visi, Misi, Falsafah, Motto dan Kebijakan Mutu Bireuen
77
4.1.3.1 Visi
Visi RSUD dr. Fauziah Bireuen adalah “Menjadi Rumah Sakit Rujukan Regional
Wilayah Utara Provinsi Aceh yang Berkualitas dengan Pelayanan Prima,
Professional dan Mandiri”.
4.1.3.2 Misi
Misi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Fauziah Bireuen adalah :
a. Memberikan pelayanan kesehatan bermutu, berorientasi pada kecepatan,
ketepatan dan keselamatan berdasarkan etika dan profesionalisme;
b. Menyediakan peralatan/fasilitas dan sarana prasarana pendukung yang
mutakhir;
c. Menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi di
bidangnya;
d. Meningkatkan aksesibilitas pelayanan penduduk miskin dan orang-orang
terlantar.
4.1.3.3 Falsafah
Falsafah RSUD dr. Fauziah Bireuen adalah “Pelayanan Kesehatan Diselenggarakan
dengan Berdasarkan Etika dan Profesionalisme”.
4.1.3.4 Motto
B : Bersih
I : Islami
R : Ramah Tamah
E : Efektif
U : Unggul
E : Efisien
78
N : Nyaman
4.1.3.5 Kebijakan Mutu
“Kepuasan Pelanggan Adalah Tujuan Kami Bekerja”.
4.2. Analis Data Penelitian
Pengumpulan data dari informan menggunakan metode indepth interview
(wawancara mendalam). Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan
menemukan informan terlebih dahulu, yaitu dengan menyerahkan surat izin
penelitian ke RSUD dr.Fauziah Bireuen. Surat tersebut di disposisi dan di arahkan
ke bagian Diklat RSUD dr.Fauziah Bireuen.
Setelah mendapatkan izin, peneliti mengunjungi informan pada ruang
direktur, instalasi SIMRS, loket pendaftaran dan ruang rawat inap serta memulai
perkenalan dan memberikan penjelasan mengenai tujuan dari kunjungan peneliti.
Sebelum melakukan wawancara mendalam dengan informan, peneliti
menanyakan nama, umur, dan profesi. Peneliti sering berkunjung ke ruang
informan tersebut untuk menjalin keakraban. Hal tersebut dilakukan untuk
membangun kepercayaan agar informan dapat memberikan informasi secara
terbuka dengan peneliti.
Kegiatan wawancara mendalam dilakukan di ruang informan utama dan
informan triagulasi sesuai dengan keinginan informan. Waktu wawancara
disesuaikan dengan waktu luang yang diberikan oleh informan. Waktu yang
ditetapkan oleh informan I Direktur, informan II kepala instalasi SIMRS,
informan III staf SIMRS, informan IV operator SIMRS dan informan V penerima
pelayanan kesehatan, wawancara dilakukan sekitar jam 14.00 WIB sampai dengan
79
jam 16.00 WIB karena pagi hari informan sibuk dengan kegiatan yang lain, oleh
karena itu wawancara dilakukan pada hari yang berbeda.
4.2.1. Gambaran Tentang Kualitas SIMRS
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sebuah sistem
informasi yang terintegrasi yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses
manajemen rumah sakit, mulai dari pelayanan diagnosa dan tindakan untuk
pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, database personalia,
penggajian karyawan, proses akuntansi sampai dengan pengendalian oleh
manajemen. Berdasarkan data survei awal terdapat beberapa permasalahan
terhadap kualitas SIMRS diantaranya kurangnya infrastruktur dan kurangnya
SDM khususnya programer.
4.2.2. Karakteristik Informan Utama/ Kunci
Informan dalam penelitian ini berjumlah 4 orang yaitu 1 orang direktur, 1
orang instalasi, 1 orang staf SIMRS dan 1 orang operator SIMRS. Semua
informan berada di lingkungan RSUD dr.Fauziah Bireuen. Sejumlah tenaga
kesehatan terkait yang disebutkan diatas mempunyai keterlibatan langsung dalam
pelaksanaan SIMRS . Berikut karakteristik responden :
80
Tabel 4.1 Karakteristik Informan utama/kunci
Informan Nama Umur Jabatan Pendidikan 1 MU 52 Direktur RSUD
dr.Fauziah Bireuen
Dokter umum dan magister manajemen
rumah sakit
2 ZU 42 Kepala Instalasi SIMRS
Sarjana kesehatan masyarakat
3 AG 32 Staf SIMRS
Sarjana komputer
4
ER 32 Operator SIMRS Sarjana komputer
Adapun identitas informan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Informan pertama bernama MU berumur 52 tahun, jabatan sebagai Direktur
RSUD dr.Fauziah Bireuen, berpendidikan dokter umum dan magister manajemen
rumah sakit, berperan sebagai evaluasi hasil pelaksanaan SIMRS. Informan kedua
bernama ZU berumur 42 tahun, berprofesi sebagai kepala instalasi SIMRS,
berpendidikan sarjana kesehatan masyarakat, berperan sebagai penanggungjawab
pelaksanaan SIMRS. Informan ketiga bernama AG berumur 32 tahun, berprofesi
sebagai staf SIMRS, berpendidikan sarjana sarjana komputer, berperan sebagai
koordinator pelaksanaan SIMRS. Informan keempat bernama ER berumur 32
tahun, berprofesi sebagai staf SIMRS, berpendidikan sarjana komputer, berperan
sebagai pelaksanaan SIMRS
4.2.3 Karakteristik Informan Pendukung/ triagulasi
Tabel 4.2 Karakteristik Informan Pendukung/ triagulasi
Informan Nama Umur Status Pendidikan 1 WH 30 Penerima pelayanan
kesehatan SMA
81
Informan pendukung pada penelitian ini merupakan seorang pasien yang
berada dilingkungan RSUD dr.Fauziah Bireuen. Informan pendukung adalah
informan yang ditentukan dengan dasar pertimbangan memiliki pengetahuan dan
sering berhubungan baik secara formal maupun informal dengan para informan
utama. Informan ke lima bernama WH berumur 30 tahun berpendidikan SMA,
berstatus sebagai pasien dan berperan sebagai penerima pelayanan kesehatan.
4.2.4. Matrik Penelitian
4.2.4.1. Insfrastruktur
Hasil wawancara mendalam dengan direktur, kepala instalasi SIMRS, staf
SIMRS dan operator SIMRS mengenai infrastruktur, SDM dan prosedur untuk
menunjang terlaksananya SIMRS, maka disajikan dalam bentuk matrik yang
merupakan reduksi dari hasil wawancara tersebut.
Tabel 4.3 Matrik analisis informan kunci tentang Infrastruktur di RSUD Fauziah Bireuen Tahun 2018
No Nama Lampiran Keterangan 1 MU
Informan 1 (Direktur )
Menurut direktur perencanaan kedepan dalam memaksimalkan SIMRS RSUD dr.Fauziah Bireuen dengan menambah anggaran untuk pengadaan perangkat dan kapasitas lainnya serta menambah jumlah tenaga kerja ataupun staf sesuai dengan angka kebutuhan kerja. Penambahan anggaran tersebut disesuaikan dengan income rumah sakit, jika incomenya besar, tentu alokasi dana dalam sesuatu kegiatan juga besar, hanyanya untuk sekarang rumah sakit sedang dalam defisit sehingga banyak hal yang terkendala. Direktur mewacanakan anggaran untuk SIMRS pada tahun 2020 sebesar Rp 100.000.000, pada tahun 2019 jumlah anggaran yang disediakan hanya Rp 40.000.000, dan masih banyak kekurangan pengadaan infrastruktur, oleh karena itu,
Infrastruktur untuk kelancaran SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen.
82
tahun depan anggaran di tambah Rp 60.000.000. Untuk proses penambahan anggran tersebut akan di bahas dalam forum rapat manajemen rumah sakit pada bulan Oktober 2019 sekalian dengan pembentukan RBA untuk tahun 2020.
2 ZU Informan 2 (Kepala instalasi SIMRS)
Kepala instalasi SIMRS mengatakan bahwa belum ada kelengkapan komputer di setiap ruangan, ada beberapa komputer yang rusak serta membutuhkan waktu yang lama untuk proses perbaikan, tidak tersedianya kelengkapan sarana dan prasarana disetiap ruangan, seperti wifi, adanya masalah server seperti jaringan lelet kalau aksesnya lagi memadat dan jaringan koneksi wifinya tidak bagus, persediaan kabel konektor disesuaikan dengan persediaan computer disetiap ruangan, aplikasi yang dijalankan tidak sesuai karena seluruh bagian rumah sakit tidak menggunakan SIMRS, masih ada yang menggunakan HMIS, aplikasi tersebut perlu di update selama 4 bulan sekali. Semua kendala ataupun keterlambatan rumah sakit menggunakan SIMRS karena kurangnya anggaran, kurangnya tenaga kompeten (programmer) dalam membuat program aplikasi SIMRS, seharusnya standarisasi rumah sakit yang menggunakan SIMRS adalah mempunyai infrastruktur yang bagus, lengkap, adanya tenaga yang kompeten dan jumlah SDM yang cukup. Oleh karena itu, informan menyarankan agar semua tingkatan manajemen (Operasional, teknisi dan Strategis) berkomitmen untuk bersama-sama mewujudkan SIMRS yang ideal yakni sistem yang dapat meningkatkan kinerja rumah sakit dan pelayanan yang cepat dan nyaman bagi customer, dan sesuai dengan Permenkes RI no 1171/ Menkes/ Per/ VI/ 2011.
3 AG Informan 3 (staf SIMRS)
Staf SIMRS mengatakan bahwa masih banyak kekurangan infrastruktur di rumah sakit, diantaranya: ketidakkelengkapan komputer dari setiap ruangan, tidak ada kelengkapan sarana prasarana lainnya di
83
setiap ruangan karena tidak semua ruangan tersedia akses WIFI, adanya masalah pada server seperti kurangnnya kapasitas internet, sehingga susah untuk mengakses, tidak semua sistem di rumah sakit menggunakan menggunakan aplikasi SIMRS, hanya pada ruang laboratorium dan loket pendaftaran, sedangkan yang lainya masih menggunakan aplikasi lama yaitu HMIS. Keterlambatan menggunakan SIMRS karena kurangnya anggaran terhadap penyesuaian komputer, seperti pemakaian komputer menggunakan prosesor Core I-V sedangkan di rumah sakit ini rata-rata komputer menggunakan prosesor Dual Core. Selain itu, kendala dalam menjalankan SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen belum berjalan maksimal karena programer SIMRS hanya 1 orang mengakibatkan program SIMRS tidak kunjung selesai. Seharusnya standarisasi rumah sakit yang baik dalam menjalankan SIMRS adalah adanya infrastrukstur memadai, SDM yang kompeten, pelatihan rutin serta adanya tenaga yang ahli pada bidang programmer. Staf SIMRS mengetahui bahwa adanya bentuk perhatian dan kepedulian dari pihak manajemen terhadap kelancaran SIMRS ini, hanya saja semua rencana yang diwacanakan tidak bisa berjalan dengan lancar karena kurangnya anggaran.
4 ER Informan 4 (operator SIMRS)
Staf SIMRS mengatakan bahwa beberapa ruangan yang tidak tersedia perangkat komputer dengan lengkap, adanya kendala server seperti koneksi wifi yang lelet karena sulit untuk mengakses, seharusnya penyediaan kabel-kabel konektor antar ruangan sesuaikan dengan pengadaan komputer. Aplikasi yang tersedia tidak sesuai, karena ada beberapa ruang masih menggunakan HMIS yang merupakan aplikasi lama, sedangkan SIMRS sekarang baru berjalan pada loket pendaftaran dan laboraturium, sedangkan pada ruang rawat inap, poli, farmasi dan penunjang medis lainnya masih menggunakan HMIS.
84
Seharusnya Standarisasi rumah sakit yang baik dalam menjalankan SIMRS adanya infrastruktur yang lengkap, anggaran yang tercukupi, mudah di akses dan tidak ada kendala pada server. Pihak manajemen menanggapi masalah SIMRS memberikan dan solusi yang baik untuk bisa memaksimalkan SIMRS pada rumah sakit. Keterlambatan penggunaan SIMRS karena anggaran dan pengadaan infrastruktur yang tidak mendukung serta kurangnya SDM yang kompeten seperti programer.
Berdasarkan reduksi/kesimpulan diatas menjelaskan bahwa informan
kunci (direktur) menyatakan bahwa proses perencanaan dalam memaksimalkan
SIMRS di rumah sakit dengan menambah alokasi dana untuk pengadaan
perangkat dan kapasitas lainnya. Peserdiaan anggaran disesuaikan dengan income.
Jika incomenya besar, tentu alokasi dana dalam sesuatu kegiatan juga besar,
hanyanya untuk sekarang rumah sakit sedang dalam defisit anggaran, sehingga
banyak hal yang terkendala. Anggaran yang diwacanakan pada tahun 2020
sebesar Rp 100.000.000, pada tahun 2019 jumlah anggaran yang disediakan hanya
Rp 40.000.000, dan masih banyak kekurangan pengadaan infrastruktur, oleh
karena itu, tahun depan anggaran di tambah Rp 60.000.000. Untuk proses
penambahan anggran tersebut akan di bahas dalam forum rapat manajemen rumah
sakit pada bulan Oktober 2019 sekalian dengan pembentukan RBA untuk tahun
2020.
Standar kebutuhan tenaga yang pada SIMRS sesuaikan dengan jumlah
permintaan tenaga pada bagian masing-masing. Kebijakan dalam memaksimalkan
kinerja SIMRS yaitu dengan mengeluarkan regulasi-regulasi sesuai dengan
kaidahnya, dan menerapkan kebijakan tersebut sesuai dengan penyelenggaraan
85
rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah terkait
pelaksanaan SIMRS dapat sesuai kebutuhan dan standar pendidikan.
Reduksi tersebut berkesinambungan dengan reduksi dari informan kunci
(kepala instalasi SIMRS, Staf SIMRS dan operator SIMRS) mengetahui bahwa
penyediaan perangkat komputer tidak merata disetiap ruangan dan adanya
komputer rusak yang membutuhkan waktu lama untuk proses perbaikannya.
Penyediaan saran dan prasarana, kabel konektor dan wifi disesuaikan dengan
jumlah pengadaan komputer dari setiap ruangan. Pada saat menjalankan SIMRS
sering terjadi masalah pada server, terutama jika akses lagi memadat maka server
sering lelet.
Aplikasi yang dijalankan belum sesuai karena seluruh bagian rumah sakit
belum menggunakan SIMRS. SIMRS hanya aktif pada bagian loket pendaftaran
dan laboratorium, sedangkan pada rawat inap dan bagian penunjang medis,
farmasi dan manajemen lainnya menggunakan aplikasi HMIS (health manajemen
information system). Aplikasi ini masih berbasis sistem lama, sehingga perlu di
update aplikasinya setiap 4 bulan sekali. Akan tetapi tuntutan sekarang
menggunakan aplikasi SIMRS yang berbasis web dan database, yang merupakan
sebuah sistem informasi yang terintegrasi untuk menangani keseluruhan proses
manajemen rumah sakit, mulai dari pelayanan diagnosa dan tindakan untuk
pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, proses akuntansi
sampai dengan pengendalian oleh manajemen.
Pada saat ini, RSUD dr.Fauziah Bireuen sedang dalam pemograman
SIMRS supaya tidak hanya berjalan pada 2 bagian rumah sakit saja, akan tetapi
secara merata rumah sakit bisa menggunakan aplikasi SIMRS tersebut.
86
Keterlambatan pemograman ini karena terhambatnya dana khusus untuk
pengadaan dan pembaharuan komputer, perlunya tenaga khusus (programmer).
Akan tetapi, SIMRS sejauh ini belum berfungsi dengan maksimal. Saran dari
informan agar semua tingkatan manajemen (Operasional, teknisi dan Strategis)
berkomitmen untuk bersama-sama mewujudkan SIMRS yang ideal yakni sistem
yang dapat meningkatkan kinerja rumah sakit dan pelayanan yang cepat dan
nyaman bagi customer, dan sesuai dengan Permenkes RI no 1171/ Menkes/ Per/
VI/ 2011.
Kendala dalam menjalankan SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen adalah
kurangnya anggaran sehingga terbatasnya penyediaan komputer dan proses
pemograman aplikasi SIMRS yang membutuhkan waktu yang lama. Dalam
menjalankan sistem ini, adanya kerjasama rumah sakit dengan PT.Telkom untuk
pengadaan wifi. Standarisasi rumah sakit yang baik dalam menjalankan SIMRS
adanya infrastrukstur memadai, SDM yang kompeten dan adanya pelatihan rutin.
Pihak manajemen menanggapi masalah SIMRS memberikan dan solusi yang baik
untuk bisa memaksimalkan SIMRS pada rumah sakit. Selain itu, adanya kebijakan
dari manajemen untuk memperbaiki SIMRS hanya saja karena defisit anggaran
maka semuanya tidak berjalan dengan lancar.
87
Tabel 4.4 iiMatrik analisis informan triagulasi tentang dampak dari ketidaklengkapan infrastruktur di setiap ruangan di RSUD Fauziah Bireuen Tahun 2018
No Nama Lampiran Keterangan 1 WH
Informan 5 (penerima pelayanan kesehatan)
a. Pasien merasa lama menunggu ketika datanya sedang di entri oleh petugas.
b. Adanya kendalanya pada sistem, dan hal itu sering terjadi ketika jumlah kunjungan pasiennya ramai, jadi servernya lelet, itu yang sering di sampaikan oleh petugas
Dampak dari ketidaklengkapan infrastruktur
Berdasarkan reduksi/kesimpulan diatas menjelaskan bahwa informan
triagulasi (penerima pelayanan kesehatan) merasakan lamanya menunggu ketika
datanya sedang di entri oleh petugas terutama jika jumlah kunjungan pasiennya
ramai jadi servernya lelet.
Tabel 4.5 Matrik analisis tentang infrastruktur SIMRS di RSUD mmmmmmndr.Fauziah Bireuen Tahun 2018
Topic Dokumen Observasi Wawancara Analisis Infrastruktur SIMRS
belum berjalan maksimal di rumah sakit.
Kurangnya anggaran, infrastrukturdan programmer
Direktur, kepala instalasi SIMRS, staf SIMRS dan operartor SIMRS mengetahui kurangnya infrastruktur dan anggaran, sehingga SIMRS hanya berjalan pada loket pendaftaran dan laboratorium, sedangkan pada bagian lain masih menggunakan HMIS dan
Berdasarkan kesimpulan diatas, informan kunci mengetahui penyebab SIMRS tidak berjalan dengn semestinya, sedangkan informan triagulasi merasakan lamanya pelayanan (proses pengentrian data) terutama jika kunjungan pasien lagi banyak.
88
gangguan pada server yang menyebabkan pasien harus mengantri lama.
Berdasarkan telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam di
dapatkan bahwa SIMRS belum berjalan maksimal. Hal ini dibuktikan dengan
adanya penyampaian informasi dari informan bahwa penyediaan infrastruktur
tidak memadai, komputer, kabel konektor, sarana dan prasarana lainnya belum
merata disetiap ruangan, perlu penyesuaian prosesor komputer dari Dual Core ke
Core I-V hal ini yang menyebabkan banyaknya anggaran yang dibutuhkan oleh
rumah sakit, belum lagi ada beberapa komputer yang harus diperbaiki dan
perlunya penambahan programmer supaya proses pemograman dapat berlangsung
lebih cepat dan bisa diaplikasikan di seluruh bagian rumah sakit sehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
4.2.4.2. SDM
Hasil wawancara mendalam dengan direktur, kepala instalasi SIMRS, staf
SIMRS dan operator SIMRS mengenai SDM untuk menunjang terlaksananya
SIMRS, maka disajikan dalam bentuk matrik yang merupakan reduksi dari hasil
wawancara tersebut.
89
Tabel 4.6 Matrik analisis informan kunci tentang SDM di RSUD Fauziah Bireuen Tahun 2018
No Nama Lampiran Keterangan 1 MU
Informan 1 (Direktur )
Menurut direktur jumlah SDM sudah mencukupi, hanya saja kekurangan 1 orang programmer. Tindakan direktur dari kekurangan tersebut adalah dengan melakukan rekrutmen ketenagaan dengan kualifikasi pendidikan yang di butuhkan, jika calon yang di terima adalah non PNS, maka calon tersebut akan di kontrak khusus dengan honorarium dibebankan pada anggaran RBA dan jika calon adalah PNS, maka akan di berikan tunjangan khusus.Cara penrekrutannya yaitu identifikasi Kebutuhan akan Suatu Posisi, merencanakan Perekrutan untuk posisi yang diinginkan, mengpublikasikan lowongan, meninjau lamaran yang masuk., wawancara kandidat berkualitas, memeriksa referensi dan latar belakang, pilih orang yang paling berkualitas, membuat penawaran dan memberikan informasi kepada kandidat yang belum berhasil, kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan pada SIMRS menguasai komputer, bisa menjalankan beberapa aplikasi yang berkaiatan dengan SIMRS dan mengerti tentang pemograman, standar pendidikan yang kami butuhkan D3 ataupun S1 komputer. Untuk membayar honorarium tenaga khusus seperti programmer non PNS maka akan dibebankan pada RBA. Selain itu, untuk meningkatkan kedisiplinan petugas maka adanya peraturan tegas namun tetap manusiawi. Selama ini kita cenderung menilai bahwa kedisplinan dapat ditingkatkan melalui pemberlakuan sejumlah aturan. Hal itu tidak salah. Peraturan memang harus diciptakan, serta diberlakukan secara tegas dan mengikat Namun, perlu digarisbawahi: tidak seharuyas memberlakukan aturan secara ketat dan berlebihan hingga membuat staf merasa terkekang, hanya saja, apabila di langgar maka adanya pemotong pada jasa
Jumlah SDM SIMRS di RSUD dr.Fuaziah Bireuen.
90
BPJS yang di terima. Hasil kedipsiplinan akan di evaluasi oleh kepala unit.
2 ZU Informan 2 (Kepala instalasi SIMRS)
Menurut kepala instalasi SIMRS jumlah SDMnya sudah memadai. Selain dari tenaga PNS, juga terdapat tenaga kontrak dan bakti. Hanya saja pada programmer kekurangan tenaga. Untuk meningkatkan kualitas SDM perlunya pengadaan pelatihan. Akan tetapi, pada rumah sakit pelatihan diadakan oleh pihak lain, staf SIMRS menjadi peserta pelatihan 1 atau 2 orang yang nantinya mereka mengajari rekan-rekan kerja yang lainnya dan tidak ada pelatihan rutinnya. Tingkat kedisiplinan SDM terhadap SIMRS hanya 85% karena beberapa staf masih ada yang kurang disiplin dan melalaikan tanggungjawabnya. Contohnya ketidakdisiplinan SDM seperti keterlambatan dalam mengentri data, tidak masuk kerja tanpa pemberitahuan sebelumnya. Akan tetapi, sejauh ini, tidak ada reward dan punishment, bagi yang tidak menjalankan kewajibannya dengan baik.
3 AG Informan 3 (staf SIMRS)
Menurut staf SIMRS jumlah operator dan stafnya sudah memadai, hanya saja kurang tenaga programmer. Namun, tidak adanya pelatihan rutin di rumah sakit. Staf dalam menjalankan tugasnya masing-masing seperti yang telah ditentukan pada uraian tugas akan tetapi, adanya ketidakdisiplinan SDM dalam menjalankan tanggungjawabnya karena masih ada staf yang kadang telat mengentri, jadinya ketika akhir bulan kerjaan numpung dan tidak bisa diselesaikan tepat waktu. Hal ini sering terjadi pada operator rawat inap. Dalamk menjalankan tugas, jika ada yang melanggar peraturan hanya di tegur saja, tidak ada reward ataupun punishment
4 ER Informan 4 (operator SIMRS)
Menurut operator SIMRS, jumlah SDM dalam menjalankan SIMRSnya sudah sesuai, kecuali programmer, pihak rumah sakit memutuhkan 1 orang lagi. Tidak ada pelatihan rutin kecuali kalau ada pelatihan di luar, maka adanya perwakilan dari operator
91
yang mengikutin pelatihan tersebut. SDM selalu peduli dan menjalankan kewajibannya serta menjaga semua sarana dan prasarana rumah sakit. Akan tetapi, SDM masih kurang disiplin karena tidak menyelesaikan tugas tepat waktu, sehingga pekerjaannya terbengkalai. Namun, tidak ada reward ataupun punishment, jika ada SDM yang tidak disiplin.
Berdasarkan reduksi/kesimpulan diatas menjelaskan bahwa informan kunci
(direktur) menyatakan bahwa Jumlah SDMnya sudah mencukupi, hanya saja
jumlah programmernya yang masih kurang, di RSUD dr.Fauziah hanya ada 1
orang, dan kami butuh 1 orang programmer lagi supaya mempercepat
penyelesaian SIMRS di seluruh bagian rumah sakit. Tindakan dari kekurangan
tersebut adalah dengan melakukan rekrutmen ketenagaan dengan kualifikasi
pendidikan yang di butuhkan, jika calon yang di terima adalah non PNS, maka
calon tersebut akan di kontrak khusus dengan honorarium dibebankan pada
anggaran RBA dan jika calon adalah PNS, maka akan di berikan tunjangan
khusus. Cara penrekrutannya yaitu indentifikasi kebutuhan Akan Suatu Posisi,
merencanakan Perekrutan untuk posisi yang diinginkan, mengpublikasikan
Lowongan, meninjau lamaran yang masuk., wawancara Kandidat Berkualitas,
memeriksa Referensi dan Latar Belakang, pilih Orang yang Paling Berkualitas,
membuat Penawaran dan memberikan Informasi Kepada Kandidat yang Belum
Berhasil. Anggaran RBA dibebankan untuk membayar honorarium tenaga khusus
seperti programmer. Kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan pada SIMRS
menguasai komputer, bisa menjalankan beberapa aplikasi yang berkaiatan dengan
SIMRS dan mengerti tentang pemograman, standar pendidikan yang kami
butuhkan D3 ataupun S1 komputer. Kebijakan meningkatkan kedisiplinan petuga
92
dengan membuat aturan sewajarnya, tegas namun tetap manusiawi. Selama ini
kita cenderung menilai bahwa kedisplinan dapat ditingkatkan melalui
pemberlakuan sejumlah aturan. Hal itu tidak salah. Peraturan memang harus
diciptakan, serta diberlakukan secara tegas dan mengikat Namun, perlu
digarisbawahi: tidak seharuyas memberlakukan aturan secara ketat dan berlebihan
hingga membuat staf merasa terkekang, hanya saja, apabila di langgar maka
adanya pemotong pada jasa BPJS yang di terima. Hasil kedipsiplinan akan di
evaluasi oleh kepala unit.
Reduksi diatas berkesinambungan dengan reduksi dari informan kunci
(kepala instalasi SIMRS, Staf SIMRS dan operator SIMRS) menyatakan bahwa
jumlah SDM yang mengelola SIMRS (terdiri dari staf dan operator ruangan) yang
memadai. Selain tenaga PNS terdapat pula tenaga kontrak dan bakti. Hanya saja,
rumah sakit kekurangan tenaga programmer dan sampai saat ini rumah sakit
masih membutuhkan 1 orang lagi tersebut, supaya program SIMRS dapat
terselsaikan dengan segera. Di RSUD dr.Fauziah Bireuen belum pernah diadakan
pelatihan rutin untuk meningkat kualitas SDM akan tetapi jika pihak lain
mengadakan pelatihan, maka staf SIMRS selalu aktif menjadi peserta.
SDM rumah sakit selalu peduli terhadap pelaksanaan SIMRS, semua staf
menjalankan kewajibannya seperti yang telah ditentukan pada uraian tugas dan
menjaga semua sarana dan prasarana rumah sakit. Akan tetapi, ada beberapa dari
SDM kurang disiplin, tidak ada pemberitahuan jika tidak masuk dinas, masih ada
staf yang kadang telat mengentri data sehingga ketika akhir bulan kerjaan numpuk
dan tidak bisa diselesaikan tepat waktu. Hal ini terjadi karena belum ada reward
ataupun punishment dalam menjalankan tugas SIMRS, sehingga jika ada yang
93
melanggar etika kedisiplinan hanya di tegur saja, tanpa diberikan sanki yang
berat.
Tabel 4.7 Matrik analisis informan triagulasi tentang SDM di RSUD Fauziah Bireuen Tahun 2018
No Nama Lampiran Keterangan 1 WH
Informan 5 (pemenerima pelayanan kesehatan)
Kurangnya pelayanan dari SDM karena tidak malayani tepat waktu, khususnya pada siang hari.
Pelayanan SDM SIMRS di RSUD dr.Fuaziah Bireuen.
Berdasarkan reduksi/kesimpulan diatas menjelaskan bahwa informan
triagulasi (penerima pelayanan kesehatan) mengatakan bahwa kurangnya
pelayanan dari SDM karena tidak malayani tepat waktu, khususnya pada siang
hari. Hal ini merupakan dampak dari kurangnya kedisiplinan petugas.
Tabel 4.8 Matrik analisis tentang SDM SIMRS di RSUD mmmmmmnmdr.Fauziah Bireuen Tahun 2018
Topic Dokumen Observasi Wawancara Analisis SDM SDM sudah
mencukupi kecuali programer, kurangnya kedisiplinan SDM, tidak ada reward dan pusnismet
Perlunya rekrutmen tenaga dan perlunya reward dan pusnismet agar SIMRS bisa berjalan dengan maksimal.
Kepala instalasi, staf dan operator mengetahui bahwa adanya ketidak disiplinan pegawai sama halnya yang disampaikan oleh penerima pelayanan. Selain itu, jumlah SDM khususnya programmer kurang, begitu pula dengan direktur, sehingga direktur mengupaya kan penrekrutan SDM.
Berdasarkan kesimpulan diatas, informan kunci mayoritas mengetahui tentang ketidak disiplinan SDM, sehingga menyebabkan pekerjaan menunpuk dan tidak bisa terselesaikan dengan tepat waktu, informan triagulasi juga menyatakan
94
kurangnya kedisiplinan SDM sehingga kualitas pelayanan berkurang.
Berdasarkan telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam di
dapatkan bahwa adanya ketidakdisplinan SDM . Hal ini dibuktikan dengan
adanya penyampaian informasi dari informan kunci (kepala instalasi SIMRS, staf
SIMRS, dan operator SIMRS) bahwa adanya petugas yang melalaikan
tanggungjawabnya, hal ini yang menyebabkan menumpuknya kerjaan di akhir
bulan, sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan kerjaan tepat waktu, hal ini
sering terjadi pada operator rawat inap. Perlunya ketegasan dari pihak atasan
ataupun manajemen untuk memberikan punishment, sehingga petugas lebih
disiplin dan memberikan reward kepada petugas yang mampu menjalankan
tanggungjawabnya dengan maksimal. Pada informan triagulasi (penerima
pekayanan kesehatan) menyatakan kurangnya kedisplinan SDM karena kurangnya
pelayanan dari SDM karena tidak melayani tepat waktu, khususnya pada siang
hari. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan kinerja tersebut, direktur melakukan
penrekrutan tenaga programmer untuk memaksimalkan SIMRS pada rumah sakit
sedangkan untuk tingkat kedisiplinan SDM, direktur akan mencanangkan
kebijakan agar kedisiplinan dapat dipertegaskan, dengan punishment jika SDM
tidak disiplin maka uang jasa BPJS SDM akan kurangkan.
95
4.2.4.3. Prosedur
Hasil wawancara mendalam dengan Direktur, kepala instalasi SIMRS, staf
SIMRS dan operator SIMRS mengenai prosedur untuk menunjang terlaksananya
SIMRS, maka disajikan dalam bentuk matrik yang merupakan reduksi dari hasil
wawancara tersebut.
Tabel 4.9 Matrik analisis informan kunci tentang prosedur SIMRS di RSUD Fauziah Bireuen Tahun 2018
No Nama Lampiran Keterangan 1 MU
Informan 1 (Direktur )
Menurut Direktur, SDM masih menggunakan SPO yang sama dikarenakan direktur tidak mengeluarkan kebijakan yang baru.
Prosedur pelaksanaan SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen 2 ZU
Informan 2 (Kepala instalasi SIMRS)
Menurut kepala instalasi SIMRS, adanya SPO dan mereka selalu menggunakannya sebagai pedoman kerja, selain itu, adanya tupoksi kerja dan mereka membagikannya berdasarkan uraian tugas yaitu sebagai perencanaan dan strategi, jaringan dan infrastruktur, operasional yang dibawahi oleh operator ruangan.
3 AG
Informan 3 (staf SIMRS)
Menurut staf SIMRS, adanya SOP, dan mereka selalu menggunakan sebagai panduan kerja. Selain itu, tupoksi kerja disesuaikan sesuai dengan uraian tugas, ada di bagian infrastrukrur, perencanaan dan operasional yang membawahi seluruh operator ruangan.
4 ER Informan 4 (operator SIMRS)
Menurut operator SIMRS, adanya SPO sebagai panduan kinerja dan tupoksi kerja, setiap staf mempunyai tugas masing-masing seperti perencanaan dan strategi, jaringan dan infrastruktur, dan operasional yang membawahi semua operator ruangan
Berdasarkan reduksi/kesimpulan diatas menjelaskan bahwa informan
kunci (direktur, kepala instalasi SIMRS, Staf SIMRS dan operator SIMRS)
96
mengetahui bahwa adanya SOP dalam menjalankan SIMRS. Pada umumnya
mereka menggunakan SOP sebagai pedoman kerja dalam menjalankan tugasnya
ataupun tanggung jawab. Selain itu, dalam menjalankan hal tersebut juga terdapat
tupoksi tugas. Setiap petugas terdapat beberapa bagian, seperti staf instalasi
SIMRS yang bertugas memantau kinerja operator dan evaluasi setiap kerjaan
operator ruangan, programmer SIMRS yang membuat program dan menanggapi
kendala pada jaringan SIMRS, operator SIMRS yang terdiri dari loket
pendaftaran, penunjang medis dan rawat inap, akan tetapi ada beberapa ruang pula
yang tidak operatornya, karena penyediaan komputernya belum merata seperti
fisiotrapi dan poli.
Tabel 4.10 Matrik analis tentang Prosedur pelaksanaan SIMRS di RSUD mmmmmmdr.Fauziah Bireuen Tahun 2018
Topic Dokumen Observasi Wawancara Analisis SPO Adanya
SPO sebagai pedoman dalam menjalan kan tugas
Petugas menjalankan tugas sesuai dengan SPO dan adanya tupoksi pekkerjaan masing-masing
Adanya SPO dan tupoksi kerja.
Berdasarkan kesimpulan diatas, informan kunci dan informan triagulasi mengetahui adanya SPO sebagai pedoman kerja dan topuksi pekerjaan sesuai dengan uraian tugas. .
Berdasarkan telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam di
dapatkan bahwa adanya SPO dan tupoksi pekerjan . Hal ini dibuktikan dengan
adanya penyampaian informasi dari informan kunci (kepala instalasi SIMRS, staf
97
SIMRS dan operator SIMRS) bahwa SPO yang digunakan sebagai pedoman kerja
dan tupoksi pekerjaan yang sesuai dengan uraian tugas. Dalam menjalankan tugas
SIMRS terdapat beberapa bagian, seperti staf instalasi SIMRS yang bertugas
memantau kinerja operator dan evaluasi setiap kerjaan operator ruangan,
programmer SIMRS yang membuat program dan menanggapi kendala pada
jaringan SIMRS, operator SIMRS yang terdiri dari loket pendaftaran, penunjang
medis dan rawat inap, akan tetapi ada beberapa ruang pula yang tidak ada
operatornya, karena penyediaan komputernya belum merata seperti fisiotrapi dan
poli.
Infrastruktur: Informan mengatakan bahwa tidak merata persediaan komputer, kabel konektor, sarana dan prasarana lainnya disetiap ruangan, adanya permasalahan pada server, kurangnya anggaran, ketidaksesuaian aplikasi, dan ada kerjasama rumah sakit dengan PT.Telkom dalam pengadaan wifi
SOP: Adanya SOP dalam menjalankan tugas dan adanya tupoksi pekerjaan sesuai dengan uraian tugas.
Kurangnya kualitas SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen
SDM : Informan mengatakan bahwa jumlah SDM memadai kecuali programmer, tidak ada pengadaan pelatihan rutin untuk meningkatkan kompetensi SDM, ketidakdisiplinan petugas , tidak adanya reward dan punisment
Gambar 4.1 Peta Konsep Hasil Penelitian
98
4.3. Pembahasan
Dari hasil penelitian diketahui faktor yang paling dominan dalam
memengaruhi kualitas SIMRS adalah infrastruktur dan SDM. Berikut pembahasan
hasil wawancara dengan informan terhadap analisis kualitas SIMRS di RSUD
dr.Fauziah Bireuen:
4.3.1 Infrastruktur
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan kunci dan
triagulasi mengenai analisis infrastruktur SIMRS menunjukkan bahwa penyediaan
perangkat komputer tidak merata disetiap ruangan dan adanya komputer rusak
yang membutuhkan waktu lama untuk proses perbaikannya. Penyediaan sarana
dan prasarana, kabel konektor dan wifi disesuaikan dengan jumlah pengadaan
komputer di setiap ruangan. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengamatan
langsung oleh peneliti ketika melakukan wawancara dengan responden,
penyediaan komputer tidak merata dan banyak perangkat komputer yang rusak.
Sehingga pada saat menjalankan SIMRS sering terjadi masalah pada server,
terutama jika akses lagi memadat maka server sering lelet. Seharusnya penyedian
komputer dan sarana prasarana lainya diadakan sesuai dengan kebutuhan agar
SIMRS dapat terlaksana dengan baik.
Selain itu, adanya ketidaksesuaian aplikasi, karena seluruh bagian rumah
sakit ini belum menggunakan SIMRS. SIMRS hanya aktif pada bagian loket
pendaftaran dan laboratorium, sedangkan pada rawat inap dan bagian penunjang
medis, farmasi dan manajemen lainnya belum memakai SIMRS, masih
menggunakan aplikasi yaitu HMIS (Health Manajemen Information System).
yang sebenarnya aplikasi masih berbasis sistem lama, sehingga perlu di update
99
setiap 4 bulan sekali. Akan tetapi untuk tuntutan sekarang, semua harus
menggunakan yang aplikasi SIMRS yang berbasis web dan database, yang
merupakan sebuah sistem informasi yang terintegrasi untuk menangani
keseluruhan proses manajemen rumah sakit, mulai dari pelayanan diagnosa dan
tindakan untuk pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, proses
akuntansi sampai dengan pengendalian oleh manajemen. Oleh karena itu, rumah
sakit sedang dalam pemograman agar SIMRS tidak hanya berjalan pada 2 bagian
rumah sakit saja, akan tetapi secara merata rumah sakit bisa menggunakan
aplikasi SIMRS ini.
SIMRS adalah sebuah sistem informasi terpadu yang digunakan untuk
melaksanakan segala bentuk kegiatan maupun transaksi yang terjadi di Rumah
Sakit untuk meningkatkan kualitas Pelayanan dan memudahkan Manajemen
Rumah Sakit dalam berbagai rutinitas transaksi yang dilaksanakan. SIMRS
diajukan untuk dapat diaplikasikan dan memenuhi kebutuhan Rumah Sakit
dengan sistem yang diharapkan dapat memberikan solusi sesuai harapan Rumah
Sakit.
Adapun manfaat SIMRS adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan-
pekerjaan administrasi rumah sakit (pengadaan barang atau alat kesehatan),
kecepatan dalam melacak data pasien baik data rekam medis, maupun data history
kesehatan yang diperlukan pada proses diagnosis, kecepatan pelayanan (untuk
menyelesaikan administrasi rawat inap ataupun rawat jalan), kecepatan dalam
penysusn laporan bagi manjemen rumah sakit. Secara umum, SIMRS dapat
meningkatkan kualitas pelayanan, menjaga standar praktek medis yang baik dan
benar, menjadi alat koordinasi yang sangat efektif, mendukung fungsi kontrol
100
yang konsisten, dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan rumah sakit.
Penerapan suatu Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) merupakan
solusi penerapan teknologi Informasi bidang kesehatan, yang mampu
mengelolaan data dan menyajian informasi degan baik untuk mendukung kegiatan
rumah sakit. Sistem ini dapat mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan
kesehatan rumah sakit itu dalam suatu jaringan koordinasi sejak pelaporan dan
proses administrasi dan penyediaan informasi secara cepat, tepat dan akurat.
Tentu sistem ini harus berbasis komputer merupakan sarana pendukung utama
sistem. Banyak rumah sakit yang menggunakan administrasi konvensional
merasa kehilangan peluang memperoleh keuntungan-keuntungan akibat
lemahnya atau lambatnya koordinasi antar departemen maupun kurangnya
dukungan informasi yang cepat, tepat, akurat, dan terintegrasi.
Perbedaan SIMRS dengan HMIS sangat terlihat jelas pada proses dan
aplikasinya. Aplikasi HMIS membutuhkan update data setiap 4 bulan sekali,
jumlah rekapan data terbatas , data yang belum terintegrasi atau masih tersebar,
pencatatan data masih dilakukan secara bertahap sehingga banyak terdapat
kesalahan dan informasi terlambat disebarkan.
Berdasarkan telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam di
dapatkan kurangnya infrastruktur yang memadai perlu penyesuaian prosesor
komputer dari Dual Core ke Core I-V hal ini yang menyebabkan banyaknya
anggaran yang dibutuhkan oleh rumah sakit, belum lagi ada beberapa komputer
yang harus diperbaiki dan perlunya penambahan programmer supaya proses
pemograman dapat berlangsung lebih cepat dan bisa diaplikasikan di seluruh
bagian rumah sakit sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
101
mmmmmKekurangan infrastruktur tersebut juga diketahui oleh direktur
berdasarkan laporan dari bawahannya, sehingga direktur menyatakan bahwa
proses perencanaan dalam memaksimalkan SIMRS di rumah sakit dengan
menambah alokasi dana untuk pengadaan perangkat dan kapasitas lainnya yang
selama ini menjadi kendala besar, dengan hal ini SIMRS dapat berjalan dengan
maksimal. Anggaran disesuaikan dengan incomenya juga, jika incomenya besar,
tentu alokasi dana dalam sesuatu kegiatan juga besar, hanya saja untuk sekarang
rumah sakit sedang dalam defisit anggaran, sehingga banyak hal yang terkendala.
Direktur mewacanakan anggaran untuk SIMRS pada tahun 2020 sebesar Rp
100.000.000, pada tahun 2019 jumlah anggaran yang disediakan hanya Rp
40.000.000, dan masih banyak kekurangan pengadaan infrastruktur. Oleh karena
itu, tahun depan anggaran di tambah Rp 60.000.000. Untuk proses penambahan
anggran tersebut akan di bahas dalam forum rapat manajemen rumah sakit pada
bulan Oktober 2019 sekalian dengan pembentukan RBA untuk tahun 2020.
Sedangkan untuk standar kebutuhan tenaga yang pada SIMRS sesuaikan
dengan jumlah permintaan tenaga pada bagian masing-masing. Kebijakan dalam
memaksimalkan kinerja SIMRS yaitu dengan mengeluarkan regulasi-regulasi
sesuai dengan kaidahnya, dan menerapkan kebijakan tersebut sesuai dengan
penyelenggaraan rumah sakit dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah
terkait pelaksanaan SIMRS dapat sesuai kebutuhan dan standar pendidikan.
Selain itu, hasil penelitian ini menggambarkan mayoritas informan
mengetahui tentang tidak tersedianya kelengkapan perangkat komputer di setiap
ruangan, tidak tersedianya kelengkapan sarana prasarana lainya di setiap ruangan,
adanya masalah pada server, tidak tersedianya kabel-kabel konektor antar
102
ruangan, tidak ada kesesuaian aplikasi yang tersedia, adanya permasalahan dan
kendala dalam penerapan SIMRS dan adanya kerja sama rumah sakit dengan
pihak lain tetapi hanya dengan PT.Telkom saja.
Infrastruktur merupakan kebutuhan dasar fisik pengorganisasian sistem
struktur. Istilah ini umumnya merujuk kepada hal infrastruktur teknis atau fisik
yang mendukung jaringan struktur seperti fasilitas perlengkapan komputer, kabel
konektor, server dan sarana prasarana lainnya. SIMRS saat ini merupakan sumber
daya utama, yang mempunyai nilai strategis dan mempunyai peranan yang sangat
penting sebagai daya saing serta kompetensi utama sebuah organisasi dalam
menyongsong era Informasi ini, di bidang kesehatan terutama rumah sakit sangat
membutuhan Sistem Informasi Manajemen untuk meningkatkan kualitas
pelayanan (37).
Penelitian ini sejalan dengan temuan Suyanto dkk (2017), yang
menyatakan bahwa hampir semua aspek SIMRS terkendala jika infrastruktur tidak
terpenuhi dengan baik, karena infrastruktur merupakan kebutuhan yang paling
utama seperti perangkat komputer, kabel konektor, jaringan WIFI dan
kelengkapan sarana dan prasarana lainnya (55).
Dewi Satria Larinse (2015) menemukan hal yang sama bahwa kesuksesan
penerapan SIMRS dipengaruhi oleh faktor system quality dan system use. system
quality yang diterapkan di RSUD-Talaud memiliki hubungan yang searah (positif)
terhadap system use. Hal ini berarti system quality memberi pengaruh terhadap
system use untuk menggunakan sistem SIMRS yang telah diterapkan di RSUD-
Talaud. Yang termasuk System Quality yaitu adanya perangkat infrastruktur yang
memadai (56).
103
Menurut asumsi peneliti, puncak pemasalahan dari insfrastruktur di RSUD
dr.Fauziah Bireuen adalah kurangnya anggaran sehingga pengadaan infrastruktur
tidak sesuai dengan standarisasi. Jika dikait dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan
dan Prasarana Rumah Sakit menjelaskan bahwa pengadaan perangkat komputer
disesuaikan dengan jumlah kebutuhan rumah sakit. Oleh karena itu, jika rumah
sakit terkendala dalam menjalankan operasional maka pihak manajemen rumah
sakit dapat melakukan pengadaan sesuai dengan kebutuhan dengan biayanya
dibebankan pada RBA (Rencana Bisnis dan Anggaran). Begitu pula kebutuhan
ruangan disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan pelayanan serta ketersediaan
SDM di Rumah Sakit.
Oleh karena itu, jika anggaran RSUD dr.Fauziah Bireuen menjadi kendala
atau desifit, maka pihak manajemen harus lebih kritis dalam menginspirasikan
kepada pejabat daerah tentang pentingnya SIMRS terhadap pelayanan rumah
sakit, dengan tujuan mereka memberi bantuan berupa alokasi dana APBD untuk
melengkapi segala kebutuhan infrastruktur SIMRS pada rumah sakit. Jika anggara
terpenuhi maka pihak manajemen khususnya kasubbag perencanaan dan
pengembangan perlunya mengalokasi dana khusus untuk menyediakan segala
kekurangan infrastruktur seperti, penyedia komputer dengan basis prosesot core I-
V, kerjasama dengan rekanan supaya mempercepat perbaikan komputer,
penyediaan kabel konektor dan sarana prasarana lainya, penambahan kapasitas
wifi supaya akses aplikasi lancar dan menge-lock password wifi agar tidak
sembarangan digunakan, karena pada kenyataan kapasitas wifi banyak sekali
digunakan oleh staf yang ada di rumah sakit, sebenarnya ini adalah pemborosan
104
karena mereka tidak menggunakan wifi untuk kepentingan kerja, akan tetapi
untuk kepentingan pribadi misalnya menggunakan sosmed untuk nonton youtube,
game online dan sebagainya.
Untuk menganalis perencanaan pengadaan infrastruktur maka perlunya
analisis komprehensif terhadap semua aspek RSUD yang berkaitan dengan
rencana, perancangan dan pengembangan perangkat lunak SIMRS yang sesuai
dengan kebutuhan RSUD serta implementasi SIMRS, termasuk anggaran (budget)
belanja untuk keseluruhan pengadaan barang, SIMRS, dan pekerjaan pemasangan
networking. Di antaranya seperti data struktur organisasi, modul, denah bangunan
rumah sakit, jenis/kebutuhan perangkat keras/lunak, dan infrastruktur teknologi
informasi. Berdasarkan data/dokumen/informasi yang sudah dikumpulkan, lalu
membuat rencana dan pemetaan jenis/jumlah perangkat keras/lunak, peripheral,
kabel data/network, dan rencana lokasi/posisi antena/alat komunikasi dan rencana
pengadaan semua sarana yang diperlukan serta rencana/jadwal kerja pada tahap
awal ini merupakan prasyarat untuk implementasi SIMRS.
Analisis terhadap proses implementasi aplikasi SIMRS menunjukan
bahwa kesuksesan implemenasi SIMRS ini tidak terlepas dari adanya infrastruktur
yang baik dan perangkat lunak ini sangat fleksibel, dimana fitur, modul dan sub
modulnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan RSUD setempat. Aplikasi SIMRS
yang fleksibel dan cocok ini membuat petrugas di lapangan menjadi sangat lancar.
Implementasi aplikasi SIMRS ini menyebabkan perubahan manajemen dan
struktur organisasi yang lebih sesuai dengan sistem Modul SIMRS. Struktur
organisasi RSUD ini terdiri dari dua fungsi utama, yakni fungsi bisnis dan fungsi
klinis
105
Pemanfaatan teknologi informasi sangat penting bagi institusi penyedia
layanan kesehatan seperti rumah sakit (RS). Ada beberapa manfaat SIMRS bagi
rumah sakit : pertama, pengelolaan sistem manajemen di RS yang terpadu dan
terkontrol, kedua, sebagai jawaban terhadap semakin tingginya tuntutan
masyarakat akan peningkatan kualitas layanan publik semakin meluas di berbagai
sektor termasuk di institusi penyedia layanan kesehatan seperti RS. Teknologi
informasi diharapkan bisa memberikan solusi-solusi terhadap masalah kerumitan
birokrasi dan transparansi serta meningkatkan produktivitas dan kualitas layanan
dalam hal efektivitas, efisiensi, fleksibilitas dan kecepatan. Guna mengatasi
hambatan–hambatan dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, keberadaan
“Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit” sangat dibutuhkan, sebagai salah
satu strategik manajemen dalam meningkatkan mutu pelayanan dan
memenangkan persaingan bisnis.
4.3.2. SDM
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan kunci dan
triagulasi menunjukkan bahwa tenaga SDM di rumah sakit sudah memadai, hanya
saja rumah sakit kekurangan tenaga programmer dan sampai saat ini rumah sakit
masih membutuhkan 1 orang lagi tersebut, supaya program SIMRS dapat
terselsaikan dengan segera dan secara umum kurangnya kedisiplinan serta tidak
adanya reward ataupun punishment.
Berdasarkan telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam di
dapatkan bahwa adanya ketidakdisplinan SDM . Hal ini dibuktikan dengan
adanya penyampaian informasi dari informan kunci (kepala instalasi SIMRS, staf
SIMRS, dan operator SIMRS) bahwa adanya petugas yang melalaikan
106
tanggungjawabnya, hal ini yang menyebabkan menumpuknya kerjaan di akhir
bulan, sehingga mereka tidak dapat menyelesaikan kerjaan tepat waktu, hal ini
sering terjadi pada operator rawat inap. Perlunya ketegasan dari pihak atasan
ataupun manajemen untuk memberikan punishment, sehingga petugas lebih
disiplin dan memberikan reward kepada petugas yang mampu menjalankan
tanggungjawabnya dengan maksimal. Pada informan triagulasi (penerima
pekayanan kesehatan) menyatakan kurangnya kedisplinan SDM karena kurangnya
pelayanan dari SDM karena tidak melayani tepat waktu, khususnya pada siang
hari. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan kinerja tersebut, direktur melakukan
penrekrutan tenaga programmer untuk memaksimalkan SIMRS pada rumah sakit
sedangkan untuk tingkat kedisiplinan SDM, direktur akan mencanangkan
kebijakan agar kedisiplinan dapat dipertegaskan, dengan punishment jika SDM
tidak
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam suatu perusahaan ataupun instansi pemerintahan. Oleh karena itu,
SDM harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
kinerja. Oleh karena itu, di rumah sakit memerlukan SDM pelayanan informasi
dari pengumpulan dan pengolahan data. Rekam medis merupakan bagian penting
dari sistem pengelolaan rumah sakit dengan kinerjanya dilakukan khusus oleh staf
SIMRS.
Penelitian ini sejalan dengan temuan Suyanto dkk (2017), yang
menyatakan bahwa SDM sebagai pengguna SIMRS merupakan faktor utama
dalam penerimaan sebuah teknologi baru. Proses adopsi dalam penerapan SIMRS
merupakan bagian perilaku manusia dan menentukan kelancaran penerapan
107
SIMRS. Oleh karena itu perlunya kedisiplinan dan kompetensi SDM yang sesuai
(55).
Astianurdin (2017) menemukan hal yang sama bahwa kualitas sistem
informasi manajemen dapat ditingkatkan dengan efektifitas kerja petugas dan
operator SIMRS. Jika sistem informasi manajemen baik maka akan meningkatkan
efektifitas kerja pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa, jika infrastruktur memadai
dan mudah diakses maka meningkatkan kualitas kinerja petugas, seperti tidak
macetnya server sehingga petugas bisa menyelesaikan tugas dengan tepat waktu.
Menurut asumsi peneliti, kurangnya SDM pada rumah sakit dapat di rekrut
sesuai dengan kebutuhan, hal ini berkaitan dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia nomor 56 tahun 2014 tentang klasifikasi dan perizinan rumah
sakit, pada pasal 23 disebutkan bahwa jumlah dan kualifikasi tenaga kesehatan
lain dan tenaga nonkesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf d dan
huruf e disesuaikan dengan kebutuhan pelayanan Rumah Sakit (56).
. Oleh karena itu, jumlah kebutuhan tenaga dan kualifikasi pendidikan
pada SIMRS bisa disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.
Selain itu, ketidakdisiplinan petugas bukan hanya penyebab dari individu,
melainkan dari infrastruktur rumah sakit, seperti yang telah dijelaskan pada
penelitian sebelumnya, jika infrastrukturnya tidak baik (khususnya server) maka
mengakibatnya lamanya operator mengentri data sehingga operator jenuh dan
tidak menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh karena itu, perlu peningkatan
kualitas server.
Terkait ketidakhadiran petugas tanpa pemberitahuan kepada atasan dan
kurang kedisipilinan jam kerja, maka perlunya penegakan kedisiplinan yang ketat
108
terhadap petugas / operator SIMRS agar dapat bekerja dengan maksimal. Untuk
mendukung hal ini, perlu pemberian reward bagi yang mampu meningkatkan
kualitas kerja dan tanggungjawab, begitu pula sebaliknya, perlu adanya
punishment bagi yang tidak disiplin/ melalaikan tugasnya. Dengan adanya reward
dan punismenr maka petugas akan lebih maksimal dalam menjalankan
tanggungjawabnya. Selain itu, untuk menunjang kualitas/kompetensi petugas,
pihak rumah sakit juga perlu melakukan pelatihan rutin atau mengwajibkan bagi
yang mengikuti pelatiha di luar rumah sakit, maka dia berhak melakukan
sosialisasi kepada SDM lain.
4.3.3. Prosedur
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan informan kunci dan
triagulasi menunjukkan bahwa adanya SPO yang digunakan sebagai pedoman
kerja dan tupoksi pekerjaan yang sesuai dengan uraian tugas. Dalam menjalankan
tugas SIMRS terdapat beberapa bagian, seperti staf instalasi SIMRS yang
bertugas memantau kinerja operator dan evaluasi setiap kerjaan operator ruangan,
programmer SIMRS yang membuat program dan menanggapi kendala pada
jaringan SIMRS, operator SIMRS. Berdasarkan telaah dokumen, observasi,
wawancara mendalam mendapatkan informasi yang sama, bahwa informan kunci
dan informan triagulasi mengetahui adanya SPO sebagai pedoman kerja dan
topuksi pekerjaan sesuai dengan uraian tugas.
Hasil penelitian ini menggambarkan mayoritas informan mengetahui
tentang adanya SPO dalam menjalankan SIMRS yang berguna sebagai suatu
pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan berdasarkan
indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural serta dokumen tersebut
109
berkaitan dengan prosedur dilakukan secara kronologis untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan yang bertujuan untuk memperoleh hasil kerja yang paling efektif.
informan mengetahui tentang adanya tupoksi kerja petugas yang merupakan
sasaran utama atau pekerjaan yang dibebankan kepada setiap staf untuk mencapai
hasil kerja yang maksimal.
Berdasarkan telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam di
dapatkan bahwa adanya SPO dan tupoksi pekerjan . Hal ini dibuktikan dengan
adanya penyampaian informasi dari informan kunci (kepala instalasi SIMRS, staf
SIMRS dan operator SIMRS) bahwa SPO yang digunakan sebagai pedoman kerja
dan tupoksi pekerjaan yang sesuai dengan uraian tugas. Dalam menjalankan tugas
SIMRS terdapat beberapa bagian, seperti staf instalasi SIMRS yang bertugas
memantau kinerja operator dan evaluasi setiap kerjaan operator ruangan,
programmer SIMRS yang membuat program dan menanggapi kendala pada
jaringan SIMRS, operator SIMRS yang terdiri dari loket pendaftaran, penunjang
medis dan rawat inap, akan tetapi ada beberapa ruang pula yang tidak ada
operatornya, karena penyediaan komputernya belum merata seperti fisiotrapi dan
poli.
Sistem informasi manajemen merupakan prosedur pemprosesan data
berdasarkan teknologi informasi yang di intergrasikan dengan prosedur manual
dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan
efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen, sehingga
dalam tahapannya akan membuat beberapa SOP baru guna menunjang kelancaran
penerapan sistem yang tertata dengan rapi dan baik.
110
Penelitian ini sejalan dengan temuan Tri Muryanti (2018), yang
menunjukkan bahwa adanya SPO untuk kegiatan rutin SIMRS seperti
pengendalian, pengawasan SIMRS sehingga pemeliharaan asset rumah sakit serta
kebutuhan sumber daya yang menjalankan sistem harus selalu di pantau dan
selalu ada perawatan berskala demi menjaga keakuratan sistem tersebut (58).
Selain itu, penelitian ini sejalan juga dengan temuan Suyanto (2017) yang
menyatakan bahwa dalam menjalankan SIMRS perlunya SPO, supaya setiap
kinerja dapat terkendali dengan baik, sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan
tertentu bagi sesama pekerja, dan supervisor, untuk menghindari kegagalan atau
kesalahan (dengan demikian menghindari dan mengurangi konflik), keraguan,
duplikasi serta pemborosan dalam proses pelaksanaan kegiatan, parameter untuk
menilai mutu pelayanan, dmenjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara
efisien dan efektif, menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas yang terkait dan sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai
pelaksanaan proses kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan mal praktek dan
kesalahan administratif lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan
petugas.
Menurut asumsi peneliti, dengan adanya SOP ini terdapat kegiatan proses
pengolahan SIMRS sesuai dengan target kinerja performa dan pembuatan SOP
mampu melengkapi dan mengembangkan SIMRS sesuai tujuan sehingga SIMRS
dapat digunakan sepenuhnya. Untuk dapat mempercepat pelayanan dapat
terkoneksi maka dibutuhkan kebutuhan teknologi yang lengkap seperti wifi dan
jaringan. Untuk kinerja dapat diharapkan dilakukannya pembagian tanggung
jawab khusus untuk pengolahan SIMRS yang sesuai dengan kemampuan dalam
111
mengelolah komputerisasi dan diharapkan terdapat SPO yang menyatakan bahwa
kinerja harus memperhatikan kondisi SIMRS sehingga dalam kegiatan proses
tersebut berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Sehingga dapat mengetahui
sejauh mana proses yang telah diimplementasikan menggunakan proses yang
telah ditetapkan dan mampu mencapai hasil yang diinginkan dari proses tersebut.
SPO SIMRS memuat peraturan yang telah ditetapkan dari pemerintah
sehingga pihak rumah sakit dapat menjalankan standar yang telah ditetapkan dari
pemerintah dan memberikan wewenang bagi yang bertugas untuk bertanggung
jawab dalam SIMRS dan memenuhi sumber informasi dalam pemenuhan
peraturan eksternal dengan cara peduli dan selalu melakukan komunikasi kepada
pihak yang menyangkut tentang peraturan eksternal sehingga RSUD dr.Fauziah
Bireuen dapat memahami, melaksanakan dan memenuhi peraturan yang dibuat
oleh pemerintah dengan baik. Untuk dapat menjalankan proses sesuai persyaratan
eksternal sehingga dapat naik kelevel berikutnya dengan dapat mengetahui sejauh
mana proses yang telah diimplementasikan menggunakan proses yang telah
ditetapkan sehingga mampu mencapai hasil yang diinginkan dari proses itu.
4.3.4. Implikasi Penelitian
Implikasi dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Implikasi terhadap direktur
Hasil penelitian ini berimplikasi untuk memberi informasi kepada
direktur untuk lebih mengoptimalkan alokasi anggaran pada RBA untuk
pengadaan infrastruktur dan mengeluarkan suatu kebijakan agar petugas dalam
pelaksanaan SIMRS sebagaiman standar rumah sakit hendaknya diteruskan dan
dievaluasi untuk diperbaiki sehingga terdapat pengendalian kualitas pelayanan
112
2. Implikasi terhadap kepala instalasi SIMRS
Hasil penelitian ini berimplikasi untuk memberi informasi kepada kepala
instalasi SIMRS untuk lebih memberikan masukan dan saran terhadap
berjalannya aplikasi SIMRS yang baru.
3. Implikasi terhadap Staf SIMRS
Hasil penelitian ini berimplikasi untuk memberi informasi kepada staf
SIMRS agar SIMRS yang sedang dibuat sebagaimana standar ketentuan rumah
sakit tipe B sehingga pengendalian kualitas pelayanan. Rumah Sakit perlu
memberikan informasi yang seluas-luasnya sehingga koordinasi penanganan
pasien berjalan dengan lancar.
4. Implikasi terhadap operator SIMRS
Hasil penelitian ini berimplikasi untuk memberi informasi kepada
operator SIMRS agar mereka lebih disiplin dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
5. Implikasi terhadap penerima pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini berimplikasi untuk memberi informasi kepada
penerima pelayanan kesehatan bahwa SIMRS terus meningkatkan kualitas
untuk mendapatkan hasil pelayanan yang maksimal
4.3.4. Keterbatasan Penelitian
1. Sulitnya peneliti berkomunikasi dengan informan, karena padatnya waktu
jam dinas sehingga peneliti harus membuat janji dengan informan.
2. Kepadatan waktu informan menyebabkan informan terburu-terburu dalam
memberikan informasi
113
3. Sulitnya peneliti berkomunikasi dengan informan, karena banyaknya petugas
kesehatan ataupun petugas kesehatan lainnya sehingga suasana menjadi tidak
kondusif.
4. Kurangnya partispasi informan, sehingga peneliti harus lebih melakukan
pendekatan untuk dapat menggali jawaban yang diharapkan.
\
114
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisis Kualitas Sistem Informasi
Manajemen Rumah Sakit di RSUD dr. Fauziah Bireuen, maka dapat diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kualitas SIMRS ditinjau dari infrastruktur didapatkan bahwa informan
mengatakan bahwa tidak merata persediaan komputer, kabel konektor, sarana
dan prasarana lainnya disetiap ruangan, adanya permasalahan pada server,
kurangnya anggaran, ketidaksesuaian aplikasi, akan tetapi ada kerjasama
rumah sakit dengan PT.Telkom dalam pengadaan wifi. Hal ini dikarenakan
kurangnya kepedulian dari pihak manajemen. Seharusnya pihak terkait lebih
meningkatkan kepedulian terhadap SIMRS, jika anggaran RSUD dr.Fauziah
Bireuen menjadi kendala atau desifit, maka pihak manajemen harus lebih
kritis dalam menginspirasikan kepada pejabat daerah tentang pentingnya
SIMRS terhadap pelayanan rumah sakit, dengan tujuan mereka memberi
bantuan berupa alokasi dana APBD untuk melengkapi segala kebutuhan
infrastruktur SIMRS pada rumah sakit.
2. Kualitas SIMRS ditinjau dari SDM didapatkan bahwa informan mengatakan
bahwa jumlah SDM memadai kecuali programmer, tidak ada pengadaan
pelatihan rutin untuk meningkatkan kompetensi SDM, ketidakdisiplinan
petugas , tidak adanya reward dan punisment. Seharusnya pihak terkait lebih
meningkatkan kepedulian terhadap SDM SIMRS. Jika SDM SIMRS
115
khususnya programmer kurang, maka rumah sakit bisa melakukan
pengrekrutan sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi pendidikan.
3. Kualitas SIMRS ditinjau dari prosedur didapatkan bahwa informan
mengatakan adanya SOP dalam menjalankan tugas dan adanya tupoksi pekerjaan
sesuai dengan uraian tugas masing-masing SDM
5.2. Saran
1. Direktur
Perlu muafakat direktur dan manajemen lainnya untuk mengalokasikan dana
khusus pada RBA untuk menyediakan segala kekurangan infrastruktur seperti
komputer, kabel konektor, saran dan prasarana lainya. Meningkat kerjasama
rumah sakit, tidak hanya dengan PT.Telkom, tapi dengan perusahaan lainnya
dalam bidang aplikasi dan programmer sehingga ada kolaborasi sistem
ataupun pengetahuan sehingga rumah sakit dengan menyeluruh bisa
menerapkan SIMRS tanpa menggunakan HIMS.
2. Kepala instalasi SIMRS
Perlu ketegasan kepada stafnya agar senantiasa menerapkan kedisiplinan dan
selalu berkomunikasi dengan manajemen agar SIMRS tidak terkendala dan
terkoordinasi dengan baik
3. Operator dan staf SIMRS
Diharapkan kepada Operator dan staf SIMRS agar terus menggunakan SPO
sebagai dokumen yang berkaitan dengan prosedur yang dilakukan secara
kronologis untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang bertujuan untuk
memperoleh hasil kerja yang paling efektif.
116
DAFTAR PUSTAKA 1. Simrs S, Diy DI, Farmako J, Utara S, Fax T. Penggunaan Sistem Informasi
Manajemen Rumah. 2013;2–4. 2. Informasi S, Informasi DANK. No Title. :11–21. 3. Hakam F, Nugroho E, Meliala A. ISSNPrint : 2085-1588 ISSNOnline : 2355-
4614 4. No Title. 2009;1–228. 5. Pascasarjana F, Pasundan U, Suherti H, Dewi R. Analisis pengaruh sistem
informasi manajemen terhadap efektivitas kerja pegawai pada bidang sumber daya kesehatan dinas kesehatan provinsi jawa barat. 2013;
6. Wicaksono HN, Utami S, Witcahyo E. Analisis Kesuksesan Sistem Informasi Manajemen Menggunakan Pendekatan Updated D & M Is Success Model Di Rumah Sakit Umum Kaliwates Jember ( The Successed Analysis of Management Information System by Updated D & M IS Success Model Approached at The Kaliwates Jember Hospital ).
7. Kisdianata W, Pribadi F. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Dalam Mendukung Proses Manajemen di Rumah Sakit Gigi dan Mulut UMY. 2016;2(2).
8. Setyawan D. Analisis Implementasi Pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (Simrs) Pada RSUD Kardinah Tegal. IJCIT (Indonesian J Comput Inf Technol. 2016;1(2).
9. Gunawan I. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit ( SIMRS ) RSUD Brebes Dalam Kesiapan Penerapan Sistem Informasi Rumah Sakit ( Sirs ) Online Kemenkes Ri Tahun 2013. 2013;
10. Sari CK. Surya Medika Analisis Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Di Rumah Sakit Amal Sehat Wonogiri 2012. 2013;9(2).
11. Akbar MK. Sistem Informasi Manajemen Pada Rumah Sakit Khusus Paru-Paru Palembang. :1–8.
12. Wahyuni V, Maita I. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) Menggunakan Metode Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT). J Ilm Rekayasa dan Manaj Sist Inf. 2015;1(1):55–61.
13. Indonesia MK. Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Farmasi Di Rs Roemani Muhammadiyah Dengan Metode Hot Fit Model Evaluation of the Performance of Pharmacy Management Information System. 2016;4(1).
14. Yulianti E, Sudana AAKO, Mandenni NMIM. Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Modul Farmasi. Lontar Komput J Ilm Teknol Inf. :96–107.
15. Harsono A. Sakit Umum Daerah ( SIM-RSUD ) Terintegrasi Di Provinsi. :11–22.
16. Haryati T, Sugiarsi S, Suswardany DL, Gordon B. Sakit terhadap kinerja manajerial di rumah sakit ortopedi prof . Dr . R . Soeharso surakarta effect of characteristics information managemen hospitals on perfomance managerial in ortopedic hospital prof . DR . R . management information system , and Pendahuluan. 2010;97–113.
17. Sakit R, Pertumbuhan K. Pengembangan Model Sistem Informasi Penilaian
117
Kinerja. 2002; 18. Rahayu FS. Analisa Implementasi Sistem Informasi dan Perencanaan
Strategis E-Business di RS. X. 19. Tangerang DI, Susano A. Pengembangan Sistem Informasi Rekam Medis
Dengan Menggunakan Pendekatan Fast ( Framework For The Application Of System Techniques ) Untuk Mendukung Evaluasi Pelayanan Rumah Sakit Umum. 2013;6(4):320–32.
20. Wijaya SS, Lawunugraha LS, Iswanto IA. Pada Klinik Skala Kecil ( Studi Kasus : Klinik Dr . Jonni ). :1059–72.
21. Rustamaji HC, Yulianti F. Sistem Informasi Rumah Sakit Berbasis Web. 2010;6(2):11–20.
22. Topan M, Wowor HF, Najoan XBN, Studi P, Informatika T, Teknik F, et al. Perancangan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Berbasis Web Studi Kasus : Rumah Sakit TNI AU Lanud Sam Ratulangi. 2015;6(1):1–6.
23. Prasarana SDAN, Gambar D. Rumah Sakit Kelas C. 2007; 24. Ii BAB, Umum T, Sakit R. promotif , preventif , kuratif ,. 2009;(44). 25. Bab I, II BAB, III BAB, IV BAB, Bab V, VI BAB. Pedoman teknis bangunan
rumah sakit kelas b. 2012; 26. Rahman W, Alfaizi F. Mengenal Berbagai Macam Software. Surya Univ
Tangerang. 2014; 27. Meirianti W, Palu B, Urip J, Km S, Ii K. Kualitas Informasi pada Sistem
Informasi Manajemen dalam Pelayanan Jaminan Kesehatan Public Health Faculty Universitas Muslim Indonesia Address : Email : Phone : Article history : Received 31 May 2018 Accepted 24 July 2018
28. Potters G, Pasternak TP, Guisez Y, Palme KJ, Jansen MAK. Stress-induced morphogenic responses: growing out of trouble? Trends Plant Sci. 2007;12(3):98–105.
29. Khafidhoh MS, Setyo N, Hikmah F. Penilaian Teknologi pada Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Rawat Inap dengan Metode Teknometrik dan Smart di Rumah Sakit Paru Jember. J Manaj Inf Kesehat Indones. 2014;2(1).
30. Hariana E, Sanjaya GY, Rahmanti AR, Murtiningsih B, Nugroho E. Penggunaan sistem Informasi manajemen rumah sakit (SIMRS) di DIY. SESINDO 2013. 2013;2013.
31. Mukhtar M. Penggunaan Aktual Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) Di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh. Universitas Gadjah Mada; 2007.
32. Hennings A, Semouchkina E, Semouchkin G, Lanagan M. Novel compact band-pass filters with horse-shoe microstrip resonators. In: 34th European Microwave Conference, 2004. IEEE; 2004. p. 637–40.
33. Sudaryanto S, Budiman F. Model Driven Architecture (MDA) Untuk Customization dan Integrasi Layanan Fungsionalitas SIMRS. Semantik. 2013;3(1).
34. Putra rhb. Kajian kelengkapan da ta external causes pada simrs gawat darurat pasien kasus kecelakaan lalu lintas untuk pembuatan laporan rl 4b (penyebab cedera) di rsup dr. Sardjito yogyakarta. Universitas Gadjah Mada; 2014.
35. Palupi R. Hubungan Persepsi Manfaat, Persepsi Kemudahan Pengggunaan dan
118
Sikap Pengguna dengan Penggunaan Aktual Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). UNS (Sebelas Maret University); 2015.
36. Suci RY. Hubungan Human, Organization Dan Technology Dengan User Satisfaction Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Islam Siti Rahmah Padang Tahun 2015. Universitas Andalas; 2015.
37. Ambawani S. Grammatical Errors On Indonesian–English Translation By Google Translate. In Yogyakarta: Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi; 2014.
38. Budi Permana, S.Kom. Perangkat Keras Komputer. Komunitas eLearning IlmuKomputer.Com Copyright © 2017 IlmuKomputer.Com
39. Yang QX, Yuan SS, Zhao L, Chun L, Peng S. Faster algorithm of string comparison. Pattern Anal Appl. 2003;6(2):122–33.
40. Wijaya A. Faktor Penghambat Penerapan SIMRS Di Rumah Sakit. Median blogspot com(9 April 2015). 2010;
41. GUNAWAN I. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) RSUD Brebes Dalam Kesiapan Penerapan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) Online Kemenkes RI Tahun 2013. J Rekam Medis. 2013;83(6).
42. Priyono. 2010. Manajemen sumber daya manusia. Jakarta: zifatama Publisher 43. H EFIKAL DS. Peran SIMRS Dalam Peningkatan Pelayanan Di RS 44. Wahyuni V, Maita I. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) Menggunakan Metode Unified Theory Of Acceptance And Use Of Technology (UTAUT). J Ilm Rekayasa dan Manaj Sist Inf. 2015;1(1):55–61.
45. Afra IL. Evaluasi penerapan sistem komputerisasi registrasi dan rawat jalan di RSU Mayjen HA Thalib Kabupaten Kerinci. Universitas Gadjah Mada; 2008.
46. Kristianto E, Susanto A. Evaluasi Penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Dengan Menggunakan HOT-Fit. Universitas Gadjah Mada; 2007.
47. Abda’u PD, Winarno WW, Henderi H. Evaluasi Penerapan SIMRS Menggunakan Metode HOT-Fit di RSUD dr. Soedirman Kebumen. INTENSIF J Ilm Penelit dan Penerapan Teknol Sist Inf. 2018;2(1):46–56.
48. Zhao L, Yuan SS, Yang QX, Peng S. Dynamic similarity for fields with null values. In: International Conference on Data Warehousing and Knowledge Discovery. Springer; 2002. p. 161–9.
49. SPO. SIMRS (Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit) 50. Rahman. Mengenal Berbagai Macam Software. Serpong: Surya University.
2014. 51. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Renika
Cipta 52. Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. 2010 53. Sugiono, Metode penelitian pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan RND.
Bandung : Alfa Beta. 2017 54. Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung : Alfa Beta, 2010 55. Suyanto. Faktor Penghambat Implementasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit di RSUD Blambangan Banyuwangi
119
56. Dewi Satria Larinse. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) Menggunakan Metode HOT-Fit Pada Pengguna Akhir SIMRS di RSUD-Talaud. tahun 2015;
57. Astianurdin. Pengaruh Sistem Informasi Manajemen Terhadap Efektifitas Kerja Pegawai Rekam Medik. Kajian Pada Rumah Sakit Umum Daerah Lasinrang Kabupaten Pinrang Tahun 2017
58. Tri muryanti. Evaluasi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) Pada RSIA Bunda Arif Purwokerto Menggunakan Framework Cobit 5. Jurnal Pro Bisnis Vol. 11 No. 2 Februari 2018; 59. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 24 Tahun 2016 60. Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 56 tahun 2014
120
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2018
Draf wawancara informan
Nama :
Umur :
Jabatan : Kepala instalasi SIMRS
I. Infrastruktur
1. Bagaimana kelengkapan perangkat komputer di setiap ruangan?
2. Bagaimana kelengkapan sarana prasarana lainya di setiap ruangan ?
3. Apa saja masalah pada server ?
4. Bagaimana ketersedian kabel-kabel konektor antar ruangan?
5. Apakah ada kesesuaian aplikasi yang tersedia ? jika tidak, kenapa ?
6. Menurut anda, apakah SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen sudah berfungsi
maksimal ? jika belum, berikan saran anda!
7. Menurut anda, apa yang menjadi permasalahan / kendala dalam menjalankan
sehingga SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen belum berjalan maksimal ?
8. Apakah RSUD dr.Fauziah Bireuen mempunyai kerja sama dengan pihak lain
dalam menjalankan SIMRSnya ?
9. Bagaimana standarisasi rumah sakit yang baik dalam menjalankan SIMRS ?
berikan contohnya
121
II. SDM
1. Apakah jumlah staf pada SIMRS telah mencukupi ? jika tidak, apa
alasannya?
2. Pelatihan apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi SDM ?
3. Bagaimana kepedulian SDM terhadap tanggungjawabnya ?
4. Bagaimana kedisiplinan SDM dalam menjalankan tanggungjawabnya?
5. Apa saja reward dan punishment SDM dalam menjalankan SIMRS ?
III. Prosedur
1. Bagaimana SPO dalam menjalankan SIMRS ?
2. Bagaimana tupoksi petugas SIMRS dalam menjalankan tugas?
122
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2018
Draf wawancara informan
Nama :
Umur :
Jabatan : Direktur
I. Infrastruktur
1. Bagaimana proses perencanaan bapak kedepan dalam memaksimalkan
SIMRS di rumah sakit ini ?
2. Bagaimana dengan anggaran yang dibutuhkan dalam memaksimalkan SIMRS
di rumah sakit ini?
3. Bagaimana kebijakan bapak dalam memaksimalkan kinerja SIMRS?
4. Bagaimana kesepakatan kerja sama SIMRS dengan pihak lain?
5. Bagaimana standar kebutuhan tenaga yang pada SIMRS pada rumah sakit
ini?
II. SDM
1. Apakah jumlah staf pada SIMRS telah mencukupi ? jika tidak, apa
alasannya?
2. Bagaimana tindakan direktur terhadap kurangnya tenaga programmer ?
3. Bagaimana cara pihak manajemen Rumah sakit melakukan rekrutmet
terhadap tenaga programer ?
123
4. Apakah pada anggaran RBA di bebankan untuk membayar honorarium
tenaga khusus ?
5. Bagaimana kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan pada SIMRS
6. Bagaimana kebijakan bapak supaya meningkatkan kedisiplinan petugas
III. Prosedur
1. Selain dari SOP yang sudah dijalankan oleh pihak rumah sakit, apakah ada
kebijakan lain dari bapak untuk meningkatkan kinerja staf dalam
memaksimalkan SIMRS
124
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2018
Draf wawancara informan
Nama :
Umur :
Jabatan :Staf SIMRS
I. Infrastruktur
1. Apakah persediaan komputer lengkap di setiap ruangan?
2. Apakah persediaan kelengkapan sarana prasarana lainya lengkap di setiap
ruangan ?
3. Menurt anda, apa yang menjadi masalah pada server ?
4. Bagaimana ketersedian kabel-kabel konektor pada antar ruangan?
5. Apakah aplikasi yang tersedia sesuai dengan tuntutan SIMRS terbaru?
6. Menurut anda, apakah SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen sudah berfungsi
maksimal ? jika belum, berikan saran anda!
7. Menurut anda, apa yang menjadi permasalahan / kendala dalam menjalankan
sehingga SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen belum berjalan maksimal ?
8. Apakah RSUD dr.Fauziah Bireuen mempunyai kerja sama dengan pihak lain
dalam menjalankan SIMRSnya ?
9. Menurut anda, bagaimana standarisasi rumah sakit yang baik dalam
menjalankan SIMRS ? berikan contohnya
125
10. Menurut pendapat anda, bagaimana pihak manajemen menanggapi masalah
SIMRS pada rumah sakit ini ?
11. Adakah kebijakan dari manajemen untuk memperbaiki SIMRS ini ?
II. SDM
1. Apakah jumlah staf pada SIMRS telah mencukupi ? jika tidak, apa
alasannya?
2. Apakah RSUD dr.Fauziah Bireuen mengadakan pelatihan rutin untuk
meningkatkan kompetensi SDM ?
3. Apakah SDM mendapatkan reward ataupun punishment dalam menjalankan
SIMRS ?
III. Prosedur
1. Menurut pengamatan anda, apakah SIMRS berjalan sesuai dengan SPO?
126
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2018
Draf wawancara informan
Nama :
Umur :
Jabatan : Operator SIMRS
I. Infrastruktur
1. Apakah persediaan komputer lengkap di setiap ruangan?
2. Apakah persediaan kelengkapan sarana prasarana lainya lengkap di setiap
ruangan ?
3. Menurut anda, apa yang menjadi masalah pada server ?
4. Bagaimana ketersedian kabel-kabel konektor pada antar ruangan?
5. Apakah aplikasi yang tersedia sesuai dengan tuntutan SIMRS terbaru?
6. Menurut anda, apakah SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen sudah berfungsi
maksimal ? jika belum, berikan saran anda!
7. Menurut anda, apa yang menjadi permasalahan / kendala dalam menjalankan
sehingga SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen belum berjalan maksimal ?
8. Apakah RSUD dr.Fauziah Bireuen mempunyai kerja sama dengan pihak lain
dalam menjalankan SIMRSnya ?
9. Menurut anda, bagaimana standarisasi rumah sakit yang baik dalam
menjalankan SIMRS ? berikan contohnya
127
10. Menurut pendapat anda, bagaimana pihak manajemen menanggapi masalah
SIMRS pada rumah sakit ini ?
11. Adakah kebijakan dari manajemen untuk memperbaiki SIMRS ini ?
II. SDM
1. Apakah RSUD dr.Fauziah Bireuen mengadakan pelatihan rutin untuk
meningkatkan kompetensi SDM ?
2. Apakah SDM mendapatkan reward ataupun punishment dalam menjalankan
SIMRS ?
III. Prosedur
1. Menurut pengamatan anda, apakah SIMRS berjalan sesuai dengan SPO?
128
PEDOMAN WAWANCARA
ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2018
Draf wawancara informan
Nama :
Umur :
Jabatan : Penerima pelayanan kesehatan
I. Infrastruktur
1. Apakah anda merasa lama menunggu ketika data anda sedang di entri oleh
petugas ?
2. Pernahkah petugas menjelaskan ke pada anda bahwa ada kendala pada saat
pengentrian data ?
II. SDM
1. Apakah petugas melakukan pelayanan dengan baik ?
2. Apakah petugas melayani anda tepat pada jam kerja ?
129
HASIL WAWANCARA INFORMAN
ANALISIS KUALITAS SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT DI RSUD dr. FAUZIAH BIREUEN
TAHUN 2018
Nama : M U
Umur : 52 tahun
Jabatan : Direktur RSUD dr.Fauziah Bireuen
P Assalamu'alaikum Wr,Wb
I Walaikum salam Wr, Wb
P
Perkenalkan pak, saya Darmawanti, saya mahasiswa S2 yang sedang
melakukan penelitian di rumah sakti ini, judul penelitian saya analisis
kualitas sistem informasi manajemen rumah sakit di RSUD dr. Fauziah
Bireuen. Oleh karena itu, saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
I Iya buk, silahkan..apa yang ingin ibu tanyakan.
Infrastruktur
P : Bagaimana proses perencanaan bapak kedepan dalam memaksimalkan
SIMRS di rumah sakit ini ?
I : Proses perencanaan saya kedepan dengan menambah alokasi dana untuk
pengadaan perangkat dan kapasitas lainnya serta menambah jumlah
tenaga kerja ataupun staf sesuai dengan angka kebutuhan kerja, intinya
itu, saya penuhi semua kekurangan yang selama ini menjadi kendala
besar, dengan hal ini saya yakin SIMRS dapat berjalan dengan
maksimal.
130
P Berapa jumlah anggaran yang akan bapak alokasikan untuk SIMRS
tersebut ?
I Saya targetkan sekitar Rp 100.000.000, karena alokasi dana pada tahun
ini hanya Rp 40.000.000 dan tidak cukup untuk menjalankan SIMRS,
masih banyak sekali yang harus ditambah untuk kelancaran tersebut,
seperti insfrastuktur dan honorarium tenaga programmer, maka oleh
karena itu, pada tahun 2020 nanti akan saya tambah Rp 60.000.000,-
lagi.
P Jadi, kapan kira-kira hal ini bapak wacanakan dalam forum rapat
manajemen ?
I Saya perkirakan rapat pada bulan oktober nanti, sekalian penyusunan
RBA untuk tahun 2020.
P : Bagaimana dengan anggaran yang dibutuhkan dalam memaksimalkan
SIMRS di rumah sakit ini?
I : Terkait masalah anggaran, walaupun adanya penambahan anggaran
untuk tahun depan, akan tetapi tetap kita sesuaikan dengan incomenya
juga, jika income nya besar, ya tentunya alokasi dana dalam sesuatu
kegiatan juga besar, hanyanya untuk sekarang rumah sakit sedang
dalam defisit anggaran, sehingga banyak hal yang terkendala, tetapi
saya masih berharap semoga anggaran untuk SIMRS ini tetap
terprioritaskan.
p Apa penyebab rumah sakit mengalami defisit anggaran pak ?
i Hal ini disebabkan karena adanya perubahan peraturan dari pemerintah
131
yang menyebabkan kurangnya kunjungan pasien pada rumah sakit,
dengan demikian dana BPJS berkurang sehingga berdampak pada
kurangnya income rumah sakit.
P : Bagaimana standar kebutuhan tenaga yang pada SIMRS di rumah sakit
ini?
I : Untuk standar tenaga, kita akan sesuaikan dengan jumlah permintaan
tenaga pada bagian masing-masing,
P : Bagaimana kebijakan bapak dalam memaksimalkan kinerja SIMRS?
I : Menerapkan regulasi ataupun SOP dan sesuai dengan penyelenggaraan
SIMRS dalam bentuk Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
SDM
P : Apakah jumlah staf pada SIMRS telah mencukupi ? jika tidak, apa
alasannya?
I : Jumlah SDMnya sudah mencukupi, hanya saja, programmernya yang
masih kurang, di rumah sakit ini hanya ada 1 orang, dan kami butuh 1
orang programer lagi supaya mempercepat penyelesaian SIMRS di
seluruh bagian rumah sakit ini
P : Bagaimana tindakan bapak terhadap kurangnya tenaga programmer ?
I : Melakukan rekrutmen ketenagaan dengan kualifikasi pendidikan yang di
butuhkan, jika calon yang di terima adalah non PNS, maka calon
tersebut akan di kontrak khusus dengan honorarium dibebankan pada
anggaran RBA dan jika calon adalah PNS, maka akan di berikan
tunjangan khusus, karena yang bisa menjadi programmer ini sangat
132
langka tenaganya buk.
P : Bagaimana cara bapak menyikapi tentang kurangnya tenaga programmer
pada SIMRS rumah sakit ini ?
I : Terkait hal tersebut pihak rumah sakit akan mengadakan rekrutmen
dengan criteria dan kualifikasi pendidikan yang sesuai serta mahir di
bidangnya.
P : Kapan kira-kira rekrutmen ini akan dilakukan ?
I : Rekrutmen akan dilakukan bulan depan, berbarengan dengan
rekrutemen tenaga laiun yang dibutukan
P : Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk rekrutmen tersebut ?
I : Kami tidak memberikan batas waktu tertentu, hanya saja , jika adanya
pelamar, kami langsung proses
P : Bagaimana cara pihak manajemen Rumah sakit melakukan rekrutmet
terhadap tenaga programmer ?
I : Cara penrekrutannya yaitu Identifikasi Kebutuhan Akan Suatu Posisi,
merencanakan Perekrutan untuk Posisi yang Diinginkan,
mengpublikasikan Lowongan, meninjau lamaran yang masuk.,
wawancara Kandidat Berkualitas, memeriksa Referensi dan Latar
Belakang, pilih Orang yang Paling Berkualitas, membuat Penawaran
dan memberikan Informasi Kepada Kandidat yang Belum Berhasil.
P : Bagaimana kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan pada SIMRS
I : Yang pastinya dia menguasai komputer, bisa menjalankan beberapa
aplikasi yang berkaiatan dengan SIMRS dan mengerti tentang
133
pemograman, standar pendidikan yang kami butuhkan D3 ataupun S1
komputer.
P : Apakah pada anggaran RBA dibebankan untuk membayar honorarium
tenaga khusus ?
I : Ya, tentu saja, seperti yang saya jelaskan tadi, anggarannya di bebankan
pada RBA dan kami kalkulasikan pembayaran honorarium selama
setahun, dengan honorarium yang kami bayarkan sesuai dengan UMR
P Maaf pak, Bisa bapak sebutkan berapa jumlah honorarium perbulan ?
I Ya,, honorariumnya Rp 1.500.000 perbulan dan belum jasa BPJSnya
P : Bagaimana kebijakan bapak supaya meningkatkan kedisiplinan petugas
Dengan membuat aturan sewajarnya, tegas namun tetap manusiawi.
Selama ini kita cenderung menilai bahwa kedisplinan dapat ditingkatkan
melalui pemberlakuan sejumlah aturan. Hal itu tidak salah. Peraturan
memang harus diciptakan, serta diberlakukan secara tegas dan
mengikat Namun, perlu digarisbawahi: tidak seharuyas memberlakukan
aturan secara ketat dan berlebihan hingga membuat staf merasa
terkekang, hanya saja, apabila di langgar maka adanya pemotong pada
jasa BPJS yang di terima. Hasil kedipsiplinan akan di evaluasi oleh
kepala unit.
P : Bagaimana bapak menyikapi terhadap staf yang melanggar kedisiplanan?
I Yang pertama dilakukan adalah terguran berupa surat panggilan, jika
yang bersangkutan masih melanggar, maka panggilan kedua pembinaan,
dan hal ini sering dilakukan pada sub bagian kepegawaian rumah sakit
134
untuk menertibkan kinerja para staf.
Prosedur
P : Selain dari SOP yang sudah dijalankan oleh pihak rumah sakit, apakah
ada kebijakan lain dari bapak untuk meningkatkan kinerja staf dalam
memaksimalkan SIMRS
I : Belum ada, sejauh ini masih menggunakan SPO karena merupakan
sistem yang disusun untuk memudahkan, merapihkan dan menertibkan
pekerjaan serta sudah sesuai dengan standar kinerja.
P : Per berapa bulan atau priode SPO itu di perbaharui ?
I : hal ini tidak dapat dipastikan perbulan atau gimana, karena untuk
pembaharuan pihak rumah sakit selalu mengikuti perkembangan
evidence base dan regulasi dari pemerintah juga.
P : Baiklah pak , terimakasi atas informasinya,
I : Iya buk, sama-sama
135
Nama : ZU
Umur : 42 tahun
Jabatan : Kepala Instalasi SIMRS
P : Assalamu'alaikum Wr,Wb
I : Walaikum salam Wr, Wb
P : Perkenalkan pak, saya Darmawanti, saya mahasiswa S2 yang sedang
melakukan penelitian di rumah sakti ini, judul penelitian saya analisis
kualitas sistem informasi manajemen rumah sakit di RSUD dr. Fauziah
Bireuen. Oleh karena itu, saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
I : Iya buk, silahkan..apa yang ingin ibu tanyakan.
Infrastruktur
P : Bagaimana kelengkapan perangkat komputer di setiap ruangan?
I : Sejauh ini, belum ada kelengkapan perangkat komputer di setiap
ruangan, di tambah lagi ada beberapa komputer yang rusak, dan masih
dalam proses perbaikan. Untuk proses perbaikan kadang berlangsung
lama, tergantung pada tingkat kerusakan pada perangkat komputer
tersebut.
P Apa penyebab hal itu bisa terjadi ?
I Karena kurangnya anggaran rumah sakit, jadi untuk pengadaan
komputer sangatlah terbatas
P : Bagaimana kelengkapan sarana prasarana lainya di setiap ruangan ?
I : Itupun belum lengkap, hanya ruangan-ruangan yang sangat penting saja
136
yang dilengkapi, seperti koneksi wifi. Hal ini dilihat juga sesuai dengan
kebutuhan dari pemakaian.
P : Apa saja masalah pada server ?
I : Masalah server selalu ada, yang sering terjadi, ya jaringannya lelet
kalau aksesnya lagi memadat, kadang juga jaringan koneksi wifinya
tidak bagus.
P : Sekita jam berapa server SIMRS sering memadat ?
I : Seringnya sekitar jam 8 pagi sampai jam 11, karena banyak pasien rawat
jalan untuk dientri data sehingga server memadat dan menjadi lelet.
P : Bagaimana ketersedian kabel-kabel konektor antar ruangan?
I : Persediaan kabel-kabel konektor antar ruangan belum tersediaan
lengkap, karena disesuaikan dengan persediaan komputer, kadang ada
pula komputer ada, tapi tabel konektornya belum ada, jadi masi ada
ketidaksesuaian dalam hal itu.
P : Apakah ada kesesuaian aplikasi yang tersedia ? jika tidak, kenapa ?
I : Tidak ada kesesuaian, karena seluruh bagian rumah sakit ini belum
menggunakan SIMRS. SIMRS hanya aktif pada bagian loket pendaftaran
dan laboratorium, sedangkan pada rawat inap dan bagian penunjang
medis, farmasi dan manajemen lainnya belum memakai SIMRS, masih
menggunakan aplikasi yaitu HMIS (health manajemen information
system) yang sebenarnya aplikasi masih berbasis sistem lama, sehingga
perlu di update aplikasinya setiap 4 bulan sekali. Akan tetapi untuk
tuntutan sekarang, kita semua harus menggunakan yang aplikasi SIMRS
137
yang berbasis web dan database, yang merupakan sebuah sistem
informasi yang terintegrasi untuk menangani keseluruhan proses
manajemen Rumah Sakit, mulai dari pelayanan diagnosa dan tindakan
untuk pasien, medical record, apotek, gudang farmasi, penagihan, proses
akuntansi sampai dengan pengendalian oleh manajemen. Oleh karena
itu, rumah sakit kita ini sedang dalam pemograman agar SIMRS tidak
hanya berjalan pada 2 bagian rumah sakit saja, akan tetapi secara
merata rumah sakit bisa menggunakan aplikasi SIMRS ini.
P : Menurut anda, apakah SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen sudah
berfungsi maksimal ? jika belum, berikan saran anda!
I : Belum, ya seperti yang telah saya sampaikan tadi. Bagaimana bisa
maksimal jika berlaku disemua bagian rumah sakit. Saran saya agar
semua tingkatan manajemen (Operasional, teknisi dan Strategis)
berkomitmen untuk bersama-sama mewujudkan SIMRS yang ideal yakni
sistem yang dapat meningkatkan kinerja rumah sakit dan pelayanan yang
cepat dan nyaman bagi customer, dan sesuai dengan Permenkes RI no
1171/ Menkes/ Per/ VI/ 2011 bahwa setiap rumah sakit wajib
melaksanakan Sistem Informasi Rumah Sakit yang bertujuan untuk
merumuskan kebijakan di bidang perumahsakitan.
P : Menurut anda, apa yang menjadi permasalahan/kendala dalam
menjalankan sehingga SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen belum
berjalan maksimal ?
I : Kendalanya anggaran sehingga terbatasnya penyediaan komputer dan
138
lainnya dan proses pemograman aplikasi SIMRS yang membutuhkan
waktu yang lama
P : Apakah RSUD dr.Fauziah Bireuen mempunyai kerja sama dengan pihak
lain dalam menjalankan SIMRSnya ?
I : Ada, kerja rumah sakit kami dangan PT.Telkom dalam penyediaan WIFI
P : Bagaimana standarisasi rumah sakit yang baik dalam menjalankan
SIMRS ? berikan contohnya
I : Standarnya ya kelengkapan infrastrukturnya yang bagus, lengkap,
adanya tenaga yang kompeten dan jumlah SDM yang cukup.
SDM
P : Apakah jumlah staf pada SIMRS telah mencukupi ? jika tidak, apa
alasannya?
I : Tidak, Untuk jumlah SDMnya sudah memadai, karena selain dari tenaga
PNS, juga terdapat tenaga kontrak dan bakti. Hanya untuk programer
hanya 1 orang, kami masih membutuhkan 1 orang lagi. Supaya proses
pemograman SIMRS cepat selesai dan segara di aplikasikan
P : Pelatihan apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kompetensi SDM
?
I : Pelatihan ada, namun bukan pelatihan rutin dan itupun pihak lain yang
mengadakan dan kami hanya berpartispasi menjadi peserta pelatihan,
dan kami mengutuskan 1 atau 2 orang untuk mengikuti pelatihan
tersebut, yang nanti mereka mengajari rekan-rekan kerja yang lainnya.
P : Bagaimana kepedulian SDM terhadap tanggungjawabnya ?
139
I : Kalau kepedulian sekitar 85% lah, karena beberapa staf masih ada yang
kurang disiplin dan melalaikan tanggungjawab, akan tetapi saya selaku
pimpinan, langsung menyikapi hal tersebut, agar tidak menjadi budaya
kepada staf-staf yang lain.
P : Bagaimana kedisiplinan SDM dalam menjalankan tanggungjawabnya?
I : Masih ada yang kurang disiplin, contoh keterlambatan dalam mengentri
data, sehingga memberikan efek-efek yang tidak bagus, kadang ada
yang tidak masuk kerja, tetapi tidak ada pemberitahuan sebelumnya.
P Apa saja reward dan punishment SDM dalam menjalankan SIMRS ?
I Kalau reward dan punishment belum ada, palingan kalau ada yang tidak
menjalankan kewajibannya dengan baik, yang bersangkutan di tegur dan
di nasehati, apabila berulang kembali, maka kami mengembalikannya ke
bagian kepegawaian untuk di bina.
Prosedur
P : Bagaimana SPO dalam menjalankan SIMRS ?
I : SPO nya teratur, kami SPO tersebut sebagai panduan kinerja kami
P : Apakah dengan adanya SPO dapat mempersulit kenirja anda ?
I : Sama sekali tidak buk, karena SPO di buat sesuai dengan proses kerja
kita sehari-hari
P : Bagaimana tupoksi petugas SIMRS dalam menjalankan tugas?
I : Tupoksi kerja ada, kami membaginya berdasarkan uraian tugas yaitu
sebagai perencanaan dan strategi, jaringan dan infrastruktur,
operasional yang dibawahi oleh operator ruangan.
140
P : Baiklah pak, hanya itu saja yang saya tanyakan, terima kasih atas
informasinya
I : Iya buk, sama-sama buk
141
Nama : AG
Umur : 29 tahun
Jabatan : Staf SIMRS
P Assalamu'alaikum Wr,Wb
I Walaikum salam Wr, Wb
P
Perkenalkan buk, saya Darmawanti, saya mahasiswa S2 yang sedang
melakukan penelitian di rumah sakti ini, judul penelitian saya analisis
kualitas sistem informasi manajemen rumah sakit di RSUD dr. Fauziah
Bireuen. Oleh karena itu, saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
I Iya buk, silahkan..apa yang ingin ibu tanyakan.
Infrastruktur
P : Apakah ada kelengkapan perangkat komputer di setiap ruangan?
I : Tidak ada, beberapa ruangan yang tidak mempunyai kelengkapan
perangkat komputer
P Apa penyebab hak itu bisa terjadi ?
I Karena kurangnya anggaran buk, kami sudahh melapor kepada atasan
akan tetapi tidak ada perubahan.
P : Apakah persediaan kelengkapan sarana prasarana lainya lengkap di setiap
ruangan ?
I : Tidak juga, karena tidak semua ruangan tersedia akses WIFI
P : Apakah ada masalah pada server ?
I : Ada, masalah pada server yang sering terjadi adalah kurangnya
142
kapasitas internet, sehingga kalau lagi banyak yang akses jaringannya
lelet
Menurut anda, apa solusi yang baik terhadap kasus ini ?
Solusinya menurut saya meningkatkan kapasitas internet,
P : Bagaimana ketersedian kabel-kabel konektor pada antar ruangan?
I : Ada, tapi disesuaikan dengan jumlah kelengkapan komputer pada
ruangan, jika ruangan gak ada komputer, maka tidak disediakakan kabel
konektornya.
P : Apakah aplikasi yang tersedia sesuai dengan tuntutan SIMRS terbaru?
I : Ada yang sesuai ada yang gak,, yang sesuai itu jika menggunakan
aplikasi SIMRS seperti pada ruang laboratorium dan loket pendaftaran,
sedangkan yang tidak sesuai itu yang masih menggunakan aplikasi lama
yaitu HMIS, aplikasi lama tersebut masih banyak kendalanya, karena
sebentar-bentar harus update ataupun maintenance.
p : Kenapa aplikasi SIMRS terbaru baru di programkan sekarang
I : Kurangnya anggaran, karena dalam menjalankan aplikasi SIMRS baru
perlu penyesuaian komputer, seperti pemakaian komputer menggunakan
prosesor Core I-V, di rumah sakit ini rata-rata komputer menggunakan
prosesor Dual Core, jadi komputer yang ada harus di gantikan dengan
prosesor yang baru, supaya aplikasi SIMRS mudah di jalankan, selain
itu, belum ada tenaga khusus yang mampu membuat program SIMRS ini.
P : Menurut anda, apakah SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen sudah
berfungsi maksimal ? jika belum, berikan saran anda!
143
I : Belum maksimal, karena tidak semua bagian rumah sakit menggunakan
aplikasi SIMRS yang baru seperti ruang rawat inap, poli, farmasi,
penunjang medis kecuali laboratorium dan manajemen.
P : Menurut anda, apa yang menjadi permasalahan/kendala dalam
menjalankan sehingga SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen belum
berjalan maksimal ?
I : Kendalanya karena programer SIMRS hanya 1 orang mengakibatkan
program SIMRS yang baru tidak kunjung selesai, terbatasnya kapasitas
WIFI jadi kalau lagi banyak yang akses jaringannya jadi lelet,
terbatasnya jumlah perlengkapan komputer, dan kurangnya sorotan
manajemen terhadap kelancaran SIMRS di rumah sakit ini.
P : Apakah RSUD dr.Fauziah Bireuen mempunyai kerja sama dengan pihak
lain dalam menjalankan SIMRSnya ?
I : Ada,, kerjasamanya dilakukan dengan PT.Telkom pada penyediaan
jaringan WIFI
p Menurut anda, apakah kerja sama kedua pihak ini sudah maksimal?
I Belum maksimal, karena kita lihat masih ada kendala ataupun hambatan
pada proses kinerja, seharusnya pihak rumah sakit mengajukan
penambahan kapasitas internet
P : Menurut anda, bagaimana standarisasi rumah sakit yang baik dalam
menjalankan SIMRS ? berikan contohnya
144
I : Jumlah infrastrukstur memadai, SDM yang kompeten dan adanya
pelatihan rutin serta ada tenaga-tenaga yang ahli pada bidang
programmer, ya contohnya, seperti pada rumah sakit di luar negeri, yang
dengan mudah dapat diakses dan kualitasnya sangat baik
p Menurut pendapat anda, bagaimana pihak manajemen menanggapi
masalah SIMRS pada rumah sakit ini ?
i Manajemen mengetahui tentang kendala, akan tetapi sejauh ini belum
ada penanganan apa-apa
p Adakah kebijakan dari manajemen untuk memperbaiki SIMRS ini ?
Ada, hal ini sering di bahas pada forum rapat, hanya saja belum
terjalankan, karena defistnya anggaran
SDM
P : Apakah di RSUD dr.Fauziah Bireuen mempunyai jumlah SDM yang
memadai dalam menjalankan SIMRS?
I : Untuk jumlah operator dan stafnya sudah memadai, hanya saja kurang
tenaga programmernya saja
P : Apa peran programmer terhadap SIMRS ?
I : Membuat program SIMRS, karena dulu kita masih menggunakan HMIS,
maka perluya perombakan sistem yang berupa aplikasi databes
P : Apakah RSUD dr.Fauziah Bireuen mengadakan pelatihan rutin untuk
meningkatkan kompetensi SDM ?
I : Pelatihan rutin tidak ada. Palingan pelatihan di luar, jika itu diadakan
ada beberapa diantar kami yang di utuskan mewakili rekan-rekan yang
145
lainya
P Apakah SDM mendapatkan reward ataupun punishment dalam
menjalankan SIMRS ?
I Kalau reward ataupun punishment tidak ada, palingan kalau ada yang
melanggar peraturan hanya di tegur saja, dan tidak ada sanksi yang
memberatkan.
Prosedur
P : Menurut pengamatan anda, apakah SIMRS berjalan sesuai dengan SPO?
I : Sesuai buk, staf selalu menggunakan SPO sebagai acuan kerja
P : Baiklah buk, hanya itu saja yang saya tanyakan, terima kasih atas
informasinya
I : Iya buk, sama-sama buk
146
Nama : ER
Umur : 32 tahun
Jabatan : Operator SIMRS
P : Assalamu'alaikum Wr,Wb
I : Walaikum salam Wr, Wb
P
:
Perkenalkan buk, saya Darmawanti, saya mahasiswa S2 yang sedang
melakukan penelitian di rumah sakti ini, judul penelitian saya analisis
kualitas sistem informasi manajemen rumah sakit di RSUD dr. Fauziah
Bireuen. Oleh karena itu, saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
I Iya buk, silahkan..apa yang ingin ibu tanyakan.
Infrastruktur
P : Apakah ada kelengkapan perangkat komputer di setiap ruangan?
I : Ada beberapa ruangan yang tidak tersedia perangkat komputer dengan
lengkap, seperti ada komputer, tapi tidak ada printernya,
P : Apakah ada kelengkapan sarana prasarana lainnya di setiap ruangan ?
I : Tidak merata, karena mengikuti pengadaan komputernya,, kalau
komputernya lengkap, maka sarana dan prasarana juga tersediakan
P : Apakah ada masalah pada server ?
I : Masalah tentu ada , kadang koneksi wifinya lelet buk, jadinya sulit untuk
akses, leletnya pun karena lagi memadat servernya
P : Apakah ada ketersedian kabel-kabel konektor antar ruangan?
I : Ada, Cuma disesuaikan dengan persediaan jumlah computer pada
ruangan
147
P : Apakah ada kesesuaian aplikasi yang tersedia ?
I : Tidak sesuai, karena ada beberapa ruang masih menggunakan HMIS
yang merupakan aplikasi lama, sedangkan SIMRS sekarang baru
berjalan pada loket pendaftaran dan laboraturium, sedangkan pada
ruang rawat inap, poli, farmasi dan penunjang medis lainnya masih
menggunakan HMIS.
P : Menurut anda, apakah SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen sudah
berfungsi maksimal ? jika belum, berikan saran anda!
I : Belum maksimal, karena belum ada keseragaman dalam pemakaian
aplikasi SIMRS ini.
P : Menurut anda, apa yang menjadi permasalahan/kendala dalam
menjalankan sehingga SIMRS di RSUD dr.Fauziah Bireuen belum
berjalan maksimal ?
I : Kendalanya, anggaran, SDM yang kompeten tentang programer, dan
pembaharuan infrastruktur lainnya.
P : Apakah RSUD dr.Fauziah Bireuen mempunyai kerja sama dengan pihak
lain dalam menjalankan SIMRSnya ?
I : Ada, kerjasamanya dengan PT.Telkom dalam pengadaan jaringan WIFI
P : Menurut anda, bagaimana standarisasi rumah sakit yang baik dalam
menjalankan SIMRS ? berikan contohnya
I : Standarnya itu ya,,, semua infrastrukturnya lengkap, di perbaharui
sesuai dengan kebutuhan, anggarannya tercukupi, mudah di akses, tidak
ada kendala pada server. Variasi SIMRS dioptimalkan untuk fungsi
148
klinis dan mendukung pelayanan pasien secara komprehensif. Untuk
mencapai hal tersebut, perlunya dukungan SDM yang kompeten.
Contohnya seperti rumah sakit zainal Abidin banda Aceh.
P Menurut pendapat anda, bagaimana pihak manajemen menanggapi
masalah SIMRS pada rumah sakit ini
I Mereka mencoba memberikan solusi yang baik untuk bisa
memaksimalkan SIMRS pada rumah sakit.
P Adakah kebijakan dari manajemen untuk memperbaiki SIMRS ini ?
I Ada, hanya saja karena defisit anggaran maka semuanya tidak berjalan
dengan lancar.
SDM
P : Apakah RSUD dr.Fauziah Bireuen mengadakan pelatihan rutin untuk
meningkatkan kompetensi SDM ?
P Apakah SDM mendapatkan reward ataupun punishment dalam
menjalankan SIMRS ?
I Tidak ada, kalau SDMnya tidak disiplin palingan hanya di tegur saja
sama atasan.
Prosedur
P Menurut pengamatan anda, apakah SIMRS berjalan sesuai dengan SPO?
I Sesuai, karena SPO merupakan acuan kami berkerja.
P : Baiklah buk, hanya itu saja yang saya tanyakan, terima kasih atas
informasinya
I : Iya buk, sama-sama buk
149
Nama : WH
Umur : 30 tahun
Jabatan : Penerima pelayanan kesehatan
P : Assalamu'alaikum Wr,Wb
I : Walaikum salam Wr, Wb
P : Perkenalkan buk, saya Darmawanti, saya mahasiswa S2 yang sedang
melakukan penelitian di rumah sakti ini, judul penelitian saya analisis
kualitas sistem informasi manajemen rumah sakit di RSUD dr. Fauziah
Bireuen. Oleh karena itu, saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan
tentang Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
I Iya buk, silahkan..apa yang ingin ibu tanyakan.
Infrastruktur
P : Apakah anda merasa lama menunggu ketika data anda sedang di entri
oleh petugas ?
I : Kadang lama juga buk, saya sering berobat kemari, kadang saya untuk
mengantri pada loket pendaftaran sampai 30 menit, petugas bilang
adanya gangguan pada sistem.
P : Pernahkah petugas menjelaskan ke pada anda bahwa ada kendala pada
saat pengentrian data ?
I : Pernah, katanya gangguan pada sistem, dan hal itu sering terjadi ketika
jumlah kunjungan pasiennya ramai, jadi servernya lelet, itu yang sering
di sampaikan oleh petugas
SDM
150
P : Apakah petugas melakukan pelayanan dengan baik ?
I : Iya buk, saya rasa mereka mencoba melakukan yang terbaik, Cuma kalo
lagi lelet jaringan, keberatan juga saya, karena harus lama menunggu
P : Apakah petugas melayani anda tepat pada jam kerja ?
I : Kadang gak buk, apa lagi kalau siang, sudah jam 2, tetapi petugas blum
ada diruangan… mereka adanya sekitar jam 3 gitu
P : Baiklah buk, hanya itu yang ingin saya tanyakan, terimakasi
informasinya
I : Iya buk, sama-sama
151
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
DOKUMENTASI
164
165
166
167
168
169
170
171
172
173
174
175
176